KAJIAN KEPUSTAKAAN. Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KEPUSTAKAAN. Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau"

Transkripsi

1 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Limbah Deskripsi Limbah Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau proses produksi yang sudah tidak digunakan lagi pada kegiatan/proses tersebut dan diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Kata limbah berkaitan dengan pengertian sesuatu yang tidak bermanfaat, oleh karenanya harus dibuang (Owen dalam Bewick, 1980). Limbah merupakan bahan buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan (Tchobanoglous, dkk., 1993). Limbah adalah hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak diperlukan lagi (Mulyani, 1999). Limbah tersebut dapat berupa cair (liquid waste), limbah padat (solid waste) dan limbah gas (gaseous waste). Ketiga macam limbah ini dapat dihasilkan sekaligus dari suatu kegiatan atau dapat pula kombinasi atau secara sendiri (Merkel, 1981). Limbah merupakan sumber daya potensial, yaitu sangat potensial mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup, terutama bila tidak dikelola dengan benar dan tepat, namun sebaliknya limbah juga potensial sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dalam pengelolaan lingkungan hidup, yaitu sebagai sumber pupuk organik, pakan ternak dan bahan bakar metan (Bewick, 1980) Limbah Peternakan Sapi Perah Limbah ternak adalah bahan buangan sisa metabolisme ternak, yang sebagian besar berupa feses dan urin, sedangkan limbah peternakan adalah bahan buangan yang dihasilkan dari seluruh kegiatan yang dilakukan dalam usaha peternakan tersebut, yang sebagian besar terdiri atas feses dan sisa hijauan pakan

2 10 (Merkel, 1981). Feses merupakan bahan utama limbah yang paling banyak dihasilkan dari usaha peternakan sapi perah dan masih mengandung ± 30 % bahan organik (Gaddie and Douglas, 1975), yang dapat didegradasi dengan mudah oleh mikroorganisme seperti fungi, bakteri dan aktinomycetes yang terdapat pada feses sapi perah tersebut (Haga, 1990). Feses sapi perah, berdasarkan berat kering mengandung unsur kimia rata-rata 1,65 % N; 0,50 % P dan 2,3 % K, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mensuplai unsur hara bagi tanaman (Abbot, 1968 dalam Manik, 1994). Menurut Gaur (1980), feses ternak dapat dimanfaatkan sebagai aktivator yaitu bahan yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme dekomposer bahan organik dalam pengomposan. Hal ini disebabkan feses ternak masih mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin yang larut dalam air dan dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nutrisi untuk pertumbuhan dan perbanyakan sel. Barnett, dkk,. (1978) menyatakan bahwa dari sapi yang bobot badannya 450 kg, setiap hari dapat dihasilkan 29 kg feses segar; 0,91 kg total mineral; 3,72 kg bahan organik; 0,17 kg N; 0,05 kg P2O5 dan 0,14 kg K2O. Jumlah produksi harian ternak merupakan fungsi dari tipe dan ukuran ternak, pakan yang diberikan, dan kondisi suhu dan kelembaban lingkungan (Loehr, 1974 dalam Bewick, 1980). Ekskresi bahan organik sisa metabolisme sangat bergantung pada daya cerna, yang besarnya ± 40 % dari jumlah bahan organik yang dikonsumsi, sedangkan estimasi ekskresi nutrien inorganik yang dicerna oleh ternak adalah sebesar %, bergantung pada kondisi ternaknya. Ternak masa pertumbuhan dan laktasi lebih banyak menyerap nutrien inorganik dari makanan yang dikonsumsi dibandingkan dengan ternak masa kering dan penggemukan (Bewick, 1980). Gisinger (1960) dalam Bewick (1980) memperlihatkan hasil penelitiaanya bahwa sapi perah yang sedang laktasi mengekskresi 80 % N, 80 % P dan 95 % K lebih rendah bila dibandingkan

3 11 dengan sapi penggemukan yang mengekskresikan 94 % N, 98 % P dan 98 % K. Komposisi N, P dan K di dalam manur sangat dipengaruhi oleh komposisi feses dan urin di dalamnya. Pada kondisi normal urin mengandung P lebih rendah dan K lebih tinggi dibandingkan dengan feses, sedangkan kandungan N-nya kurang lebih sama banyaknya (Tietjen, 1976 dalam Bewick, 1980) Limbah Kubis (Brassica oleracea var. capitata) Kubis termasuk tanaman sayuran semusim yang dipanen sekaligus, yaitu tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tamanan yang berupa daun yang berumur kurang dari setahun dan pemanenannya dilakukan sekali kemudian dibongkar untuk diganti dengan tanaman baru (BPS, 2000). Limbah kubis adalah bahan organik yang berasal dari usaha pertanian kubis, yaitu merupakan bagian tanaman yang tidak dikonsumsi manusia. Limbah ini berasal dari lapangan setelah panen dan dari pasar setelah dibersihkan, yang jumlahnya bisa mencapai 20 % dari total panen (Hidayati, 2003). Kubis mengandung vitamin dan mineral yang tinggi. Kandungan dan komposisi gizi kubis tiap 100 g bahan segar sebagai berikut : Energi 25 kalori ; protein 1,7 g; lemak 0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium 64 mg; phospor 26 mg1' Fe 0,7 mg; Na 8 *g; niacin 0,3 mg; serat 0,9 g; abu 0,7 g; vitamin A 75 Sl; vitamin Bl 0,1 mg; Vitamin C 62 mg dan av 9l-93% (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981). Menurut Hidayati (2003), limbah kubis di lapangan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia, terutama pada saat musim kemarau, yaitu saat krisis hijauan pakan yang berasal dari jenis rumput-rumputan. Demikian juga limbah kubis yang berasal dari pasar, pada musim kemarau sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan selebihnya dimanfaatkan sebagai sumber pembuatan pupuk organik, baik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk cair, seperti pada

4 12 saat musim hujan. Limbah ini berupa lapisan kubis paling luar yang sudah tidak segar atau rusak (busuk) sehingga dibuang. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan pengolahan agar tidak mengakibatkan pencemaran dan sekaligus bermanfaat sebagai sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, misal sebagai bahan baku pembuatan pakan, pupuk organik dan bahan bakar metan. 2.2 Pengomposan Dekripsi Pengomposan adalah proses mikrobial yang mengubah bahan organik kompleks menjadi produk yang bersifat stabil, higienis, produk semacam humus dan dapat digunakan untuk kesuburan tanah, yang pada usaha tani skala kecil secara tradisional, sebagaian besar limbah padat yang dihasilkan terdegradasi secara langsung dan kembali ke tanah sebagai kompos, serta tidak menimbulkan masalah yang berarti. Setelah berkembangnya urbanisasi dan usaha pertanian skala besar dilakukan, pembuangan limbah organik menjadi sulit dan mahal (Altas dan Bartha, 1981). Sedangkan menurut Merkel (1981) pengomposan adalah proses alami yang terjadi di alam dimana bahan organik di dekomposisi oleh mikroorganisme ke dalam bentuk bahan seperti humus. Proses ini bukanlah hal baru, yaitu sudah terjadi beberapa abad yang lalu didalam limbah organik yang berasal dari pertanian dan peternakan yang oleh petani ditimbun ke dalam lubang di kebun. Pada prinsipnya hasil penguraian limbah organik sangat bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan tanah (Bewick, 1980). Didalam proses pengomposan perlu di perhatikan beberapa syarat, yaitu keberadaan mikroorganisme yang terlibat, nutrisi yang dicerminkan dalam bentuk nisbah C/N, kadar air bahan, oksigen dan perawatan proses (CSIRO, 1989). Proses pengomposan dapat dibagi menjadi dua cara yaitu secara anaerob dan

5 13 aerob. Pada umumnya pengomposan secara anaerob lebih komplek dari pada aerobik. Akan tetapi, proses anaerob lebih menguntungkan yaitu diperolehnya bahan bakar biogas dalam bentuk metan. Sedangkan pada proses aerobik tidak menghasilkan metan karena energinya lebih banyak digunakan untuk proses biokimia yang membutuhkan oksigen (Tochbanoglous, 1993). Di negara tropis pada umumnya kondisi lingkungan bersifat lembab yang memungkinkan banyak jenis mikroorganisme mudah tumbuh baik kelompok kapang, ragi maupun bakteri sehingga persyaratan seleksi mikroorganisme yang harus tersedia tidak mutlak, yang mutlak harus dipenuhi adalah nisbah C/N berkisar dan kadar air 40 % 60 % (CSIRO, 1979). Kadar air berperan penting dalam proses dekomposisi secara enzimatis oleh mikroorganisme yang terlibat. Kadar air yang disarankan pada fermentasi antara 50 % - 70 %. Jika tumpukan bahan terlalu basah, maka akan terjadi kehilangan nutrisi dan kondisi menjadi anaerob, sehingga mikroorganisme aerob yang penting akan mati atau menjadi dorman (NAS, 1980). Menurut Bewick (1980) kadar air yang berlebih membuat komposan menjadi lebih padat yang menyebabkan kandungan oksigen berkurang, sehingga kondisinya menjadi anaerob dan menimbulkan bau busuk. Kadar air yang cukup untuk fermentasi adalah sebesar 50 % - 60 %. Persyaratan lain adalah terpenuhinya kebutuhan oksigen, karena pengomposan pada umumnya dilakukan pada kondisi aerobik. Untuk keperluan ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu melalui pembalikan substrat atau penggunaan alat sirkulasi udara baik secara elektrik maupun secara mekanik (Tochbanoglous, 1993). Ratusan spesies yang berupa bakteri, fungi dan ragi actinomycetes langsung mulai mendekomposisi bahan organik komposan setelah kadar air dan oksigen terpenuhi (CSIRO, 1979).

6 Pupuk Organik Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan, No.2/Pert/hk.060/2/2006). Pupuk organik ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan organik padat. Sedangkan menurut Tisdale dan Nelson (1975), pupuk adalah suatu bahan yang terdiri atas satu atau lebih unsur hara yang tersedia dan bernilai bagi tumbuhan. Ada dua jenis pupuk berdasarkan bahan dasarnya yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan dan hewan. Prinsip pembuatan pupuk organik cair pada dasarnya sama dengan membuat pupuk organik padat yaitu diawali dengan dekomposisi awal bahan organik limbah. Agar hasil yang diperoleh berkualitas baik, maka pada saat proses degradasi awal harus diperhatikan persyaratan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang terlibat, terutama jenis kapang dan bakteri. Hal ini penting karena prinsip dasar pembuatan pupuk organik adalah penguraian senyawa protein yang dihasilkan dari proses degradasi awal berupa protein sel tunggal yang berasal dari biomassa mikroorganisme, baik dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk organik cair (CSIRO, 1979). Menurut Tisdale dan Nelson (1975), hampir seluruh unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman terdapat dalam senyawa protein. Pupuk organik cair dapat diperoleh dari proses pengomposan padat terlebih dahulu, yang dilanjutkan dengan proses ekstraksi, kemudian proses pengomposan cair secara aerobik (Hidayati, 2011).

7 15 Kualitas pupuk organik diantaranya ditentukan dari bau yang dihasilkan seperti berbau tanah, berwarna coklat gelap atau hitam (BPT, 2004). Kandungan unsur hara yang bervariasi berupa nutrisi mikro maupun makro (CSIRO, 1979). Selama proses dekomposisi secara aerob populasi mikroorganisme selalu berubah. Pada fase mesofilik, fungi dan bakteri pembentuk asam bermultiplikasi secara cepat membentuk bahan makanan seperti asam amino dan gula-gula sederhana yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme termofilik pada proses dekomposisi berikutnya. Pada fase termofilik Actinomycetes lebih toleran terhadap perubahan suhu dibandingkan sejumlah bakteri lainnya dan jumlahnya meningkat pada fase ini, beberapa diantaranya dapat mendekomposisi selulosa. Fungi termofilik tumbuh pada suhu antara o C, yang mampu mendekomposisi hemi-selulosa dan selulosa sehingga berperan penting pada formasi komposan (CSIRO, 1979). Pelczar dan Chan (1986) mengemukakan bahwa fungi atau cendawan merupakan organisme heterotrofik yaitu memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Heterotrofik yang hidup dari organisme mati yang terlarut disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan menjadi zat-zat yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburan Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan atau bagian hewan atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan Nomor 70/permentan/SR.140/10/2011). Pupuk organik cair adalah larutan dari sisa

8 16 tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur (Sundari, 2012). Pupuk organik cair lebih mudah diserap dibandingkan dengan pupuk organik padat, dikarenakan senyawa komplek yang terkandung didalamnya sudah terurai dan dalam bentuk cair sehingga mudah diserap (Hidayati, 2011). Tanaman mampu menyerap unsur hara dengan menggunakan akar sebagaimana fungsinya, selain itu bagian tumbuhan yang mampu menyerap unsur hara dari pupuk organik cair adalah daun dengan melalui organ yang disebut stomata Kondisi Lingkungan (1) Suhu Suhu adalah indikator utama yang merupakan akibat dari aktivitas mikroorganisme (Subadi dan Ellianawati, 2010). Hal ini dikarenakan mikroorganisme berkembangbiak dan mendekomposisi dengan pemindahan panas pada bahan organik. Menurut Stoffella dan Kahn (2001) berdasarkan kebutuhan suhu komposan mikroorganisme yang hidup pada proses pengomposan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : (1) psikrofilik yang hidup pada suhu 0 25 o C, (2) mesofilik hidup pada suhu o C, (3) termofilik hidup di atas suhu 45 o C. Awal dekomposisi akan tumbuh mikroorganisme mesofilik yaitu pada suhu mencapai 40 o C. Akibat aktivitas mikrorganisme ini suhu komposan meningkat diatas 40 o C sehingga mikroorganisme mesofilik mati dan digantikan oleh mikroorganisme termofilik. Selama fase termofilik suhu terus meningkat sampai 70 o C dan akan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang aktif. Terhentinya aktifitas mikrooganisme ini akan menurunkan suhu komposan hingga 40 o C, sehingga mikroorganisme mesofilik yang masih terdapat pada kondisi dorman tumbuh kembali sampai habisnya bahan organik komposan yang tersedia

9 17 untuk kehidupannya. Bilamana sumber energi tidak tersedia lagi maka secara keseluruhan aktifitas mikroorganisme akan terhenti dan suhu akan terus menurun mencapai suhu udara. Dekomposisi bahan organik berjalan lebih cepat pada fase termofilik, yang kemudian mikroorganisme termofilik akan mati pada suhu maksimum yaitu di atas 60 o C (CSIRO, 1979). Suhu yang tinggi disebabkan oleh populasi mikroorganisme yang ada pada bahan organik lebih dari 10 6 per gram, luas permukaan partikel bahan organik meningkat dan kadar air yang ideal (NAS, 1980). (2) Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman atau ph dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Derajat keasaman pada awal proses fermentasi akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi kemudian secara perlahan mendekati normal (Djuarnani, dkk, 2005). Nilai ph yang baik pada fermentasi berkisar antara 6,5 8,5 (Stoffella dan Kahn, 2001). Kemudian tumpukan menjadi lebih asam (ph rendah) karena asam seperti asetat, sitrat, laktat, 2-ketoglukonat, sulfat, nitrat, dll, yang diproduksi oleh bakteri. Selama tahap termofilik tumpukan menjadi alkali melalui pembentukan amonia dan akhirnya mendekati netral atau sedikit basa, amonia diubah menjadi nitrat (CSIRO, 1979).

10 Unsur Hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium Nitrogen Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan sangat berfungsi dalam pembentukan protein. Unsur ini mudah berubah bentuk dan mudah hilang baik lewat volatisasi (gas N2) maupun lewat pelindian (NO 3 ). Proses dekomposisi nitrogen yang tidak benar dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi (Hanafiah, 2007). Sumber nitrogen dalam tanah antara lain berasal dari fiksasi oleh mikroba, air irigasi, hujan, perombakan bahan organik dan pemupukan (Krishna, 2002). Nitrogen termasuk unsur hara yang sangat mudah larut dan mudah hilang melalui drainase dan pada situasi tertentu akan hilang menguap atau kembali dalam bentuk gas N2. Pemupukan nitrogen dapat meningkatkan kandungan protein, meningkatkan pertumbuhan vegetatif terutama daun dan meningkatkan tingginya tanaman (Jumin, 2008). Fungsi unsur nitrogen bagi tanaman yaitu merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun. Berperan dalam pembentukan hijau daun yang berguna dalam fotosintesis, serta berperan dalam pembentukan protein dan senyawa organik lainnya (Sutanto, 2002). Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa kekurangan nitrogen menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menjadi kering. Pada keadaan kandungan nitrogen yang sangat rendah, daun akan menjadi coklat dan mati. Fiksasi nitrogen dilahan terestial dilakukan oleh sejumlah bakteri rizobium melalui tumbuhan kacang- kacangan, sebanyak 250 kg nitrogen dapat dihasilkan hektar/tahun. Sumber utama nitrogen yang digunakan tanaman adalah gas N2 yang kadarnya kurang lebih 78% dalam udara, akan tetapi gas tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman tingkat tinggi. Oleh karena itu harus

11 19 dikonversi menjadi bentuk yang dapat digunakan, yaitu dengan cara pertama, fiksasi rizobium dan mikroorganisme lain yang hidup bersimbiose pada akar tanaman kacang-kacangan dan tanaman bukan kacang-kacangan tertentu. Kedua, fiksasi oleh mikrooganisme tanah yang hidup bebas dan dimungkinkan oleh mikroorganisme yang hidup pada daun tanaman tropis. Ketiga, fiksasi salah satu dari nitrogen oksida oleh kilat. Yang ke empat, fiksasi sebagai amonia, asam nitrat atau asam sianida melalui beberapa proses industri pada pembuatan pupuk nitrogen sintetis, contohnya urea. Sedangkan menurut Barber (1984) nitrogen tanah terutama terdapat dalam bentul fraksi organik dan di udara diatas permukaan tanah mengandung 79 % nitrogen, akan tetapi nitrogen ini hanya dapat digunakan oleh tanaman kacang-kacangan yang bersimbiosis dengan mikrooganisme pengikat N, seperti rizobium didalam nodul akar. Nitrogen didalam fraksi mineral termasuk amonium terdapat di dalam mineral tanah liat, ion amonium dan nitrat di dalam larutan tanah. Bahan organik tanah merupakan istilah yang sulit digunakan untuk menjelaskan bahan organik dalam semua tahapa dekomposisi. Pada umumnya menyatakan, bahan organik tanah dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain : pertama, material yang relatif stabil yang disebut humus yaitu yang tahan dengan dekomposisi lanjut. Yang kedua, yaitu meliputi bahan organik yang mudah terdekomposisi seperti limbah pertanian yang melalui rantai makanan yang terurai menjadi kondisi yang lebih stabil. Nitrogen dalam beberapa bentuk dibutuhkan untuk proses dekomposisi bahan organik oleh mikrooganisme hetrorofik tanah. Jika pada proses dekomposisi bahan organik memiliki nitrogen ukuran rendah, dalam hubungannya dengan keberadaan karbon, mikroorganisme akan menggunakan beberapa amonium dan asam nitrat yang tersedia (Tisdale dan Nelson, 1975).

12 20 Pupuk organik memiliki humus mencapai 60 % dan dapat berpengaruh terhadap porositas tanah liat sehingga membentuk fisik serupa pasir. Pupuk organik dapat digunakan sebagai campuran permukaan tanah sedalam 15 cm. Humus di dalam pupuk organik tidah hanya memperbaiki struktur tanah tetapi juga dapat menyimpan air dan nutrien yang dibutuhkan yaitu disekitar tanaman. Penggunaan pupuk organik dapat meningkatan hasil tanaman sebesar dengan penambahan hasil 30 % seperti pada tanaman tomat, bawang daun, bawang merah, melon dan rumput. Kandungan nitrogen yang terdapat didalam top soil bisa mencapai 0,02 0,4 %, yang berasal dari proses dekomposisi bahan organik yang ada dan mengandung kurang lebih 5 % nitrogen (Barber, 1984) Fosfor Fosfor merupakan nutrien penting pada produksi tanaman, disebabkan kandungannya di dalam tanah secara alami tidah cukup tersedia bagi tanaman. Total kandungan fosfor di dalam kerak bumi kurang lebih 0,12 % (Cathcart, 1980 dalam Barber 1984). Sedangkan menurut Georgievskii, dkk (1982) fosfor seperti halnya kalsium terdapat melimpah di alam yaitu sebanyak 0,08 0,12 % di dalam kerak bumi dalam bentuk garam fosfat (calcium fluoroapatite) dan hydroxyapatite. Tanaman dapat mengabsorbsi fosfat organik larut tertentu seperti asam nukleat dan pitat. Kedua asam ini merupakan produk dekomposisi dari bahan organik tanah dan secara langsung dapat digunakan bagi tanaman yang sedang tumbuh. Disebabkan oleh tidak stabilnya keberadaan populasi mikrooganisme yang aktif, peranan sumber fosfor yang tinggi bagi tanaman menjadi terbatas. Penambahan fosfor yang cukup berkaitan dengan besarnya kebutuhan tanaman padi-padian yang tinggi. Fosfor bersama-sama dengan nitrogen dan potasium di kelompokan ke dalam elemen nutrien mayor, walaupun jumlah yang dibutuhkan lebih sedikit dari pada nitrogen dan potasium. Pada

13 21 umumnya dapat dijelaskan bahwa tanaman menyerap sebagian besar fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer, yaitu 10 kali lipat dari pada penyerapan dalam bentuk ortofosfat sekunder (Tisdale dan Nelson, 1975). Fosfor merupakan elemen penting di dalam sistem semua kehidupan. Pada sistem biologis sebagian besar melimpah dalam bentuk fosfat. Di dalam sel sebagian besar dalam bentuk RNA. Sebagian besar transformasi fosfor yang dilakukan oleh mikroorganisme berupa transfer fosfat inorganik kedalam fosfat organik atau berupa tranfer fosfat dari bentuk senyawa tidak aktif menjadi senyawa aktif. Beberapa mikrooganisme hetrotrofik mampu melarutkan fosfat dari beberapa sumber dan mengasimilasi dalam jumlah yang besar dari fosfat inorganik yang tidak larut dan melepaskannya untuk digunakan oleh mikroorganisme lain. Mekanisme pelarutan fosfat secara normal bersamaan dengan produksi asam organik. Beberapa mikroorganisme kemolitotrofik seperti nitrosomonas dan tiobacillus, memobilisasi fosfat inorganik bersamaan dengan menghasilkan asam nitrit dan asam nitrat secara terus menerus. Bentuk terlarut fosfat inorganik dapat diserap oleh tanaman dan mikrooganisme diasimilasi ke dalam fosfat organik. Sebagai contoh reaksi fosfat inorganik adalah perubahan ADP menjadi ATP. Fosfat inorganik juga bereaksi dengan kabohidrat seperti glukosa pada awal glikolisis (Bartha, 1981). Bewick (1980) menyatakan bahwa tanaman pangan secara normal mengandung fosfor sebanyak kurang lebih 0,4 %, misal untuk tanaman kubis segar mengandung fosfor 0,35 %, yang apabila diberikan pada ternak sebanyak % akan di eksresikan kedalam bentuk feses dan urin. Ternak pada fase pertumbuhan dan laktasi mencerna fosfor dari makanannya lebih banyak dibandingkan dengan ternak potong. Sebagai contoh, Gissinger (1960) dalam Bewick (1980) memperlihatkan bahwa sapi perah akan mengeksresikan fosfor

14 22 sebanyak 80 % dan ternak potong disisi lain mengekskresikan fosfor sebanyak 98 %. Kandungan fosfor didalam manur (campuran feses, urin dan rarapen) ternak sapi adalah sebanyak 4 18 kg setiap 10 ton bahan segar (Tunney 1977 dalam Bewick, 1980). Sedangkan menurut Merkel (1980), kandungan fosfor total di dalam manur sapi perah segar (campuran feses, urin dan rarapen) adalah sebanyak 0,125 %, kandungan unsur hara kompos untuk fosfor P2O5 yaitu 0,83 %. (Bewick, 1980). Barber (1984) menyatakan jumlah total fosforus didalam top soil rata-rata 1000 kg per hektar, yang tidak sebanding bila dibandingkan dengan kemampuan tanaman yang hanya bisa menyerap kg per hektar per tahun. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar fraksi fosforus berada di dalam bentuk mineral tidak dapat diserap atau tidak dapat diabsorpsi oleh tanaman. Fosfor organik yang teridentifikasi di dalam tanah terjadi dalam tiga bentuk dasar, yaitu fosfolipid, asam nukleat dan fosfat inositol. Kandungan fosfor yang terdapat didalam hexafosfat inositol berkisar antara 3 52 % atau rata-rata 17 %. Persentase ini jumlahnya lebih besar di dalam tanah aktif di bawah hutan yaitu sebesar 24 % dibandingkan dengan yang terdapat di dalam tanah aktif padang rumput. Persentase tersebut akan berkurang sehubungan dengan bertambahnya ph tanah. Fosfor merupakan unsur hara kedua setelah nitrogen yang diperlukan oleh tanaman. Di dalam tanah jenis tertentu kebutuhan P seringkali menjadi lebih kritis daripada N. Defisiensi fosfor, berbagai proses di dalam tanaman dapat terhambat sehingga pertumbuhan dan perkembangannya tidak berlangsung optimal (Balitpa, 1991), karena fosfor sangat dibutuhkan untuk perkembangan akar, penguatan batang, dan produksi (Beard, 1973). Fungsi utama fosfor merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda.

15 23 Sebagai bahan mentah pembentuk sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Yuwono, 2005). Soepardi (1983) menyatakan bahwa fosfor diserap oleh tanaman hampir seluruhnya dalam bentuk ion PO4 yang ketersediannya sangat dipengaruhi oleh ph tanah, kadar Al, Fe serta Mn terlarut, kalsium, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik serta jenis dan populasi mikroorganisme tanah Kalium Kalium digunakan oleh mikrooganisme dalam bahan substrat sebagai nutrien atau sebagai katalisator. Senyawa kalium yang diikat dan disimpan dalam bahan organik senyawa komplek oleh bakteri dan jamur di dekomposisi ke dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman (Sutedjo, 1996). Dinyatakan juga bahwa adanya kehadiran bakteri beserta aktifitasnya sangat mempengaruhi jumlah kandungan kalium. Unsur kalium pada tanaman berperan sebagai aktivator berbagai enzim dan merangsang pertumbuhan akar (Soepardi, 1993). Kalium sangat berperan penting dalam peristiwa fisiologis antara lain metabolisme karbohidrat (pembentukan, pemecahan dan translokasi pati), metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, mengaktifkan berbagai enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, serta mengatur pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Fungsi kalium yaitu membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tumbuhnya tanaman agar daun, bunga dan buah tidak gugur, serta sebagai sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif

16 24 kecil (Yuwono, 2005). Devlin (1975) menyatakan bahwa walaupun defisiensi dapat berpengaruh terhadap berbagai proses seperti, respirasi fotosintesis perkembangan klorofil dan kandungan air daun, peranan kalium secara spesifik belum diketahui. Georgievskii, dkk (1982) menyatakan bahwa sumber kalium didalam kerak bumi adalah sebesar 1,5 %. Kalium merupakan elemen penting bagi tanaman dan hewan. Terdapat di dalam seluruh bagian tanaman tapi konsentrasi terbanyak terdapat di dalam organ vegetattif, yaitu berada di dalam protoplasma sel sebagai ion bebas atau terikat, yang diperlukan untuk pembentukan pati dan protein dan juga memelihara tingkat respirasi yang optimum. Kandungan kalium di dalam tanaman bergantung pada fase vegetatif yang konsentrasinya menurun seiring dengan waktu, tipe tanah dan dosis kalium pupuk organik. Menurut Bewick (1980) kandungan kalium di dalam tanaman pangan berkisar 1 3 %, dan di dalam manur (campuran feses, urin dan rarapen) berkisar 0,2 0,58 %, yang pada umumnya diakui bahwa kandungan tersebut efektif sebagai pupuk kalium. Sedangkan di dalam air selokan atau lumpur selokan sangat bervariasi 0,02 2,6 % atau rata rata 0,3 %. Kadar ini tidak dapat berubah bila dibandingkan dengan kandungan kalium di dalam kompos yaitu sebesar 0,36 %.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diduga tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Merkel, 1981). Limbah II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Limbah 2.1.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan buangan yang dihasilkan dari suatu aktivitas atau proses produksi yang sudah tidak digunakan lagi pada kegiatan/proses tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair 36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan N Data hasil pengamatan pengaruh perbandingan limbah peternakan sapi perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Unsur Hara Makro Serasah Daun Bambu Analisis unsur hara makro pada kedua sampel menunjukkan bahwa rasio C/N pada serasah daun bambu cukup tinggi yaitu mencapai

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo selama 3.minggu dan tahap analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Bedding kuda didapat dan dibawa langsung dari peternakan kuda Nusantara Polo Club Cibinong lalu dilakukan pembuatan kompos di Labolatorium Pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto, 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Limbah Ternak 2.1.1. Deksripsi Limbah Ternak Limbah didefinisikan sebagai bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan manusia dan tidak digunakan lagi pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kandungan N-NH 4 Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami padi terhadap kandungan N vermicompost dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bioaktivator Menurut Wahyono (2010), bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari bahan-bahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di Indonesia mencapai 1.774.463

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Bahan Baku Karekteristik bahan baku merupakan salah satu informasi yang sangat diperlukan pada awal suatu proses pengolahan, termasuk pembuatan pupuk. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan 18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah merupakan bagian dari fraksi organik yang telah mengalami degradasi dan dekomposisi, baik sebagian atau keseluruhan menjadi satu dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. apabila diterapkan akan meningkatkan kesuburan tanah, hasil panen yang baik, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengomposan Pengomposan adalah dekomposisi biologis yang dikontrol agar bahan organik menjadi stabil. Proses pengomposan sama seperti dekomposisi alami kecuali ditingkatkan dan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC 1 PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC Farida Ali, Muhammad Edwar, Aga Karisma Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Indonesia ABSTRAK Ampas tahu selama ini tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan jenis sayuran yang sebagian besar daunnya bewarna hijau pucat dengan bentuk bulat serta lonjong. Sayuran ini mengandung vitamin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Gambut dibentuk oleh lingkungan yang khas dengan suasana tergenang yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan menciptakan kondisi anaerob

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal dari organik maupun anorganik yang diperoleh secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair Pupuk Organik Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk atau berpotensi digunakan untuk menanam padi sawah. Dalam definisi ini tanah sawah mencakup semua tanah yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses

II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Ternak Limbah adalah bahan atau material berlebih yang dihasilkan dari suatu proses (Merkel, 1981). Dalam dunia peternakan limbah merupakan bahan yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi 31 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian yang telah dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan pakannya berupa hijauan. Pakan hijauan dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) mempunyai sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, akar sekunder,

Lebih terperinci

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga

Pengaruh Nisbah C/N pada Campuran Feses Sapi Perah... Prima Adi Yoga PENGARUH NISBAH C/N PADA CAMPURAN FESES SAPI PERAH DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN N, P, K PADA PUPUK ORGANIK CAIR Prima Adi Yoga*, Eulis Tanti Marlina**, D. Zamzam Badruzzaman** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak TINJAUAN PUSTAKA Sampah Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan, telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan tanaman perdu dan berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya. Tomat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produk pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen para petani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) Klasifikasi tanaman Rumput Raja adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu. Suhu o C IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap 1. Pengomposan Awal Pengomposan awal bertujuan untuk melayukan tongkol jagung, ampas tebu dan sabut kelapa. Selain itu pengomposan awal bertujuan agar larva kumbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kompos Ampas Aren Analisis kompos merupakan salah satu metode yang perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan hasil pengomposan ampas aren dengan menggunakan berbagai konsentrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Januari 2010, Halaman 43 54 ISSN: 2085 1227 Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kompos adalah zat akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah tanaman dan adakalanya pula termasuk bangkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentasi suatu pemupukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea, L.) merupakan kelompok tanaman sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman sawi yang murah dan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Menurut Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci