PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 SKRIPSI OLEH ANRI MARIO TUA NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT MEDAN 2018

2 PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat OLEH ANRI MARIO TUA NIM : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT MEDAN 2018

3 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini. Medan, Januari 2018 Yang membuat pernyataan Anri Mario Tua i

4 ii

5 ABSTRAK PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi merupakan pabrik yang bergerak dalam pengolahan buah kelapa sawit menjadi inti dan CPO dengan menggunakan banyak mesin dan peralatan di setiap area yang memiliki potensi bahaya yang besar bagi pekerja. Perusahaan sudah melaksanakan manajemen risiko K3 yang ada dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) namun masih terdapat insiden kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu menggambarkan penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit.teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pengkajian dokumen. Pelaksanaan manajemen risiko dilaksanakan oleh Tim Manajemen Risiko /ISBPR di 12 stasiun. Pada identifikasi bahaya yang dilakukan ditemukan beberapa potensi bahaya yaitu terjepit, tertimpa, terpental tali, terjatuh, terkena uap panas, kebisingan, terkena bahan kimia, berdebu, kebakaran dan meledak pada penilaian risiko ditemukan beberapa tingkat risiko yaitu risiko extreme, high, medium, dan low dan upaya pengendalian risiko yang sudah dilakukan sudah sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 yaitu rekayasa teknik, pemasangan rambu K3, pemeliharaan peralatan dan instalasi, pelatihan, penyediaan APD, penyediaan APAR dan peralatan tanggap darurat. Pelaksanaan manajemen risiko (HIRAC) yang sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 didapatkan nilai penerapan sebesar 88,3 % dengan kategori memuaskan. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perusahaan melakukan evaluasi terhadap prosedur penilaian risiko dengan memisahkan risiko kebisingan/berdebu pada stasiun kernel silo dan risiko terpeleset / terkena steam panas pada stasiun klarifikasi dan diharapkan mengoptimalkan pelaksanaan penerapan manajemen risiko agar dapat mencapai hasil penerapan 100%. Kata Kunci: Manajemen Risiko, PP RI No. 50 Tahun 2012, Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko iii

6 ABSTRACT PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi is a factory engaged in processing palm oil into core and CPO by using many machines and equipments in every area which has great potential danger for workers. The company has implemented OSH risk management in the Occupational Safety and Health Management System (SMK3) but there are still incidents of occupational accidents and illness. This research is a descriptive research that describes the implementation of risk management at palm oil mill. The technique used in data collection is document review. The implementation of risk management is carried out by the Risk Management Team / ISBPR at 12 stations. In the identification of the hazard, it is found that there are some potential hazards such as pinched, crushed, bounced, dropped, exposed to steam, noise, exposure to chemicals, dust, fire and explosion, on risk assessment found some level of risk ie extreme, high, medium, and low, and risk control efforts that have been done is in accordance with PP RI No.50 Tahun 2012 that is engineering engineering, installation of K3 signs, equipment maintenance and installation, training, provision of PPE, provision of APAR and emergency response equipment. Implementation of risk management (HIRAC) in accordance with PP RI No.50 Tahun 2012 obtained the application value of 88.3% with satisfactory categories. Based on the result of the research, it is expected that the company will evaluate the risk assessment procedure by separating the risk of noise / dust on the silo kernel station and the risk of sliding / exposed steam heat at the clarification station and expected to optimize the implementation of risk management in order to achieve 100% implementation result. Keywords : Risk Management, PP RI No. 50 Tahun 2012, Hazard Identification, Risk Assessment iv

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI BAGIAN PENGOLAHAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI TAHUN 2017 yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Ir. Kalsum, M. Kes selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 5. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Dosen Pembimbing II dan Anggota Penguji, terima kasih atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi. 6. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang selalu meluangkan waktu serta memberikan masukan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. v

8 7. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM selaku Dosen Penguji II yang selalu meluangkan waktu serta memberikan masukan, motivasi dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9. Drs. Heru Santosa, MS. Ph.D selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian. 10. Kepada yang tercinta orang tua penulis Kediman Rumapea dan Asti Basariah Nainggolan, saudara Yohana Olanda Rumapea, Dina Amelia Rumapea dan keluarga besar yang selalu mengingatkan, memberi semangat dan motivasi selama melakukan penelitian. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Medan, Januari 2018 Penulis vi

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x RIWAYAT HIDUP... xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pabrik Kelapa Sawit Pengertian Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Proses Pengolahan Kelapa Sawit Jembatan Timbang (Weight Bridge) Loading Ramp Capstand Stasiun Sterilizer (Perebusan) Stasiun Thressin Stasiun Kempa (Press) Stasiun Kernel Silo Stasiun Klarifikasi Stasiun Mesin dan Instalasi Stasiun Empty Bunch Hopper Stasiun Water Treatment Stasiun Fat-Fit Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja Manajemen Risiko Perangkat Manajemen Risiko Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) vii

10 2.3.3 Proses Pengembangan Manajemen Risiko Kegagalan dalam Menerapkan Manajemen Risiko Penerapan Manajemen Risiko Berdasarkan PP RI No. 50 Tahun BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Objek Penelitian Metode Pengumpulan Data Teknik Analisa Data BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Sumber Daya Manusia Struktur Organisasi Perusahaan Struktur Personalia Pengelola K Kebijakan Perusahaan dalam Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tahun GambaranManajemen Risiko di PT. Perkebunan Nusantara III PKS KebunRambutan Hasil Lembar Ceklist Penerapan Manajemen Risiko (HIRAC) dalam PP RI No. 50 Tahun BAB V PEMBAHASAN Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) Penilaian Risiko (Risk Assessment) Pengendalian Risiko (Risk Control) Penerapan HIRARC berdasarkan PP RI No. 50 Tahun BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ukuran Kualitatif dari likelihood Tabel 2.2 Ukuran Kualitatif dari consequency Tabel 4.1 Data Kecelakaan Kerja di PKS PTPN III Kebun Rambutan Tabel 4.2 Hazard Identification pada Bagian Pengolahan Tahun Tabel 4.3 Risk Assessment Bagian Pengolahan Tahun Tabel 4.4 Risk Control Bagian Pengolahan Tahun ix

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko Gambar 2.2 Hubungan Manajemen Risiko dengan Sistem Manajemen K3 Risiko Gambar 2.3 Langkah Pengembangan dan Penerapan Manajemen Risiko Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 4.2 Struktur organisasi P2K3 Kebun Rambutan x

13 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anri Mario Tua, lahir pada 16 Januari 1995 di Sipirok. Berasal dari Desa Sipirok Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Penulis merupakan anak dari pasangan Kediman Rumapea dan Asti Basariah Nainggolan. Penulis bersuku Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Swasta St.Fransiskus Sipirok ( ), SMP Negeri 1 Sipirok ( ), SMA Negeri 1 Sipirok ( ) dan penulis menempuh pendidikan tinggi pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ( ). xi

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi masyarakat Indonesia semakin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beranekaragam. Perkembangan industri yang pesat ini diiringi pula oleh adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini menimbulkan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Novianto,2010). Setiap proses produksi yang menggunakan teknologi modern memungkinkan adanya potensi bahaya dan risiko tertentu apabila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu unsafe action dan unsafe condition (Ramli, 2010). Pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang menyebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 1

15 2 Prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendalian risiko telah masuk dalam persyaratan pemenuhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini menjadi pertimbangan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sekarang sudah diperbarui menjadi PP RI No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang menyebutkan pengusaha harus mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dalam menyusun rencana keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/MBU/2002 tentang praktek Good Governance pada BUMN tanggal 11 Juli 2002 yang mewajibkan BUMN untuk menerapkan Good Governance serta pengkajian dan pengelolaan risiko usaha. Peraturan Menteri BUMN No.Per-01/MBU/2011 pasal 25 ayat 3 bagian keenam menyatakan pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan membentuk unit kerja tersendiri yang ada dibawah Direksi, dalam pelaksanaannya berada pada Direktorat Direktur Utama sehingga pelaksanaan penerapannya menjadi independent. Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengolahan risiko mempunyai peran dalam pelaksanaan kebijakan K3 berupa pelaksanaan manajemen risiko. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada tahun 2015 mencatat bahwa kasus

16 3 kecelakaan kerja peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja tahun ini menurun. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kasus di tahun 2014 yang mencapai kasus, sementara tahun 2015 berjumlah kasus. Namun pada awal tahun 2016 data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mengatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi, dimana hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak kasus. Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia terkhusus industri kelapa sawit masih tergolong tinggi dengan jumlah kasus kecelakaan kerja, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun (Mallapiang, 2014). Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata Risiko dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Risiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan (Jumirsa, 2015).

17 4 Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk).dalam beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi tren utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini (Wideman, 1992 dalam Kuncoro 2015). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Arief (2011), kajian penerapan manajemen risiko K3L pada proses blasting di area pertambangan batubara PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian penerapan manajemen risiko pada PT. Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya dengan prosedur PR 00- SHE-025 tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3 sangatlah penting dalam pertimbangan pelaksanaan manajemen risiko. Terutama dalam hal pengendalian risiko perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Jumirsa (2015), penerapan manajemen risiko pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV unit usaha Pabatu Tebing Tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan HIRAC disetiap stasiun belum sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012, karena penilaian risiko tidak dinilai secara objektif. Pengendalian risiko yang sudah diterapkan oleh perusahaan adalah pematuhan instruksi kerja, pemasangan rambu-rambu K3, penyediaan APAR dan penggunaan

18 5 Alat Pelindung Diri (APD). Hal tersebut sudah sesuai dengan PP RI No.50 Tahun Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Wibowo (2016), manajemen risiko K3 dengan metode HIRARC dalam upaya mencapai zero accident menunjukan bahwa persentasi penilaian risiko divisi PMD pada level negliable 0%, low risk 10 %, moderate 22 %, high risk 37 %, dan extreme 31 % dan pengendalian yang diterapkan seperti engineering control, administrative dan APD bagi operator. Pabrik Kelapa Sawit Kebun Rambutan merupakan pabrik yang bergerak dalam pengolahan buah kelapa sawit menjadi inti dan CPO dengan menggunakan banyak mesin dan peralatan di setiap area yang memiliki potensi bahaya yang besar bagi pekerja jika dalam penggunaaan mesin dan peralatan tersebut tidak sesuai dengan standar yang ada. Pada proses produksi pabrik kelapa sawit ( PKS ) PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan dengan kapasitas 30 ton TBS/ jam, yang melalui tahap (stasiun) yaitu : stasiun penerimaan Tandan Buah Segar (TBS), stasiun perebusan (sterilizer), stasiun penebahan, stasiun digester (pengadukan) dan press, stasiun klarifikasi, stasiun pengolahan biji (kernel), stasiun boiler, stasiun water treatment, stasiun kamar mesin, stasiun fat-fit. Dimana setiap stasiun memiliki memiliki potensi bahaya yang berbeda. Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Tebing Tinggi sangat mengutamakan perlindungan terhadap karyawan di tempat kerja dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan.

19 6 Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, implementasi manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi sudah dilakukan. Penerapan manajemen risiko pada PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012, manajemen risiko pada PKS PTPN III Kebun Rambutan ditinjau ulang per satu semester oleh tim Manajemen Risiko (ISBPR). Unit Manajemen Risiko PKS PTPN III Kebun rambutan secara struktural berada didalam bagian TI/ TB dan Manajemen Risiko dibawah Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Unit Manajemen Risiko berperan menjalankan fungsi pengembangan, pemeliharaan, dan evaluasi sistem manajemen risiko. Pelaksanaan manajemen risiko dilakukan dengan menggunakan metode HIRAC (Hazard Identification, Risk Assaament & Control) pada proses kerja disetiap stasiun yang ada di PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. Hasil HIRAC (Hazard Identification, Risk Assaament & Control) disetiap stasiun kerja yang dilakukan pada tahun yang terdiri dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko didapatkan bahwa bahaya yang teridentifik asi yaitu kebisingan, polusi debu, terjatuh, tertimpa, kebakaran, terkena uap panas terpental tali capstand. Pada hasil penilaian dan pengendalian risiko bersifat extreme, high, medium dan low risk serta pengendaliannya berupa mematuhi instruksi kerja dan pemberian APD. Pabrik kelapa sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi ini sudah melaksanakan manajemen risiko, tetapi tetap saja ditemukan adanya kecelakaan pada pekerja diantaranya pada tahun 2012 terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kaki kanan pekerja terluka dan patah

20 7 tulang karena tertimpa lori pada area loading ramp, pada tahun 2016 tangan kanan pekerja terluka akibat pecahan kaca pada saat pergantian kaca reben menjadi transparan di timbangan TBS, kening pekerja terluka akibat terantuk besi pipa di efluen treatment, lengan kanan terluka akibat tali capstan putus, dan pada saat kebersihan pabrik tangan pekerja tersayat seng penutup elektromotor. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengetahui apakah penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi Tahun 2017 sudah terpenuhi atau tidak berdasarkan PP RI No.50 Tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi tahun Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi tahun Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko perusahaan berupa identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

21 8 2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan acuan PP RI No.50 Tahun 2012 di PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi khususnya mengenai penerapan manajemen risiko. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen risiko perusahaan dari identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta mengetahui pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan acuan PP RI No.50 Tahun Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan manajemen risiko dipabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. 4. Untuk menambah kepustakaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya mengenai manajemen risiko pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit Pengertian Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pabrik Kelapa Sawit adalah suatu pabrik yang berfungsi sebagai tempat pengolahaan tandan buah segar kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit kasar / crude palam oil (CPO), inti kelapa sawit (kernel), fiber, dan tempurung sawit. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) adalah pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi produk minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil / CPO) dan Inti Sawit (kernel). Serta produk lain seperti fiber dan cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler. Pabrik Minyak Kelapa sawit (PMKS) dibangun berdasarkan suatu rancangan (design) tertentu sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya, disertai dengan teknologiteknologi yang berbeda-beda dan kapasitas yang berbeda-beda Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses diartikan sebagai suatu cara,metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber tenaga kerja, mesin, bahan dan dana yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).Pengolahan Kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh 9

23 10 ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.berikut adalah proses pengolahan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tebing Tinggi: Jembatan Timbang (Weight Bridge) Setiap truk yang mengangkut TBS ke pabrik ditimbang terlebih dahulu dijembatan timbang (bridge weighting) untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih antara brutto dan tarra adalah jumlah TBS yang diterima di PKS (netto), mengetahui jumlah minyak dan inti sawit dari pabrik yang akan dijual, menghitung biaya pengangkutan. Selain TBS, pada jembatan timbang PKS PT. Perkebunan Nusantara III Rambutan juga dilakukan penimbangan terhadap pengiriman CPO dan inti sawit dan janjang kosong. Setiap truk pengangkut TBS yang tiba di pabrik ditimbang terlebih dahulu di Bridge Weighing untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra) Loading Ramp Loading Ramp adalah proses memasukkan TBS ke dalam lori untuk memasukkan ke dalam perebusan. Dalam satu lori terdapat 2,5 ton TBS dan jumlah lori ada 8 buah yang dimasukkan ke dalam perebusan. TBS yang telah ditimbang dibawa ke loading ramp. Adapun fungsi dari pada loading ramp adalah tempat menampung TBS sementara dari kebun sebelum diproses dan untuk mengurangi kadar kotoran.

24 Capstand Capstand berfungsi untuk memutar tali profilin yang menarik lori keluar dari sterilizer Stasiun Sterilizer (Perebusan) Stasiun sterilizer merupakan tahapan awal dalam pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated steam dengan tekanan 2,8-3,0 kg/cm 2 dan suhu C C yang diinjeksi dari Back Preasure Vessel (BPV) untuk mencapai perebusan dengan sistem triple pick. Satu siklus perebusan buah membutuhkan waktu selama menit. Tujuan dari proses perebusan ini adalah : 1. Menghentikan aktivitas enzym balik lipase maupun oksydase, kedua enzyme ini berperan dalam proses pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB). 2. Untuk mempermudah proses pelepasan buah dari tandannya, yaitu melalui proses hidrolisa pectin yang terdapat dipangkal buah, akibat adanya pemanasan dengan uap panas. 3. Memudahkan pemisahan daging buah dengan biji pada waktu proses pemerasan dan sekaligus memudahkan pelepasan sel-sel minyak. 4. Menghidrolisa karbohidrat yang berada dalam bentuk koloid menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan osmotis yang berguna untuk membantu memecahkan dinding-dinding sel sehingga minyak dapat keluar. 5. Memudahkan inti lepas dari cangkang.

25 12 6. Mengurangi kandungan air dalam buah sehingga akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat bersatu dan mempunyai viscositas rendah sehingga mudah dikeluarkan dalam proses pengepresan dengan screw press StasiunThresing Stasiun Thresing (penebahan) adalah stasiun pemisahan brondolan dengan janjangan kosong. Setelah direbus, tandan buah dimasukkan kedalam alat penebah (thresher). Tujuannya untuk melepaskan brondolan dari janjangan. Proses perontokan berlangsung akibat terbantingnya berulang-ulang tandan buah di dalam alat penebah, yang berputar dengan kecepatan ±23 rpm Stasiun Kempa (Press) Brondolan yang telah rontok pada proses penebahan, selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pengaduk (digester). Didalam alat pengaduk brondolan diremas / lumat dengan pisau pengaduk yang berputar sambil di panaskan. Proses pengadukan berlangsung akibat adanya gesekan antar pisau dengan brondolan dan adanya tekanan gaya berat dari brondolan yang terisi penuh dalam alat pengaduk. Pada stasiun ini terjadi proses pemisahaan daging buah (mesocarp) dengan biji (nut) dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah Stasiun Kernel Silo Stasiun kernel berfungsi untuk memperoleh biji inti dengan cara mengupas atau memisahkan cangkang dengan biji inti.campuran ampas (fibre) dan biji (nut) yang keluar dari screw press diproses untuk menghasilkan cangkang (shell) dari fibre sebagai bahan bakar boiler dan biji inti ( kernel ) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan.

26 13 Adapun bagian-bagian dari stasiun pegolahan biji yaitu : a. Nut Silo Nut silo merupakan alat yang dipakai untuk tempat penyimpanan sementara sebelum diolah pada proses berikutnya. Kebersihan nut harus diperhatikan supaya nut lancar masuk ke nut silo. Ini berpengaruh terhadap throughput nut silo, agar nut yang diolah sesuai dengan aturan yang pertama yang akan diolah. Dalam Nut silo dipanaskan sambil diperam menggunakan uap yang berguna untuk menurunkan kadar air hingga 12% agar mudah dipecahkan. b. Nut Elevator Pembawa Biji dari Nut Silo ke Nut greading. c. Ripple Mill Alat pemecah biji berputar dengan kecepatan 1500 rpm dimana alat ini dilengkapi dengan riple plate dan rotor bar. Ripple mill berfungsi untuk memecahkan cangkang biji sehingga mempermudah proses pemisahan antara biji dengan cangkangnya. Pada ripple mill akan digiling oleh plat besi bergerigi (riple plate) dan rotating (rotor) yang sifatnya berputar sehingga biji akan pecah dan hasil yang diperoleh yaitu shell dan nut. d. Separating tank Separating tank berfungsi untuk memisahkan inti dengan cangkang dari hasil pemecahan biji di ripple mill. Prinsip pemisahan pada sistem hydrocylone adalah juga didasari pada perbedaan berat jenis antara kernel dan cangkang. Yang membedakannya adalah bahwa pada hydrocylone pemisahaan dilakukan dengan

27 14 cara pusingan dengan bantuan gaya sentrifugal, sedangkan pada claybath pemisahan terjadi dengan menggunakan lumpur. e. Kernel Drier Kernel Driermerupakan penampungan kernel, dimana kernel diberi perlakuan panas menggunakan hembusan steam yang ditiup melalui blower heater ke seluruh isi silo. f. Kernel Transfer Conveyor. Conveyor ini berfungsi sebagai penghantar inti dari kernel silo menuju kernel transport. g. Pneumatic Kernel Transport. Alat ini berfungsi menghisap inti untuk dialirkan ke kernel bin Stasiun Klarifikasi Minyak kasar yang keluar dari presan dialirkan ke stasiun klarifikasi melalui sand trap berfungsi sebagai perangkap pasir, vibro separator untuk menyaring benda-benda kasar dari cairan. Crude oil dipompakan ke VCT untuk memisahkan sebagian minyak dari sludge dengan perbedaan berat jenis (temperature C), miyak yang berada dilapisan atas dialirkan ke oil tank selanjutnya ke oil purifier untuk memisahkan kotoran yang masih ada dan terakhir dipompakan ke vaccum dryer untuk memisahkan sisa air yang masih ada dan selanjutnya dipompakan ke tangki timbun Stasiun Mesin dan Instalasi Kamar mesin merupakan stasiun pembangkit tenaga listrik yang akan dipergunakan dalam pengolahan minyak kelapa sawit ataupun keperluan

28 15 penerangan di lokasi kerja / pabrik. Adapun alat-alat sebagai penunjang untuk menghasilkan tenaga listrik adalah sebagai berikut: a. Turbin Uap (Steam Turbin) Turbin uap adalah suatu pesawat yang dapat mengubah tenaga uap menjadi tenaga mekanik.uap yang dihasilkan oleh boiler sebelum digunakan pada turbin uap harus dipanaskan terlebih dahulu dengan melewatkannya pada super heater. Uap yang berasal dari ketel uap masuk ke dalam sudu-sudu dan menggerakkan rotor yang porosnya dikopel dengan poros roda gigi (gear box). Putaran turbin diatur dengan alat pengatur otomatis (gavernor) sehingga mencapai putaran yang ditentukan, pada umumnya memerlukan putaran 6800 rpm. Mengingat putaran pembangkit tenaga listrik (generator) yang rendah yaitu 1500 rpm, maka putaran dari turbin harus diturunkan dengan bantuan gear box. b. Diesel Genset Disamping pembangkit listrik tenaga uap (turbin), dibutuhkan juga pembangkit listrik tenaga diesel. Jika tenaga listrik dari turbin cukup untuk proses pengolahan, maka diesel genset tidak dipakai. c. Lemari Pembangkit Listrik (Switch Board) Lemari pembangkit adalah lemari pembagi untuk mendistribusikan tenaga listrik ke bagian-bagian / stasiun di pabrik, dan peralatan lain yang menggunakan tenaga listrik. Lemari ini dilengkapi dengan saklar-saklar otomatis (automatic circuit breaker) dan tiap-tiap genset, saklar-saklar pembagi ke stasiun-stasiun, kapasitor, syncrolizerdan alat-alat pengukur listrik.

29 16 d. Bejana Uap Bekas (Back Pressure Vessel ) Back pressure vessel adalah bejana bertekanan yang menampung sisa uap bekas dari turbin, yang kemudian uap akan dilanjutkan/akan dimanfaatkan pada masing-masing unit yang membutuhkan uap seperti sterilizer, digester, unit klarifikasi,stasiun biji dan pemurnian air. Alat ini dilangkapi dengan katup pengaman (safety valve) dan kran-kran pembagi Stasiun Empty Bunch Hopper Alat ini berfungsi sebagai penghantar janjangan kosong keluar dari thereser. Hal yang menyebabkan hasil penebahan kurang sempurna antara lain : Tandan buah dari lapangan mentah Tandan buah kurang masak dalam perebusan Susunan brondolan dalam tandan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai bagian dalam tandan. Pengeluaran udara (isolator panas) kurang sempurna Stasiun Water Treatment Dalam menjalankan proses produksi, air sangat berperan penting guna kelancaran produksi. Air untuk pengolahan kelapa sawit di PTPN III Kebun Rambutan diambil dari sungai permukaan. Namun demikian, air tidak langsung digunakan (terutama sebagai air umpan dan pengisian ketel),mengingat kandungan dalam air tersebut masih banyak terdapat kotoran-kotoran (pasir, lumpur dan tanah)dan zat-zat terlarut yang kadar keasamannya / kebasahannya masih belum memenuhi syarat standart mutu pemurnian air, maka perlu dilakukan proses pemurnian / penjernihan air.

30 Stasiun Fat- Fit Berfungsi untuk menampung overflow dari condensate pit dan juga merupakan muara dari parit di stasiun klarifikasi. Di penampungan fat-fit dilakukan pemanasan dengan bantuan heating steam pada temperatur minimal 90 0 C. a. Vertical Fat Fit Vertical Fat-Fit Tank merupakan tempat pengumpulan minyak yang berasal dari bak air kondensat rebusan. Tank ini memiliki kapasitas 30 m 3 dan berbentuk silinder seperti CST. b. Daily Tank dan Stock Tunk Daily tank merupakan tempat pengumpulan dan penimbunan minyak yang telah diproses di dalam vacuum dryer. Daily tank ini berkapasitas 50 ton dan temperatur penyimpanan berkisar antara 40 C -50 C. 2.2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara filosofi adalah suatu upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil karya menuju masyarakat yang adil,makmur dan sejahtera (Tarwaka,2008). Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah ilmu dan penerapannnya secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja dan setiap pekerjaan yang dilakukan (Tarwaka,2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja

31 18 secara hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman dan efisiendan produktif (Tarwaka, 2008) Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja ditetapkan sesuai dengan Undang-Undang RI No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 mengenai syarat-syarat Keselamatan Kerja antara lain : 1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan bahaya peledakan dan kebakaran. 2) Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3) Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan alat kerja lainnya. 5) Meningkatkan produktivitas. 6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7) Menjamin tempat kerja yang aman. 8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2.3Manajemen Risiko Organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan,penilaian risiko dan menetapkan pengendalian yang diperlukan (Ramli,2010). Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan

32 19 tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi, 2016). Manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/ perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi termasuk mengevaluasi program penanggulangan risiko (Djojosoedarso, 1999). Manajemen risiko diartikan sebagai kemampuan seseorang manajer untuk menata kemungkinan variabilitas pendapatan dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambil dalam menggarap situasi yang tidak pasti (Sofyan, 2005). Manajemen risiko adalah sebagai proses, mengidentifikasi, mengukur dan memastikan risiko dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut (Santosa,2009). Manajemen risiko sebagai alat unuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang merugikan. Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan ketidakpastian (Ramli, 2010) Dengan melaksanakan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara lain : 1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan yang mengandung bahaya. 2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.

33 20 3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai kelangsungan dan keamanan investasinya. 4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap perusahaan. 5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku. Adanya program penanggulangan risiko yang baik dari suatu perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan yang sangat bermanfaat, antara lain: a. Evaluasi dari program penanggulangan risiko akandapat memberikan gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan. Meskipun hal ini secara ekonomis tidak menaikkan keuntungan perusahaan, tetapi hal itu merupakan kritik bagi pengelola perusahaan, sehingga akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pengelolaan usaha di masa datang. b. Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat memberikan sumbangan langsung kepada upaya peningkatan keuntungan perusahaan. c. Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil juga menyumbang secara tidak langusng kepada pencapaian keuntungan perusahaan, melalui: 1. Keberhasilan mengelola risiko murni akan menimbulkan keyakinan dan kedamaian hati kepada pimpinan / pengurus perusahaan, sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuannya untuk menganalisa dan menyimpulkan risiko spekulatif yang tidak dapat dihindari. 2. Karena masalah ketidakpastian sudah tertangani dengan baik oleh manajer risiko, maka akan dapat mengurangi keragu-raguan dalam pengambilan keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan.

34 21 3. Dengan diperhatikannya unsur ketidakpastian, maka perusahaan akan mampu menyediakan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya, yang memungkinkan perusahaan dapat mencapai pertumbuhan. Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah the culture, process, and structure that are directed towards the effective management of potential opportunities and adserve effects. Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko, proses manajemen risiko meliputi : 1. Menentukan Konteks Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko (Sai Gobal: AS/NZS 4360 : 2004) Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan dan kegiatan. Karena itu langkah pertama adalah menetapkan konteks

35 22 penerapan manajemen risiko yang akan dijalaankan agar proses pengelolaan risiko tidak salah arah dan tepat sasaran. a. Konteks Strategis b. Konteks Manajemen Risiko c. Kriteria Risiko 2. Identifikasi Risiko Setelah menentukan konteks manajemen risiko yang akan dijalankan dalam perusahaan, maka langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi risiko. Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya atau risiko yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahannya jika terjadi. 3. Penilaian Risiko Hasil identifikasi bahaya selanjutnya dianalisa dan dievaluasi untuk menentukan besarnya risiko serta tingkat risiko serta menentukan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. a) Analisa Risiko Analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang dicerminkan dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya. b) Evaluasi Risiko Evaluasi terhadap risiko apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. 4. Pengendalian Risiko Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai tersebut harus dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan

36 23 atau tidak dapat diterima. Dalam tahap ini dilakukan pemeilihan strategi pengendalian yang tepat ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek financial, praktis, manusia dan operasi lainnya. 5. Komunikasi dan Konsultasi Mengkomunikasikan risiko atau bahaya ke pada semua pihak yang berkepentingan dengan kegiatan organisasi atau perusahaan. Hasil atau proses mengembangkan manajemen risiko juga dikonsulatsikan ke semua pihak seperti pekerja, ahli, mitra kerja, pemasok dan lainnya yang kemungkinan terpengaruh oleh penerapan manajemen risiko dalam organisasi. Manajemen risiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak dalam pengembangan dan penerapannya. 6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang Proses manajemen risiko harus dipantau untuk menentukan atau mengetahui adanya penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaanya. Pemantauan juga diperlukan untuk memastikan bahwa sistem manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dalam hasil pemantauan diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan manajemen risiko. Selanjutnya manajemen melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses manajemen risiko telah sesuai dan menetukan langkah-langkah perbaikan Perangkat Manajemen Risiko Untuk membantu pelaksanaan manajemen risiko khususnya untuk melakukan identifikasi bahaya,penilaian dan pengendaliannya diperlukan metode

37 24 atau perangkat. Khusus untuk risiko K3,ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi bahaya diantaranya : 1. Hazard and Operability Study (HAZOPS) Merupakan suatu identifikasi penyimpangan/deviasi yang terjadi pada pengoperasian suatu instalasi industri dan kegagalan operasinya yang menumbulkan keadaan tidak terkendali. Metode ini dilakuakan oleh kelompok para ahli dari multi disiplin ilmu dan dipimpin oleh spesials keselamatan kerja yang berpengalaman atau konsultan pelatihan khusus. HAZOPS bertujuan untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis,untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong kearah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.biasanya metode ini dipakai pada industri proses seperti kimia, petrokimia, dan kilang minyak (Ramli, 2010). 2. Job Safety Analysis (JSA) Merupakan teknik analisa untuk mengkaji langkah-langkah suatu kegiatan dan mengidentifikasi sumber bahaya yang ada dari tiap langkah-langkah tersebut serta merencanakan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko. Identifikasi bahaya dengan metode JSA menurut Diberardinis (1999), dapat menghasilkan analisa yang baik. 3. Fault Tree Analysis FTA atau pohon kegagalan dikembangkan pertama kali pada tahun 1961 oleh US Army ketika merancang peluru kendali. FTA menggunakan metode analisis yang bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top

38 25 event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau proses, misalnya kebakaran atau ledakan. Selanjutnya semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika ke bawah. 4. HIRARC (Hazard Identification,Risk Assesment and Risk Control) Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (Hazards Identification, Risk Assesment, dan Risk Control) yang merupakan bagian dari manajemen risiko. Program K3 harus mampu menjawab isu yang ditemukan dalam HIRARC yang digunakan sebagai dasar menentukan objektif dan target serta program K3 yang jelas dan terukur (Ramli, 2010). Langkah-langkah manajemen risiko dengan menggunakan HIRARC (Suma mur, 1986): 1. Hazard Identification Proses pemeriksaan tiap-tiap area kerja dengan tujuan untuk mengindentifikasi semua bahaya yang melekat pada suatu pekerjaan. Area kerja termasuk juga meliputi mesin peralatan kerja, laboratorium, area perkantoran gudang dan angkutan. 2. Risk Assessment Suatu proses penilaian risiko terhadap adanya bahaya di tempat kerja. 3. Risk Control Suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan semua kemungkinan bahaya di tempat kerja serta melakukan peninjauan ulang secara terus menerus untuk memastikan bahwa pekerjaaan mereka telah aman.

39 26 Proses pembuatan HIRARC terbagi menjadi empat langkah yaitu: a. Mengklasifikasikan jenis pekerjaan b. Mengidentifikasi jenis bahaya c. Melakukan penilaian risiko (mengalisis dan menghitung kemungkinan terjadinya bahaya (occurrence) serta tingkatan keparahan (severity)). d. Pengendalian risiko Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya, adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010). Landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat anatara lain: a. Mengurangi peluang kecelakaan b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan. c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.

40 27 d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas: a) Teknik Pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan. Metode ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah. b) Teknik semi proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif karena: 1. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan. 2. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran. 3. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

41 28 c) Teknik proaktif Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan antara lain: 1. Bersifat preventif karena dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera. 2. Bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan. Meningkatkan awareness semua pekerjaan setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerja. 3. Dapat mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian Penilaian Risiko Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan. Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang teridentifikasi untuk memberikan gambaran sebera besar

42 29 risikotersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjut terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak. Dalam menilai suatu risiko berbagai standar dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standar AS/NZS 4360 yang membuat matrik atau peringkat risiko sebagai berikut: 1. E : Extreme Risk 2. H : High Risk 3. M : Moderat Risk 4. L : Low Risk Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-maisng. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang sangat beragam (Ramli, 2010). Teknik penilaian risiko yang dapat kita gunakan untuk menilai risiko kecelakaan kerja diantaranya adalah: 1. Teknik Kualitatif Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko rendah sampai risiko tinggi. Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang lengkap tidak tersedia. Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai

43 30 dengan risko yang dapat terjadi setiap saat. Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan. Tabel 2.1 Ukuran Kualitatif dari likelihood Level Descriptor Uraian A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat B Likely Kemungkinan terjadi sering C Possible Dapat terjadi sekali-sekali D Unlikely Kemungkinan jarang terjadi Tabel 2.2 Ukuran Kualitatif dari consequency Level Descriptor Uraian 1 Insignificant Tidak terjadi cidera,kerugian finansial kecil 2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedang 3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian finansial besar 4 Major Cedera besar lebih dari satu orang,kerugian besar, gangguan produksi 5 Catastrophic Fatal lebih dari satu orang kerugian sangat besar dan dampak luas yang berdampak panjang, terhentinya semua kegiatan. 2. Teknik Semi Kuantitatif Teknik semi kuantitatif dapat dilakukan jika data-data yang tersedia lebih lengkap. Nilai risiko digambarkan dalam angka numerik, namun nilainya tidak bersifat absolute. Teknik ini baik digunakan untuk risiko yang bersifat kumulatif. Dalam pengaplikasiannya dibutuhkan sedikit keahlian dalam menggunakan Analisa Lapis Proteksi (LOPA).

44 31 3. Teknik Kuantitatif Analisa risiko kuantitatif menggunakan perhitungan probabilitas kejadian atau konsekuensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3 atau 4 yang namanya 2 mengandung arti risiko dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat terhadap suatu potensi bahaya. Evaluasi risiko merupakan proses membandingkan level atau tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.jika risiko tidak dapat diterima, perlu dilakukan langkah pengendalian risiko untuk menekan tingkat risiko Pengendalian Risiko Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risko. Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. OHSAS memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Eliminasi 2. Substitusi 3. Pengendalian teknis

45 32 4. Pengendalian administratif 5. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko secara generik dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut: 1. Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau penggunaan proses, bahan, alat yang berbahaya. 2. Mengurangi kemungkinan terjadi. 3. Mengurangi konsekuensi kejadian. 4. Pengendalian risiko ke pihak lain. 5. Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen, sehingga masih ada sisa risiko yang harus ditanggung perusahaan. Strategi pengendalian risiko antara lain: 1. Menekan Likelihood Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu secara teknis, administratif dan pendekatan manusia. a. Pendekatan Teknis a) Eliminasi Risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan. Beberapa contoh teknik eliminasi antara lain: 1. Mesin yang bisa dimatikan atau dihentikan sehingga tempat kerja bebas dari kebisingan.

46 33 2. Lobang bekas galian di tengah jalan ditutup dan ditimbun 3. Penggunaan bahan kimia berbahaya dihentikan b) Substitusi Teknik subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan kerja dapat ditekan. c) Pengendalian jarak Kemungkinan kecelakaan atau risiko dapat dikurangi dengan melakukan pengendalian jarak antara sumber bahaya dengan penerima. b. Pendekatan Administratif Pendekatan ini dilakukan untuk mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya. c. Pendekatan Manusia Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang aman, budaya keselamatan dan prosedur keselamatan. 2. Menekan Konsekuesni Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya. Berbagai pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi antara lain: a. Tanggap darurat Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan terencana.

47 34 b. Penyediaan alat pelindung diri Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian. c. Sistem pelindung Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat ditekan. Misalnya dengan memasang tanggul sekeliling tangki, jika ada kebocoran atau tumpahan, maka cairan tidak akan menyebar ke daerah sekitarnya sehingga dampak kejadian dapat dikurangi. 3. Pengalihan Risiko Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya: a. Kontaktual, yang mengalihkan tanggung jawab K3 kepada pihak lain, misalnya pemasok atau pihak ketiga. b. Asuransi, dengan menutup asuransi untuk melindungi potensi risiko yang ada dalam perusahaan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan (Ramli, 2010). Manajemen risiko sangat erat hubungannya dengan K3.Timbulnya aspek K3 disebabkan karena adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola dengan baik. Sebaliknya,

48 35 keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan mmendorong perlunya upaya keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan demikian, risiko adalah bagian tidak terpisahkan dengan manajemen K3. 1. OHSAS Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global adalah OHSAS Manajemen risiko merupakan elemen inti yang disebutkan dalam Klausul Menurut OHSAS 18001, manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis perusahaan. Menurut OHSAS 18001, manajemen risiko terbagi atas 3 bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assasment dan Risk Control, biasa dikenal dengan singkatan HIRARC. Berdasarkan hasil evaluasi dari kajian HIRARC perusahaan mengembangkan sasaran K3, kebijakan K3 dan program kerja untuk mengelola risiko tersebut, dengan demikian pengembangan sistem manajemen K3 adalah berbasis risiko (Risk Based Safety Management System). 2. SMK3 Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012 Di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012 diberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dikenal dengan SMK3. SMK3 menempatkan manajemen risiko sebagai salah satu elemen penting antara lain penyusunan rencana K3 harus mempertimbangkan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.

49 36 Hubungan manajemen risiko dan sistem manajemen K3 dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.2 Hubungan Manajemen Risiko dengan Sistem Manajemen K Proses Pengembangan Manajemen Risiko Perusahaan dapat mengembangkan manajemen risiko dengan skala yang lebih luas misalnya dalam lingkup ERP (Manajemen Risko Korporat) yang berarti menyangkut berbagai jenis manajemen risiko yang ada. Perusahaan juga dapat mengembangkan manajemen risiko dalam konteks K3 sebagai bagian dari manajemen K3. Proses penerapan manajemen risiko dalam perusahaan terdiri atas eman langkah yaitu: 1. Dukungan manajemen 2. Kebijakan dan organisasi manajemen risiko 3. Komunikasi 4. Mengelola risiko tingkat korporat

50 37 5. Mengelola risiko tingkat unit kegiatan 6. Pemantauan dan tinjauan ulang Gambar 2.3 Langkah Pengembangan dan Penerapan Manajemen Risiko 1. Komitmen Manajemen Penerapan manajemen risiko dalam perusahaan tidak akan berhasil jika tidak dilandaskan komitmen manajemen. Manajemen risiko pada dasarnya adalah upaya strategis seorang pemimpin unit usaha untuk mengelola bisnisnya dengan baik, karena itu manajemen risiko harus menjadi bagian integral dalam manajemen perusahaan. 2. Penetapan Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan mengenai manajemen risiko ini mengandung komitmen perusahaan untuk menerapkan manajemen risiko, untuk melindungi pekerja, aset perusahaan, masyarakat pengguna dan kelangsungan bisnis perusahaan.sebagai tindak lanjut komitmen, disusun prosedur manajemen untuk manajemen risiko dalam perusahaan yang membuat pengaturan teknis misalnya peran dan tanggung jawab dalam manajemen risiko, prosedur pelaksanaan, sumber daya.

51 38 3. Sosialisasi Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan dan program manajemen risiko perlu dikomunikasikan kepada semua unsur dalam perusahaan. Komunikasi penting, agar seluruh pekerja mengetahui kebijakan perusahaan, memahami, dan kemudian mengikuti dan mendukung dalam kegiatan masing-masing. 4. Mengelola Risiko pada level korporat ( tingkat manajemen) Manajemen risiko harus dimulai pada tingkat korporat atau perusahaan, agar dapat diidentifikasi apa saja risiko yang ada, baik internal maupun eksternal perusahaan. Berdasarkan kebijakan tersebut, dikembangkan program implementasi manajemen risiko yang dimulai dari tingkat organisasi atau perusahaan. Dalam tahap ini, dijalankan proses manajemen risiko mulai dari penentuan konteks, identifikasi bahya, sampai proses pengendaliannya. 5. Mengelola risiko pada tingkat unit kegiatan atau proyek Risiko pada level ini lebih bersifat teknis dan langsung di tempat kerja. Proses pengendalian risiko di tingkat ini lebih bersifat teknis dan dikembangkan sesuai kondisi operasi yang ada dalam perusahaan. 6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang Hasil pelaksanaan manajemen risiko harus dipantau secara berkala untuk memastikan bahwa proses telah berjalan baik dan efektif. Hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko akan menentukan objektif dan sasaran K3.

52 Kegagalan dalam Menerapkan Manjemen Risiko Penerapan manajemen risiko dalam perusahaan tidak mudah dan menghadapi berbagai kendala, misalnya: 1. Informasi tidak memadai Keberhasilan kajian risiko sangat ditentukan oleh ketersediaan data yang diperlukan. 2. Informasi mengenai K3 yang berkaitan dengan proses atau produksi tidak memadai. Informasi mengenai K3 mislanya dapat diperoleh melalui informasi dalam MSDS (Material Safety data Sheet), manual peralatan atau fasilitas operasi, hasil audit dan lainnya. 2.4 Penerapan Manajemen Risiko berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 Menurut Wahyudin dalam Enggar (2013), dalam PP RI No.50 Tahun 2012 tentang SMK3 terdapat 12 elemen dan 166 kriteria, dimana elemen dan kriteria tersebut berfungsi sebagai penilaian penerapan SMK3 di perusahaan. Di bawah ini elemen-elemen serta kriterianya yang berkaitan dengan HIRAC berdasarkan PP RI No. 50 tahun 2012 antara lain: 1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen P2K3 menitiberatkan kegiatan prosedur mengendalikan risiko. 2. Pembuatan dan pendokumentasian Rencana K3 a. Terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3.

53 40 b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten. 3. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 Keamanan bekerja berdasakan SMK3 adalah gambaran pelaksanaan SMK3 yang menyangkut proses kerja, lingkungan kerja, maupun sumber manusianya. Kriteria-kriteria dalam elemen ini terdiri dari: a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi potensi bahaya dan telah menilai risiko-risiko yang timbul di tempat kerja. b. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, jika ditemukan potensi risiko yang membahayakan harus segera dilakukan upaya tindakan perbaikan. 1. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi, hiegnitas dan sanitasi. 2. Pendidikan dan pelatihan 3. Insentif, penghargaan dan motivasi diri 4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi, dan 5. Penegakan hukum c. APD disediakan dan digunakan secara benar serta dipelihara dengan baik. d. APD yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 4. Standar Pemantauan Standar pemantauan adalah standar untuk inspeksi, pengukuran dan pengujian-pengujian terhadap bahaya dan risiko di tempat kerja. Kriteriakriteria dalam elemen ini terdiri dari:

54 41 a. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. b. Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara. c. Pemantauan lingkungan kerja fisika, kimia, biologis, radiasi dan psikologis. d. Peralatan inspeksi, pengukuran dan pengujian. e. Pemantauan kesehatan. 5. Pelaporan dan perbaikan kekurangan Pelaporan dan perbaikan kekurangan adalah prosedur pelaporan terhadap temuan-temuan potensi bahaya yang ada terdapat di lingkungan kerja serta dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Kriteria-kriteria dalam elemen ini, antara lain: a. Pelaporan keadaan darurat b. Terdapat prosedur sumber bahaya dan tenaga kerja perlu diberitahu mengenai proses pelaporannya. c. Kecelakaan kerja dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. d. Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan kerja. 6. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan a. Jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengendalian potensi bahaya. b. Manajer dan pengawas menerima pelatihan yangs sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. c. Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman.

55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penggunaan jenis penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran mendalam tentang pelaksanaan manajemen risiko dari identifikasi bahaya, penilaian risiko serta mengetahui pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan PP RI No. 50 Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai penerapan manajemen risiko pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan September Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah manajemen risiko yang diimplementasikan dengan menggunakan HIRAC (Hazard Identification, Risk Assessment & Control) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data perusahaan berupa hasil HIRAC (Hazard Identification 42

56 43 Risk Assessment & Control) tahun 2017 dari tiap stasiun pengolahan yaitu stasiun jembatan timbang,stasiun loading ramp, stasiun rebusan, stasiun capstand, stasiun thresing, stasiun kempa, stasiun kernel silo, stasiun klarifikasi,stasiun mesin dan instalasi, stasiun empty bunch hopper, stasiun water treatment, stasiun fat-fit yang dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi dan data profil Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi. 3.5 Teknik Analisa Data Apabila semua data dan hasil penelitian terkumpul selanjutnya dianalisa secara deskriptif dengan menjelaskan bagaimana penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi.

57 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pabrik kelapa sawit kebun rambutan berasal dari perkebunan milik Maatskappy Hindia Belanda di bawah naungan NV.RCMA (Rubber Culture Maatskappy Amsterdam) yang pada tahun 1958 dinasiolisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Dalam perkembangannya, perkebunan ini beberapa kali mengalami retrukturisasi (perubahan), yakni pada tahun 1961 menjadi PPN Sumut IV, selanjutnya pada tahun 1976 diubah menjadi salah satu unit Kebun di PT. Perkebunan V (Persero). Pada bulan April 1996 terjadi penggabungan antara PTP III,PTP IV, dan PTP V menjadi satu perusahaan yang bernama PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di Jalan Sei Batang Hari Medan, dimana Kebun Rambutan menjadi salah satu unit kebunnya. Pabrik kelapa sawit kebun rambutan terletak pada lokasi yang sangat strategis di Provinsi Sumatera Utara, yakni terletak ± 80 km di sebelah tenggara kota Medan serta berbatasan langsung dengan Kota Tebing Tinggi dengan koordinat 99 o 4 s/d. 99 o 20 BT dan 3 o 20 s/d. 3 o 26 LU dengan luas pabrik sekitar M 2. PKS Kebun Rambutan berada di dalam 2 Kabupaten yaitu: Kabupaten Serdang Bedagai dan Kababupaten Batu Bara. PKS Kebun Rambutan dibangun pada Tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku TBS berasal dari kebun seinduk. PKS Kebun Rambutan merupakan salah satu 44

58 45 pabrik dari 12 PKS yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III, yang terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 80 km kearah Tenggara kota Medan. Pada bulan Oktober tahun 2015 terjadi peleburan antara Kebun Rambutan dengan PKS Rambutan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 308/SKPTS/55/2015. Sumber bahan baku TBS (Tandan Buah Segar) yang masuk ke PKS Kebun Rambutan berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Para Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan memiliki misi antara lain : 1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan. 2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan. 3. Memperlakukan karyawan sebagai asset strategis dan mengembangkannya secara optimal. 4. Berupaya menjadi perusahan terpilih yang memberi imbal hasil terbaik bagi para investor. 5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk mitra bisnis. 6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan komunitas. 7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

59 Sumber Daya Manusia Struktur Organisasi Perusahaan Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Kebun sebagai salah satu perusahaan PT. Perkebunan Nusantara dibawah naungan BUMN memiliki struktur organisasi sebagai berikut : a. Manajer Tujuan jabatan dari manager adalah membantu dalam mengelola fungsifungsi manajemen serta membuat terobosan-terobosan dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di Pabrik Kelapa Sawit untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Manajer bertanggung jawab langsung kepada Distrik Manajer, bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan kinerja dan produktivitas PKS untuk memenuhi target kuantitas dan kualitas produksi, bertanggung jawab secara Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab

60 47 untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya, serta menjamin dan memastikan bahwa pengelolaan risiko dilaksanakan dan dikelola dalam unit kerjanya. b. Masinis Kepala Tujuan jabatan dari masinis kepala adalah membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen pabrik kelapa sawit di bidang produksi serta memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Masinis Kepala bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab atas pengelolaan pabrik PKS di bidang produksi secara teknis untuk mencapai target kuantitas dan kualitas produksi, bertanggung jawab secara Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya. c. Asisten Kepala Tujuan asisten kepala membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen di bidang tanaman dengan memberdayakan sumber daya peusahaan yang ada di kebunnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Kepala bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab secara Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya, dan bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengawasan setiap kegiatan yang berhubungan dengan produksi di lapangan dan afdeling-afdeling.

61 48 d. Asisten Teknis Umum Tujuan jabatan asisten teknis umum adalah membantu masisnis kepala dalam mengelola fungsi-fungsi bidang teknik dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unit untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Teknis Umum bertanggung jawab langsung kepada Masinis Kepala, bertanggung jawab atas pengelolaan pekerjaan yang mencakup operasional fungsi bidang tehnik di PKS, bertanggung jawab secara Pidana, Perdata dan Tata Usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya. e. Asisten Laboratorium Tujuan jabatan Asisten Laboratorium adalah membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi manajemen bidang laboratorium dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Laboratorium bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab atas pengelolaan laboratorium di PKS untuk mendukung kinerja operasional pabrik PKS mendapatkan mutu produksi maksimal, bertanggung jawab secara pidana, perdata dan tata usaha negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya.

62 49 f. Asisten Pengolahan PKS Tujuan jabatan Asiaten Pengolahan PKS adalah membantu Masinis Kepala dalam mengelola fungsi fungsi manajemen bidang pengolahan PKS dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Pengolahan PKS bertanggung jawab langsung kepada Masinis Kepala, bertanggung jawab atas pngelolaan kuantitas dan kualitas pengolahan produksi di PKS, bertanggung jawab secara pidana, perdatadan tata usaha negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya. g. Asisten Tata Usaha Tujuan jabatan Asisten Tata Usaha adalah membantu manajer dalam mengelola fungsi fungsi manajemen dalam bidang administrasi, keuangan dan pergudangan dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Tata Usaha bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab secara pidana, perdata dan tata usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan di bidang keuangan. h. Asisten Sipil / Traksi dan alat berat Tujuan jabatan Asisten Sipil/ Traksi dan alat berat adalah membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi bidang teknik / traksi dan alat berat

63 50 dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Sipil/ Traksi dan alat berat bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab secara pidana, perdata dan tata usaha Negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetensi dan potensi bawahannya, Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan di bidang Sipil/ Traksi dan alat berat. i. Asisten Personalia Tujuan jabatan Asisten Personalia adalah membantu manajer dalam mengelola fungsi-fungsi bidang kepersonaliaan dan umum dengan memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di unitnya untuk mencapai kinerja optimal dengan tata kelola yang baik. Asisten Personalia bertanggung jawab langsung kepada manajer, bertanggung jawab secara pidana, perdata dan tata usaha negara atas kewenangannya, bertanggung jawab untuk mengembangkan kompetesi dan potensi bawahannya, bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengawasan di bidang personalia atau umum di kebun Struktur Personalia Pengelola K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah suatu badan yang dibentuk di suatu perusahaan untuk membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang keanggotaannya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

64 51 Gambar 4.1 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kebun Rambutan 1. Ketua Bertanggung jawab kepada Direktur Perencanaan dan Pengembangan ruang lingkup tugas dan tanggung jawab: a. Menjamin penerapan SMK3 di Kantor Direksi sesuai dengan Peraturan Perundangan, Standar dan Persyaratan K3 yang berlaku secara konsisten dan berkesinambungan. b. Menetapkan personil yang bertanggung jawab dalam menangani masalahmasalah K3. c. Memimpin pertemuan bulanan dan siding-sidang P2K3.

65 52 d. Memimpin rapat tinjauan ulang (Menegement Review) untuk penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksaanan K3 dalam pencapaian tujuan dan sasaran K3. e. Mengkomunikasikan kepada Pihak Ketiga yang terkait dengan kegiatan perusahaan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang harus dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan-perundangan yang berlaku. f. Bila Ketua berhalangan bertugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil Ketua. 2. Wakil Ketua Bertanggung jawab kepada Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab: a. Mengevaluasi dan mengkoreksi seluruh kegiatan SMK3 di Kantor Direksi untuk diketahui oleh Ketua P2K3. b. Memeriksa program kegiatan terkait implementasi SMK3 sebelum dilaporkan ke Ketua P2K3. c. Berkoordinasi dengan Asisten terkait tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). 3. Sekretaris Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab: a. Menyusun agenda rapat dan jadwal pertemuan bulanan P2K3 dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan P2K3. b. Menyampaikan undangan rapat dan bahan rapat kepada P2K3.

66 53 c. Membuat laporan bulanan P2K3 dan didistribusikan pertriwulan kepada asli ke Disnaker Kotamadya, perbulan kepada Pengurus P2K3 (bidang-bidang) bagian terkait sesuai kebutuhan. d. Membuat saran dan rekomendasi kepada pimpinan dalam upaya peningkatan kinerja K3. e. Mendokumentasikan seluruh kegiatan Implementasi SMK3. f. Mengidentifikasi, mensosialisasikan peraturan perundangan dan persyaratan K3 dan berkoordinasi dengan instansi terkait. g. Mengkoordinir pelaksanaan identifikasi sumber bahaya, inspeksi, dan investigasi kecelakaan kerja. h. Bertindak sebagai pelaksana harian dari tugas-tugas Ketua. i. Bila Sekretaris berhalangan tugas dan tanggung jawab dilaksanakan oleh Wakil Sekretaris. 3. Wakil Sekretaris Bertanggung jawab kepada Sekretaris ruang lingkup tugas dan tanggung jawab yaitu membantu pelaksanaan tugas-tugas harian Sekretaris P2K3. 4. Bidang Penyuluhan / Pelatihan Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup tugas dan tanggung jawab: a. Melaksanakan identifikasi kebutuhan pelatihan dalam pemenuhan standar kompetensi personil khusus penanggung jawab K3 sesuai dengan peraturan perundangan, standar dan persyaratan K3.

67 54 b. Membuat program sosialisasi K3 dan pelatihan / penyuluhan baik OJT, In- House dan External terkait peningkatan kompetensi di bidang K3. c. Mensosialisasikan halhal yang terkait dalam pelaksanaan SMK3 dan pelatihan/ penyuluhan baik OJT, In-House dan External terkait peningkatan kompetensi di bidang K3. d. Membuat laporan hasil sosialisasi dan penyuluhan / pelatihan kepada Ketua melalui Sekretaris serta mengikuti pertemuan bulanan P2K3. 5. Bidang Kesehatan Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang lingkup dan tanggung jawab: a. Membuat program pelayanan dan sosialisasi kesehatan kerja berkoordinasi dengan bidang pelatihan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan antara lain : 1. Pelayanan Kesehatan kepada tenaga kerja baik pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus. 2. Sosialisasi di bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi. 3. Pemantauan lingkungan kerja dan kesehatan tenaga kerja dilaksanakan secara berkala. 4. Pemantauan terhadap gizi kerja atas pengadaan makanan di perusahaan. b. Membuat laporan kepada ketua / sekretaris bila ditemukan karyawan yang sakit disebabkan penyakit akibat kerja dan meneruskan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek.

68 55 c. Membuat laporan statistik kecelakaan kerja dan membuat laporan analisa data pelayanan kesehatan dan penyakit. d. Melaksanakan P3K dan pengadaan obatobat P3K sesuai dengan Permen. No 15 Tahun 2008 tentang P3K di tempat kerja. e. Mengikuti pertemuan bulanan dan menyampaikan laporan/ masukan Bidang Kesehatan kepada Ketua melalui Sekretaris. 6. Bidang Evaluasi Bertanggung jawab kepada Wakil Ketua ruang Lingkup dan Tanggung Jawab: a. Mengevaluasi penerapan SMK3 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka efektifitas dan peningkatan kinerja K3. b. Mengikuti pertemuan bulanan dan menyampaikan laporan dan masukan kepada Ketua/Wakil Ketua melalui Sekretaris, dari hasil evaluasi yang dilaksanakan. c. Membuat rekomendasi tindakan perbaikan dan pencegahan atas kejadian kecelakaan kerja. d. Mengusulkan diadakan pembahasan dan tindak lanjut yang diperlukan dalam peningkatan kinerja K Kebijakan Perusahaan dalam Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kebijakan Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan berkomitmen untuk: 1. Menjamin mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu produk yang berlaku nasional maupun internasional dan standar mutu perusahaan yang ditetapkan untuk mencapai kepuasan pelanggan.

69 56 2. Mengelola perkebunan dan pabrik dengan meminimalkan dampak yang merugikan pada lingkungan hidup. 3. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan atau penyakit akibat hubungan kerja. 4. Memenuhi peraturan dan persyaratan yang terkait dengan mutu, aspek lingkungan dan K3. 5. Melakukan peningkatan secara berkesinambungan melalui penerapan Sistem manajemen mutu, lingkungan dan K3. 6. Menghormati hak-hak pekerja serta perilaku yang adil sesuai dengan peraturan dan norma ketenagakerjaan. 7. Turut berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, perusahaan menerapkan: a. ISO 9001: 2008 (Sistem Manajemen Mutu), yaitu standarisasi sistem dalam memproduksi barang sehingga menghasilkan produk bermutu sesuai dengan keinginan pelanggan. b. Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012,yaitu tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. c. ISO 14001: 2004 (Sistem Manajemen Lingkungan), yaitu memproduksi barang tanpa merusak atau mencemari lingkungan. d. OHSAS 18001: 2007 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja), yaitu memproduksi barang dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

70 57 e. RSPO (Roundtable On Sustainable Palm Oil). f. CSPO (Certified Sustainable Palm Oil), minyak sawit berkelanjutan bersertifikat Data Kecelakaan Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tahun Tabel 4.1.Data kecelakaan kerja di PT. Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Tahun No Unit Tahun Kecelakaan 1 PKS Kebun Rambutan 2012 Kaki kanan pekerja terluka dan patah tulang karena memperbaiki lori yang anjlok tiba tiba cantolan tali terlepas dari dudukan seksi seksi lori pada area loading ramp. 2 PKS Kebun Rambutan 2013 Nihil 3 PKS Kebun Rambutan 2014 Nihil 4 PKS Kebun Rambutan 2015 Nihil 5 PKS Kebun Rambutan Tangan kanan pekerja terluka akibat pecahan kaca pada saat pergantian kaca reben menjadi transparan di timbangan TBS. - Kening pekerja terantuk besi pipa pada saat akan melakukan Kontrol pekerjaan ke efluen treatment. - Pada saat melakukan kebersihan pabrik, dan membuang sampah menggunakan angkong, tangan kanan pekerja tersayat seng penutup elektro motor. - Pada saat mengoperasikan capstand untuk menarik lori masuk ke stasiun rebusan, tiba tiba tali capstand putus sehingga menciderai lengan kanan pekerja.

71 Gambaran Manajemen Risiko (HIRAC) di PT.Perkebunan Nusantara III PKS Kebun Rambutan Manajemen risiko yang dilaksanakan oleh PKS PTPN III Kebun Rambutan,Tebing Tinggi menggunakan metode pengendalian HIRAC (Hazard Identification, Risk Assessment and Control).Perancangan dokumen HIRAC dimulai dengan melakukan hazard identification kemudian dilakukan risk assessment untuk mengetahui tingkat risiko dari potensi bahaya dan selanjutnya dilakukan risk control. Berikut tahap penyusunan HIRAC (PKS) PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi tahun 2017 antara lain : 1. Hazard Identification pada Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Hazard Identification dilakukan di setiap stasiun pengolahan PKS PTPN III Kebun Rambutan. Tabel 4.2 Hazard Identification pada Bagian Pengolahan Tahun 2017 No. Bagian/Stasiun Kegiatan/Aktifitas Potensi Bahaya 1 Jembatan Timbang TBS Penimbangan TBS Pengoperasian Komputer 2 Loading Ramp Pengoperasian Loading Ramp Pengoperasian Lori Pengisian Lori 3 Capstand Pengoperasian Capstand 1. Terjepit 2. Tertimpa TBS 3. Tertabrak truck 1. Radiasi Komputer 2. Terkena Listrik 3. Terbakar 1. Kebakaran 2. Tertimpa TBS 3. Terjepit Lori 4. Tertimpa Lori Anjlok 1. Tertimpa TBS 1. Tergulung Tali 2. Terjepit 3. Terpeleset 4. Terpental Tali

72 59 4 Rebusan (Starillizer) Pengoperasian Rebusan 5 Theresing Pengoperasian Hoisting Crane 6 Kempa (Press) Pengoperasian Press/Digester 7 Kernel Silo Pengoperasian Kernel Silo (Polishing drum) 8 Klarifikasi Pengoperasian Klarifikasi 9 Mesin dan Instalasi 10 Empty Bunch Hopper Pengoperasian Mesin Genset/Turbin Pengoperasian Boiler Pengoperasian Empty Bunch Hopper Penyusunan Janjangan Kosong 11 Water Treatment Pengoperasian Water Treatment 1. Terkena Uap Panas (steam) 2. Terjepit Lori 3. Terjepit pintu rebusan 4. Terpeleset 5. Terkena besi panas 6. Kebisingan 1. Rantai/Wire Rop putus/lori jatuh 2. Terjatuh 3. Kebisingan 1. Screw patah 2. Terkena Uap Panas 3. Kebisingan 1. Kebakaran 2. Kebisingan/Berdebu 3. Tergiling polishing drum/tangan terjepit 4. Terpeleset/terjatuh 1. Kebakaran 2. Terpeleset/terkena steam panas 3. Kebisingan 1. Terbakar dan meledak 2. Kebisingan 3. Tersengat Listrik 1. Terbakar dan Meledak 2. Kebisingan 3. Semburan Api 4. Polusi Debu 1. Terjatuh/terpeleset 1. Terjatuh/Terpeleset 2. Tertimpa janjangan kosong 3. Terantuk besi/plat 1. Terhirup Bahan Kimia 2. Terpeleset 3. Terkena Bahan Kimia 4. Kebisingan 12 FatFit Pengoperasian FatFit 1. Kebakaran 2. Terjatuh/terpeleset

73 60 Berdasarkan tabel diatas, PKS PTPN III Kebun Rambutantelah mengidentifikasi bahaya di setiap stasiun pengolahan. Hasil identifikasi bahaya antara lain : 1. Stasiun Jembatan Timbang TBS Pada stasiun Jembatan Timbang TBS terdapat dua kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu penimbangan tandan buah segar (TBS),dan pengoperasian komputer. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terjepit,tertimpa TBS,tertabrak truck,radiasi komputer terkena listrik dan terbakar. 2. Stasiun Loading Ramp Pada stasiun Loading Ramp terdapat tiga kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian loading ramp, pengoperasian lori,dan pengisian lori. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, tertimpa TBS, terjepit lori, tertimpa lori anjlok. 3. Stasiun Capstand Pada stasiun capstand, kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu pengoperasian tali capstand yang dapat menimbulkan potensi bahaya berupa tergulung tali, terjepi, terpeleset dan terpental tali. 4. Stasiun Rebusan (Sterillizer) Pada stasiun rebusan (sterillizer), kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu pada proses pengoperasian rebusan. Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini berupa terkena uap panas, terjepit lori, terjepit pintu rebusan, terpeleset, terkena besi panas, dan kebisingan.

74 61 5. Stasiun Theresing Pada theresing terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian hoisting crane. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa rantai/wire rop putus yang menyebabkan lori jatuh, terjatuh dari ketinggian, dan kebisingan. 6. Stasiun Kempa (press) Pada stasiun Kempa (press) terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian press / digester. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa screw patah, terkena uap panas (steam) dan kebisingan. 7. Stasiun Kernel silo Pada stasiun kernel silo terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian kernel silo (polishing drum). Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, kebisingan, berdebu, tergiling polishing drum / tangan terjepit, terpeleset dan terjatuh. 8. Stasiun Klarifikasi Pada stasiun klarifikasi terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian klarifikasi. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, terpeleset, terkena steam panas, dan kebisingan. 9. Stasiun Mesin dan Instalasi Pada stasiun mesin dan instalasi terdapat dua kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian mesin genset / turbin dan proses pengoperasian boiler. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi

75 62 bahaya berupa terbakar, meledak, kebisingan, tersengat arus listrik, semburan api dan polusi debu. 10. Stasiun Empty Bunch Hopper Pada stasiun empty bunch hopper, terdapat dua kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu proses pengoperasian empty bunch hopper dan penyusunan janjangan kosong. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terjatuh/terpeleset, tertimpa janjangan kosong dan terantuk besi/plat. 11. Stasiun Water Treatment Pada stasiun water treatment kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu proses pengoperasian water treatment. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terhirup bahan kimia, terpeleset, terkena bahan kimia, dan kebisingan. 12. Stasiun Fat-Fit Pada stasiun fat-fit terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian Fat-fit. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, dan terjatuh / terpeleset.

76 2. Risk Assessment pada Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Penilaian risiko (risk assessment) adalah tindakan lanjutan setelah melalui tahap identifikasi bahaya. Metode yang digunakan untuk penilaian risiko adalah Ranking Sistem Metode HIRAC. Parameter yang digunakan dalam metode ini adalah peluang dan akibat. Tabel 4.3 Risk Assessment Bagian Pengolahan Tahun 2017 No. Bagian/Stasiun Kegiatan/Aktifitas Potensi Bahaya 1 Jembatan Timbang TBS 2 Loading Ramp 3 Capstand Penimbangan TBS Pengoperasian komputer Pengoperasian loading ramp Pengoperasian lori Penilaian Risiko P A Tingkat Risiko 1. Terjepit E 1 L 2. Tertimpa TBS E 1 L 3. Tertabrak truck E 1 L 1. Radiasi komputer C 1 L 2. Terkena listrik E 1 L 3. Terbakar E 1 L 1. Kebakaran E 1 L 2. Tertimpa TBS E 2 L 1. Terjepit lori atau peralatan E 2 L 2. Tertimpa lorianjlok E 1 L Pengisian lori 1. Tertimpa TBS E 2 L 1. Tergulung tali E 2 L Pengoperasian 2. Terjepit E 1 L capstand 3. Terpeleset D 2 L 4. Terpental tali D 2 L 63

77 4 Rebusan (Starillizer) 5 Theresing 6 Kempa (Press) 7 Kernel Silo 8 Klarifikasi 9 Mesin dan Instalasi Pengoperasian rebusan Pengoperasian hoisting crane Pengoperasian press/digester Pengoperasian kernel silo (polishing drum) Pengoperasian klarifikasi Pengoperasian mesin genset/turbin 1. Terkena uap Panas(steam) C 2 M 2. Terjepit lori E 1 L 3. Terjepit pintu rebusan E 1 L 4. Terpeleset D 2 L 5. Terkena besi panas E 1 L 6. Kebisingan B 1 M 1. Rantai/wire rop putus/lori jatuh D 1 L 2. Terjatuh E 3 M 3. Kebisingan B 1 M 1. Screw patah 2. Terkena uap panas 3. Kebisingan B 2 H 1. Kebakaran C 5 E 2. Kebisingan/berdebu C 2 M 3. Tergiling polishing drum/tangan terjepit E 3 M 4. Terpeleset/terjatuh D 1 L 1. Kebakaran 2. Terpeleset /terkena steam panas 3. Kebisingan 1. Terbakar dan meledak 2. Kebisingan 3. Tersengat listrik C D C D B C B D L L E L H E H L 64

78 10 Empty bunch hopper 11 Water treatment Pengoperasian boiler Pengoperasian empty bunch hopper Penyusunan janjangan kosong Pengoperasian water treatment 12 Fatfit Pengoperasian fatfit 1. Terbakar dan meledak 2. Kebisingan 3. Semburan api 4. Polusi debu 1. Terjatuh /terpeleset D 2 L 1. Terjatuh/terpeleset 2. Tertimpa janjangan kosong 3. Terantuk besi/plat 1. Terhirup bahan kimia 2. Terpeleset 3. Terkena bahan kimia 4. Kebisingan 1. Kebakaran 2. Terjatuh/terpeleset C C B C D C E D E D B C E E M M L L M L L L L M E L 65

79 66 Keterangan : Akibat 1 = tidak ada cidera, kerugian materi kecil 2 = cidera ringan/ P3K, kerugian materi sedang 3 = hilang hari kerja, kerugian cukup besar 4 = cacat, kerugian materi besar 5 = kematian, kerugian materi besar Peluang A = hampir pasti akan terjadi B = cenderung untuk terjadi C = mungkin dapat terjadi D = kecil kemungkinan dapat terjadi E = jarang terjadi Berdasarkan tabel di atas, penilaian risiko dilakukan di setiap stasiun pabrik kelapa sawit. Hasil klasifikasi tingkat risiko diperoleh berdasarkan nilai risk ratting pada tiap kegiatan pengolahan kelapa sawit. 1. Stasiun Stasiun Jembatan Timbang TBS Hasil penilaian risiko pada stasiun jembatan timbang TBS terdapat dua kegiatan, dari kedua kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko low. 2. Stasiun Loading Ramp Hasil penilaian risiko pada stasiun loading ramp terdapat tiga kegiatan, dari tiga kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko low.

80 67 3. Stasiun Capstand Hasil penilaian risiko pada stasiun capstand, kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko low. 4. Stasiun Rebusan (Sterillizer) Hasil penilaian risiko pada stasiun rebusan (sterillizer) kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko moderate dan low. 5. Stasiun Theresing Hasil penilaian risiko pada stasiun theresing kegitan tersebut memiliki tingkat risiko moderate dan low. 6. Stasiun Kempa (Press) Hasil penilaian risiko pada stasiun kempa (press), kegitan tersebut memiliki tingkat risiko high dan low. 7. Stasiun Kernel Silo Hasil penilaian risiko pada stasiun kernel silo, kegitan tersebut memiliki tingkat risiko extreme, moderate dan low. 8. Stasiun Klarifikasi Hasil penilaian risiko pada stasiun klarifikasi, kegitan tersebut memiliki tingkat risiko extreme, high dan low. 9. Stasiun Mesin dan Instalasi Hasil penilaian risiko pada stasiun mesin dan instalasi terdapat dua kegiatan, dari dua kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko extreme, high, moderate dan low.

81 Stasiun Empty Bunch Hopper Hasil penilaian risiko pada stasiun empty bunch hopper terdapat dua kegiatan, dari dua kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko moderate dan low. 11. Stasiun Water Treatment Hasil penilaian risiko pada stasiun water treatment, kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko moderate dan low. 12. Stasiun FatFit Penilaian resiko pada stasiun fatfit, kegiatan tersebut memiliki tingkat risiko extreme, dan low.

82 3. Risk Control pada Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Pada tahap pengendalian risiko (risk control), risiko bahaya yang menjadi prioritas di tahap sebelumnya yakni tahap penilaian risiko akan ditindak lanjuti sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi risiko kecelakaan kerja hingga batasan yang dapat diterima oleh perusahaan. Tabel 4.4 Risk Control Bagian Pengolahan Tahun 2017 Penilaian Risiko Pengendalian Risiko No. Bagian/Stasiun Kegiatan/Aktifitas Potensi Bahaya Tingkat P A Risiko Pengendalian yang dibutuhkan 1. Jembatan Penimbangan TBS 1. Terjepit E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 timbang TBS 2. Tertimpa TBS E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 3. Tertabraktruck E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 Pengoperasian 1. Radiasi komputer C 1 L - Pemasangan kaca anti radiasi komputer 2. Terkena listrik E 1 L - Pemasangan rambu rambuperingatan 2. Loading Ramp Pengoperasian loading ramp 3. Capstand Pengoperasian capstand 3. Terbakar E 1 L - Pemeliharaan instalasi listrik 1. Kebakaran E 1 L - Pemasangan rambu - rambu peringatan. - Penempatan peralatan tanggap darurat. 2. Tertimpa TBS E 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 Pengoperasian lori 1. Terjepitlori/ peralatan E 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 2. Tertimpa lorianjlok E 1 L - Mengondisikan tempat kerja,penggunaan peralatan,cara kerja,posisi kerja dalamkondisi aman. Pengisian lori 1. Tertimpa TBS E 2 L - Penggunaan APD (helm,sarung tangan) 1. Tergulung tali E 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 2. Terjepit E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 3. Terpeleset D 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 4. Terpental tali D 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 69

83 4. Rebusan (starillizer) Pengoperasian rebusan 5. Theresing Pengoperasian hoisting crane 6. Kempa (Press) Pengoperasian press/digester 7. Kernel Silo Pengoperasian kernel silo (polishing drum) 8. Klarifikasi Pengoperasian klarifikasi 1. Terkena uap panas(steam) C 2 M - Pemasangan rambu - rambu K3 2. Terjepitlori E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 3. Terjepit pintu rebusan E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 4. Terpeleset D 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 5. Terkena besi panas E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 6. Kebisingan B 1 M - Penggunaan APD (ear plug) 1. Rantai/wire Rop putus/lori jatuh D 1 L - Sertifikasi peralatan sesuai dengan peraturan perundangan. - Pemelihraan/perawatan dilaksanakan oleh Instansi yang berwenang 2. Terjatuh E 3 M - Pemasangan rambu - rambu K3 3. Kebisingan B 1 M - Penggunaan APD (ear plug) 1. Screw patah C 1 L - Pemeliharaan peralatan secara rutin. 2. Terkena uap panas D 1 L - Penempatan peralatan tanggap darurat. 3. Kebisingan B 2 H - Penggunaan APD (ear plug) 1. Kebakaran C 5 E - Pemeliharaan peralatan secara rutin. - Penempatan peralatan tanggap darurat. 2. Kebisingan/Berdebu C 2 M - Pemeliharaan peralatan secara rutin. - Penempatan peralatan tanggap darurat. - Penggunaan APD (ear plug, helm, masker, sepatu safety) 3. Tergiling polishing drum/tangan terjepit E 3 M - Penggunaan APD (helm, sarung tangan, sepatu safety) 4. Terpeleset/terjatuh D 1 L - Penggunaan APD (helm, sepatu safety) 1. Kebakaran C 5 E - Pemeliharaan peralatan secara rutin. - Penempatan peralatan tanggap darurat. - Pemasangan rambu - rambu peringatan. 2. Terpeleset/terkena steam panas D 1 L - Penggunaan APD (Helm, sepatusafety, sarung tangan) 70

84 9. Mesin dan Instalasi 10. Empty Bunch Hopper Pengoperasian Mesin Genset/Turbin 3. Kebisingan B 2 H - Penggunaan Ear plug 1. Terbakar dan meledak C 5 E - Penyediaan peralatan tanggap darurat 2. Kebisingan B 2 H - Penggunaan ear plug 3. Tersengat listrik D 2 L - Pemasangan rambu - rambu peringatan. - Sertifikasi Operator (SIO) Pengoperasian Boiler 1. Terbakar dan meledak C 5 E - Penyediaan peralatan tanggap darurat 2. Kebisingan C 2 M - Penggunaan ear plug 3. Semburan Api B 1 M - Penggunaan sarung tangan,kaca mata, sepatu,baju tahan api. 4. Polusi Debu C 1 L - Penggunaan APD (sarung tangan,kaca mata,masker) - Sertifikasi Operator (SIO) - Pemasangan rambu - rambuperingatan. Pengoperasian Empty Bunch Hopper Penyusunan Janjangan Kosong 11. Water treatment Pengoperasian water treatment 1. Terjatuh/terpeleset D 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 1. Terjatuh/Terpeleset D 2 L - Pemasangan rambu - rambu K3 2. Tertimpa janjangan kosong C 2 M - Pemasangan rambu - rambu K3 3. Terantuk besi/plat E 1 L - Pemasangan rambu - rambu K3 - Penggunaan APD (sepatu, helm). 1. Terhirup bahan kimia D 1 L - Penggunaan APD - (masker) 2. Terpeleset E 1 L - Pengunaan APD (sepatu safety) 3. Terkena bahan kimia D 1 L - Penggunaan APD (masker,sarung tangan) - Tersedianya MSDS 4. Kebisingan B 1 M - Penggunaan ear plug 12. FatFit Pengoperasian fatfit 1. Kebakaran C 5 E - Mencegah terjadinya kebakaran 2. Terjatuh/terpeleset E 1 L - Penggunaan APD (sepatusafety) - Pemasangan rambu - rambu peringatan. 71

85 72 Berdasarkan tabel di atas, PKS PTPN III KEBUN RAMBUTAN sudah melakukan pengendalian risiko pada tiap kegiat an pengolahan pabrik kelapa sawit yang berpotensi bahaya. 1. Stasiun Stasiun Jembatan Timbang TBS Pada stasiun jembatan Timbang TBS, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja, kemudian di bagian pengoperasian komputer dilakukan pemasangan kaca anti radiasi dan dilakukan pemeliharaan instalasi listrik. 2. Stasiun Loading Ramp Pada stasiun loading ramp, teridentifikasi tiga kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu peringatan.penempatan peralatan tanggap darurat, pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja, mengondisikan tempat kerja,penggunaan alat, cara kerja, posisi kerja dalam kondisi aman dan penggunaan APD (helm, sarung tangan). 3. Stasiun Capstand Pada stasiun capstand, teridentifikasi kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja. 4. Stasiun Rebusan (Starillizer) Pada stasiun Rebusan (Starillizer), teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa moderate dan low. Perusahaan

86 73 telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja dan penggunaan APD berupa ear plug. 5. Stasiun Theresing Pada stasiun theresing, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa moderate danlow. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja,melakukan sertifikasi peralatan sesuai dengan peraturan perundangan, melakukan pemeliharaan / perawatan dilaksanakan oleh Instansi yang berwenang dan penggunaan APD berupa ear plug. 6. Stasiun Kempa (press) Pada stasiun kempa (press), teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa high dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan melakukan pemeliharaan peralatan secara rutin,penempatan peralatan tanggap darurat dan penggunaan APD berupa ear plug. 7. Stasiun Kernel silo Pada stasiun kernel silo, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa extreme, moderate dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemeliharaan peralatan secara rutin, penempatan peralatan tanggap darurat,penggunaan APD berupa ear plug, helm, masker, sepatu safety.

87 74 8. Stasiun Klarifikasi Pada stasiun klarifikasi, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa extreme, high dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu peringatan di tempat kerja, pemeliharaan peralatan secara rutin,penempatan peralatan tanggap darurat, penggunaan APD berupa ear plug, helm, sepatu safety dan sarung tangan. 9. Stasiun mesin dan instalasi Pada stasiun mesin dan instalasi, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa extreme, high, moderate dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan ramburambu peringatan di tempat kerja, penyediaan peralatan tanggap darurat,penggunaan APD berupa ear plug, sarung tangan, kaca mata, masker, sepatu, baju tahan api, dan melakukan sertifikasi pada operator. 10. Stasiun empty bunch hopper Pada stasiun empty bunch hopper, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa moderate dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu-rambu K3 di tempat kerja dan penggunaan APD sepatu safety dan helm. 11. Stasiun water treatment Pada stasiun water treatment, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa moderate dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan penggunaan APD berupa masker, sarung tangan, ear plug dan menyediakan MSDS untuk bahan kimia.

88 Stasiun fat-fit Pada stasiun fat-fit, teridentifikasi dua kegiatan yang mengandung bahaya dengan tingkat risiko berupa extreme dan low. Perusahaan telah melakukan pengendalian risiko dengan pemasangan rambu rambu peringatan di tempat kerja, mencegah terjadinya kebakaran, dan penggunaan APD berupa sepatu safety.

89 Hasil Lembar Checklist Penerapan Manajemen Risiko (HIRAC) dalam PP RI No. 50 Tahun 2012 No. PP RI No. 50 Tahun Pembangunan dan Pemeliharaan A. P2K3 menitikberatkan kegiatan prosedur mengendalikan risiko. 2 Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3. A. terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 B. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten. 3 Keamanan bekerja berdasarkan SM3 A. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi potensi bahaya dan telah menilai risiko-risiko yang timbul di tempat kerja. B. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, jika ditemukan potensi risiko yang membahayakan harus segera dilakukan upaya tindakan perbaikan. 4 Standar Pemantauan A. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. B. Pemantauan lingkungan kerja dilaksankan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara. C. Pemantauan lingkungan kerja fisik,kimia,biologis,radiasi dan psikologis. D. Peralatan inspeksi,pengukuran dan pengujian. E. Pemantauan Kesehatan. Diterapkan Tidak diterapkan

90 77 5 Pelaporan dan Perbaikan kekurangan. A. Pelaporan Keadaan darurat. B. Terdapat prosedur sumber bahaya dan tenaga kerja perlu diberitahu mengenai proses pelaporannya. C. Kecelakaan dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. D. Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan kerja. 6 Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan. A. Jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengendalian potensi bahaya B. Manajer dan pengawas menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. C.. Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman. Jumlah 15 2 Penilaian Tingkat Penerapan Manajemen Risiko dalam PP RI No. 50 Tahun 2012 Tingkat Pencapaian Penerapan 0-59 % 60-84% % Tingkat Penilaian Penerapan Kurang Tingkat Penilaian Penerapan Baik Tingkat Penilaian Penerapan Memuaskan Jumlah Kriteria Yang Berhasil Diterapkan (15) x100 = 88,3 % Jumlah Keseluruhan Kriteria (17)

91 BAB V PEMBAHASAN Perusahaan sudah melaksanakan manajemen risiko sejak tahun 1996 sejak PKS Kebun Rambutan berdiri. Manajemen risiko K3 di PTPN III PKS Kebun Rambutan dilaksanakan per semester oleh tim Manajemen Risiko K3(ISBPR) yang terdiri dari anggota P2K3 dan perusahaan menggunakan metode HIRAC (Hazard Identification, Risk Assessment and Control). Setiap organisasi dapat menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko serta mengendalikan risiko tersebut (Suardi, 2005). Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (HIRAC) dalam kegiatan PKS PTPN III Kebun Rambutan digunakan untuk dasar perencanaan program pengendalian kecelakaan kerja (manajemen risiko) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mengenai penetapan kebijakan K3 dan perencanaan K3, dimana secara garis besar menyatakan bahwa perusahaan telah mempunyai prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko serta mempunyai program pengendalian risiko. 78

92 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) Identifikasi potensi bahaya dilakukan terhadap lingkungan kerja, alat atau mesin, bahan, dan tenaga kerja untuk menemukan bahaya-bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja dan segera dilakukan pengendalian sehingga tidak mengakibatkan kecelakaan kerja yang pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap perusahaan dan tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan PP RI No.50 Tahun 2012 tentang SMK3. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya di pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN III Kebun Rambutan tahun 2017 tiap stasiun didapat bahwa bahaya yang terjadi di bagian pengolahan berupa : 1. Stasiun Jembatan Timbang TBS Jembatan timbang merupakan stasiun pertama dalam proses pengolahan kelapa sawit, dimana pada stasiun ini dilakukan penimbangan terhadap truk yang mengangkut TBS ke areal pabrik maupun CPO dan janjangan kosong yang akan dijual. Pada stasiun Jembatan Timbang TBS terdapat dua kegiatan yang teridentifikasi menimbulkan bahaya, yaitu penimbangan tandan buah segar (TBS), dan pengoperasian komputer. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terjepit, tertimpa TBS, tertabrak truck, radiasi komputer terkena listrik, dan terbakar. 2. Stasiun loading ramp Loading ramp merupakan proses memasukkan TBS ke dalam lori untuk memasukkan ke dalam perebusan. Dalam satu lori terdapat 2,5 ton TBS dan jumlah

93 80 lori ada 8 buah yang dimasukkan ke dalam perebusan. TBS yang telah ditimbang dibawa ke loading ramp. Pada stasiun loading ramp terdapat tiga kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian loading ramp, pengoperasian lori, dan pengisian lori. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, tertimpa TBS, terjepit lori, tertimpa lori anjlok. 3. Stasiun Capstand. Stasiun capstand berfungsi untuk memutar tali profilin yang menarik lori keluar dari stelilizer. Pada stasiun capstand, terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu pengoperasian tali capstand yang dapat menimbulkan potensi bahaya berupa tergulung tali, terjepi, terpeleset, dan terpental tali. 4. Stasiun Rebusan (Sterillizer) Stasiun sterilizer merupakan tahapan awal dalam pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated steam dengan tekanan 2,8-3,0 kg/cm 2 dan suhu C C. Pada stasiun Rebusan (Sterillizer), kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu pada proses pengoperasian rebusan. Potensi bahaya yang ditimbulkan dari kegiatan ini berupa terkena uap panas, terjepit lori, terjepit pintu rebusan, terpeleset, terkena besi panas, dan kebisingan.

94 81 5. Stasiun Theresing Stasiun thresing (penebahan) adalah stasiun pemisahan brondolan dengan janjangan kosong. Setelah direbus, tandan buah dimasukkan kedalam alat penebah (thresher). Tujuannya untuk melepaskan brondolan dari janjangan pada theresing terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian hoisting crane. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa rantai / wire rop putus yang menyebabkan lori jatuh, terjatuh dari ketinggian dan kebisingan. 6. Stasiun Kempa (press) Brondolan yang telah rontok pada proses penebahan, selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pengaduk (digester). Didalam alat pengaduk brondolan diremas / lumat dengan pisau pengaduk yang berputar sambil di panaskan, pada stasiun ini terjadi proses pemisahaan daging buah (mesocarp) dengan biji (nut) dan proses pengambilan minyak kasar dari daging buah. Pada stasiun kempa (press) terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian press / digester. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa screw patah, terkena uap panas (steam) dan kebisingan. 7. Stasiun Kernel Silo Stasiun kernel berfungsi untuk memperoleh biji inti dengan cara mengupas atau memisahkan cangkang dengan biji inti. Pada stasiun kernel silo terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian kernel silo (polishing drum). Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, kebisingan, berdebu, tergiling polishing drum / tangan terjepit, terpeleset dan terjatuh.

95 82 8. Stasiun Klarifikasi Stasiun klarifikasi terjadi proses pemisahan antara minyak dengan air dan kotoran yang masih ada sehingga menghasilkan minyak murni. Pada stasiun klarifikasi terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian klarifikasi. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa kebakaran, terpeleset, terkena steam panas dan kebisingan. 9. Stasiun Mesin dan Instalasi Kamar mesin merupakan stasiun pembangkit tenaga listrik yang akan dipergunakan dalam pengolahan minyak kelapa sawit ataupun keperluan penerangan di lokasi kerja / pabrik. Pada stasiun rebusan terdapat dua kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pada proses pengoperasian mesin genset / turbin dan pada proses pengoperasian boiler. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terbakar,meledak, kebisingan, tersengat arus listrik, semburan api dan polusi debu. 10. Stasiun Empty Bunch Hopper Stasiun ini berfungsi sebagai penghantar janjangan kosong keluar dari thereser. Pada stasiun empty bunch hopper, terdapat dua kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu proses pengoperasian empty bunch hopper dan penyusunan janjangan kosong. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa terjatuh / terpeleset, tertimpa janjangan kosong dan terantuk besi / plat.

96 Stasiun Water Treatment Stasiun ini berfungsi untuk menghasilkan air yang akan digunakan untuk semua proses pabrik, di stasiun ini terjadi proses pemurnian air untuk menghasilkan uap yang bersih. Pada stasiun water treatment, kegiatan yang menimbulkan bahaya yaitu proses pengoperasian water treatment. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya berupa bahan kimia terhirup, terpeleset, terkena bahan kimia, dan kebisingan. 12. Stasiun Fat-Fit Berfungsi untuk menampung overflow dari condensate pit dan juga merupakan muara dari parit di stasiun klarifikasi. Di penampungan fat-fit dilakukan pemanasan dengan bantuan heating steam pada temperatur minimal 90ºC. Pada stasiun fat-fit terdapat kegiatan yang menimbulkan bahaya, yaitu pengoperasian fatfit. Kegiatan tersebut menimbulkan potensi bahaya kebakaran dan terjatuh/terpeleset. Dalam hal identifikasi bahaya PKS PTPN III kebun rambutan sudah melakukan identifikasi bahaya di setiap stasiun. Potensi Bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka,2008). Pada PKS PTPN III kebun rambutan potensi bahaya yang paling tinggi risikonya terdapat pada stasiun mesin dan instalasi pada pengoperasian boiler karena dapat menyebabkan ledakan. 5.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3. Namun, belum semua perusahaan melaksanakan

97 84 penilaian risiko bahaya di tempat kerja, salah satunya hasil penelitian Eggar (2013) di PT. Hanil Indonesia pada bagian drawing. Penilaian risiko yang telah dilaksanakan oleh PTPN III PKS Kebun Rambutan tahun 2017, ternyata risiko yang terdapat di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS) termasuk kategori risiko extreme, high, medium dan low. Hasil dari penilaian risiko diperoleh dengan mempergunakan tabel ranking system. 1. Stasiun Jembatan Timbang TBS a. Penimbangan TBS 1. Terjepit Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. 2. Tertimpa TBS Pada proses penimbanagan TBS, truck membawa TBS dan memungkinkan TBS jatuh dari atas truck yang dapat menyebabkan pekerja yang ada disekitar stasiun penimbanagan tertimpa TBS. Tertimpa TBS termasuk dalam kategori jenis bahaya mekanik. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. 3. Tertabrak truck Tertabrak truck bisa saja terjadi pada saat penimbangan TBS, jika pekerja tidak memperhatikan rambu-rambu. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan

98 85 keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. Pada kebanyakan kasus petugas begitu memperhatikan pada penanganan benda sehingga lupa untuk melihat kemana arah kendaraannya bergerak (Rijanto, 2011). b. Pengoperasian Komputer 1. Radiasi Komputer Pada saat pengoperasian komputer pekerja mungkin bisa terkena radiasi dari layar monitor.risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwakecelakaan mugkin dapat terjadi dan tidak ada menyebabkan cidera. Berbagai radiasi seperti radiasi dari berbagai bahan radioaktif, radiasi sinar dan radiasi gelombang mikro yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada pekerja ( Sucipto, 2014). 2. Terkena Listrik Risiko terkena listrik pada stasiun penimbangan TBS berasal dari kabel komputer yang digunakan operator. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. Bahaya arus listrik merupakan jenis bahaya yang masuk dalam kategori bahaya listrik (Ramli, 2010). 3. Terbakar Risiko kebakaran bisa terjadi jika adanya korsleting pada kabel instalasi komputer. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang

99 86 terjadi. Menurut Heinrich dalam Dasar-dasar K3 (2007) menyebutkan bahwa 88% kecelakaan bisa diakibatkan oleh tindakan yang tidak aman 10% karena kondisi yang tidak aman dan 2% disebabkan oleh faktor lain yang tidak disebutkan, dalam hal ini kebakaran termasuk dalam kondisi tidak aman. 2. Stasiun Loading Ramp a. Pengoperasian Loading Ramp 1. Kebakaran Pada proses pengoperasian loading ramp menggunakan alat yang mengandung listrik, dan jika terjadi hubungan arus pendek listrik akan dapat menyebabkan kebakaran. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. Syukri Sahab (1997) dalam Hayati (2009), yang menerangkan bahwa dalam instalasi digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi pelindung dan pengaman, peralatan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, ataupun cidera. 2. Tertimpa TBS Petugas yang berada di bawah pintu loading ramp pada saat mengutip brondolan akan beresiko tertimpa TBS, sehingga dipasang rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi awas tertimpa TBS dengan maksud supaya petugas

100 87 menyadari akan bahaya tertimpa tandan buah segar dan petugas harus hati-hati dan tetap menggunakan APD lengkap. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan menyebabkan cidera ringan dan memerlukan perawatan P3K. b. Pengoperasian Lori 1. Terjepit Lori / Peralatan Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan menyebabkan cidera ringan dan memerlukan perawatan P3K. Bahaya ditempat kerja terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur yaitu peralatan, material, proses dan metode kerja (Ramli, 2010). 2. Tertimpa Lori Anjlok Pada saat pengisian lori, lori berada di rel untuk selanjutnya dibawa ke stelelizer, pada saat beroperasi lori bisa saja anjlok keluar dari rel, yang dapat membahayakan pekerja. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. Keadaaan ini sesuai dengan pendapat Tarwaka (2008) yaitu setiap proses produksi, peralatan atau mesin di tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

101 88 c. Pengisian Lori 1. Tertimpa TBS Pada saat mengisi TBS ke lori risiko pekerja tertimpa TBS bisa saja terjadi. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan menyebabkan cidera ringan dan memerlukan perawatan P3K. 3. Stasiun Capstand a. Pengoperasian Capstand 1. Tergulung tali Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. Pada saat mengoperasikan tali capstand risiko tergulung bisa terjadi dan pada saat mengoperasikan tali capstand komunikasi antar pekerja sangat diperlukan,jika tidak dapat menyebabkan risiko terguling tali. Komunikasi merupakan hal vital yang sangat penting karena tanpa komunikasi, mesin tersebut akan menjadi mesin yang berbahaya yang dapat mengancam siapa saja (Woodson, 1992) dalam (Andani,2015). 2. Terjepit Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. Jari tangan terjepit tali capstand termasuk dalam kategori jenis bahaya

102 89 mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka (Hijriani, 2016). 3. Terpeleset Pada stasiun pengoperasian capstand ditemukan lantai yang licin yang diakibatkan oli yang banyak tumpah dan ini dapat menyebabkan pekerja terpeleset. Permukaan lantai yang licin dan tidak merata akan meningkatkan kemungkinan terpeleset dan terjatuh karena terjadinya retakan tiba-tiba yang tidak dapat diperkirakan (Tarwaka, 2010). Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil kemungkinaan terjadi dan dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. 4. Terpental Tali Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil kemungkinaan terjadi dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. Namun berdasarkan observasi peneliti didapati seharusnya risiko ini digolongkan ke dalam kategori high karena risiko ini mungkin dapat terjadi saat mengoperasikan tali capstand dan dapat mengakibatakan cidera yang serius dan dapat menyebabkan kehilangan hari kerja. Hal ini didukung dengan adanya kecelakaan kerja pada tahun 2016, pada saat mengoperasikan capstand untuk menarik lori masuk ke stasiun rebusan tiba-tiba tali capstand putus sehingga menciderai lengan kanan pekerja yang menyebabkan pekerja kehilangan hari kerja. Hal ini sesuai dengan

103 90 pendapat (Rudi Suardi, 2007) bahwa level atau tingkatan risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi bahaya dan konsekuensi. 4. Stasiun Rebusan (Sterillizer) a. Pengoperasian Rebusan 1. Terkena uap panas (steam) Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kecelakaan mungkin dapat terjadi dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawakan P3K. Pada proses perebusan membutuhkan suhu yang tinggi yang mengakibatkan adanya uap panas (steam). Menurut ILO (2013) uap panas merupakan bahaya kimia. 2. Terjepit Lori Parapekerja yang bekerja di area mesin perebusan, sering mengabaikan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja. Hal ini terlihat dari posisi pekerja terkadang terlalu dekat dengan unit yang sedang beroperasi dan posisi antar unit terlalu dekat saat beroperasi, hal ini memungkinkan terjadi bahaya seperti terjepit pada saat pengisian loribuah kedalam perebusan. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. 3. Terjepit pintu rebusan Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang

104 91 terjadi. Jenis pekerjaan di stasiun sterilizer sebagian besar melibatkan kerja fisik bagi pekerja seperti berjalan dengan cepat dengan kondisi lingkungan yang tidak cukup terang, membuka dan mengunci pengaman pintu sterilizer, membuka dan menutup pintu sterilizer, dapat menyebabkan pekerja terjepit (Andani, 2015). 4. Terpeleset Lingkungan kerja pada stasiun rebusan banyak terdapat bekas oli yang tumpah yang dapat menyebabkan pekerja terpeleset. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. Operator memiliki potensi kecelakaan akibat terpeleset ataupun terjatuh akibat lantai disekitar track lory yang licin karena track dalam keadaan berminyak (Cipto, 2010). 5. Terkena Besi Panas Pada proses perebusan membutuhkan suhu yang tinggi yang dapat menyebabkan peralatan yang terbuat dari besi menjadi panas yang dapat membahayakan keselamatan pekerja. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. 6. Kebisingan Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kebisingan cenderung untuk terjadi dan tidak menyebakan cidera.kebisingan dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan konsentrasi dalam bekerja, ganguan

105 92 komunikasi, menurunkan daya dengar dan dapat menyebabkan ketulian (A.M Sugeng Budiono, 2005). 5. Stasiun Threshing a. Pengoperasian hoisting crane 1. Rantai / wire rop putus/lori jatuh Risiko yang mungkin terjadi pada saat pengoperasian hoisting crane adalah rantai pengangkut lori putus yang dapat mengakibatkan pekerja tertimpa jika tidak berda pada posisi aman bekerja, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andani (2015), bahaya yang ditemukan pada stasiun thresher adalah kabel sling atau rantai crane putus pada saat buah yang telah direbus di sterilizer diangkat dengan hoisting crane dan di tuang ke dalam thresher melalui hooper, dan tertimpa lori saat pengisian tandan rebus ke drum thresher. Pada proses pengangkutan lori sangat dibutuhkan komunikasi antara pekerja dengan operator hoisting crane, pekerja yang membantu disekitarnya harus diinstruksikan untuk tidak berada dibawah beban (Rijanto, 2011). Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil dan tidak menyebabkan cidera. 2. Terjatuh Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan menyebabkan hilang hari kerja. Pada pengoperasian hoisting crane operator berada di ketinggian sehingga jika tidak dalam posisi aman operator bisa terjatuh.

106 93 3. Kebisingan Kebisingan pada stasiun thresher berasal dari mesin yang ada pada stasiun tersebut. Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah cenderung untuk terjadi dan tidak menyebabakan cidera. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Cipto (2010), bahaya yang ada di stasiun thresher adalah kebisingan tinggi yang berasal dari mesin thresher. 6. Kempa (Press) a. Pengoperasian press/digester 1. Screw patah Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah mungkin untuk terjadi dan tidak ada cidera yang terjadi. 2. Terkena uap panas Pada proses kempa terdapat steam yang dapat menyebabkan risiko bahaya bagi pekerja. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil dan tidak ada cidera yang terjadi. 3. Kebisingan Lingkungan di stasiun pengoperasian digester merupakan stasiun dengan kebisingan 90.3 dba. Kebisingan mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun hasil kerja (Suma mur, 2014) paparan yang diterima setiap hari memiliki kriteria risiko high

107 94 dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah cenderung untuk terjadi namun memerlukan perawatan medis. 7. Kernel Silo a. Pengopersian Kernel Silo (Polishing drum) 1. Kebakaran Pada pengoperasian kernel silo terdapat peralatan yang mengandung listrik, jika terjadi arus pendek listrik akan dapat menyebabkan kebakaran. Risiko ini digolongkan pada kriteria extreme dengan keterangan bahwa kecelakaan mungkin dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kematian dan kerugian material yang sangat besar. 2. Kebisingan / berdebu Pada area kerja pengoperasian kernel silo terdapat risiko kebisingan dan berdebu yang dapat mengganggu kesehatan pekerja jika pekerja tidak menggunakan APD. Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kecelakaan mungkin dapat terjadi dan dapat menyebabkan cidera ringan. Pada data HIRAC PKS Kebun Rambutan pada pengoperasian kernel silo perusahaan menggabungkan dan menyelaraskan penilaian risiko kebisingan dan berdebu dalam tingkatan risiko yang sama, seharusnya perusahaan memisahkan risiko berdebu dan kebisingan karena risiko yang diakibatkan kebisingan dan berdebu berbeda.

108 95 3. Tergiling Polishing drum / tangan terjepit Pada proses membersihkan / membuang batu, potongan janjang dari polishing drum, pekerja dapat mengalami bahaya terjepit polishing drum, sama halnya ketika membersihkan talang, pekerja juga melakukan kesalahan yang sama karena pada saat membersihkan / membuang batu / potongan janjang dari polishing drum, pekerja tidak memperhatikan polishing drum tersebut, sehingga pekerja dapat terjepit polishing. Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan dapat menyebabkan kehilangan hari kerja. 4. Terpeleset / terjatuh Pada memeriksa volume silo inti, pekerja dapat mengalami bahaya terpeleset / terjatuh dari silo inti dikarenakan letak volume silo inti berada di bak atas dengan kondisi lantai yang licin yang belum dibersihkan sehingga pekerja dapat terpleset / terjatuh ketika memeriksa volume silo inti. Syukri Sahab (1997) dalam Hayati (2009) metoda kerja atau cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain disekitarnya. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah kecil kemungkinan terjadinya dan tidak menyebabkan adanya cidera. 8. Stasiun Klarifikasi a. Pengopersian Klarifikasi

109 96 1. Kebakaran Risiko ini digolongkan pada kriteria extreme dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah mungkin dapat terjadi dan bisa menyebabkan kematian dan kerugian material yang besar. 2. Terpeleset / terkena steam panas Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah kecil kemungkinan terjadinya dan tidak menyebabkan adanya cidera. Pada area wilayah kerja ini, minyak yang sedang disaring akan mengeluarkan uap panas yang juga dapat membahayakan pekerja (Andani, 2015). Pada data HIRAC penilaian risiko PKS Kebun Rambutan ditemukan bahwa pada proses pengoperasian klarifikasi risiko terpeleset dan terkena steam panas disatukan,seharusnya risiko terpeleset dan terkena steam panas dibedakan karna tingkat risikonya berbeda dan efek yang dakibatkan oleh risiko tersebut berbeda. 3. Kebisingan Pada proses di stasiun pemurnian minyak kecelakaan kerja dapat terjadi saat mengoperasikan mesin, pekerja dapat mengalami bahaya kebisingan. Risiko ini digolongkan pada kriteria high dengan keterangan bahwa kecelakaan cenderung untuk terjadi dan mengakibatkan cedera ringan. Apabila pekerja tidak menggunakan APD seperti ear plug maka pekerja dapat mengalami kebisingan ditempat kerja. Kebisingan dapat menyebabkan stress, peningkatan sistem kerja jantung dan peredaran darah. Ini juga dapat menyebabkan efek psikologi dan gangguan

110 97 komunikasi serta penurunan efisiensi tenaga kerja. Melalui mekanis hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah, kondisi ini termasuk gangguan cardiovaskular (Umemura et al., 1992) dalam (Andani, 2015). 9. Mesin dan Instalasi a. Pengoperasian mesin genset/turbin 1. Terbakar dan meledak Pada pengoperasian mesin genset/turbin risko terbakar dan meledak bisa terjadi karena di dalam stsiun tersebut terdapat tegangan listrik yang tinggi dan jika ada arus pendek akan menyebabkan stasiun tersebut terbakar. Risiko ini digolongkan pada kriteria extreme dengan keterangan bahwa kecelakaan mungkin dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kematian dan kerugian material yang besar. 2. Kebisingan Risiko ini digolongkan pada kriteria high dengan keterangan bahwa kecelakaan cenderung untuk terjadi dan mengakibatkan cedera ringan. 3. Tersengat listrik Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil namun mengakibatkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. Bahaya listrik berasal dari energi listrik (Saputra, 2011).

111 98 b. Pengoperasian Boiler 1. Terbakar dan Meledak Boiler bisa meledak diakibatkan karena penipisan pipa akibat korosi yang memungkinkan adanya tekanan bertendensi untuk meledak, selain itu kondisi boiler yang sudah lama juga bisa menyebabkan boiler meledak. Risikoini digolongkan pada kriteria extreme dengan keterangan bahwa kebakaran dan ledakan mugkin dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kematian. 2. Kebisingan Lingkungan kerja pada area kerja pengoperasian boiler memiliki angka kebisingan yang melebihi NAB yaitu 90,1dB(A). Kebisingan masuk dalam kategori jenis bahaya fisik karena memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran (Enggar, 2013). Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kebisingan mungkin dapat terjadi dan hanya memerlukan perawatan PK3. 3. Semburan Api Pada saat pembakaran / fire up, boiler akan ditutup dikarenakan percik api dapat terbang keluar sehingga membahayakan pekerja saat bekerja, begitu juga hasil penelitian yang dilakukan Marsella (2017) bahwa pada stasiun boiler memiliki potensi bahaya yaitu terkena panas, terbakar, dan melepuh. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah cenderung untuk terjadi dan tidak menyebabkan adanya cidera.

112 99 4. Polusi Debu Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang terjdinya paparan debu pada pekerja mungkin dapat terjadi dan tidak menyebabkan cidera. Pada stasiun pengoperasian boiler di PKS Kebun Rambutan kadar debu total 3,622 mg/m 3,berarti kadar debu total pada PKS Kebun Rambutan masih aman karena masih dalam batas yang dianjurkan yaitu NAB 10 mg/m 3 (Permenakertrans RI No.13 Tahun 2011). 10. Stasiun Empty Bunch Hopper a. Pengoperasian Stasiun Empty Bunch Hopper 1. Terjatuh / terpeleset Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang terjadinya kecelakaan adalah kecil dan menyebabkan cidera ringan yang memerlukan perawatan P3K. b. Penyusunan Janjangan kosong 1. Terjatuh / terpeleset Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang terjdinya paparan debu pada pekerja mungkin dapat terjadi dan tidak menyebabkan cidera. 2. Tertimpa Janjangan Kosong Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa peluang terjadinya kecelakaan adalah mungkin dapat terjadi dan menyebabkan adanya cidera ringan yang memerlukan perawatan medis.

113 Terantuk Besi / Plat Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi dan jika kecelakaan terjadi tidak menyebakan cidera. 11. Stasiun Water treatment a. Pengoperasian Water treatment 1. Terhirup bahan kimia Pada pengoperasian water treatment pekerjapetugas akan memberi injeksi bahan kimia agar air bersih dan ph air standar, jika pekerja tidak menggunakan APD berupa masker akan terkena risiko terhirup bahan kimia. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah kecil dan tidak menyebabkan adanya cidera. 2. Terpeleset Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak menyebabkan adanya cidera. Pada stasiun water treatment, bahaya yang dapat timbul dari pekerjaan tersebut yaitu terpeleset karna lantai licin (Kurniawidjaja, 2010). 3. Terkena Bahan Kimia Pada proses pemurnian air pekerja mencampurkan bahan kimia yang berfungsi untuk mensterilkan air, jika pekerja tidak menggunakan sarung tangan dalam proses pencampuran bahan kimia, tangan pekerja akan terkena bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan pekerja.

114 101 Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah kecil dan tidak menyebabkan adanya cidera. Bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain keracunan, iritasi, kebakaran, polusi debu dan pencemaran lingkungan (Ramli, 2010). 4. Kebisingan Risiko ini digolongkan pada kriteria moderate dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kebisingan adalah cenderung untuk terjadi dan tidak menyebabakan cidera. Dari hasil pengukuran kebisingan yang dilakuan distasiun water treatment didapat bahwa kadar kebisingan di stasiun water treatment masih dalam batas yang dianjurkan yaitu 81,5 db(a). Pada stasiun water treatment, bahaya yang dapat timbul dari pekerjaan tersebut yaitu bising yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada pekerja (Kurniawidjaja, 2010). 12. Stasiun Fat-fit a. Pengoperasian Fat-fit 1. Kebakaran Pada stasiun fat-fit memiliki risiko kebakaran karena dalam stasiun ini banyak limbah yang mengandung bahan yang mudah terbakar. Risiko ini digolongkan pada kriteria extreme dengan keterangan bahwa peluang terjadinya kecelakaan adalah mungkin dapat terjadi yang dapat meyebabkan kematian dan menyebabkan kerugian material yang besar.

115 Terjatuh/terpeleset Pada stasiun fat-fit terdapat lingkungan kerja licin yang berasal dari limbah yang berceceran di sekitar bak penampungan yang dapat menyebabkan pekerja terpeleset. Risiko ini digolongkan pada kriteria low dengan keterangan bahwa peluang untuk terjadinya kecelakaan adalah jarang terjadi dan tidak menyebabkan adanya cidera. PKS PTPN III Kebun Rambutan telah melakukan penilaian risiko di 12 stasiun pengolahan yang ada di pabrik, hal ini selaras dengan PP RI No.50 Tahun 2012 tentang pelaksanaan rencana K3 dalam pasal 13 ayat 3d yang mengatakan bahwa pengusaha mendokumentasikan hasil penilaian risiko setiap kegiatan yang dilakasanakan. Namun dari hasil pengamatan dokumen penilaian risiko yang dilakuan perusahaan, hasil penilainan risiko setiap semesternya sama dan tidak ada dilakuan perubahan, meskipun telah terjadi kasus kecelakaan kerja di beberapa stasiun. Berdasarkan observasi peneliti didapati seharusnya risiko pada pengoperasian tali capstand digolongakan ke dalam kategori high karena risiko ini mungkin dapat terjadi saat mengoperasikan tali capstand dan dapat mengakibatakan cidera yang serius dan dapat menyebabkan kehilangan hari kerja. Hal ini didukung dengan adanya kecelakaan kerja pada tahun 2016, pada saat mengoperasikan capstand untuk menarik lori masuk ke stasiun rebusan tiba-tiba tali capstand putus sehingga menciderai lengan kanan pekerja yang menyebabkan pekerja kehilangan hari kerja dan ini tidak selaras dengan PP RI No.50 Tahun 2012, bahwa dalam pelaksanaan perncangan dan

116 103 rekayasa kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus memperhatikan unsur penilaian risiko. Menurut penelitian Enggar R (2013) bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang sesuai. 5.3 Pengendalian Risiko (RiskControl) PTPN III Kebun Rambutan sudah melakukan beberapa tindakan untuk mencegah dan mengendalikan kecelakaan kerja, hal ini sesuai dengan PP RI No.50 Tahun 2012 tentang pelaksanaan rencana K3 yang terdapat pada pasal 11 ayat 1. Pengendalian risiko berdasarkan hierarcy of control yang sudah diterapkan setelah dilakukan identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko pada tiap stasiun: 1. Rekayasa Teknik Menurut ILO salah satu hirarki pengendalian risiko adalah rekayasa teknik,pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Perusahan sudah melakukan rekayasa teknik seperti pemasangan kaca anti radiasi pada monitor komputer untuk mengurangi radiasi langsung dari komputer. 2. Pengendalian Administrasi Pengendalian administrasi merupakan pengendalian risiko dengan cara merubah metode (Tarwaka, 2008). Pengendalian ini sudah diterapkan oleh perusahaan yaitu:

117 104 a. Pemasangan Rambu-rambu K3 Pengendalian secara adminitrasi dilakukan dengan memasang rambu-rambu K3 yang bermanfaat untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja (Wahyudi, 2011).PKS PTPN III Kebun Rambutan telah melakukan pengendalian risiko dengan memasang ramburambu K3 di tempat kerja seperti larangan untuk melintasi area berbahaya,peringatan untuk hati-hati di area kerja yang mengandung potensi bahayadan rambu peringatan untuk menggunakan APD pada pekerja. Menurut UU RI No.1 Tahun 1970 tentang Rambu K3 dalam pasal 14b menyebutkan pengusaha wajib memasang rambu K3 di tempat kerja dan tempattempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Pengendalian ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 kriteria audit menyatakan rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. b. Mengkondisikan tempat kerja, penggunaan peralatan dan cara kerja dalam kondisi aman Dari hasil obeservsi di area kerjapks pengendalian administrasi pengkondisian tempat kerja, penggunaaan peralatan,dan cara kerja dalam kondisi aman, sudah dilaksanakan oleh perusahaan bisa dilihat dari proses pengoperasian sudah dilakukan sesuai SOP kerja yang ada. Penerapan SOP dengan baik mengahasilkan kelancaran aktivitas operasional perusahaan, kepuasan pelanggan,

118 105 serta menjaga nama baik dan kualiatas perusahaan, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam bisnis yang semakin ketat (Tambunan, 2011). c. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) Berdasarkan data dari perusahaan, jenis APAR yang digunakan di PKS PTPN III Kebun Rambutan pada proses pengolahan adalah APAR Venus.Dari data yang di dapat terdapat 55 APAR dengan berbagai ukuran dan bahan aktif (powder dan CO 2 ) yang ada di stasiun pengolahan untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran. APAR digunakan untuk penanganan awal atau pencegahan awal pada saat kebakaran terjadi. Menurut Peraturan Menteri negara kerja RI No.Per-04/ME0N/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR. d. Pemeliharaan instalasi listrik dan peralatan. Perusahan telah melaksanakan pemeliharaan instalasi listrik dan peralatan yang dilakukan pertriwulan bersamaan dengan inspeksi umum di tempat kerja PKS PTPN III Kebun Rambutan. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 kriteria 6.5 yang membahas tentang pemeliharaan, perbaikan, dan perubahan sarana produksi. e. Pelatihan pada pekerja Menurut Gomes (1997) pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Pengendalian administrasi Pelatihan pada pekerja sudah dilaksankan perusahaan,pelatihan yang sudah diberikan seperti sertifikasi operator boiler. Hal ini

119 106 sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen K3 dalam hal pengembangan keterampilan dan kemampuan. 3. Penyediaan APD Penggunaan alat pelindung diri adalah alternatif pengendalian paling akhir setelah pengendalian sebelumnya tidak dapat diterapkan. Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari suatu kejadian (Ramli, 2010). Pengendalian administrasi dilakukan dengan penyediaan APD bagi pekerja,pks PTPN III Kebun Rambutan telah menyediakan APD bagi para pekerja sesuai dengan bahaya yang ada di setiap area kerja,apd tersebut seperti masker, sarung tangan, ear muff atau ear plug atau sumbat telinga, safety shoes, helm dan baju kerja. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 dalam elemen keamanan bekerja berdasarkan SMK3.Namun dari hasil observasi yang dilakukan masih banyak pekerja yang tidak disiplin dalam pemakaian APD di area kerja. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.Per 08/MEN/VII/2010 menyatakan APD wajib digunakan ditempat kerja sesuai dengan pekerjaannya.alat pelindung diri haruslah nyaman dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya (HIPERKES, 2008). Berdasarkan penilaian risiko, masih terdapat kegiatan atau aktivitas dengan tingkat risiko tinggi namun pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja di PKS PTPN III Kebun Rambutan yaitu hanya dengan melakukan rekayasa teknik, memberikan APD, pemasangan rambu K3 dan

120 107 APAR,dan pelatihan namun hal tersebut belum dapat mencegah kecelakaan kerja secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan kasus terbaru kecelakaan kerja pada saat mengoperasikan capstand untuk menarik lori masuk ke stasiun rebusan, tiba- tiba tali capstand putus sehingga menciderai lengan kanan pekerja,sehingga untuk tingkat risiko yang tinggi perlu dilakukan penyuluhan K3 secara berkala terhadap tenaga kerja serta pemantauan penggunaan APD saat bekerja dan sertifikasi peralatan. 5.4 Penerapan HIRAC berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 Penerapan manajemen risiko di PKS PTPN III Kebun Rambutan merupakan sebagai salah satu pertimbangan dalam kebijakan K3 dan rencana K3, hal ini sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012 tentang SMK3 pasal 7 dan pasal 9 yang menjelaskan bahwa pengusaha dalam menetapkan kebijakan K3 dan merencanakan K3 harus melakukan peninajuan awal dan mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Dari hasil penilaian penerapan manajemen risiko yang dilakukan dengan lembar ceklist terhadap 6 elemen dan 17 kriteria yang berhubungan dengan manajemen risiko, PKS PTPN III Kebun Rambutan telah menerapkan manajemen risiko berdasarkan PP RI No.50 Tahun 2012 dengan hasil pencapaian 88,3% dengan kategori penerapan memuaskan. 1. Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen Dalam elemen ini terdapat 1 kriteria yang berhubungan dengan penerapan manajemen risiko yaitu P2K3 menitikberatkan kegiatan prosedur mengendalikan risiko, berdasarkan informasi yang di dapat dari manajemen K3 bahwa P2K3 sudah

121 108 memfokuskan kegiatan pengendalian risiko untuk mengurangi angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, hal ini dibuktikan dengan sudah tersedianya pengendalian risiko terhadap potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang pembangunan dan pemeliharaan komitmen. 2. Pembuatan dan Pendokumentasian Rencana K3 Dalam elemen ini terdapat 2 kriteria yang berhubungan dengan penerapan manajemen risiko yaitu terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko K3 dan identifikasi potensi bahaya,penilaian dan pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi dilakukan oleh petugas yang berkompeten, berdasarkan data HIRAC PKS PTPN III Kebun Rambutan dapat diihat bahwa sudah ada terdapat prosedur terdokumentasi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten yaitu dilakukan oleh anggota P2K3 yang terdiri dari masinis kepala,krani SMK3 dan asisten pengolahan. Hal ini sesuai dengan PP RI No.50 Tahun 2012 dalam elemen pembuatan dan pendokumentasian rencana K3. 3. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 Dalam elemen ini terdapat 2 kriteria yang berhubungan dengan penerapan manajemen risiko yaitu petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi potensi bahaya dan telah menilai risiko-risiko yang timbul di tempat kerja,kriteria ini sudah diterapkan oleh perusahaan yaitu dengan adanya data HIRAC yang berisi tentang potensi bahaya,penilaian risiko dan tindakan pengendalian yang dilakukan oleh petugas yang terdiri dari Tim manajemen risiko (ISBPR) dan apabila upaya

122 109 pengendalian risiko diperukan, jika ditemukan potensi risiko yang membahayakan harus segera dilakukan upaya tindakan perbaikan hal ini belum diterapkan sepenuhnya oleh perusahaan dapat dilihat dari adanya kecelakaan kerja pada tahun 2016 pada saat mengoperasikan capstand untuk menarik lori masuk ke stasiun rebusan, tiba-tiba tali capstand putus sehingga menciderai lengan kanan pekerja,pada stasiun capstand terdapat risiko yang tinggi dan sudah menyebabkan kecelakan kerja yang mengakibatkan cidera pada pekerja dan menyebabkan kehilangan hari kerja seharus nya perusahaan meningkatkan tingkat risiko di stasiun capstand dan melakukan pengendalian berupa penyuluhan K3 dan peningkatan pengawasan penggunaan APD namun data HIRAC tahun 2016 dan 2017 tidak ada perubahan yang dilakukan,hal ini belum sesuai dengan dengan PP RI No.50 Tahun 2012 dalam elemen keamanan bekerja berdasarkan SMK3. 4. Standar Pemantauan Dalam elemen ini terdapat 5 kriteria yang berhubungan dengan manajemen risiko dan perusahaan sudah menerapkan 5 kriteria tersebut,perusahaan telah melaksankan kegiatan inspeksi di tempat kerja per triwulan sekali yang dilaksankan oleh petugas yang berkompeten dibidangnya, perusahaan sudah melakukan pemantauan lingkungan kerja fisik, biologis, kimia, radiasi dan psikologis setiap semester yang dilakukan oleh petugas dari Balai K3 Padang, dan untuk pemantauan kesehatan dilaksankan setahun sekali yang dilakukan oleh Balai K3 Medan, hal ini sudah sesuai dengan PP RI No.50 Tahun 2012 dalam elemen standar pemantauan.

123 Pelaporan dan perbaikan kekurangan Dalam elemen ini terdapat 4 kriteria yang berhubungan dengan manajemen risiko dan perusahaan sudah menerapkannya, perusahaan telah melaksanakan pelaporan keadaan darurat jika terjadi kecelakaan atau kebakaran di tempat kerja, perusahaan sudah memiliki prosedur tanggap darurat, perusahaan juga sudah melakukan pelaporan kecelakaan kerja sesuai perundang-undangan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI NO:PER.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, perusahaan sudah melaporkan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 2x24 jam, perusahaan juga mempunyai prosedur tentang penyelidikan kecelakaan kerja, hal ini sesuai dengan PP RI No.50 Tahun 2012 tentang elemen pelaporan dan perbaikan kekurangan. 6. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan Dalam elemen ini terdapat 3 kriteria yang berhubungan dengan manajemen risiko,pelatihan K3 penting diikuti oleh pengurus dan pekerja yang berperan dalam pelaksanaan manajemen risiko. Pada perusahaan sudah ada pelatihan K3 bagi pihak manajemen namun tidak khusus pelatihan mengenai manajemen risiko. Hal ini tidak sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 elemen pengembangan keterampilan dan kemampuan, bahwa jenis pelatihan K3 yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan untuk pengendalian potensi bahaya. Perusahaan juga sudah melaksanakan pelatihan yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab manajer dan pengawas, dari data yang di dapatakan masinis kepala, asisten pengolahan dan krani SMK3 sudah mendapatkan pelatihan seperti studi

124 111 banding penerapan SMK3 di pabrik lain,pelatihan sistem manajemen PN3 dan RSPO/ISPO, dan sudah mendapatkan pelatihan SMK3, hal ini sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 elemen pengembangan keterampilan dan kemampuan.

125 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko di bagian pengolahan PKS PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada identifikasi bahaya yang dilakukan di PKS PTPN III Kebun Rambutan ditemukan beberapa potensi bahaya yaitu terjepit, tertimpa, terpental tali, terjatuh, terkena uap panas, kebisingan, terkena bahan kimia, berdebu, kebakaran dan meledak, pada penilaian risiko ditemukan beberapa tingkat risiko yaitu risiko extreme, high, medium, dan low, dan upaya pengendalian risiko yang sudah dilakukan sudah sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 yaitu rekayasa teknik, pemasangan rambu K3, pemeliharaan peralatan dan instalasi, pelatihan, penyediaan APD, penyediaan APAR dan peralatan tanggap darurat. 2. Pelaksanaan manajemen risiko (HIRAC) yang sesuai dengan PP RI No. 50 Tahun 2012 didapatkan nilai penerapan sebesar 88,3% dengan kategori memuaskan. 6.2 Saran 1. Diharapkan perusahaan melakukan evaluasi terhadap prosedur penilaian risiko dengan memisahkan risiko kebisingan / berdebu pada stasiun kernel silo dan risiko terpeleset / terkena steam panas pada stasiun klarifikasi. 112

126 Diharapkan perusahaan dapat meningkatkan pelaksanaan penerapan manajemen risiko agar dapat mencapai hasil 100%. 3. Diberikan pelatihan khusus manajemen risiko bagi pihak manajemen agar penerapan HIRAC lebih efektif. 4. Diharapkan perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap sertifikasi peralatan/ instalasi yang digunakan.

127 DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, A., Kajian Penerapan Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkunga pada Proses Blasting di Area Pertambangan Batubara PT Cipta Kridatama Jobsite Mahakam Sumber Jaya Kalimantan Timur. Laporan Khusus Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Anizar, Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Darmawi, H., Manajemen Risiko, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Jakarta: Bumi Aksara. Djojosoedarso, S., Prinsi-Prinsip Manajemen Risiko Dan Asuransi, Cetakan Pertama, Jakarta: Salemba Empat. Environ, F., Metode HIRAC ; blogspot.com /2011/01/ metode-hirac.html. Diakses tanggal 27 Maret Hijriani. J.,2015.Penerapan Manajemen Risiko Pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Unit Usaha Pabatu. Skripsi Fakultas Kesehatan Masayarakat Universitas Sumatera Utara : Medan. Kasidi, Manajemen Risiko, Cetakan Pertama, Bogor: Ghalia Indonesia. Kountur, R., Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Macmillan, P The Practice of Risk Management: Silence is Not Absence, Risk Management, vol. 11, no. 3-4, hh Mallapiang F, Samosir I. A Analisis Potensi Bahaya dan Pengendaliannya dengan Metode HIRAC. Al-Sihah : Public Health Science Journal.Volume VI. Nomor ( auddin.ac.id/index.php/al-sihah/article/view/1612).diakses 27 februari Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:Rineka Cipta. Panggabean,H, Buku Ajar Proses Mekanisme Kelapa Sawit I. Cetakan Pertama, Medan : Kementrian Perindustrian Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 114

128 115 Ramli, S., Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management, Jakarta: Dian Rakyat. Ramli, S.,2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001, Cetakan Kedua, Jakarta: Dian Rakyat. Rijanto, B., Pedoman Pencegahan Kecelakaan Di Industri, Jakarta: Mitra Wacana Media. Rinanti, E., Penerapan Hazard Identification And Risk Assessment (HIRA) Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Bagian Produksi PT.Hanil Indonesia Boyolali. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta. Santosa, B., Manajemen Proyek Konsep & Implementasi, Yogyakarta :Edisi Pertama,Cetakan Pertama : Graha Ilmu. Sofyan, I., Manajemen Risiko, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu. Suma mur, P.K., Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja(HIPERKES), Sagung Seto: Jakarta. Suma mur, P.K., Keselamatan Kerja &Pencegahan Kecelakaan, PT Saksama. Cetakan Ketiga: Jakarta. Tarwaka, 2004.Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, UNIBA Press. Undang- Undang RI No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

129 116 Lampiran 1.Surat Izin Penelitian

130 117 Lampiran 2.Surat Balasan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi terbaru. Perusahaan yang terbuka terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemajuan dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era industrialisasi. Proses industrialisasi

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat, beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun produktivitasnya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

Jumirsa Hijriani.Y 1, Halinda Sari Lubis 2, Eka Lestari Mahyuni 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia.

Jumirsa Hijriani.Y 1, Halinda Sari Lubis 2, Eka Lestari Mahyuni 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PAA PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PTPN IV UNIT USAHA PABATU TAHUN 2015 (THE APPLICATION OF RISK MANAGEMENT AT PKS PTPN IV UNIT USAHA PABATU 2015) Jumirsa Hijriani.Y 1, Halinda Sari

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013 PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN- TEBING TINGGI TAHUN 0 Khoirotun Najihah, Lina Tarigan, Halinda Sari Lubis Program

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat- syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ario Noviansyah NIM.

TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat- syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh Ario Noviansyah NIM. ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS AEK TOROP TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksi maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

Keywords: occupational accident, risk management, risk assessment.

Keywords: occupational accident, risk management, risk assessment. PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015 Eva Novia Andani1, Halinda Sari2, Lina Tarigan3 1Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Mesin dapat membuat keuntungan yang cukup besar bagi penggunaannya, namun dapat juga membuat kerugian karena mesin dapat sewaktu-waktu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Total Quality Management (TQM) merupakan filosofi dan praktik manajemen terbaik yang dapat membantu para manajer dalam mengelola organisasi perusahaan agar efektivitas

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. Perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan sebuah unit produksi yang memelukan sumber energi yang besar untuk menggerakkan mesin-mesin serta peralatan lain yang memerlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO) Vokasi Volume 9, Nomor 1, Februari 2013 ISSN 1693 9085 hal 11-20 Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO) DENNY WIYONO Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak,

Lebih terperinci

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PENDAHULUAN Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk utama berupa Crude Palm Oil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stasiun Kempa Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian Thresher kemudian terjadi pemisahan antara buah dengan tandan. Buah yang keluar dari Thresher

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM: EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN Joto Wahyudi 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Hermantoro 2) Jurusan Teknik Pertanian, Progam Khusus Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi

Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di PT. BIO Nusantara Teknologi Agus Suandi, Nurul Iman Supardi, Angky Puspawan Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air. LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Perebusan (Sterilizer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik kelapa sawit merupakan pabrik yang mengolah tandan buah segar (TBS) untuk menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan juga menghasilkan Kernel (inti). Pada dasarnya

Lebih terperinci

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH:

KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: KARYA AKHIR SISTEM KERJA RIPPLE MILL TYPE RM 4000 PADA PROSES PEMECAHAN BIJI KELAPA SAWIT DI PTP. NUSANTARA II PABRIK KELAPA SAWIT PAGAR MERBAU OLEH: SENDI ASRI GUNAWAN Nim. 06 5203 004 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses II.TINJAUAN PUSTAKA A. Perebusan Proses pertama yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit adalah proses perebusan. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses perebusan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT Istianto Budhi Rahardja Muhammad Sopyan Abstrak Pabrik pengolahan kelapa sawit dalam memperoleh

Lebih terperinci

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH:

KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH: KELUHAN SUBYEKTIF AKIBAT TERPAPAR BISING PADA PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PT TORGANDA PERKEBUNAN RANTAU KASAI PROVINSI RIAU TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH: MEGAWATI S TURNIP NIM 071000087 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir Seminar Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK KELAPA SAWIT AEK NABARA SELATAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III STUDY OF WASTE INDUSTRIAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Perkebunan Sumatera Utara PT. Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT. Perkebunan Sumatera Utara pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR DALAM INTI SAWIT PADA UNIT KERNEL SILO DI STASIUN KERNEL DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG TUGAS AKHIR RETNO HUTAMI 082409019 PROGRAM STUDI D3 KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari 1 A. Sejarah singkat perusahaan BAB III Gambaran Umum Perusahaan PT. Surya Agrolika Reksa suatu perusahaan swasta yang didirikan oleh Adimulya Group pada tahun 1999, berlokasi di Desa Beringin Jaya, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011 PENELUSURAN MODEL RANCANGAN PERCOBAAN TERSARANG UNTUK MENETAPKAN EKSISTENSI DARI DUA SCREW PRESS YANG TERPASANG DI PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK TURANGEI PALM OIL MILL TANJUNG LANGKAT T U G A

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ASTIA BUDI PERDANA PUTRI

TUGAS AKHIR ASTIA BUDI PERDANA PUTRI PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU PEREBUSAN TERHADAP KEHILANGAN MINYAK (LOSSES) PADA AIR KONDENSAT DI STASIUN STERILIZER DENGAN SISTEM TIGA PUNCAK (TRIPLE PEAK) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN IV (Persero) PULU RAJA

Lebih terperinci

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peroses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO BAHAYA KERJA DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

ANALISIS RISIKO BAHAYA KERJA DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU ANALISIS RISIKO BAHAYA KERJA DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri BONIFASIUS MANDALAHI 10 06 06317 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR HESTI DORA PERANGIN-ANGIN. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR HESTI DORA PERANGIN-ANGIN. Universitas Sumatera Utara PENGARUH TEKANAN PADA PENGEMPA (SCREW PRESS) TERHADAP KONDISI BIJI DAN PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT YANG TERDAPAT PADA AMPAS PRESS DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN III SEI MANGKEI - PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penghasil minyak. Kebutuhan akan minyak nabati didalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penghasil minyak. Kebutuhan akan minyak nabati didalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sejalan dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) di Indonesia, sector industri merupakan salah satu usaha yang didukung pemerintah. Sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Indonesia sekarang ini merupakan tanaman asli Afrika Barat (Geunia) yaitu jenis Elais Geunensis Jacq. Ada jenis tanaman kelapa sawit yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tekanan sterilizer terhadap kandungan Asam Lemak Bebas (ALB) di Pabrik Kelapa Sawit I. PENDAHULUAN I.I Latar belakang Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM) merupakan salah satu kegiatan yang bergerak dalam bidang pendidikan pada Program Akademik Di Politeknik Pertanian Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara-negara industri di kota-kota besar seluruh dunia, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Sudah sejak dulu diketahui bahwa bising industri dapat

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISA TINGKAT KEANDALAN SUKU CADANG MESIN PEREBUSAN (STERILIZER) PADA PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 800 KW TEKANAN 20 BAR PUTARAN 5000 RPM DIPABRIK KELAPA SAWIT

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 800 KW TEKANAN 20 BAR PUTARAN 5000 RPM DIPABRIK KELAPA SAWIT ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 800 KW TEKANAN 20 BAR PUTARAN 5000 RPM DIPABRIK KELAPA SAWIT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil Perusahaan 2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan Kebun unit Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama NV Cultuur Maatschappy Onderneming

Lebih terperinci

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA ANALISIS KEHILANGAN MINYAK KELAPA SAWIT PADA AIR KONDENSAT UNIT PEREBUSAN DI PTPN III PKS RAMBUTAN TEBING TINGGI KARYA ILMIAH DEWI LESTARI AGUSTINA 072401054 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci