Pengaruh Perbandingan Limbah... Stephanus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Perbandingan Limbah... Stephanus"

Transkripsi

1 PENGARUH PERBANDINGAN LIMBAH PETERNAKAN SAPI PERAH DAN LIMBAH KUBIS (Brassica oleracea) PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP KANDUNGAN N, P DAN K THE INFLUENCE OF COMPARATIVE TREATMENT BETWEEN DAIRY CATTLE FARM WASTE AND CABBAGE (Brassica oleracea) WASTE IN MAKING LIQUID ORGANIC ON THE N, P AND K Stephanus Hendra Rinaldi*, Tb Benito A Kurnani**, dan Bambang Sudiarto** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran stephanushendra_rinaldi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Pengelolaan Limbah Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada bulan Januari sampai Februari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brasicca oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan N, P dan K. Pelaksanaan penelitian didesain secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan perbandingan limbah sapi perah dan limbah kubis, T 1 = 70 % : 30 %, T 2 = 50 % : 50 % dan T 3 = 30 % : 70 % yang masing-masing terdiri atas 6 ulangan. Peubah yang diamati adalah kandungan N, P dan K, yang hasilnya dianalisis menggunakan metode Sidik Ragam dan uji signifikansi Metode Tukey. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa perbandingan jumlah limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan N, P dan K (P<0,05). Perlakuan dengan perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis menghasilkan kandungan N, P dan K pupuk organik cair yang tertinggi yaitu 0,071 % N; 0,018% P dan 0,285 % K. Kata Kunci : Limbah peternakan sapi perah, Limbah kubis, Pupuk organik cair, N, P dan K. ABSTRACT This research was conducted at the Laboratory of Microbiology and Animal Waste Management, Animal Husbandry Faculty, Universitas Padjadjaran in the periode of November to June The objective of this research is to know the influence of comparative treatment between dairy cattle waste and cabbage (Brassica oleracea) waste in the making of organic liquid fertilizer on the content of N, P and K. This experimental research used completely randomized design with 3 treatments comparison of dairy cattle waste and cabbage waste, namely T 1 = 70 % : 30 %, T 2 = 50 %: 50 % dan T 3 = 30 % :70 % with 6 replicates. The observed variabels were the content of N, P and K. The obtained data were analyzed using Analysis of Variance and Tukey Method Significant Test. The results of this research showed that the comparative treatment of dairy cattle farm waste and cabbage waste gave different influence on the content of N, P and K. Treatment of 70 % dairy cattle farm waste and 30 % cabbage waste resulted in the highest content of N, P and K of liquid organic fertilizer i.e, 0,071 % N, 0,018 % P and 0,285 % K. Keywords: Dairy cattle waste, Cabbage waste, Organic liquid fertilizer, N, P and K.

2 PENDAHULUAN Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang di budidayakan oleh masyarakat sebagai penghasil susu. Susu merupakan bahan pangan sumber protein hewani, yang keberadaannya sangat penting untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Dikembangkannya usaha peternakan sapi perah akan berdampak terhadap meningkatnya jumlah limbah yang dihasilkan, baik dalam bentukpadat, cair maupun gas. Limbah padat merupakan limbah peternakan sapi perahyang jumlahnya paling banyak, yaitu terdiri atas feses dan sisa hijauan pakan (rarapen). Baik feses maupun rarapen merupakan bahan organik yang mudah terurai, sehingga bila tidak ditangani dengan benar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan baik terhadap udara, air maupun tanah. Sampai saat ini limbah yang ditimbulkan dari usaha peternakan sapi perah belum menjadi perhatian para peternak untuk ditangani secara sungguh-sungguh. Penanganan limbah masih dilakukan dengan cara konvensional, yaitu sekedar dipindahkan dari dalam kandang kemudian ditumpuk di lahan sekitarnya yang letaknya berdekatan, bahkan seringkali berserakan dimana saja. Kondisi ini sangat mengganggu terhadap kegiatan pemeliharaan ternak itu sendiri dan berdampak negatif terhadap timbulnya pencemaran lingkungan. Komposisi limbah peternakan sapi perah, hampir seluruhnya terdiri atas bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi kehidupan bagi organisme tertentu yang membutuhkan, salah satunya adalah mikroorganisme. Mikroorganime yang dimaksud adalah mikroorganisme yang dapat memberi manfaat dalam upaya penanggulangan limbah peternakan sapi perah. Mikroorganisme potensial yang dapat memanfaatkan limbah sebagai sumber energi dan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, salah satunya adalah kelompok dekomposer yang bersifat saprofit. Jenis ini sering dimanfaatkan dalam proses pembuatan pupuk organik alami dengan cara pengomposan. Prinsip dasar yang digunakan adalah bagaimana menumbuh-kembangkan mikroorganisme seideal mungkin di dalam bahan organik limbah, agar diperoleh biomassa protein sel tunggal sebanyak-banyaknya. Biomassa

3 inilah yang menjadi bahan baku pupuk organik alami, karena substansi unsur kimia yang dibutuhkan tanaman, hampir seluruhnya tersedia di dalam senyawa protein. Atas dasar pemikiran bahwa mikroorganisme yang digunakan harus tumbuh dan berkembang ideal, maka limbah peternakan sapi perah yang akan diolah dan dimanfaatkan harus memenuhi syarat kebutuhan energi dan nutrisi bagi kelompok mikroorganisme yang terlibat. Seperti telah diketahui bahwa semua limbah peternakan, khususnya feses dan rarapen adalah merupakan bahan sisa dari aktifitas pemberian pakan dan metabolisme ternak, artinya bahwa bahan tersebut tidak dapat atau tidak mudah dicerna oleh hewan. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan tersebut mengandung serat yang tinggi atau senyawa lain yang tidak dapat dicerna. Untuk mengatasi kendala ini, pada proses pengomposan limbah peternakan sapi perah harus ditambahkan dengan bahan lain sebagai sumber energi dan nutrisi yang dapat dimanfaatkan langsung oleh mikroorganisme yang terlibat pada proses degradasi awal. Bila kondisi ini dapat tercipta, maka proses pengomposan bertikutnya akan berlangsung lebih cepat, karena enzim yang dibutuhkan untuk proses pemecahan senyawa yang terkandung, secara terus-menerus dapat diproduksi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah kubis. Berdasarkan kandungan zat kimia, kubis merupakan bahan organik yang sangat dibutuhkan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme. Namun demikian, dikarenakan penanganannya yang masih belum benar, limbah kubis seringkali menjadi bahan pencemar lingkungan yang sangat menyengat menghasilkan bau busuk.bau ini mudah timbul karena limbah kubis mengandung protein yang cukup tinggi dan menjadi sumber nutrisi yang dapat langsung dimanfaatkan oleh mikroorganisme kontaminan. Pada dasarnya, sebagai bahan organik limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis merupakan sumber daya potensial yang sangat bermanfaat sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik alami. Pengolahan dan pemanfaatan campuran limbah padat peternakan sapi perah dan limbah kubis diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel mikrooganisme pada proses pembuatan pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun cair. Khusus untuk pupuk organik cair, prinsip pembuatannya adalah mengubah bahan organik limbah sapi perah dan kubis menjadi biomassa sel mikroorganisme. Meningkatnya

4 jumlah sel mikrooganisme yang tumbuh pada media campuran ini, menunjukkan bahwa kadar protein sel tunggal substrat juga meningkat, sehingga konsentrasi unsur haranya bertambah termasuk N, P dan K. Namun demikian, sampai saat ini belum diperoleh data yang pasti tentang komposisi campuran limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis yang dapat meningkatkan kandungan N, P dan K pupuk organik cair. Atas dasar uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Perbandingan Limbah Peternakan Sapi Perah dan Limbah Kubis (Brassica oleracea) pada Pembuatan Pupuk Organik Cair terhadap Kandungan N,P dan K. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai pada bulan Februari 2015, di Laboratorium Mikrobiologi dan Pengelolaan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan dan analisis kandungan unsur N, P dan K dilaboratoriumkesuburan Tanah dannutrisitanamanfakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor Sumedang. Bahan Penelitian (1) Bahan organik yang digunakan adalah Limbah peternakan sapiperah (feses, sisa pakan ternak / rarapen) yang diperoleh dari Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. (2) Limbah kubis diperoleh dari Pasar Induk Gede Bage, Bandung. (3) Air, sesuai dengan kebutuhan. Peubah yang diamati - Kandungan N, P dan K pada pupuk organik cair hasil dekomposisi. - Peubah pendukung adalah ph dan suhu. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Mikrobiologi dan Pengelolaan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3perlakuan dan masing-masing terdiriatas 6 ulangan, sehingga diperoleh 18 perlakuan. Ketiga perlakuan tersebut adalah: 1. T 1 = Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis.

5 2. T 2 = Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis. 3. T 3 = Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Hasil dan Pembahasan 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan N disajikan pada Tabel berikut Tabel 2.Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan N Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T 1 T 2 T 3... %. 1 0,05 0,07 0,05 2 0,08 0,08 0,03 3 0,05 0,06 0,06 4 0,08 0,06 0,05 5 0,10 0,05 0,05 6 0,07 0,06 0,02 Total 0,43 0,38 0,26 Rataan 0,071 0,063 0,043 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Pada tabel diatas dapat dilihat bahwadari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap perbedaan kandungan nitrogen pupuk organik cair. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh tersebut, telah dilakukan analisis ragam (Lampiran 5) dan hasilnya menunjukkan pengaruh yang nyata (F hitung > F tabel.).tingginya kandungan nitrogen pada T 1 diduga karena perbedaan nisbah C/N bahan komposan. Hasil perhitungan nisbah C/N berdasarkan data laboratorium kandungan C dan N (Lampiran 4) adalah sebesar 18,4 pada T 1 ; 16,7 pada T 2 dan 14,9 pada T 3. Berdasarkan asumsi bahwa nisbah C/N yang ideal pada proses dekomposisi adalah (Tchobanaglous 1993), (Permentan, No.70/SR.140/10/2011), (Bewick,1980 dan CSIRO, 1979), (Atlas dan Bartha, 1981), (Gauhey dan Golueke 1953 dalam Merkel 1981), maka nisbah C/N perlakuan yang paling mendekati angka ideal adalah T 1. Nisbah C/N ini

6 sangat diperlukan untuk menggambarkan kebutuhan nutrisi bagi mikrooganisme yang aktif di dalam proses pengomposan, yaitu C sebagai sumber energi dan N sebagai sumber nutrisi. Tingginya N pada perlakuan T 1 diduga karena pertumbuhan mikrooganismenya paling baik dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga dihasilkan biomassa yang lebih tinggi. Biomassa mikroorganisme yang dihasilkan dapat menggambarkan kadar nitrogen didalam komposan yaitu makin tinggi kadar biomassa maka makin tinggi pula kadar nitrogennya. Lebih lanjut Tchobanoglous (1993), menyatakan apabila nisbah C/N komposan ideal, maka unsur nitrogen sangat efektif digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel, dan unsur karbonnya mencukupi sehingga, dekomposisi bahan organik komposan akan lebih baik.sebaliknya kadar nitrogen yang terendah pada perlakuan T 3 diduga karena nisbah C/N-nya terlalu rendah, akibatnya N berlebih dan mengakibatkan terlepas dalam bentuk gas (NH 3 dan H 2 S), sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Bila dibandingkan dengan SNI kandungan N nya (0,4 %) pada perlakuan T 1 nitrogen yang dihasilkan (0,071 %) pupuk organik cair masih dibawah standar. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan P Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan P disajikan pada tabel berikut. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan P Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T 1 T 2 T 3...% ,01 0,01 0,01 2 0,02 0,01 0,01 3 0,02 0,01 0,01 4 0,03 0,01 0,02 5 0,02 0,003 0,02 6 0,01 0,01 0,02 Total 0,11 0,053 0,09 Rataan 0,018 0,008 0,015 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis

7 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan memberikan pengaruh terhadap perbedaan hasil kandungan fosfor. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh tersebut, telah dilakukan analisis ragam (lampiran 5) dan hasilnya menunjukkan pengaruh yang nyata P(<0,05). Tinggi rendahnya kandungan fosfor di dalam pupuk organik cair sangat berkaitan dengan kandungan nutrisi tersebut di dalam bahan komposan terutama C, N dan P.Sutedjo (1999) menyatakan bahwa fosfor merupakan nutrisi penting untuk mikroorganisme setelah karbon dan nitrogen, yang salah satunya terikat dalam bentukp 2 O 5 diakhir proses dekomposisi dan terjadinya seiring dengan perombakan senyawa karbon sebagai sumber energi. Fosfor tersebut berada dalam dua bentuk, yaitu anorganikp 2 O 5 dan organik asam nukleat, phitin dan lesitin, kemudian dengan adanya sumber karbon dan nitrogen, bakteri dan jamur merombakserta membebaskannya sebagai fospat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Stofella dan Kahn (2002) bahwa karbon dan nitrogen yang terkandung di dalam bahan komposan merupakan nutrisi utama dan penting bagi mikroorganisme pada proses dekomposisi. Berdasarkan asumsi bahwa kandungan fosfor dalam limbah peternakan sapi perah sebesar 0,05 % (Merkel, 1981) dan kandungan fosfor di dalam kubis sebesar 0,35 % (Bewick, 1980), maka dapat dihitung kandungan P di dalam masing-masing perlakuan yaitu : 0,14 % T 1, 0,19 % T 2 dan 0,26 % T 3 (Lampiran4). Pada proses dekomposisi kandungan P di dalam bahan komposan akan mengalami perombakan dan mineralisasi yang dilakukan oleh mikroorganisme yang terlibat terutama yang menghasilkan enzim fosfatasemenjadi senyawa P yang lebih sederhana dan mudah diserap oleh tanaman sebagai pupuk. Hal ini sejalan dengan pendapat Poincelot (1978), yang menyatakan bahwa perombakan bahan organik dan atau proses mineralisasi fosfor terjadi karena adanya enzim fosfatase yang dihasilkan oleh sebagian besar mikroorganisme. Berdasarkan asumsi tersebut, maka tingginya kadar P di dalam pupuk organik cair hasil penelitian pada perlakuan T 1 diduga disebabkan oleh tingginya nisbah C/N di dalam bahan komposan perlakuan tersebut, yang komposisinya terdiri atas 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis.dengan tingginya nisbah C/N pada T 1 maka dekomposisi bahan organik yang terjadi akan melibatkan aktifitas mikrooganisme yang lebih tinggi pula sehingga diyakini menghasilkan enzim fosfatase lebih banyak dan pada akhirnya pembentukan P

8 menjadi lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lain. Akan tetapi jika dibandingkan dengan SNI kandungan fosfornya (0,1 %) pada perlakuan T 1 yaitu (0,018 %) masih dibawah standar mutu. 4.3 PengaruhPerlakuan terhadap Kandungan K Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair terhadap kandungan Kdisajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Rataan Kandungan K Pupuk Organik Cair Ulangan Perlakuan T 1 T 2 T 3.% ,26 0,20 0,21 2 0,41 0,21 0,23 3 0,32 0,20 0,26 4 0,24 0,20 0,26 5 0,25 0,19 0,34 6 0,23 0,24 0,29 Total 1,71 1,24 1,59 Rataan 0,285 0,206 0,265 Keterangan : T 1 : Perbandingan 70 % limbah peternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis T 2 : Perbandingan 50 % limbah peternakan sapi perah dan 50 % limbah kubis T 3 : Perbandingan 30 % limbah peternakan sapi perah dan 70 % limbah kubis Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh perlakuan terhadap kandungan nitrogen pupuk organik cair. Untuk mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan telah dilakukan analisis keragaman (Lampiran 5) dan hasil yang diperoleh perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan nitrogen di dalam pupuk organik cair (F hitung > F tabel ). Menurut Afandie dan Nasih (2002) kalium pada kompos berasal dari pelapukan mineral oleh mikroorganisme. Apabila proses perombakan karbon dan nitrogen berjalan sebagaimana mestinya, maka nilai kandungan K yang dihasilkan juga akan meningkat. Kandungan K ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya suhu, kadar air, ph dan tingkat kelapukan. Menurut Sutedjo (1999) bahwa semakin besar kandungan nitrogen yang tersedia, aktivitas mikroorganisme dalam proses mineralisasi kalium akan meningkat, yang mengakibatkan kandungan K dalam substrat juga

9 meningkat. Berdasarkan asumsi tersebut maka tingginya kalium pada T 1 diduga karena kandungan nitrogennya pada T 1 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Kalium mempunyai peranan penting dalam pembentukan protein dan karbohidrat, yang digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substratsebagai katalisator. Senyawa-senyawa kalium yang diikat dan disimpan didalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didekomposisi maka kalium akan kembali tersedia bagi tanaman (Sutedjo, 1999). Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dijelaskan bahwa lebih rendahnya kalium pada T 2 dan T 3 diduga karena selama proses dekomposisi awal terjadi pengumpalan material organik pada saat dilakukan pengadukan yang mengakibatkan kondisinya menjadi anaerob, sehingga penguraian senyawa organik oleh mikrooganisme jenis kapang dan bakteri aerobik sulit dilakukan. Hal ini dimungkinkan karena kandungan limbah kubis pada T 2 dan T 3 lebih besar daripada T 1 dan limbah kubis bersifat mudah menggumpal bila diaduk. Kandungan K hasil dari perlakuan T 1 (0,285 %) sangat mencukupi bila dibandingkan dengan SNI pupuk organik cair (0,2 %). Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penggunaan berbagai tingkat perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis pada pembuatan pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap kandungan N, P dan K di dalam pupuk organik cair yang dihasilkan. 2. Kandungan N, P dan K di dalam pupuk organik cair tertinggi dicapai pada penggunaan perbandingan 70 % limbah perternakan sapi perah dan 30 % limbah kubis, yaitu 0,071 % N, 0,018 % P dan 0,285 % K. Namun N dan P pupuk organik cair yang dihasilkan masih dibawah SNI, sedangkan N telah mencukupi bahkan lebih tinggi. Daftar Pustaka Afandie, R., Nasih, P,W Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Atlas, R. M. and Bartha, R Microbial Ecology: Fundamentals and Applications. United States of America.

10 Bewick, M.W.M Handbook of Organic Waste Conversion. Van Nostrand Reinhold. New York. Merkel, J.A Managing Livestock Wastes. AVI Publishing Company. Inc. Westport. Connecticut. By Say Book Press. Printed in The United States of America. Poincelot, R. P The Biochemistry and Mrthodology Of Composting.The Connection Agricultural Experiment Station. New Haven. Bull. Peraturan Menteri Pertanian PERMENTAN No.2/Permentan/HK.060/2/2006 Peraturan Menteri Pertanian PERMENTAN No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 Stoffella, P. J., and B. A. Kahn Compost Utilization in Horticultural Cropping System. Lewis Publishers. America. 414p. Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, A. G.,1999. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Bina Aksara. Jakarta. Tchobanoglous, G, et al., Integrated Solid Waste management. Mc. Graw Hill. Singapore.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair 36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk

Lebih terperinci

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga PENGARUH NISBAH C/N PADA CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN N, P, K PADA PUPUK ORGANIK CAIR Prima Adi Yoga*, Eulis Tanti Marlina**, D. Zamzam Badruzzaman** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Yuli Astuti Hidayati, Eulis Tanti Marlina, Tb.Benito A.K, Ellin Harlia 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan N-NH 4 Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan N vermicompost dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2016, VOL.16, NO.2 Kajian Kualitas Kascing pada Vermicomposting dari Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi (Casting quality assesment on vermicomposting of mixed feces of dairy cattle and rice straw ) Badruzzaman, D.

Lebih terperinci

KUALITAS VERMICOMPOST DARI SLUDGE BIOGAS SAPI PERAH DAN RARAPEN PADA BERBAGAI PADAT TEBAR Lumbricus rubellus

KUALITAS VERMICOMPOST DARI SLUDGE BIOGAS SAPI PERAH DAN RARAPEN PADA BERBAGAI PADAT TEBAR Lumbricus rubellus KUALITAS VERMICOMPOST DARI SLUDGE BIOGAS SAPI PERAH DAN RARAPEN PADA BERBAGAI PADAT TEBAR Lumbricus rubellus The Quality of Dairy Catttle Biogas Processing Sludge and Rarapen Vermivompost on Various Stocking

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH ORGANIK PASAR TRADISIONAL TANJUNGSARI SUMEDANG

ANALISIS KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH ORGANIK PASAR TRADISIONAL TANJUNGSARI SUMEDANG ANALISIS KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH ORGANIK PASAR TRADISIONAL TANJUNGSARI SUMEDANG Oleh : Yuli Astuti Hidayati, Ellin Harlia, Eulis Tanti Marlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Limbah 2.1.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau proses produksi yang sudah tidak digunakan lagi pada kegiatan/proses tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN Ca 2+, Mg 2+, Na + DAN SODIUM ADSORPTION RATIO (SAR) POC

PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN Ca 2+, Mg 2+, Na + DAN SODIUM ADSORPTION RATIO (SAR) POC PENGARUH NISBAH C/N CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN Ca 2+, Mg 2+, Na + DAN SODIUM ADSORPTION RATIO (SAR) POC EFFECT OF C/N RATIO FROM DAIRY CATTLE WASTE AND RICE STRAW ON THE

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto, 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Limbah Ternak 2.1.1. Deksripsi Limbah Ternak Limbah didefinisikan sebagai bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan manusia dan tidak digunakan lagi pada

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN N, P DAN K PADA LUMPUR HASIL IKUTAN GASBIO (SLUDGE) YANG TERBUAT DARI FESES SAPI PERAH

ANALISIS KANDUNGAN N, P DAN K PADA LUMPUR HASIL IKUTAN GASBIO (SLUDGE) YANG TERBUAT DARI FESES SAPI PERAH ANALISIS KANDUNGAN N, P DAN K PADA LUMPUR HASIL IKUTAN GASBIO (SLUDGE) YANG TERBUAT DARI FESES SAPI PERAH (The Content of N, P 2 O 5 and K 2 O in Biogas Sludge Made from Dairy Cattle Faeces) YULI ASTUTI

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot. Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Berat Total Limbah Kandang Ternak Marmot pada Tabel 3. Data hasil pengamatan berat total limbah kandang ternak marmot disajikan Tabel 3. Pengamatan berat total limbah kandang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman dan lain-lain. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG (Study on Molasses as Additive at Organoleptic and Nutrition Quality of Banana Shell Silage) S. Sumarsih,

Lebih terperinci

KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DARI URINE SAPI PADA BEBERAPA WAKTU SIMPAN Lena Walunguru ABSTRACT

KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DARI URINE SAPI PADA BEBERAPA WAKTU SIMPAN Lena Walunguru ABSTRACT 26 KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DARI URINE SAPI PADA BEBERAPA WAKTU SIMPAN Lena Walunguru Program Studi Tanaman Pangan dan Hortikultura Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jl. Adi Sucipto Penfui, P. O. Box.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Limbah 2.1.1 Deskripsi Limbah Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau proses produksi yang sudah tidak digunakan lagi pada kegiatan/proses tersebut

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah Volume 5 No. 3 Oktober 2017 ISSN 2302-6944, e-issn 2581-1649 PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR St. Chadijah chwdijah@gmail.com Staf Pengajar Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) DENGAN PENAMBAHAN AKAR BAMBU MELALUI PROSES FERMENTASI DENGAN WAKTU YANG BERBEDA

PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) DENGAN PENAMBAHAN AKAR BAMBU MELALUI PROSES FERMENTASI DENGAN WAKTU YANG BERBEDA PEMANFAATAN URIN SAPI SEBAGAI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) DENGAN PENAMBAHAN AKAR BAMBU MELALUI PROSES FERMENTASI DENGAN WAKTU YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : NOOR ADI SUSETYO A 420 090 042 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daur ulang limbah ternak berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses (Merkel, 1981). Dalam dunia peternakan limbah merupakan bahan yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI RITA WAHYUNI E10013162 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan nya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi Effect of Consentration and Incubation Period of EM4 on Organoleptic Quality of Bokashi Manure Kastalani Fakultas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN IDENTIFIKASI JAMUR DAN BAKTERI PADA PROSES PENGOMPOSAN KOTORAN DOMBA SEBAGAI PENUNJANG SANITASI LINGKUNGAN YULI ASTUTI HIDAYATI, ELLIN HARLIA, TB.BENITO dan A.KURNANI Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan sapi perah sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia, dan di Jawa Tengah, Kabupaten Boyolali merupakan daerah terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : (1) Limbah peternakansapiperah (feses, sisapakanternak

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp Crude fat, BETN, Calcium and phosfor contents of poultry waste fermented with Lactobacillus sp Jamila

Lebih terperinci

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pupuk kimia merupakan bahan kimia yang sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada umumnya mengandung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH Eka Marya Mistar, Agrina Revita Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR AANG. R 1, ABUN 2, dan TJITJAH. A 3 Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS 16-159 ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS Amaliyah Rohsari Indah Utami, Triwikantoro, Melania Suweni Muntini IT TELKOM Bandung, ITS Surabaya, ITS Surabaya E-mail : amaliyahriu@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.774.463

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro

Niken Wijayanti, Winardi Dwi Nugraha, Syafrudin Jurusan Teknik Lingkungan,Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro PENGOMPOSAN SLUDGE HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. INDOFOOD CBP DENGAN PENAMBAHAN LUMPUR AKTIF DAN EM4 DENGAN VARIASI KULIT BAWANG DAN BAWANG GORENG (Utilization of sludge wastewater treatment plant PT.Indofood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang umum dipelihara dan digunakan sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya diperlihara untuk diambil tenaga, daging,

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah bisa dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, hotel, rumah makan maupun industri. Salah satu kota yang menghasilkan limbah ialah Muntilan. Banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN

NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari sebuah pembangunan. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang makin meningkat drastis akan berdampak

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 26 PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Riskha Septianingrum dan Ipung Fitri Purwanti purwanti@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengomposan Pengomposan adalah dekomposisi biologis yang dikontrol agar bahan organik menjadi stabil. Proses pengomposan sama seperti dekomposisi alami kecuali ditingkatkan dan

Lebih terperinci

PEMBERIAN AIR KELAPA DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN KIMIA PUPUK ORGANIK CAIR

PEMBERIAN AIR KELAPA DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN KIMIA PUPUK ORGANIK CAIR PEMBERIAN AIR KELAPA DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN KIMIA PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUMEN SAPI UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT BERBAHAN BAKU FESES SAPI SKRIPSI. Oleh Ria Yulia Ningrum NIM.

PEMANFAATAN RUMEN SAPI UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT BERBAHAN BAKU FESES SAPI SKRIPSI. Oleh Ria Yulia Ningrum NIM. PEMANFAATAN RUMEN SAPI UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT BERBAHAN BAKU FESES SAPI SKRIPSI Oleh Ria Yulia Ningrum NIM. 071510301052 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2012 PEMANFAATAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karekteristik bahan baku merupakan salah satu informasi yang sangat diperlukan pada awal suatu proses pengolahan, termasuk pembuatan pupuk. Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT PENGARUH TAKARAN INOKULUM (Trichoderma viridae) DAN SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT Tjitjah Aisjah Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii ABSTRAK... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3

Lebih terperinci

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED Wahyu Andry Novianto, Sarwiyono, and Endang Setyowati Faculty of Animal Husbandry, University

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.

TINJAUAN PUSTAKA II. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Lumpur Water Treatment Plant Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang dari aktifitas manusia maupun proses alam yang tidak atau belum mempunyai nilai ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pupuk organik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata pencaharian warga berada di bidang pertanian. Melihat kenyataan tersebut, kebutuhan akan pupuk untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus

Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Itik Dan Serbuk Gergaji (Albizzia falcata) Terhadap Biomassa Cacing Tanah Lumbricuss rubellus Oki Imanudin, Tb. Benito A. Kurnani, Siti Wahyuni. Pascasarjana Ilmu Peternakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa) PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa) Irvan, Permata Mhardela, Bambang Trisakti Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425% HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kubis (Brasica oleraceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi ditinjau dari segi nilai gizinya dan potensinya sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produk pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen para petani

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan TEMU ILMIAH IPLBI 26 Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan Evelin Novitasari (), Edelbertha Dalores Da Cunha (2), Candra Dwiratna Wulandari (3) () Program Kreativitas Mahasiswa,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan sampah sisa produksi yang sudah tidak terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Sebagian orang mengatakan bahwa limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pertambahan bobot (gram) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae. Pengambilan data pertambahan biomassa cacing tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 797 805 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj SERAPAN NITROGEN DAN FOSFOR TANAMAN ECENG GONDOK SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA PERAIRAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia L.) DALAM RANSUM TERHADAP RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA PUYUH PETELUR (Coturnix Coturnix Japonica) Trisno Marojahan Aruan*, Handi Burhanuddin,

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, Edisi Spesial 2017 114 PENGARUH KADAR AIR TERHADAP HASIL PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DENGAN METODE COMPOSTER TUB Sindi Martina Hastuti 1, Ganjar Samudro 2, Sri Sumiyati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia seperti ayam, sapi, kambing serta domba sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Produk utama yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata-Rata Jumlah Bakteri yang Terdapat pada Feses Sapi Potong Sebelum (inlet) dan Sesudah (outlet) Proses Pembentukan Biogas dalam Reaktor Tipe Fixed-Dome Hasil perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Organik dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat Sludge Biogas Feses Sapi Perah terhadap Kandungan N, P dan K

Pengaruh Penambahan Bahan Organik dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat Sludge Biogas Feses Sapi Perah terhadap Kandungan N, P dan K Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2012 Vol. 14 (1) ISSN 1907-1760 Pengaruh Penambahan Bahan Organik dalam Pembuatan Pupuk Organik Padat Sludge Biogas Feses Sapi Perah terhadap Kandungan N, P dan K

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 1 (1): 1-7, 15 PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT Budi Nining Widarti, Rifky Fitriadi Kasran, dan Edhi Sarwono Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sludge Hasil Samping Instalasi Biogas Kotoran Sapi Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif berdampak pada permasalahan limbah, baik yang berupa limbah

Lebih terperinci