BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah. memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama
|
|
- Bambang Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama ekonomi rakyat kecil. Krisis yang berkepanjangan hingga saat ini juga telah mengakibatkan krisis multidimensional, yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat, krisis perbankan, masalah kemiskinan menjadi topik menarik karena jumlah penduduk yang jatuh dibawah garis kemiskinan meningkat sekali, pernah dihitung (secara keliru oleh BPS) menjadi 79,5 juta orang. Perhitungan keliru dilakukan karena diasumsikan pendapatan rumah tangga tetap (tidak naik), ketika tahun 1998 terjadi inflasi 78% dalam menyatakan pendapatan semua orang termasuk penduduk miskin seperti buruh tani juga naik, kadangkadang bisa lebih dari 100% sehingga kemiskinan tahun 1998 disepakati hanya 49,5 juta atau 24,2 % (Mubyarto, 2004:400). Masalah angka kemiskinan ini menjadi lebih banyak diperdebatkan oleh ekonom dan non-ekonom ketika BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang diklasifikasikan keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I harus dianggap keluarga miskin dalam kaitan peluncuran program JPS. Angka penduduk miskin versi BKKBN diperoleh dengan mengalihkan angka keluarga miskin dengan angka rata-rata jumlah keluarga 4,5. karena dinggap terlalu tinggi, angka kemiskinan versi BKKBN ini selanjutnya diturunkan dengan membagi
2 kemiskinan menjadi miskin alasan ekonomi dan miskin bukan alasan ekonomi ( Mubyarto: ). Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, halhal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan juga merupakan masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin" ( kemiskinan diakses tanggal 14/03/2009 pukul Wib). Kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer. Pengertian diatas dapat diiterprestasikan bahwa ketidakmampuan mereka dalam menggunakan sarana sebagai suatu pertanda kondisi ekonominya yang sangta lemah. Dapat dipahami, bahwa dalam upaya menggunakan fasilitasfasilitas tersebut terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya tidak memiliki modal dasar sebagai penunjangnya (Sismudjito, 2004:136). Kemiskinan dapat dilihat sebagai fenomena yang kompleks dan dapat ditelusuri dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi, ketidaklengkapan (inadequancy), hubungan desa dan kota, dan perbedaan antara
3 suku, agama dan daerah. Kondisi miskin oleh Bangsa Indonesia telah berdampak semakin meningkatnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di masyarakat, yang tentunya juga membutuhkan penanganan yang serius dan terpadu. Pemerintah Indonesia juga telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan meratakan pendapatan ini melalui delapan jalur pemerataan, yaitu: 1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan. 2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. 3. Pemerataan pembagian pendapatan. 4. Pemerataan kesempatan kerja. 5. Pemerataan kesempatan berusaha. 6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan wanita. 7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air. 8. Pemerataan memperoleh keadilan (Sumardi, 1982: 7). Semua itu adalah upaya pemerintah dalam mencoba melaksanakan pemerataan pendapatan, yang dengan demikian mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula pemerintah telah berusaha memikirkan perubahan strategi pembangunannya dengan menggunakan model kebutuhan pokok. Selain itu data mengenai fakir miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%) dibandingkan dengan penduduk miskin 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Sementara jumlah fakir miskin di Sumatera menunjukan angka jiwa dari total penduduk Hal ini menunjukan bahwa
4 ada orang yang mempunyai potensi yang sangat besar menjadi gelandangan dan pengemis. Potensi sumber daya yang dimiliki oleh fakir miskin mempunyai kecenderungan makin lama makin menipis habis. Belum lagi kita melihat data mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebanyak: tersebar di desa, 361 kecamatan, 25 kabupaten/kota. Hal tersebut sangatlah merisaukan dan juga dapat berpotensi menimbulkan masalah yang sama ( diakses tanggal 14/03/09 pukul 11.25). Salah satu jenis dari penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) adalah gelandangan dan pengemis. Gelandangan dan pengemis tampaknya menjadi rona tersendiri dan tak pernah pupus mencoreng wajah perkotaan tak terkecuali di kota Medan. Terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan satu ini timbul sejumlah pertanyaan siapa yang salah dan siapa yang bertanggung jawab mengentaskan mereka dari lembah kemiskinan. Sampai saat ini para gelandangan dan pengemis belum banyak tersentuh program-program yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat tetapi jika mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Demikian juga disebutkan dalam pasal 34 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Maka jelas negara harus memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar. Negara dalam hal ini bukan hanya unsur pemerintahan tetapi seluruh unsur masyarakat, termasuk LSM, organisasi keagamaan, organisasi sosial masyarakat lainnya, tidak terkecuali perseorangan yang peduli terhadap fakir miskin, gelandangan dan pengemis.
5 Masalah gelandangan dan pengemis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena gelandangan dan pengemis dapat meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Gelandangan dan pengemis adalah fenomena sosial yang tidak dapat dihindarkan keberadaannya dari kehidupan masyarakat, terutama yang berada di perkotaan yang terkait dengan berbagai faktor antara lain, keterbatasan lapangan kerja, rendahnya tingkat pendidikan, kondisi kehidupan ekonomi dan faktor mental. Hal ini adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk mencari solusi, yang konkrit untuk mengentaskan para gelandangan dan pengemis menjadi manusia yang hidup layak (http/ diakses tanggal 14/03/09 pukul Wib). Selain itu gelandangan dan pengemis merupakan gejala sosial dan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks, secara umum paling berpengaruh adalah faktor ekonomi khususnya efek langsung dari pada masalah tenaga kerja, perkembangan teknologi dan mekanisme. Menganalisa gejala gelandangan dan pengemis yang sangat erat hubunganya dengan faktor-faktor karakternya seperti, malas bekerja, suka berfoya-foya, pasrah pada nasib, acuh tak acuh dan lain-lain yang secara langsung merupakan faktor yang mendorong hidup mereka kepada kehidupan dan gelandangan dan pengemis. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya masalah gelandangan dan pengemis adalah urbanisasi dan pembangunan wilayah yang timpang. Kota besar mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi seluruh lapisan masyrakat. Hal ini disebabkan kota sebagai pusat perkembangan perekonomian, pusat peredaraan
6 uang dan pusat kemajuaan teknologi. Kota besar menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik penduduk berpindah dari desa ke kota. Banyak alasan yang muncul melatarbelakangi perpindahan penduduk dari desa ke kota (Urbanisasi) tersebut misalnya mengadu nasib, mencari pekerjaan, mengembangan usaha, melanjutkan pendidikan dan lain sebagainya. Urbanisasi yang terjadi mengakibatkan kota menjadi tumpuan harapan banyak orang sehingga persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang ada semakin kompetitif. Bagi individu yang mempunyai kapasitas SDM yang baik dan mempunyai kesempatan, tentunya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi. Hanya saja tidak semua SDM yang bermigrasi ke kota mempunyai kualitas yang baik, sehingga banyak yang kalah bersaing dalam kehidupan kota. Kota tidak dapat menampung seluruh angkatan kerja yang mengalir terusmenerus dari daerah maupun desa sumber kota yang terbatas yang harus direbutkan oleh ratusan ribu orang. Pada akhirnya orang-orang yang tersisih ini biasanya akan menimbulkan masalah sosial dan kriminal. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan dan keberanian melakukan tindakan kriminal biasanya akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan seperti: pemulung, kuli bangunan, asongan, sampai gelandangan dan pengemis. Pilihan ini tentunya bukan merupakan pilihan yang benar-benar diinginkan oleh mereka. Alasan untuk bertahan hidup merupakan alasan utama yang paling sering terlontarkan dalam membahas masalah gelandangan pengemis ini.
7 Urbanisasi merupakan proses sosial yang memiliki dampak ganda, yakni dampak positif dan negatif, mempunyai dampak positif karena ternyata proses sosial semacam ini mampu memberikan angin kehidupan yang lebih baik bagi kaum migran, mengembangkan perekonomian kota dan mampu menyediakan tenaga kerja. Disamping itu proses urbanisasi sesungguhnya selaras dengan adanya kondisi kehidupan ekonomi yang relatif minimal didaerah pedesaan. Sehingga banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk memperbaiki kondisi ekonominya dengan jalan mencari pekerjaan lain diluar sektor pertanian guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Gejala demikian menimbulkan fenomena yaitu banyaknya migran yang mengirim penghasilannya ke daerah pedasaan atau ke daerah asal. Disamping dampak positif diatas, urbanisasi juga punya dampak negatif antara lain meningkatnya penduduk pedesaan yang datang ke kota sehingga terjadi urbanisasi berlebihan. Konsekuensi logis dari gejala ini adalah munculnya berbagai problem sosial di daerah perkotaan yang disebabkan kehadiran kaum pendatang dengan karakteristik sosial ekonomi rendah. Ketidakberdayaan kondisi ekonomi kaum ini pada gilirannya melahirkan sebuah fenomena sosial yang banyak mendapat perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun akademisi. Fenomena sosial yang tampak adalah munculnya komunitas tertentu yakni pemukiman kumuh, perkampungan melarat dan kaum gelandangan. Fenomena semacam ini terdapat dikota-kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta (Salamah, 2004: 40-41). Munculnya fenomena gelandangan di daerah perkotaan selanjutnya dinilai oleh banyak pihak telah memberikan kesan negatif yakni: kesan yang kumuh,
8 kotor, serta merusak pemandangan kota. Disamping itu, kehadiran kaum ini dianggapnya sebagai pusat pengangguran, rawan terhadap kriminalitas yaitu pencurian, penjambretan, perjudian, mabuk-mabukan dan pelacuran. Bahkan, sentral-sentral gelandangan selalu dalam pengawasan pihak keamanan khususnya pihak kepolisian, karena disinyalir daerah ini sarat akan perilaku kejahatan, sesungguhnya pihak pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya penampungan pemberian keterampilan tetapi tetap saja para gelandangan masih menghiasi sudut-sudut kota bahkan malah semakin bertambah. Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka untuk memperoleh gambaran penjelasan secara empiris perlu dilakukan suatu penelitian tentang keuntungan-keuntungan sosial ekonomi apa yang diperoleh selama berada di kota bagi para gelandangan dan faktor-faktor apa yang berperan (Salamah, 2004: 40-41). Jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sumatera Utara menurut data Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara 2006 menyebutkan, populasi gepeng mencapai orang, terdiri dari orang gelandangan dan orang pengemis. Sesuai data tahun 2007 yang diperoleh dari Dinas Sosial Sumut menunjukkan jumlah gelandangan pengemis dan anak jalanan (Gepeng Anjal) mencapai orang. Rinciannya, pengemis, gelandangan dan anak jalanan. Sementara itu, terdapat anak terlantar, anak balita terlantar, keluarga fakir miskin dan paling besar jumlah keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni (RTLH) mencapai keluarga ( diakses tanggal 27/03/09 pukul Wib). Jumlah gepeng yang berseliweran di seantero Sumut mencapai orang dan Provinsi Sumatera Utara menempati peringkat ketiga nasional
9 dalam urusan gepeng dan anjal. Sumut hanya kalah dari DKI Jakarta dan Jawa Timur ( diakses tanggal 27/03/09 pukul Wib). Selanjutnya menurut data yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Depsos RI itu, Sumut terbesar kedua dari 33 provinsi memiliki masyarakatnya tinggal di rumah tak layak huni setelah Jawa Timur RTLH. Kasubdit Bina Program P.Daulat Sembiring Dinas Sosial Sumut mengakui data itu dan masih dipakai untuk tahun Pejabat Dinsos itu menepis tidak ada penanganannya. Katanya, kemarin jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial itu terus mengalami peningkatan setiap tahun sejak terjadi krisis moneter terutama kelompok gepeng dan anak terlantar. Menurut Sembiring, program penanganannya telah dilakukan dengan membina dan menempatkan mereka di panti-panti seperti Panti Pungai Binjai dan sebuah panti di Sibolga. (http// Diakses jumat 17/04/2009/ pukul wib). Dewasa ini penyandang masalah kesejahteraan sosial sangat memprihatinkan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan krisis global yang melanda dunia. Bahkan, krisis global telah menambah jumlah gepeng. Perda gepeng bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan, kemampuan serta meningkatkan harkat dan martabat para gepeng. Berbagai upaya telah dilakukan instansi teknis bersama-sama dengan masyarakat melalui kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam menangani masalah gepeng, baik dengan sistem penampungan di panti maupun luar panti. Namun, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya besarnya permasalahan gepeng, yang jumlahnya tidak seimbang dengan jangkauan
10 pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana. Di sisi lain, masyarakat masih simpati dengan memberikan sebagian rezekinya kepada saudara-saudara kita yang meminta-minta dipersimpangan jalan dan di bawah lampu merah. Dengan ditetapkannya perda gepeng ini diharapkan pemkab/pemko sudah memiliki dasar hukum dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan dan pengemis. Sehingga, tingkat urbanisasi masyarakat desa ke kota dapat diminimalisir ( Diakses Jumat 17/04/09/pukul wib). Di Sumatera Utara ada 147 UPTD yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Beberapa diantaranya seperti, Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa yang menangani masalah remaja yang putus sekolah dan membekali mereka dengan keterampilan, Panti Sosial Karya Bhakti Sei Buluh menampung dan memberdayakan orang-orang buta. Panti Sosial Parawarsa Berastagi yang menangani PSK yang terjaring oleh Satpol PP untuk dibina dan diberi keterampilan. Panti Sosial Anak Pengekepen Kabanjahe yang merupakan panti asuhan anak yang menampung anak-anak yang terlantar dan diterlantarkan oleh orang tua mereka. Panti Sosial Werdha Abdi Binjai yang menampung orang-orang jompo dan lansia yang terlantar. Panti Sosial Cacat Netra Baladewa Tebing Tinggi yang menampung orang-orang buta dan dibekali keterampilan seperti memijat. PSTPA Dharma Asih Medan yang menangani penitipan anak untuk orang tua yang sibuk agar anak mereka tidak diterlantarkan pada saat orang tua bekerja. Panti Sosial Harapan Bahkapul P.Siantar yang menampung orang jompo dan lanjut usia terlantar. UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang menangani masalah gelandangan pengemis yang terjaring razia oleh
11 Satpol PP untuk dibina dan dibekali keterampilan agar dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya dalam masyarakat (Daftar Panti Sosial Provinsi Sumatera Utara 2008). Salah satu dari UPTD yang diuraikan diatas yang menarik untuk diteliti adalah masalah gelandangan pengemis yang ditangani oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa gelandangan dan pengemis merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pelayanan sosial yang diberikan kepada mereka sehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam rangka meningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan. UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai ini mempunyai peranan seperti: bimbingan keagamaan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh warga binaan sosial, bimbingan sosial berupa arahan dari kepala UPTD/Kepala Seksi secara bergantian, melaksanakan kerja bakti, memberikan kepercayaan kepada warga binaan untuk melakukan roda malam, bimbingan keterampilan berupa pelatihan di bidang pertanian, pelayanan konsultasi pribadi melalui bimbingan oleh Bapak/ Ibu Asuh, pelayanan kesehatan di Poliklinik yang disediakan panti, kerjasama dengan instansi terkait yang bertujuan untuk membantu panti dalam upaya pembinaan warga binaan serta pelayanan kebutuhan dasar seperti sandang pangan dan papan.
12 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pembaca dan instansi terkait dalam memahami dan menangani masalah gelandangan dan pengemis 2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam melakukan peranannya untuk meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. 3. Agar dapat dipergunakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
13 I.4 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian. BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh serta data analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah angka kemiskinan ini menjadi lebih banyak diperdebatkan oleh ekonom dan non-ekonom ketika BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari data-data keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai, seperti makanan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial, karena kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan dalam kehidupan manusia. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
Lebih terperinciMEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi
MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER 2004 Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi oleh Salamah* Intisari Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah membawa dampak pada keterlantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalan maupun di berbagai tempat umum. Padahal dalam Pasal 34 Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong dalam negara berkembang. Infrastruktur yang terus berkembang hingga sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh suatu negara pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan peluang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN
BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Gelandangan dan pengemis (gepeng) dapat tumbuh subur, seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Fenomena
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)
PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam
1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai,
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Proses modernisasi menyisakan problematika yang tidak kunjung usai, contohnya adalah perubahan sosial budaya. Perubahan sosial dan kebudayaan yang mencolok berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun masalah ini terus menerus belum dapat terselesaikan, terutama sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni melindungi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan, baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan Negara yang tertuang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang bekerja dan berusaha bagi sejumlah penduduk yang semakin bertambah masih perlu diatasi dengan sungguh-sungguh. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah dengan era globalisasi dewasa ini telah membawa pengaruh yang tidak lagi bisa dibendung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi sejak Agustus 1997 telah memporak-porandakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi sejak Agustus 1997 telah memporak-porandakan perekonomian dan tatanan sosial masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bemegara, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan bahwa baik buruknya masa yang akan datang pada suatu bangsa ditentukan oleh generasi-generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep negara yang dianut oleh bangsa Indonesia sebagaimana pernyataan Jimly Ashiddiqie (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki hak untuk hidup dan mendapatkan kenyamanaan dalam kesejahteraan hidupnya. Hak tersebut merupakan hak yang seharusnya bisa dirasakan serta
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS SOSIAL KOTA TANGERANG TAHUN 2015 Dinas Sosial Kota Tangerang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 13 Tahun 2014. Organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, dimana kata anak merujuk pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan kemampuan seseorang memandang positif dalam segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hasil yang positif pula.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakatnya telah terpenuhi. Salah satu penghambat dari kesejahteraan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kesejahteraan masyarakatnya, bangsa atau negara dapat dikatakan maju dan berhasil apabila kesejahteraan masyarakatnya telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciIV.B.22. Urusan Wajib Sosial
22. URUSAN SOSIAL UUD 45 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib memberi perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial. Beberapa masalah yang masih perlu mendapat perhatian diantaranya masih rendahnya kualitas
Lebih terperinciBAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN
BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasosialan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan bahwa baik buruknya masa yang akan datang suatu bangsa ditentukan oleh generasi-generasi
Lebih terperinciPMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL
PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah mengatasi atau mengurangi masalah sosial yang dihadapi individu, keluarga, atau komunitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi magnet bagi penduduk perdesaan untuk berdatangan mencari pekerjaan dan
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan
BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi penduduk merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi penduduk merosot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi secara luas disusun dalam tiga lapisan utama, yaitu kelas atas, kelas menengah,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS SOSIAL KOTA TANGERANG TAHUN 2016 Dinas Sosial Kota Tangerang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 13 Tahun 2014. Organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kota
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.1.1 Peranan Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Bila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka dia mejalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah: melindungi segenap bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menegaskan bahwa tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Republik Indonesia adalah: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan seorang anak dimulai ditengah lingkungan keluarga, lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,
Lebih terperinciTENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS LINGKUNGAN PONDOK SOSIAL KEPUTIH PADA DINAS SOSIAL
Lebih terperinciIV.B.22. Urusan Wajib Sosial
22. URUSAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial diperlukan bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Meskipun telah banyak dicatat beberapa keberhasilan, beberapa masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang
Lebih terperinciPENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL MELALUI PROGRAM SAUDARA ANGKAT
A. Latar Belakang PENGUATAN KESETIAKAWANAN SOSIAL MELALUI PROGRAM SAUDARA ANGKAT 1. Semakin meningkatnya jumlah penyandang masalah sosial di Indonesia terutama disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga
Lebih terperincihalnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Bandar Lampung Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan hasil survei oleh Badan Pusat Statistik (bps.go.id:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya
Lebih terperinciKETENAGAKERJAAN DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI, DAN SOSIAL Jumlah (Rp) Anggaran Setelah Perubahan
URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI Kode Rekening : 1.14 : 1.14.01 KETENAGAKERJAAN DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI, DAN SOSIAL 1.14 1.14.01 00 00 5 BELANJA DAERAH 7.869.700.000,00 7.382.776.373,00 486.923.627,00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah generasi mendatang yang sangat berharga. Bisa dikatakan bahwa baik buruknya generasi sebuah bangsa ditentukan oleh tangan-tangan pengembangnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL I. UMUM Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kemiskinan di daerah perkotaan adalah dampak dari urbanisasi dan kekeliruan dalam menangani ledakan jumlah penduduk. Ketersediaan lapangan kerja yang terbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalanan. Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena anak jalanan bukan lagi menjadi fenomena yang baru. Fenomena anak jalanan telah banyak didiskusikan entah itu oleh pemerintah, komunitas, maupun kelompok masyarakat.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian pada kemiskinan merupakan hal yang sangat penting, karena masalah kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan bersifatmultidimensional.kemiskinan
Lebih terperinciIV.B.22. Urusan Wajib Sosial
22. URUSAN SOSIAL Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan nasional. Sasaran utama pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 101
TARGET SASARAN MISI Rehabilitasi Sosial % 2.7 2.7 2.88 3.08 3.18 3.18 3.18 3.18 Dinas Sosial Jumlah PMKS telah direhabilitasi dalam 1 tahun dibagi Jumlah PMKS direhabilitasi x % sasaran : penyandang cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya posisi anak sebagai penerus bangsa sudah seharusnya diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Adanya undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Hukum. Pengaturan ini termuat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Dinas Sosial Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Pembentukan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 1996 tentang Pembentukan Organisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat, munculnya berbagai fenomena sosial bersumber baik dari dalam masyarakat maupun akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang diperoleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2009 tercatat 32,53
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diyakini telah membawa pengaruh terhadap munculnya masalah-masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda hampir seluruh negara berkembang, khususnya negara-negara ASEAN, pada tahun 1997 secara tidak langsung diyakini telah membawa pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif bagi kehidupan masyarakat. Perkembangan kota melahirkan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota di segala bidang tidak hanya memberikan nuansa positif bagi kehidupan masyarakat. Perkembangan kota melahirkan persaingan hidup sehingga muncul fenomena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di desadesa terpencil sampai saat ini masih belum dapat dikatakan memiliki kondisi kehidupan yang
Lebih terperinciDr. Alamsyah, M.Hum. Drs. Sugiyarto, M.Hum
POTRET DI JEPARA Dr. Alamsyah, M.Hum Drs. Sugiyarto, M.Hum Penerbit Madina dan Pemda Kabupaten Jepara. Desember 2012 i Permasalahan Sosial dan Strategi Penanganan Potret di Jepara Diterbitkan Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena anak hidup dijalan sudah mulai menjadi perbincangan sejak awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari keluarga, dan menempati
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya adalah anak- anak yang tersisih, marginal dan teralinasi dari perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan cukup sentral dan penting dalam pembentukan struktural sosial kemasyarakatan.
Lebih terperinciKEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL
DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG INFORMASI BERKALA A. Profil Kedudukan SKPD 1. Kedudukan Kedudukan Dinas Sosial yaitu penyelenggara pelayanan dalam bidang kesejahteraan 2. Struktur Struktur Organisasi Dinas Sosial
Lebih terperinci