BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Banyak sekali pembangunan-pembangunan yang masih dilakukan di negara ini. Salah satunya adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh Pemerintah sebagai kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Tujuannya agar masyarakatnya dapat hidup dengan layak dan sejahtera. Pembangunan sebagai upaya sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir maupun untuk mencapai kepuasan batin. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. 3 Proses pembangunan, di dalamnya tidak dapat dipungkiri pasti akan ada permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangan bahwa pembangunan yang sedang dilakukan secara sadar harus memiliki konsep yang ramah lingkungan dan dapat berkelanjutan bagi lingkungan karena pada dasarnya pembangunan ini haruslah dapat dinikmati oleh semua generasi, bukan hanya generasi sekarang yang ada dalam masa 3 Setiyono, 2010, Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, hlm 1 1

2 pembangunan tersebut. Hal ini sesuai dengan arti pembangunan menurut Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 3 yaitu pembangunan berkelanjutan adalah Upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Dengan demikian, pembangunan haruslah secara sadar memperhatikan faktor- faktor kelestarian lingkungan hidup. Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Luasnya ruang lingkup pembangunan tersebut, maka pencapaiannya dilakukan secara bertahap tetapi simultan. Pada tiaptiap tahap diharap dapat dicapai keselarasan dalam kemajuan lahiriah dan batiniah yang merata mencakup seluruh rakyat, dengan kadar keadilan sosial yang meningkat. Pembangunan dengan demikian adalah suatu proses yang berjalan terus menerus. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan secara berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu. 4 Pembangunan menghasilkan manfaat yang dapat dinikmati oleh seluruh warga negara. Dibalik itu, pembangunan juga memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitar. Dampak positifnya adalah meliputi : 4 Emil Salim, 1986, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial, Hlm 3 2

3 1. Menambah penghasilan penduduk sehingga meningkatkan kemakmuran 2. Perindustrian menghasilkan aneka barang yang dibutuhkan oeh masyarakat. 3. Perindustrian memperbesar kegunaan bahan mentah 4. Usaha perindustrian dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi penduduk. 5. Mengurangi ketergantungan negara pada luar negeri. 6. Dapat merangsang masyarakat utuk meningkatkan pengetahuan tentang industri. Sedangkan Dampak Negatifnya bagi lingkungan adalah meliputi : 1. Limbah industri akan menimbulkan pencemaran air, tanah dan udara 2. Asap-asap pabrik menimbulkan polusi udara. 3. Akibat dari pencemaran, banyak menimbulkan kematian bagi binatang-binatang, manusia dapat terkena penyakit, hilangnya keindahan alam dan lain-lain. 5 Pembangunan dilakukan oleh pemerintah di berbagai bidang, antara lain di bidang industri, trasportasi, pemukiman, kesehatan dan lain-lain. Salah satu contoh pembangunan di bidang kesehatan adalah membangun pusat pusat kegiatan medis 5 Irinereskyana, Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan, diakses pada tanggal 2 Februari

4 antara lain puskesmas, rumah sakit umum, rumah sakit ibu dan anak dan lain-lain. Pusat kegiatan kesehatan tersebut secara tidak langsung akan membuang sisa hasil kegiatannya tersebut di lingkungan sekitar. Akibat adanya pengembangan - pengembangan tersebut akan menimbulkan sisa sisa buangan gas, cair, dan padat yang apabila dibuang ke lingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan. 6 Kegiatan pengembangan pembangunan adalah suatu kegiatan manusia dan untuk manusia, sehingga secara umum pencemaran lingkungan diakibatkan oleh kegiatan manusia yang kesemuanya tercakup dalam pertambahan penduduk, pemukiman, industri, kesehatan, transportasi dan lain-lain. Pengertian pencemaran lingkungan menurut Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 14 adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hiup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air dan udara menjadi kurang dan tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pengertian kontaminasi disini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Kejadian atau proses masuknya atau terikutnya unsur-unsur lain yang tidak dikehendaki (karena merugikan) ke dalam objek yang diperhatikan. 7 6 Koesnadi Hardjasoemantri, 2012, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, hlm Definisi disarikan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia online diakses pada tanggal 2 Februari

5 Pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas manusia dapat dicegah dengan menggunakan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan. Caranya adalah dengan menetapkan Baku Mutu Lingkungan Hidup. Baku Mutu Lingkungan Hidup disini menurut Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 13 adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya alam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Untuk mengurangi dampak yang besar terhadap lingkungan, maka dibutuhkan sistem pengolahan limbah industri dalam hal ini limbah rumah sakit dikarenakan kegiatan rumah sakit tersebut akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Jika limbah tersebut mencemari lingkungan sekitar, maka tidak akan tercipta kesehatan lingkungan yang baik. Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Hal ini terdapat pada Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 162 yaitu Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan menurut WHO dengan 6 (enam) usaha dasar kesehatan masyarakat yaitu pemeliharaan dokumen kesehatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pemberantasan 5

6 penyakit menular,kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan medis dan perawatan kesehatan 8. Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang menitikberatkan perhatian pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan dan penilaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik, kesehatan, atau kelangsungan hidup manusia sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan 9. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai keadaan dimana tingkat kesehatan yang optimal. Tingkat kesehatan yang optimal dapat dicapai dengan melaksanakan sistem pelayanan masyarakat yang optimal. Secara umum, pelayanan kesehatan masyarakat adalah merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan). 10 Untuk itu rumah sakit mempunyai peranan yang penting dan menentukan sebagai sarana dalam melangsungkan kegiatan kepelayanan kesehatan. 8 Cecep Triwibowo dan Mitha Erlisya Pusphandani, 2015, Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat,, Yogyakarta, Nuha Medika, Hlm 50 9 Ibid, Hlm Soekidjo Notoatmodjo, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Rineka Cipta, Hlm 89 6

7 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta dorongan pertumbuhan ekonomi telah memacu kegiatan yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Berbagai jenis limbah yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Tidak terkecuali dengan rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga membawa dampak negatif yaitu menghasilkan limbah selama kegiatannya. Limbah rumah sakit disini menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Bab IV bagian A ayat 1 adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Limbah rumah sakit ini atau limbah medis tersebut sangat berbahaya dan termasuk kedalam golongan dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena sifatnya yang infeksius, korosif, dan/atau beracun. Yang termasuk limbah medis antara lain limbah infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis, kimia, radioaktif, kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam yang berat yang tinggi. 11 Bahan Berbahaya dan Beracun disini menurut Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Pasal 1 Butir 1 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat 11 Wiku Adisasmito, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009, Hlm. 2 7

8 mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 menurut Pasal 1 Butir 3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Untuk menghindari terjadinya dampak akibat limbah B3 diperlukan suatu sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya pengelolaan limbah B3 tersebut merupakan salah satu usaha dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Usaha tersebut agar dapat berjalan dengan baik, perlu dibuat dan diterapkan suatu sistem manajemen pengelolaan, terutama pada sektor-sektor kegiatan yang sangat berpotensi menghasilkan limbah B3 seperti sektor industri, rumah sakit dan pertambangan. 12 Penanganan limbah B3 rumah sakit telah diatur di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bab IV pengelolaan limbah. Penanganan ini meliputi penanganan limbah cair, padat dan limbah gas dengan cara pemilahan, minimalisasi, pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan. Bagi rumah sakit yang memiliki insenerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. Rumah sakit yang tidak memiliki 12 Setiyono, Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2010, Hlm 3 8

9 insenerator, maka harus dimusnahkan dengan cara kerjasama dengan rumah sakit atau pihak lain yang mempunyai insenerator untuk dilakukan pemusnahan. Beberapa tahun belakangan, industri rumah sakit Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri berperan untuk memberikan pelayanan kesehatan umum kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sebagai rumah sakit umum daerah yang memberikan pelayanan publik dibidang kesehatan sudah selayaknya melakukan upaya pengelolaan limbah medis secara optimal demi terwujudnya lingkungan rumah sakit yang bersih dan sehat. Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri memiliki standar baku mutu pengelolaan limbah yang berdasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Pasal 3 Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya menyatakan Penetapan baku mutu air limbah bagi industri dan/atau kegiatan usaha lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dimaksudkan untuk mengukur batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Pasal 2 Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri 9

10 dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya menyatakan Dengan Peraturan Gubernur ini ditetapkan baku mutu air limbah bagi industri dan/atau kegiatan usaha lainnya. Jadi diharapkan dengan adanya peraturan tersebut, memberikan kesamaan sudut pandang dan persepsi mengenai batas baku mutu lingkungan yang masih dapat ditolerir atau sudah mencapai batas kerusakan lingkungan. Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri secara luas berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dengan sebaik-baiknya. Karena tanggung jawab itu, maka Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri sudah selayaknya melakukan pengolahan Limbah B3 secara baik dan sesuai dengan standar peraturan agar dapat menjalankan tanggung jawab tersebut. Sesuai yang dipaparkan diatas, bahwa dengan adanya Kajian Implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 terhadap pelaksanaan pengelolan limbah, khususnya untuk semua jenis kegiatan rumah sakit yang menghasilkan limbah B3 ataupun non B3, disini kita akan mengetahui dan dapat meneliti bagaimana undang-undang/kebijakan tersebut diterapkan dan dijalankan oleh instansi rumah sakit. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. Penulis memilih Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri karena rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit di Kediri yang mempunyai sarana fasilitas pendukung yang memadai dalam pengolaan limbah. Penulis juga tertarik untuk membahas tentang pengelolaan limbah rumah sakit, karena selama ini penanganan limbah rumah sakit kurang mendapat perhatian khususnya dari masyarakat umum 10

11 karena masyarakat hanya memperhatikan masalah limbah industri saja. Padahal limbah rumah sakit tidak kalah atau sama bahayanya dengan limbah industri, jika penanganannya tidak dilakukan dengan baik akan menyebabkan penyakit, cacat maupun kematian. Kita sering mendengar ada sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit merasa dirugikan oleh pembuangan limbah rumah sakit yang sembarangan. Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri ini bertujuan selalu memberikan pelayanan terhadap setiap penyakit. Pelayanan yang diberikan rumah sakit berbentuk usaha rehabilitasi medis yang dilakukan oleh para tenaga ahli. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas dan mengingat akan maksud serta tujuan dari penulis di atas, maka penulis berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan judul : Kajian Ketaatan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri Dalam Pengelolaan Limbah. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah seperti yang sudah diungkapkan diatas, maka penulis akan membahas permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan Ketaatan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri Dalam Pengelolaan Limbah? 2. Hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaan pengolahan limbah di Rumah Sakit Umum daerah Gambiran Kediri? 11

12 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Tujuan Objektif dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan ketaatan rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri dalam pengelolaan limbah. b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengolahan limbah di Rumah Sakit Umum daerah Gambiran Kediri. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan oleh penulis yang digunakan sebagai bahan untuk penulisan hukum ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada b. Untuk menambah pengetahuan penulis dengan memahami lebih dalam tentang bagaimana pengolahan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri serta hambatan-hambatan apa saja yang terjadi di dalam proses pengolahan limbah terhadap upaya pengendalian pencemaran limbah rumah sakit. 12

13 D. Keaslian Penelitian Penelitian yang mengangkat tema mengenai pengolahan limbah rumah sakit sudah ada sebelumnya, tetapi sepanjang penelusuran penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada serta yang ada di dunia maya, belum pernah ditemukan judul penelitian yang diangkat oleh penulis mengenai Kajian Ketaatan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri Dalam Pengelolaan Limbah sehingga penelitian ini dianggap memenuhi kaedah keaslian penelitian. Adapun beberapa judul penelitian yang serupa dengan tema utama diatas antara lain : 1) Penulisan Hukum Strata 1 tentang Kajian Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Terhadap Sistem Pengolahan Limbah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen oleh Gilang Wirananda R.P pada tahun 2014 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penulisan hukum ini meninjau tentang bagaimana sistem pengolahan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen dan apakah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah dalam implementasinya terhadap pengelolaan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sragen sudah tepat mengacu pada perda tersebut. Selain itu juga, membahas tentang hambatan dan dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan limbah Rumah Sakit Umum Daerah 13

14 Kabupaten Sragen. Berbeda dengan apa yang ada di dalam penulisan hukum penulis. Perbedaannya adalah penulis mengkaji tentang ketaatan pengelolaan limbah Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya dan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 2) Penulisan Hukum Strata 1 tentang Pelaksanaa Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Daerah DR.Moewardi Surakarta (Kajian Implementasi Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) oleh RA. Kusumaningtyas pada tahun 2007 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Penulisan hukum ini meninjau tentang bagaimana sistem pelaksanaan pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Surakarta serta mengetahui standar baku mutu limbah yang dihasilkan dari pengelolaan limbah tersebut apabila dikaji dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun Hal ini berbeda dengan apa yang ada di dalam penulisan hukum penulis. Perbedaannya adalah penulis mengaitkan antara proses pengolahan limbah rumah sakit umum Gambiran Kediri apakah sudah sesuai hasil baku mutu air limbah rumah sakit dengan Peraturan Gubernur Jawa 14

15 Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. 3) Penulisan Hukum strata 1 tentang Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas Kabupaten Pati oleh Dyah Pratiwi pada tahun 2013 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Penulisan hukum ini meninjau tentang bagaimana proses pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskesmas C di Kabupaten Pati dan membandingkan proses pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskesmas C di Kabupaten Pati dengan Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006 dan mengetahui kendala pada pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas A, Puskesmas B dan Puskesmas C di Kabupaten Pati dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Hal ini berbeda dengan apa yang ada di dalam penulisan hukum penulis. Perbedaannya adalah penulis meneliti tentang proses pengolahan limbah rumah sakit umum Gambiran Kediri apakah sudah sesuai hasil baku mutu air limbah rumah sakit dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya dan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta hambatan- 15

16 hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengolahan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. 4) Penulisan Hukum strata 1 tentang Studi Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang oleh Sumisih pada tahun 2010 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Penulisan hukum ini meninjau tentang deskripsikan proses pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, deskripsi karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, jumlah volume limbah bahan berbahya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, membandingkan kegiatan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dengan Keputusan Kepala Bapedal No.1-5/09/1995. Hal ini berbeda dengan apa yang ada di dalam penulisan hukum penulis. Perbedaannya adalah penulis meneliti tentang proses pengolahan limbah rumah sakit umum Gambiran Kediri apakah sudah sesuai hasil baku mutu air limbah rumah sakit dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya dan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan 16

17 Beracun serta hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pengolahan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. Berdasarkan hasil penelusuran tersebut, penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Kajian Ketaatan Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri Dalam Pengelolaan Limbah belum pernah dilakukan dan permasalahan ini murni ide penulis sehingga penelitian ini bukan merupakan karya plagiarisme karena merupakan karya yang otentik. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti, yaitu: a. Menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan serta memberikan bekal berharga berupa kemampuan meneliti dalam bidang ilmu hukum. b. Sebagai salah satu sarana untuk mengumpulkan data dan informasi bagi peneliti untuk melengkapi penelitian yang dilakukan; dan c. Sebagai sarana untuk mempertajam daya analisis peneliti dalam menganalisis data secara ilmiah dan membantu peneliti dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama kuliah. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan 17

18 Penulisan hukum ini diharapkan dapat memperkaya dan menambah pengetahuan dalam perkembangan ilmu hukum Lingkungan terutama mengenai limbah rumah sakit yang tergolong bahan berbahaya dan beracun (B3) dan cara pengolahan yang benar menurut peraturan yang berlaku. 3. Bagi Masyarakat/Pembangunan a. Memberikan wawasan dan pemahaman tentang bagaimana prosedur dan pelaksanaan pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun di rumah sakit. b. Hasil dari penelitian yang diwujudkan dalam penelitian ini dapat bermaanfaat dan bisa memberikan masukan bagi para pihak terkait dengan persoalan-persoalan yang menjadi objek penelitian. 18