BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah kanker ginekologi yang
|
|
- Verawati Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumor Ganas Ovarium Tipe Epitel Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah kanker ginekologi yang paling fatal. Selain itu, tumor ganas ovarium tipe epitel dikenal sebagai silent killer karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah menyebar ke bagian tubuh lain. Secara klasik, tumor ganas ovarium tipe epitel akan menyebar di regio lokoregional via diseminasi peritoneal dan metastasis. 9 Angka kejadian tumor ganas ovarium tipe epitel ini kira-kira 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per populasi wanita setahunnya. Menurut data statistik American Cancer Society insiden tumor ganas ovarium tipe epitel sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar Hampir 70 % tumor ganas ovarium tipe epitel tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15 20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%. 9 7
2 Penyebab pasti tumor ganas ovarium tipe epitel belum diketahui namun multifaktorial. Teori terkait yaitu: 9,10 1. Hipotesis incessant ovulation, teori ini menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. 2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya tumor ganas ovarium tipe epitel. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel tumor ganas ovarium tipe epitel. 8
3 Stadium tumor ganas ovarium tipe epitel disusun menurut keadaan yang ditemukan pada operasi eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and Oncologist (FIGO) sebagai berikut: 9 Tabel 2.1 Stadium Tumor Ganas Ovarium Berdasarkan Kriteria FIGO Stadium Karakteristik IA Tumor terbatas pada 1 ovarium, kapsul intak, tidak terdapat tumor pada permukaan, tidak ada cairan asites IB IC IC1 IC2 Tumor melibatkan kedua ovarium, lainnya seperti stadium IA Tumor terbatas pada 1 atau 2 ovarium Surgical spill Kapsul ruptur sebelum operasi atau tumor pada permukaan ovarium IC3 IIA IIB IIIA Dijumpai sel malignan pada hapusan cairan peritoneal Penyebaran pada uterus dan/atau pada tuba falopii Penyebaran pada jaringan intraperitoneal pelvis Terdapat keterlibatan kelenjar getah bening retroperitoneal dan atau terdapat metastasis secara mikroskopis diluar rongga pelvis IIIA1 Terdapat metastasis hanya sampai kelenjar getah bening retroperitoneal IIIA1 (i) IIIA1(ii) Metastasis 10 mm Metastasis > 10 mm IIIA2 Terdapat keterlibatan mikroskopis, extrapelvis (diatas 9
4 pinggiran pelvis) dengan hasil positif kelenjar getah bening retroperitoneal IIIB Terdapat keterlibatan makroskopis 2cm dengan hasil positif kelenjar getah bening retroperitoneal dan menyebar ke kapsul hati atau limpa IIIC Terdapat keterlibatan makroskopis > 2cm dengan hasil positif kelenjar getah bening retroperitoneal dan menyebar ke kapsul hati atau limpa IVA IVB Efusi pleura dengan sitologi positif Metastasis ke dan parenkimal hati dan limfa, metastase ke organ organ ekstraabdominal (termasuk kelenjar getah bening inguinal dan kelanjar getah bening di luar rongga abdomen) Diagnosis tumor ganas ovarium tipe epitel: 8,9 1. Anamnesis Mayoritas penderita tumor ganas ovarium tipe epitel tidak menunjukkan gejala sampai periode waktu tertentu. Pada stadium awal Tumor ganas ovarium tipe epitel ini muncul dengan gejalagejala tidak khas. Bila penderita dalam usia perimenopause, keluhan adalah haid yang tidak teratur. Bila massa tumor telah menekan kandung kemih atau rektum, keluhan sering berkemih dan konstipasi akan muncul. Kadang-kadang gejala seperti distensi perut sebelah bawah, rasa tertekan, dan nyeri dapat pula ditemukan.pada stadium 10
5 lanjut gejala-gejala yang ditemukan umumnya berkaitan dengan adanya asites, metastasis ke omentum, atau metastasis ke usus. 2. Pemeriksaan fisik Tanda paling penting adanya tumor ganas ovarium tipe epitel adalah ditemukannya massa tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular dan terfiksir ke dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan. Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan karcinomatous atau penurunan clearance oleh obstrusi saluran limfatik. Pada stadium lanjut, pemeriksaan abdomen bagian atas biasanya menunjukkan massa menandakan penggumpalan di omentum Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah rutin lengkap dan metabolik menunjukkan beberapa fitur khas. Sebagai contoh, % pasien hadir dengan trombositosis (jumlah trombosit >400x10 9 /L. Pemeriksaan serum CA- 125 adalah biomaker untuk tumor ganas ovarium tipe epitel dengan kadar >35U/mL adalah abnormal. Hampir 50% pada Tumor ganas ovarium tipe epitel stadium awal dan >85% pada stadium lanjut ditemukan peningkatan kadar CA ,14,18 4. Pemeriksaan radiologis Untuk membedakan tumor jinak dan tumor ganas ovarium tipe epitel tahap awal, sonografi transvaginal adalah pemeriksaan yang paling bermanfaat. tumor ganas adalah bilateral, multiloculated, padat atau 11
6 echogenik, besar (>5 cm), dan memiliki septa tebal dengan daerah nodularitas. CT scan diperlukan untuk panduan operasi dan menentukan metastasis. Namun, keakuratan CT scan sangat minim dalam membedakan massa ovarium jinak dan ganas. Dalam hal ini, transvaginal sonografi lebih bermanfaat. 14,15 Tumor ganas ovarium tipe epitel epitelial berasal dari sel-sel mesothelial ovarium dan termasuk beberapa tipe sel: serosa, mucinous, endometrioid, clear cell, transisional sel, dan tidak berdiferensiasi. Tipe epitelial mencakup lebih dari 60% tumor jinak ovarium tipe epitel dan lebih dari 90% dari karsinoma ovarium. Sebanyak 35-40% adalah serosa, 6-10% musinosa, 15-25% endometrioid, 5% clear cell, dan <1% Brenner. Tipe serosa secara mikroskopis memiliki sel-sel menyerupai epitelial di tuba fallopi pada tumor berdiferensiasi baik atau sel anaplastik dengan atipia nuklir yang berat pada tumor berdiferensiasi jelek.tipe endometrioid biasanya berdiferensiasi jelek sehingga tidak dapat dibedakan dengan mudah dengan tipe serosa. Tipe musinosa mengandung sel epitelial terisi dengan musin, dan jinak. Sel ini mirip dengan sel di endoserviks dan sel intestinal. Tipe clear cell terlihat sel dengan glikogen yang terbanyak dan Hobnail cell pula memiliki nuklei yang menonjol jauh ke dalam kistik lumen luar dari batas jelas sitoplasma sel. 9,11,17,19 Mayoritas kanker berujung pada komplikasi metastasis yang meningkatkan mortalitas secara drastis. Sel metastasis pada masuk ke vaskular dan sistem limfatik, menginvasi jaringan, dan membentuk 12
7 neoplasma. Metastasis adalah suatu proses kompleks di mana sel tumor memiliki karakteristik gen fenotipe metastasis ke target organ, mencakup reseptor kemokin CXCR4 yang dapat mengirimkan sinyal langsung kepada organ. 4,5 Tumor ganas ovarium tipe epitel dapat menyebar dengan cara sebagai berikut: Penyebaran transcoelomic: dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul secara eksfoliasi. Pertama, sel-sel ganas dirilis ke dalam rongga peritoneum ketika tumor menembus melalui permukaan kapsul ovarium. Dengan mengikuti sirkulasi normal cairan peritoneal, implantasi dapat terjadi dan berkembang di mana saja di abdomen. Karakteristik unik dari tumor ganas ovarium tipe epitel adalah metastasis biasanya tidak menyusup ke dalam organ visceral tetapi berupa perlengketan di permukaan. Oleh karena itu, debulkingagresif dapat dilakukan dengan morbiditas yang wajar. 2. Penyebaran limfatik: melalui pembuluh getah bening yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar mencapai KGB disekitar aorta dan KGB interkavoaortik sampai setinggi arteri atau vena renalis. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah diligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai KGB di dinding panggul seperti KGB iliaca eksterna, KGB obturatoria, dan KGB disekitar pembuluh darah hipogastrika. 13
8 3. Penyebaran hematogen: jarang terjadi, bila ada dapat ditemukan di parenkim paru,hepar, otak atau ginjal pada 2-3% kasus. Sel-sel maligna dapat menyebar melalui pembuluh darah yang menyuplai ovarium sepanjang ligamentum infundibulopelvic yang berakhir di kelenjar getah bening para-aorta sampai ke tingkat pembuluh darah ginjal. 4. Transdiafragma: cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus diafragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan pleura merupakan salah satu kriteria menetapkan penderita tumor ganas ovarium tipe epitel berada di stadium IV. Perkembangan lansung dari tumor ganas ovarium tipe epitel yang semakin membesar dapat menyebabkan pertemuan tumor dengan peritoneum pelvis dan struktur yang berdekatan termasuk uterus, retrosigmoid kolon dan tuba fallopi. Biasanya, ini dikaitkan dengan indurasi atau pengerasan yang signifikan pada jaringan sekitarnya Tumor Jinak Ovarium Tipe Epitel Tumor jinak ovarium tipe epitel merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graff atau korpus luteum atau kista ovarium. Tumor jinak ovarium tipe epitel dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium. Tumor jinak ovarium tipe epitel merupakan suatu 14
9 tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. 8 Angka kejadian tumor jinak ovarium tipe epitel di dunia yaitu 7% dari populasi wanita, dan 85% bersifat jinak.sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketahui secara pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik.namun, diperkirakan prevalensi tumor jinak ovarium tipe epitel sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii musinosum sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium. Frekuensi kistadenoma ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%, Gunawan (1977) menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi menemukan 15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan di Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan menemukan 20%, dan di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi kista dermoid ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan 15,1%, Hariadi dan Gunawan masing-masing menemukan 11,1% dan 13,5%. 22 Tidak semua tumor jinak ovarium tipe epitel adalah kista patologis. Ada kista yang bersifat fisiologis pada wanita di usia reproduksi. Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus luteal, kista folikular, kista teka-lutein
10 Tumor jinak ovarium tipe epitel dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor jinak ovarium tipe epitel nonneoplastik dan tumor jinak ovarium tipe epitel neoplastik jinak maka pembagiannya adalah sebagai berikut: 8,24,25 1. Tumor Nonneoplastik a. Tumor akibat radang: termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tubo-ovarial. b. Kista folikel: berasal dari folikel de graff yang tidak sampai berovulasi atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen. c. Kista korpus luteum: berasal atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka dengan dinding berwarna kuning. d. Kista lutein: berasal dari korpus luteum hematoma. Kista ini biasanya bilateral dan berukuran sangat besar akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan. e. Kista inklusi germinal: berasal dari invaginasi dan isolasi bagian-bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. f. Kista endometrium: berasal dari proliferasi dari sel yang mirip dinding endometrium, umumnya berisi darah yang merupakan hasil peluruhan dinding saat menstruasi. g. Kista Stein-Laventhal: sindrom Stein-Laventhal dan kiranya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada 16
11 pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. 2. Tumor neoplastik kistik a. Kistoma ovarii simpleks: jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya terhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. b. Kistadenoma ovarii musinosum: asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Tumor ini mungkin muncul sebagai tumor unilateral kista teratoma atau sebagai metaplasia mucinosum dari mesothelium. Kista ini biasanya mempunyai dinding yang licin, permukaan berbenjol (lobulated) dan umumnya multilokular dan odematosa; lokular yang mengandung mukosa ini kelihatan biru dari peregangan kapsulnya. c. Kistadenoma Ovarii Serosum dengan ciri khas potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma). Dinding kista yang dilapisi epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap 17
12 warnanya. d. Kista endometrioid: biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. e. Kista dermoid: tumbuh akibat proses yang kurang sempurna saat pembentukan lapisan embrional. Lapisan ektoderm yang saat dewasa akan menjadi sel sel folikel rambut, tulang, serta gigi secara tidak sempurna tumbuh di sekitar ovarium. 3. Tumor non neoplastik solid a. Fibroma ovarii: berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau sel mesenkim yang multipoten. Permukaan tumor tidak rata, konsistensi keras, warnanya merah jambu keabuan. b. Tumor Brenner: berwarna kuning muda seperti fibroma, dengan kista-kista kecil, terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel, yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. c. Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor) Diagnosis tumor jinak ovarium tipe epitel: 1. Anamnesis Kebanyakan tumor jinak ovarium tipe epitel tidak menunjukkan gejala dan tanda.sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut.gejala dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, 18
13 mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, edema tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke kranial. Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita 2. Pemeriksaan Fisik Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen.walau pada wanita premenopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif. 3. Pemeriksaan radiologis USG adalah pemeriksaan radiologis utama untuk tumor jinak ovarium tipe epitel.kista simpleks bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal echo.kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul ke dalam lumen.usg sulit membedakan tumor jinak ovarium tipe epitel dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya tidak diperlukan 19
14 2.3. Gen KiSS1 Gen supresor metastasis adalah sekelompok gen yang dapat mengurangi invasi metastasis sel kanker tanpa mempengaruhi tumorigenisitas mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, sebanyak 13 gen supresor metastasis telah teridentifikasi mencakup NM23, KiSS1, KAI1, BRMS1, TIMPs, E-cadherin, MKK4, TXNIP, CRSP3, DRG-1, SseCKs, RhoGD12, dan RKIP. 26,27 Dari seluruh MSG, hanya KiSS1 yang mengikat reseptor G protein (GPR54 atau AXOR12 atau hot7t175) dan diyakini berperan dalam menghambat deposit metastasis. KiSS1 berperan pada metastasis akhir, berbeda dengan Nm23 dan KAI1 yang berperan mensupresi adhesi dan migrasi sel tumor primer pada awal metastasis.peran KiSS1 telah ditemukan dalam kanker payudara dan melanoma dan peran pada tumor ganas ovarium tipe epitel masih terus diteliti. 28,31 Gen KiSS1 pertama sekali ditemukan pada tahun 1996 pada mamalia, mencit dan tikus. Pada manusia, gen KISS1 pertamasekali ditemukan pada melanoma yang tersupresi metastasisnya. Perubahan klon cdna menjadi melanoma metastasis secara signifikan menekan metastasis tanpa merubah sifat tumorigenitas yang ada. 31,32 Lee et al. (1996) menunjukkan KiSS1 terpeta pada kromosom 6 pada sel C8161 dengan efek supresi pada sel kanker payudara metastasis.tetapi, Lee et al. (1997) kemudian menemukan pemetaan gen ini pada kromosom 1q32.Goldberg et al. (2003) kemudian menjelaskan bahwa ekspresi KiSS1 ada pada kromosm 1q32 dan diregulasi oleh 20
15 DRIP130 pada kromosom 6q16.3-q23 dan AP2alpha pada kromosom 6p24. Penelitian Welch et al. (1994) mengonfirmasi bahwa introduksi kromosom 6 pada sel metastatik melanoma mensupresi penyebaran ke paru-paru dan nodus limfa. 31,32 KiSS1 dikenal sebagai sekuensi supresor (SS) pada plasenta manusia dan kemudian Ki ditambahkan ke senyawa ini sehingga namanya menjadi KiSS.KiSS1 kemudian dikenal berperan dalam biologi dan metastasis tumor.kiss1 paling banyak ditemukan pada plasenta, terutama pada sel sinsitiotropoblas. Gen ini juga ditemukan pada sistem saraf pusat, tetis, ovarium, pankreas, dan usus halus. Gen KiSS1 mengkode peptida amida karboksiterminal dengan residu 45 asam amino dengan reseptor G protein yang disebut metastin. 13 Gen KiSS1 tersusun dari 145 asam amino hidrofobik dengan sekuensi sinyal sekretori pada terminal N (aa. 1-19). Gen ini memiliki 19 sekuensi sinyal asam amino putatif, dua tempat pembelahan potensial, satu tempat untuk pembelahan terminal, dan amidasi.produk translasi primer dari gen ini adalah Kisspeptin. Kisspeptin adalah peptida mayor yang tidak stabil dan dipecah secara proteolisis menjadi 3 fragmen yaitu metastin (54 asam amino), Kisspeptin-14 (14 asam amino), dan Kisspeptin-13 (13 asam amino). KiSS1 terletak pada kromosom 1q32 dengan empat ekson (ekson 5 dan 3 ), salah satu gen yang diregulasi oleh kromosom 6 (regio 40 cm antara D6S468 dan D6S314 pada 6q16.2- q23). 11,12 21
16 Gambar 1. Gen KiSS1 dan turunannya 33 Gen KiSS1 manusia memiliki residu Phe pada asam amino C- terminal teramidasi. Gen KiSS1 termasuk dalam famili ligan peptida amida RF (Arg-Phe-NH2) yang berperan mengaktivasi ortolog hot7y175 atau AXOR12 pada GPR54 manusia, dalam fungsinya meregulasi aksis HPA via regulasi sekresi GnRH dari hipotalamus. Penelitian Tenasempere et al. (2012) menunjukkan bahwa KiSS1 berperan penting dalam berbagai fungsi dalam tubuh seperti seksresi GnRH, aksi pada steroid seks, regulasi metabolik fertilitas, inisiasi pubertas manusia, dan mempertahankan fungsi reproduksi. 34,35 Baru-baru ini, produk gen KiSS (Kisspeptin) telah ditemukan menghambat metastasis berbagai tumor via mekanisme yang belum jelas, kemungkinan dengan mengikat reseptor G-protein, GPR54 (AXOR12 dan hot7t175). GPR54 terletak pada kromosom 19p13,3, famili rodopsin reseptor Gprotein. GPCR54 menginisiasi peningkatan Ca2+ intraselular dan inositol 1,4,5-trifosfat. Sekarang, reseptor in dikenal sebagai reseptor 22
17 ini dikenal sebagai reseptor Kisspeptin (KiSS1) dengan 7 domain transmembran. 9,10 Kisspeptin akan mengikat GRP54 untuk aktivasi Gαq sehingga terjadi inhibisi kemotaksis FBS, aktivasi ERK1/2, p38 MAPK, formasi serabut stres, fosforilasi kompleks adhesi fokal, penurunan aktivitas MMP, dan penurunan proliferasi sel pada reseptor transfektan. Becker et al menunjukkan downregulasi proliferasi sel dan induksi apoptosis KiSS1 melaui GPR54. Dittmer et al. (2006) juga menunjukkan silens KiSS1 pada sel MDA-MB-231 dengan penurunan fosforilasi ERK1/2. Kotani et al. 2001) menunjukkan aktivasi GPR54 dengan fosforilasi oleh FAK dan membentuk kompleks adhesi fokal Selain peningkatan kalsium intraselular, Cho et al. (2009) pada CHO cells menunjukkan inhibisi VEGF-induced FAK phosphorylation pada HUVEC, memblok defosforilasi dependen kalsineurin NFAT yang menyebabkan supresi aktivasi transkipsi sel yang dependen NFAT. Di samping itu, GPR54 juga meningkatkan NF-KB, inhibitor aktivasi TNF-alfa dengan memblok RhoA. 36 Penelitian Hori te al. (2001) menunjukkan bahwa lini sel yang ditransfeksi oleh GPR54 dan terekspos Kisspeptin menunjukkan penurunan pertumbuhan sel tetapi bukan apoptosis. Kisspeptin bukan menginduksi kematian sel tumor pada tempat primer, melainkan melalui GPR54 menganggu survival sel dengan meningkatkan sinyal proapoptosis dan menganggu sinyal prosurvival dari RTKs.Becker et al. (2005) menunjukkan sel karsinoma mammae MDA-MB-4355 yang diprogram 23
18 untuk mengekspresikan GPR54 sampai Kisspeptin-1 menunjukkan penurunan kondensasi nukleus secara konsisten dengan apoptosis. Navenot et al. (2009) menunjukkan Kisspeptin menginduksi sinyal proapoptosis dan apoptosis pada dua lini sel terprogram Di sisi lain, Gao et al. (2007) menujukkan adanya ekspresi dan korelasi KiSS1, MMP-9, dan NF-kappaBp65 pada tumor ganas ovarium tipe epitel. Ekspresi protein metastin pada tumor ganas ovarium tipe epitel epitel primter lebih tinggi secara signifikan pada tumor ganas ovarium tipe epitel dibandingkan adenoma jinak ovarium dan jaringan normal. Hata et al. (2007) menunjukkan adanya ekspresi gen metastin, AXOR12, dan gliseraldehida-3 fosfat dehidrogenase dengan real-time quantitative reverse transciption polymerase chain reaction pada 76 spesimen tumor ganas ovarium tipe epitel epitel. Hasil penelitian juga menunjukkan sinyal metastin/axor12 dapat mensupresi fenotipe invasif dari tumor ganas ovarium tipe epitel epitel. 40 Regulasi negatif dari ekspresi MMP-2 dan MMP-9 dengan KiSS1. Gen KiSS1 ditemukan membentuk kompleks yang stabil dengan pro- MMP-2 dan pro-mmp-9 melalui domain propeptida MMP. Afinitas protein KiSS1 dengan pro-mmp ditemukan pada kadar yang tinggi dan kompleks sangat stabil. KiSS1 menurunkan ekspresi MMP-9 dengan melemahkan ikatan NF-KB ke promoter.hal ini merupakan salah satu dari berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas metastasis yang dipengaruhi oleh KiSS1. Bagaimanapun, mekanisme jelas dari aksi ini masih dalam penelitian
19 Metastin ditemukan berperan sebagai ligan reseptor G-protein yang disebut hot7t175, AXOR12, atau GPR54.Seluruh metastin yang berikatan ke reseptor G protein dan GPR54 menunjukkan identitas sekuensi mirip GalR1 dan Galre (34-35%). Penelitian Ohtaki et al. (2001) pada sel ovarium mencit dan sel melanoma B-16-B16 menunjukkan metastin menghambat kemotaksis dan invasi in vitro serta mengurangi metastasis pulmonal melanoma B-16-B16 secara in vivo. 15 Sepertinya pasien yang memiliki ekspresi KiSS1 yang rendah memiliki prognosis yang lebih buruk.ekspresi metastin adalah faktor prognostik independen untuk survival kanker pankreas.kadar metastin plasma dapat menjadi suatu faktor prognostik noninvasif untuk analisis kanker pankreas. Schmid menunjukkan bahwa peningkatan KiSS1 pada kanker hepatoselular berhubungan dengan perburukan klinis, dan dapat menjadi marker prognostik independen dalam agresivitas kanker Ekspresi KiSS1 Pada Tumor Ganas Ovarium Tipe Epitel Profil ekspresi dan peran gen KiSS1 pada kanker masih belum diketahui dengan jelas. Aktivasi GPR54 oleh gen ini akan memicu hidrolisis fosfatidil inositol 4,5 bifosfat, mobilisasi kalsium, pelepasan asam arakhidonat, dan fosforilasi ERK1/2 MAPK. Efek yang ditimbulkan adalah penghambatan motilitas sel, invasi, proliferasi, dan metastasis. 45 Bagaimanapun, mekanisme utama yang berhubungan dengan metastasis tumor masih belum jelas. Penelitian Hata et al. (2007) menunjukkan ekspresi gen KiSS1 yang rendah berhubungan dengan 25
20 invasi sel tumor ganas ovarium tipe epitel yang lebih agresif dan signfikan bila digunakan sebagai faktor prognostik bagi pasien tumor ganas ovarium tipe epitel. Martin et al. (2005) menunjukkan bahwa overekspresi gen KiSS1 meningkatkan progresivitas kanker payudara. Ikeguchi et al. (2003) menunjukkan overekpsresi KiSS1 dan GPR54 yang ditemukan pada seluruh stadium lanjut kanker karsinoma hepatoselular. Liang et al. (2007) juga menunjukkan kadar KiSS yang tinggi menjadi faktor inhibitor invasi kanker pankreas. Sanchez-Carbayo et al. (2003) menunjukkan bahwa penurunan ekspresi gen KiSS1 berhubungan dengan invasi vaskular pada kanker kandung kemih. Dhar et al. (2004) juga menunjukkan downregulasi ekspresi KiSS1 menyebabkan progresitivitas invasi kanker gaster. 18,43-50 Penelitian di atas menunjukkan ekspresi gen KiSS1 memiliki peran penting dalam menghambat progresivitas dan meningkatkan survival pasien kanker. Efek proliferasi sel oleh KiSS1 ditemukan tidak mempengaruhi tumorigenitas sel. Karakterisasi gen KiSS1 metastin besar perannya dalam menghambat metastasis kanker. Golberg et al. (2003) menunjukkan bahwa penurunan koaktivator transkipsi gen KiSS1 (CRSP3/DRIP130) akan menurunkan progresitivitas potensial kanker. Upregulasi KiSS1 berhubungan dengan protein redoks kecil yang disebut thioredoksin (terpeta pada kromosom 1). Nash et al. (2006) juga menunjukkan KiSS1 dapat menghambat inisiasi kolonisasi sel metastasis ke suatu tempat
21 Downregulasi gen KiSS1 disebabkan karena delesi homozigot, promoter metilasi, dan mutasi gen KiSS1. Stafford et al. (2002) yang mencoba menilai jalur atau mekanisme inhibisi progresitivitas kanker oleh KiSS1. Peneliti menyatakan bahwa gen ini menghambat proliferasi selular melalui peningkatan sekresi kalsium ke intraselular dan aktivasi protein kinase C. Peningkatan kalsium intraselular dapat menghambat diferensiasi dan apoptosis pada sel kanker. Mekanisme ini ditemukan akan meningkatkan proliferasi ERK1/2, menurunkan MMP-2, inhibisi CXCR4 yang akan menghambat proses metastasis. 19 Penelitian Mitchell et al. (2006) menunjukkan KiSS1 dapat menghambat NF-kB yang diinduksi TNF alfa dan aktivasi Tho 1 di mana KP10 menginhibisi migrasi sel yang diinduksi TNFalfa dan aktivasi GTPase Rho. KiSS1 menghambat aktivasi NFkB melalui jalur ini yang menyebabkan hambatan pada migrasi dan invasi sel kanker. Selain itu, hambatan NFKB juga menghambat ekspresi MMP-9 sehingga terjadi inhibisi proliferasi sel. 53 Hilangnya reseptor KiSS1 pada beberapa lini sel tumor ganas ovarium tipe epitel menunjukkan hilangnya fungsi metastasis pada sel tumor ganas ovarium tipe epitel.overekspresi KiSS1 ditemukan menghambat formasi koloni sebanyak 50-75% pada sel tumor ganas ovarium tipe epitel in vivo (p<0,001). Penghambatan ditemukan pada migrasi sel tetapi bukan proliferasi sel. Peneliti juga menunjukkan ekspresi KiSS1 pada sel ovarium aktivasi protein kinase C dapat mereversi 80% inhibisi migrasi sel yang dipicu oleh KiSS1, di mana downregulasi pkc alfa 27
22 dengan shrna mengembalikan efek KiSS1, yang menunjukkan bahwa PKC mungkin termasuk atau mempengaruhi konsentrasi KiSS1. 54 Produk gen KiSS1 terdiri dari domain fosforilasi protein kinase, suatu sinyal sekretori, dan regio yang kaya akan poliprolin, dan memiliki motif penting dalam modifikasi post translasional. Secara terpisah, 3 grup penting yang ada adalah fragmen C-terminal, metastin, dan Kisspeptin. Pada kanker kolorektal, mekanisme ini dimediasi oleh hipermetilasi pada DNACpG sehingga terjadi silens dari gen KiSS1. 55 Jiang et al. (2005) melaporkan ekspresi KiSS1 dan AXOR12 yang berbeda pada lini sel tumor ganas ovarium tipe epitel.sel SKOV3 mengekspresikan AXOR12, tetapi tidak memiliki KiSS1. Dengan pajanan KiSS1 pada sel ini, ditemukan inhibisi migrasi sel SKOV3 dan penurunan formasi koloni sel SKOV3 tanpa menganggu proliferasi sel. Hasil ini menunjukkan peran KiSS1 sebagai supresor metastasis tumor ganas ovarium tipe epitel. 56 Zhang et al. (2005) dan Hata et al. (2007) yang melakukan evaluasi ekspresi RNA KiSS1 dan GPR54 pada 100 kasus tumor ganas ovarium tipe epitel menunjukkan prognosis yang baik bila kadar keduanya tinggi. Median ekspresi mrna metastin dan AXOR12 adalah 0,047 dan 0,01-13,57 serta 4 dan 0, ,13. Adanya residual tumor setelah reseksi berhubungan terbalik dengan kadar metastin (p=0,0084) dan AXOR12 (p=0,0148) yang menunjukkan hubungan rendah ekspresi gen ini menyebabkan tumor yang lebih agresif dan stadium lanjut. Kombinasi 28
23 metastin dan ACOR12 juga menjadi faktor prognostik yang signifikan (p=0,049). 18,57 Gambar 2. Analisis hibridisasi insitu metastin dan AXOR12 pada plasenta. (a) Sel yang mengekspresikan mrna metastin di sinsiotropoblas (b) Gambar a tanpa pewarnaan latar belakang (c) Sel yang mengekspresikan mrna AXOR12 di sinsiotropoblas (d) Gambar d tanpa pewarnaan latar belakang Prentice et al. (2007) melakukan analisis imunohistokimia Kisspeptin dan GPR54 pada 514 spesimen tumor ganas ovarium tipe epitel stadium awal. Skoring imunohistokimia diklasifikasikan menjadi 0, +1, dan +2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya Kisspeptin dan GPR54 menunjukkan prognosis yang baik terhadap survival sewaktu (p=0,0023; p=0,0092) dan survival keseluruhan (p=0,0006, p=0,0002). Peneliti juga menunjukkan Kisspeptin positif paling banyak pada jenis 29
24 histologis tumor ganas ovarium tipe epitel clear cell (21,88%), endometrioid (8,13%), musinosa (12%), dan serosa (1,49%). 58 Gambar 3. Pola imunoreaktivitas Kisspeptin dan GPR-54 pada jaringan ovarium. Pola imunoreaktivitas Kisspeptin ditunjukkan pada gambar A-C dan GPR-54 ditunjukkan pada gambar D-F. Tidak adanya pewarnaan diklasifikasi sebagai 0, pewarnaan ringan ditunjukkan dengan pewarnaan coklat tua, pewarnaan sedang ditunjukkan dengan pola pewarnaaan coklat muda atau tua jarang sepanjang inti tumor, dan pewarnaan kuat ditunjukkan dengan warna coklat tua di sepanjang sel tumor Ekspresi KiSS1 Pada Tumor Jinak Ovarium Tipe Epitel Kisspeptin, produk hidrolisis KISS1, ditemukan dapat berikatan dengan protein G dan fosfolipase C untuk memecah PIP2 menjadi IP3 dan DAG.IP3 merangsang masuknya kalsium dari mitokondria dan retikulum endoplasma melalui sistem second messenger kalsiumkalmodulin. Hal ini akan mengaktivasi protein kinase dependen kalmodulin melalui fosforilasi. Fungsi spesifik kalmodulin adalah aktivasi kinase rantai 30
25 ringan miosin yang berperan langsung merangsang ikatan miosin pada aktin dalam kontraksi otot.dag mengaktivasi PKC dan kaskade fosforilasi kinase sehingga terjadi pelepasan asam arakhidonat dan stimulasi MAPK, ERK1 dan ERK2 kinase. Protein kinase lain yang teraktivasi adalah sel leukemia mieloid 1, kinase dependen kalsium/kalmodulin, dan tirosin kinase. DAG juga merangsang depolarisasi neuron GnRH oleh TRPC dan inhibisi Kir untuk merangsang sekresi GnRH. Tingginya GnRH, dalam hal ini dapat memicu tingginya estrogen dihipotesisnya berhubungan dengan pembentukan tumor jinak ovarium tipe epitel. 13,59 Gambar 4. Pengaruh KiSS1 pada aksis HPA. Skema yang menampilkan mekanisme KiSS1 dalam merangsang GnRH. KiSS1 memicu seksrei kisspeptin oleh sinar matahari, intak makanan, estrogen, androgen, progesteron, elptin, dan laktasi. Kisspeptin kemudian berikatan pada GPR54, meregulasi sekresi GnRH yang kemudian merangsang FSH/LH. 61 Neuron KiSS1 sendiri terlokasi pada periventrikular anteroventral area preoptik dan nukleus arkuata dengan badan sel GnRH dalam. 31
26 Ekspresi KiSS1 pada otak diregulasi oleh steroid gonad walaupun regulasi awal berbeda di setiap nukleus. Dalam stadium awal, tumor ganas ovarium tipe epitel dapat diterapi secara efektif dengan operasi dan kemoterapi. Lebih lanjut, kebanyakan kasus biasanya memiliki penyakit metastasis ekstensif melalui penyebaran peritoneal meliputi omentum dan kelenjar getah bening, dengan angka kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 30% meskipun telah ditemukannya terapi sitoreduktif dan kemoterapi adjuvan. 61 Neuron KiSS1 pada AVPV menjadi target langsung estradiol akan aktivasi transkipsi untuk meningkatkan surge LH. Kisspeptin merangsang sekresi GnRH dan LH melalui aksi langsung pada neuron GnRH yang mana mayoritas memiliki ekspresi reseptor Kisspeptin GPR54. KiSS1 yang berdiferensiasi pada AVPV dapat meningkatkan AVPV. Neuron sensitif estradiol yang badan selnya berlokasi di AVPV akan meningkatkan surge GnRH dan LH. 62 Penelitian Panidis et al. (2006) yang menilai kp54 (metastin) pada pasien PCOS menunjukkan bahwa grup PCOS obesitas memiliki kadar kp54 yang lebih rendah dibandingkan pasien dengan IMT normal. Bagaimanapun, konsentrasi ini tidak berbeda secara statistik bila dibandingkan dengan kontrol. Peneliti juga menunjukkan kadar kp54 berbanding terbalik dengan IMT, indeks androgen bebas, dan peningkatkan resistensi insulin
27 2.6. Perbandingan Kiss1 Antara Tumor Ganas Dan Tumor Jinak Ovarium Tipe Epitel Weipei et al. (2001) melakukan penelitian untuk menentukan bagaimana ekspresi KiSS1 dan perannya dalam migrasi dan invasi tumor ganas ovarium tipe epitel.dalam penelitiannya, juga dinilai ekspresi KiSS1 pada tumor ganas ovarium tipe epitel dan tumor jinak ovarium tipe epitel. Penelitian pada 46 kasus tumor ganas ovarium tipe epitel dan 17 kasus tumor jinak ovarium tipe epitel.lini sel tumor ganas ovarium tipe epitel manusia HO-8910 ditransfeksi dengan vektor pcdna3-kiss1. Proliferasi dan invasi sel dideteksi dengan RT-PCR, MTT, formasi klon, dan assay invasi Boyden Chamber. 18 Dalam perbandingan kanker dan tumor jinak ovarium tipe epitel, hasil imunohistokimia menunjukkan ekspresi KiSS1 lebih tinggi secara signifikan pada tumor ganas ovarium tipe epitel dibandingkan tumor jinak ovarium tipe epitel (76% vs 47% p<0,05). Ekspresi KiSS1 lebih tinggi secara signifikan pada stadium lanjut dan dengan metastasis limfatik (p<0,05). Pada seluruh spesimen, tidak ada perbedaaan diantara seluruh jenis diferensiasi, baik, sedang, maupun buruk (p>0,05). Sel kanker clear menunjukkan rendahnya ekspresi KiSS1 yang signifikan dibandingkan klasifikasi histologi lainnya (p<0,05)
28 Tabel 2.2 Ekspresi KiSS1 Pada Tumor Ovarium Ganas dan Jinak Kelompok N n (%) n (%) n (%) Tumor ovarium ganas (23,9) 23 (50,0) 12 (26,1) Tumor ovarium jinak 17 9 (52,9) 7 (41,2) 1 (5,9) Tabel 2.3 Fitur Klinikopatologis Tumor Ovarium Ganas dan Ekspresi KiSS1 Variabel n Positif (%) Diferensiasi Baik 11 9 (81,8) Sedang (75) Buruk (73,7) Klasifikasi histologis Serosa (76,9) Musinosa 11 9 (81,8) Endometrioid (83,3) Sel jernih 9 6 (66,6) Lainnya 1 0 Asites Negatif (82,4) Positif (72,4) Stadium I-II (68,0) III-IV (85,7) Metastasis limfatik Negatif 15 9 (60,0) Positif (83,9) 34
29 Gambar 5. Ekspresi KiSS1 pada tumor ovarium ganas pada pemeriksaan imunohistokimia. Gambar (a) menunjukkan ekspresi negatif dan gambar (b) menunjukkan ekspresi positif (++) (pembesaran x400). Dalam analisis hubungan KiSS1 dan metastasis, gen KiSS1 diintegrasi secara baik ke dalam genomik DNA lini sel tumor ganas ovarium tipe epitel HO Assay invasi Boyden chamber menunjukkan jumlah sel yang menginvasi filter Matrigel menurun secara signifikan pada kelompok transfeksi dibandingkan dengan grup yang tidak tertransfeksi. Tidak ada perbedaaan proliferasi sel yang signifikan di antara kedua grup. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat overekspresi KiSS1 pada tumor ganas ovarium tipe epitel dibandingkan dengan tumor jinak ovarium. Gen KiSS1 dapat mensupresi invasi HO-8910 in vitro
30 2.7. Kerangka Teori 36
31 2.8. Kerangka Konsep Ekspresi KiSS1 Tumor Ganas Ovarium Tipe Epitel Variabel Independen Variabel Dependen 37
BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumor ganas ovarium tipe epitel adalah penyebab kematian kanker ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika Serikat terkena tumor ganas
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciOvarian Cysts: A Review
Ovarian Cysts: A Review Cheryl Horlen, BCPS University of the Incarnate Word Feik School San Antonio, Texas 7/20/2010 US Pharm. 2010;35(7):HS-5-HS-8 Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah kesehatan perempuan di dunia, termasuk Indonesia. Hal ini terkait dengan tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tumor Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium.tumor ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah
Lebih terperinciTumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Ovarium merupakan penyebab utama kematian dari kanker ginekologi. Selama tahun 2012 terdapat 239.000 kasus baru di seluruh dunia dengan insiden yang bervariasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia setelah payudara,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang baik,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang dijumpai hampir 30% dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uterus 2.1.1. Anatomi dan Histologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah pir dan berdinding tebal. Yang terdiri dari fundus uteri, korpus uteri, cavum uteri. Ukuran dari fundus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 2.1 Defenisi Kista Ovarium BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah, nanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,
Lebih terperinciAnatomi/organ reproduksi wanita
Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita dan penyebab kematian terbanyak. Pengobatannya sangat tergantung dari stadium
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri
78 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri stadium lanjut yaitu stadium IIB dan IIIB. Pada penelitian dijumpai penderita dengan stadium IIIB adalah
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker ovarium merupakan peringkat keenam keganasan terbanyak di dunia, dan merupakan penyebab kematian ketujuh akibat kanker. Kanker ovarium didiagnosis pada 225.500
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai 85-90% adalah kanker ovarium epitel.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUMOR OVARIUM Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang cenderung didiagnosis pada stadium lanjut dan merupakan penyakit dengan angka kejadian tertinggi serta menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
23 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Prevalensi: Data Demografi Usia
Lebih terperinciENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS
Laporan Kasus ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS Arlene Elizabeth P, AAAN Susraini Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Patogenesis 2.1.1. Diagnosis Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012 sebanyak 8,2 juta orang meninggal karena kanker dan 65% di antaranya terjadi di negara miskin dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks uteri merupakan salah satu masalah penting pada wanita di dunia. Karsinoma serviks uteri adalah keganasan kedua yang paling sering terjadi dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia, karsinoma payudara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia, karsinoma payudara menduduki ranking kedua setelah kanker
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab utama kematian di dunia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap
Lebih terperinciI. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tumor ovarium dapat berasal dari salah satu dari tiga komponen berikut: epitel permukaan, sel germinal, dan stroma ovarium itu sendiri. Terdapat pula kasus yang
Lebih terperinciSistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;
Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin
Lebih terperinciArdina Miastuti
Ardina Miastuti 1510221045 Ca endometrium merupakan urutan ketujuh penyebab kematian dari keganasan pada wanita. ± 2 3% wanita akan mengalami ca endometrium selama hidupnya. Sekitar 75% dijumpai pada stadium
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciGangguan Hormon Pada wanita
Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,
Lebih terperinciSel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran
Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran yang menonjol ke luar sel Melalui permukaan sel ini,
Lebih terperinciBAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.
BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi 13% kematian dari 22% kematian akibat penyakit tidak menular utama di dunia (Shibuya et al., 2006).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia dan menempati keganasan terbanyak pada wanita baik di negara maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aerodigestive atas (UADT), meliputi rongga mulut, nasofaring, orofaring, hipofaring dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker nasofaring (KNF) merupakan tumor daerah leher dan kepala dengan penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinci... Tugas Milik kelompok 8...
... Tugas Milik kelompok 8... 6. Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata. Sedang pada mamalia lain terjadi siklus estrus. Bedanya, pada siklus menstruasi, jika tidak terjadi pembuahan maka lapisan
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling umum terjadi dan paling banyak menyebabkan. kematian pada perempuan setelah karsinoma paru-paru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan karsinoma yang paling umum terjadi dan paling banyak menyebabkan kematian pada perempuan setelah karsinoma paru-paru di dunia (Alteri et
Lebih terperinciAnatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang
Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu
Lebih terperinciAsal Usul dan Patogenesis ovarium epitel Kanker-Teori Unifying Usulan
Asal Usul dan Patogenesis ovarium epitel Kanker-Teori Unifying Usulan Abstrak Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang paling mematikan. Upaya deteksi dini dan pendekatan terapi baru untuk mengurangi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Ekstrak Metanol Buah Adas terhadap Lama Siklus Siklus estrus terdiri dari proestrus (12 jam), estrus (12 jam), metestrus (12 jam), dan diestrus (57 jam), yang secara total
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan mengenai tampilan hasil dari perancangan sistem Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kanker Ovarium Dengan Metode Certainty Factor yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut
Lebih terperinciGambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari Desember 2015
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 26 Gambaran jenis kanker ovarium di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari 23 - Desember 25 Imanuel T. Gea 2 Maria F. Loho 3 Freddy W.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh penderita kanker dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada pasien kanker di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tubuh kita disusun oleh triliunan sel hidup. Sel tubuh yang normal dapat beregenerasi dan mati dengan teratur. Pada awal kehidupan, pertumbuhan sel terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas epitel nasofaring. Etiologi tumor ganas ini bersifat multifaktorial, faktor etnik dan geografi mempengaruhi risiko
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ yang tidak mengalami diferensiasi membentuk .
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang sering terjadi berasal dari jaringan organ email yang tidak mengalami diferensiasi membentuk email. Prosentase ameloblastoma
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab kematian wanita nomor satu (14,7%) di seluruh dunia (Globocan-IARC, 2012). International Agency for Research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Kista Ovarium a. Definisi Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada
Lebih terperinci4 Universitas Indonesia
1. BAB II 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. 4. 2.1 Epidemiologi Kanker ovarium menempati urutan ketiga sebagai keganasan terbanyak di saluran genital wanita. Kanker ovarium sulit dideteksi pada stadium awal sehingga
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK301 Blok : NEOPLASMA (Blok 9) Bobot : 4 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh dunia. Berbeda dengan negara maju dengan insiden kanker payudara yang stagnan atau malah semakin menurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus berlanjut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;
4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spiritualitas 2.1.1 Definisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata latin spiritus yang berarti nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada urutan kelima penyebab kematian di Indonesia. Lebih dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker ginekologi yang paling
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Kanker Kanker merupakan penyakit pembunuh kedua yang banyak memberi kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian yang dikarenakan penyakit yang tidak menular utama
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan hlus. Biasanya bertangkai, seringkali
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kista ovarium adalah bentuk / jenis yang paling sering terjadi kista yang sederhana memiliki struktur dinding yang tipis mengandung cairan serasa dan sering terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada jaringan payudara yang berasal dari epitel duktus atau lobulus. 1 Di Indonesia kanker payudara berada di urutan kedua sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ovarium 2.1.1. Anatomi Ovarium merupakan suatu organ yang berfungsi untuk menghasilkan sel benih perempuan yang disebut ovum serta sebagai penghasil hormon seks pada perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Infertilitas dalam arti klinis didefinisikan sebagai Ketidakmampuan seseorang atau pasangan untuk menghasilkan konsepsi setelah satu tahun melakukan hubungan seksual
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kanker Ovarium Tumor ovarium merupakan neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium,yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari jaringan asalnya. Kanker ovarium biasanya
Lebih terperinciBAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. 4.1 Pengambilan Data
28 BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari Arsip Departemen Patologi Anatomi FKUI/RSUPN-CM Jakarta berupa data sekunder tumor ovarium primer tahun 1997-2006. Data tersebut diambil untuk menjawab
Lebih terperinciPENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS. Risma Aprinda Kristanti
Pengaruh Oksitosin (17-21) El-Hayah Vol. 5, No.1 September 2014 PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS Risma Aprinda Kristanti Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Lebih terperinci