APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF"

Transkripsi

1 APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF Oleh: Mahyudin Dalimunthe *) Abstrak Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan Terhadap Sifat Tanah dan Produksi pada Pola Penanaman Padi Intensif, yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi aplikasi jerami segar dan paket pemupukan terhadap perubahan sifat tanah dan produksi pada pola penanaman padi intensif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember Februari 2010 di Kebun Percobaan BPTP Sumatera Utara, Pasar Miring, dengan jenis tanah inceptisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian jerami dapat memperbaiki sifat tanah dan menaikkan produksi padi. Penambahan dekomposer pada jerami memberikan pengaruh yang lebih tinggi dibanding tanpa dekomposer. Paket pemupukan mempengaruhi sifat tanah dan produksi padi. Paket pemupukan PuPS 1.0 dengan penggunaan pupuk yang lebih sedikit dapat meningkatkan produksi padi. Kombinasi jerami yang dicampur dekomposer dan paket pemupukan dapat memperbaiki sifat tanah dan meningkatkan pertumbuhan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Kata kunci: penanaman intensif, jerami segar, dekomposer, dan paket pemupukan. PENDAHULUAN Kendala yang dihadapi dalam peningkatan produksi padi terutama adalah (1) produktivitas lahan yang rendah, BPS Sumatera Utara (2009) menyatakan produktivitas lahan padi sawah di Sumatera Utara adalah 4,4 t.ha-1 sedangkan secara nasional mencapai 4,7 t.ha-1. (2) pengurangan dan alih fungsi lahan (Supriana et. al., 2009 dan Nurmalina, 2007), dan (3) anomali iklim (Pinem, 2008 dan Setneg, 2009). * Staf Pengajar Kop. Wil. I dpk UISU 1

2 Beberapa laporan menyebutkan produksi padi sawah mengalami penurunan (leveling off) sebagai akibat dari perubahan sifat-sifat tanah. Kandungan C-organik tanah sawah yang sangat rendah (secara umum <1%) dinilai sebagai faktor kunci penyebab rendahnya hasil padi sawah (Al-Jabri, 2008 dan Karama 2004). Pelandaian produktivitas padi (Al-Jabri, 2008) sejak tahun 1985 serta meningkatnya harga pupuk sebagai akibat dari penghapusan/pengurangan subsidi pupuk, merupakan momentum penting untuk lebih meningkatkan efisiensi sistem usaha tani, terutama penggunaan pupuk buatan pada padi sawah yang merupakan konsumen pupuk terbesar. Dalam sistem tanaman padi yang intensif, persediaan unsur N di dalam tanah tidak pernah mencukupi. Nitrogen adalah kunci utama (key input) untuk produksi padi. Genotip padi yang berproduksi sangat tinggi (potensi produksi ton ha-1) membutuhkan suplai nitrogen kg ha-1 (Okon et. al., 1998). Potash and Potash Institute (PPI) dalam Sumarno (2006) mengemukakan hara terangkut baik dalam jerami maupun gabah masing-masing sejumlah 123 N, 48 P2O5 dan 143 K2O kg.ha-1. Puslittanak 2005 dalam Damanik dan Rauf (2008) menyebutkan bahwa setiap ton jerami mengandung 7 kg N, 1 kg P2O5, 14,5 kg K2O dan unsur hara lainnya. Maka jumlah hara setiap tahun yang berasal dari jerami padi terdapat minimal ton N yang setara dengan 1,4 juta ton urea, ton P yang setara dengan ton P2O5 atau 7,2 juta ton SP36, dan 6,09 juta ton K yang setara dengan 7,4 juta ton K2O atau 12,3 juta ton MOP. Pemupukan tanaman padi yang dilaksanakan oleh petani sangat bervariasi antara satu tempat ke tempat lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, keadaan ekonomi dan ketersediaan saprodi. Dikenal beberapa paket teknologi pemupukan yang dijadikan sebagai patokan dalam memberikan pupuk untuk lahan sawah, dalam hal ini dipilih lima macam paket pemupukan tanaman padi. Paket petani, adalah anjuran pemupukan yang dilaksanakan oleh petani disekitar tempat penelitian dengan pemupukan Urea 10 kg/rante (3:3:4), SP-36, 4 kg/rante 1 kali, KCl 2 kg/rante 1 kali dan ZA 2 kg/rante (1:1). Paket pemupukan berdasarkan hasil analisis tanah yaitu dengan menggunakan jumlah hara yang terangkut panen (jerami dan gabah). Maka jumlah hara yang ditambahkan adalah selisih 2

3 antara kebutuhan (yang terangkut) dikurangi yang tersedia dalam tanah. Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Spesifik Lokasi Padi Sawah. Anjuran pemupukan berdasarkan peta status hara P dan K tanah. Jika diperoleh status hara P dan K dari peta maka dosis rekomendasi seperti tertera pada tabel 1. Untuk hara N tidak dijelaskan berapa jumlahnya, untuk itu digunakan rekomendasi umum yaitu 90 kg N/ha (195,6 kg urea) (Idris et. al dalam BPTP SULTRA 2009). Salah satu upaya yang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dalam peningkatan produksi beras nasional (P2BN) jangka pendek, adalah dengan penerapan peningkatan Indeks Penanaman (IP) padi, menaikkan IP padi dipilh karena mampu meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan perluasan lahan. Dasar pertimbangan peningkatan IP sampai 4 (empat) kali setahun dan sering disebut IP Padi 400 pada sawah yang beririgasi teknis adalah tersedianya varietas padi super genjah seperti Silugonggo yang berumur hari (Suprihatno, et.al., 2009). Selanjutnya IP Padi 400 diharapkan dapat memecahkan pelandaian produksi (leveling off) dalam P2BN. Melalui penerapan IP Padi 400, luas pertanaman padi menjadi dua kali lipat dari areal yang ditanami sekarang, sehingga produksi padi meningkat (Badan Litbang, 2008). Indeks penanaman padi 400 artinya petani dapat panen padi empat kali setahun pada lokasi yang sama. Dalam pelaksanaannya minimal 4 faktor kunci sebagai pendukung yaitu: (a) Menggunakan benih varietas umur genjah (85-90 hari), (b) Managemen tanam dan panen yang efesien, (c) Pengelolaan hara secara terpadu dan spesifik lokasi, (d) Pengendalian hama dan penyakit (PHT) dilakukan secara terpadu (Gani, 2003; Aribawa dan Kariadi, 2006 ). Khusus untuk padi IP 400 hanya mungkin dapat dilakukan pada lahan yang mempunyai irigasi teknis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi aplikasi jerami segar terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. Mendapatkan paket teknologi pemupukan yang lebih sederhana serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. Mendapatkan teknologi aplikasi jerami padi dan paket pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi padi pada pola penanaman padi sawah intensif. 3

4 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Kebun Percobaan (KP) BPTP Sumatera Utara, Pasar Miring, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang. Ketinggian tempat ± 25 mdpl dan jenis tanah adalah inceptisol (Adiwiganda, 2010). Penelitian dilakukan pada bulan November 2009-Februari Bahan-bahan yang digunakan adalah: (1) benih padi varitas Silugonggo dengan umur hari, (2) Tunggul padi yaitu bagian akar dan batang bawah padi yang tinggal di lahan setelah panen, (3) jerami (bagian batang atas tanaman yang dipotong dan telah dipisahkan dari gabah), (4) dekomposer Trichoderma koningii, (5) pupuk Urea (46% N), pupuk SP-36 (36% P2O5), pupuk KCl (60% K2O), ZA (21% N dan 18% S), 6). pestisida, fungisida, dan bahan penunjang lainnya. Alat-alat yang digunakan adalah sabit bergerigi, parang babat, cangkul, meteran, alat laboratotrium untuk menentukan kadar hara tanah, Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Bagan Warna Daun (BWD), timbangan dan alat-alat pendukung lain. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Petak Tepisah (RPT). Petak utama adalah jerami dengan empat taraf: J0 (tanpa jerami), J1 (tunggul tanpa dekomposer), J2 (tunggul + dekomposer) dan J3 (tunggul + jerami + dekomposer). Anak petak adalah paket teknologi pemupukan sebanyak lima (5) macam yang terdiri dari: P1 (pemupukan petani setempat), P2 (berdasarkan hasil analisis N, P dan K tanah), P3 (pemupukan berdasarkan Kepmentan No. 1 tahun 2006 sesuai dengan Tabel 1), P4 (pemupukan berdasarkan penggunaan PUTS untuk P dan K dan BWD untuk N), dan P5 (pemupukan bedasarkan cara simulasi piranti lunak PuPS). Semua perlakuan diulang 3 kali. Tabel 1. Kombinasi Aplikasi Jerami dan Dosis (kg.ha -1 ) Perlakuan Paket Pemupukan Perla kuan Kombinasi Perlakuan J0= tanpa jerami J1= tunggul J2= tunggul + dek J3= tunggul + jerami + dek Urea SP36 KCl ZA Urea SP36 KCl ZA Urea SP36 KCl ZA Urea SP36 KCl ZA P P P P 4 150* * * * P Keterangan: * = 50 kg urea sebagai pupuk dasar, selanjutnya jumlah pupuk berdasarkan pengukuran skala BWD Dek = dekomposer Trichoderma koningii 4

5 Percobaan dianalisis dengan RPT (Gomez dan Gomez, 1995). Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Yijk = µ + ρi + αj + Σij + βk + ( αβ)jk + Σijk Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sifat tanah dan generatif tanaman yang terdiri dari: C-organik 6 MST, N-total, C-organik akhir, N-total akhir, P tersedia, K tukar tanah, KTK, ph, Panjang malai (cm), Jumlah gabah (butir.malai-1), Persentase gabah berisi (%), Persentase gabah hampa (%), Bobot 1000 butir gabah (g) dan Hasil gabah kering giling (kadar air setara 14%) yang dikonversi ke ha. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Tanah Hasil penelitian memperlihatkan bahwa aplikasi jerami segar nyata mempengaruhi seluruh sifat tanah yang diukur kecuali P tersedia pada akhir penelitian (11 MST). Jerami yang berpengaruh adalah jerami yang dicampurkan dengan dekomposer (J2 dan J3) sedang tanpa dekomposer tidak berpengaruh nyata. Dari data ini dapat disimpulkan penggunaan jerami segar yang dicincang dan dicampurkan dengan Trichoderma lebih mudah terdekomposisi sehingga hasil perombakan jerami baik berupa asam-asam organik dan hara yang terkandung dalam jerami lepas kedalam tanah. Oleh sebab itu jerami segar dapat digunakan untuk pengelolaan padi sawah intensif. Paket pemupukan nyata mempengaruhi N total 2, 4, 6 dan 11 MST (akhir) P tersedia, K tukar dan ph 11 MST tetapi tidak berpengaruh terhadap C organik dan KTK tanah. Adapun paket pemupukan yang nyata pengaruhnya adalah P1, P3 dan P4, yang mengandung relatif lebih banyak pupuk. Rataan Pengamatan Parameter Sifat Tanah pada Perlakuan Jerami, Paket Pemupukan dan Interaksinya dapat dilihat pada tabel 2. 5

6 Tabel 2. Rataan Pengamatan Parameter Sifat Tanah pada Perlakuan Jerami, Paket Pemupukan dan Interaksinya Parameter Perlakuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jerami ** ** ** * tn ** ** ** J 0 1,68c 0,13d 0,826c 0,1273b 8,309 0,64c 13,33d 4,42b J 1 2,23b 0,20c 0,845bc 0,1313b 8,297 0,62d 13,73c 4,41b J 2 2,73a 0,25b 0,855b 0,1287b 8,556 0,71b 14,80b 4,76a J 3 2,82a 0,27a 0,899a 0,1393a 8,704 0,73a 15,52a 4,77a Paket Pemupukan tn ** tn ** ** ** tn ** P 1 2,24 0,24a 0,873 0,1450a 8,618ab 0,78b 14,36 4,66a P 2 2,31 0,21b 0,875 0,1283b 8,576b 0,60c 14,32 4,63b P 3 2,32 0,21b 0,848 0,1317b 8,235c 0,56d 14,19 4,50e P 4 2,41 0,22b 0,844 0,1442a 8,765a 0,82a 14,34 4,60c P 5 2,54 0,18c 0,840 0,1092c 8,138c 0,61b 14,52 4,56d Interaksi * * * ** tn ** ** ** J 0P 1 1,84jk 0,14h 0,823gh 0,1433bc 8,417 0,71d 13,26g 4,43f P 2 1,73kl 0,13h 0,847cg 0,1233fg 8,393 0,59fg 13,26g 4,42fg P 3 1,67kl 0,12h 0,833fh 0,1267eg 8,177 0,55h 13,41fg 4,40fg P 4 1,60l 0,13h 0,813gh 0,1400bd 8,540 0,71d 13,23g 4,42fg P 5 1,58l 0,12h 0,813gh 0,1033j 8,020 0,62e 13,52dg 4,41fg J 1P 1 2,00ij 0,22de 0,857bg 0,1433bc 8,310 0,70d 13,65df 4,43fg P 2 2,24hi 0,20ef 0,863bg 0,1200gh 8,383 0,57gh 13,82 4,42fg P 3 2,30gi 0,21e 0,850cg 0,1367be 8,110 0,53i 13,86de 4,39g P 4 2,24hi 0,21de 0,830eh 0,1500b 8,563 0,72d 13,45d 4,42fg P 5 2,35fi 0,17g 0,823gh 0,1067ij 8,117 0,58gh 13,87eg 4,41fg J 2P 1 2,42eh 0,30a 0,900ac 0,1300dg 8,680 0,81c 14,81d 4,90a P 2 2,65bf 0,25bc 0,887ae 0,1233fg 8,800 0,63e 14,88c 4,83b P 3 2,74bd 0,25bc 0,853cg 0,1367cf 8,310 0,59fg 14,61c 4,60e P 4 2,85bc 0,24cd 0,843dh 0,1367cf 8,800 0,91b 14,78c 4,77c P 5 2,99ab 0,20fg 0,790h 0,1167gi 8,190 0,63e 14,92c 4,72d J 3P 1 2,71be 0,30a 0,910ab 0,1633a 9,067 0,90ef 15,73a 4,89a P 2 2,64bf 0,28ab 0,903ad 0,1467b 8,727 0,62e 15,33b 4,86b P 3 2,58dh 0,25bc 0,857bg 0,1267eg 8,343 0,59fg 14,89c 4,61e P 4 2,93ac 0,30a 0,890af 0,1500b 9,157 0,95a 15,88a 4,77c P 5 3,23a 0,24cd 0,933a 0,1100hj 8,227 0,62ef 15,77a 4,71d Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.C-organik 6 MST (%) 1. C-organik 6 MST (%) 2. N-Total (%) 3. C-organik akhir (%) 4. N-total akhir (%) 5. P tersedia (ppm) 6. K tukar tanah (me.100g -1 ) 7. KTK (me.100g -1 ) 8. ph Kombinasi jerami dan paket pemupukan berpengaruh nyata terhadap seluruh sifat tanah kecuali P tersedia akhir penelitian. C organik dan KTK tanah tertinggi pada J3P5 diikuti J3P4 dan J3P1, N total pada J2P1 yang diikuti oleh J3P1 dan J3P4, K tukar tertinggi pada J3P4 dan ph tanah 6

7 teringgi pada J2P1 dan J3P1. Data ini menunjukkan bahwa jerami yang diberi dekomposer apabila dikombinasikan dengan paket pemupukan mampu memberi pengaruh yang lebih baik dibanding tanpa pemberian dekomposer. Lahan penelitian memiliki ph dan C organik yang rendah. Rendahnya ph disebabkan karena tingginya curah hujan, sehingga derajat pencucian tinggi yang menyebabkan basa-basa tercuci. Rendahnya C-organik disebabkan oleh intensifnya penggunaan lahan dan penggunaan bahan organik sebagai pupuk yang sangat minim bahkan tidak ada, sehingga proses dekomposisi bahan organik tanah makin intensif pula. Rendahnya KTK karena pelapukan tanah sudah berjalan sangat lanjut serta kandungan liat tanah yang rendah. Kondisi tersebut menyebabkan tanah respon terhadap peningkatan C-organik maupun N total total sebagai akibat dari pemberian jerami. B. Produksi Kombinasi perlakuan jerami dan paket pemupukan nyata berpengaruh terhadap jumlah anakan produkif, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi dan hampa, bobot 1000 butir dan produksi per ha. Rataan Pengamatan Produksi pada Perlakuan Jerami, Paket Pemupukan dan Interaksinya dapat dilihat pada tabel 3. Jerami berpengaruh terhadap produksi dan tidak berpengaruh terhadap komponen produksi. Jerami dengan pengaruh tertinggi pada produksi per ha adalah jerami yang dicampur dengan dekomposer (J 3 dan J 2 ). Jumlah anakan produkif, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi dan hampa, bobot 1000 butir tidak nyata dipengaruhi oleh jerami. Tidak berpengaruhnya jerami pada komponen produksi karena pelapukan jerami yang belum sempurna. Perkembangan komponen produksi sangat ditentukan pertumbuhan tanaman. Dalam penelitian ini secara umum pertumbuhan juga tidak nyata dipengaruhi oleh aplikasi jerami, dimana pengukuran pertumbuhan dilakukan pada priode awal saat dekomposisi jerami baru mulai. Pengaruh paket pemupukan berpengaruh nyata terhadap komponen produksi dan produksi seperti jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, dan produksi gabah per Ha, perlakuan P 5 nyata lebih 7

8 tinggi pengaruhnya dibanding paket lainnya. Hal ini diduga disebabkan oleh ketersediaan dan keseimbangan hara yang lebih sesuai dibanding paket lain. Akan tetapi untuk parameter persentase gabah hampa dan bobot 1000 butir perlakuan P 1 menghasilkan rataan tertinggi. Gabah hampa lebih tinggi pada P 1 kemungkinan disebabkan oleh kelebihan N pada paket pemupukan ini. Tetapi untuk bobot 1000 butir P 1 menghasilkan rataan tertinggi kemungkinan disebabkan bulir yang terbentuk benar benar lebih bernas walaupun persentase hampanya juga tinggi. Pemupukan tidak berpengaruh terhadap panjang malai, hal ini mungkin disebabkan oleh sifat baka panjang malai varitas ini tidak dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Kombinasi perlakuan jerami dan paket pemupukan tidak nyata berpengaruh terhadap komponen produksi dan produksi hal ini menunjukkan jerami yang diberikan belum mengalami pelapukan yang sempurna. Sembiring et. al. (2008), menyatakan efisiensi agronomis pupuk N menurun dengan bertambahnya tingkat pupuk N. Karakter jumlah malai/rumpun dan persentase gabah isi merupakan faktor pembatas hasil padi tipe baru. Tidak ditemukan tingkat pupuk N optimum untuk seluruh perlakuan waktu aplikasi N. Secara konsisten terdapat hubungan negatif antara takaran pupuk N dan tingkat kehampaan gabah. Setiap kenaikan 100 kg N/ha diikuti penurunan sekitar 9 % kehampaan gabah pada perlakuan empat kali aplikasi pupuk N. Penambahan pupuk mikro (B, Cu, dan Zn) tidak efektif dalam menekan tingkat kehampaan gabah padi tipe baru. Akan tetapi Suhartik et. al. (2008) menyebutkan pemberian pupuk N lewat tanah yang dikombinasikan dengan pemberian lewat daun, dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun, jumlah gabah/malai dan bobot gabah/rumpun. Pemupukan N pada tanaman padi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi. Diantara paket pemupukan N ada yang bersifat ditetapkan (fixed time) seperti pada perlakuan P 1, P 2 dan P 5, dan berdasarkan kebutuhan tanaman (real time) seperi P 3 dan P 4. Abdulrachman (2008), menyatakan bahwa metode fixed time dan real time sama efektifnya untuk menentukan kebutuhan pupuk N, dan kedua metode ini tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap produktivitas maupun efisiensi serapan N. 8

9 Faktor-faktor tanah dalam hubungannya dengan dinamika hara N dan respon tanaman padi terhadap N terutama bergantung pada jenis mineralogi liatnya dan sistem pengelolaan airnya (Al Jabri, 2008). Apabila diperhatikan hasil analisa tanah kandungan liat yang hanya 18 % maka peranan koloid tanah diprediksi juga rendah. Rachman (2004) menyatakan bahwa pada tanah inceptisol Karawang, perlakuan rekomendasi pemupukan kontrol, rekomendasi setempat, rekomendasi kurva umum, rekomendasi Mistcherlich, rekomendasi P&KR, rekomendasi berdasarkan Peta P & K, dan rekomendasi IRRI tidak diperoleh perbedaan yang nyata dari pengaruh perlakuan terhadap sifat kimia tanah baik setelah perlakuan (sebelum tanam) dan setelah panen. Atas perhitungan ekonomi, disarankan penggunaan pupuk berdasarkan rekomendasi kurva umum. Adiningsih et. al. (1988 dalam Al Jabri 2008), melaporkan hasil percobaan selama 4 musim di Subang menunjukkan bahwa padi tidak respon terhadap pemupukan P, baik pada perlakuan yang tidak diberi maupun yang diberi pupuk P pada awal percobaan, dan tidak terdapat perbedaan diantara 4 tingkat pemupukan P awal. Kalium berintekrasi dengan N, P, Zn, Fe dan Si. Interaksi K dengan N dalam tanah sawah sangat komplek dan hasil penelitiannya masih sedikit. Pada keadaan normal, diharapkan peningkatan efisiensi K terjadi bersamaan dengan peningkatan takaran N. Tanaman padi sawah tidak respon terhadap K meskipun pemberiannya dikombinasikan dengan P saja. Aplikasi K dapat menekan hasil jika ketersediaan P sangat kecil, sebaliknya aplikasi K menjadi efektif terhadap peningkatan hasil jika P bukan sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman karena ketersediaannya sangat rendah (Al Jabri, 2008). Tanaman Padi Tipe Baru (PTB) mempunyai karakteristik: jumlah anakan sedikit, jumlah gabah isi permalai > 250 butir, tingkat kehampaan gabah masih reltif tinggi, dll. Penggunaan pupuk urea, SP36 secara terus menerus dengan sistem pengairan kontinu dapat mempercepat penurunan ketersediaan hara mikro terutama seng (Zn), tembaga (Cu) dan belerang (S). Produktivitas padi sawah dengan gejala pelandaian hasil disebabkan antara lain oleh ketidakseimbangan hara dalam tanah (Setiobudi et. al. 2008). 9

10 Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang ada, suatu pendekatan terpadu dengan menggunakan kombinasi pupuk hayati dan pupuk kimia merupakan pendekatan yang terbaik (Simanungkalit, 2001). Tabel 3. Rataan Pengamatan Produksi pada Perlakuan Jerami, Paket Pemupukan dan Interaksinya Parameter Perlakuan Jerami tn tn tn tn tn tn * J 0 13,96 19,25 78,99 67,93 32,07 24,52 3,86ab J 1 15,03 19,15 80,60 67,93 31,41 24,71 3,66b J 2 15,49 18,00 67,66 63,51 36,49 25,32 4,11a J 3 15,15 18,43 71,11 63,66 36,34 25,34 4,14a Paket Pemupukan * tn * ** ** * ** P 1 13,27b 18,83 71,19bc 56,83b 43,17b 25,87a 3,87b P 2 14,72b 18,49 65,49c 57,86b 28,19b 24,10b 3,65c P 3 14,93b 19,32 68,38c 70,59a 27,45a 25,43a 3,90b P 4 14,52b 18,15 78,72b 71,71a 42,15a 25,57a 3,99b P 5 17,10a 18,74 89,16a 71,80a 29,41a 23,89b 4,31a Interaksi tn tn tn tn tn tn tn J 0P 1 11,87 19,35 70,58 58,56 41,44 25,56 3,99 P 2 13,80 18,50 62,36 61,11 23,92 22,97 3,86 P 3 13,00 20,27 83,38 71,95 28,03 24,71 3,85 P 4 14,80 18,41 85,26 71,97 38,89 24,74 3,54 P 5 16,33 19,72 93,35 76,08 28,05 24,64 4,06 J 1P 1 14,53 18,27 71,90 62,26 37,74 26,31 3,71 P 2 13,53 18,55 68,72 57,70 22,23 24,18 3,24 P 3 15,53 20,65 71,40 73,25 28,00 24,53 3,65 P 4 16,07 19,09 86,55 68,66 42,30 24,93 3,86 P 5 15,47 19,20 104,43 77,75 26,75 23,63 3,86 J 2P 1 13,27 18,46 69,68 55,43 44,57 26,15 3,88 P 2 15,53 18,17 63,74 57,65 34,87 23,97 3,80 P 3 16,80 18,20 61,90 64,72 25,36 26,78 4,05 P 4 14,20 16,91 68,57 74,64 42,35 26,01 4,20 P 5 17,67 18,25 74,43 65,13 35,28 23,68 4,61 J 3P 1 13,40 19,25 72,61 51,07 48,93 25,48 3,88 P 2 16,00 18,76 67,16 54,95 31,75 25,30 3,70 P 3 14,40 18,16 56,82 72,46 28,42 25,69 4,05 P 4 13,00 18,20 74,51 71,58 45,05 26,61 4,35 P 5 18,93 17,78 84,43 68,25 27,54 23,61 4,71 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.C-organik 6 MST (%) 9. Jumlah anakan produktif (batang), 10. Panjang malai (cm), 11. Jumlah gabah (butir.malai-1), 12. Persentase gabah berisi (%), 13. Persentase gabah hampa (%), 14. Bobot 1000 butir gabah (g), 15. Hasil gabah kering giling (kadar air setara 14%) yang dikonversi ke ha. 10

11 KESIMPULAN 1. Pemberian jerami dapat memperbaiki sifat tanah dan menaikkan produksi. 2. Paket pemupukan berpengaruh terhadap sifat tanah dan produksi padi. Paket pemupukan PuPS dengan penggunaan pupuk yang lebih sedikit dapat meningkatkan produksi padi. 3. Pemberian jerami yang dicampur dekomposer yang dikombinasikan dengan paket pemupukan dapat memperbaiki sifat tanah dan meningkatkan produksi. DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, M. R., Pengelolaan Spesifik Perkebunan Kelapa Sawit Berdasarkan Karakteristik Tanah Pada Setiap Subgrup Tanah. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Optimalisasi Pengelolaan Lahan Dalam Upaya Pemanasan Global Mendukung Pendidikan Berbasis Pembangunan Berkelanjutan, Dalam Rangka Dies Natalis Dep. Ilmu Tanah, FP USU, Medan. Al-Jabri, M., Pengelolaan Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman Padi. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balitbang Pertanian Deptan. Jkt. Hal Badan Litbang Pedum IP Padi 400, Badan Litbang Pertanian, Deptan RI, Jakarta. BPTP SULTRA, 2009, Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah. bptp deptan.go.id Damanik dan A., Rauf, Identifikasi Tingkat Kesuburan Tanah dan Cara Praktis Penentuan Dosis Pupuk Berdasarkan Status Hara Tanah dan Tanaman. Dep. Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian USU, Medan. Dobermann, A. and T.H. Fairhurst, Rice: Nutrient Disorder & Nutrient Management, Handbook Series. PPI, PPIC and IRRI. 11

12 Gani. A., Sistem Intensifikasi padi (System of rice intensification), Pedoman Praktis Bercocok Tanam Padi Sistem SRI. Balitbang Deptan, Jkt. Okon, Y., Guida V.B. and J.J. Lugtenberg Biotechnology of Biofertilization and Phytostimulation. Agriculture Biotechnology. CRC Press. London, N. York. Pinem, R., Kebijakan Perbenihan Padi Menunjang P2BN, Pros. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Balitbang Pertanian Deptan. Jakarta. Hal Sembiring H., D. Setiobudi, Akmal, T. Marbun, T. Woodhead dan Kusnadi, Strategi Pengelolaan Pupuk Nitrogen, Modifikasi Jarak Tanam, dan Penambahan Pupuk mikro Untuk Menekan Kehampaan Gabah Tipe Baru. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Setneg, El Nino, Anacaman Terhadap Produksi Padi Nasional. Diakses 7 April Suhartik E., Murdani dan Satoto, Pengaruh Pemupukan dan Pemberian Air Terhadap Waktu Pembungaan Galur Tetua Padi Hibrida. Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menujang P2BN. BB Pen. Tan. Padi. Badan Litbang Deptan. Jakarta. Sumarno, Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari Iptek Tanaman Pangan No. 1. Supriana, T., Rulianda P.W., dan Razali Analisis Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan di Sumatera Utara. Laporan Hasil Penelitian Hibah Penelitian Strategis Nasional. USU. Medan Syam Mahyuddin, Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras, IPTEK Tanaman Pangan Vol.3 (1). 12

Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern

Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Pola Penanaman Intensif Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara Penentuan Takaran Pupuk Fosfat untuk Tanaman Padi Sawah Sarlan Abdulrachman dan Hasil Sembiring 1 Ringkasan Pemanfaatan kandungan fosfat tanah secara optimal merupakan strategi terbaik untuk mempertahankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peranan Padi dan Permasalahannya. mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. Peranan Padi dan Permasalahannya. mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya. TINJAUAN PUSTAKA Peranan Padi dan Permasalahannya Kestabilan politik suatu negara ditentukan oleh sejauh mana negara tersebut mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya. Ketahanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Astiani Asady, SP., MP. BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE 2014 OUT LINE: PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN DAN KETERSEDIAAN KALIUM DALAM TANAH DENGAN BERBAGAI INPUT PUPUK PADA SISTEM SAWAH TADAH HUJAN Sukarjo 1, Anik Hidayah 1 dan Ina Zulaehah 1 1 Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Gatot Kustiono 1), Jajuk Herawati 2), dan Indarwati

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMUPUKAN Tujuan Berlatih : Setelah selesai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial TINJAUAN PUSTAKA Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah defisiensi nutrisi Zn.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oriza sativa) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/ disubtitusi oleh makanan lainnya,

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice Oleh : Darta Mulyana 1), Sakhidin 2) dan Achmad Iqbal

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN Inawaty Sidabalok Staf Pengajar Universitas Islam Makassar ABSTRAK Pengujian ini bertujuan unutk mengevaluasi kandungan

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur terhadap Sifat Kimia Tanah Pengaplikasian Electric furnace slag (EF) slag pada tanah gambut yang berasal dari Jambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis PENGARUH DOSIS PUPUK DAN JERAMI PADI TERHADAP KANDUNGAN UNSUR HARA TANAH SERTA PRODUKSI PADI SAWAH PADA SISTEM TANAM SRI (System of Rice Intensification) Effect of Fertilizer Dosage and Rice Straw to the

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS A. Setiawan, J. Moenandir dan A. Nugroho Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 65145 ABSTRACT Experiments to

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

Formulir PuPS versi 1.1

Formulir PuPS versi 1.1 Formulir PuPS versi 1.1 Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Oleh : Isnawan, BP3K Nglegok Diisi dengan memberi tanda cek ( ) pada kotak tersedia Nama : Lokasi : Luas lahan : (Isi

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Oktober 2014 Februari 2015. Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung Kec. Andong, Kab. Boyolali,

Lebih terperinci

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi KAJIAN APLIKASI KOMPOS AZOLLA DAN PUPUK ANORGANIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L) Gatot Kustiono 1), Indarwati 2), Jajuk Herawati 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Mojosari,Mojokerto

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial

Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial Yulia Raihana dan Muhammad Alwi Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Jln. Kebun Karet P.O.Box

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) DI BALI S.A.N. Aryawati, AANB. Kamandalu dan Ida Bagus Aribawa Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

Teknologi Peningkatan Produksi dan Kualitas Hasil Panen Padi

Teknologi Peningkatan Produksi dan Kualitas Hasil Panen Padi Teknologi Peningkatan Produksi dan Kualitas Hasil Panen Padi Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia PT Maxima Agro Internasional H A S I L K A R Y A A N A K B A N G S A Pendahuluan Penyediaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 180 Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Kleseleon, kecamatan Weliman, kabupaten Malaka, proinsi Nusa Tenggara Timur pada lahan sawah bukaan baru yang

Lebih terperinci

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013 47 KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH BERBASIS PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI DATARAN TINGGI TAPANULI UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA Novia Chairuman 1*) 1) Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Agus Subekti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat 2 Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL F.Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Pertanaman padi yang membutuhkan banyak

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci