PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE"

Transkripsi

1 PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE IV MODEL KERJA GIGI TIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: YOSANNA HAYATI SITORUS NIM: FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Medan, 08 November 2017 Pembimbing : Tanda tangan Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS... NIP

3 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 08 November 2017 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) : 1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS 2. Siti Wahyuni, drg., MDSc 3. Putri Welda Utami Rangkuti, drg., MDSc., Sp.Pros

4 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2017 Yosanna Hayati Sitorus Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang dan Microwave terhadap Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan xiv + 75 halaman Bahan yang umum digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah gips yang berasal dari kalsium sulfat dihidrat murni. Gips tipe IV merupakan gips yang digunakan sebagai bahan model kerja untuk proses pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Model kerja gigi tiruan yang akurat harus memiliki kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yang baik. Waktu yang menjadi pertimbangan dokter gigi dan tekniker dalam hal menunggu pengerasan model kerja sebelum melakukan prosedur laboratoris dapat diatasi dengan metode pengeringan alternatif yaitu pengeringan microwave. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Jenis penelitiaan ini adalah eksperimental laboratoris. Rancangan penelitian adalah post test only control group design. Penelitian ini dilakukan pada sampel bahan model kerja dengan metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan ukuran sampel 20 mm x 40 mm untuk uji kekuatan kompresi dan 20 mm x 30 mm untuk uji perubahan dimensi. Jumlah total sampel sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30 sampel untuk kelompok uji kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk kelompok uji perubahan dimensi. Pengukuran kekuatan kompresi menggunakan alat universal testing machine dan pengukuran perubahan dimensi menggunakan alat kaliper digital. Setiap sampel kemudian dianalisis dengan uji univarian untuk mengetahui nilai rerata

5 dan standar deviasi masing-masing kelompok dan uji ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat perbedaan pengaruh antara masing-masing kelompok. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan pada metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05), metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05), dan metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 10 menit terhadap kekuatan kompresi diperoleh p=0,0001 (p<0,05) dan perubahan dimensi diperoleh p=0,0001 (p<0,05). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dapat menjadi metode pengeringan alternatif dalam hal menunggu pengerasan model kerja, meningkatkan kekuatan kompresi dengan perubahan dimensi yang rendah dibanding dengan kelompok pengeringan yang lain. Daftar rujukan : 36 ( )

6

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi,. Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orangtua tercinta, yaitu ayahanda James Sitorus, S.Pd dan ibunda Rusti Silaban, Am.Keb yang telah membesarkan, selalu mendoakan memberikan kasih sayang, nasehat, semangat, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Penulis juga menyampaikan kepada adik penulis Samuel SM Sitorus, Hari Kristoman Sitorus, dan Rutyani Siahaan yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi,. 3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara sekaligus ketua tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, sekaligus penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi serta arahan kepada penulis selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi ini. iv

8 5. Siti Wahyuni, drg., MDSc dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc., Sp.Pros selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Tun Holida, AmTG selaku tekniker pada Unit Jasa Industri Dental Fakultas Kedokteran Gigi, yang telah membimbing, memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan sampel penelitian kepada penulis. 8. Prana Ugiana Gio, S.Si., M.Si selaku staf pengajar FMIPA Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu dan bimbingan untuk membantu penulis dalam analisis statistik. 9. Teman-teman terdekat seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara terutama Wulandari Gultom, Pratiwi Nababan, Mutiara Tami Panjaitan, Riri Harliani Sihotang serta teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan, perhatian, dukungan dan dorongan, motivasi serta semangat yang telah diberikan kepada penulis sampai penulisan skripsi ini selesai. 10. Sahabat-sahabat terdekat penulis Jesica Sinaga, Risda Sihite, Lisbet Simanjuntak, Simon Eduardo, Reynold Nababan, Junus Nababan dan Rikki Samosir atas segala bantuan, perhatian, dukungan, semangat dan motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. 11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi, : Afrita Rizky, Afrina Fadilla, Ludwika P, Bayu Panca Nugraha, Hafsani Fauzia, Rintan Permata Sari, Naro Manihuruk, Fitra Pratiwi, Ulita Khairunnisa, Jeweena AP, Raudatul Husna, Allya Nurul L, Sri Handayani, Karina Hipatia, Jasspreet Kaur, Dinda Talitha, Uswatun Hasanah, Tasya Estu, Tri Rizky, Hanny Natasya, Hafisafriani, Saima Putri, Yudi Setiawan, Mira Ginta Sembiring. v

9 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, dan bagi kita semua serta masyarakat. Medan, 08 November 2017 Penulis (Yosanna Hayati Sitorus) NIM vi

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iv vii xi xiii xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencetakan Rahang Gips Klasifikasi Impression Plaster (Tipe I) Model Plaster (Tipe II) Dental Stone (Tipe III) Dental Stone, High Strength (Tipe IV) Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V) vii

11 2.2.2 Karakteristik Kekuatan Kompresi Perubahan Dimensi Pembuatan Model Model Studi Model Kerja Metode Pengeringan Model Kerja Metode Pengeringan Temperatur Ruang Metode Pengeringan Microwave Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Besar Sampel Penelitian Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian Klasifikasi Variabel Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Terkendali Defenisi Operasional Tempat dan Waktu penelitian Tempat Pembuatan Sampel Tempat Pengujian Sampel Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian Bahan Penelitian Prosedur Penelitian Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk Mengukur Kekuatan Kompresi Pembuatan Sampel Kelompok A, B dan C untuk Mengukur Perubahan Dimensi Pengujian Kekuatan Kompresi Pengujian Perubahan Dimensi Kerangka Operasional Analisis Data viii

12 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C Selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama ix

13 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan BAB 6 KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

14 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Klasifikasi gips Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave Definisi operasional variabel bebas Definisi operasional variabel terikat Definisi operasional variabel terkendali Nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Uji normalitas data kekuatan kompresi kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan uji Shapiro-Wilk Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji Anova satu arah Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji LSD Nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Uji normalitas data perubahan dimensi kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan uji Shapiro-Wilk xi

15 12 Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji Anova satu arah Perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan menggunakan uji LSD xii

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Frekuensi microwave Prinsip pemanasan microwave Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi Ukuran master mold untuk mengukur perubahan dimensi Master mold pengukuran kekuatan kompresi Ruled block dan gipsum mold pengukuran perubahan dimensi Timbangan digital Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) Microwave (Sharp R-222Y(S)/W)) Universal Testing Machine Kaliper digital (ketelitian 0,01 mm) Gips tipe IV (Glastone 3000) Sampel kekuatan kompresi Sampel penelitian perubahan dimensi Pengujian sampel kekuatan kompresi Pengujian sampel perubahan dimensi xiii

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keterangan Ethical Clearance 2 Surat permohonan izin penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 3 Surat permohonan izin penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU 4 Surat keterangan selesai penelitian di Unit Jasa Industri Dental FKG USU 5 Surat keterangan selesai penelitian di Laboratorium Teknik Mesin USU 6 Hasil uji analisis statistik xiv

18 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap awal perawatan prostodontik dalam bidang kedokteran gigi adalah pencetakan rahang yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak struktur rongga mulut pasien, yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan. 1 Replika tersebut akan menghasilkan model gigi tiruan yang terdiri dari model studi, yaitu reproduksi negatif dari struktur rongga mulut yang dicetak dengan menggunakan bahan cetak elastis seperti alginat atau elastomer dan digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Bahan cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan air sehingga mudah mengalir ke seluruh detail cetakan, dan dibiarkan mengeras yang disebut dengan reproduksi positif sehingga menghasilkan model kerja yang digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan. 2 Salah satu bahan pembuatan model gigi tiruan adalah gips yang merupakan mineral yang berasal dari alam dan mulai digunakan di kedokteran gigi sejak tahun Bahan gips yang digunakan dalam kedokteran gigi berasal dari kalsium sulfat dihidrat murni (CaSO4. 2H2O) yang dipanaskan dengan temperatur yang tinggi sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O. 3,4 Menurut Spesifikasi ADA No.25 terdapat 5 jenis gips yaitu: impression plaster (tipe I), model plaster (tipe II), dental stone (tipe III), dental stone high strength (tipe IV) dan dental stone high strength-high expansion (tipe V). Perbedaan jenis gips tersebut berdasarkan pada penggunaan serta sifat-sifat bahan gips. Gips tipe I digunakan untuk mencetak daerah edentulus. Gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi dan bahan pengisian kuvet serta pemasangan model pada artikulator. Gips tipe III digunakan sebagai model kerja dalam media pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik. Gips tipe IV telah menjadi bahan yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi yang secara luas dapat digunakan untuk pembuatan model kerja sebagai media pembuatan gigi

19 2 tiruan, yaitu pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe V digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat. 5,6,7 Salah satu persyaratan utama dari hasil pembuatan model bahan gips adalah reproduksi yang akurat, karena apabila proses replikasi yang tidak akurat pada akhirnya akan memiliki efek buruk terhadap adaptasi dari restorasi akhir. 8 Karakteristik pada bahan gips untuk pembuatan model kerja yaitu meliputi: setting time, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi, kekuatan kompresi, setting ekspansi, dan perubahan dimensi. 1 Model kerja digunakan sebagai media dokter gigi dan tekniker dalam prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja pada pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan disebut dengan dai yang menggunakan bahan gips tipe IV, karena kebutuhan terhadap kekuatan kompresi dan ketahanan terhadap abrasi pada proses pembuatan pola malam gigi tiruan pada dai dengan menggunakan instrumen tajam. 7 Sesuai karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya pada bahan gips tipe IV yang perlu untuk dievaluasi adalah kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips. 9 Kekuatan kompresi adalah kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips. 2 Kekuatan kompresi pada bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips, serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja. 1 Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 gips tipe IV memiliki kekuatan kompresi minimal yaitu sebesar 34,5 MPa. 5 Perubahan dimensi juga sangat penting karena model kerja harus mereproduksi struktur intraoral secara akurat dan harus tetap pada dimensi yang sama. 2 Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari besar atau volume. Perubahan dimensi dapat terjadi selama waktu pengerasan sebagai hasil dari reaksi kimia. Perubahan dimensi berhubungan dengan setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Semakin besar nilai dari setting ekspansi maka perubahan dimensinya juga akan semakin besar. 2,10 Berdasarkan spesifikasi ADA No.25 setting ekspansi gips tipe IV adalah 0,00-0,10%. 5 Secara umum, beberapa faktor yang memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips antara lain: rasio air dengan bubuk, waktu dan kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, temperatur

20 3 dan kelembaban udara. 7 Temperatur dan kelembaban udara yang memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave serta lama waktu pengeringan gips tipe IV model kerja tersebut. 11,12 Normalnya pengeringan pada temperatur ruang yaitu dengan temperatur 23 o ±2 o C yang dikendalikan pada ruang AC, tetapi dapat bervariasi sesuai dengan pengendalian temperatur ruang masing-masing para peneliti. 2 Pengeringan bahan gips tidak aman apabila dikeringkan dengan temperatur yang lebih tinggi dari 55 o C (130 o F), karena dapat mengakibatkan pengerutan pada model yang memengaruhi terjadinya perubahan dimensi. 5 Sesuai dengan hasil penelitian Sweeney dan Taylor, melaporkan bahwa bila temperatur pengeringan mencapai temperatur antara 90 o C dan 110 o C akan terjadi pengerutan setelah kristalisasi air dikeluarkan dan dehidrasi kalsium sulfat yang telah terbentuk selama reaksi pengaturan dapat berubah kembali menjadi hemihidrat. Hal inilah yang akan memengaruhi keakuratan model kerja terhadap adaptasi akhir pada pemasangan gigi tiruan. 6 Efek pengeringan bahan gips pada temperatur ruang terhadap kekuatan kompresi terjadi peningkatan kekuatan setelah 16 jam pengeringan. Diantara periode 8 jam dan 24 jam, hanya 0,6% kelebihan air yang hilang namun kekuatannya berlipat ganda. 5 Al-Khayat sitasi Leubke merekomendasikan untuk menunggu selama jam sebelum memanipulasi model kerja. 13 Satu jam pertama setelah pencampuran bahan gips model kerja masih mengandung air. Model yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang cukup memadai. Hasan sitasi Kaiser mengatakan bahwa diperlukannya waktu 7 hari untuk mencapai model kerja tersebut kering. 12 Waktu merupakan salah satu pertimbangan bagi para tekniker dan dokter gigi dalam hal mempersingkat waktu untuk menunggu model kerja mengeras pada prosedur pembuatan gigi tiruan. Tekniker gigi di laboratorium membutuhkan waktu yang singkat untuk pengerasan model kerja sehingga mempercepat proses pengisian kuvet dan akan mempersingkat waktu kerja pada pembuatan gigi tiruan. Dokter gigi juga membutuhkan waktu yang singkat untuk memanipulasi model kerja pada pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara pasien, agar pasien dapat

21 4 segera menggunakan mahkota gigi sementaranya sehingga estetis dan fungsi pengunyahannya dapat kembali untuk sementara waktu sambil menunggu pembuatan mahkota gigi permanennya selesai. Pertimbangan dalam hal mempersingkat waktu kerja tersebut dapat diatasi dengan metode pengeringan microwave yang telah diusulkan sebagai pengeringan alternatif gips tipe IV model kerja bagi para tekniker di laboratorium dan dokter gigi sebelum memanipulasi model kerja tersebut. 1,11,12 Dalam bidang kedokteran gigi, microwave terbukti sebagai sumber energi elektromagnetik yang efisien digunakan untuk polimerisasi resin akrilik, sterilisasi dan desinfeksi, serta proses reline dan rebase gigi tiruan. 11 Teknik pengeringan dengan microwave juga dapat digunakan sebagai pengeringan model kerja bahan gips, namun sedikitnya penelitian yang dilakukan membuat kurangnya informasi mengenai pengaruh gelombang mikro yang dihasilkan oleh microwave terhadap karakteristik yang dimiliki oleh bahan gips tersebut. Teknik pengeringan dengan microwave juga menjadi metode yang efisien dan akurat dari beberapa jenis pengeringan bahan gips dengan teknik yang berbeda. 14,15 Pengeringan dengan microwave dapat mempersingkat waktu kerja dan meningkatkan kekuatan kompresi pada model. 7 Microwave merupakan konversi energi listrik menjadi panas endotermik dengan waktu yang relatif lebih singkat dan bukan merupakan pemanasan konduksi seperti pengeringan dengan oven konvensional. 12 Hal ini terjadi karena microwave merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik, yang diperoleh dari generator yang disebut sebagai magnetron. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Pemanasan microwave disebut sebagai pemanasan dielektrik karena adanya polarisasi dipolar. 16 Getaran molekul dapat menghasilkan panas dan apabila gelombang mikro mengenai cairan maka energi gelombang mikro tersebut akan diserap oleh cairan pada gips tersebut, sehingga gips dapat mengering secara merata dengan waktu yang singkat. 17 Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya pada ketahanan terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke & Chandra, 2011) serta pada karakteristik lainnya, seperti ketahanan terhadap abrasi dan perubahan dimensi. 18 Goel dan Hasan mengatakan bahwa efek desinfeksi bahan gips dapat

22 5 sekaligus memberikan keuntungan pada bahan gips yaitu dengan peningkatan nilai kekuatan kompresi dan kekuatan tensil bahan gips tersebut. 19 Abass dkk (2011) melaporkan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 850 W selama 10 menit akan memiliki efek negative terhadap perubahan dimensi bahan gips bila dibandingkan dengan pengeringan temperatur ruang selama 24 jam. 20 Sharma dkk (2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengeringan temperatur ruang dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap perubahan dimensi bahan gips. 11 Michalakis dkk (2012) mengatakan bahwa penyimpanan model gips yang berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif pada nilai ekspansinya. 6 Anaraki dkk (2013) mengatakan bahwa selain untuk membunuh mikroorganisme patogen, pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5 menit akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength (CS) dan diametral tensile strength (DTS) pada gips tipe III dan tipe IV. 9,21 Sharma dkk (2013) mengatakan bahwa dengan pengeringan microwave gips tipe III dan tipe IV dengan daya energi 600 W selama 10 menit dapat meningkatkan kekuatan kompresi dan mempersingkat waktu kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan bahwa pengeringan microwave dengan daya 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai metode pengeringan gips tipe IV. 11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa pengeringan microwave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan temperatur ruang. 22 Hasan sitasi Tuncer merekomendasikan untuk menggunakan tingkat daya yang rendah, karena dengan menggunakan tingkat daya yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan kompresi. 12 Hasan (2008) tidak merekomendasikan pengeringan bahan gips dalam microwave dengan tingkat daya yang tinggi sebesar 1450 W untuk meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips, karena akan dapat menyebabkan lubang atau porositas dan retakan pada permukaan luar sehingga dapat menyebabkan fraktur selama pemakaian. 9,12 Pada penelitian ini, peneliti tertarik ingin meneliti pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

23 6 1.2 Permasalahan Dalam bidang kedokteran gigi, salah satu hal yang diperlukan dalam proses pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model kerja sebagai media pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Dokter gigi dan tekniker di laboratorium juga memerlukan waktu yang singkat dalam proses pengeringan model kerja pada prosedur pembuatan gigi tiruan. Model kerja tersebut diharapkan memiliki kekuatan kompresi yang tinggi, permukaan yang keras dan tahan terhadap abrasi karena diperlukan pada proses pengisian pola malam pada preparasi kavitas mahkota dan gigi tiruan jembatan yang akan diukir dengan menggunakan instrumen tajam. Kekuatan kompresi model kerja yang tinggi sangat diperlukan dalam proses pembuatan gigi tiruan. Namun perubahan dimensi juga sangat memengaruhi adaptasi dari restorasi akhir gigi tiruan dalam rongga mulut pasien. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh kelebihan air pada model kerja setelah pengeringan, namun kekuatan kompresi berbanding terbalik dengan perubahan dimensi. Adanya sisa air yang terperangkap pada kisi kristal dapat menurunkan kekuatan kompresi tetapi pada perubahan dimensi, dengan adanya air terperangkap pada kisi kristal setting ekspansi akan semakin mengecil sehingga nilai perubahan dimensi juga menjadi kecil. Perubahan dimensi bahan gips dapat dilihat selama proses pengerasan dan dapat berlangsung hingga 5 hari. Metode yang dapat digunakan untuk pengeringan model kerja bahan gips untuk mendapatkan kekuatan kompresi yang baik dan tetap pada dimensi yang baik yaitu dipengaruhi oleh metode pengeringan. Pengeringan dengan temperatur ruang normalnya pada temperatur 23 o ±2 o C. Pengeringan pada temperatur yang lebih tinggi harus dikontrol secara hati-hati karena dapat menyebabkan penyusutan lebih tinggi, pengurangan kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur pada model tersebut. Dokter gigi dan para tekniker di laboratorium normalnya untuk menunggu gips kering biasanya selama jam sebelum memulai prosedur laboratorium. Waktu yang cukup lama tersebut para tekniker dan dokter gigi sering ingin membutuhkan waktu yang efektif dalam proses pengeringan model kerja gigi tiruan. Waktu untuk menunggu gips mengeras terbukti efisien dengan menggunakan metode pengeringan microwave. Terbukti bahwa gips tipe IV dapat mengalami

24 7 dehidrasi dalam microwave sebagai metode pengeringan alternatif. Beberapa kontroversi tentang pengaruh tingkat energi gelombang mikro pada karakteristik dari bahan gips tersebut, sehingga lebih disarankan pengeringan model kerja dengan microwave yang lebih aman yaitu menggunakan tingkat energi yang rendah. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 1.3 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapa nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit? 2. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan? 4. Berapa nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit? 5. Apakah ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan? 6. Apakah ada perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan?

25 8 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui nilai kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. 2. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 4. Untuk mengetahui nilai perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. 5. Untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 6. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bahan ajar yang berguna bagi Departemen Prostodonsia.

26 9 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menulis, memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan tekniker dalam memilih metode pengeringan yang efektif untuk mempersingkat waktu kerja dan mempertahankan kekuatan kompresi serta dimensi model kerja selama proses pembuatan gigi tiruan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam menghasilkan model kerja yang kuat dan akurat sehingga dapat menghasilkan gigi tiruan yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam rongga mulut pasien.

27 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencetakan Rahang Tahap awal perawatan prostodontik pada pembuatan gigi tiruan adalah dengan pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasien, yang merupakan tiruan bentuk negatif dengan menggunakan bahan elastis seperti bahan cetak alginat atau bahan elastomer karena akan melenturkan jaringan saat dikeluarkan dari rongga mulut. Bahan cetak tersebut kemudian diisi dengan bahan gips yang telah dicampur dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik yang mudah mengalir ke seluruh detail reproduksi cetakan, kemudian akan mengeras dan menghasilkan replika yang merupakan tiruan bentuk positif dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras struktur rongga mulut pasien. Replika tersebut disebut dengan model studi dan model kerja yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan pasien. Bahan yang digunakan untuk mengisi cetakan sehingga menghasilkan model gigi tiruan disebut dengan bahan gips dengan memiliki beberapa klasifikasi yang digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing bahan gips. 1,2 2.2 Gips Gips merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah digunakan selama berabad-abad. Bahan gips pada bidang kedokteran gigi dapat digunakan untuk membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi pada pembuatan gigi tiruan. Secara kimiawi, gips yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) murni. Pembuatan bahan gips yang digunakan dalam kedokteran gigi merupakan hasil dikalsinasi yang dipanaskan dengan temperatur tinggi (130 o C) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi gips sehingga terbentuk kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O. Gips yang dipanaskan dengan temperatur

28 11 yang lebih tinggi (200 o C) akan terbentuk yang disebut dengan anhidrat (CaSO4) seperti contoh skema dibawah ini. 4, o C o C o C CaSO 4 2 H 2O CaSO 4 1/2 H 2O CaSO 4 CaSO 4 Gypsum Plaster or stone Hexagonal Orthorhombic (calcium sulfate (calcium sulfate anhydrite anhydrite dihydrate) hemihydrate) Penggunan gips dalam kedokteran gigi telah meluas. Salah satu jenis gips adalah dental plaster atau gips tipe II. Model plaster sering digunakan untuk pembuatan model studi. Plaster diproduksi melalui proses kalsinasi. Gips dipanaskan pada suhu sekitar 120ºC dengan bentuk akhir dari proses kalsinasi tersebut adalah partikel β-kalsium sulfat hemihidrat yang menghasilkan kristal yang tidak teratur, hemihidrat yang berporus, dan relatif kecil. Pembuatan model kerja yang sering digunakan adalah dental stone atau gips tipe III yang dipanaskan pada suhu 125 o C yang menghasilkan kristal yang padat, hemihidrat yang kurang berporus, dan relatif lebih besar yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat. Gips tipe IV atau dental stone high strength dihasilkan dengan memanaskan ke dalam larutan CaCl2 30% pada suhu 130 o C sehingga kristal hemihidrat yang dihasilkan lebih pendek dan partikelnya lebih padat dan lebih besar dibanding dengan gips tipe II dan tipe III. Gips tipe IV disebut dengan modified α-hemihidrat atau sering dikenal sebagai die stone. 2,3, Klasifikasi Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25, produk gips dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu: 1, Impression Plaster (Tipe I) Gips tipe I memiliki kalsium sulfat hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan zat tambahan untuk mengatur waktu pengerasan dan

29 12 ekspansi pengerasan. Gips ini digunakan untuk mencetak daerah edentulus, tetapi gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak dalam bidang kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang tidak terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer. 1, Model Plaster (Tipe II) Gips tipe II terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/β-hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol setting time. Kristal β-hemihidrat memiliki ciri berbentuk spons dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler sehingga partikel β-hemihidrat menyerap lebih banyak air bila dibandingkan dengan α-hemihidrat. Pada masa sekarang, gips tipe II digunakan terutama untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigi tiruan dimana ekspansi pengerasan tidak begitu penting dan kekuatan yang dibutuhkan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam spesifikasi ADA/Standart ISO. Selain itu, gips tipe II dapat digunakan sebagai model studi dan penanaman model di artikulator. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami. Kekuatan kompresi gips tipe II lebih rendah dibanding tipe III yaitu 9,0 MPa dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,30% (tabel 1). 1,3, Dental Stone (Tipe III) Gips tipe III terdiri dari hidrokal/α-hemihidrat dan zat tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna putih. α-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan dengan β- hemihidrat. Gips tipe III memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding tipe II sehingga gips tipe ini ideal digunakan untuk membuat model kerja gigi tiruan yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasi yang tinggi. Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) dan tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi) dengan setting ekspansi berkisar antara 0,00%-0,20% (tabel 1). 1,3,5

30 Dental Stone, High Strength (Tipe IV) Gips tipe IV terdiri dari partikel yang memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih kecil sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan dengan β-hemihidrat dan α-hemihidrat. Pencampuran pada gips tipe IV ini memerlukan air lebih sedikit dibanding dengan gips tipe III sehingga kekuatan gips tipe IV lebih besar dari gips tipe III. Gips tipe IV sering dikenal sebagai die stone karena gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan gigi tiruan jembatan. Diperlukan permukaan yang keras dan ketahanan terhadap abrasi karena preparasi kavitas akan diisi dengan malam dan diukir menggunakan instrumen tajam. Rata-rata kekerasan permukaan dari gips tipe IV kurang dari 92 MPa (Kekerasan Rockwell). Kekuatan kompresi gips tipe IV yaitu 34,5 MPa dengan setting ekspansi yang lebih kecil dibanding gips tipe lainnya yaitu sekitar 0,00%- 0,10% (tabel 1). 1, Dental Stone, High Strength-High Expansion (Tipe V) Adanya penambahan terbaru bahan gips pada klasifikasi ADA dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan dan ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV namun gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk meningkatkan setting ekspansinya. Gips tipe V memiliki setting ekspansi yang lebih besar yaitu sekitar 0,10%-0,30% untuk mengkompensasi pengerutan casting yang lebih besar pada pemadatan logam campur (tabel 1). Kekuatan kompresi gips tipe V yang lebih tinggi diperoleh dengan menurunkan rasio air dan bubuknya. Gips tipe V umumnya digunakan sebagai dai untuk mengimbangi pengerutan casting logam pada saat pendinginan setelah pemanasan pada suhu tinggi. Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan merupakan produk gips yang paling mahal. 1,5

31 14 Tabel 1. Klasifikasi Gips 5 Two-hour Setting Expansion (%) One-hour Type W/P Ratio Setting Time Compressive (min) Min Max Strength (MPa) I. Plaster, impression ± II. Plaster, model ± III. Dental stone ± IV. Dental stone, high strength ± V. Dental stone, high strength-high expansion ± Karakteristik Karakteristik gips meliputi: 1. Setting time Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips berkontak dengan air. Setting time dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu: initial setting time dan final setting time. Pada initial setting time waktu kerja gips mulai dihitung yaitu setelah pengadukan selama 1 menit. Pada proses ini, adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis. Ketika viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan kehilangan tampilan mengkilatnya yang menandakan bahwa gips sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal dicapai, bahan gips tidak dapat lagi dituangkan ke dalam master mold, sehingga initial setting time identik disebut dengan waktu kerja dari gips. Menurut spesifikasi ADA No. 25 waktu kerja initial setting time dimulai dari pencampuran adalah sekitar 8-16 menit. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis bahan gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur. Secara umum gips mengeras sekitar menit, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan sesuai dengan jenis bahan gips tersebut. 1,2,23

32 15 2. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi sangat diperlukan pada bahan gips karena untuk menghindari terjadinya kerusakan pada model kerja pada saat prosedur pembuatan gigi tiruan. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi meningkat pada saat model kerja sudah dalam keadaan kering dan lebih cepat bila dibandingkan dengan kekuatan kompresi, karena permukaan model lebih cepat mengering daripada bagian dalam model kerja tersebut. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi bahan gips berhubungan dengan kekuatan kompresi, jika kekuatan kompresi meningkat, maka kekerasan permukaan dan ketahanan abrasi juga akan meningkat. 1,2,23 3. Kekuatan kompresi Kekuatan kompresi bahan gips merupakan kemampuan gips untuk menahan fraktur. Gips tipe I memiliki kekuatan kompresi yang terendah karena memiliki sisa air yang paling tinggi, sedangkan gips tipe V memiliki kekuatan kompresi hampir empat kali lipat, karena jumlah kelebihan air yang diminimalkan. Semakin sedikit air yang digunakan maka semakin besar kekuatan kompresi yang dihasilkan. Nilai kekuatan kompresi minimum pada model gips tipe II dengan rasio pencampuran air dan bubuk yang normal (0,45-0,50 ml/gr) adalah sekitar 9,0 MPa, sedangkan untuk dental stone (tipe III) yaitu 20,7 MPa dan untuk dental stone high-strength (tipe IV) kekuatan kompresinya adalah 34,5 MPa (tabel 1). 2,5,23 4. Setting ekspansi Setting ekspansi terjadi pada semua jenis gips. Persentase setting ekspansi untuk semua jenis gips sangat bervariasi. Gips tipe I memiliki setting ekspansi yaitu 0.00%-0.15%, gips tipe II memiliki setting ekspansi sekitar 0.00%-0.30% dan gips tipe III memiliki setting expansi 0.00%-0.20%, sedangkan gips tipe IV memiliki setting expansi hanya 0,00%-0,10% dan untuk setting expansi gips tipe V berkisar 0,10%-0,30% (tabel 1). 5 Setting ekspansi merupakan hasil dari pertumbuhan kristalkristal gips ketika bergabung. Setting ekspansi harus dikontrol agar tetap minimum terutama ketika gips tersebut akan digunakan untuk membuat pola malam sebuah

33 16 restorasi. Apabila setting ekspansi yang terjadi berlebihan maka akan menghasilkan restorasi yang oversized. Setting ekspansi hanya terjadi ketika gips dalam proses pengerasan Perubahan dimensi Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dari bahan gips. Setting ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan kristal dihidrat. Semakin tinggi atau besar ekspansi pengerasan maka keakuratan dimensi semakin rendah. Toleransi normal setting ekspansi untuk bahan gips tipe IV adalah 0,00%-0,10% yang dipengaruhi oleh rasio air dan bubuk yang digunakan, kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder, serta temperatur dan kelembaban udara. 2,4 2.3 Kekuatan Kompresi Kekuatan bahan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi, meskipun kekuatan tensil juga harus dipertimbangkan dalam memperoleh petunjuk mengenai karakteristik dari kekuatan keseluruhan. Kekuatan kompresi adalah kemampuan material untuk menahan fraktur dan merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi dari bahan gips. Kekuatan kompresi dan ketahanan terhadap abrasi bahan gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips serta jumlah air yang digunakan pada pembuatan model kerja. Kekuatan bahan gips berdasarkan teori pengerasan terbagi menjadi 2 tahap yaitu: kekuatan dalam keadaan basah dan kekuatan dalam keadaan kering. Kekuatan dalam keadaan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila masih terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan dalam keadaan kering merupakan kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam. 1,5 Ada beberapa faktor yang memengaruhi kekuatan kompresi gips antara lain: 1. Rasio air dan bubuk (W/P) Rasio air dan bubuk (W/P) merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas hasil akhir bahan gips terhadap kekuatan kompresi. Rasio bubuk dan air

34 17 harus diperhatikan ketika melakukan pencampuran gips karena diperlukan daya alir yang cukup untuk menghasilkan detail reproduksi yang akurat. Tipe gips yang berbeda akan memiliki rasio air dan bubuk yang berbeda juga. Hal ini disebabkan oleh karena perbedaan bentuk dan ukuran kristal kalsium sulfat hemihidratnya. Gips tipe II membutuhkan lebih banyak air pada pengadukan dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel gips tipe II tidak beraturan dan lebih poreus. Gipe tipe IV membutuhkan lebih sedikit air dibandingkan gips tipe III karena bentuk partikel hemihidratnya lebih padat dan halus. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air dan bubuk yang digunakan. Jika air yang ditambahkan terlalu banyak, adonan menjadi lebih cair dan lebih mudah di tuang ke dalam mold tetapi setting time akan lebih panjang dan kekuatan gips cenderung akan berkurang. 1,23 2. Waktu dan kecepatan pengadukan Proses pencampuran bahan gips dengan air disebut dengan pengadukan, yang memiliki efek terhadap setting time dan setting ekspansi. Peningkatan waktu pengadukan memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips. Pengadukan bahan gips secara mekanik dengan vacum mixer biasanya tercapai dalam waktu detik, sedangkan pengadukan gips secara manual dengan spatula umumnya memerlukan waktu 1 menit untuk memperoleh adukan yang halus. Semakin cepat pengadukan, maka pengerasan gips akan lebih cepat tercapai. Pada saat dimulainya pengadukan, kristal-kristal gips yang telah terbentuk akan bertambah. Pada saat yang sama, kristalisasi nuklei pada gips akan pecah dengan pengadukan spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan nukleus kristalisasi lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan waktu pengerasan lebih cepat tercapai. 3,5,23 3. Akselerator dan retarder Akselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat waktu pengerasan. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat (K2SO4). Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari 2% karena dapat mempercepat proses reaksi. Retarder merupakan bahan kimia yang dapat mengurangi waktu pengerasan. Retarder umumnya bekerja dengan cara

35 18 membentuk lapisan penyerap hemihidrat untuk mengurangi kelarutan dan menghambat pembentukan kristal-kristal gips yang ada. Bahan yang digunakan sebagai retarder adalah borax. 1,2,5 4. Temperatur dan kelembaban udara Peningkatan temperatur ruang dan temperatur air yang digunakan untuk mencampur bahan gips akan memiliki efek pada reaksi pengerasan bahan gips tersebut. Peningkatan temperatur penyimpanan model bahan gips antara 90 o C 110 o C akan mengakibatkan pengerutan yang disebabkan oleh kristalisasi air yang keluar dan mengubah dihidrat menjadi hemihidrat kembali sehingga kekuatan kompresi bahan gips akan berkurang. 6 Peningkatan temperatur dan kelembaban udara yang lebih tinggi dapat menurunkan kekuatan kompresi bahan gips. 23 Kekuatan kompresi bahan gips diukur dengan cara menekan sampel hingga pecah dengan alat uji kompresi. Alat yang digunakan yaitu Universal Testing Machine (UTM). Pengujian sampel dibatasi oleh gesekan pada titik-titik kontak pada bagian rol mesin penguji yang berdiri tegak lurus. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel hingga pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji kompresi dalam satuan kilogram force (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa). 21, Perubahan Dimensi Perubahan dimensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari besar atau volume. Perubahan dimensi dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Ekspansi massa gips dapat dideteksi selama perubahan dari partikel hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Setting ekspansi dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu pertumbuhan kristal-kristal dihidrat dari nukleus yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Bila proses ini terjadi pada ribuan kristal-kristal selama pertumbuhan, akan dapat terjadi suatu tekanan atau dorongan keluar dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan selama proses pengerasan sehingga gips mengalami perubahan dimensi. Semua bahan gips mengalami ekspansi yang berlanjut saat mengeras karena bahan

36 19 gips menunjukkan pertumbuhan kristal dihidrat bebas dan ekspansi gips yang berlangsung terus menerus hingga 5 hari. Setting ekspansi yang terjadi pada proses pengerasan gips disebabkan oleh adanya dorongan ke luar oleh pertumbuhan dihidrat. Setting ekspansi pada bahan gips harus tetap dikendalikan agar dapat menghasilkan model kerja yang akurat. 2,5,10 Ada beberapa faktor yang memengaruhi perubahan dimensi gips antara lain: 1. Rasio air dan bubuk (WP) Peningkatan rasio air dan bubuk cenderung akan menambah ruang antar kristal-kristal dihidrat yang ditandai dengan semakin sedikitnya nukleus kristalisasi per unit volume yang mengakibatkan semakin rendahnya nilai setting ekspansinya. Sebaliknya, apabila rasio air dan bubuk rendah akan meninggalkan sedikit air sisa dalam massa gips dengan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat, sehingga setting ekspansi akan tinggi dan menurunkan jumlah porositas gips tersebut. 1,5,23 2. Waktu dan kecepatan pengadukan Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air. Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang sama, kristal-kristal tersebut di putuskan oleh pengadukan dengan spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Semakin lama waktu pengadukannya, maka akan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, sehingga pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting ekspansi bahan gips dapat meningkat. 3,5,23 3. Akselerator dan retarder Metode yang paling efektif dan praktis untuk mengendalikan waktu pengerasan gips dan setting ekspansi bahan gips yaitu dengan penambahan bahan kimia tertentu yang ditambahkan oleh pabrik terhadap bahan gips tersebut. Bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai akselerator adalah potassium sulfat, sedangkan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai retarder adalah borax. 1,2,5

37 20 4. Temperatur dan kelembaban udara Temperatur dan kelembaban udara selain dapat memengaruhi kekuatan kompresi bahan gips dapat juga memengaruhi setting ekspansinya. Kelembaban udara dan lama pengeringan juga sangat memengaruhi terjadinya ekspansi bahan gips, karena adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama proses pengerasan. Pertumbuhan kristal tersebut disebabkan oleh masuknya uap air dalam mikroporeus yang mengakibatkan menurunnya tegangan permukaan sehingga kristal dapat tumbuh bebas. Pada saat seluruh dihidrat telah berubah menjadi hemihidrat maka air yang terdapat pada bahan gips akan menguap dan jumlah air akan berkurang sehingga terjadi pengerutan pada gips. Pengeringan dengan temperatur yang lebih tinggi akan mengakibatkan pengerutan pada model bahan gips yang memengaruhi perubahan dimensi model tersebut. 5,6,23 Pengukuran perubahan dimensi menggunakan kaliper digital. Setiap sampel dilakukan pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c d yaitu pada garis sampel penelitian, dan pengukuran panjang garis cd-c d yaitu pada garis master mold. 15,25 Kemudian akan dibandingkan dimensi pada sampel dengan dimensi pada mold seperti pada rumus: Li dimensi sampel Lo dimensi master mold Lo dimensi master mold 100% keterangan: Li = adalah jarak antara garis cd dengan garis c d pada mold dalam mm. Lo = adalah jarak antara garis cd dengan garis c d pada sampel dalam mm yang diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan. 2.5 Pembuatan Model Salah satu prosedur dalam pembuatan gigi tiruan adalah pembuatan model rahang atas dan bawah yang terdiri dari model studi dan model kerja. Pembuatan model di awali dengan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan

38 21 menggunakan bahan cetak, kemudian cetakan diisi dengan gips yang sudah dicampur dengan air sesuai dengan petunjuk pabrik. Model rahang atas dan rahang bawah merupakan replika yang mencakup jaringan keras dan jaringan lunak dari struktur rongga mulut. Model ini digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan gigi tiruan. Dalam proses pembuatan model reproduksi yang akurat adalah menjadi persyaratan utama, karena apabila terdapat penyimpangan dari keakuratan yang diharapkan akan menyebabkan efek adaptasi yang kurang baik terhadap hasil akhir gigi tiruan. 1, Model Studi Model studi merupakan salah satu jenis dari model gigi tiruan. Model studi disebut juga dengan model diagnostik yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengamati dan mempelajari keadaan rongga mulut pasien. Model studi umumnya terbuat dari gips tipe II. Model studi harus menghasilkan reproduksi yang akurat dari jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup hal penting yaitu: 1. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal; 2. Kontur, ukuran dan konsistensi linggir yang tersisa; 3. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigi tiruan seperti: (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut dan frenulum). 26 Kegunaan model studi adalah sebagai berikut: 1 a. Memperlihatkan gambaran tiga dimensi dari keadaan jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. b. Sebagai media untuk mempelajari tentang relasi oklusal dari lengkung rahang pasien. c. Sebagai media untuk mempelajari tentang ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi serta hubungan rahang pasien.

39 22 d. Sebagai media untuk mempelajari tentang jaringan keras dan jaringan lunak dalam pandangan lingual ketika gigi dioklusikan. e. Sebagai media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum dan setelah dilakukan perawatan. f. Sebagai media untuk menjelaskan kepada pasien bagaimana keadaan pasien dan rencana perawatan yang akan diberikan. g. Sebagai media rekaman legal mengenai lengkung rahang pasien untuk keperluan asuransi, gugatan hukum dan forensik Model Kerja Model kerja merupakan replika dari struktur rongga mulut yang digunakan sebagai media pembuatan gigi tiruan. Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris. Gips tipe IV juga dapat digunakan sebagai model kerja yang disebut dengan dai sebagai media pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan. Gips tipe IV memiliki nilai kekuatan kompresi yang tinggi dan setting ekspansi yang rendah dibanding gips tipe III. 1,5 Sifat-sifat ideal model kerja adalah sebagai berikut: 1 a. Model gigi tiruan harus kuat dan keras. b. Stabilitas dimensi harus dipertahankan selama dan setelah proses pengerasan. c. Tidak melengkung atau mengalami distorsi. d. Mempunyai setting time yang tepat. e. Tidak pecah atau rusak selama proses laboratoris. f. Cocok dengan semua jenis bahan cetak. g. Mempunyai warna yang kontras sehingga tidak rusak selama proses pengukiran malam. h. Resisten terhadap abrasi dan fraktur.

40 Metode Pengeringan Model Kerja Metode Pengeringan Temperatur Ruang Reaksi pengerasan bahan gips dipengaruhi oleh temperatur ruang dan temperatur air yang digunakan untuk mencampur bahan gips tersebut. Jika pencampuran bahan gips menggunakan temperatur air yang dinaikkan dari 20 o -25 o C sampai mencapai temperatur 37,5 o C setting time akan lebih cepat. Jika temperatur air dinaikkan lagi di atas 37,5 o C maka setting time akan menjadi lebih lebih lama, karena dihidrat menjadi lebih mudah larut dalam air. Normal pengeringan temperatur ruang dalam kondisi ruang AC yaitu 23 o ±2 o C. 2 Efek pengeringan pada temperatur ruang setiap bahan gips baik bahan plaster atau stone bervariasi, namun pengeringan dengan temperatur yang lebih tinggi dari 55 o C tidak aman terhadap model bahan gips karena akan mengakibatkan pengerutan yang akan menurunkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model gips tersebut. 5,6 Secara teoritis kehilangan sisa air pada model bahan gips adalah sekitar 8,8% dari total kelebihan air dalam proses mengeringnya bahan gips tersebut. Pada pengeringan temperatur ruang apabila hanya kehilangan sisa air sekitar 7%, tidak ada perubahan yang cukup berpengaruh terhadap kekuatan kompresi bahan tersebut. Ketika kehilangan 7,5% dari kelebihan air, kekuatan kompresi semakin meningkat dan ketika semua kelebihan sisa air (8,8%) hilang, kekuatan kompresi bahan tersebut meningkat lebih dari 55 MPa. Jika bahan plaster, dental stone, dan dental stone highstrength dibiarkan mengering dalam temperatur ruang selama beberapa hari, air akan diserap oleh udara dan permukaan partikel akan dikonversi ke dihidrat. Pengeringan dengan temperatur ruang kehilangan air hanya melibatkan bagian permukaan model kerja, sehingga masih memiliki kandungan sisa air. 23 Kandungan air yang masih tersisa akan memudahkan untuk terjadinya porositas pada bahan gips. Porositas tersebut menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah, akibatnya kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air pada kisi kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga dapat menurunkan kekuatan kompresi. Pada kekuatan kompresi pengeringan dengan temperatur ruang yang masih memiliki sisa kadar air, mengakibatkan bentuk kristal

41 24 yang dihasilkan semakin besar, jumlah dan jarak antar kristal yang terbentuk selama proses pengerasan semakin besar dan menjadi kurang padat. Hal inilah yang mengakibatkan kekuatan kompresi gips menjadi berkurang. 27 Namun hal ini berbeda dengan perubahan dimensi, semua bahan gips akan mengalami adanya pertumbuhan kristal dan ekspansi yang berlangsung terus menerus selama bahan gips yang telah mengeras dibiarkan pada temperatur ruang. Pengeringan dengan temperatur ruang dengan adanya kelebihan air yang terperangkap pada kisi kristal akan meningkatkan ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal dengan bebas yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus menerus yang lebih banyak selama proses pengerasan. Adanya air yang terperangkap mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar, sehingga semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume dan dorongan keluar dari inti kristal semakin kecil yang mengakibatkan ekspansi gips juga mengecil. 28 Sesuai dengan teori kristalisasi yaitu terjadi dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar yang terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi juga semakin besar. 10,27 Temperatur dan lama pengeringan bahan gips dapat bervariasi sesuai dengan ukuran partikel dan porositas bahan gips tersebut. 5,7 Pengeringan yang dibiarkan pada temperatur ruang dengan waktu yang lama akan memengaruhi perubahan dimensi bahan gips tersebut, karena setting ekspansinya akan terus berlangsung hingga 5 hari. 6 Model kerja yang masih mengandung air biasanya memiliki kekuatan yang cukup memadai, dan biasanya harus menunggu jam sebelum model tersebut cukup kuat untuk dimanipulasi atau waktu selama 7 hari untuk mencapai kekuatan kompresi yang lebih baik Metode Pengeringan dengan Microwave Energi microwave adalah suatu bagian dari spektrum elektromagnetik yang bergerak pada kecepatan cahaya dengan panjang gelombang yang berkisar antara 1 mm sampai 1 m yang sesuai dengan batas frekuensi terletak antara 300 MHz sampai 300 GHz (gambar 1). Sebuah microwave domestik beroperasi pada 2450 MHz

42 25 (dengan panjang gelombang 12,24 cm). Microwave komersial untuk industri biasanya beroperasi pada 900 MHz (dengan panjang gelombang cm). 18,29 Gambar 1. Frekuensi microwave 29 Aplikasi proses microwave bermanfaat meliputi: dehidrasi, sterilisasi, pasteurisasi, tempering (thawing), blanching dan cooking. Dehidrasi, tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan air. Pasteurisasi dan sterilisasi sistem microwave dirancang untuk menaikkan temperatur ke tingkat tertentu untuk menghancurkan patogen. 30 Energi microwave dapat juga digunakan untuk dekontaminasi makanan, alat-alat laboratorium, alat-alat kedokteran gigi, alat-alat kesehatan rumah tangga dan lain-lain. Dalam kedokteran gigi, energi microwave banyak digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya: pembersihan sikat gigi, alat pembersih lidah, alat bur dan alat poles, sterilisasi dan desinfeksi gigi tiruan berbasis resin akrilik serta pengeringan model kerja bahan gips. Salah satu aplikasi utama microwave dalam kedokteran gigi adalah untuk sterilisasi gigi tiruan. Sejumlah besar penelitian dalam tahun terakhir ini meneliti mengenai efektivitas dan telah mengidentifikasikan bahwa paparan microwave dapat memengaruhi kekerasan permukaan resin akrilik, dan bahan pelapisan ulang gigi tiruan. 18 Metode pengeringan microwave dalam beberapa tahun terakhir ini telah mendapatkan popularitas sebagai metode pengeringan alternatif untuk beberapa macam bahan gips. 31 Pengeringan microwave terhadap bahan gips telah diuji efeknya pada ketahanan terhadap fraktur (Hersek dkk, 2002) dan kekerasan (Luebke & Chandra, 2011) serta karakteristik bahan gips lainnya, seperti ketahanan terhadap

43 26 abrasi dan perubahan dimensi bahan gips. Luebke dan Chandra (2011) melaporkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan permukaan beberapa model kerja bahan gips setelah dilakukan pengeringan dengan menggunakan microwave. 18 Anaraki dkk (2013) mengatakan bahwa pengeringan gips dengan microwave 900 W selama 5 menit akan menyerap air yang berlebih dan terjadi peningkatan compressive strength dan diametral tensile strength pada gips tipe III dan IV. 9,21 Sharma dkk (2013) mengatakan dengan pengeringan microwave 600 W selama 10 menit dapat meningkatkan kekuatan kompresi gips tipe III dan IV serta mempersingkat waktu kerja para tekniker. Sharma dkk (2013) juga mengatakan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai metode pengeringan gips tipe IV. 11 Sudhakar dkk (2014) mengatakan bahwa pengeringan dengan miccrowave lebih baik bila dibandingkan dengan 1 jam pengeringan temperatur ruang. 22 Pengeringan bahan gips terhadap karakteristiknya hanya dapat dipertahankan pada tingkat energi yang rendah daripada tingkat energi yang lebih tinggi. 32 Apabila terjadi penurunan kekuatan kompresi dan munculnya retakan atau porositas pada permukaan model kerja tersebut, mungkin terjadi akibat gips terkena energi dengan daya yang tinggi yaitu sebesar 1450 W. 9,13 Mekanisme pengeringan dengan energi gelombang mikro sangat berbeda dari pengeringan oven konvensional. Penggunaan gelombang mikro sebagai sumber energi saat ini berkembang pesat dan memiliki banyak keuntungan. Oleh karena itu, pengeringan microwave telah menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan metode pengeringan oven konvensional termasuk mengacu pada tingkat dan distribusi pemanasannya, dalam hal efisiensi energi, laju reaksi yang lebih tinggi dan penghematan waktu yang besar serta harga yang lebih murah dari oven konvensional (tabel 2). 18,31 Dalam pengeringan oven konvensional, panas ditransfer ke permukaan material dengan konduksi dan konveksi sedangkan pada bagian dalam material panas tersebut ditransfer secara konduksi termal, sehingga merupakan proses pengeringan yang lama. Pengeringan oven konvensional juga membutuhkan suhu eksternal yang tinggi untuk menghasilkan kualitas yang baik. 18 Berbeda dengan pengeringan microwave yang merupakan alat yang dapat menghasilkan gelombang

44 27 elektromagnetik, yang diperoleh dari generator yang disebut sebagai magnetron. Pemanasan microwave terjadi disebabkan karena kemampuan material untuk menyerap energi elektromagnetik (microwave) dengan frekuensi yang tinggi dan mengubah energi listrik tersebut menjadi panas endotermik dengan waktu yang relatif lebih singkat. 12,33 Reaksi gelombang elektromagnetik terhadap model bahan gips yaitu gelombang elektromagnetik dapat ditransmisikan, dipantulkan dan diserap atau kombinasi dari ketiga interaksi tersebut tergantung dari bahan yang berinteraksi terhadap gelombang mikro tersebut. 16 Tabel 2. Perbedaan pemanasan oven konvensional dengan microwave 18 Pemanasan Oven Konvensional Waktu reaksi panjang (jam) Perpindahan panas, konduksi panas rendah Efisiensi pemanasan hampir tidak diperoleh Sumber pemanasan : bahan bakar Penyerap air tidak ada dan tidak merata Pemanasan Microwave Waktu reaksi singkat (menit) Perpindahan panas, konduksi panas tinggi Efisiensi pemanasan tinggi Sumber pemanasan : daya listrik Penyerap air ada dan merata Pemanasan microwave sering dikenal sebagai pemanasan dielektrik. Pemanasan dielektrik mengacu pada pemanasan melalui medan listrik (E-field) yang merupakan komponen dari radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi, karena kehadiran dipol listrik dalam molekul polar. Sebagai contoh, pemanasan air dalam microwave adalah pemanasan dielektrik karena polarisasi dipolar. Selain E-field, microwave juga memiliki medan magnet (H-field) yang juga merupakan pasangan komponen dengan beberapa bahan untuk menginduksi pemanasan. 16 Microwave memiliki beberapa komponen utama, salah satunya adalah magnetron. Magnetron adalah sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro. Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas microwave. Gelombang mikro yang dipancarkan magnetron ke dalam ruang microwave akan terperangkap di dalamnya karena terlindung oleh dinding microwave yang terbuat dari logam. Logam merupakan konduktor panas yang baik, tetapi pecahan energi microwave akan

45 28 diabsorpsi dan dengan cepat akan dipantulkan kembali karena molekul bahan logam yang tersusun rapat sehingga tidak bisa ditembus oleh energi microwave. 18,30 Gambar 2. Prinsip pemanasan microwave 29 Prinsip pemanasan dari microwave yaitu microwave dapat menyebabkan molekul polar menyebar karena molekul elektrik tidak seimbang. 17 Ketika gelombang mikro berhadapan dengan molekul air yang terdapat pada model kerja bahan gips, molekul-molekul tersebut akan menyerap energi elektromagnetik yang ada pada microwave sesuai dengan reaksi gelombang elektromagnetik yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai gelombang elektromagnetik, gelombang mikro membawa medan listrik dan medan magnet. Molekul-molekul air memiliki dua buah muatan di kedua ujungnya yaitu muatan positif dan negatif. Gaya listrik yang diakibatkan oleh medan listrik gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air yang disebut dengan rotasi dipol (gambar 2) hingga molekul-molekul air tersebut dapat bergerak. Pergerakan molekul-molekul air ini kemudian akan menyebabkan molekul-molekul air saling bertubrukan. Tubrukan-tubrukan inilah yang akan meningkatkan temperatur molekul air dan menghasilkan panas secara merata. 17,18 Pengeringan microwave dengan tingkat energi yang rendah, panas endotermik yang dihasilkan energi microwave menyerap sisa kadar air sampai seluruh daerah model bahan gips secara merata, dan tidak mengubah atau menghancurkan struktur molekul bahan tersebut, tetapi akan meningkatkan kualitas bahan gips yang akan memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi ,28 Pengeringan microwave dengan daya energi

46 29 yang lebih tinggi yaitu dengan 1450 W akan menyebabkan pembentukan retakan atau porositas pada permukaan bahan gips sehingga akan mengakibatkan penurunan kekuatan kompresi dan mengakibatkan fraktur pada model kerja bahan gips. 9,13 Efek pengeringan microwave terhadap kekuatan kompresi yaitu: penyerapan sisa kadar air pada seluruh bagian model bahan gips sehingga bentuk partikel gips semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat, luas permukaan gips akan lebih kecil serta jumlah pori air lebih sedikit sehingga menyebabkan kekuatan kompresi semakin meningkat. 5,27 Selain itu terjadi pertumbuhan kristal yang progresif berhubungan dengan struktur interlocking kristal yang meningkat selama pemanasan. 14,18 Winkler dkk menunjukkan bahwa konversi kalsium sulfat hemihidrat menjadi kalsium sulfat dihidrat yaitu ditandai dengan perubahan kristal bahan gips mulai dari hemihidrat yang berbentuk prismatik hingga menjadi seperti jarum, terjadi pertumbuhan kristal yang semakin bebas, dan tubrukan-tubrukan kristal yang saling berdekatan sehingga mengakibatkan jarak antar kristal lebih dekat. Hal inilah yang dapat meningkatkan kekuatan kompresi bahan gips pada pengeringan microwave. 6 Berbeda dengan perubahan dimensi gips, pengeringan dengan microwave yang merupakan pemanasan dielektrik. Ketika gelombang mikro berhadapan dengan molekul air, molekul air tersebut akan menyerap energi elektromagnetik dan terjadi rotasi dipol. Rotasi dipol pada molekul air mengakibatkan pergerakan molekul sehingga mengakibatkan gesekan antar molekul sampai mereka saling bertubrukan hingga jutaan kali per detik. Hasil tubrukan-tubrukan tersebut akan menghasilkan panas yang akan menyerap seluruh sisa kadar air secara merata. Hasil akhir penyerapan air tersebut mengakibatkan bentuk kristal semakin padat dan jarak antar kristal semakin dekat sehingga menyebabkan sedikitnya air terperangkap pada kisi kristal. Sedikitnya air yang terperangkap menyebabkan jarak antar kristal semakin dekat, nukleus kristalisai per unit volume semakin banyak sehingga dorongan inti kristal keluar semakin besar yang mengakibatkan ekspansi gips juga membesar. 5 Penurunan ekspansi linier juga dapat disebabkan oleh perubahan morfologi kristal gips yang kemudian akan menghasilkan suatu tekanan atau dorongan kristal-kristal gips untuk keluar dan menghasilkan ekspansi massa keseluruhan yang besar sehingga

47 30 akan memengaruhi perubahan dimensi gips tersebut sesuai dengan temuan Hatim dkk (2007). 35 Pada saat reaksi pengerasan, kristal dapat bertumbuh lebih bebas dan akan memengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi model kerja bahan gips. Perubahan dimensi dapat dilihat selama proses pengerasan. Michalakis dkk (2010) menyatakan bahwa perubahan dimensi akan berlangsung secara terus menerus hingga mencapai 5 hari. 10 Namun, apabila temperatur pengeringan semakin tinggi dengan waktu yang lama akan menyebabkan penyusutan bahan gips yang memengaruhi setting ekspansi gips menjadi besar. Sweeney dan Taylor juga mengatakan bahwa kombinasi antara penyimpanan model kerja dengan periode waktu yang lama, seperti temperatur tinggi dan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penyusutan model kerja bahan gips sehingga akan mengakibatkan setting ekspansi gips tersebut semakin membesar. 6,36 Abass dkk (2011) mengatakan bahwa pengeringan bahan gips dengan microwave 850 W selama 10 menit akan memiliki efek negatif terhadap perubahan dimensi. 20 Sharma dk (2012) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengeringan temperatur ruang dengan microwave 600 W selama 5 menit terhadap perubahan dimensi bahan gips. Michalakis dkk (2012) mengatakan penyimpanan model gips berkepanjangan selama 2 minggu atau lebih akan memiliki efek negatif pada nilai ekspansinya. 6 Oleh karena itu, agar dapat menghasilkan model kerja yang akurat, setting ekspansi dari bahan gips harus tetap dikendalikan dan diusahakan seminimal mungkin.

48 2.7 KERANGKA TEORI Pencetakan Rahang Bahan replika Gips Klasifikasi Karakteristik Model Gigi Tiruan Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Model Kerja Model Studi Tipe IV Perubahan Dimensi Setting Ekspansi Kekuatan Kompresi Kekerasan Permukaan dan Ketahanan terhadap Abrasi Setting Time Model kerja pembuatan GTC Faktor yang memengaruhi Rasio Bubuk dan Air (W/P) Waktu dan Kecepatan Pengadukan Akselerator dan Retarder Temperatur dan Kelembaban Udara Metode Pengeringan Metode Pengeringan Temperatur Ruang Metode Pengeringan Microwave 31

49 2.8 KERANGKA KONSEP Gips tipe IV sebagai model kerja Metode pengeringan Pengeringan temperatur ruang Pengeringan microwave Perubahan dimensi Kekuatan kompresi Temperatur ruang 23 o ± 2 o C dengan waktu cukup lama selama 24 jam Penyerapan sisa kadar air minimum dan kurang merata pada seluruh bagian model gips Daya 600 W 5 menit Penyerapan sisa air maksimum dan merata pada seluruh bagian model gips Waktu relatif lebih singkat Daya 600 W 10 menit Penyerapan sisa air maksimum dan merata pada seluruh bagian model gips Kristal dihidrat tumbuh bebas dan jarak antar kristal menjadi besar Kekuatan kompresi Jarak antar kristal besar dorongan antar kristal kecil Perubahan dimensi < Pertumbuhan kristal dihidrat meningkat jarak antar kristal sedikit lebih besar Kekuatan kompresi Jarak antara kristal sedikit lebih besar dorongan antar kristal kecil Perubahan dimensi < Pertumbuhan kristal lebih padat jarak antara kristal lebih dekat Kekuatan kompresi Jarak antar kristal lebih dekat dorongan antar kristal besar Perubahan dimensi > 32

50 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian bahwa: 1. a. Ho : Tidak ada pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. b. Ha : Ada pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. 2. a. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. b. Ha : Ada perbedaan pengaruh kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. 3. a. Ho : Tidak ada pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. b. Ha : Ada pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. 4. a. Ho : Tidak ada perbedaan pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. b. Ha : Ada perbedaan pengaruh perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit.

51 34 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (Kelompok A) 2. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit (Kelompok B) 3. Sampel gips tipe IV yang dikeringkan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit (Kelompok C) Setiap sampel dibentuk menggunakan master mold, yaitu: 1. Master mold untuk pengujian kekuatan kompresi merupakan tabung berbentuk silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm. (Spesifikasi ADA No.25). 7 (Gambar 3) 20 Diameter Tinggi 40 mm mm Gambar 3. Ukuran master mold untuk mengukur kekuatan kompresi

52 35 2. Master mold untuk pengujian perubahan dimensi merupakan model induk dengan perangkat stainless steel berbentuk silinder, terdiri dari ruled block dan gipsum mold berdasarkan spesifikasi ADA No.19. Mold tersebut memiliki permukaan dengan diameter 30 mm x tinggi 20 mm. Dipermukaannya terdapat tiga garis vertikal x,y,z dan dua garis lainnya yang tegak lurus dengan garis x,y,z yaitu garis cd dan c d yang berjarak 25 mm. 25 Setiap sampel dilakukan pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c d pada sampel penelitian dan pengukuran panjang garis cd-cd pada garis master mold. Kemudian akan dibandingkan pengukuran dimensi pada sampel dengan dimensi pada mold. (Gambar 4). x y z cd 30 mm 20 mm 25 mm c d 30 mm Gambar 4. Ukuran master mold untuk pengukuran perubahan dimensi Besar Sampel Penelitian Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut: (t-1)(r-1) 15 Keterangan : t = Jumlah perlakuan r = Jumlah ulangan

53 36 Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan yaitu metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit. Jumlah r tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut: ( t 1 ) ( r 1 ) 15 ( 3 1 ) ( r 1 ) 15 2( r 1 ) 15 ( r 1 ) 7,5 r 8,5 Dari hasil diatas, jumlah minimal sampel adalah 8,5 maka jumlah sampel untuk penelitian ini masing-masing kelompok adalah 10 sampel. Dalam penelitian ini untuk masing-masing uji akan diberikan 3 perlakuan sehingga jumlah seluruh sampel yang dibutuhkan adalah 30 sampel untuk kekuatan kompresi dan 30 sampel untuk perubahan dimensi. 3.3 Variabel dan Defenisi Operasional Penelitian Klasifikasi Variabel Variabel Bebas - Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam. - Metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit. - Metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit Variabel Terikat - Kekuatan kompresi - Perubahan dimensi Variabel Terkendali - Jenis gips - Rasio air dan bubuk gips tipe IV

54 37 - Waktu pengadukan - Kecepatan pengadukan - Ukuran sampel penelitian - Teknik pengujian sampel penelitian - Temperatur dan kelembaban udara - Daya energi microwave dan lama pengeringan - Peneliti yang sama Definisi Operasional Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Bebas Variabel Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam Metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit Metode pengeringan dengan mirowave 600 W selama 10 menit Gips tipe IV yang merupakan bahan model kerja yang dikeringkan setelah pengadukan dengan temperatur ruang/ac (23 o ±2 o C) selama 24 jam. Gips tipe IV yang merupakan bahan model kerja yang dikeringkan setelah pengadukan dan dikeringkan dalam microwave dengan daya sebesar 600 W selama 5 menit. Gips tipe IV yang merupakan bahan model kerja yang dikeringkan setelah pengadukan dan dikeringkan dalam microwave dengan daya sebesar 600 W selama 10 menit Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Terikat Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Kekuatan kompresi Kemampuan material untuk menahan fraktur. Kekuatan yang diukur dengan alat uji kompesi dengan cara menekan sampel hingga pecah. Skala ratio Alat Ukur Alat uji kompresi (Universal Testing Machine)

55 38 Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Perubahan dimensi Persentase besarnya perubahan dari besar atau volume. Perubahan dimensi yang diukur dengan alat kaliper digital. Skala ratio Alat Ukur Kaliper Digital Tabel 5. Definisi Operasional Variabel Terkendali Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur Jenis gips Rasio air dan bubuk gips tipe IV Waktu pengadukan Kecepatan pengadukan Ukuran sampel penelitian kekuatan kompresi Ukuran sampel penelitian perubahan dimensi Gips tipe IV dengan merk glastone Perbandingan banyaknya air dengan bubuk gips tipe IV yaitu: 25 ml air : 100 gram bubuk gips. Waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk gips hingga homogen yaitu 60 detik dengan menggunakan spatula. Kecepatan untuk mengaduk gips tipe IV yaitu dengan menggunakan spatula dengan operator yang sama. 1.Kekuatan kompresi dengan ukuran model gips tipe IV yang dibentuk sesuai dengan master mold spesifikasi ADA No. 25 berbentuk silinder dengan ukuran diameter ±20 mm x tinggi ±40 mm. 2.Perubahan dimensi dengan ukuran model gips tipe IV yang dibentuk sesuai dengan master mold spesifikasi ADA No. 19 berbentuk silinder dengan ukuran diameter ±30 mm x tinggi ±20 mm Timbangan digital dan rubber bowl - Stopwatch

56 39 Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur Teknik pengujian sampel penelitian kekuatan kompresi Teknik pengujian sampel penelitian perubahan dimensi Temperatur dan kelembaban udara Daya energi microwave dan lama pengeringan 1.Pengujian sampel kekuatan kompresi menggunakan alat uji kompresi (Universal Testing Machine) dengan cara menekan sampel hingga pecah. 2.Pengujian sampel perubahan dimensi menggunakan alat kaliper digital dengan mengukur jarak antara garis cd dengan garis c d. Temperatur dan kelembaban udara laboratorium tempat pembuatan dan pengujian sampel. Daya energi yang dihasilkan microwave yang diatur oleh operator sebesar 600 W dengan lama pengeringan dalam microwave yaitu selama 5 menit (kelompok B) dan 10 menit (kelompok C). - Universal Testing Machine - Kaliper Digital Timer microwave Peneliti yang sama Operator yang sama yang melakukan penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Pembuatan Sampel Unit Jasa Industri Dental FKG USU Tempat Pengujian Sampel 1. Unit Jasa Industri Dental FKG USU 2. Laboratorium Penelitian Teknik Mesin USU Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada Agustus 2017

57 Alat dan Bahan Penelitian Alat Penelitian 1. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm sebagai mold cetakan sampel kekuatan kompresi. (Gambar 5) Gambar 5. Master mold pengukuran kekuatan kompresi 2. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 30 mm x tinggi 20 mm sebagai mold cetakan perubahan dimensi. (Gambar 6a dan b) a. b. Gambar 6. a. Ruled blok dan b. gipsum mold pengukuran perubahan dimensi 3. Rubber bowl dan spatula 4. Glass slab 5. Stopwatch 6. Timbangan digital (Gambar 7)

58 41 Gambar 7. Timbangan digital 7. Gelas ukur (Pyrex, Amerika Serikat) 8. Bekker Glass (AGC Iwaki, 250 ml) 9. Termometer 10. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy (Gambar 8) Gambar 8. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy) 11. Microwave, sharp R-222Y(S)/W (Gambar 9) Gambar 9. Microwave (Sharp R-222Y(S)/W)

59 Alat uji kompresi, universal testing machine (Gambar 10) Gambar 10. Universal Testing Machine (UTM) 13. Alat uji perubahan dimensi, kaliper digital (Gambar 11) Gambar 11. Kaliper Digital (ketelitian 0,01 mm) Bahan Penelitian 1. Gips tipe IV, glastone 3000 (Gambar 12) Gambar 12. Gips tipe IV (Glastone 3000)

60 43 2. Air keran 3. Vaselin 3.6 Prosedur Penelitian Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C untuk Mengukur Kekuatan Kompresi a. Master mold yang berbentuk tabung silinder dengan ukuran diameter 20 x tinggi 40 mm diolesi dengan vaselin. b. Masukkan 25 ml air ke dalam rubber bowl, kemudian 100 gram bubuk gips tipe IV yang telah ditimbang dengan timbangan digital ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam rubber bowl kemudian diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik hingga homogen (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch). c. Adonan gips tipe IV kelompok A,B dan C dituang secara perlahan ke dalam tabung silinder stainlees steel yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik sampai penuh. d. Adonan yang berlebihan diratakan dengan glass slab yang diletakkan di atas master mold dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas master mold. e. Sampel gips tipe IV dikeluarkan dari master mold setelah 30 menit dari waktu awal pengadukan dan sampel dibiarkan hingga mengeras sepenuhnya selama 24 jam sebelum dilakukan pengujian sampel (sampel kelompok A). f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (sampel dikeringkan di dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 5 menit sebelum dilakukan pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A. g. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok C (sampel dikeringkan di dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 10 menit sebelum dilakukan pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A.

61 44 Gambar 13. Sampel penelitian kekuatan kompresi Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C untuk Mengukur Perubahan Dimensi a. Model induk ruled block dan gipsum mold dengan ukuran diameter 30 mm x tinggi 20 mm diolesi dengan vaselin. b. Masukkan 12 ml air ke dalam rubber bowl, kemudian 50 gram bubuk gips tipe IV yang telah ditimbang dengan timbangan digital ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam rubber bowl, kemudian diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik hingga homogen (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch). c. Adonan gips tipe IV kelompok A,B dan C dituang secara perlahan ke dalam model induk yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik sampai penuh. d. Adonan yang berlebihan diratakan dengan glass slab yang di letakkan di atas ccetakan dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas cetakan. e. Sampel gips tipe IV dikeluarkan dari cetakan setelah 30 menit dari waktu awal pengadukan dan sampel dibiarkan hingga mengeras sepenuhnya selama 24 jam sebelum dilakukan pengujian sampel (sampel kelompok A). f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (sampel dikeringkan di dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 5 menit sebelum dilakukan pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A.

62 45 g. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok C (sampel dikeringkan di dalam microwave dengan daya energi 600 W selama 10 menit setelah pengadukan sebelum dilakukan pengujian sampel) sama dengan prosedur pembuatan sampel kelompok A. h. Sebelum pengeringan dalam microwave sampel diukur terlebih dahulu untuk melihat perbandingan hasil perubahan dimensi sebelum dan sesudah pengeringan microwave dengan pengukuran jarak cd-c d pada sampel dengan kaliper digital pada semua sampel kelompok B (microwave 600 W selama 5 menit) dan kelompok C. (microwave 600 W selama 10 menit). Gambar 14. Sampel penelitian perubahan dimensi

63 Pengujian Kekuatan Kompresi a. Sampel A, B dan C yang sepenuhnya telah mengeras diuji dengan menggunakan alat Universal Testing Machine. Sampel ditekan pada alat hingga pecah. (Gambar 15a dan b). a. b. Gambar 15. Pengujian sampel kekuatan kompresi a. sebelum sampel pecah b. setelah sampel pecah b. Besar beban dicatat dalam satuan kilogramforce (kgf). Besar kekuatan kompresi dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa) Pengujian Perubahan Dimensi a. Masing-masing kelompok sampel dilakukan pengukuran dari jarak antara garis cd dengan garis c d dengan menggunakan alat Kaliper Digital (Gambar 16). x y z cd c d Gambar 16. Pengukuran sampel perubahan dimensi

64 47 b. Besarnya jarak dicatat sesuai dengan angka yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah ke dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus: L1 dimensi sampel - L0 dimensi master mold L0 dimensi master mold 100% Keterangan : L0 adalah jarak antara garis cd dengan garis c d pada mold dalam mm. L1 adalah jarak antara garis cd dengan garis c d pada sampel dalam mm yang diperoleh pada waktu pengukuran yang telah ditentukan.

65 Kerangka Operasional Pembuatan master mold kekuatan kompresi dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm Pembuatan master mold perubahan dimensi dengan ukuran diameter 30 mm x tinggi 20 mm Pembuatan sampel penelitian dengan pengisian gips tipe IV ke dalam master mold Pembuatan sampel penelitian dengan pengisian gips tipe IV ke dalam master mold Pengeringan sampel penelitian gips tipe IV dengan metode temperatur ruang dan microwave Pengeringan sampel penelitian gips tipe IV dengan metode temperatur ruang dan microwave Kelompok A (pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam) Kelompok B (pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit) Kelompok C (pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit) Uji kekutan kompresi menggunakan alat uji universal testing machine Uji perubahan dimensi menggunakan alat uji kaliper digital ketelitian 0,001 mm Analisis Data Hasil

66 Analisis Data Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan: 1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok. 2. Analisis ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. 3. Uji Least Significance Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan yang lebih siginifikan antara metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

67 50 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Agustus Pembuatan sampel penelitian dilakukan di Unit Jasa Industri Dental FKG USU. Setelah pembuatan sampel untuk uji kekuatan kompresi dan perubahan dimensi selesai selanjutnya dilakukan pengukuran kekuatan kompresi dengan menggunakan alat uji Universal Testing Machine di Laboratorium Teknik Mesin USU. Sampel perubahan dimensi dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat uji Kaliper Digital di Unit Jasa Industri Dental FKG USU. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis post test only control group design. Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang dan microwave terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan, dengan cara memberi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok yang lain. 4.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Kekuatan kompresi diukur menggunakan alat uji kompresi (Universal Testing Machine, Japan) dengan cara menekan sampel sampai pecah. Hasil yang didapatkan dari alat ini berada dalam satuan Kgf kemudian dikonversikan menjadi MPa. Hasil penelitian menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A) adalah 35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah 38,3767 MPa. Nilai

68 51 kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan nilai terbesar adalah 44,8572 MPa (Tabel 6). Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata kekuatan kompresi pada kelompok A adalah 35,6640 dan standar deviasi 0,5738. Nilai rerata kekuatan kompresi pada kelompok B adalah 37,3860 dan standar deviasi 0,7424. Nilai rerata kekuatan kompresi pada kelompok C adalah 42,0550 dan standar deviasi 1,5331 (Tabel 6). Tabel 6 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam MPa No. Sampel Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (MPa) Kelompok A (Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam) Kelompok B (Microwave 600 W selama 5 menit) Kelompok C (Microwave 600 W selama 10 menit) 1 36, ,3767 ** 40, , , ,8572 ** 3 35, ,5520 * 43, , , , , , , ,0410 * 37, ,3191 * 7 36,5349 ** 36, , , , , , , , , ,259 41,3197 X = 35,6640 SD= 0,5738 Keterangan : * nilai terkecil ** nilai terbesar X = 37,3860 SD= 0,7424 X = 42,0550 SD= 1, Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan pengujian ANOVA satu arah, terlebih

69 52 dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai p=0,057 untuk kelompok A, nilai p=0,058 untuk kelompok B dan nilai p=0,432 untuk kelompok C. Semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05), sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah untuk menguji apakah terdapat pengaruh kekuatan kompresi yang signifikan pada semua kelompok (Tabel 7). Tabel 7 Uji Normalitas Data Kekuatan Kompresi Kelompok Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan Uji Shapiro-Wilk Kelompok N P A (Temperatur Ruang 23 o ±2 o C 10 0,057 selama 24 jam) B (Microwave 600 W 10 0,058 selama 5 menit) C (Microwave 600 W 10 0,432 selama 10 menit) Keterangan : p>0,05 Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 8). Tabel 8 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan Menggunakan Uji ANOVA satu arah Kelompok Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (MPa) p N X ± SD A (Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam) 10 35,6640 ± 0,5738 B (Microwave 600 W 10 37,3860 ± 0,7424 selama 5 menit) p=0,0001* C (Microwave 600 W 10 42,0550 ± 1,5331 selama 10 menit) Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

70 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Untuk mengetahui perbedaan pengaruh atau pasangan perlakuan mana yang bermakna antara kelompok yang diberi perlakuan, yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A), microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) dan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan maka dilakukan dengan uji LSD (Least Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD maka terdapat perbedaan kekuatan kompresi yang signifikan antara kelompok A dengan B dengan nilai p=0,001 (p<0,05), kelompok A dengan kelompok C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), kelompok B dengan kelompok C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 9). Tabel 9 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan Menggunakan Uji LSD Kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan Temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam Microwave 600 W selama 5 menit Microwave 600 W selama 10 menit Temperatur ruang - p=0,001 p=0, o ±2 o C selama 24 jam Microwave 600 W p=0,001 - p=0,0001 selama 5 menit Microwave 600 W selama 10 menit p=0,0001 p=0, Keterangan : * Signifikan (p<0,05) 4.4 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Perubahan dimensi pada ke tiga kelompok perlakuan di peroleh dengan mengukur jarak antara garis cd-c d yang terdapat pada sampel gipd tipe IV pada metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit, kemudian dibandingkan dengan jarak antara garis cd-

71 54 c d yang terdapat pada mold. Hasil pengukuran perubahan dimensi kemudian diubah ke dalam persentase. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A) adalah 0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0132%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 0,0068% dan yang terbesar adalah 0,0098%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah 0,0193% (Tabel 10). Nilai rerata kekuatan kompresi dianalisis dengan uji Univarian. Nilai rerata perubahan dimensi pada kelompok A adalah dengan nilai rerata 0,0112 dan standar deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada kelompok B adalah dengan nilai rerata 0,0077 dan standar deviasi 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi pada kelompok C adalah dengan nilai rerata 0,0169 dan standar deviasi 0,0013 (Tabel 10). Tabel 10 Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dalam % No. Sampel Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (%) Kelompok A (Temperatur Ruang 23 o ±2 o Cvselama 24 jam) Kelompok B (Microwave 600 W selama 5 menit) Kelompok C (Microwave 600 W selama 10 menit) 1 0,0112 0,0080 0, ,0120 0,0076 0,0152 * 3 0,0100 * 0,0096 ** 0, ,0100 0,0068 * 0, ,0112 0,0080 0, ,0116 0,0080 0, ,0132 ** 0,0092 0, ,0120 0,0076 0, ,0116 0,0080 0,0193 ** 10 0,0116 0,0072 0,0180 X = 0,0112 SD= 0,0009 Keterangan : * nilai terkecil ** nilai terbesar X = 0,0077 SD= 0,0009 X = 0,0169 SD= 0,0013

72 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan pengujian ANOVA satu arah, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai p=0,149 untuk kelompok A, nilai p= 0,287 untuk kelompok B dan nilai p=0,410 untuk kelompok C. Semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05), sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah untuk menguji apakah terdapat pengaruh perubahan dimensi yang signifikan pada semua kelompok (Tabel 11). Tabel 11 Uji Normalitas Data Perubahan Dimensi Kelompok Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan Uji Shapiro-Wilk Kelompok n P A (Temperatur Ruang 23 o ±2 o C 10 0,149 selama 24 jam) B (Microwave 600 W 10 0,287 selama 5 menit) C (Microwave 600 W 10 0,410 selama 10 menit) Keterangan : p>0,05 Hasil uji ANOVA satu arah menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 12).

73 56 Tabel 12 Pengaruh Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit dengan Menggunakan Uji ANOVA satu arah Kelompok Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan (%) p N X ± SD A (Temperatur Ruang 10 0,0112 ± 0, o ±2 o C selama 24 jam) B (Microwave 600 W 10 0,0077 ± 0,0009 p=0,0001* selama 5 menit) C (Microwave 600 W 10 0,0169 ± 0,0013 selama 10 menit) Keterangan : * Signifikan (p<0,05) 4.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Untuk mengetahui perbedaan pengaruh atau pasangan perlakuan mana yang bermakna antara kelompok yang diberi perlakuan, yaitu pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A), microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) dan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan maka dilakukan dengan uji LSD (Least Significant Different). Berdasarkan hasil uji LSD maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok A dengan B nilai p=0,0001 (p<0,05), kelompok A dengan C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), dan kelompok B dengan C dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 13).

74 57 Tabel 13 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan dengan Menggunakan Uji LSD Kelompok gips tipe IV model kerja gigi tiruan Temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam Microwave 600 W selama 5 menit Microwave 600 W selama 10 menit Temperatur ruang - p=0,0001 p=0, o ±2 o C selama 24 jam Microwave 600 W p=0, p=0,0001 selama 5 menit Microwave 600 W p=0,0001 p=0, selama 10 menit Keterangan : * Signifikan (p<0,05)

75 58 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Nilai Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A) adalah 35,0410 MPa dan nilai terbesar adalah 36,5349 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 36,5520 MPa dan nilai terbesar adalah 38,3767 MPa. Nilai kekuatan kompresi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 40,3191 MPa dan nilai terbesar adalah 44,8572 MPa. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan kompresi yang diperoleh dari tiap sampel bervariasi dalam satu kelompok, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat memengaruhi antara lain proses pembuatan sampel untuk setiap kelompok yang tidak dapat dilakukan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Selain itu dapat disebabkan oleh teknik pengadukan yang dilakukan secara manual dengan menggunakan spatula oleh operator, yang menyebabkan kecepatan pengadukannya tidak dapat dikendalikan dengan baik. Faktor lain juga kemungkinan terjadinya poreus di dalam sampel gips yang tidak dapat terlihat. Ketika proses pengadukan gips dilakukan secara manual dan saat pengisian gips ke dalam mold di atas vibrator yang dilakukan sama untuk setiap kelompok sampel, tetapi porositas di dalam gips bisa saja terjadi. Perbedaan porositas inilah yang kemungkinan juga dapat menyebabkan variasi nilai kekuatan kompresi di antara sampel gips dalam satu kelompok perlakuan yang sama. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban udara yang tidak dapat dikendalikan secara sempurna saat pembuatan dan pengujian sampel yang berkaitan dengan metode pengeringan sampel tersebut. 1,2 Mekanisme pengeringan gips tipe IV dengan metode

76 59 pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit juga berbeda, sehingga dapat menyebabkan variasi nilai kekuatan kompresi. 17 Tabel 6 menunjukkan nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam adalah 35,6640 ± 0,5738. Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit adalah adalah 37,3860 ± 0,7424. Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit adalah 42,0550 ± 1,5351. Hasil nilai rerata dan standar deviasi dari penelitian ini terlihat bahwa perbedaan nilai kekuatan kompresi dengan metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit lebih tinggi dibanding metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit. Hal ini disebabkan oleh pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam masih memiliki sisa kadar air yang dapat menurunkan kekuatan kompresi. Kehilangan air pada pengeringan temperatur ruang hanya sekitar 7%-8,8% dari seluruh total kehilangan air dalam gips karena hanya menyerap pada bagian permukaan saja. Jumlah dan bentuk kristal serta jarak antar kristal yang terbentuk selama proses pengerasan semakin besar sehingga dapat menurunkan kekuatan kompresi. 5,23 Dibanding dengan pengeringan microwave panas yang dihasilkan energi microwave menyerap sisa kadar air sampai seluruh daerah model gips yang ingin dikeringkan sehingga menyebabkan kekuatan kompresi semakin meningkat. Selain itu terjadi pertumbuhan kristal yang progresif berhubungan dengan struktur interlocking kristal yang meningkat selama pemanasan. 14,18 Penelitian ini menghasilkan nilai yang berbeda-beda, namun nilai yang terdapat pada penelitian yang dilakukan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit masih berada dalam rentang nilai standar kekuatan kompresi sesuai spesifikasi ADA No.25 yaitu dengan nilai minimum 34,5 MPa. 5

77 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dianalisis dengan uji Anova satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa distribusi data normal. Hasil uji normalitas data pada tabel 7 untuk kelompok A diperoleh nilai p=0,057, untuk kelompok B diperoleh nilai p=0,058 dan untuk kelompok C diperoleh nilai p=0,432, semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05). Hasil uji Anova satu arah menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Faktor yang memengaruhi terjadinya peningkatan kekuatan kompresi gips tipe IV disebabkan oleh faktor temperatur dan kelembaban udara yang berhubungan dengan metode pengeringan bahan gips tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hasan sitasi Hersek (2008) mengatakan bahwa pengeringan bahan gips dengan temperatur ruang dan microwave signifikan berbeda. 12 Pengeringan dengan temperatur ruang untuk menghasilkan kekuatan kompresi yang cukup memadai diperlukan waktu selama jam. Pengeringan dengan temperatur ruang meyerap sisa kadar air hanya pada bagian permukaan model kerja tersebut dan masih memiliki sisa kadar air yang dapat menurunkan kekuatan kompresi. Adanya sisa air yang terperangkap mengakibatkan bentuk kristal semakin besar, jumlah kristal dan jarak antar kristal semakin besar dan kurang padat serta kristal-kristal akan merenggang sehingga dapat menurunkan kekuatan kompresi. 27 Berbeda dengan pengeringan microwave yang dikenal sebagai pemanasan dielektrik yang memiliki beberapa komponen utama salah satunya magnetron, yang merupakan sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro. Ketika gelombang mikro berinteraksi dengan molekul air yang terdapat pada bahan gips yang akan dikeringkan, molekul air akan

78 61 menyerap energi elekromagnetik dengan mekanisme polarisasi yang disebabkan oleh medan listrik. Gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air sampai molekul tersebut saling bertubrukan satu sama lain lalu akan menghasilkan panas, dan panas tersebut akan menyerap kadar air secara merata dengan waktu yang relatif singkat. 17 Hasil akhir pengeringan microwave 600 W selama 5 menit menghasilkan penyerapan air yang merata, pertumbuhan dihidrat semakin meningkat, bentuk partikel lebih padat, jumlah pori air semakin sedikit dan jarak antar kristal sedikit lebih lebih besar sehingga mengakibatkan kekuatan kompresi semakin meningkat dibanding dengan pengeringan temperatur ruang. Pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit lebih menyerap sisa kadar air seluruhnya sampai ke bagian dalam model tersebut secara merata dengan hasil akhir pertumbuhan kristal dihidrat yang semakin meningkat dan lebih padat, bentuk partikel semakin lebih padat, jarak antar kristal semakin dekat, luas permukaan gips akan lebih kecil serta jumlah pori air lebih sedikit sehingga mengakibatkan kekuatan kompresi semakin meningkat. 5,27,34 Hal ini berhubungan dengan penyerapan sisa kadar air dengan pengeringan microwave, dengan hasil akhir dari pengeringan sisa air tersebut mengakibatkan kristal-kristal gips yang halus mengendap. Perkembangan kristal gips yang semakin besar dengan bentuk partikel gips semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat yang menyebabkan kekuatan kompresi semakin meningkat diantara pengeringan temperatur ruang dan microwave 600 W selama 5 menit. Selain untuk mendapatkan kekuatan kompresi bahan gips metode microwave juga memberikan pengaruh manfaat klinis bagi dokter gigi, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat dalam hal pengeringan model kerja pada saat pembuatan mahkota dan gigi tiruan jembatan sementara pasien. 5.3 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan kompresi gips tipe IV yang signifikan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit

79 62 dengan nilai p=0,001 (p<0,05), terdapat perbedaan yang signifikan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) serta terdapat perbedaan yang signifikan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Pasangan yang paling berbeda signifikan terjadi pada pasangan kelompok sampel gips tipe IV pada metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan kelompok sampel gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit dengan rata-rata perbedaan 6,391. Perbedaan ini disebabkan gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam masih memiliki kandungan air saat proses pengerasan. Pengeringan dengan temperatur ruang hanya menyerap sisa kadar air bagian permukaan bahan gips, karena temperatur dan kelembaban udara yang tidak dapat dikendalian secara sempurna selama pengerasan. Kandungan air yang masih tersisa memudahkan untuk terjadinya porositas pada gips. Porositas ini menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga mengakibatkan kekuatan kompresi juga rendah. Selain itu dengan terperangkapnya air pada kisi kristal gips menyebabkan kristal-kristal gips akan merenggang sehingga akan menurunkan kekuatan kompresi. 37 Adanya air yang terperangkap mengakibatkan bentuk dan jumlah partikel yang besar, serta jarak antar kristal yang semakin besar yang mengakibatkan kekuatan kompresi menurun. Berbeda dengan pengeringan microwave mampu menyerap sisa kadar air sampai pada bagian model secara merata, yang mengakibatkan bentuk kristal yang lebih padat dan halus serta jarak antar kristal lebih dekat sehingga meningkatkan kekuatan kompresi gips tersebut. 18 Meningkatnya kekuatan kompresi gips dipengaruhi oleh perbedaan bentuk kristal, kepadatan, jarak antar kristal serta ikatan kristal dihidrat yang semakin kuat. Pengeringan microwave menghasilkan jumlah inti kristal lebih banyak, jumlah ikatan kristal yang lebih besar dan terjadinya prorositas akibat terperangkapnya air semakin berkurang yang mengakibatkan kekuatan kompresi microwave lebih tinggi dibanding dengan pengeringan temperatur ruang. 33 Pengeringan microwave 600 W selama 10 menit memerlukan waktu yang cukup singkat untuk proses pengeringan dengan hasil

80 63 kekuatan kompresi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Sharma dkk (2013) yang mengatakan bahwa dengan pengeringan gips tipe III dan IV dengan microwave 600 W selama 10 menit meningkatkan kekuatan kompresi dan menghemat waktu dalam proses pengeringan yang signifikan dibanding dengan pengeringan temperatur ruang selama 24 jam Nilai Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan pada Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A) adalah 0,0100% dan yang terbesar adalah 0,0133%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 0,0063% dan yang terbesar adalah 0,0096%. Nilai perubahan dimensi terkecil gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0152% dan yang terbesar adalah 0,0193%. Hasil penelitian ini bervariasi pada setiap kelompok kemungkinan disebabkan oleh faktor waktu pengeringan, temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk dikontrol secara sempurna. Menurut Michalakis dkk (2009) kelembaban udara sangat memengaruhi terjadinya ekspansi pada bahan gips. Hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan kristal yang berlangsung terus menerus selama proses pengerasan yang dibiarkan di udara hingga 5 hari. 10 Pada tabel 10 terlihat nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam (kelompok A) adalah 0,0112 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 5 menit (kelompok B) adalah 0,0077 ± 0,0009. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan microwave 600 W selama 10 menit (kelompok C) adalah 0,0169 ± 0,0013. Hasil nilai rerata dan standar deviasi dari penelitian ini terlihat bahwa perbedaan nilai perubahan dimensi pada metode pengeringan microwave 600 W

81 64 selama 5 menit lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 10 menit. Hal ini disebabkan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam oleh faktor temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk dikontol, akan memengaruhi terjadinya ekspansi gips seiring berjalannya waktu yang berlangsung terus menerus yang akan meningkatkan perubahan dimensi gips hingga mencapai 5 hari. Lamanya waktu pengeringan bahan gips dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit berbeda, yang kemungkinan menyebabkan nilai yang dihasilkan dapat bervariasi. 6 Kandungan air yang masih tersisa dalam bahan gips juga merupakan faktor yang akan memengaruhi nilai perubahan dimensi. 35 Pengeringan dengan temperatur ruang dengan akan berlangsung selama 5 hari. Pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dengan adanya sisa air yang terperangkap dalam kisi kristal mengakibatkan ruang antar nukleus sedikit lebih besar dibanding pengeringan microwave 600 W selama 10 menit. Dibanding dengan pengeringan microwave 600 W selama 10 menit mengakibatkan menyusutnya kristalkristal gips akibat tidak adanya air dalam gips tersebut yang mengakibatkan terjadinya dorongan keluar dari inti kristal yang besar sehingga menyebabkan setting ekspansi gips menjadi sangat besar. Berbeda dengan kekuatan kompresi. Pada kekuatan kompresi, terperangkapnya air memudahkan terjadinya porositas pada gips yang menyebabkan kohesi antara air dengan gips menjadi rendah sehingga kekuatan kompresi menjadi rendah. 6,10,27 Menurut spesifikasi ADA No. 25 nilai setting ekspansi gips tipe IV berkisar antara 0,00-0,10%. Hasil penelitian ini masih dalam batas standar nilai yang ditetapkan. Hasil penelitian ini nilai rerata perubahan dimensi tertinggi adalah pada kelompok gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit yaitu 0,0169% dan terendah pada kelompok gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit yaitu 0,0077%.

82 Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dianalisis dengan uji Anova satu arah. Sebelum pengujian Anova, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui bahwa distribusi data normal. Hasil uji normalitas data pada tabel 11 untuk kelompok A diperoleh nilai p=0,149, untuk kelompok B diperoleh nilai p= 0,287 dan untuk kelompok C diperoleh nilai p=0,410, semua kelompok data terdistribusi normal (p>0,05). Hasil uji Anova satu arah pada tabel 12 menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini disebabkan akibat ekspansi gips yang dapat dijelaskan dengan teori kristalisasi yang berbeda antara masih adanya air yang terperangkap dengan tidak adanya air terperangkap. Teori kristalisasi yaitu terjadinya dorongan keluar dari kristal gips pada saat gips mulai setting. Dorongan keluar yang terlalu besar akan menyebabkan setting ekspansi menjadi besar. Adanya air yang terperangkap akan mengakibatkan ruang antar nukleus semakin besar sehingga dorongan inti kristal semakin kecil yang mengakibatkan ekspansi juga mengecil. 27 Pengeringan dengan temperatur ruang dengan adanya kelebihan air akan meningkatkan ekspansi higroskopis, karena akan menyebabkan pertumbuhan kristal dengan bebas yang menyediakan banyak ruang untuk pembentukan kristal secara terus menerus yang lebih banyak selama proses pengerasan. Perubahan dimensi pada pengeringan temperatur ruang akan semakin meningkat dan berlangsung terus menerus hingga 5 hari oleh faktor temperatur dan kelembaban udara yang sulit untuk dikendalikan secara sempurna. 5,10 Temperatur dan waktu pengeringan dalam microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit berbeda dengan pengeringan temperatur ruang. Pengeringan microwave yang merupakan gelombang

83 66 elektromagnetik yang mampu mengubah energi listrik menjadi panas endotermik. Ketika gelombang mikro berinteraksi dengan molekul air, molekul air akan menyerap energi elektromagnetik tersebut dan terjadi rotasi dipol. Rotasi dipol tersebut mengakibatkan gesekan antar molekul sehingga mengakibatkan antar molekul saling bertubrukan. Hasil tubrukan-tubrukan tersebut akan menghasilkan panas yang akan menyerap sisa kadar air gips secara merata, sehingga menghasilkan bentuk partikel yang semakin padat dan jarak antar kristal semakin dekat. Pengeringan microwave 600 W selama 10 menit menyerap seluruh kadar air dan mengakibatkan bentuk partikel gips semakin padat, jarak antara kristal semakin dekat, nukleus kristalisasi akan semakin banyak sehingga dorongan keluar akan semakin besar. 28,36 Hal inilah yang menyebabkan perubahan dimensi pada pengeringan microwave 600 W selama 10 menit lebih besar dibanding pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit. Namun, apabila temperatur pengeringan semakin tinggi dengan waktu yang lama akan menyebabkan penyusutan bahan gips yang memengaruhi setting ekspansi menjadi besar. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan kekuatan kompresi, nilai kekuatan kompresi metode pengeringan mivrowave 600 W selama 10 menit lebih tinggi dibanding metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan pengeringan microwave 600 W selama 5 menit. 5.6 Perbedaan Pengaruh Metode Pengeringan dengan Temperatur Ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan Microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe IV Model Kerja Gigi Tiruan Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat pebedaan perubahan dimensi gips tipe IV yang signifikan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), dan terdapat pebedaan yang signifikan pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) serta terdapat perbedaan yang signifikan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan

84 67 microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Berdasarkan hasil Uji LSD terlihat pasangan yang signifikan berbeda terjadi pada pasangan kelompok sampel gips tipe IV pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan rata-rata perbedaan 0,0092. Perbedaan ini disebabkan bahwa seluruh gips mengalami ekspansi yang berkelanjutan selama gips mengeras. Pengeringan bahan gips dengan temperatur yang tinggi dan kelembaban yang rendah serta waktu yang lama akan menyebabkan kontraksi bahan gips, ditandai dengan perubahan bentuk kristal dari hemihidrat prismatik menjadi bentuk jarum, jarak antara kristal menjadi semakin dekat yang meyebabkan setting ekspansi semakin besar. 5 Perubahan dimensi pada microwave 600 W selama 10 menit karena tidak adanya air yang terperangkap dalam kristal gips sehingga mengakibatkan bentuk partikel yang lebih padat, jarak antar partikel lebih dekat serta jarak antar nukleus semakin kecil sehingga nukleus kristalisasi dalam unit volume semakin besar dan dorongan inti kristal semakin besar yang mengakibatkan penyusutan dan setting ekspansi gips semakin besar. 28 Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, pertumbuhan kristal bebas dan ekspansi gips yang berkelanjutan hingga 5 hari. Perubahan dimensi kelompok pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit lebih besar dibandingkan metode pengeringan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dan microwave 600 W selama 5 menit. Pengeringan dengan microwave selama 5 menit dengan waktu yang relatif lebih singkat mengakibatkan dorongan inti kristal keluar lebih kecil dibanding dengan waktu microwave 600 W selama 10 menit sehingga menyebabkan setting ekspansi juga lebih mengecil. 6,27 Berbeda dengan kekuatan kompresi dengan bentuk partikel yang semakin padat, jarak antar kristal semakin dekat dan kehilangan sisa air yang menyerap seluruh bagian model kerja akan meningkatkan kekuatan kompresi. Kelemahan dari penelitian ini adalah temperatur ruang dan kelembaban udara yang tidak dapat dikendalikan secara sempurna, sehingga dengan temperatur ruang air yang masih terperangkap dapat menurunkan kekuatan kompresi dan setting ekspansi yang berlangsung terus selama pengerasan yang menyebabkan perubahan dimensi

85 68 juga berubah. Teknik pengadukan gips secara manual yang kecepatan pengadukannya tidak dapat dikontrol secara sempurna sehingga setiap kelompok sampel yang dihasilkan berbeda, serta saat pengisian gips ke dalam mold dengan waktu yang berbeda kemungkinan menyebabkan terjadinya poreus internal yang tidak terlihat sehingga menurunkan kekuatan kompresi yang dihasilkan. Hal ini disarankan dengan penggunaan teknik pengadukan menggunakan vacum mixer sehingga pencampuran lebih homogen dan meminimalkan poreus yang terjadi. Kelemahan lain yaitu keterbatasan alat pengukuran perubahan dimensi dengan menggunakan kaliper digital yang diukur oleh operator, kemungkinan sulit untuk mendapatkan hasil yang akurat saat operator lelah mengukur titik-titik pengukuran, sehingga lebih disarankan dengan menggunakan alat yang lebih canggih seperti traveling microscope dengan ketelitian 0,01 mm.

86 69 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam adalah 35,6640 ± 0,5739, microwave 600 W selama 5 menit adalah 37,3860 ± 0,7424 dan microwave 600 W selama 10 menit adalah 42,0550 ± 1, Ada pengaruh metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). 3. Ada perbedaan pengaruh pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan nilai p=0,001 (p<0,05), metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) dan metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p=0,05). 4. Nilai rerata dan standar deviasi perubahan dimensi gips tipe IV pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam adalah, 0,0112 ± 0,0009, microwave 600 W selama 5 menit adalah 0,0077 ± 0,0009 dan microwave 600 W selama 10 menit adalah 0,0169 ± 0, Ada pengaruh metode pada pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam, microwave 600 W selama 5 menit dan microwave 600 W selama 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan dengan nilai p=0,0001 (p<0,05).

87 70 6. Ada perbedaan pengaruh pada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dan 10 menit terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan. Metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05), metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05) dan metode metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dengan microwave 600 W selama 10 menit dengan nilai p=0,0001 (p<0,05). Pada hasil penelitian ini bila ditinjau dari kekuatan kompresi gips tipe IV model kerja gigi tiruan pada metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 10 menit lebih baik daripada metode pengeringan dengan temperatur ruang 23 o ±2 o C selama 24 jam. Apabila ditinjau dari perubahan dimensi metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit memiliki perubahan dimensi yang rendah namun tidak menurunkan kekuatan kompresinya. Hasil penelitian ini metode pengeringan dengan microwave 600 W selama 5 menit dapat diterima sebagai pengeringan alternatif untuk mendapat kekuatan kompresi yang tinggi dengan perubahan dimensi yang rendah. Aplikasi klinis dapat diterima bahwa pengeringan alternatif dengan microwave 600 W selama 5 menit dapat mengurangi waktu kerja dokter gigi dalam hal menunggu model kerja mengeras, pada saat pembuatan mahkota dan jembatan gigi tiruan sementara pasien dengan meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi yang rendah. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya pengeringan microwave di bawah 600 W dengan waktu yang singkat pada pengeringan gips tipe IV model kerja gigi tiruan untuk meningkatkan kekuatan kompresi dan perubahan dimensi bahan gips yang rendah. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh waktu dan penggunaan tingkat energi microwave terhadap perubahan dimensi gips tipe IV model kerja gigi tiruan.

88 71 3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat pengukuran perubahan dimensi yaitu traveling microscope agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

89 72 DAFTAR PUSTAKA 1. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9 th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental Materials. Clinical applications for dental assistants and dental hyginists. 2 nd ed. Missouri: Saunders Elsevier, 2011: 176, McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9 th ed. Oxford: Blackwell Munksgaard, 2008: Noort RV. Introduction to dental materials. 3 th ed. London: Mosby Elsevier, 2008: Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips Science of dental materials. 12 th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2013: Michalakis KX, Asar V, Kapsampeli V, Trikka PM, Pissiotis AL, Hirayama. Delayed linear dimensional changes of five high strength gypsum products used for the fabrication of definitive casts. J Prosthet Dent 2012; 108(3): Silva MAB, Vitti RP, Consani S, Sinhoreti MAC, Mesquita MF, Consani R.LX. Linear dimensional change, compressive strength and detail reproduction in type IV dental stone dried at room temperature and in a microwave oven. J Apl Oral Sci 2012; 20 (5): Jassim TK. Comparison of some properties between commercially available gypsum products. TJDS 2012; 1: Hasan RH. The effect of microwave disinfection on tensile strength of dental gypsum. Al-Rafidain Dent J 2008; 8(2): Michalakis KX, Stratos A, Hirayama H, Pissiotis AL, Touloumi F. Delayed setting and hygroscopic linear expansion of three gypsum products used for cast articulation. J Prosthet Dent 2009; 102(5): Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4):

90 Hasan RH, Mohammad KA. The effects of drying techniques on the compressive strength of gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2013; 5(1): Al-Khayat IK, Abdullah MA. Modification of gypsum products (part II): The effect of drying methods on the compressive strength and surface hardness of modified gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2009; 9(2): Ahmad AS. Evaluation of some properties of iraqi plaster by using some additives and microwave drying technique. MDJ 2015; 12(1): Sharma A, Shetty M, Hegde C, Shetty NS, Prasad DK. Comparative evaluation of dimensional accuracy and tensile strength of a type IV gypsum using microwave and air drying methods. J Indian Prosthodont Soc 2013; 13(4): Sun J, Wang W, Yue Q. Review on microwave-matter interaction fundamentals and efficient microwave-associated heating strategies. Materials 2016; 9(231): Chun WP, Kim S, Lee KW. Hot air-microwave combined drying characteristics of gypsum board. Palma. Balearic Island, Spain 2011: Chandra U. Microwave heating. India: Croatia, 2011: 3-8, 63-78, 208, Bona AJ, Brito MGA, Rodrigues JA, Peruzzo DC, Franca FMG. Microwave radiation is effective at disinfecting dental stone surfaces without changing their physical properties. General Dentistry 2017; Anaraki MR, Moslehifard E, Bahari M, Shiva M. Effect of repeated microwave disinfection on surface hardness and dimensional accuracy of two dental stone materials. Advances in Bioscience & Clinical Medicine 2014; 3(1): Anaraki MR, Moslehifard E, Aminifar S, Ghanati H. Effect of microwave disinfection on compressive and tensile strengths of dental stone. JODDD 2013; 7(1): Sudhakar A, Srivatsa G, Shetty R, Rajeswari CL, Manvi S. Evaluation of the various drying methods on surface hardness of type IV dental stone. Journal of International Oral Health 2015; 7(3): Powers JM, Sakaguchi RL. Craig s Restorative dental materials. 12 th ed. Missouri: Elsevier, 2009:

91 Dhage SM, Miraje AA, Kumbhojkar AA. Computer-aided design optimization of the crosshead of a ball screw driven universal testing machine: A review. Journal of Computer Aided Manufacturing and Automation 2016; 1(1): Abass SM, Mahmood MA, Khalaf BS. Effect of microwave irradiation on disinfection, dimensional accuracy, and surface porosity of dental casts. MDJ 2011; 8(2): Carr AB, Brown DT. Removable partial prosthodontics. 12 th ed. Canada: Elsevier Mosby, 2011: Aljubouri ZA, Al-Rawas AM. Physical properties and compressive strength of the technical plaster and local juss. Iraqi J Earth Sciences 2009; 9(2): Alberto N, et al. Characterization of different water/powder ratios of dental gypsum using fiber bragg grating sensors. Dental Materials Journal 2011; 30(5): Taira H, Nakamura H. Microwave drying of monolithic refractories. Nippon Steel Technical Report 2008; 29: Rahma RA. Microwave. 05 Januari (01/02/2017). 31. Ganesapillai M, Arunagiri, Regupathi L. Dehydration characteristics and drying quality of plaster of paris using microwave heating process. In: Applied Science Innovations Private Limited, India. Proceeding of ICNM, 2009: Anaraki MR, Loftipour F, Moslehifard E, Morntaheni A, Sigari P. Effect of different energy levels of microwave on disnifection of dental stone casts. JODDD 2013; 7(3): Chandrasekaran S, Ramanathan S, Basak T. Microwave material processing A review. Indian Institute of Technology Madras, 2011: Malaviya N, Shrestha A. Comparative evaluation of surface detail changes and compressive strength of gypsum casts and dies after immersion in hypochlorite solution and microwave irradiation. An in vitro study. International Journal of Contemporary Medical Research 2016; 3(6):

92 Khalaf HAR, Mohammed MR. Effect of disinfectant agents on certain Physical and Mechanical Properties of Type IV Dental Stone. J Bagh College Dentistry 2014; 26(1): Sophia M, Sakthieswaran N. Gypsum as a construction material A review of recent developments. IJIRST 2016; 2(12):

93 Lampiran 1

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN GARAM DAPUR DAN NaCl 2% TERHADAP SETTING TIME DAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut. Pembuatan model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga mulut dan dibiarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang telah digunakan sebagai model gigitiruan sejak 1756 20 Gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia Selain itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia Di alam, gipsum merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA

PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA PERBEDAAN KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III PABRIKAN DAN DAUR ULANG UNTUK PEMBUATAN MODEL KERJA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gipsum merupakan mineral yang didapatkan dari proses penambangan di berbagai belahan dunia. Gipsum merupakan produk dari beberapa proses kimia dan sering digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PEMAKAIAN BAHAN PEMBERSIH ENZIM DAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP JUMLAH Candida albicans PADA BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dunia. Di alam gipsum merupakan massa yang padat dan biasanya berwarna abu-abu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dunia. Di alam gipsum merupakan massa yang padat dan biasanya berwarna abu-abu, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral alami yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Di alam gipsum merupakan massa yang padat dan biasanya berwarna abu-abu, putih susu kekuningan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH LAMA PEMBERSIHAN DENGAN ENERGI MICROWAVE TERHADAP PENYERAPAN AIR DAN PERUBAHAN DIMENSI BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI PADA GIPSUM TIPE III KOMERSIAL DENGAN GIPSUM TIPE III DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN MODEL KERJA GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: CHRISTO B. PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASISGIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANASDENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA DENGANDAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS

PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA

COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut, yaitu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Gigitiruan Model gigitiruan merupakan replika dari permukaan rongga mulut, yaitu mencakup beberapa gigi, jaringan lunak dan lengkung edentulus. 1,17 Proses perawatan dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : KEBIASAAN MEMELIHARA KEBERSIHAN GIGITIRUAN PADA MASYARAKAT PEMAKAI GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK KAYU MANIS TERHADAP JUMLAH Candida albicans SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN DAN KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP KEBERSIHAN GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA 1 PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN POLIVINIL SILOKSAN SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN DAUN MIMBA 15% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI

PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI PERUBAHAN WARNA PADA BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM MINUMAN SODA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT KEKASARAN PERMUKAAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SELAMA 45, 90, 135 MENIT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh Sarjana

Lebih terperinci

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL 0 PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMAKAIAN GIGITIRUAN DI DESA UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan mulut tersebut.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.)

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA PASIEN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhui tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI

PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI PENYERAPAN CAIRAN OBAT KUMUR KLORHEKSIDIN 0,12% PADA SEMEN IONOMER KACA TIPE II SETELAH PERENDAMAN 1, 3, 5 DAN 7 HARI Oleh: Hemaasvini Chandran 110600190 Dosen Pembimbing: 1. Lasminda Syafiar, drg, Mkes

Lebih terperinci

VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN

VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN VARIASI WARNA RESIN KOMPOSIT NANOFILLER TERHADAP KEKUATAN TEKAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : KOH SHENG ZHE NIM :120600173

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversible, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversible menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGARUH GELOMBANG MIKRO TERHADAP KEKUATAN TARIK GIPS KERAS TIPE III (DENTAL STONE) DAN TIPE IV (DENTAL STONE HIGH STRENGTH)

PENGARUH GELOMBANG MIKRO TERHADAP KEKUATAN TARIK GIPS KERAS TIPE III (DENTAL STONE) DAN TIPE IV (DENTAL STONE HIGH STRENGTH) PENGARUH GELOMBANG MIKRO TERHADAP KEKUATAN TARIK GIPS KERAS TIPE III (DENTAL STONE) DAN TIPE IV (DENTAL STONE HIGH STRENGTH) SKRIPSI Oleh Nugroho Ady Santoso NIM 061610101019 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI

Lebih terperinci

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA

KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA KEKUATAN TEKAN BAHAN HIBRID IONOMER DENGAN LAMA PENYINARAN YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : PHOEBE LEE PEI NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya, kemudian akan diisi dengan bahan pengisi untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT

PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT PENENTUAN WAKTU AKHIR SINERESIS PADA BEBERAPA BAHAN CETAK ALGINAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : RIRI HENY KARNI NIM :

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH PERENDAMAN DALAM AIR REBUSAN DAUN JAMBUBIJI 25% DENGAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE

PENGARUH METODE PENGERINGAN DENGAN TEMPERATUR RUANG DAN MICROWAVE PENGRUH METODE PENGERINGN DENGN TEMPERTUR RUNG DN MICROWVE TERHDP KEKUTN KOMPRESI DN PERUBHN DIMENSI GIPS TIPE IV MODEL KERJ GIGI TIRUN Dwi Tjahyaning Putranti *, Yosanna Hayati Sitorus ** *Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM : HUBUNGAN ANTARA PROPORSI WAJAH EKSTERNAL DAN GIGI INSISIVUS SENTRALIS RAHANG ATAS DENGAN KONSEP GOLDEN PROPORTION PADA MAHASISWA MALAYSIA FKG USU ANGKATAN 2008 2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT

PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL

PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK HEAT- CURED SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN CUKA APEL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN BAHAN PEREKAT GIGITIRUAN PADA BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN BAHAN PEREKAT GIGITIRUAN PADA BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS 1 PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN BAHAN PEREKAT GIGITIRUAN PADA BASIS RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN

PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH DAN SELF-ETCH PADA RESTORASI KLAS I (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008

DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 DISTRIBUSI DAN DESAIN GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN FLEKSIBEL DI UNIT USAHA JASA DAN INDUSTRI LABORATORIUM DENTAL FKG USU TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM : PERBEDAAN PROPORSI LEBAR GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN KONSEP GOLDEN PROPORTION DAN KONSEP RECURRING ESTHETIC DENTAL (RED) PROPORTION PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2010-2013 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI

PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI 1 PENYERAPAN AIR RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN DI DALAM AQUADEST DENGAN TEMPERATUR BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memeproleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25%

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25% PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN SALAM 25% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ROMAULI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II REVISI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II Topik : Bahan Tanam Gypsum Bonded Kelompok : C12 Tgl. Praktikum : Selasa, 27 Oktober 2015 Pembimbing : Soebagio, drg.,m.kes PENYUSUN: NO. NAMA NIM 1. FARID MARZUQI

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI E MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI Disusun oleh: KELOMPOK E (040001500082) IgaEldita (040001500093) Jonathan Morgan (040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika

Lebih terperinci

RIFKA FAUZA NIM: SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

RIFKA FAUZA NIM: SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. POLA KEHILANGAN GIGI DAN KEBUTUHAN JENIS GIGITIRUAN MASYARAKAT DESA BINAAN UJUNG RAMBUNG KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer

Lebih terperinci

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013

KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 1 KUALITAS HIDUP LANSIA PEMAKAI GIGITIRUAN PENUH YANG DIBUAT OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa

Daya tahan, penampilan, dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat. menarik perhatian sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki beberapa Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2010 Trisna Perbedaan Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Nilon Dengan Resin Akrilik Polimerisasi Panas xiv + 70 Halaman Daya tahan, penampilan,

Lebih terperinci

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH APLIKASI HIDROGEN PEROKSIDA 35% DENGAN WAKTU YANG BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI PADA PERENDAMAN DENGAN SUSU SAPI DAN SALIVA BUATAN SETELAH DEMINERALISASI GIGI

PERBEDAAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI PADA PERENDAMAN DENGAN SUSU SAPI DAN SALIVA BUATAN SETELAH DEMINERALISASI GIGI PERBEDAAN NILAI KEKERASAN ENAMEL GIGI PADA PERENDAMAN DENGAN SUSU SAPI DAN SALIVA BUATAN SETELAH DEMINERALISASI GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Daniati Tri Erikawati NIM

SKRIPSI. Oleh : Daniati Tri Erikawati NIM PERBANDINGAN DESINFEKTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN EKSTRAK JAHE MERAH 100% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP PERUBAHAN WARNA PADA RESIN AKRILIK HEAT CURED SKRIPSI Oleh : Daniati Tri Erikawati

Lebih terperinci

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) SEBAGAI BAHAN DESINFEKSI DENGAN TEKNIK SEMPROT TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI RONGGA MULUT PADA CETAKAN ALGINAT SKRIPSI diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : IDELIA GUNAWAN NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : IDELIA GUNAWAN NIM : PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO BLANGKAS TERHADAP FLEXURAL STRENGTH RESTORASI KAVITAS KLAS II (SITE 2 SIZE 2) MINIMAL INTERVENSI SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN NANO PENELITIAN IN VITRO SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN PERBEDAAN ph, LAJU ALIRAN DAN KADAR ION KALSIUM SALIVA PADA PEROKOK KRETEK DAN BUKAN PEROKOK DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat Group : A5b Tgl, Praktikum : 08 Mei 2012 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., MKes Penyusun: No. Nama NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah terjadi;

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK BIJI KOPI ROBUSTA 12,5% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSAL LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

PENGARUH EKSTRAK BIJI KOPI ROBUSTA 12,5% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSAL LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS PENGARUH EKSTRAK BIJI KOPI ROBUSTA 12,5% SEBAGAI BAHAN PEMBERSIH GIGI TIRUAN TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSAL LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SKRIPSI Oleh Like Olivia Shilvya NIM 101610101078 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA GANGGUAN PENGECAPAN PADA PEGAWAI NON-AKADEMIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: MELISSA NIM:

Lebih terperinci

UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU

UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro)

PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro) PERUBAHAN WARNA GIGI PERMANEN MANUSIA SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK KULIT PISANG RAJA 100% (secara in-vitro) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi HUBUNGAN ORAL HIGIENE DENGAN PENGALAMAN KARIES MENGGUNAKAN INDEKS DMF-T DAN SIC (WHO) ANAK USIA 12 TAHUN DI SD SWASTA AL-ULUM MEDAN DAN SD NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans

PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans PENGARUH PERENDAMAN BASIS GIGI TIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM VINEGAR APEL DAN SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP JUMLAH Candida albicans SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN TINGKAT KETERGANTUNGAN MEROKOK DAN MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA PEGAWAI FKG USU DAN SUPIR ANGKOT DI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM:

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM: PERBEDAAN PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS DENGAN PEMBERIAN NISTATIN DAN MIKONAZOL TOPIKAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh rasio w/p terhadap setting time bahan cetak alginate dengan penambahan pati garut (Maranta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. Sampel Penelitian Sampel pada penelitian

Lebih terperinci