ANALISA EFISIENSI PADA USAHA BATIK TRADISIONAL DI KAWASAN X KABUPATEN CIREBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN-SIGMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA EFISIENSI PADA USAHA BATIK TRADISIONAL DI KAWASAN X KABUPATEN CIREBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN-SIGMA"

Transkripsi

1 ANALISA EFISIENSI PADA USAHA BATIK TRADISIONAL DI KAWASAN X KABUPATEN CIREBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN-SIGMA Siti Arofah, Djoko Bodro Hanolo, Nuri Kartini Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Cirebon Jln. Tuparev No. 7 A Cirebon sitiarofah@yahoo.co.id ABSTRAK Batik merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang diakui oleh dunia. Kesenian batik adalah karya seni rupa pada kain dengan teknik pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang warna. Cirebon menjadi salah satu kota pengrajin batik dengan cirikhas mega mendung sebagai motifnya. Permasalahan yang dihadapi oleh IKM-IKM batik tradisional di Cirebon adalah masalah inefisiensi yang terjadi pada peroses pembuatan batik, baik itu maupun batik tulis. Banyaknya inefisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material dalam proses pembuatan batik akan sangat merugikan bagi pelaku usaha pengrajin batik itu sendiri, baik itu dari segi waktu, kenyamanan dan keselamatan kerja, dan yang paling utama adalah dari segi biaya. Dalam penelitian ini yang penulis lakukan adalah bagaimana meningkatkan efisiensi dengan cara mengurangi babarapa pemborosan yang terjadi pada proses pembuatan batik tradisional. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah inefisiensi yang terjadi pada pembuatan batik tradisional adalah menggunakan metode Lean-Sigma. Konsep Lean-Sigma adalah suatu konsep menyeluruh tentang sistem bisnis. Sasaran Lean adalah untuk menciptakan aliran lancar produk dan menghilangkan semua jenis pemborosan. Sedangkan sasaran Six Sigma adalah meningkatkan kapabilitas proses untuk mencapai zero defects dan menghilangkan variasi. Sehingga melalui pendekatan Lean-Sigma ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi batik tradisional khususnya di Cirebon. Dengan menggunakan pendekatan metode Lean-Sigma ini, dapat diketahui adanya inefisiensi pada proses pembuatan batik tradisional dan penyebab-penyebab trjadinya inefisiensi tersebut. Dengan Lean-Sigma juga dapat diketahui indeks kapabilitas proses pembuatan batik tradisional, yaitu sebesar 1, yang berarti bahwa proses tersebut masih berada di tingkat 3 sigma. Serta dengan menggunakan Lean-Sigma dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatnya efisiensi dari proses pembuatan batik tradisional. Kata Kunci: Batik, Efisiensi, Lean-Sigma Pendahuluan Batik merupakan asset warisan budaya yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan. Sebagai salah satu ciri khas Negara, potensi industri batik secara ekonomi cukup memberikan pendapatan yang besar kepada Negara, baik dari segi penyerapan tenaga kerja maupun pemasukan devisa dan pajak. Permintaan untuk konsumsi lokal dan luar negeri terbuka luas sehingga memberikan peluang yang besar untuk perkembangan industri ini. Pada mulanya pembuatan batik diproduksi secara tradisional, namun sekarang beberapa industri batik sudah menggunakan teknologi modern dalam produksi maupun rancangannya. Akan tetapi pembuatan batik secara tradisional masih menjadi usaha sebagian besar masyarakat di daerah penghasil batik khususnya di Cirebon. Dalam setiap tahapan proses pembuatan batik tradisional memerlukan bahan, energi, komponen bahan tambahan dan penggunaan peralatan yang relatif masih sederhana ini dimungkinkan terjadi inefisiensi yang dapat menimbulkan pemborosan baik dalam penggunaan bahan baku, bahan tambahan, dan proses produksi. Hal ini akan menimbulkan kerugian baik secara ekonomi maupun lingkungan yang disebakan oleh biaya produksi dan biaya pengolahan limbah yang tinggi. Menyikapi kemungkinan peluang industri batik untuk menembus pasar global, pelaku industri dihadapkan pada persaingan yang ketat. Peningkatan efisiensi dalam industri batik merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk yang berasal dari Negara lain. Sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi produksi, maka perlu penerapan produksi bersih agar dapat menghasilkan produk yang lebih efisien. Penarapan konsep dan strategi produksi bersih menghasilkan produk yang kompetitif. Konsep ini bertujuan menyediakan Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

2 produk dan jasa dengan harga kompetitif, memberikan kepuasan terhadap kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas kehidupan dengan mengurangi dampak lingkungan dan pemakaian sumberdaya melalui daur hidup, serta memperhatikan daya dukung lingkungan. Peluang-peluang produksi bersih yang dapat diterapkan pada proses industri batik tradisional antara lain dalam hal pengaturan dan perencanaan, perubahan dalam input bahan, perubahan dalam proses produksi, penggunaan kembali bahan bekas (daur ulang) dan pengolahan limbah yang efisien. Peluang produksi bersih dapat dicermati mulai dari awal proses produksi, penggunaan bahan setengah jadi, penggunaan zat warna alam, memanfaatkan kembali bahan bekas, dan pengolahan kembali limbah dalam lokasi industri. Konsep Lean-Sigma adalah suatu konsep menyeluruh tentang sistem bisnis. Konsep Lean berakal dari konsep sistem manajemen Toyota yang dikembangkan dan diperluas, sedangkan konsep Six Sigma berakar dari konsep sistem manajemen Motorola. Kekuatan dari kedua konsep ini disinergikan menjadi konsep Lean-Sigma. Sasaran Lean adalah untuk menciptakan aliran lancar produk dan menghilangkan semua jenis pemborosan. Sedangkan sasaran Six Sigma adalah meningkatkan kapabilitas proses untuk mencapai zero defects dan menghilangkan variasi. Kesenian batik adalah karya seni rupa pada kain dengan teknik pewarnaan rintang, yang menggunakan lilin batik sebagai perintang warna (berdasarkan konsensus Nasional 12 Maret 1996). Oleh karena kerajinan batik merupakan sebuah karya seni rupa, maka nilai sebuah batik sangat ditentukan oleh kadar seninya (estetikanya). Dilihat dari unsur seninya, selembar kain batik merupakan kategori seni rupa dua dimensional. Dimana unsur pokok dari seni rupa dua dimensional terdiri dari unsur garis, warna, bidang ( space), dan tekstur. Unsur garis pada batik terdapat pada efek goresan canting klowong atau batas-batas bidang motif maupun isian yang bersifat linier. Unsur warna merupakan elemen seni rupa yang sangat dominant, karena sangat mudah tertangkap oleh mata (eye catching), yang dapat mewakili keindahan dan juga dapat dijadikan sebagai simbol. Unsur bidang (space) sangat diperlukan dalam menyusun komposisi desain yang seimbang. Unsur tekstur merupakan nilai raba suatu permukaan (halus, kasar, licin, dsb). Pada teknik batik unsur ini dapat dihasilkan dengan beberapa cara seperti pemberian bermacam-macam titik (cecek), bermacam-macam isisan, remukan lilin, goresan paku (sosrok) pada lilin sebelum proses pencelupan, dan lain-lain. Unsur-unsur yang membentuk kain batik harus disusun secara harmonis, agar dapat menghasilkan karya yang indah. Untuk itu diperlukan adanya ritme, variasi, titik pusat perhatian, dominasi, baik pada unsur motif maupun pada unsur warna (Riyanto, dkk, 1997). Berdasarkan pengertian yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan yaitu dari bahan mori batik sampai menjadi kain batik (S.K Sewon S, 198). Selanjutnya dikatakan dalam pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Persiapan : merupakan rangkaian pengerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi nggirah (mencuci), nganji (menganji), ngemplong (menyetrika). Membuat batik : merupakan rangkaian pengerjaan dalam pembuatan batik yang sebenarnya. Proses pembuatan batik yang sebenarnya meliputi tiga pekerjaan utama, yaitu : 1. Perlekatan lilin batik Lilin batik berfungsi sebagai resist (menolak) terhadap warna yang diberikan pada kain pada pengrjaan berikutnya. Perlekatan lilin pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki, dengan cara menuliskan mengunakan canting tulis atau dengan cara dicapkan menggunakan canting cap. Agar dapat dituliskan pada batik, maka lilin batik perlu dipanaskan dahulu pada suhu 6 7 C. 2. Pewarnaan batik Pewarnaan dapat berupa pekerjaan mencelup, coletan atau lukisan ( painting). Yang dimaksud dengan proses pencelupan adalah suatu proses pemasukan zat warna kedalam serat-serat bahan tekstil, sehingga diperoleh warna yang tahan luntur. Zat warna yang dipakai dapat berupa zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau zat warna sintetis. Zat warna yang banyak dipakai sebagai pewarna pada pembuatan batik adalah Naptol. Pekerjaan mencelup dengan Naptol meliputi merendam kain dalam larutan zat warna Naptol, mengatur kain yang sudah dicelup (meniriskan kain), membangkitkan warna dengan larutan diazo, mencuci atau membilas kain yang telah selesai dicelup. Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

3 3. Menghilangkan lilin Menghilangkan lilin batik merupakan pekerjaan penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok (ngerik) atau menghilangkan secara keseluruhan dengan cara melorod (disebut juga : Nglorod). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya inefisiensi pada setiap tahapan produksi pada industri batik tradisional, memberikan gambaran pada para pengrajin mengenai kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat adanya inefisiensi pada setiap tahapan produksi pada industri batik tradisional terutama dari segi ekonomi serta memberikan masukan-masukan dalam upaya peningkatan efisiensi pada setiap tahapan produksi pada industri batik tradisional. Metode Penelitian Konsep Lean-Sigma adalah suatu konsep menyeluruh tentang sistem bisnis. Konsep Lean berakal dari konsep sistem manajemen Toyota yang dikembangkan dan diperluas, sedangkan konsep Six Sigma berakar dari konsep sistem manajemen Motorola. Kekuatan dari kedua konsep ini disinergikan menjadi konsep Lean-Sigma. Sasaran Lean adalah untuk menciptakan aliran lancar produk dan menghilangkan semua jenis pemborosan. Sedangkan sasaran Six Sigma adalah meningkatkan kapabilitas proses untuk mencapai zero defects dan menghilangkan variasi. Sehingga melalui pendekatan Lean-Sigma ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi batik tradisional khususnya di Cirebon. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan Lean-Sigma. Adapun langkah-langkan yang akan ditempuh melalui pendekatan Lean-Sigma ini meluputi : 1. Define (Definisi) Define (definisi) bertujuan untuk mendefinisikan permasalahan. Perusahaan harus mengerti pokok permasalah atau kesempatan, objektif, nilai serta sangat jelas memahami batasan permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini permasalahan yang diduga adalah adanya inefisiensi pada proses pembuatan batik tradisional. Sehingga yang harus dilakukan adalah mendefinisikan permasalahan tersebut melalui : Pertama, pengamatan proses produksi yang diawali dari persiapan bahan yang akan diproses meliputi energi, air,bahan baku dan bahan penolong. Adapun proses produksinya sendiri terdiri dari proses pendahuluan (persiapan bahan dan pemotongan kain), pembatikan (cap atau tulis), pewarnaan (pencoletan dan celup), pelepasan lilin batik (lorod), dan proses akhir (penyempurnaan). Kedua, Pencatatan penggunaan air, energi, bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi. 2. Measure (Ukur) Tahap Measure bertujuan untuk mengetahui proses yang sedang terjadi, mengmpulkan data mengenai kualitas dan biaya yang akan digunakan untuk mengetahui penyebab masalah yang sebenarnya. Adapun perangkat pengukuran yang akan digunakan adalah pengukuran kapabilitas hotspot yang terjadi pada proses pembuatan batik tradisional baik maupun batik tulis. Rumus yang digunakan dalam tahap measure ini adalah : Indeks Kapabilitas (Cp) C p 6 x 3. Analyze (Analisa) Tujuan dari tahap Analyze adalah untuk memverifikasi penyebab yang mempengaruhi input kunci dan output kunci. Perangkat yang akan digunakan dalam tahap ini menggunakan Cause and Effect Diagram (Diagram Fish Bone). 4. Improve (Tingkatan) Setelah dianalisa menyeluruh, kemudian dilanjutkan pada tahapan peningkatan. Peningkatan pada proses dapat dalam bentuk rencana percobaan atau verifikasi peningkatan. Dalam hal ini perangkat yang digunakan pada tahap ini yaitu penerapan konsep 5S ( Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke). 5. Control (Kendali) Langkah berikutnya adalah begaimana mengontrol peningkatan tersebut untuk memperoleh ketahan peningkatan berkelanjutan. Hal ini dapat termasuk demonstrasi dan pelatihan, peta kendali dan SOP (prosedur standar operasi). Perangkat yang akan digunakan dalam langkah ini adalah control chart (X Bar dan R). Hasil dan Pembahasan berdasarkan kepada hasil pengumpulan dan pengolahan data yang meliputi analisa kapasitas produksi batik tradisional serta langkah-langkah penurunan inefisiensi pada proses pembuatan batik tradisional dengan penerapan metode Lean- Sigma yang meliputi Define (Definisi), Measure (Ukur), Analyze (Analisa), Improve (Peningkatan), dan Control (Kendali). Pengamatan Penggunaan Air Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

4 Tabel 1 Pengamatan Penggunaan Air Rata-Rata Batik Cap Kombinasi Batik Tulis Penggunaan Air liter 6751,779 liter Hotspot Penggunaan Air liter 457,846 liter Penggunaan air. Dari hasil perhitungan, rata-rata penggunaan air per meter output, dapat dilihat bahwa tingkat inefisiensi dalam penggunaan air pada adalah sebesar liter per tahunnya, nilai ini lebih besar daripada penggunaan air untuk batik tulis, yaitu sebesar 6.751,779 liter per tahunnya. Hal ini dapat dikarenakan pada sering kali melakukan 2 kali proses pelorodan. Hotspot penggunaan air. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada proses pembuatan batik tradisional, diketahui bahwa rata-rata hotspot temuan dalam penggunaan air pada proses pembuatan adalah sebesar liter pertahun, yakni lebih besar daripada hotspot pada proses pembuatan batik tulis yaitu sebesar 4.57,846 liter per tahun. Hal ini bisa disebabkan karena seringnya kran air yang terus terbuka saat proses pencucian. Pengamatan Penggunaan Energi Tabel 2 Pengamatan Penggunaan Energi Rata-Rata Penggunaan Energi/Meter Output Batik Cap Kombinasi Batik Tulis Penggunaan Listrik 27 wh/meter 57 wh/meter Penggunaan Minyak 61 ml/meter 129 ml/meter tanah Penggunaan Solar 32 ml/meter 248 ml/meter Penggunaan Gas 132 gr/meter 314 gr/meter Penggunaan Kayu 2 gr/meter 8 gr/meter bakar Penggunaan Listrik. Pada pengamatan penggunaan energi listrik, terlihat bahwa penggunaan listrik pada batik tulis lebih besar dari pada, yaitu sebesar 57 wh/meter per tahunnya. Sedangkan hanya sebesar 27 wh/meter pertahunnya. Penggunaan Minyak tanah. Penggunaan minyak tanah per meter output batik cap kombinasi sebesar 61 ml/meter per tahun, sedangkan penggunaan minyak tanah pada batik tulis sebesar 129 ml/meter per tahun. Hal ini berarti bahwa dalam ratarata penggunaan minyak tanah, batik tulis lebih besar bila dibandingkan dengan batik cap kombinasi. Penggunaan Solar. Rata-rata penggunaan solar per meter output pada batik tulis lebih besar daripada rata-rata penggunaan solar, yaitu sebesar 248 ml/meter pertahun. Sedangkan penggunaan solar pada batik cap kombinasi hanya sebesar 32 ml/meter pertahunnya. Penggunaan Gas. Penggunaan gas per meter output untuk sebesar 132 gram/meter, sedangkan untuk batik tulis adalah sebesar 314 gram/meter. Ini berarti bahwa rata-rata penggunaan gas per meter output batik tulis lebih besar daripada. Penggunaan Kayu bakar. Rata-rata penggunaan kayu bakar pada batik cap kombinasi adalah sebesar 2 gram/meter per tahun, sedangkan penggunaan kayu bakar per meter output pada batik tulis sebesar 8 gram/meter. Hal ini berarti bahwa penggunaan kayu bakar per meter output batik tulis lebih besar daripada batik cap kombinasi. Pengamatan Penggunaan Material Tabel 3 Penggunaan material Rata-Rata Penggunaan Material/Meter Output Batik Cap Kombinasi Batik Tulis Penggunaan Zat warna 16 kg/m 27 kg/m Penggunaan Lilin (Malam) 471 kg/m 911 kg/m Penggunaan Zat warna. Penggunaan zat warna per meter output pada batik tulis lebih besar daripada, yaitu sebesar 27 kg/meter. Sedangkan pada rata-rata penggunaan zat warna per meter output adalah sebesar 16 kg/meter per tahunnya. Penggunaan Lilin (malam). Penggunaan lilin (m alam) per meter output pada batik tulis lebih besar daripada penggunggan lilin (malam) pada. Yaitu, 911 kg/meter per tahun untuk batik tulis dan 471 kg/meter untuk batik cap kombinasi. Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

5 Gambar 1 Penyebab inefisiensi pada proses produksi batik tradisional Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

6 Perbandingan Kapabilitas Penggunaan Air Gambar 2 Penggunaan air sesudah perbaikan pada batik cap kombinasi penggunaan air. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dari IKM tersebut dalam Gambar 4 Penggunaan listrik sesudah perbaikan pada Dari gambar diatas, ternyata terdapat beberapa IKM yang melebihi batas toleransi bawah. Hal ini dikarenakan IKM-IKM tersebut melakukan perbaikan terhadap penggunaan listrik Gambar 3 Penggunaan air sesudah perbaikan pada batik tulis penggunaan air. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dari IKM tersebut dalam Gambar 5 Penggunaan listrik sesudah perbaikan pada IKM yang melabihi batas toleransi. Hal ini penggunaan listrik pada batik tulis sudah bagus, dan proses dapat dijadikan control untuk proses selanjutnya Perbandingan Kapabilitas Penggunaan Energi Dari penggunaan energi dapat dianalisa sebagai berikut: Gambar 6 Penggunaan minyak tanah sesudah perbaikan pada penggunaan minyak tanah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

7 Gambar 7 Penggunaan minyak tanah sesudah perbaikan pada batik tulis penggunaan minyak tanah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 1 Penggunaan gas sesudah perbaikan pada penggunaan gas. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 8 Penggunaan solar sesudah perbaikan pada penggunaan solar. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 9 Penggunaan solar sesudah perbaikan pada batik tulis penggunaan solar. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan penggunaan kayu bakar. Hal ini mungkin Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni Gambar 11 Penggunaan gas sesudah perbaikan pada batik tulis IKM yang melabihi batas toleransi. Hal ini penggunaan gas pada batik tulis sudah bagus, dan proses dapat dijadikan control untuk proses selanjutnya Gambar 12 Penggunaan kayu bakar sesudah perbaikan pada

8 disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 13 Penggunaan kayu bakar sesudah perbaikan pada batik tulis IKM yang melabihi batas toleransi. Hal ini penggunaan kayu bakar pada batik tulis sudah bagus, dan proses dapat dijadikan control untuk proses selanjutnya. Perbandingan Kapabilitas Penggunaan Material 15 IKM yang melebihi batas toleransi. Hal ini penggunaan lilin pada batik tulis sudah bagus, dan proses dapat dijadikan control untuk proses selanjutnya Gambar 16 Penggunaan zat warna sesudah perbaikan pada penggunaan zat warna. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 14 Penggunaan lilin sesudah perbaikan pada penggunaan lilin. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kesadaran dan Gambar 15 Penggunaan lilin sesudah perbaikan pada batik tulis -1 Gambar 17 Penggunaan zat warna sesudah perbaikan pada batik tulis IKM yang melebihi batas toleransi. Hal ini penggunaan zat warna pada batik tulis sudah bagus, dan proses dapat dijadikan control untuk proses selanjutnya. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Telah terjadi inefisiensi pada proses pembuatan batik tradisional baik itu batik cap kombinasi maupun batik tulis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan besarnya hotspot penggunaan air, serta penggunaan energi dan material yang dinilai kurang efisien. Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni 212 4

9 2. Terjadinya inefisiensi pada proses pembuatan batik tradisional disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : a. Inefisiensi Penggunaan Air - Tidak ada pencatatan penggunaan air - Air bekas cucian yang tidak digunakan lagi - Tidak ada bak penampung air hujan - Mengabaikan pemborosan air karena kebocoran - Lupa mematikan kran saat tidak digunakan b. Inefisiensi Penggunaan Energi - Tidak ada display peringatan keselamatan kerja di ruang produksi - Mengabaikan instalasi listrik yang berpotensi menyebabkan kebakaran - Tidak ada alat pemadam kebakaran yang memadai - Tidak ada pencatatan pemakaian energi - Menyalakan lampu saat tidak digunakan - Tidak terdapat display peringatan untuk hemat energi di ruang produksi - kenceng lorodan tidak ditutup saat pemanasan c. Inefisiensi Penggunaan Material - Tidak ada pencatatan pemakaian lilin - Tidak ada pelatihan cara kerja agar terhindar dari ceceran lilin - Lilin sisa lorodan terbuang - Tidak ada teknologi pembatikan untuk mengurangi ceceran lilin - Adanya ceceran bahan kimia di tempat penimbangan - Adanya ceceran larutan zat warna saat pencelupan - Sisa pencelupan tidak digunakan lagi - IKM masih menggunakan naphthol untuk pencelupan - Wadah bahan kimia tidak sesuai dengan kerakteristik jenis bahan - Bahan kmia berbahaya tidak dipisah - Wadah bahan kimia tidak diberi label - Tidak ada pencatatan penggunaan bahan kimia - Pekerja belum mengetahui bahaya bahan kimia - Peralatan K3 belum memadai 3. Batik cap kombinasi lebih efisien dalam penggunaan air,energi, dan material bila dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis. 4. Proses pembuatan batik tradisional cap kombinsai dan tulis memiliki indeks kapabilitas poses 1, yang berarti bahwa dari segi proses IKM tersebut barada di tingkat 3 sigma. Daftar Pustaka Casta, dan Taruna. Batik Cirebon. Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon. Cirebon : 27 Evans, Lindsay, 27 Pengantar Six Sigma, Salemba Empat, Jakarta Gaspersz, Vincent, Lean Sigma Approach, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 27 Gaspersz, Vincent, Lean Six Sigma, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 27 Hasanudin. Batik Pesisir. PT. Kiblat Buku Utama. Bandung : 211 Pande S. Peter, Nauman P. Robert, Cavanagh R. Ronald, The Six Sigma Way, Penerbin ANDI Yogyakarta : 23 Pryzdek, Thomas, The Six Sigma Handbook, Salemba Empat, Jakarta : 22 Nurdalia, Ida, Kajian dan Analisis Peluang Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Kecil Baik Cap (studi kasus pada tiga usaha industri kecil batik cap di Pekalongan). Tesis program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro Semarang, 26 Jurnal Improvement Vol 2 No 1 Januari-Juni

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK Tentang Batik Cap ISTILAH BATIK (SII.0041-74) Cara pelekatan lilin batik Tulis Adalah bahan kain tekstil hasil pewarnaan menurut corakcorak khas Indonesia, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan dan penerapan perangkat-perangkat pengelolaan lingkungan diarahkan untuk mendorong seluruh pihak di dunia ini untuk melakukan tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN UD. Oca Batik Madura adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan batik tulis yang sedang berkembang dan professional. UD. Oca Batik Madura merupakan salah satu perusahaan yang ikut

Lebih terperinci

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang) Lina Indra Kartika Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : m300adsa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar. KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe pilihan. Pada tipe pilihan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar. A. Pertanyaan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik merupakan warisan nenek moyang yang mempunyai makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Terbukti dengan penetapan UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009, bahwa

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR Oleh: ERNI PURWANINGSIH L2D 004 311 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Menurut Simonds (2006), lanskap adalah suatu bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati keberadaannya melalui seluruh indera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sejumlah produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi

Lebih terperinci

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia 23 PENGARUH KOMPOSISI RESIN ALAMI TERHADAP SUHU PELORODAN LILIN UNTUK BATIK WARNA ALAM Effect of Natural Resin Composition on Temperature of Wax Removing for Batik Natural Dye Vivin Atika *, Agus Haerudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan industri dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan yaitu meningkatkan pencemaran air dan udara, penurunan kualitas tanah, dampak dalam skala global

Lebih terperinci

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December 2013 08:46 - Last Updated Friday, 20 December 2013 08:57 Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama. 1) Ngemplong Ngemplong

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA

MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK MELALUI KONSEP DMAIC PADA SIX SIGMA Julianus Hutabarat 1, Ellysa Nursanti 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan budaya Indonesia sangat beragam, salah satunya kain tradisional yaitu Batik. Batik dalam Bahasa Jawa ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa tha yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Seni Batik Lukis Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik lukis dikerjakan dengan teknik tutup celup, menggunakan malam bahkan

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) KERJA PADA PELAKSANAAN PRAKTIK MEMBATIK DI SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA

2016 PENERAPAN KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) KERJA PADA PELAKSANAAN PRAKTIK MEMBATIK DI SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan mempersiapkan lulusannya sebagai calon tenaga kerja yang potensial

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan industri manufaktur. Tingkat efektifitas dan efisiensi berproduksi dituntut memiliki nilai yang tinggi.

Lebih terperinci

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu EKSPLORASI WARNA ALAM MENGGUNAKAN KULIT BATANG, AKAR, DAUN DAN BUAH DARI TANAMAN MANGROVE (RHIZOPORA STYLOSA) SEBAGAI PEWARNA BATIK DENGAN PENGGUNAAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR Bayu Wirawan D. S.

Lebih terperinci

BATIK DARI INDONESIA

BATIK DARI INDONESIA BATIK DARI INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Rissa Destyan Anindita NIM : 09.12.3519 Kelas : S1SI4K SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Seni batik adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) saat ini tengah menjadi salah satu fokus pemerintah. Hal ini karena Industri Kecil dan Menengah (IKM) merupakan salah

Lebih terperinci

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang yang sampai saat ini masih berkembang diberbagai wilayah di Indonesia. Kain batik dikenakan sebagai ciri khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan karena memiliki peran penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyumbang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK Sulaeman 1), Agus Hadiyarto 2) 1) Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta 2) MIL, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri batik merupakan sektor industri kreatif yang memberikan kontribusi cukup besar bagi PDB Indonesia. Selain itu, produk batik telah diakui dunia sebagai salah

Lebih terperinci

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

Lebih terperinci

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY ABSTRAK Batik adalah seni kerajinan yang perlu dilestarikan kebaradaannya karena merupakan salah satu budaya

Lebih terperinci

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH

TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH TUGAS BESAR III LEAN SIX SIGMA JOURNAL REVIEW SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEDE SUDRAJATTULLOH 411110023 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2013 JOURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik Indonesia menjadi semakin terkenal setelah memperoleh pengakuan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga dimana harus terus dijaga dan diperdayakan. Pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya manusia yang tinggi

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) Pengenalan Teknologi Dasar Kelas VII PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) KELAS VII Disusun Oleh : BAB I PENGENALAN BATIK 1.1 DEFINISI BATIK Dari segi etimologi (bahasa), Batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA SEBUAH PENDEKATAN PENGELOLAAN USAHA BERUPA UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI UNTUK MENINGKATKAN MANFAAT, BAIK DARI ASPEK EKONOMI, ORGANISASI MAUPUN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu karya seni bangsa Indonesia yang keberadaannya telah diakui dunia internasional. Banyak desainer fashion dunia sekarang yang sudah mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y PENINGKATAN KUALITAS PRODUK KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA DI PABRIK KERTAS Y Moses L. Singgih dan Renanda Email: moses@ie.its.ac.id Jurusan Teknik Industri FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Pengembangan ragam hias batik Banten memiliki keterkaitan dengan lingkungan non fisik. Dimana ragam hias batik banten memiliki ciri khas dan nilainilai budaya

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL

ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL ANALISIS KINERJA PELAYANAN PERBAIKAN GANGGUAN LISTRIK BERDASARKAN METODE SIX SIGMA DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN DAN JARINGAN NGAGEL Handoyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak zaman kerajaan Mataram ke-1. Pembatikan merupakan teknik mewarnai kain dengan menempelkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 30 BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN 4.1 UPAL-REK Hasil Rancangan Unit Pengolahan Air Limbah Reaktor Elektrokimia Aliran Kontinyu (UPAL - REK) adalah alat pengolah air limbah batik yang bekerja menggunakan proses

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada permasalahan yang muncul dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan faktor penting

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII 1. Batik berasal dari kata amba dan tik yang berarti... a. Menggambar, titik c. Menulis, garis b. Menulis, titik d. Menggambar, garis 2.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP

PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP Puspita Dewi Widayat 1, *), Moses L. Singgih 2) dan Udisubakti Ciptomulyono C 3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta. PENGARUH PERBEDAAN CARA EKSTRAKSI dan BAHAN FIKSASI BAHAN PEWARNA LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla King.) TERHADAP KUALITAS PEWARNAAN BATIK Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan tekstil di era modern seperti sekarang ini semakin dibutuhkan.batik adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi, isu perdagangan global dan kesadaran akan pentingnya peran konsumen telah mengakibatkan banyak perubahan pada kondisi persaingan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Efisiensi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan 1. Bahan Bahan yang Digunakan a. Buah mangrove jenis Rhizophora stylosa diperoleh dari daerah Pasar Banggi, Rembang b. Air diperoleh dari Laboratorium Aplikasi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA

BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA BAB III PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PADA PERUSAHAAN BATIK UD. AL- MUBAROK TANJUNGBUMI MADURA A. Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok 1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan Batik UD. Al- Mubarok Awal

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna

Lebih terperinci

3. PANEL KONTROL. 3.1 Deskripsi Panel Kontrol. 3.2 Layar A B C D E F

3. PANEL KONTROL. 3.1 Deskripsi Panel Kontrol. 3.2 Layar A B C D E F 3. PANEL KONTROL 3.1 Deskripsi Panel Kontrol BAHASA INDONESIA 41 1 2 3 4 5 6 7 14 13 12 11 10 9 8 1 2 3 4 5 6 7 Knop Pemilih Program Tombol Sentuh Pilihan Perasan Tombol Sentuh Suhu Layar Opsi Kunci Pengaman

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Herawati,2008). Sedangkan output yang dihasilkan pada kegiatan operasi

BAB I PENDAHULUAN. (Herawati,2008). Sedangkan output yang dihasilkan pada kegiatan operasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan operasi merupakan kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi atau operasi) menjadi keluaran sehingga menjadi lebih bermanfaat (Subagyo,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Hasil rancangan ini diharapkan dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi para pengguna untuk meningkatkan kualitas tidur secara maksimal. Dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN

PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN Alpha Febela Priyatmono Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. ARTIKEL PELATIHAN PEMBUATAN BATIK COLET BAGI SISWA SMK DIPONEGORO DEPOK (PROGRAM LANJUTAN) Oleh: Sugiyem, Sri Widarwati, Emy Budiastuti Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Abstract The purpose

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Six Sigma adalah sebuah disiplin kualitas yang memfokuskan diri pada produk dan pelayanan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah kebudayaan yang menyempurnakan permintaan sebagai target setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dituntut untuk mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan agar dapat tumbuh dan berkembang. Bahkan perusahaan diharapkan dapat memproduksi

Lebih terperinci

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit energi dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengevaluasi kebutuhan energi dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi konsumsi energi pada suatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON

PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) PENATAAN KAWASAN INDUSTRI BATIK DI TRUSMI, CIREBON Diajukan Oleh: LIA LISTIYANI 21020111130061 Dosen pembimbing I Ir. Eddy Hermanto, MSA Dosen

Lebih terperinci

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) FINAL TEST BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD) GRADE 7 2011/2012 1. Konsep PTD adalah PGBU, yaitu... a. Pikir, Gambar, Buat, Ulangan b. Palu, Gergaji, Baut, Ulir c. Pikir, Gambar, Buat, Uji d. Pikir, Gabung,

Lebih terperinci