Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Transkripsi

1 Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl. Raya Peninjauan Narmada Lombok Barat NTB Telp. (0370) Fax. (0370) Abstrak Jarak tanam merupakan salah satu komponen penting dalam PTT jagung karena erat kaitannya dengan populasi tanaman yang akan berpengaruh terhadap hasil. Sistem tanam jajar legowo sebagai salah satu inovasi teknologi yang cukup berperan dalam upaya peningkatan produktivitas jagung. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan menggunakan jagung varietas BIMA 20 yang diperlakukan pada jarak tanam (JT) yang terdiri dari 6 taraf yaitu : x 40 cm, x 40 cm, x 40 cm, x 40 cm, 70 x 40 cm, 70 x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas tanaman jagung sebesar 30% pada perlakuan jarak tanam x 40 cm (8,9 t/ha) dibandingkan dengan jarak tanam anjuran yang biasa digunakan petani yaitu 70 x 20 cm yang hanya mencapai produktivitas (6,3 t/ha). Jarak tanam memberikan pengaruh yang positif terhadap parameter komponen hasil yang diamati seperti : panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot 5 tongkol dan bobot 100 biji, sedangkan pada parameter pertumbuhan yang diamati tidak menunjukkan perbedaan nyata antar masing-masing perlakuan jarak tanam yang digunakan. Kata kunci : jagung hibrida, jajar legowo, produktivitas. Pendahuluan Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris, dengan komposisi penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai petani atau disektor pertanian. Namun ironisnya, Indonesia masih mengimpor berbagai produk pertanian seperti beras, jagung, dan kedelai. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun perlu disadari bahwa pemenuhan kebutuhan akan jagung tidak selamanya dapat dilakukan melalui impor, oleh karena itu pemerintah harus berupaya menciptakan suasana yang dapat memacu peningkatan produksi, minimal untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri selain untuk mengejar peluang ekspor untuk peningkatan devisa negara. Rata-rata produksi jagung di Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam kurun lima tahun terakhir cendrung mengalami peningkatan tiap tahunnya yakni : 4 ton/ha tahun 2010; 5,1 ton/ha tahun 2011, 5,4 ton/ha tahun 2012; 5,7 ton/ha tahun 2013 dan 6,1 ton/ha pada tahun 2014 (BPS, 2015) Capaian ini terbilang masih relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan hasil kajian Erawati dan Awaludin (2009) mencapai kisaran produksi 10 t/ha. Peningkatan produktivitas jagung terus dilakukan dengan upaya-upaya penerapan teknologi budidaya yang spesifik lokasi. Salah satu teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah pengaturan jarak tanam dan penggunaan benih unggul. Dalam budidaya jagung, teknologi pengaturan jarak tanam diperlukan untuk mendapatkan tingkat populasi yang optimal; mempermudah dalam perawatan; mendapat efek tambahan pakan; mengurangi kompetisi mendapatkan unsur hara antar tanaman serta memaksimalkan penerimaan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 607

2 sinar matahari ke tanaman sehingga proses fotosintesis dapat optimal. Inovasi teknologi pengaturan jarak tanam salah satunya dapat dilakukan dengan cara tanam jajar legowo. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pengaturan jarak tanam adalah salah satu cara untuk mempersiapkan faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman agar dapat dengan mudah tersedia untuk setiap tanaman sehingga tanaman mampu mengoptimalkan penggunaan faktor lingkungan yang ada. Peningkatan populasi tanaman per satuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji. Sebaliknya pengurangan kerapatan tanaman jagung per hektar dapat mengakibatkan perubahan iklim mikro yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil. Selain dengan pengaturan jarak tanam, varietas juga sangat berperan dalam produksi jagung karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat dicapai (Adisarwanto, 2006). Penggunaan varietas unggul harus dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti : aspek tanah dan iklim (lingkungan), preferensi petani, potensi hasil tinggi, tahan hama penyakit dan kekeringan serta umur genjah. Varietas unggul mempunyai peran besar dalam upaya peningkatan produktivitas karena berpotensi memberikan hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit serta potensi produksi pakan ternak (tebon) tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jarak tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida. Metodologi Penelitian dilaksanakan dilahan petani di Desa Pukat Kecamatan Utan kabupaten Sumbawa, yang berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan September Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK Phonska 300 kg dan pupuk Urea 200 kg. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan menggunakan jagung varietas BIMA 20 yang diperlakukan pada jarak tanam (JT) yang terdiri dari 6 taraf yaitu : JT1 JT2 JT3 JT4 JT5 JT6 = x 40 cm ( 2 biji/lubang) = x 40 cm ( 2 biji/lubang) = x 40 cm ( 2 biji/lubang) = x 40 cm ( 2 biji/lubang) = 70 x 40 cm ( 2 biji/lubang) = 70 x 20 cm ( 1 biji/lubang) Teknik Analisa Data Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan Analisa Ragam (ANOVA) berdasarkan model rancangan acak lengkap dan apabila terdapat beda nyata diuji lanjut dengan uji BNT pada taraf nyata 5 % (sastrosupadi, 2000) dengan menggunakan software DSAASTAT versi Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

3 1. Keragaan Hasil Penerapan Jarak Tanam Hasil dan Pembahasan Gambar 1. Penerapan jarak tanam terhadap produksi jagung Dari gambar. 1 diatas terlihat bahwa produksi tertinggi jagung BIMA 20 dihasilkan pada jarak tanam legowo x 40 cm (8,9 t/ha). Hal ini disebabkan karena jarak tanam x 40 cm cukup ideal untuk pertumbuhan tanaman jagung, karena tanaman dapat memanfaatkan semua faktor lingkungan tumbuhnya dengan optimal. Kondisi yang optimal tersebut tentunya bisa membantu tanaman dalam meningkatkan intersepsi cahaya dan CO 2 ke dalam pertanaman sehingga akan meningkatkan pula metabolisme dan biosintesisnya sehingga produksi tanaman dengan jarak tanam legowo x 40 cm menjadi lebih optimal dibandingkan dengan jarak tanam legowo lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Harjadi (1991) dalam Ainun, et al (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan jarak tanam yang ideal bagi tanaman akan memperkecil terjadinya kompetisi bagi tanaman, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Jarak tanam yang tidak teratur atau penanaman yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi, baik terhadap cahaya matahari, air maupun unsur hara. Jarak tanam rapat mengakibatkan proses penyerapan unsur hara menjadi kurang efisien, karena kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara menjadi lebih besar. Disamping itu, populasi yang terlalu rapat mengakibatkan daun tanaman saling menutupi sehingga mengakibatkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan cahaya yang akan menghambat proses fotosintesis dan produksi tanaman tidak optimal. Varietas jagung BIMA 20 memiliki ukuran daun lebar dengan pola helai semi tegak. Hal ini yang terjadi pada jarak tanam 70 x 20 cm, sehingga produksi yang dihasilkan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan jarak tanam lainnya. Hal ini di dukung hasil penelitian Subiksa (2012), penanaman jagung yang dilakukan pada jarak tanam yang lebih rapat dapat menurunkan produksi biji jagung pipilan karena tongkol yang terbentuk lebih kecil. Pengaturan jarak tanam pada suatu areal pertanian merupakan salah satu cara yang berpengaruh nyata terhadap hasil yang dicapai. Pertumbuhan dan produktivitas jagung sangat nyata dipengaruhi oleh jarak tanam dan varietas (Yulisma, 2011). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 609

4 Tabel 1. Keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung varietas BIMA 20 Perlakuan TT (cm) PJT (cm) JBPT (buah) BBt 5 tgkl (g) 100 biji (g) JT a b c bc 34.3 c JT a a 14.8 c ab abc JT a ab ab c a JT a a bc d bc JT a a a ab ab JT a 15.1 a ab a abc Keterangan : Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan beda tidak nyata dengan uji BNT 5 %. Dari Tabel.1 diatas dapat dilihat bahwa pada pengamatan parameter tinggi tanaman berdasarkan uji BNT 5 % pada berbagai jarak tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini di duga karena pada ke enam perlakuan jarak tanam tersebut kondisinya masih relatif sama persaingan antara tanaman dalam memanfaatkan faktor tumbuh sehingga menunjukkan parameter tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Hal ini di dukung hasil penelitian Herlina (2011) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman jagung manis umur 7 MST untuk jarak tanam 90 x 20 tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Tinggi tanaman tidak berbeda nyata dikarenakan jarak tanam antara 90 x 20 cm dan 70 x 20 cm relatif sama persaingan antara tanaman dalam memperebutkan unsur hara, air dan cahaya sehingga menunjukkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Selain faktor tumbuh, hal ini juga diduga bahwa pengamatan tinggi tanaman tidak berbeda nyata karena dipengaruhi oleh sifat genetis tanaman yang merupakan faktor bawaan dari varietas jagung BIMA 20. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993) dalam Ainun et al (2012) bahwa pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor genetiknya. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Yulisma (2011) bahwa respon pertumbuhan tanaman jagung (tinggi tanaman) terhadap jarak tanam akan berbeda antar varietas. Ini artinya bahwa pengamatan tinggi tanaman tidak akan berbeda nyata pada satu varietas meskipun penanaman dilakukan pada beberapa jarak tanam yang berbeda. Jarak tanam berpengaruh terhadap panjang tongkol, bobot tongkol dan berat 100 biji. Populasi optimal untuk tanaman jagung berkisar antara tanaman/ha dengan jarak tanam anjuran 70 x 20 cm (1 biji/lubang) atau 70 x 40 cm (2 biji/lubang). Peningkatan tingkat kerapatan tanaman per satuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji. Sebaliknya pengurangan kerapatan tanaman jagung per hektar dapat mengakibatkan perubahan iklim mikro yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil karena jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terganggu. Sudadi (2003) dalam Ainun et al (2012) menyatakan bahwa selain faktor genetik, faktor lingkungan terutama kelembaban dan suhu disekitar tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa untuk tanaman jagung manis, pertumbuhan dan hasil yang terbaik diperoleh bila jarak tanam antar barisan diperlebar hingga 100 cm. Pada jarak tanam yang lebih renggang, penerimaan intensitas cahaya matahari menjadi lebih besar dan memberikan kesempatan pada tanaman untuk melakukan pertumbuhan kearah samping, dan mempengaruhi terbentuknya cabang (Budiastuti, 2000). Pertumbuhan vegetatif yang baik mengakibatkan pertumbuhan generatif yang juga membaik, dapat dilihat dari panjang tongkol dan berat 100 butir biji pada tabel 1 diatas. 610 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

5 Parameter bobot tongkol terendah diperoleh pada jarak tanam x 40 cm. Hal ini disebabkan karena populasi tanaman dengan penerapan jarak tanam tersebut berkisar atau 15 % lebih padat dibandingkan populasi anjuran. Kondisi ini tentu saja sangat tidak efektif bagi tanaman karena kerapatan tanaman sangat berpengaruh terhadap persaingan dalam unsur hara, air dan pencahayaan yang cukup besar. Kondisi inilah yang menyebabkan bobot tongkol pada jarak tanam legowo x 40 cm menjadi paling sedikit. Lainnya halnya dengan jarak tanam x 40 cm, populasi tanaman hanya atau 7 % lebih sedikit dibandingkan batasan populasi normal. Kondisi ini tentu saja sangat menguntungkan tanaman karena persaingan antara tanaman dapat dihindari. Populasi pada jarak tanam x 40 cm, 70 x 40 cm dan 70 x 20 cm cendrung memperoleh hasil yang tidak berbeda, ini disebabkan karena populasi tanaman pada ketiga jarak tanam tersebut relatif sama sehingga tidak terlalu memberikan pengaruh yang berarti terhadap tanaman. Tanaman jagung yang ditanam dengan jarak tanam yang relatif rapat (80 40 x 40 cm) dan sedang (80 50 x 40 cm) menunjukkan hasil yang lebih rendah akibat terjadinya persaingan dalam mendapatkan faktor tumbuh. Selanjutnya apabila di tanam dengan jarak tanam yang jarang ( x 40 cm) memberikan hasil yang nyata lebih tinggi akibat semua faktor tumbuh yang dibutuhkan tercukupi. Pada jarak tanam yang rapat maka kompetisi akan semakin tinggi dalam pengambilan unsur hara, air, CO2 dan cahaya sehingga bahan organik yang terakumulasi pada berat tongkol semakin rendah. Peningkatan berat tongkol juga berhubungan erat dengan besar fotosintat yang disalurkan ke bagian tongkol, apabila transport fotosintat ke bagian tongkol tinggi maka tongkol yang dihasilkan juga akan semakin besar. Dalam hal ini yang berperan dalam meningkatkan hasil tanaman adalah hasil fotosintat yang terdapat pada daun dan batang yang ditransferkan pada saat pengisian biji. Sehingga jika hasil fotosintat yang disimpan di daun batang tinggi, maka fotosintat yang ditransfer pada saat pengisian biji pun akan semakin tinggi (Probowati et al., 2014). Kesimpulan Penerapan sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan produktivitas jagung sebesar 30% pada perlakuan jarak tanam x 40 cm (8,9 t/ha) dibandingkan dengan jarak tanam anjuran yang biasa digunakan petani yaitu 70 x 20 cm yang hanya mencapai produktivitas (6,3 t/ha). Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, harus memperhatikan kesuburan tanah dan jenis varietas yang akan dibudidayakan. Daftar Pustaka Adisarwanto Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Ainun M., Taufan H., dan Nasliyah H., Pengaruh Varietas Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Kedelai. Jurnal Agrista. Vo. 16. No. 1. Hal Budiastuti, M. S Penggunaan Triakontanol Dan Jarak Tanam Pada Tanaman Kacang Hijau (Paseolus radiantus 1). BPS Nusa Tenggara Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi NTB. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 611

6 Erawati, B. Tri Ratna dan Awaludin Hipi Daya Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Hibrida di Lahan Sawah Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Serealia Herlina, Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis dalam Sistem Tumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Dan Kacang Tanah (Arachis hypogaesa L.). Artikel. Program Pasca Sarjana. Universitas Andalas. Padang Probowati R.A., B. Guritno dan T. Sumarni, Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Jarak Tanam Pada Gulma dan Hasil Tanaman Jagung. J. Produksi Tanaman. 2(8): Sitompul S.M., dan B. Guritno, Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. p Subiksa I.G.M., Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan, Produksi Silase dan Biji Pipilan Jagung Hibrida pada Inceptisols Dramaga. Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah. Bogor Yulisma, Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai Jarak Tanam. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30 (3) : Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian