TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)
|
|
- Susanti Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DM. RIA HIDAYATI F FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden age (0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat. Hal ini mengisyaratkan bahwa apabila anak diberikan banyak stimulus dan latihan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh, maka perkembangan pada aspek kognitif, motorik, serta afektif bisa dicapai secara optimal yang akan mendukung perkembangan anak selanjutnya. Hal ini tentu saja bisa dicapai apabila anak tumbuh secara normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita anak baik secara fisik, psikologis maupun perilakunya. Sebaliknya jika anak memiliki gangguan fisik seperti kecacatan tubuh/hendaya fisik, maupun psikologis seperti autisme, hiperaktif, enuresis, serta gangguan perilaku, maka dapat menghambat perkembangan dan pertubuhannya pula. Salah satu gangguan yang cukup menghambat proses perkembangan anak adalah gangguan perilaku, karena dapat memunculkan banyak permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Suatu bentuk gangguan perilaku yang umumya terjadi pada anak usia dini dan usia sekolah adalah hiperaktivitas atau ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang didalamnya mengandung simpton perhatian yang kurang, hiperaktif, dan impulsif. Gangguan ini umumnya menyebabkan anak menghadapi berbagai permasalahan baik
3 pada dirinya sendiri, keluarga, sekolah, teman sebaya, dan lingkungan sekitarnya. Secara umum ADHD paling banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dengan persentase 3-5% dan lebih sering dialami oleh anak laki-laki (Walker & Michael, 1992; National Institutes Health,1998; Everett & Everett, 1999; American Academy of Pediatrics,2000). Persentase ADHD Di Indonesia pada anak-anak usia sekolah secara pasti masih belum diketahui karena peningkatan jumlah kasusnya sangat bervariasi. Ekowarni (2003) menyebutkan data dari unit Psikiatri Anak (day care) RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan adanya peningkatan (sebesar 3.33%) jumlah pasien anak ADHD dengan berbagai karakteristik dari tahun 2000 ke tahun 2001, yakni dari 60 anak menjadi 86 anak. Data jumlah anak ADHD dengan berbagai karakteristik di RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2001 adalah 30 anak dengan ADHD yang tanpa disertai gangguan lain (32,96%), 15 anak dengan ADHD dan gangguan tingkah laku (16.48%), 8 anak dengan spektrum autis (8.79%), 12 anak dengan ADHD dan epilepsi (13.19%), 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa (14.28%), 6 anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang (6.59%) dan 2 anak dengan ADHD dan antisosial (2.20%). Dari 30 anak ADHD pada tahun 2001 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdapat 21 anak laki-laki (70%) dan 9 anak perempuan (30%). Mereka terdiri atas berbagai golongan usia, yaitu : 9 anak dengan usia 3-5 tahun (30%), 18 anak dengan golongan usia 6-8 tahun (60%), 2 anak dengan golongan usia 9-12 tahun (6.67%), dan 1 anak dengan golongan usia di atas 12 tahun (3.33%) Hal yang cukup menarik diperhatikan bahwa persentase anak yang mengalami gangguan ADHD tanpa disertai gangguan mental lainnya (seperti autism) atau
4 ADHD murni menunjukkan angka cukup besar yaitu 32,96%. Kenyataan ini memberikan suatu gambaran bahwa ADHD murni banyak terjadi, dan untungnya jika tidak disertai gangguan mental lain, maka proses terapi akan lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan anak ADHD disertai dengan gangguan mental lainnya. Meskipun demikian, permasalahan umum anak ADHD yaitu permasalahan pada aspek fisikal, perilaku, kognitif, akademik, sosial, dan emosi. Problem-problem tersebut akan menghambat anak untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya dan mengganggu orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan sederhana namun cukup efektif untuk membantu perkembangan anak ADHD selanjutnya (Ekowarni,2003) Ekowarni (2003) menambahkan beberapa tindakan penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu anak ADHD antara lain terapi modivikasi perilaku, terapi keluarga, manipulasi lingkungan, terapi pendukung (seperti pelatihan keterampilan sosial, pengajaran tambahan, dan terapi kelompok), terapi diet dan terapi obat. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada penanganan dengan modivikasi perilaku anak. Menurut Ross & Ross (1982) terapi modivikasi perilaku dapat membantu mengatasi problem ADHD pada anak. Beberapa hasil penting dalam fungsi seharihari pada anak-anak ADHD yang dapat dicapai dalam modivikasi perilaku adalah : kepatuhan mengikuti perintah, pengendalian perilaku hiperkatifitas, peningkatan disiplin, kemandirian dan tanggung jawab, perbaikan prestasi akademik, perbaikan hubungan dengan anggota keluarga dan relasi sosial. Salah satu bentuk modivikasi perilaku yang umumnya dilakukan oleh terapis anak ADHD adalah time out
5 Time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berfikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya. Pendekatan ini merupakan alat yang tepat untuk anak-anak berusia 18 bulan sampai 10 tahun. Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau melempar barang-barang (Martin, 2008) Suatu penelitian time out telah dilakukan oleh Powers (1983) untuk menangani kebiasaan menggigit pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang pada minggu ke 9 dan 10. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa time out merupakan salah satu alternatif efektif untuk mengurangi intensitas perilaku anak yang tidak diharapkan (dalam kasus ini menggigit). Hal ini berarti time out dapat pula digunakan pada penanganan anak ADHD untuk meningkatkan perilaku yang positif dalam keseharian. Fabiano (2003) melakukan sebuah penelitian time out pada anak ADHD dengan 2 setting, yaitu time out dengan durasi waktu singkat (5 menit) dan lama (15 menit), serta tidak menggunakan time out pada 71 anak ADHD. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa time out lebih unggul untuk mengurangi intensitas perilaku agresif, merusak barang-barang, serta perilaku melawan dibandingkan dengan yang
6 tidak menggunakan time out. Dalam hal ini, perbedaan individu (individual differences) dianggap sebagai suatu faktor yang menybabkan perbedaan respon pada anak terhadap pemberlakuan time out. Oleh karena itu time out diindikasikan sebagai suatu metode efektif untuk mengurangi perilaku negatif pada anak ADHD. Keberhasilan beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa time out telah menjadi alternatif penanganan anak ADHD di luar negeri. Hal ini kemudian menjadi sebuah rekomendasi untuk melakukan penelitian tentang time out sebagai alternatif modivikasi perilaku dalam pananganan beberapa anak ADHD di suatu wilayah di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi positif untuk pembentukan perilaku anak ADHD yang lebih terarah, karena time out merupakan suatu pendekatan yang sederhana dan efektif jika dilakukan dengan konsisten. Pencapaian keberhasilan suatu terapi anak ADHD, baik terapi okupasi, wicara, maupun modivikasi perilaku, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan terapis yang menangani, akan tetapi pentingnya peran orang tua dalam mendukung program yang telah diatur dalam proses terapi agar mendapatkan hasil yang maksimal (penelitian Powers, 1983). Selama ini, orang tua kerap kali mempercayakan kemajuan perkembangan anak dalam proses terapi pada terapis bersangkutan tanpa adanya peran serta secara aktif dalam setiap terapi yang diikuti oleh anak tersebut. Padahal jika ditinjau lebih lanjut, adanya peran orang tua dalam sesi terapi anak ADHD akan sangat membantu keberhasilan terapi tersebut.
7 Sebagian program untuk anak ADHD berfokus pada pelatihan bagi orang tua, padahal program itu tidaklah berkaitan langsung dengan anaknya. Oleh karena itu, dalam suatu proses terapi sebaiknya orang tua dan anak bekerjasama sebagai tim. Sebuah contoh program diakukan oleh Myers (2008) yaitu a broad spectrum approaches (pendekatan menggunakan rehabilitasi kognitif, modivikasi perilaku, dan terapi relaksasi) yang didalamnya terintegrasikan sikap AKU BISA untuk meningkatkan prestasi belajar dan perubahan perilaku. Program ini mengajarkan orang tua dan anak kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan sosial sebagai improvisasi motivasi dan harga diri. Program ini menunjukkan keberhasilan dimana seorang anak ADHD akan merasa mampu menganalisis kemampuan yang seharusnya dikuasai seperti : perhatian, konsentrasi, pengorganisasian ingatan serta kontrol diri. Terapi lain seperti modivikasi perilaku juga melibatkan orang tua seperti yang dipaparkan oleh Judarwato (2008) bahwa orang tua sebaiknya selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modivikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah hendaknya mengajarkan anak dan memberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta memberi kesempatan mereka untuk secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan. Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya
8 dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif. Bila hal ini tidak berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai. Pelaksanaan terapi modivikasi perilaku dalam penelitian ini, yaitu time out, orang tua memegang peran utama sebagai terapis di rumah, sehingga keberhasilan orang tua dalam membentuk perilaku anak ADHD yang lebih positif akan mempengaruhi keberhasilan anak dalam terapi dan aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, program sederhana modivikasi perilaku anak ADHD dengan time out akan dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga, dimulai dari sosialisasi program pada anak, pelaksanaan, sampai proses evaluasi, sehingga orang tua dapat memahami kondisi anak ADHD yang sebenarnya, dan anak akan memiliki kualitas dan kuantitas komunikasi yang lebih baik dengan keluarganya. (Martin, 2008) Martin (2008) menjelaskan jika pelaksanaan time out dilakukan di rumah, maka bisa dilakukan dengan menggunakan sebuah kursi yang diletakkan di tempat yang sunyi dan membosankan. Namun jika anak melakukan kesalahan di luar rumah, orang tua bisa memberikan karcis time out untuk melaksanakan hukuman saat tiba di rumah atau memberikan time out di tempat kejadian. Durasi time out sebaiknya diterapkan maksimal 5 menit dan kesalahan yang dilakukan merupakan pelanggaran terhadap peraturan rumah yang telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip pelaksanaan time out adalah konsistensi yang tinggi agar anak memahami bahwa orang tua
9 memegang kendali besar dalam perilakunya sehari-hari dan penerapan time out ini serius adanya. Penerapan time out penting untuk diimbangi dengan adanya pemberian penguatan positif (positive reinforcement) seperti pujian dan hadiah saat anak mampu berperilaku baik. Sehingga anak akan mendapatkan time out saat dia melakukan pelanggaran, namun ia akan mendapatkan hadiah atau pujian saat ia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik atau berkelakuan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar anak mampu meningkatkan perilaku yang baik dengan cara mengurangi intensitas melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan. Ini merupakan tujuan umum dari penanganan yang dilakukan oleh banyak terapis anak ADHD. B. Rumusan Masalah Berdasarkankan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana efektivitas aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)? 2) Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)?
10 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Memaparkan efektivitas aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) 2) Memaparkan faktor pendukung keberhasilan aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) D. Manfaat Penelitian Penelitian yang baik adalah hasilnya dapat memberikan kontribusi konstruktif bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi: a) Orang tua anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) agar bisa menggunakan time out sebagai alternatif terapi di rumah guna mendukung terapi yang telah diikuti anak sebelumnya. Selain itu, pentingnya peran orang tua dalam keberhasilan terapi sehingga akhirnya bersedia terlibat lebih intens dalam proses terapi untuk menjadi supporter utama anak. b) Guru dan terapis anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) untuk menggunakan time out sebagai alternatif modivikasi perilaku dalam menangani anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) atau masalah perilaku anak lain di sekolah c) Peneliti bidang psikologi khsusnya gangguan anak untuk dapat menggunakan time out sebagai alternatif terapi dalam penanganan berbagai masalah perilaku anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugrah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden (0-3 tahun)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. Pendidikan berlaku untuk semua anak, tanpa memandang jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada gangguan perilaku anak. Namun dalam ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki gangguan autisme atau pemusatan perhatian (hiperaktif).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciKarakteristik Anak Usia Sekolah
1 Usia Sekolah Usia Sekolah 2 Informasi Umum dengan Disabilitas 3 Usia Sekolah Anak dengan Disabilitas Anak Dengan Disabilitas adalah anak yang mempunyai kelainan fisik dan/ atau mental yang dapat mengganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki
Lebih terperinciMENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA
i MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciII. Deskripsi Kondisi Anak
I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciMemahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Oleh: H i d a y a t Apakah itu "ADHD"? Sebelumnya para orang tua dan guru menggambarkan anak-anak yang mudah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG
54 BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG A. Kekuatan dan Kelemahan dari Program Penanganan Anak ADD di MI Walisongo Semarang 1. Kekuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI MUHAMMADIYAH CEPORAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan dapat terpenuhi jika ada pertolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Epilepsi merupakan gangguan neurologis yang paling sering diderita oleh anak dan menjadi beban terbesar bagi anak (Novriska, 2013). Epilepsi sering terdiagnosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di dalam kandungan. Pertumbuhan serta perkembangan anak yang normal menjadi impian setiap
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Januari sampai dengan 8 Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER
Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga
Lebih terperinciPedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.
Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan
Lebih terperinciOleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki
Lebih terperinciADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi DEFINISI ADHD Ialah : anak yang memiliki kesulitan memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada tugas yang sedang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sosial dan kepribadian anak usia dini ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan mendekatkan diri pada
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi
HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi merupakan suatu usaha seseorang untuk memusatkan perhatiannya terhadap apa yang dilakukan. Kosentrasi berguna bagi seseorang dalam menyelesaikan semua
Lebih terperinciPenyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.
Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty Abstrak Kesibukan orangtua yang bekerja berdampak pada kurang diperhatikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan. Hal senada dikemukakan oleh David C.McClelland. McClelland. Sebenarnya inti teori motivasi yang dikemukakan oleh David
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku seseorang didorong ke arah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan dapat menyebabkan adanya dorongan internal yang menggerakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang telah menikah pastilah mendambakan hadirnya buah hati di tengah-tengah kehidupan mereka, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam berinteraksi
Lebih terperinciPedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Lebih terperinciPENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini peneliti memaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Penelitian Hasil pengamatan
Lebih terperinciSEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK
SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman mulai banyak keluarga yang melahirkan anak-anak dengan berkebutuhan khusus karena mereka terlahir dengan gangguan fisik atau psikis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciVolume 2 Nomer 1 Juli 2016
PROFIL SISWA AUTIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI FILIAL SLBN BEKASI JAYA Syarifah Komala Dewi 1) dkk dan Rahmita Nurul Muthmainnah 2) Universitas Muhammadiyah Jakarta 1) syarifahkomala@gmail.com 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada
Lebih terperinci1. Disregulasi Neurologik
Berdasarkan beberapa bukti penelitian yang pernah dilakukan dapat diketahui paling tidak ada enam faktor penyebab kenakalan remaja, dan masing-masing faktor tidak berdiri sendiri. Keenam faktor tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis adalah gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak sebelum anak berusia 3 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan yang matang suatu bangsa akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini, terlebih lagi dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia merupakan perubahan yang bersifat progresif dan berlangsung secara berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap perkembangan akan
Lebih terperinciE-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)
Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Vika Putri Erianny. 2016. Mengurangi Perilaku Hiperaktivitas Melalui Prosedur
Lebih terperinciPENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin
PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Pengantar Perhatian pemerintah dan masyarakat Upaya bantuan Sumber dukungan Tantangan dan Peluang Konsep Anak Autis dan Prevalensi Autism = autisme yaitu nama
Lebih terperinciBAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh pola pikir yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelekatan (attachment) adalah sebuah ikatan afektif yang terus bertahan, yang ditandai oleh kecendrungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan figur tertentu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai
BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai dari masa pra lahir, masa bayi, masa awal anak-anak, pertengahan masa anakanak dan akhir
Lebih terperinciPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015
LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERSTRUKTUR PADA PENGASUH UTAMA ANAK ADHD TERHADAP PENURUNAN DERAJAT KEPARAHAN ADHD DI UNIT RAWAT JALAN PSIKIATRI ANAK RSUD dr SOETOMO SURABAYA Oleh: Saiful
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat di belahan dunia manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses tumbuh kembang dimulai dari dalam kandungan, masa bayi, dan masa balita. Setiap tahapan pada tumbuh kembang anak memiliki ciri khas tersendiri, sehingga jika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciTHE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM
THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM Theresa SolisK.;Mark. Derby And T.F McLaughin Gonzaga university
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling berkaitan. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan kejadian serebrovaskular yang terjadi mendadak dengan tanda-tanda klinis gangguan fokal atau global dari fungsi serebral yang menetap minimal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan
Lebih terperinci2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk
Lebih terperinciPelaksanaan Penelitian a. Target perilaku yang diharapkan b. Pelaksanaan Penelitian c. Treatment yang Dilakukan dalam Penelitian Hasil Penelitian
22 koefisien reliabilitas α sebesar 0,448 dan 0,330(untuk rater 1 dan rater 3), koefisien reliabilitas α sebesar 0,573 dan 0,760(untuk rater 2 dan rater 3), serta koefisien reliabilitas α sebesar 0,775
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga pada masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu ingin bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis belakangan ini, juga diperbincangkan dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciPOLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1
POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : YULI TRI ASTUTI F 100 030
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak setiap anak. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI
PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Siswanya sering berpindah berpindah dari satu
Lebih terperinciPERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA. Hj. Rasmi Amin. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan
1 PERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA Hj. Rasmi Amin Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan
Lebih terperinciRentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya
TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini, akan dijelaskan metodologi penelitian. Metodologi
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengantar Dalam bab ini, akan dijelaskan metodologi penelitian. Metodologi penelitian ini berisi apa saja proses yang diperlukan dan data apa saja yang diperlukan ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan harapan bagi setiap orang tua agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap orang tua berharap
Lebih terperinciPENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS
PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PROGRAM INTERVENSI DINI Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas (Metode Lovaas) ABA (Applied Behaviour Analysis) TEACCH (Treatment
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dengan rentang usia 0-6 tahun, merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan atau The Golden Age. Dalam
Lebih terperincikeberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinci