KELAS KEAWETAN 200 JENIS KAYU INDONESIA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT. (Class of Durability on 200 Indonesian Wood Species Against Marine Borers) Oleh/By
|
|
- Budi Sudirman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KELAS KEAWETAN 200 JENIS KAYU INDONESIA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT (Class of Durability on 200 Indonesian Wood Species Against Marine Borers) Oleh/By Mohammad Muslich & Ginuk Sumarni ABSTRACT Representative sample of two hundred Indonesian wood species were collected from several forest regions areas in Indonesia for durability test against the attack by marine borers. The durability s field test was conducted at Rambut Island seashore. The test samples measuring 30 cm (in length) by 5 cm (width) by 2.5 (height) were prepared, randomly arranged using nylon rope, then immersed in the sea, and subsequently observed after six months. Afterwards, the 200 wood species as each represented by their tested stalks/samples could be categorized into five durability classes. Most of the samples were severely attacked by Pholadidae and Teredinidae. Five out of 200 wood species (i.e. 2.5 percent) were very resistant and categorized as durability class I, ten wood species (i.e. 5 percent) were resistant and categorized class II. Meanwhile, the remaining that consisted of: 26 wood species (i.e. 13 percent) belonged to durability class III, 50 wood species (i.e. 25 percent) as class IV, and finally 109 wood species (i.e percent) as class V. Keywords: Durability, Indonesian wood species, marine borers 1
2 ABSTRAK Contoh representative dua ratus jenis kayu yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia diteliti sifat keawetannya terhadap serangan penggerek di laut. Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 30 cm x 5 cm x 2.5 cm, dirakit dengan tali plastik dan dipasang di perairan Pulau Rambut serta diamati setelah 6 bulan. Dari hasil penelitian tersebut dibuat lima klasifikasi keawetan berdasarkan intensitas serangan pada masingmasing contoh uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua contoh uji mendapat serangan berat oleh Pholadidae dan Teredinidae. Lima dari 200 jenis kayu yang diteliti atau 2.5 persen tahan terhadap penggerek di laut, dimasukkan ke dalam katagori kelas awet I dan 10 jenis atau 5 persen dimasukkan ke dalam kelas awet II. Sementara itu, sisanya yang 26 jenis atau 13 persen termasuk kelas awet III, 50 jenis atau 25 persen termasuk kelas IV, dan 109 jenis atau 54.5 persen termasuk kelas V Kata kunci: Keawetan, jenis-jenis kayu Indonesia, penggerek kayu di laut I. PENDAHULUAN Kelas keawetan kayu adalah tingkat keawetan suatu jenis kayu terhadap organisme perusak seperti jamur serangga dan penggerek di laut. Keawetan kayu dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu karakteristik kayu dan lingkungan. Faktor karakteristik kayu yaitu: kandungan zat ekstraktif, umur pohon, bagian kayu dalam batang (gubal dan teras), dan kecepatan tumbuh. Faktor lingkungan yaitu: tempat di mana kayu dipakai, jenis organisme penyerang, keadaan suhu, kelembaban udara dan lain- 2
3 lainnya. Suatu jenis kayu yang awet terhadap serangan jamur belum tentu akan tahan terhadap rayap atau penggerek kayu di laut, demikian pula sebaliknya. Di Indonesia dikenal ada lima kelas awet, yaitu dari kelas I yang paling awet sampai kelas V yang paling tidak awet (Oey Djoen Seng, 1964). Klasifikasi ini hanya berlaku untuk daerah tanpa mengindahkan daya tahan kayu terhadap penggerek di laut, tetapi dengan memperhatikan serangan jamur, rayap dan bubuk kering. Oey Djoen Seng juga menyatakan bahwa dari 4000 jenis kayu Indonesia, hanya sebagian kecil saja (15-20 persen) yang termasuk kelas awet tinggi (I dan II) sedangkan sisanya termasuk kelas awet rendah (III, IV dan V). Klasifikasi inilah yang sampai sekarang masih dipakai sebagai pegangan untuk memperkirakan keawetan alami kayu terhadap organisme perusak. Padahal klasifikasi tersebut bukan berdasarkan dari hasil penelitian, melainkan hanya berdasarkan dari informasi yang tertera pada herbarium sebagai hasil pengamatan di lapangan atau hasil wawancara dengan penduduk di sekitar tempat pohon tersebut tumbuh yang dicocokkan dengan data di berbagai sumber. Klasifikasi tersebut sama sekali belum menyentuh perihal keawetan alami jenis kayu terhadap penggerek di laut. Beberapa penelitian keawetan kayu terhadap penggerek di laut telah dilakukan oleh Gonggrijp (1932) dan Bianchi (1933) sebanyak sembilan jenis, demikian juga yang telah dilakukan oleh Suherman (1983) hanya beberapa jenis saja. Muslich dan Sumarni (2004) telah melakukan penelitian keawetan 62 jenis kayu terhadap penggerek di laut, namun belum disusun klasifikasi kelas keawetan kayu terhadap penggerek tersebut. Untuk menyusun klasifikasi keawetan alami jenis-jenis kayu terhadap penggerek di laut, diperlukan data keawetan jenis kayu yang relatif banyak dan diharapkan dapat 3
4 mewakili jenis kayu lainnya. Oleh karena itu dalam tulisan ini disajikan kelas keawetan dari 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek di laut dari hasil penelitian yang dikumpulkan sejak tahun 1981 sampai dengan tahun Selanjutnya dari data tersebut, disusun klasifikasi keawetan berdasarkan intensitas serangan penggerek di laut terhadap masing-masing jenis kayu. Diharapkan tulisan ini bermanfaat bagi para pengguna, terutama dalam memilih jenis kayu yang akan dipakai untuk bangunan kelautan. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ketahanan kayu terhadap penggerek di laut, dilakukan di perairan Pulau Rambut (Kepulauan Seribu). Perairan tersebut mempunyai salinitas sekitar per mil, temperaturnya sekitar ºC, pantainya berkarang, berpasir putih, dan bebas dari polusi atau limbah buangan. Perubahan salinitas, temperatur, arus dan gelombang pada setiap tahunnya tidak menunjukkan perbedaan yang menyolok, sehingga populasi penggerek kayu di perairan tersebut dapat berkembang dengan baik (Muslich dan Sumarni 1987). B. Bahan dan Metode Pada penelitian ini diteliti sebanyak 200 jenis kayu yang berasal dari bebagai daerah di Indonesia yaitu Jawa Barat (61 jenis), Jawa Tengah (2 jenis), Lampung (4 jenis), Sumatera Selatan (2 jenis), Palembang (6 jenis), Riau (6 jenis), Kalimantan Timur (32 jenis), Kalimantan Barat (7 jenis), Kalimantan Tengah (3 jenis), Sulawesi Selatan (8 jenis), Sulawesi Tengah (14 jenis), Sulawesi Tenggara (1 jenis), Ambon (4 jenis), Nusa 4
5 Tenggara Timur (2 jenis) dan Irian Jaya (24 jenis). Masing-masing jenis kayu dibuat contoh uji berukuran 2,5 cm x 5,0 cm x 30 cm dengan ulangan 10 kali. Semua contoh uji diikat satu sama lain (dirakit) dengan tali plastik, sebagai sekat diantara contoh uji digunakan selang plastik. Contoh uji yang sudah dirakit, dipasang di perairan Pulau Rambut secara horizontal seperti yang dilakukan oleh Muslich dan Sumarni (1987). Setelah 6 bulan contoh uji diambil, pengamatan dilakukan dengan membelah contoh uji menjadi dua bagian dan dinilai intensitas serangan terhadap penggerek di laut. Analisa data dihitung berdasarkan nilai dari persentase intensitas serangan setelah terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam nilai arcsin %. Untuk menetapkan kelas keawetan suatu jenis kayu terhadap penggerek di laut, terlebih dahulu diurut nilai ratarata persentase intensitas serangan terkecil dan persentase intensitas serangan terbesar. Kemudian untuk menentukan 5 kelas keawetan, maka nilai selang antara masing-masing kelas diperoleh dari selisih nilai intensitas serangan terbesar dengan intensitas terkecil dibagi dengan 5. Untuk identifikasi jenis penggerek yang menyerang contoh uji dilakukan pengamatan struktur cangkuk dan bentuk palet dari penggerek serta bekas lubang gerek pada kayu. Identifikasi jenis penggerek tersebut dilakukan sesuai dengan klasifikasi yang disusun oleh Turner (1966 dan1971). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh uji jenis kayu yang dipasang di perairan Pulau Rambut selama 6 bulan, sebagian besar dari 200 jenis kayu mendapat serangan berat dari penggerek di laut. Nilai rata-rata intensitas serangan tertinggi adalah 5
6 96%, setelah ditranformasikan ke dalam nilai arcsin V% = dan nilai persentase intensitas serangan terkecil adalah 0. Maka nilai selang masing-masing kelima kelas sama dengan dibagi dengan 5. Berdasarkan klasifikasi ini, diperoleh sebaran kelas keawetan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek di laut Table 1. Class of durability on 200 Indonesian wood species against marine borers Kelas (Class) I II III IV V Intensitas serangan (Attack intensity) arcsin % < > Selang intensitas serangan (Interval of attak intensity) arcsin % Sangat tahan (Very resistant) Tahan (Resistant) Sedang (Moderate) Buruk (Poor) Sangat buruk (Very poor) Hasil klasifikasi keawetan dari 200 jenis kayu yang diteliti dapat dilihat pada Lampiran 1 dan sebagai pembanding dicantumkan pula kelas awet setiap jenis menurut klasifikasi Oey Djoen Seng (1964). Lampiran 1 menunjukkan bahwa dari 200 jenis kayu yang diuji, hanya 5 jenis atau 2.5% saja yang termasuk kelas awet I yaitu resak (Cotylelobium flavum Pierre.), kandole (Diploknema oligomera H.J.L.), ulin (Eusidiroxylon zwageri T.et B.), kayu besi (Metrosideros petiolata Kds.) dan pelawan merah (Tristania maingayi Duthie.). Selanjutnya 10 jenis atau 5% yang termasuk kelas awet II yaitu empas (Bouea burmanica Griff.), eboni (Diospiros celebica Bakh.), bangkirai (Hopea dryobalanoides Miq.), tanjung (Mimusops elingi L.), kusegoro (Neonauclea maluense S.Moore..), gewaya hutan (Parastemon versteeghii Merr.et 6
7 Perry.), kolaka (Parinari corymbosa Miq.), jati (Tectona grandis L.f.), bitti (Vitex cofassus Reinw.), dan laban (Vitex pubescens Val.). Sebagian besar lainnya yaitu 26 jenis atau 13% termasuk kelas III, 50 jenis atau 25% termasuk kelas IV dan 109 atau 54.5% termasuk kelas V. Jenis-jenis kayu yang termasuk kelas III, IV dan V dalam pemakaian yang bersentuhan dengan air laut harus diawetkan agar umur pakainya bertambah panjang ( Barly dan Abdurrochim, 1996). Klasifikasi keawetan 200 jenis kayu terhadap penggerek di laut dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 1. Jumlah jenis kayu (Number of wood species) Y I II III IV V X Kelas awet (Class of durability) Gambar 1. Perbandingan jumlah jenis kayu menurut kelas keawetannya Figure 1. Comparison between among number of wood species in accordance with thus durability class Penggerek yang menyerang contoh uji hanya dari golongan Mollusca dan tidak ditemukan dari golongan Crustacea. Hal ini disebabkan pemasangan semua contoh uji dalam keadaan terendam air laut, sedangkan serangan dari jenis Crustacea hanya pada batas permukaan pasang surut (Atwood dan Johnson, 1924). Hasil identifikasi jenis 7
8 penggerek yang ditemukan yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. Jenis-jenis penggerek tersebut pernah ditemukan juga oleh Mata dan Siriban (1972) di perairan Philippina dan Menon (1957) di perairan Malaysia. Untuk mengetahui jenis dari famili Pholadidae dapat dikenali dari struktur cangkuknya, sedangkan untuk famili Teredinidae dapat dilihat dari bentuk paletnya. Masing-masing jenis juga mempunyai tanda serangan yang berbeda pada kayu. Hampir semua hasil klasifikasi keawetan pada pengujian jenis kayu terhadap penggerek di laut berbeda dengan klasifikasi yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). Hal tersebut disebabkan bahwa klasifikasi yang disajikan pada tulisan ini didasarkan atas penelitian pada satu kondisi saja yaitu di laut, sedangkan klasifikasi yang dibuat Oey Djoen Seng 1964) tidak di dasarkan pada penelitian di laut. Oey Djoen Seng (1964) dalam menetapkan keawetan kayu hanya mempergunakan data berdasarkan pada itiket herbarium, yang berdasarkan atas keterangan penduduk sekitar hutan dan tempat jenis pohon tersebut tumbuh. Selanjutnya dicocokkan juga dengan pengalaman umum mengenai sifat kayu dengan data dari berbagai sumber. Dengan demikian jelas bahwa kelas awet yang ditetapkan oleh Oey Djoen Seng (1964) terdapat banyak perbedaan dengan hasil klasifikasi dari hasil penelitian ini. IV.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek kayu dilaut disimpulkan sebagai berikut: 8
9 1. Dari 200 jenis kayu yang diuji, hanya 5 jenis atau 2.5 persen yang termasuk kelas awet I, 10 jenis atau 5 persen termasuk kelas awet II, 26 jenis atau 13 persen termasuk kelas awet III, 50 jenis atau 25 persen termasuk kelas awet IV, dan 109 jenis atau 54.5 persen termasuk kelas awet V. 2. Jenis-jenis penggerek yang menyerang contoh uji yaitu Martesia striata Linne dari famili Pholadidae, Teredo bartchi Clapp., Dicyathifer manni Wright., dan Bankia cieba Clench/Turner dari famili Teredinidae. 3. Hasil penelitian klasifikasi keawetan jenis kayu terhadap penggerek di laut berbeda dan lebih terperinci dibandingkan dengan klasifikasi keawetan yang disusun oleh Oey Djoen Seng (1964). DAFTAR PUSTAKA Atwood, W.G. and A.A. Johnson Marine structures their deterioration and preservation. National Research Council Washington, D.C. Baly dan S. Abdurrochim Pengawetan kayu untuk bangunan hunian dan bukan hunian. Petunjuk Teknis. Pusat Litbang Hasil HUtan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor. Bianchi, A.T.J The resistance of some Netherlands East Indian Timbers against the attack of shipworms (Teredo). Fith Pacific Congress, Canada. Gonggrijp, J.W Gegevens betreffende een onderzoek naar Nederlandsch-Indische houtsoorten, welke tegen den pealworm bostand zijn. Mededeeligen van het Boschbouwproeftation, Bogor. 9
10 Mata, P.G. and F.R. Siriban Resistance of woods to marine borers. Technical Note, No FORPRIDE COM. College, Laguna 3720, Philippines. Menon, K.D A Note on marine borers in Malayan waters. Reprinted from the Malayan Forester, XX: 1-6. Issued by the Ministry for Agriculture, Kuala Lumpur. Muslich, M dan G. Sumarni Pengaruh salinitas terhadap serangan penggerek kayu di laut pada beberapa jenis kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Bogor, 4 (2): Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor Laju serangan Pholadidae dan Teredinidae pada beberapa jenis kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol. 5, No. 7 pp Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor Ketahanan 62 jenis kayu ndonesia terhadap penggerek kayu di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol 22, No. 3 pp Pusat Libang Teknologi Hasil Hutan, Bogor. Oey Djoen Seng Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan Pengertian beratnya kayu untuk keperluan praktek. Pengumuman No. 1. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Southwell, C.R. and J.D. Bultman Marine borers resistance of untreated woods over long periods of immersion in tropical waters. Biotropica 3, 1. pp Naval Research Laboratory, Washington D.C. Suherman Natural Durability and treatability some Indonesian timbers. Ph.D. thesis. Portsmouth Polytechnic, England. 10
11 Turner, R.D A survey and illustrated catalogue of the teredinidae. Harvard University, Cambridge, Mass Identification of marine wood-boring mollusks. Marine borers, fungi and fouling organisms of wood. Organisation for Economics Co-operation and Development, Paris. 11
12 Lmpiran 1. Kelas keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek di laut Appendix 1. Durability class of 200 Indonesian wood species to marine borers No. No. Koleksi (Collect ion) Jenis kayu (Wood species) Nama daerah (Local name) Asal kayu (Origins of wood ) Berat jenis (Specific gravity) % Intensitas serangan (Attack intensity) Arcsin V% Kelas awet (Durability) Kelas awet/ Oey (Durability class/oey) Acasia mangium Willd. Mangium Jawa Barat IV III Adenanthera microsperma T.et B. Sembreena Irian Jaya III II-I Agathis borneensis Warb - Jawa Barat V IV Agathis beccerii Warl. Damar daging Jawa Barat V IV Agatthis beekingii M.Dr. Kidamar Jawa Barat V IV Agathis celebica Warl. Damar Jawa Barat V IV Aglaia eusideroxylon K.et V. Sao Irian Jaya V II-III 8. - Ailanthus integrifolia Lamp. - Sulawesi Tengah V Ailanthus malabarica D.C. Kirontasi Sulawesi Tengah V V Albizia falcataria L. Fosberg Sengon Jawa Barat V IV/V Alstonia angustiloba Miq. Pulai Lampung V V Alstonia congengsis Engl. Pulai Jawa Barat V Alstonia cytheria Sm.n. Susuk Irian Jaya V Alstonia pneumatophora Bakh. Pulai rawang Sulawesi Selatan V V 15. N4874 Altingia excelsa Noronha. Rasamala Jawa Barat IV II-III Anthocephalus cadamba Miq. Saif Irian Jaya V Antiaris toxicaria Lesch. Basoah Irian Jaya V V Artocarpus lanceifolius Roxb. Mersiput Kalimantan Timur V III 12
13 Bischoffia javanica Bl. Gadog Jawa Barat V III-II Blumeodendron tundifolium Meer. Perupuk Kalimantan Barat V IV Bouea burmanica Griff. Empas Kalimantan Timur II II Burckella macropoda H.J.L. Nyatoh Ambon V Calophyllum inophyllum L. Nyamplung Riau III II-III Calophyllum soulatri Burm.f. Mengkakal Kalimantan Barat IV II-IV Campnosperma macrophylla Hook.f Terentang Kalimantan Barat V V Canarium vulgare Lumk. Kenari Ambon V Canarium sumatranum Boerl.et Kds Kenari Lampung V V Cananga odorata Hook et. Th. Wafut Irian Jaya V IV-V Cassia siamea Lamp. Johor Jawa Barat III I-II 30. N4857 Castanopsis javanica A.Dc. Kali morot Jawa Barat V III Cedrella mexicana M..Roem. Handarusa Jawa Barat V III Celtis latifolia Planch. Schiega Irian Jaya V IV Ceropia peltata L. Bos pepaya Jawa Barat V Colona scabra Burr. Bunu Sulawesi Selatan V V Cotylelobium flavum Pierre. Resak Kalimantan Barat I I Cratoxylon arborescens Bl. Gerunggang Kalimantan Timur V IV Dacryodes rostrata H.J.L. Kemayan Jawa Barat III III Dactylocladus stenostachys Oliv. Mentibu Kalimantan Barat V IV/V Dalbergia parviflora Roxb. Kayu taka Jawa Barat III I Dialium platysepalum Baker. Keranji Sumatera Selatan III I Diospyros celebica Bakh. Eboni Sulawesi Tengah II I 13
14 Diospyros macrophylla Bl. Maurula Sulawesi Tengah V V Diospyros pilosanthera Blanco. K.hit. perempuan Sulawesi Tengah IV II-III Diploknema oligomera H.J.L. Kandole Sulawesi Tenggara I I-II Dillenia reticulata King. Simpur Jawa Barat IV III Dipterocarpus apendiculatus Schy. Keruing Kalimantan Tengah III III Dipterocarpus caudiferus Merr. Keruing d.lbr. Kalimantan Timur IV IV Dipterocarpus cornutus Dyer. Keruing bulu Kalimantan Timur III IV Dipterocarpus retusus Bl. Kruing Jawa Barat III III Dracontomelon dao Merr. Et Rolfe Kaili Sulawesi Tengah IV II-IV Dracontomelon mangiferum Bl. Rau Sulawesi Tengah IV IV Drypetes longifolia Pax. Et Hoff. Batu K. Ambon III III Duabanga moluccana Bl. Benuang laki Kalimantan Timur V IV-V Durio zibethinus Murr. Durian Sulawesi Tengah IV IV-V Durio oxleyanus Griff. Kei bengong Kalimantan Timur IV IV-V Drypetes longifolia Pax et Hoff. Buniyaga Sulawesi Selatan IV III Dyera costulata Hook. F. Jelutung Kalimantan Tengah V V Elaeocarpus sphaericus K.Schum. Hongmako Irian Jaya V V Elaeocarpus deglupta Bl. - Sulawesi Selatan V Elmerrilia ovalis Dandy. Uru Sulawesi Selatan V II Endospermum malaccense Muell. Sendok-sendok Riau V V Eucalyptus alba Reiw. Ampupu Jawa Barat IV III-II Eucalyptus deglupta Bl. Leda Jawa Barat V IV Eucalyptus citriodora Hook. - Jawa Barat IV III 14
15 Eucalyptus platyphylla F.V.M. Yua mea NTT III II-III Eucalyptus urophylla S.T.Blake - NTT III II Eugenia polyantha Wight. Gosula Ambon V III Eusideroxylon zwageri T.et B Ulin KalimantanTimur I I Evodia aromatica Bl. Ki sampang Jawa Barat V V Ficus nervosa Heyne. Beringin Sulawesi Tengah V V Ficus pubinervis Bl Beringin Sulawesi Tengah IV V Fragraea fragans Roxl. Tembesu Riau III I Ganua motleyana Pierre. Ketian Palembang V IV Ganophyllum falcatum Bl. Sehara Irian Jaya IV III Gonystylus bancanus Kurz. Ramin Kalimantan Barat V V Gonystylus macrophyllus A.Shaw. Pulai miang Riau V V Gonystylus velutinus A.Shaw. Seranai Riau V V Gossampinus malabarica Alst. Randu alas Jawa Barat V V 79 - Haplolobus celebicus H.J.L Lengai Jawa Barat V III-IV Hernandia ovigera L. Fofo Irian Jaya V V 81. N4862 Heritiera javanica Pongokan Jawa Barat IV Heritiera litoralis Deyand. Rarum Ambon IV Hevea brasiliensis Muell. Arg. Balau perak Jawa Barat V V Hollutus blumcanus Muell Ary. Perupuk Kalimantan Timur IV Homalium foetidum Benth. Petion Irian Jaya III II-IV Hopea dryobalanoides Miq. Bangkirai Kalimantan Tengah II II(III-I) Hopea mengarawan Miq Nyerabat Kalimantan Timur IV II-III 15
16 Hopea odorata Roxb. - Jawa Barat V Hopea sangal Korth. Cengal Jawa Barat IV II-III Hopea sangal Korth. Merawan Lampung IV II-III Horspecdia sylvertris Warb. Bomsi Irian Jaya V Hymenaea courbaril L. Marasi Jawa Barat IV III Intsia bijuga O.Ktze Sekka Irian Jaya III I-II Intsia palembanica Miq. Ipil Kalimantan Timur III II-I Kallapia celebica Kosterm. Kalapi Sulawesi Selatan III II Khaya anthotheca C.Dl. Mahoni uganda Jawa Barat V Khaya grandifolia C.DC. Mahoni afrika Jawa Barat IV Khaya senegelensis A.Jun Mahoni Jawa Barat V Koompassia excelsa Taub Bangeris Kalimantan Timur IV III-IV Koompassia malaccensis Maeng. Kempas Palembang V Koordersiodendron pinnatum Meer Kelembiring Kalimantan Timur V II-III 102. N4856 Lithocarpus sundaicus Bl. Kost. Pasang kayang Jawa Barat V Litsea firma Hook.f. Madog panel Kalimantan Barat 0, V III-IV Litsea odorifera Val. Menako Irian Jaya V IV-V Lumnitzera littorea Voigt. Susup Riau III II Mallotus blumeanus Muell.Arg. Bungbulang Jawa Barat V V Mangifera foetida Lour. Mangga hutan Sulawesi Tengah IV II-III Mangifera minor Bl. Merantaipa Sulawesi Tengah IV III Melanorrhoea sp. Regas burung Kalimantan Timur III II Melia excelsa Jack. Surian bawang Jawa Barat V III-IV 16
17 Metrosideros petiolata Kds. Kayu besi Sulawesi Selatan I I Mezzttia parviflora Becc. Pisang-pisang Kalimantan Barat V V 113. N4877 Mimusops elingi L. Tanjung Jawa Barat II I/II Myristica subaculata Miq. Merantihan Palembang V V Neonauclea maluense S.Moore. Kusegoro Irian Jaya II III Ochroma grandiflora Rowlee. Balsa Palembang V V Ochrosia fisifolia Mgf. Asakka Irian Jaya V V Octomeles sumatrana Miq Starka Irian Jaya V V Palaqium obovatum Engl. Kune Kalimantan Timur III IV Palaquium gutta Bail. Nyatoh Kalmantan Timur III IV Palaquium multiflorum Peere. Songwa Irian Jaya V II-III Palaquium obtusifolium Burck. Hantu Sulawesi Tengah V IV-V Parasarianthes falcataria Niel. Sengon Jawa Barat V IV-V Parastemon versteeghii Merr.et P. Gewaya hutan Palembang II II-III Parinari corymbosa Miq. Kolaka Kalimantan Timur II III Pentadisma butyracea Sab. Buter tree Jawa Barat V 127. N4881 Peronema canescens Jack. Sungkai Jawa Barat IV III Pimeleodendron amboinicum Hask. Komwa Irian Jaya V V Pinus khasya Rowlee. Pinus Jawa Barat V 130. N4882 Pinus merkusii Jungh. et de Vries Pinus Jawa Barat V III-IV Pinus mentezuma Lamb. Pinus Jawa Barat V Planchonia valida Bl. Putat Jawa Barat IV II-III Piptademia peregrina Benth. - Jawa Barat V 17
18 134. N4876 Podocarpus blumei Endl. Melur Jawa Barat V IV Polyalthia hypoleoca Hook. Banitun Palembang IV IV Pometia pinnata Forst. Matoa Irian Jaya IV V Poteria obovoidea Bah.ni. Nyatu putih Jawa Barat V Prainea microcephala J.J.S. Petuwon Irian Jaya V III Pterocarpus spec. Sono kembang Jawa Barat IV II-IV Pterocarpus indicus Willd. Sono kembang Sulawesi Selatan III Pterocymbium beccaria K.Schm. Bemiek Irian Jaya V V Pterospermum celebicum Miq Wayu Sulawesi Tengah V IV-V 143. N4880 Pterospermum difersifolium Bl. Bayur Jawa Barat V IV Pterospermum indicus Wild. - Jawa Barat IV II-III 145. N4854 Pterospermum montanum K.et V. Bayur gunung Jawa Barat V IV Pterygota alata R.Br. - Jawa Barat IV Pterygota forbesii F.Muell. Gohima Ambon IV V Quercus leprosula Miq. - Jawa Barat V Quercus lineata Bl. Pasang beureum Jawa Barat IV II Quercus turbinata Bl. Pasang jambe Jawa Barat V III Risinodendron africanum Arg. - Jawa Barat IV Samanea saman Merr. Ki hujan Jawa Barat V IV Sandoricum koetjape Merr. Kecapi Jawa Barat V IV-V Scapium macropodum J.B. Mersawa Kalimantan Timur V V Schleichera oleosa Merr. Kesambi Sulawesi Selatan III Schima wallichii Korth. Penagit Kalimantan Timur V III 18
19 Shorea acuminatissima Sym. Damar pakit Kalimantan Timur V III-IV Shorea balangeran Burck. Lempung kahoi Kalimantan Timur IV II-(I-III) Shorea guiso Bl. Giso Jawa Barat IV II-III Shorea johoriensis Foxw Kenuar Kaimantan Timur IV III-V Shorea koordersii Brandis. Damar tenang Jawa Barat V IV Shorea lamellata Foxw. Damar tunam Jawa Barat IV IV Shorea laevis Bl. Bangkirai Kalimantan Timur III I Shorea leptoclados Sym. Mengkabung Kalimantan Timur V IV-V Shorea leprosula Miq. Lempung tembaga Kalimantan Timur V III-IV Shorea meoistopteryx Ridl. Tengkawang Jawa Barat V Shorea ovalis Bl. Lempung rusa Kalimantan Timur V III-IV Shorea parvifolia Dyer. Lempung nasi Kalimantan Timur V III-IV Shorea platyclados V.Sl. Meranti abang Sumatra Selatan IV III-IV Shorea selanica Bl. Meranti bapa Jawa Barat V Shorea seminis V.Sl. Terindak Jawa Barat IV I-II Shorea smithiana Sym. Merumbung Kalimantan Timur V III-IV Shorea sp. Merant merah Jawa Barat IV Shorea stenoptera Burck. Tengkawang Jawa Barat V III-IV Spathodea campanulata P.B. Ki aerit Jawa Barat V V Spondias cytherea Soon. Sutiet Irian Jaya V V Sindora leiocarpa De.wit. Anggi Kalimantan Timur IV IV-V Sterculia symplicifolia Mast. Buah sayap Kalimantan Timur III II-IV Sterculia cymosa Kelumpang Jawa Barat V - 19
20 180. N4878 Styrax benzoin Dryand. Kemenyan Jawa Barat V IV-V Spondias cytherea Sonn. Kedondong Sulawesi Tengah V V Swietenia caudallei Pittier. Mahoni Jawa Barat V Swietenia macrophylla King. Mahoni d. lebar Jawa Barat IV III Tarrietia javanica Bl. Melapisan Kalimantan Timur IV III-IV Tarrietia symplicifolia Mast. - Jawa Barat III II-IV Tectona grandis L.f. Jati Jawa Tengah II II Terminalia copelandi Elm. Ketapang Lampung V V Terminalia microcarpa Deene. Musim Ambon IV IV Terminalia longespicata V. Sl. Uniaba Irian Jaya V V Terminalia mollis T. et B. Ketapang Riau V IV Tetameles nudiflora R.Br. Satye Irian Jaya V V Tetramerista glabra Miq. Punak Riau IV III-IV Toona sureni Merr. Suren Sulawesi Selatan V IV/V Trachylobium verecosum Cliv. - Jawa Barat V Tristania maingayi Duthie. Pelawan merah Riau I I Vernonia arborea Ham. Merambung Jawa Barat V V Vitex cofassus Reinw. bitti Sulawesi Selatan II II-III Vitex pubescens Vahl. Laban Jawa Tengah II I Xanthophyllum excelsum Miq. Seyam Irian Jaya IV V Xylopia malayana Hook f.et Th. Medang suhu Kalimantan Timur V II-III 20
STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT
STANDARDISASI MUTU KAYU BERDASARKAN KETAHANANNYA TERHADAP PENGGEREK DI LAUT Oleh Mohammad Muslich, Ginuk Sumarni 1 Abstrak Penggunaan kayu tidak hanya untuk di darat, tetapi juga di laut yaitu berupa kapal
Lebih terperinciKEAWETAN 25 JENIS KAYU DIPTEROCARPACEAE TERHADAP PENGGEREK KAYU DI LAUT (Durability of 25 Dipterocarpaceae Wood Species Against Marine Borers)
KEAWETAN 25 JENIS KAYU DIPTEROCARPACEAE TERHADAP PENGGEREK KAYU DI LAUT (Durability of 25 Dipterocarpaceae Wood Species Against Marine Borers) Oleh/By: Mohammad Muslich & Ginuk Sumarni ABSTRACT Twenty
Lebih terperinciKEAWETAN LIMA PULUH JENIS KAYU TERHADAP UJI KUBURAN DAN UJI DI LAUT (The Durability of Fifty Wood Species to Graveyard Test and in The Sea)
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 250-257 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 KEAWETAN LIMA PULUH JENIS KAYU TERHADAP UJI KUBURAN DAN UJI DI LAUT (The Durability
Lebih terperinciKrisdianto, Listya Mustika Dewi & Mohammad Muslich
ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012 ANALISIS HASIL PENGUJIAN KAYU YANG DISERANG PENGGEREK KAYU DI LAUT DENGAN INTERPRETASI GAMBAR DIGITAL (Digital Image Interpretation on The Marine
Lebih terperinciTALLY SHEET PENGAMBILAN DATA SARANG ORANGUTAN. Lokasi : Aek Nabara Cuaca : Cerah mendung Habitat : Hutan Arah transek : Selatan
TALLY SHEET PENGAMBILAN DATA SARANG ORANGUTAN Lokasi : Aek Nabara Cuaca : Cerah mendung Habitat : Hutan Arah transek : Selatan Tanggal : 29 Mei 2014 Posisi (GPS) waypoint permulaan jalur/transek : Akhir
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) II. PRAKTIKUM
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS KEHUTANAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR MAJOR INTERDEPARTEMEN, STRATA 1 (S-1) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) II. PRAKTIKUM A. Mata
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Tanaman Sebagai Penyerap Karbondioksida
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karbondioksida Gas CO 2 adalah bahan baku bagi fotosintesis dan laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar CO 2 di udara (Ardiansyah 2009). June (2006) menyatakan peningkatan
Lebih terperinci-1 DUA,.( KESATU. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN BENIH TANAMAN HUTAN
MENIERI,KBFUTANAN I,EPUBLIK INDONE$II. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAIIMAT TUHAN YANG MAHA ESA!/TENTERI
Lebih terperinciTahun mulai kegiatan* Lokasi TBT 1, KHDTK
LAMPIRAN 1. PROGRESS PEMBANGUNAN SUMBER BENIH BADAN LITBANG KEHUTANAN S/D 29 AGUSTUS 2014 I. REGION I (WILAYAH SUMATERA) Jumlah sumber benih Konservasi Total luas Jumlah Jenis Tersertifikasi : 12 unit
Lebih terperinciNo. Commercial wood species Botanical name Family 1. Agathis - Agathis alba Foxw.
List of Indonesian Commercial Woods Source: Kartasujana, I. & Martawijaya, A. 1973. Commercial woods of Indonesia, their propertiesand uses Pengumuman no.3 thn 1973. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR KAYU
PERENCANAAN STRUKTUR KAYU KEKUATAN KEKAKUAN STABILITAS MATERIAL (ORTOTROPIK, SIFAT FISIK, SIFAT MEKANIK) ANALISIS STRUKTUR METODE DISAIN (DISAIN KOMPONEN STRUKTUR DISAIN SAMBUNGAN) 1 MATERIAL ORTOTROPIK
Lebih terperinciKONDISI TEMPAT TUMBUH TEGAKAN ALAM Shorea leprosula, Shorea johorensis DAN Shorea smithiana. Oleh : Nilam Sari, Karmilasanti Dan Rini Handayani
KONDISI TEMPAT TUMBUH TEGAKAN ALAM, DAN Shorea smithiana Oleh : Nilam Sari, Karmilasanti Dan Rini Handayani BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA SAMARINDA 203 PENDAHULUAN Pembangunan di bidang kehutanan
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT Species Diversity And Standing Stock In Protected Forest Area Gunung Raya Districts Ketapang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR: 14 TAHUN 1996 T E N T A N G HUTAN RAKYAT DAN HUTAN MILIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR: 14 TAHUN 1996 T E N T A N G HUTAN RAKYAT DAN HUTAN MILIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II KUTAI Menimbang : a.
Lebih terperinciPENURUNAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS TIGA JENIS KAYU DAN KAYU KELAPA TERHADAP SERANGAN PENGGEREK DI LAUT
PENURUNAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS TIGA JENIS KAYU DAN KAYU KELAPA TERHADAP SERANGAN PENGGEREK DI LAUT (Decreasing Physical and Mechanical Properties of Three Wood Species and Coconut trunk Attacked by
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Industri kayu merupakan badan usaha yang mengelola kayu dan
TINJAUAN PUSTAKA Industri Kayu Industri kayu merupakan badan usaha yang mengelola kayu dan menghasilkan suatu produk kayu sebagai objek dari seluruh rangkaian proses produksi. Kayu merupakan salah satu
Lebih terperinciKELAS AWET 15 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN PENGGEREK DI LAUT
KELAS AWET 15 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN PENGGEREK DI LAUT (Durability of 15 Local Reliable Wood Species Against Dry-Wood Termites, Subterranean Termites and
Lebih terperinciKEAWETAN ALAMI 57 JENIS KAYU INDONESIA DENGAN PENGUJIAN DI BAWAH NAUNGAN (Natural Durability of 57 Indonesian Wood Species Tested under the Shade)
Penelitian Hasil Hutan Vol. 34 No. 3, September 2016: 179-188 ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 642/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 KEAWETAN ALAMI 57 JENIS KAYU INDONESIA DENGAN PENGUJIAN DI BAWAH NAUNGAN (Natural
Lebih terperinciOleh/By Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT
KELAS AWET 25 JENIS KAYU ANDALAN SETEMPAT TERHADAP RAYAP KAYU KERING DAN RAYAP TANAH (The Durability Class of 25 Local Reliable Wood Species Against Termites) Oleh/By Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT
Lebih terperinciIsi Materi. Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis
Isi Materi Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis Tujuan Pemilihan Jenis Tanaman Agar tanaman yang dipilih dapat tumbuh baik sesuai dengan kondisi lingkungan sehingga
Lebih terperinciKEAWETAN 52 JENIS KAYU INDONESIA The Durability of 52 Indonesian Wood Species
KEAWETAN 52 JENIS KAYU INDONESIA The Durability of 52 Indonesian Wood Species Oleh/By: Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT Fifty two Indonesian wood species were collected from forest areas in Indonesia
Lebih terperinci2 Tropenbos International. Jl.Gunung Batu No.5 PO Box 165;Telp.0251-8633234;Fax 0251-8638111 Bogor
KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH JENIS-JENIS POHON DI DAS PEMALI JRATUN, JAWA TENGAH (Land Suitability of Trees Species in Pemali Jratun Watershed, Central Java)* Pratiwi 1, I Wayan S.D. 1, G.M. Eko Hartoyo 2,
Lebih terperinciOleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
KARYA TULIS KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA JENIS KAYU TROPIS Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR Pertama-tama
Lebih terperinciKELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages)
KELAS AWET JATI CEPAT TUMBUH DAN LOKAL PADA BERBAGAI UMUR POHON (Durability class of Fast Growing and Local Teak On Various Tree Ages) Oleh/By: Ginuk Sumarni & Mohammad Muslich ABSTRACT Fast growing teak
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa setiap
Lebih terperinciSTRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU
KARYA TULIS STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA
Lebih terperinciUSAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH
USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto PUSKONSER, Bogor Antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat Mudah menanamnya Dapat ditanam dimana saja Pertumbuhan cepat Harga kayu
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK w tp :// w ht.b p w.id s. go STATISTIK PERUSAHAAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN Statistics of Forest Consession Estate 2012 ISSN: 0216-1893 No. Publikasi /Publication Number: 5602002 Katalog
Lebih terperinciKawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo Penanggung Jawab Kepala Balai Penelitian Kehutanan Palembang Sekretariat Redaksi Seksi Data, Informasi dan Kerjasama Penyusun Seksi Sarana Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan pohon dan macam pohon apa yang tumbuh
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN ADAT BUKIT BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA
KEANEKARAGAMAN JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN ADAT BUKIT BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA (The Diversity Of Family Tree Of Dipterocarpaceae In Indigenous Forest Of Bukit
Lebih terperinciKETERAWETAN 95 JENIS KAYU TERHADAP IMPREGNASI DENGAN BAHAN PENGAWET CCA (Treatability of 95 Timber Species to Impregnation with CCA Preservative)
Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 18 No.2 (2000) pp. 69-78 KETERAWETAN 95 JENIS KAYU TERHADAP IMPREGNASI DENGAN BAHAN PENGAWET CCA (Treatability of 95 Timber Species to Impregnation with CCA Preservative)
Lebih terperinciKEAWETAN ALAMI LIMA JENIS KAYU YANG BANYAK DIPERDAGANGKAN DI KABUPATEN NIAS TERHADAP MARINE BORER (PENGGEREK KAYU DI LAUT) SKRIPSI.
KEAWETAN ALAMI LIMA JENIS KAYU YANG BANYAK DIPERDAGANGKAN DI KABUPATEN NIAS TERHADAP MARINE BORER (PENGGEREK KAYU DI LAUT) SKRIPSI Oleh : OKKI SETIAWAN ZEBUA 041203011 / TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN
Lebih terperinciDramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)
Keawetan Alami Sembilan Jenis Kayu dari Kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor terhadap Serangan Rayap (Natural Durability of Nine Woods Species Grown in Dramaga Campus Bogor Agricultural University against
Lebih terperinciMohammad Muslich & Sri Rulliaty
Penelitian Hasil Hutan Vol. 34 No. 1, Maret 2016: ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 642/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 KETAHANAN 45 JENIS KAYU INDONESIA TERHADAP RAYAP KAYU KERING DAN RAYAP TANAH (The Resistance
Lebih terperinciOXehlBy. Paimin Sukartana. Summary
Jumal Penelitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13 No. 2 (1995) pp. 71-76 DAYA TAHAN ALAMI 30 JENIS KAYU TERHADAP RAYAP TAN AH Macrotermes gilvus (Hagen); SUATU UJI LAPANG YANG DIPERCEPAT
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Kaliurang him, 21 x IS em ISBN : I I - 2
SEKILAS TENTANG Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Kaliurang - 20 13 18 him, 21 x IS em ISBN : 978-979 - 3666 - I I - 2 Diterbitkan oleh : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Lebih terperinciKESESUAIAN TEMPAT TUMBUH JENIS-JENIS POHON DI DAS PEMALI JRATUN, JAWA TENGAH
KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH JENIS-JENIS POHON DI DAS PEMALI JRATUN, JAWA TENGAH (Land Suitability of Trees Species in Pemali Jratun Watershed, Central Java)* Pratiwi 1, I Wayan S.D. 1, G.M. Eko Hartoyo 2,
Lebih terperinciKawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo Penanggung Jawab Kepala Balai Penelitian Kehutanan Palembang Sekretariat Redaksi Seksi Data, Informasi dan Kerjasama Penyusun Mualimin Syaiful Islam Balai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.51/MENHUT-II/2006 TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) UNTUK PENGANGKUTAN
Lebih terperinciHutan Alam Sumatera dan Keanekaragaman Flora. Oleh :Jonotoro PenelitI Relawan JIKALAHARI
Hutan Alam Sumatera dan Keanekaragaman Flora Oleh :Jonotoro PenelitI Relawan JIKALAHARI DASAR PEMIKIRAN 5 Kawasan Koridor Ekosistem Penting di Sumatera Menjaga keseimbangan ekosistem pulau yang dapat menopang
Lebih terperinciFENOLOGI JENIS-JENIS POHON HUTAN RAWA GAMBUT
FENOLOGI JENIS-JENIS POHON HUTAN RAWA GAMBUT Ardiyanto Wahyu Nugroho 1 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Jl. Soekarno Hatta Km. 38 PO. BOX 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 7217663
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : SK.62/V-SET/ TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL MOR : SK.62-SET201462 TENTANG JENIS PRIORITAS TANAMAN HUTAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA GENETIK DAN PEMBANGUNAN
Lebih terperinciToleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan
TOLERANSI POHON Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan Air, keasaman, salinitas, dingin, panas
Lebih terperinciLampiran 1 Daftar nama jenis yang ditemukan di plot penelitian No Nama Daerah Nama Botani Famili Kelompok Asam gandis Baccaurea sp.
LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Daftar nama jenis yang ditemukan di plot penelitian No Nama Daerah Nama Botani Famili Kelompok 1 2 3 4 5 1 Asam gandis Baccaurea sp. Euphorbiaceae KTD 2 Asam mangga & sejenisnya
Lebih terperinciSIFAT PEMESINAN 13 JENIS KAYU DARI ACEH (Machining properties of 13 wood species from Aceh)
Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 14 No. 6 (1996) pp. 231-238 SIFAT PEMESINAN 13 JENIS KAYU DARI ACEH (Machining properties of 13 wood species from Aceh) Oleh/By : Bakir Ginoga Summary The qualities
Lebih terperinciRETENSI DALAM PENGAWETAN KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN BAKU KAPAL TRADISIONAL
Retensi dalam pengawetan kayu kurang dikenal untuk bahan baku kapal tradisional.budi Tri Cahyana RETENSI DALAM PENGAWETAN KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN BAKU KAPAL TRADISIONAL Retention of Lesser Known
Lebih terperinciANALISIS DOMINANSI KOMUNITAS TEGAKAN DI HUTAN SEKITAR KAWASAN WISATA AIR TERJUN TIRTA RIMBA MORAMO
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) ANALISIS DOMINANSI KOMUNITAS TEGAKAN DI HUTAN SEKITAR KAWASAN
Lebih terperinciOleh/By: Djarwanto dan Sihati Suprapti
Ketahanan tiga jenis kayu. (Djarwanto dan Sihati Suprapti) KETAHANAN TIGA JENIS KAYU UNTUK BANTALAN REL KERETA API TERHADAP JAMUR PERUSAK KAYU SECARA LABORATORIS The Resistance of Three Wood Species for
Lebih terperinciBAB II PENGENALAN JENIS BENIH
BAB II PENGENALAN JENIS BENIH A. Benih Tanaman Program HTI Menurut perkiraan di Indonesia terdapat sekitar 4000 jenis kayu. Perkiraan ini didasarkan kepada material herbarium yang sudah dikumpulkan oleh
Lebih terperinciBalai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan - 2011 Sekilas Tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Sumberwringin, Bondowoso - Jawa Timur SEKILAS TENTANG Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Lebih terperinciBAB III HUTAN PRODUKSI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PRODUKSI HASIL HUTAN BAB III HUTAN PRODUKSI Dr. Wahyu Surakusuma, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciABSTRACT PENDAHULUAN ABSTRAK
Studi Ekologi dan Potensi Geronggang (Cratoxylon arborescens Bl.) di Kelompok Hutan Sungai Bepasir-Sungai Siduung, Kabupaten Tanjung Redeb, Kalimantan Timur N.M. Heriyanto dan Endro Subiandono Pusat Penelitian
Lebih terperinciII. HUTAN PENELITIAN WAY HANAKAU
II. HUTAN PENELITIAN WAY HANAKAU A. Lokasi dan Aksesibilitas Hutan Penelitian Way Hanakau memiliki luas 100 ha dan berada dalam kawasan hutan produksi tetap register 46 Way Hanakau. Secara geografis berada
Lebih terperinciBAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat
Lebih terperinciKOMPOSISI DAN STRUKTUR JENIS POHON DI HUTAN PRODUKSI TERBATAS AKE OBA TANJUNG WAYAMLI AKE KOBE
KOMPOSISI DAN STRUKTUR JENIS POHON DI HUTAN PRODUKSI TERBATAS AKE OBA TANJUNG WAYAMLI AKE KOBE (COMPOSITION AND STRUCTURE OF TREES IN THE FOREST PRODUCTION LIMITED AKE OBA TANJUNG WAYAMLI - AKE KOBE) Didi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan secara geografis terletak di antara ' ' Lintang Utara
TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 0 27'-2 0 47' Lintang Utara dan 98 0 35'-98 0 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian utara Provinsi Sumatera Utara
Lebih terperinciJudul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah
LAMPIRAN 97 98 Lampiran 1. : Daftar panduan wawancara Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah Oleh : Didik Trinugraha Herlambang / NIM
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI
LEMBARAN DAERAH PROPNS BAL NOMOR : 84 TAHUN : 2001 SER : D NO. 77 GUBERNUR BAL KEPUTUSAN GUBERNUR BAL NOMOR 2001 TENTANG PENETAPAN KELAS DAN KUALTAS KAYU SERTA HARGA DASAR KAYU DAN HASL HUTAN LANNYA GUBERNUR
Lebih terperinciTASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015
TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG
Lebih terperinciLampiran 15. Tanaman Koleksi Dinas Pertanian dan Kebun Binatang Surabaya. Habitus Pohon
Lampiran 15. Tanaman Koleksi Dinas Pertanian dan Kebun Binatang Surabaya Habitus Pohon Nama Lokal: Abiu, Aboi Pouteria caimito Nama Lokal: Akasia Golden Cassia surattensis Burm,F Nama Lokal: Antiaris Antiaris
Lebih terperinciPengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung 2007-2011
Pengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung 2007-2011 Kondisi Umum Sei Betung Hutan primer Sei Betung, memiliki keanekaragaman hayati yang
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Foto Objek Fokal Orangutan Dalam Penelitian Individu jantan dewasa Individu jantan remaja Individu betina dewasa Individu betina dewasa bersama anaknya Lampiran
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut.
Lebih terperinciDINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG
DINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG PLANT COMMUNITIES DYNAMICS IN THE LIMIT ECOSYSTEMS OF GUNUNG AMBANG NATURE RESERVE Hendra Amon 1), Johny Tasirin ) dan Martina
Lebih terperinciPbaik agar menghasilkan benih bermutu.
3 Penanganan Benih Teknik Penanganan Benih Rekalsitran 11 25 Teknik Penanganan Benih Ortodok penanganan benih adalah proses penting yang harus dilakukan dengan Pbaik agar menghasilkan benih bermutu. Benih
Lebih terperinciKarlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)
40 PERUBAHAN KEKAKUAN DINAMIS KAYU SETELAH PENGUJIAN KEAWETAN ALAMI KAYU NANGKA DAN MANGIUM Dynamic MOE of Jackfruit and Woods after Natural Durability Testing Lina KARLINASARI 1, Ina RITA 2 dan Istie
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI HUTAN PRODUKSI TERBATAS BOLIYOHUTO PROVINSI GORONTALO
ANALISIS VEGETASI HUTAN PRODUKSI TERBATAS BOLIYOHUTO PROVINSI GORONTALO Marini Susanti Hamidun, Dewi Wahyuni K. Baderan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri GorontaloJalan Jendral
Lebih terperinciStatus Kelangkaan Jenis Pohon di Kelompok Hutan Sungai Lekawai-Sungai Jengonoi, Sintang, Kalimantan Barat
Status Kelangkaan Jenis Pohon di Kelompok Hutan Sungai Lekawai-Sungai Jengonoi, Sintang, Kalimantan Barat N.M. Heriyanto dan Endro Subiandono Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor ABSTRACT Study
Lebih terperinci6/14/2013. Pendahuluan. Pohon mati Kekeringan Banjir. Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS, Th. 2013
Pendahuluan Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS, Th. 2013 Pohon mati Kekeringan Banjir 1 Tujuan Tulisan: Manfaat : Metode Penelitian Bahan & Alat Jenis yg Diteliti No. Spesies
Lebih terperinciRESTORASI EKOSISTEM AREAL HUTAN DAN LAHAN BEKAS KEBAKARAN DI INDONESIA 1) Oleh : Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS 2)
RESTORASI EKOSISTEM AREAL HUTAN DAN LAHAN BEKAS KEBAKARAN DI INDONESIA 1) Oleh : Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS 2) Pendahuluan Sumberdaya hutan beserta lingkungannya merupakan kesatuan sistem ekologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawetan Kayu Pengawetan kayu tidak lain adalah proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu untuk melindungi diri dari serangan organisme perusak seperti serangga, jamur
Lebih terperinciKata kunci: komposisi, assosiasi, kekerabatan, ketebalan gambut.
KOMPOSISI DAN ASOSIASI VEGETASI HUTAN GAMBUT BERDASARKAN KETEBALAN LAPISAN GAMBUT DI HUTAN WISATA RAWA GAMBUT BANING, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT The Composition and Association of Peat Forest
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK
Lebih terperinciKETAHANAN LIMA JENIS KAYU ASAL SUKABUMI TERHADAP JAMUR PERUSAK KAYU (The Resistance of Five Wood Species from Sukabumi Against Wood Destroying Fungi)
KETAHANAN LIMA JENIS KAYU ASAL SUKABUMI TERHADAP JAMUR PERUSAK KAYU (The Resistance of Five Wood Species from Sukabumi Against Wood Destroying Fungi) Oleh/By: Sihati Suprapti & Djarwanto ABSTRACT Five
Lebih terperinciEVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN
EVALUASI KETAHANAN HIDUP TANAMAN UJI SPESIES DAN KONSERVASI EK-SITU DIPTEROCARPACEAE DI RPH CARITA BANTEN Evaluation of Survival Plantation Try Species of Dipterocarpaceae in Carita Forest Resort Banten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima
Lebih terperinci: PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN : TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
PROGRAM JUDUL UKP KOORDINATOR UKP JUDUL KEGIATAN PELAKSANA KEGIATAN : PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUTAN TANAMAN : TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN : Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc. : KARAKTERISTIK HABITAT
Lebih terperinciHUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN
1 HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN Sebuah terobosan baru belum lama ini dimunculkan pemerintah dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui program Hutan Tanaman
Lebih terperinciKOMPOSISI VEGETASI PADA HUTAN EBONI DI KELOMPOK HUTAN TAMBARANA KECAMATAN POSO PESISIR UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
KOMPOSISI VEGETASI PADA HUTAN EBONI DI KELOMPOK HUTAN TAMBARANA KECAMATAN POSO PESISIR UTARA KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH Rukmi Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman Korespondensi:
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH
RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan
Lebih terperinciANALISIS VEGETASI DI KAWASAN AGROWISATA GUNUNG TUMPA
ANALISIS VEGETASI DI KAWASAN AGROWISATA GUNUNG TUMPA Faris Andong (1), Fabiola B. Saroinsong (1), Alfonsius Thomas (1), Wawan Nurmawan (1) 1 Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Pengkaratan Logam terhadap Pelapukan
55 PENGARUH PENGKARATAN LOGAM TERHADAP PELAPUKAN EMPAT JENIS KAYU ASAL SUKABUMI The Effect of Metal Corrosion on the Decay of Four Wood Species Originated from Sukabumi DJARWANTO 1 dan Sihati SUPRAPTI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 54 BT dan 5 5-5 22 LS. KPHL Batutegi meliputi sebagian kawasan Hutan Lindung
Lebih terperinciASOSIASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DENGAN JENIS POHON LAIN PADA SEBARAN ALAMNYA DI SULAWESI TENGAH
WARTA RIMBA ISSN: 0- Volume, Nomor Hal: 9-5 Juni 0 ASOSIASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DENGAN JENIS POHON LAIN PADA SEBARAN ALAMNYA DI SULAWESI TENGAH Retno Wulandari, Wawan Kustiawan, Sukartiningsih,
Lebih terperinciJasni. Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp , Fax ABSTRACT
Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 3, September 2015: ISSN: 0216-4329 Terakreditasi No.: 642/AU 3/P2MI-LIPI/07/2015 KETAHANAN 30 JENIS KAYU INDONESIA TERHADAP SERANGAN BUBUK KAYU KERING Heterbostrichus
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan
32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon
Lebih terperinciIII. HUTAN PENELITIAN TANJUNG AGUNG
III. HUTAN PENELITIAN TANJUNG AGUNG A. Lokasi dan Aksesibilitas Kebun Penelitian Tanjung Agung secara geografis terletak pada koordinat 08 o 30 00 LS 104 o 30 00 BT. Berdasarkan wilayah pemangkuan hutan
Lebih terperinciENDES N. DAHLAN. Diterima 10 Desember 2007/Disetujui 15 Mei 2008 ABSTRACT
JUMLAH EMISI GAS CO 2 DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN BERDAYA ROSOT SANGAT TINGGI: STUDI KASUS DI KOTA BOGOR (The Amount of CO 2 Gasses Emission and Selection of Plant Species with Height Carbon Sink Capability:
Lebih terperinciKorelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon 1
Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon Nurlita Indah Wahyuni Korelasi Indeks Nilai Penting terhadap Biomasa Pohon 1 Nurlita Indah Wahyuni 2 ABSTRAK Kebutuhan akan data perubahan stok karbon
Lebih terperinciPENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG PENETAPAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN PENETAPAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN LUNAS KAPAL NELAYAN TRADISIONAL AFANDY BAYU NURCAHYO
IDENTIFIKASI JENIS KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU BAGIAN LUNAS KAPAL NELAYAN TRADISIONAL AFANDY BAYU NURCAHYO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 ii PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diversity of Type Vegetation at The Mount Ambawang Forest Protected Areas, District
Lebih terperinciI. GAMBARAN UMUM. Trial Plantation Project in Benakat, South Sumatera ATA-186
I. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Hutan dan kehutanan di Indonesia pada dasawarsa 70 dan 80 merupakan salah satu pendorong perekonomian Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya hutan secara terus-menerus menyebabkan
Lebih terperinciBAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)
Lebih terperinciPENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN. 2. Kayu Torem (Wilayah I) /m 3
5 2012, No.514 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/4/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 12/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG PENETAPAN HASIL
Lebih terperinciPEMILIHAN JENIS POHON LOKAL UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG
PEMILIHAN JENIS POHON LOKAL UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG Dr. Yadi Setiadi Land Rehabilitation Specialist Faculty of Forestry, IPB Campus IPB, Darmaga, Bogor ysetiad55@gmail.com Pertimbangan dalam
Lebih terperinciLampiran 1 Daftar famili teridentifikasi dari total spesies tumbuhan yang ditemukan
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar famili teridentifikasi dari total spesies tumbuhan yang ditemukan No Famili Jumlah No Famili Jumlah 1 Anacardiaceae 4 24 Hypericaceae 1 2 Anisophyleaceae 1 25 Moraceae 6 3 Annonaceae
Lebih terperinci