BAB I PENDAHULUAN. yang bervegetasi.wilayah MDM Watugede memiliki lahan berbukit-bukit dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDM Watugede mempunyai alam yang asri dan unik yaitu memiliki topografi berbukit dengan kondisi lahan berbatu yang didalamnya masih terdapat banyak lahan yang bervegetasi.wilayah MDM Watugede memiliki lahan berbukit-bukit dan berbatu disebabkan pada pegunungan utara Gunungkidul merupakan daerah pegunungan berapi yang sudah tidak aktif.mdm Watugede merupakan suatu wilayah yang berada di Kecamatan Gedangsari dan Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul.Hingga saat ini wilayah Gunungkidul masih memiliki bentang alam yang cukup luas yang dapat dimanfaatkan untuk wisata alam maupun pertanian yang menjadi nilai tambah untuk masyarakat sekitar. Wilayah MDM Watugede masih tergolong lahan yang cukup subur.hal ini dapat terlihat dari tutupan lahan di MDM Watugede yang hijau karena lahan yang bervegetasi lebih mendominasi dibanding areal permukiman warga, baik ditanami tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan.lahan hijau yang masih bervegetasi di MDM Watugede masih tetap terjaga karena sebagian besar masyarakat masih bercocok tanam dan bergantung dari alam untuk keperluan kayu bakar, keperluan pakan ternak, bahan bangunan, dll.oleh karena itu masyarakat di MDM Watugede dengan senantisa menjaga alam yang ada dengan sebaik mungkin.berikut merupakan tabel penggunaan lahan di MDM Watugede. 1

2 Tabel 1.1 Presentase penggunaan lahan di MDM Watugede No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Belukar / Semak 151,178 6,499 2 Kebun Campur 14,703 0,632 3 Permukiman 125,044 5,376 4 Rumput 13,671 0,588 5 Sawah Tadah Hujan 236,112 10,150 6 Tegalan 1.774,470 76,284 7 Tubuh Air 10,968 0,472 Jumlah 2, Sumber: Rencana Pembangunan MDM, 2014 Dapat dilihat dari Tabel 1.1 bahwa penutupan lahan yang berhutan di MDM Watugede yaitu kebun campur / tegakan campur dan tegalan.sebagian besar masyarakat di MDM Watugede menanam pohon jati di lahan tegalan mereka karena kayu jati memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tegakan jati bersifat monokultur, suatu areal yang hanya ditanami oleh tanaman sejenis saja yaitu pohon jati. Kayu jati merupakan kayu yang populer, khususnya di Pulau Jawa karena kayu jati tergolong kayu yang keras. Jati merupakan suatu tamanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat menopang perekonomian masyarakat.selain memiliki kayu yang keras, jati juga mempunyai keunikan sendiri yaitu menggugurkan daun secara periodik. Menurut Hardjodarsono (1984) karena keperluan akan air (yang besar) dan susunan akar yang dangkal dan tak intensif, maka di musim kemarau jati menggugurkan daunnya untuk mengurangi transpirasi. Dikarenakan perbedaan tajuk yang dimiliki oleh tanaman jati saat musim kemarau dan musim penghujan sehingga akan mempengaruhi daur hidrologi yang ada. 2

3 Tegakan campuran merupakan suatu areal dengan berbagai macam variasi vegetasi.tegakan campur di MDM Watugede sebagian besar berada pada topografi yang curam dimana masyarakat tidak melakukan pengolahan lahan secara intensif karena lebih sulit untuk dijangkau oleh masyarakat. Meskipun demikian masyarakat masih bergantung pada tegakan campuran yang ada di wilayah MDM Watugede untuk diambil cabang dan ranting yang digunakan untuk keperluan kayu bakar maupun untuk keperluan hijauan pakan ternak. Tegakan campuran di MDM Watugede di dominasi oleh jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) yang tergolong kayu komersil. Jenis Sonokeling hanya dibiarkan saja tumbuh secara alami dan akan dipanen dengan sistem tebang butuh. Tegakan jati dan tegakan campuran tidak hanya memiliki perbedaan pada sisi finansal, dapat juga berpengaruh pada lingkungan, terutama pada tanah dan air karena perbedaan kerapatan dan strata tajuk yang berbeda antara tegakan campur dan tegakan jati. Tegakan jati hanya terdiri dari satu strata tajuk saja karena tanaman memiliki umur yang relatif sama, sedangkan pada tegakan campur terdiri dari berbagai strata tajuk karena variasi vegetasi didalamnya cukup tinggi. Pada tegakan campuran memiliki kerapatan tajuk yang tebih tinggi dibandingkan tegakan jati. Jika dilihat dari segi kerapatan dan tingkat strata tajuk, maka dapat berpengaruh pada proses hidrologi terutama pada proses intersepsi dimana pada kedua tegakan tersebut tentu memiliki kapasitas yang berbeda dalam menahan air hujan. Intersepsi merupakan fase awal dari suatu proses hidrologi. Hal ini dikarenakan pada saat hujan, air hujan yang turun akan mengenai tajuk terlebih dahulu dan kemudian akan turun ke 3

4 lantai hutan yang kemudian akan melalui proses selanjutnya seperti infiltrasi maupun runoff yang dapat berpengaruh pada besarnya erosi yang dapat terjadi. Intersepsi merupakan fase utama dalam siklus hidrologi yang dapat perpengaruh pada keadaan tanah dan air di masa mendatang. Intersepsi itu sendiri merupakan kemampuan tajuk untuk dapat menyimpan air hujan. Pada fase ini dipengaruhi oleh throughfall dan stemflow. Troughfall merupakan suatu proses dimana air turun dari tajuk. Menurut Lee (1988), throughfall adalah bagian pretisipasi yang mencapai lantai hutan secara langsung dengan penetesan dari daun, ranting dan cabang. Stemflow merupakan air hujan yang turun melewati batang. Pada MDM Watugede diketahui memiliki tutupan lahan yang vegetasi masih cukup banyak.penelitian yang berkaitan dengan intersepsi di wilayah MDM Watugede belum pernah dilakukan sehingga perlu adanya penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah MDM Watugede memiliki tutupan lahan yang cukup baik, lebih banyak lahan bervegetasi jika dibandingkan dengan lahan yang tidak bervegetasi, akan tetapi apabila terjadi hujan akan menghasilkan erosi yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat jika terjadi hujan, debit aliran sungai meningkat disertai partikel-partikel tanah yang terlarut 4

5 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui intersepsi tajuk rata-rata pada tegakan campuran dan tegakan jati. 2. Mengetahui hubungan tebal hujan dengan intersepsi tajuk rata-rata. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Mengetahui nilai intersepsi pada tegakan campur dan tegakan jati. 2. Memberikan informasi kepada instansi pengelolaan DAS sebagai pengembangan dalam mengendalikan kondisi hidrologis di MDM Watugede Gedangsari. 5