JURNAL SKRIPSI PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MALADAPTIF SISWA ADHD

Transkripsi

1 JURNAL SKRIPSI PENDIDIKAN LUAR BIASA PENGGUNAAN BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MALADAPTIF SISWA ADHD Nama : Zamzammiyah Nur Aini NIM : K zamzammiyah.na@gmail.com No. HP : Pembimbing : 1. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi 2. Sugini, S.Pd., M.Pd. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit Juni 2016 to user

2 PENGGUNAAN BEHAVIOR CONTRACT UNTUK MENGURANGI PERILAKU MALADAPTIF SISWA ADHD Zamzammiyah Nur Aini, Munawir Yusuf, Sugini Pendidikan Luar Biasa, FKIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan behavior contract dalam mengurangi perilaku maladaptif siswa ADHD di SD Al Firdaus Surakarta pada tahun ajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa ADHD kelas III. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research dengan desain multiple baseline cross variables. Pengumpulan data dilakukan dengan pencatatan berdasarkan observasi langsung. Data hasil observasi tersebut kemudian dianalisis menggunakan metode analisis visual grafik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku maladaptif subjek berkurang setelah diterapkan behavior contract. Pada fase baseline-1, target perilaku mengganggu teman secara verbal rata-rata 20 kali, sedangkan nonverbal 24 kali. Target perilaku tersebut pada fase intervensi-1 cenderung menurun, dengan rata-rata 5 kali (verbal) dan 4 kali (nonverbal). Pada fase baseline-2, target perilaku menyela penjelasan guru rata-rata 18 kali. Perilaku ini menurun pada fase intervensi-2 dengan rata-rata 3 kali. Pada fase baseline-3, target perilaku tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman rata-rata 10 kali. Pada fase intervensi-3, perilaku tersebut muncul rata-rata 1 kali. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa behavior contract dapat mengurangi perilaku maladaptif siswa ADHD di SD Al Firdaus Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci: behavior contract, perilaku maladaptif, ADHD ABSTRACT This study was conducted to identify the use of the behavior contract in reducing maladaptive behaviors in students with ADHD in Al Firdaus Elementary School Surakarta in the academic year of 2015/2016. The subject of this study is a third grade ADHD student. This research used experimental method of Single Subject Research (SSR) with multiple baseline cross variables design. The target behaviors data were collected using direct observation with recording instrument and analyzed by visual graphic analysis method. At the baseline-1 phase, the target behavior of verbally disrupting friends occurred on average 20 times, while nonverbal disruption occurred 24 commit times. The to user target behavior in the intervention-1 phase tended to decrease, with an average of 5 times (verbal) and 4 times

3 (nonverbal). At the baseline-2 phase, the target behavior of interrupting the teacher's explanations occurred on average 18 times. This behavior decreased in the intervention-2 phase with an average of 3 times. At baseline-3 phase, the target behavior of unable to resist eating and drinking occurred on average 10 times. At the intervention-3 phase, the behavior occurred on average 1 time. Based on these results, it can be concluded that the behavior contract may reduce maladaptive behaviors in students with ADHD in Al Firdaus Elementary School Surakarta in the academic year of 2015/2016. Keyword: behavior contract, maladaptive behavior, ADHD PENDAHULUAN kelainan atau kebutuhannya. Pendidikan adalah hak dasar Sedangkan di sekolah inklusi, bagi setiap anak yang harus pelayanan bagi anak-anak dipenuhi. Di Indonesia, hak berkebutuhan khusus diberikan di pendidikan bagi setiap anak diatur ruang kelas yang sama dengan anakanak dalam Undang-undang No. 20 sebayanya. Tujuannya supaya Tahun 2003 tentang Sistem anak-anak berkebutuhan khusus Pendidikan Nasional. Bahkan hak terbiasa berpartisipasi secara penuh pendidikan untuk anak berkelainan dalam kehidupan bermasyarakat atau anak berkebutuhan khusus (Praptiningrum, 2010). disebutkan secara tersurat pada BAB Salah satu jenis anak IV pasal 5 ayat (2), yang berbunyi: berkebutuhan khusus yang dilayani Warga negara yang memiliki di sekolah inklusi adalah anak kelainan fisik, emosional, mental, dengan ADHD (Attention Deficit intelektual, dan/atau sosial berhak Hyperactivity Disorder). ADHD memperoleh pendidikan khusus. merupakan keadaan seorang anak Pendidikan bagi anak-anak yang memiliki ciri-ciri kurang berkebutuhan khusus ini biasanya konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa yang bisa menyebabkan hambatan (SLB) dan sekolah inklusi. Di SLB, pada kehidupan mereka (Baihaqi & biasanya siswa berkebutuhan khusus Sugiarmin, 2006: 2). Anak ADHD dikelompokkan sesuai dengan jenis mengalami kesulitan dalam

4 mengendalikan diri atau mengontrol diri, sehingga terlihat tidak dapat kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan konsentrasi dalam waktu yang lama, yang diharapkan. Perilaku perhatiannya mudah sekali teralih karena hal kecil, mudah lupa, dan mudah bingung. Anak ADHD juga maladaptif harus segera ditangani supaya tidak menyebabkan anak ADHD ditolak oleh lingkungan sering terlihat selalu bergerak, sosialnya kelak. seperti tidak pernah merasa lelah, Terdapat berbagai cara untuk sulit melakukan kegiatan dengan mengurangi perilaku maladaptif tenang, dan mengganggu orang lain pada anak ADHD, yaitu dapat baik secara verbal maupun melalui pengobatan medis dan terapi nonverbal. Ciri-ciri tersebut perilaku. Menurut Barkley (Martin, menyebabkan anak ADHD 2008: 233), obat yang digunakan mengalami berbagai masalah ketika dalam pengobatan anak ADHD kegiatan pembelajaran di dalam merupakan obat stimulan yang kelas berlangsung. Hal tersebut efektif memperbaiki perilaku, sejalan dengan pernyataan Pelham pekerjaan akademis, dan dan Bender (Wood, 2005: 87) mengenai laporan guru anak ADHD yang menyebutkan bahwa mereka penyesuaian sosial anak ADHD sampai persen. Hasil pengobatan medis memang terlihat (anak ADHD) sering terlibat memberikan perubahan yang sangat perkelahian, suka menyela, dan ditolak atau tidak disenangi temanteman sebayanya. drastis dalam waktu yang singkat, namun hal tersebut tidak bertahan lama. Bahkan pengobatan medis Berbagai masalah yang menimbulkan beberapa efek disebabkan oleh anak ADHD di samping yang memengaruhi dalam kelas disebabkan perilaku anak yang cenderung maladaptif kesehatan anak. Smucker & Hedayat (Wood, 2005: 89) menyebutkan atau tidak sesuai. Menurut Latipun bahwa terdapat beberapa efek (2008: 135), perilaku maladaptif atau samping penggunaan terapi obat perilaku bermasalah adalah untuk anak ADHD antara lain sulit

5 tidur (insomnia), kurang nafsu yang dapat digunakan untuk makan, sakit perut, pusing, muncul mengurangi perilaku maladaptif ketegangan saraf yang semakin memburuk, pertumbuhan melambat, tachycardia, tekanan darah naik, muncul kembali perilaku maladaptif setelah pengaruh obat hilang, emosi adalah teknik behavior contract. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Martin dan Pear (2011: 323) bahwa perilaku maladaptif terkait kontrol diri dapat ditangani menggunakan menjadi labil, menjengkelkan, suatu model behavioral kontrak menarik diri dari masyarakat, dan efek merusak. perilaku. Behavior contract atau disebut juga contingency contracting Alternatif lain untuk adalah kontrak antara konseli atau mengurangi perilaku maladaptif siswa dan konselor atau guru untuk pada anak ADHD adalah mengatur keadaan sehingga konseli menggunakan terapi perilaku atau konseling perilaku. Terapi perilaku atau konseling perilaku ini lebih aman bagi kesehatan anak dan menampilkan tingkah laku yang diinginkan Komalasari, Wahyuni, dan Karsih (2011: 172). Kontrak yang akan digunakan ini harus dibuat memiliki hasil yang cenderung berdasarkan kesepakatan antara bertahan lebih lama. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Firestone kedua belah pihak. Anak harus sudah mengetahui ganjaran apa yang ia (Wood, 2005: 95) yang dapat ketika berperilaku sesuai menyebutkan bahwa kemajuan yang dengan kontrak, harapannya supaya didapat dari konseling perilaku anak selalu berusaha untuk bertahan lebih lama, tidak hilang seperti pengaruh obat, sehingga metode nonmedis berperan penting berperilaku yang sesuai. Tujuannya adalah supaya anak ADHD secara sadar dapat memperkirakan akibat dalam mencapai keberhasilan dari tindakan yang ia lakukan, berkesinambungan bagi anak sehingga ia berusaha mengontrol ADHD. perilakunya agar terhindar dari Salah satu teknik terapi akibat yang tidak ia inginkan. Hal perilaku atau konseling perilaku tersebut sejalan dengan pendapat

6 Latipun (2008: 144) yang Variabel terikat dalam menyatakan bahwa dengan behavior penelitian ini adalah 3 target perilaku contract ini,...individu maladaptif subjek ADHD. Target mengantisipasi perubahan perilaku perilaku tersebut adalah mereka atas dasar persetujuan bahwa mengganggu teman secara verbal beberapa konsekuensi akan dan nonverbal (target 1), menyela muncul. penjelasan guru (target 2), dan tidak METODE PENELITIAN dapat mengendalikan diri terhadap Penelitian ini dilakukan makanan dan minuman (target 3). selama satu bulan di SD Al Firdaus Data target perilaku Surakarta tahun Penelitian ini dikumpulkan menggunakan menggunakan metode eksperimental instrumen pencatatan dengan Single Subject Research (SSR) observasi langsung yang dengan desain multiple baseline validitasnya diuji oleh dua orang cross variables. Desain multiple ahli, yaitu ahli dalam bidang baseline cross variables merupakan penanganan perilaku menyimpang desain penelitian yang digunakan dan ahli pengukuran psikologi. jika guru ingin mengubah perilaku Pengumpulan data dilakukan menggunakan satu intervensi yang sebanyak 20 sesi (hari). Pada setiap dapat diterapkan untuk dua atau sesi, data dikumpulkan dengan lebih target perilaku (Sunanto, menggunakan video kamera selama Takeuchi, & Tanaka 2005: 74). dua jam pelajaran (kurang lebih 70 Desain multiple baseline ini menit). Urutan dalam pengumpulan digunakan untuk menunjukkan datanya antara lain: baseline-1 efektivitas suatu tindakan atau mengganggu teman secara verbal perlakuan tanpa kembali ke kondisi dan nonverbal sebanyak 4 sesi, baseline (Martin & Pear, 2011: 273). intervensi-1 sebanyak 16 sesi; Sehingga dalam penelitian ini, setiap baseline-2 menyela penjelasan variabel atau target perilaku diukur pada satu fase baseline dan satu fase guru sebanyak 7 sesi, intervensi-2 sebanyak 13 sesi; dan baseline-3 intervensi (A-B). tidak dapat menahan diri terhadap

7 makanan dan minuman sebanyak 10 sesi, intervensi-3 sebanyak 10 sesi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis visual berbentuk grafik yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap analisis dalam kondisi, dan tahap analisis antar kondisi. HASIL PENELITIAN Baseline-1 Target perilaku yang diamati pada fase baseline-1 ini adalah perilaku mengganggu teman secara verbal dan nonverbal. Fase ini terdiri dari empat sesi, dengan hasil pencatatan sebagai berikut: Tabel 1. Frekuensi Perilaku Mengganggu Teman Verbal dan Nonverbal Baseline-1 Intervensi-1 Intervensi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu: tingkat 1 berupa pemberian motivasi oleh peneliti untuk tidak berperilaku maladaptif selama pembelajaran, tingkat 2 berupa pemberian nasehat dan peringatan ketika subjek berperilaku maladaptif tidak sesuai dengan perjanjian behavior contract, dan tingkat 3 berupa pemberian sanksi sesuai behavior contract jika intervensi tingkat 2 tidak dapat mengatasi perilaku subjek. Berikut data hasil intervensi-1 yang terdiri dari 16 sesi: Tabel 2. Frekuensi Perilaku Mengganggu Teman Verbal dan Nonverbal Intervensi-1 Sesi Verbal Nonverbal Ratarata Frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase baseline-1 ini ratarata sebanyak 20 kali (verbal) dan 24 kali (nonverbal). Sehingga frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini termasuk kategori tinggi. Sesi Verbal Nonverbal Ratarata 5 4

8 Dari Tabel 2, dapat diketahui bahwa perilaku maladaptif subjek yang berupa mengganggu teman berangsur-angsur berkurang. Frekuensi perilaku pada awal fase ini 14 kali (verbal) dan 15 kali (nonverbal), kemudian terus berkurang hingga kurang dari 5 kali. Frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini rata-rata 5 kali (verbal) dan 4 kali (nonverbal), sehingga termasuk dalam kategori rendah. Baseline-2 Target perilaku yang kedua adalah menyela penjelasan guru yang diukur selama 7 sesi pada fase baseline-2 ini. Data hasil pencatatan perilaku subjek antara lain: Tabel 3. Frekuensi Perilaku Menyela Penjelasan Guru Baseline-2 Sesi Menyela Rata-rata 18 frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini termasuk kategori sedang. Intervensi-2 Intervensi-2 ini dilaksanakan selama 13 sesi dengan hasil pencatatan perilaku sebagai berikut: Tabel 4. Frekuensi Perilaku Menyela Penjelasan Guru Intervensi-2 Sesi Menyela Rata-rata 3 Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa perilaku maladaptif subjek yang berupa menyela penjelasan guru berangsur-angsur berkurang. Frekuensi perilaku pada awal fase ini 9 kali, kemudian terus berkurang hingga kurang dari 4 kali. Frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini rata-rata 3 kali, Frekuensi perilaku maladaptif sehingga termasuk dalam kategori subjek pada fase baseline-2 rata-rata rendah. sebanyak 18 kali. Sehingga

9 Baseline-3 Target perilaku pada fase baseline-3 ini adalah tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman. Fase ini terdiri dari 10 sesi dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5. Frekuensi Tidak Dapat Menahan Diri Terhadap Makanan dan Minuman Saat Pelajaran Baseline-3 Sesi Makan&Minum Rata-rata 10 Frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase baseline-3 rata-rata sebanyak 10 kali. Sehingga frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini termasuk kategori sedang. Intervensi-3 Fase intervensi-3 dilaksanakan sebanyak 10 sesi, dengan hasil pencatatan perilaku sebagai berikut: Tabel 6. Frekuensi Tidak Dapat Menahan Diri Terhadap Makanan dan Minuman Saat Pelajaran Intervensi 3 Sesi Makan&Minum Rata-rata 1 Dari Tabel 6, dapat diketahui bahwa perilaku maladaptif subjek yang berupa tidak dapat menahan diri dari makanan dan minuman berkurang. Frekuensi perilaku pada awal fase ini 1 kali, kemudian bertambah menjadi 2 kali pada sesi ke-3. Namun frekuensinya kembali 1 kali pada sesi ke-4, dan stabil hingga sesi terakhir. Frekuensi perilaku maladaptif subjek pada fase ini rata-rata 1 kali, sehingga termasuk dalam kategori rendah. Berikut adalah grafik rangkuman perilaku maladaptif subjek ADHD berdasarkan hasil intervensi 1, 2 dan 3:

10 Frekuensi Kejadian Frekuensi Kejadian Frekuensi Kejadian perpustakaan.uns.ac.id GRAFIK PERILAKU MENGGANGGU TEMAN Sesi Ke- Verbal Nonverbal GRAFIK PERILAKU MENYELA PENJELASAN GURU Sesi Ke- GRAFIK PERILAKU TIDAK DAPAT MENAHAN DIRI TERHADAP MAKANAN DAN MINUMAN Sesi Ke- Gambar 1. Perubahan Frekuensi commit Perilaku to user Maladaptif Subjek

11 Berdasarkan Gambar 1. dapat diketahui bahwa frekuensi ketiga target perilaku maladaptif subjek pemberian intervensi menggunakan teknik behavior contract. Penurunan frekuensi perilaku maladaptif pada mengalami penurunan setelah subjek tersebut menegaskan bahwa mendapatkan intervensi. Frekuensi hipotesis yang diajukan dalam target perilaku 1 yang pada fase penelitian ini dapat diterima. baseline-1 termasuk tinggi, setelah Behavior contract dapat masuk fase intervensi-1 menjadi diterapkan untuk mengurangi rendah. Begitu pula frekuensi target perilaku 2 dan 3 yang pada fase baseline termasuk kategori sedang perilaku maladaptif pada siswa ADHD dengan persetujuan siswa dan masukan dari orang tua (US menjadi rendah setelah mendapatkan Department, 2006). Dalam intervensi. Pada awal fase intervensi, umumnya perilaku subjek belum penelitian ini, peneliti menggunakan teknik behavior contract yang dalam stabil. Hal ini disebabkan subjek penyusunan persetujuannya masih memerlukan penyesuaian diri melibatkan subjek dan guru kelas. terhadap peraturan baru sesuai Hal tersebut dilakukan supaya terjadi dengan behavior contract. Namun keselarasan antara isi perjanjian setelah melewati beberapa sesi dengan peraturan di dalam kelas juga dalam fase intervensi, perilaku keadaan subjek. subjek kemudian menjadi stabil. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap subjek ADHD, dapat diketahui bahwa behavior contract dapat mengurangi perilaku Teori induk yang menurunkan teknik behavior contract adalah modifikasi perilaku. Martin & Pear (2011: 323) menyebutkan bahwa terdapat suatu model behavioral yang dapat digunakan untuk kontrol maladaptif secara efektif siswa diri yang disebut self-control ADHD pada saat pembelajaran program (program kontrol diri). berlangsung. Hal tersebut dapat Self-control program digunakan dilihat dari berkurangnya frekuensi untuk mengatasi permasalahan perilaku maladaptif subjek setelah perilaku terkait kesulitan

12 mengendalikan diri. Komponen atau perjanjian. Intervensi yang penting dalam program ini adalah diberikan oleh guru berupa nasehat, suatu kontrak yang memuat motivasi, dan peringatan supaya permasalahan dan tujuan, langkahlangkah pencapaian tujuan, tanggal berlaku, dan tanda tangan sebagai bukti persetujuan. Kontrak tersebut digunakan sebagai media untuk mengatasi permasalahan perilaku terkait kontrol diri yang kemudian subjek berperilaku adaptif. Jika peringatan yang diberikan oleh guru tidak dihiraukan (subjek melanggar kontrak lagi), guru akan memberikan sanksi sesuai isi kontrak, yaitu dapat berupa subjek mengerjakan di luar kelas, subjek tidak mendapatkan disebut behavior contract. snack siang (diberikan setelah Dalam penelitian ini, subjek pulang sekolah), dan atau jam memiliki karakteristik perilaku istirahat subjek dikurangi. Ketika maladaptif yang termasuk dalam subjek dapat mengendalikan diri kesulitan kontrol diri berupa untuk tidak mengganggu teman, mengganggu teman secara verbal dan nonverbal, menyela penjelasan guru, dan tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman saat pembelajaran. Sehingga, behavior subjek mendapatkan penghargaan berupa stiker, kertas gambar, dan atau bolpoin warna pada setiap akhir sesi. Selain berkurangnya perilaku contract ini sangat sesuai untuk maladaptif subjek, peneliti mengatasi permasalahan subjek. menemukan bahwa subjek mulai Hasil pencatatan perilaku memiliki rasa tanggung jawab menunjukkan bahwa subjek terhadap diri sendiri. Menurut memiliki perilaku maladaptif dengan Purwanto (Kurniawati, 2014), frekuensi yang tinggi. Setelah tanggung jawab merupakan memasuki fase intervensi, perilaku kesanggupan seseorang subjek cenderung menurun. melaksanakan tugas atau kewajiban Penyebabnya adalah kesegeraan dengan sebaik-baiknya. Bentuk intervensi yang diberikan oleh guru munculnya rasa tanggung jawab setelah subjek melanggar kontrak pada diri subjek antara lain subjek

13 mulai merasa perlu untuk moral. Sikap-sikap baik dapat mengerjakan tugas atau mencatat pelajaran yang diberikan. Subjek mulai terlihat rajin menulis dari pada melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan perilaku maladaptif. Rasa empati pada diri subjek ditumbuhkan pada diri siswa ADHD dengan berbagai cara seperti nasehat, diskusi, pemberian motivasi, dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muhtadi (2009) yang menyebutkan bahwa sikapsikap juga mulai tumbuh setelah baik seperti empati dan memasuki fase intervensi. Empati tanggung jawab dapat ditumbuhkan menurut Ahmadi (Muhtadi, 2009) melalui keteladanan, cerita adalah sikap memahami orang lain atau kecenderungan memposisikan diri sebagai orang lain, sehingga muncul perilaku atau tindakan dalam situasi orang lain. Salah satu bentuk rasa empati yang ditunjukkan subjek bermoral, teguran secara verbal, pengalaman langsung, kebersamaan dalam bermain, dan pembiasaan. Dalam penelitian ini, sikap tanggung jawab dan empati subjek mulai pada fase intervensi, di mana pada fase berupa mau membantu guru tersebut guru kelas secara langsung membawakan barang berupa tas atau buku tanpa diminta sama sekali. dan terus menerus memberi teguran dan nasehat setiap kali subjek Sebelum dilakukan penelitian, berperilaku maladaptif. subjek cenderung acuh terhadap Meskipun terjadi perubahan guru atau orang lain yang perilaku pada subjek, penelitian ini menurutnya tidak begitu menarik. masih jauh dari kata sempurna. Temuan-temuan tersebut Dalam penelitian ini masih terdapat menunjukkan bahwa anak ADHD beberapa kekurangan yang perlu yang memiliki kemampuan perlu diperhatikan, antara lain sosialisasi rendah dan pengendalian penelitian tentang perilaku ini emosi yang buruk (Wood, 2005: membutuhkan waktu yang cukup 123) masih memiliki harapan untuk lama, hal tersebut dikarenakan dapat menjadi lebih sociable dan subjek belum terbiasa dengan berperilaku baik sesuai etika dan behavior contract yang diterapkan.

14 Selain itu, proses untuk mengatasi atau mengurangi perilaku maladaptif ini membutuhkan kerja sama semua pihak, tidak hanya subjek dengan peneliti dan guru kelas atau guru mata pelajaran saja. Partisipasi dari teman sekelas subjek juga diperlukan, supaya tidak muncul perilaku lain yang tidak diinginkan. Pemberian intervensi, sanksi, dan penghargaan lebih efektif jika diberikan oleh pihak yang ditakuti atau disegani oleh subjek (misalnya guru kelas). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diketahui bahwa teknik behavior contract dapat mengurangi perilaku maladaptif siswa ADHD dengan efektif. Kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian lain selanjutnya supaya lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa behavior contract dapat mengurangi 3 target perilaku maladaptif subjek perilaku 1 yang berupa mengganggu teman secara verbal dan nonverbal berangsur-angsur menurun pada fase intervensi-1 dengan pola yang konsisten. Frekuensi target perilaku 2 yang berupa menyela penjelasan guru juga berangsur-angsur menurun pada fase intervensi-2 dengan pola awal kurang stabil. Target perilaku subjek mengalami sedikit keterlambatan mencapai stabilitas, yaitu dimulai pada sesi ke-8 dari 13. Frekuensi target perilaku 3 yaitu tidak dapat menahan diri terhadap makanan dan minuman juga berkurang pada fase intervensi dengan pola yang berbeda. Target perilaku 3 ini sudah tampak stabil dari sesi ke-4. Dengan hasil penelitian ini, dapat disarankan agar teknik behavior contract diterapkan juga untuk mengatasi hambatan akademik yang disebabkan oleh perilaku belajar siswa yang kurang tepat. DAFTAR PUSTAKA penelitian yang merupakan siswa Baihaqi, MIF. & Sugiarmin, M. ADHD daat kegiatan pembelajaran (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD. berlangsung. Frekuensi target Bandung: Refika Aditama.

15 Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks. Kurniawati, R. (2014). Penanaman Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Pelaksanaan Ulangan Harian dalam Mata Pelajaran PKn: Studi Kasus Siswa Kelas VII B MTs Muhammadiyah 07 Klego Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Artikel diperoleh 8 Mei 2016 dari Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Martin, G. L. (2008). Terapi untuk Anak ADHD. Terj. T. Hendi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer (Buku asli diterbitkan 1998). Martin, G. & Pear, J. (2011). Behavior Modification: What It Is and How To Do It. Boston: Prentice Hall. Muhtadi, A. (2009). Pengembangan Empati Anak Sebagai Dasar Pendidikan Moral. Artikel diperoleh 8 Mei 2016 dari Praptiningrum, N Fenomena Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Versi elektronik. Jurnal Pendidikan Khusus, 7 2, Diperoleh 4 Januari 2016, dari Strahun, J., O Connor, A. & Peterson, R. L. (2013). Behavior Contracting. Diperoleh 20 Januari 2016 dari d. Sunanto, J., Takeuchi, K. & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. Diperoleh 20 Januari 2016 dari US Department of Education. (2006). Teaching Children With Attention Deficit Hyperactivity Disorder: Instructional Strategies and Practices. Diperoleh 20 Januari 2016 dari Wood, D. et al. (2005). Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Terj. Ivan T. & Ernestina V. Yogyakarta: Katahati.