IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 38 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Alam a. Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Nogosari merupakan salah satu kecamatan penghasil padi di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Nogosari memiliki luas wilayah 5.508,43 ha. Sebanyak 45,02% (2.479, 83 ha) berupa lahan sawah, dan sisanya merupakan lahan kering. Kecamatan Nogosari terdiri dari 13 desa, yaitu Desa Kenteng, Potronayan, Sembungan, Jeron, Ketitang, Rembun, Guli, Tegalgiri, Bendo, Keyongan, Pojok, Glonggong, dan Pulutan. Kecamatan Nogosari terdiri dari 67 RW dan 410 RT. Desa dengan wilayah terluas adalah Desa Pulutan seluas 649,50 ha, sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Bendo dengan luas 246,58 ha. Batas-batas administratif Kecamatan Nogosari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Andong Sebelah Selatan : Kecamatan Ngemplak Sebelah Barat : Kecamatan Simo Sebelah Timur : Kabupaten Sragen b. Topografi Daerah Kondisi topografi wilayah Kecamatan Nogosari terbagi ke dalam daerah-daerah dengan ketinggian yang berbeda-beda. Topografi wilayah Kecamatan Nogosari termasuk ke dalam dataran sedang. Kecamatan Nogosari terletak pada ketinggian antara 400 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Kecamatan Nogosari juga memiliki sungai. Sungai terbesar di Kecamatan Nogosari adalah Sungai Cemoro yang merupakan perbatasan dengan Kecamatan Andong. Sungai ini merupakan sumber pengairan untuk commit sawah to user di Desa Rembun dan Ketitang. 38

2 digilib.uns.ac.id 39 Sebelah selatan Kecamatan Nogosari terdapat saluran irigasi dari Waduk Cengklik yang mengairi sawah di Desa Ketitang, Potronayan, Sembungan, dan Jeron. c. Keadaan Iklim Iklim merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan iklim di suatu wilayah adalah curah hujan. Iklim di Kecamatan Nogosari termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Pada tahun 2011, Kecamatan Nogosari tidak mengalami hujan sepanjang tahun. Kecamatan Nogosari hanya mengalami hujan selama 11 bulan, dengan curah hujan yang berbeda-beda setiap bulannya. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan November, yaitu 397,5 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0 mm, atau dengan kata lain tidak terdapat hujan pada bulan tersebut. d. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di Kecamatan Nogosari bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian tanah. Kecamatan Nogosari memiliki luas wilayah sebesar 5.508,43 ha yang digunakan untuk lahan sawah dan lahan kering seperti tercantum pada Tabel 6. commit to user

3 digilib.uns.ac.id 40 Tabel 6. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No. Jenis Lahan Luas (ha) % 1. Lahan Sawah 2.479,83 45,02 a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan 456, ,18 8,29-1,54 33,73 2. Lahan Kering 3.028,60 54,98 a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun c. Padang Gembala d. Tambak/Kolam e. Hutan Negara f. Perkebunan Negara/Swasta 1.752,56 993, ,73 31,82 18, ,13 g. Lainnya Total 5.508,43,00 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa secara umum penggunaan lahan di Kecamatan Nogosari meliputi 2.479,83 ha (45,02 %) lahan sawah dan 3.028,60 ha (54,98 %) lahan kering. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Nogosari lebih banyak digunakan sebagai lahan kering yaitu sebesar 3.028,60 ha, dengan penggunaan terbesar adalah sebagai pekarangan/bangunan yaitu sebesar 1.752,56 ha (31,82%), dan penggunaan terkecil adalah untuk hal lain-lain, yaitu sebesar 282,73 ha (5,13%). Penggunaan lahan sawah di Kecamatan Nogosari dibagi menjadi 3 jenis, yaitu lahan sawah irigasi teknis, irigasi sederhana, dan tadah hujan. Penggunaan lahan sawah paling besar adalah lahan sawah tadah hujan yaitu sebesar 1.858,18 ha (33,73 %), sedangkan yang terkecil adalah irigasi sederhana yaitu sebesar 85 ha (1,54 %). Sumber irigasi yang digunakan oleh lahan sawah di Kecamatan Nogosari berasal dari sungai Cemoro dan Waduk Cengklik. Semua desa di Kecamatan Nogosari commit to memiliki user lahan sawah dengan luas yang

4 digilib.uns.ac.id 41 berbeda-beda. Desa yang memiliki lahan sawah terbesar adalah Desa Ketitang yaitu sebesar 318,04 ha, sedangkan desa yang memiliki lahan sawah terkecil adalah Desa Pojok yaitu sebesar 85,28 ha. Luas lahan sawah di Kecamatan Nogosari yang relatif luas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya produksi padi di kecamatan ini. 2. Keadaan Penduduk a. Pertumbuhan Penduduk Penduduk adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu dan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan sosial di sekitarnya tersebut untuk dapat bertahan hidup. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh adanya kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Nogosari selama 4 tahun terkahir dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Nogosari Tahun Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Pertumbuhan Penduduk (jiwa) Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka Persentase (%) - 0,05 0,02 0,76 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Nogosari dari tahun ke tahun meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011, yaitu sebanyak 465 jiwa. Menurut Mantra (2009), pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan. Pertambahan jumlah penduduk bisa disebabkan karena tingginya angka kelahiran, tingginya angka kematian, dan tingginya angkanya perpindahan penduduk. Sedangkan penurunan penduduk bisa disebabkan karena commit to user

5 digilib.uns.ac.id 42 rendahnya angka kelahiran, rendahnya angka kematian, dan rendahnya angka perpindahan penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah ketersediaan pangan wilayah harus ditingkatkan. Hal ini bertujuan supaya kebutuhan konsumsi penduduk dapat terpenuhi dan ketahanan pangan tingkat rumah tangga dan wilayah dapat tercapai. b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan keadaan tersebut dapat diketahui sex ratio, yaitu perbandingan antara laki-laki dan perempuan di wilayah Kecamatan Nogosari. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Nogosari Tahun Tahun commit to user Jumlah Penduduk (jiwa) Laki Laki Perempuan Jumlah Sumber: Kecamatan Nogosari dalam Angka Sex Ratio (%) 94,22 95,03 95,13 95,35 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai sex ratio di Kecamatan Nogosari juga mengalami peningkatan. Nilai sex ratio yang semakin meningkat setiap tahun menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki mengalami peningkatan lebih banyak dibanding penduduk perempuan setiap tahunnya. Pada tahun 2011, nilai sex ratio di Kecamatan Nogosari adalah 95,35%. Nilai sex ratio tersebut memiliki arti bahwa pada setiap penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki, atau dengan kata lain

6 digilib.uns.ac.id 43 jumlah penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia > 64 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia tahun. Keadaan penduduk Kecamatan Nogosari berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Nogosari Tahun Tahun Usia 0-14 th Usia th Usia > 64 th Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka Angka Beban Tanggungan (%) 48,52 48,23 51,19 51,80 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia produktif mengalami penurunan, sedangkan penduduk yang berusia non produktif mengalami peningkatan. Nilai Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Nogosari mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai ABT di Kecamatan Nogosari pada tahun 2011 adalah 51,80%, artinya pada setiap penduduk yang berusia produktif menanggung 52 penduduk yang berusia non produktif. Peningkatan nilai ABT menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun) lebih kecil daripada pertumbuhan jumlah penduduk yang berusia non produktif (0-14 tahun dan >64 tahun). Kelompok penduduk yang berusia 0-14 tahun dan >64 tahun dikatakan sebagai penduduk non produktif, karena kelompok umur commit ini to tidak user mempunyai penghasilan tetap

7 digilib.uns.ac.id 44 sendiri sehingga harus mengandalkan penduduk atau pihak lain (keluarga, pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan. d. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan gizi yang dimilikinya. Hal ini akan mempengaruhi pemilihan bahan konsumsi pangan dan gizi dalam rumah tangga. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No Pendidikan Jumlah Persentase (jiwa) (%) Tidak Sekolah ,38 Belum Tamat SD ,58 Tamat SD ,96 Tamat SLTP ,68 Tamat SLTA ,41 Tamat Diploma I/II 353 0,58 Tamat Akademi 389 0,64 Tamat Sarjana/Diploma IV 474 0,77 Jumlah ,00 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Nogosari berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak jiwa (34,89 %). Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I/II adalah yang paling sedikit, yaitu sebanyak 353 jiwa (0,63 %). Semakin tinggi tingkat pendidikan akan meningkatkan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi juga semakin besar. Tingginya tingkat pendidikan juga akan meningkatkan pengetahuan tentang gizi yang dimiliki, sehingga pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga dapat terpenuhi dan berkualitas. commit to user

8 digilib.uns.ac.id Keadaan Pertanian Kecamatan Nogosari merupakan daerah di Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi di bidang pertanian dilihat dari luasnya lahan yang digunakan pada sektor pertanian. Penduduk daerah ini masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian yaitu sebagai petani. Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman pangan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas dan Total Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No. Jenis Tanaman Padi Sawah Padi Ladang Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah Kedelai Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha) 5,85 4,18 4,13 16,32 3,81 0,91 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Produksi (ton) , ,00 371,41 685, ,00 37,41 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa komoditas tanaman pangan yang dibudidayakan di Kecamatan Nogosari adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Komoditas padi sawah merupakan tanaman yang memiliki luas panen terbesar dan produksi terbesar dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Hal ini dikarenakan tanah dan iklim di Kecamatan Nogosari cocok untuk membudidayakan padi sawah. Selain itu, tersedianya sarana irigasi yang baik di Kecamatan Nogosari menyebabkan banyak penduduk yang membudidayakan padi sawah. Alasan lainnya adalah bahwa beras masih dijadikan sebagai makanan pokok penduduk Kecamatan Nogosari dan wilayah Indonesia lainnya. commit to user

9 digilib.uns.ac.id Keadaan Perekonomian a. Keadaan Sarana Perekonomian Keadaan sarana perekonomian merupakan salah satu aspek yang menunjang keadaan perekonomian suatu daerah. Sarana perekonomian ada bermacam-macam, seperti pasar, toko, restoran, bank, dan lain-lain. Banyak dan jenis sarana perekonomian di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No Fasilitas Perdagangan Jumlah Persentase (unit) (%) Kelompok Pertokoan 2 0,17 Pasar 3 0,26 Toko/Kios/Warung ,20 Restoran/Rumah Makan/Kedai ,54 Hotel Penginapan 1 0,09 Bank Umum, BKK dan Koperasi 43 3,73 Total 1152,00 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa fasilitas perdagangan yang paling banyak ditemui adalah toko/kios/warung (947 unit), sedangkan fasilitas perdagangan yang paling jarang ditemui adalah hotel penginapan (1 unit). Toko/warung/kios banyak ditemui, karena banyak penduduk yang bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Modal yang dibutuhkan untuk toko/warung/kios dinilai tidak terlalu besar, sehingga banyak penduduk yang mengusahakannya untuk menambah pendapatan keluarga. b. Keadaan Sarana Perhubungan Sarana perhubungan merupakan alat transportasi yang digunakan oleh penduduk untuk bepergian. Sarana perhubungan ada yang menggunakan mesin dan tidak menggunakan mesin (manual). Semakin banyak dan bervariasi jenis sarana perhubungan di suatu wilayah, maka semakin maju kondisi wilayah tersebut dan semakin mudah transportasinya. Jenis sarana perhubungan di Kecamatan commit to user Nogosari dapat dilihat pada Tabel 13.

10 digilib.uns.ac.id 47 Tabel 13. Sarana Perhubungan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No. Jenis Sarana Jumlah Persentase Perhubungan (unit) (%) 1. Sepeda ,93 2. Sepeda Motor ,59 3. Mobil a. Dinas b. Pribadi c. Colt d. Truk ,02 4,85 1,13 0,69 4. Gerobak Dorong 311 1,75 5. Becak 8 0,05 Total ,00 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa jenis sarana perhubungan di Kecamatan Nogosari bervariasi. Jenis sarana perhubungan yang paling banyak di Kecamatan Nogosari adalah sepeda motor, yaitu sebanyak unit (54,59 %). Banyaknya sepeda motor di Kecamatan Nogosari disebabkan karena menggunakan sepeda motor dirasa lebih hemat dan cepat jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan lainnya. Sedangkan jenis sarana perhubungan yang paling sedikit adalah mobil dinas, yaitu sebanyak 3 unit (0,02 %). Mobil dinas di Kecamatan Nogosari hanya sedikit karena mobil dinas hanya digunakan oleh pejabat kecamatan tertentu saja. Kondisi sarana transportasi yang cukup beragam dan cukup baik ini mengindikasikan bahwa penduduk memiliki akses yang baik untuk mencapai pasar dan tempat lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk memiliki akses yang baik untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. c. Keadaan Jalan Jalan merupakan salah satu prasarana yang disediakan oleh pemerintah. Keadaan jalan akan mempengaruhi keadaan transportasi dan ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena jalan merupakan penghubung antar daerah. Semakin baik kondisi jalan di commit to user

11 digilib.uns.ac.id 48 suatu tempat, maka semakin lancar distribusi barang yang dilakukan. Keadaan jalan di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Keadaan Jalan di Kecamatan Nogosari Tahun 2011 No. Keadaan Jalan 1. Jenis Permukaan a. Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Terinci Jumlah 2. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat Jumlah commit to user Panjang Jalan (km) 39,6 1, ,1 15,5 8,4 7,0 10,2 41,1 Sumber : Kecamatan Nogosari dalam Angka 2012 Persentase (%) 96,35 3,65 0,00 0,00,00 37,71 20,44 17,03 24,82,00 Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis permukaan jalan di Kecamatan Nogosari adalah aspal, yaitu sepanjang 39,6 km (96,35 %). Kondisi jalan di Kecamatan Nogosari masih bervariasi, namun masih didominasi oleh kondisi jalan yang baik, yaitu sepanjang 15,5 km (37,71 %). Kondisi jalan yang baik, memungkinkan lancarnya distribusi pangan ke seluruh daerah, sehingga penduduk mampu mengakses pangan dengan baik dan lancar. Hal ini memungkinkan untuk terciptanya ketahanan pangan rumah tangga yang baik. Meskipun masih didominasi oleh kondisi jalan yang baik, kondisi jalan yang rusak berat pun juga masih banyak, yaitu sepanjang 10,2 km (24,82 %). Kondisi jalan yang rusak berat ini disebabkan karena adanya proyek penggalian bukit di beberapa daerah di Kecamatan Nogosari. Adanya proyek ini mengakibatkan banyaknya kendaraan berat yang memasuki kecamatan, sehingga kondisi jalan menjadi rusak. Adanya proyek juga menyebabkan

12 digilib.uns.ac.id 49 polusi udara. Banyak debu yang beterbangan dapat mempengaruhi kesehatan penduduk setempat. 5. Keadaan Ketahanan Pangan a. Ketersediaan Pangan Salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan pangan di tingkat wilayah adalah kondisi ketersediaan pangan di tingkat wilayah tersebut. Ketersediaan pangan adalah kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan berikut turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu (Braun et all dalam Rahmadanih et all, 2011). Ketersediaan pangan wilayah di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Ketersediaan Pangan dan Kebutuhan Pangan di Kabupaten Boyolali Tahun 2012 No Jenis Pangan Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Jalar Ubi Kayu Kacang Hijau Ketersediaan (ton) Kebutuhan (ton) Surplus/Minus (ton) Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2012 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa jenis pangan beras, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu mengalami surplus di Kabupaten Boyolali. Sedangkan jenis pangan kedelai, ubi jalar, dan kacang tanah mengalami minus. Nilai surplus menunjukkan bahwa jumlah pangan tersebut (beras, jagung, kacang tanah, ubi kayu) melimpah sehingga mampu mencukupi kebutuhan penduduk. Sedangkan nilai minus menunjukkan bahwa jumlah pangan (kedelai, ubi jalar, kacang hijau) tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Tersedianya pangan yang cukup di suatu wilayah commit to merupakan user salah satu faktor dalam

13 digilib.uns.ac.id 50 pencapaian ketahanan pangan wilayah. Hal ini disebabkan karena pangan merupakan sesuatu yang dikonsumsi oleh penduduk. Jika pangan tidak tersedia dengan cukup, maka konsumsi pangan penduduk akan berkurang, sehingga akan mempengaruhi ketahanan pangan individu bahkan wilayah. Kekurangan ketersediaan pangan dapat diatasi dengan melakukan impor atau membeli pangan dari luar daerah. b. Konsumsi Energi dan Protein Ketahanan pangan dapat diketahui dengan melakukan penilaian terhadap kuantitas pangan penduduk. Penilaian kuantitas pangan dapat didekati dengan penilaian konsumsi pangan penduduk. Pemerintah Kabupaten Boyolali membagi kecamatankecamatan dalam kabupaten menjadi 3 kriteria berdasarkan pada karakteristik topografi, yaitu dataran rendah (Kecamatan Karanggede), dataran sedang (Kecamatan Teras, Kecamatan Sawit, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Klego, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Boyolali, Kecamatan Ampel) dan dataran tinggi (Kecamatan Mojosongo). Konsumsi energi dan protein menurut karakteristik topografi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Konsumsi Energi dan Protein Menurut Karakteristik Topografi di Kabupaten Boyolali Tahun 2012 (Berdasarkan Survei Konsumsi Pangan) No Karakteristik Topografi Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) 1.671, , ,8 Konsumsi Protein (gr/kap/hari) 46,8 44,4 48,6 TKE (% AKE) TKP (% AKP) Dataran Rendah Dataran Sedang Dataran Tinggi 85,8 80,8 82,4 90,1 86,1 90,4 Rata-rata 1.603,9 45,1 81,5 87,0 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2012 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa konsumsi energi dan protein pada tiap karakteristik topografi belum memenuhi nilai AKE (2.150 kkal/kap/hari) dan AKP (57 gram/kap/hari). Konsumsi energi tertinggi terdapat di kecamatan commit to user dengan topografi dataran rendah (1.671,0 kkal/kap/hari), sedangkan

14 digilib.uns.ac.id 51 yang terendah terdapat di kecamatan dengan topografi dataran sedang (1.589,9 kkal/kap/hari). Konsumsi protein tertinggi terdapat di kecamatan dengan topografi dataran tinggi (48,6 gram/kap/hari), sedangkan terendah terdapat di kecamatan dengan topografi dataran sedang (44,4 gram/kap/hari). Hal ini disebabkan karena suhu di dataran tinggi yang rendah, sehingga membuat masyarakat banyak mengkonsumsi pangan tinggi protein untuk menjaga suhu tubuh supaya tetap hangat. Konsumsi pangan penting untuk diperhatikan, karena kekurangan konsumsi bagi seseorang dari standar minimum tersebut akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan aktivitas serta produktivitas kerja. c. Pola Pangan Harapan (PPH) Selain menggunakan penilaian kuantitas pangan, ketahanan pangan dapat juga dinilai dari kualitas konsumsi pangan. Kualitas konsumsi pangan dapat diketahui dari penilaian terhadap skor Pola Pangan Harapan (PPH) secara aktual. PPH adalah komposisi pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi penduduk. Skor PPH aktual dikatakan semakin baik apabila mendekati skor PPH maksimal yang telah ditentukan. Pola Pangan Harapan Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pola Pangan Harapan Kabupaten di Boyolali Tahun 2012 (Berdasarkan Survei Konsumsi Pangan) No. Kelompok Pangan Kalori % Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan hemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lainnya 779,7 101,4 175,7 105,9 56,6 113,2 63,2 114,3 3,9 48,6 6,3 11,0 12,2 3,5 7,1 3,9 7,1 0,2 AKE (%) 39,4 5,1 8,9 9,9 2,9 5,7 3,2 5,8 0,2 Skor Maksimal 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5,0 0,0 Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2012 commit to user Skor PPH Aktual 19,7 2,5 17,7 4,9 1,0 10,0 1,6 28,9 0,0 Total 1603,9,0 81,0,0 86,3

15 digilib.uns.ac.id 52 Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa skor PPH di Kabupaten Boyolali belum mencapai skor maksimal, yaitu hanya sebesar 86,3 % dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Pencapaian skor PPH ini mampu menunjukkan pola konsumsi masyarakat setempat. Skor PPH yang belum maksimal ini masih dapat dimaklumi karena banyak masyarakat yang belum mengerti mengenai pola konsumsi pangan yang ideal, sehingga banyak yang mengabaikannya. Konsumsi pangan penyumbang skor terbesar pada PPH adalah kelompok pangan sayur dan buah (28,9 %), sedangkan skor terendah adalah pada kelompok pangan lainlainnya (0,0 %). Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat jenis pangan tertentu yang belum dikonsumsi sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan. B. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Rumah Tangga Petani Responden Karakteristik rumah tangga petani responden merupakan gambaran umum rumah tangga petani responden di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Petani responden merupakan petani yang melakukan usahatani padi sawah. Karakteristik rumah tangga petani responden meliputi data identitas responden yang berupa umur suami dan istri, pendidikan suami dan istri, serta jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Karakteristik rumah tangga responden di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 18. commit to user

16 digilib.uns.ac.id 53 Tabel 18. Karakteristik Rumah Tangga Petani Responden di Kecamatan Nogosari Tahun 2013 No. Uraian Keterangan 1. Rata-rata Umur (tahun) a. Suami b. Istri Pendidikan a. Suami - SD - SMP - SMA - Diploma (D2 dan D3) - S1 b. Istri - SD - SMP - SMA 3. Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga (orang) a. Laki-laki b. Perempuan Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa rata-rata umur suami adalah 55 tahun dan rata-rata umur istri adalah 49 tahun. Rata-rata umur suami berada pada tingkat usia yang produktif (15-64 tahun), sehingga memungkinkan mereka dapat bekerja dan melakukan usahatani secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Umur akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan tingkat kecukupan pangan individu. Tingkat umur yang produktif akan membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan tingkat umur yang tidak produktif. Mayoritas tingkat pendidikan suami adalah SD dan SMA, sedangkan pendidikan istri adalah SMP. Ada satu rumah tangga petani yang sudah tidak memiliki kepala rumah tangga (suami sudah meninggal), sehingga istri yang merangkap peran sebagai ibu dan kepala rumah tangga. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh, maka pengetahuan commit yang to user dimiliki semakin banyak, sehingga

17 digilib.uns.ac.id 54 akan mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pada tingkat rumah tangga petani, tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir petani dalam pengambilan keputusan mengenai usahatani dan pemenuhan konsumsi rumah tangga dalam kaitannya tentang ketahanan pangan. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga petani responden adalah 4 orang, yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga dan kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin banyak pula jumlah konsumsi pangan maupun non pangan dalam rumah tangga yang harus dipenuhi, serta semakin bervariasi pula kebutuhan konsumsi pangan. 2. Karakteristik Usahatani Rumah Tangga Petani Responden Karakteristik usahatani rumah tangga petani merupakan gambaran umum dari usahatani rumah tangga petani responden. Karakteristik usahatani rumah tangga petani responden meliputi data-data yang terkait dengan usahatani rumah tangga petani yang berupa pola tanam, intensitas panen, luas kepemilikan lahan, dan pendapatan rumah tangga baik yang berasal dari pertanian maupun non pertanian. Karakteristik usahatani rumah tangga responden di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Karateristik Usahatani Rumah Tangga Petani Responden di Kecamatan Nogosari Tahun 2013 No. Uraian Keterangan 1. Pola Tanam a. Padi-padi-padi b. Padi-padi-bero Intensitas Panen a. 3x/tahun b. 2x/tahun 3. Rata-rata Luas Kepemilikan Lahan Sawah (m 2 ) Pendapatan Rumah Tangga Responden a. Pertanian (Rp/bulan) b. Non Pertanian (Rp/bulan) Pendapatan Anggota Rumah Tangga (Rp/bulan) Sumber : Analisis Data Primer, commit Tahun to user , , , ,37

18 digilib.uns.ac.id 55 Berdasarkan pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa mayoritas usahatani rumah tangga petani responden memiliki pola tanam padi-padipadi, dengan intensitas panen sebanyak 3 kali per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah setempat memiliki sumber air dan irigasi yang memadai. Irigasi yang digunakan berasal dari Kedungboyo Nogosari, dengan jatah 4 kali dalam seminggu. Namun jika musim kemarau tiba, dan kecukupan air kurang, maka petani menggunakan sumur pompa untuk mengairi sawahnya. Dalam melakukan usahatani padi, petani memilih varietas padi yang dirasa menguntungkan, yaitu umur tanam yang relatif pendek dan jenis beras banyak disukai oleh konsumen. Varietas padi yang biasa ditanam oleh petani adalah varietas IR 64, Situbagendit, dan Ciherang. Namun varietas yang paling sering ditanam adalah IR 64, karena varietas ini memiliki umur tanam yang paling singkat dibandingkan dengan varietas lainnya. Umur tanam yang singkat akan menambah jumlah intensitas panen. Banyaknya jumlah intensitas panen akan mempengaruhi jumlah ketersediaan pangan pokok (beras) ditingkat rumah tangga. Semakin banyak intensitas panen, maka semakin sering petani membawa pulang sebagian hasil panennya (gabah) ke rumah, maka hal tersebut akan mempengaruhi ketersediaan pangan pokok (beras) dalam rumah tangga petani. Rata-rata luas kepemilikan lahan sawah rumah tangga petani responden adalah m 2. Lahan tersebut merupakan lahan sawah yang dikerjakan sendiri, dan ada pula yang dikerjakan oleh petani lain. Berdasarkan hasil wawancara, pada beberapa petani yang kepemilikan lahan sawahnya sedikit, akan menyewa lahan sawah, kemudian mengerjakannya sendiri atau meminta petani lain untuk melakukan budidaya padi sawah di lahan sawah yang disewa tersebut. Ada perjanjian/kesepakatan bagi hasil yang berupa maro antara petani yang memiliki lahan sawah dengan petani penggarap. Bagi hasil maro memiliki arti setengah, commit yang to user artinya bahwa petani penggarap

19 digilib.uns.ac.id 56 mendapatkan bagian setengah atau 50% dari hasil panen, baik dengan sistem tebas maupun panen sendiri. Sedangkan petani yang tidak memiliki lahan sawah, akan menjadi petani penggarap pada lahan sawah milik orang lain dengan perjanjian maro juga. Kepemilikan lahan sawah akan mempengaruhi produksi padi dan pendapatan rumah tangga petani. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani responden adalah Rp ,15/bulan. Sedangkan rata-rata pendapatan anggota rumah tangga responden sebesar Rp ,37/bulan. Rata-rata pendapatan rumah tangga terbesar berasal dari usahatani, yaitu sebesar Rp ,48/bulan. Pendapatan rumah tangga petani responden yang berasal dari usahatani diperoleh dari usahatani padi sawah, baik di lahan milik sendiri maupun lahan orang lain (petani penggarap). Perhitungan jumlah pendapatan non usahatani diperoleh dari pekerjaan istri dan pekerjaan suami. Pekerjaan di luar usahatani yang dilakukan oleh rumah tangga responden adalah menjadi guru, PNS, tukang pijit, wiraswasta (membuka usaha bengkel, budidaya lele, warung makan, berjualan pecel, dan membuka warung fotokopi), penjahit, jual beli motor bekas, penjaga makam, usaha persewaan mesin perontok padi, dan pelayan di rumah makan. Jumlah pendapatan rumah tangga petani akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga petani yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachman dan Supriyati (2004) yang menyatakan bahwa ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan baik di tingkat rumah tangga maupun wilayah (hasil produksi sendiri dan atau dari pembelian) dan daya beli. Daya beli rumah tangga terhadap pangan yang dibutuhkan tergantung dari tingkat pendapatan dan harga-harga pangan. 3. Ketersediaan Pangan Pokok Rumah Tangga Petani Ketersediaan pangan pokok rumah tangga petani yang dianalisis hanya terbatas pada ketersediaan pangan pokok dari beras saja. Beras dipilih sebagai indikator commit ketersediaan to user pangan pokok rumah tangga karena

20 digilib.uns.ac.id 57 beras merupakan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Ketersediaan pangan pokok dalam rumah tangga petani dapat diketahui dengan menghitung selisih antara input pangan pokok (produksi usahtani dan pembelian beras) dengan output pangan pokok (penjualan, zakat fitrah, aktivitas sosial). Hasil perhitungan ketersediaan pangan pokok tersebut kemudian dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga pada masing-masing rumah tangga, sehingga akan didapatkan kategori ketersediaan pangan pokok pada anggota rumah tangga petani. Jumlah input dan output pangan pokok pada rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Ketersediaan Pangan Pokok Anggota Rumah Tangga Petani di Kecamatan Nogosari Tahun 2013 Keterangan INPUT 1. Produksi Usahatani 2. Pembelian Jumlah Input OUTPUT 1. Penjualan 2. Zakat Fitrah 3. Aktivitas Sosial - Hajatan - Jimpitan Jumlah Output Beras gr/kap/hari 2.513,90 14, , ,96 6,94 Energi kkal/kap/hari 9.050,04 51, , ,87 25,00 75,46 10, ,16 271,64 38, ,39 Ketersediaan 385, ,40 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2013 Sumber input pangan pokok pada rumah tangga petani responden hanya ada 2, yaitu dari produksi usahatani dan pembelian. Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa rata-rata ketersediaan pangan anggota rumah tangga petani adalah 385,12 gr/kap/hari atau setara dengan 1.386,40 kkal/kap/hari atau dapat dikategorikan rendah. Input pangan pokok tertinggi diperoleh dari produksi usahatani, yaitu sebanyak 2.513,90 gr/kap/hari atau commit setara dengan to user 9.101,79 kkal/kap/hari. Pada saat

21 digilib.uns.ac.id 58 panen tiba, seluruh petani responden membawa pulang sebagian gabah berupa gabah kering panen (GKP) untuk persediaan pangan pokok sehari-hari. Pada setiap panen, gabah yang dibawa pulang tidak sama jumlahnya, tergantung pada persediaan gabah yang ada di rumah. Dalam setahun, petani mampu melakukan panen padi sebanyak 3 kali. Dalam setahun, petani mengalami 1 kali masa gadhu, yaitu keadaan dimana tidak terdapat hujan (kemarau), sehingga irigasi menjadi terbatas. Pada musim ini, sebanyak 29 petani responden tetap melaksanakan usahatani padi meskipun air yang diperoleh dari irigasi sedikit, sehingga mereka harus menggunakan sumur pompa untuk mengairi sawah mereka. Terdapat 1 petani responden yang tidak melakukan kegiatan usahatani di musim kemarau karena sawah yang dimilikinya adalah sawah tadah hujan. Pada saat panen di masa gadhu, petani lebih banyak menjual gabah daripada membawa pulang untuk persediaan. Hal ini dikarenakan, pada masa gadhu harga gabah relatif lebih tinggi, sehingga banyak petani yang menjual gabah untuk menambah pendapatan rumah tangga. Harga gabah pada saat masa gadhu relatif lebih tinggi karena pada saat musim ini tidak semua petani dapat berusahatani padi sawah karena terbatasnya pengairan yang dimiliki. Hanya petani yang memiliki sawah beririgasi saja yang mampu melakukan kegiatan tanam. Kebalikan dari masa gadhu adalah masa walikan. Masa walikan adalah keadaan dimana curah hujan tinggi (penghujan). Tanam di masa walikan terjadi sebanyak 2 kali dalam setahun. Pada saat masa walikan, petani membawa lebih banyak gabah ke rumah daripada pada saat masa gadhu. Pada saat tanam dan panen di musim ini, harga gabah menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pada saat tanam dan panen di masa gadhu. Hal ini disebabkan karena sumber air yang digunakan untuk pengairan melimpah, yang menyebabkan semua petani padi menanam padi pada saat musim ini, sehingga terjadi panen raya. Hal tersebut menyebabkan harga commit gabah to user menjadi lebih rendah dan pendapatan

22 digilib.uns.ac.id 59 petani menjadi menurun. Proporsi gabah yang dibawa pulang saat panen di masa walikan berbeda dengan gabah yang dibawa pulang pada saat panen di masa gadhu. Sumber input yang kedua berasal dari pembelian. Input pangan yang berasal dari pembelian terdapat 14,38 gr/kap/hari atau setara dengan 51,75 kkal/kap/hari. Hal ini disebabkan karena hampir seluruh persediaan gabah dan beras yang ada di rumah, diperoleh dari hasil panen sendiri. Petani responden dapat lebih hemat dengan mengurangi jumlah pembelian beras. Namun jika persediaan gabah dan beras di rumah menipis sedangkan masa panen masih lama, mereka memutuskan untuk membeli beras di warung secukupnya untuk kebutuhan sehari-hari, hingga masa panen tiba. Hal ini tidak dilakukan secara terus menerus oleh petani, karena mereka adalah produsen padi, maka sebisa mungkin mereka memenuhi kebutuhan beras dari hasil usahatani padi mereka. Meskipun begitu, pada beberapa rumah tangga petani responden, mereka selalu membeli beras setiap bulannya untuk dikonsumsi. Hal ini mereka lakukan karena hasil panen mereka tidak terlalu banyak, sehingga gabah hasil panen lebih banyak dijual untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka. Pembelian beras yang dilakukan oleh petani responden adalah pembelian beras dengan menggunakan harga normal. Pangan pokok yang diperoleh rumah tangga petani tidak hanya digunakan untuk konsumsi saja, tetapi juga dijual, digunakan untuk zakat fitrah, dan aktivitas sosial. Output pangan terbanyak yaitu dijual, sebanyak 2.049,96 gr/kap/hari atau setara dengan 7.379,87 kkal/kap/hari. Penjualan yang dilakukan oleh petani berupa gabah kering panen (GKP). Hal ini disebabkan karena petani hanya memiliki halaman rumah yang sempit, sehingga petani enggan untuk menjemur gabah, dan lebih memilih untuk menjual gabah di sawah setelah panen. Penjualan gabah yang dilakukan oleh petani tidak selalu sama jumlahnya, tergantung pada persediaan gabah dan beras di rumah, serta tergantung juga pada harga jual gabah pada saat panen. commit Jika to persediaan user gabah menipis, maka petani

23 digilib.uns.ac.id 60 akan membawa pulang gabah lebih banyak pada panen berikutnya. Biasanya petani membawa pulang gabah dalam jumlah yang banyak pada saat musim penghujan. Hal ini disebabkan karena pada saat musim penghujan terjadi panen raya, sehingga harga gabah menjadi menurun, dan petani membawa lebih banyak gabah ke rumah untuk dijadikan persediaan pada saat masa gadhu. Output pangan terbanyak kedua digunakan untuk keperluan aktivitas sosial berupa hajatan. Besarnya output pangan yang digunakan untuk keperluan hajatan adalah 75,46 gr/kap/hari atau setara dengan 271,64 kkal/kap/hari. Aktivitas sosial yang memberikan beras/uang untuk keperluan hajatan ini sering disebut dengan nyumbang. Kegiatan nyumbang beras ini hanya dilakukan pada saat ada saudara atau tetangga dekat memiliki hajatan. Beras yang disumbangkan untuk keperluan hajatan ini tidak selalu sama jumlahnya. Jumlah beras yang disumbangkan untuk tetangga dekat biasanya sebanyak 1 bojog beras atau setara dengan 10 liter beras, dan setara dengan 8 kg beras. Namun jika saudara sendiri yang memiliki hajat, biasanya petani menyumbang beras lebih banyak dibandingkan jika menyumbang untuk tetangga, yaitu kurang lebih 25 kg beras. Output pangan terbanyak ketiga digunakan untuk keperluan aktivitas sosial berupa jimpitan. Besarnya output pangan yang digunakan untuk keperluan jimpitan sebanyak 10,80 gr/kap/hari atau setara dengan 38,88 kkal/kap/hari. Pembayaran jimpitan ada yang berupa uang yang dibayar setiap hari atau sebulan sekali, dan ada pula yang berupa beras yang dibayar setiap hari. Pembayaran jimpitan dengan beras ini tergolong unik, karena banyak jimpitan yang dibebankan untuk warga berbeda kuantitasnya antara masa sebelum panen dan masa setelah panen. Jimpitan yang dibebankan untuk semua warga pada saat sebelum panen sebanyak segenggam beras. Pada saat setelah panen, jimpitan yang dibebankan untuk warga yang bermata pencaharian sebagai petani padi adalah sebanyak 0,5 liter commit beras to (kurang user lebih 400 gram) yang hanya

24 digilib.uns.ac.id 61 diberikan 1 hari saja, kemudian hari berikutnya tetap, yaitu sebanyak segenggam beras. Sedangkan untuk warga yang bukan petani, jimpitan yang dibebankan tetap, yaitu segenggam beras. Jimpitan beras yang telah terkumpul akan digunakan untuk kegiatan sosial di desa, seperti untuk konsumsi pada saat kegiatan kerja bakti di desa. Output pangan yang paling kecil digunakan untuk keperluan zakat fitrah. Besarnya output pangan yang digunakan untuk keperluan zakat fitrah sebanyak 6,94 gr/kap/hari atau setara dengan 25,00 kkal/kap/hari. Seluruh rumah tangga petani responden yang diteliti adalah muslim, sehingga mereka selalu membayar zakat fitrah setiap tahunnya. Seluruh rumah tangga petani responden membayar zakat fitrah berupa beras. Petani lebih memilih membayar zakat fitrah dalam bentuk beras daripada uang, karena mereka adalah produsen beras, yang juga memiliki persediaan beras di rumah, sehingga mereka lebih memilih membayar zakat fitrah dengan beras. Pertimbangan lainnya yaitu petani merasa lebih hemat dan dapat menekan pengeluaran rumah tangga, jika pembayaran zakat fitrah berupa beras. Nilai rata-rata ketersediaan pangan pokok pada anggota rumah tangga petani di Kecamatan Nogosari adalah 385,12 gr/kap/hari atau setara dengan 1.386,40 kkal/kap/hari, yang diperoleh dari selisih antara nilai input dan output pangan pokok. Ketersediaan pangan pokok ini tergolong dalam kategori rendah, karena nilainya < 1400 kkal/kap/hari. Ketersediaan pangan pokok pada masing-masing rumah tangga petani berbeda, tergantung pada besarnya nilai input dan output pangan pokok pada rumah tangga tersebut. Distribusi ketersediaan pangan pokok rumah tangga petani di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 21. commit to user

25 digilib.uns.ac.id 62 Tabel 21. Distribusi Ketersediaan Pangan Pokok Rumah Tangga Petani di Kecamatan Nogosari, Tahun 2013 No. Kategori Ketersediaan Pangan Pokok Jumlah % 1. Tinggi 8 26,67 2. Sedang 8 26,67 3. Rendah 14 46,66 Jumlah,00 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2013 Ketersediaan pangan pokok rumah tangga dapat dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah (ketersediaan pangan pokok < 1400 kkal/kap/hari), sedang (ketersediaan pangan pokok berada dalam kisaran kkal/kap/hari), dan tinggi (ketersediaan pangan pokok 1600 kkal/kap/hari). Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa ketersediaan pangan pokok (beras) pada tingkat rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari beragam. Mayoritas rumah tangga petani responden, yaitu sebanyak 14 responden (46,66%) memiliki ketersediaan pangan pokok yang rendah. Responden dengan ketersediaan pangan pokok yang rendah berjumlah banyak, sedangkan rumah tangga petani dengan ketersediaan pangan pokok (beras) yang sedang yaitu sebanyak 8 responden (26,67%) dan rumah tangga dengan ketersediaan pangan pokok yang tinggi yaitu sebanyak 8 responden (26,67%). Ketersediaan pangan pokok pada tingkat rumah tangga ditentukan oleh berbagai macam faktor, salah satunya dipengaruhi oleh produksi pangan yang dihasilkan oleh keluarga (Harper et all dalam Sukandar et all, 2006). Pada konteks rumah tangga petani padi sawah, ketersediaan pangan pokok dipengaruhi oleh produksi gabah/beras yang diperoleh dari usahatani padi sawah. Produksi gabah/beras dipengaruhi oleh luas lahan yang ditanami dan faktor alam (musim). Jika lahan yang ditanami padi adalah luas, maka produksi padi juga akan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang luasnya lebih sempit, dengan asumsi faktor lain dianggap konstan. Hal ini disebabkan karena jumlah tanaman padi yang di tanam lebih banyak, sehingga biji padi yang akan dihasilkan pun juga commit to user

26 digilib.uns.ac.id 63 lebih banyak, sehingga produksi menjadi meningkat. Pada penelitian ini, terdapat beberapa petani responden yang tidak memiliki lahan. Mereka kemudian menyewa lahan atau menjadi petani penggarap untuk dapat memenuhi ketersediaan beras dalam rumah tangga mereka. Bahkan petani yang sudah memiliki lahan yang luas juga menyewa lahan, supaya ketersediaan beras rumah tangganya tetap terjaga dengan baik dan untuk menambah pendapatan rumah tangga. Selain faktor luas lahan yang ditanami, faktor alam juga mempengaruhi produksi padi. Faktor alam yang dimaksud adalah musim. Tanaman padi adalah jenis tanaman yang membutuhkan banyak air untuk tetap hidup dan berkembang. Pada saat musim kemarau, petani yang lahan sawahnya tidak mempunyai sumber air yang cukup tidak dapat melakukan tanam padi. Sebaliknya pada saat musim penghujan, banyak petani yang menanam padi karena pada musim itu sumber air melimpah, sehingga kebutuhan air untuk padi yang ditanam dapat terpenuhi. Oleh karena itu, pada saat musim penghujan produksi padi akan melimpah, sehingga terjadi panen raya. Menurut Harper et all dalam Sukandar et all (2006), faktor lain yang mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga adalah daya beli seseorang. Daya beli seseorang dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan. Pada tingkat rumah tangga petani, daya beli rumah tangga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan rumah tangga yang didapatkan dari usahatani maupun non usahatani. Di daerah penelitian, beberapa petani melakukan usaha sampingan atau mencari pekerjaan sampingan di luar usahatani untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Mereka yang melakukan atau mencari usaha sampingan adalah yang jumlah anggota rumah tangganya banyak dan tidak/sedikit memiliki lahan sawah. Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi besarnya konsumsi pangan pokok dalam rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga maka semakin banyak pula konsumsi pangan pokok yang dibutuhkan. commit Kebutuhan to user konsumsi pangan pokok didapatkan

27 digilib.uns.ac.id 64 dari bahan pangan yang dikonsumsi yaitu bahan pangan yang berasal dari usahatani dan atau pembelian di pasar/warung. Oleh karena itu, petani akan melakukan atau mencari usaha sampingan untuk memenuhi konsumsi pangan pokok rumah tangga. Menurut Rachman dan Supriyati (2004), ketersediaan pangan pokok rumah tangga akan mempengaruhi status ketahanan pangan rumah tangga. Ketersediaan pangan pokok yang rendah akan memperburuk kondisi ketahanan pangan keluarga. Selain itu, ketersediaan pangan pokok juga akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga. Jika ketersediaan pangan pokok rendah, maka konsumsi pangan rumah tangga akan terpengaruh oleh kondisi ini. Oleh karena itu, ketersediaan pangan pokok keluarga harus selalu dijaga supaya kebutuhan konsumsi keluarga dapat terpenuhi. 4. Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Pola konsumsi pangan merupakan susunan makanan yang biasa dimakan mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi/dimakan seseorang atau kelompok orang penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu tertentu (Bappenas, 2011). Pola konsumsi pangan rumah tangga petani dapat diketahui dengan melakukan wawancara mengenai seberapa sering petani mengkonsumsi pangan tertentu. Pola konsumsi pangan rumah tangga petani di Kecamatan Nogosari dapat dilihat pada Tabel 22. commit to user

28 67 Tabel 22. Jenis dan Frekuensi Pangan Rumah Tangga Petani di Kecamatan Nogosari Tahun 2013 No. Bahan Pangan 1. Bahan makanan pokok a. Beras b. Jagung c. Roti d. Tepung terigu 2. Umbi-umbian a. Singkong b. Ubi jalar c. Kentang 3. Pangan hewani a. Daging ayam b. Daging sapi c. Telur ayam d. Ikan lele e. Bandeng f. Ikan asin 4. Pangan nabati a. Tahu b. Tempe c. Kacang tanah d. Kacang hijau 5. Sayur-sayuran a. Bayam b. Kangkung c. Buncis d. Kacang panjang e. Wortel f. Tomat Sering Cukup sering Cukup Jarang >1x/hari, 1x/hari <3x/minggu <1x/minggu Tidak pernah Total 3x/minggu (4-6x/minggu) (1-2x/ minggu) (1x/bulan) % % % % % % ,3 13,3 23,3 16,7 3,3 13,3 13,3 20,0 6,7 13,3 26,7 80,0 23,3 33,3 83,3 86,7 20, ,3 60,0,0 33,3 26,7 13,3 46,7,0 33,3 43, , ,7 56,7 50,0 10,0 13,3 56, ,3,0 10,0 36,7 33,3 23,3 56,7 13,3,0 43,3 33,3 13,3,0 10,0 3,3 13,3 20, ,3 40,0 6,7 13,3 26,7 16,7 16,7 40,0 3,3 13,3 13,3 10,0 46,7,0 3,3 3, ,0 3,3 3,3 3,3 20,0 46,7 6,7 6,7 6,7 13,3 60,0 13,3 13,3 3,3 6,7 65

29 68 No. Bahan Pangan g. Cabai h. Daun singkong i. Daun pepaya j. Taoge k. Nangka muda l. Sawi 6. Buah-buahan a. Pisang b. Pepaya c. Mangga d. Semangka e. Jeruk 7. Minyak a. Minyak goreng b. Margarin c. Kelapa 8. Lain-lain a. Gula b. Garam c. Kopi d. Teh e. Susu f. Mi instan 9. Makanan jadi a. Pecel b. Nasi tumpang c. Soto Sering Cukup sering Cukup Jarang Total >1x/hari, 1x/hari <3x/minggu <1x/minggu Tidak pernah 3x/minggu (4-6x/minggu) (1-2x/ minggu) (1x/bulan) % % % % % % 15 50,0 8 26,7 4 13,3 3 10, ,0 4 13,3 2 6,7 1 3,3 2 6, , ,0 4 13,3 1 3,3 3 10, ,3 5 16,7 3 10,0 1 3, , ,0 4 13,3 4 13, , ,3 1 3, Sumber : Analisis Data Primer, Tahun ,7 13,3 10, ,3 40,0 6,7 26,7 26, ,3 10,0 16,7 6,7 6,7 3, ,7 20,0 16,7 6,7 6,7 13, ,0 33,3 20,0 3,3 10,0 6,7 33,3 50,0 6,7 6,7 23, ,0 53,3 53,3 26, ,3 46,7 40,0 16,7 7 23, , ,0 16,7 26,7 13,3 16,7 20, ,7 13,3 66,7 70,0 40,0 66

30 digilib.uns.ac.id 67 Menurut Suhardjo et all (1988), pola konsumsi pangan rumah tangga dapat dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu sering (jika >1x/hari, 1x sehari, dan 4-6x/minggu), cukup sering (jika 3x/minggu), cukup (jika <3x/minggu, 1-2x/minggu), jarang (jika <1x/minggu dan 1x/bulan), dan tidak pernah. Pola konsumsi pangan setiap rumah tangga berbeda-beda. Pola konsumsi pangan dalam rumah tangga mencerminkan menu makan yang dikonsumsi oleh rumah tangga sehari-hari. Bahan pangan pokok merupakan bahan pangan penghasil karbohidrat, sehingga banyak dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas. Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi di dalam tubuh. Tiga sumber utama energi yaitu karbohidrat, lemak, dan protein; karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah (Sediaoetama, 2006). Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa di daerah penelitian terdapat pola konsumsi pangan pokok tunggal, yaitu beras dalam kategori sering dikonsumsi dengan persentase %. Hal ini terjadi karena rumah tangga petani sudah terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai makanan utama yang dikonsumsi setiap hari. Rumah tangga petani belum terbiasa menggunakan bahan pangan sumber karbohidrat lainnya (seperti singkong, ubi jalar) sebagai makanan pokok. Beras merupakan salah satu pangan pokok yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani. Selain beras, rumah tangga petani juga mengkonsumsi pangan pokok lainnya seperti, jagung, roti, dan tepung terigu, meskipun frekuensinya lebih jarang dari konsumsi beras. Rumah tangga petani mengkonsumsi jagung yang berasal dari pembelian di pasar, yang berupa jagung rebus. Sebanyak 27 petani mengkonsumsi jagung, dengan persentase tertinggi sebesar 53,3% yang termasuk dalam kategori jarang (<1x/minggu, 1x/bulan). Jagung bagi mereka adalah makanan selingan di saat beristirahat maupun berkumpul dengan keluarga. Selain jagung, rumah tangga petani juga mengkonsumsi roti, commit to user sebagai makanan selingan. Sebanyak 29 petani responden mengkonsumsi

31 digilib.uns.ac.id 68 roti, dengan persentase tertinggi sebesar 40% pada kategori jarang (<1x/minggu, 1x/bulan). Rumah tangga petani yang memiliki anak kecil lebih sering mengkonsumsi roti, karena anak kecil gemar makan roti tawar dengan diberi selai susu. Rumah tangga petani biasanya mendapatkan roti dari pembelian di toko dan pasar. Bahan pangan pokok lainnya adalah tepung terigu. Seluruh petani responden di Kecamatan Nogosari mengkonsumsi tepung terigu dengan frekuensi yang berbedabeda, dengan persentase tertinggi sebesar 60% pada kategori cukup sering (3x/minggu). Rumah tangga petani biasanya mengkonsumsi tepung terigu dalam bentuk gorengan seperti mendoan dan bakwan. Tepung terigu mereka peroleh dari hasil pembelian di warung dan pasar. Sumber pangan yang mengandung karbohidrat lainnya adalah umbi-umbian, seperti singkong, ubi jalar, dan kentang. Meskipun umbiumbian sebagai pangan yang mengandung karbohidrat, kedudukan umbiumbian tidak bisa disamakan dengan beras. Hal ini disebabkan karena selain mengandung karbohidrat, beras juga memiliki kandungan protein sedangkan umbi-umbian tidak. Tubuh tidak hanya membutuhkan karbohidrat yang tinggi untuk tetap hidup sehat, tetapi juga membutuhkan protein yang berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah tua dan rusak. Oleh karena itu, umbi-umbian tidak digunakan sebagai bahan pangan pokok. Singkong merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang banyak dikonsumsi oleh responden. Sebanyak 29 responden mengkonsumsi singkong dengan frekuensi yang berbeda-beda, dengan persentase tertinggi sebesar 36,7% mengkonsumsi singkong dalam kategori cukup (<3x/minggu, 1-2x/minggu). Responden mengkonsumsi singkong dalam bentuk singkong rebus, singkong goreng, dan gethuk yang diolah sendiri, sebagai makanan selingan. Responden mendapatkan singkong dari hasil panen sendiri. Mereka memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah dan sawah untuk menanam singkong. Hasil panen singkong digunakan untuk konsumsi rumah tangga. commit Singkong to user merupakan jenis umbi-umbian yang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 24 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif analitis. Metode deskriptif memusatkan perhatian pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN POKOK DAN POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI Triastuti Dewi Kusumawati, Sri Marwanti, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu digilib.uns.ac.id 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Yuliasih (2007) yang berjudul Analisis Ketersediaan Pangan Pokok dan Konsumsi Pangan Keluarga

Lebih terperinci

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan METODE Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan prospective study dengan menggunakan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Papua tahun 2008 sampai tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Pituruh 4.1.1 Letak Geografis Secara administratif Kecamatan Pituruh terbagi menjadi 49 desa. Batasbatas wilayah kecamatan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Menurut Saliem dkk dalam Ariani dan Tribastuti (2002), pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Analisis Kebutuhan Pangan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU 1) Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1) Saff Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Kecamatan Sayegan 1. Letak Geografis dan Topografi Seyegan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling hakiki dan mendasar bagi sumberdaya manusia suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain prospective study berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Provinsi Riau tahun 2008-2010. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Desa Kepek Kecamatan Saptosari merupakan desa yang terletak di Kecamatan Saptosari bagian utara. Jarak dari Desa Kepek ke Kantor Kecamatan Saptosari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting, mengingat pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional selama ini mempunyai tugas utama untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menyediakan kesempatan kerja, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan yaitu (1) Kabupaten Lampung Barat akan melakukan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa, sehingga sepanjang tahun Indonesia hanya mengalami musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,

Lebih terperinci