BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan salah satu produk alam yang sangat penting. Sekitar sepertiga luas permukaan lahan dunia tetutup oleh hutan yang mengadung persediaan pertumbuhan total kayu sekitar juta m 3. Selama abad ini konsumsi kayu dunia naik sangat tajam dan diramalkan akan terus naik dengan cepat. Namun disisi lain kayu merupakan bahan dasar yang sangat modren. Kubahkubah kayu yang besar dan perabot rumah yang indah membuktikan kegunaan dan keindahaan. Bahkan dalam bentuk alih seperti kayu lapis, dan papan serat, sehingga kayu telah menjadi bahan bagunan yang sangat berharga. Disamping itu, kayu merupakan bahan dasar pulp dan kertas, serat, film dan produk-produk lainnya (Fengel,D. 1995). Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan bahan lain. Pengertian kayu disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut dan bagian bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan, baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Dumanauw, J.K.1993).

2 2.2. Sifat-Sifat Umum Kayu Sifat kayu dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yakni : Sifat Fisik Kayu Ada beberapa hal yang digolongkan dari sifat sifat fisik kayu adalah; Berat jenis, Keawetan alami, Warna kayu, Higroskopis, Tekstur dan Serat. 1. Berat jenis Berat jenis merupakan petunjuk yang sangat penting bagi aneka sifat kayu. Semakin berat kayu tersebut, umumnya makin kuat kayu nya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya. Berat antara lain ditentukan oleh dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume kayu dengan volume air yang sama pada suhu standar. 2. Keawetan alami kayu Keawetan alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak dari luar seperti; jamur, rayap, bubuk, dan makhluk lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusakperusak kayu, sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk dan tinggal didalamnya serta merusaknya. 3. Warna kayu Ada beraneka ragam warna kayu antara lain warna kuning, keputihan-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitaman-hitaman, kemerah-merahan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor berikut; tempat didalam batang, umur pohon, kelembapan udara. Kayu keras umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih gelap dari warna bagian kayu yang ada disebelah luar kayu kertas.

3 4. Higroskopis Kayu mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembapan. Kelembapan kayu sangat dipengaruhi oleh kelembapan dan suhu udara pada suatu saat. Semakin lembap udara sekitarnya akan semakin tinggi pula kelembapan kayu sampai tercapai kesetimbangan dengan lingkungannya. 5. Tekstur Teksur adalah ukuran relatif sel-sel kayu, yaitu serat-serat kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan menjadi ; a. Kayu yang bertekstur halus; Kayu Giam, Kayu Lara, dan Kayu Kulim b. Kayu bertekstur sedang; Kayu Kati, dan Kayu Sonokeling c. Kayu bertekstur kasar; Kayu Kempas dan Kayu Meranti 6. Serat Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu didalam kayu terhadap sumbu batang pohol asal potongan tadi. Arah serat ditentukkan oleh alur-alur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dapat dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang dikatakan kayu itu berserat mencong Sifat Mekanik Kayu Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar yakni gaya-gaya diluar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda.

4 Dalam hubungan ini dapat dibedakan beberapa macam kekuatan, sebagai berikut : 1. Kekerasan Yang dimaksud kekerasan kayu adalah suatu ukuran kekuatan kayu menahan gaya yang membuat takik atau lekukan. Juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan atau abrasi dimana kekerasan juga merupakan suatu ukuran ketahanan kayu terhadap pengausan. 2. Kekakuan kayu Kekakuan kayu suatu ukuran kekuatan kayu untuk mampu menahan perubahan bentuk atau lengkungan dimana sering disebut dengan istilah Modulus Elastisitas. 3. Keteguhan tarik Keteguhan tarik kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan dari gaya-gaya yang berusaha menarik kayu, dimana kekuatan tarik terbesar pada kayu adalah sejajar arah serat Sifat Kimia Kayu Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenisjenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap makhluk penyerang kayu, selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu (Dumanauw,F.1995) Komposisi Kimia Kayu Kayu merupakan bahan organik, yakni tersusun atas senyawa karbon. Dengan banyaknya keberagaman diantara jenis jenis yang berbeda, kayu mengandung 3 unsur penting didalam nya, yaitu Karbon, Oksigen dan Hidrogen (Tabel 2.1).

5 Nitrogen dan beberapa senyawa anorganik lainnya, seperti Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium dan Silikon, juga merupakan senyawa esensial yang kebanyakan terlibat dalam metabolisme siklus sel selama pembentukan dan pertumbuhan kayu. Tabel 2.3 Komposisi Kimia Kayu Unsur % Berat Kering Karbon C 49 Hidrogen H 2 6 Oksigen O 2 44 Nitrogen N 2 < 1 Unsur Anorganik Na, Ca, K, Mg, Si << 1 Pada tahap yang tertinggi, beberapa unsur unsur ini membentuk molekulmolekul besar yakni polimer, yang mana Selulosa, Hemiselulosa, dan Lignin memainkan peranan penting pada penyusun dinding sel (Sixta,H. 2006). 2.4.Komponen Kimia Kayu Komponen kimia bahan baku pulp merupakan suatu gabungan dari kelompok senyawa senyawa kimia yaitu selulosa yang merupakan komponen penyusun utama, sedangkan komponen penyusun nya sering berkaitan dengan selulosa, yaitu hemiselulosa. Disamping selulosa dan hemiselulosa masih terdapat senyawa kimia yang lebih kompleks yaitu lignin yang berfungsi sebagai perekat antara kelompok selulosa dan senyawa kimia bermolekul rendah yang dapat larut dalam air atau pelarut organik yang disebut zat ekstraktif. Selain dari itu dalam kayu terdapat pula zat anorganik (mineral) dalam jumlah kecil. Berdasarkan perbedaan komposisi kayu, kayu digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Kayu keras (hardwood) dan Kayu lunak (softwood).

6 Tabel 2.4. Komposisi Rata Rata dari Kayu Keras dan Kayu Lunak Komponen % Komposisi Kayu Keras (Hardwood) Kayu Lunak (Softwood) Selulosa 45 ± 2 % 42 ± 2 % Hemiselulosa 30 ± 5% 27 ± 2 % Lignin 20 ± 4 % 28 ± 3 % Ekstratif 5 ± 3 % 3 ± 2 % Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Wood Yard Selulosa Selulosa adalah bagian utama dari dinding sel kayu yang berupa polimer karbohidrat glukosa dan memiliki komposisi yang sama seperti pati. Beberapa molekul selulosa membentuk suatu rantai selulosa. Selulosa juga termasuk polisakarida yang mengidentifikasikan bahwa didalamnya terdapat senyawa gula. Rumus kimia selulosa adalah (C 6 H 10 O 5 ) n dimana n adalah jumlah pengulangan unit glukosa. Gambar Struktur kimia molekul selulosa Faktor faktor yang memungkinkan selulosa digunakan untuk memproduksi pulp dan kertas adalah sebagai berikut : a. Jumlah nya nya yang banyak sehingga harganya murah b. Secara alamiah berwarna putih c. Zat ini umumnya berbentuk serat dan kekuatan tarik nya sangat tinggi d. Tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik e. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia.

7 Hemiselulosa Hemiselulosa juga merupakan yang dibentuk dari gula sebagai komponen utamanya. Berbeda dengan selulosa yakni hanya merupakan polimer dari 5 jenis polimer yang berbeda yaitu Glukosa, Manosa, Galaktosa, Xylosa dan Arabinosa. Hemiselulosa memiliki derajat polimerisasi 300 ke bawah. Selama pembuatan pulp, hemiselulosa lebih cepat bereaksi dibandingkan selulosa. Selulosa cukup tahan dalam proses pembuatan pulp dan pemutihan pulp (bleaching) sedang kan hemiselulosa akan mengalami degradasi dan sebagian terbuang Lignin Lignin adalah polimer yang sangat kompleks yang tersusun dari unit-unit fenil propana yang membentuk dinding sel pada kayu. Lignin merupakan komponen nonkarbohidrat utama pada kayu dan juga merupakan perekat antara serat serat kayu. Komponen ini harus dihilangkan pada proses pemutihan agar mutu pulp yang dihasilkan lebih baik karena lignin dapat menyebabkan pulp berwarna coklat. Lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi turunan yang dapat larut. Turunan lignin yang dapat larut dibentuk dengan memperlakukan kayu pada suhu tinggi dan memberikan larutan yang mengandung Belerang Oksida (SO 2 ) dan ion ion Hidrogen Sulfida (H 2 S). Lignin juga dapat larut sebagai alkali lignin pada kayu dengan suhu tinggi (170 o C) dengan menambahkan NaOH dan Na 2 S (Annonim, 1995) Zat ekstraktif Kayu biasanya mengandung sejumlah kecil zat zat yang bervariasi yang sering di sebut ekstraktif. Zat zat ini dapat diekstraksikan dari kayu baik dengan menggunakan air ataupun pelarut organik seperti eter atau alkohol.

8 Asam lemak, resin, lilin, terpentin dan senyawa senyawa fenol adalah beberapa kelompok yang menyusun zat ekstraktif. Kebanyakan bahan bahan ekstraktif ini dihilangkan dalam pembuatan pulp dengan proses kraft. Lemak, asam lemak dan resin dapat diubah menjadi sabun dengan proses kraft dan dapat dilarutkan dalam larutan pemasak. Sabun sabun ini nantinya dapat dipisahkan dari lindi hitam atau diubahkan kembali menjadi minyak Tall. Beberapa zat ekstraktif yang tidak terlarut dapat menyebabkan masalah pada proses kraft dalam pembuatan pulp dan pembuatan kertas, dimana akan membentuk tumpukan yang akan lengket pada peralatan seperti saringan dan kabel (Annonim, 1994) Teori Umum Pulp Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama dari pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanik atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia, semi kimia, kimia mekanik. Istilah-istilah Pulp Rendemen Tinggi sering secara bersama digunakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari pulp-pulp yang kaya lignin yang memerlukan defibrasi secara mekanik. Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dalam mana lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana-bejana pemasak (digester) atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Hampir semua produksi pulp kimia didunia saat ini didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat (kraft). Pada pembuatan pulp kraft system pemasakan alkali bertekanan pada suhu tinggi. Menurut metode yang diusulkan oleh C. watt dan H.burgess, larutan Natrium Hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Leburan, yang terdiri atas Natrium

9 Karbonat, diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dan Kalsium Hidroksida (kaustisasi), karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda. Sejak tahun 1960-an produksi pulp kraft juga telah naik lebih cepat dari pada pulp sulfit karena beberapa faktor seperti pemulihan bahan kimia yang lebih sederhana dan lebih ekonomis dan sifat-sifat pulp yang lebih baik dalam hubungannya dengan kebutuhan pasar. Pengenalan bahan-bahan pengelantang yang efektif, terutama Klorin Dioksida telah menghapuskan kesukaran-kesukaran terdahulu mengenai pengelantangan pulp-pulp kraft menjadi derajat putih yang tinggi dan pra-hidrolisis kayu telah memungkinkan untuk menghasilkan pulp-pulp pelarutan (dissolving pulp) berkualitas tinggi dengan proses kraft. Proses kraft ini juga mempunyai sisi kelemahan yang sukar diatasi yaitu gasgas berbau tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pengelantang yang tinggi pada pulp-pulp kraft kayu lunak. Namun menurut perkembangan terakhir dapat diharapkan bahwa modifikasi-modifikasi baru akan membawa perbaikan-perbaikan dalam hal kebutuhan-kebutuhan lingkungan (Sjostrom, 1995). Untuk memisahkan serat selulosa dari bahan berserat seperti kayu dapat dilakukan dengan 3 metode pemisahan, yakni : 1. Metode Pembuatan Pulp Secara Mekanik 2. Metode Pembuatan Pulp Secara Semikimia 3. Metode Pembuatan Pulp Secara Kimia. Adapun pembuatan pulp secara kimia dapat dikelompokkan kedalam 3 bagian, yakni : a. Proses Soda b. Proses Sulfit c. Proses Sulfat Pembuatan Pulp Secara Mekanik

10 Pembuatan pulp secara mekanik, serat serat dipisahkan melalui energi mekanik. Pada proses ini diperlukan penggilingan kayu secara basah untuk mendapatkan hasil serat pulp % tetapi dapat menyebabkan kerusakan pada serat. Prinsip pembuatan pulp secara mekanik adalah menguraikan atau memisahkan serat yang ada dalam kayu secara paksa dengan energi mekanik dan tidak menggunakan bahan kimia. Pembuatan pulp dengan cara ini jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang besar, pulp yang dihasilkan sulit untuk diputihkan, dan pada umum nya digunakan untuk bahan baku kertas koran Pembuatan Pulp Secara Semikimia Pembuatan pulp secara semikimia terdiri dari dua tahap. Tahap pertama menggunakan bahan kimia, yang bertujuan untuk menghilangkan sebagian hemiselulosa dan lignin, kemudian tahap yang kedua dengan pelaksanaan mekanik untuk memisahkan seratnya. Hasil pulp yang dihasilkan dari proses ini sulit diputihkan dan umumnya digunakan untuk bahan baku kantong semen (Anonim, 1995) Pembuatan Pulp Secara Kimia Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan bahan kimia untuk bagian bagian kayu yang tidak digunakan, sehingga pulp yang dihasilkan berkadar selulosa yang tinggi. Hasil pulp mudah diputihkan dan umum nya untuk membuat kertas tissue dan kertas cetak. Kekurangan dari proses ini menghasilkan sekitar % serat. Ada 3 macam proses pembuatan pulp secara kimia, yaitu sebagai berikut : a. Proses Sulfit Pada dasarnya, pembuatan pulp pada proses sulfit masih didasarkan pada penemuan penemuan tua, meskipun beberapa modifikasi pembaharuan dan perbaikkan teknik telah dilakukan. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950-an dan 1960-an berkenaan

11 dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut, yang pengganti Kalsium dengan Magnesium, Natrium atau Amonium yang memberikan jauh lebih banyak keluwesan dalam pengaturan kondisi pemasakan yang meperluas baik bahan dasar yang digunakan maupun produksi tipe tipe pulp. Keuntungan proses sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft adalah : a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan kebutuhan kayu lebih rendah b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi c. Persoalan pencemaran sangat sedikit d. Biaya instalisasi lebih rendah e. Keluwesan lebih tinggi dalam rendemen dan kualitas pulp. b. Proses Soda Pembuatan pulp pada proses soda digunakan Natrium Hidroksida (NaOH) sebagai lindi pemasak dan lindi lindi bekas yang dihasilkan, dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Lemburan, yang terdiri atas Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ), diubah kembali menjadi Natrium Hidroksida dengan Kalsium Hidroksida (kostisasi), karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda (Fengel,D 1995). c. Proses Sulfat (Kraft) Pada pemasakan kayu dalam proses sulfat (kraft) digunakan larutan pemasak alkali, yaitu Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfida (Na 2 S), dan Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ) dengan komposisi tertentu. Total waktu pemanasan yang dibutuhkan pada proses sulfat berkisar antara menit dengan suhu berkisar antara o C. Setelah terjadi pemasakan akan terjadi pelepasan serat serat kayu, kotoran kotoran yang tidak larut beserta komponen lain dipisahkan dengan penyaringan, dan pemisahan serat serat yang larut dalam cairan pemasak dilakukan dengan pencucian.

12 Zat kimia yang memiliki peranan yang cukup besar di dalam proses ini adalah Natrium Sulfida (Na 2 S) dan Natrium Hidroksida (NaOH). Ada nya Natrium Sulfida (Na 2 S) sangat penting karena dapat mengurangi kerusakan pada karbohidrat dan memberikan hasil pulp yang mempunyai kekuatan yang lebih baik (Anonim, 1995). Proses pembuatan pulp berdasarkan metode kraft dapat dilakukan dengan larutan yang terdiri dari Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Sulfat (Na 2 S), yang disebut lindi putih. Berdasarkan pada istilah-istlihah yang digunakan dalam defisini hal tersebut, dimana semua bahan-bahan kimia dapat dihitung sepadan dengan natrium yang dinyatakan sebagai berat Natrium Hidroksida (NaOH) atau Natrium Oksida (Na 2 O). Total alkali (TA) : Semua garam-garam natrium Titratablealkali (TTA) : NaOH + Na 2 S + Na 2 CO 3 Aktif alkali : NaOH + ½ Na 2 S Efisiensi natrium : 100 Sulfiditi : 100 % % (Carlon,W ). Keuntungan dan kerugian dari pembuatan pulp Proses Kraft,yaitu : a. Keuntungan : Pulp yang dihasilkan lebih kuat Proses pemasakan lebih pendek Sistem pengolahan recovery bahan kimia nya sangat baik Proses dapat dilakukan untuk segala jenis kayu

13 b. Kerugian : Timbulnya masalah polusi udara Derajat kecerahan pulp sebelum dikelantang sangat rendah Pulp sangat susah untuk dikelantang Biaya investasi pembagunan proyek sangat tinggi (Scot,W.E.1995) Proses pembuatan pulp Proses pembuatan pulp di PT. Riau Andalan Pulp And Paper pada Fiberline 2 menggunakan metode kraft dengan proses sistem super bacth. (Lampiran 1) Persiapan dan Pengolahan Kayu Kayu yang di peroleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI) akan masuk kedalam tahapan logging. Logging merupakan proses pengolahan untuk memproduksi gelondongan kayu, yang tahapan proses nya meliputi: Penebangan (Felling), Penyeradaan (Skedding), Pemotongan (Bucking), Bongkar muat (Loading & Unloading) sampai pada pengangkutan untuk dikirim ke lokasi pabrik pulp. Kayu dari hutan disimpan di wood yard yang selanjutnya kayu-kayu tersebut diproses di wood room yang tahapan nya meliputi: Pengulitan (Debarking), Penyerpihan (Chipping), Penyimpanan serpihan kayu (Chip Storaging) dan Penyaringan serpihan kayu (Chip Screening). Tujuan dari tahap ini untuk menjamin kualitas kayu dan menghasilkan chip kayu yang berukuran seragam yang diperlukan untuk pemasakan pulp Tahap Pemasakan (Digester) Digester adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia dengan menggunakan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (chip) dengan proses kraft (sulfat) dipergunakan larutan pemasak yang disebut lindi putih (white liquor). Senyawa yang terkandung dalam lindi putih adalah Natrium Hidroksida

14 (NaOH) dan Natrium Sulfida (Na 2 S). Proses pemasakan dilakukan pada suhu 165 o C 170 o C. Jumlah siklus waktu pemasakan ini berlangsung selama ± 260 menit. Uraian siklus pemasakan dengan sistem super bacth digester adalah ; 1. Tahap Pengisian Chip (Chip Filling) Pengisian chip adalah proses pengisian serpihan kayu (chip) yang dikirim dari pemapungan chip dengan menggunakan belt conveyor ke chip silo, dari chip silo serpihan dimasukkan ke digester dengan menggunakan screw conveyor. Selama pengisian chip, udara didalam digester dihilangkan melalui saringan sirkulasi. Proses pengisian chip berlangsung selama 30 menit. 2. Tahap Pengisian Larutan Lindi Hitam (Warm Black Liquor) Setelah pengisian chip dilakukan, larutan lindi hitam di pompakan. Proses ini disebut impregnasi. Liquor bersuhu 100 o C ini akan dipompakan ke dasar digester secara kontiniu. Fungsi nya adalah menyempurnakan udara didalam rongga-rongga chip kayu dengan udara di dalam digester dan pemanasan awal yang bertujuan untuk penetrasi dan difusi chip agar reaksi kimia antara serpihan kayu dengan alkali aktif terdispersi secara homogen. Proses impregnasi ini berlangsung selama 30 menit. 3. Tahap Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor Proses pengisian hot black liquor bertujuan untuk menaikkan panas dari warm black liquor pada suhu dibawah ± 100 o C digantikan oleh hot black liquor pada suhu ± 140 o C pada siklus digester. Proses pengisian ini berlangsung selama 25 menit. Setelah hot black liquor dipompakan ke digester, berikut nya secara bersama hot white liquor di pompa kan. Hot white liquor ini merupakan bahan kimia utama dalam proses pemasakan. Proses pengisian ini berlangsung selama 21 menit. 4. Tahap Proses Pemanasan (Heating) dan Pemasakan (Cooking) Setelah hot white liquor diisikan, suhu didalam digester hampir mendekati suhu pemasakan. Tujuan dari fase ini adalah untuk menaikkan suhu sampai ± 170 o C

15 dengan tekanan medium yang dimasukkan kedalam jalur sirkulasi digester. Pada fase pemasakan yaitu bertujuan untuk mempertahan kan suhu pada ± 170 o C sampai pada waktu yang diperlukan. Proses pemanasan dan pemasakan ini berlangsung selama 90 menit. 5. Tahap Displacment dan Discharging Bila fase pemasakan sudah dilakukan, selanjut nya adalah fase displacement, yakni bertujuan untuk menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan tahap pencucian awal. Tahapan ini berlangsung selama 20 menit. Pada tahap discharging adalah proses pemompaan pulp yang sudah masak di digester ke tanki penampungan (discharge tank) Tahap Pencucian Pulp (Washing) Pulp dari hasil pemasakan di digester yang dikirim ke sistem pembersihan atau pencucian, dimana tujuan nya untuk memisahkan material material yang tidak diinginkan yang terdapat dalam pulp. Sebagai persiapan sebelum proses delignifikasi oksigen. Dalam proses ini secara kontiniu memisahkan kotoran dari hasil pemasakan di digester yang meliputi tahap sebagai berikut : 1. Deknotting Tujuan dari deknotting adalah untuk memisahkan material material yang memiliki ukuran dimensi yang lebih besar daripada saringan yakni untuk memisahkan chip chip yang tidak matang dari pulp (knot). 2. Washing (Pencucian) Pencucian dilakukan untuk memisahkan serat dari kotaran kotoran yang dapat larut dalam air yang terdiri dari senyawa organik (lignin) dan senyawa anorganik (soda) yang merupakan sisa bahan kimia pemasak.

16 3. Screening (Penyaringan) Tujuan dari penyaringan pada tahap ini adalah untuk memisahkan kotoran kotoran berdasarkan berat dan dimensi lebih besar daripada serat (fiber) Tahap Delignifikasi Oksigen Proses delignifikasi oksigen merupakan kelanjutan dari proses pemasakan di digester yang tujuannya untuk menurunkan kadar lignin dalam pulp sebelum dilakukan proses pengelantangan (bleaching). Bahan kimia yang aktif dalam proses reaksi delignifikasi oksigen adalah gas oksigen dan lindi putih (NaOH, Na 2 S dan Na 2 CO 3 ) khusus nya NaOH yang ditambahkan untuk memperoleh suasana basa Tahap Pemutihan (Bleaching) Pemutihan telah dirancang untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp dan kemurnian pulp. Tahap ini mampu menghilangkan atau memutihkan bahan berwarna (khromofor) dari pada pulp. Proses pemutihan dapat dianggap sebagai sebuah lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pada pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu, ini harus dihilangkan atau diputihkan. Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga merupakan faktor lain yang penting dalam proses pemutihan. Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, sehingga menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Pada normalnya pada proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin merupakan

17 kehilangan sebagian dari hasil pada proses pemutihan, yang mana ini adalah diantara 5% sampai dengan 10% (dihitung dari mulai pulp yang telah selesai dimasak), tergantung kepada metoda pemasakan dan sasaran brightness dari pulp. Tujuan dari proses pemutihan adalah untuk menghasilkan derajat putih (brightness) pulp,meningkatkan kemurnian pulp, mengurangi kandungan resin dengan cara menghilangkan lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan delignifikasi oksigen. Parameter dasar dalam proses bleaching pulp adalah jenis bahan kimia yang digunakan, strenght bahan kimia, waktu, temperatur, dan ph yang terdapat dalam setiap tahapan proses bleaching (Anonim, 1995). Menurut Fengel,D.1995 mengatakan bahwa banyak nya lignin yang tersisa (biasanya dinyatakan dalam bilangan kappa) merupakan kriteria apakah pulp akan digunakan sebagai kualitas kertas yang tidak akan dikelantang atau kertas kualitas cetak yang dikelantang. Biasanya pulp yang tidak dikelantang mempunyai warna gelap (derajat putih rendah), yang terutama disebabkan oleh gugus-gugus khromofor dalam lignin yang tersisa, yang dibentuk selama pemasakkan alkalis. Adapun bahan kimia yang digunakan dalam proses bleaching adalah Klorin, Kaustik dan Klorin Dioksida. Berikut dampak variasi dari setiap bahan kimia bleaching ;

18 Tabel Dampak Variasi Dari Setiap Bahan Kimia Bleaching Bahan Kimia Klorin Lignin dan Senyawa Lignin Terlarut dan hilang sebagian Komposisi dan karateristik pulp Hemiselulosa Ekstraktif Shive Berdampak kecil Dapat dihilangkan Dapat dikurangi Kaustik Lignin diokisidasi, dilarutkan dan dihilangkan Dapat larut/dihilangkan dengan level berbeda Dapat dihilangkan Dapat dikurangi Klorin Dioksida Dioksidasi dan dihilangkan Berdampak kecil diluar kondisi yang tepat Dapat dihilangkan Dapat dikurangi Sumber : Buku Manual Training PT.Riau Andalan Pulp And Paper, Bleaching Plant. Proses pemutihan ini terdiri dari 4 tahapan (Lampiran 2), yakni adalah : Tahap 1 Klorin Dioksida (D0) Proses pemutihan pada tahap ini, bahan yang digunakan dengan jenis Element Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur klor (Cl 2 ) murni tetapi menggunakan senyawa Klorin Dioksida (ClO 2 ). Pada proses klorinasi terhadap pulp, gas klorin harus larut dan bereaksi secara menyebar terhadap serat pulp. Reaksi klorin dengan lignin adalah sangat cepat dimana klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan subsitusi. Reaksi reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap klorinasi Subtitusi : Cl 2 + (lignin) (lignin) Cl + HCl Oksidasi : Cl 2 + (lignin) (lignin teroksidasi) + 2HCl

19 Tujuan dari tahap ini untuk merusak dan memisahkan struktur lignin yang terdapat dalam selulosa. Derajat kecerahan yang diperoleh pada tahap ini adalah % ISO. Kondisi pemutihan di tahap D0 ini adalah; 1. Konsitensi : 11 % 2. Suhu : o C 3. ph : Waktu reaksi : 60 menit 5. Brightness : % ISO Penambahan klorin dioksida pada tahapan pertama di proses bleaching mempunyai banyak keuntungan yaitu ; 1. Pemakaian bahan kimia lebih sedikit, 2. Hasil yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah, 3. Shive dan dirt yang lebih sedikit, 4. Brightness lebih stabil, 5. BOD dan COD lebih rendah. Variabel-variabel yang berpengaruh pada tahap D0 adalah ; 1. Pemakaian klorin Pemakaian klorin merupakan faktor yang paling penting dalam delignifikasi dan dapat menyebabkan kerusakan selulosa. Pemakaian klorin didasarkan pada kebutuhan dalam menghilangkan kandungan lignin. Penghilangan lignin dapat diukur dengan tahap klorinasi dan tahap ekstraksi kaustik. Unbleach pulp yang memiliki 10 kappa number, pada tahap klorinasi dan ekstraksi mampu menghilangkan 80% lignin, yang akan diproduksi pulp pada Post EO yang memiliki kappa number sekitar 2.0. (kappa number adalah derajat pengukuran kandungan lignin oleh pemakaian permanganat) Catatan penting bahwa degradasi selulosa dapat terjadi berdasarkan pada pemakaian klorin. Pada temperatur tinggi, klorin akan terpakai dengan sempurna.

20 Namun, pada suhu rendah residual klorin akan tinggal di dalam pulp pada saat keluar dari tabung klorinasi. 2. Temperatur Suatu reaksi dapat terjadi dengan cepat pada temperatur yang tinggi dan lambat pada temperatur yang rendah. Temperatur yang ditingkatkan setidaknya meningkatkan dengradasi pulp. Tinggi nya temperatur juga dapat meningkatkan pemakaian klorin dan jika jumlah pemakaian ini tidak dikontrol, hal tersebut akan meningkatkan degradasi. 3. Waktu Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu reaksi pada saat parameter-parameter lainnya dijaga tetap. Hal ini secara terus menerus berkurang setelah suatu reaksi dengan waktu yang sangat lama. Ada dua bentuk reaksi untuk menghilangkan lignin, sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing-masing mereka disebut eliminasi lignin yang bersifat mudah dan eliminasi lignin dengan cara lambat. 4. Pengadukkan Pengaduk dipakai untuk menjamin hasil pengadukan yang sempurna. Tujuan dari pengadukkan adalah untuk penyebaran klorin dioksida dan klorin secara merata didalam pulp. Pengadukkan yang baik sangat penting dalam kendali kemampuan sensor on-line dalam tahap klorinasi. Pengadukkan yang buruk dapat mengakibatkan hilangnya strenght pulp dan residual klorin kurang sempurna bereaksi (Anonym,1994) Tahap 2 Ekstraksi & Oksidasi (E&O) Pada tahap ini merupakan reaksi ekstraksi dan oksidasi yang tujuan untuk melarutkan dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap ini, bahan kimia yang digunakan adalah NaOH (Ekstraksi), Oksigen (Oksidasi). Derajat keputihan yang diperoleh pada tahap ini adalah % ISO.

21 Adapun kondisi pemutihan pada tahap E&O ini adalah: 1. Konsitensi : 11-12% 2. Suhu : o C 3. ph : Waktu reaksi : menit 5. Brightness : % ISO Tahap 3 Dioksida I (D1) Pada tahap ini merupakan tahap utama yang terjadi antara klorin dioksida (ClO 2 ) dan lignin yang bertujuan untuk meningkatkan derajat putih pulp. Bahan kimia yang digunakan adalah klorin dioksida (ClO 2 ). Penambahan ClO 2 pada tahap ini lebih sedikit dibandingkan pada tahap D0, dengan konsentrasi kimia yang lebih rendah, reaksi klorin dapat terjadi dengan waktu yang lebih lama dan dengan temperatur yang lebih tinggi dari pada pada tahap D0 tanpa mengurangi hasil dan kekuatan serat pulp. Derajat keputihan yang diperoleh pada tahap ini adalah % ISO. Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah: 1. Suhu : o C 2. ph : Waktu reaksi : 180 menit 4. Brightness : % ISO Tahap 4 Dioksida II ( D2) Pada tahap ini bertujuan untuk lebih meningkatkan derajat keputihan hingga % ISO. Bahan kimia yang digunkan adalah klorin dioksida (ClO 2 ) dan SO 2. SO 2 digunakan untuk menetralkan residual klorin dioksida.

22 Tahap D2 dalam tahap bleaching yang dirancang dan dioperasikan sama seperti tahap D1 yang semua kandungan lignin telah dihilangkan. Penambahan ClO 2 pada tahap ini adalah untuk menghilangkan senyawa lain yang mengandung warna dalam pulp untuk meningkatkan derajat kecerahan pulp. Adapun kondisi pemutihan pada tahap ini adalah: 1. Konsitensi : 10-13% 2. Suhu : o C 3. ph : Waktu reaksi : 180 menit 5. Brightness : % ISO Pulp setelah tahap pemutihan dikirim ke tempat penyimpanan yang disebut High Density Bleach Tower (HDT) yang selanjutnya diolah ke pulp mesin untuk dibuat lembaran pulp dan kertas (Anonim, 2000).

23 2.7. Bilangan Kappa (Kappa Number) Bilangan kappa merupakan kandungan lignin dalam pulp yang menandakan derajat delignifikasi. Hubungan antara kappa number dengan kandungan lignin adalah % Lignin = x Kappa Number Sebelum kappa masuk kedalam proses bleaching, maka perlu dilakukan pengukuran bilangan kappa pada tahap sebelum nya: 1. Bilangan kappa pada Pre-O 2 Tujuan dari pengukuran bilangan kappa pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan proses pemasakan pulp sebelum nya dan sebagai referensi untuk mengetahui reduksi kappa pada tahap selanjut nya sehingga akan dikehendaki seberapa banyak bahan kimia yang akan diberikan pada tahap delignifikasi oksigen. 2. Bilangan kappa pada Post-O 2 Tujuan dilakukan pengukuran tahap ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan proses delignifikasi oksigen dan untuk memprediksi konsumsi bahan kimia pada proses bleaching Bilangan kappa yang terlalu tinggi yang masuk kedalam proses bleaching, akan menyebabkan tinggi nya bahan kimia yang dibutuhkan, susah untuk di bleaching, serta memungkinkan untuk terjadi masalah pada produk akhir pulp seperti dirt count dan shive, dan kontribusi meningkat nya COD (Chemical Oxygen Demand), sedangkan jika bilangan kappa terlalu rendah, kebutuhan bahan kimia pada proses bleaching juga rendah, mudah untuk di bleaching, tetapi memungkinkan terjadinya kerusakan serat (Anonim, 2000). Dibawah ini adalah beberapa kemungkinan penyebab serta tindakan yang disarankan jika harga bilangan kappa tinggi ;

24 Tabel 2.7. Penyebab Ketidakstabilan Bilangan Kappa No Kemungkinan Penyebab Tindakan Yang Disarankan Menstabilkan ph di range Tidak stabil nya ph reaksi dalam ( ) untuk memperoleh a. proses O 2 delignifikasi sehingga reaksi degradasi lignin tidak efektif reaksi yang optimal. Sehingga degradasi lignin terjadi secara efektif b. c. d. e. f. Temperatur di O 2 reaktor tidak stabil sehingga proses reaksi kurang efektif Konsistensi inlet reaktor yang tidak stabil yang disebabkan banyak nya dilution pada dilution screw Rendahnya tekanan di tahap Pre-O 2 dan Post-O 2 yang diberikan pada O 2 Reaktor, sehingga proses delignifikasi lignin berlangsung sangat cepat dan tidak efektif Lemah nya sensor pembacaan ph, Temperatur, Tekanan, Flow meter dan Kappa analyzer sehingga data kurang akurat di lapangan dengan data di DCS, sehingga mempengaruhi proses reaksi dan penggunaan serta suplai bahan kimia. Terbentuknya scaling pada tabung O 2 rekator yang mengakibatkan retention time reaksi terlalu cepat Untuk memperoleh proses reaksi temperatur yang efektif di O 2 Reaktor; Pre -O 2 reaktor : 80 o C 85 o C Post-O 2 reaktor : 90 o C 105 o C Tinggi-rendah konsitensi dikontrol dengan mengefektifkan dilution. Konsitensi pulp optimal Meningkatkan tekanan optimal pada O 2 rektor; Pre -O 2 reaktor : 5 bar Post-O 2 reaktor : 2 3 bar Lakukan maintenance dan pengontrolan sensor secara berkala dan se-efektif mungkin. Perlunya dilakukan flushing (dibersihkan) dengan tekanan tinggi, sehingga proses degradasi lignin di O 2 reaktor terjadi secara efektif. Rt di pre-o 2 = 20 menit Rt di Post-O 2 = 60 menit g Faktor dari tahapan digester dan kualitas chip serta jenis kayu Pengontrolan seefektif mungkin pada setiap tahap Sumber : PT.Riau Andalan Pulp And Paper, P.E. Fiberline Departmen

25 Adapun Parameter yang mempengaruhi harga bilangan kappa dalam proses sebelum tahapan bleaching adalah: a. Temperatur Kappa number dipengaruhi oleh temperatur proses, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan pada proses delignifikasi oksigen di O 2 reaktor maka harga bilangan kappa akan semakin rendah, karena suhu yang tinggi mengoptimalkan kinerja O 2 dalam mendegrasi lingin dapat terjadi dengan sempurna, sehingga diperoleh harga bilangan kappa yang rendah. Begitu sebalik nya, apabila suhu reaktor proses rendah, maka degradasi lignin kurang efektif. b. Waktu Kappa number berbanding terbalik dengan waktu, dimana harga bilangan kappa akan menurun seiring lama nya waktu reaksi dan proses itu terjadi. Ini menunjukan bahwa lebih mudah mendegradasi lignin dengan waktu yang lama dibandingkan dengan waktu yang cepat. c. ph reaksi ph berpengaruh terhadap reaksi degradasi lignin. Oleh karena itu, jika ph reaksi rendah/tinggi menyebabkan reaksi tidak berlangsung sempurna sehingga penurunan bilangan kappa tidak efektif. d. Konsitensi Konsitensi sangat berpengaruh terhadap dosis kimia yang berperan aktif dalam mendegradasi senyawa lignin dalam pulp. Oleh karena itu semakin tinggi konsitensi maka dosis kimia menjadi tidak seimbang, sehingga penurunan bilangan kappa kurang efektif, namun sebaliknya apabila terlalu rendah maka oksigen (dalam O 2 reaktor) lebih banyak bereaksi dengan liqour dibanding pulp sehingga harga bilangan kappa masih tinggi.

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri kertas merupakan salah satu industri yang terbesar di Dunia dengan menghabiskan 670 juta ton kayu. Kebutuhan kertas dunia terus meningkat, yang pada beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Tentang kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp ataupun kertas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Tentang Kayu Pulp adalah produk dasar dari kayu, sebagian besar digunakan untuk pembuatan kertas, akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan penting, mulai dari dunia pendidikan, sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori umum kayu Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Kayu Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi. Kayu Eucalyptus berserat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu dan Sifat - sifat Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.kayu berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Pohon-pohon termasuk tanaman berbiji (Spermatophyta), dibagi menjadi gymnosperm (Gymnospermae) dan angiosperm (Angiorspermae). Kayu-kayu konifer atau kayu lunak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen. Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu adalah bagian keras tanaman yang digolongkan kepada pohon dan semak belukar. Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Industri pulp dan kertas merupakan industri yang cukup penting untuk keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian. Kebutuhan pulp

Lebih terperinci

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC INDUSTRI PULP DAN KERTAS 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC 1 A. BAHAN BAKU Selulosa (terdapat dalam tumbuhan berupa serat) Jenis-jenis selulosa : 1. α-selulosa untuk pembuatan kertas 2. β-selulosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas seni merupakan salah satu produk yang semakin diminati baik di dalam pasar dalam negeri maupun luar negeri, umumnya merupakan hasil produk buatan tangan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Dasar ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan yang dilakukan manusia. Hal ini ditunjukan dari tingkat konsumsinya yang makin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Kertas merupakan salah satu produk turunan selulosa yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pulp dan kertas Indonesia terus mengalami

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 46 HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Non Struktural Sifat Kimia Bahan Baku Kelarutan dalam air dingin dinyatakan dalam banyaknya komponen yang larut di dalamnya, yang meliputi garam anorganik, gula, gum, pektin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan XII BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dan handal, agar teknologi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. LIGNOSELULOSA Lignoselulosa merupakan bahan penyusun dinding sel tanaman yang komponen utamanya terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Demirbas, 2005). Selulosa adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, dan mudah dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu 2.1.1 Pengertian Tebu Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI

PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 PERANAN POLIMER SELULOSA SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PENGEMBANGAN PRODUK MANUFAKTUR MENUJU ERA GLOBALISASI Oleh: Ir. Yusup Setiawan, M.Eng. Balai Besar Pulp dan Kertas-Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Baku Pulp Sebagai bahan bangunan, kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan ; kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 I. Pendahuluan Pemutihan

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan adalah kayu daun lebar campllran terdiri dari kurang lebih 15 jenis kayu yang berasal dari areal hutan alam produksi

Lebih terperinci

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 2 (November 2015) 36-50 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ic.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal Pembuatan Pulp dari Batang Pisang Syamsul

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066 BAB I PENGANTAR Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama dari industri pengolahan kelapa sawit yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari pengolahan buah kelapa sawit, dihasilkan limbah berupa

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN TERHADAP DERAJAT PUTIH PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI DI UNIT PENCUCIAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-PORSEA KARYA ILMIAH

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN TERHADAP DERAJAT PUTIH PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI DI UNIT PENCUCIAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-PORSEA KARYA ILMIAH PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN TERHADAP DERAJAT PUTIH PADA TAHAP EKSTRAKSI OKSIDASI DI UNIT PENCUCIAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk-PORSEA KARYA ILMIAH NORA PARDEDE 062401072 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan bahan mentah yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan bahan mentah yang 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.pengertian kayu

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TEORI UMUM KAYU Pohon pohon termasuk tanaman berbiji (spermatophyta ), dibagi menjadi gymnosperm (gymnospermae). Kayu kayu konifer atau kayu kayu lunak termasuk kategori yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI Gustriani, St Chadijah, dan Wa Ode Rustiah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat dipakai sebagai bahan baku pulp, baik tumbuhan yang termasuk tumbuhan dycotyledoneae atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak akhir 1980-an, Industri pulp dan kertas di Indonesia telah berkembang pesat dan mendorong negara Indonesia masuk ke dalam jajaran top 10 produsen dunia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang PENDAHULUAN Latar Belakang Lindi hitam (black liquor) merupakan larutan sisa pemasak yang berasal dari pabrik pulp dengan proses kimia. Larutan ini sebagian besar mengandung lignin, dan sisanya terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SERAT KELAPA (COCONUT FIBER) Serat kelapa yang diperoleh dari bagian terluar buah kelapa dari pohon kelapa (cocus nucifera) termasuk kedalam anggota keluarga Arecaceae (family

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Furfural merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai pelarut dalam memisahkan senyawa jenuh dan tidak jenuh pada industri minyak bumi

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA D 0, D 1 DAN D 2 STAGE DI UNIT BLEACHING PT. Toba Pulp Lestari, Tbk PORSEA KARYA ILMIAH FEBRIANTY DRANICA SIHOMBING 052 401 062 DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. XVIII BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Umum Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kertas memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri yaitu untuk berkomunikasi dan berkreasi. Industri pulp dan kertas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buan Pisang Pisang telah akrab dengan masyarakat Indonesia. Pisang dimanfaatkan baik dalam keadaan mentah, maupun dimasak atau diolah menurut cara yang berbeda disetiap daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api. merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api. merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Natrium Hidroksia Natrium Hidroksida atau NaOH, atau terkadang disebut soda api merupakan senyawa kimia dengan alkali tinggi. Sifat-sifat kimia membuatnya ideal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, data tahun1999 menunjukkan 11 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) dari famili Arecaceae merupakan salah satu sumber minyak nabati, dan merupakan primadona bagi komoditi perkebunan. Potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011

BAB III METODOLOGI. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul WIB. Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Percobaan Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 09.30 WIB Analisis dilakukan pada tanggal 05 Januari s / d 10 Januari 2011 Penentuan bilangan kappa dilakukan titrimetri

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DARI ECENG GONDOK DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI SODA Oleh : Dian Aprilia Ratnasari (2311 030 002) Fiona Rossi Ramadhani (2311 030 056) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BAHAN BAKU Analisis bahan baku bertujuan untuk mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan pada penelitian utama. Parameter yang digunakan untuk analisis mutu

Lebih terperinci

Bab VII Penggunaan Lakase pada Pemutihan Pulp Kimia

Bab VII Penggunaan Lakase pada Pemutihan Pulp Kimia Bab VII Penggunaan Lakase pada Pemutihan Pulp Kimia Abstrak Warna coklat (gelap) pulp kraft setelah serpih kayu dimasak menggunakan larutan NaOH dan Na 2 S disebabkan karena masih adanya sisa lignin yang

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, masyarakat Indonesia masih memahami bahwa serat alam tidak terlalu banyak manfaatnya, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya sebagai bahan yang tak berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) 17 IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas) Nilai ph merupakan ukuran konsentrasi ion-h (atau ion-oh) dalam larutan yang digunakan untuk menentukan sifat keasaman, basa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang.

Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Bag Sebuah tempat yang fleksibel, seperti kertas, plastik, atau kulit, yang digunakan untuk membawa atau menyimpan barang-barang. Film Lembaran yang tipis, fleksibel, transparan, seperti plastik yang digunakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT HENNI ARRYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eucheuma cottonii Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai ciri-ciri yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolantonjolan),

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di daerah Sleman, Yogyakarta banyak sekali petani yang menanam tanaman salak (Zalacca edulis, Reinw.) sebagai komoditas utama perkebunannya. Salak adalah tanaman asli

Lebih terperinci