HUBUNGAN NILAI PROTHROMBIN TIME DAN ALBUMIN DENGAN STAGING PASIEN SIROSIS HEPATIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI DESEMBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN NILAI PROTHROMBIN TIME DAN ALBUMIN DENGAN STAGING PASIEN SIROSIS HEPATIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI DESEMBER"

Transkripsi

1 SKRIPSI 2017 HUBUNGAN NILAI PROTHROMBIN TIME DAN ALBUMIN DENGAN STAGING PASIEN SIROSIS HEPATIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 OLEH : Novia Wira Tungadi C PEMBIMBING : Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K) DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017

2 HUBUNGAN NILAI PROTHROMBIN TIME DAN ALBUMIN DENGAN STAGING PASIEN SIROSIS HEPATIS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Novia Wira Tungadi C Pembimbing: Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNHAS dengan judul: Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Hari, Tanggal : Rabu, 06 Desember 2017 Waktu Tempat : WITA - Selesai : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar, 06 Desember 2017 (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) NIP iii

4 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Novia Wira Tungadi NIM : C Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter Judul Skripsi : Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin DEWAN PENGUJI Pembimbing : (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) (...) Penguji 1 : dr. Uleng Bahrun, Sp.PK(K)., Ph.D (...) Penguji 2 : dr. Darwati Muhadi, Sp.PK(K) (...) Ditetapkan di : Makassar Tanggal : 06 Desember 2017 iv

5 BAGIAN PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK Judul Skripsi : Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Makassar, 06 Desember 2017 (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) NIP v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, karunia, serta izin-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Sarjana (S1) Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam masa perkuliahan, serta arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing, maka skripsi yang berjudul Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini dan berharap semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, kerja sama, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan segenap rasa terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang penulis hormati dan sayangi: 1. Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K) selaku pembimbing penyusunan skripsi, atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga pada penyusunan skripsi ini. vi

7 2. Koordinator dan seluruh staf dosen / pengajar mata kuliah Skripsi dari Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 3. Pimpinan, seluruh dosen / pengajar, dan seluruh karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, motivasi, bimbingan, dan bantuan selama masa pendidikan preklinik hingga penyusunan skripsi ini. 4. Pihak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo serta segenap karyawan di bagian rekam medik yang telah banyak membantu dalm pelaksanaan penelitian ini. 5. Orang tua penulis tercinta, Sugianto Wijaya dan Emmy Tungadi serta sahabat dekat penulis yang telah banyak member dukungan, doa, moril, dan materil selama penyusunan skripsi ini. 6. Badan Khusus Medical Youth Research Club (MYRC) yang sebelumnya telah memberikan banyak pelatihan dan pengalaman terkait penyusunan karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Teman sejawat seperjuangan angkatan 2014 Neutrof14vine penulis di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis bernilai pahala di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, mulai dari tahap persiapan hingga vii

8 tahap penyelesaian. Semoga dapat menjadi bahan instrospeksi dan motivasi bagi penulis ke depannya. Akhir kata, semoga apa yang telah penulis lakukan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan mendapat pahala di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Makassar, 06 Desember 2017 Penulis viii

9 SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN DESEMBER 2017 Novia Wira Tungadi Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K) Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 ABSTRAK Latar Belakang : Sirosis hepatis adalah kondisi dimana hepar secara perlahan mengalami penurunan fungsi dan tidak dapat berfungsi secara dan adanya jaringan parut yang menggantikan jaringan hepar yang sehat dan menghalangi sebagian aliran darah melalui hepar. Dari hasil survei CDC tahun 2014, sirosis sendiri merupakan salah satu dari 15 penyebab kematian tertinggi di dunia. Sirosis hepatis menempati peringkat 12 dengan total kematian 12%. Sirosis hepatis secara umum dibagi menjadi dua yaitu yang terkompensasi atau fase asimptomatik dan yang tidak terkompensasi akibat perkembangan disfungsi hati. Digunakan 5 pembagian stadium klinis dari sirosis hepatis yakni: stadium 1 yang dikarakteristikkan dengan tidak adanya varises esophagus pada sirosis yang terkompensasi; stadium 2 adalah stadium sirosis hepatis terkompensasi dengan varises esophagus; stadium 3 adalah pada sirosis hepatis yang tidak terkompensasi dengan gejala perdarahan pencernaan bagian atas tanpa gejala lainnya; stadium 4 dikarakteristikkan dengan adanya asites, kuning, atau ensefalopati; dan stadium 5 apabila adanya lebih dari 1 gejala tidak terkompensasi dari stadium 4. Pemeriksaan lab dapat dilakukan untuk menilai abnormalitas fungsi hepar. Yang dinilai dalam penelitian ini adalah fungsi hepar dalam transport dan metabolisme protein berupa albumin, serta kemampuan produksi faktor koagulasi melalui nilai PT (prothrombin time). Tujuan :Untuk mengetahui hubungan nilai prothrombin time dan albumin dengan staging pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember Metode :Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan total 94 sampel. Analisis data menggunakan uji Spearman dengan p value <0,05 untuk hubungan tes PT dan albumin terhadap Staging sirosis hepatis. Penelitian ini dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan dari September November ix

10 Hasil :Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 94 sampel, terdapat 8 sampel berada pada Stage 1 kompensata, 4 sampel Stage 2 kompensata, 1 sampel stage 3 dekompensata, 24 sampel pada Stage 4 dekompensata, dan 57 sampel pada Stage 5 dekompensata. Terdapat hubungan antara PT (p=0,000), albumin (p=0,002) dengan Staging sirosis hepatis, dan tidak terdapat hubungan antara globulin (p=0,998) dengan Staging sirosis hepatis. Kesimpulan :Terdapat hubungan yang bermakna antara hasil Prothrombin time dan albumin terhadap Staging pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember Kata kunci : Sirosis Hepatis, Staging, Prothrombin time, Albumin x

11 THESIS FACULTY OF MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY DECEMBER 2017 Novia Wira Tungadi Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K) Relationship of Prothrombin Time and Albumin Result with With Staging of Patient Hepatic Cirrhosis in RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Period of January December 2016 ABSTRACT Background: Hepatic cirrhosis is a condition in which the liver gradually can function and can not function and healthy tissue. From the results of the 2014 CDC survey, cirrhosis itself is one of the 15 highest causes of death in the world. Hepatic cirrhosis ranked 12th with a total death of 12%. Hepatic cirrhosis is generally divided into two compensated or asymptomatic and uncompensated phases due to the development of liver dysfunction. Blood 5 clinical staging of hepatic cirrhosis: stage 1 characterized by the absence of esophageal varices in compensated cirrhosis; stage 2 is a cirrhotic stage of hepatic compensated with esophageal varices; stage 3 is in cirrhosis of the hepatic which is not compensated for symptoms of upper gastrointestinal bleeding without any other symptoms; stage 4 is characterized by the presence of ascites, yellow, or encephalopathy; and stage 5 progresses further from 1 uncompensated phenomenon from stage 4. Laboratory tests may be performed to assess abnormalities of liver function. The assessing in this study was liver function in transport and protein metabolism in albumin, as well as production ability of coagulation factor through PT (prothrombin time). Objective: To know the relationship of the results of prothrombin time and albumin in staging of cirrhotic hepatic patients in RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar period January - December Method: This was an observational analytic study with cross sectional study design. Sampling was done in total sampling with a total of 94 samples. Data analysis using Spearman test with p value <0,05 for relation of PT test and albumin to staging of cirrhosis of hepatis. This research was conducted at the Medical Record of RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. The study was conducted within 3 months from September to November Results: The results showed that of the 94 samples, 8 samples were in Stage 1 compensated, 4 samples of Stage 2 compensated, 1 stage 3 decompensated sample, 24 samples on Stage 4 decompensata, and 57 samples on Stage 5 decompensata. There was a relationship between PT (p = 0,000), albumin (p = 0.002) with hepatic cirrhosis staging. xi

12 Conclusion: There was a significant correlation between the results of liver function test with PT and albumin on the staging of cirrhotic hepatic patients in RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar period January - December Keywords: Hepatic Cirrhosis, Staging Liver, Prothrombin time, Albumin xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN CETAK KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii v vi ix xiii xvi xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sirosis Hepatis Pemeriksaan Lab untuk Sirosis Hepatis BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Definisi Operasional xiii

14 3.4. Kriteria Objektif Hipotesis Penelitian BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Variabel Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Kriteria Sampel Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Penyajian Data Etika Penelitian BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Univariat Analisis Bivariat BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Stadium Sirosis Hepatis Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Protrombin Time Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Albumin xiv

15 6.6. Hubungan Antara Nilai PT dengan Staging Sirosis Hepatis Hubungan Antara Nilai Albumin dengan Staging Sirosis Hepatis BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xv

16 DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel xvi

17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Tabel Data Penelitian Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Permohonan Rekomendasi Etik Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Surat Keterangan Selesai Penelitian Lembar Persetujuan Judul Lembar Persetujuan Proposal Lembar Persetujuan Hasil Lembar Pernyataan Anti Plagiarisme Biodata Peneliti xvii

18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis hepatis adalah kondisi dimana hepar secara perlahan mengalami penurunan fungsi dan tidak dapat berfungsi secara dan adanya jaringan parut yang menggantikan jaringan hepar yang sehat dan menghalangi sebagian aliran darah melalui hepar (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2014). Sirosis adalah keadaan disorganisasi difus dari struktur hati akibat nodul regeneratif yang dikelilingi dengan jaringan fibrosis. Istilah sirosis diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari Khirros yang berarti kuning oranye akibat perubahan warna pada nodul-nodul yang terbentuk. (Sutadi S.M, 2003). Dari hasil survei CDC tahun 2014, sirosis sendiri merupakan salah satu dari 15 penyebab kematian tertinggi di dunia. Sirosis hepatis menempati peringkat 12 dengan total kematian 12%. Ini mengalami peningkatan 0.5% dari hasil survey tahun 2013 yang memiliki hasil 11.5% (Kochanek K.D et al, 2014). Penyakit liver sendiri dianggap sebagai penyebab kedua mortalitas diantara semua penyakit digestif di Amerika Serikat (Everhart JR et al, 2009). Untuk data di Asia Tenggara belum ada yang signifikan, tetapi lebih dari 70% penduduknya terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 20% berkembang menjadi sirosis hati (Cahyono, 2010). Penyebab sirosis hepatis adalah akibat perlukaan kronis dalam waktu yang lama. Banyak etiologi yang mendasari terjadinya sirosis hepatis dan berbeda tiap pasien. Etiologi tiap pasien biasanya dapat diidentifikasi melalui evaluasi riwayat 1

19 2 pasien melalui rekam medik dan hasil tes. Penyakit hepar akibat alkohol dan hepatitis C adalah penyebab tersering pada daerah Barat, dan hepatitis B merupakan penyebab terbanyak pada sebagian besar Asia, dan sub-sahara Afrika (Schuppan Detlef et al, 2008). Sirosis hepatis secara umum dibagi menjadi dua yaitu yang terkompensasi atau fase asimptomatik dan yang tidak terkompensasi akibat perkembangan disfungsi hati. Sirosis hepatis yang terkompensasi memiliki tekanan portal yang normal atau masih dibawah ambang batas hipertensi portal secara klinis, atau adanya varises esophagus. Sementara fase yang tidak terkompensasi dikarakteristikkan dengan adanya gejala seperti asites, hipertensi portal, perdarahan gastrointestinal, ensefalopati atau adanya kuning. Sirosis yang tidak terkompensasi juga dapat berkembang menjadi komplikasi sistem lain yaitu perdarahan, kerusakan ginjal, sepsis, dan terbentuknya kanker. Dari penelitian retrospektif Gennaro, diperoleh 5 pembagian stadium klinis dari sirosis hepatis yakni: stadium 1 yang dikarakteristikkan dengan tidak adanya varises esophagus pada sirosis yang terkompensasi; stadium 2 adalah stadium sirosis hepatis terkompensasi dengan varises esophagus; stadium 3 adalah pada sirosis hepatis yang tidak terkompensasi dengan gejala perdarahan pencernaan bagian atas tanpa gejala lainnya; stadium 4 dikarakteristikkan dengan adanya asites, kuning, atau ensefalopati; dan stadium 5 apabila adanya lebih dari 1 gejala tidak terkompensasi dari stadium 4 yang menandakan disfungsi hepar lebih jauh (De Franchis, R et al, 2014).

20 3 Sirosis hepatis dapat didiagnosa melalui riwayat medik pasien dan riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah (nilai), modal radiologi, dan biopsy hati. Pemeriksaan lab yang umum dilakukan ketika pasien dicurigai memiliki abnormalitas fungsi hepar adalah hitung darah lengkap dengan platelet, protrombin time, nilai seperti enzim aspartat transaminae (AST), alanin transaminase (ALT), alkaline fosfatase, g-glutamyltransferase, bilirubin serum total, direct, dan indirect serta serum albumin. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran level enzim hepar yang abnormal, atau kelainan jumlah sel darah sehingga membantu memberikan gambaran penyebab dan diagnosis sirosis (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2014). Tetapi, pemeriksaan serologis ini tidak dapat mendiagnosis sirosis secara akurat. Terkadang tes fungsi liver tidak berhubungan langsung dengan fungsi hepar sehingga tidak menggambarkan stadium penyakitnya atau memang bukan berasal dari masalah hepar, tetapi gambaran abnormal ini dapat membuat klinisi mempertimbangkan kemungkinan penyakit hepar tertentu. Gold standard untuk mendiagnosis sirosis hati adalah melalui biopsy, tetapi biopsy hanya dilakukan setelah pemeriksaan noninvasive lainnya yang tidak membuahkan hasil konfirmasi dari diagnosis sirosis (Heidelbaugh J.J et al, 2006). Selain itu, biopsy tidak diperlukan apabila secara klinis, atau pemeriksaan tidak invasive lain seperti pemeriksaan laboratorium atau radiologi telah menunjukkan kecenderungan sirosis hati. Meskipun kecil resikonya, tetapi biopsy dapat menyebabkan perdarahan dan kematian yang berakibat fatal.

21 4 Berdasarkan uraian diatas, peneliti selaku mahasiswa kedokteran ingin melakukan penelitian berjudul Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 untuk mengetahui bagaimana gambaran dari hasil laboratorium pasien sirosis hepatis, agar terlihat apakah ada perbedaan bermakna yang dapat menjadi penanda dalam diagnosis setiap stadium sirosis hepatis. Selain itu, masih kurangnya penelitian yang mengkaji mengenai masalah tersebut, khususnya di Makassar membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu apakah terdapat Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan nilai prothrombin time dan albumin dengan staging pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember 2016.

22 5 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pelaksana medis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam memberikan kemudahan dalam mendiagnosis staging sirosis hepatis berdasarkan hasil pemerikaan fungsi hati.. 2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai gambaran hasil pemeriksaan prothrombin time dan albumin pada staging pasien sirosis hepatis yang juga dapat menjadi perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian berikutnya. 3. Bagi peneliti sendiri, sebagai bahan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat terutama untuk perkembangan keilmuan peneliti.

23 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sirosis Hepatis Pengertian Sirosis hepatis adalah suatu kondisi dimana hepar mengalami penurunan secara perlahan dan tidak dapat berfungsi secara normal akibat perlukaan kronik dalam jangka waktu panjang. Jaringan hepar yang sehat digantikan oleh jaringan ikat dan menghalangi sebagian aliran darah menuju ke hepar (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2014). Sirosis hepatis merupakan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif dan memberikan tanda yakni pembentukan nodul regenerative akibat nekrosis hepatoseluler, kolapsnya jaringan penunjang retikulin disertai dengan deposit jaringan ikat, serta gangguan jaringan vaskular. Sirosis hati memberikan tanda berupa terjadinya proses radang, nekrosis sel hati, usaha regenerasi, dan usaha membentuk pertambahan jaringan ikat difus (fibrosis) dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus hati serta disebut irreversibel (Bimantara N.G, 2014). Pembentukan jaringan ikat, modul, dan abnormalitas aliran darah vaskular yang masuk dan yang keluar melalui arteri-vena porta, arteri-vena hepatica, ataupun pintasan vena porta-vena hepatica menyebabkan hepar mengalami kekurangan perfusi darah dan komplikasi lainnya yang serius. 6

24 Epidemiologi Berdasarkan CDC tahun 2014, sirosis hepatis merupakan salah satu dari 15 penyebab kematian tertinggi di dunia yaitu peringkat 12 dengan kematian 12%. Sirosis merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang terus meningkat pada Negara yang sedang berkembang, dengan menyebabkan 1.03 juta kematian seluruh dunia setiap tahunnya, per tahun di eropa dan per tahunnya di Amerika Serikat. Sirosis juga merupakan indikasi untuk 5500 proses transplantasi hepar setiap tahunnya di Eropa. (Tsochatzis E.A et al, 2014). Kematian akibat sirosis hepatis terus meningkat dari pada tahun 1980 menjadi lebih dari 1 juta kematian pada tahun Mortalitas dari sirosis hepar pada Negara di daerah Asia pun terus meningkat. (Mokdad A et al, 2014). Untuk di Indonesia sendiri lebih tepatnya, belum ditemukan hasil signifikan dari kurangnya penelitian dan pendataan, tetapi merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita yang berusia tahun setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Penderita sirosis hepatis lebih banyak merupakan laki-laki, dan umur rata-rata penderita adalah tahun, dengan usia puncak sekitar tahun. Penyebab sirosis hepatis paling banyak disebabkan oleh penyakit hati alkoholik, dan non alkoholik seperti hepatitis B (HBV) dan C (HCV). Angka kejadian hepatitis B di Indonesia adalah sekitar 21,2% - 46,9% dan hepatitis C berkisar 38,7% - 73,9% (Setiati S et al, 2014)

25 Etiologi Tabel 2.1 Penyebab sirosis hepatis Penyakit hati alkoholik Hepatitis C kronik Hepatitis B kronik dengan/atau tanpa hepatitis D Steatohepatitis non-alkoholik (NASH), hepatitis yang dikaitkan dengan DM, malnutrisi protein, obesitas, penyakit arteri koroner, pemakaian obat kortikosteroid. Sirosis bilier primer Hepatitis autoimun Hemokromatosis herediter Penyakit Wilson Defisiensi Alpha-1-antitrypsin Sirosis kardiak Galaktosemia Fibrosis kistik Hepatotoksik akibat obat atau toksin Infeksi parasit tertentu (Schistomiosis) (Setiati S et al, 2014)

26 9 Penyebab sirosis hepatis yang paling sering adalah hepatitis C kronik, hepatitis B kronik dan penyakit hepar akibat alcohol dan non alcohol seperti non-alkoholik fatty liver disease (NAFLD) dan non-alkoholik steatohepatitis (NASH). Sementara penyebab sirosis hepatis yang lainnya adalah seperti hepatitis autoimun, penyakit yang merusak kerja, menghilangkan fungsi atau menghalangi aliran dari empedu, penyakit turunan yang mempengaruhi fungsi hepar seperti penyakit Wilson, hemokromatosis herediter, dan infeksi jarang pada hepar seperti infeksi hepatitis D yang hanya terjadi pada pasien yang telah terlebih dahulu terinfeksi hepatitis B, serta penyebab-penyebab lainnya seperti reaksi terhadap obat tertentu, paparan lama terhadap suatu bahan kimiawi yang bersifat toksik, infeksi parasit, kongesti hepat akibat kegagalan jantung kronis, trauma pada hepar, dan perlukaan lain yang dapat penyebabkan perlukaan kronik. (National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2014) Patofisiologi Sirosis hepatis terjadi akibat transisi penyakit liver kronik dalam waktu yang panjang melibatkan inflamasi, aktivasi sel stellata hepatic dengan fibrogenesis, angiogenesis, dan lesi parenkim oleh oklusi vascular. Prosesproses ini menyebabkan perubahan mikrovaskular hepar, remodeling sinusoidal (deposisi matriks ekstraseluler dari sel stellata yang aktif berproliferasi), formasi pembuluh darah intrahepatik (akibat angiogenesis dan hilangnya sel parenkim), dan disfungsi endotelial hepatik. Disfungsi endotel ini diakibatkan oleh kurangnya pelepasan insufisien dari nitrit oksida oleh karena

27 10 rendahnya aktivitas endotel nitrit oksida sintetase, kurangnya kofaktor, dan tingginya konsentrasi vasokontriktor endogen (seperti stimulasi adrenergic, thromboxan A2, aktivasi sistem rennin-angiotensin, hormone antidiuretik, dan endotelin). Peningkatan resistensi terhadap aliran darah portal menyebabkan peningkatan tekanan darah portal, resisten vaskular total, dan abnormalitas fungsional yang menyebabkan disfungsi endotel lebih lanjut dan peningkatan tonus vaskular hepar. Vasodilatasi aliran darah limpa juga terjadi dan menyebabkan peningkatan aliran darah ke sistem vena portal yang menyebabkan terjadinya respon adaptif sehingga terjadi perubahan haemodinamik intrahepatik yang terjadi pada sirosis. Pada fase lebih lanjut, hal ini menyebabkan asites dan sindroma hepatorenal, sindroma hepatopulmo, hipertensi hepatopulmo, pembentukan dan pembesaran varises (yang akan menjadi perdarahan dengan dipengaruhi oleh faktor angiogenesis dan faktor pertumbuhan endotel vaskuler), dilatasi mukosa gaster yang menyebabkan hipertensi portal gastropati. Kemudian, penutupan aliran darah portal ke sirkulasi sistemik akibat perdarahan tersebut akan mengakibatkan gangguan perdarahan kolateral portosistemik sehingga menyebabkan hepatik ensefalopati, dan akhirnya akan menyebabkan gagalnya fungsi hepar. (Tsochatzis E.A et al, 2014)

28 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Secara klinis atau fungsional sirosis hepatis dibagi menjadi dua yaitu, sirosis hati kompensata dan sirosis hati dekompensata. Sirosis hati kompensata adalah stadium awal, dimana tubuh masih mampu mengkompensasi kerusakan yang terjadi. Biasa juga disebut sebagai laten sirosis hepatis. Sirosis ini seringkali muncul tanpa gejala dan biasanya ditemukan sewaktu pasien kebetulan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, atau pemeriksaan skrining. Gejala-gejala awal seperti perasaan mudah lelah, letih, lesu, lemas, nafsu makan berkurang, perut kembung, mual, berat badan menurun. Pada laki-laki biasanya muncul gejala impoten, testis mengecil, dada membesar (gynecomastia), sampai hilangnya nafsu seks. Sirosis hati yang sudah tidak dapat dikompensasi lagi kerusakannya oleh tubuh, disebut sirosis hati dekompensata. Gejala-gejala sebelumnya akan menjadi lebih menonjol, seperti kegagalan fungsi hati, dan hipertensi porta. Gejala lain yang terjadi seperti demam yang tidak terlalu tinggi, gangguan tidur, kerontokan rambut badan, gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus, urin berwarna seperti teh pekat, feses berwarna seperti aspal atau dempul, hematemesis, melena, serta gangguan mental seperti mudah lupa, sulit konsentrasi, kebingungan, agitasi, bahkan mempengaruhi kesadaran seperti koma, atau kehilangan kesadaran apabila sampai pada ensefalopati hepatic (Saskara P. M.A et al, 2013). Selain itu, sirosis hati dapat memberikan tanda seperti spider angioma atau spider nevi,

29 12 eritema palmar, adanya perubahan pada kuku, caput medusa, osteoartopati hipertrofi, kontraktur duputyren, perubahan ukuran hati, splenomegali, asterixis/flapping tremor (Setiati S et al, 2014) Staging Sirosis Hepatis Sirosis hepatis kompensata dan dekompensata dari dulu telah dianggap sebagai dua bentuk manifestasi yang berbeda berdasarkan perbedaan dari perjalanan klinis, angka bertahan hidup, indikator prognostik, serta penyebab kematian. Konsep ini memberikan gambaran untuk melakukan studi tentang perjalanan klinik sirosis hepatis sehingga oleh D Amico G et al pada tahun 2010 memodifikasi dan menetapkan 5-sistem staging sirosis hepatis. 2 Stage awal berada dalam kelompok sirosis hepatis yang masih terkompensasi dan 3 selanjutnya berada pada sirosis hati dekompensata. Stage 1 dan 2 merupakan Stage pada pasien sirosis hepatis kompensata. Sirosis hepatis dalam Stage 1 ini dikarakteristikkan dengan tidak adanya gejala varises esophagus. Pasien pada Stage ini memiliki mortalitas hanya 1.5%, dan memiliki resiko 6.2% menjadi sirosis dekompensata dan Stage selanjutnya pada tahun pertama. Pasien Stage 2 sirosis hepatis dikarakteristikkan dengan adanya varises esophagus dan memiliki mortalitas 2%, dan memiliki resiko 12.2% menjadi sirosis dekompensata dan Stage selanjutnya pada tahun pertama.

30 13 Stage 3, 4, dan 5 merupakan Stage pada pasien sirosis hepatis dekompensata. Pada Stage 3, gambaran klinis pasien adalah adanya perdarahan saluran cerna atas, tanpa adanya gejala dekompensasi lainnya. Pada Stage 3, angka mortalitas dalam 1 tahun pertama adalah 10%, dan 21% menjadi stadium selanjutnya dengan gambaran adanya asites. Stage 4 memberikan gambaran asites, ikterus, atau ensefalopati tetapi tidak ada perdarahan, dengan angka mortalitas tahun 1 yaitu 21%. Stadium 5 adalah stadium akhir yang memberikan gambaran lebih dari satu kejadian dekompensasi disertai dengan adanya perdarahan yang mengindikasikan adanya disfungsi hepar yang lebih jauh dibandingkan Stage sebelumnya. Angka mortalitas tahun pertama pada Stage ini adalah 27%, dan sekitar 87% pasien meninggal dalam 5 tahun, akibat mengalami banyak gejala lainnya. (De Franchis, R et al, 2014) Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada penderita sirosis hepatis, disebabkan oleh kegagalan fungsi hati dan umumnya seperti : 1. Hipertensi portal Adalah suatu sindroma klinis yang terjadi bila terjadi perbedaan tekanan antara vena porta dan vena cava inferior diatas 10 sampai 12 mmhg. Hipertensi portal sendiri terjadi akibat peningkatan resistensi intrahepatik terhadap aliran darah porta akibat terbentuknya nodul degeneratif, serta akibat peningkatan aliran darah limpa akibat vasodilatasi pembuluh darah limpa.

31 14 2. Asites Asites pada penderita sirosis hepatis dapat disebabkan oleh karena komplikasi lain seperti hipertensi portal, atau akibat disfungsi intrahepatik sendiri yaitu penurunan fungsi sintetis pada hati yang menyebabkan hipoalbuminemia, dan juga dapat diakibatkan oleh disfungsi ginjal yang menyebabkan akumulasi cairan dalam rongga peritoneum. 3. Varises gastroesofagus Varises esophagus terdapat hampir pada 50% pasien sirosis hepatis, dan biasanya memberikan gambaran derajat keparahan sirosis hepatis. Pecahnya varises esophagus dapat menyebabkan perdarahan massif yang fatal. 4. Peritonitis bakteri spontan (PBS) Peritonitis bakteri spontan merupakan komplikasi yaitu akibat infeksi cairan asites tanpa adanya bukti infeksi sekunder intraabdominal. PBS timbul pada pasien dengan cairan asites yang kandungan proteinnya rendah. PBS ini disebabkan oleh bakteri seperti Escherichia coli, Klebsiella sp, dan organisme enterik gram negatif lainnya, tetapi dapat juga ditemukan bakteri gram positif lain seperti Streptococcus viridians, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus amerius.

32 15 5. Ensefalopati hepatikum Sekitar 28% pasien sirosis hepatis mengalami komplikasi ensefalopati hepatikum ini. Ensefalopati hepatikum merupakan suatu kelainan neuropsikiatri akibat gangguan metabolisme energy pada otak dan peningkatan permeabilitas sawar darah otak. Peningkatan permeabilitas ini memungkinkan masuknya neurotoksin ke dalam otak. Neurotoksin tersebut seperti asam lemak rantai pendek, neurotransmitter (tyramine, octopamine, beta-phenylethanolamine), ammonia, dan gammaaminobutyric acid (GABA). Terutama paling sering disebabkan oleh hiperammonia akibat penurunan hepatic uptake akibat permasalahan vaskular portal intrahepatik yang menurunkan sintesis urea dan glutamik. 6. Sindrom hepatorenal Sindrom hepatorenal merupakan gangguan fungsi ginjal yang murni disebabkan akibat gangguan vaskular hepar yang berhubungan dengan ginjal. Sindrom ini sering ditemukan pada pasien sirosis hati pada tahap lanjut. Sindrom ini terbagi menjadi 2 tipe. Tipe 1 ditandai dengan gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin secara bermakna dalam 1-2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan peningkatan serum kreatinin dan penurunan filtrasi glomerulus. Prognosis tipe 2 lebih baik dibanding tipe 1.

33 16 7. Sindrom hepatopulmonal Sindrom ini dapat menimbulkan hidrotoraks dan hipertensi portopulmonal. Komplikasi ini ditemukan pada tahap lanjut dimana terjadi perdarahan saluran cerna akibat pecahnya varises esophagus, dan adanya gastropati hipertensi porta Diagnosis Menurut algoritme oleh Joel J H et al pada tahun 2006, metode diagnosis sirosis hepatis yaitu melalui anamnesis riwayat pasien, pemeriksaan fisis, kemudian pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi, serta biopsi. Melalui riwayat pasien dengan tanda dan gejala sirosis hepatis atau memiliki faktor resiko seperti pengguna alkohol, resiko infeksi kronik hepatitis, obesitas. Diperlukan penemuan konsisten pada pemeriksaan fisik dari gejala dan tanda sirosis hepatis atau penyakit liver kronik lainnya. Setelah itu, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium yang akan dibahas pada poin dibawah, untuk melihat adanya abnormalitas dari fungsi hepar itu sendiri. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk melihat modal imaging atau bentuk dari organ yang terkena tersebut. Biasanya digunakan ultrasonografi (USG) abdominal dengan Doppler. USG abdomen dengan Doppler ini metode yang tidak invasive dan merupakan modalitas yang sangat baik untuk menilai penampakan hepar dan aliran darah pada vena hepatica pasien yang diduga mengalami sirosis, dan juga harganya tidak mahal. Kita

34 17 dapat menemukan pembentukan nodul, iregularitas, peningkatan bayangan, dan adanya atrofi, dan kadang terlihat asites. Modalitas radioimaging yang lebih maju yaitu seperti penggunaan CT Scan dan MRI. CT dan MRI secara umum tidak dapat memperlihatkan morfologi yang terjadi pada Stage awal, tetapi dapat memberikan gambaran nodul dan atrofi lobaris, perubahan hipertrofi, serta asites dan varises pada Stage lebih lanjut. CT dan MRI lebih sering digunakan dalam membedakan nodul dengan hepatoselular karsinoma. Biopsi hepar adalah tahap terakhir yang perlu dipertimbangkan setelah pemeriksaan serologic dan non invasive lainnya telah dilakukan dengan maksimal, tetapi gagal mengkonfirmasi diagnosis. Hal ini diakibatkan oleh adanya resiko yang dapat berakibat fatal misalnya perdarahan dan kematian. Oleh sebab itu, biopsi hati tidak diperlukan apabila secara klinis dan melalui pemeriksaan penunjang lainnya telah dapat dibuktikan diagnosis sirosis hepatis Pemeriksaan Lab untuk Sirosis Hepatis Klasifikasi pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk memeriksa fungsi hati adalah: 1. Tes untuk kemampuan dan kapasitas hepar dalam transport dan metabolisme protein, seperti : total serum protein, albumin, globulin, elektroforesis serum protein, pertanda neoplasma pada hepar (alfafetoprotein, karsinoembrionik antigen). Albumin, globulin yang menurun dapat memperlihatkan tingkat keparahan penyakit hepar.

35 18 2. Tes untuk melihat serum protein lain yang diproduksi oleh hepar, seperti : faktor koagulasi (hepar membentuk 6 faktor koagulase: fibrinogen, II/prothrombin, V, VII, dan X). Pada permasalahan kemampuan hepar untuk membentuk faktor koagulasi dapat menghasilkan abnormalitas pembekuan darah sehingga pemanjangan waktu protrombin dapat ditemukan. 3. Tes untuk melihat metabolisme bilirubin, seperti total serum bilirubin, bilirubin terkonjugasi, urobilinogen, stercobilinogen. Pada kegagalan mekanisme hepatosit, akan terjadi peningkatan level bilirubin. 4. Tes serum enzim yang mendeteksi nekrosis dari hepatoselular, yakni aminotransferase. Enzim-enzim ini adalah aspartat aminotransferase (AST)/ serum glutamate oksaloasetat transaminase (SGOT) dan alanin aminotransferase (ALT)/ serum glutamate piruvat transaminase (SGPT). ALT secara primer terlokalisasi pada sel hepar, tetapi AST selain di hepar, dapat memberikan gambaran kerusakan dari berbagai jaringan seperti jantung, otot skelet, ginjal, otak, dan hepar. Peningkatan serum AST dan ALT terjadi dan relevan hampir pada semua penyakit hepar, dan mungkin dapat memberikan gambaran tingkat nekrosis hepatoselular yang terjadi. Selain itu ada juga enzim lain yang dapat mendeteksi nekrosis hepatoseluar dan juga kolestasis yaitu alkali fosfatase (ALP), g glutamyl transpeptidase, 5 -nukleotidase, monoamine oksidase, B-prolin hidroksilase. Peningkatan ALP dan g glutamyl transpeptidase terjadi

36 19 pada pasien yang terjadi penyakit hepar dengan kolestasis atau karsinoma hepatik.5 -nukleotidase juga berada pada organ lain seperti usus, otak, jantung, pembuluh darah, dan pankreas. Peningkatan 5 -nukleotidase biasanya berasal dari hepatobilier apabila bukan dari jaringan lain dan peningkatannya berhubungan dengan peningkatan ALP. Salah satu nilai yang perlu diperhatikan yaitu rasio De Ritis, yang dijabarkan oleh Fernando De Ritis pada tahun Rasio De Ritis adalah rasio dari aktivitas serum AST dan ALT yang menggambarkan fungsi hati melalui pelepasannya saat terjadi kerusakan atau kematian sel hepar ke aliran darah. Rasio De Ritis berfungsi untuk menilai apakah penyakit hepar tersebut merupakan kronik seperti hepatitis viral kronik atau hepatitis alkoholik dan non-alkoholik fatty liver disease (NAFLD) dengan memberikan gambaran peningkatan rasio AST/ALT. peningkatan ini dapat memprediksi komplikasi jangka panjang seperti fibrosis dan sirosis (Botros M et al, 2013). Pada hepatitis alkoholik, AST biasanya lebih tinggi dari ALT, dengan rasio AST/ALT mencapai 2:1. Pada hepatitis viral akut, ALT biasanya lebih tinggi dari AST. Rasio AST/ALT yang tinggi (>1,5) pada hepatitis viral akut dapat mengindikasikan terjadinya hepatitis fulminans. Sementara rasio AST/ALT yang lebih besar dari 1.0 pada penyakit hati kronik dapat mengindikasikan fibrosis lanjut (Kasarala G et al, 2016).

37 20 5. Abnormalitas haematologi pada pasien sirosis hepatis. Fungsi hepar sebagai sintesis dari komponen-komponen penting pembentuk sel-sel darah seperti thrombopoietin, erythropoietin, faktor-faktor yang menstimulasi sel darah putih, menyebabkan perlunya pemeriksaan eritrosit, trombosit, leukosit dan neutrofil (Qamar A.A et al, 2009). Pasien biasanya mengalami penurunan dari nilai normal akibat gangguan sintesis hepar atau akibat hipersplenisme. Pasien juga dapat mengalami anemia (makrositik, normositik, dan mikrositik). Dapat juga dilihat elektrolit darah seperti natrium yang mengalami penurunan akibat peningkatan ADH dan aldosteron. Tabel 2.2 Tes Laboratorium pada Sirosis Hepatis Jenis Pemeriksaan Albumin (3,5-5,5g/dl) Globulin (2-3g/dl) Bilirubin (0-1mg/dl) Hasil Menurun akibat penurunan sintesis Meningkat terutama Ig G Meningkat akibat penurunan klirens hepar, prediksi mortalitas Aminotransferase ALT U/L AST U/L Terjadi peningkatan. ALP lebih spesifik untuk nekrosis hepatosit. AST untuk skeletal, jantung, otot, ginjal, otak. AST/ALT > 2 : penyakit kronik hepar AST/ALT<1 : perlukaan/penyakit akut Alkali fosfatase (ALP) Terjadi peningkatan ringan

38 U/L glutamyl transpeptidase 0-30 U/L Peningkatan korelasi dengan ALP. Spesifik meningkat dengan tinggi pada pengguna alkohol. 5 -nukleotidase Peningkatan korelasi dengan ALP U/L Waktu prothrombin (PT) detik Terjadi peningkatan waktu, diakibatkan oleh penurunan produksi faktor V/VII dari hati. International normalized ratio (INR) Berkorelasi dengan waktu prothrombin. Biasa dilakukan sebagai tes PT/INR Trombosit Leukosit dan neutrofil Natrium Rasio De Ritis Menurun (akibat hipersplenism) Menurun (akibat hipersplenism) Menurun Penyakit hepar kronik rasio AST lebih tinggi dari ALT (kemungkinan komplikasi jangka panjang sirosis) Penyakit hepar akut rasio ALT lebih tinggi dari AST (Thapa B.R et al, 2007, Setiati S et al, 2014)

39 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Sirosis hepatis adalah merupakan suatu penyakit yang dapat dikatakan sebagai manifestasi tahap akhir dari proses pejalanan kronik dari penyakit yang menyerang hepar. Sirosis hepatis sendiri merupakan salah satu penyebab kematian, tetapi sirosis hepatis sendiri masih dapat diberikan penanganan yang tepat dalam perjalanan penyakitnya sesuai dengan etiologi untuk memperoleh hasil manajemen yang lebih baik. Untuk memperoleh hasil penanganan yang baik, tentu diperlukan pengetahuan modalitas dalam mengakses Stage sirosis hepatis agar diketahui pengobatan serta antisipasi yang dapat dilakukan agar memperoleh prognosis yang lebih baik. Dari hasil paparan diatas, perlunya modalitas yang dapat memberikan kepastian dalam diagnosis staging. Dari gejala klinis yang tampil, akan dikelompokkan menjadi Stage kompensata dan dekompensata terlebih dahulu, dan apabila informasi dari rekam medik memadai, akan diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan 5 Stage menurut G D Amico, dan kemudia melalui modalitas pemeriksaan lab ini dapat dikorelasikan dengan setiap Stage keparahan sirosis hepatis, dan dilihat modalitas pemeriksaan apakah yang spesifik meningkat pada setiap Stage. 22

40 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Kerangka Teori Akut (contoh: hepatitis viral akut) Etiologi Kronik (contoh: NAFLD, hepatitis alkoholik) Sirosis Hepatis Kompensata Dekompensata Stage 1: Stage 2: Stage 3: Stage 4: Stage 5: Tidak ada gejala varises esofagus Ada gejala varises esofagus Ada perdarahan saluran cerna atas, tanpa gejala dekompensasi lain Ada kejadian dekompensasi (gambaran asites, ikterus, atau ensefalopati), tanpa ada perdarahan Lebih dari satu kejadian dekompensasi Gangguan fungsi hati Gangguan kapasitas transport dan metabolisme protein Gangguan pembuatan faktor koagulasi Gangguan metabolisme bilirubin Gangguan serum enzim akibat nekrosis hepatoselular Gangguan hematologi

41 Kerangka Konsep Staging Sirosis Gangguan fungsi hati: Albumin, Prothrombin Time Variabel independen Variabel dependen 3.3. Definisi Operasional Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sirosis hepatis adalah suatu kondisi dimana hepar mengalami penurunan fungsi hati secara perlahan dan tidak dapat berfungsi secara normal akibat perlukaan kronik dalam jangka waktu panjang, yang telah didiagnosis berdasarkan gejala klinik, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya pada rekam medik pasien. 2. Pemeriksaan prothrombin time dan albumin adalah pemeriksaan penunjang laboratorium yang berisi tes-tes yang dilakukan dan tersimpan pada rekam medik pasien yang dapat menggambarkan kondisi penurunan fungsi hepar transport dan metabolisme protein yaitu nilai albumin dan pembuatan faktor koagulasi pasien sirosis hepatis tersebut melalui prothrombin time.

42 Kriteria Objektif Melihat ada tidaknya hubungan gambaran nilai prothrombin dan albumin pada setiap Stage sirosis hepatis, dinyatakan: 1. Terdapat hubungan (+), apabila pada setiap Stage atau peningkatan Stage sirosis hepatis juga terdapat gambaran hasil prothrombin time dan albumin yang spesifik atau lebih berat dibanding Stage sebelumnya. 2. Tidak terdapat hubungan (-), apabila pada setiap Stage atau peningkatan Stage sirosis hepatis tidak ditemukan gambaran prothrombin time dan albumin yang spesifik atau yang lebih berat dibanding Stage sebelumnya Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan antara setiap Stage atau peningkatan Stage sirosis hepatis dengan gambaran prothrombin time dan albumin yang spesifik atau lebih berat dibanding Stage sebelumnya.

43 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional merupakan penelitian seksional silang dengan variabel sebab atau resiko dan akibat pada objek penelitian dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan pada studi ini tidak ada follow up. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di bagian Rekam Medik RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan dari September November Variabel Penelitian Variabel Independen/Bebas Variabel dependen pada penelitian ini adalah Stage penyakit sirosis hepatis Variabel Dependen/Terikat Variabel independen pada penelitian ini adalah gambaran prothrombin time dan albumin yang terdapat pada rekam medik pasien. 26

44 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah data seluruh pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar terhitung sejak Januari Desember Sampel Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini adalah data pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar yang memenuhi kriteria inklusi Teknik Sampling Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. 4.5 Kriteria Sampel Kriteria Inklusi a. Data rekam medik pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2016 Desember 2016 b. Rekam medik memiliki gejala klinis yang dapat diklasifikasikan dalam Stage sirosis hepatis, dan adanya hasil prothrombin time dan albumin. 4.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik, alat tulis, komputer, dan program komputer untuk mengolah data.

45 Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Pada tahap persiapan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Peneliti menyusun proposal penelitian 2. Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing 3. Peneliti mengusulkan perizinan berupa etik penelitian dan perizinan pengambilan sampel penelitian di lokasi pengambilan sampel. 4. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian untuk pengambilan sampel penelitian. 5. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam analisis sampel penelitian Tahap Pelaksanaan 1. Peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dari sampel data yang berupa data sekunder yang diperoleh melalui rekam medik. 2. Peneliti mengelompokkan menjadi Stage kompensata dan dekompensata 3. Apabila informasi memadai, peneliti melanjutkan mengelompokkan menjadi 5 Stage menurut G D Amico sesuai dengan gejala klinis. 4. Peneliti menuliskan dan mengurutkan hasil gambaran prothrombin time dan albumin setiap pasien yang sudah dibagi pada setiap Stage berdasarkan hasil pengumpulan data. 5. Pengumpulan selesai dan hasil siap dilaporkan.

46 Tahap Pelaporan Pada tahap pelaporan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Peneliti mengumpulkan data hasil pemeriksaan 2. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian 3. Peneliti melakukan evaluasi dan pembahasan hasil data penelitian bersama pembimbing. 4. Penulis melakukan penarikan kesimpulan dan saran dari penelitian 5. Peneliti menyusun laporan penelitian 6. Peneliti mencetak hasil penelitian 7. Peneliti membuat publikasi penelitian 4.8 Cara Pengumpulan Data Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien sirosis hepatis di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari 2016 Desember Pengolahan dan Penyajian Data Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer memakai program Microsoft Excel dan SPSS Penyajian Data Data yang ada disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan serta disusun dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian.

47 Etika Penelitian 1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan melakukan pengajuan rekomendasi etik. 2. Setelah pengajuan rekomendasi etik peneliti telah disetujui, peneliti harus mengurus perizinan, serta prosedur dari masing-masing instansi tempat penelitian akan dilaksanakan. 3. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari hasil tes dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa inisial. 4. Setiap hasil pengambilan data yang dilakukan peneliti harus sesuai dengan dasar etik yang berlaku.

48 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengumpulan data berupa data sekunder (rekam medik) terhadap penderita sirosis hepatis RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun Pengumpulan data tersebut dilakukan dalam waktu 1 bulan yakni bulan Oktober 2017 dan jumlah sampel yang diperoleh adalah 94 yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Penyajian data penelitian ini meliputi hasil analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis univariat adalah deskripsi karakteristik penderita (stadium sirosis hepatis terbanyak yang dialami penderita, jenis kelamin, usia, nilai PT, albumin). Hasil analisis bivariat adalah data dianalisis menggunakan metode Spearman, yaitu metode statistic yang digunakan untuk melihat kemaknaan dan hubungan antara masing-masing variabel (gambaran nilai prothrombin time dan albumin pada staging pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember 2016) 5.1 Analisis Univariat Karakteristik Individu a. Stadium Sirosis Hepatis Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 94 sampel, terdapat 8 orang (8.5%) merupakan stadium kompensata Stage 1, 4 orang stadium kompensata Stage 2 (4.3%), 1 orang stadium dekompensata Stage 3 (1.1%), 24 31

49 32 orang stadium dekompensata Stage 4 (25.5%), dan 57 orang pada stadium dekompensata Stage 5 (60.6%). Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.1. berikut. Tabel 5.1 : Distribusi menurut staging penderita sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Staging Jumlah Persentase Kompensata Stage 1 Kompensata Stage 2 Dekompensata Stage 3 Dekompensata Stage 4 Dekompensata Stage % 4.3% 1.1% 25.5% 60.6% Total % Sumber: Data Primer b. Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 94 sampel, terdapat 1 orang pada kelompok usia <30 tahun (1.1%), 8 orang pada kelompok usia tahun (8.5%), 26 orang pada kelompok usia tahun (27.7%), 36 orang pada kelompok usia 51-60tahun (38.3%), 16 orang pada kelompok usia 61-70tahun (17%), dan 7 orang pada kelompok usia >70 tahun (7.4%). Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.2. berikut.

50 33 Tabel 5.2 : Distribusi usia penderita sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Kelompok umur Jumlah Persentase <30tahun 30-40tahun 41-50tahun 51-60tahun 61-70tahun >70tahun % 8.5% 27.7% 38.3% 17% 7.4% Total % Sumber: Data Primer c. Jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 94 sampel, 70 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki (74.5%), dan 24 orang lainnya berjenis kelamin perempuan (25.5%). ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. berikut. Tabel 5.3 : Distribusi menurut jenis kelamin penderita sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan % 25.5% Total % Sumber: Data Primer

51 34 d. Nilai PT Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 94 total sampel, terdapat 1 orang dengan PT kurang dari 9.9 detik (1.1%), 37 orang dengan PT 10 sampai 14 detik (39.4%), dan 56 orang dengan PT lebih dari 14 detik (59.6%). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 : Distribusi nilai PT penderita sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Nilai PT Jumlah Persentase <9.9 detik detik >14 detik % 39.4% 59.6% Total % Sumber: Data Primer e. Nilai Albumin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 94 total sampel, terdapat 92 orang dengan albumin kurang dari 3.49gr/dl, dam 2 orang dengan albumin lebih dari 5.01gr/dl (2.1%). Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut.

52 35 Tabel 5.5 : Distribusi nilai albumin penderita sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Nilai Albumin Jumlah Persentase <3.49gr/dl gr/dl >5.01 gr/dl % 2.1% 0% Total % Sumber: Data Primer 5.2 Analisis Bivariat Hubungan antara Nilai Prothrombin dengan Staging Sirosis Hepatis Hasil analisa statistik secara komputerisasi menggunakan uji korelasi Spearman diperoleh hubungan yang bermakna antara nilai prothrombin time dengan staging pada sirosis hepatis. Dimana nilai p value <0,05, yaitu 0,000. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 : Distribusi sampel menurut Stage sirosis hepatis dan kelompok hasil Prothrombin time di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Stage Sirosis Hepatis Nilai ratarata PT Kelompok PT Total <9,9 detik detik >14 detik n % n % n % N % p value Kompensata Stage % 6 75% 2 25% 8 100% Kompensata Stage % 3 75% 1 25% 4 100% Dekompensata Stage % 0 0% 1 100% 1 100% 0,000 Dekompensata Stage ,2% 14 58,3% 9 37,5% % Dekompensata Stage % 14 24,6% 43 75,4% % Total 1 1,1% 37 39,4% 56 59,6% % Sumber: Data Primer

53 36 Berdasarkan tabel di atas, pada 8 orang sampel dengan Stage 1 kompensata, 6 orang memiliki nilai PT detik dan 2 orang lainnya memiliki nilai PT lebih dari 14 detik. Pada stage 1 kompensata ini, nilai PT rata-rata yang diperoleh dari 8 sampel adalah Pada Stage 2 kompensata, terdapat 4 orang sampel dengan 3 orang memiliki nilai PT detik dan 1 orang lainnya lebih dari 14 detik, pada stage 2 kompensata ini, ratarata nilai PT dari 4 orang sampel adalah 12,225. Pada Stage 3 dekompensata, terdapat 1 orang dengan nilai PT lebih dari 14 detik dan nilai rata-rata adalah 15. Pada Stage 4 dekompensata, terdapat 24 sampel dengan 1 sampel memiliki nilai PT kurang dari 9,9 detik, 14 sampel memiliki nilai PT detik, dan 9 sampel memiliki nilai PT lebih dari 14 detik, sehingga rata-rata dari 24 orang sampel pada Stage 4 dekompensata adalah 14,229. Pada Stage 5 dekompensata, terdapat total 57 sampel dengan 14 sampel memiliki nilai PT detik, dan 43 sampel memiliki nilai PT lebih dari 14 detik, sehingga nilai rata-rata dari 57 sampel Stage 5 dekompensata adalah Hubungan antara Nilai Albumin dengan Staging Sirosis Hepatis Hasil analisa statistik secara komputerisasi menggunakan uji korelasi Spearman diperoleh hubungan yang bermakna antara nilai albumin dengan staging pada sirosis hepatis. Dimana nilai p value <0,05, yaitu 0,002. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut.

54 37 Tabel 5.7 : Distribusi sampel menurut Stage sirosis hepatis dan kelompok hasil Albumin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2016 Stage Sirosis Hepatis Nilai rata-rata albumin Kelompok Albumin Total <3,49 gr/dl 3,5 5gr/dl >5.01 gr/dl n % N % n % N % p value Kompensata Stage % 2 25% 0 0% 8 100% Kompensata Stage % 0 0% 0 0% 4 100% Dekompensata Stage % 0 0% 0 0% 1 100% 0,002 Dekompensata Stage % 0 0% 0 0% % Dekompensata Stage % 0 0% 0 0% % Total % 2 2.1% 0 0% % Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel di atas, pada Stage 1 kompensata terdapat 8 orang sampel dimana diperoleh 6 orang sampel dengan nilai albumin kurang dari 3,4 gr/dl dan 2 orang sampel dengan nilai albumin 3,5 5 gr/dl, sehingga rata-rata dari 8 orang sampel pada Stage 1 kompensata adalah 2,9. Pada Stage 2 kompensata diperoleh 4 sampel dengan nilai albumin kurang dari 3,4 gr/dl, sehingga diperoleh rata-rata yaitu 2,95. Pada Stage 3 dekompensata, diperoleh 1 sampel dengan nilai albumin kurang dari 3,4gr/dl, dan rataratanya adalah 2,8. Pada Stage 4 dekompensata, diperoleh 24 sampel dengan nilai albumin kurang dari 3,4gr/dl, dengan nilai rata-rata dari 24 sampel ini adalah 2,4375. Dan pada Stage 5 dekompensata, diperoleh 57 sampel dengan nilai albumin kurang dari 3,4gr/dl, dengan nilai rata-rata 57 sampel Stage 5 dekompensata ini adalah 2,305.

55 BAB 6 PEMBAHASAN Pada penelitian ini diperoleh 94 sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi, merupakan data sekunder yang didapatkan melalui rekam medik. Sampel terdiri dari 70 orang laki-laki dan 24 orang perempuan dengan rentang usia tahun. Untuk mencari hubungan antar variabel, kemudian di analisis dengan bantuan software SPSS versi 18 dengan metode Spearman. 6.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Stadium Sirosis Hepatis Pada penelitian ini dari total 94 sampel, ditemukan terdapat 8 orang (8.5%) yang digolongkan sebagai stadium kompensata Stage 1, 4 orang (4.3%) pada stadium kompensata Stage 2, 1 orang (1.1%) stadium dekompensata Stage 3, 24 orang (25.5%) pada stadium dekompensata Stage 4, dan 57 orang (60.6%) pada dekompensata Stage 5. Sirosis hepatis memiliki prognosis yang bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria Child-Turcotte-Pugh. Semakin besar skor yang dihasilkan, menggambarkan derajat keparahan. Semakin berat stadium yang dialami pasien, maka prognosis juga menjadi semakin buruk (NMT Marselina et al, 2014). RSUP Dr, Wahidin Sudirohusodo adalah rumah sakit kelas A (Website RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, 2015) dimana menurut Permenkes nomor 56 tahun 2014, rumah sakit kelas A memiliki kewajiban dimana perlunya ada pelayanan medik yang paling memadai sehingga merupakan pusat 38

56 39 rujukan. Sehingga karena sampel dikumpulkan di rumah sakit kelas A yakni RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, sehingga banyak sampel merupakan sampel dengan stadium yang berat. (Permenkes No 56, 2014). 6.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Pada penelitian ini dari total 94 sampel, terdapat 1 orang pada kelompok usia <30 tahun (1.1%), 8 orang pada kelompok usia tahun (8.5%), 26 orang pada kelompok usia tahun (27.7%), 36 orang pada kelompok usia 51-60tahun (38.3%), 16 orang pada kelompok usia 61-70tahun (17%), dan 7 orang pada kelompok usia >70 tahun (7.4%). Pada penelitian ini, frekuensi tertinggi berada pada usia tahun. Berdasarkan penelitian Angela Lovena pada tahun 2017 yang berjudul Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang, ditemukan juga kelompok usia terbanyak adalah tahun (31.03%). (Angela Lovena et al, 2017). Pada penelitian Estahayati Sitompul pada tahun 2014 juga mendapatkan kelompok usia terbanyak paling banyak pada kelompok usia tahun. Proporsi penderita sirosis hepatis ini lebih sering pada kelompok usia tahun karena akibat perilaku mengkonsumsi alkohol atau faktor etiologi lain yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang bersifat laten sehingga sering dijumpai seiring bertambahnya usia dan perubahan patologis yang terjadi berkembang lambat sampai timbulnya gejala. (Estahayati Sitompul et al, 2014).

57 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Pada penelitian ini dari total 94 sampel, terdapat 70 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki (74.5%), dan 24 orang lainnya berjenis kelamin perempuan (25.5%). Pada penelitian ini, frekuensi tertinggi terjadi sirosis hepatis adalah pada jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan penelitian Angela Lovena pada tahun 2017 yang berjudul Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang, ditemukan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sekitar 65.8%. (Angela Lovena et al, 2017). Penelitian Daulay pada tahun 2012 mendapatkan penderita sirosis hepatis lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan sebanyak 65.4%.. Penelitian Penelitian Patasik pada tahun 2015 juga mendapatkan penderita laki-laki sirosis hepatis sebesar 62.7%. Penelitian Tambunan pada tahun 2013 mendapatkan hasil tidak jauh berbeda yaitu laki-laki sebanyak 69.6%, dan penelitian Marselina pada tahun 2014 mendapatkan penderita laki-laki sebanyak 67.7%. Pada penelitian Estahayati Sitompul pada tahun 2014 juga mendapatkan jenis kelamin terbanyak adalah lakilaki sekitar 62.8%. Jenis kelamin diperkirakan memiliki peranan pada terjadinya sirosis hepatis karena laki-laki mempunyai lingkungan sosial dan gaya hidup yang berbeda dari perempuan, secara umum menyebabkan laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk berkontak dengan virus hepatisis dan mengkonsumsi alkohol serta faktor etiologi sirosis hepatis lainnya. (Estahayati Sitompul et al, 2014).

58 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai PT Pada penelitian ini dari total 94 sampel, terdapat 1 orang dengan PT kurang dari 9.9 detik (1.1%), 37 orang dengan PT 10 sampai 14 detik (39.4%), dan 56 orang dengan PT lebih dari 14 detik (59.6%). Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa 59.6% mengalami peningkatan nilai PT. Hasil yang diperoleh ini juga sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh penelitian Garry G S et al pada tahun 2016 yang memperoleh sampel sebanyak 86.7% mengalami peningkatan waktu protrombin. Hasil ini juga sesuai temuan yang didapat oleh Reksodiputro yang menemukan kelainan hemostasis ini sebanyak 78.57% dari pasien sirosis hati yang ditelitinya (Garry G S et al, 2016). Pada penelitian ini ditemukan terjadi peningkatan nilai rata-rata dari PT pada setiap staging, khususnya terlihat pada staging 4 dan 5. Namun, pada staging 2 dan 3, peningkatannya kurang dapat dievaluasi karena jumlah sampel yang tidak tersebar merata. 6.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Nilai Albumin Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 94 total sampel, terdapat 92 orang (97.9%) dengan albumin kurang dari 3.49gr/dl, dan 2 orang dengan albumin lebih dari 5.01gr/dl (2.1%). Sehingga hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa lebih dari 90% sampel mengalami hipoalbuminemia. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan hasil yang diperoleh penelitian Budiyasa et al pada tahun 2011 yang mendapatkan sebanyak 91.8% pasien dengan kadar albumin kurang dari 3gr/dl. Angela Lovena pada tahun 2017 yang

59 42 mendapatkan sebanyak 71.4% penderita juga mendapatkan kadar albumin kurang dari 3gr/dl (Angela Lovena et al, 2017). Pada penelitian ini ditemukan terjadi penurunan nilai rata-rata dari albumin pada setiap staging, khususnya terlihat pada staging 4 dan 5. Namun, pada staging 2 dan 3, peningkatannya kurang dapat dievaluasi karena jumlah sampel yang tidak tersebar merata. 6.6 Hubungan antara Nilai Prothrombin time dengan Staging Sirosis Hepatis Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara nilai PT dengan staging sirosis hepatis. Dimana nilai p value < 0,05, yaitu 0,000 dan besar r = Arah hubungan ini meningkat berbanding lurus antara peningkatan nilai PT dan peningkatan staging sirosis hepatis. Dari penelitian ini diketahui bahwa hasil yang didapatkan bahwa semakin meningkat staging, maka terlihat bahwa nilai prothrombin time semakin memanjang. Pemeriksaan PT yang termasuk dalam pemeriksaan hemostasis masuk ke dalam pemeriksaan fungsi sintesis hati karena hampir semua faktor koagulasi disintesis di hati kecuali faktor VII. PT menilai faktor I, II, V, VII, IX, dan X, sehingga pemeriksaan PT sensitive untuk melihat fungsi sintesis hati. Sintesis faktor koagulasi oleh hati berkurang sehingga PT memanjang. (Azma Rosida, 2016). Dengan demikian, penelitian ini menemukan bahwa angka kejadian gangguan hemostasis pada pasien sirosis hati cukup besar sesuai dengan stagingnya. Kerusakan sel-sel hati pada penderita sirosis hati tentu akan mengganggu pembentukan faktor-faktor pembekuan tersebut. Pada pasien sirosis hati dekompensata yang dilakukan pemeriksaan waktu protrombin, maka akan didapati pemanjangan waktu protrombin

60 43 akibat defisiensi faktor jalur pembekuan ekstrinsik dan jalur bersama, sehingga data yang diperoleh dapat memperkuat teori yang sudah ada (Garry G S et al, 2016). 6.7 Hubungan antara Nilai Albumin dengan Staging Sirosis Hepatis Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara nilai albumin dengan staging sirosis hepatis. Dimana nilai p value < 0,05 yaitu 0,002 dan besar r = Arah hubungan ini berbanding terbalik antara peningkatan staging dengan hasil albumin. Sehingga semakin tinggi stagingnya, maka hasil albumin yang didapatkan akan semakin rendah. Dari penelitian ini diketahui bahwa hasil yang didapatkan bahwa semakin meningkat staging, maka terlihat bahwa nilai albumin akan semakin rendah. Sehingga peramalan perjalanan penyakit sirosis bergantung pada kadar albumin. Albumin merupakan protein yang hanya disintesis di jaringan hati dan kadarnya menurun sesuai perburukan sirosis hepatis sehingga menyebabkan hipoalbuminemia. Albumin merupakan substansi terbesar dari protein yang dihasilkan oleh hati. Fungsi albumin adalah mengatur tekanan onkotik, mengangkut nutrisi, hormon, asam lemak, dan zat sampah dari tubuh. Apabila terdapat gangguan fungsi sintesis sel hati maka kadar albumin serum akan menurun terutama apabila terjadi lesi sel hati yang luas dan kronik (Azma Rosida, 2016). Perbedaan kadar albumin pada pasien sirosis hepatis ini mungkin terletak oleh perbedaan tingkat keparahan pasien yang dirawat (Angela Lovena et al, 2017). Penelitian ini sendiri mendapatkan pasien sirosis hepatis didominasi oleh pasien dengan tingkat penyakit yang sudah lanjut, terbukti

61 44 dengan klasifikasi sirosis hepatis menurus G D Amico terbanyak adalah stadium dekompensata 5. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak tercakupnya semua stadium sirosis hepatis dari data pasien yang diperoleh yang terlihat dari sedikitnya jumlah pasien di stadium 1 sampai 3, adanya juga faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kadar nilai albumin dan prothrombin time yang tidak dieliminasi dari data pasien seperti penggunaan kortikosteroid, kondisi malnutrisi pasien yang menyebabkan rendahnya kadar protein albumin.

62 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada rekam medik pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember 2016 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasien sirosis hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar periode Januari Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 94 orang, dengan distribusi terbanyak adalah pada staging dekompensata 5 sebanyak 57 orang (60.6%), pada kelompok usia tertinggi pada usia tahun sebanyak 36 orang (38.3%), dan distribusi berdasarkan jenis kelamin lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 70 orang (74.5%) 2. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara nilai Prothrombin time dengan staging sirosis hepatis. 3. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara nilai albumin dengan staging sirosis hepatis. 7.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian dengan sampel memiliki penyebaran merata yang lebih mencakup semua stadium sirosis hepatis. 2. Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hubungan dari hasil pemeriksaan laboratorium lainnya terhadap sirosis hepatis. 45

63 46 3. Mepertimbangkan desain penelitian lainnya guna mempererat hubungan sebab akibat yang mungkin terjadi, dengan cara studi cohort, sehingga progresivitas penyakit dapat terlihat.

64 DAFTAR PUSTAKA Bimantara, N.G, Sirosis Hepatis Degenerasi Maligna:Sebuah Laporan Kasus. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Botros M, Kenneth A S The De Ritis Ratio: The Test of Time. Clin Biochem Rev 34, pp Cahyono, S. B, Hepatitis B. Yogyakarta: KANISIUS. De Franchis, R, Dell Era, A Variceal Hemorrhage. New York : Springer Science+Business Media, pp Everheart JR, Ruhl CE, Burden of digestive diseases in the United States Part III: Liver, biliary tract, and pancreas. Gastroenterology 136, pp Feizi Ten Immunoglobulins in chronic liver disease.gut.(9)pp: Heidelbaugh J.J, Michael B Cirrhosis and Chronic Liver Failure: Part I. Diagnosis and Evaluation. Am Fam Physician 74(5): Kasarala G, Hans L T Standard Liver tests. Clinical Liver Disease 8(1): Kochanek K.D, Sherry L M, Xu Jiaquan, Betzaida T Deaths: Final Data for National Vital Statistics Reports 65. Lin Sha, Qinqin Sun, WeiLin Mai, Yu Chen Serum Immunoglobulin A (IgA) Level is a Potential Biomarker Indicating Cirrhosis during Chronic Hepatitis B Infection. Gastroenterol Research and Practice.pp 1-6 Lovena A, Saptino Miro, Efrida Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 6(1):

65 Mokdad A, Alan D Lopez, Saied S, Rafael L, Ali H M, Jeff S, Christopher JL M, Mohsen N Liver cirrhosis mortality in 187 countries between 1980 and 2010: a systematic analysis. BMC Medikine 12(145). National Digestive Diseases Information Clearinghouse, Cirrhosis. NIH Publication No , New York. NMT Marselina, Hery D Gambaran Klinis Pasien Sirosis Hati: Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Skripsi.Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun Klasifikasi Rumah Sakit. 18 Agustus Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Jakarta. Rosida Azma Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati. Berkala Kedokteran. 12(1): RSWS Dr. Wahidin Sudirohusodo November 2017 (20:15). S Tanaka, Okamoto Y, Yamazaki M, Mitani N, Nakojima Y, Fukui H Significance of hyperglobulinemia in sever chronic liver diseases with special reference to the correlation between serum globulin/igg level and ICG clearance. Hepatogastroenterology. 54(80):

66 Saragih G G, Bradley J W, Harlinda H Gambaran gangguan hemostasis pada penderita sirosis hati yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Agustus 2013 Agustus Jurnal e-clinic.4(1): Saskara P.M.A, IGA Suryadarma Laporan Kasus: Sirosis Hepatis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, pp 1-19 Schuppan D. Nezam H. A Liver Cirrhosis. Lancet 371(9615). pp Setiati S, Idrus Alwi, Aru W. S, Marcellus S.K, Bambang S, Ari F.S Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing Sitompul E, Sorimuda, Jemadi. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun Jurnal Epidemiologi FKM USU. pp 1-9. Sutadi S.M, Sirosis Hepatis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Thapa B.R, Anuj Walia Liver Function tests and their Interpretation. Indian Journal of Pediatrics, Vol 74. pp Tsochatzis E.A, Jaime Bosch, Andrew K B, Liver cirrhosis. The Lancet, 383(9930): Qamar A.A, ND Grace Abnormal hematological indices in cirrhosis. Can J Gastroenterol 23(6), pp:

67 Lampiran 1. Tabel Data Penelitian No. Rekam Jenis Medik Kelamin Usia Klasifikasi PT ALBUMIN L 38 dekompensata stage L 60 dekompensata stage L 51 dekompensata stage L 57 dekompensata stage P 67 dekompensata stage 5 > L 45 dekompensata stage L 51 dekompensata stage L 56 dekompensata stage L 71 kompensata stage L 46 dekompensata stage L 75 kompensata stage L 43 dekompensata stage L 51 dekompensata stage P 62 dekompensata stage L 57 dekompensata stage L 39 dekompensata stage P 46 dekompensata stage L 39 dekompensata stage P 49 dekompensata stage L 50 kompensata stage L 48 dekomepensata stage L 58 dekompensata stage P 59 dekompensata stage P 53 dekompensata stage L 66 dekompensata stage L 54 dekompensata stage L 51 dekompensata stage L 45 dekompensata stage L 74 dekompensata stage L 47 dekompensata stage P 41 dekompensata stage P 59 dekompensata stage L 45 dekompensata stage L 43 dekompensata stage L 42 dekompensata stage

68 L 53 dekompensata stage P 86 dekompensata stage L 44 dekompensata stage L 64 dekompensata stage L 56 dekompensata stage P 65 kompensata stage , L 57 kompensata stage P 50 dekompensata stage P 58 dekompensata stage L 54 dekompensata stage P 50 dekompensata stage L 55 dekompensata stage L 50 dekompensata stage 5 > L 43 dekompensata stage P 40 dekompensata stage L 56 dekompensata stage P 55 dekompensata stage 5 > L 71 dekompensata stage P 54 dekompensata stage L 69 dekompensata stage L 63 dekompensata stage L 39 dekompensata stage L 55 dekompensata stage L 46 dekompensata stage L 41 kompensata stage L 54 dekompensata stage P 70 dekompensata stage L 63 dekompensata stage L 42 dekompensata stage L 72 dekompensata stage L 52 dekompensata stage P 67 kompensata stage L 49 dekompensata stage 5 > L 49 kompensata stage L 70 dekompensata stage L 45 dekompensata stage L 55 dekompensata stage P 54 dekompensata stage L 62 kompensata stage

69 L 37 kompensata stage L 43 dekompensata stage L 36 dekompensata stage P 56 dekompensata stage L 55 dekompensata stage L 62 dekompensata stage L 27 dekompensata stage L 57 dekompensata stage P 62 dekompensata stage P 84 dekompensata stage L 63 dekompensata stage P 60 dekompensata stage L 47 dekompensata stage L 53 dekompensata stage L 55 dekompensata stage L 56 dekompensata stage 5 > L 33 kompensata stage P 60 dekompensata stage 5 > L 58 kompensata stage L 65 dekompensata stage

70 Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian 53

71 Lampiran 3. Surat Permohonan Rekomendasi Etik 54

72 Lampiran 4. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik 55

73 Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian 56

74 Lampiran 6. Lembar Persetujuan Judul LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL Kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa : Nama : Novia Wira Tungadi Stambuk : C Judul : Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mendapatkan persetujuan judul penelitian skripsi pada : Hari, Tanggal : Rabu, 21 Juni 2017 Waktu : WITA Tempat : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unhas Makassar, 21 Juni 2017 Pembimbing (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) NIP

75 Lampiran 7. Lembar Persetujuan Proposal LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL Kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa : Nama : Novia Wira Tungadi Stambuk : C Judul : Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mempresentasikan proposal pada : Hari, Tanggal : Senin, 17 Juli 2017 Waktu : WITA Tempat : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unhas Makassar, 3 Juli 2017 Pembimbing (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) NIP

76 Lampiran 8. Lembar Persetujuan Hasil LEMBAR PERSETUJUAN HASIL Kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa : Nama : Novia Wira Tungadi Stambuk : C Judul : Hubungan Nilai Prothrombin Time dan Albumin dengan Staging Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari Desember 2016 Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mempresentasikan hasil penelitian pada: Hari, Tanggal : Rabu, 06 Desember 2017 Waktu : WITA - Selesai Tempat : Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unhas Makassar, 06 Desember 2017 Pembimbing (Prof. dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK(K)) NIP \ 59

77 Lampiran 9. Lembar Pernyataan Anti Plagiarisme Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa tulisan, data, gambar atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis. Saya menyadari plagiarism adalah kejahatan akademik, dan melakukannya akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik yang lain. Makassar, 06 Desember 2017 Novia Wira Tungadi 60

78 Lampiran 10. Biodata Penulis RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Novia Wira Tungadi NIM : C Tempat Tanggal Lahir: Makassar, 28 November 1997 Alamat : Jl. Alimalaka no 11a/Jl.Kesatuan no 12, Makassar. Agama : Buddha Suku : Makassar Nama Orang Tua Ayah : Sugianto Wijaya Ibu : Emmy Tungadi Thoeng Riwayat Pendidikan Tahun 2002 Lulus TK Frater Teratai 1 Makassar Tahun 2008 Lulus SD Frater Teratai 1 Makassar Tahun 2011 Lulus SMP Kristen Gamaliel Makassar Tahun 2014 Lulus SMA Katolik Rajawali Makassar Tahun 2014-Sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 61

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.

Sirosis Hepatis. Etiologi Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas. Sirosis Hepatis Sirosis Hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Istilah penyakit hati kronik merupakan suatu kondisi yang memiliki etiologi berbeda yang ada dan berlangsung terus menerus, meliputi hepatitis kronik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirosis Hati 2.1.1 Definisi Sirosis hati merupakan penyakit kronis hati yang ditandai dengan fibrosis, disorganisasi dari lobus dan arsitektur vaskular, dan regenerasi nodul

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit hati kronis termasuk sirosis telah menjadi masalah bagi dunia kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang komplek, meningkatnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ELSY NASIHA ALKASINA G0014082 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah PERBANDINGAN VALIDITAS MADDREY S DISCRIMINANT FUNCTION DAN SKOR CHILD-PUGH DALAM MEMPREDIKSI KETAHANAN HIDUP 12 MINGGU PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS LAPORAN AKHIR PENELITIAN Karya Tulis Ilmiah Diajukan

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises

Lebih terperinci

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014

PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 1 Yunellia Z. Patasik 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan disorganisasi dari struktur hati akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan yang mengalami fibrosis. Secara lengkap sirosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). Pada sirosis hati terjadi kerusakan sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. hepatitis virus B dan C. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat bersama-sama atau berdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. hepatitis virus B dan C. Selain itu, faktor risiko lain yang dapat bersama-sama atau berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit sirosis hati merupakan kelanjutan fibrosis hati yang progresif dengan gambaran hampir semua penyakit kronik hati. Etiologi paling sering adalah infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan

Lebih terperinci

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya

DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya ASKEP CA. HEPAR DEFENISI Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilang nya sebagian besar fungsi hepar. Kanker

Lebih terperinci

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka

Berdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit

Lebih terperinci

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis. Oleh Rosiana Putri, , Kelas A. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Etiologi dan Patofisiologi Sirosis Hepatis Oleh Rosiana Putri, 0806334413, Kelas A Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan perawatan orang sakit, cacat dan meninggal dunia. Advokasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan meliputi kemandirian atau kolaboratif dalam merawat individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit atau sehat dengan segala kondisi yang meliputinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS

GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS ABSTRAK GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS. SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE BULAN JANUARI 2013-DESEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut

Lebih terperinci

SIROSIS HEPATIS R E J O

SIROSIS HEPATIS R E J O SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan kumpulan gangguan hati yang ditandai dengan adanya perlemakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh dunia dan penyebab terjadinya proses fibrosis hati dan berakhir pada sirosis hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE

ANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE ANALISIS KADAR ALBUMIN SERUM TERHADAP ASPARTATE TRANSAMINASE (AST), ALANIN TRANSAMINASE (ALT) DAN RASIO DE RITIS PADA PASIEN HEPATITIS B DI RSUP SANGLAH, DENPASAR (The Analysis of Serum Albumin Level with

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di dunia. Sirosis hati dan penyakit hati kronis penyebab kematian urutan ke 12 di Amerika Serikat pada tahun 2002,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sirosis Hepatis 1. Definisi Sirosis hepatis merupakan penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi susunan hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, hati merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI

PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI Betharina,N.dkk. Perbedaan Hasil Laboratorium Penderita... PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM PENDERITA HEPATITIS B DAN C KRONIS DENGAN DERAJAT FIBROSIS HATI Nudyan Betharina 1, FX. Hendriyono 2,, Mashuri 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIROSIS HATI Sirosis hati adalah penyakit hati yang menahun yang difus yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec

Lebih terperinci

HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL

HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL HEPATITIS DR.H.A.HAMID HASAN INTERNA FK.UNMAL PENDAHULUAN VARIASI HEP.VIRUS TERGANTUNG JENIS A,B.C KLINIS TERGANTUNG RINGAN-BERAT DARI TIPIKAL S/D ATIPIK HEPATITIS VIRAL AKUT : 1. BENTUK KHAS / SIMPTOMATIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit liver merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau bahan- bahan beracun sehingga hati tidak melakukan fungsinya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan kanker terbanyak kelima pada laki-laki (7,9%) dan ketujuh pada wanita 6,5%) di dunia, sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS III-1

BAB III ANALISIS III-1 BAB III ANALISIS 3.1 Data Understanding Phase Pada penelitian ini, data kasus yang digunakan adalah data pasien liver. Data ini dikumpulkan dari timur laut bagian Andhra Pradesh, India. Data pasien liver

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hati 1.1. Definisi Hati adalah organ penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, lemak, alkohol, vitamin, dan mineral. Hati memproduksi empedu untuk pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering

Etiologi Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering ASKEP HEPATITIS TINJAUAN TEORITIS Defenisi Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SAYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Portal Hypertension. Penyebab

Portal Hypertension. Penyebab Portal Hypertension Portal hypertension adalah peningkatan tekanan darah pada sistem pembuluh darah yang disebut sistem vena porta. Vena yang berasal dari lambung, usus, limpa, dan pankreas bergabung menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk. 19 Sirosis hati merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perubahan warna pada nodul-nodul hati yang terbentuk. 19 Sirosis hati merupakan 2.1 Pengertian Sirosis Hati BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Istilah sirosis pertama kali diberikan oleh Laennec pada tahun 1819, yang berasal dari kata kirhoss yang berarti kuning orange (orange yellow), karena

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016 Hanifan Nugraha, 2016 ; Pembimbing I Pembimbing II : Wenny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI

KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI KORELASI ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD DR. SAYYIDIMAN MAGETAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) merupakan salah satu kasus kegawatan dibidang gastroenterologi yang saat ini masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini

Hepatitis Virus. Oleh. Dedeh Suhartini Hepatitis Virus Oleh Dedeh Suhartini Fungsi Hati 1. Pembentukan dan ekskresi empedu. 2. Metabolisme pigmen empedu. 3. Metabolisme protein. 4. Metabolisme lemak. 5. Penyimpanan vitamin dan mineral. 6. Metabolisme

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006

ABSTRAK. Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah. di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 ABSTRAK Prevalensi Penularan Virus Hepatitis C pada Skrining Penyumbang Darah di PMI Kota Bandung antara Tahun 2003 sampai dengan 2006 Raykendran Arfellia Nawaarta, 2007 Pembimbing : Freddy Tumewu Andries,dr.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam dengue / DD dan Demam Berdarah Dengue / DBD (Dengue Haemorrhagic Fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah

BAB I PENDAHULUAN. limfoid, dan sel neuroendocrine. Dari beberapa sel-sel tersebut dapat berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hati merupakan organ tubuh manusia yang terbentuk dari berbagai tipe sel, seperti hepatosit, epitel biliaris, endotel vaskuler, sel Kupfer, sel stelata, sel limfoid,

Lebih terperinci

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN

GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN GAMBARAN BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA DI RSUP H.ADAM MALIK PADA TAHUN 2011 Oleh : PRIYA DARISHINI GUNASEGARAN 090100399 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 GAMBARAN BAYI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, dengan fokus untuk mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany & Hoofnagle, 2004). Hati memiliki beberapa fungsi metabolik, seperti

Lebih terperinci