Adaptation of Some High Yield Soybean Varieties (Glycine Max (L.) Merrill) at Dry-Land Area at Prafi Mulya SP-1 Manokwari
|
|
- Suryadi Kusumo
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) MERRIL) BERDAYA HASIL TINGGI PADA LAHAN KERING DI PRAFI MULYA SP-1 MANOKWARI : PENGAMATAN TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN Adaptation of Some High Yield Soybean Varieties (Glycine Max (L.) Merrill) at Dry-Land Area at Prafi Mulya SP-1 Manokwari Benny M. D. Layala 1, Dwi Wasgito Purnomo 2*, Yohanis Amos Mustamu 2 1 Alumni Fakultas Pertanian UNIPA 2 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UNIPA Jl. Gunung Salju, Amban Manokwari Papua Barat, * ) korespondensi: was_pur@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varietas kedelai yang berdaya hasil tinggi pada lahan kering yang terdapat di Prafi Mulya SP-1, Kabupaten Manokwari. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan varietas kedelai antara lain varietas Grobogan, Mutiara, Anjasmoro, Detam-2, Burangrang, Agromulyo, Pangrango, Tanggamus dan lokal Prafi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter tinggi tanaman dan jumlah cabang. Kata Kunci : varietas kedelai, adaptasi, lahan kering Abstract The purpose of this study was to determine the adaptation of some high yield soybean varieties at dryland area in Prafi Mulya SP-1, Manokwari district. The randomized block design used in this study which consisted of 9 varieaties as the treatment, such as Grobogan, Mutiara, Anjasmoro, Detam-2, Burangrang, Agromulyo, Pangrango, Tanggamus and Local Prafi. The result showed that there was a significant effect of soybean varieties to the plant height and branch number. Keywords : soybean variety, adaptation, dry land PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting, mengingat produksi kedelai lokal hanya sebesar ton (29%) dari total ketersediaan kedelai pada tahun tersebut. Sementara impor kedelai pada tahun 2011 sebanyak ton (71%) dari total ketersediaan. Total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,2 juta ton (BPS, 2011). Dari jumlah tersebut akan diserap untuk pangan sebesar 83,7 % ( ton) industri kecap, tauco, sebesar 14,7% ( ton), benih sebesar 1,2% ( ton) dan untuk pakan 0,4% (8.319 ton). Harga kedelai Internasional pada minggu III juli 2012 mencapai USD 622 per ton atau Rp per kg untuk harga paritas impor di dalam negeri. Harga ini jauh lebih tinggi dibanding harga tertinggi pada tahun 2011, yaitu berkisar USD 513 per ton/harga paritas impor dalam negeri sekitar per kg (BPS, 2012). Produksi kedelai Provinsi Papua Barat 2008 sebesar ton biji kering, adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 9
2 mengalami kenaikan sebesar 380 ton (27,97%). Kenaikan produksi terjadi karena luas panen dan produktivitas masing-masing sebesar 342 hektar (26,68%) dan 0,11 kuintal per hektar (1,07%). Adanya program bantuan benih kedelai mendukung kenaikan produksi kedelai pada tahun 2008 (BPS Papua Barat, 2009). Pada tahun 2009 produksi kedelai sebesar ton biji kering, jika dibandingkan dengan tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 510 ton biji kering. Penurunan produksi kedelai tahun 2009 diakibatkan karena menurunnya luas lahan petani seluas 466 hektar (29,31%), demikian juga produktivitas mengalami penurunan sebesar 0,10 kuintal per hektar (0,93%) (BPS Papua Barat, 2009). Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2012), produksi kedelai di Indonesia berdasarkan ARAM II 2012 sebesar 783,16 ribu ton biji kering atau turun 68,13 ribu ton dibandingkan dengan tahun lalu. Produktivitas tanaman kedelai diperkirakan naik tipis sebesar 0,37%. Sampai dengan tahun 2012 luas lahan kedelai di Indonesia hektar. Pada tahun 2012 sekitar 70% kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi dari impor. Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita akan tetapi tidak diiringi dengan peningkatan produksi kedelai. Semakin menurunnya kuantitas produksi kedelai dalam negeri ini diakibatkan oleh adanya penurunan luas lahan pada areal pertanian yang diakibatkan alih fungsi lahan pertanian menjadi area pemukiman dan perkantoran (BPS, 2012). Selain itu, penurunan produksi kedelai disebabkan para petani mulai beralih ke komoditas lain karena bertanam kedelai dianggap kurang menguntungkan dan impor kedelai yang terus meningkat, rendahnya produktivitas, rendahnya mutu hasil, tidak efisiennya usahatani serta rendahnya pendapatan petani. Salah satu upaya yang mudah untuk meningkatkan produktivitas kedelai, terutama di lahan kering (lahan marjinal) adalah melalui pemanfaatan varietas yang mempunyai daya adaptasi yang baik dan berdaya hasil yang tinggi. Untuk mendapatkan varietas yang unggul tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang adaptasi beberapa varietas kedelai berdaya hasil tinggi. Kebutuhan kedelai setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan per kapita, namun produksi dalam negeri belum mencukupi sehingga kedelai harus diimpor. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitas nya ditingkatkan (Adisarwanto, 2005). Kedelai dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan protein. Kebutuhan nasional untuk kedelai mencapai ton per tahun (BPS, 2011). Disamping luas areal panen yang terus berkurang juga disebabkan oleh produktivitas yang rendah. Kompleksnya permasalahan di lahan kering menyebabkan rendahnya produktifitas kedelai. Impor kedelai yang terus meningkat, rendahnya produktivitas, rendahnya mutu hasil, tidak efisiennya usahatani serta rendahnya pendapatan petani merupakan permasalahan yang harus dicarikan solusinya. Adaptasi pada beberapa varitas kedelai berdaya hasil tinggi sangatlah penting, karena hasil yang diperoleh pada tiap daerah belum tentu sama. Perbedaan hasil disebabkan lingkungan tumbuh yang berbeda. Perbaikan toleransi varietas kedelai terhadap lahan kering diutamakan pada perbaikan hasil biji dan ukuran biji. Hasil biji merupakan karakter utama dalam pengembangan kedelai di lahan kering. Kedelai di lahan kering ditanam pada musim hujan, umumya pada bulan Oktober atau November - Januari (Musim Hujan I), atau pada bulan Febuari - Maret (Musim Hujan II). Kendala produksi kedelai di lahan kering adalah (1) waktu adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 10
3 panen yang tidak menentu, karena tergantung curah hujan (2) intensitas serangan hama dan penyakit cukup tinggi. (Winarto et al., 2002). Pada tanaman kedelai terdapat banyak varietas yang perlu dilakukan pengujian, agar mendapatkan varietas yang berdaya hasil tinggi. Untuk mendapatkan varietas yang adaptif dan toleran terhadap kondisi lingkungan. Di Indonesia terdapat beberapa varietas unggul nasional dan berdaya hasil tinggi, misalkan seperti varietas Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, Mutiara, dan Detam-2, namun perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan pengujian adaptasi beberapa varietas kedelai berdaya hasil tinggi di Papua Barat khususnya di Prafi Mulya SP-1 Manokwari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi beberapa varitas kedelai yang berdaya hasil tinggi pada lahan kering yang terdapat di Prafi Mulya SP 1, Kabupaten Manokwari. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sembilan varietas kedelai yang berdaya hasil tinggi, antara lain Anjasmoro, Burangrang, Grobogan, Mutiara, Detam-2, Argomulyo, Pangrango, Tanggamus dan satu varietas Lokal Prafi. Sembilan varietas nasional merupakan kedelai yang memiliki berat biji minimal 14 gram per 100 biji kering. Alat yang akan digunakan antara lain timbangan analitik, khlorofil meter, leaf area meter, parng, sabit atau arit, cangkul, sekop, tali rafia, gunting stek, traktor, rol meter, penggaris atau mistar, kamera, dan alat tulis menulis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan menggunakan 9 varietas kedelai yaitu Anjasoro, Burangrang, Grobogan, Mutiara, Detam-2, Argomulyo, Tanggamus dan Lokal Prafi. Yang diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan jika hasil Analisis Ragam memberikan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan uji DMRT (Duncan s Multiple Range Test). Analisis dilakukan menggunakan program SAS. Varietas yang beradaptasi didasarkan pada penentuan perbedaan varietas yang di uji terhadap varietas pembanding serta potensi hasilnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa varietas-varietas yang diuji berbeda nyata pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong total, jumlah polong hampa, jumlah polong isi, bobot 100 biji kering dan tidak berbeda nyata pada jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji perpetak (Tabel 1). Mustamu (2010) menyatakan bahwa tidak terdapatnya perbedaan yang nyata antar varietas pada karakter agronomi dan morfologi lainnya kemungkingan disebabkan karena varietas-varietas yang diuji merupakan varietas yang telah mengalami seleksi beberapa generasi dan relatif sudah mencapai tingkat homozigositas yang tinggi atau juga disebabkan oleh galat percobaan yang cukup tinggi sehingga terdapat perbedaan yang nyata antar galur. adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 11
4 Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Beberapa Varietas Kedelai Pada Lahan Kering Di SP-1 Prafi Manokwari Karakter KT Perlakuan F-Hitung Tinggi Tanaman (cm) * Jumlah Cabang * Kehijauan Daun tn Luas Daun Spesifik (cm2) tn Luas Daun Trifoliat (cm2) tn Bobot Daun (g) tn Tinggi Tanaman Hasil uji DMRT terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa dari sembilan varietas kedelai berdaya hasil tinggi varietas Pangrango (84,25 cm) dan Tanggamus (79,45 cm) memiliki tinggi tanaman yang tinggi secara nyata dibandingkan dengan varietas lainnya, sedangkan nilai terendah tinggi tanaman diekspresikan oleh varietas Mutiara (46,72 cm). Somaatmadja (1985) menyatakan bahwa tinggi ideal tanaman kedelai berdaya hasil tinggi adalah 75 cm. Berdasarkan ini, maka varietas anjasmoro memiliki tinggi tanaman yang mendekati tinggi tanaman ideal. Apabila dibandingkan dengan tinggi tanaman berdasarkan deskripsi tanaman kedelai, varietas pangrango yang diuji memiliki tinggi yang berbeda dengan yang ada pada deskripsinya yakni 65 cm. Hal ini menunjukkan bahwa varietas yang diuji dilahan kering SP-1 Prafi Manokwari memiliki tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan asal varietas tersebut diuji dan dibudidayakan. Gambar 1 menunjukkan grafik tinggi tanaman kedelai dengan melihat rata-ratanya, maka rata-rata tinggi tanaman kesembilan varietas kedelai berdaya hasil tinggi di SP 1 Manokwari tersebut berbeda nyata. Baharsyah et al, (1985) menyatakan bahwa cahaya sangat besar peranannya dalam proses fisiologis terutama fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga pembukaan dan penutupan stomata serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. Cahaya matahari secara keseluruhan mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman. Kedelai merupakan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari optimal atau baik tumbuh pada kondisi tanpa naungan. Selain itu, Lukitasari (2010) menyatakan bahwa setiap tumbuhan mempunyai kebutuhan intensitas radiasi matahari yang berbedabeda sesuai dengan kondisi di lapang selain faktor genetiknya. Kondisi tersebut secara bersamaan akan mempengaruhi sifat-sifat morfologi dan fisiologi tanaman bersangkutan. Untuk lebih jelas hasil uji lanjut DMRT dari kesembilan varietas pada tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1. adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 12
5 Gambar 1. Grafik Tinggi Tanaman Kedelai Berdaya Hasil Tinggi Jumlah Cabang Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dari sembilan varietas kedelai berdaya hasil tinggi memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang. Berdasarkan hasil uji DMRT terlihat bahwa varietas Anjasmoro dan Lokal Prafi memiliki jumlah cabang nyata paling banyak masing - masing 8,92 dan 8,70 cabang dibandingkan dengan beberapa varietas kedelai lainnya seperti Grobogan (6,11 cabang), Mutiara (6,19 cabang), Burangrang (7,39 cabang), kedelai yang ideal adalah kedelai yang tidak bercabang sehingga semua polong terletak pada batang utama. Varietas anjasmoro memiliki jumlah cabang 2,9 5,6 cabang. Jumlah cabang tanaman yang paling sedikit terdapat pada varietas Detam-2 (4,53 cabang). Hal ini sejalan dengan penelitian Waisimon (2012) yang menyatakan bahwa jumlah cabang kedelai berkisar antara (5,5 6,7). Somaatmadja (1985) menyatakan bahwa tipe tanaman transportasi fotosintat dari daun ke bagian bagian tanaman lain menjadi lebih baik, karena daun-daun yang berbeda di cabang yang sama memberikan hasil fotosintatnya pada polong dalam cabang tersebut. (Winarto et al., 2002), yang menyatakan bahwa jumlah cabang berpengaruh terhadap fotosintat yang diproduksi. Untuk lebih jelas hasil uji lanjut dari kesembilan varietas pada jumlah cabang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Jumlah Cabang Kedelai Berdaya Hasil Tinggi adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 13
6 Luas Daun Trifoliat (cm 2 ) Hasil sidik ragam pada kesembilan varitas kedelai yang diuji menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun per tanaman. Gambar 3 menunjukan bahwa pada semua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap varitas dan varitas yang memiliki rata-rata luas daun terluas adalah varitas burangrang (449,74 cm2), sedangkan rata-rata luas daun terkecil adalah Lokal Prafi (145,45 cm2). Kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman intensitas cahaya pada umumnya tergantung pada kemampuannya melanjutkan fotosintesis dalam kondisi intensitas cahaya. Kemampuan tersebut di peroleh melalui peningkatan luas daun sebagai cara mengurangi penggunaan metabolit serta mengurangi jumlah cahaya yang di transmisikan dan yang direfleksikan (La Muhuria et al., 2006). Gambar 3. Grafik Luas Daun Trifoliat (cm 2 ) Kedelai Berdaya Hasil Tinggi Bobot Daun (g) Hasil uji DMRT pada kesembilan varitas kedelai yang diuji menunjukkan tidak ada pengaruh nyata terhadap bobot daun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Gambar 4. Grafik Bobot Daun Kedelai Berdaya Hasil Tinggi adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 14
7 Hasil menunjukan bahwa varitas Grobogan mempunyai rata-rata bobot kering daun tertinggi (1,32 g), berbeda nyata dengan varitas Detam-2 (1,26 g), Burangrang dan Agromulyo (1,25 g), varitas Anjasmoro (1,20 g), varitas Mutiara (1,13 g), Pangorango (1,10 g), Tanggamus (1,08 g) sedangkan, Lokal Prafi mempunyai berat bobot daun terendah (1,01 g). Kehijauan Daun Hasil yang didapatkan pada kesembilan varitas kedelai yang diuji tidak berbeda nyata terhadap Kadar klorofil daun untuk lebih jelasnya dapat dilihat dengan diagram dibawah ini. Gambar 5. Grafik Kehijauan Daun Kedelai Berdaya Hasil Tinggi Gambar 5 menunjukkan bahwa varitas grobogan memiliki rata-rata kehijauan daun paling tinggi yaitu 1747,18 dan varietas Pangrango yang paling terendah kadar kehijauan daunnya yaitu 47,75. Daun merupakan salah satu dari bagian organ tanaman yang berperan dalam melakukan proses fotosintesis. Daun terdiri dari dua bagian, yang menghadap keatas dinamakan adaksial dan menghadap kebawah dinamakan abasial. Di dalam bagian daun terdapat kloroplas yang dapat mengalami penurunan apabila terjadi cekaman naungan, salah satunya dengan jarak tanam yang terlampau sempit dapat mengakibatkan saling menaungi antar tanaman. Kandungan klorofil pada suatu daun akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun. Peningkatan ini terjadi sejalan dengan pertumbuhan dari daun muda menjadi daun tua, tanaman masih melakukan biosintesis klorofil. Berdasarkan struktur dan kandungan dari daun tua lebih banyak membutuhkan nutrisi untuk keperluan hidup yakni sebagai sumber energi, maka dapat dikatakan bahwa daun tua masih melakukan biosintesis klorofil. Daun yang masih muda, kandungan klorofilnya masih sedikit, karena daun ini masih belum banyak melakukan biosintesis klorofil. Selain faktor internal, perbedaan kandungan klorofil juga dapat di pengaruhi faktor eksternal diantaranya intensitas cahaya, naungan, morfologi dan luas permukaan daun. Besar intensitas cahaya yang diterima atau diabsorpsi daun berpengaruh terhadap jumlah adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 15
8 klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut. Intensitas cahaya yang tinggi atau kurangnya penaungan akan meningkatkan jumlah pada daun. Warna hijau daun sangat berkaitan erat dengan kandungan klorofil. Pada umumnya, semakin daun mencapai pertumbuhan optimal, maka akan semakin tinggi kandungan klorofilnya. Selain itu struktur dan metabolisme daun yang mencapai pertumbuhan optimal sedangkan metabolisme daun yang mencapai pertumbuhan optimal dibandingkan dengan daun muda dalam fotosintesis yang tinggi serta berpengaruh pada sintesis protein. Hal ini merupakan indikator pertama yang menunjukkan, bahwa makin bertambah umur daun mencapai pertumbuhan optimal suatu daun tercapai maka akan semakin tinggi kadar klorofil yang dikandungnya. Dengan pencapaian pertumbuhan optimal pada intensitas cahaya yang tinggi akan memiliki jumlah klorofil yang tinggi. Luas Daun Spesifik (cm 2 /g) Hasil sidik ragam pada kesembilan varitas kedelai yang diuji menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun per tanaman. Gambar 6 menunjukan bahwa pada perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap varitas dan varitas yang memiliki rata-rata luas daun terluas adalah varitas tanggamus (172,04 cm2), sedangkan rata-rata luas daun terkecil adalah Agromulyo (130,09 cm2). Kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman intensitas cahaya pada umumnya tergantung pada kemampuan nya melanjutkan fotosintesis dalam kondisi intensitas cahaya. Kemampuan tersebut diperoleh melalui peningkatan luas daun sebagai cara mengurangi penggunaan metabolit serta mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan yang direfleksikan. (La Muhuria et al., 2006) Luas daun spesifik merupakan parameter yang menunjukkan tebal tipisnya daun. KESIMPULAN Hasil pengamatan terhadap komponen pertumbuhan menunjukkan bahwa Varietas yang diuji di lahan kering Prafi MulyaSP-1Manokwari berbeda nyata pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang. Varietas Pangrango (84,25 cm) dan Tanggamus (79,45 cm) memiliki tinggi tanaman yang tinggi secara nyata dibandingkan dengan varietas lainnya. Varietas Anjasmoro dan Lokal Prafi memiliki jumlah cabang paling banyak dibandingkan dengan beberapa varietas kedelai lainnya. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto Budidaya Dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Baharsyah, J. S., D. Suwardi dan Irsal Las Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Badan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Bogor. BPS Papua Barat, Data Produksi Kedelai di Provinsi Papua Barat. BPS Data Strategis BPS. CV. Nasional Indah. Jakarta. BPS. Statistik Indonesia (Jakarta, 2012). La Muhuria, N.T. Kartika, K. Nurul, Trikoesoemaningtyas, S. Didy Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Intensitas Cahaya Rendah : Karakter Daun untuk Efisiensi Penangkapan Cahaya. Buletin Agronomi. Vol. 34 No. 3, Oktober 2001: Lukitasari, M Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun. adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 16
9 Mustamu, Y. A Pendugaan Parameter Genetikdan Metode seleksi Galur-galur Kedelai untuk Toleransi Terhadap Intensitas Cahaya Rendah. (Topik khusus). Institut Pertanian Bogor. Waisimon, D. E, Uji Daya Hasil Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Berdaya Hasil Tinggi Pada Lahan Sawah Di SP-1 Prafi Manokwari. Skripsi Sarjana Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian. Universitas Negeri Papua. Manokwari. Winarto, A Peningkatan Produktifitas, Kualitas dan Efisiensi Sistem Produksi Tanaman Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian Menuju Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Prosiding Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. adaptasi beberapa varietas (Layala, dkk) 17
PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA
PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA (Role The Number of Seeds/Pod to Yield Potential of F6 Phenotype Soybean
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Tanaman yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan
Lebih terperinciSTUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh
STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein terpenting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%, persentase tertinggi dari seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini mempunyai arti penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Ridwan et al.: Pengaruh Dosis Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Pelengkap 1 Vol. 5, No. 1: 1 6, Januari 2017 PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai
Lebih terperinciNerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.
SISTEM PERTANAMAN TUMPANGSARI ANTARA BEBERAPA GENOTIP KEDELAI(Glycine max (L) Merill) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays var.saccharatasturt) YANG DITANAM SECARA MULTI ROWS Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan
Lebih terperinciREKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.
REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional masih merupakan problema yang perlu diatasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : pertambahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) merupakan sumber protein yang sangat penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40% dan merupakan persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah komoditas yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia sebagai sumber protein nabati. Suprapto (2002) menyatakan bahwa kedelai merupakan
Lebih terperinciEVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :
EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH : HENDRI SIAHAAN / 060307013 BDP PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan
13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember Maret 2012,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011- Maret 2012, bertempat di Green house Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merrill) adalah salah satu tanaman sumber pangan penting di Indonesia. Beberapa makanan populer di Indonesia seperti tahu, tempe, tauco, dan kecap
Lebih terperinciPENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031
Lebih terperinciADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN
ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN Zuraida Yursak 1) dan Purwantoro 2) 1) Peneliti di BPTP Banten, 2) Peneliti di Balitkabi-Malang
Lebih terperinciPertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Padat Jefni Setiawan Abdul Gani, Moh. Ikbal Bahua, Fauzan Zakaria ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein
Lebih terperinciINTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Dewi Rumbaina Mustikawati dan Nina Mulyanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Badan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak maupun bahan
Lebih terperinciUJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN Haris Kriswantoro 1,*, Nely Murniati 1, Munif Ghulamahdi 2 dan Karlin Agustina 3 1 Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan pusat dan utara Cina atau kawasan subtropis. Kedelai termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, hasilnya dapat kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI(Glycine max (L.)Merill) ARTIKEL ILMIAH RITA SARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kaya kandungan gizi. Putri dkk., (2014) menyatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Biji kedelai digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Komoditi ini banyak dikonsumsi masyarakat dalam bentuk produk olahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS,
PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan
Lebih terperinciPengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill)
SKRIPSI PENGARUH KEMATANGAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L).Merrill) Oleh: Siti Rosmiati 10982008360 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat
16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan
Lebih terperinciPENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.
PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Dewi Arie Puspareny*), Titin Sumarni**) dan Agung Nugroho**)
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. mempunyai nilai gizi cukup tinggi (Simatupang et al., 2005). Di antara jenis
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung. Komoditas kedelai saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan pangan dan bahan baku
Lebih terperinciPENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 22 Jurnal Agrotek Tropika 4(1): 22-28, 2016 Vol. 4, No. 1: 22 28, Januari 2016 PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine
Lebih terperinciPercobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda
Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak
Lebih terperinciSeminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU
PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN
Lebih terperinciI. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapat perkapita. Kebutuhan kedelai dalam
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011-Januari 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan
Lebih terperinciPENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di
Lebih terperinciPOTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE
POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE Arifuddin Kasim dan Syafruddin Kadir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua (BPTP) Jalan Yahim No. 49
Lebih terperinciPengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari
Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam hal penyediaan pangan, pakan dan bahan-bahan industri, sehingga telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah
Lebih terperinciLAMPIRAN. Penanaman Benih F 3 Hasil Hibridisasi Varietas Anjasmoro x Genotipa Tahan Salinitas. Pengamatan Berdasarkan Karakter Fisiologi daun
35 Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian LAMPIRAN Penanaman Benih F 3 Hasil Hibridisasi Varietas Anjasmoro x Genotipa Tahan Salinitas Pengamatan Berdasarkan Karakter Anatomi Daun Pengamatan Berdasarkan Karakter
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).
PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.
Lebih terperinciKERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH :
KERAGAMAN MORFOLOGI DAN GENOTIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) HASIL IRADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M2 SKRIPSI OLEH : Irfan Mustaqim 100301149/AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciPENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH
PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH THE EFFECT LOW DOSAGE OF PHOSPHAT FERTILIZER ON GROWTH AND
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan
11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan
Lebih terperinciFK = σ 2 g= KK =6.25 σ 2 P= 0.16 KVG= 5.79 Keterangan: * : nyata KVP= 8.53 tn : tidak nyata h= Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Data pengamatan Waktu Berkecambah (Hari) BLOK PERLAKUAN I II III Total Rataan R0S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R1S0 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00 R2S0 5.25 5.25 4.75 15.25 5.08 R3S0 4.75 5.50 4.75
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN Cipto Nugroho dan Sarjoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Jl.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia, karena padi merupakan pangan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu 1999). Menurut Pusat Data dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam lampiran 3a menunjukan bahwa perlakuan varietas berbeda nyata pada seluruh pengamatan tinggi tanaman yakni dari 1, 2,
Lebih terperinciKAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN
KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN Study of soybean under oilpalm age four years old at PTPN III Kebun Rambutan Surya Wardhana *, Lisa Mawarni, Asil
Lebih terperinciPemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi
Pemurnian Varietas Kipas Putih dan Kipas Merah Dalam Rangka Mendapatkan Galur Mutan Tahan Kekeringan dan Berpotensi Hasil Tinggi Zuyasna 1*), Chairunnas 2), Efendi 1) dan Arwin 3) 1) Program Studi Agroteknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (G. max L.) dapat dibudidayakan di daerah katulistiwa sampai letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan laut. Suhu di
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian
III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih terperinciKata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering
PEMBERIAN RHIZOBIUM PADA 3 VARIETAS KEDELAI DI KEGIATAN UJI VARIETAS UNGGUL BARU DI KABUPATEN TANAH LAUT KALIMANTAN SELATAN Rina D. Ningsih BPTP Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No 4 Banjarbaru 70711
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya penggunaan kedelai sebagai bahan baku industri pangan. Produksi kedelai di Indonesia
Lebih terperinciADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH
ADAPTASI TIGA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DENGAN INOVASI PTT DI LAHAN KERING BUMI NABUNG, LAMPUNG TENGAH Endriani dan Dewi Rumbaina Mustikawati BPTP Lampung. Jl. H.Z.A. Pagar Alam No.1A, Rajabasa Bandar Lampung.
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sebagian besar petani menjadikan tanaman padi sebagai pilihan utama untuk dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak dibutuhkan oleh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara
Lebih terperinciPENINGKATAN EFISIENSI KONVERSI ENERGI MATAHARI PADA PERTANAMAN KEDELE MELALUI PENANAMAN JAGUNG DENGAN JARAK TANAM BERBEDA
Volume 12, Nomor 2, Hal. 49-54 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 PENINGKATAN EFISIENSI KONVERSI ENERGI MATAHARI PADA PERTANAMAN KEDELE MELALUI PENANAMAN JAGUNG DENGAN JARAK TANAM BERBEDA Nyimas Myrna E.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam
23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap
Lebih terperinciPENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA
PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA HERAWATY SAMOSIR 060307005 DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai
3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai
Lebih terperinciMETODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan
12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat
Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan
Lebih terperinci