1 PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Teguh Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masa pemerintahan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla periode tahun mencanangkan sembilan agenda prioritas yang disebut Nawa Cita. Program ini bertujuan untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam berkebudayaan. Berdasarkan sembilan agenda prioritas Nawa Cita, berikut adalah sejumlah poin penting terkait program pembangunan nasional yang tertuang dalam Nawa Cita sebagai berikut: a. Membangun infrastruktur jalan baru sepanjang sekurang-kurangnya 2000 kilometer; b. Membangun sekurang-kurangnya 10 pelabuhan baru dan 10 bandara baru dan merenovasi yg lama; c. Membangun sekurang-kurangnya 10 kawasan industri baru berikut pengembangan untuk hunian buruhnya; d. Membangun sekurang-kurangnya pasar tradisional di seluruh Indonesia dan memodernisasikan pasar tradisional yg telah ada; e. Menciptakan layanan satu atap untuk investasi, efisiensi perijinan bisnis menjadi maksimal 15 hari; f. Membangunan sejumlah science and technopark di kawasan politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana teknologi terkini. Sektor perdagangan merupakan sektor penting dalam menjalankan program pemerintahan yang tertuang dalam Nawa Cita, yaitu sebagai penggerak ekonomi nasional. Nawa Cita berisi beberapa poin terkait bidang perdagangan. Nawacita bidang perdagangan merupakan panduan utama tentang bagaimana Kementerian Perdagangan bekerja. Presiden Joko Widodo menyatakan Nawacita ini merupakan visi-misi besar Kabinet Kerja. Tidak ada visi menteri, yang ada adalah visi Presiden, tegas Presiden Joko Widodo. Visi Pemerintahan RI Tahun adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, dalam mendorong terwujudnya visi tersebut khususnya pada bidang perdagangan sebagai sektor penggerak ekonomi, maka misi pemerintahan RI Tahun terkait bidang perdagangan adalah: a. Meningkatkan pertumbuhan kinerja perdagangan luar negeri yang berkelanjutan; b. Meningkatkan perdagangan dalam negeri yang bertumbuh dan berkualitas; dan c. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor perdagangan. Visi besar itu berisi rumusan tentang mandat pembangunan bidang Perdagangan. Kinerja Pemerintahan masa Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla membangun ekonomi bangsa ini dapat dilihat dari Nawa Cita. Presiden menyatakan komitmennya untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Misi, tujuan, dan sasaran Kementerian Perdagangan tertuang di dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan Tahun sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1.
2 2 Gambar 1 Misi, tujuan, dan sasaran Kementerian Perdagangan RI Keseluruhan program yang diwadahi dalam misi, tujuan, dan sasaran Kementerian Perdagangan terkait Nawa Cita perlu dikawal oleh unit yang khusus membina dan mengawasi seluruh unit Eselon I di Kementerian Perdagangan, yaitu Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam melakukan pengawasan internal di lingkungan Kementerian Perdagangan. Hal tersebut tercermin dalam Renstra Kemendag periode pada bagian Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan. Program ini dilakukan untuk meningkatkan peran dan fungsi pengawasan internal pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik yang dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk mendorong agar tujuan dan sasaran dari Kemendag dapat dicapai secara efektif, efisien, bebas dari unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Secara umum, apabila terjadi kegagalan suatu pengendalian internal maka dapat mengakibatkan melambatnya suatu proses kerja. Adapun isu terkait bidang perdagangan yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini adalah kasus Dwelling Time yang menjadi fokus perhatian Presiden RI. Dalam kasus tersebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) dinilai memegang peranan dalam mempercepat atau memperlambat proses perizinan impor barang masuk ke pelabuhan. Dampak internal dari kasus tersebut menggambarkan perlunya peran serta pengawasan internal yang dimiliki oleh
3 Kementerian Perdagangan, dalam hal ini adalah Inspektorat Jenderal selaku Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) juga melakukan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan oleh unit kerja dan satuan kerja di lingkungan intern dengan tujuan lebih kepada pencegahan dan deteksi dini agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan, mencegah kesalahan pengelolaan keuangan negara, maupun kekeliruan yang bisa mempengaruhi pencapaian tujuan (Priyanto 2007). Berdasarkan hal tersebut maka hasil kerja Inspektorat Jenderal diharapkan bermanfaat bagi pimpinan dan unit-unit kerja serta pengguna lainnya untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Hasil kerja ini akan dapat digunakan dengan penuh keyakinan jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme auditor yang bersangkutan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara umum menilai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) belum optimal dalam membantu pemberantasan korupsi. Berdasarkan data KPK dalam Sosialisasi Anti Korupsi dan Gratifikasi Tahun 2015, disebutkan bahwa dalam 10 tahun kebelakang Direktorat Pengaduan Masyarakat KPK hanya menerima 12 informasi indikasi tindak pidana korupsi dari beberapa Kementerian dan Lembaga, sehingga tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang menyebutkan bahwa APIP harus berperan aktif apabila ada indikasi tindak pidana korupsi di lembaganya. Kementerian Dalam Negeri dalam Rakornaswas tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat sekitar 400 Kepala Daerah yang berpotensi memiliki masalah hukum. Berdasarkan dari data BPKP dalam Forum Koordinasi Pengawasan (FKP) APIP Pusat dengan Daerah pada tahun 2016, disebutkan bahwa indikasi belum optimalnya APIP sebagai pengawas internal di lingkungan pemerintah ditandai dengan masih adanya bad governance, bad accountability, layanan publik yang buruk, dan KKN. Data hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan kementerian/lembaga Tahun menghasilkan opini penilaian sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Opini BPK terhadap LK K/L Tahun Opini 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Tidak Memberi Pendapat (TMP) Tidak Wajar (TW) Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Opini WDP pada tabel tersebut disebabkan kelemahan dalam pengelolaan dan pencatatan kas dan setara kas, persediaan, PNBP, aset tetap, belanja barang, dan belanja modal. Opini TMP pada tabel tersebut disebabkan pencatatan dan pengelolaan yang belum memadai atas persediaan, aset tetap, pendapatan, belanja barang, belanja modal, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial. Hasil audit kinerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap 86 Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Kementerian/Lembaga, Provinsi, 3
4 4 Kabupaten, Kota sampai dengan tahun 2014 menghasilkan data sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil audit kinerja BPK terhadap 86 APIP s.d. Tahun 2014 Uraian Jumlah APIP Sudah Belum Tidak ada Ket Memiliki Juknis Mengimplementasikan Kode Etik Membuat Internal Audit Charter Melakukan Analisis Kebutuhan Auditor Memperoleh Diklat sesuai kebutuhan Sumber: Hasil Audit Kinerja oleh BPK Berdasarkan tabel diatas diperoleh data bahwa secara dominan rata-rata APIP di Kementerian/Lembaga belum memiliki Juknis, belum mengimplementasikan kode etik, belum membuat Internal Audit Charter, belum melakukan analisis kebutuhan auditor, dan belum memperoleh diklat sesuai dengan kebutuhan. Secara lebih rinci hasil audit tersebut dibagi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, perolehan dan pemilihan bukti, temuan audit, dokumentasi kertas kerja, dan pelaporan sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Hasil audit kinerja BPK terhadap kriteria objek pemeriksaan 86 APIP s.d. Tahun 2014 Uraian Jumlah APIP Perencanaan Belum mempertimbangkan risiko dalam memilih auditan 76 Tidak mempertimbangkan hasil audit sebelumnya 72 Perencanaan belum sesuai standar 76 Pelaksanaan Belum menyusun program audit dalam setiap penugasan 65 Pemilihan prosedur audit belum mempertimbangkan skala prioritas 75 Perencanaan audit belum mencakup pemahaman dan pengujian SPI 77 Belum menetapkan tujuan, sasaran, ruang lingkup, metodologi, jangka waktu, 76 alokasi sumberdaya dan prosedur audit yang jelas Perolehan dan pemilihan bukti Tidak memenuhi kualitas bukti (cukup, relevan, kompeten) 72 Tidak mendokumentasikan dalam kertas kerja secara memadai 64 Temuan audit Tidak berdasarkan pengujian bukti dan pelaksanaan prosedur 50 Tidak memenuhi unsur temuan (kondisi, kriteria, sebab, akibat) 40 Tidak dikomunikasikan dengan pihak terkait 43 Tidak didokumentasikan dan format tidak standar 42 Dokumentasi kertas kerja Tidak disusun secara lengkap dan sistematis 82 Tidak direviu secara berjenjang 82 Tidak disimpan secara aman, tertib, dan mudah diakses 82 Pelaporan Laporan tidak disusun 30 Disusun tidak tepat waktu 73 Tidak dilakukan koreksi dan reviu berjenjang 62 Sumber: Hasil Audit Kinerja oleh BPK
5 5 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) secara nasional merilis kondisi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar Level 1 Level 2 Level Gambar 2 Kondisi IACM APIP Kondisi tersebut adalah berdasarkan hasil assesment yang dilakukan oleh BPKP terhadap 474 APIP. Assesment tersebut dilakukan dengan memetakan level kapabilitas APIP berdasarkan Internal Audit Capability Model (IACM). Disamping kondisi tersebut, BPKP juga merilis data auditor sebagai APIP pada tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar APIP Pusat APIP Daerah BPKP 7045 Gambar 3 Jumlah auditor instansi pemerintah
6 6 BPKP menginterprestasikan dan menyatakan bahwa jumlah auditor adalah sebanyak (27.39 persen) dari total kebutuhan nasional sebesar , sehingga terdapat kekurangan sebesar auditor. Pada tahun 2019 diharapkan sudah terdapat auditor (43.50 persen) dari kebutuhan nasional. Internal audit dalam sektor pemerintah harus menghasilkan output berupa reviu atas proses kerja beserta risikonya dan melaporkan audit atas kinerja auditan secara tepat waktu, akurat, relevan, dapat dipercaya, transparan, bagi manajemen, pemerintah, juga para stakeholder (Chambers 2014). Disamping itu, pemerintah juga dinilai perlu melihat kualitas hasil audit dan kualitas auditor serta melihat budaya kontrol internal yang terjadi. Lembaga yang menangani internal audit harus melakukan evaluasi atas manajemen risiko, memastikan bahwa perencanaan harus fleksibel dan responsif pada perubahan, memperhatikan teknologi yang digunakan, menilai dan merencanakan visi misi strategik, mendefinisikan nilai tambah (value added) yang dapat diperoleh, membangun relasi dan komunikasi dengan auditan, memastikan internal audit telah dilakukan sesuai dengan standar ketentuan yang berlaku, memahami peran internal audit, mengikuti pelatihan terkait internal audit, menentukan apakah perlu dilakukan assessment pada SDM internal audit agar dapat menjaga kualitas hasil audit (Anderson dan Svare 2013). Pengawasan internal pemerintah merupakan bagian dari unsur manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik. Pasal 49 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP SPIP) menyatakan bahwa Inspektorat Jenderal sebagai aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri/Pimpinan Lembaga terkait bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian/lembaga yang didanai APBN. Pasal 11 dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga menyebutkan bahwa kondisi yang diharapkan melalui adanya pengawas internal adalah sebagai berikut: 1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (assurance activities); 2. Memberikan peringaatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (anti corruption activities); dan 3. Memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah (consulting activities). Peraturan tersebut dipertegas juga melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara. Isu yang berkembang pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan salah satunya yang pertama adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) secara kuantitas maupun kualitas. Semakin berkembangnya peran pengawasan terhadap bidang perdagangan membutuhkan kualifikasi khusus bagi para auditor dalam jumlah yang tepat sesuai objek yang dibina. Isu internal yang kedua adalah komposisi penganggaran Inspektorat Jenderal yang masih dibawah 2% dari keseluruhan total pagu anggaran Kementerian Perdagangan, artinya pengawasan yang dilakukan belum dapat optimal. Isu internal yang ketiga adalah perlunya
7 optimalisasi tindak lanjut terhadap hasil pengawasan yang dilakukan. Isu internal yang keempat adalah perlunya peningkatan level kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melakukan audit kinerja serta menuju Level 3 (tiga) dalam Internal Auditor Capability Model (IACM) sesuai arahan Presiden. Terkait hal tersebut, penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi audit kinerja dilakukan oleh Nalewaik (2013), hasil dari penelitian adalah batasan audit, komposisi tim, dan cara/langkah audit merupakan faktor yang berpengaruh. Laporan Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Tahun 2015 menyebutkan terdapat beberapa permalalahan yang perlu dibenahi untuk perbaikan kedepannya, yaitu: 1. Kapabilitas APIP Dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) supaya seluruh tingkat pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/D) menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan di instansi masing-masing. Penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif. Salah satu unsur yang diperlukan untuk mendapatkan sistem pengendalian yang memadai adalah memperkuat peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif. Dalam upaya mendorong percepatan peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya, pemerintah di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun secara khusus telah memasukkan peningkatan kapabilitas APIP sebagai bagian dari agenda pembangunan. Pentingnya peningkatan kapabilitas APIP juga telah dituntut oleh Presiden Joko Widodo pada Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern dengan tema Peningkatan Kapabilitas APIP tanggal 13 Mei 2015 di Jakarta, bahwa kapabilitas APIP di setiap K/L/D pada akhir tahun 2019 berada pada Level 3 (Integrated), jika dinilai dengan menggunakan Internal Audit Capability Model (IACM) yang dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditor (IIA) tahun Seiring dengan pelaksanaan program dimaksud, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun Grand Design peningkatan kapabilitas APIP disertai pedoman teknis untuk dipergunakan oleh seluruh unit APIP di Indonesia, yang mencakup penilaian kapabilitas secara mandiri (self assessment), penjaminan kualitas (quality assurance) penilaian kapabilitas, peningkatan kapabilitas secara mandiri (self improvement), dan pemantauan peningkatan kapabilitas APIP. Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan tata kelola pemerintah yang baik di lingkungan APIP mengacu kepada enam elemen yang dinilai dalam kerangka kapabilitas APIP. Enam elemen tersebut adalah sebagai berikut: a. Peran dan Layanan (Services and Role) b. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (People Management) c. Praktik Profesional (Professional Practices) d. Akuntabilitas dan Manajemen Kinerja (Performance Management and Accountability) 7
8 8 e. Budaya dan Hubungan Organisasi (Organizational Relationship and Culture) f. Struktur Tata Kelola (Governance Structures) Inspektorat Jenderal sejak tahun 2012 berada pada level 2 berdasarkan hasil evaluasi Kapabilitas APIP (IACM) yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Mulai Tahun 2015 ini, sesuai dengan amanah Presiden, Inspektorat Jenderal akan menyiapkan diri untuk meningkatkan kapabilitas APIP agar kapabilitas APIP mampu berada pada Level 3 (Integrated). 2. Reformasi Birokrasi Road Map Reformasi Birokrasi Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015, dan dalam proses penyusunannya telah memperhatikan berbagai hal yang tertuang dalam RPJMN. Dimensi-dimensi pembangunan pada RPJMN hanya dapat diwujudkan pelaksanaannya jika didukung dengan kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan demokrasi serta tata kelola dan reformasi birokrasi yang berjalan dengan baik. Dengan demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa adanya dukungan tata kelola yang baik, target-target pembangunan tidak mungkin dapat dicapai dengan baik pula. Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Hasil-hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan selanjutnya ( ). Karena itu, pelaksanaan reformasi birokrasi merupakan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi tahapan sebelumnya. Pembangunan di sub bidang aparatur negara diarahkan pada tiga sasaran pembangunan (sasaran reformasi birokrasi disesuaikan dengan sasaran pembangunan sub sektor aparatur negara, sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN ) yang juga akan digunakan sebagai sasaran reformasi birokrasi, yaitu: a. Birokrasi yang bersih dan akuntabel. b. Birokrasi yang efektif dan efisien c. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas Dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN , Buku I, dijabarkan lima agenda pembangunan nasional. Dari lima agenda pembangunan nasional tersebut, dua di antaranya secara spesifik terkait dengan tata kelola pemerintahan yang bersih dan efektif, yaitu agenda nomor 3 Membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan dan agenda nomor 4 Menyempurnakan dan meningkatkan kualitas reformasi birokrasi nasional. Kementerian Perdagangan telah memulai program Reformasi Birokrasi secara bertahap mulai tahun Target pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Perdagangan antara lain terciptanya birokrasi Kementerian
9 Perdagangan yang bersih, akuntabel, efektif, efisien dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Permasalahan dalam Laporan Kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Tahun 2015 tersebut mengindikasikan bahwa perlu adanya suatu perbaikan dalam pengelolaan manajemen di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Pengendalian internal pada Kementerian Perdagangan harus berupaya dalam menjaga dan mengawal kebijakan-kebijakan dalam bidang perdagangan. Hal ini mencakup pengawalan terhadap kebijakan-kebijakan yang berada pada bidang perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, serta bidang pendukungnya. Upaya pemberantasan korupsi merupakan upaya yang harus dilakukan dengan pencegahan. Pencegahan paling awal adalah dilakukan melalui controlling dari pihak internal. Apabila terjadi suatu kegagalan dalam pengendalian internal maka dapat mengakibatkan melambatnya suatu proses kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena lemahnya pengawasan internal yang dilakukan. Beberapa penyebab kegagalan tersebut antara lain kurangnya komitmen aparat pengawas dalam melakukan tindak pengawasan, lemahnya pengetahuan dan pengalaman aparat pengawas terhadap bidang yang diawasi, tidak jelasnya arah strategi pada Kebijakan Pengawasan, tidak dilaksanakannya Standard Operational Procedure (SOP) terkait pengawasan, dan anggaran yang tidak mencukupi (komposisi anggaran pengawasan terhadap unit/auditan yang diawasi). 9 Perumusan Masalah Perubahan paradigma pengawasan di instansi pemerintahan didasari dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dari pengawas yang bersifat watch dog menjadi quality assurance, oleh karena itu pengawasan dimulai dari tahap awal perencanaan (sebagai review), tidak hanya di akhir proses kerja (sebagai post audit). Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan perlu membenahi permasalahan internal dan melakukan perbaikan, serta membuat perencanaan sebagai aksi atas perubahan paradigma tersebut. Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dalam melakukan pengawasan internal membuat daftar temuan yang dilanjutkan dengan daftar rekomendasi yang diberikan kepada auditan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, auditan harus segera menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh APIP. Apabila terdapat gap antara rekomendasi yang diberikan dan tindaklanjut yang dilakukan, maka hal ini dapat mengindikasikan kurangnya kualitas pengawasan internal. Berdasarkan data internal Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan terkait dengan tindak lanjut atas pembinaan dan pengawasan pada objek pemeriksaan dana dekonsentrasi bidang perdagangan selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu periode tahun 2011 s.d. 2015, diperoleh data sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 4.
10 Temuan Rekomendasi TL telah sesuai dengan rekomendasi TL belum sesuai/dalam proses 200 TL belum ditindaklanjuti Sumber: Data internal Sekretariat Itjen Kemendag Gambar 4 Tindak lanjut temuan atas objek pemeriksaan dana dekonsentrasi bidang perdagangan Tahun 2011 s.d Data tersebut menunjukkan bahwa terkait objek pemeriksaan dana dekonsentrasi bidang perdagangan masih terdapat gap antara rekomendasi yang diberikan berdasarkan temuan auditor terhadap tindaklanjutnya oleh auditan. Selain atas objek pemeriksaan dana dekonsentrasi, diperoleh juga data atas objek pemeriksaan dana tugas pembantuan bidang perdagangan tahun 2011 s.d sebagaimana dapat dilihat pada Gambar Temuan 400 Rekomendasi TL telah sesuai dengan rekomendasi TL belum sesuai/dalam proses TL belum ditindaklanjuti Sumber: Data internal Sekretariat Itjen Kemendag Gambar 5 Tindak lanjut temuan atas objek pemeriksaan dana tugas pembantuan bidang perdagangan Tahun 2011 s.d. 2015
11 11 Data tersebut menunjukkan bahwa terkait objek pemeriksaan dana tugas pembantuan (TP) bidang perdagangan masih terdapat gap antara rekomendasi yang diberikan berdasarkan temuan auditor terhadap tindaklanjutnya oleh auditan. Sebagai informasi tambahan, diperoleh juga data atas objek pemeriksaan unit pusat Kementerian Perdagangan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar Temuan Rekomendasi TL telah sesuai dengan rekomendasi TL belum sesuai/dalam proses TL belum ditindaklanjuti Sumber: Data internal Sekretariat Itjen Kemendag Gambar 6 Tindak lanjut temuan atas objek pemeriksaan unit pusat Kementerian Perdagangan Tahun 2011 s.d Gambar diatas menunjukkan bahwa terkait objek pemeriksaan unit pusat di Kementerian Perdagangan masih terdapat gap antara rekomendasi yang diberikan berdasarkan temuan auditor terhadap tindaklanjutnya oleh auditan. Data atas rekapitulasi tindak lanjut atas objek pemeriksaan tersebut merepresentasikan bahwa masih banyak terdapat temuan yang belum ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah rekomendasi yang dikeluarkan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dibandingkan dengan jumlah tindak lanjut sesuai rekomendasi yang dilakukan oleh auditan. Tindak lanjut temuan atas pemeriksaan dana dekonsetrasi sudah dapat dinilai baik dari perbandingan temuan dan tindaklanjutnya, namun tindak lanjut atas pemeriksaan dana tugas pembantuan dan unit pusat Kementerian Perdagangan masih memiliki banyak hutang dari perbandingan antara temuan dan tindaklanjutnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu ada perbaikan bagi manajemen dalam mengelola internal dan merencanakan perbaikan yang tepat bagi auditan selaku stakeholder dari Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum memiliki desain perencanaan dalam mengelola aktivitasnya, sehingga belum dapat digunakan oleh Inspektur Jenderal selaku pimpinan unit dalam mengarahkan dan membuat keputusan. Hal ini juga menjadi dasar jika perencanaan yang dilakukan belum memiliki arah yang tepat, sehingga hanya dibuat sebagai acuan bagi pencapaian indikator kinerja tahunan, tanpa melihat faktor atau aspek lainnya yang memilki
12 12 pengaruh terhadap performance dari Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan tersebut dan sebagai langkah antisipasi di masa depan, maka diperlukan suatu arsitektur strategik atas perbaikan bisnis model pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, serta hasilnya sangat diperlukan untuk dirumuskan guna menghadapi ancaman maupun penyimpangan yang terus berkembang. Arsitektur strategik yang digunakan juga harus mampu memetakan atas faktor atau kondisi yang berbeda, dalam hal ini adalah Business Model Canvas yang memiliki identifikasi pada 9 (sembilan) elemen berkaitan. Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kondisi existing Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berdasarkan Business Model Canvas? 2. Faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan? 3. Bagaimana perbaikan pada Business Model Canvas Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan saat ini dalam menghadapi masa depan? 4. Bagaimana Arsitektur Strategik yang tepat untuk diterapkan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan memetakan kondisi existing Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dalam Business Model Canvas. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. 3. Merumuskan program perbaikan pada Business Model Canvas Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan saat ini dalam menghadapi tantangan masa depan. 4. Merumuskan Arsitektur Strategik yang tepat untuk diterapkan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi seluruh elemen Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, dapat memberikan gambaran internal eksternal tentang arsitektur strategik dan bisnis model, serta memberikan arah instansi di masa depan. 2. Bagi peneliti lainnya dapat menjadi acuan bahwa Business Model Canvas dapat diterapkan untuk organisasi non-profit dan pemerintahan sebagai perencanaan strategik dalam tahap yang lebih advance. 3. Bagi penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari dalam dunia kerja yang nyata.
13 13 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada batasan database di Inspektorat Jenderal Kementerian perdagangan terkait Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan, profil struktur organisasi (existing), lingkup tugas fungsi pengawasan internal, program kerja dan anggaran, serta indikator kinerja program. Batasan terhadap alat penelitan yang digunakan adalah matriks SWOT dan 9 blok elemen Business Model Canvas. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi langsung, melakukan penyebaran kuesioner, wawancara, dan FGD kepada pengambil keputusan di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dan instansi terkait, sementara data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data berupa dokumen kebijakan maupun evaluasi program kegiatan anggaran sampai dengan tahun Arsitektur Strategik dan perbaikan model bisnis dari data yang telah terkumpul hanya dilakukan untuk penyusunan Arsitektur Strategik dan perbaikan model bisnis saja, sedangkan tahap implementasi dan evaluasi diserahkan kepada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Konsep Manajemen Strategi Menurut Mintzberg et al. (2003) strategi adalah pola atau rencana yang menyatukan tujuan utama suatu organisasi, kebijakan, dan serangkaian aksi ke dalam sebuah keterpaduan. Suatu strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu mengalokasikan sumber daya dan mengarahkan organisasi ke dalam suatu bentuk yang unik dan penuh semangat berdasarkan kompetensi internal, antisipasi perubahan lingkungan, dan analisis pesaing. Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif (David 2004). Era informasi dan globalisasi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang kompetitif. Oleh karena itu, instansi memerlukan tipe perencanaan yaitu manajemen strategi yang tidak sekedar untuk merespon perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, namun lebih dari itu, instansi memerlukan tipe perencanaan untuk menciptakan masa depan melalui perubahanperubahan yang dilakukan sekarang. Lebih lanjut, menurut David (2004), manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Tujuan utama manajemen strategi adalah untuk
14 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB
BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang transparan, akuntabel, efektif dan efisien, pimpinan instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah wajib melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP
- 353 - LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanggungjawaban rencana strategis kepada masyarakat dapat dilihat dari dua jalur utama, yaitu jalur pertanggungjawaban keuangan dan jalur pertanggungjawaban kinerja.
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar belakang masalah, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH Pedoman Teknis Monitoring Kapabilitas APIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciPERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciArahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015
Arahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015 Kapabilitas APIP: a. Lima tahun kedepan, level Kapabilitas APIP ditargetkan mencapai 85% Level-3, 1% Level-1. b.
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN
Lebih terperinciRencana Strategis
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian dikerucutkan menjadi pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan dijelaskan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)
KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian
Lebih terperinciBMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62
Lebih terperinciPENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH
PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Melalui PENINGKATAN KAPABILITAS APIP dan MATURITAS SPIP Dr. Ardan Adiperdana, Ak., MBA., CA, CFrA, QIA Kepala BPKP Rakorwas Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka itu
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.748, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.32/Menhut-II/2012
Lebih terperinciINSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih sayang-nya sehingga Laporan Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015 ini dapat tersusun Laporan ini merupakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2015 2019 ' 1 ' I I I ll'l'l,ll,llllillllllllml ' RERSTRA tois-1019 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan dan temuan penelitian pada bab
BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan temuan penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan: a) Hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh Inspektorat Jenderal KESDM
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah dalam melaksanakan
Lebih terperinciKONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN
KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat
Lebih terperinciLAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,
BAB I PENDAHULUAN Pemahaman kegiatan pengawasan harus berangkat dari suatu pemahaman manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing, actuating dan controlling. Controlling adalah salah satu
Lebih terperinciGRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP BINSAR H SIMANJUNTAK DEPUTI POLHUKAM PMK, BPKP
GRAND DESIGN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP BINSAR H SIMANJUNTAK DEPUTI POLHUKAM PMK, BPKP RAKORNAS PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2015 Gedung BPKP Lantai 2, Rabu13Mei 2015 Kapasitas APIP yang luar biasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan proses
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
- 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDisampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon
ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Saat Ini telah melaksanakan program reformasi birokrasi pada periode 2005-2009. Sampai saat ini program reformasi birokrasi masih terus berlanjut, dan telah memberikan manfaat
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciRencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta
Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan salah satu penyebab semakin meratanya kasus korupsi dan buruknya tata kelola pemerintahan daerah. Hal
Lebih terperinciPada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses
B A B I P E N D A H U L UA N A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan melalui langkah-langkah strategis
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan
Lebih terperinciLAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG
LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG INSPEKTORAT KOTA BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Inspektorat Kota Bandung
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesejahteraan
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.400, 2014 ADMINISTRASI. Keuangan. BPKP. Tugas. Fungsi. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN
Lebih terperinciINSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF
INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF DALAM PENINGKATAN KUALITAS KINERJA PEMERINTAH DIY PAPARAN INSPEKTUR DIY FORUM SKPD TAHUN 2018 PERAN APIP SEBAGAI AUDITOR INTERNAL PEMERINTAH Meningkatkan Akuntabilitas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016
LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama
Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kesejahteraan
Lebih terperinci2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.483, 2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI
PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI INSPEKTORAT UTAMA 7 AGUSTUS 2017 OUTLINE 1 2 3 Tujuan, Sasaran, Arah dan Kerangka Kebijakan RB Ukuran Keberhasilan RB Peran Inspektorat dalam
Lebih terperinciPerwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017 PANDEGLANG 2016 KEPUTUSAN INSPEKTUR INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG Nomor : 800/Kep.86 Insp/2016 Tentang PENETAPAN INDIKATOR KINERJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.
1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Lebih terperinci2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
No.1494, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pengawasan Internal. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN INTERNAL PADA KEMENTERIAN AGAMA
Lebih terperinciRencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, profesional dan bertanggungjawab
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016
LAPORAN KINERJA PERWAKILAN BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Nomor: LKIN-007/PW03/6/2017 Tanggal: 10 Januari 2017 DAFTAR ISI Ikhtisar Kinerja Bab III Akuntabilitas Kinerja Kata Pengantar... Daftar
Lebih terperinci2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1042, 2014 KEMENKOPOLHUKAM. Pengawasan. Intern. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc
No.1448, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SPIP BKKBN. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian dan kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah akan ditentukan pertanyaan penelitian
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciPROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI
PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari hasil rumusan kebijakan dan program yang cermat dan tepat. Salah satu upaya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.763, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Pokok-Pokok. Pengawasan. BNN. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGAWASAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciTugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama
Jakarta, Januari 2017 Sesuai dengan amanat dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dinyatakan bahwa, untuk mencapai pengelolaan
Lebih terperinciKemendagri REPUBLIK INDONESIA
Kemendagri REPUBLIK INDONESIA SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM LATAR BELAKANG Pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKIP ) TAHUN 2016
LAPORAN KINERJA INSTANSI ( LKIP ) 2016 INSPEKTORAT KOTA MOJOKERTO KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya semata akhirnya Laporan Kinerja
Lebih terperinciPemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun Anggaran 2016 Inspektorat Kota Pagar Alam Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciPEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN KAPASITAS DAN TUGAS, INSPEKTORAT UNTUK MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA ORGANISASI
Lebih terperinciPenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan
PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas Bahan Asistensi RB Daerah Hendro Witjaksono, AK, Macc. Outline Paparan Penguatan Pengawasan Penerapan SPIP. Peningkatan kapasitas APIP. Pembangunan Zona
Lebih terperinci2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciStandar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia
Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia Peran APIP Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APARAT PENGAWAS INTERN
Lebih terperinciI N S P E K T O R A T
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian fokus menjadi pertanyaan penelitian, serta tujuan dilakukannya penelitian. Selain itu
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah NOMOR: LAKIP - 023 /PW18/1/2014 TANGGAL 21 JANUARI 2014 Ringkasan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012
KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012 1 VISI ITJEN Terwujudnya Pengawasan yang Berkualitas terhadap Layanan Pendidikan MISI ITJEN Melaksanakan tata kelola yang handal dalam layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan
Lebih terperinciIndependensi Integritas Profesionalisme
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya aparatur negara menjadi faktor kunci bagi terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan hadirnya
Lebih terperinci