ADVANCE ORGANIZER. Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Dosen Pengampu: Dr. A. Arif Musadad, M.Pd.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADVANCE ORGANIZER. Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Dosen Pengampu: Dr. A. Arif Musadad, M.Pd."

Transkripsi

1 ADVANCE ORGANIZER Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar Dosen Pengampu: Dr. A. Arif Musadad, M.Pd Oleh: NUR RHOHMAD I YOHANA EVI A DESTIANA IKAYANTI K S S S PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

2 A. PENDAHULUAN Advance organizer adalah sebuah pengenalan singkat tentang materi yang akan dipelajari baik berupa teks, grafik (Ausubel, 1968). Pengembang pembelajaran bisa menggunakan advance organizer untuk memperkenalkan materi apa yang akan siswa pelajari dalam satu bab tertentu.penggunaan advance organizer juga untuk memperjelas apa yang telah diketahui dan apa yang akan diketahui siswa. Oleh karena itu, advance organizer sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa karena bisa dijadikan sebagai bahan diskusi sebelum memperkenalkan konsep baru atau sebagai daftar apa saja yang harus dipelajari siswa. Advance organizer dapat membantu dalam menyederhanakan konsep yang rumit dan menghubungkan pengetahuan yang telah diketahui dengan pengetahuan baru. Advance organizer tidak hanya memfasilitasi untuk memahami informasi baru tetapi juga meningkatkan kemampuan mengingat, menyimpan informasi dan mengambil kembali informasi yang telah diketahui. Secara singkat, advance organizer adalah : (1) petunjuk yang terorganisir, (2) menghubungkan pengetahuan yang telah diketahui dan yang akan diketahui, (3) frameworl untuk membantu siswa mengetahui yang akan mereka pelajari. Advance organizer bukanlah : (1) review dari pelajaran sebelumnya, (2) overview sederhana, (3) mengingat kembali apa yang telah dipelajari minggu sebelumnya atau tahun sebelumnya, (4) ramalan tentang masa depan, (5) recalling pengalaman pribadi dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari, (6) pernyataan tujuan pembelajaran. (NET, 202) B. KEUTAMAAN ADVANCE ORGANIZER Advance organizer adalah ringkasan isi singkat, biasanya satu paragraf, untuk memperkenalkan, ditulis sebelum/di awal bab, berisi pernyataan padat dan singkat mengenai apa yang akan dipelajari, yang berdasarkan pada apa yang telah diketahui siswa, biasanya dituliskans secara singkat dan abstrak. Ini juga mengorganisir materi yang akan dipelajari secara garis besar, mengatur, mengurutkan secara logis atau membentuk sebuah pola dari ide pokok atau prosedur. Secara singkat, keutamaan advance organizer adalah : 1. Paragraf abstrak yang singkat. 2. Sebuah jembatan, menghubungkan yang telah diketahui dan yang akan diketahui. 3. Memperkenalkan materi baru/bab baru. 2

3 4. Uraian singkat dari sebuah pengetahuan baru dan pernyataan tentang pengetahuan lama. 5. Membantu untuk memperkenalkan kepada siswa struktur dari apa yang akan mereka pelajari. 6. Mendorong siswa untuk menggunakan/mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka pelajari. 7. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. C. CONTOH ADVANCE ORGANIZER Advance organizer untuk unit jaman kerajaan islam Dalam unit kami pada jaman kerajaan Hindu dan Budha kami belajar bahwa ada tiga bagiandi jaman kerajaan Hindu dan Budha. Pada tahun berdiri terdiri dari pendiri kerajaan dankapan kerajaan itu didirikan. Serta pada tahun kejayaan terdapat raja yang terkenal sertabentuk peninggalan. Kemudian pada tahun keruntuhan terdapat penyebab keruntuhankerajaan tersebut. Dalam unit berikutnya di jaman kerajaan islam kita akan ada juga tiga bagian yaitu:tahun berdiri, tahun kejayaan dan tahun keruntuhan. Dengan pengertian yang sama. Advance organizer untuk penyebab perang Ingat pada mata pelajaran IPS pada Perang Dunia I kita mempelajari beberapa penyebabperang. Di antaranya adalah kekuatan ekonomi, pergolakan politik, perselisihan internal dansengketa batas wilayah. Kita juga belajar tentang beberapa peristiwa penting yang terjaditepat sebelum deklarasi perang. Dalam unit berikutnya kita akan belajar bahwa penyebabperang Dunia II adalah sama dan bahwa ada kejadian yang sangat mirip yang terjadi sebelumperang masing-masing. Disetujui disajikan pada awal unit dua. Advance organizer untuk otomotif Dalam pelajaran terakhir kami kami belajar tentang mesin bensin. Untuk pelajaranberikutnya kita akan mempelajari mesin diesel. Mesin besnsin dan mesin 3

4 diesel memilikisatu fitur penting yang sama:. Pembakaran bahan bakar menghasilkan gas panas pada tekanantinggi. Dalam pelajaran terakhir kami kita belajar bahwa untuk mesin bensin cara beroperasi,pertama, bahan bakar harus dicampur terlebih dahulu dengan udara dan dibakar pada tekanantinggi Kedua,. Pembakaran ini atau pembakaran menciptakan gas panas di bawah tekanantinggi. Ini terjadi jika tekanan tinggi dalam ruang terbatas Ketiga,. Dibawah tekanan gas panas memperluas dan mendorong kepada piston. Dalam pelajaran berikutnya pada mesindiesel kita akan melihat bahwa mesin bensin bekerja dengan cara yang sangat mirip, tetapidengan satu perbedaan utama. Dalam pelajaran berikutnya kita akan memeriksapengoperasian mesin bensin dengan menelusuri tiga operasi yang serupa, kemudianmenyelidiki perbedaan utama antara mesin bensin dan mesin diesel. Advance Organizer untuk siswa SD kelas 6 unit ilmu pengetahuan alam : Evolusi Mamalia, dengan sistem yang sangat maju mereka cepat beradaptasi mewakili dari kelompok yang paling cepat berkembang dalam kerajaan hewan. Keadaan itu dicapai dengan perkembangan selama beberapa bentuk kunci perkembangan. Ketika kita belajarpada unit sebelumnya, seringkali reptil merupakan contoh yang baik untuk menunjukkancara-cara di mana evolusi terjadi. Pertama, reptil menunjukkan perubahan struktural yang signifikan seperti kulit ketat, desain tungkai yang lebih baik dari organ capulatory. Inimenyebabkan perbaikan struktural untuk fungsionalitas yang lebih baik, termasuk mampubertahan hidup jauh dari air lagi, bergerak lebih cepat dan bereproduksi lebih efisien.akhirnya, dari karakteristik struktural dan fungsional ada banyak pengembangkan adaptasiperilaku baru, seperti meminjam untuk menjaga suhu tubuh yang diperlukan, bermain matiuntuk mengusir predator dan ritual kawin untuk menarik pasangan yang paling diinginkan.melihat perbaikan baik sebagai, adaptasi struktural fungsional atau perilaku menawarkanskema klasifikasi membantu untuk jenis perubahan yang sering terjadi. Dalam unitberikutnya kita akan melihat bagaimana mamalia berkembang di sepanjang jalur evolusi yang sangat mirip. D. LATAR BELAKANG DAN PENELITIAN David P. Ausubel salah satu tokoh utama yang berpengaruh dalam penerapkan psikologi kognitif, perkembangkan dan teori belajar verbal bermakna (asubel). Disebut 4

5 teori subsumption. Ideutamanya terbentuk bagaimana pengetahuan sebelumnya seseorang dan bagaimana pengorganisasiannya dapat mempengaruhi belajar. Dalam teori Ausubel ini jika ada pengetahuan yang relevan sebelumnya dikemas lebih prakstis, jika bahan yang logis dan jika orang tersebut bermaksud untuk mempelajari materi dalam cara yang berarti, maka akan terjadi pembelajaran bermakna. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, belajar akan sangat sulit, biasanya hafalan dan durasinya pendek. Ketika kondisi ini tidak terpenuhi, siswa biasanya menghafal dengan cara yang bermakna, membuat beberapa upaya untuk memasukkan materi ke skema mereka dan biasanya lupa dengan cepatapa yang telah mereka pelajari. Implikasi praktis utama untuk teori subsumption telah menjadi dasar penggunaan advance organizer, awalnya dilaporkan dalam asubel (1960). Dalam hal ini siswa diberi materi pada sifat metalurgi baja. Advance organizer yang disajikan adalah mengenai persamaan dan perbedaan antara logam dan paduan dan keunggulan dan kelemahannya. Barner dan Clawson (1975) melaporkan bahwa, dari 32 studi yang dilakukan antara tahun 1960 dan1974, 12 ditemukan efek yang signifikan dari pembelajaran dan 20 tidak menemukan efek yang signifikan. Dalam mencari pola di antara studi yang akan mengungkapkan alasaninkonsistensi antara menemukan, para pengulas dikategorikan studi oleh lamanya pengobatan(pada hari ke lebih dari sepuluh hari), dengan tingkat kemampuan siswa (rata-rata tinggi danrendah), oleh usia subjek (SD melalui lulusan perguruan tinggi) dan oleh bidang studi (IPS,matematika dan ilmu pengetahuan). Tidak ada efek pola studi dalam kategori ini. Barnes dan Clawson menyimpulkan review mereka dengan sejumlah rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut. Yang paling penting dari ini meliputi lebih memperhatikan kemungkinan efek jangka panjang, mengetes pada setiap tingkat dari domain kognitif (misalnya fakta belajar, aplikasi, pemecahan masalah, analisis dan sintesis), pelaksanaan yang lebih mendekati teori yang dikemukakan Ausubel, meningkatkan definisi operasional, materi pelajaran lebih bervariasi dan penelitian lebih lanjut dengan semua tingkatan kelas. Rekomendasi ini tampaknya didasarkan pada gagasan bahwa advance organizer memang memiliki beberapa potensi untuk belajar bermakna dan keyakinan bahwa karakteristik advance organizer sepertiyang dinyatakan oleh Ausubel - studi abstrak terakhir. Review mereka(mayer, 1979) dan penelitian yang memiliki, pada keseimbangan, kekuatan dalam kelemahan dalam organizer advance. Penelitian lebih 5

6 lanjut telah menunjukkankondisi di mana advance organizer dapat meningkatkan pembelajaran. Dalam ulasannya (mayer 1979) menambahkan beberapa kondisi lain untuk kontrol eksperimental yang memadai dan pengujian efek organizer. Di antara kondisi ini adalah apakah siswa dalam percobaan memiliki atau tidak strategi subsuming lain yang tersedia bagi mereka dan apakah siswa menggunakannya atau tidak ketika materi baru sulit untuk berhubungan dengan pengetahuan yang ada siswa. Dengan kata lain, organizer advance harus membantu pembelajaran untuk sulit-untuk-mengasimilasi (berhubungan) informasi baru bagi siswa yang tidak memiliki menggunakan atau tidak strategi subsuming lainnya (Mayer,1975). Untuk meta-analisis mereka Luiten, Ames dan Ackerson (1980), meneliti 135 studi yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan dari penelitian advance organizer. Meta-analisis data diperoleh, teknik baru dikembangkan rata-rata berpengaruh di seluruh studi danmenghadiri terutama untuk penelitian dengan efek yang kuat, analisis logis dan kritisi studi biasanya dilakukan dalam jenis urutan ulasan. Peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh kecil tapi fasilitatif dari advance organizer pada pembelajaran dan memori. Selain itu, efek ini membentang di seluruh usia subjek dan bidang materi pelajaran. Selain itu mereka menyimpulkan bahwa efek organizer meningkat, yaitu ketika instruksi dalam percobaan meluas ke beberapa hari atau minggu dibandingkan dengan beberapa jam, efek retensi lebih kuat. Dalam serangkaian penyelidikan terutama dirancang dalam hal fitur dari advance organizer, termasuk efek sumbsuming dan itu adalah kekuatan sebagai bantuan untuk pembelajaran konsep umum, menunjukkan efek positif pada pembelajaran. Dalam Mayer (1975), mahasiswa baru mempelajari teks sepuluh halaman tentang pemrograman komputer. Kelompok eksperimen memiliki advance organizer sementara kelompok kontrol tidak. Kelompok eksperimen melakukan jauh lebih baik dalam transfer, mengingat kembali hal yang tidak ada dalam teks. Temuan serupa juga dicatat oleh Mayer (1976) dan Bromage (1978). Dalam kedua studi kelompok eksperimen menerima advance organizer sebelum membaca teks sedangkan kelompok kontrol menerima advance organizer membaca teks sedangkan kelompok kontrol membaca dahulu dan kemudian menerima advance organizer. Sekali lagi,seperti di mayer (1975), kelompok eksperimen melakukan yang lebih baik dari pada kelompok kontrol. Data lain di Mayer dan Bromage (1978) studi 6

7 mengungkapkan bahwa kelompok yang membaca advance organizer sebelum teks pelajaran lebih unggul dalam mengingat pelajaran. Peneliti percaya bahwa penyelenggara disajikan sebelum teks memberikan bantuan untuk encoding prinsip umum yang mengakibatkan luasnya transfer yang diperpanjang lebih dari sekedar mengingat dari segera setelah materi pembelajaran. Dalam uji ini Mayer (1978) memberikan teks bervarisasi yang disajikan dengan memberikan satu kelompok teks dengan susunan acak (teks buruk) dan kelompok lain teks yang sama tetapi terorganisir logis. Advance organizer membantu dalam merecall untuk kelompok yang membaca teks acak. Tapi tidak bagi mereka yang membaca teks dengan susunan logis. Mayer menyimpulkan bahwa, ketika teks memiliki urutan logis, siswa tidak memerlukan bantuan yang diberikan olehpenyelenggara terlebih dahulu. Hal ini bisa menjadi kenyataan subjek pada tingkat merekadalam studi tertentu. Subsumption teori Ausubel (1968) dan penelitian berikutnya pada advance organizer telah mengungkapkan banyak tentang karakteristik advance organizer, kondisi dimana hal ini dapat digunakan untuk membantu pembelajaran dan tujuan pembelajaran ke arah yang tepat (penyediaan skema atau dasar konseptual untuk asimilasi, membantu mengingat teks, dan membantu mengingat dan transfer konsep umum). Peneliti juga mengungkapkan bahwa berhasil atau tidaknya advance organizer tergantung pada sejumlah variabel. Variabel-variabel tersebut meliputi siswa (apakah siswa mengetahui materi dalam advance organizer ) dan atribut spesifik teks yang harus dipelajari (apakah teksnya terstruktur sesuai dengan advance organizer). Masing-masing tampaknya menjadi sangat penting, dan semua mungkin terkait. Penelitian lebih lanjut dapat menyelesaikan permasalahan tentang ketidakkonsistenan dalam penemuan hasil penelitian, namun saat ini hal yang sangat mungkin bahwa efek positif mungkin akan terjadi ketika advance organizer digunakan. E. PANDUAN PENGEMBANG Prosedur untuk mengembangkan dan menggunakan advance organizer adalah : 1. Memeriksa pelajaran baru atau unit untuk menemukan pengetahuan prasyarat yangdiperlukan. 2. Mengetahui apakah siswa tahu ini materi prasyarat. 3. Ajarkan ulang jika perlu. 7

8 4. Daftar atau meringkas prinsip atau gagasan umum dalam pelajaran baru atau unit (bisa dilakukan terlebih dahulu). 5. Menulis sebuah paragraf yang memperkuat prinsip umum, 6. Subtopik utama unit atau pelajaran harus tercakup dalam urutan yang sama seperti yang tertulis dalam advance organizer. F. PENUTUP Advance Organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran. Advance Organizer memiliki dua bentuk pembelajaran, yaitu expository advance organizer dan comparative advance organizer. Advance Organizer ini dikembangkan oleh David Ausubel, menurut David Ausubel model pembelajaran inin merupakan model belajar bermakna. Tujuan model pembelajaran Advance Organizer ini adalah untuk memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru. 8

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui

Lebih terperinci

BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL

BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL Oleh: Nur Rahmah Dosen Prodi Matematika STAIN Palopo Abstrak: Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orangorang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Analogi Matematis Kata analogi dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 4. Kemampuan Analogi Matematis Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) kemampuan analogi adalah kemampuan dalam membandingkan dua hal berdasarkan kesamaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Advance Organizer Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH R. POPPY YANIAWATI UNIVERSITAS PASUNDAN, BANDUNG Disajikan pada Bimtek Penulisan Karya Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah IV, 20-22 Pebruari 2018, Jati Nangor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantuan Kartun Humor Terhadap Hasil Belajar

Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantuan Kartun Humor Terhadap Hasil Belajar Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantuan Kartun Humor Terhadap Hasil Belajar 1 Darmansyah 1 Program Studi Magister Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu: 2001). Menurut Sagala II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri

Lebih terperinci

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN GURU KELAS SD Kompetensi Utama Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar Kompetensi Inti Guru (Standar Kompetensi) Kompetensi Guru SD (Kompetensi Dasar) Standar Kompetensi Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia karena merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam perkuliahan terjadi aktivitas belajar-mengajar serta penyebaran informasi antara dosen dengan mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang berkualitas. Hal tersebut telah. SMP Negeri 2 Kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Maret 2012.

BAB I PENDAHULUAN. spesies-spesies tumbuhan dan hewan yang berkualitas. Hal tersebut telah. SMP Negeri 2 Kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Maret 2012. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan biologi berperan penting dalam banyak aspek kehidupan manusia. Bidang genetika misalnya, pengetahuan biologi telah menghasilkan spesies-spesies

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A. PENDAHULUAN Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK

Ridwan Abdullah Sani dan Maryono Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Pasar V, Medan ABSTRAK PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI FISIKA TOPIK TEKANAN DI KELAS VIII SMP CERDAS MURNI TEMBUNG KABUPATEN

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG ELASTISITAS DI KELAS XI SMA Diana Puspitasari Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER dianapuspitasari0911@gmail.com Sri Handono Budi Prastowo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya terutama fisiologi hewan (Mulyani, 2009). Berdasarkan hasil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep sistem saraf dalam mata pelajaran Biologi SMA merupakan materi yang kompleks dan memiliki banyak keterkaitan dalam informasi didalamnya. Materi sistem saraf

Lebih terperinci

BELAJAR BERMAKNA (Meaningfull Learning) Oleh : ahmad

BELAJAR BERMAKNA (Meaningfull Learning) Oleh : ahmad BELAJAR BERMAKNA (Meaningfull Learning) Oleh : ahmad A. PENDAHULUAN Belajar bermakna merupakan konsep pembelajaran yang cetuskan oleh David Paul Ausubel (1918-2008) merupakan seorang psikolog pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun lisan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seiring dengan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang seiring dengan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi komputer telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh siswa. Di sekolah banyak siswa tampaknya menjadi tidak tertarik dengan matematika dan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam atau sains adalah pengetahuan yang bersifat rasional dan objektif tentang alam semesta beserta isinya. Pelajaran sains merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat terutama dalam dunia pendidikan. Disadari atau tidak aktivitas manusia selalu membutuhkan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan mendidik yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik yang memiliki suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PEMBELAJARAN FISIKA

BAB I PEMBELAJARAN FISIKA 1 BAB I PEMBELAJARAN FISIKA A. Teori Belajar Fisika Ungkapan berikut kiranya dapat digunakan sebagai bahan renungan yang cukup berharga untuk mengawali pembahasan bab ini, yakni : You know you can t enjoy

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan kajian sebagai jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian yang diuraikan pada Bab I. Selain itu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilaksanakan guna mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan, interaksi individu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan sikap dan keterampilan yang merupakan hasil aktivitas belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2 Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 203 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PBL (PROBLEM BASED

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini cenderung kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik lagi jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali yang telah dipelajarinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.1.1.1 Pengertian Model Menurut Salma(2009:33), istilah model diartikan sebagai design grafis, prosedur kerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradaban kehidupan di era globalisasi semakin berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut telah dirasakan oleh seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas: (1) metode penelitian; (2) sumber data; (3) teknik pengumpulan data; (4) teknik pengolahan data; (5) instrumen penelitian; dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN. yang diwariskan. Tanpa belajar individu akan kesulitan dalam. juga tidak boleh membiarkan proses belajar terjadi begitu saja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu tidak akan terlepas dari proses belajar dimulai dari awal kehidupannya. Belajar (learning) merupakan proses yang sedeharna yang dialami oleh individu namun

Lebih terperinci

logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit.

logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dan sangat berperan dalam perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Artikel ilmiah merupakan sejenis tulisan yang menyajikan atau menganalisis suatu topik secara ilmiah. Keilmiahan suatu tulisan didasarkan pada ragam bahasa yang digunakannya

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARYA ILMIAH SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARYA ILMIAH SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARYA ILMIAH SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT SKRIPSI Oleh : WIWIT WARTINI K1208126 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta keterkaitan dengan penerapannya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan 12 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berpikir. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 6.1. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik yang ada di luar angkasa, dalam bumi dan di permukaan bumi. Trianto (2011: 137) menyatakan bahwa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian yang terpenting dalam bidang ilmu pengetahuan, dalam bidang ini matematika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai penerima

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analitik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), analisis merupakan penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan landasan utama dalam menciptakan generasi bangsa yang cerdas, bermoral, mampu mengikuti perkembangan teknologi dunia, dan memiliki kecakapan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu dasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Sering

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu dasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai SMA. Matematika juga merupakan ilmu dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap peserta didik perlu memiliki kemampuan matematis pada tingkatan tertentu yang merupakan penguasaan kecakapan matematis untuk dapat memahami dunia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang pengajaran, dikenal dengan istilah interaksi belajar-mengajar. pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang pengajaran, dikenal dengan istilah interaksi belajar-mengajar. pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di sekolah sangat erat kaitannya dengan istilah interaksi edukasi, maksudnya adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir mencangkup banyak aktivitas seseorang (kowiyah, 2012:175), seperti saat kita berpikir

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 20 / 20 MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia KELAS / SEMESTER : V (Lima) / 2 (dua) Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF

2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para penganut teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah. Salah satu dari teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Hakikat Sains 2.1.1 Pengertian Sains Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan bakat untuk menjadi ilmuwan, ia dilahirkan dengan membawa sesuatu keajaiban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual 1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Inkuiri Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan untuk meningkatkan keterampilan pemecahan masalah pada anak TK,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. II. LANDASAN TEORI 1. Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

Lebih terperinci

Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Menggunakan Peta Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X di SMA Negeri 7 Palu

Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Menggunakan Peta Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X di SMA Negeri 7 Palu Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Dengan Menggunakan Peta Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas X di SMA Negeri 7 Palu Riski Amelia, Jusman Mansyur dan Amiruddin Kade e-mail: Riskiwidodo32@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta ESSENTIALS OF RESEARCH DESIGN AND METHODOLOGY Rintania, 09/292890/PTK/06245 Ain Sahara, 10/308643/PTK/07002 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta BAB 1 1.1 Pendahuluan Didefinisikan secara luas, tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tiga aspek utama dalam komponen sistem pendidikan adalah Kurikulum, Pembelajaran,dan Penilaian. Kurikulum merupakan aspek yang paling menentukan dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan sebuah proses kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia di sepanjang perjalanan hidupnya. Disadari atau tidak, manusia akan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DENGAN PETA KONSEP BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELOMPOK BELAJAR PAKET B. Misran Rahman ABSTRAK

PEMBELAJARAN DENGAN PETA KONSEP BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELOMPOK BELAJAR PAKET B. Misran Rahman ABSTRAK PEMBELAJARAN DENGAN PETA KONSEP BIDANG STUDI MATEMATIKA DI KELOMPOK BELAJAR PAKET B Misran Rahman ABSTRAK Bidang studi matematika merupakan salah satu bidang studi yang dianggap sulit dipahami warga belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 619 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER BERLATAR NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi, tidak

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN A. Metakognitif Metakognitif berasal dari kata meta yang artinya diatas dan kognitif artinya

Lebih terperinci