BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN"

Transkripsi

1 BAB II PENERAPAN METAKOGNITIF BERDASARKAN DIAGRAM VEE PADA DESAIN PRAKTIKUM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN A. Metakognitif Metakognitif berasal dari kata meta yang artinya diatas dan kognitif artinya proses mental atau aktivitas pikiran yang berhubungan dengan pemahaman, pengolahan informasi, analisis, dan lain sebagainya. Berdasarkan etimologi tersebut metakognitif adalah kemampuan diatas proses kognitif, yaitu kemampuan berfikir tentang cara proses memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah atau menganalisis suatu informasi (University of Lethbridge, 2010). Menurut Blakey & Spence (1990) metakognitif meliputi kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Kesadaran berpikir tersebut sangatlah penting, karena untuk memulai aktivitas belajar, siswa memerlukan suatu kesadaran tentang pengetahuannya mengenai apa yang telah diketahui serta apa yang ingin dipelajari dalam suatu topik tertentu. Perfect & Schwartz (2002) menyatakan bahwa metakognitif merupakan pengetahuan mengenai dirinya sendiri mengenai kelebihan serta kekurangannya yang meliputi komponen monitoring dan kontrol. Dalam konteks pembelajaran, metakognitif adalah kesadaran peserta didik dalam mengenali pengetahuannya sehingga dia mengetahui apa yang diketahui dan tidak diketahuinya serta kemampuan menentukan rencana dan mengatur strategi yang efektif 7

2 8 untuk mencapai tugas pembelajarannya (Blakey & Spence, 1990). Menurut Sapa at (2008) ada tiga strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya: 1. Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, dan menentukan tingkat kesulitan belajar siswa). 2. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal, menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, dan mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya). 3. Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?). Menurut Alvarez (2007) kemampuan metakognitif akan membantu siswa dalam memonitor mengenai pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri tentang pengetahuan topik yang sedang dipelajari dan mengontrol pemahamannya sendiri ketika dihadapkan dengan pengetahuan yang baru. Selain itu, menurut Peirce (2003), metakognitif

3 9 dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketika siswa mengalami kegagalan, umumnya mereka cenderung menetapkan penyebabnya adalah bawaan potensi dan kemampuan mereka yang rendah. Tetapi, siswa yang memiliki sikap metakognitif dapat berpikir lebih jauh, yaitu kemungkinan penyebab kegagalan tersebut karena adanya ketidakefektifan dalam strategi belajar yang digunakannya sehingga muncul motivasi untuk memperbaiki strategi tersebut. Livingston (1997) menyebutkan bahwa kemampuan metakognitif adalah kemampuan tingkat tinggi karena kemampuan ini meliputi pengontrolan aktif terhadap kognitifnya selama proses belajar hingga mencapai tujuan yang diharapkannya, seperti pengontrolan terhadap memori, pemahaman, analisis, aplikasi, dan kemampuan sintesisnya. Secara keseluruhan, berdasarkan pendapat-pendapat yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir metakognitif diharapkan lebih dominan dalam memonitor kesadaran pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa tentang pengetahuan topik yang sedang dipelajari dan mengontrol pemahamannya sendiri ketika dihadapkan dengan pengetahuan yang baru. Hal ini dikarenakan siswa mengetahui apa yang tidak diketahui, mengetahui apa yang telah diketahui serta mengetahui apa yang harus diketahui melalui suatu proses pengaturan diri dalam melaksanakan tahapan-tahapan strategi belajar yang mengarahkan pada tujuan yang harus dicapai setelah melaksanakan proses pembelajaran. B. Diagram Vee Strategi instruksional yang dapat mengembangkan kesadaran metakognitif siswa yaitu dengan diagram Vee (Novak & Gowin, 1985).

4 10 Gambar 2.1 Diagram Vee (Novak & Gowin, 1985) Diagram Vee terbagi menjadi dua bagian terdiri dari sisi konseptual (conceptual side) dan sisi metodologikal (methodological side). Sisi konseptual meliputi konsep (concepts), prinsip (principles), dan teori (theory) dan pilosofi (philosophies). Sisi metodologikal meliputi pencatatan (records), transformasi (transformation), interpretasi (interpretation)

5 11 dan perolehan pengetahuan (knowledge claims). Kedua bagian tersebut saling berhubungan atau dapat berinteraksi secara aktif dengan adanya pertanyaan fokus (focus question) yang mengarahkan pada objek/peristiwa (object/events) yang harus diobservasi serta menghubungkan kegiatan praktikum yang sedang dilakukan dengan proses berpikir siswa (Novak & Gowin, 1985). Thiessen (1993) menjelaskan proses konstruksi kognitif yang dapat terjadi ketika siswa menggunakan diagram Vee. Pertama, pertanyaan fokus dibuat sesuai dengan objek/peristiwa yang akan diobservasi. Kedua, bagian kiri terdapat list konsep/prinsip/teori, bagian ini merupakan bagian pencarian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan objek/peristiwa dan jawaban pertanyaan fokus. Ketiga, bagian kanan dimulai dengan pencatatan fakta dari hasil observasi objek/peristiwa kemudian transformasi hasil pencatatan tersebut. Aktivitas ini melibatkan reorganisasi dan penyusunan kembali hasil pencatatan fakta sehingga memungkinkan untuk terjadinya pembuatan tabel, charta, grafik, dan lain sebagainya. Pada bagian akhir, penyusunan perolehan pengetahuan yang merupakan jawaban dari pertanyaan fokus. Pernyataan ini harus menciptakan interaksi antara bagian pengetahuan dengan bagian metodologikal. Bagian ini merupakan bagian yang penting karena terjadi konstruksi kognitif siswa, yaitu siswa mengaitkan pengetahuan lamanya dengan fakta yang diperolehnya sehingga terbentuk pengetahuan baru. Adapun pengetahuan awal dapat digunakan untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan fokus pada desain praktikum. Menurut Alvarez (2007) diagram Vee dapat memperlihatkan hubungan aspek metodologikal yang mendasari aspek konseptual sehingga diagram Vee merupakan sebuah

6 12 perangkat yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep sains. Diagram Vee tersebut juga dapat berperan sebagai perangkat untuk mengembangkan kemampuan metakognitif serta dapat membentuk keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya. Hal ini didukung oleh pendapat Novak (1990) yang menyatakan diagram Vee merupakan metakognitif untuk memfasilitasi pemahaman pembelajaran. Diagram Vee memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan oleh siswa untuk menyadari berbagai peristiwa atau objek yang sedang diobservasi, dapat menghubungkan konsep-konsep yang telah diketahui dengan objek maupun peristiwa yang sedang diobservasi serta membentuk catatan penting yang harus dibuat oleh siswa, sehingga catatan tersebut bisa ditransformasikan dalam bentuk grafik, diagram, maupun tabel. Swami & Shields (2003) menyatakan bahwa penentuan bentuk transformasi yang paling tepat, baik ke dalam bentuk tabel, grafik, charta, maupun secara statistik dipengaruhi oleh pengetahuan awal siswa sehingga siswa dapat memonitor pengetahuannya sendiri serta dapat menunjang pembentukan pengetahuan baru secara mandiri. Komponen-komponen yang terdapat dalam diagram Vee dapat menjadikan siswa sadar bahwa informasi yang terdapat dalam buku teks dapat digunakan untuk menghasilkan makna baru dengan mengkombinasikan fakta dengan konsep. Selain itu, komponen diagram Vee menuntun terbentuknya pengetahuan baru mengenai konsep yang diajarkan sesuai dengan tujuan kegiatan praktikum, mampu menjawab pertanyaan fokus yang mengarahkan kegiatan praktikum tersebut, serta menghubungkan antara kegiatan berpikir dengan kegiatan yang dilakukan. (Alvarez, 2007).

7 13 Menurut Novak & Gowin (1985) komponen-komponen diagram Vee yaitu: 1. Pertanyaan fokus Pertanyaan fokus dalam desain praktikum berupa pertanyaan yang mengarahkan pada hasil yang harus diperoleh oleh para siswa pada saat dan setelah melaksanakan kegiatan laboratorium. Dengan kata lain, pertanyaan fokus mengarahkan kepada tujuan kegiatan praktikum. Pertanyaan fokus dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya dapat diidentifikasi serta melibatkan bagian konseptual yang dapat digunakan untuk mendukung objek dan peristiwa. Kriteria komponen pertanyaan fokus pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada pertanyaan fokus yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; pertanyaan fokus dapat diidentifikasi, tetapi tidak memfokuskan kepada hal utama yang berkaitan dengan objek dan peristiwa atau pertanyaan fokus dapat teridentifikasi tetapi tidak mengandung bagian konseptual terutama prinsip, kriteria 2; pertanyaan fokus dapat diidentifikasi serta mengandung bagian konseptual tetapi tidak mendukung kepada observasi objek atau peristiwa utama, dan kriteria 3; pertanyaan fokus dengan jelas dapat diidentitifikasi; meliputi bagian konseptual yang dapat digunakan serta mendukung peristiwa utama dan memperkuat objek. 2. Objek/Peristiwa Objek maupun peristiwa merupakan fakta yang ditemukan selama kegiatan praktikum berlangsung. Objek/peristiwa dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya relevan dengan pertanyaan fokus serta mendukung dengan apa yang harus dicatat. Kriteria komponen objek/peristiwa pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada objek atau peristiwa yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; peristiwa utama atau objek dapat

8 14 diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, atau peristiwa dan objek dapat diidentifikasi tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus, kriteria 2; peristiwa utama disertai dengan objek dapat diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, dan kriteria 3; peristiwa utama disertai dengan objek dapat diidentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, juga mendukung dengan apa yang akan ditulis. 3. Konsep, Prinsip, dan Teori Konsep, prinsip dan teori mendasari kegiatan praktikum yang sedang dilaksanakan. Konsep adalah seragkaian hal yang sudah dikenal yang mengilustrasikan suatu peristiwa, proses, maupun benda tanpa ada keraguan penafsiran banyak arti. Prinsip adalah hubungan-hubungan antara konsep satu dengan konsep lain yang diperoleh dari pengetahuan sebelumnya serta menjawab bagaimana (how) objek dan peristiwa terjadi. Teori adalah hubungan antara konsep dan prinsip dalam menggambarkan suatu peristiwa serta menjawab mengapa (why) objek dan peristiwa itu terjadi. Kriteria komponen konsep, prinsip, dan teori pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada bagian konseptual yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; sedikit konsep yang dapat diidentifikasi, tetapi tanpa prinsip-prinsip serta teori, kriteria 2; terdapatnya konsep-konsep, dan sekurang-kurangnya satu bentuk prinsip atau terdapatnya konsep dan sebuah teori yang relevan dapat diidentifikasi, kriteria 3; adanya konsep-konsep, dan dua bentuk prinsip (prinsip konseptual dan prinsip metodologikal), atau adanya konsep-konsep, satu prinsip dan sebuah teori yang relevan dapat diidentifikasi, dan kriteria 4; konsep-konsep, dua bentuk prinsip, dan teori yang relevan dapat diidentifikasi.

9 15 4. Pencatatan/Transformasi Pada tahapan ini merupakan pencatatan objek atau peristiwa selama kegiatan praktikum sesuai tujuan praktikum yang diharapkan kemudian pencatatan ini ditransformasikan dalam bentuk tabel, grafik, charta, maupun secara statistik. Kegiatan pencatatan dan transformasi dalam suatu kegiatan praktikum seharusnya relevan dengan pertanyaan fokus. Hal ini dikarenakan, sebelum siswa mencatat data maupun peristiwa, siswa harus mempertimbangkan terlebih dahulu tujuan yang diharapkan dalam desain praktikum sehingga dapat menyadarkan siswa pada pengetahuan awal dan tujuan praktikum yang harus dicapai. Kriteria komponen pencatatan/transformasi pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada kegiatan pencatatan atau transformasi dapat diidentifikasi, kriteria 1; kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi, tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan utama atau kegiatan utama, kriteria 2; salah satu kegiatan pencatatan, transformasi atau peristiwa dapat diidentifikasi, kriteria 3; kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi dan sesuai dengan peristiwa utama: transformasi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus, dan kriteria 4; kegiatan pencatatan dapat diidentifikasi pada kegiatan utama dan transformasi konsisten dengan pertanyaan fokus dan tingkat kualitas serta kemampuan siswa. 5. Perolehan pengetahuan Perolehan pengetahuan dapat terbentuk berdasarkan hasil observasi siswa terhadap objek maupun peristiwa yang terjadi selama kegiatan praktikum. Hal yang paling penting dalam perolehan pengetahuan yaitu terdapatnya konsep dan teori, yang membimbing pengumpulan data atau transformasi data. Kriteria komponen perolehan pengetahuan

10 16 pada diagram Vee terdiri dari kriteria 0; tidak ada perolehan pengetahuan yang dapat diidentifikasi, kriteria 1; perolehan pengetahuan tidak mengandung bagian konseptual terutama prinsip, kriteria 2; perolehan pengetahuan tidak konsisten dengan data dan peristiwa, atau perolehan pengetahuan tidak konsisten dengan peristiwa yang dicatat dan ditransformasikan, atau perolehan pengetahuan sudah mengandung sisi konseptual, kriteria 3; perolehan pengetahuan mengandung konsep-konsep yang sesuai dengan pertanyaan fokus dan sesuai dengan hasil pencatatan dan transformasi, dan kriteria 4; perolehan pengetahuan mengandung konsep-konsep yang sesuai dengan pertanyaan fokus dan sesuai dengan hasil pencatatan dan transformasi serta perolehan pengetahuan mengarah kepada pembentukan pertanyaan fokus yang baru. Menurut Novak & Gowin (1985) manfaat penggunaan diagram Vee, yaitu: 1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah 2. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa 3. Mengembangkan kemampuan metakognitif 4. Membantu siswa untuk berpikir lebih baik dengan cara mengorganisir konsep secara lebih koheren (saling terpadu atau relevan) dan komprehensif (menyeluruh) 5. Membuat kerja praktikum siswa menjadi lebih efisien dan produktif. Siswa juga merasakan lebih baik mengenai dirinya karena mereka memahami apa yang mereka lakukan. 6. Meningkatkan pemahaman siswa karena siswa tidak hanya dituntut untuk melakukan interpretasi data saja, namun terjadi pula analisis, sintesis dan evaluasi pengetahuan.

11 17 C. Metakognitif Berdasarkan Diagram Vee pada Desain Praktikum Berdasarkan pendapat Blakey & Spence (1990) ketika metakognitif mendasari desain praktikum yang digunakan oleh para siswa maka secara otomatis siswa akan aktif dalam proses berpikir. Desain praktikum yang telah menerapkan metakognitif dapat berperan dalam memfasilitasi siswa dalam menyadari dan mengontrol proses interaksi antara proses berpikirnya dengan kegiatan praktikum yang sedang dilakukannya sehingga dapat membangun pengetahuan baru dengan mengintegrasikan ide-ide dalam pikirannya berdasarkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimilikinya. Salah satu instrumen yang dapat mengembangkan metakognitif yaitu diagram Vee (Novak & Gowin, 1985; Alvarez, 2007). Sejak tahun 1977, Gowin menemukan diagram Vee sebagai perangkat analisis lembar kerja yang digunakan sebagai perencanaan pembelajaran (Novak & Gowin, 1985). Desain praktikum yang telah menerapkan komponen-komponen diagram Vee dapat membimbing siswa dalam memahami kegiatan praktikum yang sedang dilaksanakan dan meningkatkan self awarnes siswa yang merupakan komponen metakognitif (Perfect & Schwartz, 2002). Komponen-komponen diagram Vee dapat membantu siswa dalam mengembangkan tahapan-tahapan metakognitif dalam mengonstruk dan memahami pengetahuannya sehingga siswa menyadari apa yang akan dilaksanakan, apa yang sedang dipelajari, serta pengetahuan apa yang harus diperoleh setelah melaksanakan kegiatan praktikum. Selain itu, diagram Vee sebagai perangkat metakognitif dapat membantu siswa dalam

12 18 memonitoring konsep, peristiwa, dan fakta-fakta yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan khususnya pertanyaan fokus (Alvarez, 2007). D. Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Dalam KTSP 2006 Standar Kompetensi materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan di SMA adalah melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, dengan Kompetensi Dasar yaitu merencanakan percobaan pengaruh luar terhadap pertumbuhan tumbuhan, melaksanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan (BSNP, 2006). Berdasarkan kurikulum KTSP 2006 tersebut materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ini diharapkan akan menghasilkan fakta-fakta mengenai gejala-gejala pertumbuhan dan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu faktor dari dalam dan faktor luar. Faktor-faktor dalam yang berpengaruh antara lain yaitu faktor genetis, enzim dan hormon. Faktor genetis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan karena gen adalah pembawa sifat atau pembawa kode untuk pembentukan protein yang dengan demikian mempengaruhi berbagai reaksi metabolisme. Faktor enzim juga mempengaruhi pertumbuhan hasil dari sederet reaksi metabolisme, maka enzim-enzim yang mempengaruhi metabolisme secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan, disamping enzim-enzim lain yang berperan dalam fungsi kehidupan lainnya (Nasir, 1993). Faktor hormon juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan (Winatasasmita, 1986). Adapun hormon yang penting dalam

13 19 tumbuhan yaitu diantaranya hormon auksin yang fungsi utamanya merangsang pemanjangan batang, pertumbuhan dan diferensiasi serta percabangan akar (Campbell et al., 2003). Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu diantaranya cahaya dan temperatur (Nasir, 1993). Adapun faktor cahaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan. Biji yang tidak diterangi cahaya, memperpanjang hipokotil yang berlebihan dengan suatu kait pada ujungnya, dan helai daun tidak mampu berubah menjadi warna hijau. Setelah biji kehabisan cadangan makanannya, biji yang berbentuk gelendong berhenti tumbuh dan kemudian mati. Temperatur juga merupakan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Panas yang berlebihan dapat mengganggu dan akhirnya membunuh suatu tumbuhan dengan cara mendenaturasi enzim-enzimnya dan merusak metabolismenya (Campbell et al., 2003). Adapun tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dalam materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu siswa mampu mengumpulkan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, menemukan adanya gejala pertumbuhan, dapat merumuskan masalah, merumuskan hipotesis dan menyusun variabel penelitian. Siswa juga diharapkan membuat rencana penelitian tertulis, membuat unit-unit penelitian, memberi perlakuan, mengukur kecepatan pertumbuhan, mencatat hasil pengukuran dalam tabel pengamatan, mengolah data hasil pengamatan, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang diolah. Selain itu, siswa juga diharapkan untuk melaporkan hasil penelitian, menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan tertulis, menyusun laporan penelitian untuk presentasi, mempresentasikan hasil penelitian (Pratiwi et al., 2007).

14 20 Menurut Salandanan (2000) kegiatan praktikum pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan ini mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan eksperimen yang meliputi kemampuan dalam merencanakan/merancang suatu percobaan berdasarkan metode ilmiah, berhipotesis, proses penemuan fakta (observasi dan pengumpulan data), interpretasi, menerapkan konsep dan prinsip dari hasil kegiatan praktikum, dan kemampuan berkomunikasi, yang dapat digunakan untuk mengembangkan sikap ilmiah dan keterampilan dasar laboratorium tertentu lainnya, sehingga pada akhirnya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. E. Hasil Penelitian Alvarez (2007) dalam penelitiannya mengenai penerapan diagram Vee pada praktikum perkecambahan biji, menyimpulkan bahwa para siswa dapat memahami konsep lebih baik karena terjadinya konstruksi pengetahuan yang melibatkan keterkaitan antara konsepkonsep, kejadian, pencatatan, dan transformasi yang diformulasikan menjadi pengetahuan baru. Selain itu, para siswa juga menjadi lebih tertarik dengan praktikum, hal ini dilihat dari aktifnya semua anggota kelompok dalam diskusi knowledge claims. Hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa diagram Vee dapat berperan sebagai perangkat metakognitif karena membantu siswa dalam memantau konsep, peristiwa, dan fakta-fakta yang diperlukan ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan perkecambahan. Evren dan Sulun (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh penggunaan diagram Vee terhadap kemampuan retensi siswa pada praktikum Fisiologi Hewan, menyimpulkan bahwa kemampuan retensi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan metode praktikum konvensional. Evren dan Sulun

15 21 menjelaskan bahwa komponen diagram Vee membimbing siswa selama proses penemuan (inquiri).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai desain praktikum pertumbuhan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai desain praktikum pertumbuhan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai desain praktikum pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang telah dan biasa digunakan di 27 SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Metakognitif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada hakekatnya harus dapat memberikan kesempatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada hakekatnya harus dapat memberikan kesempatan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran pada hakekatnya harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hamzah, 2008). Pembelajaran seperti ini penting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) Desain Kegiatan Laboratorium merupakan suatu pedoman atau petunjuk untuk melakukan suatu kegiatan praktikum. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Perlu dijelaskan secara operasional beberapa pengertian yang digunakan dalam penelitian ini agar tidak menimbulkan salah tafsir. Penjelasan tersebut meliputi:.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Subjek dari penelitian ini meliputi seluruh kegiatan laboratorium SMA di Kota Bandung kelas XI IPA yang dijadikan rujukan pembelajaran. Sampel yang diambil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan terhadap desain kegiatan laboratorium konsep yang digunakan oleh SMA di Kota Bandung. Populasi penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017 VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Batasan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS STRUKTUR, KEMUNCULAN FAKTA DAN PROSES TRANSFORMASI PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM SISTEM RESPIRASI

2015 ANALISIS STRUKTUR, KEMUNCULAN FAKTA DAN PROSES TRANSFORMASI PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM SISTEM RESPIRASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan praktikum memiliki kedudukan penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains, khususnya Biologi. Sains merupakan pengetahuan yang telah disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Desain Kegiatan Laboratorium () Analisis struktur yang dimaksud pada penelitian ini adalah analisis keberadaan dan kualitas dari lima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Analisis Struktur Analisis struktur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu dilakukan pemecahan setiap aspek yang ada pada desain kegiatan laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini, kurikulum yang baru saja diterapkan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA BAB II KAMAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Peta Pikir dan Peta Konsep dengan Kemampuan Generik Peta Pikir atau Mind Mapping merupakan teknik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Metakognisi Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif. Huit dalam Kuntjojo (2009: 1) mengatakan bahwa: metakognisi meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA, siswa SMP telah memiliki pengetahuan awal tentang beberapa gejala-gejala kehidupan yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nisa Novita Qamayani 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nisa Novita Qamayani 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah bagaimana kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa di kelas berlangsung secara bermutu dan bermakna. Biologi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran sains lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Hal ini dikarenakan pembelajaran sains memiliki objek kajian berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan terhadap desain kegiatan laboratorium mengenai konsep protista yang digunakan di SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang sangat penting dan diperlukan dalam sepanjang perjalanan kehidupan manusia. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini yang dikenal dengan era globalisasi dan teknologi informasi, adalah merupakan fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perubahan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan sanggat tergantung pada proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kuliah merupakan aktivitas yang paling penting bagi mahasiswa. Dalam perkuliahan terjadi aktivitas belajar-mengajar serta penyebaran informasi antara dosen dengan mahasiswa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan yang sangat penting dalam usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Peta Konsep Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang kehidupan, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguhsungguh dan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini, membuat dunia sangat sukar untuk diprediksi. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas memegang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

DIAGRAM V (VE) SEBAGAI ALTERNATIF BENTUK PRAKTIS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

DIAGRAM V (VE) SEBAGAI ALTERNATIF BENTUK PRAKTIS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DIAGRAM V (VE) SEBAGAI ALTERNATIF BENTUK PRAKTIS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Sukisman Purtadi dan Rr. Lis Permana Sari Jurdik Kimia, FMIPA, UNY Abstrak Praktikum merupakan bagian yang penting dalam proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan pengetahuan

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan (how to know). Oleh karena itu kegiatan laboratorium atau kerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan (how to know). Oleh karena itu kegiatan laboratorium atau kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar sains merupakan proses aktif yang membangun kemampuan siswa untuk berinkuiri dan menemukan peristiwa alam (Collins, 2000 & Millar, 2004). Pembelajaran sains

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan yang memegang peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh informasi dan cara mengolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan sebuah proses kehidupan yang akan dialami oleh setiap manusia di sepanjang perjalanan hidupnya. Disadari atau tidak, manusia akan selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi manusia dalam kehidupannya, dikarenakan melalui pendidikan seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii v vii ix x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dikembangkan potensinya. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi generasi penerus bangsa yaitu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Lingkungan sebagai salah satu sains merupakan sebuah proses dan produk. Proses yang dimaksud disini adalah proses melalui kerja ilmiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu ini mempelajari berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan standar kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran sains, tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMA adalah untuk mengembangkan logika, kemampuan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan 2) A. Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan mendidik yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik yang memiliki suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk. mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi

BAB I PENDAHULUAN. Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk. mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktikum di perguruan tinggi pada umumnya ditujukan untuk mendukung perkuliahan yaitu dalam membangun konsep dan atau memvalidasi pengetahuan yang diperoleh pada perkuliahan

Lebih terperinci

Pengantar Praktikum Biologi. DR. Sri Anggraeni, M.Si. Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Pengantar Praktikum Biologi. DR. Sri Anggraeni, M.Si. Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pengantar Praktikum Biologi DR. Sri Anggraeni, M.Si. Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Bagaimana mengintegrasikan praktikum dalam pembelajaran biologi? Hal-hal penting yang harus di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak mengundang salah tafsir maka perlu dinyatakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Perkuliahan Pengembangan Praktikum Biologi Sekolah

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat siswa untuk mendapatkan ilmu mencetak sumber daya manusia yang handal, memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran pada tingkat SMP maupun SMA. Karena disesuaikan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang semakin maju menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan suatu bangsa, pendidikan sejarah merupakan suatu wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan bahwa materi pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci