Bab I PENDAHULUAN. Semenjak kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global (global

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I PENDAHULUAN. Semenjak kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global (global"

Transkripsi

1 Bab I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, lingkup penelitian, kerangka pemikiran, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan tesis Latar Belakang Semenjak kesadaran masyarakat akan isu pemanasan global (global warming) dan pencemaran lingkungan berkembang di tahun 1970, negara-negara di dunia mulai menunjukkan upaya untuk melestarikan alam serta mengurangi segala bentuk polusi. Salah satu upaya yang dilakukan ialah terkait dengan pengurangan dan pengelolaan limbah plastik; di mana kantong plastik belanja menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah dan menjadi polusi di darat maupun air. Penggunaan kantong plastik -atau sering disebut dengan istilah kresek oleh masyarakat luas -yang terbuat dari high density polyethylene (HDPE) sebagai kantong belanja telah dikenal oleh masyarakat luas sejak era 1980, termasuk juga di Indonesia. Ribuan pabrik produsen plastik memproduksi berton-ton kantong plastik HDPE yang popular digunakan di seluruh dunia karena faktor kemudahan, murah, dan kenyamanan dalam penggunaan bagi konsumen (Jalil, Mian, & Rahman, 2013; Sung, 2010). Seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pencemaran bumi oleh limbah plastik, maka penggunaan plastik HDPE

2 memunculkan pro dan kontra. Di satu sisi, kantong plastik memudahkan konsumen dalam membawa barang-barang belanja saat mereka selesai berbelanja. Selain itu, kantong plastik juga mudah dibawa karena ringan, dan dapat digunakan beberapa kali. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa karena plastik jenis HDPE ini tidak dapat dengan cepat melebur dengan tanah ataupun air meskipun sudah dihancurkan; sehingga, penggunaan kantong plastik yang berlebihan berdampak buruk bagi kehidupan makhluk hidup (Morris & Christensen, 2014). Seperti dipaparkan di dalam penelitian Green dan DeMeo (2012) mengenai pembatasan penggunaan kantong plastik 1, terdapat empat alasan utama yang pada umumnya mendasari pelarangan penggunaan kantong plastik berbahan dasar HDPE. Alasan pertama; komposisi utama kantong plastik ialah minyak bumi dan bahan kimia lain yang bersifat sumber energi atau kekayaan alam yang tidak terbarukan, di mana seharusnya sumber energi tersebut dapat digunakan untuk kepentingan dasar lain yang lebih penting. Alasan ke dua; karena kantong plastik yang hingga saat ini digunakan terbuat dari bahan berbahan dasar minyak, maka pemusnahan kantong plastik dengan cara yang tidak tepat -khususnya dengan cara pembakaran- menyebabkan emisi gas beracun yang berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lain. Alasan ke tiga; proses penguraian kantong plastik yang tergolong lama -dapat memakan waktu lebih dari 100 tahun- dan siklus pemakaian yang terlalu cepat oleh konsumen, memicu masalah sampah baru, seperti arus selokan dan sungai yang terhambat dan menyebabkan banjir. Alasan ke empat; 1 Tindakan pembatasan penggunaan atau konsumsi kantong plastik akan diacu sebagai diet kantong plastik untuk seterusnya di dalam laporan ini.

3 karena proses penguraian yang lama, sampah plastik juga menyebabkan gangguan ekosistem di laut, di mana hewan-hewan mamalia di laut tidak sengaja memakan kantong plastik karena mengira kantong plastik sebagai mangsa mereka (Green & DeMeo, 2012). Berpijak pada alasan-alasan yang mendasari dampak negatif penggunaan kantong plastik, aktivis-aktivis lingkungan di berbagai negara membentuk organisasi independen atau nirlaba yang mengampanyekan bahaya penggunaan kantong plastik dan mempersuasi masyarakat untuk mengurangi dan mendukung berbagai kebijakan untuk membatasi (diet), bahkan hingga melarang penggunaan kantong plastik. Di samping itu, berbagai upaya dan penelitian dilakukan untuk mengevaluasi faktor-faktor pemicu pilihan masyarakat untuk cinta dan lebih peduli kepada lingkungan (pro environmental), diet kantong plastik, dan memilih menggunakan tas kain atau kantong belanja yang dapat digunakan berulang kali dengan berbahan dasar yang lebih ramah lingkungan (reusable bag) sebagai wujud perilaku yang lebih ramah lingkungan (go green). Hal ini sesuai dengan salah satu praktik komunikasi lingkungan, yaitu fungsi komunikasi lingkungan sebagai kampanye advokasi dan konstruksi pesan. Kampanye-kampanye komunikasi lingkungan berupaya untuk mengedukasi, mengubah sikap, dan menggerakan publik. Dalam area ini, akademisi komunikasi dan media mendokumentasikan tantangan yang dihadapi saat mengomunikasikan pesan dan mengevaluasi faktorfaktor yang mempengaruhi urgensi yang dirasakan oleh publik untuk mengubah sikap atau perilaku mereka (Cox & Pezzullo, 2016).

4 Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) merupakan sebuah organisasi nasional nirlaba bersifat NGO 2 di Indonesia yang memiliki misi untuk mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik. Kata diet menyiratkan arti bijak dalam mengonsumsi. Pada tahun 2010, GIDKP mulanya menjadi salah satu program dari organisasi sosial (social enterprise) yang juga bekerja di isu preservasi lingkungan, yaitu Greeneration Indonesia 3 (Greeneration Indonesia, 2016; Ardi, 2014). Namun, pada tahun 2013 GIDKP sudah beroperasi secara independen, hingga akhirnya pada Agustus 2015, GIDKP menjadi sebuah NGO yang berdiri secara independen 4. Mengacu pada program manajemen limbah yang telah diakui dunia secara luas, yaitu 3R s (Reduce, Reuse, Recycle), GIDKP hanya menekankan visi dan misi serta menitikberatkan kinerja organisasi pada pencapaian pengurangan (Reduce) saja (Soedarso, 2016; Nusantara, wawancara pribadi, 2015). Visi GIDKP ialah untuk mendukung Indonesia bebas kantong plastik di tahun Misi GIDKP ialah mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik. Tujuan umum dari pendirian GIDKP ialah untuk 2 Organisasi non pemerintah (non-government organization atau seringkali disingkat sebagai NGO) dapat diartikan sebagai suatu sekelompok masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisasi dan merupakan lembaga yang pada umumnya bersifat independen (self-governing) -secara institusi tidak terikat dan/atau tidak berada di bawah organ-organ negara-, privat, dan tidak berorientasi pada profit (non-profit). Dalam Bahasa Indonesia, NGO diacu sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (Hukum, 2012). 3 Greeneration Indonesia (GI), didirikan pada 24 Juli 2008 oleh M. Bijaksana Junerosano, merupakan sebuah organisasi sosial yang memiliki misi untuk menggerakkan manusia untuk berperilaku ramah lingkungan. Hingga akhir tahun 2014, GI memayungi empat entitas atau program utama, yaitu: Greeneration Foundation, bagoes, Banyu, Waste4Change, dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. 4 Penjelasan lebih lengkap mengenai Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik dapat dilihat pada Bab III.

5 menyelamatkan lingkungan dari bahaya kantong plastik (GIDKP, 2016). Untuk mencapai misinya, GIDKP melakukan kampanye diet kantong plastik yang dibagi dalam tiga kategori strategi program besar, yaitu: regulasi, fasilitasi, dan edukasi. Program regulasi yang terwujudkan dalam Petisi #pay4plastic, bertujuan untuk mempetisi presiden, gubernur, dan kepala daerah lain di Indonesia agar membuat peraturan diet kantong plastik. Program fasilitasi terwujudkan dalam Penghargaan #dietkantongplastik. Penghargaan ini merupakan upaya GIDKP mengapresiasi peritel yang telah menerapkan berbagai upaya dalam melaksanakan diet kantong plastik. Program edukasi merupakan kampanye GIDKP kepada masyarakat luas untuk mengedukasi kepentingan diet kantong plastik, yang terwujud dalam berbagai kegiatan, seperti; Rampok Plastik, #EdukasiDKP, dan #WisataPlastik. Tanda tagar seringkali sengaja digunakan untuk memudahkan dan mengaitkan pencarian kata atau program GIDKP tersebut di dunia digital, khususnya media sosial (Nusantara & Soedarso, Laporan Tahunan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik 2015, 2015; Nusantara, Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, 2016). Rahyang Nusantara, koordinator badan harian GIDKP, menyatakan bahwa target utama kampanye ialah masyarakat Indonesia; karena masyarakat merupakan kekuatan utama yang dapat mengubah perilaku dan peraturan mengenai konsumsi kantong plastik yang berlebihan di Indonesia. Masyarakat sebagai individu, mampu berinisiatif, bertindak, dan mempersuasi sesamanya untuk melakukan diet kantong plastik. Masyarakat sebagai warga negara dapat menyuarakan aspirasi mereka agar pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait konsumsi kantong plastik yang berlebihan, yang ditujukan kepada pelaku usaha -khususnya ritel- dan masyarakat

6 awam sebagai konsumen. GIDKP percaya bahwa tanpa peraturan pemerintah yang mengikat, pelaku usaha tetap akan memberikan dan memudahkan konsumen dalam mengonsumsi kantong plastik. Tanpa peraturan pemerintah yang mengikat, masyarakat umum sebagai konsumen juga tidak akan mengubah perilaku mereka terkait konsumsi kantong plastik yang berlebihan (Nusantara, wawancara pribadi, 2016). Dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan perspektif fungsi komunikasi lingkungan sebagai kampanye advokasi yang berusaha untuk mengedukasi, mengubah sikap, dan menggerakkan publik; penelitian ini melihat kampanye diet kantong plastik GIDKP sebagai salah satu praktik komunikasi lingkungan yang terjadi di Indonesia. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengkaji dan memahami pelaksanaan praktik kampanye diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun Hasil studi ini diharapkan dapat digunakan secara internal sebagai salah satu pedoman bagi pengelola GIDKP untuk memonitor dan mengevaluasi kampanye yang dilakukan, sehingga tujuan dan esensi kampanye dapat tercapai. Perlu diingat bahwa penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2015, di mana kebijakan pemerintah Indonesia mengenai pembatasan dan pengenaan biaya terhadap konsumsi kantong plastik di swalayan dan ritel masih belum diterapkan di Indonesia. Kebijakan plastik berbayar ini baru berlaku efektif pada 21 Februari 2016 (Rostanti, 2016).

7 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini ialah, Bagaimana praktik komunikasi lingkungan dalam kampanye advokasi yang dilakukan oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) pada tahun 2015? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yang bertujuan untuk mengkaji dan memahami praktik komunikasi lingkungan dalam kampanye advokasi yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun Secara spesifik, kajian ini dilakukan dengan menganalisis wacana tentang diet kantong plastik di Indonesia serta penerapan kampanye GIDKP -yang meliputi tujuan, program, target audience, saluran komunikasi, serta hambatan yang dihadapi Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini ialah pemaparan kampanye GIDKP pada tahun 2015, ditilik dari sisi GIDKP sebagai pelaku kampanye (aktor). Oleh karena itu, persentase efektivitas dan keberhasilan penerimaan kampanye oleh target group tidak akan didiskusikan di dalam penelitian ini.

8 1.5. Manfaat Penelitian Berdasarkan pengetahuan akan konsep dan hubungan antara komunikasi lingkungan dan kampanye yang diketengahkan dalam studi ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, yaitu: a. Secara akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan studi lanjutan atau kajian teoritis yang relevan dengan penerapan praktik komunikasi lingkungan, terutama untuk komunitas atau organisasi pecinta lingkungan yang juga berfokus pada pengurangan konsumsi kantong plastik di Indonesia. b. Secara praktis, hasil studi ini merupakan data empiris yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi pengelola GIDKP serta organisasi lain yang menjadi pengampu kepentingan serupa untuk menindaklanjuti temuan studi serta pengembangan praktik komunikasi GIDKP. Hal ini dapat dilakukan untuk meningkatkan performa dan efektivitas organisasi dalam mengampanyekan pesan diet kantong plastik kepada target group Kerangka Pemikiran Studi ini bertujuan untuk menelaah dan memaparkan praktik komunikasi lingkungan yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun 2015, dengan fokus analisis pada wacana tentang diet kantong plastik di Indonesia, serta penerapan kampanye GIDKP. Dengan demikian, kunci utama studi ini berdasarkan pada konsep hubungan antara wacana diet kantong plastik di Indonesia dan pelaksanaan

9 kampanye GIDKP. Kerangka penelitian dikembangkan berdasarkan analisis akan perkembangan isu diet kantong plastik di Indonesia serta penerapan kampanye diet kantong plastik GIDKP selama Kampanye Advokasi dalam Komunikasi Lingkungan Sebagaimana komunikasi memiliki peran vital dalam kehidupan manusia, komunikasi lingkungan (environmental communication) memiliki dua fungsi sosial (Meisner, 2015). Fungsi yang pertama ialah penggunaan komunikasi untuk menginformasi, menghimbau, mempersuasi atau membujuk, mengedukasi, dan memperingatkan orang lain. Hal ini juga mengacu pada kesamaan akan penggunaan komunikasi untuk mengorganisasi atau mengatur, berargumentasi, rekonsiliasi, dan bernegosiasi satu sama lain. Komunikasi lingkungan bersifat praktis dan dapat berfungsi sebagai pokok dalam menyusun tindakan nyata dalam menghadapi permasalahan terkait lingkungan hidup. Dengan demikian, ketika komunikasi lingkungan digunakan untuk kepentingan seperti advokasi kebijakan (advocate for policy), meningkatkan kesadaran (raise awareness), mengubah perilaku (change behavior), mempengaruhi opini publik, berkolaborasi untuk mengatasi konflik, meneruskan atau meluluskan sebuah peraturan, atau menentang asumsi tertentu; bagaimana sebuah organisasi atau individu berkomunikasi akan berpengaruh terhadap hasilnya. Fungsi sosial ke dua dari komunikasi ialah bahwa komunikasi berperan penting dalam penciptaan makna. Komunikasi berpengaruh terhadap bagaimana individu melihat dan menilai suatu benda, kejadian, kondisi, ide, dan sebagainya. Dalam isu lingkungan, komunikasi memandu pemahaman individu akan masalah yang sedang terjadi di lingkungan sekitar, orang-orang dan

10 organisasi yang terlibat, pendekatan-pendekatan yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah lingkungan, potensi yang akan terjadi di masa mendatang, dan keadaan alam itu sendiri. Fungsi-fungsi inilah yang menjadi fondasi bagi organisasi atau aktivis lingkungan untuk mengangkat suatu isu terkait kelestarian lingkungan, mengorganisasi kampanye untuk menginformasikan, mengedukasi, serta mempersuasi publik dan pengampu kepentingan lain mengenai isu yang diangkat. Komunikasi lingkungan pada dasarnya berfokus pada bagaimana manusia berkomunikasi mengenai alam dan permasalahan lingkungan. Sebagai sebuah area studi, komunikasi lingkungan mengkaji persepsi-persepsi publik akan dunia nyata dan bagaimana persepsi ini membentuk relasi antara manusia dengan alam. Pada tataran yang luas, komunikasi lingkungan merupakan sebuah area studi antardisiplin yang mempelajari tentang peran, teknik, dan pengaruh komunikasi dalam isu-isu lingkungan. Secara spesifik didefinisikan oleh Robert Cox (2010), istilah komunikasi lingkungan mengacu pada penggunaan proses komunikasi dan produk media untuk mendukung pembuatan kebijakan yang lebih efektif, partisipasi publik, dan implementasi proyek yang digerakkan dengan tujuan untuk kelestarian lingkungan. Salah satu fungsi komunikasi lingkungan adalah sebagai kampanye advokasi (advocacy campaign); yaitu pemberian dukungan publik untuk suatu ide, keyakinan, tindakan, atau cara melakukan sesuatu (Hornby, 2015). Meskipun demikian, dasar dari kampanye advokasi tidak hanya terbatas pada pelestarian alam atau masyarakat, namun dapat menyasar untuk mengundang perhatian masyarakat, juga untuk melobi dan mencoba mempengaruhi dalam penentuan atau perubahan kebijakan. Cox (2006) menjelaskan kampanye advokasi

11 bergantung pada komunikasi untuk mempersuasi pihak kunci yang membuat keputusan (key decision makers) untuk bertindak berdasarkan sasaran atau tujuan tertentu. Cox mencontohkan praktik komunikasi lingkungan yang telah terjadi selama ini di berbagai negara di antaranya ialah kampanye yang menggerakkan publik untuk melindungi kawasan liar untuk menjadi cagar alam, menghentikan pembuangan limbah, meningkatkan efisiensi bahan bakar pada kendaraan bermesin, hingga kampanye akuntabilitas korporasi untuk mempersuasi pelaku bisnis untuk mematuhi standar lingkungan yang ketat. Pesan-pesan mengenai masalah lingkungan, mulai dari perubahan iklim hingga bencana alam yang diakibatkan oleh manusia muncul di berbagai media pemberitaan, baik media tradisional -melalui iklan atau berita di surat kabar, televise, atau radio- maupun di internet (online) -seperti website, weblog, situs microblog, dan media sosial. Selama satu dekade terakhir, isu-isu tersebut diketengahkan dalam pemberitaan dan masyarakat mulai terlibat untuk melakukan sesuatu menganggapinya. Untuk mendukung permintaan akan informasi, tindakan, kesadaran, perubahan sikap (attitude) dan/atau tingkah laku (behavior) terkait dengan isu lingkungan, berbagai NGO menciptakan dan menggunakan beragam strategi komunikasi. Strategi ini dapat berupa kampanye lingkungan, lokakarya (workshop), pendidikan lingkungan, demonstrasi massa, hingga memanfaatkan media digital. Beberapa strategi bersifat pragmatis, yang bertujuan untuk menimbulkan tindakan dengan segera. Strategi lain bersifat konstitutif, yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran. Sebuah strategi yang sering digunakan

12 ialah kampanye advokasi 5 lingkungan; sebuah fungsi komunikasi lingkungan yang memiliki bagian pragmatis dan konstitutif, bertujuan untuk menciptakan kesadaran, peringatan, membujuk, atau advokasi kepada target group (Cox, 2012). Beragam strategi komunikasi yang diterapkan oleh NGO dan aktivis lingkungan bertujuan untuk menciptakan kesadaran publik akan isu-isu lingkungan. Dari sini dapat dilihat bahwa kampanye komunikasi lingkungan merupakan salah satu alat komunikasi untuk menggerakkan, memberi informasi, dan menciptakan kesadaran. Tetapi, pada kenyataannya strategi-strategi tersebut pada waktu yang sama bertujuan untuk menarik perhatian media dan masyarakat akan organisasi atau aktivis yang menerapkan strategi. Hal ini menunjukkan bahwa wacana kampanye komunikasi lingkungan dapat bersifat tumpang tindih, sehingga strategi kampanye advokasi dalam lingkup komunikasi lingkungan memerlukan pemahaman akan dinamika sosial -bahkan ekonomi- yang rumit antara pemangku kepentingan dan masalah yang berbeda (Marciano, 2011). Di samping menargetkan masyarakat yang berusia dewasa, kampanye komunikasi lingkungan dapat juga dilakukan untuk menyasar anak-anak dan remaja. Para akademisi dan spesialis komunikasi lingkungan telah berulang kali menunjukkan bahwa solusi untuk isu dan krisis lingkungan akan memerlukan kesadaran lingkungan dan pemahaman tepat yang harus berakar dalam sistem pendidikan pada semua jenjang pendidikan sekolah (Medallon & Gallardo, 2014). 5 Pengertian advokasi yang digunakan di dalam penelitian ini tidak sekedar berarti pembelaan (secara hukum), namun mengacu pada pengertian kata advocacy dari kamus Bahasa Inggris Oxford dan Longman. Menurut kedua kamus tersebut, advokasi berarti pemberian dukungan publik untuk suatu ide, keyakinan, tindakan, atau cara melakukan sesuatu (Hornby, 2015; Fox, Manning, Murphy, Urbom, & Marwick, 2003).

13 Beragam NGO dan agen pemerintah telah mengembangkan kampanye-kampanye spesifik yang didesain untuk menarik anak-anak dan remaja. Kampanye advokasi lingkungan tidak memiliki rumus atau formulasi mengikat yang harus diikuti satu per satu; perencanaan dan penerapannya bergantung pada sasaran (target audience), isu yang diangkat, serta tujuan kampanye (Marciano, 2011). Namun Rogers dan Douglas Story (1987 dalam Cox, 2006: 250) mengidentifikasi empat ciri khas yang menjadi kesamaan antara kampanye komunikasi dengan kampanye advokasi, yaitu (1) sebuah kampanye haruslah memiliki tujuan, (2) kampanye ditujukan untuk khalayak atau audiens yang besar, (3) kampanye memiliki dan diterapkan dalam kurun waktu tertentu, serta (4) kampanye melibatkan serangkaian aktivitas komunikasi yang terorganisasi Faktor Penentu Kesuksesan Kampanye Komunikasi Lingkungan Sebagaimana dalam praktik dan pelaksanaan kampanye komunikasi, pengaturan dan evaluasi kampanye advokasi perlu dilakukan agar dapat menafsir dampak dan nilai aktivitas komunikasi, memperoleh dukungan dari organisasi atau instansi lain, hingga pada akhirnya dapat memonitor dan mengukur kesuksesan dari kegiatan kampanye. Weiss dan Tschirhart (1994, dalam Coffman, 2002) mengembangkan kerangka kerja yang mengidentifikasi empat tugas sekaligus karakteristik yang membuat kampanye memiliki kemungkinan besar untuk menghasilkan kebijakan yang diinginkan. Kerangka kerja ini dapat digunakan dalam merencanakan maupun mengevaluasi kampanye komunikasi publik dan berguna sebagai panduan dalam kajian formatif atau tahap pra evaluasi. Tabel 1.1.

14 mendeskripsikan empat karakteristik kampanye yang efektif yang dikembangkan dalam kerangka kerja Weiss dan Tschirchart. Empat karakteristik kampanye yang dikembangkan oleh Weiss dan Tschirchart digunakan sebagai panduan dalam menganalisis praktik kampanye advokasi GIDKP di dalam penelitian ini. Tabel 1.1. Empat Karakteristik Kampanye Komunikasi yang Efektif dengan Memperhatikan Tugas Kampanye (diadopsi dari Coffman, 2002) Karakteristik Tugas Hal-hal untuk Diperhatikan 1 Untuk menangkap perhatian khalayak (audience) yang tepat. Mendefinisikan sasaran khalayak (target audience atau target group), memilih saluran untuk menjangkau khalayak, menarik perhatian yang cukup Untuk menyampaikan pesan yang dapat dipahami dan dapat dipercaya. Untuk menyampaikan pesan yang mempengaruhi keyakinan (belief) atau pemahaman khalayak. Untuk menciptakan konteks sosial yang menuju hasil yang diinginkan. Kredibilitas sumber, kejelasan pesan, kesesuaian dengan pengetahuan (yang pernah didapat) sebelumnya, durasi paparan. Menyediakan informasi, perhatian langsung, memicu norma, mengubah nilai-nilai dan preferensi yang mendasari. Memahami tekanan yang mengatur perilaku yang diinginkan. Kerangka kerja yang berisi tentang bagaimana kampanye komunikasi seharusnya bekerja (berdasarkan teori) dan efektif pada akhirnya mendorong pemilihan hasil kampanye yang bisa diukur, salah satunya ialah evaluasi hasil (outcome evaluation). Evaluasi hasil ini merupakan pengukuran efek (measures

15 of effect) yang terjadi dalam populasi target atau masyarakat, sebagai hasil dari kampanye. Pengukuran ini meliputi variabel kognitif -variabel yang disasar untuk dipengaruhi oleh sebagian besar kampanye- dan variabel yang berdasarkan konteks sosial -variabel di mana kampanye kehendak publik didesain untuk memberi dampak-. Variabel tersebut mencakup Pengetahuan atau kesadaran (knowledge/awareness), kemenonjolan (saliency), Sikap (attitudes), norma (norms), kemampuan diri (self-efficacy), intensi perilaku (behavioral intentions), perilaku (behavior), kemampuan (skills), kendala lingkungan (environmental constraints), bingkai media (media frames), dan perubahan kebijakan (policy change) Praktik Pembatasan Konsumsi Kantong Plastik di Dunia Meskipun setiap negara memiliki tingkat kepadatan penduduk dan tingkat penggunaan kantong plastik yang berbeda, namun menurut data yang dikeluarkan oleh berbagai NGO yang mengkampanyekan diet kantong plastik, setidaknya satu triliun kantong plastik HDPE digunakan di dunia -dengan basis penggunaan sekali pakai. Apabila ditarik jumlah rata-rata, maka jumlah penggunaan kantong plastik ini sama dengan dua juta kantong plastik per menit. Hal ini menjadi pokok bahasan yang penting dalam berbagai pertemuan internasional, hingga memicu kemunculan para aktivis dan organisasi pecinta lingkungan. Mereka melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif dari penggunaan kantong plastik baik bagi kesehatan manusia sendiri maupun sebagai polutan, serta mengurangi penggunaan kantong plastik dengan mengajak masyarakat terlibat dalam mengurangi pencemaran bumi dengan menerapkan program 3R (reduce,

16 reuse, recycle) (Roach, 2008). Namun karena tidak semua jenis plastik dapat didaur ulang, maka penekanan kampanye diet kantong plastik ialah pada pembatasan dan penggunaan reusable bag. Demikian juga kampanye yang dilakukan oleh GIDKP, yang hingga saat ini hanya berfokus pada pembatasan atau termasuk ke dalam kategori pengurangan (reduce) saja (Nusantara, 2016). Pemerintah di berbagai negara juga menyadari dan memahami dampak negatif penggunaan kantong plastik dan menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu terkait dengan hal tersebut. Kebijakan ini beragam; mulai dari pengenaan biaya hingga pelarangan sepenuhnya penggunaan kantong plastik. Salah satu negara yang telah lama menerapkan kebijakan ini ialah Denmark. Di Denmark, kebijakan penggunaan kantong plastik diterapkan pada tahun 2003 dengan menerapkan biaya untuk penggunaan kantong plastik. Pada tahun yang sama, kebijakan ini mengakibatkan persentase penggunaan kantong plastik menurun signifikan (Company, 2016; Seydel, 2015). Baik pakar maupun praktisi bidang komunikasi mengakui bahwa memang tidak semua negara menerapkan kebijakan pembatasan penggunaan plastik karena kesadaran utuh akan pelestarian lingkungan. Di beberapa negara di Afrika misalnya; pada tahun 2010, pemerintah setempat melarang penggunaan kantong plastik HDPE karena faktor penyebaran malaria. Limbah kantong plastik di air dapat menyumbat saluran-saluran air dan menyebabkan banjir pada musim hujan, sehingga penduduk setempat terjangkit wabah malaria. Di Indonesia, penerapan uji coba plastik berbayar baru dimulai pada 21 Februari 2016, dan kebijakan ini tidak diatur dalam Undang-Undang dan tidak bersifat mengikat pelaku usaha atau ritel.

17 Kampanye GIDKP Seperti yang telah dipaparkan di bagian latar belakang masalah penelitian; semenjak menjadi bagian terpisah dan berdiri menjadi organisasi yang independen, GIDKP membagi strategi program menjadi tiga kategori besar, yaitu petisi, edukasi, dan fasilitasi. Secara ringkas, penjabaran strategi kampanye GIDKP pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.2. Di dalam penelitian ini, program yang ditujukan kepada pelaku bisnis atau ritel tidak akan didiskusikan, karena fokus penelitian ini ialah analisis akan penerapan kampanye GIDKP yang digerakkan dan berdampak bagi masyarakat -sebagai konsumen. Tabel 1.2. Ringkasan Program dalam Kampanye GIDKP pada tahun 2015 (diadaptasi dari GIDKP, Laporan Tahunan, 2015) Strategi program Regulasi Edukasi Fasilitasi Sasaran Menggerakkan publik untuk terlibat dalam petisi kepada pemerintah, agar pemerintah mengeluarkan kebijakan tertentu terkait diet kantong plastik Mengedukasi dan mempersuasi masyarakat akan kepentingan diet kantong plastik Memberikan penghargaan kepada pelaku usaha- khususnya ritel di Indonesia- yang menerapkan berbagai kebijakan diet kantong plastik Wujud program Petisi Pay4Plastic Wisata Plastik Rampok Plastik Edukasi DKP Penghargaan DKP Secara umum, fokus utama kegiatan GIDKP ialah mengedukasi masyarakat Indonesia agar mengetahui dampak buruk pada lingkungan dan makhluk hidup apabila masyarakat menggunakan kantong plastik secara berlebihan. Beberapa

18 program yang dilakukan oleh GIDKP ialah Petisi Pay4Plastic, Wisata Plastik, Rampok Plastik, dan Edukasi DKP. Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada profil organisasi (Bab 3). a) Petisi Pay4Plastic Kegiatan Pay4Plastic (pay for plastic) merupakan upaya GIDKP mendorong pemerintah dan ritel untuk membuat aturan atau kebijakan dalam mengurangi kantong plastik. Salah satu kegiatan Pay4Plastik ialah kerja sama GIDKP dengan The Body Shop Indonesia untuk mengumpulkan petisi agar pemerintah memberhentikan pemberian kantong plastik secara gratis atau cuma-cuma kepada masyarakat saat berbelanja. Konsumen The Body Shop Indonesia ditawarkan untuk mengisi petisi secara offline dan petisi tersebut di kemudian hari dijadikan satu dengan petisi serupa di website dan diajukan kepada pemerintah. b) Wisata Plastik Wisata Plastik -pada tahun 2014 disebut dengan Operasi Plastik - merupakan aksi wisata menyusuri sungai dengan menggunakan kapal kecil (boat) dan membersihkan sungai dari sampah plastik. Aksi ini dilakukan setahun sekali atau dua kali. Hingga saat ini, Sungai yang telah disusuri dan dibersihkan ialah anak sungai Ciliwung di Jakarta, dan beberapa sungai kecil di Bandung.

19 c) Rampok Plastik Kegiatan Rampok Plastik merupakan aksi GIDKP menukar kantong plastik masyarakat dengan tas pakai ulang berbahan kertas daur ulang (reusable bag) atau tas berbahan kain (green bag). Kegiatan ini biasanya dilakukan saat berbagai ritel fashion mengadakan pameran atau pemberian diskon besar di musim tertentu (seasonal sale), di mana konsumsi kantong plastik biasanya meningkat secara signifikan karena pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen yang tertarik akan produk yang didiskon. Perampokan dan penukaran kantong dilakukan di luar pusat perbelanjaan atau di luar tempat di mana diskon produk berlangsung, serta diminta dan ditukar atas persetujuan konsumen. Dengan demikian, kegiatan berbelanja tidak akan terganggu dan konsumen tidak akan merasa terpaksa telah terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan Rampok Plastik ini telah dilakukan berkali-kali, baik di Jakarta maupun di Bandung, khususnya saat ada acara diskon dari ritel fashion. d) Edukasi DKP (Edukasi Diet Kantong Plastik) GIDKP memberikan kegiatan presentasi dan lokakarya sebagai sarana mengedukasi mengenai bahaya akan konsumsi kantong plastik yang berlebih dan kepentingan diet kantong plastik demi kesinambungan kehidupan bumi untuk segmen anak-anak dan remaja. Pada tahun 2015, GIDKP telah melakukan presentasi di beberapa SD, SMP, dan SMA di wilayah Jakarta dan Bandung untuk mengedukasi target audience yang muda.

20 1.7. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual yang dikembangkan dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan fondasi teori mengenai komunikasi lingkungan, kampanye advokasi bagi lingkungan, dan penerapan kampanye advokasi yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun Lebih lanjut, peneliti mengadaptasi penelitian Atkins (2013), Parker (2003), dan Coffman (2002) sebagai landasan dalam mengkaji proses kampanye GIDKP yang ditargetkan kepada masyarakat Indonesia pada tahun Secara singkat, kerangka konseptual ini dapat dilihat pada gambar Komunikasi lingkungan Kampanye adkovasi dalam komunikasi lingkungan Praktik kampanye advokasi diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun 2015 Isu diet kantong plastik di Indonesia Penerapan kampanye GIDKP pada tahun 2015 Tujuan kampanye Jenis program Tujuan program Target audience Karakteristik pesan Saluran komunikasi Hambatan Gambar Kerangka Konseptual Penelitian

21 a. Komunikasi lingkungan Kampanye advokasi dalam konteks komunikasi lingkungan telah berfokus pada kesadaran masyarakat akan risiko kesehatan yang serius, serta kepentingan untuk melindungi sumber daya alam untuk kebaikan semua orang. Sebagai contoh, kampanye yang dirancang untuk membantu melindungi lingkungan dan kesehatan manusia - termasuk pemanasan global dan kampanye terhadap perubahan iklim, dan diet kantong plastik. Semua kampanye ini bertujuan untuk menjaga masyarakat, lingkungan, dan sumber daya yang memberikan kebaikan dan kenyamanan bagi makhluk hidup. Pada kenyataannya, membahas isu dan pengaruh yang berkaitan dengan lingkungan, termasuk penerapan kampanye advokasi, merupakan proposisi yang rumit karena banyak informasi yang dikaji tidak hanya berasal dari entitas pemerintah ataupun masyarakat, tetapi juga dari kelompok advokasi lain atau pihak pengampu kepentingan (stakeholders) lain dengan berbagai agenda dan kepentingan lain yang dapat bersifat tidak sejalan dengan tujuan kampanye (Cox, 2012). b. Kampanye advokasi dalam komunikasi lingkungan Seperti yang didefinisikan oleh Rice dan Atkin (2013), kampanye komunikasi merupakan upaya untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku khalayak ditentukan melalui komunikasi terorganisasi dan secara teoritis pesan disebarkan melalui berbagai saluran. Komponen kunci dari definisi ini antara lain adalah pengaruh, audiens yang spesifik, komunikasi terorganisasi, pesan, dan saluran komunikasi. Rice dan Atkin memahami kampanye sebagai upaya persuasif

22 dirancang untuk membawa perubahan bagi target audicence dengan pesan yang disampaikan melalui berbagai saluran. Untuk melaksanakan kampanye komunikasi yang sukses, peneliti atau perancang kampanye harus terlebih dahulu mengidentifikasi target audience dan perilaku target audience untuk menentukan kebutuhan dan hambatan yang terkait dengan kampanye yang diinginkan. Setelah langkah tersebut, perancang kampanye dapat berfokus pada desain pesan kampanye. Kampanye advokasi pada umumnya menerapkan salah satu dari dua pendekatan strategis pesan; yaitu fokus pesan untuk mempromosikan perilaku yang positif, atau fokus pesan untuk mencegah orang-orang mengalami masalah -terkait tentang kesehatan hingga upaya pelestarian alam. Meskipun demikian, kedua pendekatan ini -promosi maupun pencegahan- sering menampilkan pesan persuasif yang menekankan mengapa target audience harus mengadopsi atau menghindari perilaku yang dikampanyekan. Cox (2012) dan Charnovitz (2002) menegaskan bahwa kampanye komunikasi lingkungan dapat diimplementasikan pada skala besar maupun kecil, menjangkau penonton dari berbagai latar belakang dan usia. Perancang kampanye dapat menyesuaikan pesan bahkan kompleksitas dan fokus pesan untuk target audience. Pesan kampanye umumnya menggunakan beberapa saluran, termasuk saluran tradisional seperti brosur, billboard, hingga iklan layanan masyarakat di televisi atau radio. Di samping itu, kemajuan teknologi yang berkembang pesat dalam dua dasawarsa terakhir menyebabkan peningkatan penggunaan internet dan aplikasi-aplikasi yang tersedia dalam ponsel pintar (smartphones), yang menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam penyebaran informasi. Hal ini tentu

23 saja menjadi peluang bagi pihak perancang dan pelaku kampanye, karena pendekatan melalui berbagai platform online -mencakup situs, weblog, situs microblog, media sosial, hingga aplikasi ponsel pintar- seringkali memerlukan biaya yang lebih rendah dan dapat menjangkau target audience yang lebih luas dibandingkan penggunaan media tradisional. c. Penerapan kampanye advokasi melalui praktik kampanye diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP Sebagaimana ditekankan oleh ketiga koordinator GIDKP, pada dasarnya kampanye yang dirancang dan dilakukan oleh GIDKP menyasar ke tiga target utama, yaitu: badan pembuat kebijakan (pemerintah, baik pusat maupun regional), pelaku atau pemilik usaha -khususnya ritel dan swalayan-, serta masyarakat awam sebagai konsumen. Kampanye advokasi yang dilakukan GIDKP pada tahun 2015 bertujuan untuk menekankan edukasi kepada seluruh target group GIDKP bahwa Indonesia sudah seharusnya memiliki kebijakan pembatasan produksi dan penggunaan kantong plastik untuk belanja, mengingat kondisi alam di Indonesia yang sudah mulai tercemar berat dan populasi penduduk yang semakin meningkat. Dengan peningkatan jumlah penduduk, maka jumlah konsumsi atau penggunaan kantong plastik pun juga akan meningkat; padahal program daur ulang plastik HDPE di Indonesia belum terkelola dengan baik. Dengan demikian, pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan masalah yang terus berkepanjangan apabila tidak ditangani secara serius oleh pemerintah, pelaku bisnis, dan kesadaran dari masyarakat (Nusantara, 2015).

24 Lebih lanjut, dalam menganalisis praktik kampanye advokasi diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP, kerangka konseptual ini disusun dengan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: a. Pelaksanaan praktik kampanye diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP berhubungan erat dengan isu diet kantong plastik di Indonesia, tujuan serta penerapan kampanye GIDKP. b. Isu diet kantong plastik di Indonesia sudah menjadi perhatian beberapa NGO semenjak awal tahun Namun karena praktik diet kantong plastik ini dianggap sebagai gaya hidup saja dan tidak memiliki manfaat atau konsekuensi yang vital, masyarakat Indonesia tidak sepenuhnya memahami dan melaksanakan c. Tujuan kampanye Tujuan kampanye secara keseluruhan menjadi panduan bagi organisasi untuk mengatur dan mengimplementasikan kampanye. Oleh karena itu, d. Kampanye diet kantong plastik yang dilakukan oleh GIDKP pada tahun 2015 terwujud dalam program Petisi Pay4Plastic, Rampok Plastik, Wisata Plastik, dan Edukasi DKP. Program-program ini yang akan dikaji berdasarkan aspek-aspek penting kampanye komunikasi, yang meliputi; tujuan kampanye, target audience, karakteristik pesan kampanye, saluran komunikasi yang dipilih, dan hambatan.

25 e. Tujuan program kampanye Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan (message) dalam kampanye meliputi: 1) Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian 2) Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau dimengerti oleh komunikan 3) Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya 4) Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan keadaan kondisi dari komunikan f. Target audience Untuk membuat isu lingkungan memiliki relevansi dengan khalayak, penyasaran yang tepat akan khalayak -yang biasanya disebut target audience- harus dicapai. Pertanyaan yang harus dijawab oleh komunikator ialah dengan segmen populasi mana terdapat peluang besar untuk mencapai sasaran kampanye? Penetapan target audience dapat dilakukan dengan memastikan siapa yang perlu mengetahui dan memahami masalah lingkungan tertentu, atau siapa yang perlu mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi. Dalam menganalisis target audience, beberapa hal perlu diperhatikan, mencakup (Parker, 2003): 1) Siapa target audience final atau terakhir; adakah keberadaan intermediasi target audience yang akan menyampaikan pesan kepada target audience final?,

26 2) Ukuran (populasi) target audience, yang dapat ditentukan dengan melihat karakteristik demografi dan sosial-ekonom 3) Karakteristik psikologis, yang mencakup hobi, minat, pengetahuan yang dimiliki saat ini, sikap, dan nilai terkait dengan kepentingan diet kantong plastik 4) Aksesibilitas dan kemampuan dapat ditelusuri (traceability) dari target audience 5) Ukuran dan intensitas masalah diet kantong plastik bagi target audience 6) Waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan target audience 7) Biaya dan sarana yang paling mungkin digunakan untuk menjangkau target audienc g. Karakteristik pesan Dalam upaya mempengaruhi perilaku target audience, kampanye berupaya untuk mempromosikan perilaku positif atau mencegah perilaku yang menimbulkan masalah. Pelaku kampanye perlu memahami hal-hal terkait karakteristik pesan untuk dapat mencapai efektivitas kampanye, meliputi (Atkins, 2013): 1) Jenis pesan: pencegahan vs. promosi 2) Konten pesan: informatif vs. persuasif 3) Sumber pesan: figur publik atau pemimpin yang dipilih

27 4) Fitur pesan dari dimensi kualitatif: kredibilitas sumber, sifat menghibur, derajad mudah dipahami, dan penggunaan daya tarik pesan (insentif). h. Saluran komunikasi Dalam menyebarkan pesan kampanye, kebanyakan pendesain kampanye masih bergantung pada siaran dan saluran komunikasi tradisional. Padahal zaman sekarang, komunikator dapat dimudahkan dengan keberadaan media digital. Dalam mempertimbangkan dan menilai tiap-tiap pilihan yang tersedia untuk menyebarkan pesan kampanye, maka beberapa hal perlu diperhatikan, yang meliputi (Atkins & Rice, 2013): Jangkauan; Penargetan yang spesifik; Partisipasi; Personalisasi; Kedalaman; Kredibilitas; Aksesibilitas; Ekonomi, dan Efisiensi i. Hambatan Keputusan individu sangat dipengaruhi oleh dan dibentuk dari kendala dan peluang dalam lingkungan sosial mereka; seperti kebijakan moneter, praktik industri dan bisnis, panutan atau kelompok referensi, kekuatan sosial, dan pelayanan masyarakat. Para pihak pembuat kebijakan di dalam pemerintahan, bisnis, pendidikan, kesehatan, media, keagamaan, dan organisasi-organisasi -termasuk NGO- dapat menginisiasi intervensi yang mengubah lingkungan. Jadi, untuk mencapai tujuan kampanye dan mengintegrasikan media dan komunikasi interpersonal, pelaku kampanye perlu mengorganisasi kegiatan kampanye yang dilakukan pada tingkatan komunitas, yang dapat melibatkan para pemangku kepentingan

28 1.8. Metodologi Penelitian Penelitian mengenai praktik kampanye advokasi GIDKP ini bersifat kualitatif, dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Pendekatan ini diterapkan karena dua alasan utama. Pertama, penelitian ini berusaha untuk mempelajari dan mengkaji secara mendalam profil organisasi serta kampanye advokasi yang dilakukan oleh GIDKP yang dilakukan pada tahun 2015, sehingga dipilih ketiga pengurus GIDKP sebagai narasumber utama penelitian, ditunjang dengan dokumen-dokumen lain, seperti website, brosur, dan laporan tahunan GIDKP. Karena telah bekerja dan turut membangun GIDKP sejak berdirinya organisasi ini hingga kampanye berlangsung, ketiga narasumber ini memiliki wawasan yang luas dan mendalam mengenai profil dan kampanye GIDKP. Alasan ke dua, sejauh ini belum ditemukan penelitian serupa, baik dalam hal tema penelitian ataupun terhadap objek penelitian GIDKP maupun NGO penggiat diet kantong plastik lain di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberi gambaran tentang praktik komunikasi lingkungan yang terjadi di Indonesia dan menjadi salah satu bahan kajian bagi penelitian mengenai GIDKP, selain menjadi masukan bagi organisasi itu sendiri. Selanjutnya, di dalam bagian ini metode dan objek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reabilitas data, serta jadwal penelitian dipaparkan.

29 Objek dan Metode Penelitian Objek penelitian ini ialah Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), yang pada saat ini memiliki dua kantor di dua kota di Indonesia, Jakarta (kantor pusat) dan Bandung (kantor perwakilan). Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan dan penerapan kampanye GIDKP pada tahun Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam studi ini diperoleh melalui pengumpulan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari studi literatur mengenai teori komunikasi lingkungan, kampanye komunikasi, dan kampanye advokasi. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi non partisipan -di mana peneliti mengamati beberapa kegiatan GIDKP yang telah terlaksana- serta mengumpulkan dokumen yang berupa produk komunikasi GIDKP -antara lain laporan tahunan, dan materi yang dibagikan kepada masyarakat umum saat GIDKP mengadakan event (leaflet dan brosur). Data primer diperoleh dari wawancara semi terstruktur dengan ketiga koordinator GIDKP, yaitu Tiza Mafira (Koordinator Bidang Legal GIDKP-Pusat), Rahyang Nusantara (Koordinator Harian-Pusat, di Jakarta) dan Adisa Soedarso (Koordinator Harian-Daerah, di Bandung). Pemilihan narasumber ini berdasarkan pendapat Ricardi Adnan (2013), bahwa efektifitas komunikasi dan penelitian terkait lingkungan dapat dicapai apabila pembuat, pengelola, ataupun peneliti memiliki informasi yang komprehensif sebelum menyusun suatu konsep. Lebih lanjut Adnan

30 menyatakan bahwa pengetahuan terhadap lingkungan diperoleh melalui suatu aktivitas pemotretan terhadap lingkungan. Untuk melakukan pemetaan terhadap lingkungan komunikasi dan pemasaran sosial diperlukan suatu metode untuk penggalian informasi, dan salah satu metode yang dapat digunakan ialah survei yang dilakukan kepada pelaku kampanye komunikasi lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan metode wawancara semi terstruktur karena studi ini ingin mengidentifikasi dan memaparkan tujuan pendirian organisasi, memaparkan target audience organisasi, dan melihat kampanye pesan diet kantong plastik berdasarkan perspektif organisasi (internal) Analisis Data Setelah memperoleh data, maka analisis akan data tersebut diperlukan. Metode analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini mengacu pada metode analisis Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1994 dalam Flick, 2014; Bazeley, 2013; O Connor & Gibson, 2003) mengemukakan bahwa analisis penelitian kualitatif terdiri dari tiga prosedur, yaitu (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi hasil studi (conclusion drawing or verification). Berikut penjelasan singkat masing-masing tahap analisis data studi ini: 1) Reduksi data a. Reduksi data dilakukan melalui proses pemberian kode (coding).

31 b. Pada tahap ini, peneliti akan memilah data dan mereduksinya dengan menerapkan pemberian kode (coding) atas jawaban atau informasi yang diberikan oleh narasumber. 2) Penyajian data Setelah dikategorikan, data akan disajikan secara terstruktur dalam bentuk laporan akhir studi (tesis). 3) Penarikan kesimpulan Kesimpulan dan saran akan dipaparkan pada bagian akhir laporan studi.. Untuk mendukung reabilitas data, peneliti memastikan daftar pertanyaan serta memastikan situasi dan kondisi ruangan yang nyaman -baik bagi narasumber maupun peneliti- saat melakukan wawancara. Di samping itu, peneliti menyimpan rekaman audio, serta melampirkan foto narasumber dan transkrip wawancara di laporan ini Jadwal Penelitian Sekaran dan Bougie menyatakan bahwa penelitian ilmiah mengupayakan penerapan metode yang teliti, bertahap, logis, dan teratur untuk menemukan solusi dari masalah (penelitian) atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terjabarkan pada rumusan masalah penelitian (2011). Proses dan jawal studi yang dilakukan oleh penelti memakan waktu sepuluh minggu, dimulai pada awal Januari sampai Juni Penerapan metode tersebut terangkum dalam penjabaran jadwal penelitian seperti dijelaskan pada tabel 1.3. (Penjabaran Tahapan Penelitian).

32 Tabel 1.3. Penjabaran Tahapan Penelitian Tahap Waktu Deskripsi kegiatan I Dilaksanakan sebelum penelitian dimulai Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan wajib dan berhubungan dengan penulisan penelitian, peneliti mendapat gambaran umum mengenai area komunikasi dan objek penelitian yang ingin dipelajari lebih lanjut. Area penelitian yang dipilih sesuai konsentrasi studi ialah manajemen komunikasi, dan objek penelitian ialah organisasi. II III IV V VI VII Minggu I (Januari 2016) Minggu I-II (Januari 2016) Minggu I-III (Januari 2016) Minggu II-VIII (Januari- Februari 2016) Minggu VIII- XI (Februari- Maret 2016) Minggu IX-XI (Februari-Juni 2016) Peneliti menentukan tujuan serta pertanyaan penelitian dalam tahap ini. Objek penelitian yang ditetapkan ialah organisasi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Setelah melakukan pendekatan dan kontak, penulis mempersiapkan proposal riset yang ditujukan bagi universitas, sedangkan kisi-kisi proposal diberikan kepada pengelola komunitas. Setelah menyelesaikan kegiatan-kegiatan pada tahap ke dua, peneliti menjadwalkan dan mengadakan beberapa pertemuan dengan dosen pembimbing dari universitas untuk mendiskusikan pendekatan yang digunakan dan pengembangan hipotesis penelitian. Karena proyek penelitian ini bertujuan untuk membentuk analisis yang bersifat kualitatif, maka peneliti menerapkan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan sebagai metode perolehan data primer. Metode perolehan data sekunder ialah kajian pustaka, serta kajian produk komunikasi GIDKP (website, brosur, leaflet, dan laporan tahunan). Setelah melalui proses pengembangan model penelitian, peneliti menetapkan dan mengkonsultasikan instrumen penelitian dan skala pengukuran yang digunakan (untuk instrumen penelitian) dengan dosen pembimbing. Pengumpulan data dijadwalkan pada minggu II hingga minggu VIII. Setelah transkrip wawancara selesai diproduksi, analisis data dilakukan secara manual dengan mengacu kepada model analisis Miles dan Huberman. Fase ini dijadwalkan akan memakan waktu lebih kurang dua minggu pada bulan Maret hingga April. Setelah selesai menganalisis data, maka peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasi hasil analsis dan pengujian melalui laporan terstruktur (tesis). Fase ini dijadwalkan akan memakan waktu lebih kurang dua minggu meskipun pada prakteknya, kegiatan interpretasi data telah dilakukan sejak awal penelitian.

33

Siaran Pers Untuk disiarkan segera. Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik

Siaran Pers Untuk disiarkan segera. Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik Siaran Pers Untuk disiarkan segera Jangan Tunda Lagi Untuk Mengurangi Kantong Plastik Jakarta (27/7). Permasalahan sampah kantong plastik membutuhkan penanganan yang serius. Tahun 2016, setiap harinya,

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik adalah gerakan nasional yang mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan kantong plastik. Diet memiliki makna BIJAK dalam mengonsumsi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah sangat berkembang dan terus semakin berkembang. Segala macam produk dan jasa yang disediakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan wilayah yang luas, pertumbuhan media dari waktu kewaktu semakin menunjukan peningkatan. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belakangan ini hampir seluruh aktivis mengkampanyekan slogan Stop global warming. Spanduk, billboard, pamflet dan aksi penggalangan dana pun dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian masyarakat. Fungsi dari kantong plastik sendiri tidak sebesar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian masyarakat. Fungsi dari kantong plastik sendiri tidak sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini, permasalahan dari penggunaan kantong plastik semakin menjadi perhatian masyarakat. Fungsi dari kantong plastik sendiri tidak sebesar efek dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian melalui observasi dan wawancara di organisasi non profit Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa ilmuwan dan orang awam dulu menganggap bahwa global warming hanya merupakan sebuah mitos yang dampaknya tidak akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Namun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Orisinalitas (State of the Art) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkurangnya sabuk hijau (green belt) di Indonesia terutama didaerah Jakarta, disebabkan oleh gelombang air laut yang langsung mengenai daratan sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah sampah adalah sebuah kondisi yang tidak diharapkan keberadaannya dalam suatu Negara, termasuk di Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini masyarakat Indonesia khususnya remaja dan dewasa di kota-kota besar lebih sering berbelanja di retail modern, jika berbelanja kebutuhan bulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sampah plastik adalah salah satu komponen terbanyak yang ada dalam sampah yang berbahaya apabila tidak ditindaklanjuti dengan bijaksana dan dukungan dari infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan kepada konsumen atau public mengenai keberadaan barang atau jasa yang. buku Komunikasi Pemasaran Modern (2010:16-17) adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pesan kepada konsumen atau public mengenai keberadaan barang atau jasa yang. buku Komunikasi Pemasaran Modern (2010:16-17) adalah: BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam memasarkan suatu barang atau jasa diperlukan komunikasi pemasaran, karena komunikasi pemasaran merupakan suatu proses penyampaian pesan kepada konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup merupakan hal yang wajib dilakukan bagi masyarakat dunia. Hal ini dicetuskan oleh adanya kekhawatiran

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peluang untuk berkomunikasi dengan pelanggannya. pemasaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam memfasilitasi proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai peluang untuk berkomunikasi dengan pelanggannya. pemasaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam memfasilitasi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telepon gengam (ponsel/telepon seluler) telah berkembang menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Bagi sebagian orang, kehadiran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR. A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR. A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar 40 BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI KEBIJAKAN KANTONG PLASTIK BERBAYAR A. Kronologis pemberlakuan kebijakan kantong plastik berbayar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menghitung masalah konsumsi

Lebih terperinci

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung

PETA PERSAMPAHAN BANDUNG. Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung PETA PERSAMPAHAN BANDUNG Mengembangkan Piranti Lunak Untuk Mendorong Sistem Persampahan Berbasis Komunitas di Kota Bandung permasalahan 1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan sampai dengan saat ini masih menarik banyak perhatian Warga Negara, Perusahaan, Lembaga serta Pemerintah dari sekitar belahan dunia.

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 PRODUK PT. COCA COLA Sumber :

GAMBAR 1.1 PRODUK PT. COCA COLA Sumber : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian PT. Ades Waters Indonesia Tbk, didirikan dengan nama PT. Alfindo Putrasetia di tahun 1985. Nama Perseroan telah diubah beberapa kali terakhir di tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. internet. Internet (singkatan dari interconnected networking)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun juga di negara berkembang salah satunya Indonesia. internet. Internet (singkatan dari interconnected networking) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat pesat. Dunia telah memasuki era globalisasi dimana teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang kemajuan teknologinya semakin pesat, masyarakat justru

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang kemajuan teknologinya semakin pesat, masyarakat justru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di jaman yang kemajuan teknologinya semakin pesat, masyarakat justru melalaikan satu faktor yang pada awalnya hanya merupakan masalah minor, yaitu meningkatnya

Lebih terperinci

Foto sampul oleh: Jawa Pos Desain sampul oleh: Rahyang N. Tim Penyusun oleh: Badan Harian Rahyang Nusantara Adisa Soedarso

Foto sampul oleh: Jawa Pos Desain sampul oleh: Rahyang N. Tim Penyusun oleh: Badan Harian Rahyang Nusantara Adisa Soedarso Foto sampul oleh: Jawa Pos Desain sampul oleh: Rahyang N Tim Penyusun oleh: Badan Harian Rahyang Nusantara Adisa Soedarso Tim pendukung data: Koordinator relawan kota Karunia Nur Idha Kanya Stira Sjahrir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di era modern seperti sekarang ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia berdampak tidak baik bagi lingkungan. Saat ini adalah dimana terjadinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar konsumen yang memberi pengaruh pada pergerakan konsumsi adalah konsumen akhir yang biasanya merupakan konsumen individu (Engel et al. 1995). Setiap konsumen individu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: green marketing, kualitas produk, perceived value, loyalitas pelanggan

ABSTRAK. Kata Kunci: green marketing, kualitas produk, perceived value, loyalitas pelanggan Judul : Implementasi Pemasaran Hijau Melalui Penawaran Tas Belanja Eco-bag Untuk Meningkatkan Loyalitas Pelanggan Pasar Swalayan di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung Nama : Andika Djunaidi Putra NIM :

Lebih terperinci

laporan tahunan gerakan indonesia diet kantong plastik 2015

laporan tahunan gerakan indonesia diet kantong plastik 2015 laporan tahunan gerakan indonesia diet kantong plastik 2015 INDONESIA DITUDUH SEBAGAI PENYUMBANG SAMPAH PLASTIK TERBESAR KEDUA DI DUNIA. Sumber: Plastic waste inputs from land into the oceans (Jambeck

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan

Lebih terperinci

Gambar Logo Forum Hijau Bandung

Gambar Logo Forum Hijau Bandung Kota Bandung memiliki potensi menjadi kota lestari, kota yang dibangun oleh manusia kota yang berinisiatif dan bekerja sama dalam melakukan perubahan dan gerakan bersama. Kota lestari dibangun dengan menjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir, isu mengenai pemanasan global menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam artikelnya di www.detikhealth.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, perusahaan perusahaan multinasional saat ini semakin banyak dan secara terus menerus berkembang untuk selalu meningkatkan kinerjanya demi persaingan global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling diandalkan untuk mempromosikan suatu barang atau jasa. Banyak perusahaan menganggarkan biaya besar untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kota Baru Parahyangan merupakan sebuah kota mandiri yang berada di kabupaten Bandung Barat. Luas Kota Baru Parahyangan mencapai 1000 hektar tanah dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. meningkatkan efisiensi kehidupan manusia. Secara spesifik dalam penelitian di

Bab I PENDAHULUAN. meningkatkan efisiensi kehidupan manusia. Secara spesifik dalam penelitian di Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehadiran internet dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang pesat berpengaruh besar kepada perubahan berbagai aspek dalam kehidupan manusia dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN. layak untuk dikonsumsi. Indonesia sebagai negara penghasil minyak kelapa sawit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia memiliki peranan yang paling dominan dalam lingkungan karena manusia melakukan berbagai aktivitas untuk pemenuhan kebutuhannya. Usaha pemenuhan kebutuhan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi agar membawa dampak optimal untuk organisasi, publik, maupun kepentingan bisnis menuju ke arah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil dari sebuah program komunikasi, pada dasarnya diawali oleh perencanaan yang matang di bidang komunikasi. Perencanaan yang baik, tepat, akurat akan mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan bakau merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemikiran yang berorientasi pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari lagi menjelang era millennium tiga ini. Era tersebut diyakini pula sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama sampah yang berupa kantong plastik. seperti di Kenya dan Uganda malah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 29 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Adiwiyata-Sekolah Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup (Panduan Sekolah Adiwiyata 2010 Wujudkan Sekolah Peduli Dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup pelik dan sulit untuk dihindari. Jika tidak ada kesadaran dari berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83)

BAB I PENDAHULUAN. relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto (2014:83) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelestarian lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi isu yang semakin relevan dalam konteks ekonomi saat ini (Garzella & Fiorentino, 2014). Mardikanto

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK Ekadina Dzawil Ulya Universitas Negeri Semarang Email : dinadzawil@gmail.com

Lebih terperinci

Bismillahi rahmani rahiim,

Bismillahi rahmani rahiim, Pidato Utama Seminar IDB: Mencetak Sumber Daya Manusia yang Kompetitif bagi Pemberdayaan Ekonomi Dr. Hendar (Deputi Gubernur, Bank Indonesia) Jakarta, 13 Mei 2016 Bismillahi rahmani rahiim, Yang saya hormati:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan bagian yang amat vital bagi kehidupan seluruh manusia dan merupakan jantung berjalan lancarnya dunia pendidikan, kegiatan ekonomi dan relasi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harsono Suwardi (Prisgunanto, 2014) menyatakan bahwa dasar dari pemasaran adalah komunikasi. Pemasaran bisa menjadi begitu kuat jika dipadukan dengan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan Kualitatif yakni menjelaskan dan menggambarkan fenomenafenomena yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihuni oleh 220 juta jiwa yang similar dengan kira-kira 1,1 milyar liter stok darah

BAB I PENDAHULUAN. dihuni oleh 220 juta jiwa yang similar dengan kira-kira 1,1 milyar liter stok darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Selama beberapa bulan belakangan ini sudah sering sekali dimuat di beberapa media berita bahwa Palang Merah Indonesia (PMI) kekurangan stok darah. PMI sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.90/MENLHK/SETJEN/SET.1/11/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MASYARAKAT PADA POS-POS FASILITAS PUBLIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Hidup penuh dengan ketidakpastian. Salah satu jenis ketidakpastian yang tak seorangpun tahu kapan datangnya adalah kematian. Kematian adalah sesuatu yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL KODE PERILAKU ETIK APACMED DALAM INTERAKSI DENGAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL MISI APACMED: Misi kami adalah meningkatkan standar perawatan melalui kolaborasi inovatif di kalangan pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan banyak dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat dapat melihat dunia tanpa harus keluar rumah,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syafputri (2014). Data ini diperkuat oleh pernyataan Badan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Syafputri (2014). Data ini diperkuat oleh pernyataan Badan Pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dapat menghasilkan 5,4 juta ton sampah plastik per tahunnya menurut Syafputri (2014). Data ini diperkuat oleh pernyataan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan signifikan. Cara baru tersebut dikenal sebagai pemasaran digital

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan signifikan. Cara baru tersebut dikenal sebagai pemasaran digital 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang semakin pesat berkembang mendorong bagi pelaku pasar untuk dapat menyasar konsumen menggunakan teknologi yang telah berkembang. Hal ini

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005) Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam dekade ini telah mendorong pertumbuhan ketersediaan informasi yang sangat besar, dalam sisi kuantitas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

Memahami Komunikasi Kesehatan. :: komkes.wordpress.com

Memahami Komunikasi Kesehatan. :: komkes.wordpress.com Memahami Komunikasi Kesehatan dienanshari@gmail.com :: komkes.wordpress.com 1 Tujuan sesi ini: Memperkenalkan konsep komunikasi dan komunikasi kesehatan; Menjelaskan peran, area kerja, dan sumber informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesuksesan konvergensi/ kombinasi digital media dapat dirasakan oleh hampir semua orang melalui perangkat mobile technology yang semakin terkonvergensi oleh hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghidupkanachanyajikabenar-benar perlu, memilihmakanan yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. menghidupkanachanyajikabenar-benar perlu, memilihmakanan yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Membawa tas belanja sendiri, tidak menggunakan pembersih kimia di rumah, menggantikan tisu dengan sapu tangan, berusaha mengurangi jumlah sampah pribadi yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 21 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 20162016 TENTANG PENGURANGAN PENGGUNAAN KANTONG PLASTIK DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

poster di sosial media dan di toko-toko sepeda, dan dari mulut ke mulut dari lingkungan komunitas hingga teman kantor atau kuliah, cara ini terbukti

poster di sosial media dan di toko-toko sepeda, dan dari mulut ke mulut dari lingkungan komunitas hingga teman kantor atau kuliah, cara ini terbukti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepeda merupakan alat transportasi yang ramah lingkungan, sehat dan hemat, kita dapat membantu mengurangi polusi asap kendaraan dengan menggunakan sepeda, dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian isi pesan seolah olah langsung antara komunikator dan. karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian isi pesan seolah olah langsung antara komunikator dan. karena jelas terdengar dan terlihat secara visual. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi sebagai alat komunikasi yang sifatnya istimewa dibanding alat komunikasi lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati baik di darat maupun di laut memiliki peluang yang sangat besar dalam meraih manfaat dari alam, salah satu manfaat

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat terpuaskan secara permanen. Dalam usahanya untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Namun, kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi karena di dalamnya terdapat elemen elemen komunikasi yang diantaranya terdapat komunikator sebagai pembuat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh aktivitas alam (bencana alam) atau aktivitas manusia, yang menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ketertinggalan akademik, tetapi lengah dalam membangun karakter. Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ketertinggalan akademik, tetapi lengah dalam membangun karakter. Pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan karakter adalah sisi yang selama ini hilang dalam pembentukan di Indonesia. Bangsa Indonesia terlalu bersemangat mengejar ketertinggalan akademik,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi menjadi ciri khas pada era globalisasi saat ini. Perkembangan sistem informasi saat ini sangat pesat khusunya dalam urusan bisnis manusia. Terlebih

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci