TINJAUAN PUSTAKA. Peranan Padi dan Permasalahannya. mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Peranan Padi dan Permasalahannya. mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya."

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Peranan Padi dan Permasalahannya Kestabilan politik suatu negara ditentukan oleh sejauh mana negara tersebut mampu mandiri terhadap suplai pangan, energi dan kebutuhan umum lainnya. Ketahanan pangan merupakan salah satu masalah nasional yang sangat penting, sehingga memerlukan penanganan yang serius untuk terciptanya swasembada pangan. Suatu kenyataan yang tidak dapat diabaikan bahwa beras masih merupakan makanan pokok bagi lebih dari 95% penduduk Indonesia dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi sekitar 20 juta rumah tangga (Badan Litbang, 2009). Oleh sebab itu pengelolaan tanaman padi bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia masih tetap menjadi prioritas. Sumberdaya lahan sebagai salah satu tumpuan kehidupan manusia memiliki keterbatasan. Jumlah manusia yang terus bertambah dengan kebutuhan yang semakin banyak dan beragam cenderung menyebabkan degradasi lahan. Untuk mencegah kerusakan yang semakin parah, pengelolaan lahan harus berdasarkan azas kelestarian dan berkelanjutan yang mencakup seluruh aspek yang dilakukan secara terpadu. Untuk itu diperlukan sistem pengelolaan lahan yang arif dan rasional. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, lahan sawah beririgasi masih tetap menjadi andalan bagi produksi padi nasional. Program intensifikasi yang dicanangkan sejak tiga dekade yang lalu, pada awalnya telah mampu meningkatkan produktivitas dan produksi padi secara nyata. Tetapi, sejak

2 dekade terakhir, produktivitas padi cenderung melandai dan bahkan ada yang menurun di beberapa lokasi (Al-Jabri, 2008). Sejak berlakunya Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, tidak ada lagi kemampuan pemerintah mengontrol budidaya pertanian. Petani bebas memilih komoditas apa yang akan mereka tanam tanpa ada tekanan atau paksaan untuk menanam komoditas tertentu yang diinginkan pemerintah (pasal 6 ayat 1). Sejak itu, impor beras terus meningkat dan puncaknya tahun 1999, di mana impor beras mencapai 4,7 juta ton atau tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Pada tahun 1999 pemerintah bersama masyarakat tani umumnya, melakukan berbagai terobosan untuk meningkatkan produktivitas padi secara nasional. Balitbang Deptan melakukan berbagai kajian seperti paket pemupukan, penemuan varitas yang lebih unggul dan intensifikasi penanaman (IP) padi. Sampai dengan tahun 2008, produksi padi rata-rata Nasional 4,7 t.ha -1 dan Sumut 4.4 t.ha -1 (BPS Sumut, Juli 2008) dengan IP padi rata-rata < 2.0. Salah satu terobosan pemerintah pada tahun 2009 adalah menaikkan IP padi menjadi 400. Hal ini didukung oleh tersedianya varitas yang berumur super genjah seperti Silugonggo yang berumur hari (Suprihatno, et. al. 2009). Akan tetapi hasil rata-rata hanya 4.5 t.ha -1 (BB Padi, 2009). Oleh sebab itu dengan tersedianya varitas padi berumur genjah maka menaikkan IP padi adalah suatu pilihan yang masih memerlukan kajian.

3 Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu Pengelolaan Tanaman dan Sumber daya secara Terpadu yang sering diringkas Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan holistik yang semakin populer dewasa ini. Pendekatan ini bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua lokasi. Tujuan PTT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan. Penerapan teknologi revolusi hijau pada tanaman padi varietas unggul baru telah menempatkan pupuk anorganik sebagai faktor produksi penting dalam peningkatan produksi padi Indonesia. Selama periode , pemerintah telah menerapkan serangkaian kebijakan untuk mendorong penggunaan pupuk pada usaha tani padi, baik dari sisi penyediaan maupun dari sisi kemampuan petani dalam mengakses pupuk. Namun demikian, terjadinya pelandaian produktivitas padi (Al-Jabri, 2008) sejak tahun 1985 serta meningkatnya harga pupuk akibat penghapusan/pengurangan subsidi pupuk, merupakan momentum penting untuk lebih meningkatkan efisiensi sistem usaha tani, terutama penggunaan pupuk buatan pada padi sawah yang merupakan konsumen pupuk terbesar. Terlepas dari ketidakmampuan negara dalam memberikan subsidi pupuk yang cukup atau agar memasyarakatkan penggunaan pupuk organik, pada APBN tahun

4 2010 kekurangan dana subsidi pupuk anorganik sebesar ± Rp 12,7 trilyun (Apriyantono. 2009). Kenaikan harga pupuk kimia dan persepsi yang kurang tepat tentang degradasi lahan dan sumber daya lainnya dalam pertanian intensif telah mencuatkan harapan yang berlebihan terhadap penggunaan pupuk organik. Harapan itu dilandasi oleh bayangan bahwa teknologi masukan rendah (low input technology) yang sepenuhnya mengandalkan sumber hara organik mampu menyediakan pangan secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan petani (Syam. 2008). Dalam sistem tanaman padi yang intensif, persediaan unsur N di dalam tanah tidak pernah mencukupi. Nitrogen adalah kunci utama (key input) untuk produksi padi. Genotip padi yang berproduksi sangat tinggi (potensi produksi ton ha -1 ) membutuhkan suplai nitrogen kg ha -1 (Okon, et. al. 1998). Di sebagian besar negara di Asia, petani padi irigasi mengaplikasi kg N ha -1 untuk panen padi dimusim kering dan kg N ha -1 untuk panen dimusim hujan. Biaya pemupukan N biasanya merepresentasikan % dari total biaya tak tetap. Lebih dari 20 % pupuk N yang diproduksi di seluruh dunia digunakan untuk lahan padi di Asia, tetapi efesiensi penyerapan N pada sebagian besar lahan petani hanya sekitar % dari N yang diaplikasi (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Pelapukan bahan induk tidak menghasilkan N, oleh karena itu kebutuhan nitrogen tanaman hanya dapat dipenuhi melalui pupuk buatan, organik dan mikroba fiksasi N.

5 Penggunaan bagan warna daun menjamin agar nitrogen digunakan pada saat yang tepat dan dalam jumlah yang dibutuhkan tanaman padi. Hal ini mencegah penggunaan pupuk secara berlebihan. Demikian pula dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS) dimaksudkan agar penggunaan pupuk P dan K sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian hara yang efisien ke lahan sawah sudah seharusnya dilakukan mengingat jumlah hara terangkut pada setiap panen baik yang terkandung dalam jerami maupun gabah cukup banyak. Potash and Potash Institute (PPI) dalam Sumarno (2006) mengemukakan hara terangkut baik dalam jerami maupun gabah masing-masing sejumlah 123 N, 48 P 2 O 5 dan 143 K 2 O kg.ha -1. Meskipun sumber hara organik merupakan komponen penting dalam proses siklus hara dalam agroekosistem dan memang seyogianya digunakan, banyak kalangan meyakini bahwa produksi serealia secara nasional, regional, maupun dunia akan tetap mengandalkan pupuk kimia untuk dapat memenuhi kebutuhan produksi dan konsumsi saat kini dan masa mendatang (Dobermann 2007., Mamaril 2006., Fagi 2005., dan Las dalam Syam. 2008). Hasil kajian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak) dalam Pramono (2004) menunjukkan bahwa produktivitas lahanlahan sawah di Jawa telah mengalami leveling off, untuk memperoleh tingkat produktivitas padi yang sama diperlukan input lebih banyak atau penambahan input yang banyak tidak diimbangi dengan penambahan hasil padi secara proporsional.

6 Upaya peningkatan produktivitas lahan di luar Pulau Jawa masih berpeluang cukup tinggi jika teknologi pertanian yang sudah ada diaplikasikan dengan tepat. Selain itu perluasan areal tanam melalui pembukaan lahan sawah irigasi baru dan peningkatan intensitas tanam akan memberi sumbangan besar terhadap pertumbuhan produksi padi di masa depan. Untuk memperbaiki produktivitas tanah pertanian, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan pendapatan petani, diperlukan terobosan teknologi yang ramah lingkungan melalui sistem pengelolaan hara terpadu (integrated plant nutrient management system - IPNMS) dengan menerapkan pemupukan berimbang berdasarkan uji tanah dipadukan dengan pupuk organik dan pupuk hayati (Syam, 2008). Sebagian hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi berasal dari tanah. Namun, suplai hara ini biasanya tidak mencukupi kebutuhan hara tanaman untuk memperoleh hasil yang tinggi. Karena itu, penggunaan pupuk sangat penting untuk mengisi kekurangan antara kebutuhan hara tanaman dan suplai hara dari tanah serta masukan bahan organik yang tersedia. Tidak dapat dipungkiri bahwa pupuk organik memberikan pengaruh positif bagi produksi tanaman. Penggunaan bahan organik dari sisa tanaman dan pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dipercaya dapat mendukung upaya peningkatan produksi pangan nasional secara berkelanjutan. Peningkatan ketersediaan hara di lahan sawah oleh pemberian bahan organik dipercaya sebagai akibat pengaruh tidak langsung. Dekomposisi bahan organik oleh aktivitas mikro organisme tanah, menghasilkan asam-asam organik yang dapat

7 melepas hara P dari senyawa kompleks Ca-P, Al-P, dan Fe-P. Sementara itu, bahan organik yang mempunyai kapasitas sangga (buffering capacity) yang tinggi, mampu menetralkan kemasaman tanah yang disebabkan oleh pemakaian pupuk N, terutama ammonium sulfat (ZA) yang terus-menerus (Fagi 2005 dalam Syam. 2008). Pemberian bahan organik dalam bentuk kompos, dengan takaran 1000 kg/ha maupun 2000 kg/ha dapat meningkatkan hasil berkisar 0,64 0,95 t/ha GKG. (Pramono. 2004). Tjusimoto et. al menyebutkan faktor yang terpenting untuk meningkatkan hasil padi sawah adalah kesuburan tanah dan sinerginya dengan penggunaan bahan organik serta pengairan yang rasional. Saat ini, berbagai paket teknologi budidaya padi telah banyak dipublikasikan dan disosialisasikan kepada masyarakat petani padi, misalnya metode SRI (System of Rice Intensifikation), Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Pengelolaan Hara Spesipik Lokasi (PHSL) dan masih banyak lagi paketpaket teknologi lain yang pada intinya menggunakan bahan organik dan pupuk hayati tanpa penggunaan pupuk anorganik. Di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan inovasi dan pengembangan padi organik melalui paket teknologi GSM (Gerakan Sidrap Membangun). Unit-unit demonstrasi plot di beberapa tempat, produksi per ha semuanya di atas 10 ton (Bangkit Tani, 2009). Hardiatmi (2006), menyebutkan pemberian bahan organik dosis 10 ton.ha -1 memberikan hasil padi IR-64 yang maksimum yaitu sebesar 9,8 t.ha -1. Bila dibandingkan dengan system

8 konvensional produksi rata-rata yang hanya sekita 6,0-6,5 ton.ha -1 maka secara kuantitas, hasil produksi dengan paket teknologi GSM masih jauh lebih tinggi produksinya dan yang lebih istimewa lagi bahwa beras yang dihasilkan adalah merupakan beras organik yang sehat (Badan Litbang, 2009). Di Kabupaten Garut, perbandingan penghasilan cara konvensional dengan SRI Rp 5 juta : Rp 14 juta (Mutakin, 2009). Pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) merupakan suatu pendekatan untuk menyediakan hara bagi tanaman padi saat dibutuhkan. Aplikasi dan pengelolaan hara secara dinamis disesuaikan dengan kebutuhan tanaman menurut lokasi dan musim. Pendekatan PHSL bertujuan untuk meningkatkan keuntungan petani melalui (i) peningkatan hasil padi per unit pupuk yang digunakan; (ii) hasil padi yang lebih tinggi; dan (iii) berkurangnya kerusakan oleh penyakit dan hama. Yaitu dengan menggunakan sumber-sumber hara dari tanah secara optimal, seperti residu tanaman dan pupuk kandang, maupun aplikasi pupuk nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) disesuaikan dengan kebutuhan spesifik lokasi dan musim tanam. Bila kebijakan dan praktek pertanian yang dilaksanakan oleh pemerintah dan petani masih bertumpu pada kebijakan dan praktek konvensional, dikhawatirkan akan membahayakan masa depan petani, lingkungan pertanian, masyarakat, bangsa negara serta dunia. Kebijakan dan praktek pertanian konvensional harus diubah menjadi kebijakan dan praktek pertanian berkelanjutan yang bertujuan memenuhi kebutuhan produk pertanian dan

9 pangan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan produk pertanian dan pangan generasi masa mendatang (Untung, 2006). Maka penggunaan pupuk anorganik secukupnya, dan penggunaan hara lokal dan bahan organik diusahakan seoptimal mungkin. Beberapa proses yang terjadi dalam tanah dapat digolongkan pada empat grup fundamental yang saling tumpang tindih yaitu : 1. membantu pertumbuhan tanaman, 2. siklus biokimia unsur (terutama karbon dan unsur hara mineral), 3. menyediakan habitat untuk organisme tanah, 4. membagi, menyimpan, translokasi dan dekontaminasi air. Fungsi spesifik bahan organik yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman meliputi : 1. menyediakan hara yang dapat diambil akar pada saat, jarak dan bentuk tersedia, 2. menahan air dalam jumlah yang cukup 3. menyediakan jaringan pori yang saling berhubungan yang menjamin tersedianya oksigen dan pembuangan karbondioksida dan gas racun lainnya, 4. menyediakan mikroorganisme yang membantu pertumbuhan tanaman, 5. menyediakan sifat fisik yang memungkinkan pertumbuhan akar yang cukup untuk menopang pertumbuhan optimal ( Weil and Fred M., 2004). Makarim, et. al dan Al-Jabri 2008, menyatakan bahwa setiap kilogram gabah disertai rata-rata 1,5 kg jerami. Jika angka ini digunakan untuk menghitung jumlah bahan organik jerami setiap tahun, maka tahun 2008 diperkirakan jumlah gabah yang dihasilkan hampir 60 juta ton yang setara dengan 90 juta ton jerami. Puslittanak 2005 dalam Damanik dan Rauf (2008)

10 menyebutkan bahwa setiap ton jerami mengandung 7 kg N, 1 kg P 2 O 5, 14,5 kg K 2 O dan unsur hara lainnya. Maka jumlah hara setiap tahun yang berasal dari jerami padi terdapat minimal ton N yang setara dengan 1,4 juta ton urea, ton P yang setara dengan ton P 2 O 5 atau 7,2 juta ton SP36, dan 6,09 juta ton K yang setara dengan 7,4 juta ton K 2 O atau 12,3 juta ton MOP. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui peranan bahan organik terhadap perbaikan tanah. Dari hasil penelitian disimpulkan penggunaan bahan organik dapat dipakai sebanyak-banyaknya asalkan bahan organik tersebut telah melapuk dan tidak mengandung bahan kontaminan (Darliana, 2007). Pengikisan bahan organik dan mineral tanah sebagai konsekwensi dari praktik-praktik pertanian apabila tidak diperhitungkan secara baik dapat menjadi ancaman terhadap kesinambungan produktifitas tanaman, baik menyangkut kuantitas maupun kualitas, serta perubahan dalam diversifikasi tanaman. Hal ini diramalkan akan mengancam kelangsungan produksi pangan di dunia maupun di Indonesia dalam jangka panjang (Johannis, 2008). Kualitas tanah merupakan kemampuan tanah yang menggambarkan ekosistem tertentu untuk keberlanjutan sistem pertanian. Kualitas tanah menunjukkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang berperan dalam menyediakan kondisi untuk pertumbuhan tanaman, aktivitas biologi, mengatur aliran air dan sebagai filter lingkungan terhadap polutan, Doran dan Parkin,1994 dalam Maftu ah, et. al. (2005).

11 Maka hanya pada lahan yang berkualitas baik, pertanian intensif dan berkelanjutan dapat diterapkan. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman, mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen). Demikian pula fauna tanah, setiap grup fauna mempunyai fungsi ekologis yang khusus. Keanekaragaman biota dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator biologis kualitas tanah (Badan Litbang Deptan, 2008). Perlu ditekankan bahwa perkembangan biota tanah sangat tergantung pada jumlah dan kualitas bahan organik yang terdapat dalam tanah. Penggunaan pupuk organik yang bersumber dari jerami pada musim tanam pertama belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasil padi, namun ada kecenderungan pertumbuhan dan hasil tanaman yang menggunakan bahan organik lebih tinggi dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal maupun interaksinya dengan pupuk N, P, dan K (Arafah dan Sirappa, 2003). Jamil (2007) mengemukakan bahwa pemberian pupuk fosfor dan bahan organik pada lahan sawah tadah hujan dapat memperbaiki sifat tanah seperti

12 peningkatan kandungan fosfor dan karbon organik serta kapasitas tukar kation tanah, demikian juga kemampuan tanah mengikat air dapat meningkat sehingga kondisi daerah perakaran tanaman semakin baik yang akan menyebabkan peningkatan produksi padi tabur benih langsung di Sumatera Utara. Selanjutnya, Jamil dan Yardha (2008) mengemukakan bahwa, dengan kombinasi pemberian 60 kg P 2 O 5 ha -1 dan 3 ton ha -1 pukan sapi mampu memberikan hasil gabah kering giling padi varietas Ciherang pada lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara sebesar 10,44 ton ha -1. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan baik jumlah dan kualitas yang cukup serta berkesinambungan. Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan (tanah) harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya lahan, dan sebaiknya diarahkan pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia, dan aktivitas biota tanah yang optimum bagi tanaman. Dengan demikian, interaksi antara komponen-komponen biotik dan abiotik tanah pada lahan memberikan keseimbangan yang optimal bagi ketersediaan hara dalam tanah, yang selanjutnya menjamin keberlangsungan produktivitas lahan, dan keberhasilan usaha tani. Melalui sistem tersebut diharapkan akan terbentuk agroekosistem yang stabil dengan masukan dari luar yang minimum, tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tanpa menurunkan kualitas lingkungan (Reintjes et. al., 1999 dan Badan Litbang Deptan, 2008).

13 Daerah tropis secara alami merupakan kawasan yang revolusioner dalam hal pembentukan dan perkembangan tanahnya, sehingga tanah yang terbentuk di kawasan ini umumnya telah cukup berkembang. Dengan kedalaman solum yang tebal dan kandungan oksida-oksida unsur metalik yang nyata, khususnya aluminium dan besi sebagai unsur yang melimpah. Pelindian (leaching) yang hebat menambahkan penomena tanah tropis yang telah sangat kompleks menjadi sangat pelik dan rumit pengelolaannya (Sanches, 1975 dalam Wicaksono, 2003). Jika ditinjau dari permasalahan tanah tropis yang begitu komplek maka penggunaan sebanyak-banyaknya bahan organik yang telah sesuai kriteria kematangannya adalah merupakan suatu pilihan yang perlu dipertimbangkan. Untuk hal ini maka penggunaan jerami padi merupakan suatu pilihan disamping jenis bahan organik lain baik yang berasal dari pertanian maupun limbah rumah tangga asalkan kriteria bahan organik yang baik terpenuhi. bila bahan pembenah tanah akan dijadikan suatu kebijakan dalam usaha. Peningkatan produktivitas lahan pertanian di Indonesia, maka pemilihan bahan pembenah tanah tetap diprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan, bahan organik sebenarnya dapat memenuhi persyaratan tersebut (Dariah, 2007). Penggunaan bahan organik yang berasal dari jerami merupakan suatu pilihan karena bahan tersebut telah ada di lahan dengan jumlah yang cukup. Oleh karena jerami termasuk lama terdekomposisi, maka penggunaan dekomposer mutlak

14 diperlukan. Terdapat berbagai produk dekomposer di pasaran. Pada penelitian ini dekomposer yang akan digunakan adalah Trichoderma sp. Pemilihan Trichoderma didasarkan terhadap fungsinya yang antara lain sebagai pengurai bahan organik (selulotik), mycoparasit (membatasi perkembangan pathogen), antibiosis (mengeluarkan sekresi yang berlawanan sehingga pathogen menderita/mati), mampu bersaing dengan mikroba lain serta masih dapat berkembang pada daerah rizosfer tanaman padi (Verme, M., et.al 2007 dan Suhartik et. al., 1999). Selanjutnya Siddiqui et. al. (2008) melaporkan bahwa kompos dan ekstraknya yang diaplikasi ke tanah selain meningkatkan kualitas tanah juga mengandung Trichoderma, Rhizobacteria, dan Pseudomonas fluorescent yang diketahui dapat menstimulir pertumbuhan tanaman. Trichoderma mempunyai banyak strain seperti T. harzianum, T.koningii dan T. viride. Dilaporkan bahwa T. koningii mempunyai kemampuan lebih tinggi terhadap pelapukan jerami karena bersifat lebih selulotik, adaptasi lebih besar terhadap perubahan ph dan dapat bertahan pada suhu 50 0 C (thermofilik) (Rao, 1994). Penggunaan jerami dilaporkan mampu menghemat penggunaan pupuk kimia. Gonarto et. al. 2002, melaporkan penggunaan jerami dan Azospirillum dapat menghemat 45 kg N, demikian juga pemberian 5 t.ha -1 baik segar maupun lapuk dapat menggantikan pupuk K anorganik kg.ha -1 (Wihardjaka et. al. 2002). Paket paket Teknologi Pemupukan Tanaman Padi Pemupukan tanaman padi yang dilaksanakan oleh petani sangat bervariasi antara satu tempat ke tempat lain, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan,

15 keadaan ekonomi dan ketersediaan saprodi. Dikenal beberapa paket teknologi pemupukan yang dijadikan sebagai patokan dalam memberikan pupuk untuk lahan sawah, dalam hal ini dipilih lima macam paket pemupukan tanaman padi. a. Paket petani, adalah anjuran pemupukan yang dilaksanakan oleh petani disekitar tempat penelitian dengan pemupukan Urea 10 kg/rante (3:3:4), SP- 36, 4 kg/rante 1 kali, KCl 2 kg/rante 1 kali dan ZA 2 kg/rante (1:1). b. Paket pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah yaitu dengan menggunakan jumlah hara yang terangkut panen (jerami dan gabah). Maka jumlah hara yang ditambahkan adalah selisih antara kebutuhan (yang terangkut) dikurangi yang tersedia dalam tanah. c. Keputusan Menteri Pertanian No. 01/Kpts/SR.130/1/2006 tentang Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Spesifik Lokasi Padi Sawah. Anjuran pemupukan berdasarkan peta status hara P dan K tanah. Jika diperoleh status hara P dan K dari peta maka dosis rekomendasi seperti tertera pada Tabel 1. Akan tetapi untuk hara N tidak dijelaskan berapa jumlahnya, untuk itu digunakan rekomendasi umum yaitu 90 kg N/ha (195,6 kg urea) (Idris et. al dalam BPTP SULTRA 2009).

16 Tabel 1. Dosis pupuk P dan K pada tanaman padi sawah (Badan Litbang, 2006) Status Kadar Hara ekstrak 25% HCl/100 g tanah P 2 O K 5 2 O Tanpa bahan organik Pupuk P (SP36) Dosis Rekomendasi Pupuk kg/ha Pupuk K (KCl) Dengan 5 ton jerami/ha Pupuk P (SP36) Pupuk K (KCl) Dengan 2 ton pupuk kandang/ha Pupuk P (SP36) Pupuk K (KCl) Rendah < 20 < Sedang Tinggi > 40 > Sumber, Purnomo dan Iwan, d. Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Cara Penggunaan BWD Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran kg urea per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan. Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.

17 Dipilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun. Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD. Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar matahari, karena dapat mempengaruhi nilai pengukuran. Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat. Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu segera diberi pupuk N dengan takaran : kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu seperti Subang Jawa Barat, dan Sumut, musim hasil rendah adalah musim kemarau). (Badan Litbang, 2009). Cara Penggunaan PUTS Penetapan status P tanah 1. Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

18 2. Ditambahkan 3 ml Pereaksi P-1, kemudian diaduk sampai homogen dengan pengaduk kaca, 3. Ditambahkan 5-10 butir Pereaksi P-2, dikocok 1 menit, 4. Didiamkan selama + 10 menit, 5. Dibandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah. Rekomendasi P : Rekomendasi pupuk SP-36 (kg/ha) untuk padi sawah varietas setara IR-64 atau yang mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status P tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan dalam tabel berikut: Tabel 2. Rekomendasi pupuk SP-36 (kg/ha) untuk padi sawah varitas setara IR-64 (Balitbangtan, 2006) Target Hasil Rekomendasi SP-36 (kg/ha) pada tanah berstatus P* Rendah Sedang Tinggi Hasil 5 ton/ha Hasil 6 ton/ha Keterangan : * = Diberikan satu kali pada saat tanam Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau Vatietas Unggul Tipe Baru (VUTB) dengan potensi hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk SP-36 harus dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,2 (dengan asumsi

19 potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari Varietas Unggul Biasa /VUB). Cara Penetapan status K tanah Penetapan status K tanah 1. Sebanyak ½ sendok spatula contoh tanah uji atau 0,5 cm tanah yang diambil dengan syringe (spet) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 2. Ditambahkan 2 ml Pereaksi K-1, kemudian diaduk hingga homogen dengan pengaduk kaca, 3. Ditambahkan 1 tetes Pereaksi K-2, dikocok selama 1 menit, 4. Ditambahkan 1 tetes Pereaksi K-3, dikocok sampai merata, 5. Didiamkan selama + 10 menit, 6. Dibandingkan warna kuning yang muncul pada larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna K tanah. Rekomendasi K Rekomendasi pupuk KCl (kg/ha) untuk padi sawah varietas setara IR- 64 atau yang mempunyai potensi hasil 5-7 t GKG/ha pada status K tanah Rendah, Sedang, dan Tinggi ditetapkan dalam table berikut:

20 Tabel 3. Rekomendasi pupuk KCl (kg/ha) untuk padi sawah varitas setara IR-64 (Balitbang, 2006) Bahan Organik - Jerami Target Hasil Rekomendasi KCl (kg/ha) pada tanah berstatus K* Rendah Sedang Tinggi 5 ton/ha 100* ton/ha Jerami 5 ton/ha ton/ha 75* 0 0 Keterangan * : Diberikan 2 kali (masing- masing ½ bagian 1-2 MST, dan ½ bagian saat tanaman berumur 3-5 MST). Takaran jerami 5 ton/ha. Jika yang ditanam adalah padi hibrida atau VUTB dengan potensi hasil sebesar > 7 t GKG/ha maka rekomendasi pupuk KCl harus dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 1,2 (dengan asumsi potensi hasil padi hibrida atau VUTB 20% lebih tinggi dari VUB) (Badan Litbang, 2005). e. Penggunaan PuPS PuPS 1.0 merupakan piranti lunak yang digunakan untuk menentukan rekomendasi takaran dan waktu aplikasi pupuk N, P, K untuk setiap persil lahan sawah petani. Dalam menentukan takaran pupuk tersebut, dipertimbangkan pula masukan hara dalam bentuk bahan organik, anorganik, atau sumber lain. Program ini dirancang oleh tim peneliti IRRI bersama Tim Teknis Kelompok Kerja Pemupukan Tanaman Pangan, Badan Litbang

21 Pertanian, agar mudah dioperasikan. PuPS 1.0 diaplikasikan pemakai menggunakan komputer sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan secara manual. Jika fasilitas komputer terbatas, tersedia file lembar pertanyaan berisi pertanyaan untuk menghimpun data dari petani. Lembar pertanyaan yang telah terisi data diolah menggunakan fasilitas komputer (Badan Litbang, 2009). Menaikkan Sistem Indeks Penanaman Padi (Intensifikasi) Salah satu upaya yang diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dalam peningkatan produksi beras nasional (P2BN) jangka pendek, adalah dengan penerapan peningkatan indeks penanaman padi (IP padi), menaikkan IP padi dipilh karena mampu meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan perluasan lahan. Dasar pertimbangan peningkatan indeks penanaman sampai 4 (empat) kali setahun dan sering disebut IP Padi 400 pada sawah yang beririgasi teknis adalah tersedianya varietas padi super genjah seperti Silugonggo yang berumur hari (Suprihatno, et.al., 2009). Konsep ini juga diadopsi pada penanaman padi lainnya sehingga diharapkan dapat menaikkan IP padi antara pada lahan tadah hujan, irigasi pedesaan dan irigasi sederhana. Selanjutnya IP Padi 400 diharapkan dapat memecahkan pelandaian produksi (leveling off) dalam P2BN. Melalui penerapan IP Padi 400, luas pertanaman padi menjadi dua kali lipat dari areal yang ditanami sekarang, sehingga produksi padi meningkat (Badan Litbang, 2008).

22 IP padi 400 artinya petani dapat panen padi empat kali setahun pada lokasi yang sama. Dalam pelaksanaannya minimal 4 faktor kunci sebagai pendukung yaitu : a). Menggunakan benih varietas umur genjah ( hari), b). Managemen tanam dan panen yang efesien (lampiran 1), c). Pengelolaan hara secara terpadu dan spesifik lokasi, d). Pengendalian hama dan penyakit (PHT) dilakukan secara terpadu (Gani,2003 ; Aribawa dan Kariadi ). Khusus untuk padi IP 400 hanya mungkin dapat dilakukan pada lahan yang mempunyai irigasi teknis.

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Sawah Perubahan kimia tanah sawah berkaitan erat dengan proses oksidasi reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat ketersediaan hara dan

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. Pendahuluan. II. Permasalahan A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi Latar Belakang Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi dan menonjol dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia, kecuali Cina, Jepang, dan Korea. Namun keberhasilan

Lebih terperinci

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia dewasa ini memerlukan kerja keras dengan melibatkan puluhan juta orang yang berhadapan dengan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti di Indonesia.

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara Penentuan Takaran Pupuk Fosfat untuk Tanaman Padi Sawah Sarlan Abdulrachman dan Hasil Sembiring 1 Ringkasan Pemanfaatan kandungan fosfat tanah secara optimal merupakan strategi terbaik untuk mempertahankan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh : PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI Oleh : BP3K KECAMATAN SELOPURO 2016 I. Latar Belakang PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil)

Teknologi BioFOB-HES (High Energy Soil) Upaya meningkatkan produksi padi Indonesia terus dilakukan dalam upaya untuk mencapai swasembada beras. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi laju peningkatan kebutuhan beras yang diperkirakan mencapai 41,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut (Ladha et al., 1997). Indonesia merupakan negara agraris, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. tersebut (Ladha et al., 1997). Indonesia merupakan negara agraris, dengan sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan makanan pokok lebih dari 2 milyar penduduk di Asia dan ratusan juta di Afrika dan Amerika Latin. Kebutuhan beras tersebut akan semakin bertambah

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran. 28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi ciherang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PEMUPUKAN BUDIDAYA PADI ORGANIK rekommendasi BWD Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Pupuk Organik adalah Pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah defisiensi nutrisi Zn.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)

PENDAHULUAN. sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) PENDAHULUAN Latar belakang Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan sub tropis. Bukti sejarah menunjukkan

Lebih terperinci

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan 6 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi I. Pendahuluan Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri lainnya.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Basri AB, Tamrin, M.. Nasir Ali dan T.M. Fakhrizal PENDAHULUAN Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menguntungkan untuk diusahakan karena

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF

APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF APLIKASI JERAMI DAN PAKET PEMUPUKAN TERHADAP SIFAT TANAH DAN PRODUKSI PADI PADA POLA PENANAMAN INTENSIF Oleh: Mahyudin Dalimunthe *) Abstrak Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan Terhadap Sifat Tanah dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU

B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU 10 I. PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui status hara N tanaman padi. Pada alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN KALIMANTAN SELATAN THE PERFORMANCE OF SOME NEW RICE AT RAINFED LOWLAND SOUTH KALIMANTAN Khairuddin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta No. 05 / Brosur / BPTP Jakarta / 2008 PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI JAKARTA DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika,

Lebih terperinci

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT

PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT 1. Partisipatif Petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, serta meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan di Indonesia sampai dengan tahun 1960 praktis menggunakan teknologi dengan masukan organik berasal dari sumber daya setempat. Varietas lokal dan

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) (Paddy Soil Test Kit)

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) (Paddy Soil Test Kit) Pendahuluan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) (Paddy Soil Test Kit) Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah

Lebih terperinci

Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern

Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern Aplikasi Jerami dan Paket Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Pola Penanaman Intensif Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package On Rice Growth and Production in the Intensive

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU

B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU B. PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN ALAT BANTU I. PENGGUNAAN BAGAN WARNA DAUN Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Formulir PuPS versi 1.1

Formulir PuPS versi 1.1 Formulir PuPS versi 1.1 Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Oleh : Isnawan, BP3K Nglegok Diisi dengan memberi tanda cek ( ) pada kotak tersedia Nama : Lokasi : Luas lahan : (Isi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn: STATUS HARA LAHAN SAWAH DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH PASANG SURUT DI KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR JAMBI Busyra Buyung Saidi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH Gatot Kustiono 1), Jajuk Herawati 2), dan Indarwati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia (96,87% penduduk) dan merupakan penyumbang lebih dari 65% kebutuhan kalori (Pranolo 2001). Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010,

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Astiani Asady, SP., MP. BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BONE 2014 OUT LINE: PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI TANAH SAWAH

PERANGKAT UJI TANAH SAWAH PETUNJUK PENGGUNAAN PERANGKAT UJI TANAH SAWAH (Paddy Soil Test Kit) Versi 1.0 BALAI PENELITIAN TANAH Balai Besar Penelitian & Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan gizi masyarakat. Padi merupakan salah satu tanaman pangan utama bagi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian masyarakat adalah tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Lebih terperinci

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Kacang hijau dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Seminar Nasional Serealia, 2013 PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. PENDAHULUAN Latar Belakang Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan penyedap rasa dan memberikan aroma

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA PADI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMUPUKAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMUPUKAN Tujuan Berlatih : Setelah selesai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci