PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT"

Transkripsi

1 PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: NAFSANI FAUZIA NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2017 Nafsani Fauzia Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan dan Akurasi Dimensi Model Kerja Gigi Tiruan Cekat xii + 59 halaman Faktor utama keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah keakuratan dari gigi tiruan. Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat permukaan dapat memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting yang harus dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang akurat adalah pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal. Secara kimia, ada tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, silikon (kondensasi dan adisi), dan polieter. Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas, membuat bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan seperti teknik putty/wash one-step, putty/wash two-step. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap cacat permukaan cetakan dan akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan sampel hasil cetakan elastomer dan model kerja yang didapat dari cetakan elastomer yang diisi dengan gips tipe IV dengan mencetak model induk yang terbuat dari stainless steel berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi dengan ukuran mesiodistal 6,33 mm, oklusogingival 8,02 mm, dan interabutment 28,25 mm dengan dua teknik yaitu putty/wash one-step dan putty/wash two-step sebanyak 60 buah yang dibagi menjadi dua kelompok dengan masing-masing 30 buah sampel. Setiap sampel hasil cetakan dilakukan pemeriksaan cacat permukaan dengan kaca pembesar dan model kerja

3 dilakukan pengukuran akurasi dimensi dengan kaliper digital, kemudian hasil cacat permukaan dianalisis dengan uji chi-square dan hasil akurasi dimensi dianalisis dengan uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap cacat permukaan cetakan dilihat dari nilai p = 0,804 (p>0,05) dan ada pengaruh pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat namun perubahan dimensi yang terjadi masih dalam batasan yang ditolerir dengan nilai p dilihat dari mesiodistal dan interabutment adalah p = 0,001 (p<0,05), dan nilai p dilihat dari oklusogingival adalah p = 0,013 (p<0,05) dan persentase deviasi dibandingkan dengan model induk kurang dari 0,5%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua teknik pencetakan dalam hal cacat permukaan namun terdapat pengaruh pada teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi, yaitu teknik putty/wash two-step dinilai memiliki nilai akurasi dimensi yang lebih baik dibandingkan teknik putty/wash onestep jika dilihat dari nilai persentase deviasinya, sehingga dapat disarankan menggunakan teknik putty/wash two-step untuk mendapatkan cetakan yang baik dan lebih akurat. Daftar Rujukan: 27 ( )

4 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Medan, 5 Oktober 2017 Pembimbing: Tanda tangan Putri Welda Utami Ritonga., drg., MDSc., Sp.Pros NIP :

5 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 5 Oktober 2017 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS : 1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros 2. Eddy Dahar, drg., M.Kes 3. Siti Wahyuni, drg., MDSc

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda Amuransyah dan ibunda Fardiani yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat, dan dukungan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis, Fairuza Laily, Nuria Fazrina, dan Farah Oktamurdiantri serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, saran serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku pembimbing penulis yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi hingga selesai. 2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi. 3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. iv

7 5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku ketua tim penguji skripsi, Eddy Dahar, drg., M.Kes dan Siti Wahyuni drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG selaku penasehat akademik atas motivasi dan nasehat selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar. 8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis. 9. Prana Ugiana Gio, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam analisis statistik. 10. Sahabat-sahabat terbaik penulis Dinda, Ades, Lili, Bayu, Zuhra, Marza, Larissa, Yuli dan seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuan, perhatian, dukungan, doa, dan dorongan semangat kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi. 11. Sahabat terkhusus penulis yang telah memberikan bantuan, perhatian, doa, dukungan, dan semangat kepada penulis, Fika, Asty, dan Sitah. 12. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi : Allya, Cia, Fitra, Karina, Yudi, Saima, Rintan, Uswatun, Mira, Yosanna, Afrita, Afrina, Hanny, Riri, Jeewena, Tri Rizki, Tasya, Jaasphreet, Raudhatul, Ulita, Dean, Ludwika, serta para residen PPDGS Prostodonsia FKG USU atas motivasi, dukungan, dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangam oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar- v

8 besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Medan, 5 Oktober 2017 Penulis, (Nafsani Fauzia) vi

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vii x xi xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan Bahan Cetak Pengertian Klasifikasi Bahan Cetak Elastomer Teknik Pencetakan Teknik Putty/wash One-Step Teknik Putty/wash Two-Step Kualitas cetakan Kriteria Faktor yang Memengaruhi vii

10 2.3 Cacat Permukaan Akurasi Dimensi Landasan Teori Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Besar Sampel Penelitian Variabel Penelitian Klasifikasi Variabel Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Terkendali Variabel Tidak Terkendali Definisi Operasional Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pembuatan Model Induk Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel Penelitian Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Cara Penelitian Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian Pembuatan Sampel Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash One-Step Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash Two-Step Pemeriksaan Cacat Permukaan Pengukuran Akurasi Dimensi Persentase Akurasi Dimensi Kerangka Operasional Penelitian Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-Step Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Putty/wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan viii

11 4.4 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat BAB 5 PEMBAHASAN Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-Step Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Perbandingan Sifat-Sifat (Kualitatif) dari Bahan Cetak Elastomer Definisi Operasional Variabel Bebas Definisi Operasional Variabel Terikat Definisi Operasional Variabel Terkendali Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali Jumlah cacat permukaan teknik pencetakan putty/wash one-step Jumlah cacat permukaan teknik pencetakan putty/wash two-step Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan teknik putty wash two-step terhadap cacat permukaan Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat x

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step Pencetakan dengan teknik putty/wash two-step Model stainless steel dengan 2 abutment (1 dan 2), dengan jarak intraabutment (diameter dan tinggi 6,33 mm dan 8,02 mm) dan jarak interabutment (28,25 mm) Alat penelitian: (A) Rubber bowl, spatula, glass plate, lekron; (B) kaliper digital, model induk, sendok cetak; (C) kaca pembesar Bahan penelitian: (A) Bahan cetak polivinil siloksan putty/wash; (B) Dental Stone Tipe IV Sendok cetak fisiologis Pengadukan putty dengan tangan Pengadukan bahan wash Bahan putty dan wash diletakkan pada sendok cetak Bahan wash diletakkan di mahkota model induk Pencetakan dengan putty dan wash Hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step Pencetakan dengan bahan putty dengan spacer polietilen Hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step xi

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 2 Surat Persetujuan Komite Etik Penelitian 3 Surat Selesai Penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 4 Hasil Pengukuran Model Kerja dengan Teknik Pencetakan Putty/wash Onestep dan Putty/wash Two-step 5 Hasil Uji Analisis Statistik xii

15 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi sebagian adalah hilangnya satu atau beberapa gigi dalam satu lengkung rahang. Umumnya hal itu disebabkan oleh karies, masalah periodontal, luka trauma, gigi impaksi, gigi supernumerary, neoplastic dan lesi kista. Secara klinis, kehilangan gigi sebagian mengakibatkan berpindahnya atau miringnya gigi, supraerupsi dari gigi antagonis, cara berbicara yang berubah, perubahan pada penampilan wajah, dan temporomandibular disorder. 1 Gigi tiruan digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang dan mengembalikan estetika serta kondisi fungsional pasien. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat. 2 Perawatan gigi tiruan cekat melibatkan restorasi gigi oleh pengganti artifisial yang tidak bisa dilepas dari mulut. 3 Faktor utama keberhasilan perawatan jangka panjang prostodonsia adalah keakuratan dari gigi tiruan dan untuk menghindari kegagalan, seluruh prosedur klinis maupun laboratoris harus diikuti. Prosedur pencetakan harus dapat mencetak dengan akurat detail dari struktur rongga mulut untuk mendapatkan model yang akurat. 4 Pencetakan atau bentuk negatif dari gigi dan struktur sekitarnya dibutuhkan karena pembuatan pola untuk gigi tiruan tidak mungkin atau tidak bisa dilakukan langsung di mulut. Gips dental yang sesuai kemudian dituang ke cetakan negatif dan sebuah bentuk positif dari model kerja didapatkan. Model kerja ini yang nantinya digunakan untuk membuat restorasi di laboratorium. 3 Beberapa prosedur yang penting harus diikuti untuk mendapatkan cetakan yang akurat, diantaranya adalah pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat. 4 Bahan cetak yang sudah setting memiliki sifat menjadi kaku (inelastis) atau elastis. Bahan yang kaku sangat resistan terhadap kekuatan fleksural dan bisa patah saat diberikan tekanan. Bahan ini tidak fleksibel dan akan patah jika terjadi deformasi. Bahan cetak

16 2 inelastis misalnya pasta ZOE, impression plaster, impression compound. Istilah elastis berarti bahan cetak ini fleksibel dan bisa deformasi dan tetap kembali ke bentuk semula ketika tekanan diangkat kembali, misalnya agar, alginat, dan elastomer. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal. Secara kimia, ada tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, silikon (kondensasi dan adisi), dan polieter. 5 Penelitian oleh Samet dkk (2005) menunjukkan bahan yang paling jarang digunakan adalah polieter (18,2%) dan bahan yang lebih sering digunakan adalah silikon kondensasi (24,4%) diikuti silikon adisi (49,8%). 6 Silikon adisi yang diperkenalkan sebagai bahan cetak pada tahun 1970 juga dikenal sebagai polivinil siloksan. 3,5 Silikon adisi ini didasari dengan polimerisasi adisi antara divinylpolysiloxane and polymethylhydrosiloxane dengan garam platinum sebagai katalis. 5 Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas, membuat bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan yang adekuat untuk meningkatkan akurasi pencetakan, seperti teknik putty/wash one-step, putty/wash two-step. 4 Teknik pencetakan putty/wash one-step adalah pencetakan dengan bahan cetak putty dan bahan wash diaduk secara bersamaan Bahan putty dimasukkan ke dalam sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan juga diletakkan di gigi penyangga. Keuntungan dari teknik ini adalah waktu kerja dapat dikurangi dan menghemat bahan cetak. 8 Kerugiannya adalah ketebalan bahan wash cenderung tidak terkontrol yang dapat menghasilkan perubahan dimensi. 9 Teknik pencetakan putty/wash two-step adalah pencetakan dengan bahan putty dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan kembali. 7 Keuntungan dari teknik ini adalah dapat memberikan akurasi yang baik. Kerugian dari teknik ini adalah lebih banyak waktu kerja yang dibutuhkan dan lebih banyak bahan cetak yang digunakan. 8 Tujuan pencetakan adalah mendapatkan cetakan yang bebas dari cacat sehingga menghasilkan cetakan yang akurat dari gigi yang dipreparasi dan daerah sekitarnya. 9 Pada hasil penelitian Saifudin dkk (2014) ditemukan banyaknya kesalahan pada hasil cetakan sepeti detail yang buruk pada gigi

17 3 yang dipreparasi dan adanya lubang pada daerah gigi yang dipreparasi, sehingga kualitas cetakan yang dikirim ke laboratorium tidak dapat diterima. 11 Kualitas cetakan memiliki beberapa kriteria seperti, merekam detail penting, daya alir dari bahan cetak, ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal, ada atau tidaknya gelembung udara. 6,11 Hasil cetakan yang bebas dari lubang berpengaruh penting pada pembuatan restorasi yang akurat. Banyak faktor yang dapat memengaruhi masuknya gelembung udara di hasil cetakan, khususnya teknik klinis dan keahlian dari operator. 12 Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas cetakan adalah desain preparasi gigi, penanganan jaringan lunak, pemilihan sendok cetak, bahan cetak, teknik pencetakan, ketebalan bahan. 7,9,13 Beberapa penulis menunjukkan bahwa akurasi cetakan dan kualitas permukaan hasil cetakan lebih dipengaruhi oleh teknik pencetakan daripada bahan cetak, namun ada peneliti lain melaporkan bahwa teknik pencetakan tidak memengaruhi kualitas permukaan dan akurasi dimensi. 4,9 Cacat permukaan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah gelembung udara yang terlihat dengan mata pada jarak kerja sekitar 150 mm dan hanya gelembung udara pada permukaan abutment yang dihitung. 9,12 Akurasi dimensi adalah sedikitnya perubahan dimensi saat proses setting dan sesaat setelah bahan cetak dilepaskan dari mulut. 5 Akurasi dimensi dapat dievaluasi dengan mengukur jarak baik antara intraabutment dan interabutment. 14,15 Akurasi dimensi saat membuat cetakan merupakan hal penting yang memengaruhi kualitas dari perawatan prostodonsia. 7 Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi akurasi dimensi dari bahan elastomer, misalnya viskositas bahan, teknik pencetakan. 4 Banyak teknik sudah dideskripsikan di literatur tetapi jumlah penelitian klinis yang mengevaluasi keberhasilan klinis dalam pencetakan cukup terbatas. 16 Hanya ada sedikit penelitian yang melaporkan kualitas dari pencetakan yang dibuat secara klinis. 11 Penelitian Millar dkk (1998) menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara teknik monophase dan teknik two-phase, namun lubang pada teknik two-phase lebih sedikit dibandingkan dengan monophase. 12 Penelitian oleh Caputi dkk (2015) diperoleh hasil cacat permukaan pada teknik putty/wash one-step dan twostep secara statistik tidak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. 9 Penelitian oleh

18 4 Shresta dkk (2015) menunjukkan teknik putty/wash one-step lebih sedikit terdapat cacat dibandingkan dengan teknik putty/wash two-step. 16 Penelitian mengenai akurasi dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak dan/atau teknik pencetakan masih menimbulkan kontroversi. Penelitian oleh Nissan dkk (2000) menyatakan putty/wash two-step paling akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat. 10 Penelitian oleh Caputi S dan Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan putty/wash one-step. 7 Penelitian Vitti dkk (2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan twostep, dan pada penelitian lain juga menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan yang digunakan. 4 Perbedaan hasil penelitian yang berbeda-beda mengenai ada atau tidaknya pengaruh teknik pencetakan terhadap cacat permukaan dan akurasi dimensi model kerja GTC merupakan alasan peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hal tersebut. 1.2 Permasalahan Hasil cetakan yang tidak akurat dan memiliki cacat permukaan dapat memengaruhi hasil pembuatan gigi tiruan cekat. Prosedur penting yang harus dilakukan untuk mendapatkan cetakan dan membuat model kerja yang akurat adalah pemilihan dan penggunaan teknik pencetakan dan bahan cetak yang tepat. Ada beberapa teknik pencetakan untuk silikon, seperti teknik putty/wash one-step, putty/wash two-step dan masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pembuatan model kerja GTC, perlu diperhatikan akurasi dimensi dan kualitas permukannya untuk mendapatkan model yang baik. Cacat permukaan perlu dievaluasi dengan cara memeriksa ada atau tidaknya gelembung udara pada hasil cetakan, dan hal ini mungkin dipengaruhi teknik pencetakan, walaupun belum banyak penelitian yang menyatakan hal tersebut. Akurasi dimensi juga perlu dievaluasi untuk mendapatkan model yang akurat dan hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh teknik pencetakan, walaupun masih ada

19 5 kontroversi mengenai ada atau tidaknya pengaruh teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah ada pengaruh teknik pencetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi dan cacat permukaan model kerja gigi tiruan cekat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah cacat permukaan cetakan yang didapat dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step. 2. Berapa nilai akurasi dimensi model kerja yang didapat dengan teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step. 3. Apakah ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan. 4. Apakah ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja gigi tiruan cekat. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jumlah cacat permukaan cetakan yang didapat dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step. 2. Untuk mengetahui nilai akurasi dimensi model kerja yang didapat dengan teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step. 3. Untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan. 4. Untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja gigi tiruan cekat.

20 6 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Bagi peneliti merupakan pengetahuan yang berharga dalam rangka menambah wawasan keilmuan melalui penelitian. 2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step untuk model kerja gigi tiruan cekat Manfaat Praktis 1. Bagi mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia diharapkan menjadi masukan dan memberikan informasi yang benar mengenai teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step dan pengaruhnya kepada cacat permukaan dan akurasi dimensi. 2. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kepaniteraan Klinik Prostodonsia dalam memilih teknik pencetakan yang akurat.

21 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencetakan Pencetakan atau bentuk negatif dari gigi dan struktur sekitarnya dibutuhkan untuk mendapatkan cetakan, karena pembuatan pola untuk gigi tiruan cekat tidak mungkin atau tidak bisa dilakukan langsung di mulut. Pencetakan yang dapat diterima harus dapat mencetak dengan tepat segala aspek dari gigi yang telah dipreparasi. Hal ini termasuk mencetak struktur gigi yang tidak dipreparasi yang berdekatan dengan margin agar dokter gigi dan teknisi dapat mengetahui kontur dari gigi dan seluruh permukaan gigi yang dipreparasi. Kontur servikal dari gigi yang tidak dipreparasi sampai daerah margin yang dipreparasi adalah informasi penting yang harus ada ketika cetakan dibuat di laboratorium. Jika cetakan tidak mencetak bagian penting daerah bertemunya gigi dan restorasi yang akan dipasang, maka restorasi dengan kontur yang baik akan sulit untuk dibuat. Seluruh gigi di dalam lengkung rahang dan jaringan lunak yang berada disekitar gigi yang dipreparasi harus dapat tercetak di cetakan. Hal ini dapat membantu cetakan dibuat dengan tepat dan membantu dalam membuat kontur yang baik pada restorasi yang direncanakan Bahan Cetak Pengertian Bahan cetak adalah bahan atau kombinasi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat cetakan atau reproduksi negatif. 17 Setiap bahan cetak memiliki setting time yaitu waktu dari bahan cetak diaduk sampai bahan cetak dapat dilepaskan dari mulut tanpa ada distorsi. Bahan cetak juga memiliki elastic recovery yaitu kembalinya bahan ke bentuk semula setelah diberikan tekanan dan tekanan tersebut sudah diangkat.

22 8 Bahan cetak elastomer mengacu pada kelompok polimer rubber yang dapat terikat-silang secara kimiawi. Bahan cetak ini dapat dengan mudah ditarik dan kembali ke bentuk awalnya dengan cepat ketika tekanannya dilepaskan. Bahan cetak elastomer dapat mencetak jaringan keras dan lunak rongga mulut dengan akurat, termasuk undercut dan daerah interproksimal Secara kimiawi, ada tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak yaitu polisulfid, polieter dan silikon (kondensasi dan adisi). 5 Bahan silikon terdapat dalam kepekatan (viskositas) yang bervariasi, mulai dari cairan yang mudah mengalir sampai pada bahan yang keras menyerupai dempul. Pada umumnya disajikan dalam sistem dua pasta atau sebagai dempul dan pasta. Perbedaan berasal dari metode polimerisasi. Pada awalnya bahan silikon terdiri dari aktivator cair dan kondensasi, membentuk ikatan silang polimerisasi. Jenis yang lebih mutakhir diperbaiki dengan menambah panjang rantai polimer dan ikatan silang. Ini dikenal sebagai pengerasan adisi Klasifikasi Bahan Cetak Elastomer Secara kimia, ada tiga jenis elastomer yang digunakan sebagai bahan cetak: polisulfid, polieter, dan silikon (kondensasi dan adisi) 5 : 1. Polisulfid Reaksi dimulai pada saat awal pengadukan dan mencapai puncaknya segera setelah pengadukan selesai. Pada saat setting akhir, bahan dengan elastisitas dan kekuatan yang adekuat akan terbentuk sehingga dapat dilepaskan dari undercut. 5 Kelembaban dan suhu memiliki efek yang signifikan. Kondisi yang panas dan kering akan mempercepat kerasnya bahan cetak polisulfid. Reaksi ini menyisakan produk sisa yaitu air. Kehilangan molekul kecil ini dari bahan yang sudah mengeras memiliki efek yang signifikan terhadap stabilitas dimensi bahan tersebut. 5 Perubahan dimensi yang terjadi setelah setting dari bahan polisulfid disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, reaksi yang terus berlanjut untuk beberapa waktu setelah waktu setting, menyebabkan penyusutan yang terus berlanjut. Kedua, adanya air yang diproduksi sebagai produk sisa dari reaksi setting dapat hilang karena penguapan dari permukaan. 19

23 9 2. Polieter Bahan cetak polieter yang dikembangkan di Jerman pada pertengahan an memiliki mekanisme polimerisasi yang tidak sama dengan elastomer lainnya. 3,5 Tidak ada produk sisa yang menguap yang dapat menghasilkan stabilitas dimensi yang baik. Penyusutan akibat polimerisasi cukup rendah dibandingkan dengan kebanyakan sistem polimerisasi dengan suhu. Tetapi, ekspansi suhunya lebih besar dibandingkan dengan polisulfida. 3 Dengan tingginya stabilitas dimensi dari bahan polieter dapat diproduksi cetakan yang akurat ketika bahan diisi lebih dari satu hari setelah cetakan selesai dibuat. Hal ini sangat berguna ketika menuang bahan cetak tidak mungkin dilakukan secepatnya. Keuntungan lain dari polieter adalah waktu pengerasan bahan yang pendek (sekitar 5 menit) yang biasanya kurang dari setengah waktu terhadap waktu yang dibutuhkan untuk polisulfida. Karena alasan inilah, polieter banyak digunakan oleh banyak dokter. Tetapi, polieter memiliki kerugian tertentu. Kekakuan dari bahan yang sudah keras merupakan satu kerugian, yang menyebabkan masalah saat melepaskan cetakan dengan gips dental dari cetakan Silikon Kondensasi Bahan cetak silikon kondensasi tersedia dalam bentuk pasta base dan katalis dalam viskositas yang rendah (pasta catalyst). Bahan putty ini dapat digunakan sebagai sendok cetak untuk bahan cetak silikon yang memiliki viskositas rendah yang dapat disebut dengan teknik putty/wash. 5 Keuntungan dari bahan ini adalah waktu setting yang singkat di dalam mulut (sekitar 6-8 menit). Kondensasi silikon juga tidak begitu dipengaruhi oleh suhu kamar dan kelembapan. Kelemahan utama bahan silikon adalah sifat wetting yang rendah, yang membuatnya menjadi sangat hidrofobik. Gigi yang di preparasi dan sulkus gingiva harus benar-benar tidak lembab untuk membuat cetakan yang bebas cacat. Menuang tanpa terperangkapnya gelembung udara juga lebih sulit dibandingkan bahan cetak yang lain. Silikon dan polisulfid memiliki ketidakstabilan dimensi yang dihasilkan dari polimerisasinya. Keduanya merupakan polimer kondensasi, dimana produk sampingan dari reaksi polimerisasinya adalah alkohol dan udara. 3,5 Hasilnya,

24 10 penguapan dari bahan yang sudah mengeras akan meyebabkan kontraksi dimensi pada keduanya Silikon Adisi Silikon adisi sering disebut polivinil siloksan atau bahan cetak vinil polisiloksan. 3,5 Silikon adisi ini didasari dengan polimerisasi adisi antara divinylpolysiloxane and polymethylhydrosiloxane dengan garam platinum sebagai katalis. Pasta base mengandung polymethylhydrosiloxane dan divinylpolysiloxane. Pasta katalis atau akselerator mengandung divinylpolysiloxane dan garam platinum. Garam platinum dan polymethylhydrosiloxane dipisahkan sebelum diaduk. Kedua pasta sama-sama mengandung bahan pengisi. 5 Tidak terdapat bahan yang mudah menguap sebagai produk sisa yang dapat menimbulkan perubahan dimensional; dengan demikian bahan cetak ini akurat dan stabil. 5,18 Salah satu kelemahan dari bahan cetak silikon adalah hidrofobik. Adanya distorsi atau hilangnya detail pada tepi cetakan mungkin disebabkan oleh tidak disadarinya kelembaban daerah yang akan dicetak. Kontaminasi sulfur dari sarung tangan lateks juga menghambat setting bahan cetak silikon adisi. 3,5 Salah satu sifat dari bahan cetak adisi adalah viskositas. Semakin banyak filler, semakin tinggi viskositas. Bahan cetak silikon adisi tersedia dalam berbagai viskositas: 19,20 1. Light-body (wash): bahan cetak light-body dapat mencetak dengan sangat akurat bagian permukaan dari gigi yang dipreparasi 2. Medium-body (monophase): bahan cetak medium-body memiliki viskositas yang cukup untuk mencegah kelebihan bahan jika diletakkan pada sendok cetak 3. Heavy-body: bahan heavy-body dapat digunakan untuk mendukung bahan light-body dalam pencetakan mahkota dan jembatan. 4. Putty: bahan putty juga dapat digunakan untuk mendukung bahan lightbody dan tersedia dalam bentuk soft dan hard.

25 11 Perbandingan sifat bahan cetak elastomer dapat dilihat pada tabel Tabel 1. Perbandingan Sifat-Sifat (Kualitatif) dari Bahan Cetak Elastomer Sifat Polisulfid Silikon Kondensasi Silikon Adisi Polieter Viskositas Tersedia dalam 3 viskositas (tidak ada putty) Tersedia dalam 4 viskositas termasuk putty Tersedia dalam 4 viskositas termasuk putty Tersedia dalam satu viskositas (regular)+ diluent+putty Ketahanan Robekan Elastisitas Akurasi Adekuat Adekuat Adekuat Adekuat Bahan Sangat Baik Sangat Baik Adekuat viskoelastis Baik dengan Bisa diterima Baik dengan Baik dengan sendok cetak dengan sendok sendok cetak sendok cetak khusus cetak jadi jadi khusus* Stabilitas Adekuat, tetapi Model harus Sangat baik Sangat baik Dimensi pengisian dituang pada kondisi sebaiknya secepat kelembaban tidak ditunda mungkin rendah Keterangan: *Dapat memberikan akurasi yang baik dengan sendok cetak pabrik (dengan hati-hati) Beberapa pabrik merekomendasikan penundaan sebentar saat menuang model untuk bahan ini, untuk membiarkan pemulihan elastis terjadi atau untuk membiarkan produk gas keluar yang dapat menyebabkan lubang pada permukaan model

26 Teknik Pencetakan Teknik Putty/wash One-Step Teknik pencetakan putty/wash one-step adalah pencetakan dengan bahan cetak putty dan bahan wash diaduk secara bersamaan Bahan putty dimasukkan ke dalam sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan diletakkan di gigi penyangga. Operator memposisikan bahan cetak wash dengan menggunakan siring di sekitar preparasi/gigi sedangkan asistennya meletakkan material yang lebih berat atau padat ke dalam sendok cetak. Sendok cetak yang telah diisi kemudian diinsersikan ke dalam mulut dan kedua viskositas material bercampur bersama dan mengeras. 19 Hal yang sering terjadi pada teknik putty/wash one-step adalah bahan putty cenderung mendorong bahan wash dari gigi yang sudah dipreparasi (Gambar 1). Bahan wash akan berakhir di sulkus lingual atau bukal dan daerah-daerah penting seperti bagian pinggir dari gigi yang dipreparasi dapat tercetak dengan bahan putty yang tidak dapat mencetak detail sebaik bahan wash. Permasalahan untuk teknik ini adalah saat bahan wash berada di gigi yang dipreparasi, bahan putty harus diletakkan ke posisinya. Pada fase ini, pasien dapat mendekatkan lidah mereka ke gigi dan memindahkan bahan wash dari gigi. 21 Pada teknik putty/wash one-step, keuntungannya adalah waktu kerja dapat dikurangi dan menghemat bahan cetak. 8,21 Kerugiannya adalah ketebalan bahan wash cenderung tidak terkontrol yang dapat menghasilkan perubahan dimensi. 9 Gambar 1. Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step: Bahan putty mendorong bahan wash pada daerah yang dipreparasi termasuk daerah penting seperti akhiran servikal 21

27 Teknik Putty/wash Two-Step Teknik pencetakan putty/wash two-step adalah pencetakan dengan bahan putty dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan kembali. Detail dari gigi yang dipreparasi hanya dicetak dengan bahan wash. 7 Pada teknik putty/wash two-step, bahan dengan viskositas tinggi digunakan untuk pencetakan awal, kemudian pada pencetakan akhir menggunakan bahan dengan viskositas yang lebih rendah. 8 Bahan cetak wash baru digunakan setelah bahan putty sudah setting dan berkontraksi sehingga dapat bertindak sebagai sendok cetak buatan. Bahan wash yang terkontrol akan mengimbangi kontraksi ini dengan perubahan dimensi yang minimal. 10 Keuntungan dari teknik ini adalah dapat memberikan akurasi yang baik dan detail yang didapatkan baik. Kerugian dari teknik ini adalah lebih banyak waktu kerja yang dibutuhkan dan lebih banyak bahan cetak yang digunakan. 8,21 Teknik ini putty/wash two-step dapat dibedakan menjadi dua 22 : 1. Teknik two-step unspaced: mencetak dengan menggunakan bahan putty terlebih dahulu dan melapisnya dengan selapis tipis bahan wash setelah setting Teknik two-step spaced: hampir sama dengan teknik two-step unspaced hanya saja sebuah space dibuat untuk bahan wash. Pertama bahan putty dimasukkan ke dalam mulut dengan selapis spacer pada permukaan putty. 21 Spacer yang dapat digunakan polyethylene spacer, prefabricated stainless steel coping, atau mengerok putty dan menyediakan tempat untuk bahan wash. 10,22,23 Bahan putty segera diangkat dan dibiarkan setting diluar mulut. Ketika sudah berpolimerisasi, spacer dilepaskan sebelum mencetak dengan menggunakan bahan wash yang diletakkan di gigi dan di bahan putty tadi. Bahan wash yang digunakan akan lebih banyak pada metode ini tetapi semua gigi akan tercetak dengan detail yang baik (Gambar 2). 21 Hasil penelitian Nissan dkk (2002) menunjukkan teknik putty/wash 2-step dengan ketebalan koping 1 dan 2 mm lebih menghasilkan model yang akurat dibandingkan menggunakan koping dengan ketebalan 3 mm. 24

28 14 Gambar 2. Pencetakan dengan teknik putty/wash twostep Kualitas cetakan Kriteria Kualitas cetakan memiliki beberapa kriteria seperti, merekam detail penting, daya alir dari bahan cetak, ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal, ada atau tidaknya gelembung udara. 6,11 1. Merekam Detail Penting Tes reproduksi permukaan adalah bagian dari standar untuk bahan cetak elastomer. Ada sedikit keraguan bahwa bahan elastomer dapat mencetak detail dengan baik. Ketika dental stone dituang pada permukaan dari hasil cetakan penelitian, detail yang baik tidak selalu direproduksi. Hal ini karena bahan cetak dengan bahan elastomer dapat mereproduksi detail dengan lebih akurat daripada yang dapat dipindahkan ke model kerja yang mungkin tidak memiliki kekakuratan seperti itu. Ada kemungkinan bahwa detail cetakan yang diproduksi dari bahan cetak elastomer dalam penelitian in vitro akan lebih baik daripada di rongga mulut karena adanya sifat hidrofobik pada bahan elastomer. 5

29 15 2. Daya Alir dari Bahan Cetak Bahan yang memiliki viskositas tinggi dan aliran yang berkurang, dapat membuat injeksi ke preparasi lebih sulit untuk dikontrol. 12 Bahan yang cair dapat menghasilkan reproduksi yang baik dari preparasi akhiran servikal dan margin subgingiva Ada atau Tidaknya Robek pada Akhiran servikal Teknik dengan hanya mengisi sendok cetak tanpa menggunakan siring kecil untuk meletakkan bahan cetak pada margin yang dipreparasi dapat menyebabkan lubang atau terbentuknya robekan Ada atau Tidaknya Gelembung Udara Gelembung udara pada cetakan terbentuk karena hasil dari pengadukan, pengisian sendok cetak, proses siring. 22 Pengadukan bahan cetak dengan tangan dapat dilakukan dengan cara meletaakkan kedua pasta (base dan katalis) dengan panjang yang sama, diratakan melebar diatas glass lab lalu diaduk dengan gerakan melipat ke depan dan ke belakang hingga homogen. 5 Pengadukan menggunakan siring mengurangi gelembung udara dibandingkan dengan pengadukan dengan spatula tapi tidak menjamin sepenuhnya. Udara bisa terjebak pada sulkus gingiva saat ujung siring mengelilingi gigi dan cara yang baik adalah untuk menjaga ujung siring didalam material yang dikeluarkan selama proses siring. 22 Gelembung udara dapat disebabkan juga karena polimerisasi yang terlalu cepat yang mencegah mengalirnya bahan dan adanya udara saat pengadukan Faktor yang Memengaruhi Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas cetakan adalah desain preparasi gigi, penanganan jaringan lunak, pemilihan sendok cetak, bahan cetak, teknik pencetakan, ketebalan bahan. 7,9,13 1. Desain Preparasi Gigi Memperhatikan semua detail merupakan hal yang sangat penting saat preparasi gigi. Preparasi yang baik akan memastikan teknik selanjutnya seperti gigi

30 16 tiruan sementara, pembuatan cetakan, penuangan cetakan, wax-up coping dapat dicapai Penanganan Jaringan Lunak Pembuangan jaringan biasanya dibutuhkan untuk mendapatkan akses yang adekuat di gigi yang sudah disiapkan untuk mengekspos permukaan yang dibutuhkan, baik yang sudah dipreparasi maupun belum dipreparasi. Hal ini paling efektif dicapai dengan penempatan dari displacement cord (yang dilengkapi dengan bahan kimia). Kadang-kadang jaringan gingiva di eksisi dengan skalpel atau electrosurgery. Kesulitan dengan pembuangan jaringan ini seringnya menghasilkan inflamasi jaringan. Jaringan yang inflamasi dan bengkak lebih mudah berdarah, yang dapat menghalangi akses bahan cetak Pemilihan Sendok Cetak Semua bahan cetak memerlukan retensi pada sendok cetak. Hal ini dapat disediakan untuk irreversible hydrocolloid dengan menggunakan sebuah adhesif atau dengan membuat perforasi atau undercut disekitar pinggir sendok cetak. Bahan cetak elastomer dapat digunakan lebih baik dengan sendok cetak buatan yang pas. Hal ini akan memproduksi cetakan yang akurat. Sendok cetak buatan meningkatkan akurasi dari bahan cetak elastomer karena dengan membatasi volume bahan sehingga mengurangi dua sumber kesalahan: tekanan saat pelepasan dan kontraksi termal Bahan Cetak Bahan cetak yang sudah setting memiliki sifat bisa menjadi kaku (inelastis) atau elastis. Bahan yang kaku sangat resistan terhadap kekuatan fleksural dan bisa patah saat diberikan tekanan seperti kapur. Bahan ini tidak fleksibel dan akan patah jika terjadi deformasi. Bahan cetak inelastis misalnya pasta ZOE, impression plaster, impression compound. Istilah elastis berarti bahan cetak ini fleksibel dan bisa deformasi dan tetap kembali ke bentuk semula ketika tekanan diangkat kembali, misalnya agar, alginat, dan elastomer. 5 Bahan cetak dimasukkan ke dalam mulut dengan viskositas pasta yang memiliki daya alir yang tepat. Viskositas dan daya alir dari komponen yang belum diaduk juga penting dalam hal pengadukan, terperangkapnya gelembung udara saat

31 17 pengadukan dan kecenderungan udara yang terperangkap untuk keluar sebelum cetakan dibuat. Idealnya, bahan cetak dapat mengalir dengan bebas dan membasahi jaringan dan kemudian tidak dapat tergeser pada daerah permukaan yang diinginkan. 5 Hasil penelitian Faria dkk (2007) menyimpulkan bahwa bahan cetak dan teknik pencetakan yang berbeda memengaruhi akurasi model stone dimana polieter, polisulfid, dan silikon adisi (mengikuti teknik single-phase) lebih akurat daripada bahan yang lain (alginat dan silikon kondensasi) Teknik Pencetakan Ada beberapa teknik pencetakan yang digunakan dengan memakai bahan cetak elastomer dengan masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknik putty-wash dilaporkan dapat mengeliminasi penggunaan sendok cetak buatan. Beberapa peneliti meyakini bahwa teknik putty/wash two-step lebih superior karena ia dapat meminimalisasi produk sisa alkohol, mengeliminasi penyusutan akibat polimerisasi dari cetakan pertama (putty) sehingga dapat menjaga stabilitas dimensi dari cetakan. 11 Penelitian oleh Bansal (2010) menunjukkan bahwa teknik pencetakan yang digunakan (monophase dan putty/wash) yang digunakan untuk membuat cetakan akhir tidak memengaruhi akurasi dimensi dan stabilitas. 25 Pada teknik putty/wash two-step, setelah bahan putty sudah setting, kontraksi pada bahan cetak wash akan mengakibatkan perubahan dimensi yang minimal. 10 Teknik putty/wash one-step dicela karena ketebalan bahan cetak wash yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan perubahan dimensi. Bahan putty pada teknik putty/wash one-step juga cenderung mendorong bahan cetak wash dari gigi yang dipreparasi dan dari daerah-daerah yang penting seperti garis akhir, yang dapat tertutup oleh bahan putty yang tidak dapat merekam detail dengan memuaskan. Kerugian terhadap teknik putty/wash two-step dimana sebagian bahan cetak wash dapat menyebar ke daerah permukaan oklusal saat bahan putty diletakkan kembali atau bisa memindahkan bahan cetak putty saat bahan wash dimasukkan; hal ini dapat menghasilkan distorsi yang mengurangi akurasi dimensi.

32 18 6. Ketebalan Bahan Ketebalan bahan wash merupakan faktor penting yang memengaruhi akurasi dari bahan cetak elastomer. 10,24 Bahan cetak wash yang terkontrol dapat mengimbangi kontraksi dengan perubahan yang minimal. Pada bahan cetak wash yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perbedaan kontraksi yang menghasilkan perubahan dimensi Cacat Permukaan Pencetakan gigi memiliki potensi terjadinya lubang dan robekan, yang dapat memengaruhi pembuatan restorasi indirek dengan tepat. Bahan cetak polyvinyl siloxane (PVS) dikenalkan pada tahun 1970-an dan sejak saat itu bahan ini sudah diterima dan digunakan sebagai bahan cetak untuk membuat gigi tiruan cekat, gigi tiruan lepasan, dan gigi tiruan dukungan implan. PVS dianggap sebagai pencapaian tertinggi dalam hal pencetakan untuk gigi tiruan cekat karena PVS adalah bahan yang paling banyak digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat. 16 Pencetakan yang bebas dari lubang merupakan hal yang penting untuk membuat restorasi yang akurat. Banyak faktor dapat memengaruhi masuknya gelembung udara pada pencetakan, khususnya teknik dan kemampuan dari operator. 12 Banyak teknik sudah dideskripsikan di literatur tetapi jumlah penelitian klinis yang mengevaluasi keberhasilan klinis dalam pencetakan cukup terbatas. Demi mendapatkan keberhasilan klinis, penting untuk mengetahui teknik pencetakan dengan pengadukan secara manual yang menghasilkan cacat yang lebih sedikit. Berdasarkan hasil penelitian oleh Shresta dkk (2015), lubang dan gelembung udara adalah cacat yang paling sering terjadi. 16 Cacat permukaan dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah lubang berukuran kira-kira 2-4 mm dan gelembung udara berukuran kira-kira < 2 mm yang terlihat dengan mata pada jarak kerja sekitar 150 mm dan hanya gelembung udara dan lubang pada permukaan abutment yang dihitung. 9,12 Tipe cacat berdasarkan jumlah pada setiap spesimen diurutkan dengan 9 : 1. tipe 0: tidak ada cacat

33 19 2. tipe 1: 1-2 gelembung udara 3. tipe 2: >2 gelembung udara 4. tipe 3: adanya lubang. Penelitian oleh Caputi dkk (2015) menunjukkan data dari penelitian saat ini mengkonfirmasi hasil yang lebih lanjut dari teknik putty/wash two-step yang dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. Sesuai dengan literatur, kedua teknik yaitu putty/wash one-step dan putty/wash two-step, menunjukkan insidensi yang rendah terjadinya lubang dan gelembung udara. Hal ini dihubungkan dengan tekanan yang diaplikasikan oleh bahan cetak dengan viskositas yang mayor (putty) pada bahan cetak dengan viskositas minor (wash), yang meningkatkan laju alir dan membantu dalam menghasilkan cetakan yang lebih tepat. Hasil penelitian oleh Caputi dkk (2015) tidak ada perbedaan yang siginifikan antara teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step dalam hal jumlah cacat. 9 Penelitian oleh Shresta dkk (2015) menunjukkan teknik putty/wash one-step lebih sedikit terdapat cacat dibandingkan dengan teknik putty/wash two-step. Hal ini dihubungkan dengan gelembung udara pada pencetakan dapat terjadi ketika bahan cetak diaduk dan menyebabkan udara terperangkap, jumlah bahan wash yang lebih sedikit pada teknik putty/wash one-step akan mengecilkan kemungkinan terjadinya cacat tetapi dalam teknik yang menggunakan spacer, operator harus memanipulasi bahan wash dalam jumlah yang lebih banyak yang mungkin menyebabkan terkumpulnya udara dan dapat meningkatkan jumlah cacat Akurasi Dimensi Akurasi dimensi adalah sedikitnya perubahan dimensi saat proses setting dan sesaat setelah bahan cetak dilepaskan dari mulut. 5 Ada dua aspek untuk mengevaluasi akurasi dari bahan cetak. Menurut spesifikasi no.19 American Dental Association, bahan cetak elastomer yang digunakan untuk menghasilkan cetakan yang tepat harus bisa mencetak detail yang baik sampai 25 μm atau lebih kecil. Semua bahan cetak yang tersedia sudah memenuhi spesifikasi ini. Bahan cetak polyvynil siloksan (PVS)

34 20 merupakan bahan yang paling baik dan reversible hydrocolloid adalah yang paling buruk meskipun bahan ini memenuhi batas 25 μm. 14 Aspek yang kedua adalah akurasi dimensi yang dievaluasi dengan mengukur jarak baik antara intraabutment dan interabutment. 14,15 Pengukuran akurasi dimensi dilakukan dengan dua cara yaitu pertama mengukur intrabument yang diukur pada tinggi (titik oklusal ke akhiran servikal) dan diameter (kiri pinggir oklusal abutment ke kanan pinggi oklusal abutment melewati titik tengah abutment); kedua mengukur interabutment yang diukur dari groove (titik tengah) abutment I ke groove abutment II. 7,15 Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada model untuk memastikan keakuratannya. 25 Nilai akurasi dimensi dapat dinyatakan dalam persentase deviasi dan dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu dibagi dengan rata-rata ukuran model induk dan dikali 100%. 7,10,25 Belum ada literatur yang menyepakati alat ukur apa yang digunakan untuk mengevaluasi akurasi dari bahan cetak. Mikroskop dan kaliper dapat digunakan karena alat ukur manual ini mudah digunakan dan tersedia meskipun menghabiskan cukup banyak waktu dan bisa mengalami kesalahan akibat operator yang kelelahan. 26 Penelitian mengenai akurasi dimensi yang dihubungkan dengan bahan cetak dan teknik pencetakan masih menimbulkan kontroversi. 4 Penelitian oleh Caputi S dan Varvara G (2008) menyatakan bahwa teknik putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. 7 Penelitian oleh Nissan dkk (2000) menyatakan putty/wash two-step paling akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat. 10 Hasil penelitian oleh Hendry (2012) menyatakan bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step dimodifikasi. 15 Penelitian Vitti dkk (2013) diperoleh tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-step. Pada penelitian yang lain juga menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan. 4

35 Landasan Teori Kehilangan gigi Sebagian Pembuatan GTC Pembuatan GTSL Pencetakan Fisiologis Kualitas Cetakan Akurasi Dimensi Cacat Permukaan Bahan Cetak Teknik Pencetakan Kriteria Faktor Memengaruhi Polieter Polisulfid Silikon Putty/wash 1-Step Putty/wash 2-Step Merekam detail penting Desain preparasi gigi Silikon Adisi Silikon Kondensasi Daya alir dari bahan cetak Penanganan jaringan lunak Lightbody Mediumbody Heavybody Putty Ada atau tidaknya robek pada akhiran servikal Pemilihan sendok cetak Bahan cetak Ada atau tidaknya gelembung udara Teknik pencetakan Ketebalan bahan

36 Kerangka Konsep Pencetakan Fisiologis Kualitas Cetakan Putty/wash Putty/wash Cacat Permukaan Akurasi Dimensi one-step two-step Jumlah bahan wash yang lebih sedikit pada teknik putty/wash one-step akan mengecilkan kemungkinan terjadinya cacat Gelembung udara dapat terjadi ketika bahan cetak diaduk dan menyebabkan udara terperangkap. Pada teknik putty/wash two-step yang menggunakan spacer, jumlah bahan wash yang harus dimanipulasi lebih banyak udara yang terkumpul lebih banyak meningkatkan jumlah kecacatan. Banyaknya bahan wash yang tidak terkontrol yang mungkin dapat menyebabkan perubahan dimensi Bahan putty dapat mendorong bahan wash dari gigi yang dipreparasi dan daerah-daerah seperti garis akhir dapat tertutupi oleh bahan putty yang tidak dapat mencetak detail dengan baik Sebagian bahan cetak wash dapat menyebar disekitar permukaan oklusal selama penempatan bahan putty Bahan cetak wash dapat memindahkan bahan cetak putty yang sebelumnya sudah ada saat penempatan bahan wash; dapat menghasilkan distorsi yang mengurangi dimensi akurasi

37 Hipotesis Penelitian 1. H0: Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan. Ha: Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan cetakan. 2. H0: Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC. Ha: Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC.

38 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini diperoleh dari pencetakan model induk yang terdiri dari dua mahkota, preparasi abutment yang dibuat berdasarkan spesifikasi ANSI/ADA No.19 dengan tinggi 8,02 mm, diameter 6,33 mm, jarak antara dua mahkota 28,25 mm (Gambar 3). 7,9 Gambar 3. Model stainless steel dengan 2 abutment (1 dan 2), dengan jarak intraabutment (diameter dan tinggi 6,33 mm dan 8,02 mm) dan jarak interabutment (28,25 mm) 7

39 Besar Sampel Penelitian Pada penelitian ini besar sampel diestimasi berdasarkan rumus: (t-1) (r-1) 15 Keterangan: t : jumlah perlakuan r : jumlah ulangan Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok sampel maka t = 2 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : (2 1) (r 1) 15 1 (r -1) 15 r 1 15 r r 16 Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 16 dan jumlah sampel yang akan digunakan untuk diberi perlakuan adalah 30 setiap kelompok, sehingga total sampel adalah 60, yaitu 30 sampel untuk teknik putty/wash one-step dan 30 sampel untuk teknik putty/wash two-step. 3.3 Variabel Penelitian Klasifikasi Variabel Variabel Bebas a. Teknik pencetakan putty/wash one-step b. Teknik pencetakan putty/wash two-step Variabel Terikat a. Cacat permukaan cetakan b. Akurasi dimensi model kerja GTC

40 Variabel Terkendali a. Ukuran model induk b. Waktu pengisian hasil cetakan c. Sendok cetak yang digunakan d. Perbandingan bahan cetak polivinil siloksan base:katalis e. Perbandingan gips dan air f. Waktu melepaskan cetakan Variabel Tidak Terkendali a. Pengadukan bahan wash Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Bebas Variabel Bebas Definisi Operasional Teknik pencetakan Teknik pencetakan putty/wash onestep adalah pencetakan dengan bahan putty/wash onestep putty dan bahan wash diaduk secara bersamaan, kemudian bahan putty dimasukkan ke dalam sendok cetak dan bahan wash diletakkan di gigi penyangga Teknik pencetakan Teknik pencetakan putty/wash twostep adalah pencetakan dengan bahan putty/wash twostep putty dibuat terlebih dahulu dan dilapisi spacer dan dibiarkan setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan kembali Skala Ukur Alat Ukur

41 27 Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terikat Variabel Terikat Definisi Operasional Cacat permukaan Adanya gelembung udara dan/atau lubang pada hasil cetakan yang dapat terlihat dengan mata dengan jarak 150 mm dibantu alat kaca pembesar Akurasi dimensi Akurasi dimensi dievaluasi dengan mengukur jarak intraabutment maupun interabutment pada model kerja Skala Alat Ukur Ukur Ordinal - Rasio Kaliper digital Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Terkendali Variabel Terkendali Definisi Operasional Ukuran model Ukuran model induk sesuai spesifikasi induk ANSI/ADA No.19 ( tinggi 8,02 mm, diameter 6,33 mm, jarak antara dua mahkota 28,25 mm) Waktu pengisian Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi hasil cetakan cetakan dengan gips yaitu segera setelah pencetakan Sendok cetak yang Sendok cetak yang digunakan adalah digunakan sendok cetak fisiologis yang terbuat dari resin akrilik swapolimerisasi Skala Alat Ukur Ukur - Kaliper digital

42 28 Variabel Terkendali Perbandingan bahan cetak polivinil siloksan base:katalis Definisi Operasional Perbandingan bahan cetak putty/wash polivinil siloksan base:katalis dalam penelitian ini adalah 1:1 (sesuai dengan petunjuk pabrik). Skala Alat Ukur Ukur - - Perbandingan gips dan air Waktu Melepaskan Cetakan Perbandingan gips dan air adalah 100 gram gips: 25 ml air (sesuai petunjuk pabrik). Waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan model dari cetakan yaitu 30 menit setelah pengisian (sesuai petunjuk pabrik). - Timbangan digital - Stopwatch Tabel 5. Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali Variabel Tidak Definisi Operasional Terkendali Pengadukan bahan Bahan wash diaduk diatas glass lab wash menggunakan spatula dengan gerakan melipat ke depan dan belakang hingga homogen Skala Alat Ukur Ukur Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pembuatan Model Induk Fakultas Teknik Mesin USU

43 Tempat Pembuatan dan Pengujian Sampel Penelitian Unit Jasa Industri Dental FKG USU Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Bulan Mei Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini (Gambar 4): 1. Model induk 2. Rubber bowl dan spatula 3. Glass plate dan lekron 4. Sendok cetak 5. Stopwatch 6. Timbangan digital 7. Kaliper digital 8. Kaca Pembesar 9. Vibrator A B C Gambar 4. Alat Penelitian: A) Rubber bowl, spatula, glass plate, lekron; (B) kaliper digital, model induk, sendok cetak; (C) kaca pembesar

44 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian (Gambar 5): 1. Bahan cetak polivinil siloksan putty-wash (I-Sil Spident, Korea) 2. Dental Stone Tipe IV (Infinity) 3. Liquid dan Powder resin akrilik swapolimerisasi 3. Air 4. Sellopan strip (spacer) 5. Wax A Gambar 5. Bahan penelitian: (A) Bahan cetak polivinil siloksan putty/wash; (B) Dental Stone Tipe IV B 3.6 Cara Penelitian Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian 1. Persiapkan model induk berbentuk mahkota gigi yang telah dipreparasi dengan ikuran tinggi 8,02 mm, diameter 6,33 mm, dan jarak antara 2 mahkota adalah 28,25 mm. 2. Pembuatan sendok cetak fisiologis yang terbuat dari resin akrilik swapolimerisasi. Tahap-tahapnya: a. Model induk dilapisi selembar wax (± 2mm) menutupi batas tepi model induk yang berfungsi sebagai spacer

45 31 b. Kemudian dibuat stopper pada sisi yang ditentukan dengan ukuran 2 mm x 2 mm dan diatasnya dilapisi dengan resin akrilik c. Kemudian diberi tangkai pada sendok cetak yang terbuat dari kawat dan dilapisi dengan resin akrilik d. Setelah resin akrilik mengeras, sendok cetak dilepaskan dari model induk e. Sendok cetak dihaluskan, dibuang spacer dan dilubangi untuk retensi bahan cetak (Gambar 6) Gambar 6. Sendok cetak fisiologis Pembuatan Sampel Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash One-Step 1. Siapkan model induk dan sendok cetak fisiologis 2. Bahan cetak putty diaduk dengan tangan dan bahan wash diaduk secara bersamaan menggunakan spatula (Gambar 7 dan 8) dan diletakkan pada sendok cetak (Gambar 9). Bahan wash diaduk di atas glass lab dengan gerakan melipat ke depan dan belakang hingga homogen. Gambar 7. Pengadukan putty dengan tangan Gambar 8. Pengadukan bahan wash

46 32 3. Bahan cetak wash yang sudah diaduk diletakkkan disekitar mahkota pada model induk (Gambar 10). Sendok cetak yang sudah diisi bahan cetak putty dan wash dicetakkan pada model induk (Gambar 11) Gambar 9. Bahan putty dan wash diletakkan pada sendok cetak Gambar 10. Bahan wash diletakkan di mahkota model induk Gambar 11. Pencetakan putty dan wash dengan 4. Setelah bahan cetak mengeras, lepaskan cetakan dari model induk dan periksa permukaan hasil cetakan (Gambar 12) untuk menghitung jumlah cacat dengan kaca pembesar.

47 33 Gambar 12. Hasil cetakan dengan teknik putty/wash one-step Gambar 12. Hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step 5. Hasil cetakan segera diisi dengan gips (Infinity) sesuai petunjuk pabrik dengan menggunakan vibrator 6. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik), model gips dilepaskan dari cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 13) 7. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital Gambar 13. Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step

48 Pembuatan Sampel dengan Teknik Putty/wash Two-Step 1. Siapkan model induk dan sendok cetak fisiologis 2. Bahan cetak putty diaduk menggunakan tangan (Gambar 7) dan diletakkan pada sendok cetak, spacer polietilen diletakkan di antara bahan cetak putty dan abutment untuk mendapatkan ruang bagi bahan wash. Kemudian sendok cetak tersebut dicetakkan pada model induk (Gambar 14) Gambar 14. Pencetakan dengan bahan putty dengan spacer polietilen 3. Sendok cetak dilepaskan dari model induk dan biarkan bahan putty berpolimerisasi, setelah itu lembaran spacer polietilen dilepas dari cetakan 4. Bahan wash diaduk diatas glass lab dengan gerakan melipat ke depan dan belakang hingga homogen dan kemudian lakukan pencetakan akhir dengan bahan wash yang ditempatkan pada hasil cetakan bahan cetak putty 5. Setelah bahan cetak wash mengeras, lepaskan cetakan dari model induk dan periksa permukaan hasil cetakan (Gambar 15) untuk menghitung jumlah cacat dengan kaca pembesar. Gambar 15. Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash twostep

49 35 6. Setelah itu hasil cetakan segera diisi dengan gips menggunakan vibrator 7. Setelah 30 menit (sesuai petunjuk pabrik) model gips dilepaskan dari cetakan untuk mendapatkan model kerja (Gambar 16) 8. Kemudian model kerja diukur dengan menggunakan kaliper digital Gambar Model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step Pemeriksaan Cacat Permukaan 1. Hasil cetakan permukaan abutment segera diperiksa setelah selesai dicetak oleh pemeriksa 2. Pemeriksa menghitung jumlah lubang berukuran kira-kira 2-4 mm dan gelembung udara berukuran kira-kira < 2 mm yang terlihat dengan mata dengan jarak sekitar 150 mm untuk seluruh permukaan abutment dibantu dengan kaca pembesar. Hanya cacat permukaan pada daerah abutment yang dihitung. 3. Tipe cacat pada setiap spesimen digolongkan seperti: tipe 0, tidak ada cacat tipe 1, 1-2 gelembung udara

50 36 tipe 2, >2 gelembung udara tipe 3, adanya lubang 3.8 Pengukuran Akurasi Dimensi 1. Sampel diletakkan diatas meja datar dan kemudian diurutkan berdasarkan nomor dan ditandai dengan spidol 2. Pengukuran akurasi dimensi dilakukan sebanyak tiga kali dengan menggunakan kaliper dan dengan mengukur: a. Intrabument: diukur pada mesiodistal (kiri pinggir oklusal abutment ke kanan pinggir oklusal abutment melewati titik tengah abutment) dan oklusogingival (titik oklusal ke akhiran servikal) b. Interabutment: diukur dari groove (titik tengah) abutment I ke groove abutment II rumus: 7, Persentase Akurasi Dimensi Akurasi dimensi dapat diketahui dengan mengukur persentase deviasi dengan Persentase deviasi (%) = X - Y Y X 100% Keterangan: X : Rata-rata dari model kerja Y : Rata-rata dari model induk

51 Kerangka Operasional Penelitian Master Model Pencetakan dengan teknik putty/wash one-step 1.8 Diperoleh hasil cetakan putty/wash one-step sebanyak 30 buah Pemeriksaan Cacat Permukaan hasil cetakan Pengisian cetakan dengan dental stone tipe IV Pencetakan dengan teknik putty/wash two-step dengan lembaran spacer polietilen Diperoleh hasil cetakan putty/wash two-step sebanyak 30 buah Pemeriksaan Cacat Permukaan hasil cetakan Pengisian cetakan dengan dental stone tipe IV Model kerja dengan teknik putty/wash onestep sebanyak 30 buah Model kerja dengan teknik putty/wash twostep sebanyak 30 buah Pengukuran akurasi dimensi model kerja Analisis cacat permukaan hasil cetakan dan akurasi dimensi model kerja

52 Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Uji Chi-square untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dengan bahan polivinil siloksan putty-wash dan digunakan uji non parametrik karena data adalah data ordinal. 2. Analisis univarian untuk mengetahui nilai rerata dan standar deviasi sampel pada teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step. 3. Uji t-tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat.

53 39 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step Jumlah cacat permukaan cetakan putty/wash one-step dan two-step diketahui dengan menghitung jumlah gelembung udara dan lubang pada hasil cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan putty/wash two-step dibantu dengan kaca pembesar. Pada teknik putty/wash one-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 14 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 3; pada teknik putty/wash two-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 17 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 2. Hasil pemeriksaan cacat permukaan dengan teknik putty/wash one-step dan two-step dapat di lihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Jumlah cacat permukaan dengan teknik pencetakan putty/wash one-step Teknik Putty/wash One-Step Sampel A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 Tipe Cacat Permukaan

54 40 Teknik Putty/wash One-Step Sampel A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30 Tipe Cacat Permukaan Jumlah 14** 8 5 3* Keterangan: **: jumlah paling banyak *: jumlah paling sedikit Tabel 7. Jumlah cacat permukaan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step Teknik Putty/wash Two-Step Sampel B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 B18 B19 B20 B21 B22 B23 B24 Tipe Cacat Permukaan

55 41 Teknik Putty/wash One-Step Sampel B25 B26 B27 B28 B29 B30 Tipe Cacat Permukaan Jumlah 17** 8 3 2* Keterangan: **: jumlah paling banyak *: jumlah paling sedikit 4.2 Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash Onestep dan Putty/wash Two-Step Pengukuran model kerja dilakukan menggunakan kaliper digital dan setiap model dihitung sebanyak tiga kali lalu diambil rata-ratanya sebagai ukuran masingmasing model. Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi dari mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%. 7,10 Nilai persentase deviasi dari model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step tersebut kemudian dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179, dilihat dari oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari interabutment adalah 0,387 ± 0,037. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi pada kelompok teknik pencetakan putty/wash one-step dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase deviasi teknik pencetakan one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi 0,5%). 27

56 42 Tabel 8. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step Teknik Putty/wash One- Step Sampel Persentase Deviasi (%) MD OG I A1-0,268-0,174 0,339 A2-0,157-0,374 0,389 A3-0,315-0,498 0,318 A4-0,473-0,498 0,389 A5-0,473-0,249 0,353 A6-0,584-0,374 0,410 A7-0,157-0,498 0,424 A8-0,473-0,548 0,389 A9-0,584-0,548 0,460 A10-0,695-0,498 0,318 A11-0,473-0,623 0,389 A12-0,268-0,498 0,353 A13-0,695-0,548 0,424 A14-0,473-0,623 0,410 A15-0,315-0,548 0,389 A16-0,584-0,249 0,410 A17-0,315-0,374 0,389 A18-0,789-0,623 0,339 A19-0,473-0,498 0,424 A20-0,315-0,710 0,389 A21-0,268-0,374 0,460 A22-0,695-0,710 0,389 A23-0,789-0,623 0,389 A24-0,473-0,174 0,410 A25-0,473-0,498 0,353 A26-0,695-0,374 0,424 A27-0,584-0,548 0,410 A28-0,268-0,374 0,389 A29-0,473-0,498 0,353 A30-0,315-0,249 0,339 X ± SD -0,463 ± 0,179-0,465 ± 0,146 0,387 ± 0,037 Keterangan: - = ukuran model kerja lebih kecil dari model induk + = ukuran model kerja lebih besar dari model induk Akurasi dimensi dari model dapat dihitung dengan persentase deviasi dari mesiodistal, oklusogingival, dan interabutment yang dapat didapat dengan mengurangkan rata-rata dari ukuran model kerja dengan ukuran model induk lalu dibagi dengan ukuran model induk dan dikali 100%. 7,10 Nilai persentase deviasi dari model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step tersebut kemudian dibandingkan dengan model induk. Rerata dan standar deviasi dari persentase deviasi

57 43 pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ± 0,0173, dilihat dari interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Rerata dan standar deviasi perubahan dimensi pada kelompok teknik pencetakan putty/wash two-step dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase perubahan dimensi putty/wash twostep masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi 0,5%). 27 Tabel 9. Rerata dan standar deviasi persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step Teknik Putty/wash Two-Step Sampel Persentase Deviasi (%) MD OG I B1-0,473-0,548 0,233 B2-0,379-0,498 0,247 B3-0,315-0,374 0,283 B4-0,268-0,249 0,283 B5-0,315-0,374 0,318 B6-0,379-0,374 0,318 B7-0,268-0,623 0,283 B8-0,473-0,249 0,247 B9-0,221-0,498 0,212 B10-0,157-0,374 0,329 B11-0,268-0,548 0,283 B12 0,000-0,124 0,247 B13-0,426-0,498 0,353 B14-0,221-0,249 0,233 B15-0,315 0,000 0,283 B16-0,315-0,548 0,329 B17-0,268-0,374 0,283 B18-0,426-0,124 0,247 B19-0,315-0,548 0,233 B20-0,221-0,249 0,318 B21-0,379-0,374 0,283 B22-0,157-0,623 0,283 B23-0,315-0,249 0,318 B24-0,379-0,374 0,233 B25-0,426-0,498 0,283 B26-0,426-0,498 0,212 B27-0,315-0,374 0,353 B28-0,379 0,000 0,329 B29-0,268-0,249 0,247 B30-0,221-0,124 0,283 X ± SD -0,309 ± 0,104-0,359 ± 0,173 0,279 ± 0,040 Keterangan: - = ukuran model kerja lebih kecil dari model induk + = ukuran model kerja lebih besar dari model induk

58 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan Pada teknik putty/wash one-step, kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 14 dengan persentasenya 46,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 5 dengan persentase 16,7%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 3 dengan persentase 10%. Pada teknik putty/wash two-step, pada kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 17 dengan persentasenya 56,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 3 dengan persentase 10%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 2 dengan persentase 6,7%. Jumlah masing-masing tipe cacat yang terdapat pada hasil cetakan dengan teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 10. Pengaruh teknik pencetakan dengan teknik putty/wash one-step dan two-step terhadap cacat permukaan dapat diperoleh dengan analisis secara statistik dengan uji chi-square (Tabel 10). Dari tabel tersebut dapat terlihat hasil dari uji statistik menggunakan uji chi-square didapati p= 0,804 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan. Tabel 10. Pengaruh teknik pencetakan dengan teknik putty/wash one-step dan teknik pencetakan putty wash two-step terhadap cacat permukaan Teknik Pencetakan Tipe Cacat Jumlah (n) Persentase p ,7% Putty/wash One- Step Putty/wash Two- Step Tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) ,7% ,7% % ,7% ,7% ,0% 3 2 6,7% 0,804

59 Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi diperoleh dengan analisis secara statistik dengan uji t tidak berpasangan. Sebelum dilakukan pengujian menggunakan uji t tidak berpasangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data pada teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step adalah normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,939 dengan tingkat signifikansi p= 0,084 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,934 dengan tingkat signifikansi p= 0,063 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,940 dengan tingkat signifikansi p= 0,092 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash one-step yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,941 dengan tingkat signifikansi p= 0,098 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,935 dengan tingkat signifikansi p= 0,065 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,933 dengan tingkat signifikansi p= 0,059 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash two-step yang diperoleh normal. Setelah dilakukan pengujian dengan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data yang diperoleh adalah normal, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari mesiodistal menunjukkan nilai 0,952 dengan tingkat signifikansi p = 0,158 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival menunjukkan nilai 0,725 dengan tingkat signifikansi p= 0,398 (p>0,05), dan dilihat dari interabutmet menunjukkan nilai 0,459 dengan tingkat signifikansi p= 0,496 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkaan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap model kerja gigi tiruan cekat. Hasil dari uji statistik tersebut menunjukkan pengaruh teknik putty/wash onestep dan teknik putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi berdasarkan mesiodistal p= 0,010 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara akurasi dimensi

60 46 teknik putty/wash one-step dengan teknik putty/wash two-step. Akurasi dimensi berdasarkan oklusogingival p= 0,013 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara akurasi dimensi teknik putty/wash one-step dengan teknik putty/wash two-step. Akurasi dimensi berdasarkan interabutment p= 0,010 (p<0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara akurasi dimensi teknik putty/wash one-step dengan teknik putty/wash two-step (Tabel 11). Persentase deviasi dimensi dibandingkan dengan model induk dilihat dari mesiodistal, oklusongingival, dan interabutment dari teknik pencetakan putty/wash one-step adalah -0,463%, -0,465%, dan 0,387%; dan dari teknik pencetakan putty/wash two-step -0,309%, -0,359%, dan 0,279% dan berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase perubahan dimensi kedua model masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi 0,5%). 27 Tabel 11. Pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan teknik pencetakan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat Akurasi Dimensi Jarak Jumlah X % Deviasi Teknik (n) ±SD Putty/wash one-step 30-0,463 ± 0,179 Mesiodistal Putty/wash two-step 30-0,309 ± 0,104 Putty/wash one-step 30-0,465 ± 0,146 Oklusogingival Putty/wash two-step 30-0,359 ± 0,173 Putty/wash one-step 30 0,387 ± 0,037 Interabutment Putty/wash two-step 30 0,279 ± 0,040 *Ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) p 0,001* 0,013* 0,001*

61 47 BAB 5 PEMBAHASAN Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Dalam penelitian eksperimental laboratoris, peneliti melakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dan akurasi dimensi model kerja gigi tiruan cekat. 5.1 Jumlah Cacat Permukaan Cetakan dengan Teknik Pencetakan Putty/wash One-step dan Putty/wash Two-step Pada Tabel 6 dan 7 terlihat hasil pemeriksaan permukaan cetakan dengan teknik putty/wash one-step yang didapati jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 14 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 3; pada teknik putty/wash two-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dengan jumlah 17 dan jumlah tipe yang paling sedikit adalah tipe 3 dengan jumlah 2. Pada kedua teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step, tipe cacat yang terjadi paling banyak adalah tipe 0 dan yang paling sedikit adalah tipe 3. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Caputi dkk (2015) yang menunjukkan pada teknik putty/wash one-step dan two-step, jumlah tipe cacat yang paling banyak adalah tipe 0 dan paling sedikit tipe 3. Hasil penelitian Samet (2005) juga menunjukkan bahwa dari 193 sampel dengan teknik pencetakan dan bahan cetak yang berbeda menunjukkan beberapa kesalahan yang banyak terjadi pada hasil cetakan adalah adanya lubang atau robekan pada akhiran servikal sebanyak 50,7% dan adanya gelembung udara pada akhiran servikal sebanyak 40,4%. 6 Kemungkinan terjadinya gelembung udara pada penelitian ini mungkin karena digunakannya pengadukan elastomer secara manual yaitu pada saat operator mengaduk bahan wash, jika gerakan yang dilakukan kurang

62 48 tepat maka udara yang seharusnya tidak ada dapat terjebak sehingga membentuk gelembung udara atau bahkan lubang pada hasil cetakan. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah saat peletakan bahan wash, udara dapat terjebak pada abutment gigi yang akan dicetak, menyebabkan terbentuknya gelembung udara atau lubang pada hasil cetakan. Penelitian Shresta dkk (2015) menyatakan bahwa lubang dan gelembung udara adalah cacat yang paling sering terjadi (59% dan 30% pada masingmasing kategori cacat) pada pengadukan elastomer manual. Penggunaan alat automixing dapat meminimalisir terbentuknya gelembung udara daripada pengadukan secara manual. 16 Gelembung udara juga dapat terbentuk karena tekanan yang berlebihan saat mencetak. 4 Cacat permukaan yang terdapat pada hasil cetakan mungkin juga dapat disebabkan karena kesalahan manipulasi pencetakan saat meletakkan pada gigi yang dipreparasi atau terlalu cepat mengangkat cetakan dari mulut Nilai Akurasi Dimensi Model Kerja dengan Teknik Putty/wash Onestep dan Putty/wash Two-Step Pada Tabel 8 dan 9 terlihat rerata dan standar deviasi dari hasil pengukuran akurasi dimensi dalam bentuk persentase deviasi. Persentase deviasi dapat dihitung dengan mengurangkan ukuran model kerja dengan ukuran model induk dibagi ukuran model induk dan dikali 100%. 7,10 Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179, dilihat dari oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146, dilihat dari interabutment adalah 0,387 ± 0,037. Nilai dari persentase deviasi dari teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,014, dilihat dari oklusogingival adalah -0,359 ± 0,0173, dilihat dari interabutment adalah 0,279 ± 0,040. Berdasarkan spesifikasi ADA no.19, persentase deviasi model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash one-step masih dalam batas yang dapat ditolerir (perubahan dimensi 0,5%). 27

63 49 Pada Tabel 11 terlihat hasil pengukuran dimensi model kerja dibandingkan dengan model induk yang menunjukkan nilai adanya pengurangan ukuran dimensi pada aspek mesiodistal yaitu -0, 463% pada teknik putty/wash one-step dan -0,309% pada teknik putty/wash two-step dan aspek oklusogingival yaitu -0,465 pada teknik putty/wash one-step dan -0,359 pada teknik putty/wash two-step yang memiliki arti bahwa ukuran model kerja yang diukur lebih kecil dari model induk sehingga dimensinya berkurang. Pada aspek interabutment, terdapat penambahan ukuran pada dimensi yang ditunjukkan dengan nilai 0,387% pada teknik putty/wash one-step dan 0,279% pada teknik putty/wash two-step yang berarti ukuran model kerja yang diukur lebih besar dibandingkan model induk sehingga dimensinya bertambah. Hal ini sesuai dengan penelitian Nissan dkk (2000) yang menunjukkan bahwa pada penelitiannya dimensi vertikal (intraabutment) dari model kerja mengalami pengurangan namun bagian dimensi horizontal mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya kontraksi dari bahan cetak ke dinding sendok cetak, membuat model kerja melebar pada aspek horizontal dan memendek pada aspek vertikalnya. Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena kontraksi ke dinding cetak bisa menyebabkan terjadinya pengerutan sehingga model kerja yang diperoleh akan memiliki abutment yang memendek (aspek oklusogingival) dan mengecil (aspek mesiodistal) dibandingkan model induknya. Abutment yang memendek dan mengecil dapat mengakibatkan jarak interabutment semakin besar. 10 Selain itu pada dental stone terjadi setting ekspansi yang dapat dilihat saat proses perubahan dari hemihidrat menjadi dihidrat. Kristalisasi dari dihidrat dapat digambarkan dengan pertumbuhan yang berlebihan kristal-kristal dari nukleus kristalisasi. Kristal yang tumbuh dari nukleus dapat mengikat atau menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama proses pertumbuhan, tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model. 5 Kemungkinan mengecilnya model kerja pada aspek mesiodistal dan oklusogingival bila dibandingkan model induk disebabkan pengerutan yang terjadi pada bahan cetak elastomer tidak diimbangi dengan setting ekspansi dari dental stone sehingga menyebabkan model kerja lebih kecil dari model induk. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Caputi S dan Varvaera

64 50 G (2007) yang menyatakan bahwa dimensi model kerja pada ketiga teknik (putty/wash one-step, putty/wash two-step, dan putty/wash two-step modifikasi) menunjukkan dimensi yang lebih besar dari model induk yang disebabkan oleh ekspansi dari dental stone Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Cacat Permukaan Cetakan Pada Tabel 10 terlihat persentase dari jumlah tipe cacat dari masing-masing teknik pencetakan. Tipe cacat yang didapati pada teknik putty/wash one-step, pada kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 14 dengan persentasenya 46,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 5 dengan persentase 16,7%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 3 dengan persentase 10%. Pada teknik putty/wash two-step, pada kategori tipe cacat 0 (tidak ada cacat) didapati cacat berjumlah 17 dengan persentasenya 56,7%; tipe cacat 1 (1-2 gelembung udara) berjumlah 8 dengan persentase 26,7%; tipe cacat 2 (>2 gelembung udara) berjumlah 3 dengan persentase 10%; dan tipe cacat 3 (adanya lubang) berjumlah 2 dengan persentase 6,7%. Pada Tabel 10 memperlihatkan hasil statistik uji Chi-Square yang menunjukkan p=0,804 (p>0,05), artinya tidak ada perbedaan antara kedua teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Caputi dkk (2015) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kedua teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step pada jumlah cacat pada hasil cetakan. Sesuai dengan literatur, kedua teknik yaitu putty/wash one-step dan putty/wash twostep, menunjukkan insidensi yang rendah terjadinya lubang dan gelembung udara. Hal ini dihubungkan dengan tekanan yang diaplikasikan oleh bahan cetak dengan viskositas mayor (putty) pada bahan cetak dengan viskositas minor (wash), yang meningkatkan laju alir dan membantu dalam menghasilkan cetakan dengan detail

65 51 yang lebih tepat. 9 Tidak terdapatnya perbedaan antara kedua teknik ini kemungkinan dikarenakan bahan cetak yang digunakan pada kedua teknik adalah sama-sama bahan putty dan bahan wash. Pada bahan cetak yang memiliki viskositas yang tinggi dan daya alir yang rendah seperti monophase akan mengakibatkan injeksi ke gigi yang dipreparasi akan lebih sulit dikontrol dan pengisian bahan monophase dalam jumlah besar dapat mengakibatkan peletakan dari bahan cetak kurang tepat dan udara dapat terjebak. 6,12 Kemungkinan hal-hal diatas tidak terjadi pada penelitian ini karena pada penelitian ini kedua teknik pencetakan putty/wash yang diteliti menggunakan dua jenis bahan yang sama yaitu putty dan wash, dan bahan wash memiliki daya alir yang lebih tinggi sehingga memiliki kemungkinan untuk mereproduksi permukaan cetakan dengan lebih baik. 9 Menurut hasil penelitian Samet dkk (2005) menyatakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara tipe bahan cetak dengan lubang dan robekan pada akhiran servikal, sehingga cacat permukaan cetakan mungkin lebih dipengaruhi dari bahan cetak daripada teknik pencetakan. 6 Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Shresta (2015) yang menyatakan bahwa teknik putty/wash one-step memiliki jumlah cacat permukaan lebih sedikit dari teknik putty/wash two-step Pengaruh Teknik Pencetakan Putty/Wash One-Step dan Putty/Wash Two-Step terhadap Akurasi Dimensi pada Model Kerja Gigi Tiruan Cekat Sebelum dilakukan pengujian menggunakan uji t tidak berpasangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data pada teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step adalah normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,939 dengan tingkat signifikansi p= 0,084 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,934 dengan tingkat signifikansi p= 0,063 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,940 dengan tingkat signifikansi p= 0,092 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash one-step yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas model kerja dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal diperoleh nilai 0,941

66 52 dengan tingkat signifikansi p= 0,098 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival diperoleh nilai 0,935 dengan tingkat signifikansi p= 0,065 (p>0,05), dan dilihat dari interabutment diperoleh nilai 0,933 dengan tingkat signifikansi p= 0,059 (p>0,05), hal ini berarti data teknik pencetakan putty/wash two-step yang diperoleh normal. Setelah dilakukan pengujian dengan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data yang diperoleh adalah normal, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari mesiodistal menunjukkan nilai 0,952 dengan tingkat signifikansi p = 0,158 (p>0,05), dilihat dari oklusogingival menunjukkan nilai 0,725 dengan tingkat signifikansi p= 0,398 (p>0,05), dan dilihat dari interabutmet menunjukkan nilai 0,459 dengan tingkat signifikansi p= 0,496 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkaan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, dilakukan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan two-step terhadap model kerja gigi tiruan cekat. Setelah dilakukan uji t tidak berpasangan (Tabel 11) didapati pada kedua teknik dari aspek mesiodistal dan interabutment menunjukkan p=0,001 (p<0,05) dan pada aspek oklusogingival menunjukkan p=0,013 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara teknik putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi model kerja. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi model kerja. Dari Tabel 11 dapat terlihat bahwa pengurangan dimensi pada aspek mesiodistal dan oklusogingival juga penambahan dimensi pada aspek interabutment pada teknik putty/wash one-step lebih besar dibandingkan dengan teknik putty/wash two-step jika dilihat dari nilai persentase deviasinya, sehingga kemungkinan teknik putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step meskipun hasil dari perubahan dimensi dari masing-masing teknik pencetakan yang beragam mulai dari -0,465% sampai 0,279% masih di dalam batas yang dapat ditolerir menurut ketentuan dari ADA no.19 (perubahan dimensi 0,5%). 25,27 Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang mungkin dapat terjadi karena pada teknik putty/wash one-step, bahan putty cenderung mendorong wash dari gigi yang dipreparasi, sehingga daerah-daerah yang penting seperti akhiran servikal, dapat

67 53 tertutupi oleh bahan putty yang tidak bisa mencetak detail dengan baik, sehingga akurasi dari hasil cetakan berkurang. 7 Pada teknik putty/wash one-step bahan wash yang berlebihan dan sulit dikontrol dapat menghasilkan perubahan dimensi, karena teknik ini dapat menyebabkan pengerutan terus menerus yang dapat terjadi pada bahan yang memiliki viskositas berbeda. 4,9 Kesulitan lainnya pada teknik putty/wash one-step adalah ketika bahan wash sudah diletakkan pada gigi yang dipreparasi, bahan putty harus diposisikan kembali ke dalam rongga mulut. Pada fase ini, lidah pasien dapat memindahkan bahan wash dari gigi, sehingga keakuratan dari cetakan dapat berkurang. 7 Pada teknik putty/wash two-step, bahan cetak wash dimasukkan setelah bahan putty sudah setting dan bisa berperan sebagai sendok cetak sehingga dapat menghindari terjadinya pengerutan yang berlangsung secara bersamaan seperti teknik putty/wash one-step yang dapat memungkinkan hasil cetakan putty/wash twostep lebih akurat daripada putty/wash two-step. Ketebalan bahan wash yang terkontrol akan mengkompensasi kontraksi dengan perubahan dimensi yang sedikit. 4,10 Hasil penelitian yang menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua teknik ini mungkin disebabkan karena pada teknik putty/wash one-step ketebalan bahan wash cenderung tidak terkontrol karena pada teknik ini bahan putty dan bahan wash diaduk dan dimasukkan pada waktu yang bersamaan, sehingga kemungkinan jumlah bahan cetak yang digunakan tidak bisa dikontrol, berbeda dengan teknik putty/wash twostep yang sebelumnya diberikan spacer sehingga setelah bahan putty sudah setting, bahan wash dimasukkan untuk mengisi spacer yang sudah dilepas, sehingga kemungkinan bahan wash dapat dikontrol. Dari hasil penelitian di atas diketahui nilai persentase deviasi teknik putty/wash two-step lebih kecil dibandingkan teknik putty/wash one-step sehingga kemungkinan teknik putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step. Hal ini sesuai dengan penelitian penelitian Caputi S dan Varvaera G (2007) yang menyatakan bahwa teknik putty/wash two-step lebih akurat dibandingkan dengan teknik putty/wash one-step 7, dan penelitian oleh Nissan dkk (2000) yang menyatakan putty/wash two-step paling akurat untuk membuat model dan menghasilkan cetakan yang tepat. 10 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian oleh Hendry (2012) yang menyatakan

68 54 bahwa teknik pencetakan putty/wash one-step merupakan teknik yang paling akurat karena mempunyai selisih jarak intraabutment dan interabutment yang paling kecil dibandingkan dengan teknik pencetakan putty/wash two-step dan putty/wash two-step dimodifikasi. 15 Hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian Vitti dkk (2013) yang menyatakan tidak ada perbedaan diantara teknik monophase, one-step dan two-step pada penelitian ini, juga di penelitian yang lain yang menunjukkan perubahan akurasi dimensi tidak dipengaruhi oleh teknik pencetakan. 4 Kelemahan pada penelitian ini adalah peneliti melepaskan hasil cetakan dari sendok cetak saat proses pengisian dengan dental stone dan juga penggunaan spacer polietilen yang tidak sesuai standar sehingga menyebabkan nilai dari akurasi dimensi model kerja yang dihasilkan tidak terlalu akurat. Kelemahan lain pada penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk memeriksa cacat permukaan dan akurasi dimensi adalah kaca pembesar dan kaliper digital yang memiliki kemungkinan human error yang cukup besar saat operator lelah sehingga dapat disarankan menggunakan alat yang lain seperti menggunakan 3D scanner laser untuk menghitung akurasi dimensi dengan lebih akurat. Kelemahan lainnya adalah penelitian ini juga dilakukan di model induk yang terbuat dari stainless steel. Penelitian ini akan memiliki hasil yang berbeda jika dilakukan di dalam rongga mulut yang memiliki jaringan keras, jaringan lunak, saliva, dan cairan sulkular yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

69 55 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah cacat permukaan cetakan dengan teknik pencetakan putty/wash onestep dan putty/wash two-step yang didapatkan yaitu pada teknik putty/wash one-step, jumlah cacat tipe 0 berjumlah 14, tipe 1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 5, dan tipe 3 berjumlah 3. Pada teknik putty/wash two-step, jumlah cacat tipe 0 berjumlah 17, tipe 1 berjumlah 8, tipe 2 berjumlah 3, tipe 3 berjumlah Nilai rerata dan standar deviasi dari model kerja dengan teknik putty/wash one-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,463 ± 0,179; dari pengukuran oklusogingival adalah -0,465 ± 0,146; dari pengukuran interabutment adalah 0,387 ± 0,037. Nilai rerata dan standar deviasi model kerja dengan teknik putty/wash two-step dilihat dari mesiodistal adalah -0,309 ± 0,104; dari pengukuran oklusogingival adalah -0,359 ± 0,173; dari pengukuran interabutment adalah 0,279 ± 0, Tidak ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap cacat permukaan hasil cetakan dilihat dari nilai p=0,804 (p>0,05). 4. Ada pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash twostep terhadap akurasi dimensi pada model kerja GTC dengan nilai p dilihat dari mesiodistal p=0,001 (p<0,05), dilihat dari oklusogingival p=0,013 (p<0,05), dilihat dari interabutment p=0,001 (p<0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara kedua teknik pencetakan dalam hal cacat permukaan namun terdapat pengaruh pada teknik pencetakan terhadap akurasi dimensi, yaitu teknik putty/wash two-step dinilai memiliki nilai akurasi dimensi yang lebih baik dibandingkan teknik putty/wash one-

70 56 step jika dilihat dari persentase deviasinya, sehingga dapat disarankan menggunakan teknik putty/wash two-step untuk mendapatkan cetakan yang baik dan lebih akurat. 6.2 Saran 1. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh teknik pencetakan putty/wash one-step dan putty/wash two-step terhadap akurasi dimensi dengan menggunakan alat lain seperti 3D laser scanner. 2. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan menggunakan alat yang lebih baik seperti pistol pengaduk (mixing gun) ataupun mesin pengaduk agar bahan cetak elastomer dapat diaduk dengan lebih baik untuk mencegah terjadinya kesalahan operator untuk mendapatkan kualitas cetakan yang lebih baik dan tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

71 57 DAFTAR PUSTAKA 1. Jeyapalan V, Krishnan CS. Partial Edentulism and its Correlation to Age, Gender, Socio-economic Status and Incidence of Various Kennedy s Classes A Literature Review. Journal of clinical and diagnostic research: JCDR. 2015;9(6):ZE Rahmayani L, Herwanda H, Idawani M. Perilaku pemakai gigi tiruan terhadap pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan (Denture wearer s behavior towards removable denture cleansing care). Jurnal PDGI. 2013; Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed prosthodontics: 3 rd ed. Missouri: Saunder Elsevier, 2001:2, 166, Vitti RP, Silva MABd, Consani RLX, Sinhoreti MAC. Dimensional accuracy of stone casts made from silicone-based impression materials and three impression techniques. Brazilian dental journal. 2013;24(5): Anusavice KJ. Phillips' science of dental materials: 12 th ed. Missouri: Sander Elsevier, 2013: 55, , Samet N, Shohat M, Livny A, Weiss EI. A clinical evaluation of fixed partial denture impressions. The Journal of prosthetic dentistry. 2005;94(2): Caputi S, Varvara G. Dimensional accuracy of resultant casts made by a monophase, one-step and two-step, and a novel two-step putty/light-body impression technique: an in vitro study. The Journal of prosthetic dentistry. 2008;99(4): Franco EB, da Cunha LF, Herrera FS, Benetti AR. Accuracy of single-step versus 2-step double-mix impression technique. ISRN dentistry. 2011; Varvara G, Murmura G, Sinjari B, Cardelli P, Caputi S. Evaluation of defects in surface detail for monophase, 2-phase, and 3-phase impression techniques: An in vitro study. The Journal of prosthetic dentistry. 2015;113(2): Nissan J, Laufer B-Z, Brosh T, Assif D, Maurice T. Accuracy of three polyvinyl siloxane putty-wash impression techniques. The Journal of prosthetic dentistry. 2000;83(2):161-5.

72 Zu Saifudin ASA, Kamaruddin F, Ab Ghani SM. The quality of working impressions for the fabrication of fixed prosthodontics prostheses (crown and bridgework). European Journal of General Dentistry. 2014;3(2): Millar BJ, Dunne SM, Robinson PB. In vitro study of the number of surface defects in monophase and two-phase addition silicone impressions. The Journal of prosthetic dentistry. 1998;80(1): Faria ACL, Rodrigues RCS, Macedo AP, Mattos MdGCd, Ribeiro RF. Accuracy of stone casts obtained by different impression materials. Brazilian oral research. 2008;22(4): Donovan TE, Chee WW. A review of contemporary impression materials and techniques. Dental Clinics of North America. 2004;48(2): Hendry. Akurasi Dimensi Hasil Cetakan Polyvynil Siloxane dengan Teknik Modifikasi Putty/Wash 2 Tahap. Jakarta: Universitas Indonesia; Shrestha P, Poudel S, Shrestha K. A clinical comparison of polyvinyl siloxane impressions for fixed partial dentures using three different techniques. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2015;3(2): Blarcom C, Clifford W. The glossary of prosthodontic terms. J Prosthet Dent. 2008;94(1): George F. Kantorowicz ea. Inlay, Mahkota, dan Jembatan. Edisi 5. Jakarta: EGC;2014: McCabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9 ed: John Wiley & Sons; 2013: Mandikos MN. Polyvinyl siloxane impression materials: an update on clinical use. Australian dental journal. 1998;43(6): Millar B. How to make a good impression (crown and bridge). British Dental Journal. 2001;191 No. 7: Wassell R, Barker D, Walls A. Crowns and other extra-coronal restorations: impression materials and technique. British dental journal. 2002;192(12):

73 Caimattayompol N, Park D. A modified putty-wash vinyl polysiloxane impression technique for fixed prosthodontics. The Journal of prosthetic dentistry. 2007;98(6): Nissan J, Gross M, Shifman A, Assif D. Effect of wash bulk on the accuracy of polyvinyl siloxane putty wash impressions. Journal of oral rehabilitation. 2002;29(4): Bansal PK. Comparison of dimensional accuracy using two elastomeric impression materials in fixed prosthodontics. Pakistan Oral & Dental Journal. 2010;30(2). 26. Shah S, Sundaram G, Bartlett D, Sherriff M. The use of a 3D laser scanner using superimpositional software to assess the accuracy of impression techniques. Journal of dentistry. 2004;32(8): Saber FS, Abolfazli N, Kohsoltani M. The effect of disinfection by spray atomization on dimensional accuracy of condensation silicone impressions. Journal of Dental research, Dental Clinics, Dental Prospects. 2010;4(4):

74 Lampiran 1

75 Lampiran 2

76 Lampiran 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer

Lebih terperinci

PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS

PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kasus kehilangan gigi karena pencabutan merupakan kasus yang banyak dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan salah satunya

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar). 1 PENCETAKAN Setelah dilakukan perawatan pendahuluan dan luka pencabutan sudah sembuh maka terhadap pasien dapat dilakukan. Sebelumnya terlebih dahulu dijelaskan kepada pasien, bahwa dalam pengambilan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA 1 PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik Kelompok : Manipulasi Material Cetak Elastomer : A10 Tgl. Pratikum : Senin, 27 Maret 2017 Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D Penyusun : 1. Salsalia Siska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya terjadi selama atau setelah pengambilan cetakan. Untuk mendapatkan model restorasi yang

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B. PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASISGIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANASDENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA DENGANDAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

RIFKA FAUZA NIM: SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

RIFKA FAUZA NIM: SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. POLA KEHILANGAN GIGI DAN KEBUTUHAN JENIS GIGITIRUAN MASYARAKAT DESA BINAAN UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Salah satu bahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. Akurasi Dimensi Hasil Cetakan Polyvinyl Siloxane Dengan Teknik Modifikasi Putty/Wash 2 Tahap TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA. Akurasi Dimensi Hasil Cetakan Polyvinyl Siloxane Dengan Teknik Modifikasi Putty/Wash 2 Tahap TESIS UNIVERSITAS INDONESIA Akurasi Dimensi Hasil Cetakan Polyvinyl Siloxane Dengan Teknik Modifikasi Putty/Wash 2 Tahap TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam bidang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM : PERBEDAAN PROPORSI LEBAR GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN KONSEP GOLDEN PROPORTION DAN KONSEP RECURRING ESTHETIC DENTAL (RED) PROPORTION PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2010-2013 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA PASIEN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL 0 PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

VII. TEKNIK PENCETAKAN

VII. TEKNIK PENCETAKAN VII. TEKNIK PENCETAKAN Pencetakan gigi yang telah dipersiapkan dimaksudkan untuk dapat menduplikasi dari keadaan geligi di dalam mulut pasien. Pencetakan diperlukan: sendok cetak bahan cetak bahan pengisi

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 Pengertian Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP KEBERSIHAN GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : RIRI HENY KARNI NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI Oleh: Hemaasvini Chandran 110600190 Dosen Pembimbing: 1. Lasminda Syafiar, drg, Mkes

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok Tgl. Praktikum Pembimbing : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER : A12 : Senin, 1 Mei 2016 : Priyawan Rachmadi,drg.,PhD. Penyusun : No Nama NIM. 1. Lintang

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 1 KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 11 Mei 2015 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes Penyusun : No. Nama NIM 1. M.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan cetak elastomer sering menjadi pilihan dokter gigi ketika melakukan proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi stabilitas

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : CHANDRA PH PANDIANGAN 080600113

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM : HUBUNGAN ANTARA PROPORSI WAJAH EKSTERNAL DAN GIGI INSISIVUS SENTRALIS RAHANG ATAS DENGAN KONSEP GOLDEN PROPORTION PADA MAHASISWA MALAYSIA FKG USU ANGKATAN 2008 2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR POLIMER

MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR POLIMER MATERIAL KEDOKTERAN GIGI YANG MEMPUNYAI BAHAN DASAR POLIMER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : AMIR FAIZAL ISMAIL NIM : 060600152

Lebih terperinci

BAHAN CETAK ELASTOMERIK. Gatot Sutrisno

BAHAN CETAK ELASTOMERIK. Gatot Sutrisno BAHAN CETAK ELASTOMERIK Gatot Sutrisno Plaster Non-elastic Compound Waxes Impression Materials ZnO - Eugenol Aqueous Hydrocolloids Agar (reversible) Alginate (irreversible) Elastic Non-aqueous Elastomers

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM:

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM: PERBEDAAN PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS DENGAN PEMBERIAN NISTATIN DAN MIKONAZOL TOPIKAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat adalah bahan visco-elastis dengan konsistensi seperti karet. Bahan cetak alginat diperkenalkan pada tahun 1940. Sejak tahun itu, dokter gigi sudah mulai menggunakan

Lebih terperinci

RTV SILIKON SEBAGAI BAHAN PROTESA OBTURATOR PALATUM

RTV SILIKON SEBAGAI BAHAN PROTESA OBTURATOR PALATUM RTV SILIKON SEBAGAI BAHAN PROTESA OBTURATOR PALATUM SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: AKILA CHANDRASEGAR NIM: 070600168 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN LEBAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI PADA KASUS NON-EKSTRAKSI MALOKLUSI KLAS I ANGLE DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU

PERUBAHAN LEBAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI PADA KASUS NON-EKSTRAKSI MALOKLUSI KLAS I ANGLE DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU PERUBAHAN LEBAR DAN PANJANG LENGKUNG GIGI PADA KASUS NON-EKSTRAKSI MALOKLUSI KLAS I ANGLE DI KLINIK PPDGS ORTODONTI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI E MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI Disusun oleh: KELOMPOK E (040001500082) IgaEldita (040001500093) Jonathan Morgan (040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL 1 PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : INDAH WATI S. NIM : 060600010 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE IV MODEL KERJA GIGI TIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU

UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak Bahan cetak adalah bahan yang digunakan untuk membuat replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras maupun jaringan lunak rongga mulut. 1 Bahan cetak menghasilkan

Lebih terperinci

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERAWATAN NON-INVASIF HIPERSENSITIVITAS DENTIN DENGAN PRO-ARGIN

PERAWATAN NON-INVASIF HIPERSENSITIVITAS DENTIN DENGAN PRO-ARGIN PERAWATAN NON-INVASIF HIPERSENSITIVITAS DENTIN DENGAN PRO-ARGIN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : NURIA FAZRINA NIM : 070600111

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian tumpatan sementara sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan tumpatan sementara adalah menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi HUBUNGAN ORAL HIGIENE DENGAN PENGALAMAN KARIES MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T DAN SIC (WHO) ANAK USIA 12 TAHUN DI SD SWASTA AL-ULUM MEDAN DAN SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : PHOEBE LEE PEI NIM :

Lebih terperinci

PREPARASI KAVITAS SECARA KIMIA MEKANIS PADA GIGI ANAK

PREPARASI KAVITAS SECARA KIMIA MEKANIS PADA GIGI ANAK PREPARASI KAVITAS SECARA KIMIA MEKANIS PADA GIGI ANAK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ILI NORFATMA BINTI MOHD NIM : 060600173

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK

EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK EFEKTIFITAS BUAH JERUK SIEM MADU DALAM MENGURANGI PEMBENTUKAN PLAK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: SILVIA NIM: 090600139

Lebih terperinci

EFEK GEL EKSTRAK CURCUMA LONGA (KUNYIT) TERHADAP PENYEMBUHAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN TIPE MINOR PADA PASIEN RSGM USU

EFEK GEL EKSTRAK CURCUMA LONGA (KUNYIT) TERHADAP PENYEMBUHAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN TIPE MINOR PADA PASIEN RSGM USU EFEK GEL EKSTRAK CURCUMA LONGA (KUNYIT) TERHADAP PENYEMBUHAN STOMATITIS AFTOSA REKUREN TIPE MINOR PADA PASIEN RSGM USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

APLIKASI PROSEDUR PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PRAKTIK DOKTER GIGI UMUM DI KOTA MEDAN

APLIKASI PROSEDUR PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PRAKTIK DOKTER GIGI UMUM DI KOTA MEDAN APLIKASI PROSEDUR PERAWATAN PROSTODONTIK PADA PRAKTIK DOKTER GIGI UMUM DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: WILDAN HUMAIRAH

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH PENGGUNAAN LIGHT-EMITTING DIODE LIGHT CURING UNIT DAN HALOGEN LIGHT CURING UNIT TERHADAP MICROLEAKAGE DENGAN JARAK PENYINARAN 0 MM DAN 5 MM PADA RESTORASI KLAS V (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIRIH DAN MENYUNTIL DENGAN DERAJAT ATRISI DAN ABRASI GIGI PADA PEREMPUAN PENYIRIH/PENYUNTIL SUKU KARO DI PANCUR BATU

HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIRIH DAN MENYUNTIL DENGAN DERAJAT ATRISI DAN ABRASI GIGI PADA PEREMPUAN PENYIRIH/PENYUNTIL SUKU KARO DI PANCUR BATU HUBUNGAN KEBIASAAN MENYIRIH DAN MENYUNTIL DENGAN DERAJAT ATRISI DAN ABRASI GIGI PADA PEREMPUAN PENYIRIH/PENYUNTIL SUKU KARO DI PANCUR BATU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: Kontrol plak 80 BAB 7 KONTROL PLAK Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk: 1. Menyingkirkan dan mencegah penumpukan plak dan deposit lunak (materi alba dan

Lebih terperinci