HUTAN SEBAGAI PENGATUR TATA AIR DAN PENCEGAH EROSI TANAH: PENGELOLAAN dan TANTANGANNYA. Oleh: Ary Widiyanto Balai Penelitian Kehutanan Ciamis
|
|
- Fanny Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUTAN SEBAGAI PENGATUR TATA AIR DAN PENCEGAH EROSI TANAH: PENGELOLAAN dan TANTANGANNYA Oleh: Ary Widiyanto Balai Penelitian Kehutanan Ciamis RINGKASAN Terjadinya kenaikan suhu bumi yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan berbagai akibat lainnya seperti kekeringan, krisis air dan kekurangan pangan di beberapa wilayah di bumi khususnya di Indonesia ini tidak dapat lepas dari ulah manusia sendiri. Penggundulan hutan, illegal logging, pembakaran dan pengubahan fungsi lahan merupakan beberapa diantaranya. Padahal hutan berperan sangat besar sebagai pengatur tata air dalam siklus air dan pencegah terjadinya erosi tanah, dengan adanya pohon dan tumbuh-tumbuhan yang menghalangi air hujan jatuh langsung ke tanah. Untuk itu diperlukan sebuah sistem pengelolaan hutan yang baik, sehingga fungsi hutan sebagai paru-paru dunia dan sistem penyangga kehidupan dapat dijaga. Kata kunci: pengatur tata air, erosi tanah, pengelolaan hutan I. PENDAHULUAN Hutan merupakan suatu areal tanah yang di atas permukaan tanahnya ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan dari berbagai ukuran terdiri dari tanaman tinggi dan tanaman rendah sampai rumput-rumputan. Berbagai manfaat dapat diambil dari hutan, baik berupa kayu maupun hasil hutan bukan kayu. Dilaksanakannya konferensi para pihak ke 15 ( COP-15) di Denmark pada tahun 2009 yang lalu semakin menegaskan akan pentingnya fungsi hutan sebagai paru-paru dunia yang dapat menyerap emisi CO 2, sebagai sistem pengatur tata air dan juga pencegah terjadinya erosi. Dalam forum itu pula dibahas dan disepakati berbagai upaya pelestarian hutan, termasuk di Indonesia (Kompas, 2009) Terjadinya bencana kekeringan, krisis air di beberapa daerah di Indonesia serta berbagai bencana tanah longsor juga disebabkan telah beralihnya fungsí hutan, praktek pembalakan liar ( illegal logging) dan penggundulan hutan. Yang terakhir terjadi ádalah bencana tanah longsor pada bulan Mei 2010 di jalur Cadas Pangeran, yang merupakan jalar utama Bandung-Sumedang. 1
2 II. FUNGSI HUTAN SEBAGAI PENGATUR TATA AIR DAN PENCEGAH EROSI A. Pengatur tata air dan siklus hidrologi Siklus air merupakan sirkulasi/perputaran air yang tetap dari lautan ke udara untuk kembali lagi kelautan. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer, air hujan yang jatuh ke permukaan daratan sebagian akan berinfiltrasi ke dalam tanah dan yang sebagian lagi akan mengalir di atas permukaan tanah sebagai aliran permukaan atau run off. Dari bagian-bagian ini sebagian diuapkan kembali melalui tanaman (transpirasi) dan sebagian diuapkan melalui permukaan tanah dan air (evaporasi). Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah akan melanjutkan infiltrasinya ke lapisan-lapisan bawah tanah. Gerakangerakan air dalam tanah ini disebut perkolasi ( percolation) dan akhirnya terbentuklah air tanah (Kartasapoetra, et al., 2005), dengan proses seperti terlihat pada gambar berikut: Radiasi Matahari 1 2 Awan tanah 2 Sungai 2 4 Lautan 5 3 Permukaan air Lapisan kedap air Keterangan: Gambar 1. Siklus Hidrologi 1. Hujan 2. Evaporasi dan Transpirasi 3. Infiltrasi 4. Aliran Permukaan (run off) 5. Perkolasi Gambar di atas menjelaskan pentingnya fungsi hutan sebagai penyimpan cadangan air yang sangat diperlukan bagi kehidupan manusia. Dengan adanya air tanah 2
3 ini maka keberadaan sumber-sumber mata air dan sungai tetap terjaga, sehingga krisis air dan bencana kekeringan dapat dihindari. Jika intensitas curah hujan yang jatuh di bawah hutan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, maka kelebihan air yang tidak terserap oleh tanah akan mengalir sebagai aliran permukaan atau disebut juga sebagai Hortonian flow atau infiltration excess. Air yang terinfiltrasi akan meresap ke dalam tanah dan besarnya tergantung pada daya hantar hidrolik vertikal dan lateral, kelembaban tanah dan kecuraman lereng, dengan melalui satu atau lebih alur untuk menuju sungai utama. Hutan memiliki daya tampung dan daya infiltrasi air yang tinggi, karena itu aliran permukaan jarang terjadi pada lahan hutan. Tingginya infiltrasi hutan disebabkan adanya serasah. Serasah yang terurai dapat menggemburkan tanah sehingga air mudah lolos ke dalam tanah. Serasah dan tumbuhan bawah juga dapat menahan sementara air hujan. Ketika hujan berhenti, air yang tertahan akan teruapkan atau terinfiltrasi ke dalam tanah. Proses inilah yang dapat menahan atau mengurangi laju aliran permukaaan. Jika terjadi, aliran permukaan dengan laju yang tinggi hanya terbatas pada daerah yang permukaan tanahnya terganggu, misalnya kebakaran yang menyebabkan lantai hutan bersih dari serasah dan tumbuhan bawah. Karena banyaknya pori di dalam tanah, maka sebagian besar air mengalir sebagai aliran cepat dibawah permukaan tanah yang dapat menyumbangkan aliran puncak di sungai. Tingginya kemampuan infiltrasi tanah hutan menyebabkan air dengan mudah mencapai sistem air tanah ( ground water), sehingga jumlah air yang ditampung pada reservoir air tanah menjadi tinggi. Air ini dilepaskan lagi secara bertahap sebagai aliran dasar ( baseflow) ke sungai-sungai. Karena tingginya proses evaporasi dan tranpirasi, secara umum hutan melepas air ke sungai dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem penggunaan lahan lainnya. Pada hutan alam yang belum terganggu, umumnya aliran sungai di musim kemarau (base flow) dapat dipertahankan pada tingkat tertentu. B. Pencegah Erosi Tanah Erosi tanah yaitu proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang terjadi secara alamiah maupun akibat tindakan manusia. Selain jenis tanah dan kemiringan lahan, proses erosi juga dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah, apakah gundul atau terdapat tumbuhan/vegetasi di atasnya. Semakin banyak dan rapat tumbuhan di atasnya maka kemungkinan terjadinya erosi tanah akan semakin kecil (Kartasapoetra, et al. 2005). 3
4 Untuk lebih jelasnya, diterangkan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Jenis tanaman penutup tanah dan erosi yang ditimbulkannya Hutan dan jenis tanaman penutup tanah Persentase air hutan Besarnya erosi di atas tanah (ton/ha/thn) Hutan Lebat 0,8 20 Hutan Terbakar 2,6 470 Tanah Berumput 1,5 540 Tanaman Jagung 17, Tanaman Kapas 19, Tanah Gundul 49, Sumber: Badrudin Mahbub, 1975 Dari tabel di atas, tanah gundul yang umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia, dalam kondisi curah hujan yang cukup deras dan cukup lama akan mengakibatkan aliran permukaan tanah ( run off) yang sangat tinggi sehingga besarnya tanah yang tererosi sangat besar. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya tanah longsor, karena tanpa adanya akar pepohonan sebagai pengikat tanah, maka tanah yang telah jenuh oleh air hujan akan mudah meluncur di atas bidang batuan dasar. Hutan alam yang belum terganggu biasanya mempunyai laju erosi permukaan paling rendah dibandingkan penggunaan lainnya di daerah tropika basah. Pada hutan alam yang belum terganggu terdapat multi tajuk yang berlapis-lapis (strata tajuk) dan penutup tanah yang rapat yang dapat menahan tumbukan hujan langsung ke tanah sehingga dapat mengurangi terjadinya pemecahan agregat tanah menjadi partikel tanah (terdispersi). Penutup tanah yang terdiri dari tumbuhan bawah dan seresah, juga dapat mengurangi laju aliran permukaan yang timbul saat terjadi hujan berlebih ( excess rainfall) atau hujan besar, akibatnya berkurang pula pengikisan terhadap tanah dan pengangkutan bahan erosi oleh aliran permukaan. Dengan demikian dampak dari kemampuan strata tajuk mengurangi tanah terdispersi (sebagai bahan erosi), dan kemampuan penutup tanah mengurangi laju aliran permukaan, adalah mengurangi laju erosi permukaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Critchley & Bruijnzeel (dalam Agus et al, 2004), seperti terlihat pada Gambar 2. Pada hutan tanaman muda dengan seresah dan tumbuhan bawah yang menutup lantai hutan, dihasilkan erosi permukaan yang relatif paling rendah dibanding hutan tanaman dengan seresah maupun hutan tanpa penutup tanah sama sekali. Pada hutan tanaman muda tanpa penutup tanah dihasilkan erosi yang paling tinggi, karena masih terdapat air hujan yang lolos dari tajuk 4
5 dan mengenai/ menumbuk tanah, serta berkurangnya kekasaran permukaan tanah yang dapat menahan laju aliran permukaan. Selain itu, pada saat hujan berhenti, tetes air hujan yang tertahan pada tajuk pohon akan terkumpul pada ujung daun menjadi butir air yang lebih besar, kemudian menetes dari ketinggian pohon yang menambah daya kinetik tetesan untuk mendispersi tanah di bawah pohon, dan terjadilah yang dinamakan erosi percik. Terciptanya bahan erosi di bawah kanopi pohon akan diperbesar jumlahnya dengan pengikisan tanah oleh laju aliran permukaan. erosi (mg/ha) 0,09 0,06 0, curah hujan (mm) tanpa tanaman penutup tanah, dengan kanopi dengan serasah dan kanopi pohon dengan serasah dan tumbuhan bawah Gambar 2. Erosi permukaan di hutan tanaman yang masih muda sebagai fungsi dari kondisi permukaan (Critchley & Bruijnzeel, 1996) III.BEBERAPA TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN A. Penggundulan Hutan dan Alih Fungsi Hutan Secara umum, penggundulan hutan dan alih fungsi lahan, baik untuk kegiatan pertambangan, eksploitasi kayu, kegiatan pertanian, pembukaan lahan kelapa sawit dan sebagainya mengakibatkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dan pengambilan air oleh pepohonan. Hal ini disebabkan sebagai berikut: 1) Tersingkapnya permukaan tanah gundul terhadap pukulan air hujan yang deras Jika tajuk dan lapisan serasah pelindung permukaan tanah dihilangkan, tanah akan terbuka sehingga mudah tererosi oleh tenaga air hujan. Sebagian pori-pori tanah tertutupi sehingga air tidak dapat meresap dan menyebabkan terjadi peningkatan aliran permukaan serta erosi. Akibat dari erosi ini, lapisan tanah atas yang subur dan permeabel (mudah meloloskan air) akan hilang atau memadat, sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi. 2) Menurunnya transpirasi Alih fungsi lahan hutan ke lahan-lahan pertanian menurunkan transpirasi karena tanaman pertanian tidak mempunyai tajuk secara terus-menerus sepanjang tahun dan luas daun dari tanaman pertanian lebih rendah dibandingkan dengan luas daun tumbuhan hutan. Tanaman pertanian cenderung mempunyai sistem perakaran yang dangkal 5
6 dibandingkan sistem perakaran pepohonan dan sebagai konsekuensinya tanaman pertanian ini hanya menggunakan air tanah bagian atas saja. Dengan turunnya transpirasi berarti meningkatnya jumlah aliran air tahunan ke sungai. 3) Pemadatan tanah lapisan atas Jika hutan tropis dialihgunakan ke lahan-lahan pertanian, pemukiman, atau ke dua-duanya, maka luas areal yang kedap air seperti jalan, pekarangan dan atap akan meningkat sehingga menyebabkan peningkatan aliran permukaan dan penurunan infiltrasi. 4) Lenyapnya aktivitas fauna tanah secara perlahan-lahan Sebagian besar fauna tanah tergantung pada kontinuitas pasokan bahan organik dalam bentuk serasah daun, buah, atau serasah kayu. Alih guna hutan cenderung menurunkan serasah yang juga menurunkan persediaan makanan bagi fauna tanah. Lebih jauh, penggunaan pupuk dan pestisida menurunkan aktivitas fauna tanah, dengan demikian, menurunkan laju olah tanah (soil tillage) secara alamiah oleh fauna. B. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan peningkatan kebutuhan hasil hutan Tantangan lain yang dihadapi dalam pengelolaan hutan adalah peningkatan jumlah penduduk yang tinggi yang disertai kebutuhan akan hasil-hasil hutan khususnya kayu. Rata-rata pertumbuhan penduduk di atas 1% pertahun (BPS, 2006), menimbulkan berbagai dampak termasuk dalam kebutuhan akan kayu pertukangan (konstruksi rumah, mebel dsb) dan juga kebutuhan untuk kayu bakar, khususnya bagi masyarakat sekitar hutan. Hal di atas bisa dijelaskan dalam gambar berikut: Pertumbuhan Penduduk + _ Konsumsi Rasio Angkatan Konsumsi Konsumsi Pangan Lahan/Orang Kerja Kayu Bakar Kayu Pertukangan + Kemiskinan di Pedesaan Tanaman Penggembalaan Pencuri Gagal Ternak Kayu _ Potensi Tegakan _ Etat Tebangan + Degradasi Hutan Sumber : Hasanu Simon,
7 Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kebutuhan bahan makanan (pada gambar di atas diberi tanda +), meningkatkan jumlah pencari kerja, mengurangi rasio lahan per orang (tanda -), atau dengan kata lain menambah kepadatan penduduk serta meningkatkan kebutuhan akan kayu bakar dan konstruksi, yang bila tidak diimbangi dengan lapangan kerja diluar sektor pertanian yang mencukupi akan meningkatkan angka kemiskinan. Untuk sektor kehutanan hal ini bisa menyebabkan peningkatan pencurian kayu sehingga menyebabkan degradasi hutan dengan indikasi menurunnya jumlah tegakan dan etat tebangan (Simon, 2008) Meskipun tidak sebanyak kebutuhan kayu untuk konstruksi, kebutuhan kayu untuk kayu bakar yang diambil dari hutan jika tidak terkontrol dan tepat juga akan mengakibatkan degradasi hutan. Pola pengambilan kayu bakar oleh masyarakat bisa tercermin dari tabel berikut ini: Tabel 2. Sumber kayu bakar yang dipergunakan di sektor rumah tangga Tempat Asal Jumlah Responden Pekarangan 26 Kebun/ tegalan 220 Hutan/semak 18 Pekarangan dan kebun 17 Pekarangan dan hutan 4 Kebun dan hutan 5 Lainnya 7 Sumber: Diolah dari hasil survei energi pedesaan CSIS (1980) Dalam hal jual beli kayu bakar ternyata bahwa tidak hanya ranting-ranting dan cabang pohon saja, melainkan juga batang dari pohon-pohon tersebut yang berarti sejumlah pohon ditebang sepenuhnya. Padahal harganya menurut tingkat hidup pedesaaan dapat merangsang untuk terus melakukan penebangan dan eksploitasi pohonpohon di hutan (Kartasapoetra, et all, 2005). IV. ALTERNATIF SOLUSI Untuk dapat terus menjaga fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah erosi tanah, dapat dilakukan beberapa hal dan pendekatan sebagai berikut: 1. Mempertahankan hutan dengan sedikit atau sama sekali tanpa campur tangan manusia, melalui penetapan hutan lindung. 7
8 2. Pengelolaan hutan secara lestari bagi kelanjutan produksi kayu dan komoditas lainnya serta jasa lingkungan seperti konservasi tanah dan air, kehidupan hewan liar serta rekreasi. 3. Penegakan hukum yang tegas dalam mengatasi kegiatan pembalakan liar ( illegal logging). 4. Kegiatan reboisasi, melalui partisipasi aktif masyarakat, seperti dalam program One Man One Tree. 5. Meningkatkan pemahaman mengenai social forestry, mendorong pengembangannya serta secara terus-menerus melakukan dialog dengan masyarakat sekitar hutan mengenai kendala-kendala yang dihadapi dan apa solusinya. 6. Peningkatan pelaksanaan Pembangunan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) seperti yang telah dilakukan oleh Perhutani di beberapa wilayah, dengan terus mengevaluasi sistem bagi hasil yang ada sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. 7. Ekoturisme memberikan kesempatan pada pengunjung untuk mendapatkan pengalaman berkaitan dengan alam, kebudayaan dan pengetahuan mengenai konservasi keanekaragam hayati. Pada saat yang bersamaan hal ini dapat meningkatkan pendapatan untuk keuntungan konservasi dan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan, sebagai contoh program Participation Action Research Community Base Ecotourism (PARCBE) yang dilakukan di Desa Curugmuncar, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah. 8. Penerapan Sustainable Forest Management (SFM), melalui pembentukan Model Forest (MF) yang merupakan proses pembentukan sistem pengelolaan sumber daya hutan (SDH) dengan mengintegrasikan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan lingkungan satuan wilayah DAS, melalui keterlibatan partisipatif semua stakeholder di wilayah tersebut. V. PENUTUP Hutan memiliki nilai yang sangat tinggi, tidak hanya pada hasil hutan kayu, tetapi pada fungsi-fungsi hutan sebagai pemegang peranan dalam siklus hidrologi dan konservasi tanah, khususnya pencegah erosi. Meskipun demikian banyak ditemui kendala dalam proses pengelolaan hutan, khususnya praktek-praktek penggundulan hutan, 8
9 pencurian kayu, alih guna lahan hutan dan meningkatnya kebutuhan kayu hutan akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk itu perlu selalu dilakukan langkah-langkah mengatasi tantangan-tantangan tersebut, melalui berbagai alternatif solusi. Menimbang luasnya wilayah hutan kita dan beragamnya karakteristik masyarakat maka perlu penanganan yang tepat untuk tiap wilayah. Diantaranya melalui program Participation Action Research Community Base Ecotourism (PARCBE), p enerapan Sustainable Forest Management (SFM), melalui pembentukan Model Forest (MF) yang merupakan proses pembentukan sistem pengelolaan sumber daya hutan (SDH) dengan mengintegrasikan berbagai aspek serta kegiatan reboisasi melalui program One Man One Tree, khususnya untuk kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan yang cukup parah. DAFTAR PUSTAKA Agus, S., M.v. Noordwijk dan S. Rahayu Dampak Hidrologis Hutan, Agroforestry dan Pertanian Lahan Kering Sebagai Dasar Pemberian Imbalan Kepada Penghasil Jasa Lingkungan di Indonesia. Prosiding Lokakarya di Padang/Singkarak, Sumatera Barat, Pebruari 2004 Badan Pusat Statistik (BPS) Pertumbuhan penduduk Indonesia. &id=917&itemid=100081&lang=in. Diunduh tanggal 27 Mei Kartasapoetra, A.G., G. Kartasaputra dan M.M. Sutedjo Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta Kompas. Indonesia Perlu Lebih Serius. Tanggal 21 Desember Konservasi tanah dan air di Indonesia, antara kenyataan dan harapan. library.usu.ac.id/download/fisip/komunikasi-inon3.pdf. Diunduh tanggal 27 Mei Pusat Dokumentasi dan Informasi Manggala Wanabakti Abstrak Hutan dan Kehutanan, Kehutanan Masyarakat No 1, 2008 Simon, H Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 9
BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai komunitas tumbuhan juga memiliki fungsi hidrologis dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam
Lebih terperinciKONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik
KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan
Lebih terperincimampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan
Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi
2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-
Lebih terperinciKONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI
KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI Pendahuluan Sengon merupakan jenis tanaman kayu yang banyak dijumpai di Jawa Barat. Sebagai jenis tanaman kayu fast
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar
Lebih terperinciDaur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi
Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sistem penggunaan lahan dalam daerah aliran sungai (DAS), berupa aneka pepohonan dan semak sehingga membentuk tajuk berlapis. Hutan yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan
Lebih terperinciHIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperincisumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi
4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air
Lebih terperinciPAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK
PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan
Lebih terperinciPERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI
PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin lama semakin meningkat telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
Lebih terperinciPENDAHULLUAN. Latar Belakang
PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang
62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Siklus hidrologi dimulai dari proses penguapan pada permukaan tanah dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidrologi dimulai dari proses penguapan pada permukaan tanah dan permukaan air (evaporasi) serta vegetasi (transpirasi) hingga menghasilkan uap air. Uap air kemudian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciPEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa
Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon
31 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan dengan tahapan : menghitung nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominasi relatif (DR) yang penjumlahannya berupa
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari-hari berdampak pada perubahan penutup/penggunaan
Lebih terperinciPERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM
PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM anah dan air merupakan komponen yang sangat vital dalam menopang
Lebih terperinciEROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN
EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN Quis 1. Jelaskan pengertian erosi. 2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi. 3. Apakah erosi perlu dicegah/dikendalikan?
Lebih terperincidan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen penting bagi proses kehidupan di bumi karena semua organisme hidup membutuhkan air dan merupakan senyawa yang paling berlimpah di dalam sistem
Lebih terperinciBAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.
BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman
Lebih terperinciθ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)
7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi
Lebih terperinciLebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.
Sekitar 396.000 kilometer kubik air masuk ke udara setiap tahun. Bagian yang terbesar sekitar 333.000 kilometer kubik naik dari samudera. Tetapi sebanyak 62.000 kilometer kubik ditarik dari darat, menguap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciEROSI DAN SEDIMENTASI
EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami
Lebih terperinciMAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)
MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi
12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off
7 TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS Aliran permukaan, yaitu air yang mengalir di atas permukaan tanah. Bentuk aliran inilah yang penting sebagai penyebab erosi, karena merupakan
Lebih terperinciGeografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn
KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami
Lebih terperinciWindiani * Abstrak. Dosen pada UPM Soshum ITS jsh Jurnal Sosial Humaniora, Vol 3 No.1, Juni
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAWASAN HUTAN SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENANGANAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN TRENGGALEK Windiani * Abstrak Kabupaten Trenggalek sebagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah Aliran permukaan adalah air yang mengalir diatas permukaan tanah atau bumi dan bentuk aliran inilah yang paling penting sebagai penyebab erosi
Lebih terperinciBAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI
BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab menurunnya produktivitas suatu lahan. Degradasi lahan adalah kondisi lahan yang tidak mampu menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan
31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. kabupaten Temanggung secara
Lebih terperinciDISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI
PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Vegetasi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis vegetasi pada ekosistem PHBM, ekosistem hutan dan ekosistem tanpa tegakan seperti dijelaskan pada Lampiran 1, 2 dan 3, didapatkan secara
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama
Lebih terperinciDampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan Siklus Air Yang Memicu Kelangkaan Air Dunia
Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan Siklus Air Yang Memicu Kelangkaan Air Dunia Paul Rizky Mayori Tangke* Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha
Lebih terperinciPENTINGNYA PENDEKATAN NERACA AIR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT YANG PRODUKTIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
PENTINGNYA PENDEKATAN NERACA AIR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT YANG PRODUKTIF DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Oleh : Wuri Handayani Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Kebutuhan bahan baku kayu untuk
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis berbentuk kepulauan dengan 17.500 pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan kawasan tempat tumbuh hutan
Lebih terperinciPELESTARIAN HUTAN MEMBERI MANFAAT BAGI EKONOMI RAKYAT DAN LINGKUNGAN
PELESTARIAN HUTAN MEMBERI MANFAAT BAGI EKONOMI RAKYAT DAN LINGKUNGAN Disusun oleh : Dadan Rukandar Disadur dari : Ellys Yuliarti, uwityangyoyo.wordpress.com/ /pelestarian-hutan-memberi-manfaatbagi-ekonomi-rakyat-dan-lingkungan/
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,
Lebih terperinciDampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora
AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia hidup tergantung dari tanah dan sampai keadaan tertentu tanah yang baik itu juga tergantung dari manusia. Pengelolaan tanah yang kurang baik bisa mengakibatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengelolaan lahan berkelanjutan (sustainable land management) adalah pengelolaan lahan secara terpadu berbasis ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan serat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses
Lebih terperinciSD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 15. BUMI DAN ALAM SEMESTALatihan soal 15.2
SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 15. BUMI DAN ALAM SEMESTALatihan soal 15.2 1. Peristiwa dimana panas matahari mengakibatkan air dipermukaan bumi menguap disebut peristiwa. Kondensasi Evaporasi Presipitasi
Lebih terperinciAnalisis Potensi Air A I R
Analisis Potensi Air A I R Sumber Daya habis terpakai tetapi dapat diperbaharui/di daur ulang Persediaan air bumi yang dapat diperbaharui diatur oleh siklus hydrologic (Siklus air), yaitu suatu sistem
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,
TINJAUAN PUSTAKA Hutan dan Fungsinya Hutan memiliki fungsi sebagai pelindung, dalam hal ini berfungsi sebagai pengaturan tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi, dan pemeliharaan kesuburan tanah.
Lebih terperincitidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).
batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
11 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penggunaan Lahan Hutan Pinus Penggunaan lahan hutan pinus menempati bagian lahan dengan lereng yang cukup curam. Tumbuhan penutup tanah (basal cover) pada hutan ini
Lebih terperinci