Kata Pengantar. Bantaeng, Desember Tim Penyusun. CV.Dias Konsultan. Hal i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Bantaeng, Desember Tim Penyusun. CV.Dias Konsultan. Hal i"

Transkripsi

1 Hal i Kata Pengantar Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan manusia. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM yang merupakan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, dan syarat kontinuitas. Pada hakekatnya, alam telah menyediakan air minum yang dibutuhkan, namun demikian desakan pertumbuhan penduduk yang tidak merata serta aktivitasnya telah menimbulkan berbagai dampak perubahan tatanan dan keseimbangan lingkungan. Air yang ada terganggu jumlah dan kualitasnya sehingga tidak lagi layak dikonsumsi secara langsung. Diperlukan prasarana dan sarana air minum untuk merekayasa agar air yang disediakan alam dapat aman dan sehat dikonsumsi. Penyelenggaraan SPAM dilakukan secara terpadu, Keterpaduan tersebut dimulai dari penyusunan kebijakan dan strategi serta tahapan-tahapan penyelenggaraan yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian/pengelolaan, pemeliharaan dan rehabilitasi serta pemantauan dan evaluasi. Penyelenggaraan pengembangan SPAM melibatkan berbagai unsur yaitu BUMN, BUMD, koperasi, badan usaha, dan masyarakat. Agar diperoleh suatu penanganan sistem yang memberikan pelayanan optimal, diperlukan penyelenggaraan secara terpadu dan bersinergi antarsektor, antardaerah, serta masyarakat, termasuk dunia usaha. Dalam konteks Kabupaten Bantaeng, berdasarkan RPJMD Tahun , yang kemudian di jabarkan dalam Renja dan Renstra SKPD, Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah melakukan berbagai macam program pembangunan bidang penyediaan air minum dan sanitasi, output pelaksanaan program pembangunan tersebut telah dapat dinikmati oleh masyarakat Bantaeng. Namun demikian, Dalam rangka monitoring, evaluasi dan keberlanjutan program pembangunan air minum di jawa timur, perlu adanya Penyusunan Data Base Akses Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bantaeng. Bantaeng, Desember 2016 Tim Penyusun CV.Dias Konsultan

2 Hal ii Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii Daftar Gambar iv Daftar Grafik v Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Metode Pelaksanaan Metode Pengumpulan Data Cakupan Kegiatan 3 Bab 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTAENG Kondisi Geografis dan Administrasi Kondisi Geomorfologi Kemiringan Ketinggian Hidrologi Air Permukaan Mata Air Air Tanah Karakteristik Klimatologi Karakteristik Batuan dan Tanah Kondisi Sosial dan Budaya Pendidikan Kesehatan Agama Kesejahteraan Sosial Ekonomi - 14 Bab 3 KERANGA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI Target Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bantaeng - 16 Bab 4 ANALISA HASIL PENGUMPULAN DATA Informasi Umum Kependudukan Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng 20

3 Hal iii 4.4. Perincian Jenis dan Akses Sanitasi Kecamatan Bantaeng Kecamatan Sinoa Kecamatan Uluere Kecamatan Tompobulu Kecamatan Pajukukang Kecamatan Bissappu Kecamatan Eremerasa Kecamatan Gantarangkeke - 35 Bab 5 PENUTUP 37

4 Hal iv Daftar Tabel Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan 5 Tabel 2.2. Letak Kabupaten Bantaeng menurut Kemiringan - 7 Tabel 2.3. Letak Kabupaten Bantaeng menurut Ketinggian 7 Tabel 2.4. Sebaran Sungai di Kabupaten Bantaeng 9 Tabel 2.5. Curah Hujan Setiap Bulan (dalam mm) 10 Tabel 2.6. Hari Hujan Setiap Bulan (dalam hari) 10 Tabel 2.7. Persebaran Jenis Batuan Kabupaten Bantaeng 11 Tabel 2.8. Persebaran Jenis Tanah Kabupaten Bantaeng 11 Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng - 12 Tabel 2.10 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantaeng 13 Tabel 4.1. Rekapitulasi Perhitungan Penduduk di Kabupaten Bantaeng -18 Tabel 4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi di Kabupaten Bantaeng 19 Tabel 4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng 20 Tabel 4.4. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bantaeng (skala RT) -21 Tabel 4.5. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bantaeng (skala RT) - 21 Tabel 4.6. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Sinoa (skala RT) -23 Tabel 4.7. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Sinoa (skala RT) - 23 Tabel 4.8. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Uluere (skala RT) -25 Tabel 4.9. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Uluere (skala RT) 25 Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Tompobulu (skala RT) -27 Tabel Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Tompobulu (skala RT) - 27 Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Pajukukang (skala RT) -29 Tabel Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Pajukukang (skala RT) - 29 Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bissappu (skala RT) -31 Tabel Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bissappu (skala RT) 31 Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Eremerasa (skala RT) -33 Tabel Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Eremerasa (skala RT) 33 Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) -35 Tabel Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) - 35

5 Hal v Daftar Gambar Gambar 2.1. Grafik Kemiskinan Kabupaten Bantaeng 13 Gambar 4.1. Grafik Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng 19 Gambar 4.2. Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng - 20 Gambar 4.3. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bantaeng 22 Gambar 4.4. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Sinoa 24 Gambar 4.5. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Uluere 26 Gambar 4.6. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Tompobulu 28 Gambar 4.7. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Pajukukang 30 Gambar 4.8. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bissappu 32 Gambar 4.9. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Eremerasa 34 Gambar 4.0. Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Gantarangkeke 36

6 Hal 1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia saat serius menangani sanitasi. Keseriusian ini ditunjukkan dalam upayanya mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) dan upaya memastikan Akses Universal untuk sanitasi, air bersih dan layanan lainnya pada tahun Melalui berbagai inisiatif, Pemerintah Indonesia juga secara signifikan memperluas dukungan kepada pengembangan sistem air minum dan sanitasi yang lebih baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sampai saat ini Indonesia menduduki peringkat terburuk dalam pelayanan ketersediaan air bersih dan layak konsumsi se-asia Tenggara. Hingga saat ini, baru 29% masyarakat Indonesia yang dapat mengakses air bersih melalui perpipaan, jauh di bawah target pemerintah hingga 2019, yaitu sebesar 60%. Kualitas air permukaan mengalami penurunan yang memprihatinkan. Kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat pun masih berada dalam taraf mengkhawatirkan. Seringkali masyarakat tidak menyadari, air yang mereka konsumsi dapat tercemar baik oleh bakteri maupun limbah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti timbal. Pelayanan yang buruk ini membuat akses air minum yang aman untuk masyarakat pada 2015 baru 68,8%. itu terdiri atas air minum perpipaan sebesar 25% dan non perpipaan 43,8%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, pada periode , akses sanitasi dan air minum layak naik masing-masing 19,3% dan 22,93%. Setiap tahunnya akses sanitasi layak meningkat 2,29%, dan akses air minum meningkat rata-rata 1,93%. Di akhir tahun 2014, akses sanitasi layak nasional telah mencapai 61,06% dan akses air minum layak nasional mencapai 68,11%. Perencanaan pembangunan sektor air minum merupakan upaya kolaboratif dan multisektor, melibatkan berbagai instansi pemerintah daerah yang terkait dengan air minum baik secara langsung maupun tidak langsung serta berbagai elemen dalam masyarakat. Prinsirp-prinsip yang diharapkan tertuang dalam perencanaan pembangunan air minum, selain multisektor dan kolaboratif, adalah bahwa perencanaan tersebut didasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat.

7 Hal 2 Sementara itu, dalam rangka percepatan pada sektor air bersih dan sanitasi, dan untuk mencapai sasaran yang tertuang dalam RPMJN dan RPJMD Kabupaten Bantaeng dengan dilatarbelakangi oleh kondisi ketersediaan prasarana dan sarana Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang masih sangat terbatas, maka perlu kiranya suatu strategi dalam bidang air minum yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, syarat kontinuitas dan syarat keterjangkauan. Untuk meningkatkankan kualitas pelayanan tersebut, maka dilaksanakan inventarisasi kondisi eksisting akses air minum dan sanitasi di tingkat masyarakat, yang dalam dokumen ini disebut sebagai Penyusunan Data Base Akses Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bantaeng. Dokumen ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pelaku pembangunan/penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Bantaeng dengan memperhatikan : a) Adanya keinginan untuk meningkatkan kondisi air minum dan sanitasi Kabupaten Bantaeng yang ada saat ini, sesuai dengan sasaran atau kondisi yang diinginkan dalam pengembangan SPAM, baik dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan maupun hukum. b) Upaya pencapaian sasaran yaitu melalui perumusan tujuan dan sasaran strategi pengembangan SPAM yang merupakan hasil monitoring dan evaluasi sasaran pencapaian, yaitu penyesuaian dari kondisi yang diinginkan dengan kemampuan dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng terutama dalam hal pendanaan Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengumpulkan data primer dengan maksud untuk mengetahui : a) Gambaran kondisi eksisting akses air minum dan sanitasi serta pengaruh perilaku masyarakat terhadap kesehatan lingkungan. b) Tersedianya informasi dasar yang valid dalam penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan air minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan. c) Sebagai dasar pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk medukung dan berpartisipasi dalam pembangunan air minum dan sanitasi di Kabupaten Bantaeng Metode Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif dan terintegrasi melalui diskusi dan pembekalan yang dilakukan dengan dukungan Surveyor dan Koordinator kecamatan. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu yang secara bertahap menghasilkan laporan akhir yang lengkap berdasarkan hasil pengumpulan data primer yang dilaksanakan pada 67 Desa/ Kelurahan di 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng.

8 Hal 3 Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut : a) Studi dokumen dan analisa data sekunder. b) Tahap persiapan berupa pelatihan surveyor dan petugas entry data. c) Penentuan format data dilakukan bersama Pokja Sanitasi/AMPL. d) Pengumpulan data ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata akses air minum dan sanitasi di tingkat desa/kelurahan. e) Wawancara mendalam kepada narasumber kunci. f) Melakukan penginputan, penilaian dan analisa data untuk pemetaan kondisi akses air minum dan sanitasi berdasarkan hasil survey langsung. g) Penyusunan daftar hasil penginputan dan analisis dalam bentuk laporan akhir Metode Pengumpulan Data Sumber utama data adalah hasil survey yang dilaksanakan oleh surveyor terhadap seluruh penduduk yang berdomisili di Kabupaten Bantaeng. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara petugas survey dengan responden. Pengumpulan data menggunakan konsep usual residence, yaitu konsep dimana penduduk biasa bertempat tinggal. Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap dimana mereka biasa menetap, sedangkan untuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap dan sedang bepergian keluar wilayah dari dari 6 (enam) bulan, tidak dilakukan pencatatan, tetapi dicatat di tempat tujuan dalam wilayah Kabupaten Bantaeng. Sedangkan penduduk yang termasuk tidak bertempat tinggal tetap dan tidak dilakukan pencatatan adalah TKI/TKW, tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni perahu/rumah apung, masyarakat terpencil/terasing dan pengungsi Cakupan Kegiatan Survey lapangan berfokus pada jenis dan akses sanitasi serta sumber air minum masyarakat, yaitu : a) Jenis dan akses sanitasi, berupa : Leher angsa + tangki septik Cemplung yaitu Lubang galian tanah disertai tutup yang mencegah bau, vektor (tikus, lalat, kecoa) untuk mencemari lingkungan sekitar Numpang yaitu Menumpang buang air besar di WC Umum dan atau rumah tetangga dan atau rumah keluarga BABS (plengsengan) yaitu adanya kloset tetapi tidak memiliki bak penampungan tai. BABS (tanpa WC) yaitu tidak ada kloset dan tidak ada bak penampungan tai.

9 Hal 4 b) Sumber Air Minum/Bersih, berupa : Sumur bor Mata air pegunungan Sungai Sambungan Perpipaan seperti PDAM atau yang dikelola swasta/badan/ lembaga seperi BPSAM dan yang dikelola secara pribadi. Sumur gali/sumur gali plus Tidak ada akses, dengan kriteria tidak memenuhi syarat 4K, yaitu : o Kualitas air yang tidak berwarna, berbau dan berasa. o Kuantitas yaitu 60 liter/orang/hari o Kontinuitas yaitu tersedianya air secara terus menerus dari seminggu o Keterjangkauan yaitu jarak dari sumber air kurang dari 50 meter Untuk cakupan wilayah kegiatan ini melingkupi seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Bantaeng yaitu 45 Desa dan 12 Kelurahan dengan responden yang mencakup seluruh Rumah Tangga/Kepala Keluarga, sehingga hasil dari studi ini nantinya merupakan data lengkap berdasarkan by name by adress.

10 Hal 5 Bab 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTAENG 2.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 Km dari Kota Makassar ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05 º21 15 LS sampai 05º34 3 LS dan 119º51 07 BT sampai 120º51 07 BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dari permukaan laut dengan panjang pantai 21,5 Km. Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 Km2 atau sekitar 39,583 Ha atau hanya kurang lebih 0,8% dari luas total Sulawesi Selatan. Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 Kecamatan dengan 67 Kelurahan/Desa. Terdapat 15 Desa yang terletak di daerah pesisir dan 52 desa bukan merupakan daerah pesisir yang terletak pada daerah aliran sungai, lereng bukit dan juga ada yang terletak pada dataran. Selain itu, ada 15 desa berada di lembah DAS, 31 desa di lereng bukit dan 21 desa di dataran. Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut : a) Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompobattang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba. b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba. c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto. No Kecamatan Tabel 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Desa/kel Penduduk (Jiwa*) Luas (km 2 ) Persentase Terhadap Luas Kabupaten 1 Bissappu Bonto Manai ,30 % 2 Bantaeng Pallantikang ,29 % 3 Tompobulu Banyorang ,45 % 4 Uluere Loka ,00 % 5 Pa Jukukang Tanetea ,35 % 6 Eremerasa Ulugalung ,37 % 7 Sinoa Sinoa ,86 % 8 Gantarangkeke Gantarangkeke ,38 % Total ,00 % Sumber : Profil Kabupaten Bantaeng, 2016

11 Hal 6 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Bantaeng

12 Hal Kondisi Geomorfologi Kemiringan Berdasarkan kelerengan, lereng 2-15 % merupakan kelerengan terluas yaitu ha (42,64%). Sedangkan wilayah dengan lereng 0-2 % hanya seluas ha atau 14,99% dari luas wilayah dengan wilayah Kelerengan lebih dari 40% tidak diusahakan seluas ha atau 21,69 % dari luas wilayah yang merupakan kawasan hutan. Tabel 2.2. Letak Kabupaten Bantaeng Menurut Kemiringan Kemiringan Letak 0-2% Sepanjang pantai di Kec. Bissapu, Bantaeng dan Pa jukukang 2-15% Kec. Bissapu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Gantarang Keke 15-40% Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu > 40% Kec. Ulu Ere, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu Sumber : Bappeda Kab. Bantaeng Tahun Ketinggian Luas tutupan lahan terbesar adalah lahan kering yang diperuntukkan sebagai lahan perladangan, perkebunan, dan pertambakan. Porsi terbesar kedua adalah lahan persawahan, menyusul kawasan hutan baik hutan lindung maupun produksi terbatas. Sisanya adalah lahan gundul ataupun bersemak yang terlantar. Peruntukan lahan tersebut disesuaikan dengan kondisi kontur dan geomorfologi tanah. Tabel 2.3. Letak Kab. Bantaeng Menurut Ketinggian Ketinggian 0 10 Meter Meter Meter Meter Letak Terletak pada bagian selatan sepanjang pesisir pantai dan memanjang dari timur ke barat Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Pajukukang Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu, Kecamatan Pajukukang dan Gantarang Keke. Terletak di Kecamatan Bissapu, Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Tompobulu dan Pajukukang Di atas permukaan laut terletak di Kecamatan Bissapu, Meter Kecamatan Uluere, Kecamatan Bantaeng Eremerasa, Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Sinoa Diatas permukaan laut terletak di Kecamatan Uluere, 1000 Meter ke atas Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Tompobulu Sumber : Data BPS Tahun 2015

13 Hal Hidrologi Sumber air yang digunakan sebagai air baku untuk sistem penyediaan air bersih suatu kota dapat berasal dari mata air, air tanah dan air hujan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan penyediaan air bersih dalam jangka waktu tertentu dan jangka panjang, maka perlu memilih sumber air baku yang memenuhi syarat baik dari segi teknis, kondisi air baku maupun dari segi ekonomis. Sumber air yang terdapat di Kabupaten Bantaeng berdasarkan keberadaannya dapat diuraikan sebagai berikut : Air Permukaan Di Kota Bantaeng terdapat beberapa aliran sungai besar dan kecil yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan berfungsi sebagai drainase. Dari beberapa sungai yang ada, 3 diantaranya mengalir melintasi Kota Bantaeng yaitu: 1) Sungai Biangloe Sungai Biangloe mempunyai sumber mata air dari Gunung Lompobattang mengalir menyusuri desa Kampala dan desa Barua yang bermuara ke laut Flores. Debit air Sungai Biangloe pad kondisi musim kemarau berkisar antara 2,5 4 m 3 per detik dan pada saat kondisi normal biasanya mencapai m 3 per detik. Sungai Biangloe telah dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air baku dengan debit sebesar 20 liter/detik. 2) Sungai Celenduk Sungai Celenduk mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat kota dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1-3 m 3 per detik dan pada saat musim hujan mencapai 7 10 m 3 per detik. Pada saat ini sungai Celenduk dimanfaatkan sebagai irigasi desa. 3) Sungai Garegea Sungai Garegea yang mempunyai mata air dari gunung Lompobattang mengalir melewati pusat dan bermuara di laut Flores. Kapasitas debit air pada kondisi normal berkisar antara 1 2 m 3 per detik dan pada saat musim hujan bisa mencapai 4 6 m 3 per detik. Pada saat ini, sungai sungai Garegea belum dimanfaatkan.

14 Hal 9 Tabel 2.4. Sebaran Sungai di Kabupaten Bantaeng Kecamatan Sungai yang ada 1.Eremerasa 1. Sungai Kariu 2. Sungai Tindang Keke 3. Sungai Banca 4. Sungai Calendu 5. Sungai Biangloe 2. Bantaeng 1. Sungai Kassi kassi 2. Sungai Kayu Loe 3. Sungai Kariu 4. Sungai Calendu 5. Sungai Bialo 6. Sungai Bolang Sikuyu 3.Pa jukukang 1. Sungai Bangun Rua 2. Sungai Kalmassan 3. Sungai Tunrung Asu 4. Sungai Biangloe 5. Sungai Biangkeke 6. Sungai Pamosa 4. Ulu Ere - 5. Tompobulu - 6. Bissapu 1. Sungai Tinu 2. Sungai Cabodo 3. Sungai Batu Rinring 4. Sungai Lemosa 7. Gantarang Keke 1. Sungai Bangun Rua 2. Sungai Kalmassan 3. Sungai Bajiminasa 4. Sungai Tunrung Asu 5. Sungai Kaloling 6. Sungai Pamosa 8. Sinoa - Sumber : Data BPS Tahun Mata Air Beberapa sumber mata air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM : 1) Mata Air Eremerasa I dengan debit 25 liter/detik 2) Mata Air Eremerasa II dengan debit 50 liter/detik 3) IPA Bonto-Bonto dengan debit 20 liter/detik 4) Mata air Puccili di Desa Onto dengan debit 15 liter/detik 5) Mata air Alluloe di Desa Pa bentengan dengan debit 40 liter/detik 6) Mata air Biangloe di Desa Bonto Tallasa dengan debit 10 liter/detik Air Tanah Wilayah Kecamatan Bissapu dan Bantaeng merupakan daerah yang dilalui oleh beberapa anak sungai yang turut mempengaruhi kondisi air permukaan. Kebutuhan air minum di daerah ini sebagian besar diperoleh dari sumur permukaan dengan kedalaman 3-7 meter yang kondisinya baik. Sumur yang jaraknya dekat dengan garis pantai dipengaruhi oleh air laut sehingga tidak bisa dikonsumsi sebagai air minum Karakteristik Klimatologi Untuk Kabupaten Bantaeng, keadaan Klimatologis bervariasi, iklim untuk intensitas hujan rendah tetapi merata terjadi pada bulan oktober sampai dengan maret. Dukungan iklim sangat spesifik karena merupakan daerah peralihan antara iklim Barat dan iklim Timur. Iklim untuk intensitas hujan rendah tetapi merata terjadi pada bulan oktober sampai dengan maret.

15 Hal 10 Tabel 2.5. Curah Hujan Setiap Bulan (dalam mm) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Data BPS Tahun Intensitas hujan tinggi terjadi pada bulan april sampai juli terutama jatuh pada bulan juni sampai juli kemarau yang ekstrem terjadi pada bulan agustus sampai oktober. Disamping itu, juga terdapat sebelas buah sungai sedang dan kecil yang mengalir melintasi kota bermuara di Laut Flores Tabel 2.6. Hari Hujan Setiap Bulan (dalam hari) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Data BPS Tahun Karakteristik Batuan dan Tanah Kelompok batuan dalam Kabupaten Bantaeng dikelompokkan 6 satuan batuan dengan urutan pembentukan dari tua ke muda, yaitu : Satuan Tufa Satuan Breksi Lahar Satuan Lava Basal Satuan Agglomerat Satuan Intrusi Andesit Endapan Alluvial

16 Hal 11 Tabel 2.7. Persebaran Jenis Batuan Kabupaten Bantaeng Jenis Batuan Lokasi Alluvial Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng dan Kec. Pa jukukang Breksi Laharik Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pa jukukang Dan Kec. Gantarang Keke Kelompok Basal Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, dan Kec. Tompobulu Piroklastik Kec. Sinoa dan Kec. Tompobulu Sumber : Data BPS Tahun 2015 Tabel 2.8. Persebaran Jenis Tanah Kabupaten Bantaeng Jenis Batuan Lokasi Andosol Coklat Kec. Ulu Ere, Kec. Tompobulu Latosol Colat-Kuning Kec. Sinoa, Kec. Bantaeng, Kec. Eremerasa dan Kec. Tompobulu Mediteran Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, Kec. Sinoa, Kec. Eremerasa, Kec. Tompobulu, Kec. Pa jukukang Dan Kec. Gantarang Keke Regosol Coklat-Kelabu Kec. Bisappu, Kec. Bantaeng, dan Kec. Pa jukukang Sumber : Data BPS Tahun Kondisi Sosial dan Budaya Pendidikan Potensi sumberdaya manusia (SDM) suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Meningkatnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk berarti semakin meningkat pula kualitas sumberdaya manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik ditinjau dari sosial maupun ekonomi. Berdasarkan hasil Survery Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2015, partisipasi sekolah yang masih sekolah kelompok umur 7-12 sebanyak 99%, umur tahun sebanyak 86,55%, umur tahun sebanyak 61,81% dan umur tahun sebanyak 13,54%. Keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan antar lain dapat dilihat dengan meningkatnya Angka Partisipasai Murni (APS). APM ini adalah prosentase penduduk yang masih sekolah terhadap seluruh penduduk usia tersebut. Adapun APM di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2015 masih dodominasi pada jenjang pendidikan SD/MI yaitu 110,60, kemudian SMP/MTs 87,51% dan SMA/MA 56,48 dan SMK sebesar 22,35. Berdasarkan data tersebut diatas, salah satu faktor penunjang pendidikan di Kabupaten Bantaeng adalah tersedianya dan terpenuhinya fasilitas pendidikan yang cukup serta memadai. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada tabel berikut :

17 Hal 12 Tabel 2.9. Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bantaeng Kecamatan Sarana Pendidikan Khusus Umum Agama SLB/ Paket/ Sekolah terbuka TK SD SMP SMA SMK RA MI MTs MA Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Sumber : Bantaeng Dalam Angka Tahun Kesehatan Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat disamping telah tersedianya Rumah Sakit Umum (RSU) yang terdapat di Ibukota kabupaten, juga terdapat 13 Puskesmas/Pustu/PusKel yang tersebar di 8 (delapan) wilayah kecamatan. Disisi lain untuk menjangkau semua penduduk dalam wilayah kerja masing-masing yang agak sulit dilakukan Puskesmas, apalagi mengingat beberapa daerah memiliki kondisi geografis yang cukup sulit, maka tetap disiapkan fasilitas kesehatan lainnya yang setingkat dibawahnya yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas keliling (PusKel). Selain itu juga di Kabupaten Bantaeng telah tersedia pelayanan kesehatan gratis 24 jam yaitu Brigade Siaga Bencana (BSB) yang juga telah tersedia di beberapa kecamatan. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantaeng pada Tahun 2015 terdiri dari 1 rumah sakit, 13 puskemas, 237 posyandu, 5 klinik/balai kesehatan, 92 praktek dokter/bidan dan 15 apotek. Selain itu jumlah dokter spesialis sebanyak 11 orang, dokter umum sebanyak 28 orang dan dokter gigi sebanyak 16 orang. Kasus penyakit terbanyak pada tahun 2015 adalah ISPA yaitu sebanyak kasus, hipertensi sebanyak kasus dan gastritis sebanyak kasus. ibu hamil pada tahun 2015 sebanyak orang dan jumlah bayi lahir meningkat 6,96% dibanding tahun sebelumnya. Namun, jumlah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) juga meningkat 14,89% dibandingkan tahun 2014.

18 Hal 13 Tabel Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantaeng Kecamatan Rumah Sakit Rumah Bersalin Puskesmas/ Pustu/ Pusling Posyandu Klinik/ Balai Kesehatan Praktek Dokter/ Bidan Apotek Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Sumber : Bantaeng Dalam Angka Tahun Agama penduduk yang beragama Islam pada Tahun 2015 tercatat sebanyak orang atau 99,69% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng. Sedangkan persentase penduduk yang menganut agama Protestan, Katolik, Hindu dan Budha sebanyak 0,31%. Pada tahun 2015 terdapat 375 Masjid dan 145 Mushola untuk umat Islam. Dan juga terdapat 3 Gereja untuk umat Kristen. Sayangnya belum tersedia peribadatan Pura dan Vihara Kesejahteraan Sosial Pada Tahun 2014, garis kemiskinan di Kabupaten Bantaeng meningkat menjadi Rp ,00 dan persentase penduduk miskin menurun menjadi 9,68%. Gambar 2.1. Grafik Kemiskinan Kabupaten Bantaeng

19 Hal Ekonomi Adanya pergeseran peranan pada PDRB Kabupaten Bantaeng belum merubah peranan sektor pertanian dalam pembentukan total PDRB Kabupaten Bantaeng sebesar 32,12%. Sektor ini terutama didukung oleh sub sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Hal ini memberikan gambaran bahwa perubahan Nilai Tambah Bruto (NTB) di sektor pertanian akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Tahun 2015 pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Bantaeng mengalami peningkatan yaitu sudah mencapai Rp perbulan, meningkat dari tahun 2014 yang baru mencapai perbulan. Adanya peningkatan tersebut mengindikasikan adanya perbaikan kesejahteraan penduduk di daerah ini yang salah satunya dapat diukur melalui perkembangan tingkat pendapatan.

20 Hal 15 Bab 3 KERANGKA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI 3.1. Target Pencapaian Universal Access Upaya pencapaian target RPJMN bidang Cipta Karya yaitu 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak, perlu perlu didorong melalui optimalisasi perencanaan, pemrograman, penganggaran, dan pengendalian. Secara Nasional saat ini capaian akses air minum baru mencapai 67%, akses sanitasi layak 60% dan menyisakan 12% kawasan permukiman kumuh. Oleh karena itu, untuk mencapai target RPJMN, dilakukan capaian rata-rata 6% sampai 7% per tahun bidang air minum dan sanitasi. Dibandingkan capaian 25 tahun sebelumnya yang rata-rata 3% per tahunnya. Karena itu diharapkan penguatan peran berbagai pihak untuk mengawal perencanaan, seperti Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) di Kawasan Strategis Nasional (KSN), mengkoordinasikan dan mefasilitasi keterpaduan program, menggali potensi sumber pendanaan dari Corporate Social Responsibility (CSR), membangun image yang baik dengan publikasi, membantu administrasi keuangan dan pegelolaan aset Barang Milik negara (BMN), dan tugas-tugas lainnya.

21 Hal Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bantaeng Sesuai dengan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang disusun oleh Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten Bantaeng, ditetapkan Visi Sanitasi Kabupaten Bantaeng adalah : TerwujudnyaKabupaten Bantaeng yang Bersih dan Sehat Melalui Peningkatan Program Sanitasi menuju Wilayah Terkemuka Berwawasan Lingkungan pada Tahun 2018 Dalam mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi sesuai sub sektor sanitasi yaitu Air Limbah Domestik, Persampahan, Drainase dan Promosi, Hygiene dan Sanitasi (Prohisan). a) Misi Air Limbah Domestik 1) Meningkatkan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan air limbah domestik. 2) Menyusun dan mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang pengelolaan air limbah domestik. 3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan. 4) Pemanfaatan teknologi tepat guna dalam pengelolaan air limbah domestik. b) Misi Persampahan 1) Mengurangi timbulan sampah melalui Pemanfaatan teknologi tepat guna. 2) Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat, swasta dan pemerintah dalam pengelolaan persampahan. 3) Mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang pengelolaan persampahan. 4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan. 5) Meningkatkan cakupan dan layanan persampahan kepada masyarakat. c) Misi Drainase 1) Meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan drainase. 2) Mewujudkan sistem tata kelola drainase yang berwawasan lingkungan. 3) Meningkatkan pembangunan prasarana drainase untuk mencapai kualitas permukiman yang sehat. 4) Mengoptimalkan anggaran pembangunan dan pemeliharaan drainase. 5) Mengoptimalkan pelaksanaan regulasi tentang drainase.

22 Hal 17 d) Misi Promosi, Hygiene dan Sanitasi (Prohisan) 1) Meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi, kampanye, publikasi dan sosialisasi. 2) Meningkatkan penganggaran program Prohisan. 3) Peningkatan akses pelayanan melalui penyediaan sarana dan prasarana prohisan. 4) Meningkatkan koordinasi antar lintas sektor untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat. 5) Peningkatan kualitas petugas kesehatan dalam melayani masyarakat.

23 Hal 18 Bab 4 ANALISA HASIL PENGUMPULAN DATA 4.1. Informasi Umum Responden Dari hasil survei yang telah dilakukan, jumlah penduduk sebanyak jiwa, dengan penduduk terbanyak adalah perempuan sebanyak jiwa atau 50,94%. Sedangkan jumlah penduduk Laki-Laki sebanyak jiwa atau 49,06%. Dari hasil perhitungan data tersebut, didapatkan jumlah Rumah Tangga (RT) adalah sebanyak RT atau sebanyak Kepala Keluarga. Yang artinya jika dirataratakan bahwa setiap Rumah Tangga terdapat 1,2 Kepala Keluarga atau dalam setiap Rumah Tangga terdapat 4 jiwa dan setiap Kepala Keluarga terdapat kurang lebih 3,4 orang anggota keluarga. Adapun rekapitulasi perhitungan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Rekapitulasi Perhitungan Penduduk di Kabupaten Bantaeng Kecamatan Penduduk (Jiwa) Laki- Laki Perempuan RT KK Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

24 Hal Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi Dari hasil survey, didapatkan hasil rekapitulasi data untuk jenis dan akses sanitasi per Kecamatan adalah sebagai berikut : Kecamatan Tabel 4.2. Rekapitulasi Jenis dan Akses Sanitasi di Kabupaten Bantaeng (dalam skala Rumah Tangga) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Berdasarkan data tersebut diatas, masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan Buang Air Besar Sembarangan yaitu BABS plengsengan sebesar 3,03% dan BABS tanpa WC sebesar 18,12%. Numpang BABS Cemplung Sanitasi LA+Septik Gambar 4.1. Grafik Jenis dan Akses Sanitasi Kabupaten Bantaeng

25 Hal Rekapitulasi Akses Air Minum Dari hasil survey, didapatkan hasil rekapitulasi data untuk akses air minum per Kecamatan adalah sebagai berikut : Kecamatan Tabel 4.3. Rekapitulasi Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng (Tingkat Rumah Tangga) Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR PDAM/ yang dikelola Swasta/Pribadi SG/ SG Plus Tidak ada Akses Bissappu Uluere Sinoa Bantaeng Eremerasa Tompobulu Pajukukang Gantarangkeke Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Dari data diatas, terdapat masih adanya masyarakat yang belum mendapat akses air minum yang layak yaitu sekitar 19,91%. Sebagian besar wilayah yang tidak mendapatkan akses berada di wilayah pesisir. Tidak adanya akses air minum ini dikarenakan dari beberapa hal yaitu jauhnya titik sumber air bersih dan pada musim kemarau sumber air menjadi kering, kuantitas dan kontinuitas serta kualitas air bersih yang masih kurang. Tidak ada akses Sumur Gali/Sumur Gali Plus Air Minum Sambungan Rumah / PDAM Sungai Mata Air Pegunungan Sumur Bor Gambar 4.2 Grafik Akses Air Minum Kabupaten Bantaeng

26 Hal Perincian Jenis dan Akses Sanitasi Untuk perincian jenis dan akses sanitasi yang didapatkan dari hasil pendataan di tiap Desa/Kelurahan yaitu sebagai berikut : Kecamatan Bantaeng Dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (berdasarkan hasil pendataan), dengan luas yang hanya 28,85 km2 atau hanya 7,29% dari total luas Kabupaten Bantaeng sehingga Kecamatan Bantaeng adalah kecamatan yang terpadat dari semua Kecamatan di Kabupaten Bantaeng. Hal ini dikarenakan bahwa ibu kota kabupaten berada di kecamatan ini. Terdapat 8 Kelurahan dan 1 Desa, kepadatan penduduk yaitu di Kelurahan Pallantikang sebesar jiwa. Desa/ Kelurahan Tabel 4.4. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bantaeng (skala RT) Penduduk (jiwa) Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) 1. Tappanjeng Pallantikang Letta Lembang Lamalaka Mallilingi Karatuang Onto Kayuloe Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Kepala Keluarga (KK) Presentase 68,08% 5,75% 7,70% 3,56% 14,92% Tabel 4.5. Rincian Akses Air Minum di Kecamatan Bantaeng (skala RT) Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses 1. Tappanjeng Pallantikang Letta Lembang Lamalaka Mallilingi Karatuang Onto Kayuloe Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Presentase 0,96% 0,20% 0,91% 75,53% 7,93% 14,46%

27 Hal 22 Gambar 4.3 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bantaeng

28 Hal Kecamatan Sinoa Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Sinoa sebanyak jiwa, dengan luas 43 km2 atau 10,86% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa, dan yang terpadat yaitu di Desa Bonto Bulaeng sebanyak jiwa. Untuk Kecamatan Sinoa, masih cukup tinggi yang melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABS) yaitu 32,27% atau sekitar jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum sebesar 24,89% atau sebanyak jiwa. Desa/ Kelurahan Penduduk (jiwa) Tabel 4.6. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Sinoa (skala RT) Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) Bonto Karaeng Bonto Bulaeng Bonto Tiro Bonto Maccini Bonto Matene Bonto Majannang Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Presentase 51,25% 1,60% 14,88% 1,53% 30,73% Desa/ Kelurahan Kepala Keluarga (KK) Tabel 4.7. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Sinoa (skala RT) Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Bonto Karaeng Bonto Bulaeng Bonto Tiro Bonto Maccini Bonto Matene Bt. Majannang Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Presentase 0% 54,95% 0,20% 19,95% 0% 24,89%

29 Hal 24 Gambar 4.4 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Sinoa

30 Hal Kecamatan Uluere Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Uluere sebanyak jiwa, dengan luas 67,29 km2 atau 17% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa, dan yang terpadat yaitu di Desa Bonto Lojong sebanyak jiwa. Terletak di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit yaitu di kaki gunung Bawakareng. Untuk Kecamatan Uluere, masih cukup tinggi yang melakukan Buang Air Besar Sembarang (BABS) yaitu 10,58% atau sekitar jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum sebesar 9,18% atau sebanyak jiwa. Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Uluere terdapat 2 Desa yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS dengan toleransi 10 RT kebawah yaitu Desa Bonto Marannu dan Desa Bonto Lojong. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Desa Bonto Rannu yaitu 131 RT atau 531 jiwa. Desa/ Kelurahan Penduduk (jiwa) Tabel 4.8. Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Uluere (skala RT) Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) Bonto Marannu Bonto Daeng Bonto Rannu Bonto Tangnga Bonto Tallasa Bonto Lojong Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Kepala Keluarga (KK) Presentase 60,04% 1,69% 27,68% 1,48% 9,11% Tabel 4.9. Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Uluere (skala RT) Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Bonto Marannu Bonto Daeng Bonto Rannu Bonto Tangnga Bonto Tallasa Bonto Lojong Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Presentase 0% 8,42% 1,40% 80,42% 0,58% 9,18%

31 Hal 26 Gambar 4.5 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Uluere

32 Hal Kecamatan Tompobulu Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Tompobulu sebanyak jiwa, merupakan kecamatan terluas dengan luas 76,99 km2 atau 19,45% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 6 Desa dan 4 Kelurahan, dan yang terpadat yaitu di Kelurahan Lembang Gantarangkeke sebanyak jiwa. Terletak di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit pada ketinggian antara 500 sd mdpl. Data BABS di Kecamatan Tompobulu termasuk rendah yaitu 5,85% atau hanya sekitar jiwa, tapi untuk data yang masih belum mendapat akses air minum termasuk tinggi yaitu sebesar 19,32% atau sebanyak jiwa. Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Tompobulu terdapat 2 Desa/ Kelurahan yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS dengan toleransi 10 RT kebawah yaitu Kelurahan Ereng-Ereng dan Desa Pattaneteang. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Kelurahan Lembang Gantarangkeke sebanyak 179 RT atau 671 jiwa. Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Tompobulu (skala RT) Leher Numpang BABS BABS Rumah Angsa + (WC Umum Penduduk Cemplung (Plengsengan) WC) (Tanpa Tangga Tangki dan (jiwa) (RT) Septik Tetangga) Banyorang Ereng-Ereng Campaga Lembang Gt.Keke Labbo Pattaneteang Pattallassang Balumbung Bonto Tappalang Bonto-Bontoa Presentase 84,76% 4,86% 4,52% 2,72% 3,14% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Tompobulu (skala RT) SR/ Mata Air SGL/ Tidak Kepala Rumah Sumur PDAM/ Pegunungan Plus Akses Sungai SGL Ada Keluarga Tangga Bor Swasta/ (KK) (RT) Pribadi Banyorang Ereng-Ereng Campaga Lembang Gt.Keke Labbo Pattaneteang Pattallassang Balumbung Bonto Tappalang Bonto-Bontoa Presentase 0,68% 44,94% 0,37% 33,79% 0,89% 19,32% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

33 Hal 28 Gambar 4.6 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Tompobulu

34 Hal Kecamatan Pajukukang penduduk Kecamatan Pajukukang sesuai hasil pendataan sebanyak jiwa, dengan luas 48,9 km2 atau 12,35% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 10 Desa dimana 9 diantaranya berada di daerah pesisir pantai dan hanya 1 Desa yang tidak berbatasan dengan laut flores. Data BABS di Kecamatan Pajukukang termasuk sangat tinggi yaitu 40,25% atau sebanyak 12,126 jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum juga termasuk tinggi yaitu sebesar 17,60% atau sebanyak jiwa. Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Pajukukang (skala RT) Leher Numpang BABS BABS Rumah Angsa + (WC Umum Penduduk Cemplung (Plengsengan) WC) (Tanpa Tangga Tangki dan (jiwa) (RT) Septik Tetangga) Biangkeke Biangloe Pajukukang Borongloe Baruga Nipa-Nipa Lumpangan Rappoa Papan Loe Batu Karaeng Presentase 48,62% 2,74% 8,39% 5,24% 35,01% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Pajukukang (skala RT) SR/ Mata Air SGL/ Tidak Kepala Rumah Sumur PDAM/ Pegunungan Plus Akses Sungai SGL Ada Keluarga Tangga Bor Swasta/ (KK) (RT) Pribadi Biangkeke Biangloe Pajukukang Borongloe Baruga Nipa-Nipa Lumpangan Rappoa Papan Loe Batu Karaeng Presentase 15,81% 0,91% 0,48% 42,80% 22,39% 17,6% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

35 Hal 30 Gambar 4.7 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Pajukukang

36 Hal Kecamatan Bissappu penduduk Kecamatan Bissappu sesuai hasil pendataan sebanyak jiwa, dengan luas 32,84 km2 atau 8,30% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 4 Desa dan 7 Kelurahan. 4 Kelurahan diantaranya berada di daerah pesisir. Topografi Kecamatan Bissappu berada di antara dataran rendah hingga dataran berbukit yaitu antara mdpl. Berdasarkan data survey, BABS di Kecamatan Pajukukang masih cukup tinggi yaitu 26,07% atau sebanyak jiwa, dan yang masih belum mendapat akses air minum juga termasuk tinggi yaitu sebesar 25,61% atau sebanyak jiwa. Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Bissappu (skala RT) Leher Numpang BABS BABS Rumah Angsa + (WC Umum Penduduk Cemplung (Plengsengan) WC) (Tanpa Tangga Tangki dan (jiwa) (RT) Septik Tetangga) Bonto Manai Bonto Rita Bonto Lebang Bonto Atu Bonto Sunggu Bonto Salluang Bonto Loe Bonto Jaya Bonto Langkasa Bonto Cinde Bonto Jai Presentase 63,5% 2,55% 7,87% 3,63% 22,44% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Bissappu (skala RT) SR/ Mata Air SGL/ Tidak Kepala Rumah Sumur PDAM/ Pegunungan Plus Akses Sungai SGL Ada Keluarga Tangga Bor Swasta/ (KK) (RT) Pribadi Bonto Manai Bonto Rita Bonto Lebang Bonto Atu Bonto Sunggu Bonto Salluang Bonto Loe Bonto Jaya Bonto Langkasa Bonto Cinde Bonto Jai Presentase 1,14% 0,76% 1,64% 65,03% 5,82% 25,61% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

37 Hal 32 Gambar 4.8 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Bissappu

38 Hal Kecamatan Eremerasa Berdasarkan hasil pendataan, jumlah penduduk Kecamatan Eremerasa sebanyak jiwa, dengan luas 45,01 km2 atau 11,37% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 9 Desa dan yang terpadat yaitu di Desa Ulugalung sebanyak jiwa. Terletak di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan topografi berbukit pada ketinggian antara 500 sd mdpl. Data BABS di Kecamatan Eremerasa termasuk masih tinggi yaitu 18,63% atau hanya sekitar jiwa, tapi untuk data yang masih belum mendapat akses air minum termasuk rendah yaitu hanya sebesar 8,01% atau sebanyak jiwa. Di Kecamatan Eremerasa ini, terdapat beberapa Desa yaitu diantaranya Desa Kampala yang merupakan kawasan sumber air baku untuk PDAM Kabupaten Bantaeng yang sudah berjalan puluhan tahun yang menyuplai sebagian kebutuhan masyarakat di daerah perkotaan. Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Eremerasa (skala RT) Leher Numpang BABS BABS Rumah Angsa + (WC Umum Penduduk Cemplung (Plengsengan) WC) (Tanpa Tangga Tangki dan (jiwa) (RT) Septik Tetangga) Ulugalung Lonrong Barua Kampala Pabentengan Mappilawing Pabumbungan Mamampang Parangloe Presentase 70,14% 2,40% 8,83% 2,09% 16,54% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Eremerasa (skala RT) SR/ Mata Air SGL/ Tidak Kepala Rumah Sumur PDAM/ Pegunungan Plus Akses Sungai SGL Ada Keluarga Tangga Bor Swasta/ (KK) (RT) Pribadi Ulugalung Lonrong Barua Kampala Pabentengan Mappilawing Pabumbungan Mamampang Parangloe Presentase 0,06% 0% 0,18% 91,62% 0,12% 8,01% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

39 Hal 34 Gambar 4.9 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Eremerasa

40 Hal Kecamatan Gantarangkeke penduduk Kecamatan Gantaragkeke sesuai hasil pendataan sebanyak jiwa, dengan luas 52,95 km2 atau 13,38% dari total luas Kabupaten Bantaeng. Terdapat 4 Desa dan 2 Kelurahan. Topografi Kecamatan Gantarangkeke berada di antara dataran rendah dengan ketinggian yaitu antara mdpl. Berdasarkan data survey, BABS di Kecamatan Gantarangkeke termasuk rendah yaitu 9,76% atau sebanyak jiwa, akan tetapi yang masih belum mendapat akses air minum masih cukup tinggi yaitu sebesar 39,62% atau sebanyak jiwa. Berdasarkan data yang didapat, untuk Kecamatan Gantarangkeke terdapat 1 Desa yang bisa dikategorikan Desa ODF atau desa yang sudah bebas dari BABS yaitu Desa Bajiminasa. Dan yang masih banyak melakukan BABS yaitu Kelurahan Tanahloe sebanyak 153 RT atau 600 jiwa. Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Sanitasi di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) Penduduk (jiwa) Rumah Tangga (RT) Leher Angsa + Tangki Septik Cemplung Numpang (WC Umum dan Tetangga) BABS (Plengsengan) BABS (Tanpa WC) Gantarangkeke Tanah Loe Tombolo Kaloling Layoa Bajimanasa Presentase 81,19% 6,48% 2,57% 1,06% 8,69% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016 Desa/ Kelurahan Tabel Rincian Jenis dan Akses Air Minum di Kecamatan Gantarangkeke (skala RT) Kepala Keluarga (KK) Rumah Tangga (RT) Sumur Bor Mata Air Pegunungan Sungai SR/ PDAM/ Swasta/ Pribadi SGL/ SGL Plus Tidak Ada Akses Gantarangkeke Tanah Loe Tombolo Kaloling Layoa Bajimanasa Presentase 11,92% 23,40% 1,08% 9,97% 14,01% 39,62% Sumber : Hasil Analisa Data, 2016

41 Hal 36 Gambar 4.10 Gambar Peta Akses Sanitasi dan Air Minum Kecamatan Gantarangkeke

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk (orang) Bissappu 32, , Uluere 67, , Sinoa 43, ,81 3.

Jumlah Penduduk (orang) Bissappu 32, , Uluere 67, , Sinoa 43, ,81 3. 2.1. Profil Kabupaten Bantaeng 2.1.1. Kependudukan Kecamatankecamatan di Kabupaten Bantaeng mempunyai kepadatan penduduk yang berbedabeda. Tidak meratanya distribusi penduduk disebabkan karena beberapa

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab. 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1. Geografis, Administratif Dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Bab. 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab. 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab. 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan sanitasi suatu masyarakat, dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

Sukses Story Kabupaten Bantaeng Dalam Pengembangan Desa

Sukses Story Kabupaten Bantaeng Dalam Pengembangan Desa Sukses Story Kabupaten Bantaeng Dalam Pengembangan Desa Disampaikan Dalam Rangka Rapat Koordinasi Nasional Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pusat dan Daerah KEMENDAGRI Ruang Lingkup 1. Profil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V Area Beresiko Sanitasi BAB V Area Beresiko Sanitasi 6 BAB 5 Area Beresiko Sanitasi Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG

PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG PEMERINTAH KABUPATEN BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2012 2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTAENG,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012) 4.1 Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian. Bab empat (IV) ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman tahun 2012-2016 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI Bab ini merupakan milistone keempat penyusunan Buku Putih Sanitasi yang sangat penting bagi Kabupaten karena akan menetapkan prioritas wilayah

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN BAB IV GAMBARAN DAERAH PERENCANAAN 4.1 KEADAAN FISIK 4.1.1 Geografi Kabupaten Rembang terletak antara 111 0.00-111 0.30 BT dan 6 0.30-7 0.60 LS dengan luas 1.014,08 km 2. Jenis tanah terdiri atas kandungan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kota Bontang Tahun 0 05. Program dan kegiatan ini disusun sesuai dengan strategi untuk

Lebih terperinci

Dalam pertemuan tersebut telah disepakati keseragaman besaran Biaya Pemanggilan dan Pemberitahuan berdasarkan Radius sebagai berikut: 1.

Dalam pertemuan tersebut telah disepakati keseragaman besaran Biaya Pemanggilan dan Pemberitahuan berdasarkan Radius sebagai berikut: 1. HtKI IA - AtiAKA No : W22.U5/ /Pdt.04.01/VII/2016 Pada hari Selasa 12 Juli 2016 telah dilangsungkan pertemuan diruang Wakil Ketua Pengadilan Negeri Bantaeng untuk membahas masalah Keseragaman Penetapan

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Dari hasil analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap sub-sektor sanitasi maka telah dirumuskan tentang tujuan, sasaran dan strategi. Tujuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sub DAS Cikapundung 4.1.1 Letak dan luas Daerah Sungai Cikapundung terletak di sebelah utara Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, dan merupakan bagian hulu Sungai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN BAB III III.1 Gambaran Umum Kabupaten Indramayu III.1.1 Kondisi Geografis dan Topografi Kabupaten Indramayu berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Secara geografis Kabupaten Indramayu berada pada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN Orientasi program pengembangan sanitasi dalam konteks Kabupaten Pangkajene Kepulauan dijabarkan dalam

Lebih terperinci

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI Oleh: MADE YATI WIDHASWARI NRP. 3310 202 712 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. NIEKE KARNANINGROEM,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita sekalian.

SAMBUTAN. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita sekalian. KATA PENGANTAR Kecamatan Adiwerna Dalam Angka Tahun 2008, merupakan publikasi data statistik dan data sekunder yang memuat data lengkap dan diterbitkan secara series setiap tahunnya tentang Kacamatan Adiwerna.

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci