BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
|
|
- Widya Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Dampak Dana Alokasi Khusus terhadap Pelayanan Publik Daerah ( Kondisi Infrastruktur dan Indikator Pelayanan Publik ) A. Dampak Alokasi DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Tim Analisis APBN melakukan analisis terhadap korelasi alokasi DBH, DAU dan DAK terhadap PDRB dan PAD. Analisis dilakukan pada 365 Kabupaten/Kota, dengan kurun waktu ( 4 tahun), dengan model regresi sederhana dimana proporsi pengaruh sektor swasta diasumsikan sementara tetap dari tahun pengamatan. Dari hasil analisis ini disimpulkan: Analisis Dampak Alokasi DBH, DAU dan DAK ( ) Referensi Belanja transfer ke daerah (DBH, DAU dan DAK) membawa dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi (yang dideskripsikan dari pertumbuhan PDRB ) dan penguatan ekonomi lokal (yang dideskripsikan dari pertumbuhan PAD ) Secara statistik alokasi DAK lebih dominan dalam membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten/kota) dibandingkan dengan alokasi DBH dan DAU. Adanya dampak yang lebih signifikan dari alokasi DAK terhadap PDRB, dikarenakan : 1. Secara nasional alokasi DAK lebih merata ke seluruh kabupaten/kota daripada alokasi DBH dan DAU. 2. Dengan menggunakan formula pengalokasian yang didasarkan pada kriteria umum, khusus dan teknis, maka alokasi DAK lebih terarah pada kebutuhan-kebutuhan daerah. Hasil kajian dari beberapa lembaga, menunjukkan hasil yang memiliki kecenderungan (trend) sama, antara lain : SMERU (2010) : Korelasi positif kondisi infrastruktur dan pelayanan publik terhadap alokasi DAK Bappenas (2010): Dampak positif alokasi DAK terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Dampak positif alokasi DAK terhadap IPM daerah 57
2 Walaupun secara makro DAK membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi, masih terdapat permasalahan dalam pencapaian tujuan dari pengalokasian. Secara teoritis, seberapapun besaran belanja pemerintah ke suatu sistem perekonomian (daerah) pasti mempengaruhi besaran pertumbuhan ekonominya. Namun, apakah dampak (outcome) yang menjadi tujuan kebijakan alokasi tersebut berhasil dicapai? B. Dampak Alokasi DAK terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Pada Tim Analisis APBN melakukan focusing analisis terhadap korelasi alokasi DAK terhadap tujuan-tujuan dari pengalokasian DAK. Analisis dilakukan pada 380 Kabupaten/Kota, dengan kurun waktu (4 tahun), dengan melakukan analisi korelasi terhadap beberapa bidang utama alokasi DAK, yaitu : Pendidikan, kesehatan dan infrastruktur terhadap indikator-indikator utama pelayanan public pada bidang-bidang tersebut. Sebagaimana diketahui, tujuan secara makro dari alokasi DAK adalah membantu pencapaian prioritas pembangunan nasional, yang terfokus ada membantu peningkatan pelayanan publik dasar (antara lain: pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar). Untuk itu dianalisis keterkaitan antara alokasi DAK dengan turunan dari aspek-aspek pelayanan publik dalam parameter kualitas manusia yang secara internasional diukur dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Beberapa indikator yang digunakan dalam analisa, antara lain : Indikator Pelayanan Publik Bidang Pendidikan ( angka partisipasi sekolah murni, Angka Rata2 Nilai UN SMP, angka partisipasi sekolah SMP murni, Angka Melek Huruf) ; Indikator Pelayanan Publik Bidang Kesehatan ( rasio akes pada vaksinasi utama, angka kematian bayi ) ; Indikator Pelayanan Publik Bidang Infrastruktur ( proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, rasio pada air bersih, rasio akse pada sanitasi ). Sedangkan untuk kabupaten/kota penerima DAK di lakukan 2 tahap pengelompokan (clustering), yaitu : a.kemampuan fiskal rendah/sedang/tinggi dan b.letak demografi wilayah Jawa Bali / luar Jawa Bali. Analisa clustering ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan dampak alokasi DAK antar kelompok. Dari hasil analisis disimpulkan : 58
3 Dampak Alokasi DAK terhadap Indeks Pelayanan Publik : Pendidikan Dampak Alokasi DAK terhadap Indeks Pelayanan Publik : Kesehatan Dampak Alokasi DAK terhadap Indeks Pelayanan Publik : Infrastruktur Intepretasi 1. Alokasi DAK membawa dampak positif pada indeks pelayanan pendidikan, di kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah dan sedang. 2. Adapun pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi dampak positif lemah (tidak signifikan) 3. Dampak positif lebih dominan di wilayah luar Jawa Bali 1. Alokasi DAK membawa dampak positif pada indeks pelayanan kesehatan, di kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal rendah dan sedang. 2. Adapun pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi dampak positif lemah (tidak signifikan) 3. Dampak positif lebih dominan di wilayah luar Jawa Bali 1. Alokasi DAK membawa dampak positif pada indeks pelayanan pendidikan, di kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi, sedang maupun rendah. 2. Dampak positif lebih dominan di wilayah luar Jawa Bali Alokasi DAK berdampak/ memberikan stimulus bagi perbaikan indikator pelayanan publik pada seluruh kabupaten/kota, dengan dampak yang berbeda pada daerah-daerah dengan kapasitas fiskal yang berbeda. Perbedaan dampak ini juga terdapat pada daerahdaerah di wilayah Jawa Bali dan luar Jawa/Bali. Perbedaan dampak yang signifikan antar kabupaten/kota yang berbeda kondisi fiskal dan kewilayahan, menunjukkan pentingnya melakukan revitalisasi alokasi DAK untuk diberikan pada daerah yang benar-benar membutuhkan. Disi lain DAK yang berkorelasi lemah bahkan negatif (pada kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi) dapat menunjukkan lemahnya proses pengalokasian sampai dengan implementasi mekanisme pendanaannya. Targeting output dan outcome yang jelas bagi pengalokasian DAK juga perlu dirumuskan, untuk memudahkan mengukur pencapaian dampak kebijakan. 59
4 Lampiran : Plotting 1 : Korelasi Kenaikan Alokasi DAK dengan Peningkatan Pelayanan Publik di Kabipaten/Kota ( Gabungan Seluruh Indikator ) Public service indicator sector performance at the district/city level Infrastructure Education Output Index Input Index Scores for factor 1 Output Index Sumber : 2009 Susenas, 2008 Podes deaoutput Health Infrastructure inputs: Dinas Public Work spending (proxy for infrastructure spending, RGDP deflator), number of civil servant (PNSD) per 1000 population (proxy for human resources). Infrastructure outcomes: quality of road, access to road network, water and sanitation. Education inputs: realized education expenditure; average service area of schools (primary, junior high, and secondary, in km2); number of teachers per level of school; and the number of schools per 1,000 students at each age group. Education outputs: Net Enrollment Rate, Adult Literacy, Means Years of Schooling. Health inputs: public health expenditures per capita, gross regional domestic product, district level fiscal capacity, infrastructure and human resource indicators (the number of village clinics per 100,000, and the number of midwifes per 100,000), and indicators related to the accessibility of health facilities (service areas in km² of Puskesmas and hospitals). Health outcomes: skilled birth attendance, morbidity rates, and the coverage of measles. Output Index Input Index Scores for factor Input Index Scores for factor 1 deaoutput deaoutput 60
5 Plotting 2 : Korelasi Kenaikan Alokasi DAK dengan Peningkatan Indikator Pelayanan Publik bidang Infrastruktur di Kabipaten/Kota Panjang Jalan Kondisi Baik Akses kepada Air Bersih change in paved road % change in real Infrastructure expenditure % Change in paved road condition and infrastructure expenditure change in access to sanitation % Akses kepada Sanitasi change in access to clean water % change in real Infrastructure expenditure % Change in the access to sanitation and infrastructure expenditure Linear Fit change in real Infrastructure expenditure % Change in the access to clean water and infrastructure expenditure Linear Fit Plotting 3 : Korelasi Kenaikan Alokasi DAK dengan Peningkatan Indikator Pelayanan Publik bidang Kesehatan di 61
6 Kabipaten/Kota Access to primary vaccines Skilled birth attendance change in access to vaccination % change in real health expenditure % Change in access to vaccination and health expenditure Plotting 4 : Korelasi Kenaikan Alokasi DAK dengan Peningkatan Indikator Pelayanan Publik bidang Pendidikan di Kabipaten/Kota change in primary school enrollment % Net enrollment rate (NER) Primary school Change of SD NER & Education Expenditure NER Junior high school Junior High School National Exam Score Literacy rate change in access to skilled birth attendance % change in real health expenditure % change in National exam score in SMP % Change in access to skilled birth attendance and health expenditure Change of SMP UN score & Education Expenditure 62
7 change in junior high school enrollment % Change of SMP NER & Education Expenditure Source: SIKD for expenditure data and 2009 data from Susenas for most outcome data; Susenas data for vaccination outcomes; paved roads data from DG-Highway of Ministry of Public Works database. Note: Split districts include districts that split from 2002 (or earlier) to In the following graphs we have omitted several outlier observations given the higher propensity for measurement error at the extremes. Both statistically significant and insignificant percentage changes in outcomes are included. Penyusun : Handriyanto Setiadi change in literacy rate % Change of Literacy & Education Expenditure 63
BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang
Lebih terperinciKOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal
KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu
Lebih terperinciIndustri & sektor lainnya berkembang sehingga pertumbuhan dan pemerataan lebih cepat
KEBIJAKAN FISKAL MELALUI REFORMULASI DAK PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL UNTUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung menurun, (dan juga ketimpangan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL
1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.4 SISTEMATIKA BAB II TINJAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI
Lebih terperinciABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.
Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pada Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Ni Nyoman Widiasih Nim : 1315351081 ABSTRAK Belanja modal merupakan
Lebih terperinciRINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA
PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA Pengalihan kewenangan pemerintah pusat ke daerah yang membawa konsekuensi derasnya alokasi anggaran transfer ke daerah kepada pemerintah daerah sudah
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR APBD KABUPATEN KAMPAR TAHUN Taryono
ANALISIS STRUKTUR APBD KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2007-2012 Taryono Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Binawidya Jln. HR Subrantas Km 12.5 Pekanbaru 28293 ABSTRACT Sources
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah daerah berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Ini dapat dibuktikan dengan jelas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jatuhnya Rezim Suharto telah membawa dampak yang sangat besar bagi pemerintahan di Indonesia termasuk hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Pemberlakuan
Lebih terperinciAnalisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat
Jurnal Ilmu Administrasi Publik 2 (1) (2014): 46-53 Jurnal Administrasi Publik http://ojs.uma.ac.id/index.php/publikauma Analisis Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat Asnidar* Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teori Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini masih terbatas. Salah satu penyebabnya adalah masih berlanjutnya perubahanperubahan dalam
Lebih terperinciSIMULASI SISTEM DINAMIK ANALISIS PENGARUH PERFORMA EKONOMI MAKRO TERHADAP ANGKA KEMISKINAN
SIMULASI SISTEM DINAMIK ANALISIS PENGARUH PERFORMA EKONOMI MAKRO TERHADAP ANGKA KEMISKINAN YULITA ROSIANA NRP. 5208 100 138 Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D. JURUSAN SISTEM INFORMASI Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimensi dasar yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan
Lebih terperinciAnalisis Indeks Kapasitas Fiskal terhadap Pengalokasian Belanja Wajib Bidang Pendidikan dan Kesehatan (Studi pada Kabupaten/Kota se-jawa)
Analisis Indeks Kapasitas Fiskal terhadap Pengalokasian Belanja Wajib Bidang Pendidikan dan Kesehatan (Studi pada Kabupaten/Kota se-jawa) Andy Dwi Bayu Bawono 1 *, Fauzan, Eny Kusumawati 2, Heppy Purbasar
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH ALOKASI BELANJA PENDIDIKAN TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KABUPATEN SAROLANGUN PERIODE C0E013004
ABSTRAK PENGARUH ALOKASI BELANJA PENDIDIKAN TERHADAP ANGKA MELEK HURUF DAN RATA-RATA LAMA SEKOLAH KABUPATEN SAROLANGUN PERIODE 2006-2015 Lasta M Silaban C0E013004 Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber pendapatan daerah. DAU dialokasikan berdasarkan presentase tertentu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Umum Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan, DAU adalah salah satu dana perimbangan yang menjadi bagian dari sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai
Lebih terperinciANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU
ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU Ahmad Soleh Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu ABSTRAK Ahmad Soleh; Analisis Belanja Pemerintah Daerah Kota Bengkulu. Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinci: Central Government Transfer, Tax Effort, Local Revenu
PENGARUH TRANSFER PEMERINTAH PUSAT TERHADAP UPAYA PAJAK PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA SE-JAWA TENGAH TAHUN 2008-2010 Prihatin Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menempuh babak baru dalam kehidupan masyarakatnya dengan adanya reformasi yang telah membawa perubahan segnifikan terhadap pola kehidupan baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era reformasi seperti saat ini sangat penting diberlakukannya otonomi daerah untuk memberikan kesempatan kepada pemerintah agar dapat lebih meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah adalah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Otonomi daerah yang berarti bahwa daerah memiliki hak penuh dalam mengurus rumah tangganya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah dan APBD Menurut Mamesah (1995), keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan
Lebih terperinciANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU
ANALISIS PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU Oleh : Rahmita Handayani Pembimbing : Hainim Kadir dan Taryono Faculty of Economics
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia, reformasi di bidang keuangan dimulai dengan berlakukanya Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk model kesehatan, kinerja perekonomian daerah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU
Lebih terperinciPENGARUH ALOKASI BELANJA BIDANG KESEHATAN TERHADAP ANGKA HARAPAN HIDUP DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN
PENGARUH ALOKASI BELANJA BIDANG KESEHATAN TERHADAP ANGKA HARAPAN HIDUP DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2006-2015 ABSTRAK Elfriede H Munte C0E013012 Universitas Jambi Jambi,2017 Tujuan penelitian ini adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telah terus-menerus menjadi prioritas pemerintah. Menurut Mardiasmo (2002, p.16) instansi sektor
Lebih terperinciPECAPP. Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data. Bastian Zaini Bank Dunia
A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Bastian Zaini Bank Dunia Banda Aceh, 18-19 Oktober, 2012 Outline Pengumpulan data Pengolahan
Lebih terperinciDESENTRALISASI FISKAL DAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN
DESENTRALISASI FISKAL DAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2009-2013 Ikrom Laily Shiyamah, Sujarwoto Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen et al (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat
Lebih terperinciPEMETAAN BAHAYA GENANGAN PASANG AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR. Dimas Musa Sulistio Aulia El Hadi
PEMETAAN BAHAYA GENANGAN PASANG AIR LAUT DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR Dimas Musa Sulistio Aulia El Hadi musadimas@gmail.com Sukamdi sukamdi@ugm.ac.id ABSTRACT In recent years, the demographic
Lebih terperinciReferensi : Evaluasi Dana Perimbangan : Kontribusi Transfer pada Pendapatan Daerah dan Stimulasi terhadap PAD
Referensi : Evaluasi Dana Perimbangan : Kontribusi Transfer pada Pendapatan Daerah dan Stimulasi terhadap PAD Pendapatan Daerah Secara umum, pendapatan daerah terdiri dari tiga jenis yaitu pendapatan asli
Lebih terperinciCatatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011
Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 Belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011 diarahkan untuk:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang telah merasakan dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah menyebabkan pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan gambaran dan analisis terkait dengan implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini juga menjelaskan pengaruh
Lebih terperinciPengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur
Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur (Influence Human Development Index (HDI) and Total Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang umumnya digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di dalam suatu daerah dengan ditunjukkan
Lebih terperinciAnalisis : memiliki BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. diolah.
Analisis : Stimulasi Kebijakan Belanja Transfer ke Daerah dalam Perbaikan ketimpangan Kondisi Ekonomi Regional ( Pemikiran terhadap Kebijakan Alokasi Transfer ke Daerah 2014 ) Landasan Pemikiran Belanja
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Perhitungan Dana Alokasi Umum TA 2017 DAMPAK PENGALIHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI IMPLEMENTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (revisi dari UU no
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Competitiveness Report Seperti halnya laporan tahun-tahun sebelumnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Economic Forum (WEF) menerbitkan laporan tahunan The Global Competitiveness Report 2012 2013.Seperti halnya laporan tahun-tahun sebelumnya, laporan tahunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi dalam bidang sektor publik di Indonesia setelah adanya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan
BAB I 1.1 Latar Belakang Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan undang undang membawa konsekuensi tersendiri bagi daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Ekonomi, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum. Kemudian, akan menjabarkan penelitian
Lebih terperinciPenduduk dan Tenaga Kerja / Population and Labour
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2009 36 PENDUDUK Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar atau aset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORITIS 2.1.1 Alokasi Anggaran Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaaat lebih dari satu tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan reformasi di Indonesia, otonomi daerah mulai diberlakukan. Hal ini salah satunya ditandai dengan adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA
ANGGARAN PENDIDIKAN DAN PERMASALAHNNYA Pemerintah dan DPR telah sepakat untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN. Keputusan tersebut telah dilegalkan dalam UUD 1945 maupun UU Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang dalam UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak, wewenang, dan kewajiban daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH UNDP (United Nations Development Programme) melalui Human Development Report tahun 1996 tentang Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pembangunan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001 memasuki zaman baru otonomi daerah telah diberlakukan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Agency problem muncul ketika
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menganalisis hubungan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok,
Lebih terperinciDANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH
DANA ALOKASI KHUSUS DALAM PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH A. Latar Belakang Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diatur dalam UU RI Nomor 33 Tahun 2004. UU ini menegaskan bahwa untuk
Lebih terperinciBAB XIII. PERBANDIGAN REGIONAL KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 JEMBRANA BANGLI BULELENG TABANAN
BAB XIII PERBANDIGAN REGIONAL TABANAN JEMBRANA GINI RATIO : 0,386 IPM : 68,67 BANGLI BULELENG GINI RATIO : 0,393 IPM : 69,16 KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 GINI RATIO : 0,329 IPM : 65,75 GINI
Lebih terperinciSERIAL MODUL PELATIHAN SISTEM PEMANTAUAN DAN EVALUASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah pasal 1 angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar dimasyarakat
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI PRADITA
PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/ KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED ORDINAL LOGISTIC REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : RAHMA NURFIANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni
Lebih terperinciPengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data. Harry Masyrafah Bank Dunia
Pengumpulan, Pengolahan, dan Penyajian Data Harry Masyrafah Bank Dunia Takengon, 24 September 2013 Outline Pengumpulan data Pengolahan Visualisasi Mengapa data itu pen4ng? Kualitas analisis ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal, merupakan salah satu pengeluaran investasi jangka panjang dalam kegiatan perekonomian.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan pemerintah daerah
Lebih terperinciPenduduk dan Tenaga Kerja / Population and Labour
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 38 PENDUDUK Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Sebagai modal dasar atau aset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran
Lebih terperinci5 HASIL DAN PEMBAHASAN
75 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pemerintah Penerimaan pemerintah terdiri dari PAD dan dana perimbangan. PAD terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD, dan lain-lain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kepentingan manajer (agen) ketika para manajer telah dikontrak oleh pemilik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Wirawan 2014 menjelaskan bahwa teori keagenan melukiskan hubungan antara kepentingan
Lebih terperinciAnalisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.1. Pendapatan Daerah 4.1.1. Pendapatan Asli Daerah Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana
Lebih terperinciDiajukan oleh: Teguh Sunyoto NIM: F
PENGARUH DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL, KETERGANTUNGAN KEUANGAN DAERAH, RUANG FISKAL, DAN TINGKAT PEMBIAYAAN SILPA TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan analisis hasil pengumpulan data penelitian dari 34 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan meliputi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten di Provinsi Lampung berjumlah 14 kabupaten dan kota. Sampel yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu penyerahan kewenangan yang diberikan dari pemerintah pusat yang mana dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu bentuk harapan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang sangat krusial dalam desentralisasi (otonomi daerah) adalah permasalahan desentralisasi fiskal. Secara konseptual, desentralisasi fiskal mensyaratkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship Penelitian ini menggunakan teori Stewardship yang menjelaskan tentang situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu melainkan
Lebih terperinciPengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya
Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya Oleh : Miftakhul Huda 3610100071 Dosen Pembimbing : DR. Ir. Eko Budi Santoso, Lic., Rer., Reg. JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari 57 negara yang menghadapi krisis tenaga kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan cakupan tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) yang kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,
Lebih terperinci