BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat diolah dan
|
|
- Budi Makmur
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sumber daya alam tersebut dapat berupa produk pertanian (bahan baku dan makanan), produk bahan bakar dan pertambangan, serta produk manufaktur yang diolah di sektor industri yang ada di Indonesia. Semua subsektor industri berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, namun yang paling menonjol adalah industri makanan dan minuman yang memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri. Industri makanan dan minuman merupakan industri non-migas yang berkontribusi paling besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2011, industri makanan dan minuman menyumbang sekitar Rp ,70 miliar dan meningkat cukup signifikan hingga Rp ,40 miliar pada tahun 2015 (Gambar 1.1). Selain itu, dibandingkan dengan subsektor lainnya, industri makanan dan minuman berkontribusi paling besar terhadap PDB sektor nonmigas. Pada tahun 2015 industri makanan dan minuman menyumbang sekitar 31 persen terhadap PDB sektor non-migas, berkontribusi terhadap ekspor sebesar US$ 5,5 miliar (hingga November 2015), dan menyerap sekitar 4 juta pekerja (GAPMMI, 2017). Pada triwulan III tahun 2016, kontribusi industri makanan dan minuman terhadap PDB sektor non-migas meningkat menjadi 1
2 2 33,6 persen. Subsektor ini juga menopang sebagian besar pertumbuhan industri non-migas dengan pertumbuhan yang mencapai 4,71 persen (Kementerian Perindustrian, 2016). Gambar 1.1 Kontribusi Industri Makanan&Minuman terhadap PDB tahun , , , , , , , , , , ,00 0, Sumber: CEIC, 2017 (diolah) Kinerja industri makanan dan minuman di Indonesia pun menunjukkan hasil yang positif dengan tumbuh sebesar 9,82 persen atau sebesar Rp 192,69 triliun pada triwulan III tahun 2016 (Kementerian Perindustrian, 2016). Peningkatan pertumbuhan industri makanan dan minuman tersebut disebabkan karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 255 juta jiwa dan akan terus bertambah. Menurut Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, faktor lainnya adalah kecenderungan masyarakat menengah ke atas yang sadar akan kesehatan dengan lebih memilih konsumsi makanan dan minuman yang alami, higienis, aman, dan bermutu. Seiring dengan kesadaran masyarakat tersebut, banyak pengusaha baru yang berinovasi dalam memproduksi makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.
3 3 Survei Sosial Ekonomi Nasional (2016) menempatkan makanan dan minuman pada posisi pertama pengeluaran terbesar masyarakat Indonesia sebesar 29 persen (Kompas, Maret 2017). Pengeluaran tersebut akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah penduduk. Gambar 1.2 menunjukkan besarnya perkembangan pengeluaran konsumen terhadap makanan dan minuman pada tahun Melihat dari perkembangan yang terjadi, BMI pun memperkirakan pengeluaran konsumen terhadap makanan dan minuman pada tahun meningkat menjadi lebih dari Rp ,00. Gambar 1.2 Pengeluaran Konsumen terhadap Makanan&Minuman di Indonesia tahun Sumber: BMI, 2015 Kementerian Perindustrian pun mencatat bahwa pertumbuhan tersebut dipengaruhi besarnya surplus perdagangan luar negeri produk makanan dan minuman. Nilai ekspor produk makanan dan minuman termasuk minyak kelapa
4 4 sawit pada Januari-September 2016 mencapai US$ 17,86 miliar. Sedangkan impornya hanya US$ 6,81 miliar. Menurut Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartato, industri makanan dan minuman berpotensi untuk terus tumbuh dan pertumbuhannya hampir dua kali pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2016, pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 8,4 persen dimana pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,02 persen (Kementerian Perindustrian, 2017). EU-INDONESIA Business Network (EIBN) juga membuat proyeksi perkembangan makanan dan minuman di Indonesia tahun adalah sebesar 3,6 persen (EIBN Sector Reports, 2014). Pertumbuhan tersebut menandakan pertumbuhan yang positif sehingga memiliki prospek yang cukup cerah kedepannya. Gambar 1.3 Indeks Peluang Perkembangan Industri Makanan&Minumann di Negara Berkembang Sumber: Linklaters Food&Beverage Network, 2014
5 5 Walaupun industri makanan dan minuman memiliki prospek yang cukup cerah, namun produsen harus siap menghadapi tantangan global dengan terus meningkatkan daya saing dengan berinovasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human capital) dengan cara menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sehingga kualitas produk yang dihasilkan akan lebih baik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Upaya tersebut dilakukan agar produk lokal dapat bersaing dengan produk yang diimpor mengingat telah diterapkannya ASEAN Economic Community (AEC). Pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian perlu mendorong dan memperbaiki kinerja industri makanan dan minuman di Indonesia dengan meningkatkan penerapan standar produk dan meningkatkan penelitian dan pengembangan (R&D) terhadap produk makanan dan minuman. Perbaikan iklim investasi dengan perubahan regulasi dalam industri makanan dan minuman pun perlu dilakukan untuk menarik investor. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI), Adhi S. Lukman, mengatakan bahwa pada tahun 2016 nilai investasi industri makanan dan minuman mencapai Rp 61 triliun, meningkat cukup tajam dibanding tahun 2015 sebesar Rp 43 triliun. Artinya, investor semakin tertarik untuk investasi di industri makanan dan minuman di Indonesia karena melihat prospek kedepannya. Di samping itu, Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, mengatakan bahwa 10 perusahaan Australia tertarik berinvestasi sekitar US$ 4-5 miliar di Indonesia, terutama investasi di
6 6 sektor pertambangan dan pengolahannya, industri makanan dan minuman, pariwisata dan perhotelan, serta infrastruktur. Ketertarikan tersebut disampaikan pada saat Presiden Joko Widodo berada di Sydney dan bertemu dengan pemimpin eksekutif 10 perusahaan tersebut (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2017). Berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bahwa arah investasi di Indonesia sudah mulai berorientasi ke sektor industri. Tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 investasi dalam negeri di industri makanan paling tinggi dibanding industri lainnya. Sedangkan menurut data PMA, industri makanan menempati urutan ke-8. Tabel 1.1 Realisasi Penanaman Modal Januari -Desember 2016: Berdasarkan Sektor (PMDN) NO. BIDANG USAHA INVESTASI (Rp Miliar) JUMLAH PROYEK 1 Industri makanan , Industri Kimia Dasar, Barang Kimia, dan Farmasi ,4 45` 3 Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi , Listrik, Gas, dan Air , Tanaman Pangan dan Perkebunan , Industri Mineral Non Logam , Konstruksi , Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, dan Elektronik , Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran 9.192, Pertambangan 6.033,6 134 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2017 (diolah)
7 7 Tabel 1.2 Realisasi Penanaman Modal Januari -Desember 2016: Berdasarkan Sektor (PMA) INVESTASI JUMLAH NO. BIDANG USAHA (US$ Juta) PROYEK Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin, 1 dan Elektronik 3.897, Industri Kimia Dasar, Barang Kimia, dan 2 Farmasi 2.889, Industri Kertas, Barang dari kertas, dan 3 Percetakan 2.786, Pertambangan 2.742, Industri Alat Angkutan dan Transportasi 5 Lainnya 2.369,3 928 Perumahan, Kawasan Industri, dan 6 Perkantoran 2.321, Listrik, Gas, dan Air 2.139, Industri Makanan 2.115, Tanaman Pangan dan Perkebunan 1.589, Industri Mineral Non Logam 1.076,0 397 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2017 (diolah) Hal tersebut mengindikasikan bahwa karena perkembangannya yang signifikan, industri makanan dan minuman di Indonesia pun menarik bagi investor dalam negeri maupun asing. Prospek industri ini pun semakin menjanjikan. Oleh karena itu perusahaan yang bergerak di industri ini harus dapat mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien agar tidak terjadi pemborosan dan kerugian. Melihat prospek yang menjanjikan, perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman ini pun terus mengembangkan produknya sehingga mulai muncul berbagai jenis dan merek makanan dan minuman guna bersaing dengan perusahaan lainnya. Banyak perusahaan baru yang masuk ke industri makanan dan minuman karena semakin diminati sehingga timbul persaingan yang cukup ketat antar industri makanan dan minuman. Persaingan antar
8 8 perusahaan tersebut akan memengaruhi segala keputusan perusahaan dan akhirnya memengaruhi kinerja industri makanan dan minuman. Tingkat ke-efisienan suatu industri akan meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan dalam persaingan antar perusahaan dalam industri tersebut. Salah satu indikator tingkat ke-efisienan suatu usaha adalah variabel keuntungan yang diperoleh perusahaan, dimana setiap perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungannya agar dapat bertahan dalam industri tersebut (Mahesa, 2010). Perusahaan dalam suatu industri perlu mengetahui jenis persaingan yang terjadi agar dapat membuat strategi dan kebijakan yang tepat, dimana akan berdampak pada kinerja perusahaan dalam industri tersebut. Pentingnya perusahaan dalam suatu industri untuk mengetahui dan mempelajari lingkup ekonomika industri ini adalah karena pada kenyataannya struktur pasar semakin terkonsentrasi dan perilaku perusahaan akhirnya menurunkan kesejahteraan konsumen. Kemudian tingkat konsentrasi industri yang semakin tinggi, mengakibatkan kecenderungan berkurangnya persaingan antar perusahaan sehingga timbul perilaku perusahaan yang kurang efisien. Konsentrasi industri yang tinggi pun menyebabkan kekayaan semakin terkonsentrasi sehingga menghambat usaha-usaha dalam hal pemerataan, seperti usaha dalam pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Di samping itu, segala hal yang berkaitan dengan struktur industri dan upaya penyelesaian masalah ekonomi akan membuat intervensi pemerintah semakin meningkat. Alasan yang terakhir yaitu berbagai kajian
9 9 yang membahas mengenai struktur, perilaku dan kinerja industri tidak luput dari masalah-masalah produksi dan distribusi (Hasibuan, 1994). Menyadari adanya persaingan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia yang semakin terlihat, maka terdapat dorongan dalam melakukan penelitian mengenai analisis industri makanan dan minuman di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode Structure, Conduct, and Performance (SCP) yang akan mencoba menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja perusahaan go public dalam industri makanan dan minuman yang ada di Indonesia pada firm-level data. Perusahaan-perusahaan go public tersebut tercatat pada Bursa Efek Indonesia antara tahun Rumusan Masalah Industri makanan dan minuman menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya minat investasi dalam negeri dan asing sehingga pemerintah berupaya untuk terus mengembangkan industri makanan dan minuman domestik. Upaya pemerintah tersebut dilakukan agar perusahaan dalam industri ini lebih terdorong untuk bersaing secara sehat dengan meningkatkan kualitas produknya. Seiring dengan berkembangnya industri makanan dan minuman di Indonesia, dewasa ini semakin terlihat bahwa struktur pasar semakin terkonsentrasi dan perilaku perusahaan akhirnya menurunkan kesejahteraan konsumen. Kemudian tingkat konsentrasi industri yang semakin tinggi mengakibatkan kecenderungan berkurangnya persaingan antar perusahaan
10 10 sehingga timbul perilaku perusahaan yang kurang efisien. Konsentrasi industri yang tinggi pun menyebabkan kekayaan semakin terkonsentrasi sehingga menghambat usaha-usaha dalam hal pemerataan, seperti usaha dalam pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Namun dalam perkembangannya, muncul banyak perusahaan baru yang masuk ke dalam industri makanan minuman sehingga kemungkinan besar menyebabkan semakin rendahnya tingkat konsentrasi industri makanan dan minuman di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja perusahaan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan metode Structure, Conduct, and Performance (SCP). Apabila dalam penelitian ini ditemukan bahwa struktur pasar dalam industri makanan dan minuman di Indonesia berubah dari penelitian sebelumnya, maka kemungkinan perusahaan akan merubah perilakunya guna memperbaiki kinerja perusahaan mengikuti struktur persaingan pasar. 1.3 Pertanyaan Penelitian Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi dalam industri makanan dan minuman di Indonesia, maka penulis mencoba merumuskan pertanyaan penelitian, antara lain: 1. Bagaimana bentuk struktur pasar industri makanan dan minuman di Indonesia dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan tahun ?
11 11 2. Bagaimana perilaku perusahaan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan tahun ? 3. Apakah asumsi dari teori SCP tradisional yang mengatakan bahwa struktur dan perilaku perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja berlaku untuk menganalisis industri makanan dan minuman di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah diuraikan, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Menganalisis struktur pasar dalam industri makanan dan minuman di Indonesia dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan tahun Menganalisis perilaku perusahaan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan tahun Mengetahui pengaruh dari struktur dan perilaku perusahaan dalam industri makanan dan minuman di Indonesia terhadap kinerjanya berdasarkan teori SCP tradisional. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan, antara lain :
12 12 1. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan identifikasi dan analisis di sektor industri, terutama industri makanan dan minuman di Indonesia. 2. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang juga fokus penelitiannya mengenai sektor industri, khususnya industri makanan dan minuman di Indonesia. 3. Memberikan informasi kepada pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional sesuai dengan kondisi pasar. 4. Menjadi referensi dan bahan masukan bagi pembuat kebijakan agar membuat kebijakan yang tepat dan strategis dalam meningkatkan sektor industri, khususnya industri makanan dan minuman di Indonesia. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penulisan Penelitian mengenai analisis industri makanan dan minuman di Indonesia ini hanya akan dibatasi sampai bagaimana struktur pasar, perilaku, dan kinerja perusahaan dalam industri makanan dan minuman menggunakan metode SCP. Penelitian ini khususnya akan dibatasi sesuai dengan kondisi perusahaan di Indonesia dan ketersediaan data yang ada, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) perusahaan makanan dan minuman go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penelitian ini menggunakan metode SCP lalu diregresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) pada firm-level data dan periode yang diteliti yaitu tahun
13 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. BAB I: PENDAHULUAN Membahas uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: STUDI LITERATUR Membahas uraian tinjauan pustaka mengenai konsep ekonomi industri dan teori SCP, uraian penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menjelaskan deskripsi variabel serta sumber data, spesifikasi model penelitian, serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil temuan penelitian. Hasil penelitian diperoleh dari olah data penelitian dan merupakan jawaban atas seluruh pertanyaan penelitian yang telah disebutkan dalam bagian rumusan permasalahan.
14 14 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Membahas bagian akhir dari penelitian yang berisi penjelasan kesimpulan hasil analisis penelitian, dan saran untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang dan pengambil kebijakan.
Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target
Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Lebih terperinciJakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli
Lebih terperinciSiaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun
Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)
Lebih terperinciIndeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi
KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 18 DESEMBER 2015 Yth. : Para Wartawan serta hadirin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciContents
Contents Kinerja industri pengolahan non-migas sepanjang tahun 2017 diprediksi mampu tumbuh positif sebagai kontributor terbesar bagi perekonomian nasional. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan
Lebih terperinciSIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun
SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV
Lebih terperinciBADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Realisasi Investasi TW I 2016 Rp 146,5 Triliun, Serap 327 Ribu Tenaga Kerja Jakarta, 25 April 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan angka
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Nilai proyek Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional
Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;
Lebih terperinciDATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017
DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciREALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 2016
INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN III TAHUN 0 Pada tahun 0 ini telah ditetapkan target realisasi investasi sebesar Rp. 9, trilliun. Dengan rincian Rp., trilliun untuk PMDN dan Rp., triliun
Lebih terperinciREALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017
REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017 Terget realisasi investasi tahun 2017 ditetapkan pencapaianya sebesar Rp 34,97 triliun. Dengan rincian Rp 12,24 triliun untuk PMDN dan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciPDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.
Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciRINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017
RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017 I. RENCANA INVESTASI PMDN/ PMA Tabel 1. Perkembangan PMDN & PMA Satuan nilai rencana investasi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciREALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016
INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TRIWULAN II TAHUN 2016 Pada tahun 2016 ini telah ditetapkan target realisasi investasi sebesar Rp. 39,33 triliun. Dengan rincian Rp. 13,77 triliun untuk PMDN dan
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat di dalam negara untuk memajukan nama negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode 2010-2015, secara umum pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi, dimana pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010-2015, laju pertumbuhan
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciRENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR
& PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 2010-1 Tan. Pangan & Perkebunan 1 4.669.131.070 2.442-27 2.889.931.158.529 5.200-3 Kehutanan - - - - - - - - 5 Pertambangan 1 500.000.000
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi daerah maupun nasional serta mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia, diperlukan peningkatan penanaman
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciCAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI
invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp
Lebih terperinciDATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017
DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT KONDISI JANUARI S.D. 31 MEI 2017 I. RENCANA INVESTASI Tabel 1.1. Perkembangan PMDN & Satuan nilai rencana investasi Laki-laki penyerapan Peremp.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013
No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011
No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan manjadi salah satu isu penting yang dihadapi manajer keuangan. Struktur modal merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014
No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014
Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008
BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR
BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/12/Th. XIII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,36 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di segala bidang merupakan arah dan tujuan kebijakan pemerintah Indonesia. Hakikatnya sosial dari pembangunan itu sendiri adalah upaya peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciProduk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014
PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH
LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciSeminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS
Seminar Nasional Outlook Industri 2018 PEMBANGUNAN INDUSTRI YANG INKLUSIF DALAM RANGKA MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KINERJA INDUSTRI NASIONAL 2 EKONOMI
Lebih terperinciREALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPMD) Website : http://bppmd.kaltimprov.go.id Email : humas@bppmd.kaltimprov.go.id / humas.bppmdkaltim@gmail.com Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu globalisasi ekonomi dunia yang terkait dengan sektor industri telah berkembangan dengan sangat cepat. Dalam upaya menangani isu-isu globalisasi dan dampak yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang
Lebih terperinciStatistik KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE
Lebih terperinciDari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.
No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciSAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013
SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT Bandung, 8 Juni 2013 Yang Saya Hormati: 1. Gubernur Jawa Barat; 2. Saudara Menteri PPN/Kepala Bappenas; 3. Ketua Kadin Prov. Jawa Barat; 4. Ketua Forum Ekonomi
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciStatistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan
Lebih terperinci