LAPORAN KINERJA DJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA DJA"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA DJA

2 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Ringkasan Eksekutif... 4 BAB I (Pendahuluan)... 5 A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi... 5 B. Peran Strategis... 6 C. Sistematika Laporan... 6 BAB II (Perencanaan Kinerja)... 7 A. Visi dan Misi... 7 B. Perencanaan Kinerja... 7 BAB III (Akuntabilitas Kinerja)... 9 A. Capaian Kinerja Organisasi... 9 B. Capaian Kinerja Lainnya Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online Penggunaan Konsep Logic Model Dalam Penyusunan Anggaran Putusan Mahkamah Konstitusi dan Proses Perencanaan Penganggaran Wilayah Bebas Korupsi C. Realisasi Anggaran BAB IV (Penutup) LAMPIRAN 1. Formulir Pengukuran Kinerja Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Anggaran Tahun 2014, Sasaran Kinerja Pegawai, beserta Rincian Target Capaian Kinerja dan Inisiatif Strategis 3. Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Anggaran Tahun 2015, Perjanjian Kinerja, beserta Rincian Target Capaian Kinerja dan Inisiatif Strategis, Sasaran Kerja Pegawai 4. Rencana Kinerja Tahunan LAPORAN KINERJA DJA 2014

3 3 LAPORAN KINERJA DJA

4 Ringkasan Eksekutif Dalam rangka mewujudkan visi Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) guna memacu pengelolaan APBN yang berkualitas untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan, setiap tahun disusun peta strategis. Sasaran strategis tersebut mencerminkan hal-hal strategis yang ingin dicapai DJA dalam tahun tertentu. Sasaran strategis yang ingin dicapai DJA pada tahun 2014 sebanyak 10 (sepuluh) sasaran strategis. Meliputi Kebijakan Penganggaran yang Berkualitas, Pemenuhan Layanan Publik, Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi, Perencanaan APBN yang Berkualitas, Sistem dan Proses Penganggaran yang Optimal, Monitoring dan Evaluasi yang Efektif, SDM yang Kompetitif, Organisasi Sehat yang Berkinerja Tinggi, TIK yang Terintegrasi, dan Pelaksanaan Anggaran yang Optimal. Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran strategis tersebut DJA menyusun 14 (empat belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). Melalui IKU dimaksud diharapkan dapat memberikan informasi kepada pimpinan Kementerian Keuangan sejauh mana masingmasing unit kerja berhasil mewujudkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan realisasi capaian kinerja DJA tahun 2014 terdapat 3 IKU yang tidak memenuhi target dan 11 IKU yang sesuai/ melebihi target yang telah ditetapkan. IKU yang tidak memenuhi target adalah Indeks Kepuasan Pengguna Layanan (indeks capaian 99,25%), Indeks Kesehatan Organisasi (indeks capaian 98,5%) dan Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja (indeks capaian 93,04%). Selanjutnya, pengelompokkan berdasarkan perspective pada peta strategi dibagi menjadi 4 (empat) layer. Pada Stakeholder Perspective seluruh target dalam sasaran strategis dan IKU seluruhnya dapat tercapai, yaitu IKU Akurasi Perencanaan APBN (indeks capaian 106,4%), dan IKU Jumlah Penerimaan PNBP (indeks capaian 100,11%). Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa indikator yang menjadi ukuran keberhasilan yang diberikan DJA kepada stakeholder memberikan nilai positif dan sesuai ekspektasi stakeholder. Selanjutnya, pada Customer Perspective terdapat IKU yang tidak mencapai target, yaitu Indeks Kepuasan Pengguna Layanan (indeks capaian 3,97 dari yang ditargetkan sebesar 4). Artinya, ke depannya membutuhkan upaya yang lebih serius seluruh pegawai DJA untuk meningkatkan pelayanan kepada customer DJA. Sedangkan pada Internal Process Perspective semua IKU memenuhi target yang ditetapkan. Adapun untuk Learning and Growth Perspective terdapat 2 (dua) IKU yang tidak mencapai target yaitu IKU Indeks Kesehatan Organisasi dan IKU Persentase Penyerapan Anggaran dan Pencapaian Output Belanja. Disamping memfokuskan pencapaian target-target kinerja, DJA juga melaksanakan target-target pekerjaan lain di luar IKU. Selama tahun 2014 terdapat beberapa keberhasilan pelaksanaan tusi (diluar IKU) yang cukup menonjol, antara lain pencapaian penganugerahan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), penggunaan logic model (ADIK) dalam penyusunan penganggaran, penelaahan RKA- KL Online, implementasi Sistem Penerimaan PNBP Online (SIMPONI), dan tindak lanjut keputusan Mahkamah Konstitusi atas pembahasan anggaran di DPR RI. 4 LAPORAN KINERJA DJA 2014

5 BAB I Pendahuluan A. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, dinyatakan bahwa DJA adalah salah satu unit eselon I yang melaksanakan sebagian fungsi dari Kementerian Keuangan. Sentral dari peran DJA tersebut terletak pada tugasnya untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penganggaran. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), kebijakan di bidang fiskal diarahkan pada keseimbangan. Maksudnya seimbang antara peningkatan alokasi anggaran dengan upaya untuk memantapkan kesinambungan fiskal melalui pengingkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja negara, serta dengan tetap mengupayakan penurunan defisit anggaran. Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, DJA menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang penganggaran; b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penganggaran; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran; dan e. pelaksanaan administrasi DJA. Adapun struktur organisasi DJA terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; c. Direktorat Anggaran I; d. Direktorat Anggaran II; e. Direktorat Anggaran III; f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak; g. Direktorat Sistem Penganggaran; dan h. Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran. Gambar 01 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Anggaran Dirjen Anggaran Tenaga Pengkaji PNBP Sekretaris Ditjen Direktorat Anggaran I Direktorat Anggaran II Direktorat Anggaran III Direktorat Penyusunan APBN Direktorat Sistem Penganggaran Direktorat PNBP Direktorat HPP LAPORAN KINERJA DJA

6 B. Peran Strategis DJA dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mempunyai peran utama: a. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk perubahannya; b. Pengalokasian anggaran Kementerian/ Lembaga; c. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); d. Penghitungan resource envelope untuk penetapan pagu anggaran; e. Penetapan Pagu Indikatif, Pagu Sementara dan Pagu Definitif; f. Penetapan perubahan pagu anggaran bagi K/L terkait; g. Penyusunan dan harmonisasi kebijakan penganggaran. C. Sistematika Laporan Laporan Kinerja (LAKIN) DJA 2014 disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Bab I Pendahuluan 2. Bab II Perencanaan Kinerja 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja 4. Bab IV Penutup 6 LAPORAN KINERJA DJA 2014

7 BAB II Perencanaan Kinerja A. Visi dan Misi VISI Dalam mengemban tugas dan fungsi, DJA mempunyai visi sebagai berikut: Memacu pengelolaan APBN yang berkualitas untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. MISI Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut, DJA mempunyai misi sebagai berikut : 1. Memacu kualitas pengelolaan APBN dari perencanaan, penyusunan, hingga pelaporan; 2. Menggunakan monitoring dan evaluasi secara efektif untuk meningkatkan kualitas perencanaan; 3. Mendorong kerjasama dengan stakeholders dalam rangka pemberdayaan di keseluruhan proses; 4. Terus-menerus meningkatkan kualitas sistem dan proses penganggaran; 5. Membangun kapabilitas SDM dan organisasi internal. B. Perencanaan Kinerja Dalam kontrak kinerja Direktur Jenderal Anggaran yang ditetapkan Menteri Keuangan terdapat 10 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebanyak 14 IKU. Selanjutnya, dalam kontrak kinerja tersebut terdapat 5 IKU merupakan cascading dari IKU Kemenkeu Wide yang tergambar dalam Peta Strategi DJA sebagai berikut: Gambar 02 Peta Strategi Direktorat Jenderal Anggaran LAPORAN KINERJA DJA

8 Kemudian dari 14 IKU, ditetapkan pula target masing-masing IKU selama 2014 dengan rincian sebagai berikut: No Tabel 01 Target Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu One Direktorat Jenderal Anggaran Kode IKU IKU Stakeholder Perspective 1 Kebijakan penganggaran yang berkualitas Target 1a-N Akurasi perencanaan APBN 90% 1b-N Jumlah Penerimaan PNBP * 385,4T 2 Pemenuhan Layanan Publik Customer Perspective 2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan * 4 3 Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 3a-N 4 Perencanaan APBN yang berkualitas 4a-CP Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program Internal Process Perspective Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L * 5 Sistem dan proses penganggaran yang optimal 90% 20% 5a-N Penerapan sistem PBK 100% 5b-CP Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN ( dan ) * 5c-N Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu 100% 6 Monitoring dan evaluasi yang efektif 6a-N Penyempurnaan sistem reward dan punishment 100% 7 SDM yang kompetitif 7a-CP 8 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi Learning & Growth Perspective Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan * 8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi * 68 8b-CP 9 TIK yang terintegrasi Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan * 4 97% 100% 9a-N Implementasi penelaahan RKA-K/L online 50% 10 Pelaksanaan anggaran yang optimal 10a-CP *) IKU Kemenkeu-Wide Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja * 95% 8 LAPORAN KINERJA DJA 2014

9 BAB III Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Sebagaimana disebutkan pada Bab II, Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) pada tahun 2014 menetapkan 10 (sepuluh) Sasaran Strategis yang terdiri dari 14 Indikator Kinerja Utama. 2. Evaluasi dan Analisis Kinerja Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja mengacu Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi DJA. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diidentifikasi agar sasaran-sasaran strategis dan tujuan strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategi DJA yang menjadi kontrak kinerja dapat tercapai. Secara umum ikhtisar capaian IKU DJA selama 2014 adalah sebagai berikut: Gambar 03 Ikhtisar Capaian IKU DJA Tahun IKU 21% 11 IKU 79% Dari 14 IKU DJA tahun 2014, 11 telah tercapai (79%), sedangkan 3 IKU tidak tercapai yaitu : a. IKU Indeks kepuasan pengguna layanan, b. IKU Indeks Kesehatan Organisasi, dan c. IKU Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja. LAPORAN KINERJA DJA

10 Adapun rincian capaian masing-masing IKU sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 02 Capaian IKU Kemenkeu One Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2014 No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai Stakeholders Perspective (25%) 103,68 1 Kebijakan penganggaran yang berkualitas 103,68 1a-N Akurasi perencanaan APBN 90,00% 95,70% 106,39 1b-N Jumlah Penerimaan PNBP 386,94T 390,70 100,97 Customer Perspective (15%) 105,14 2 Pemenuhan Layanan Publik 99,17 2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan 4,00 3,97 99,17 3 Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 111,11 3a-N Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program 90,00% 100,00% 111,11 Internal Process Perspective (30%) 116,41 4 Perencanaan APBN yang berkualitas 120,00 4a-CP Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L * 20,00% 11,30% 120,00 5 Sistem dan proses penganggaran yang optimal 109,22 5a-N Penerapan sistem PBK 100,00% 100,00% 100,00 5b-CP Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN ( dan ) 4,00 4,00 120,00 5c-N Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu 100,00% 107,65 107,65 6 Monitoring dan evaluasi yang efektif 120,00 6a-N Penyempurnaan sistem reward dan punishment 100,00% 100,00% 120,00 Learning & Growth Perspective (30%) 98,05 7 SDM yang kompetitif 100,10 7a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan * 97,00% 97,10% 100,10 8 Organisasi sehat yang berkinerja tinggi 99,07 8a-CP Indeks Kesehatan Organisasi * 68,00 67,00 98,52 8b-CP Persentase implementasi inisiatif Transformasi Kelembagaan 100,00% 100,00% 100,00 9 TIK yang terintegrasi 100,00 9a-N Implementasi penelaahan RKA-K/L online 50,00% 50% 100,00 10 Pelaksanaan anggaran yang optimal 93,04 10a-CP Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja * 95,00% 88,40% 93,04 Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 106,03 10 LAPORAN KINERJA DJA 2014

11 Berikut ini penjelasan capaian masing-masing IKU di atas Sasaran Strategis : Kebijakan Penganggaran yang Berkualitas Kebijakan penganggaran merupakan kebijakan ekonomi yang ditempuh pemerintah dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui aspek penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kebijakan penganggaran yang berkualitas yang menerapkan prinsip kehati-hatian. Artinya, kebijakan yang diterbitkan konsisten sesuai peraturan perundangundangan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik mengacu kondisi perekonomian terkini guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Sasaran ini menterjemahkan indikator yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan berupa: a. Tersusunnya draft Nota Keuangan, RAPBN, dan RUU APBN (APBN-P) dengan besaran yang akurat dan tepat waktu; b. Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN atau APBN-P. Sasaran Strategis ini terdiri atas IKU Akurasi Perencanaan APBN dan IKU Jumlah Penerimaan PNBP dengan rincian target dan realisasi masing-masing IKU sebagai berikut: Tabel 03 Capaian Sasaran Strategis Kebijakan Penganggaran yang Berkualitas No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai 1 Kebijakan penganggaran yang berkualitas 103,68 1a-N Akurasi perencanaan APBN 90,00% 95,70% 106,39 1b-N Jumlah Penerimaan PNBP 386,94T 390,70 100,97 a. Akurasi Perencanaan APBN Setiap tahun DJA menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang merupakan proyeksi rencana keuangan tahunan pemerintah dalam satu tahun ke depan yang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, realisasi APBN tidak selalu sama dengan apa yang direncanakan. Selama tahun berjalan, dimungkinkan adanya perbedaan baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja yang disebabkan faktor eksternal dan internal. Penganggaran yang berkualitas bisa dilihat dengan tingkat akurasi antara perencanaan dan realisasi. Tingkat akurasi perencanaan APBN adalah kesesuaian atau ketepatan antara angka exercise DJA yang disusun berdasarkan formula yang ditetapkan dan masukan-masukan dari stakeholders terkait, dengan angka realisasi IKU ini mengukur akurasi perencanaan APBN yang terdiri atas: 1. Perencanaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 2. Perencanaan Belanja Pusat 3. Perencanaan Pembiayaan IKU ini diukur dengan formula sebagai berikut: Perencanaan PNBP Belanja Pusat Perencanaan Pembiayaan [( ) x 25%] + [(Perencanaan ) x 50%] + [( Realisasi PNBP Realisasi Belanja Pusat Realisasi Pembiayaan ) x 25%] Dalam rangka mencapai IKU ini dalam DIPA DJA Tahun 2014 telah dialokasi pembahasaan penyusunan RAPBN dan RAPBN-P, serta Laporan Semesteran sebesar Rp ,-. Namun realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (97,15%). LAPORAN KINERJA DJA

12 Selanjutnya, realisasi capaian IKU Akurasi Perencanaan APBN ini disampaikan pada konferensi pers realisasi APBN-P 2014 yang dipimpinan oleh Menteri Keuangan pada tanggal 5 Januari 2015, dengan capaian sebagai berikut : Tabel 04 Capaian IKU Akurasi Perencanaan APBN PNBP BELANJA PEMBIAYAAN 1. Realisasi Press Conference 390, ,80 246,40 2. APBN-P 386, ,40 241,50 3. Deviasi 0,98% 7,00% 2,03% Tingkat Akurasi 99,02% 93,00% 97,97% sehingga IKU Akurasi Perencanaan APBN = (99,02 x 25%) + (93,00 x 50%) + (97,97 x 25%) = 95,75% Dalam rangka meningkatkan akurasi ini, DJA pada tahun mendatang akan meningkatkan kualitas perhitungan exercise perencanaan APBN/APBN-P dan meningkatkan koordinasi dengan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) khususnya dalam melakukan exercise penyusunan asumsi hingga batas akhir jadwal yang sepakati antara pemerintah dengan DPR. DJA akan menjajagi kemungkinan pendekatan konservatif dalam melakukan forecast sehingga hasilnya lebih realistis. Selanjutnya, forecas tersebut akan dilakukan simulasi mengacu perubahan yang paling terkini. b. Jumlah Penerimaan PNBP Kebijakan penganggaran adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui aspek penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Untuk itu, pemerintah menerbitan kebijakan penganggaran yang berkualitas yaitu kebijakan penganggaran yang ditetapkan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Setiap kebijakan ditetapkan secara konsisten sesuai peraturan perundang-undangan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik, dengan tujuan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Untuk mendukung tujuan tersebut, diupayakan pembiayaan untuk pembangunan yang salah satunya berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP merupakan seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Jumlah target PNBP adalah jumlah PNBP secara nasional sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN-P sesuai UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran Mengingat porsi PNBP yang signifikan dalam menyumbang penerimaan negara, maka diperlukan ukuran kinerja guna mengukur capaian perolehannya. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut ditetapkanlah IKU Jumlah Penerimaan PNBP dengan pemilik IKU (Unit in Charge) adalah DJA. Adanya ukuran jumlah PNBP nasional ini diharapkan dapat menjamin upaya pencapaian jumlah PNBP dengan cara sebagai berikut : 1. Mengamankan pendapatan negara dari PNBP melalui optimalisasi pendapatan negara; 2. Memantau tingkat pencapaian penerimaan PNBP agar sesuai dengan tingkat pencapaian pada tiap tahapannya. DJA telah mengalokasi dana dalam DIPA untuk mengamankan pencapaian penerimaan PNBP sebagaimana yang tertuang dalam APBN-P dalam bentuk beberapa kegiatan dengan dana sebesar Rp ,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (81,82%). Selanjutnya, untuk menghitung IKU ini ditetapkan formula jumlah PNBP secara nasional yang diperoleh dari buku merah yang diterbitkan Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan. Pada tahun 2014 ditetapkan target dan realisasi sebagai berikut : 12 LAPORAN KINERJA DJA 2014

13 Tabel 05 Perbandingan Target dan Capaian IKU Jumlah Penerimaan PNBP Target/ Realisasi Q1 Q2 Q3 Q4 Y-2014 a. Target 60 T 100 T 75 T 150,4 T 386,94 T b. Realisasi 42,2 T 130 T 100 T 114,9 T 390,7 T Indeks 70, ,98 Adapun detil dari realisasi capaian IKU dirinci sebagai berikut : Tabel 06 Capaian PNBP Berdasarkan Jenis Realisasi Uraian APBN-P Real Q1 Real Q2 Real Q3 Real Q4 Real s.d. 31 Des % thd APBN A. Penerimaan SDA 241,1 22,8 77,7 62,8 79,4 242,9 100,74 1. Migas 211,7 15,4 71,8 58,6 71,1 216,9 102,46 2. Non Migas 29,4 7,4 5,9 4,3 8,3 26,1 88,77 B. Bagian Laba BUMN 40,0 2,7 28,0 3,3 6,3 40,3 100,75 C. PNBP Lainnya 85,0 14,3 17,9 24,6 25,4 85,4 100,47 D. Pendapatan BLU 20,9 2,4 6,5 9,5 3,7 22,1 105,74 TOTAL 386,9 42,2 130,0 100,3 114,9 390,7 100,98 % Capaian per Triwulan 70,3% 130% 133% 76% 100,98% Atas capaian sebesar 100,11% di atas diketahui bahwa target jumlah PNBP nasional pada tahun 2014 dapat dicapai. Dalam hal ini, seluruh target PNBP terlampauai, kecuali penerimaan SDA nonmigas yang berasal dari mineral dan batubara (minerba) serta kehutanan. Tidak tercapainya penerimaan SDA nonmigas minerba tersebut disebabkan oleh turunnya harga komoditas batubara di pasar internasional. Sementara itu, kondisi pasar usaha sektor kehutanan yang kurang kondusif (biaya tinggi dan harga jual rendah) menjadi penyebab rendahnya penerimaan dari sektor kehutanan. Apabila dilihat tren sejak , jumlah penerimaan PNBP selalu mencapai target (sebesar 100% sebagaimana tertuang dalam Renstra DJA ) dan mengalami kenaikan tiap tahun. Pada tahun 2012 realisasi jumlah penerimaan PNBP nasional mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp345T (tercapai sebesar 124% dari target), sedangkan realisasi tahun 2013 menghasilkan penerimaan sebesar Rp349,94T (tercapai sebesar 100% dari target). Grafik perkembangan penerimaan PNBP dapat dilihat pada gambar di bawah ini: LAPORAN KINERJA DJA

14 Realisasi dalam Triliun Gambar 04 Perkembangan Target dan Realisasi Jumlah PNBP Nasional Target Realisasi Tahun Beberapa kebijakan yang akan digulirkan DJA pada tahun mendatang untuk mendongkrak penerimaan jumlah PNBP nasional, antara lain : 1. Meningkatkan koordinasi dengan Ditjen Perbendaharaan terkait monitoring realisasi PNBP dengan melaksanakan rapat pimpinan gabungan Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan. 2. Mengintensifkan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal penagihan piutang migas. 3. Mempercepat proses penyusunan RPP Tarif PNBP. 4. Mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian BUMN dalam pencapaian target PNBP Bagian Laba BUMN. Sasaran Strategis : Pemenuhan Layanan Publik Layanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pemenuhan layanan publik diukur berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan oleh lembaga independen berdasarkan pemenuhan atas asas penyelenggaraan pelayanan publik sesuai Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yaitu: (a) kepentingan umum; (b) kepastian hukum; (c) kesamaan hak; (d) keseimbangan hak dan kewajiban; (e) keprofesionalan; (f) partisipatif; (g) persarnaan perlakuan/ tidak diskriminatif; (h) keterbukaan; (i) akuntabilitas; (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; (k) ketepatan waktu; dan (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Adanya Sasaran Pemenuhan Layanan Publik ini menjabarkan Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang mengukur indikator sebagai berikut: a. Pengalokasi belanja pemerintah pusat yang tepat waktu dan efisien; b. Penyelesaian DIPA tepat waktu; c. Tersusunnya target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN dan atau APBN-P; d. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu. Dalam rangka untuk mendukung terpenuhinya kepuasan pengguna layanan DJA, maka dalam DIPA DJA telah dialokasikan dalam sebesar Rp ,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (65,86%). Dana tersebut ditujukan agar penyelesaian 4 (empat) layanan unggulan DJA dapat diterbitkan benar-benar sesuai ketentuan yang berlaku, tepat waktu, dan memenuhi kebutuhan stakeholders (K/L). Sasaran Strategis ini terdiri dari satu Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu IKU Indeks Kepuasan Pengguna Layanan dengan rincian target dan realisasi sebagai berikut: 14 LAPORAN KINERJA DJA 2014

15 Tabel 07 Capaian Sasaran Strategis Pemenuhan Layanan Publik No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai Customer Perspective (15%) 105,14 2 Pemenuhan Layanan Publik 99,17 2a-CP Indeks kepuasan pengguna layanan 4,00 3,97 99,17 Indeks kepuasan pengguna layanan merupakan nilai kepuasan pelanggan atas layanan unggulan Kemenkeu terhadap pihak eksternal. Data capaian untuk unit Eselon I diperoleh dari survei independen yang dikoordinasikan oleh Biro Organta. Lingkup survei adalah pelanggan atas seluruh layanan unggulan Ditjen Anggaran kepada pihak eksternal. Dari hasil survey kepuasan pengguna layanan Ditjen Anggaran tahun 2014 yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diinformasikan bahwa indeks kepuasan pengguna layanan DJA pada tahun 2014 memperoleh skor 3,97 (skala 5). Adapun jenis layanan yang disurvey untuk DJA tahun 2014 sebanyak 4 (empat) layanan unggulan dengan indeks kepuasan masing-masing sebagai berikut: Tabel 08 Skor Kepuasan Pengguna Layanan DJA Menurut Jenis Layanan Jenis Layanan Skor a. Layanan penyelesaian usulan SBK 3,92 b. Layanan penyusunan RPP tentang jenis dan tarif atas PNBP atau revisi yang berlaku bagi K/L 3,96 c. Layanan pengesahan DIPA 4,14 d. Layanan penyelesaian revisi DIPA (Non-APBNP) 3,81 TOTAL 3,97 Skor layanan penyelesaian revisi DIPA (Non-APBNP) menempati skor terendah. Hal tersebut dimungkinkan mengingat kepuasan penyelesaian revisi DIPA dipengaruhi adanya kebijakan pemerintah di bidang penghematan yang berdampak pada bertambahnya frekuensi pengajuan revisi DIPA dan perbedaan persepsi jumlah waktu penyelesaian revisi DIPA antara K/L dengan DJA. Skor keseluruhan kepuasan pengguna layanan DJA di atas naik secara signifikan bila dibanding nilai tahun Perubahan skor tingkat kepuasan pengguna layanan DJA dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah. Secara umum dapat terlihat bahwa tingkat kepuasan terhadap layanan DJA memiliki tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Skor kepuasan DJA mengalami peningkatan yang sangat besar pada tahun ini dimana dari 3.88 pada tahun 2013 meningkat menjadi 3.97 pada tahun Hal tersebut menunjukkan bahwa DJA masih terus berupaya untuk terus mempertahankan pelayanannya dan melakukan perbaikan yang kontinyu. Kondisi ini harus terus dipertahankan dan akan lebih baik jika dapat lebih ditingkatkan kembali sehingga pengguna jasa pun akan merasakan hasil dari perbaikan tersebut. Atas penilaian indeks tersebut, pada tahun mendatang DJA akan melakukan serangkaian kegiatan perbaikan antara lain : 1. Melakukan reviu atas PMK yang mengatur 4 (empat) layanan unggulan DJA; 2. Melakukan reviu SOP dan perbaikan proses bisnis mengacu PMK yang ada; 3. Mengoptimalkan fungsi Pusat Layanan DJA sebagai one stop service. LAPORAN KINERJA DJA

16 Skor Gambar 05 Perkembangan Indeks Kepuasan Pengguna Layanan terhadap Kinerja Layanan DJA Sasaran Strategis: Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi Sebagai pengelola anggaran negara, DJA memiliki ekspektasi terhadap pengguna layanan agar patuh terhadap berbagai peraturan dan kebijakan yang ditetapkan dalam bidang penganggaran. Untuk itu, DJA berkepentingan agar setiap peraturan dan kebijakan di bidang penganggaran yang diinisiasi langsung DJA dapat dipatuhi dan diimplementasikan Kementerian Negara/Lembaga. Dalam rangka mewujudkan hal di atas, disusunlah Sasaran Strategis yang dimaksudkan untuk memenuhi keinginan tersebut. Sasaran Strategis itu diterjemahkan dalam IKU Persentase Penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program. Sasaran Strategis tersebut merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian Keuangan sebagai berikut: a. Pengalokasian belanja pemerintah pusat yang tepat waktu dan efisien; b. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF (KPJM) yang kredibel dan tepat waktu. Selanjutnya, dalam DIPA DJA telah dialokasikan dana untuk mendukung terpenuhinya sasaran strategis ini dengan dukungan dana sebesar Rp ,- untuk keperluan bimbingan teknis ke seluruh satuan kerja, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (83,99%). Pada penetapan kontrak kinerja ditargetkan selama tahun 2014 sebesar 90,00%. Pada tahun 2014, realiasi atas capaian IKU ini tercapai 100%, dengan gambaran sebagai berikut: Tabel 08 Capaian Sasaran Strategis Kepatuhan Pengguna Layanan yang Tinggi No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai Customer Perspective (15%) 105,14 3 Kepatuhan pengguna layanan yang tinggi 111,11 3a-N Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program 90,00% 100,00% 111,11 Gambar 06 Perkembangan Indeks Persentase penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program (dalam %) Target Realisasi Realisasi 16 LAPORAN KINERJA DJA 2014

17 Sesuai amanat paket perundang-undangan di bidang keuangan negara (UU Nomor 17 Tahun 2003, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004) pengelolaan keuangan negara sejak tahun 2005 mengalami perubahan yang cukup mendasar. Terutama di sisi pendekatan penganggarannya yaitu penerapan anggaran terpadu, pendekatan penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM), dan pendekatan penyusunan penganggaran berbasis kinerja. Pembaharuan sistem penganggaran ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas belanja negara menjadi lebih efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan. Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran. Hal tersebut ditempuh dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalm sebuah prakiraan maju. Dalam prakteknya, KPJM berisi proyeksi pengeluaran untuk tahun berikutnya, sebagai bentuk penuangan rencana fiskal tahunan, yang disertai dengan prakiraan maju tiga tahun berikutnya (sebagai dasar proyeksi jangka menengah). Dalam rangka mengimplementasikan harapan tersebut, IKU Persentase Penyusunan KPJM oleh Penanggung Jawab Program dimaksudkan dapat mengawal maksud reformasi di bidang penganggaran. IKU ini disusun untuk mengukur kepatuhan penanggungjawab program dalam menyusun rencana kerja pemerintah jangka menengah (KPJM) sebagaimana yang dituangkan ke dalam aplikasi RKAKL. Realisasi IKU ini pada tahun 2014 yaitu 100,00% dengan target 90,00% sehingga diperoleh indeks capaian sebesar 111,11% dengan rincian masing-masing persentase capaian per unit adalah sebagai berikut: Tabel 09 Capaian IKU Persentase Penyusunan KPJM Per Direktorat No Unit Penanggung jawab Program yang telah mengisi KPJM 1 Direktorat Anggaran I 100% 2 Direktorat Anggaran II 100% 3 Direktorat Anggaran III 100% Total 100% Kebenaran penyusunan KPJM sangat menentukan kualitas perencanaan penganggaran. Angka yang dituangkan sebagai KPJM tersebut menjadi salah satu bahan dalam penyusunan ancar-ancar pengeluaran sehingga dapat disusun indikasi pendanaan yang realistis guna kesinambungan pembiayaan pembangunan. Selanjutnya, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas penyusunan KPJM ini, DJA pada masa mendatang akan menempuh upaya sebagai berikut: a. Melakukan bimbingan teknis terkait pencantuman/penuangan KPJM di RKAKL kepada para penanggung jawab program DIPA (Biro/Unit Perencana) di masing-masing K/L; b. Melakukan evaluasi dan perbaikan KPJM sebagai bagian dari informasi di bidang penganggaran. Sasaran Strategis : Perencanaan APBN yang Berkualitas APBN adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh DPR. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari sampai dengan 31 Desember). Perencanaan APBN yang berkualitas merupakan tujuan utama dari siklus penganggaran yang berawal dari perencanaan hingga pertanggungjawaban. Kualitas pengelolaan anggaran negara dapat diukur salah satunya melalui tingkat deviasi antara rencana pembelanjaan pemerintah yang ditetapkan dengan realisasinya pada waktu tertentu. Berkenaan dengan hal tersebut, pada Sasaran Strategis ini disusun IKU yang diharapkan bisa indikator untuk mengukur perencanaan APBN yang berkualitas yaitu IKU Deviasi antara Rencana dan Realisasi Penyerapan Anggaran K/L. LAPORAN KINERJA DJA

18 Selanjutnya, dalam DIPA DJA telah dialokasikan dana untuk mendukung terpenuhinya sasaran strategis ini dengan dukungan dana sebesar Rp ,- untuk keperluan bimbingan teknis ke seluruh satuan kerja, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam bimbingan teknis tersebut menghadirkan beberapa narasumber serta dipaparkan beberapa materi yang perlu dipahami seluruh satuan kerja antara lain KPJM, revisi anggaran, kualitas perencanaan, dan percepatan penyerapan anggaran. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (97,04%). Sedangkan target dan capaian IKU ini digambarkan sebagai berikut: Tabel 10 Capaian Sasaran Strategis Perencanaan APBN yang Berkualitas No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai Internal Process Perspective (30%) 116,41 4 Perencanaan APBN yang berkualitas 120,00 4a-CP Deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L * 20,00% 11,30% 120,00 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L), terutama rencana penyerapan dana setiap bulan oleh seluruh K/L (yang nantinya dituangkan ke dalam DIPA), menjadi indikator seberapa jauh K/L menyusun rencana kegiatan dan penganggaran yang benar-benar berkualitas sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun yang diukur oleh IKU ini adalah deviasi antara rencana penyerapan dana yang akan dibelanjakan seluruh K/L sebagaimana yang tertuang pada halaman III DIPA (berdasarkan pagu APBN-P) pada setiap bulan dengan realisasi penyerapan belanja negara dalam DIPA K/L (sesuai SP2D yang telah diterbitkan oleh KPPN). Mengingat IKU ini mengukur perencanaan anggaran dan realisasi penyerapan dana, maka Ditjen Anggaran dan Ditjen Anggaran ditunjuk menjadi Unit in Charge (UIC) atas tercapainya target yang dicanangkan untuk IKU tersebut. Adapun formula perhitungan IKU ditetapkan sebagai berikut : 12 Rencana penyerapananggaran Realisasi penyerapananggaran Rencana penyerapananggaran i 1 i i i x 100% Untuk tahun 2014 ditetapkan target deviasi antara rencana dan realisasi penyerapan anggaran K/L sebesar 20%. Selanjutnya, berdasarkan realisasi pengeluaran SP2D hingga 31 Desember 2014 yang diterbitkan Ditjen Perbendaharaan diperoleh capaian deviasi selama tahun 2014 sebesar 11,3% sehingga indeks capaian IKU sebesar 143,5. Adapun rincian detil target dan realisasi per triwulan sebagai berikut : Tabel 11 Perbandingan Target dan Capaian IKU Deviasi antara Rencana dan Realisasi Penyerapan Anggaran K/L Target/ Realisasi Q1 Q2 Q3 Q4 Y-2014 a. Target 20,0% 10,0% 20,0% 30,0% 20,0% b. Realisasi 4,5% 7,7% 18,8% 14,0% 11,3% Indeks 177,4 122,4 105,6 246,7 143,5 Atas capaian sebesar 11,3% tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan APBN yang dilakukan seluruh K/L dapat dipertanggungjawabkan kualitas penyusunannya dengan deviasi masih dibawah target 18 LAPORAN KINERJA DJA 2014

19 yang ditetapkan. Beberapa kebijakan dan kegiatan yang dilakukan ke depan oleh Ditjen Anggaran dan Ditjen Perbendaharaan adalah melakukan bimbingan teknis kepada satuan-satuan kerja, baik di tingkat pusat maupun di daerah, agar mempertajam penuangan rencana penyerapan anggaran per bulan sebagaimana yang tercantum dalam halaman III DIPA dengan memperhatikan realisasi pada tahun anggaran sebelumnya, serta antisipasi kondisi internal dan eksternal satuan kerja yang bersangkutan. Namun demikian, dukungan atas tercapainya IKU ini di kemudian hari perlu ditingkatkan melalui penyediaan data realisasi per K/L secara cepat dan akurat. Sasaran Strategis : Sistem dan Proses Penganggaran yang Optimal Proses penganggaran dimulai dari tahap penyusunan anggaran, pengesahan, pelaksanaan hingga pengesahan perhitungan anggaran harus menggunakan mekanisme pendekatan penganggaran berbasis kinerja, sehingga pengelolaan penganggaran menjadi efisien, transparan, fleksibel, dan akuntabel. Sasaran Strategis ini merupakan penjabaran dari indikator yang harus dicapai dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan sebagai berikut: a. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu; b. Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL) yang lengkap dan tepat waktu; c. Penyelesaian DIPA tepat waktu. Untuk mendukung terpenuhinya Sasaran Strategis tersebut, DJA memberikan dukungan dana yang dialokasikan dalam DIPA DJA TA 2014 sebesar Rp ,-. Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (64,45%). Sasaran Strategis ini terdiri atas IKU Penerapan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja, IKU Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN ( dan ), dan IKU Penyelesaian Revisi Anggaran yang Tepat Waktu dengan rincian sebagai berikut: Tabel 12 Capaian Sasaran Strategis Sistem dan Proses Penganggaran yang Optimal No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai 5 Sistem dan proses penganggaran yang optimal 109,22 5a-N Penerapan sistem PBK 100,00% 100,00% 100,00 5b-CP Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN ( dan ) 4,00 4,00 120,00 5c-N Penyelesaian revisi anggaran yang tepat waktu 100,00% 107,65 107,65 a. Penerapan Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) adalah penganggaran yang disusun dengan orientasi output. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. IKU Persentase penerapan sistem PBK mengukur tahapan proses penyusunan Arsitektur dan Kinerja Anggaran berbasis logic model dengan target pada tahun 2014 sebagai berikut: 1. Finalisasi Buku Panduan, dengan output berupa Buku Panduan; 2. Launching, dengan output Surat Edaran Bersama (Dirjen Anggaran dan Deputi Pendanaan); 3. Penyelenggaraan training K/L (dengan minimal peserta 200 orang); 4. Penerapan PBK minimal pada 10 program pada 10 K/L piloting (ditargetkan selesai pada akhir tahun 2014). LAPORAN KINERJA DJA

20 Dalam realisasinya IKU ini tercapai 100,0% dengan gambaran sebagai berikut : 20 LAPORAN KINERJA DJA 2014 Tabel 13 Perbandingan Target dan Capaian IKU Penerapan Sistem PBK Target/ Realisasi Q1 Q2 Q3 Q4 Y-2014 a. Target 25,0% 50,0% 75,0% 100,0% 100,0% b. Realisasi 15,0% 50,0% 75,0% 100,0% 100,0% Indeks 60,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Adapun uraian atas IKU tersebut dijabarkan ke dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi target penerapan sistem PBK ini antara lain: a. Pedoman Arsitektur dan Informasi Kinerja RKA-K/L (ADIK) telah ditetapkan dan tercantum dalam Lampiran V PMK Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L. b. Pelatihan bagi Petugas Pendampingan DJA sebanyak 60 orang yang akan diproyeksikan sebagai pendamping K/L pada saat diseminasi dan penyusunan ADIK mitra kerjanya yang dilaksanakan pada tanggl 8-9 Agustus 2014 di Bogor. c. Diseminasi kepada pegawai internal (seluruh pegawai Direktorat Anggaran I, II, dan III) yang dilaksanakan pada tanggal Agustus 2014 di Jakarta. d. Pelatihan Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L kepada perwakilan seluruh K/L dengan jumlah peserta sebanyak 334 (tiga ratus tiga puluh empat) dilaksanakan pada tanggal September di Jakarta. e. Menindaklanjuti Pelatihan Penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja dalam RKA-K/L pada tanggal September, telah dibuatkan surat dari Dirjen Anggaran kepada K/L untuk menyusun informasi kinerja yang akan digunakan pada saat penyusunan RKA-K/L 2016 sesuai dengan arsitektur baru. f. Pelatihan ADIK yang kedua telah dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014 di Ballroom Dhanapala diikuti oleh 109 (seratus sembilan) peserta internal DJA dan 429 (empat ratus dua puluh sembilan) peserta perwakilan seluruh K/L. Berdasarkan evaluasi atas implementasi ADIK tahun 2014 disimpulkan bahwa kendala terbesar implementasi ADIK ini adalah belum adanya kesamaan pemahaman terhadap rumusan konsep ADIK. Untuk mengatasi kendala tersebut, DJA pada masa mendatang akan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. Membangun pemahaman terus menerus kepada internal DJA dan K/L atas penyempurnaan implementasi ADIK; b. Melakukan reviu secara detil terhadap implementasi hasil penataan ADIK yang telah dikirim oleh seluruh K/L. b. Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN dan Opini Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Pernyataan tersebut didasarkan pada 4 (empat) kriteria yaitu kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintah, kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), kepatuhan terhadap perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. BPK memberikan opini atas laporan keuangan dengan penilaian tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion) sebagai opini paling rendah, tidak wajar (adversed opinion), wajar dengan pengecualian (qualified opinion), dan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) sebagai opini paling tinggi. Badan Pemeriksa Keuangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004, telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) Tahun 2013, yang terdiri dari Laporan Arus Kas (LAK), Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

21 Pemeriksaan ini ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian angka dalam LKBUN Tahun 2013 dengan memperhatikan kesesuaian penyajian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan sesuai dengan pengungkapan yang diatur dalam SAP, efektivitas sistem pengendalian intern, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Ditjen Anggaran sebagai salah satu Pembantu Pengguna Anggaran (PPA) Bendahara Umum Negara (BUN) memiliki kontribusi untuk memberikan penyajian laporan keuangan BA (Belanja Subsidi) dan BA (Belanja Lain-lain) sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk itu, terdapat target IKU Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN dan yang capaiannya menjadi tanggung jawab Ditjen Anggaran. IKU ini untuk mengukur kualitas laporan keuangan khususnya BA Bendahara Umum Negara dan Adapun formula perhitungan IKU ditetapkan sebagai berikut : Indeks Opini BA Indeks Opini BA Adapun pada tahun 2014 ditetapkan target dan realisasi sebagai berikut : Tabel 14 Perbandingan Target dan Capaian IKU Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN ( dan ) Laporan Keuangan Target Capaian Indeks BA (Belanja Subsidi) BA (Belanja Lain-lain) Capaian di atas mengacu penerbitan opini BPK atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) Tahun Anggaran 2013 sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Nomor 67a/LHP/XV/ 05/2014 tanggal 26 Mei Selanjutnya, perkembangan opini BPK atas pengelolaan LK BUN dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 07 Perkembangan Opini BPK atas LK BUN dan BA BA Dalam rangka mempertahankan nilai Opini BPK atas Laporan Keuangan BA BUN tersebut, DJA akan meningkatkan koordinasi dengan para Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) BUN BA (Belanja Subsidi) dan BA (Belanja Lain-lain) atas penyusunan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran dan penyusunan laporan keuangannya pada satuan kerja terkait. Upaya tersebut ditempuh melalui bimbingan teknis aplikasi, sistem akuntansi, dll. Disamping itu, juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kepada para KPA. LAPORAN KINERJA DJA

22 c. Penyelesaian Revisi Anggaran yang Tepat Waktu Revisi DIPA dimaksudkan untuk melakukan perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran pada DIPA tahun berjalan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa perubahan pagu, perubahan kegiatan, output, sub output, komponen, sub komponen, akun dan informasi lain dalam format DIPA. Revisi anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara revisi anggaran sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 7/PMK.02/2014 tentang Tata Cara Revisi DIPA Tahun Sesuai standar pelayanan penyelesaian revisi anggaran Non APBN-P pada DJA, yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen Anggaran Nomor KEP-28/AG/2014, jangka waktu penyelesaian usulan revisi ditetapkan 5 (lima) hari kerja setelah dokumen diterima lengkap (untuk usulan revisi anggaran yang memerlukan penelaahan). Namun demikian, penyelesaian revisi DIPA ini tidak memperhitungkan revisi yang diakibatkan adanya kebijakan pemotongan APBN. Hal tersebut disebabkan persetujuan dari DPR yang serta lama diterima DJA, penyusunan konsep nota dinas yang cukup memakan waktu (mencantumkan alasan pemotongan), masih adanya perbedaan persepsi antar kanwil DJPB dalam menyikapi revisi DIPA yang diakibatkan pemotongan anggaran. Adapun target dan capaian IKU ini pada setiap triwulan digambarkan sebagai berikut: Tabel 15 Perbandingan Target dan Capaian IKU Penyelesaian Reviai Anggaran yang Tepat Waktu Target/ Realisasi Q1 Q2 Q3 Q4 Y-2014 a. Target 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% b. Realisasi 116,0% 99,6% 105,5% 109,5% 107,6% Indeks 116,0 99,6 105,5 109,5 107,6 Detil dari progress penyelesaian pada masing-masing direktorat dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16 Capaian IKU Penyelesaian Reviai Anggaran yang Tepat Waktu Per Direktorat Unit Eselon II Jumlah Revisi Revisi < 5 hari kerja Revisi Tepat Waktu Revisi > 5 hari kerja 4 hari 3 hari 2 hari 1 hari Total (5 hari kerja) 6 hari 7 hari >7 hari Total Dit. Anggaran I Dit. Anggaran II Dit. Anggaran III Total Kendala yang dialami dalam memroses revisi anggaran terutama disebabkan kompleksitas dalam penyelesaian usulan revisi DIPA. Untuk itu, DJA dalam tahun mendatang merencanakan melakukan upaya sebagai berikut: a. Melakukan kajian atas penerapan PMK revisi DIPA; b. Melakukan perbaian proses bisnis penyelesaian revisi dan reviu/perbaikan SOP terkait. 22 LAPORAN KINERJA DJA 2014

23 Sasaran Strategis : Monitoring dan Evaluasi yang Efektif Konsep penganggaran berbasis kinerja yang diterapkan secara penuh mulai tahun anggaran 2011 tercermin dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang disusun oleh K/L. Dalam penyusunan RKA-K/L, digunakan tiga instrumen yaitu indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja (pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L). Monitoring dan evaluasi (monev) yang efektif dapat dilakukan dengan mengamati, mengecek dengan cermat, memantau pekerjaan maupun laporan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. Salah satu monev tersebut adalah melakukan evaluasi atas kinerja suatu satuan kerja. Evaluasi kinerja merupakan hal yang penting dalam siklus penganggaran. Pasal 20 PP Nomor 90 tahun 2010 menyatakan bahwa hasil pemantauan dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penerapan ganjaran dan sanksi dalam penetapan Pagu Anggaran K/L. Penerapan sistem penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) bertujuan untuk mendorong K/L agar meningkatkan kualitas belanjanya. Memperhatikan hal tersebut, Sasaran Strategis ini dituangkan ke dalam IKU Penyempurnaan Sistem Reward dan Punishment. Sasaran Strategis tersebut dimaksudkan untuk mendukung tercapainya indikator dalam Rencana Strategis Kementerian Keuangan berupa tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu. Untuk mendukung tercapainya Sasaran Strategis ini dialokasikan dana sebesar Rp ,- dalam DIPA DJA Tahun Realisasi atas pencapaian IKU ini sebesar Rp ,- (100%). Tabel 17 Capaian Sasaran Strategis Monitoring dan Evaluasi yang Efektif No. Kode IKU Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Nilai 6 Monitoring dan evaluasi yang efektif 120,00 6a-N Penyempurnaan sistem reward dan punishment 100,00% 100,00% 120,00 Tahun 2014 merupakan tahun keempat implementasi sistem reward dan punishment atas pelaksanaan anggaran belanja K/L. Sesuai dengan amanat Pasal 16 UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun Anggaran 2014, pemerintah perlu menerapkan sistem reward dan punishment atas pelaksanaan anggaran belanja K/L Tahun Anggaran 2013 dan hasilnya diperhitungkan dalam penetapan alokasi anggaran belanja K/L tahun anggaran Amanat tersebut selaras dengan Peraturan Presiden nomor 89 Tahun 2013 tentang Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L. Dalam rangka penerapan sistem penghargaan dan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja K/L tahun 2014, DJA telah melakukan kajian atas implementasi sistem tersebut selama tiga tahun sebelumnya ( ). Hasil kajian menunjukkan sistem tersebut tidak efektif dalam mendorong kinerja penganggaran K/L. Menindaklanjuti amanat UU APBN tahun 2014 serta mempertimbangan hasil kajian tersebut, DJA melakukan revisi atas PMK nomor 89 tahun Penyempurnaan sistem reward dan punishment melalui tahapan: 1. Melakukan kajian; 2. Penyelesaian peraturan perundang-undangan terkait reward dan punishment (PMK Revisi tentang reward dan punishment (31 Desember 2014). Dalam memenuhi IKU tersebut telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Telah ditetapkan PMK Nomor 158/PMK.02/2014 pada tanggal 5 Agustus 2014 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga; b. Telah ditetapkan KMK Nomor 575/KMK.02/2014 pada tanggal 27 November 2014 tentang Penetapan Pemberian Penghargaan dan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran LAPORAN KINERJA DJA

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan i Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR TABEL... PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... ii iii iv v vii ix BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 I II Kementerian Keuangan Laporan Kinerja 2017 III IV Kementerian Keuangan P E N G A N T A R Pada tahun 2017, dari hasil pengukuran kinerja, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJA tahun

Lebih terperinci

NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran

NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 706/PM.1/2008 TENTANG URAIAN JABATAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN MENTERI KEUANGAN - 1-1. NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran 2. IKHTISAR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Tahun Direktorat Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran

LAPORAN KINERJA. Tahun Direktorat Jenderal Anggaran. Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran LAPORAN KINERJA Direktorat Jenderal Anggaran Tahun Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran DAFTAR ISI DAFTAR ISI... PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... ii iii v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian

Lebih terperinci

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016 Jakarta, 10 Februari 2015 Dalam rangka penguatan penganggaran berbasis kinerja, dilakukan penataan Arsitektur

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

21 Universitas Indonesia

21 Universitas Indonesia BAB 3 GAMBARAN UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN DAN BALANCED SCORECARD TEMA BELANJA NEGARA 3.1. Tugas, Fungsi, dan Peran Strategis Departemen Keuangan Republik Indonesia Departemen Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) beralih dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) kepada Direktorat

Lebih terperinci

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bab IV Studi Kasus Sebelum melakukan perancangan, akan dipaparkan profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan beserta visi, misi, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, strategi bisnis, strategi TI,

Lebih terperinci

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015

SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN 2016 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 2004 POLITIK. PEMERITAHAN. Pemeritah Pusat. Pemerintah Daerah. Kementerian Negara. Lembaga. Menteri. APBN.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan Perencanaan Anggaran Satker BLU BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis KPPN Bandar Lampung mempunyai visi Menjadi pengelola perbendaharaan negara di daerah yang profesional, modern, transparan, dan akuntabel. Sedangkan misi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DISAMPAIKAN DALAM KEGIATAN SOSIALISASI PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.01/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENYAMPAIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.3-/AG/214 DS 72-813-5812-6411 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan Penetapan Alokasi Anggaran BA BUN dan Pengesahan DIPA BA BUN (PMK No. 231/PMK.02/2015)

Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan Penetapan Alokasi Anggaran BA BUN dan Pengesahan DIPA BA BUN (PMK No. 231/PMK.02/2015) Tata Cara Perencanaan, Penelaahan, dan Penetapan Alokasi Anggaran BA dan Pengesahan DIPA BA (PMK No. 231/PMK.02/2015) 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN (1/2) BATANG TUBUH BAB I Ketentuan Umum Ps.1 BAB II PA, PPA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif... 2

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif... 2 DAFTAR ISI Kata Pengantar... 1 Ikhtisar Eksekutif... 2 BAB I Pendahuluan A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi... 3 B. Peran Strategis... 4 C. Sistematika Laporan... 4 BAB II Rencana Strategis dan

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal. LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : :

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : : Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Pengelolaan Anggaran Negara HASIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung tahun 2015 disusun sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja dalam mencapai sasaran strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROFIL APLIKASI SMART. Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai misi sebagai berikut: meningkatkan kualitas perencanaan;

BAB III DESKRIPSI PROFIL APLIKASI SMART. Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai misi sebagai berikut: meningkatkan kualitas perencanaan; BAB III DESKRIPSI PROFIL APLIKASI SMART A. Profil Direktorat Jenderal Anggaran Sebagai bagian dari Kementerian Keuangan yang bertugas perihal penganggaran negara, Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai

Lebih terperinci

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) Ada lima tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia yaitu : 1). Perencanaan dan Penganggaran APBN; 2). Penetapan/Persetujuan APBN; 3). Pelaksanaan APBN; 4).

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.737, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengawasan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 91 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA TETAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penganggaran berbasis kinerja (PBK) digunakan di berbagai negara penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-15.12-/AG/214 DS 198-8264-795-2 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun 213 tentang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN, PENELAAHAN, DAN PENETAPAN ALOKASI BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :41

1 of 6 18/12/ :41 1 of 6 18/12/2015 15:41 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 3398-8002-3070-0948 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

LAKIP 2011 DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

LAKIP 2011 DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN LAKIP 2011 DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI Kata Pengantar iii Ikhtisar Eksekutif iv BAB I PENDAHULUAN A. Tugas, Fungsi dan Struktur

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN RENCANA PENARIKAN DANA BULANAN DAN RENCANA PENERIMAAN DANA DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN A. Capaian IKU No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % (1) (1) (2) (3) (4) (5) 1 2 3 4 5 6 7 Pelaksanaan Belanja Negara Yang Efektif

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1213, 2014 KEMENKEU. Bendahara Umum. Anggaran. Penetapan Alokasi. Penelahaan. Perencanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYUSUNAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA SERTA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kinerja dan institusi kelembagaannya, Kementerian Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu peningkat- an efisiensi, efektivitas,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lebih terperinci

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI

KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI F-3.1.0.1 Rev.0 KAK/ TOR PER KELUARAN KEGIATAN TAHUN 2015 184.005 DOKUMEN PERENCANAAN/PENGANGGARAN/PELAPORAN/MONITORING DAN EVALUASI Kementerian Negara/Lembaga : KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN (019) Unit Eselon

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

I. UMUM. Saldo...

I. UMUM. Saldo... PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGIS PROGRAM/KEGIATAN BATAN Nomor: SOP /OT 02 01/KA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGIS PROGRAM/KEGIATAN BATAN Nomor: SOP /OT 02 01/KA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGIS PROGRAM/KEGIATAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 204 SOP PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGIS PROGRAM/KEGIATAN No. Revisi/ Terbitan : SOP 040.002/ OT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing baik di tingkat pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Agustus 2015

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Agustus 2015 REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun 214 tentang APBN TA

Lebih terperinci

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN DIKLAT BENDAHARA PENGELUARAN APBN Konsep Penganggaran dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Tugas Bendahara terkait dengan pengujian dan pembayaran tagihan tidak dapat

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA KOMPETENSI DASAR Mamahami pelaksanaan pasal-pasal yang mengatur tentang keuangan negara INDIKATOR Sumber Keuangan Negara Mekanisme Pengelolaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.972, 2015 KEMENKEU. Dana Keistimewaan. Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyaluran. Pengalokasian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126/ PMK.07/2015

Lebih terperinci

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan AGENDA PEMBAHASAN 1. Pendahuluan 2. Mekanisme Penyusunan dan Pengajuan RBA BLU 3. Hal-Hal yang Perlu

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-015.12-0/2015 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-15.3-/215 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara.

Lebih terperinci

REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1)

REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1) REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1) Dalam praktek penyusunan RKA-K/L, terkadang terjadi proses penganggaran yang belum memperhatikan kaidah-kaidah penganggaran yang

Lebih terperinci

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010 LANGKAH-LANGKAH SETELAH DITETAPKAN MENJADI SATUAN KERJA PK BLU SETELAH DITETAPKAN MENJADI SATKER BLU APA YANG HARUS DILAKUKAN Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010 Menyetorkan seluruh PNBP TA 2010

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dubnick (2005), akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan

Lebih terperinci

POINTERS PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DHANAPALA, 25 JULI 2008

POINTERS PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DHANAPALA, 25 JULI 2008 POINTERS PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DHANAPALA, 25 JULI 2008 1. Dalam rangka pencapaian visi misi yang telah ditetapkan serta pelaksaakan tugas dan fungsi DJA, akan tetap melanjutkan kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGAJUAN, PENETAPAN, DAN PERUBAHAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA DOKUMEN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Kata Sambutan Kepala Badan

Kata Sambutan Kepala Badan Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegaw

Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegaw BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1672, 2016 KEMENPAN-RB. Anggaran. Jabatan Fungsional. Analis PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN

Lebih terperinci

Siklus Anggaran. Pertemuan 6 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP

Siklus Anggaran. Pertemuan 6 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Siklus Anggaran Pertemuan 6 Nurjati Widodo, S.AP, M.AP Siklus APBN 1. Penyusunan APBN (Januari-Juli tahun n-1) 2. Penetapan APBN (16 Agustus-Oktober tahun n-1) 3. Pelaksanaan APBN (Januari-Desember tahun

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 288-1. NAMA JABATAN : Kepala Subbagian Pengelolaan Kinerja 2. IKHTISAR JABATAN : Melakukan penyusunan, penelaahan, monitoring, dan evaluasi pencapaian kinerja berdasarkan Indikator Kinerja Utama, serta

Lebih terperinci

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung DASAR HUKUM. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbend. Negara;. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;. PP No.

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-15.1-/216 DS5272-8985-171-5367 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SIARAN PERS Terjadi Peningkatan Kualitas dalam Penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPP 2009 Wajar Dengan Pengecualian Jakarta, Selasa (1 Juni 2009) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Lebih terperinci