ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN OLEH MARLIANA A PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ii RINGKASAN MARLIANA, Analisis Manfaat dan Faktor-fakor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan, dibawah bimbingan TANTI NOVIANTI. Lettuce head merupakan jenis sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Perusahaan yang mengembangkan jenis sayuran lettuce dengan kemitraan adalah PT Saung Mirwan. Perusahaan cenderung tidak dapat memenuhi terhadap permintaan lettuce head pada periode tahun Oleh karena itu dalam pengadaan pasokan lettuce head, PT Saung Mirwan menjalin kemitraan dengan petani di daerah Garut. Jumlah total petani mitra yang bergabung dengan PT Saung Mirwan tahun 2008 sebanyak 357 petani. Petani mitra yang aktif menanam lettuce sangat sedikit dibandingkan jumlah total petani mitra. Oleh karena itu tujuan dari penulisan skripsi ini adalah (1) Mengkaji pola pelaksanaan kemitraan dan juga mengetahui proses perkembangan serta kendala-kendala yang dihadapi petani, (2) Menganalisa manfaat kerjasama kemitraan dari aspek teknologi dan pemasaran, (3) Menganalisa tingkat pendapatan usahatani di petani mitra dan non mitra untuk mengetahui seberapa besar manfaat pendapatan yang diperoleh petani mitra, (4) Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Penelitian ini akan dilakukan pada PT Saung Mirwan yang terletak di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa PT Saung mirwan merupakan perusahaan yang sedang menjalin kemitraan dengan petani. Kegiatan kemitraan yang akan diteliti dikhususkan pada komoditas lettuce. Petani lettuce yang menjalin kemitraan dengan PT Saung Mirwan tersebar di daerah Garut. Daerah Garut merupakan lokasi yang cocok untuk penanaman lettuce, sehingga daerah tersebut dijadikan tempat khusus untuk kemitraan lettuce. Oleh karena itu pengambilan sample data petani responden dilakukan di Garut. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh dan dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan metode regresi logistik (logit). Pengolahan data untuk analisis pendapatan menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani untuk tetap bermitra dilakukan menggunakan analisis regresi logistik mengunakan program Minitab Kemitraan PT Saung Mirwan mulai diterapkan tahun 1990 dengan jumlah mitra tani yang semakin berkembang. Pola kemitraan yang diterapkan PT Saung Mirwan dengan petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis). PT Saung Mirwan sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana.

3 iii Kerjasama kemitraan berhasil dijalankan karena didasari azas kesetaraan didalam menikmati keuntungan. Dengan azas win-win solution semua pihak merasakan manfaatnya baik petani maupun perusahaan serta masyarakat sekitar. Namun dalam pelaksanaan kemitraan petani masih seringkali mengalami kendala dalam hal teknis budidaya. Kendala yang dialami perusahaan yaitu terbatasnya tenaga penyuluh sehingga kunjungan penyuluh dirasakan masih kurang optimal. Pengadaan bibit menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan kemitraan. Sulitnya dalam pengadaan bibit menjadi penghambat dalam proses budidaya dan seringnya terjadi keterlambatan bibit. Manajemen packaging pada PT Saung Mirwan dinilai masih kurang terkoordinasi dengan baik. Sebagian petani ada yang merasa dirugikan dalam penerimaan hasil panen yaitu hasil panen petani masuk ke petani lain. Manfaat yang dirasakan petani diantaranya yaitu kemudahan dalam pemasaran, harga lebih baik, keuntungan lebih tinggi, bantuan budidaya, serta memiliki ikatan kuat atau jalinan kekeluargaan dengan petani. Manfaat teknis ainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit, sehingga petani mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani lettuce yang dilihat dari pendapatan tunai dan non tunai serta R/C rasio tersebut nilai petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra, menjelaskan bahwa dengan bergabung dengan program kemitraan dapat mendatangkan manfaat pendapatan usahatani lettuce. Berdasarkan BEP harga petani mitra yang diperoleh dapat diketahui bahwa PT Saung Mirwan menetapkan harga hampir dua kali lipat dari harga BEP. Oleh karena itu harga yang ditetapkan perusahaan sudah baik. Petani non mitra sebaiknya dapat memanfaatkan serta mencari peluang pasar agar mendapatkan harga jual lettuce yang lebih tinggi. Hasil analisis regresi logistik dengan memasukkan tujuh variabel diketahui bahwa terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Ketiga variabel tersebut yaitu variabel, pengalaman, pendidikan terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan, dan luas lahan. Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan penulis yaitu lebih dianjurkan kepada perusahaan. Rekomendasi yang diajukan antara lain dengan mengacu pada keuntungan masing-masing pelaku kemitraan dalam melaksanakan budidaya lettuce sebaiknya perusahaan mempertahankan hubungan kerjasama kemitraan. Pihak perusahaan sebaiknya memperbaiki sistem manajemen dan juga pelaksanaan teknis kemitraan. Misalnya dalam pengadaan bibit sebaiknya dikoodinasi lebih baik dengan bagian pembibitan dan juga petani. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman yang dapat merugikan petani dan juga memperburuk citra perusahaan. Manajemen penerimaan produk sebaiknya lebih dibenahi dan diperbaiki lagi agar tidak ada petani yang dirugikan. Dengan memperbaiki manajemen mulai dari bagian pembibitan sampai penerimaan produk akan memperbaiki citra perusahaan. Petani dengan pendidikan yang lebih tinggi masih menilai pelaksanaan kemitraan tersebut kurang baik. Hal tersebut terbukti bahwa petani dengan pendidikan lebih tinggi cenderung untuk tidak melanjutkan kerjasama dan tidak bergabung dalam kemitraan.

4 iv ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN Oleh MARLIANA A SKRIPSI Sarjana Pertanian Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 v PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN BENAR BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. Bogor, Juli 2008 MARLIANA A

6 vi Judul : Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan. Nama Mahasiswa : Marliana Nomor Pokok : A Bogor, Juli 2008 Menyetujui Dosen Pembimbing Tanti Novianti, SP, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Kelulusan:

7 vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 15 Juli 1984 sebagai anak dari Bapak Baedarus dan Ibu Yulliana. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan taman kanak-kanak di TK Insan Kamil Bogor. Kemudian penulis melanjutkan ke sekolah dasar yaitu SD Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun Pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 5 Bogor dapat diselesaikan pada tahun Penulis melanjutkan ke pendidikan tingkat atas pada SMU Negeri 7 Bogor dan lulus tahun Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Diploma III Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa kuliah program D-III penulis pernah bergabung dalam kepanitiaan masa pengenalan departemen (MPD) 2003 dan juga kepanitiaan pemilihan raya ketua MISETA tahun Tahun (sekarang) penulis aktif sebagai Alumni Training Support (ATS) pada penyelenggaraan training SDM ESQ Leadership Center.

8 viii KATA PENGANTAR Kemitraan merupakan jalinan kerjasama sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama. Kemitraan dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat. Manfaat yang diperoleh salah satunya yaitu menjadi alternatif untuk mengurangi atau mempersempit kesenjangan antara pengusaha besar dan pengusaha kecil. Perusahaan saat ini baik besar ataupun kecil melakukan kerjasama kemitraan dalam menjalankan bisnisnya. Hubungan kemitraan yang dijalin dilaksanakan melalui pola kemitraan yang sesuai sifat dan tujuan usaha. Pelaksanaan kemitraan diatur dengan pembuatan kontrak atas kesepakatan bersama secara tertulis dan mengikat ataupun tidak tertulis. Hubungan kemitraan antara perusahaan dengan petani sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian mengenai pelaksanaan kemitraan PT Saung Mirwan dengan petani Lettuce. Penelitian ini ditujukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan hubungan kemitraan tersebut serta mengetahui faktor-faktor apa yang menentukan keputusan petani untuk bermitra. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan dalam mengembangkan kemitraan dan juga khalayak umum mengenai jalinan kemitraan. Bogor, Juli 2008 Penulis

9 ix UCAPAN TERIMA KASIH Puji Syukur dan segala kemuliaan hanya milik Allah SWT Tuhan semesta alam. Dialah Allah Ar-Rasyid Yang Maha Cerdas dan Dialah Al-Alim Yang Maha Berilmu Pengetahuan karena dengan kehendak, anugerah serta karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam untuk Rosululloh SAW, seorang Nabi yang mengajarkan cinta pada ilmu pengetahuan dan kasih sayang. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Orang tua dan adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan perhatian yang sangat berharga kepada penulis. 2. Ibu Tanti Novianti, SP, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan penulis bimbingan, saran dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS yang telah berkenan memberikan arahan serta nasehat-nasehat dalam pembuatan skripsi mulai dari penentuan topik penelitian hingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Ibu Dr. Ir. Heny K Daryanto, MeC dan Bapak Arif Karyadi, SP, selaku dosen penguji utama dan dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukan bagi perbaikan skripsi ini. 5. PT Saung Mirwan beserta Staf, khususnya Bpk. Arif Marzuki, Bpk Adeng, Ibu Lina, Bpk. Heru dan Teh Pipit atas bantuan dalam pengumpulan data-data

10 x yang diperlukan. Keluarga Bpk Youdi atas tempat tinggalnya selama penelitian. 6. Staf MAB: Hamid, Pian, dan Angga atas dukungan, bantuan dan peminjaman buku-buku yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini. 7. Kakak-kakak sepupuku tersayang: Ulle, Pipit, Naila, Mela, dan Finna, atas perhatian, dorongan, serta semangat kepada penulis. 8. Sahabat-sahabatku seperjuangan: Renna, Thia, Eko, Oji, Santy atas bantuannya dalam pengumpulan dan pengolahan data serta saran dan kritikan. 9. Teman-temanku tersayang: Evi, Dian, Vita, Nissa, Yulia, Inggit, Dhea, dan Vina, atas saran dan kritikan serta kasih sayang dan persahabatan yang indah. 10. Keluarga Bapak Soesiyanto: Tante Anggur, Angga, Adit, dan De Andi, atas doa, dukungan, dan semangat yang diberikan selama ini. 11. Ka Budi, Mas Anthony dan crew Janur Kuning, atas doa, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi serta pengalamannya dalam Wedding Organizer. 12. Rekan-rekan ekstensi yang turut membantu dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya, semoga kebaikan Bapak, Ibu, dan rekan-rekan mendapat balasan dari Allah SWT. Bogor, Juli 2008 Penulis

11 xi DAFTAR ISI COVER... i RINGKASAN... ii LEMBAR PERSYARATAN iv PERNYATAAN... v LEMBAR PENGESAHAN... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii KATA PENGANTAR... viii UCAPAN TERIMAKASIH... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Komoditas Lettuce Deskripsi Lettuce Jenis Tanaman Lettuce Syarat Tumbuh Lettuce Teknologi Usahatani Lettuce Teknologi Input Teknologi Budidaya Tekologi Panen dan Pascapanen Penelitian Terdahulu Bisnis Lettuce Kemitraan Agribisnis Sayuran Manfaat dan Alasan Ekonomi Kemitraan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Menjadi Mitra BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian dan Tujuan Kemitraan Manfaat Kemitraan Azas Kemitraan Model Kemitraan Konsep Kemitraan... 40

12 xii Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Pendapatan Usahatani Regresi Variabel tak Bebas Kualitatif Kerangka Pemikiran Konseptual BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Manfaat Kemitraan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Bermitra dengan PT Saung Mirwan BAB V GAMBARAN UMUM KEGIATAN BISNIS PT SAUNG MIRWAN Lokasi Umum PT Saung Mirwan Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Organisasi Perusahaan Deskripsi Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya Fisik Sumberdaya Manusia Deskripsi Kegiatan Bisnis Lettuce Pemasok Bahan Baku Proses Produksi Lettuce dan Penanganan Pasca Panen Kegiatan Pemasaran Lettuce BAB VI PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Petani Lettuce Responden Deskripsi Proses Pelaksanaan Kemitraan Lettuce Alasan-alasan Petani Bermitra Manfaat Pelaksanaan Kemitraan Kendala dalam Pelaksanaan Kemitraan Alternatif Teknis Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan Deskripsi Proses Budidaya Lettuce di Petani BAB VII ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENJADI MITRA Analisis Pendapatan Petani Responden Penerimaan Petani Responden Lettuce Per Musim Tanam Pengeluaran Petani Responden Lettuce Per Musim Tanam

13 xiii Analisis Perbandingan Pendapatan, R/C Rasio dan BEP Petani MitraDengan Petani Non Mitra Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Menjadi Mitra Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra Faktor-faktor yang Tidak Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra Faktor-faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Bermitra BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 xiv DAFTAR TABEL No Halaman 1. Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikulura Tahun Ekspor Impor Lettuce Head per Januari-Februari Penelitian Terdahulu Mengenai Lettuce dan Kemitraan Perbandingan Pendapatan Petani Mitra dengan Non Mitra Deskripsi Jabatan PT Saung Mirwan Jadwal Jam Kerja Karyawan PT Saung Mirwan Kualifikasi Jabatan di PT Saung Mirwan Jumlah Karyawan PT Saung Mirwan Berdasarkan Pendidikan Perusahaan Pemasok Input di PT Saung Mirwan Daftar Pelanggan Lettuce di PT Saung Mirwan Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Menurut Kelompok Umur Tahun Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut Petani Responden Berdasarkan Umur Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Lettuce Petani Responden Berdasarkan Pendapatan Petani Responden Berdasarkan Produktivitas Lettuce Frekuensi Kunjungan Penyuluh pada Petani Mitra Responden Alasan Responden Menjalin Kemitraan Lettuce Manfaat Kemitraan Bagi Petani Mitra Penilaian Kemitraan oleh Petani Mitra Jenis Bantuan yang diharapkan oleh Petani Mitra Penerimaan Penjualan Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra Total Biaya Usahatani Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra Komponen Biaya Tunai Usahatani Lettuce Per Satu Hektar Petani Mitra dan Non Mitra

15 xv 27. Biaya Non Tunai Usahatani Lettuce Per Satu Hektar Petani Mitra dan Non Mitra Analisis Perbandingan Pendapatan Rata-rataRasio R/C, dan BEP Usahatani Lettuce Petani Mitra dan Non Mitra per Hektar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Menjadi Mitra PT Saung Mirwan (α = 10%)

16 xvi DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Grafik Order dan Kirim Lettuce Head PT Saung Mirwan Periode Tahun Grafik Jumlah Petani Mitra PT Saung Mirwan Pola Kemitraan Inti Plasma Pola Kemitraan Subkontrak Pola Kemitraan Dagang Umum Pola Kemitraan Keagenan Pola Kemitraan Kerja Sama Operasional Agribisnis Kerangka Pikir Opersional Kajian Kemitraan PT Saung Mirwan dengan Petani Lettuce Pembibitan Lettuce PT Saung Mirwan Proses Trimming dan Sortasi Lettuce di PT Saung Mirwan Alur Lettuce Pasca Panen di PT Saung Mirwan Proses Pengemasan Lettuce Pengangkutan ke dalam mobil box Truck Transportasi dengan Cold Storage PT Saung Mirwan Areal Tanaman Lettuce Kegiatan Panen Lettuce Petani Mitra

17 xvii DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Order Kirim Lettuce di PT Saung Mirwan Persentase Selisih antara Jumlah Order dengan Pengiriman Lettuce PT Saung Mirwan Kuesioner Penelitian Kajian Kemitraan PT Saung Mirwan dengan Petani Lettuce di Garut Struktur Organisasi PT Saung Mirwan Penggunaan Lahan untuk Usaha Pertanian per Kecamatan di Kabupaten Garut Surat Kontrak Perjanjian Kemitraan Analisis Rata-rata Usahatani Lettuce per Hektar Per Musim Tanam Petani Mitra di Garut Analisis Rata-rata Usahatani Lettuce per Hektar Per Musim Tanam Petani Non Mitra di Garut Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Lettuce 1 Ha Petani Mitra Per Responden Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Lettuce 1 Ha Petani Non Mitra Per Responden Input Pengolahan Regresi Logistik Menggunakan Program Minitab Hasil Analisis Regresi Logistik Menggunakan Program Minitab

18 xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan terutama komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura memberikan kontribusi besar terhadap pertanian Indonesia. Pengembangan komoditas hortikultura dapat mendatangkan PDB yang cukup besar. Nilai PDB hortikultura pada tahun 2005 mencapai Rp triliun. Nilai PDB tersebut meningkat pada tahun 2006 menjadi Rp triliun (Ditjen Hortikultura, 2007). Pengembangan agribisnis hortikultura mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara. Agribisnis hortikultura selain dapat meningkatkan PDB, juga sebagai pembuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Terlihat pada Tabel 1 jumlah penyerapan tenaga kerja subsektor hortikultura meningkat pada tahun 2006 dari periode tahun sebelumnya. Penyerapan tenaga kerja di bidang hortikultura untuk komoditas sayuran sangat besar mendominasi komoditas lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa sayuran memegang peranan penting dalam pengembangan komoditas hortikultura. Tabel 1 Tabel Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Hortikultura Komoditas Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) Peningkatan (%) Sayuran 2,272,324 2,406, Buah-Buahan 697, , Tanaman Hias 1,461 1, Tanaman Obat 20,931 28, Jumlah 2,901,900 3,061, Sumber : Ditjen Hortikultura, 2007

19 xix 2 Nilai PDB yang meningkat dikarenakan produksi dan luas panen hortikultura meningkat. Berdasarkan data Ditjen Hortikultura tahun 2007, setiap tahun produksi maupun luas panen komoditas hortikultura menunjukkan peningkatan. Rata-rata peningkatan produksi pada 2006 dibandingkan 2005 sebesar persen. Produksi kelompok buah-buahan dari 14,786,559 ton meningkat menjadi 16,171,130 ton, dan kelompok sayuran dari 9,101,987 ton meningkat mencapai 9,527,463 ton. Produksi kelompok tanaman obat meningkat juga dari 342,338,887 kg menjadi 447,557,634 kg 1. Sayuran merupakan salah satu jenis kelompok hortikultura yang banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang baik sebagai bahan konsumsi dan pemenuhan gizi masyarakat. Kebutuhan sayur cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Berdasarkan data dari World Bank dan World Development Report (1993) serta International Rice Research Institute (1994) dalam Rukmana dan Yuniarsih (1996) perkiraan jumlah penduduk dunia pada tahun 2025 naik menjadi milyar, penduduk Indonesia tahun 2025 naik menjadi 275 juta. Peramalan peningkatan jumlah penduduk tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan sayuran penting untuk dikembangkan dalam memenuhi konsumsi masyarakat. Kesadaran gizi menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi terutama berasal dari bahan hewani dan beralih mengkonsumsi sayuran. Jumlah industri yang meningkat seperti supermarket, restoran, convention centre, hotel, apartemen, dan rumah sakit membutuhkan pasokan sayuran lebih besar. Hal tersebut menyebabkan 1 Suhendar, Yan, 2007, Disiapkan 32 Kawasan Agribisnis Hortikultura http// 28 Desember 2007

20 xx 3 permintaan sayuran sebagai sumber bahan pangan cenderung meningkat dan menjadi faktor yang mempengaruhi konsumsi sayuran di negara Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2007, tingkat konsumsi sayur di tahun 2003 sebesar kg/kapita/tahun meningkat menjadi sebesar kg/kapita/tahun di tahun 2004 dan meningkat lagi pada tahun 2005 menjadi kg/kapita/tahun. Konsumsi sayur diharapkan akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya. Peningkatan konsumsi sayuran penduduk Indonesia berimplikasi pada kebutuhan pasar dalam negeri yang meningkat. Berdasarkan data BPS Tahun 2007 perkembangan volume dan nilai ekspor sayuran cenderung turun. Volume dan nilai impor dua kali lebih besar dibandingkan dengan volume dan nilai ekspor. Ekspor sayuran yang terbatas disebabkan banyak dari komoditas ini yang belum memenuhi persyaratan yang diterapkan pasar ekspor negara-negara kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Biaya produksi dan biaya pengiriman ekspor sangat tinggi juga mempengaruhi, sehingga akan sulit dalam persaingan harga produk dengan negara pesaing. Sumber daya alam yang sangat potensial masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam mengembangkan sayuran. Oleh karena itu perbaikan dari segi kualitas, dan kontinuitas produk sangat diperlukan untuk memasuki pasar ekspor. Kerjasama dengan berbagai pihak perusahaan perdagangan ekspor dan peran pemerintah yang lebih optimal sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perdagangan ekspor. Jenis sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu lettuce head. Lettuce head dikenal di Indonesia dengan nama selada kepala atau selada krop. Ekspor lettuce head per bulan Februari 2006 menurun sangat tajam dari

21 xxi 4 bulan sebelumnya dengan jumlah sebesar 1,180 kg turun menjadi 234 kg (Tabel 2). Total volume dan nilai impor jauh lebih besar dari ekspor dengan jumlah yang sangat signifikan. Nilai impor yang sangat tinggi menunjukkan produksi lettuce head sangat rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi lettuce head yang rendah disebabkan masih sedikit jumlah pengusaha dan petani yang mengusahakannya. Tabel 2 Ekspor Impor Lettuce Head Bulan Januari-Februari Tahun 2006 Bulan Volume (Kg) Eskpor Nilai (US$) Volume (Kg) Impor Nilai (US$) Januari 1,180 2,330 31,216 30,200 Februari ,132 36,971 Total 1,414 3,130 78,348 67,171 Sumber: Program kemitraan sudah banyak diterapkan oleh berbagai jenis perusahaan agribisnis. Pemerintah sangat menyarankan kepada perusahaan besar untuk menjalin kemitraan dengan petani-petani kecil. Program kemitraan yang baik akan mendukung kegiatan inovatif untuk petani antara lain yang terkait dengan aspek penyediaan input, proses produksi, penanganan panen dan pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran produk kemitraan. Pemerintah memberikan dukungan penuh terhadap program kemitraan dengan petani. Program dukungan kemitraan usaha hortikultura yang telah didirikan dikenal dengan nama Horticultural Partnership Support Program (HPSP) resmi memulai program pada bulan Januari Awal pendirian hanya didukung oleh 3 lembaga dari Belanda yaitu Cordaid, Agriterra dan Direktorat Jenderal Kerjasama Internasional Kementrian Luar Negeri Belanda melalui Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Pada bulan Januari 2007 Rabobank

22 xxii 5 Foundation bergabung untuk mendukung program ini. Program HPSP saat ini telah menjalankan program kemitraannya dengan mendukung 16 kemitraan usaha sayuran dan buah yang tersebar di 7 Propinsi dan 19 Kabupaten/Kota di Indonesia. 2 Perusahaan yang mengembangkan jenis sayuran lettuce dengan kemitraan adalah PT Saung Mirwan. Perusahaan agribisnis ini merupakan produsen dan trading company yang bergerak dalam dua unit bisnis yaitu unit bisnis sayur dan unit bisnis bunga. Komoditas sayuran yang diproduksi merupakan jenis sayuran eksklusif. Sayuran eksklusif merupakan sayuran yang benihnya sukar diperoleh (benih impor) sehingga sayuran tersebut cenderung mahal harganya. Target pemasaran sayuran eksklusif PT Saung Mirwan yaitu supermarket, restoran, dan catering bertaraf internasional. Permintaan lettuce pada PT Saung Mirwan tiap tahunnya cenderung tidak dapat terpenuhi. Perusahaan cenderung tidak dapat memenuhi terhadap permintaan lettuce head pada periode tahun (Lampiran 1). Gambar 1 menunjukkan grafik permintaan (order) dan kirim Lettuce head di PT Saung Mirwan. Kecenderungan selisih antara order dan kirim meningkat pada kurun waktu lima tahun. Selisih tersebut ditunjukkan oleh garis gap pada Gambar 1. Peningkatan selisih yang paling signifikan terjadi di tahun 2005 sebesar 9.55 persen dari tahun 2004 sebesar 3.55 persen (Lampiran 2). Berdasarkan selisih order dan kirim diduga produksi lettuce di PT Saung Mirwan cenderung rendah. Hal tersebut menunjukkan peluang pasar lettuce masih terbuka. Peluang pasar yang tinggi membuat usahatani lettuce sangat potensial untuk dikembangkan. Oleh karena itu kapasitas produksi lettuce PT Saung Mirwan perlu ditingkatkan. 2 Anonim Program Dukungan Kemitraan Usaha Hortikultura antara Petani Kecil dengan Perusahaan http// development.co.id. 28 Desember 2007

23 xxiii 6 kilogram 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, tahun rata-rata order per bulan gap order-kirim per bulan rata-rata kirim per bulan Gambar 1 Grafik Order dan Kirim Lettuce Head PT Saung Mirwan Periode Tahun Berdasarkan grafik tersebut permintaan lettuce yang cenderung meningkat merupakan peluang bagi PT Saung Mirwan untuk mengembangkan usahanya. Didukung dengan kemajuan teknologi yang pesat, perusahaan dapat melakukan inovasi terhadap produk-produknya. Kemudahan dalam akses informasi pasar menjadikan PT Saung Mirwan dapat meluaskan usahanya serta memasarkan produknya ke berbagai kota di Indonesia. Permintaan sayur yang terus meningkat dengan lahan produksi terbatas membuat PT Saung Mirwan membutuhkan pasokan sayur dari petani lain. Perusahaan menjalin kerjasama untuk memperoleh suplai sayur dengan pemasokpemasok sayur baik petani perorangan maupun pedagang pengumpul. Komoditas sayur tertentu yang permintaannya relatif banyak dan membutuhkan kontinuitas, dalam pengadaan pasokan perusahaan menjalin kemitraan dengan petani. 1.2 Rumusan Masalah Perkembangan usaha agribisnis akhir-akhir ini cukup membanggakan dari segi kuantitas, walaupun dari segi kualitas produk-produk agribisnis Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan produk luar negeri. Sayuran

24 xxiv 7 yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan konsumsi menjadi pilihan dalam usaha agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem usahatani yang saling berhubungan dan berkaitan antara sistem satu dengan yang lainnya. Proses dalam usaha agribisnis dimulai dari persiapan input usahatani, proses usahatani, proses penanganan output usahatani, distribusi dan pemasaran hasil usahatani dengan memperoleh nilai tambah dan memiliki tujuan komersil. Tingkat konsumsi dan kebutuhan sayur yang tinggi berpengaruh pada permintaan sayur di PT Saung Mirwan. Permintaan konsumen semakin berkembang dan mengalami spesifikasi dari produk yang ditawarkan. Produk dapat diterima oleh pasar jika mutu produk sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen akan tercapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk yang ditawarkan. PT Saung Mirwan sebagai salah satu produsen agribisnis yang selalu peka terhadap perubahan dan berinovasi tinggi, melakukan beberapa upaya dan langkah-langkah untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin berkembang. Keterbatasan sumber daya lahan dan tenaga kerja membuat PT Saung Mirwan tidak dapat memaksimalkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Oleh karena itu dalam pengadaan pasokan sayuran kerjasama dengan petani dalam pola kemitraan sangat dibutuhkan untuk lebih dikembangkan. Kemitraan yang dijalankan oleh PT Saung Mirwan cukup besar. Hal itu dapat dilihat dengan jumlah petani mitra yang banyak dan tersebar di beberapa daerah seperti Bogor, Cipanas, Cianjur, Sukabumi dan Garut. Permintaan dalam negeri lettuce head per minggu mencapai 3.5 ton. Luas lahan luar yang dimiliki PT Saung Mirwan tidak mampu menghasilkan lettuce

25 xxv 8 untuk memenuhi permintaan pasar domestik tersebut. Perusahaan menjalin kemitraan dengan petani di daerah Garut untuk memenuhi kebutuhan pengadaan pasokan lettuce head. Daerah Garut saat ini dikhususkan untuk memproduksi lettuce head karena kondisi iklim dan tanah yang cocok dibandingkan daerah lain. Permasalahan yang sering dialami PT Saung Mirwan yaitu terjadi less product untuk komoditas lettuce head. Perubahan terhadap pola konsumsi sayuran menjadikan masyarakat menginginkan jenis sayuran yang beragam termasuk jenis sayuran eksklusif dengan kualitas baik. Persaingan dan permintaan yang dihadapi perusahaan semakin berkembang, sehingga harus memikirkan bagaimana teknologi budidaya dan upaya-upaya untuk memenuhi permintaan konsumen. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan volume produksi dan kualitas produk. Peningkatan kualitas diharapkan juga dapat meningkatkan produktivitas tanaman sehingga akan meningkatkan pendapatan petani mitra. Hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam pengembangan program kemitraan yang dijalankan. Jumlah total petani mitra yang bergabung dengan PT Saung Mirwan berdasarkan Gambar 2 tahun 2008 sebanyak 357 petani. Petani mitra yang aktif menanam lettuce sangat sedikit dibandingkan jumlah total petani mitra, akan tetapi jumlah petani lettuce setiap tahunnya cenderung meningkat. Tahun 2006 jumlah petani mitra yang aktif menanam lettuce sebanyak 48 orang. Jumlah tersebut meningkat di tahun 2006 sebanyak 58 petani. Tahun 2008 sampai bulan Maret untuk sementara jumlah petani menurun menjadi 55 orang petani.

26 xxvi lettuce komoditas lain Gambar 2 Grafik Jumlah Petani Mitra PT Saung Mirwan, 2008 Data petani menjelaskan bahwa jumlah petani lettuce hanya sebagian kecil dari jumlah total petani mitra, sementara pada Gambar 1 PT Saung Mirwan cenderung tidak dapat memenuhi permintaan lettuce head setiap tahunnya. Gap atau selisih antara order dan kirim lettuce head semakin besar tiap tahunnya. Apakah jumlah petani lettuce yang hanya sebagian kecil dari jumlah total menjadi penyebab rendahnya produksi lettuce sehingga tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Fenomena tersebut menarik menjadi pembahasan mengenai program kemitraan yang telah dijalankan PT Saung Mirwan. Berdasarkan jumlah petani lettuce yang cenderung meningkat dapat dikaji untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diberikan program kemitraan terhadap petani lettuce. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan petani untuk bergabung dengan program kemitraan PT Saung Mirwan. Pola kemitraan petani yang telah berjalan bertujuan dapat memenuhi target produksi, meningkatkan kuantitas, kontinuitas dan kualitas produk bagi perusahaan. Keterlibatan petani dalam program kemitraan diharapkan pula dapat bermanfaat bagi petani baik dalam penguasaan teknologi, peningkatan mutu produk, maupun peningkatan pendapatan. Berdasarkan identifikasi dan uraian di atas, permasalahan penelitian yang akan dikaji penulis adalah sebagai berikut:

27 xxvii Bagaimana proses pelaksanaan pola kemitraan di PT Saung Mirwan dan perkembangannya, apakah dengan adanya kemitraan mampu meningkatkan produktivitas lettuce? 2. Apa manfaat kemitraan dalam hal teknologi dan pemasaran serta apakah dengan bermitra akan meningkatkan pendapatan petani? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penulisan skripsi ini sejalan dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas adalah : 1. Mengkaji pola pelaksanaan kemitraan dan juga mengetahui proses perkembangan serta kendala-kendala yang dihadapi petani. 2. Menganalisa manfaat kerjasama kemitraan dari aspek teknologi dan pemasaran. 3. Menganalisa tingkat pendapatan usahatani lettuce di petani mitra dan non mitra untuk mengetahui manfaat pendapatan yang diperoleh petani mitra. 4. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Hasil penulisan skripsi ini diharapkan berguna sebagai: 1. Informasi ilmiah mengenai pola pelaksanaan kemitraan petani lettuce pada PT Saung Mirwan serta rujukan bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya. 2. Masukan bagi perusahaan mengenai kegiatan bisnisnya serta menjadi pertimbangan dalam menerapkan strategi dan teknik yang akan digunakan dalam pengembangan kemitraan.

28 xxviii BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran komoditas Lettuce Lettuce merupakan jenis tanaman sayur daun yang sudah dikenal di kalangan masyarakat. Tanaman lettuce berasal dari daerah beriklim sedang seperti Asia Barat, dan Amerika. Daerah penyebaran tanaman lettuce diantaranya Karibia, Malaysia, Afrika, serta Filipina dan kemudian menyebar ke Indonesia. Lettuce umumnya dikonsumsi segar sebagai lalapan ataupun sebagai hidangan pembuka yang dicampur dengan sayuran lainnya. Lettuce sangat baik untuk dikonsumsi karena mengandung beragam zat makanan yang esensial bagi kesehatan tubuh. Manfaat lettuce untuk kesehatan diantaranya untuk memperbaiki dan memperlancar pencernaan serta dapat berfungsi sebagai obat penyakit panas dalam (Haryanto et. al, 2003) Deskripsi Lettuce Tanaman lettuce dalam bahasa latin disebut dengan Lactuca sativa L. Di Indonesia tanaman lettuce dikenal dengan nama selada merupakan tanaman sayuran semusim yang sudah banyak dikembangkan. Tanaman lettuce mempunyai akar serabut dengan bulu-bulu akar yang menyebar di dalam tanah. Batangnya sangat pendek selama fase pertumbuhan vegetatif. Batangnya akan memanjang dan bercabang setelah tanaman memasuki fase generatif. Daun lettuce berwarna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk dan ukuran bermacam-macam tergantung jenisnya. Tanaman lettuce berbunga sempurna dengan lima stamen, dan

29 xxix 12 menghasilkan biji yang ukurannya sangat kecil. Biji tersebut digunakan untuk perbanyakan tanaaman lettuce sebagai benih (Suprayitna, 1996) Jenis Tanaman Lettuce Lettuce yang umum dibudidayakan dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu Head Lettuce, cos lettuce, leaf lettuce, stem lettuce (Haryanto et. al, 2003). 1. Head Lettuce Head lettuce disebut juga selada krop merupakan jenis selada yang mempunyai krop bulat dengan daun silang merapat. Disebut head lettuce karena bentuknya yang bulat seperti kepala. Daunnya ada yang berwarna hijau terang dan ada juga yang berwarna hijau gelap. Batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat. Tanaman head lettuce umumnya dibudidayakan di dataran tinggi karena apabila dibudidayakan di dataran rendah maka tidak akan menghasilkan krop. Lettuce head dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu tipe renyah (crispy) dan tipe mentega. a. head lettuce tipe crispy Ciri tipe crispy adalah membentuk krop dengan daun yang agak lepas (kropos). Dibandingkan dengan tipe mentega, tipe crispy lebih tahan terhadap kekeringan dan kropnya lebih padat. Head lettuce tipe crispy memiliki beberapa varietas dengan ciri dan keunggulan yang berbeda. Berikut ini beberapa varietas head lettuce tipe crispy. 1) Kaisser, merupakan varietas yang berkualitas tinggi, ukurannya agak kecil, dan daunnya berwarna hijau terang. 2) Ballade, memiliki pertumbuhan cepat dengan warna hijau terang.

30 xxx 13 3) Alpen, pertumbuhannya cepat, ukurannya sedang, dan warnanya hijau gelap. 4) Marina, merupakan varietas terbaru, sistem perakarannya kuat, ukuran besar, berwarn hijau terang. 5) Santa Maria, ukuran besar, daun tebal dan berwarna hijau gelap. 6) Great Lakes, ukuran tergolong besar serta amat populer di Amerika dan kini menyebar ke banyak negara. 7) Avoncrisp, jenis ini tergolong tahan terhadap hama dan penyakit. Daunnya hijau segar dan keriting khas tipe crispy. Tipe ini merupakan pilihan yang baik untuk diusahakan. 8) Webb s wonderful, jenis ini merupakan yang paling terkenal di inggris. Selain berpenampilan baik jenis ini mudah beradaptasi disemua musim maupun kondisi. b. Head lettuce tipe mentega Ciri tipe mentega adalah membentuk krop dengan daun yang agak lurus atau tidak terlalu keriting. Daunnya halus dan pertumbuhannya amat cepat. Beberapa varietas head lettuce yang termasuk tipe mentega adalah sebagai berikut. 1) Okayama salad, warnanya hijau tua, tahan terhadap panas, dan umurnya genjah. 2) Green mignonette, warnanya hijau terang, ukurannya kecil, dan umurnya genjah. 3) Brown mignonette, hampir sama dengan mignonette tetapi warna daunnya hijau kecokelatan. 4) Mini star, merupakan varietas baru, ukurannya kecil, pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur hari setelai semai.

31 xxxi 14 5) All the year round, namanya yang unik diperoleh karena varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun tidak peduli musim. Ukurannya tergolong sedang dengan warna daun hijau pucat dan cukup tahan terhadap kekeringan. 6) Tom thumb, merupakan selada jenis mungil yang banyak disukai. Ukuran kropnya sebesar bola tennis, dengan pertumbuhan yang cepat. 7) Avondefiance, jenis ini tampilannya tegar, dan tergolong jenis yang komersial. Tahan terhadap penyakit kayu dan serangan kutu akar. 8) Continuity, pertumbuhan tanaman agak tinggi dan kompak dengan daun yang kemerahan. Jenis ini cocok ditanam di tanah yang berpasir. 9) Buttercrunch, daun keras dan mengkilap, terutama bagian kropnya. Dibandingkan jenis butterhead lainnya, varietas buttercrunch memiliki daun paling kekar. 2. Cos Lettuce Cos lettuce atau selada rapuh disebut juga dengan nama romaine lettuce. Lettuce jenis ini mempunyai krop yang lonjong dengan pertumbuhan yang meninggi cenderung mirip petsai. Daunnya lebih tegak dibandingkan daun selada yang umumnya menjuntai kebawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua agak gelap. Jenis lettuce ini tergolong lambat pertumbuhannya. Beberapa varietas cos lettuce adalah sebagai berikut. a. Lobjoit s green, varietas lama yang masih disukai hingga sekarang. Ukurannya besar, daun hijau agak gelap dan rasanya renyah. b. Paris white, penampilannya mirip lobjoit green. Ukurannya besar dengan daun yang terletak didalam berwarna hijau pucat.

32 xxxii 15 c. Little gem, varietas ini tergolong paling cepat pertumbuhannya dalam kelompok cos lettuce. Penampilannya hampir mirip kubis, kropnya kecil tetapi kompak. d. Barcarolle, penampilannya lebih cocok sebagai tanaman hias, atau dapat digunakan sebagai penghias hidangan. Sosok tanaman cukup tinggi dan besar. Warna daun hijau tua dengan bentuk merapat dan rapi. e. Winter density, merupakan pesaing jenis little gem dalam hal rasanya yang manis. Sesuai namanya lettuce jenis ini tumbuh baik dimusim dingin, sehingga agak sulit dibudidayakan di Indonesia. 3. Leaf lettuce Leaf lettuce atau selada daun disebut juga dengan cut lettuce. Jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi, berwarna hijau atau merah. Jenis lettuce ini selain dikonsumsi langsung juga banyak digunakan sebagai hiasan untuk aneka masakan. Leaf lettuce berumur genjah dan toleran terhadap kondisi dingin. Tanaman dapat dipanen beberapa kali apabila daunnya dipanen dengan cara dilepas satu persatu atau tidak dicabut sekaligus. Meskipun demikian, umumnya leaf lettuce dipanen seluruh tanaman seperti jenis lainnya. Beberapa varietas leaf lettuce yang sudah dikembangkan adalah sebagai berikut. a. New red fire, berwarna merah tua gelap dan amat menarik. Umurnya tergolong genjah. Jenis ini tahan terhadap panas dan dingin. b. Green wave, ukurannya besar berwarna hijau. Umurnya genjah dan toleran terhadap dingin. c. Price head, daunnya lebar dan berwarna merah tua.

33 xxxiii 16 d. Salad bowl, merupakan jenis asli dengan warna hijau yang banyak menghasilkan jenis silangan baru. Penampilan daunnya yang keriting menarik bagus untuk penghias makanan atau campuran salad. e. Red salad bowl, adalah jenis lettuce yang pertumbuhan dan penampilan didugnya sama dengan salad bowl. Akan tetapi daunnya berwarna merah kecokelatan yang diduga merupakan turunan baru dari jenis salad bowl. 4. Stem lettuce Stem lettuce daunnya berukuran besar, panjang, bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Lettuce jenis ini mendapat julukan stem lettuce karena daunnya berlepasan dan tidak dapat membentuk krop. Varietas stem lettuce yang terkenal adalah celtus. Jenis lettuce ini kurang diminati untuk dibudidayakan dibandingkan jenis lettuce lainnya Syarat Tumbuh Lettuce Tanaman lettuce akan tumbuh baik dan produksinya tinggi dengan kuantitas maupun kualitasnya jika syarat-syarat tumbuhnya terpenuhi. Syarat tumbuh yang diperlukan terutama adalah iklim dan tanah. Iklim dan tanah masing-masing daerah berbeda. Oleh karena itu perlu menyesuaikan dengan memilih daerah yang cocok untuk tanaman lettuce. Iklim yang cocok untuk tanaman lettuce yaitu daerah yang mempunyai cuaca dingin atau sejuk, sehingga cocok untuk ditanam di dataran tinggi. Tanaman lettuce kurang tahan terhadap cahaya matahari yang terik dan cuaca yang panas. Untuk mengatasi cahaya matahari yang terik jika ditanam di dataran rendah maka diperlukan naungan.

34 xxxiv 17 Lettuce merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah yang cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama pertumbuhan tanaman. Tanaman lettuce dapat tumbuh baik pada jenis tanah lempung berpasir karena tanah jenis ini mempunyai kemampuan menahan air yang baik, tetapi mudah menyalurkan air sehingga dapat mencegah genangan air. Toleransi ph tanah yang baik adalah Letak ketinggian ideal yaitu meter di atas permukaan laut (Suprayitna, 1996). 2.2 Teknologi Usahatani Lettuce Teknologi Input Penggunaan benih bermutu merupakan kunci utama untuk memperoleh hasil yang tinggi. Input pertanian yang sering kita rasakan penting tetapi sulit diantaranya adalah benih. Permasalahannya dalam pengadaan benih sangat kompleks. Berbagai pihak yang menganjurkan menggunakan benih yang baik agar hasil pertaniannya pun baik, akan tetapi hal tersebut belum diimbangi oleh ketersediaan benih yang baik dan terjamin mutunya. Negara Indonesia masih belum bisa menghasilkan benih unggul sehingga untuk pengadaan benih harus mengimpor dari negara lain penghasil benih unggul diantaranya yaitu Jepang, Taiwan, Belanda, dan Denmark. Kebutuhan benih hortikultura cukup besar sehingga pengadaan benih harus impor. Berdasarkan data ditjen hortikultura tahun 2007 jumlah impor benih sayuran pada tahun 2004 sebesar 260,263 kg, tahun 2005 sebesar 220,760 kg, dan pada tahun 2006 sebesar 250, 787 kg 3. Pupuk yang digunakan umumnya yaitu pupuk kandang, Urea, KCl, SP-36, pupuk daun dan kapur pertanian. Jenis pupuk tersebut dapat berupa cair dan padat. 3 Mulatwati, Sri, 2007, Sekilas Info tentang Ekspor dan Impor Benih Hortikultura Tahun 2006 http// 27 Januari 2008.

35 xxxv 18 Takaran pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pestisida yang digunakan meliputi insektisida dan fungisida. Penggunaan pestisida harus diperhatikan dosisnya. Dosis pemakaian pestisida yang berlebih dapat mempengaruhi zat-zat yang terkandung dalam sayuran. Lahan merupakan sebidang luasan tanah yang digunakan dalam melakukan usaha budidaya. Budidaya sayuran ada yang menggunakan lahan terbuka dan juga ada yang menggunakan greenhouse. Budidaya pada lahan terbuka biasanya dilakukan oleh petani-petani kecil dengan peralatan yang sederhana pula. Budidaya pada lahan terbuka juga biasanya dilakukan karena kecocokan cara penanaman dengan jenis sayurannya. Sayuran dapat dibudidayakan di tanah latosol maupun podsolik atau jenis tanah lainnya asalkan subur, memiliki cukup banyak kandungan bahan organik, dan berdrainase baik. PH tanah sebaiknya berkisar 5-7 untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman (Haryanto et. al, 2003). Polybag digunakan sebagai media semai yang dapat dibuat dari daun pisang, daun hanjuang kering, kertas, atau plastik semai khusus. Ukuran polybag semai dipilih yang cukup lebar agar perakaran bibit dapat leluasa berkembang. Bagian dasar polybag semai diberi lubang agar air pengairan dapat meresap dan keluar bila volumenya berlebihan. Media perkecambahan benih diantaranya yang digunakan yaitu bak pasir, pasir, air. Media perkecambahan benih yang digunakan relatif masih tradisional. Bangunan pembibitan yang digunakan yaitu bengunan persemaian yang terdiri dua bagian yaitu bedeng persemaian dan sungkup persemaian. Bedeng persemaian berfungsi untuk menempatkan media dalam polibag semai dan

36 xxxvi 19 sungkup persemaian berfungsi melindungi bibit dari pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit seperti gangguan hama, curah hujan, intensitas cahaya yang terlalu kuat, dan embun malam. Bangunan pembibitan dapat dibuat sendiri dari bambu dan plastik. Peralatan yang digunakan pada tingkat usahatani sayuran meliputi sprayer mesin, sprayer tangan, cangkul, bajak, traktor, keranjang, alat pelubang mulsa, tali rafia, ember, dan karung Teknologi Budidaya Budidaya lettuce dapat dilakukan dengan teknologi konvensional, hidroponik, dan juga vertikultur. Budidaya secara konvensional yaitu dilakukan di lahan terbuka. Walaupun dilakukan budidaya di lahan terbuka dengan teknologi konvensional apabila dilakukan penanaman dan pemeliharaan yang benar akan diperoleh hasil yang memuaskan baik kualitas dan kuantitasnya. Lahan pertanian dewasa ini semakin sempit terutama di kota. Usaha budidaya tetap dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknik modern yaitu teknik rumah kaca atau populer dengan nama greenhouse menggunakan sistem teknologi hidroponik. Pengusaha agribisnis saat ini sudah banyak yang menggunakan greenhouse yang dibuat secara modern maupun sederhana. Hidroponik adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Hidroponik secara keseluruhannya dapat diartikan sebagai pengerjaan dengan air atau lebih luasnya bertanam tanpa tanah (Prihmantoro dan Yovita, 2003). Prinsip dasar dari hidroponik adalah memberikan atau menyediakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam bentuk larutan. Pemberiannya dilakukan dengan menyiramkan atau meneteskannya ke tanaman. Pengelolaan hidroponik tidak lagi menggunakan tanah, hanya

37 xxxvii 20 dibutuhkan air yang ditambah dengan nutrien atau pupuk sebagai sumber makanan bagi tanaman. Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam, antara lain arang sekam, pasir, zeolit, gambut dan serbuk sabut kelapa. Budidaya hidroponik memiliki beberapa alasan dan kelebihan yang menarik, alasan utamanya adalah kebersihan tanaman terjamin. Kelebihankelebihan lainnya budidaya pertanian rumah kaca diantaranya yaitu mudah dalam mengendalikan hama dan penyakit, dapat mengendalikan suhu dan kelembaban, serta dapat lebih meningkatkan mutu produk pertanian yang dihasilkan. Hidroponik juga memiliki kelemahan yaitu teknologi hidroponik memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional. Tanaman lettuce dapat juga dibudidayakan dengan teknologi vertikultur. Sistem vertikultur ini merupakan cara bertanam secara berjenjang atau bertingkat dengan aneka bentuk dan bahan wadah. Tujuan utama menanam secara vertikultur yaitu dapat melakukan budidaya di lahan yang sempit. Kelebihan lainnya yaitu dapat diperoleh hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan teknologi konvensional dan juga efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan pupuk. Kelemahannya yaitu investasi awal dibutuhkan cukup tinggi untuk membuat bangunan. Akan tetapi untuk menghemat biaya vertikultur dapat dilakukan menggunakan bangunan dari bambu dan atap dari plastik Teknologi Panen dan Pasca Panen Panen dapat digunakan secara manual dan menggunakan mesin. Umur panen dan cara panen merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan untuk menghasilkan lettuce sesuai dengan kriteria. Umur panen tanaman lettuce 35-60

ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN

ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN ANALISIS MANFAAT DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN LETTUCE DI PT SAUNG MIRWAN OLEH MARLIANA A 14105682 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan pupuk di Indonesia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam dan luar negeri terhadap tanaman selada, komoditas ini mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, tanaman selada belum dikelola dengan baik sebagai sayuran komersial. Daerah yang banyak ditanami selada masih terbatas di pusat-pusat produsen sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA HIJAU (Lactuca sativa) DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT PERLAKUAN KONSENTRASI TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI USAHA JASA MERANGKAI BUNGA SEBAGAI SUBSISTEM AGRIBISNIS HILIR (DOWN STREAM AGRIBUSINESS) PADA JANUR KUNING, JAKARTA

FORMULASI STRATEGI USAHA JASA MERANGKAI BUNGA SEBAGAI SUBSISTEM AGRIBISNIS HILIR (DOWN STREAM AGRIBUSINESS) PADA JANUR KUNING, JAKARTA FORMULASI STRATEGI USAHA JASA MERANGKAI BUNGA SEBAGAI SUBSISTEM AGRIBISNIS HILIR (DOWN STREAM AGRIBUSINESS) PADA JANUR KUNING, JAKARTA Oleh RENNA ROSDIANI A 14105592 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Bekalang Tingkat konsumsi sayur masyarakat Indonesia masih jauh dari angka ideal yang ditetapkan badan pangan dunia (FAO). FAO mensyaratkan konsumsi buah dan sayur idealnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Oleh: DAVID ERICK HASIAN A 14105524 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL

BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA GREEN BUTTERHEAD (Lactuca sativa var. capitata L.) SECARA HIDROPONIK SISTEM NFT DENGAN MEDIA TANAM ROCKWOOL Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Kebutuhan pupuk untuk pertanian semakin banyak sebanding dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian menyebar ke seluruh benua dengan perantara penduduk asli. James Drummond Dole adalah orang pertama yang

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS (Asparagus officinalis L.) OLEH MUTIARA HANUM A24050822 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK Farida Aryani dan Sri Rustianti Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi sayuran hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat karena tekstur dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBERIAN URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian di Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam sayuran mengandung berbagai sumber vitamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang berkembang pada sektor agraris. Sebagian besar wilayah Indonesia diperuntukan sebagai lahan pertanian, dan sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci