KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2018 Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Boediarso Teguh Widodo. Laporan Kinerja 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2018 Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Boediarso Teguh Widodo. Laporan Kinerja 2017"

Transkripsi

1

2

3

4

5 i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan penjelasan secara ringkas dan lengkap ikhtisar capaian kinerja sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja yang telah ditetapkan. Sebagai tindak lanjut atas amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang kemudian diatur dalam PERMENPANRB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas Laporan Kinerja, Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun 2017 disusun sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja dalam pencapaian visi dan misi DJPK di tahun anggaran Secara internal, Laporan Kinerja ini berfungsi sebagai salah satu alat untuk memacu peningkatan kinerja masing-masing unit di lingkungan DJPK. Sedangkan secara eksternal, merupakan alat kendali, alat penilai kinerja secara kuantitatif dan perwujudan transparansi pelaksanaan tugas dan fungsi DJPK dalam rangka mewujudkan good governance. Sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan, DJPK telah menerapkan metode Balance Score Card (BSC) sebagai alat manajemen kinerja. Kinerja DJPK diukur berdasarkan penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis (SS) yang tertuang dalam peta strategis di dokumen Perjanjian Kinerja DJPK Tahun Selanjutnya, DJPK telah berupaya memberikan kontribusi yang optimal dalam rangka mendukung terwujudnya Nawa Cita selaras dengan arah kebijakan dan strategi Kementerian Keuangan kurun waktu Kontribusi tersebut diwujudkan dalam perbaikan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang desentralisasi fiskal, perimbangan keuangan, dan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan semangat dan tekad yang kuat, DJPK fokus menuju perubahan yang lebih baik dalam menjalankan tugas dan fungsinya merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah dalam rangka peningkatan kinerja. Akhirnya, untuk membangun pencapaian yang lebih baik, DJPK akan senantiasa berupaya melakukan perbaikan di segala bidang serta memberikan pelayanan terbaik bagi para pemangku kepentingan. Jakarta, Februari 2018 Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Boediarso Teguh Widodo Laporan Kinerja 2017

6 ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK IKHTISAR EKSEKUTIF PENDAHULUAN A. Tugas dan Fungsi B. Struktur Organisasi C. Aspek dan Isu Strategis Organisasi D. Sumber Daya Manusia E. Sumber Pendanaan PERENCANAAN KINERJA A. Visi, Misi, dan Tujuan B. Sasaran Strategis dan Sasaran Program/Kegiatan C. Indikator kinerja Utama 2017 AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi B. Realisasi Anggaran PENUTUP LAMPIRAN i ii iii iv v vi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

7 iii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi DJPK Gambar 2 Peta Strategi DJPK Tahun 2017 Gambar 3 Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Laporan Kinerja 2017

8 iv DAFTAR TABEL Tabel 1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan Tabel 3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Tabel 4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Eselonisasi Tabel 5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Usia Tabel 6 Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Tabel 7 Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Unit Eselon II Tabel 8 Sasaran Program/Kegiatan DJPK Tahun 2017 Tabel 9 Indikator Kinerja Utama DJPK Tahun 2017 Tabel 10 Perkembangan Indikator Kinerja Utama DJPK TA.2013 s.d. TA.2017 Tabel 11 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (1) Tabel 12 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (2) Tabel 13 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (3) Tabel 14 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (4) Tabel 15 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (5) Tabel 16 Data Penghitungan Indeks Williamson Tabel 17 Variabel Kebutuhan Fiskal Tabel 18 Variabel Kapasitas Fiskal Tabel 19 Daftar Rancangan Peraturan Selesai Tahun 2017 Tabel 20 Kriteria Pencapaian Output TKDD Tabel 21 Pelaksanaan Uji Kompetensi Jafung AKPD Tahun 2017 Tabel 22 Kurikulum Diklat Jafung AKPD Tahun 2017 Tabel 23 Pelatihan /Diklat Jafung AKPD Tahun 2017 Tabel 24 Rincian Target dan Realisasi Pengembangan dan Implementasi SIKD Tahun 2017 Tabel 25 Rincian Program/Kegiatan Pengembangan dan Implementasi SIKD Tahun 2017 Tabel 27 Keterangan Formulasi Persentase Penyelesaian Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang Telah Ditindaklanjuti Tabel 28 Rincian Downtime sistem TIK di DJPK Tahun 2017 Tabel 29 Layanan TIK DJPK Tahun 2017 Tabel 30 Formulasi Indeks Implementasi ITSM Tahap I Tabel 31 Indikasi Kebutuhan Pendanaan dalam Renstra DJPK Tahun Tabel 32 Dukungan Pendanaan Capaian Kinerja DJPK 2017 (1) Tabel 33 Dukungan Pendanaan Capaian Kinerja DJPK 2017 (2) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

9 v DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Perkembangan NKO DJPK Tahun 2017 Grafik 2 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPK Tahun 2017 Grafik 3 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d Grafik 4 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d Grafik 5 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d Laporan Kinerja 2017

10 vi IKHTISAR EKSEKUTIF Untuk kurun waktu , Kementerian Keuangan berkomitmen mengarahkan kebijakan dan strateginya dalam rangka mendukung sembilan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang dalam Nawa Cita. Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan serta mendorong strategi reindustrialisasi dalam transformasi ekonomi dengan tetap mempertahankan keberlanjutan fiskal melalui peningkatan mobilisasi penerimaan Negara dan peningkatan kualitas belanja Negara, optimalisasi pengelolaan risiko pembiayaan/utang dan peningkatan kualitas pengelolaan kekayaan Negara. Pertumbuhan perekonomian nasional yang inklusif sesungguhnya bertumpu pada pertumbuhan perekonomian daerah, yang pelaksanaannya akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan desentralisasi fiskal serta pengembangan organisasi dan sumber daya manusia pengelola kebijakan ini. Dalam hal ini Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memiliki peran penting dalam pencapaian sasaran strategis tersebut sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun , terutama dalam mendukung Nawa Cita yang terkait langsung dengan tugas dan fungsi DJPK. Arah perbaikan yang dilakukan oleh DJPK adalah agar kebijakan desentralisasi fiskal tidak hanya sematamata berfokus pada perimbangan keuangan, namun harus lebih mampu menjawab berbagai tantangan untuk dapat memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui terciptanya keseimbangan kapasitas fiskal, pemerataan layanan publik, belanja daerah yang berkualitas, transparansi dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mencapai hal tersebut dan mendukung pencapaian Nawa Cita terutama pada Nawa Cita-3 dan Nawa Cita ke-7, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada tahun mempunyai program Peningkatan Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Program tersebut selaras dengan visi DJPK, yaitu Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat Dan Daerah Berkelas Dunia Yang Adil Dan Transparan. Empat misi DJPK dalam rangka mewujudkan visi tersebut, yaitu mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel, melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif, menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah yang akurat, transparan, dan tepat waktu serta meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. Dalam pencapaian visi dan misi serta melaksanakan peranannya, pada tahun 2017 DJPK telah menetapkan 22 Indikator Kinerja Utama sebagai alat pengukur pencapaian kinerja selama tahun 2017, antara lain: 1. Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan antar Daerah; 2. Rasio PDRD terhadap PDRB; 3. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan; 4. Persentase Daerah yang Memiliki APBD yang Sehat; 5. Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas; 6. Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD); 7. Persentase Pencapaian Output Dari Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; 8. Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat; 9. Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity Building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah; 10. Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah; 11. Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang terintegrasi; Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

11 vii 12. Persentase Rekomendasi BPK Atas LKPP dan LK BUN yang Telah Ditindaklanjuti; 13. Persentase Kepatuhan Daerah Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah; 14. Persentase Daerah yang Memiliki Kas Wajar; 15. Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan; 16. Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I; 17. Indeks Tata Kelola Organisasi; 18. Persentase Implementasi RBTK; 19. Persentase Downtime Sistem TIK; 20. Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I; 21. Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu; dan 22. Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran. Dari 22 IKU yang ditetapkan, sebanyak 4 IKU merupakan IKU yang diamanatkan dalam Rencana Strategis DJPK Tahun dan sebanyak 18 IKU lainnya merupakan hasil penyempurnaan dan penyesuaian atas perubahan struktur organisasi dan arah kebijakan terkini. Sepanjang tahun 2017, DJPK telah berupaya melakukan perbaikan dan meningkatkan kinerjanya, sehingga seluruh yang telah ditetapkan pada awal tahun berstatus hijau. Pencapaian tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang berhasil mencapai 16 IKU berstatus hijau dan 2 IKU berstatus kuning dari 18 IKU yang ditetapkan pada tahun Laporan Kinerja 2017

12

13 Laporan Kinerja

14 2 BAB 1 P E N D A H U L U A N A. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan merupakan salah satu unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang mempunyai core business untuk melaksanakan kebijakan desentralisasi fiskal yang adil, proporsional, transparan, dan akuntabel melalui pengalokasian dan penyaluran transfer ke daerah. Sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah; 5). Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah; 6). Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal perimbangan Keuangan; dan 7). Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh Menteri Keuangan. Berkenaan dengan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan tujuh fungsi, yaitu: 1). Perumusan kebijakan di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah; 2). Pelaksanaan kebijakan di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah; 3). Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang alokasi dan pengelolaan dana perimbangan dan transfer ke daerah lainnya, serta pajak dan retribusi daerah; 4). Pemberian bimbingan teknis dan supervisi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

15 3 B. Struktur Organisasi Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan terdiri dari lima unit eselon II yaitu: 1). Sekretariat Direktorat Jenderal 2). Direktorat Dana Perimbangan; 3). Direktorat Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah; 4). Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan; dan 5). Direktorat Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah. Laporan Kinerja 2017

16 4 C. Aspek dan Isu Strategis Organisasi Rencana strategis Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) merupakan salah satu pengemban tugas dalam pencapaian sasaran strategis Kementerian Keuangan di bidang belanja negara, yaitu peningkatan kualitas perencanaan, penganggaran, pelaksanaan anggaran, dan transfer ke daerah. Dalam hal ini, DJPK berperan penting dalam mewujudkan hubungan keuangan pusat dan daerah yang adil dan transparan. Visi DJPK untuk menjadi pengelola hubungan fiskal pusat dan daerah berkelas dunia yang adil dan transparan merupakan penjabaran dari peran strategis tersebut. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan bukan lagi hanya sebagai pengelola perimbangan keuangan pusat dan daerah, melainkan sebuah organisasi pengelola hubungan fiskal pusat dan daerah. Perubahan ini memberikan perluasan makna, lingkup, serta arah kebijakan desentralisasi fiskal ke depan menuju hubungan keuangan pusat dan daerah yang lebih baik. Hal ini merupakan aspek strategis yang tercermin dari visi DJPK yang diharapkan akan menciptakan kemudahan dalam penyediaan dan pemenuhan pelayanan publik di daerah, perubahan kondisi perekonomian yang lebih baik, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal, pada tahun 2017 DJPK berinisiatif untuk menghadirkan pemerintah pada seluruh wilayah Indonesia melalui sinkronisasi penganggaran pusat dan daerah. Tujuan dari inisiatif strategis tersebut adalah meningkatkan efektivitas TKDD dalam mendorong percepatan penyediaan layanan publik dasar yang berstandar nasional dalam rangka mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar daerah. Tujuan tersebut sejalan dengan arahan Presiden agar pendekatan penganggaran lebih fokus pada program/kegiatan (money follow program) yang terkait langsung dengan Prioritas Nasional sehingga dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Selain itu, inisiatif tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa isu strategis, antara lain belum sinkronnya penganggaran program/kegiatan di daerah yang bersumber dari Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dengan penganggaran Kementerian/lembaga di daerah, masih rendahnya kualitas belanja daerah, terbatasnya layanan publik dasar bagi masyarakat miskin, serta kurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat usia produktif. Untuk menjawab berbagai isu strategis tersebut, DJPK membuat beberapa terobosan, antara lain mengintegrasikan mekanisme perencanaan dan penganggaran belanja Kementerian/lembaga dan transfer ke daerah dengan memperhatikan money follow program, menyusun rambu-rambu penggunaan dana block grant, serta pemanfaatan hasil monev transfer spesifik dalam kebijakan pemberian reward and punishment. Dalam rangka mewujudkan terobosan-terobosan tersebut, telah disusun rencana kegiatan dalam kurun waktu Beberapa diantaranya telah selesai dilaksanakan pada tahun 2017, yaitu Penetapan revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa pada bagian rambu-rambu penggunaan dana block grant, perumusan reward and punishment dan pelaksanaan aturan block grant dalam RUU Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dan UU APBN, serta sinkronisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) berbasis proposal dengan program-program yang dihimpun dari Musrenbang. Adapun kegiatan lainnya sedang dalam proses dan akan dilanjutkan pada tahun 2018, antara lain penerapan web based reporting system dalam pelaporan Transfer Spesifik, pembangunan Executive Information System (EIS) Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), serta pengembangan peran fungsional analis keuangan daerah untuk meningkatkan kualitas kebijakan/penyusunan anggaran. Terobosan dan kegiatan yang telah dilakukan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, kesehatan fiskal, serta pemerataan kualitas layanan dasar publik. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

17 5 D. Sumber Daya Manusia Tabel 1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan Jenis Kelamin Jumlah Jenis Kelamin Jumlah Pria 408 I - Wanita 154 II 176 Total 562 III 324 IV 62 Total 562 Tabel 2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan Tabel 4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Eselonisasi Jenis Kelamin Jumlah Jenis Kelamin Jumlah SIII 3 I 1 SII 128 II 5 SI 237 III 23 DIV 26 IV 97 DIII 141 Jafung 54 D1 12 Pelaksana 382 SLTA 13 Total 562 SLTP 1 SD 1 Total 562 Tabel 5 Komposisi Pegawai Berdasarkan Kelompok Usia Jenis Kelamin Jumlah >56 9 Total 562 Laporan Kinerja 2017

18 6 E. Sumber Pendanaan Pada tahun anggaran 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memperoleh pendanaan sebagai berikut. Tabel 6 Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja Realisasi Pagu Sebelum Pagu Setelah Jenis Belanja % Self-Blocking Self-Blocking Rupiah Sebelum Setelah Self-Blocking Self-Blocking Belanja 34,632,363,000 28,951,057,000 28,676,039, % 99.05% Pegawai Belanja Barang 73,087,438,000 69,709,803,000 61,653,759, % 88.44% Belanja Modal 21,295,295,000 20,854,236,000 19,551,285, % 93.75% Total Belanja 129,015,096, ,515,096, ,806,744, % 91.88% Tabel 7 Pagu dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Unit Eselon II Realisasi Pagu Sebelum Pagu Setelah Jenis Belanja % Self-Blocking Self-Blocking Rupiah Sebelum Setelah Self-Blocking Self-Blocking Direktorat 7,860,222,000 7,491,475,000 6,928,863, % 92.49% DAPER (1687) Direktorat 4,688,042,000 4,476,791,000 4,246,498, % 94.86% EPIKD (1688) Direktorat 8,234,057,000 6,802,120,000 6,365,730, % 93.58% PKKD (1689) Direktorat 14,415,728,000 13,181,764,000 10,609,201, % 80.48% PTNDP (1690) SEKRETARIAT 93,817,047,000 87,562,946,000 81,656,449, % 93.25% (1691) TOTAL 129,015,096, ,515,096, ,806,744, % 91.88% Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

19 Laporan Kinerja

20 8 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

21 Laporan Kinerja

22 10 BAB 2 P E R E N C A N A A N K I N E R J A A. Visi, Misi, dan Tujuan Visi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis DJPK Tahun adalah Menjadi Pengelola Hubungan Fiskal Pusat dan Daerah Berkelas Dunia yang Adil dan Transparan. Dengan visi tersebut, DJPK sebagai unit pengelola dan pelaksana kebijakan desentralisasi fiskal bertekad untuk menjadikan pelaksanaan dan pengelolaan desentralisasi fiskal di Indonesia sebagai praktik pengelolaan hubungan fiskal pusat dan daerah yang berkelas dunia dan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam penerapan kebijakan desentralisasi fiskal. Untuk mewujudkan visi di atas, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menetapkan misi sebagai berikut: 1. Mewujudkan perumusan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel; 2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif; 3. Menyelenggarakan sistem informasi keuangan daerah yang akurat, transparan, dan tepat waktu; dan 4. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah. 2. Peningkatan kualitas evaluasi hubungan keuangan pusat dan daerah serta Peningkatan kualitas informasi keuangan daerah yang lengkap dan akurat; 3. Peningkatan kualitas kebijakan dibidang pendapatan daerah yang dapat mengakomodir keberagaman dan karakteristik daerah; 4. Peningkatan kualitas pembiayaan daerah serta kapasitas pengelola keuangan daerah; dan 5. Peningkatan kualitas dukungan manajeman, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, DJPK menetapkan beberapa tujuan, yaitu: 1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antar daerah; Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

23 11 B. Sasaran Strategis dan Sasaran Program/Kegiatan Dalam rangka mendukung pencapaian lima tujuan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan telah menetapkan lima sasaran strategis yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan pada kurun waktu , kelima sasaran strategis tersebut adalah : 1. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah dan antar daerah adalah pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang berkualitas dan optimal. 2. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan peningkatan kualitas evaluasi hubungan keuangan pusat dan daerah seta peningkatan kualitas informasi keuangan daerah yang lengkap dan akurat adalah monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif serta penyediaan informasi keuangan daerah yang transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan akuntabel. 3. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan Peningkatan kualitas pendapatan daerah yang dapat mengakomodir keberagaman dan karakteristik daerah adalah penciptaan kemandirian ekonomi daerah melalui tata kelola Pajak dan Retribusi Daerah disesuaikan dengan karakteristik masingmasing daerah; 4. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan peningkatan kualitas pendapatan daerah dan kapasitas pengelola keuangan daerah adalah pendapatan daerah yang optimal dan pengelola keuangan daerah yang handal. 5. Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam tujuan Peningkatan kualitas dukungan manajeman, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan adalah penyerapan anggaran sesuai target, pengelolaan SDM DJPK, penataan prosedur kerja yang efektif dan efisien. Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis DJPK Tahun , pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis DJPK diimplementasikan dalam program Peningkatan Kualitas Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Perumusan Kebijakan, Pembinaan, dan Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. 2. Perumusan Kebijakan, Pemantauan, dan Evaluasi di Bidang Pendanaan Daerah dan Ekonomi Daerah, Penyusunan Laporan Keuangan Transfer ke Daerah serta Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Daerah 3. Perumusan Kebijakan dan Pembinaan di Bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 4. Perumusan Kebijakan dan Pembinaan di Bidang Pembiayaan dan Kapasitas Daerah. 5. Dukungan manajemen, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Dalam rangka implementasi program dan kegiatan DJPK tahun 2017, dalam dokumen Perjanjian Kinerja DJPK tahun 2017 ditetapkan 12 sasaran program/kegiatan 2017 yang merupakan turunan dari Sasaran Strategis DJPK sebagaimana Tabel 8. Laporan Kinerja 2017

24 12 Tabel 8 Sasaran Program/Kegiatan DJPK Tahun 2017 Sasaran Strategis 1. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang berkualitas dan optimal Sasaran Program/Kegiatan 1. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat yang Adil dan Transparan 2. Pemenuhan Layanan Publik 3. Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal 4. Perumusan kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas 2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif serta penyediaan informasi keuangan daerah yang transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan akuntabel 3. Penciptaan kemandirian ekonomi daerah melalui tata kelola Pajak dan Retribusi Daerah disesuaikan dengan karakteristik masingmasing daerah 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sehat 6. Sistem Informasi Keuangan Daerah yang Andal 7. Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif 4. Pendapatan daerah yang optimal dan pengelola keuangan daerah yang handal 5. Penyerapan anggaran sesuai target, pengelolaan SDM DJPK, penataan prosedur kerja yang efektif dan efisien 8. Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang Optimal 9. SDM yang kompetitif 10. Organisasi yang kondusif 11. Sistem Informasi Manajemen yang Andal 12. Pelaksanaan Anggaran yang Optimal Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

25 13 C. Indikator Kinerja Utama 2017 Peta Strategi DJPK 2017 di atas menggambarkan posisi 12 Sasaran Program/Kegiatan di dalam 4 kelompok perspektif balance scorecard. Sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja DJPK, terdapat 22 Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2017 yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilan pencapaian 12 Sasaran Program/ Kegiatan dengan rincian seperti dapat dilihat pada Tabel 9. Laporan Kinerja 2017

26 14 Tabel 9 Indikator Kinerja Utama DJPK Tahun 2017 Sasaran Program/Kegiatan 1. Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat yang Adil dan Transparan Indikator Kinerja 1. Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah 2. Rasio Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto 2. Pemenuhan Layanan Publik Indeks Kepuasan Pengguna Layanan 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang sehat 4. Perumusan kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas 5. Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal Persentase Daerah yang Memiliki APBD Yang Sehat Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas 1. Persentase efektivitas pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 2. Persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 3. Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat 6. Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang Optimal 1. Persentase pemerintah daerah yang melakukan kerjasama penyelenggaraan capacity building di bidang pengelolaan keuangan daerah 2. Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah 7. Sistem Informasi Keuangan Daerah yang Andal 8. Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang terintegrasi 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti 2. Persentase kepatuhan daerah terhadap pemenuhan kewajiban pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

27 15 Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja 3. Persentase daerah yang memiliki kas wajar 9. SDM yang kompetitif 1. Persentase pejabat yang memenuhi standar kompetensi jabatan 2. Persentase pelaksanaan program internship dan secondment tahap I 10. Organisasi yang kondusif 1. Indeks tata kelola organisasi 2. Persentase implementasi inisiatif RBTK 11. Sistem informasi manajemen yang andal 1. Persentase downtime sistem TIK 2. Indeks implementasi IT Service Management tahap I 3. Persentase pengembangan aplikasi internal tepat waktu 12. Pelaksanaan anggaran yang optimal Persentase kualitas pelaksanaan anggaran Laporan Kinerja 2017

28 16 Perbandingan IKU DJPK dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam tabel perkembangan IKU DJPK tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perkembangan Indikator Kinerja Utama DJPK TA.2013 s.d. TA.2017 No Indeks Pemerataan Keuangan Antar Daerah Indeks Pemerataan Kemampuan Antar Daerah Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan antar Daerah Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah 2 Persentase Ketepatan Jumlah Penyaluran Dana Transfer Ke Daerah Rasio Ketimpangan Fiscal Pusat Dan Daerah Rasio Penerimaan PDRD terhadap PDRB Rasio PDRD terhadap PDRB Rasio PDRD Terhadap PDRB 3 Persentase Perda PDRD yang Sesuai Dengan Peraturan Perundang- Undangan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan 4 Persentase Penyelesaian Detail Design E-SIKD Persentase Defisit APBD yang Terkendali Persentase Defisit APDB yang Terkendali Persentase Daerah yang Memiliki APBD yang Sehat Persentase Daerah yang Memiliki APBD yang Sehat 5 Persentase Ketepatan Waktu Pemberian Persetujuan atas Defisit APBD yang Dibiayai dari Pinjaman yang Terkendali Persentase SILPA yang terkendali Persentase Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) yang terkendali Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD Yang Berkualitas 6 Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD Yang Transparan, Akuntabel Dan Tepat Waktu Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Transparan, Akuntabel, dan Tepat Waktu Persentase Alokasi DAK Infrastruktur Transportasi, Sarana Prasarana Pelayanan Dasar, dan Kedaulatan Pangan terhadap Seluruh Alokasi DAK Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa (TKDD) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

29 17 No Persentase Penyampaian APBD Tepat Waktu Persentase Ketepatan Jumlah Penyaluran Transfer ke Daerah Persentase Ketepatan Jumlah Penyaluran Transfer ke Daerah Persentase Penyaluran Dana Desa yang Berbasis pada Kinerja Penyerapan Persentase Pencapaian Output Dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa Terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 8 Persentase Realisasi Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah Tepat Waktu Persentase Perda PDRD Yang Sesuai Dengan Peraturan Perundang- Undangan Persentase Peraturan Daerah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Perda PDRD) yang Sesuai dengan Peraturan Perundangundangan Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat 9 Rata-Rata Persentase Realisasi Janji Layanan Unggulan Persentase Ketepatan Waktu Pemberian Persetujuan atas Pelampauan Deficit APBD yang Dibiayai dari Pinjaman Indeks Kualitas Laporan Keuangan BA dan Persentase Kerjasama Penyelenggaraan In-House Training dengan Pemerintah Daerah Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity Building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah 10 Tingkat Efektivitas Edukasi dan Komunikasi Indeks Opini BPK Atas BA Persentase Kelulusan Peserta TOT Pengelolaan Keuangan Daerah yang Bersertifikat Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah 11 Persentase Ketersediaan Informasi Keuangan Daerah Sesuai Rencana Persentase Kelulusan Peserta KKD/KKDK Persentase Penerapan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) Persentase Pengembangan Dan Implementasi SIKD yang Terintegrasi Laporan Kinerja 2017

30 18 No Persentase Pengenaan Sanksi Terhadap Daerah Yang Melanggar Ketentuan Perundang- Undangan Yang Berlaku Persentase Sebaran Daerah Peserta KKD/KKDK Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti Persentase Rekomendasi BPK Atas LKPP Dan LK BUN Yang Telah Ditindaklanjuti 13 Persentase Pemda Yang Menetapkan Perda Pajak Bumi Dan Bangunan Perkotaan Dan Pedesaan (PBB-P2) Persentase Perkembangan Pembangunan SIKD Yang Terintegrasi Indeks Kesehatan Organisasi Persentase Rekomendasi atas Evaluasi Raperda Persentase Kepatuhan Daerah Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah 14 Indeks Opini BPK Atas BA Persentase Pengembangan Pemeringkatan Daerah Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Persentase Pejabat yang memenuhi standar kompetensi jabatan Persentase Daerah Yang Memiliki Kas Wajar 15 Persentase Pejabat Yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Persentase Pejabat Yang Telah Mnemenuhi Standar Kompetensi Jabatan Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja Persentase Pencapaian Transformasi Kelembagaan DJPK Persentase Pejabat Yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan 16 Persentase Pegawai Yang Memenuhi Standar Jamlat Indeks Kesehatan Organisasi Persentase Downtime Sistem TIK Persentase Pelaksanaan Program Internship Dan Secondment Tahap I 17 Nilai Reformasi Birokrasi Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu Indeks Tata Kelola Organisasi 18 Persentase Policy Recommendation Hasil Pengawasan Yang Ditindaklanjuti Persentase Penyerapan Anggaran Dan Pencapaian Output Belanja Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Persentase Implementasi Inisiatif RBTK Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

31 19 No Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko 20 Persentase Akurasi Data SIMPEG 21 Persentase Penyelesaian Pembangunan Sistem Informasi Yang Mendukung Proses Bisnis 22 Persentase Pertukaran Data Oleh Unit Eselon I Persentase Downtime Sistem TIK Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran 23 Persentase Penyerapan DIPA (Non Belanja Pegawai) 24 Persentase Penyelesaian Kegiatan Belanja Modal Dalam DIPA Laporan Kinerja 2017

32 20 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

33 Laporan Kinerja

34 22 BAB 3 A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A A. Capaian Kinerja Organisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) digunakan untuk mengukur capaian kinerja yang didasarkan atas pola Balance Scorecard. Pola pengukuran kinerja dengan pendekatan IKU memberikan informasi yang lebih objektif terutama memberikan arah organisasi berjalan dengan lebih baik. Adapun pencapaian IKU pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (1) Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks STAKEHOLDER PERSPECTIVE (25%) Hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang adil, transparan, dan akuntabel 1a Indeks pemerataan kemampuan keuangan antardaerah ,720 0, b Rasio PDRD terhadap PDRB 2,25 2, CUSTOMER PERSPECTIVE (15%) Pemenuhan layanan publik a Indeks kepuasan pengguna layanan 4,30 4, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

35 23 Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks 3 Anggaran pendapatan dan belanja daerah yang sehat 3a Persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat ,25% 89,88% Pada Stakeholder Perspective, terdapat 1 (satu) sasaran program/kegiatan, yaitu hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang adil, transparan, dan akuntabel. Sasaran program/ kegiatan tersebut diukur oleh 2 (dua) IKU, yaitu indeks pemerataan kemampuan keuangan antardaerah dan rasio PDRD terhadap PDRB. Keduanya berhasil mencapai target yang telah ditentukan dengan indeks capaian masing-masing adalah sebesar 117,08 dan 100,89. Sehingga dengan bobot sebesar 25%, bidang stakeholder perspective memberikan kontribusi nilai sebesar 108,99 terhadap nilai kinerja organisasi. Bidang kedua, yaitu Customer Perspective, terdiri atas 2(dua) sasaran program/kegiatan, yaitu Sasaran pemenuhan layanan publik dengan IKU Indeks Kepuasan Layanan serta Sasaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang Sehat dengan IKU Persentase Daerah yang Memiliki APBD yang Sehat. Kedua IKU tersebut juga berhasil mencapai target yang ditentukan dan memperoleh nilai indeks capaian masing-masing sebesar 101,40 dan 109,28. Dengan bobot 15%, customer perspective berhasil memperoleh nilai indeks capaian sebesar 105,34 untuk nilai kinerja organisasi. Tabel 12 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (2) Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE (30%) 104,89 4 Perumusan Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas 4a Persentase penyelesaian perumusan kebijakan HKPD yang berkualitas 5 Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang optimal % 100% a 5b Persentase efektivitas pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 100% 100% % 100% Laporan Kinerja 2017

36 24 Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks 5c Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat 5% 0,08% Dalam bidang Internal Process Perspective, terdapat lima sasaran program/kegiatan. Pertama, Sasaran Perumusan Kebijakan Hubungan Pusat dan Daerah (HKPD) yang Berkualitas terdiri dari 1 (satu) IKU, yaitu IKU Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang berkualitas. IKU tersebut berhasil mencapai target dengan indeks capaian sebesar 100. Kedua, Sasaran Pengelolaan Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah (HKPD) yang Optimal terdiri dari 3 (tiga) IKU, yaitu IKU Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa (TKDD), IKU Persentase Pencapaian Output Dari Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa Terhadap Penyerapan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa, dan IKU Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat. Ketiga IKU tersebut berhasil mencapai target dengan indeks capaian masingmasing sebesar 100, 120, dan 120. Tabel 13 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (3) Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks 6 Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah yang Optimal 6a Persentase pemerintah daerah yang melakukan kerjasama penyelenggaraan capacity building di bidang pengelolaan keuangan daerah 6b Persentase pelaksanaan jabatan fungsional analis keuangan pusat dan daerah 7 Sistem informasi keuangan daerah yang andal 7a Persentase pengembangan dan implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang terintegrasi 8 Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif 8a Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti 8b Persentase kepatuhan daerah terhadap pemenuhan kewajiban pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 8c Persentase daerah yang memiliki kas wajar % 53.25% % 100% % 100% % 87,5% % 100% % 85,06% Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

37 25 Ketiga, Sasaran Pengembangan Kapasitas Pengelola Keuangan Daerah Yang Optimal terdiri dari 2 (dua) IKU, yaitu IKU Persentase Pemerintah Daerah Yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity Building Di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah dan IKU Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat Dan Daerah. Keduanya juga berhasil mencapai target dengan indeks capaian masingmasing adalah sebesar 106,50 dan 100. Keempat, Sasaran Sistem Informasi Keuangan Daerah yang Andal terdiri dari 1 (satu) IKU, yaitu IKU Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang Terintegrasi. IKU tersebut berhasil mencapai target yang telah ditetapkan dengan indeks capaian sebesar 100. Kelima, Sasaran Pengendalian Mutu Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Efektif terdiri dari 3 (tiga) IKU, yaitu IKU Persentase Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang Telah Ditindaklanjuti, IKU Persentase Kepatuhan Daerah Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, serta IKU Persentase Daerah Yang Memiliki Kas Wajar. Ketiga IKU tersebut pun berhasil mencapai target dengan indeks capaian masing-masing adalah sebesar 116,67, 105,26, dan 100,07. Dengan bobot 30%, kontribusi yang diberikan bidang internal process perspective terhadap nilai kinerja organisasi adalah 104,89. Tabel 14 Hasil Pencapaian Kinerja DJPK Tahun 2017 (4) Kode SS/IKU Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Utama Target 2017 Realisasi 2017 Indeks LEARNING & GROWTH PERSPECTIVE (30%) SDM yang kompetitif a 9b Persentase pejabat yang memenuhi standar kompetensi jabatan Persentase pelaksanaan program internship dan secondment tahap I 95% 98.41% % 100% Organisasi yang kondusif a Indeks tata kelola organisasi 77 86, b Persentase implementasi inisiatif RBTK 90% 94% Sistem informasi manajemen yang andal a Persentase downtime sistem TIK 1% 0,005% b Indeks implementasi IT Service Management tahap I 11c Persentase pengembangan aplikasi 100% 100% internal tepat waktu 12 Pelaksanaan anggaran yang optimal a Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 104,35% Nilai Kinerja Organisasi0 107,80 Laporan Kinerja 2017

38 26 Pada bidang Learning and Growth Perspective, terdapat empat sasaran program/kegiatan. Pertama, Sasaran Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari 2 (dua) IKU, yaitu IKU Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan dan IKU Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I. Kedua IKU tersebut berhasil mencapai target dengan indeks capaian masing-masing adalah sebesar 103,59 dan 100. Kedua, Sasaran Organisasi yang Kondusif terdiri dari 2 (dua) IKU, yaitu IKU Indeks Tata Kelola Organisasi dan IKU Persentase Implementasi RBTK. Kedua IKU tersebut juga dapat mencapai target yang telah ditentukan dengan indeks capaian sebesar 111,97 dan 104,44. Ketiga, Sasaran Sistem Informasi Manajemen Yang Andal terdiri atas 3 (tiga) IKU, yaitu IKU Persentase Downtime Sistem TIK, IKU Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I, dan IKU Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu. Ketiga IKU tersebut berhasil mencapai target dengan indeks capaian masing-masing adalah sebesar 120, 100, dan 100. Keempat, Sasaran Pelaksanaan Anggaran Yang Optimal terdiri dari 1 (satu ) IKU, yaitu IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran. IKU tersebut berhasil mencapai target dengan indeks capaian sebesar 109,84. Dengan bobot sebesar 30%, bidang Learning And Growth Perspective memberikan kontribusi nilai sebesar 106,39 terhadap nilai kinerja organisasi. Berdasarkan kontribusi nilai dari keempat perspektif di atas, diperoleh nilai kinerja organisasi DJPK tahun 2017 sebesar 107,80. Nilai tersebut meningkat dari nilai kinerja organisasi tahuntahun sebelumnya. Tahun 2016, DJPK berhasil memperoleh nilai kinerja organisasi sebesar 104,23. Sedangkan, tahun 2015 nilai kinerja organisasi DJPK adalah sebesar 102,26. Pada tahun 2014 dan 2013, berhasil diperoleh nilai kinerja organisasi DJPK masing-masing adalah sebesar 107,72 dan 103,35. Sesuai hasil pencapaian kinerja yang telah diuraikan di atas, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan memiliki 4 komponen perspective, 12 sasaran program/ kegiatan dan 22 indikator kinerja utama (IKU). Sampai dengan 31 Desember 2017, seluruh IKU berstatus warna hijau atau berhasil mencapai target seluruhnya. Grafik 1 Perkembangan NKO DJPK Tahun 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

39 27 Grafik 2 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPK Tahun 2017 Berikut ini gambaran difinisi, formulasi perhitungan, dan penjelasan capaian masingmasing IKU disertai dengan komparasi pencapaian antar tahun dan capaian jangka menengah : 1a CP Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Daerah merupakan IKU yang bertujuan untuk menentukan tingkat ketimpangan antar daerah dalam perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU). Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal antar daerah. Dalam hal ini, alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan antar daerah dalam perhitungan DAU tersebut adalah Indeks Williamson. Di mana : IW = Indeks Williamson Yi = Pendapatan daerah dalam APBD perkapita di daerah i Y = Pendapatan daerah dalam APBD perkapita rata-rata seluruh daerah secara nasional Pi = Jumlah penduduk daerah i Pn = Jumlah penduduk nasional Indeks Williamson (IW) yang paling optimal diperoleh dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar dan/atau variabel Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal. Indeks ini diperoleh dari hasil rata-rata tertimbang IW provinsi dan kabupaten/ kota seluruh Indonesia dimana penentuan atas simulasi pembobotan variabel perhitungan disepakati bersama dengan DPR. Rumusan indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan antardaerah adalah sebagai berikut: Besarnya Indeks williamson (IW) adalah 0 < IW < 1 IW = 0, berarti pemerataan kemampuan keuangan antardaerah sangat merata IW = 1, berarti pemerataan kemampuan keuangan antardaerah sangat tidak merata (kesenjangan sempurna) IW ~ 0, berarti pemerataan kemampuan keuangan antardaerah semakin mendekati merata IW ~ 1, berarti pemerataan kemampuan keuangan antardaerah semakin mendekati tidak merata. Laporan Kinerja 2017

40 28 Target IKU tahun 2017 adalah indeks 0,72. Target ini lebih kecil dari tahun 2016, yaitu indeks 0,725. Polarisasi data ditetapkan menggunakan minimize, dimana semakin kecil nilai Indeks Williamson atau mendekati 0 (nol) menunjukkan semakin kecilnya tingkat ketimpangan antar daerah yang berarti tingkat pemerataan kemampuan keuangan daerah semakin baik. Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah dilaporkan pada triwulan IV tahun 2017 dengan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir). Perimbangan Keuangan Tahun , target IKU untuk tahun 2017 adalah sebesar 0,73. Capaian IKU yang diperoleh pada tahun 2017 tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Pada tahun 2016, realisasi IKU berhasil mencapai 0,706 dari target sebesar 0,725. Tahun 2015, realisasi IKU adalah 0,725 dari target 0,74. Tahun 2014, realisasinya adalah sebesar 0,73 dari target sebesar 0,76. Tahun 2013, realisasi IKU berhasil mencapai 0,75 dari target 0,76. Sedangkan, tahun 2012 adalah 0,74 dari target sebesar 0,8. Realisasi IKU Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah tahun 2017 adalah 0,597 sehingga nilai capaiannya adalah 117,08. Realisasi tersebut berhasil memenuhi target, baik yang tercantum pada perjanjian kinerja maupun dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun Dalam dokumen Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tabel 15 Data Penghitungan Indeks Williamson Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

41 29 Grafik 3 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d Capaian realisasi IKU yang berhasil melebihi target dikarenakan telah dilaksanakannya beberapa tindakan dalam rangka meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan daerah, antara lain: 1. Kebijakan perbaikan bobot dalam perhitungan DAU adalah sebagai berikut: a). Porsi DAU untuk provinsi sebesar 14,1% dari pagu DAU nasional dan kabupaten/kota sebesar 85,9% dari pagu DAU nasional. b). Bobot Alokasi Dasar (AD) terhadap porsi DAU provinsi sebesar 55% dan DAU kabupaten/kota sebesar 47,5%, dan AD tidak dimaksudkan untuk menutup seluruh kebutuhan belanja gaji PNSD. Sehingga bobot Celah Fiskal (CF) terhadap porsi DAU provinsi sebesar 45% dan DAU kabupaten/ kota sebesar 52,5%. c). Bobot masing-masing variabel Kebutuhan Fiskal seperti tampak pada Tabel 16 d). Bobot masing-masing variabel Kapasitas Fiskal seperti tampak pada Tabel Alokasi DAU per daerah dihitung berdasarkan formula sesuai Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 yaitu Alokasi Dasar dan Celah Fiskal. Dalam rangka memperbaiki pemerataan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah yang ditunjukkan dengan Indeks Williamson yang semakin baik, dilakukan penyesuaian alokasi DAU per daerah : a). Penyesuaian ke bawah secara proporsional untuk daerah-daerah yang mengalami kenaikan alokasi DAU dengan tetap mempertahankan afirmasi kepada daerah kepulauan; dan b). Penyesuaian ke atas untuk daerah-daerah yang mengalami penurunan alokai DAU, sehingga tidak ada daerah yang mengalami penurunan DAU 2018 dibandingkan dengan Alokasi DAU pada APBNP TA Penyesuaian DAU Kabupaten/Kota yang mempunyai kapasitas dan ruang fiskal yang sangat terbatas: a). Daerah dengan kapasitas fiskal sangat terbatas yaitu daerah yang mengalami penurunan DBH yang sangat besar (lebih Laporan Kinerja 2017

42 30 Tabel 16 Variabel Kebutuhan Fiskal Tabel 17 Variabel Kapasitas Fiskal Variabel Provinsi Kab/ Kota Indeks IKK 20% 24% Indeks Luas Wilayah 15% 13% (Luas Laut) 100% 100% Indeks Jumlah Penduduk 31% 31% Indeks Invers IPM 22% 20% Indeks PDRB/Kapita 12% 12% Variabel Provinsi Kab/ Kota PAD 60% 60% DBH Pajak DBH SDA dari Rp1.000,0 miliar); dan b). Daerah dengan ruang fiskal yang sangat terbatas yaitu daerah yang mempunyai ruang fiskal kurang dari 15% (lima belas persen) terhadap pendapatan yang penggunaannya bersifat umum; disepakati alokasi DAU Kabupaten/Kota dalam APBN-P 2017 sama dengan pagu yang ditetapkan dalam APBN 2017 (induk) bagi daerah yang bersangkutan atau tetap tidak mengalami perubahan. 4. Penyesuaian DAU Kabupaten/Kota lainnya ditetapkan dengan langkah-langkah kebijakan sebagai berikut: a). Pembatasan rentang penurunan (capping) DAU sebagai berikut: Daerah yang terkoreksi di atas minus 1% ditetapkan penurunan 1%; Daerah yang turun antara 1% sampai dengan 2% ditetapkan penurunan sesuai persentase penurunan bagi daerah yang bersangkutan; dan Daerah yang turun di atas 2% ditetapkan penurunan 2%. b). Mengalokasikan sisa/kelebihan DAU pasca penyesuaian secara proporsional kepada seluruh Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten/ Kota yang alokasi DAU-nya tetap, sehingga hasil akhir pembatasan penurunan DAU Kabupaten/Kota menjadi berkisar antara 0,8% sampai dengan 1,8% dibandingkan pagu DAU dalam APBN Keberhasilan pencapaian IKU Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah yang jauh melampaui targetnya berdampak pada meningkatnya nilai target IKU ini di tahun berikutnya. Untuk mengantisipasi pencapaian target IKU yang semakin menantang ditahun yang akan datang, langkah-langkah strategis yang akan dilaksanakan DJPK antara lain sebagai berikut : 1. Menyempurnakan formulasi DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar (gaji PNSD) dan Celah Fiskal, dengan memperhitungkan beban pengalihan urusan antar tingkat pemerintahan, sehingga formulasi DAU semakin fokus pada tujuan pemerataan kemampuan fiskal antardaerah untuk penyelenggaraan pembangunan daerah; 2. Melakukan rapat koordinasi data perhitungan DAU dengan Diektorat Evaluasi Pengelolaam dan Informasi Keuangan Daerah (EPIKD) yaitu Subdit Data Keuangan Daerah (DKD) dan Subdit Data Non Keuangan Daerah (DNKD) terkait data untuk penghitungan alokasi DAU; dan 3. Melakukan rapat dalam rangka perencanaan dan pengalokasian DAU dengan Kementerian Teknis (Kementerian Dalam Negeri, Badan Pusat Statistik, Kementerian PAN-RB, Badan Informasi dan Geospasial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) terkait penjelasan data untuk penghitungan alokasi DAU. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

43 31 1b N Rasio PDRD Terhadap PDRB Rasio PDRD terhadap PDRB merupakan ratarata PDRD terhadap PDRB Pemerintah Daerah seluruh Indonesia. Pemilihan PDRB tersebut dilakukan melalui identifikasi sektor PDRB (basis ekonomi) yang terkait dengan objek PDRD. Indikator Kinerja Utama Rasio PDRD terhadap PDRB menggambarkan kinerja pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dari sumber-sumber ekonomi yang ada di daerah yang dapat dilihat dari besarnya PDRB daerah. IKU tersebut bertujuan untuk membandingkan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah tahun berjalan dengan PDRB tahun berjalan. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan komponen terbesar dari Pendapatan Asli Daerah, sehingga berperan penting dalam membiayai pembangunan. Berikut formulasi penghitungan Rasio PDRD terhadap PDRB. PDRD Non Migas merupakan 7 sektor PDRB lapangan usaha non migas yaitu sektor pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, real estat, dan jasa lainnya. Pemilihan PDRB tersebut dilakukan setelah melalui identifikasi sektor PDRB (basis ekonomi) yang terkait dengan objek PDRD. Data penghitungan realisasi IKU Tahun 2017 terdiri dari data PDRD per Pemda yang merupakan data proyeksi PDRD yang dihitung dengan menggunakan pendekatan rata-rata pertumbuhan PDRD dari tahun 2014 s.d 2016 dan data PDRB per Pemda yang merupakan data proyeksi PDRB yang dihitung dengan menggunakan pendekatan ratarata pertumbuhan PDRB dari tahun 2014 s.d Grafik 4 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d Laporan Kinerja 2017

44 32 IKU Rasio PDRD terhadap PDRB memiliki target sebesar 2,25 pada tahun Target tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan menggunakan metode maximize, dimana semakin tinggi rasio PDRD terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maka semakin baik kinerja pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan periode pelaporan secara tahunan, realisasi IKU Rasio PDRD terhadap PDRB dilaporkan pada akhir tahun. Pada tahun 2017, realisasi IKU Rasio PDRD terhadap PDRB adalah 2,27 dengan indeks capaian sebesar 100,89. Realisasi tersebut meningkat dari realisasi tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2016 realisasinya adalah sebesar 2,09 dari target sebesar 2 dan realisasi tahun 2015 adalah 1,8 dari target sebesar 1,7. Dibandingkan dengan target kinerja jangka menengah yang terdapat pada dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun , realisasi capaian IKU Rasio PDRD terhadap PDRB selalu memenuhi target yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung oleh upaya DJPK untuk melakukan koordinasi dengan Badan Pendapatan Daerah terkait strategi pengembangan potensi pajak serta pelaksanaan bimbingan teknis peningkatan kapasitas aparatur pemungut pajak daerah (materi analisa potensi pajak, penilaian, pemeriksaan dan penagihan pajak daerah, penyempurnaan peraturan perundangundangan terkait pajak daerah, dan penerapan modernisasi administrasi perpajakan daerah). Efisiensi dalam pencapaian target IKU terlaksana melalui penggunaan sumber daya keuangan yang efisien pada kegiatan peningkatan kapasitas aparatur pemungutan pajak daerah. Penyelenggaraan bimbingan teknis dilaksanakan melalui sharing cost antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Efisiensi juga dilakukan melalui integrasi dan sinergi antar kegiatan DJPK di daerah dengan menambahkan kegiatan bimbingan teknis peningkatan kapasitas aparatur pemungutan pajak daerah. Adapun langkah-langkah strategis yang akan dilakukan DJPK ke depan dalam rangka meningkatkan capaian kinerja Rasio PDRD terhadap PDRB antara lain : Peningkatan kualitas pelatihan aparatur pengelola pajak daerah khususnya tenaga pemeriksa, penagihan, dan penilai; Assessment administrasi perpajakan daerah untuk mengetahui kondisi/progress penerapan modernisasi administrasi pajak daerah; Peningkatan pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah dalam rangka optimalisasi pemungutan pajak daerah, terutama mendorong daerah dalam pelaksanaan modernisasi perpajakan daerah. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

45 33 2a CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepuasan pengguna layanan unggulan yang telah diberikan oleh DJPK. Tingkat kepuasan pengguna layanan merupakan sebuah ukuran atas seberapa berkualitas layanan unggulan yang diberikan dalam rangka memenuhi harapan para pengguna layanan. IKU tersebut diukur berdasarkan Survei Kepuasan Pengguna Layanan DJPK. Survei ini yang merupakan bagian dari agenda program Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan. Pengukuran tingkat kepuasan pengguna layanan dilakukan berdasarkan indikator-indikator spesifik yang ditetapkan melalui Survei tersebut. Perbaikan kualitas pelayanan secara terus menerus (continuous improvement) dilakukan kepada pengguna layanan, dalam hal ini Pemerintah Daerah, yang merupakan bagian dari stakeholders DJPK. Pada tahun 2017 ini, terdapat total 4 (empat) jenis layanan unggulan DJPK yang menjadi obyek survei, yaitu: 1). Layanan Alokasi Dana Alokasi Umum; 2). Layanan Alokasi Dana Alokasi Khusus; 3). Layanan Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) Transfer ke Daerah; dan 4). Layanan Ruang Pelayanan Terpadu Keuangan Daerah. Survei dilakukan secara swakelola secara terpadu oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dengan melibatkan Tim Survei dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berikut formulasi IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan : indeks kepuasan pengguna layanan tahun 2017 meningkat dari capaian tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, realisasi IKU tidak dapat mencapai target, yaitu diperoleh nilai indeks kepuasan pengguna layanan sebesar 4,23 dari target sebesar 4,3. Adapun pada tahun 2015, indeks kepuasan pengguna layanan berhasil mencapai nilai 4,27 dari target sebesar 4,20. Dibandingkan dengan target kinerja yang tercantum pada Rencana Strategis (Renstra) DJPK , yaitu sebesar 4,22, realisasi IKU tahun 2017 juga telah memenuhi target jangka menengah tersebut. Jenis layanan DJPK yang disurvei merupakan jenis layanan yang bersifat kebijakan dan bukan layanan yang bersifat langsung pada masyarakat. Hal ini seringkali menyebabkan adanya subjektivitas penilaian oleh Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam rangka pencapaian kinerja, telah dilaksanakan beberapa tindakan, meliputi: 1). One on One meeting dengan Universitas Gajah Mada sebagai bentuk tindak lanjut atas hasil penilaian tahun Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki poin-poin yang kurang pada penilaian sehingga dapat menjadi perbaikan pada tahun 2017; 2). Mengkordinasikan pembuatan long-list responden survey dengan direktorat; 3). Finalisasi kuesioner survei; 4). Penentuan layanan unggulan yang akan dinilai dalam survei; 5). Penyampaian Long-list Responden kepada Setjen; 6). Pendampingan pelaksanaan Survei; 7). Exit-Meeting Hasil Survei dengan Setjen; dan 8). Meningkatkan Pelayanan kepada Pemerintah Daerah. IKU ini memiliki polarisasi maximize, di mana indeks kepuasan pengguna layanan diharapkan melebihi target yang ditetapkan, yaitu 4,3 skala pengukuran 1 (satu) sampai dengan 5 (lima). Adapun realisasi yang diperoleh berdasarkan hasil survei adalah sebesar 4,36 sehingga indeks capaian atas IKU ini adalah sebesar 101,4. Capaian nilai Langkah strategis yang akan dilakukan ke depan untuk mengantisipasi risiko persepsi negatif yang timbul karena kebijakan alokasi transfer ke daerah adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan, baik dari segi teknis alokasi maupun dari segi inovasi dan kecepatan pemberian informasi kepada stakeholder. Laporan Kinerja 2017

46 34 Grafik 5 Perbandingan Realisasi dan Target IKU Tahun 2015 s.d a N Persentase Daerah yang Memiliki APBD yang Sehat Suatu pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota dikatakan memiliki APBD yang sehat jika pada pemeringkatan kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah memiliki nilai indikator kesehatan keuangan daerah di atas atau sama dengan 10. IKU Persentase Daerah Yang Memiliki APBD Yang Sehat merupakan IKU yang ditujukan untuk mengetahui tingkat kinerja dan kesehatan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah. IKU ini juga dapat digunakan untuk mengukur efektifitas kebijakan HKPD yang telah dibuat dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan yang akan dibuat. Penghitungan IKU dilakukan berdasarkan rata-rata persentase jumlah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kota yang memenuhi kriteria. Berikut formulasi IKU Persentase Daerah Yang Memiliki APBD Yang Sehat : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

47 35 Pada tahun 2017, target IKU Persentase Daerah Yang Memiliki APBD Yang Sehat ditetapkan sebesar 82,25%. Target tersebut lebih tinggi dari target tahun 2016, yaitu sebesar 75%. Untuk polarisasi indikator kinerja menggunakan maximize, dimana semakin tinggi realisasi IKU maka semakin banyak daerah yang memiliki APBD yang sehat. Realisasi IKU dilaporkan secara tahunan dengan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value. Sampai dengan akhir tahun 2017, sebanyak 32 provinsi, 367 kabupaten, dan 81 kota dari total 34 provinsi, 415 kabupaten, dan 81 kota yang ada telah memenuhi kriteria sebagai daerah dengan APBD yang sehat. Sehingga, diperoleh realisasi IKU sebesar 89,88% dengan indeks capaian 109,28. Capaian tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya. Tahun 2016, DJPK berhasil mencapai target IKU dengan realisasi sebesar 82,27%. IKU persentase daerah yang memiliki APBD yang sehat baru mulai ditetapkan pada tahun 2016 dan tidak termasuk Indikator Kinerja yang dicanangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) DJPK Tahun Namun demikian, tujuan penetapan IKU ini adalah penjabaran dari sasaran strategis DJPK terkait monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif serta penyediaan informasi keuangan daerah yang transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan akuntabel. Penyediaan data yang lengkap dan akurat (khususnya data APBD); Proses analisis data oleh sumber daya manusia yang kompeten; Alokasi anggaran kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan tercapainya IKU; serta Melakukan diskusi dengan pemerintah daerah dan tim akademisi mengenai penyempurnaan metode perhitungan pemeringkatan kesehatan fiskal sehingga diperoleh metode yang sesuai. Efesiensi yang dilakukan DJPK dalam pencapaian IKU Persentase Daerah Yang Memiliki APBD Yang Sehat adalah dengan memetakan prioritas kegiatan-kegiatan dan melakukan self-blocking senilai Rp ,00 dari kegiatan yang kurang prioritas anpa mengurangi kualitas output dan capaian kinerja. Langkah-langkah strategis yang akan dilakukan ke depan dalam rangka meningkatkan kinerja dan kesehatan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan monitoring dan evaluasi serta pembinaan yang difokuskan kepada pemerintah daerah yang berdasarkan hasil pemeringkatan kesehatan keuangan daerah memeperoleh nilai yang buruk. Dalam pencapaian IKU Persentase Daerah Yang Memiliki APBD Yang Sehat, terdapat beberapa hal yang mendukung keberhasilan pencapaian, antara lain: Laporan Kinerja 2017

48 36 4a N Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD Yang Berkualitas IKU Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas merupakan IKU yang berisi tentang perhitungan perbandingan jumlah kebijakan yang diselesaikan tepat waktu secara berkualitas dengan jumlah kebijakan yang direncanakan. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas dan ditetapkan oleh pejabat terkait tepat waktu. IKU ini bertujuan untuk mengontrol ketepatan waktu produktifitas dan komitmen penyelesaian kebijakan di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah. Hal tersebut perlu dilakukan guna memperlancar pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Formula yang digunakan untuk menghitung IKU persentase penyelesaian perumusan kebijakan HKPD adalah sebagai berikut: Target IKU Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas untuk tahun 2017 ditetapkan sebesar 100%, sama dengan tahun 2015 dan Polarisasi indikator kinerja yang yang digunakan adalah metode maximize yang berarti semakin besar realisasi IKU maka semakin banyak kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang berkualitas dihasilkan. Periode pelaporan yang dipilih adalah per triwulan dengan jenis konsolidasi periode berupa metode take last known value dan jenis konsolidasi lokasi berupa metode sum. Selama tahun 2017, DJPK telah menyelesaikan seluruh rencana kebijakan tahun anggaran 2017 berupa revisi Undang-undang dan penyusunan RPMK yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Adapun rincian rencana kebijakan yang telah direalisasikan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Daftar Rancangan Peraturan Selesai Tahun 2017 No Rancangan Peraturan Status Proses Nomor Tanggal 1 PMK tentang Penetapan Lebih Salur DAK Fisik Tahun Anggaran 2016 Selesai KMK No.876/ KM.07/ PMK tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 Tentang Tata Cara Pemungutan Dan Penyetoran Pajak Rokok 3 PMK tentang Konversi Penyaluran Dana Bagi Hasil dan/ atau Dana Alokasi Umum Dalam Bentuk Nontunai 4 PMK tentang Rincian Kurang Bayar Dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Dialokasikan Dalam APBN TA PMK tentang Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 Selesai 011/ PMK.07/2017 Selesai 018/ PMK.07/2017 Selesai 019/ PMK.07/2017 Selesai 043/ PMK.07/ /02/ /02/ /02/ /03/2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

49 37 No Rancangan Peraturan Status Proses Nomor Tanggal 6 PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.07/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2016 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa 7 PMK tentang Perubahan atas PMK Nomor 50/ PMK.07/2017 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa 8 PMK tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran PMK tentang Peta Kapasitas Fiskal (diubah menjadi RPMK tentang Peta Kemampuan Keuangan Daerah) 10 PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 47/PMK.07/2011 Tentang Tata cara Penyelesaian Tunggakan Pinjaman Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah Pusat Melalui Pemotongan DAU Dan/Atau DBH 11 PMK tentang Pelaksanaan Dana Alokasi Umum dan Tambahan Dana Alokasi Khusus Fisik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran PMK tentang Rincian Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 124/PMK.07/2015 Tentang Tata Cara Pengalokasian Dan Penyaluran Dana Keistimewaan Yogyakarta 14 PMK tentang Tata Cara Penyelesaian Tunggakan luran Jaminan Kesehatan Pemerintah Daerah melalui Pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil 15 PMK tentang Rincian Kurang Bayar Dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Dialokasikan Dalam Perubahan APBN TA PMK tentang Perubahan Rincian Dana Bagi Hasil Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun 2017 Selesai 050/ PMK.07/2017 Selesai 112/ PMK.07/2017 Selesai 117/ PMK.07/2017 Selesai 119/ PMK.07/2017 Selesai 121/ PMK.07/2017 Selesai 127/ PMK.07/2017 Selesai 144/ PMK.07/2017 Selesai 173/ PMK.07/2017 Selesai 183/ PMK.07/2017 Selesai 187/ PMK.07/2017 Selesai 187/ PMK.07/ /04/ /08/ /08/ /08/ /09/ /09/ /09/ /11/ /12/ /12/ /12/2017 Laporan Kinerja 2017

50 38 No Rancangan Peraturan Status Proses Nomor Tanggal 17 PMK tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.07 /2016 tentang Batas Maksimal Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Batas Maksimal Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan Batas Maksimal Kumulatif Pinjaman Daerah Tahun Anggaran PMK tentang Perubahan Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut Provinsi/ Kabupaten/Kota Tahun PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.07/2016 Tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Dana Desa 20 PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.07/2016 Tentang Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi DBH CHT 21 PMK tentang Pencabutan atas PMK Nomor 266/ PMK.07/2015 tentang Pemeringkatan Kesehatan Fiskal Dan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 198/PMK.07/ PMK tentang Pengelolaan Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah 23 PMK tentang Perubahan Kedua PMK Nomor 50/ PMK.07/2017 Tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa 24 PMK tentang Perubahan Rincian Dana Desa Menurut Kabupaten/Kota TA PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2007 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan-Dana Reboisasi Selesai 191/ PMK.07/2017 Selesai 192/ PMK.07/2017 Selesai 199/ PMK.07/2017 Selesai 222/ PMK.07/2017 Selesai 223/ PMK.07/2017 Selesai 224/ PMK.07/2017 Selesai 225/ PMK.07/2017 Selesai 226/ PMK.07/2017 Selesai 230/ PMK.07/ /12/ /12/ /12/ /12/ /12/ /12/ /12/ /12/ /12/2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

51 39 Sebanyak 25 peraturan telah disusun DJPK selama tahun 2017 dari rencana kebijakan sebanyak 25 peraturan yang ditargetkan. Dengan kata lain, DJPK telah memenuhi target persentase penyelesaian perumusan kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas dan tepat waktu sebesar 100% dengan indeks capaian sebesar 100. Lebih lanjut, pencapaian target ini juga sama dengan dua tahun sebelumnya, yaitu tahun 2016 dan tahun 2015 yang masing-masing berhasil memenuhi target sebesar 100%. Target IKU persentase penyelesaian perumusan kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (HKPD) yang berkualitas tidak tercantum pada target kinerja dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun , namun penetapan IKU ini didasarkan pada salah satu tujuan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, yaitu peningkatan kualitas kebijakan di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah yang dapat mengakomodir keberagaman dan karakteristik daerah. Keberhasilan pemenuhan target IKU tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor pendukung terkait antara lain alokasi waktu untuk pembahasan dan penyusunan yang cukup, komunikasi dan koordinasi yang efektif dan mendalam dengan pihak-pihak terkait serta bahan materi dan dokumen pendukung yang memadai. Ada beberapa langkah faktual yang sudah dilaksanakan guna mempercepat proses penyusunan kebijakan yang ditargetkan, antara lain: 1. Melakukan pembahasan dengan internal DJPK dan Kemenkeu, dan juga pihak luar seperti Kemendagri, Tim Ahli, Pemda, Akademisi, Asosiasi Pengusaha, dan internasional expert untuk mendapatkan masukan atas draft revisi Undang-Undang 28 Tahun 2009; 2. Melakukan perubahan materi muatan penyaluran dan pelaporan Dana Desa dalam PMK Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa dengan diterbitkannya PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang selanjutnya dirubah menjadi PMK No. 225/PMK.07/2017 tentang Perubahan Kedua PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; 3. Melakukan perubahan materi muatan penyaluran, pelaporan dan pemantauan Dana Desa dalam PMK Nomor 49/PMK.07/2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa, sudah selesai dan dimasukkan ke dalam PMK No. 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; serta PMK No. 173/PMK.07/2017 tentang Tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Keistimewaan DIY; 4. Penggabungan materi PMK 188/PMK.07/2012 jo. PMK 154/PMK.07/2016 dengan PMK 162/ PMK.07/2015 jo PMK 155/PMK.07/2016 untuk penyederhanaan peraturan; 5. Tidak lagi melakukan penyusunan PMK Pemeringkatan karena pemeringkatan tidak lagi menjadi satu-satunya dasar alokasi DID; dan 6. Penyelesaian rumusan draft RUU tentang Revisi UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Selanjutnya, ke depan DJPK akan melakukan peningkatan kualitas kebijakan HKPD yang disusun dengan melaksanakan pembahasan draft RPMK dan RUU lebih intensif. Hal tersebut akan dilakukan dengan koordinasi yang lebih efektif dengan Biro Hukum Setjen Kementerian Keuangan dan Kementerian/Lembaga terkait. Selain itu, akan dilakukan rapat koordinasi untuk membahas draft RUU yang telah dirumuskan sebelumnya, dikarenakan RUU HKPD merupakan RUU prioritas yang harus diselesaikan di Tahun 2018 dalam prolegnas. Laporan Kinerja 2017

52 40 5a N Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tugas dan fungsi utama DJPK adalah memformulasikan dan melaksanakan kebijakan transfer ke daerah dan dana desa kepada Pemerintah Daerah. Dalam rangka mengukur efektivitas pengalokasian transfer ke daerah dan dana desa tersebut, DJPK mencanangkan IKU Persentase efektivitas pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dengan membandingkan kriteria ideal alokasi yang diharapkan terhadap realisasi alokasi yang tertuang dalam APBN/APBN-P. Unsur alokasi yang digunakan dalam perhitungan IKU ini adalah: 1. Deviasi antara Alokasi Dana Bagi Hasil dengan Prognosis Realisasi DBH sebesar 10% (bobot sebesar 15%); 2. Alokasi Dana Alokasi Khusus infrastruktur dan sarana prasarana pelayanan dasar terhadap seluruh alokasi Dana Alokasi Khusus 75% (bobot sebesar 35%); 3. Dana Desa yang dialokasikan kepada Daerah Perbatasan, Tertinggal, dan Kepulauan terhadap Total Alokasi Dana Desa 40% (bobot sebesar 35%); dan 4. Alokasi Kinerja terhadap total alokasi Dana Insentif Daerah 70% (bobot sebesar 15). Target IKU persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa pada tahun 2017 adalah 100%. Sampai dengan akhir tahun 2017, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan berhasil mencapai realisasi IKU sebesar 100% dengan indeks capaian sebesar 100. IKU ini merupakan IKU baru yang diformulasikan oleh DJPK pada tahun Namun demikian, pada tahun sebelumnya terdapat salah satu komponen IKU ini yang menjadi IKU tahun 2016, yaitu IKU Alokasi Dana Alokasi Khusus Infrastruktur dan Sarana Prasarana Pelayanan Dasar Terhadap Seluruh Alokasi Dana Alokasi Khusus. IKU tahun 2016 ini mengukur besaran persentase alokasi DAK Infrastruktur, Transportasi, Sarana Prasarana Pelayanan Dasar, dan Kedaulatan Pangan terhadap keseluruhan alokasi DAK Fisik. Adapun realisasinya berhasil mencapai 93,78% dari target sebesar 75%. IKU Persentase Efektivitas Pengalokasian Transfer Ke Daerah dan Dana Desa bukan termasuk IKU yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) DJPK Tahun Penetapan IKU ini dilakukan untuk mencapai sasaran strategis perumusan dan penelolaan transfer ke daerah dan dana desa yang berkualitas dan optimal. Untuk menunjang keberhasilan IKU, selama tahun 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan telah melakukan program/kegiatan sebagai berikut: 1. Rapat koordinasi dengan K/L terkait untuk meningkatkan kualitas dan akurasi data dasar penghitungan DBH; 2. Penyampaian Pagu Indikatif DAK Tahun 2018 kepada Ditjen Anggaran; 3. Penetapan PMK No. 50/PMK.07/2017 sebagiamana diubah dengan PMK No. 112/ PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang salah satunya mengatur mengenai pengalokasian DAK; 4. Trilateral Meeting dengan Bappenas dan K/L mengenai Menu DAK Fisik TA Sinkronisasi dan Harmonisasi Usulan DAK Fisik TA 2018 dengan K/L dan daerah; 6. Trilateral Meeting dengan Bappenas dan K/L mengenai hasil Sinkronisasi dan Harmonisasi Usulan DAK Fisik TA 2018; 7. Koordinasi dengan instansi penyedia data untuk melakukan updating data dasar perhitungan Dana Desa; dan 8. Simulasi pengalokasian Dana Desa TA 2018 dengan memperhatikan pengurangan tingkat kemiskinan serta tetap memperhatikan afirmasi terhadap daerah perbatasan, tertinggal, dan kepulauan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam PP No. 60/2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN j.o. PP No. 8/2016. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

53 41 Ke depan, untuk meningkatkan efektivitas pengalokasian Transfer Ke Daerah dan Dana Desa, DJPK akan mempertajam kebijakan alokasi Transfer Ke Daerah dan Dana Desa sehingga tercipta sinkronisasi yang lebih baik antara perencanaan penetapan alokasi dengan pelaksanaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 5b N Persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa IKU Persentase Pencapaian Output Dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa Terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa bertujuan mengukur optimalisasi penyerapan dan pencapaian output Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dengan membandingkan realisasi capaian output dan rencana pencapaian. Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja Negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal dalam bentuk Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan, pemerintahan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Berikut formulasi IKU Persentase Pencapaian Output Dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa Terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa: Masing-masing capaian output memiliki kriteria pencapaian dan bobot yang berbeda sebagaimana disajikan pada Tabel 19. Target IKU Persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa tahun 2017 adalah 75%. Target IKU tersebut hanya tercantum pada perjanjian kinerja, tidak terdapat dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Tahun Penetapan IKU ini dimaksudkan untuk mencapai pengelolaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang optimal dan akuntabel. IKU ini ditetapkan dengan polarisasi indikator kinerja maximize dan jenis konsolidasi periode adalah take last known value. Dengan metode pelaporan secara tahunan, sampai dengan akhir tahun persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap Penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa adalah sebesar 100% dan indeks capaiannya sebesar 120, sehingga memenuhi target yang telah ditentukan. Dalam rangka memenuhi target IKU yang telah ditetapkan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan telah melaksanakan beberapaprogram/ kegiatan, meliputi: 1. Perbaikan persyaratan penyaluran DAK yang tertuang dalam PMK No. 50/PMK.07/2017; 2. Pengalihan Penyaluran DAK melalui KPPN untuk memperkuat pengendalian atas capaian output; 3. Sosialisasi PMK No. 50/PMK.07/2017 mengenai pelaksanaan penyaluran DAK melalui KPPN di daerah; 4. Koordinasi bersama Ditjen. Perbendaharaan terkait kendala Pemda dalam pelaporan realisasi DAK Fisik triwulan I; 5. Penetapan PMK No. 112/PMK.07/2017, salah satunya perpanjangan periode pelaporan realisasi DAK Fisik triwulan I TA 2017 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2017; Laporan Kinerja 2017

54 42 Tabel 19 Kriteria Pencapaian Output TKDD Bobot Kriteria Capaian 30% Output Penyerapan DAK Fisik sebesar 80% dari dana yang disalurkan 30% Output Penyerapan Dana Desa sebesar 80% dari dana yang disalurkan 10% Output Penyerapan DBH - CHT sebesar 45% dari dana yang disalurkan 10% Output Penyerapan Dana DIY sebesar 80% dari dana yang disalurkan 20% Output Penyerapan Dana OTSUS sebesar 70% dari dana yang disalurkan 6. Penetapan PMK No. 127/PMK.07/2017 tentang Pelaksanaan DAU dan DAK Tambahan dalam APBN Perubahan TA 2017l 7. Revisi PMK 48/PMK.07/2016 jo PMK 187/ PMK,07/2016 dengan memasukkan klausul persayaratan penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan; 8. FGD Kebijakan dan Penggunaan DBH CHT tgl 28 Februari 2017, dengan mengundang Pemda; 9. Perbaikan persyaratan penyaluran DAK yang tertuang dalam PMK No.50/PMK.07/2017; 10. Pengalihan Penyaluran DAK melalui KPPN untuk memperkuat pengendalian atas capaian output; 11. Revisi PMK 49/PMK.07/2016 dengan memasukkan klausul persayaratan penyaluran Dana Desa berdasarkan kinerja pelaksanaan (output); 12. Pengalihan penyaluran Dana Desa dan DAK Fisik melalui KPPN di daerah untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada Pemda; 13. Verifikasi terhadap laporan realisasi penyerapan Dana Keistimewaan DIY setiap tahap I dan II; 14. Koordinasi dengan kemendagri dan K/L lainnya terkait verifikasi atas pencapaian output tahap I dan II; 15. Revisi PMK 48/PMK.07/2016 jo PMK 187/ PMK,07/2016 dengan memasukkan klausul persayaratan penyaluran Dana Otonomi Khusus berdasarkan kinerja pelaksanaan; 16. Sosialisasi PMK No. 50/PMK.07/2017 mengenai pelaksanaan penyaluran DAK melalui KPPN di daerah; 17. Koordinasi bersama Ditjen. Perbendaharaan terkait kendala Pemda dalam pelaporan realisasi DAK Fisik triwulan I; 18. Penetapan PMK No. 112/PMK.07/2017, salah satunya perpanjangan periode pelaporan realisasi DAK Fisik triwulan I TA 2017 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2017; dan 19. Penetapan PMK No. 127/PMK.07/2017 tentang Pelaksanaan DAU dan DAK Tambahan dalam APBN Perubahan TA Sebagai langkah selanjutnya di masa yang akan datang, DJPK berencana akan melakukan koordinasi dengan Ditjen Perbendahaaran dan monitoring terkait progres penyerapan dan capaian output final DAK Fisik TA 2017, serta sinkronisasi rencana penggunaan Dana Otsus dengan kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian/ Lembaga Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

55 43 5c N Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat Deviasi proyeksi perencanaan kas adalah gap antara perkiraan/proyeksi dengan realisasi yang merupakan gabungan dari penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan meliputi penerimaan perpajakan termasuk penerimaan PPH migas dan bea/cukai, penerimaan PNBP, Hibah dan penerimaan pembiayaan. Pengeluaran meliputi belanja pemerintah pusat non utang dan non subsidi, belanja kewajiban SBN dan pinjaman luar negeri belanja subsidi energi dan non energi, belanja transfer ke daerah dan dana desa, serta Dana investasi Pemerintah dan kewajiban penjaminan. IKU Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat merupakan gambaran sejauh mana gap penyimpangan antara realisasi dan proyeksi perencanaan kas. Pada DJPK, IKU Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat dihitung dengan membandingkan selisih antara rencana penarikan dana dan realisasi penyaluran dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. Tingkat akurasi terdiri dari 3 level, yaitu akurasi tinggi jika nilai persentase deviasi lebih rendah dari 5%, akurasi sedang jika nilai persentase deviasi antara 5% sampai dengan 15%, dan akurasi rendah jika nilai persentase deviasi lebih besar dari 15%. Rencana pengeluaran kas adalah rencana pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara dan pembiayaan. Sedangkan, realisasi pengeluaran kas adalah realisasi pengeluaran kas (cash outflows) yang berasal dari belanja negara dan pembiayaan. Data proyeksi yang dimaksud bukan merupakan data yang terdapat pada target APBN/P, namun merupakan proyeksi riil terhadap pendapatan/belanja/ pembiayaan yang dapat dieksekusi. IKU ini memiliki target sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 5%. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan menggunakan metode minimize, dimana perencanaan pengeluaran kas dinyatakan semakin akurat apabila perbedaan antara realisasi pengeluaran kas dan rencana pengeluaran kas dalam suatu waktu tertentu dari 5%. Dengan periode pelaporan setiap triwulan, jenis konsolidasi IKU yang digunakan adalah average, yaitu realisasi IKU dihitung dari rata-rata dari triwulan I sampai dengan triwulan IV. Nilai Deviasi Perencanaan Kas Transfer Ke Daerah dan Dana Desa tahun anggaran 2017: 1. Nilai Deviasi Penyaluran Bulan Januari sebesar 1,12%, Bulan Februari sebesar 1,77%, dan Bulan Maret sebesar 1,04%. Rata-rata Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas selama Triwulan I adalah 0,49% ; 2. Nilai Deviasi Penyaluran Bulan April sebesar 0,37%, Bulan Mei sebesar 0,18%, dan Bulan Juni sebesar 0,10%. Rata-rata Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas selama Triwulan II adalah 0,13% ; 3. Nilai Deviasi Penyaluran Bulan Juli sebesar 0,28%, Bulan Agustus sebesar 0,66%, dan Bulan September sebesar 0,10%. Rata-rata Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas selama Triwulan III adalah 0,12% ; 4. Nilai Deviasi Penyaluran Bulan Oktober sebesar 0,65%, Bulan November sebesar 0,94%, dan Bulan Desember sebesar 3,76%. Rata-rata Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas selama Triwulan IV adalah 0,66%. Realisasi IKU Deviasi proyeksi perencanaan kas pemerintah pusat tahun 2017 adalah sebesar 0,08% dengan indeks capaian sebesar 120. Capaian tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang juga berhasil memenuhi Laporan Kinerja 2017

56 44 target dengan realisasi sebesar 1,44%. IKU ini tidak tercantum pada Renstra DJPK dikarenakan baru mulai ditetapkan pada tahun Akan tetapi, penetapan IKU ini sejalan dengan salah satu sasaran strategis DJPK, yaitu pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang berkualitas dan optimal. IKU Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat merupakan cascading dari IKU Kemenkeu-Wide. Dengan target yang sama dengan perjanjian kinerja Kemenkeu- One, IKU ini juga memenuhi target Kemenkeu- Wide. Tindakan yang dilakukan untuk mencapai target deviasi, yaitu berkomunikasi dengan Direktorat PKN, DJPB setiap kali terdapat perubahan Rencana Penarikan Dana untuk menghindari deviasi yang terlalu tinggi. Selain itu, DJPK juga berusaha melakukan Penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sesuai dengan jadwal Penarikan Dana yang telah ditentukan. Kedepan, koordinasi yang lebih intensif akan terus dilakukan mengenai rencana penyaluran agar meningkatkan akurasi dari Rencana Penarikan Dana (RPD), baik antar unit eselon II di lingkungan DJPK maupun dengan instansi lain yang terkait. 6a N Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah Besarnya alokasi dana Transfer ke Daerah yang dikelola Pemerintah Daerah serta harapan agar Pemerintah Daerah dapat meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) melalui penerapan modernisasi pemungutan PAD, menuntut hadirnya pengelolaan keuangan daerah yang handal dan akuntabel. Salah satu bentuk upaya DJPK untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan para pengelola keuangan daerah adalah bekerjasama dengan pihak Pemerintah daerah untuk menyelenggarakan kegiatan capacity building di bidang pengelolaan keuangan daerah. Untuk mengukur keberhasilan penyelenggaraan capacity building di bidang pengelolaan keuangan daerah maka ditetapkan IKU Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity Building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah. Target IKU Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah pada tahun 2017 adalah 50%. Nilai 50% ini diukur dari total jumlah pemda yang masih berkategori BB-/minus kebawah sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 102/KMK.07/2016 Tentang Hasil Pemeringkatan Kesehatan fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan adalah maximize, dimana semakin banyak jumlah Pemerintah Daerah yang berpartisipasi dalam kerja sama penyelenggaraan capacity building maka semakin tinggi realisasi IKU. IKU dilaporkan secara semesteran dengan jenis konsolidasi periode menggunakan sum value (realisasi yang digunakan adalah penjumlahan realisasi yang dicapai pada semester I dan II) dan jenis konsolidasi lokasi menggunakan raw data dari Laporan Pelaksanaan Capacity Building di bidang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pada tahun 2017, dari target IKU sebesar 50% (400 pemda yang berperingkat BB-), diperoleh realisasi sampai akhir tahun sebesar 53,25% (213 Pemda). Sehingga indeks capaian IKU ini adalah sebesar 106,50. Pada tahun 2016, target IKU ini ditetapkan sebesar 18,50%, namun dengan dasar perhitungan yang berbeda dengan tahun Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

57 45 Dasar perhitungan IKU tahun 2016 adalah 18,5% dari seluruh pemda yang ada di Indonesia (bukan hanya dari pemda yang berstatus BB-). Dengan target sebesar 18,50% tersebut, diperoleh realisasi IKU sebesar 25,50% pada tahun IKU Persentase Pemerintah Daerah yang Melakukan Kerjasama Penyelenggaraan Capacity Building di Bidang Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan IKU yang baru ditetapkan pada tahun Namun demikian, IKU serupa dengan nomenklatur dan ukuran yang berbeda juga ada dalam Renstra DJPK , yaitu IKU Jumlah Peserta TOT Pengelolaan Keuangan Daerah dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah. Perbedaan antara IKU yang tercantum dalam Renstra DJPK dengan IKU ini adalah dalam Renstra yang diukur adalah jumlah pesertanya dan kegiatan yang diukur adalah ToT, sedangkan dalam IKU ini yang diukur adalah jumlah daerahnya dan kegiatan yang diukur adalah bimbingan teknis/ pelatihan kepada end-user. Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah dilakukan selama tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Bimtek Eksekutif 4 lokasi (Makassar, Banyuwangi, Bonebolango dan surabaya); 2. Bimtek Perpajakan 6 angkatan dengan rincian 4 angkatan di Jakarta, 1 kali di Tangsel dan 1 kali di kota Bogor; dan 3. Bimtek non perpajakan di 9 lokasi (Medan, Makassar, Banjarmasin, Badung, Jayapura, Bogor, Palembang, Yogyakarta, Manado dan Balikpapan). Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung beberapa faktor, antara lain sebagai berikut : 1. Dukungan pendanaan yang memadai dari APBN 2. Dukungan dari Pemda dalam kegiatan kerjasama Peningkatan Pengelolaan Keuangan Daerah 3. Tersedianya modul/bahan ajar untuk menjawab dan mengatasi permasalahan pengelolaan keuangan daerah yang spesifik, 4. Adanya kegiatan Coaching of Coaches untuk mendukung pengayaan materi yang akan diberikan saat Bimtek. 5. Adanya koordinasi antara DJPK dengan Pemda dalam memberikan informasi kegiatan Bimtek yang akan dilaksanakan pada awal tahun sehingga Pemda dapat menyesuaikan dengan pendanaan APBD nya 6. Adanya koordinasi dengan eselon I lain di lingkungan Kementerian Keuangan terkait penyediaan narasumber. Beberapa efisiensi yang dilakukan dalam pencapaian IKU ini antara lain : 1. Melaksanakan bimtek secara terpusat (regional) di 10 titik seluruh Indonesia; 2. Penerapan metode e-learning; 3. Penggunaan instruktur yang berasal dari daerah tempat pelaksanaan bimtek atau daerah yang terdekat; 4. Pemberdayaan pejabat/pegawai internal DJPK, internal Kemenkeu, atau instansi lain yang merupakan lulusan ToT/ToMaT Pengelolaan Keuangan Daerah. Langkah-langkah strategis yang akan dilakukan kedepan terkait pencapaian IKU ini adalah : 1. Melakukan penyusunan Profiling daerah sebagai role model Profiling dilakukan dengan menyusun profile daerah-daerah yang telah sukses dalam pengelolaan keuangan daerah dengan maksud nantinya kisah sukses ini akan dibagikan dan kemungkinan bisa diterapkan di daerah target. 2. Penyusunan Training Needs Assessment Training Needs Assessment dilakukan sebagai jawaban atas perbedaan permasalahan terkait Pengelolaan Keuangan Daerah di masing-masing Pemda. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pendekatan dengan tujuan untuk mendapat data tentang bahan ajar dan metode bimtek yang sesuai dengan kebutuhan Pemda masing-masing. 3. Mengembangkan e-learning yang akan digunakan sebagai salah satu metode pengajaran dalam bimtek keuda. E-learning akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan materi yang lebih variatif dan menarik sehingga diharapkan jangkauan pemda akan lebih luas dibandingkan e-learning yang telah dilakukan tahun Laporan Kinerja 2017

58 46 6b N Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat Dan Daerah Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah (AKPD) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan Jabatan AKPD di DJPK dan di daerah. Pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD dilakukan dalam rangka memperkuat implementasi kebijakan di bidang hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. IKU Pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD digunakan untuk menggambarkan progres pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD. Penghitungan IKU dilakukan dengan menentukan bobot pada masing-masing rencana kegiatan, yang terdiri dari : pelaksanaan uji kompetensi bagi pegawai DJPK, penyusunan kurikulum inti diklat berbasis kompetensi, serta pelaksanaan Diklat bagi Jabatan Fungsional AKPD untuk Kementerian Keuangan dan Pemerintah Daerah yang telah mengimplementasikan Jabatan Fungsional AKPD. Target IKU persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah tahun 2017 adalah 100%. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan menggunakan metode maximize, dimana semakin baik pelaksanaan implementasi Jabatan Fungsional AKPD di DJPK dan daerah maka semakin besar realisasi IKU ini. Dengan periode pelaporan setiap triwulan, jenis konsolidasi IKU yang digunakan adalah take last known value. Pada tahun 2017, Realisasi IKU persentase pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah adalah 100% dengan indeks capaian 120. Realisasi tersebut sama dengan realisasi tahun 2016, yaitu 100%. IKU persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD baru ditetapkan pada tahun 2016 sehingga tidak ada data realisasi pada tahun 2015 dan IKU tersebut juga tidak tercantum pada Renstra DJPK Namun demikian, IKU ini searah dengan salah satu sasaran strategis yang terdapat di dalam Renstra DJPK, yaitu pendapatan daerah yang optimal dan pengelola keuangan daerah yang handal. Dalam rangka mendukung tercapainya realisasi kinerja pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD, pada Tahun 2017 telah dilaksanakan 4 frekuensi uji kompetensi (3 frekuensi di DJPK dan 1 Frekuensi di daerah). Peserta uji kompetensi berasal baik dari pemerintah daerah maupun Kementerian/ Lembaga (31 daerah dan 2 K/L). Tabel 20 Pelaksanaan Uji Kompetensi Jafung AKPD Tahun 2017 No Tanggal Pelaksanaan Lokasi Pelaksanaan Jumlah Peserta 1 7 Februari 2017 Kantor DJPK Mei 2017 Kantor DJPK November 2017 Kantor DJPK November 2017 Kota Kediri 29 Total 181 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

59 47 Selain hal tersebut, DJPK telah berhasil menyusun kurikulum diklat sebagai target utama, yakni untuk 4 kurikulum untuk kompetensi inti (core competency), dan rancangan awal untuk 8 kurikulum untuk kompetensi tambahan (additional competency) dengan rincian sesuai dengan Tabel 21. Berdasarkan kurikulum tersebut, DJPK telah menyelenggarakan diklat Jabatan Fungsional AKPD untuk Kementerian Keuangan dan Pemerintah Daerah yang telah mengimplementasikan Jabatan Fungsional AKPD sebanyak 6 diklat. dalam rangka implementasi JF AKPD. Dengan dana yang telah dianggarkan, penyelenggaraan uji kompetensi dalam rangka inpassing melebihi target yang telah ditetapkan di awal, yaitu dari 80 peserta yang direncanakan terealisasi menjadi 181 peserta yang mengikuti uji kompetensi dalam rangka Inpassing dan 4 peserta yang mengikuti uji kompetensi dalam rangka naik jenjang. Demikian pula dengan Sosialisasi Jabatan Fungsional AKPD, semula direncanakan 5 frekuensi, menjadi 7 frekuensi dengan sumber optimalisasi penghematan anggaran. Selain hal-hal yang tersebut di atas, program yang telah dilaksanakan dalam rangka menunjang pelaksanaan Jabatan Fungsional AKPD lainnya, yaitu pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) bagi 11 Daerah yang telah mengimplementasikan Jabatan Fungsional AKPD di Pemda pada bulan Juli Oktober 2017 dan sosialisasi bagi 7 daerah Tabel 21 Kurikulum Diklat Jafung AKPD Tahun 2017 No Nama Jumlah Keterangan 1 Pengetahuan Sistem Anggaran 1 kurikulum Additional Competency 2 Manajemen Sistem Anggaran 2 kurikulum Additional Competency 3 Proyeksi dan Analisa Perekonomian 2 kurikulum Additional Competency Daerah 4 Manajemen Keuangan Daerah 2 kurikulum Core Competency 5 Penguasaan metode dan teknik 2 kurikulum Core Competency analisis 6 Kemampuan menulis 2 kurikulum Core Competency 7 Pengetahuan Kebendaharaan Negara 2 kurikulum Additional Competency 8 Manajemen Keuangan Publik 2 kurikulum Core Competency 9 Pengetahuan Hukum 2 kurikulum Additional Competency 10 Administrasi Keuangan Negara 2 kurikulum Additional Competency 11 Teknik Penyusunan Prosedur 1 kurikulum Additional Competency 12 Manajemen Barang Milik Negara (BMN) 2 kurikulum Additional Competency Laporan Kinerja 2017

60 48 Langkah-langkah di masa mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pembinaan Jabatan Fungsional AKPD adalah sebagai berikut: Tahun Pelaksanaan Uji Kompetensi, khususnya dalam rangka inpassing. 2. Penyempurnaan pedoman teknis 3. Pembangunan Sistem Informasi AKPD 4. Perumusan Sistem M&E 5. Pembentukan Organisasi Profesi AKPD 6. Pelaksanaan Simposium Reguler AKPD Nasional 7. Pelaksanaan Sosialisasi 8. Pembinaan Daerah Implementasi 9. Penyelenggaraan Training Berbasis Kompetensi Tahun Pelatihan dan sertifikasi Penilai (Assesor) AKPD Pusat dan Daerah 2. Pembangunan sistem uji kompetensi jarak jauh 3. Pembangunan web khusus AKPD 4. Penyempurnaan kurikulum dan modul berbasis kompetensi baru 5. Pelaksanaan M&E 6. Penyelenggaraan Training Berbasis Kompetensi 7. Pembinaan Daerah Implementasi Tahun Roll out Sistem uji kompetensi jarak jauh 2. Pelatihan dan sertifikasi Penilai (Assesor) AKPD 3. Penjajakan kerjasama dengan universitas/ balai diklat untuk penyelenggaraan training fungsional 4. Pelaksanaan Simposium Reguler 5. Pelaksanaan Uji Kompetensi 6. Pelaksanaan M&E 7. Penyelenggaraan Training Berbasis Kompetensi 8. Pembinaan Daerah Implementasi Tabel 22 Pelatihan /Diklat Jafung AKPD Tahun 2017 No Nama Diklat/Pelatihan Jumlah Angkatan Jumlah Peserta 1 DTSS Manajemen Keuangan Publik Tingkat Dasar 2 DTSS Manajemen Keuangan Daerah Tingkat Dasar 3 DTSS Penguasaan Metode dan Teknik Analisis Tingkat Dasar 4 DTSS Kemampuan Menulis Tingkat Dasar 5 DTSS Manajemen Keuangan Daerah Tingkat Lanjutan 6 DTSS Penguasaan Metode dan Teknik Analisis Tingkat Lanjutan 1 Angkatan 16 orang 1 Angkatan 17 orang 1 Angkatan 19 orang 1 Angkatan 15 orang 1 Angkatan 18 orang 1 Angkatan 15 orang Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

61 49 7a N Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang Terintegrasi Pengembangan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) dibutuhkan dalam rangka menghasilkan data keuangan daerah yang komprehensif, up to date, dan valid untuk memenuhi kebutuhan manajerial maupun stakeholder. Program pengembangan SIKD dengan pendekatan pengembangan sistem secara holistik telah dimulai sejak September IKU Pengembangan dan Implementasi SIKD Yang Terintegrasi dimaksudkan untuk mengukur ketepatan pelaksanaan pembangunan dan implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah sesuai dengan rencana kinerja yang telah ditentukan. Kinerja yang dihasilkan dari IKU tersebut, antara lain: 1. Dashboard Executive informatif System (EIS) yang dapat digunakan oleh pimpinan DJPK untuk mengambil keputusan pada level tertentu yang diimplementasikan dalam bentuk grafik, tabel, dan peta. Adapun data yang akan ditampilkan dalam dashboard EIS terutama data mengenai APBD, transfer ke daerah dan dana desa maupun transfer lainnya; 2. Agen SIKD yang mampu mengirimkan data secara lebih baik melalui fitur kompresi data, peningkatan konektivitas dengan database Aplikasi Pengelolaan Keuangan Daerah, serta mengakomodir pengiriman Data Dana Desa, DTH/RTH, APBD dan LRA Ringkas, serta Data Gaji PNS; 3. Core SIKD yang mampu menerima data Laporan Softcopy dan Laporan APBD dan LRA Ringkas, Dana Desa, DTH/RTH, Serta Data Gaji PNS melalui webservice. Formulasi IKU Pengembangan dan Implementasi SIKD Yang Terintegrasi dapat dilihat pada skema di atas. IKU Pengembangan dan Implementasi SIKD Yang Terintegrasi memiliki polarisasi indikator kinerja maximize dengan periode pelaporan semesteran. Penghitungan realisasi IKU dilakukan dengan menghitung bobot masing-masing kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun Dengan target tahun 2017 sebesar 100%, IKU tersebut berhasil mencapai realisasi sebesar 100% dengan indeks capaian sebesar 100. Capaian tersebut menunjukkan bahwa pengembangan dan implementasi SIKD berhasil dilaksanakan dan terintegrasi dengan baik. Realisasi IKU tahun 2017 ini sama dengan realisasi tahun 2016 dan juga tahun 2015, yaitu sebesar 100%. Realisasi IKU tersebut telah memenuhi target kinerja jangka menengah yang terdapat pada Renstra DJPK Rincian target dan realisasi IKU pengembangan dan implementasi SIKD yang terintegrasi tahun 2017 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 23 Laporan Kinerja 2017

62 50 Tabel 23 Rincian Target dan Realisasi Pengembangan dan Implementasi SIKD Tahun 2017 No Aplikasi Target Realisasi AGEN SIKD 1. Pengembangan dan Implementasi Fitur Kompresi Pengiriman 25% 25% Data 2. Pengembangan dan Implementasi Fitur Koneksi Database 25% 25% Postgresql, Oracle, dan Firebird 3. Pembangunan dan Implementasi Modul Pengiriman Data DTH/ 25% 25% RTH melalui SINERGI 4. Pembangunan dan Implementasi Modul Ringkasan APBD dan 25% 25% LRA untuk verifikasi Total 100% CORE SIKD 1. Pengembangan dan Implementasi Fitur Webservice 25% 25% Pengiriman Data Softcopy 2. Pengembangan dan Implementasi Fitur Webservice 25% 25% Pengiriman Data APBD dan LRA Ringkas 3. Pengembangan dan Implementasi Modul Monitoring Data 25% 25% 4. Pengembangan dan Implementasi Modul DTH/RTH 25% 25% Total 100% EIS SIKD 1. Pembangunan Prototype EIS SIKD 15% 15% 2. Pembangunan Data Mart EIS SIKD 30% 30% 3. Pembangunan Front End EIS SIKD 15% 15% 4. Pembangunan Aplication Programming Interface EIS SIKD 20% 20% 5. Pengujian terhadap EIS SIKD 10% 10% 6. Implementasi EIS SIKD 10% 10% Total 100% AVG(Agen SIKD, CORE SIKD, EIS) % Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

63 51 Dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan, pada Tahun 2017 telah dilaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Implementasi EIS SIKD yang telah dipresentasikan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri Keuangan. Dashboard tersebut dapat diakses pada alamat dashboard dengan user yang diberikan oleh Subdit TI. 2. Implementasi Agen SIKD Versi agar dapat mengakomodasi pengiriman jenis data baru (DTH/RTH, data APBD, dan LRA) serta peningkatan performa pengiriman data dari Pemerintah Daerah ke SIKD. 3. Implementasi Core SIKD versi yang mampu mengakomodasi jenis data softcopy (pdf), data APBD dan LRA Ringkas, DTH/RTH, serta modul monitoring Data. Efisiensi telah dilakukan dengan meningkatkan kualitas data sikd. peningkatan kualitas tersebut tercermin dari pelaksanaan penguatan sistem validasi, verifikasi, dan mapping by system maupun penguatan kerja sama dengan custodian data djpk untuk verifikasi manual data-data yang masuk ke SIKD. Kedepan djpk akan berupaya untuk melaksanakan pengembangan dan implementasi sikd tahap selanjutnya dengan lebih baik dan terintergrasi dengan melakukan koordinasi internal djpk serta koordinasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kepatuhan dan kualitas data yang dikirimkan ke SIKD. Tabel 24 Rincian Program/Kegiatan Pengembangan dan Implementasi SIKD Tahun 2017 Laporan Kinerja 2017

64 52 8a N Persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan HKPD IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN Yang Telah Ditindaklanjuti bertujuan untuk memantau penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK serta menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara. Tindak lanjut terhadap Temuan Pemeriksaan BPK atas LKPP dan LK BUN perlu diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L dan Pengguna Anggaran BUN diwajibkan menyampaikan Tindak Lanjut atas rekomendasi terkait Temuan Pemeriksaan BPK tersebut setiap akhir bulan Maret, Juli, dan November. Pengukuran penyelesaian rekomendasi atas hasil pemeriksaan BPK dilakukan berdasarkan progres tindak lanjut yang dilakukan oleh unit Eselon II atas rekomendasi yang disampaikan oleh BPK sesuai dengan action plan dan timeframe yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan dua kriteria, yaitu: 1. Rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi yang diusulkan selesai kepada BPK berdasarkan hasil pembahasan empat pihak antara DJPB, Itjen, unit eselon I terkait dan Auditor BPK; 2. Rekomendasi yang diselesaikan merupakan rekomendasi yang dinyatakan Sesuai oleh BPK dalam LHP. Tabel 2 Keterangan Formulasi Persentase Penyelesaian Rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang Telah Ditindaklanjuti Huruf a b c Nama Diklat/Pelatihan Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2016" yang dinyatakan selesai Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2016" Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP LKPP yang diusulkan selesai dalam tahun d Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP LKPP 2016 e Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2016" yang dinyatakan selesai f Jumlah rekomendasi BPK dalam "LHP Tindak Lanjut dalam Hasil Pemeriksaan BUN tahun 2016" yang dinyatakan selesai g Jumlah rekomendasi BPK dalam LHP BUN yang diusulkan selesai dalam tahun 2017 h Jumlah outstanding rekomendasi BPK dalam LHP BUN 2016 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

65 53 Penghitungan realisasi adalah dengan kombinasi 2 (dua) kriteria tersebut di atas dengan bobot yang telah ditentukan. Realisasi IKU dilaporkan secara semesteran dengan polarisasi data menggunakan maximize, dimana semakin tinggi nilai capaian maka semakin banyak rekomendasi yang diselesaikan sehingga menunjukkan tingkat akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara yang lebih baik. Jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value, dimana data yang digunakan adalah angka periode terakhir. Target IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN Yang Telah Ditindaklanjuti ditetapkan sebesar 75%, sementara realisasi yang berhasil dicapai adalah sebesar 87,5% sehingga indeks capaian atas IKU ini adalah sebesar Realisasi IKU ini lebih baik dari realisasi tahun Pada tahun 2016, realisasi untuk IKU ini mencapai 52,08% dari target sebesar 46%. IKU Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN Yang Telah Ditindaklanjuti merupakan IKU yang baru mulai ditetapkan pada tahun 2016 dan tidak terdapat dalam Renstra DJPK Penetapan IKU ini dimaksudkan untuk mencapai sasaran pengendalian mutu hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif. pemeriksaan BPK terkait dengan TKDD, terdapat beberapa rekomendasi yang bukan menjadi tugas dan fungsi DJPK, namun tetap disampaikan dalam rekomendasi pemeriksaan TKDD. Ada beberapa rekomendasi BPK yang seharusnya ditujukan kepada instansi di luar DJPK bahkan di luar kemenkeu, sehingga mengakibatkan IKU ini tidak dapat mencapai realisasi yang maksimal. Untuk dapat memenuhi target tindak lanjut penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN, DJPK telah melaksanakan beberapa tindakan, antara lain: 1. Telah diusulkan 19 rekomendasi yang bukan merupakan tusi DJPK, yang sebenarnya ditujukan kepada instansi di luar Kemenkeu menjadi temuan pemeriksaan yang tidak dapat di tindaklanjuti (TPTD) ke BPK; 2. Rapat koordinasi penyelesaian tindak lanjut rekomendasi di internal DJPK; 3. Rapat pembahasan penyelesaian tindak lanjut rekomendasi dengan Itjen, DJPB dan BPK; dan 4. Penerbitan beberapa peraturan perundangan yang merupakan bagian dari output tindak tindak lanjut rekomendasi. Ke depan, DJPK akan untuk melakukan percepatan penyelesaian tindak lanjut melalui penyempurnaan SOP dan perbaikan dokumentasi kelengkapan output tindak lanjut secara lebih tertib. Sampai dengan akhir tahun 2017, terdapat 2 (dua) rekomendasi yang telah diselesaikan, yaitu temuan terkait LKPP yang telah selesai ditindaklanjuti sebesar 100% dan temuan terkait LKBUN yang telah selesai ditindaklanjuti sebesar 50%. Dalam Laporan Kinerja 2017

66 54 8b N Persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan HKPD IKU Persentase Kepatuhan Daerah Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan HKPD dimaksudkan untuk mengetahui dan meningkatkan tingkat kepatuhan Pemda terhadap Kewajiban HKPD yang harus dipenuhi. Kepatuhan Pemda terhadap pemenuhan kewajiban-kewajiban Pelaksanaan HKPD, antara lain: 1. Alokasi ADD terhadap DTU sebesar 10% pada APBD dengan mempertimbangkan kapasitas fiskal, dengan target sebesar 75% (Jatuh Tempo Triwulan IV). Pemotongan penyaluran bagi daerah yang tidak menganggaran ADD mulai berlaku pada Tahun Total potensi laporan yang terkena sanksi untuk laporan APBD Semester I dan LPP sebanyak 1626 (542 daerah x 3 laporan). Jumlah daerah yang terkena sanksi penundaan atas keterlambatan penyampaian informasi keuangan daerah sampai dengan Triwulan IV sebanyak 12 daerah. Perhitungan persentase pemenuhan kewajiban penyampaian data APBD = (1 - (12 / 1626)) x 100% = 99.26% 3. Kewajiban Bagi Hasil Provinsi ke Kab./Kota (contoh: PKB) sebesar 90% (jatuh tempo pada Triwulan IV). Kepatuhan provinsi dalam membagihasilkan pajak daerah ke Kabupaten/ Kota masih ada yang belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerimaan di kabupaten/kota masih banyak mengalami keterlambatan, sehingga penggunaan penerimaan pendapatan bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota sebagai sumber pendanaan dalam rangka pembangunan di kabupaten/kota tidak optimal. Formulasi IKU Persentase Kepatuhan Daerah Terhadap Pemenuhan Kewajiban Pelaksanaan HKPD dapat dilihat pada tampilan di atas. Target IKU persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan kewajiban pelaksanaan HKPD ditetapkan sebesar 95%. IKU tersebut merupakan IKU baru dan mulai ditetapkan pada tahun 2017 ini sehingga targetnya tidak tercantum dalam Renstra DJPK Tahun Penetapan IKU ini dilakukan dengan tujuan mencapai pengendalian mutu hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif. Polarisasi indikator kinerja yang digunakan adalah maximize dengan metode pelaporan secara semesteran. Sampai dengan semester kedua tahun 2017, IKU tersebut Tabel 26 Bobot dan Kriteria Bobot Kriteria 20% Persentase pemenuhan kewajiban Alokasi ADD terhadap DBH dan DAU sebesar 10% pada APBD, dengan target sebesar 75% 60% Persentase pemenuhan kewajiban Kewajiban Penyampaian Data APBD sebesar 95% 20% Persentase pemenuhan kewajiban Bagi Hasil Pajak Provinsi ke Kab./Kota (contoh: PKB) sebesar 90% Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

67 55 berhasil mencapai realisasi sebesar 99,26% dengan indeks capaian sebesar 104. Dengan kata lain, IKU persentase Kepatuhan Daerah terhadap Pemenuhan kewajiban pelaksanaan HKPD berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian realisasi IKU tidak terlepas dari program/kegiatan yang telah dilakukan, antara lain: 1. Melakukan komunikasi terhadap daerah yang belum memenuhi kewajiban penyampaiannya untuk segera menyampaikan data dimaksud; 2. Identifikasi dan inventarisasi peraturanperaturan daerah yang mengatur mekanisme bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/ kota; 3. Telah menerbitkan KMK Sanksi Penundaan Dana Perimbangan untuk 12 daerah yang belum menyampaikan APBD Murni 2017; 4. Melaksanakan Sosialisasi terhadap kabupaten/ kota dan provinsi agar melaksanakan kewajiban sebagimana ketentuan yang berlaku tentang pemenuhan ADD minimal 10% dari DAU+DBH; 5. Melakukan koordinasi dengan pemerintah Provinsi agar dalam mengevaluasi perda APBD kabupaten/kota, untuk memperhatikan juga kewajiban pemenuhan ADD; 6. Menyampaikan pemberitahuan kepada daerah-daerah yang telah memenuhi kewajiban ADD 10% dari DAU+DBH; dan 7. Meminta komitmen untuk memenuhi ADD 10% dari DAU+DBH pada APBD Perubahan, bila belum memenuhi kewajiban pemenuhan ADD. Dalam rangka meningkatkan capaian IKU ini, langkah-langkah strategis yang akan dilakukan DJPK ke depan antara lain sebagai berikut: 1. Melaksanakan pemantauan atas pemenuhan kewajiban pengalokasian ADD 10% dalam APBD Perubahan; 2. Melaksanakan penundaan dan/atau pemotongan DAU dan/atau DBH bagi daerah yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan ADD; 3. Koordinasi dengan provinsi untuk melengkapi data peraturan bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota; dan 4. Melakukan koordinasi dengan daerah-daerah yang terkena sanksi agar mempercepat penyampaian laporan APBD. 8c N Persentase Daerah yang Memiliki Kas Wajar Kewajaran kas yang dimiliki Pemerintah Daerah dilihat dari posisi kas pemda setelah dikurangi perkiraan Belanja Operasi, Belanja Modal, Transfer Bagi Hasil Pendapatan, dan Transfer Bantuan Keuangan untuk kurun waktu 3 (tiga) bulan berikutnya dengan memperhatikan volume APBD, alokasi DBH dan/atau DAU, atau faktor lainnya yang terkait dengan kemampuan keuangan daerah. uang kas dan/atau simpanan pemerintah daerah di bank dalam jumlah tidak wajar. Target IKU persentase daerah yang memiliki kas wajar adalah 80%. Sampai dengan akhir tahun, sebanyak 461 daerah memiliki kas daerah wajar dari total 542 pemda di Indonesia. Sehingga, realisasi IKU yang dicapai adalah 85,06% dengan indeks capaian sebesar 100,07. IKU persentase daerah yang memiliki kas wajar dimaksudkan untuk mengetahui pengelolaan APBD yang sehat, efektif dan efisien serta mengurangi IKU ini baru ditetapkan pada tahun 2017, sehingga tidak terdapat perbandingan dengan tahun sebelumnya dan belum tercantum dalam Renstra Laporan Kinerja 2017

68 56 DJPK IKU ini ditetapkan dalam rangka pencapaian sasaran strategis pengendalian mutu hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif. 3. Dilakukannya simulasi pemerintah daerah yang memungkinkan dikenakan konversi penyaluran DBH dan/atau DAU dalam bentuk non tunai. IKU ini dilaporkan secara semesteran dengan jenis konsolidasi take last known value. Polarisasi indikator kinerja yang digunakan adalah maximize, dimana semakin tinggi persentase daerah yang memiliki kas wajar semakin besar capaian IKU. Keberhasilan pencapaian IKU ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : 1. Tersedianya data posisi kas dan setara kas di daerah dan data belanja daerah dalam APBD yang lengkap dan akurat; 2. Adanya kegiatan pengumpulan dan pemantauan data posisi kas dan setara kas pemerintah daerah pada tahun 2017; Efisiensi dalam pencapaian IKU ini dilakukan dengan cara optimalisasi sumber daya manusia yang kompeten dalam proses analisis data, serta optimalisasi anggaran pada kegiatan yang lebih prioritas dalam mendukung capaian output dan kinerja dengan efisiensi anggaran sebesar Rp ,00. Langkah strategis yang akan dilakukan DJPK di masa mendatang untuk meningkatkan capaian IKU ini adalah dengan mengusulkan penerapan konversi DAU/DBH dalam bentuk SBN secara konsisten sehingga dapat mendorong daerah menjaga kasnya dalam jumlah yang wajar. 9a N Persentase Pejabat yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan Sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif dan berkompetensi tinggi sangat dibutuhkan sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan sebuah organisasi. Karenanya, diperlukan standar kompetensi untuk mengukur kualitas SDM dengan tepat. IKU Persentase Pejabat Yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) merupakan IKU yang digunakan untuk mengukur nilai kompetensi pejabat di lingkungan DJPK sesuai dengan SKJ Kementerian Keuangan. SKJ adalah Jenis dan level kompetensi yang menjadi syarat keberhasilan pelaksanaan tugas suatu jabatan. Untuk mengetahui kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan standar kompetensi jabatannya dapat diukur menggunakan Job-Person Match (JPM), yaitu indeks kesesuaian antara kompetensi pejabat dengan SKJ. Setiap pejabat struktural harus mencapai nilai JPM sebesar 72%. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

69 57 Penyediaan data JPM eselon II dan III diakomodasi oleh Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat Jenderal Kemenkeu. Sedangkan data JPM eselon IV disediakan oleh Bagian Kepegawaian masingmasing unit eselon I, dalam hal ini Bagian Sumber Daya Manusia DJPK. Pejabat yang memiliki nilai JPM sama dengan atau lebih dari 72% berarti telah memenuhi standar kompetensi jabatannya. Target IKU Persentase Pejabat Yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan tahun 2017 sama dengan tahun 2016, yaitu sebesar 95%. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan menggunakan metode maximize, dimana semakin banyak pejabat di lingkungan DJPK yang memenuhi standar kompetensi jabatan maka semakin besar realisasi IKU. Dengan periode pelaporan setiap triwulan, jenis konsolidasi IKU yang digunakan adalah take last known value. Pada tahun 2017, IKU Persentase Pejabat Yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan berhasil memenuhi target yang telah ditetapkan, yaitu mencapai realisasi sebesar 98,41%, sehingga memperoleh indeks capaian sebesar 103,59. Nilai realisasi tahun 2017 mengalami peningkatan dibanding realisasi tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, realisasi IKU adalah sebesar 94,21% dengan indeks capaian sebesar 99,17. Sedangkan tahun 2015, realisasi IKU adalah sebesar 94,44% dengan indeks capaian sebesar 99,41%. IKU Persentase Pejabat Yang Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan bukan termasuk Indikator Kinerja yang ditetapkan dalam Renstra DJPK Akan tetapi, penetapan IKU ini sejalan dengan salah satu sasaran strategis DJPK, yaitu penyerapan anggaran sesuai target, pengelolaan SDM DJPK, penataan prosedur kerja yang efektif dan efisien. IKU ini merupakan cascading dari IKU Kemenkeu-Wide. Target untuk IKU Kemenkeu- Wide adalah sebesar 90%, sehingga dengan realisasi sebesar 98,41%, DJPK juga berhasil jauh melampaui target IKU Kemenkeu-Wide. Program/kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menunjang keberhasilan pencapaian target IKU ini adalah : 1. Assessment Center terhadap 5 orang pejabat Eselon IV dan 3 orang pelaksana pada tanggal 12 Desember 2017; 2. Assessment Center terhadap 6 orang Pejabat Eselon IV dan 1 orang Pejabat Eselon II pada TW I Tahun 2017; 3. Assessment Center terhadap 40 orang pelaksana, 1 orang Pejabat Eselon III, dan 1 orang Pejabat Eselon II pada TW II Tahun 2017; 4. Assessment Center terhadap 2 orang Pejabat Eselon III pada TW III Tahun 2017; 5. Assessment Center terhadap 3 orang pelaksana, 5 orang Pejabat Eselon IV dan 1 orang Pejabat Eselon III pada TW IV Tahun 2017; 6. Mengadakan Diklat Peningkatan Kompetensi Eselon IV yang diikuti 13 orang peserta pada bulan Mei 2017; 7. Pelaksanaan mutasi dan promosi pada jabatan Eselon IV pada tanggal 28 Desember 2017 berdasarkan JPM masing-masing pejabat. Dalam proses pencapaian IKU, dilakukan efisiensi pendanaan dalam proses Assessment Center. Pada tahun 2016 dilakukan assessment terhadap 40 orang pejabat eselon IV dengan total pendanaan sebesar Rp ,-, sedangkan pada tahun 2017 dilakukan assessment terhadap 11 orang pejabat eselon IV dan 43 pelaksana dengan total pendanaan sebesar Rp ,-. Ke depan, untuk meningkatkan capaian persentase pejabat yang memenuhi standar kompetensi jabatan DJPK akan melaksanakan coaching bagi para pejabat yang belum memenuhi JPM dan reassessment bagi pejabat yang belum memenuhi JPM. Laporan Kinerja 2017

70 58 9b N Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I Internship dan Secondment adalah Program Pemagangan Pegawai Pemda di Lingkungan DJPK serta Pengiriman Pegawai DJPK yang Memiliki kompetensi Keahlian Tertentu ke Instansi Lain dan Pemda dengan Tujuan Sharing Knowledge untuk mewujudkan Pengelolaan Keuangan Daerah yang Baik. IKU Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I dimaksudkan untuk mengukur progres pelaksanaan program internship dan secondment tahun 2017 sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan program internship dan secondment pada tahun 2017 terdiri atas dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan dilakukan dengan kegiatan persiapan administrasi tim pengelola, penentuan pemerintah daerah tujuan internship dan secondment, penentuan daerah percontohan dan indikator serta tools kegiatan survei. Sedangkan, tahap pelaksanaan dilakukan dengan kegiatan pelaksanan internship piloting dan executive internship. Bobot untuk tahap persiapan dan tahap pelaksanaan masing-masing adalah sebesar 50%. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan untuk IKU Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I menggunakan metode maximize, dimana semakin terselesaikan dengan baiknya program internship dan secondment maka semakin besar realisasi IKU maka. IKU ini dilaporkan setiap semester. Pada tahun 2017, target yang ditetapkan untuk IKU IKU Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I adalah 100%. Adapun realisasi IKU ini adalah sebesar 100%, sehingga memperoleh indeks capaian sebesar 100. IKU Persentase Pelaksanaan Program Internship dan Secondment Tahap I merupakan IKU yang baru ditetapkan pada tahun 2017, sehingga tidak terdapat data pembanding dengan tahun sebelumnya dan tidak tercantum dalam Renstra DJPK Tahun IKU ini ditetapkan karena adanya arahan Menteri Keuangan agar DJPK menyusun framework terkait program internship dan secondment bagi pegawai Pemerintah Daerah yang memiliki kinerja pengelolaan daerah kurang baik. IKU ini selaras dengan sasaran strategis Penyerapan Anggaran Sesuai Target, Pengelolaan SDM DJPK, Penataan Prosedur Kerja Yang Efektif dan Efisien. Keberhasilan pelaksanaan Program Internship dan Secondment pada TA 2017 didorong oleh adanya kebutuhan Pemda untuk memperbaiki kinerja pengelolaan keuangan dan kinerja pelayanan publik. Terutama Pemda yang berdasarkan hasil pemeringkatan tahun 2016 mempunyai kinerja yang kurang baik, yakni peringkat CC minus ke bawah. Sehingga banyak Pemda mendukung dan berperan aktif dalam pelaksanaan program Internship dan Secondment. Selama tahun 2017, kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menunjang keberhasilan IKU ini adalah: 1. Pembekalan kepada para pendamping/mentor dan para calon secondee melalui internship ke -4 unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yaitu: DJPB, LPSE, DJKN, dan DJP serta site visit ke kantor pelayanan daerah unit tersebut; 2. Internship Pemda ke DJPK selama 2 minggu pada tanggal 11 s.d. 29 September 2017 dengan peserta sejumlah 13 orang yang berasal dari 5 daerah piloting dengan Grade CC- ke bawah yaitu Prov. Papua Barat, Kab. Pali, Kab. Mesuji, Kab. Landak, dan Kota Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

71 59 Tomohon; 3. Site visit pemda ke daerah percontohan yaitu Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tanggal 26 Sept 2017 terkait inovasi pelayanan publik dan Pemerintah Kota Surabaya pada tanggal 27 Sept 2017 terkait materi pengelolaan dan implementasi e-government; 4. Menyampaikan framework Program Internship dan Secondment DJPK kepada Pemda terkait kepada Menteri Keuangan melalui nota dinas Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan nomor ND-69/PK/2017 tanggal 25 Oktober 2017; 5. Melaksanakan Program Internship Pemda ke DJPK Tahap II pada tanggal 4 s.d. 8 Desember 2017 dalam rangka evaluasi dan perbaikan hasil konsolidasi dan integrasi rencana aksi para peserta internship dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait di daerah masing-masing; 6. Site visit pembelajaran ke Pemerintah Kab. Banyuwangi pada tanggal 4 s.d. 6 Desember 2017 untuk mempelajari implementasi e-government, inovasi pelayanan publik, dan pengembangan potensi ekonomi daerah; 7. Program Internship Pemda ke DJPK Tahap II diikuti oleh 12 orang Pejabat dari 5 Pemda piloting, yaitu Prov. Papua Barat, Kab. Pali, Kab. Mesuji, Kab. Landak, dan Kota Tomohon. Efisiensi yang dilakukan DJPK dalam rangka pencapaian IKU ini antara lain berupa: 1. 1) Pelaksanaan Program Internship Pemda ke DJPK dilakukan di Gedung DJPK dengan memanfaatkan ruang rapat dan fasilitas kantor yang telah ada, sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk paket meeting dan ruang rapat di hotel; 2. 2) Materi Internship disampaikan dalam bentuk slide Ms. Power Point dan diberikan kepada peserta berupa file soft copy. Sehingga mengurangi penggunaan kertas (paperless). Ke depan, DJPK akan melanjutkan pelaksanaan program internship dan secondment untuk tahap II. Pelaksanaan tersebut akan diwujudkan melalui pelaksanaan program secondment DJPK kepada Pemda dalam rangka pendampingan dan pemantauan implementasi Rencana Aksi para peserta program internship di daerah masingmasing serta pelaksanaan Program Internship Pemda ke DJPK Tahun 2018 dengan melibatkan 32 Pemda. 10a N Indeks Tata Kelola Organisasi IKU Indeks Tata Kelola Organisasi dimaksudkan untuk mengukur tingkat kesehatan organisasi di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Tata kelola organisasi terdiri dari 2 (dua) komponen, yaitu survei internal atas Indeks kesehatan organisasi dengan bobot 30% dan penilaian eksternal dengan bobot 70%. Penilaian internal merupakan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan atas nilai pembangunan integritas dan nilai AKIP Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Indeks tata kelola menggunakan skala IKU Indeks Tata Kelola Organisasi ditetapkan menggunakan polarisasi maximize, dimana semakin baik tingkat tata kelola organisasi DJPK maka semakin tinggi nilai indeks tata kelola organisasi. Dengan periode pelaporan secara tahunan, IKU tersebut memiliki jenis konsolidasi take last known. Target yang ditetapkan pada tahun 2017 adalah 77. Target IKU indeks tata kelola organisasi tidak tercantum dalam Renstra DJPK Namun demikian, penetapan IKU tersebut sejalan dengan sasaran strategis dalam tujuan peningkatan pengelolaan organisasi yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Laporan Kinerja 2017

72 60 Keuangan. Indeks tata kelola organisasi diukur dalam 2 (dua) tahun sekali. Tahun 2017, berdasarkan hasil survei MOFIN dan penilaian eksternal oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan diperoleh realisasi sebesar 86,21. Sehingga indeks capaian atas IKU ini adalah sebesar 111,97. Capaian tersebut juga memenuhi target Kementerian Keuangan sebesar 70. Realisasi IKU tahun 2017 meningkat dari nilai tahun 2015 yang berhasil mencapai 74 dari 76 yang ditargetkan. Keberhasilan pencapaian IKU Indeks Tata Kelola Organisasi tersebut tidak terlepas dari partisipasi seluruh pegawai di lingkungan DJPK dalam Survei MOFIN yang dilaksanakan serentak pada 17 s.d. 30 April Partisipasi tersebut dapat dilakukan secara menyeluruh dikarenakan adalnya pemberian informasi jadwal pelaksanaan survei oleh Bagian Organisasi dan Kepatuhan Internal sehingga seluruh pegawai dapat mengisi survei tersebut dan hasilnya mencapai target yang telah diharapkan. Dalam rangka memenuhi angka target tata kelola organisasi, DJPK telah melaksanakan beberapa program/kegiatan sebagaimana berikut: 1. Meminta bantuan/ menugaskan Duta Transformasi DJPK untuk melakukan sosialisasi MOFIN; 2. Menugaskan 10 orang perwakilan DJPK dari masing-masing unit Eselon II untuk mengikuti Internalisasi MOFIN bersama seluruh perwakilan dari unit Eselon I; 3. Menyebarkan booklet dan leaflet MOFIN pada kegiatan sosialisasi internal Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah; 4. Mencetak pamflet MOFIN untuk dipasang pada setiap lantai; 5. Membuat bahan internalisasi yang akan disampaikan oleh tiap pimpinan Unit Eselon II kepada pegawai di lingkungan masing-masing; 6. Telah mengusulkan list responden internal dan eksternal survei penilaian integritas oleh Itjen; 7. Pembuatan pop-up MOFIN pada aplikasi GUESTBOOK DJPK; 8. SMS blast terkait pelaksanaan survey MOFIN; dan 9. Reviu LAKIN oleh ITJEN. Ke depan, DJPK akan meningkatkan kembali tata kelola organisasi yang baik sebagai bentuk persiapan penilaian selanjutnya dan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

73 61 10b CP Persentase Implementasi Inisiatif-Inisiatif Baru Program RBTK Tahun 2017 IKU Persentase Implementasi Inisiatif-Inisiatif Baru Program RBTK Tahun 2017 merupakan IKU baru yang bertujuan untuk memperkuat peran strategis yang dimiliki DJPK dalam mengelola Kebijakan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah. Pencapaian realisasi dilakukan dengan munculnya Inisiatif Strategis tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Program Transformasi Kelembagaan Kemenkeu dilaksanakan dengan mengacu pada KMK 974/KMK.01/2016, tentang Impmentasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan. Sesuai dengan KMK 43/KMK.01/2017 dan KMK 132/KMK.01/2017, Pelaporan implementasi inisiatif Program TK kepada Menteri Keuangan adalah sebanyak 2 kali setahun (setiap tanggal 10 Januari dan 10 Juli). Progres penyelesaian inisiatif Program TK dapat diukur tahunan sesuai dengan rincian kegiatan yang dilaksanakan pada setiap milestone penyelesaian masing-masing inisiatif Program TK. Misal untuk Inisiatif A, rentang waktunya adalah dimulai dari bulan Juni 2014 s.d. bulan Desember 2016, maka setiap tahun harus ada cut off penyelesaiannya yang maksimal pencapaiannya 100%. Sehingga diperoleh penghitungan capaian sebagai berikut: Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Juni 2014 s.d. Desember 2014 (10% dari inisisatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (10% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun 2014; Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Januari 2015 s.d. Desember 2015 (60% dari inisisatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (60% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun 2015; Kegiatan yang sudah direncanakan bulan Januari s.d. Desember 2016 (30% dari inisisatif A) ==> capaian dinilai 100% jika kegiatan tersebut (30% dari inisiatif) sudah selesai pada tahun IKU Persentase Implementasi Inisiatif-Inisiatif Baru Program RBTK Tahun 2017 ini memiliki polarisasi maximize dengan target sebesar 90%. Indikator kinerja tersebut tidak tercantum dalam Renstra DJPK Tahun Akan tetapi, penetapan IKU tersebut dimaksudkan untuk mencapai sasaran strategis dalam tujuan Peningkatan kualitas dukungan manajeman, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya DJPK. Dengan metode pelaporan secara semesteran, sampai dengan semester kedua tahun 2017, realisasi yang diperoleh adalah sebesar 94% sehingga capaian atas IKU ini adalah sebesar 104,44. Pada tahun 2017, DJPK mengusulkan untuk menghadirkan pemerintah pada seluruh wilayah Indonesia melalui sinkronisasi penganggaran pusat dan daerah sebagai inisiatif strategis dalam rangka implementasi program RBTK. Keberhasilan pencapaian IKU Persentase Implementasi Inisiatif-Inisiatif Baru Program RBTK Tahun 2017 tidak terlepas dari upaya DJPK untuk menyelesaikan rangkaian milestone IS yang telah direncanakan. Program/kegiatan yang telah dilakukan selama tahun 2017 ini, antara lain: 1. Telah dilakukan recruitment AKPD inpasing tahap I dan II; 2. Revisi PMK 48/2006 menjadi PMK 50/2017; 3. Telah dilakukan pemantauan terhadap penggunaan dana blockgrant yang menghasilkan KMK Nomor: 47/KM.7/2017 tentang Penundaan Penyaluran Dana Perimbangan Bulan Oktober Tahun 2017 atas Laporan Kinerja 2017

74 62 Keterlambatan Penyampaian laporqan Belanja Infrastruktur yang Bersumber dari Transfer ke Daerah yang Penggunaannya bersifat Umum; 4. Penerapan web based reporting system (ONMSPAN); dan 5. Pembangunan EIS SIKD prototipe dan koordinasi dengan stakeholder. Ke depan, DJPK akan terus berupaya menciptakan inisiatif-inisiatif baru yang berpengaruh terhadap reformasi birokrasi dan transformasi kelembagaan, baik lingkup Kementerian Keuangan maupun lingkup nasional. Untuk itu kedepan akan dilakukan peningkatan kinerja dan koordinasi secara intensif dengan Kemenpan-RB. 11a CP Tingkat Downtime Sistem TIK Tingkat downtime sistem TIK adalah terhentinya layanan TIK yang memiliki tingkat kritikalitas sangat tinggi dari masing-masing Unit Eselon I. Terhentinya layanan TIK ini disebabkan oleh gangguan pada infrastruktur TIK ataupun core system layanan TIK yang meliputi: layanan Internet, layanan intranet, server/operating system (OS), Aplikasi, dan Database yang dikelola oleh unit TIK Pusat dan unit TIK Eselon I. Realisasi IKU dihitung dengan membandingkan jumlah downtime seluruh layanan TIK dengan jumlah layanan TIK. Polarisasi indikator kinerja yang ditetapkan adalah minimize, dimana semakin baik ketersediaan sistem pelayanan TIK yang diberikan kepada para pemangku kepentingan maka semakin kecil tingkat downtime sistem TIK. Periode pelaporan IKU ditetapkan setiap triwulanan dengan jenis konsolidasi average. Layanan TIK dengan tingkat kritikalitas sangat tinggi ditentukan berdasarkan dampak terhadap kelangsungan operasional organisasi dan dengan mempertimbangkan faktor potensi kerugian finansial, faktor potensi tuntutan hukum, faktor citra Kemenkeu, dan faktor jumlah pengguna yang dirugikan. Perhitungan downtime layanan tidak termasuk downtime yang direncanakan (planned downtime) dan disetujui untuk tujuan pemeliharaan (preventive maintenance). Dalam hal ini, daftar layanan TIK untuk DJPK yang diperhitungkan adalah website DJPK dan layanan SIKD. Penentuan waktu ketersediaan layanan TIK disesuaikan dengan karakteristik masingmasing layanan TIK. Laporan downtime layanan TIK disusun berdasarkan hasil pemantauan ketersediaan layanan dengan menggunakan alat ukur atau alat monitoring yang disepakati. IKU Persentase Downtime Sistem TIK bertujuan untuk mengukur ketersediaan sistem pelayanan dalam rangka meningkatkan pelayanan TIK dengan tingkat downtime yang seminimal mungkin. Target IKU pada tahun 2017 sama dengan tahun 2016, yaitu 1%. Pada tahun 2017, realisasi IKU Persentase Downtime Sistem TIK mencapai 0,005%, sehingga indeks capaian IKU ini adalah sebesar 120. Capaian IKU persentase downtime sistem TIK tahun 2017 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tahun 2016, realisasi IKU adalah 0,015% dengan indeks capaian sebesar 120. IKU persentase downtime sistem TIK ini baru ditetapkan mulai tahun 2016 dan tidak termasuk indikator kinerja yang ditetapkan dalam Renstra DJPK Namun demikian, penetapan IKU ini telah selaras dengan salah satu sasaran strategis yang dicapai dalam tujuan peningkatan kualitas dukungan manajeman, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Dibandingkan dengan target IKU Kemenkeu-Wide, yaitu sebesar 1%, realisasi IKU persentase downtime sistem TIK pada tahun 2017 juga telah memenuhi target tersebut. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

75 63 Keberhasilan pencapaian IKU tidak terlepas dari adanya alert system/server monitoring sehingga ketika terjadi downtime dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan penanganan. Pelaksanaan server maintenance secara berkala sehingga gangguan miskonfigurasi dapat diminimalisasi juga salah satu pendukung keberhasilan tersebut. Selain itu, juga terdapat dukungan dari PUSINTEK dalam penyediaan pasokan arus listrik bagi server co-location di data center Kemenkeu dan koordinasi yang baik dengan mereka apabila terjadi insiden. Sampai dengan akhir tahun 2017 telah dilaksanakan monitoring berkala terhadap penyampaian data di SIKD, monitoring berkala terhadap server SIKD, dan pemanfaatan Tools Monitoring untuk memantau kondisi dan performa Server maupun Aplikasi agar dapat diketahui segera jika terjadi downtime. Kegiatan maintenance downtime yang dilakukan tidak menggunakan alokasi khusus dari sisi penganggaran untuk mencapai target IKU downtime. Untuk penyediaan on-site technical assistance, terdapat bantuan dana dari pihak lembaga donor sehingga mengurangi penggunaan dana dari APBN. Tabel 27 Rincian Downtime sistem TIK di DJPK Tahun 2017 Laporan Kinerja 2017

76 64 11b N Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I IT Service Management (ITSM) atau Manajemen Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu metode pengelolaan layanan TIK yang secara filosofis terpusat pada perspektif pengguna layanan TIK terhadap proses bisnis organisasi. ITSM bertujuan memastikan layanan TIK dapat dipenuhi sesuai kebutuhan dan kemampuan organisasi. Implementasi ITSM Tahap I diterjemahkan sebagai ketersediaan Katalog Layanan TIK (ICT Service Catalog) Kementerian Keuangan bagi pengguna di Lingkungan Kementerian Keuangan dan penyusunan kajian/konsep kerangka kerja tata kelola ITSM Kementerian Keuangan. Katalog Layanan TIK adalah basis data atau dokumen terstruktur yang berisi informasi mengenai semua layanan TIK yang masih aktif, termasuk layanan yang tersedia untuk penggelaran (deployment). Katalog Layanan TIK Kementerian Keuangan merupakan layanan TIK yang dikelola oleh Unit TIK Pusat dan Unit Eselon I. Implementasi ITSM Tahap I dilaksanakan melalui kegiatan penyusunan Katalog Layanan TIK Unit Eselon I, penyusunan Katalog Layanan TIK Kementerian Keuangan, penyusunan Kajian/Konsep Kerangka Kerja Tata Kelola ITSM Kementerian Keuangan. IKU Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I merupakan salah satu IKU mandatory yang baru ditetapkan pada tahun 2017 sehingga tidak termasuk indikator kinerja yang tercantum dalam Renstra DJPK Penetapan IKU tersebut dilakukan sesuai dengan amanat dari Menteri Keuangan sebagai perwujudan pengelolaan layanan TIK di Kementerian Keuangan yang efektif dan efisien. IKU tersebut dihitung berdasarkan ketepatan waktu masing-masing Unit Eselon I dalam melaksanakan target dan menghasilkan output sesuai perencanaan PUSINTEK Tabel 28 Layanan TIK DJPK Tahun 2017 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

77 65 Tabel 29 Formulasi Indeks Implementasi ITSM Tahap I No Persentase Kegiatan Indeks Capaian Bobot Penyusunan Katalog Layanan TIK Unit Eselon I 1 Identifikasi layanan TIK Unit Eselon I s.d Februari: 120 s.d Maret: 100 s.d April: 90 Mei s.d Juni: 80 2 Penyusunan/pemutakhiran Usulan Katalog Layanan s.d Mei: 120 TIK Unit Eselon I s.d Juni: 100 s.d Juli: 90 Agustus s.d September: 80 15% 25% Penyusunan Katalog Layanan TIK Kementerian Keuangan 1 Penyusunan Katalog Layanan TIK Kementerian Keuangan s.d Agustus: 120 s.d September: 100 s.d Oktober: 90 November s.d Desember: 80 2 Penetapan Katalog Layanan TIK Kementerian s.d November: 120 Keuangan Desember: 100 Realisasi IKU= (Indeks Capaian Kegiatan x bobot) 25% 15% sebagaimana disajikan dalam Tabel 28. Formulasi penghitungan Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I adalah seperti ditampilkan pada Tabel 29. Penghitungan realisasi IKU dilakukan oleh PUSINTEK sesuai dengan finalisasi penetapan katalog atas katalog layanan yang telah disusun oleh DJPK. Target IKU Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I adalah sebesar 80%. Adapun realisasi IKU Indeks Implementasi IT Service Management Tahap I berhasil mencapai target yaitu adalah sebesar 80%, sehingga indeks capaian IKU ini adalah sebesar 100. Target dan realisasi IKU ini berada di bawah target dan realisasi Kemenkeu-Wide, dimana diperoleh realisasi sebesar 116,54 dari target sebesar 100. Keberhasilan pencapaian IKU ini didukung oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut: 1. Koordinasi yang baik secara internal dalam mendefinisikan layanan-layanan TIK yang dimiliki oleh DJPK; 2. Dukungan dari pihak PUSINTEK dalam memberikan guideline penyusunan katalog layanan TIK; 3. Komunikasi dan koordinasi yang baik dengan pihak PUSINTEK dalam menjaga capaian target triwulanan. Dalam rangka pencapaian tersebut, DJPK telah melakukan beberapa kegiatan kegiatan antara lain sebagai berikut: 1. Identifikasi layanan TIK DJPK pada Triwulan I; 2. Penyampaian hasil identifikasi Katalog Layanan TIK DJPK kepada Pusintek pada triwulan II; 3. Pemutakhiran usulan Katalog Layanan TIK Unit Eselon 1 Laporan Kinerja 2017

78 66 4. Penyampaian hasil pemutakhiran usulan Katalog Layanan TIK Unit Eselon 1 kepada PUSINTEK; 5. Koordinasi dengan PUSINTEK terkait penyusunan Katalog TIK Kementerian Keuangan. Langkah selanjutnya kedepan yang akan dilakukan DJPK dalam rangka meningkatkan pencapaian IKU ini adalah dengan melakukan penyusunan kajian kerangka kerja ITS terintegrasi. Efisiensi yang dilakukan DJPK dalam pencapaian IKU ini adalah melakukan optimalisasi anggaran dari kegiatan-kegiatan yang kurang prioritas untuk mendukung kegiatan Implementasi IT Service Management Tahap I agar tercapai target output dan kinerja. 11c N Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu IKU Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu dimaksudkan untuk mengukur ketepatan waktu pembangunan dan pengembangan aplikasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersamasama dengan unit pemilik proses bisnis. Kinerja yang dihasilkan meliputi proses pembangunan/ pengembangan aplikasi internal di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan yang tepat waktu sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat untuk masing-masing aplikasi. Penghitungan realisasi IKU dilakukan dengan menghitung jumlah pengembangan aplikasi yang selesai secara tepat waktu. Kriteria tepat waktu adalah proses pengembangan/pembangunan diselesaikan sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan disetujui bersama-sama pemilik proses bisnis. Formulasi perhitungan IKU Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu dapat dilihat pada tampilan di atas. Indikator kinerja utama Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu memiliki target sebesar 100% untuk tahun Target tersebut masih sama dengan target tahun 2016 dan tahun Polarisasi IKU yang ditetapkan adalah maximize, dimana semakin besar realisasi IKU maka pengembangan aplikasi internal yang dilakukan semakin cepat dan baik. Untuk periode pelaporannya ditetapkan setiap semesteran dengan jenis konsolidasi average. Realisasi Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu tahun 2017 adalah 100% dengan indeks capaian sebesar 100. Capaian tersebut sama dengan capaian tahun 2016 dan tahun 2015, yaitu realisasi IKU sebesar 100% dan indeks capaian 100. IKU Persentase Pengembangan Aplikasi Internal Tepat Waktu tidak tercantum dalam Renstra DJPK Namun, penetapan IKU ini sejalan dengan tujuan DJPK dalam peningkatan kualitas dukungan manajeman, pengelolaan organisasi, sumber daya manusia, dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan untuk mencapai suatu sasaran strategis DJPK. Keberhasilan pencapaian IKU didukung dengan adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antara Subdit TI dengan unit pemilik proses bisnis Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

79 67 dan adanya dukungan alokasi anggaran yang memadai untuk pengembangan sistem teknologi informasi. Sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2017, telah dilaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka mencapai target IKU yang ditetapkan sebagai berikut: 1. Pembangunan dan implementasi Aplikasi Sistem Informasi Publikasi Gaji Pegawai (SIGAP); 2. Pembangunan Aplikasi E-Learning DJPK; 3. Pengembangan Aplikasi Transfer ke Daerah (SIMTRAD4); 4. Updating data Guestbook; 5. Pengembangan Aplikasi Penyaluran TKDD; 6. Pembangunan Aplikasi Kepegawaian (Modul Diklat); dan 7. Pembangunan Aplikasi DAK Nonfisik (Modul Pelaporan Dana BOK, BOKB, BOS dan PK2UKM). Efisiensi dilakukan dalam pencapaian IKU ini baik dari sisi anggaran maupun efisiensi penggunaan sumber daya manusia. Dari sisi anggaran telah dilakukan efisiensi dari belanja jasa konsultan, belanja konsumsi rapat, dan belanja perjalanan dinas paket meeting dalam kota sebesar 6,9%. Sedangkan, dari sisi sumber daya manusia, pengembangan sistem teknologi dan informasi dilakukan dengan metode join development (SDM sendiri dan pihak ketiga bersama-sama membangun sistem teknologi dan informasi). Hal tersebut mampu meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan SDM yang terbatas di tengah banyaknya permintaan pembangunan sistem teknologi dan informasi. Langkah kedepan yang akan dilakukan untuk peningkatan pencapaian IKU ini adalah melakukan peningkatan koordinasi dengan unit pemilik proses bisnis di dalam setiap rangkaian kegiatan pengembangan aplikasi serta penyempurnaan tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengembangan aplikasi. 12a N Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Anggaran yang tersedia dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), harus dikelola sesuai rencana yang telah ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dapat terwujud dengan pelaksanaan anggaran menggunakan prinsip hemat, efisien, dan tidak mewah, namun tetap memenuhi output sebagaimana telah direncanakan dalam DIPA. Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan anggaran, ditetapkan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran. IKU ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat kualitas pelaksanaan anggaran organisasi di lingkungan DJPK. Target IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 sama dengan target tahun sebelumnya, yaitu sebesar 95%. Polarisari indikator kinerja yang ditetapkan adalah maximize, dimana semakin tinggi nilai capaian serta kualitas pelaksanaan anggaran di lingkungan DJPK maka semakin tinggi realisasi IKU. Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran dilaporkan secara triwulanan dengan jenis konsolidasi periode menggunakan take last known value (realisasi yang digunakan adalah angka periode terakhir) dan jenis konsolidasi lokasi average. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 35/MK.1/2017 Tentang Tata Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Persentase Kualitas pelaksanaan Anggaran Di Lingkungan Kementerian Keuangan, IKU Kualitas Pelaksanaan Anggaran diperoleh dari penghitungan persentase penyerapan anggaran, pencapaian keluaran riil, efisiensi, dan konsistensi pada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan. Akan tetapi, penghitungan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran untuk tahun 2017 hanya mencakup 3 (tiga) unsur, yaitu penyerapan anggaran atas pagu neto, pencapaian keluaran riil, dan efisiensi. Laporan Kinerja 2017

80 68 Setiap unsur IKU memiliki bobot masing-masing. Mengingat DJPK merupakan unit kerja yang memiliki anggaran untuk belanja barang dan belanja modal yang termasuk dalam cakupan objek efisiensi, maka bobot unsur IKU yang digunakan adalah 10% untuk penyerapan anggaran atas pagu neto, 39% untuk pencapaian keluaran riil, dan 51% untuk efisiensi. Formulasi penghitungan realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran adalah seperti dapat dilihat pada tampilan di atas. Keterangan P : Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto KR : Capaian Keluaran Riil E : Efisiensi Penyerapan anggaran yang digunakan sebagai unsur penghitungan adalah penyerapan anggaran atas pagu neto, yaitu realisasi anggaran atas belanja barang dan belanja modal terhadap anggaran sebagaimana tercantum dalam RKA- K/L dan DIPA tidak termasuk self-blocking, hasil efisiensi, dan dana lainnya yang penggunaannya bersifat khusus. Batas nilai dari unsur persentase penyerapan anggaran neto paling tinggi adalah 100%. Pencapaian keluaran riil adalah akumulasi nilai capaian dari seluruh keluaran riil. Keluaran riil adalah seluruh barang/jasa sebagai hasil akhir setiap/serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh unit/satker pada satu tahun anggaran dalam rangka mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan, dengan mempertimbangkan progres dan bobot setiap keluaran riil berdasarkan pagu anggaran. Batas nilai persentase penyerapan anggaran atas pagu neto dan pencapaian keluaran riil paling tinggi adalah 100%. Efisiensi adalah hasil lebih atau sisa dana belanja barang dan belanja modal, meliputi objek perjalanan dinas, rapat dalam kantor, konsinyering/paket meeting, kudapan dan makan siang rapat, langganan daya dan jasa(listrik, air, telepon, dan internet), honorarium tim, narasumber, moderator, kepanitiaan, dan kegiatan lainnya kecuali kegiatan peningkatan dan pengembangan kompetensi pegawai, seluruh proses pengadaan barang/jasa, belanja operasional perkantoran, belanja jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja barang operasional dan non operasional lainnya. Hasil lebih atau sisa dana akan dihitung sebagai efisiensi apabila capaian keluaran riil paling sedikit adalah 100%. Dengan penghitungan penyerapan anggaran atas pagu neto sebesar 99,94%, capaian keluaran riil sebesar 100%, dan efisiensi sebesar 108,54%, diperoleh realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 sebesar 104,35%. Realisasi tersebut berhasil mencapai target 95% yang telah ditetapkan sehingga nilai indeks capaiannya adalah sebesar 109,84. Nilai realisasi IKU dan indeks capaian tersebut meningkat dari nilai tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016, DJPK berhasil memenuhi target dengan realisasi sebesar 96,47% dan indeks capaian sebesar 101,5. Sedangkan, tahun 2015 DJPK berhasil mencapai realisasi sebesar 97,65% dengan indeks capaian sebesar 102,7. Dalam Renstra DJPK , target yang ditetapkan untuk IKU persentase kualitas pelaksanaan anggaran tahun 2017 adalah 95%. Target ini juga sama dengan target yang tercantum dalam Renstra Kementerian Keuangan dan perjanjian kinerja Kemenkeu-Wide. Dengan realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran yang sampai dengan tahun ini selalu mencapai bahkan melampaui target yang telah ditetapkan, menunjukkan bahwa DJPK berhasil memenuhi target jangka menengah, baik secara internal maupun kementerian, yang ditetapkan. Hal tersebut juga menunjukkan tingkat kualitas pelaksanaan anggaran di lingkungan DJPK yang semakin baik. Nilai realisasi persentase kualitas pelaksanaan anggaran DJPK tersebut akan dikompilasi dengan persentase kualitas pelaksanaan anggaran eselon I lain menjadi realisasi IKU Kemenkeu-Wide Kementerian Keuangan Tahun Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

81 69 Keberhasilan pencapaian IKU ini ditunjang dari beberapa faktor dan kegiatan yang dilakukan, antara lain : 1. Koordinasi internal yang baik antara Bagian Perencanaan dan Keuangan dengan unit pemilik kegiatan untuk melakukan percepatan pelaksanaan kegiatan serta pencapaian keluaran riil meskipun beberapa kegiatan terkena kebijakan self-blocking; 2. Menerbitkan Surat Edaran Dirjen Perimbangan Keuangan Nomor SE-4/PK/2017 Tentang Gerakan Efisiensi dan Penghematan Anggaran Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Beberapa kebijakan yang diatur dalam SE Gerakan Efisiensi tersebut, antara lain penertiban ketentuan lembur pegawai, aturan pelaksanaan perjalanan dinas, pembatasan pelaksanaan Rapat Dalam Kantor (RDK), aturan pemberian kudapan dan makan siang rapat, pemberian honorarium dan narasumber, serta penggunaan ATK, listrik, air, dan internet. 3. Penerapan kebijakan pertanggungjawaban kegiatan paling lambat 17 (tujuh belas) hari kerja; 4. Penetapan target penyerapan anggaran secara bulanan serta monitoring dan evaluasi yang ketat atas pencapaiannya; 5. Penyampaian laporan realisasi anggaran dan capaian output dengan membuat list ranking kepada pimpinan dan pemilik kegiatan; 6. Perhatian lebih pimpinan tertinggi DJPK akan penyerapan anggaran DJPK yang dibawa dalam forum Rapim. efektivitas pengelolaan keuangan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dampai dengan monitoring dan pelaporan; 3. Menyusun Surat Edaran Dirjen Perimbangan Keuangan terkait Gerakan Efisiensi TA.2018 di DJPK; 4. Mewajibkan seluruh pemilik kegiatan unit Es.III untuk menyampaikan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Penarikan Dana, Target Frekuensi Kegiatan, Lokasi Pelaksanaan, dan Target Keluaran Riil bulanan). Selanjutnya bagian Perencanaan dan Keuangan akan melakukan kompilasi rencana pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dapat ditetapkan Target RPD yang moderat serta Keluaran Riil yang akurat; 5. Menyusun kalender kegiatan DJPK selama 1 tahun kedepan berdasarkan pemetaan usulan rencana pelaksanaan kegiatan; 6. Melakukan monitoring dan evaluasi secara intensif atas capaian penyerapan anggaran, keluaran riil, dan konsistensi berdasarkan kalender kegiatan pelaksanaan kegiatan yang telah disusun; 7. Melaporkan secara berkala (bulanan) kepada pimpinan capaian penyerapan anggaran, keluaran riil, konsistensi, dan efisiensi yang telah dilakukan berserta langkah2 perbaikan kedepan; 8. Membuat aplikasi sistem pengelolaan keuanga yangkomprehensif dari mulai e-planning, e-budgeting, e-monev, sampai dengan e-reporting. Langkah strategis yang akan dilakukan kedepan dalam rangka peningkatan capaian IKU ini antara lain: 1. Mensosialisasikan SE-35/2017 tentang Perhitungan IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran kepada para pengelola keuangan (PPK/SPK) dan seluruh pemilik kegiatan sampai dengan level unit Eselon III. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman point-point krusial yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja IKU ini; 2. Menyusun Surat Edaran KPA terkait pengelolaan keuangan yang mengatur Laporan Kinerja 2017

82 70 Gambar 3 Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

83 71 B. Realisasi Anggaran Estimasi kebutuhan pendanaan dalam rangka mendukung capaian Sasaran Strategis jangka menengah DJPK telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Strategis DJPK tahun sebagai berikut Tabel 30 Indikasi Kebutuhan Pendanaan dalam Renstra DJPK Tahun No Persentase Kegiatan Indikasi Kebutuhan Pendanaan Perumusan dan Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Desa yang berkualitas dan Optimal 2 Pemantauan dan Evaluasi HKPD yang didukung Basis Data Keuangan Daerah yang lengkap dan SIKD yang Akurat, Transparan dan Tepat Waktu 3 Peningkatan Pajak Daerah terhadap PDRB 4 Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Pinjaman Daerah, Hibah Daerah dan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Daerah 5 Tingkat Efektifitas dan Efisiensi yang Tinggi pada semua unit Eselon II di DJPK dalam rangka Menunjang Tercapainya Pencapaian Tujuan Strategis DJPK , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,8 Jumlah , , , , ,0 Laporan Kinerja 2017

84 72 Setiap tahunnya, Indikasi kebutuhan dana sebagaimana tertera dalam Renstra DJPK tahun tersebut disesuaikan dengan kondisi kemampuan keuangan negara (APBN), prioritas nasional, dan fokus arah kebijakan tahunan. Sementara itu, dukungan pendanaan capaian kinerja DJPK tahun 2017 tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja DJPK tahun Nilai tersebut mengalami perubahan dalam tahun berjalan menyesuaikan dengan arahan kebijakan self-blocking. Berikut ini adalah dukungan pendanaan pencapaian kinerja DJPK sebagaimana tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja, penyesuaian self-blocking serta realisasi anggarannya: Tabel 31 Dukungan Pendanaan Capaian Kinerja DJPK 2017 (1) Sasaran Strategis Perumusan dan Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Desa yang berkualitas dan Optimal Unit Eselon II Direktorat DAPER (1687) Pagu Awal (Perjanjian Kinerja) Pagu Sebelum Self Blocking Pagu Setelah Self Blocking Realisasi 10,211,7 7,860,2 7,491,4 6,928,8 Pemantauan dan Evaluasi HKPD yang didukung Basis Data Keuangan Daerah yang lengkap dan SIKD yang Akurat, Transparan dan Tepat Waktu Peningkatan Pajak Daerah terhadap PDRB Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Pinjaman Daerah, Hibah Daerah dan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Daerah Tingkat Efektifitas dan Efisiensi yang Tinggi pada semua unit Eselon II di DJPK dalam rangka Menunjang Tercapainya Pencapaian Tujuan Strategis DJPK Direktorat EPIKD (1688) Direktorat PKKD (1689) Direktorat PTNDP (1690) SEKRETARIAT (1691) 6,464,9 4,688,0 4,476,7 4,246,4 13,017,2 8,234,0 6,802,1 6,365,7 27,771,0 14,415,7 13,181,7 10,609,2 75,522,6 93,817,0 87,562,9 81,656,4 Total 132,987,4 129,015,0 119,515,0 109,806,7 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

85 73 Alokasi pagu berserta realisasinya sebagaimana tercantum diatas, pada prinsipnya merupakan pendanaan dan realisasi yang terjadi untuk mendukung seluruh kinerja DJPK baik kinerja utama (IKU) maupun untuk mendukung kegiatan yang bukan menjadi kinerja utama. Adapun pagu maupun realisasi dari kegiatan-kegiatan yang mendukung masing-masing Kinerja Utama (IKU) adalah sebagai berikut: Tabel 32 Dukungan Pendanaan Capaian Kinerja DJPK 2017 (2) No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Pagu Anggaran Realisasi Anggaran 1 Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang berkualitas dan optimal 2 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan hubungan keuangan pusat dan daerah yang efektif serta penyediaan informasi keuangan daerah yang transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan akuntabel 1. Indeks Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah 2. Rasio PDRD terhadap PDRB 3. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan 4. Persentase efektivitas pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 5. Persentase pencapaian output dari Transfer ke Daerah dan Dana Desa terhadap penyerapan Transfer ke Daerah dan Dana Desa 6. Deviasi Proyeksi Perencanaan Kas Pemerintah Pusat 7. Persentase Penyelesaian Perumusan Kebijakan HKPD yang Berkualitas 1. Persentase Daerah yang Memiliki APBD Yang Sehat 2. Persentase Pengembangan dan Implementasi Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) yang terintegrasi 7.491, , , ,4 Laporan Kinerja 2017

86 74 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Pagu Anggaran Realisasi Anggaran 3 Penciptaan kemandirian ekonomi daerah melalui tata kelola Pajak dan Retribusi Daerah disesuaikan dengan karakteristik masingmasing daerah 1. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP dan LK BUN yang telah ditindaklanjuti 2. Persentase kepatuhan daerah terhadap pemenuhan kewajiban pelaksanaan Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah 3. Persentase daerah yang memiliki kas wajar 6.802, ,7 4 Pendapatan daerah yang optimal dan pengelola keuangan daerah yang handal 1. Persentase pemerintah daerah yang melakukan kerjasama penyelenggaraan capacity building di bidang pengelolaan keuangan daerah 2. Persentase Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Keuangan Pusat dan Daerah , ,2 5 Penyerapan anggaran sesuai target, pengelolaan SDM DJPK, penataan prosedur kerja yang efektif dan efisien 1. Persentase pejabat yang memenuhi standar kompetensi jabatan 2. Persentase pelaksanaan program internship dan secondment tahap I 3. Indeks tata kelola organisasi 4. Persentase implementasi inisiatif RBTK 5. Persentase downtime sistem TIK 6. Indeks implementasi IT Service Management tahap I 7. Persentase pengembangan aplikasi internal tepat waktu 8. Persentase kualitas pelaksanaan anggaran , ,4 Total , ,7 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

87 Laporan Kinerja

88 76 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

89 Laporan Kinerja

90 78 BAB 4 P E N U T U P Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan tahun 2017 merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kinerja Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dalam pencapaian visi dan misinya pada tahun Pertanggungjawaban tersebut telah dijabarkan ke dalam 5 sasaran strategis, 12 sasaran program/ kegiatan, dan diidentifikasikan lebih lanjut melalui 22 Indikator Kinerja Utama (IKU). Dari 22 IKU tersebut, seluruh IKU (100%) berstatus hijau atau dapat mencapai target. Dengan pencapaian itu, DJPK berhasil memperoleh Nilai Kinerja Organisasi (NKO) sebesar 106,43 dengan rincian nilai sebesar 108,99 dari bidang stakeholder perspective (25%), 105,34 dari bidang customer perspective (15%), 104,89 dari bidang internal process perspective (30%), dan 106,39 dari bidang learning and growth perspective (30%). Beberapa keberhasilan kinerja DJPK pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Mencapai nilai 0,597 dari target 0,725 untuk indeks pemerataan kemampuan keuangan daerah; 2. Mencapai nilai 2,27 dari target 2,25 untuk rasio PDRD terhadap PDRB; 3. Mendapatkan nilai 4,36 dari skala 5 atas Survey Kepuasan Pelanggan terhadap stakeholders Kementerian Keuangan; 4. Melakukan simulasi pemeringkatan kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah terhadap 542 daerah; 5. Menyelesaikan 25 rancangan peraturan kebijakan HKPD; 6. Mewujudkan pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang efektif; 7. Mewujudkan optimalisasi penyerapan dan pencapaian output Transfer Ke Daerah dan Dana Desa; 8. Mencapai nilai rata-rata deviasi 0,08% dari target 5%; 9. Pelaksanaan Bimbingan Teknis Pengelola Keuangan Daerah pada 213 Pemda; 10. Pelaksanaan Uji Kompetensi, penyusunan kurikulum, dan diklat untuk Jafung AKPD di pusat dan daerah; 11. Menyelesaikan pengembangan dan implementasi SIKD sesuai roadmap; 12. Menyelesaikan tindak lanjut Rekomendasi LHP LKPP dan LKBUN; 13. Meningkatkan tingkat kepatuhan Pemda Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

91 79 terhadap Kewajiban HKPD yang harus dipenuhi; 14. Mewujudkan pengelolaan APBD yang sehat, efektif dan efisien; 15. Meningkatkan kualitas SDM sehingga sebanyak 98,41% pejabat telah memenuhi standar kompetensi jabatan; 16. Pelaksanaan program internship dan secondment tahap I sesuai rencana program; 17. Memperoleh nilai 86,21 dari target 77 atas indeks tata kelola organisasi; 18. Implementasi inisiatif RBTK; 19. Minimalisasi tingkat downtime system TI menjadi 0,005% dari target 1%; 20. Mempertahankan penyelesaian pengembangan aplikasi internal DJPK secara tepat waktu; 21. Implementasi IT Service Management tahap I sesuai target; 22. Mencapai perolehan 104,35% dari target 95% atas kualitas pelaksanaan anggaran. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan berkomitmen untuk meningkatkan kinerjanya secara aktif melalui rencana-rencana aksi yang telah dicanangkan. Peningkatan tersebut tentunya akan didukung oleh perbaikan yang dilakukan secara terus menerus dalam berbagai bidang. Umpan balik dari berbagai pihak baik dari internal maupun eksternal, khususnya dari para pemangku kepentingan, juga diharapkan guna peningkatan kinerja tersebut. Laporan Kinerja 2017

92 80 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

93 Laporan Kinerja

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132 Laporan Kinerja

DAFTAR ISI LAKIN DJPK

DAFTAR ISI LAKIN DJPK DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vi IKHTISAR EKSEKUTIF... vii PENDAHULUAN... 1 A. Tugas dan Fungsi... 1 B. Peran dan Isu Strategis... 1 C. Struktur Organisasi...

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/217 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Perhitungan Dana Alokasi Umum TA 2017 DAMPAK PENGALIHAN KEWENANGAN DARI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH Oleh: DR. MOCH ARDIAN N. Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan dan Pinjaman Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH 2018 1 2 KEBIJAKAN

Lebih terperinci

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 1 COVER DEPAN Selayang Pandang DJPK Buku Profil DJPK 3 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Selayang Pandang DJPK 4 Buku Profil DJPK NILAI-NILAI KEMENTERIAN KEUANGAN Integritas Berpikir,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/216 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.6-/AG/214 DS 12-392-713-178 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.6-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

- 1 - Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang dana perimbangan.

- 1 - Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang dana perimbangan. LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN - 1-1. NAMA JABATAN: Direktur Dana Perimbangan.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR PENGANTAR (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja DJPU tahun 2011 sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Keuangan. LAKIP DJPU disusun

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 I II Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 III IV Kementerian Keuangan P E N G A N T A R Pada tahun 2017, dari hasil pengukuran kinerja, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJA tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD TAHUN ANGGARAN 2013 1 L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah. LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 RUANG LINGKUP PERMASALAHAN 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN 1.4 SISTEMATIKA BAB II TINJAUAN PELAKSANAAN REKOMENDASI

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Reformasi dan demokratisasi dilakukan sebagai wujud kemauan politik pemerintah khususnya untuk mengawal pelaksanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah.

1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah. LAMPIRAN VI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY

Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Pengalokasian, Penyaluran dan Pelaporan Dana Keistimewaan DIY Disampaikan Oleh : Direktur Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan DJPK Kementerian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelimpahan wewenang pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelimpahan wewenang pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat kepada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kebijakan Desentralisasi Fiskal Menurut Bahl (2008), desentralisasi fiskal dapat didefinisikan sebagai proses pelimpahan wewenang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu penyerahan kewenangan yang diberikan dari pemerintah pusat yang mana dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu bentuk harapan yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Kebijakan dan Tantangan Tahun 2017 & Arah Kebijakan Tahun 2018 DISAMPAIKAN DIREKTUR DANA PERIMBANGAN DITJEN PERIMBANGAN

Lebih terperinci

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH I. UMUM Berdasarkan amanat Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Disampaikan oleh: Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah Dr. Ahmad Yani, S.H., Akt., M.M., CA. MUSRENBANG

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-.06-0/2013 DS 0367-9073-0044-7104 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.1. Pendapatan Daerah 4.1.1. Pendapatan Asli Daerah Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106/PMK.06/2017 TENTANG PENGELOLAAN KINERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BAWAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 (direvisi Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka LAPORAN KINERJA Sekretariat

Lebih terperinci

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi

Gambar Piramida Penyelarasan Strategi Balanced Scorecard Kementerian Keuangan Konsep Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis pada tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DASAR PEMIKIRAN HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH DAERAH HARUS MEMPUNYAI SUMBER-SUMBER KEUANGAN YANG MEMADAI DALAM MENJALANKAN DESENTRALISASI

Lebih terperinci

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA

TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PENGANGGARAN, PENGALOKASIAN, PENYALURAN, PENGGUNAAN, MONITORING DAN EVALUASI DANA DESA Disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA Evaluasi Tahun 2016, Tantangan Tahun 2017 & Perencanaan Tahun 2018 DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub No.1884, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Desa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.07/2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DANA DESA SETIAP KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

TABEL MEKANISME ALUR DATA DJPK

TABEL MEKANISME ALUR DATA DJPK Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor PER- 01 /PK/2009 Tentang Mekanisme Aliran Data di Lingkungan DJPK TABEL MEKANISME ALUR DATA DJPK No. SUMBER DATA KOMPONEN DATA Bentuk Data

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015

KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 KEBIJAKAN ALOKASI DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2015 DIREKTORAT Company JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN LOGO KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2014 POKOK -POKOK KEBIJAKAN DAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014 Disampaikan pada: Rapat Konsolidasi DAK Bidang Dikmen TA 2014 Nusa Dua, 28 November 2013 AGENDA PAPARAN 1. Postur Dana Transfer

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih

Lebih terperinci

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan Nomor, tanggal 11/PMK.07/2010 25 Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010 Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Ketentuan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2012 KEUANGAN NEGARA. APBD. DAU. Daerah. Provinsi. Kabupaten/Kota. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2011 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DJA

LAPORAN KINERJA DJA LAPORAN KINERJA DJA 2014 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Ringkasan Eksekutif... 4 BAB I (Pendahuluan)... 5 A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi... 5 B. Peran Strategis... 6 C. Sistematika

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBIAYAAN DALAM APBN Abstract Saldo Anggaran Lebih yang berasal dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran dari Tahun Anggaran yang lalu

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus)

Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) 1 ii Laporan Monitoring dan Evaluasi Pembiayaan Daerah Tahun 2014 SILPA yang berasal dari Transfer Bersifat Earmarked (Dana Alokasi Khusus) RINGKASAN EKSEKUTIF 1. SILPA daerah yang besar merupakan indikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan LAPORAN... KINERJA BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan banyak provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan dibagi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci