BAB IV HASIL PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Penelitian 1. Sejarah Berdiri Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Padang dibangun pada tanggal 22 juli 1993 melalui bantuan LOAN OECF Jepang tahun anggaran 1992/1993 dan 1997/1998. Panti mulai operasional pada tanggal 2 Desember 1994 dengan jumlah awal kelayan 20 orang untuk wilayah kerja Provinsi Sumatera Barat. Terhitung 1 April 1995 jumlah kelayan ditambah menjadi 30 orang dan selanjutnya tanggal 1 April 1996 bertambah lagi menjadi 50 orang sampai sekarang. Lama layanan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Padang maksimal 3 (tiga) tahun. 1 Pada tanggal 1 April 1998 turun eseloneringsebagai panti di lingkungan Kementerian Sosial dengan type B melalui SK Mensos RI No.25/HUK/1998 tanggal 15 April Kemudian pada bulan Desember 1998 ditetapkan pejabat stukturalnya sekaligus diadakan perubahan nama panti dari PSBN Kalumbuk Padang menjadi PSBN Tuah Sakato Kalumbuk Padang. Dengan berlakunya undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang OTODA yang dilanjutkan dengan keputusan Gubernur No. 22 tahun 2001 tentang pembentukan 1 Profil Panti Sosial, Sejarah Singkat Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang,

2 48 Organisasi dan Tata Usaha Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Provinsi Sumatera Barat, maka PSBN Tuah Sakato Padang menjadi UPTD di lingkungan Dinas Kesehatan dan Sosial Provinsi Sumatera Barat. Panti Sosial Bina Netra (panti rehabilitasi penderita cacat netra) adalah panti sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada penyandang cacat netra. Status Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Padang sebagai unit pelaksanaan teknis dan bertanggung jawab kepada Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. 2 Landasan hukum yang menjadi dasar pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat netra dalam panti adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial. 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998, tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat. 4. Keputusan Menteri Sosial Nomor 59/HUK/2003 tentang organisasi dan tata kerja panti sosial (pasal 11). 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. 6. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang pertimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. 8. Peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi 9. Keputusan Gubernur Nomor 82 tahun 2008 tentang perubahan atas keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 32 tahun 2003 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Dinas (UPTD) Provinsi Sumatera Barat. 10. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2005 tentang uraian jabatan UPTD Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Padang. 11. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 92 Tahun 2006 tentang formasi jabatan struktural dan non fungsional UPTD Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Padang. 3 2 Ibid. 3 Ibid.

3 49 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang pada tanggal 17 Mei 2017 ketika peneliti sampai di panti peneliti melihat anak tunanetra yang dibina di panti merupakan anak yang hanya memiliki cacat netra saja tidak memiliki cacat lainnya. Mereka berjalan-jalan di lingkungan panti, bermain dan berkumpul bersama sama seperti anak normal pada umumnya, mereka tidak memiliki kesulitan dalam mendengar, berbicara, dan berjalan sehingga dapat melakukan aktifitas normal dalam ketunanetraannya. Di Panti Sosial Bina Netra ini mereka belajar seperti anak sekolah pada umumnya, masuk pagi dan pulang siang hari, belajar pelajaran umum dan ditambah keterampilan khusus untuk penyandang cacat netra. Wawancara peneliti dengan salah seorang instruktur panti yaitu Ibu Sari Oktaria mengatakan bahwa Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang ini adalah panti sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada peyandang cacat netra. Penyandang cacat netra adalah seseorang yang tidak dapat melihat karena mata rusak atau tidak dapat menghitung jarijari tangan pada jarak 1 meter di depannya dengan menggunakan indra penglihatan, yang diterima di PSBN ini hanyalah penyandang cacat netra tunggal bukan penyandang cacat netra ganda. Tujuan dari panti sosial ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri,

4 50 kemampuan fisik dan keterampilan tunanetra sehingga mereka menjadi mandiriagar terciptanya kesejahteraan bagi tunanetra. 4 Berdasarkan data-data tersebut di atas dapat diketahui bahwa Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang merupakan suatu panti sosial yang khusus menampung penyandang cacat netra dan bukan penyandang cacat ganda. Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang dibangun oleh kantor wilayah Kementerian Sosial Provinsi Sumatera Barat dan telah berdiri sekitar 23 tahun yang lalu. Panti sosial PSBN Tuah sakato Kalumbuk Padang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada penyandang cacat netra dengan 3 (tiga) wilayah kerja yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu. Pada dasarnya tujuan dari PSBN Tuah sakato Kalumbuk Padang adalah untuk memandirikan tunanetra sehingga terwujudnya kesejahteraan bagi tunanetra itu sendiri. 2. Visi dan Misi Panti Sosial a. Visi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang bercita-cita membentuk tunanetra yang memiliki pengetahuan dan ber-etika serta memiliki keahlian yang berguna bagi kelangsungan hidupnya sehingga tidak bergantung hidup pada orang lain. Menjadi lembaga pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bermutu dan terkemuka di Sumatera, menjalankan tugas dengan 4 Sari Oktaria, Instruktur Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara, tanggal 17 Mei 2017

5 51 sebaik-baiknya untuk mencapai kesuksesan dalam memberdayakan tunanetra. b. Misi Ada beberapa misi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang, yaitu: a. Peningkatan profesionalisme pejabat struktural, fungsional, petugas baik teknis maupun manajerial secara kuantitas dan kualitas b. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai jejaring kerja c. Mengoptimalkan potensi dan sumber kemasyarakatan d. Meningkatkan sarana dan prasarana diaksebilitas pelayanan e. Memberdayakan potensi dan kemampuan penerima pelayanan Berdasarkan misi di atas dapat diketahui bahwa misi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang ingin mengoptimalkan dan meningkatkan profesionalisme, kerjasama, potensi, sarana dan prasarana panti untuk terwujudnya cita-cita panti yaitu menjadi panti sosial yang bermutu dalam memberdayakan tunanetra. 3. Tujuan Panti Sosial Tujuan PSBN Tuah Sakato Padang yaitu: 1. Memulihkan rasa harga diri, percaya diri, kecintaan kerja, kesadaran untuk berprestasi beserta tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat 2. Meningkatkan kemampuan fisik dan keterampilan di dalam kehidupan bermasyarakat

6 52 3. Meningkatkan keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam usaha kesejahteraan penyandang cacat netra keterampilan Massage (pijat) Tujuan program rehabilitasi sosial penyandang cacat tuna netra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Padang adalah sebagai berikut : 1. Membina dan memperbaiki sikap mental para penyandang cacat netra dari sifat konsumtif kepada sifat produktif (mandiri) 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para penyandang cacat netra sebagai modal dasar dalam menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. 3. Terbina dan terentasnya penyandang cacat netra sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam tatanan kehidupan sehari-hari secara wajar Dari beberapa penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan PSBN Tuah Sakato pada dasarnya adalah memandirikan tunanetra dengan meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarni dalam buku yang berjudul kemitraan dan model-model pemberdayaan karangan Ambar Teguh, mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu pengembangan, memperkuat potensi atau daya, dan terciptanya kemandirian. Pemberdayaan menurut Winarni tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi

7 53 juga kepada masyarakat yang memiliki daya yang masih terbatas dapat dikembangkan hingga mencapai kemandirian Fungsi Panti Sosial Ada beberapa fungsi dari PSBN Tuah Sakato yaitu: a. Fungsi Utama 1. Pusat penyebaran pelayanan kesejahteraan sosial 2. Pusat pengembangan kesempatan kerja 3. Pusat keterampilan kerja 4. Pusat informasi kesejahteraan sosial 5. Tempat rujukan bagi pelayanan rehabilitasi sosial luar panti 6. Penetapan standarisasi pelayanan kesejahteraan sosial khusus penyandang cacat netra b. Fungsi Teknis 1. Menyusun rancangan pelaksanaan dan pengembangan layanan para penyandang cacat netra 2. Motivasi, observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan calon kelayan 3. Konsultasi dan koordinasi dalam pengembangan penyandang cacat netra 4. Pengungkapan dan pemahaman masalah sekitar penyusunan rencana rehabilitasi 5. Pelayanan, penampungan, pengasramaan dan perawatan 6. Pembinaan fisik dan mental 5 Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), h. 79

8 54 7. Bimbingan sosial, individu, kelompok dan masyarakat 8. Bimbingan keterampilan kerja usaha 9. Bantuan sosial, penyaluran kembali kekeluarga, masyarakat dan lingkungan kerja usaha (resosialisasi) 6 5. Struktur OrganisasiPantiSosial STRUKTUR ORGANISASI UPTD PSBN TUAH SAKATO PADANG PERATURAN GUBERNUR NO.92/2006 KEPALA PANTI DRS. KAMISAR KAMUS KASUBAG TATA USAHA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL NELISUARNI, S,ST ZUKHRI. S.SOS ENDI SEKSI PELAYANAN KETERAMPILAN DAN KECAKAPAN ERMA. S.H SEKSI PELAYANAN PERAWATAN PEMELIHARAAN DAN PENGAWASAN ORSAL. R,SE 6. Gambaran Singkat Panti Sosial Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang beralamat di jalan Wisma Bunda Kel. Kalumbuk Kec. Kuranji Kota Padang, memiliki 21 orang pengasuh 9 orang diantaranya 6 Profil Panti Sosia Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang,2016

9 55 perempuan dan 12 orang laki-laki, memiliki 50 orang anak binaan 15 orang anak perempuan dan 35 orang anak laki-laki, berdasarkan jenis kecacatannya ada 25 orang anak buta total dan 25 orang anak low vision. Semua anak binaan dibiayai oleh pihak panti sosial maksud dibiayai adalah panti sosial membiayai pendidikan, makan, tempat tinggal, dan transportasi anak binaan. 7 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang pada tanggal 24 Mei 2017 peneliti melihat dan mengelilingi panti, ternyata panti ini hanya terlihat kecil dari luarnya saja lingkungan panti cukup luas dan memiliki sarana prasarana yang memadai. Lingkungan panti juga sangat bersih dan dihiasi dengan taman-taman bunga yang rapi dan hijau, mereka juga memiliki instruktur-instruktur yang ramah kepada anak binaan. Berdasarkan data yang penulis dapat dari bapak kepala panti, Kamisar Kamus diketahui bahwa luas tanah yang dimiliki Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang adalah M2. Persyaratan penerimaan kelayan (warga binaan sosial) di PSBN Tuah Sakato Kalumbuk Padang yaitu usia 15 s/d 35 tahun (usia produktif), diutamakan warga tidak mampu (miskin), tidak menderita penyakit menular, tidak menyandang cacat ganda, calon kelayan dari wilayah Sumatera Barat Bengkulu dan Jambi, melengkapi persyaratan administrasi, surat pernyataan kesanggupan menerima kembali dan 7 Ibid.

10 56 orang tua apabila telah selesai menjalini rehabilitasi di PSBN Tuah Sakato Kalumbuk Padang, pendapat ini juga dipertegas oleh data di profil panti sosial. 8 Wawancara penulis dengan salah seorang instruktur panti yaitu Sari Oktaria menjelaskan bahwa ada beberapa jenis cacat netra pertama, total blind (cacat netra total) ciri-cirinya: kedua kornea mata rusak, kedua bola mata tertutup oleh kelopak mata, kedua bola mata tidak ada, syaraf mata tidak berfungsi meskipun kedua bola mata tampak bagus, masih tampak sisa cahaya hanya dapat membedakan gelap dan terang. Kedua, low vision (cacat netra yang masih mempunyai sisa penglihatan) ciri-cirinya:masih bisa melihat benda dengan jarak 1 6 meter, benda yang dilihat hanya berbentuk bayangan, masih bisa membaca huruf awas dalam jarak 5 10 cm. Ketiga, visually handicaped/gangguan penglihatan (rabun senja, katarak). Sedangkan yang masuk sebagai kategori anak binaan dipsbn Tuah Sakato adalah jenis cacat total blind dan low vision. 9 Berdasarkan observasi yang penulis lakukan diperoleh data tentang gedung Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato terdiri dari ruang kantor, ruang perpustakaan, asrama perempuan, asrama laki-laki, musholla, klinik pijat Shiatsu, dan sebagainya. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil panti terdapat sarana dan prasarana yang dimiliki panti sosial terdiri dari satu ruang kantor, satu ruang 8 Kamisar Kamus, Kepala Panti, Wawancara, tanggal24 Mei 2017, dan Profil Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Sari Oktaria, Instruktur Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara, tanggal 17 Mei 2017

11 57 makan dan dapur, satu ruang aula, satu ruang pendidikan, ruang keterampilan, ruang konsultasi & poliklinik, ruang terapi, ruang pustaka & komputer braille, ruang pamer, 6 (enam) asrama, wisma tamu, musholla, rumah dinas, 2 (dua) MCK, gudang, lapangan parkir, garase, pos jaga, pagar, satu buah mobil dan satu buah kendaraan roda dua. Disertai dengan fasilitas Air PDAM & sumur bor, jalan aspal rata (dapat dilalui kendaraan bermotor & roda 4), telepon/fax, internet (wifi). 10 Berdasarkan data di atas penulis menyimpulkan bahwa Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk mengelola panti dan seluruhnya merupakan sarana yang sangat menunjang proses pemberdayaan yang dilakukan oleh panti. Wawancara penulis dengan kepala panti diperoleh informasi bahwa Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato merupakan sebuah panti yang khusus memberdayakan tunanetra dengan meningkatkan potensi yang ada pada diri tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan yang diberikan kepada tunanetra. Fokus keterampilan yang diberikan oleh panti sosial ini adalah keterampilan pijat Shiatsu, semua tunanetra yang dibina di panti PSBN Tuah Sakato harus bisa menguasai keterampilan pijat Shiatsu karena mereka dipersiapkan untuk mampu mengembangkan keahlian pijat 10 Observasi, tanggal 31 Mei2017, dan Profil Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang,2016

12 58 setelah selesai diberdayakan di PSBN Tuah Sakato Kalumbuk Padang. 11 B. Proses Pemberdayaan Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang Berdasarkan observasi yang penulis lihat tentang proses pemberdayaan yang dilakukan oleh panti dalam memberdayakan tunanetra menggunakan tiga tahap pemberdayaan yaitu: 1. Kelas Persiapan Kelas persiapan merupakan kelas awal bagi tunanetra yang baru dibina di panti, pada kelas ini anak binaan panti belajar beberapa mata pelajaran umum yang dipelajari anak normal disekolah-sekolah seperti: Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Pramuka, Kesehatan, Bahasa Inggris, berhitung, menulis dan Budaya Alam Minangkabau. Ditambah dengan beberapa pelajaran lainnya seperti: belajar huruf Braille, Tik Braille, KIAB, O.M, Da i, dan keterampilan seni tari, memainkan musik, olah vokal. 2. Kelas Dasar Kelas dasar merupakan kelas lanjutan dari kelas persiapan, setelah anak binaan dirasa mampu menguasai kelas persiapan maka boleh dinaikan ke kelas dasar. Kelas dasar berbeda dengan kelas persiapan meskipun pada kelas dasar anak binaan masih belajar beberapa pelajaran umum tetapi pada kelas ini anak binaan mulai mempelajari dasar keterampilan pijat Shiatsu, Kewirausahaan, dan keterampilan 11 Kamisar Kamus, Kepala Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara, tanggal 24 Mei 2017

13 59 lain seperti: bermain musik, tari, dan olah vokal. Jadi, anak binaan pada tahap ini telah mengetahui dan memiliki dasar tentang bagaimana pijat Shiatsu, Kewirausahaan, dan Keterampilan lainnya. 3. Kelas Lanjutan Kelas lanjutan merupakan kelas akhir bagi anak binaan panti, mereka yang telah melalui tahap ini telah mampu menguasai teknik pijat Shiatsu. Karena, pada kelas lanjutan anak binaan fokus mempelajari penguasaan teknik pijat Shiatsu, Ilmu Kewirausahaan, dan Keterampilan. Anak binaan yang belum bisa menguasai teknik pijat Shiatsu, Ilmu Kewirausahaan, dan Keterampilan belum boleh diluluskan oleh instruktur panti karena mereka dirasa belum mandiri. Belum bisa untuk dilepaskan di tengah lingkungan masyarakat untuk bersaing memperoleh kesejahteraan. Setelah anak binaan diluluskan Panti Sosial Bina Netra mereka diberi bantuan untuk membuka klinik pijat dirumah masing-masing atau dimana mereka inginkan, batuan yang diberikan oleh panti berupa alat-alat yang diperlukan untuk pijat Shiatsu seperti: tempat tidur pijat, handuk, minyak urut, dan alat-alat yang diperlukan lainnya. Panti Sosial Bina Netra adalah panti sosial yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial kepada penyandang cacat netra. Proses rehabilitasi yang diberikan adalah : 1. Bimbingan fisik dan mental a. Bimbingan olahraga b. Bimbingan O & M ( orientasi dan mobilitas )

14 60 c. Bimbingan Kesehatan d. Bimbingan Budi Pekerti e. Bimbingan keagamaan f. Pemeliharaan Kesehatan diri dan keluarga 2. Bimbingan Sosial a. Bimbingan Kehidupan sehari-hari b. Bimbingan Relasi dan integritas sosial c. Pertemuan anak dan orang tua kelayan 3. Bimbingan Keterampilan usaha / kerja a. Keterampilan pijat Shiatsu b. ketrampilan alat musik: gitar, gendang dan giring c. bimbingan vocal suara d. keterampilan kerajinan tangan: membuat bunga dan pajangan dinding e. KIAB ( Kursus ilmu Arab Braille ) f. Mengetik Braille g. komputer program Braille ( komputer bicara ) 4. Bimbingan Kewirausahaan Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang pada tanggal 23 Mei 2017 ketika peneliti sampai di panti peneliti melihat anak binaan panti di kelas dasar sedang melakukan keterampilan pijat Shiatsu di ruang keterampilan dan diajarkan oleh instruktur yang juga tunanetra. Ada dua orang

15 61 instruktur yang mengalami cacat netra di panti ini, mereka berdua khusus memberikan keterampilan pijat Shiatsu kepada anak binaan. Penulis melakukan wawancara dengan instruktur panti tentang bagaimana proses pemberdayaan yang dilakukan panti yaitu Ibu Elimarnis, mengatakan bahwa: Proses pemberdayaan yang dilakukan panti ada tiga tahap, dimana pada tahap pertama anak binaan dipersiapkan untuk bisa mengenal lingkungan dan menghilangkan rasa malu dengan keadaan diri, yang harus mereka sadari bahwa tidak hanya diri mereka sendiri yang mengalami kebutaan tetapi masih banyak orang lain yang sama dengan dirinya. Saya sering menegaskan kepada mereka bahwa semua manusia itu dilahirkan sama di mata Tuhan jadi, apa salahnya mereka menuntut ilmu seperti anak normal lain. Biasanya pada tahap awal ini mereka sangat penakut dan pemalu tidak percaya diri. Pada tahap kedua mereka sudah mulai percaya diri dan sudah mulai mengetahui teknik dasar pijat, mesti belum semahir anak binaan pada tahap lanjutan. Tahap ini menjadi dasar bagi mereka untuk mendalami pijat Shiatsu. sedangkan pada tahap ketiga saya sudah mulai melihat kemandirian pada anak binaan, mereka telah memiliki pengetahuan dan keterampilan. Saya melihat sangat jelas perubahan yang terjadi pada awal anak binaan masuk di panti dan setelah tiga tahun belajar di panti. Anak binaan pada tahap lanjutan telah memiliki tujuan hidup yang terarah, mereka tahu apa yang akan dilakukan setelah tamat dari panti. 12 Penulis juga melakukan wawancara dengan instruktur lain yaitu Ibu Nilam, mengatakan bahwa: Proses pemberdayaan yang dilakukan di panti tiga tahap selama tiga tahun, apabila anak binaan tidak mampu menguasai pelajaran dan keterampilan yang diberikan maka mereka tidak bisa dinaikkan ke kelas selanjutnya. Sekarang ada 50 orang anak tunanetra yang dibina di Panti Sosial Bina Netra ini, dimana 13 orang anak berada di kelas persiapan 27 orang anak di kelas dasar dan 10 orang anak di kelas lanjutan. Kami instruktur juga memberikan penilaian seperti nilai lapor di sekolah, ada urutan rangking yang diberikan kepada anak binaan. Tujuannya adalah agar mereka lebih termotivasi untuk belajar dan mereka memiliki ketakutan apabila 12 Elimarnis, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 07 Juni 2017

16 62 mendapat nilai rendah, anak binaan juga diberikan hukuman apabila melanggar peraturan yang diberikan instruktur dan ketika itu pelanggaran berat maka anak binaan harus dikeluarkan dari panti. 13 Senada dengan ungkapan Ibu Nilam, Ibu Wiwik Suryaman juga mengatakan bahwa: Proses pemberdayaan tunanetra di Panti Sosial Bina Netra ini dilakukan dengan tiga tahap, tahap persiapan, tahap dasar, dan tahap lanjutan. Masing-masing tahap dibagi menjadi 6 kelas, 2 kelas persiapan, 2 kelas dasar, dan juga 2 kelas lanjutan. Ketiga tahap ini memiliki materi yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan anak binaan. Contonya ketika awal masuk di panti anak binaan tidak mungkin langsung diajarkan keterampilan atau pijat, tetapi mereka terlebih dahulu diajarkan bagaimana membaca huruf Braille dan mereka diajarkan tentang ilmu pengetahuan umum. Hal yang terpenting lagi yang harus dikuasai oleh anak binaan awal adalah lingkungan panti, mereka harus mampu berjalan mengelilingi panti tanpa ada yang membimbing. Karena kemandirian harus ditanamkan dari awal kepada anak binaan. Kegiatan pemberian pendidikan dan pelatihan keterampilan yang diberikan panti kepada anak binaan yaitu dari hari Senen sampai hari Sabtu, masuk pagi siang istirahat dan selesai sore hari. 14 Wawancara penulis selanjutnya dengan Bapak Andry, mengatakan bahwa: Jadwal kegiatan di Panti Sosial Bina Netra di mulai pada pukul WIB, pukul WIB istirahat, pukul pulang kegiatan dari hari Senen sampai Sabtu. Pada tahap lanjutan anak binaan panti telah melakukan praktek pijatnya di klinik pijat yang ada di panti, tamu yang datang untuk dipijat dilayani langsung oleh anak binaan kelas lanjutan. Setelah selesai memijat upah yang di dapat diserahkan sebagian kepada pengurus klinik dan sebagian lagi untuk anak binaan tersebut. Pada masing-masing kelas mereka juga belajar membuat keterampilan tangan dari bahan-bahan seperti: kantong plastik warna-warni, sedotan, botol Aqua bekas, kardus, dan lain sebagainya. Biasanya mereka diajarkan membuat bunga dan pajangan dinding, beberapa karya yang bagus maka akan kami pajang di ruang keterampilan dan aula panti. Selain dibekali beberapa keterampilan, anak binaan di sini juga diberikan pemahaman tentang kewirausahaan. Mereka diajarkan cara-cara 13 Nilam, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 08 Juni Wiwik Suryaman, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 08 Juni 2017

17 63 berwirausaha, prinsip-prinsip dan strategi dalam berwirausaha, agar setelah tamat dari panti dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. 15 Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap Instruktur panti, proses pemberdayaan yang dilakukan oleh panti yaitu dengan tiga tahap pemberdayaan melalui tiga kelas. pertama kelas persiapan, merupakan tahap pertama dalam memberdayakan tunanetra pada tahap ini anak binaan dikenalkan dengan lingkungan panti yang baru mereka tempati, pada tahap ini anak binaan mulai belajar materi pelajaran umum. Kedua kelas dasar, merupakan tahap lanjutan dari kelas dasar, pada tahap ini anak binaan sudah memiliki dasar dalam keterampilan pijat Shiatsu dan keterampilan lainnya. Ketiga kelas lanjutan, pada tahap ini anak binaan sudah mandiri mereka telah mampu menguasai penuh keterampilan yang diberikan panti terutama keterampilan pijat Shiatsu, mereka siap dilepas ke lingkungan masyarakat. Proses pemberdayaan yang dilakukan Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang sesuai dengan proses pemberdayaan menurut Nanih dalam buku pengembangan masyarakat islam menyatakan bahwa, harus ditempuh tiga tahap dalam proses pemberdayaan masyarakat, yakni takwinyaitu tahap pembentukan masyarakat, tahap ini merupakan tahap pada kelas persiapan di panti PSBN dimana pada tahap ini pembentukan mental tunanetra, tanzimyaitu tahap pembinaan dan penataan masyarakat, tahap tanzim sesuai dengan kelas persiapan di panti 15 Andry, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 09 Juni 2017

18 64 PSBN. Sedangkan tahap taudi yaitu tahap pelepasan dan kemandirian masyarakat, tahap taudi sesuai dengan kelas persiapan di panti PSBN dimana pada kelas ini tunanetra sudah mencapai kemandiriannya. C. Dampak Pemberdayaan Terhadap Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang Berdasarkan observasi yang penulis lihat tentang dampak pemberdayaan terhadap anak binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang penulis menemukan perbedaan yang jelas antara anak binaan kelas persiapan dengan anak binaan kelas lanjutan. Perbedaan tersebut terlihat dalam keahlian yang mereka miliki, anak binaan yang baru masuk ke panti belum bisa membaca huruf Braille Arab dan Indonesia, berhitung, menulis, belum menguasai keterampilan pijat Shiatsu dan keterampilan lainnya. Anak binaan pada kelas persiapan memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang rendah mereka umumnya pemalu, ragu-ragu, mudah putus asa, dan sangat sensitif. Berbeda dengan anak binaan di kelas lanjutan, anak binaan pada kelas lanjutan telah mampu membaca huruf Braille Arab dan Indonesia, berhitung, menulis, serta telah mampu menguasai keterampilan pijat Shiatsu dan keterampilan lainnya. Anak binaan pada kelas lanjutan memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Penulis juga melakukan wawancara dengan instruktur panti dan anak binaan tentang bagaimana dampak pemberdayaan yang dilakukan oleh panti yaitu Ibu Nilam selaku Instruktur Panti, mengatakan bahwa:

19 65 Anak binaan yang baru masuk ke panti biasanya pemalu dan sangat pendiam. Mereka bicara apabila telah ditanya, pertanyaan yang saya berikan hanya dijawab satu-satu. Mereka sangat tidak percaya diri, menganggap bahwa orang-orang yang dilahirkan buta seperti mereka tidak ada gunanya. Untuk itu kami di sini sebagai orang tua mereka mencoba memberikan perhatian dan kasih sayang sama seperti yang mereka dapatkan di rumah, anak tunanetra yang baru dibina di panti belum mampu berhitung, membaca dan menulis huruf Arab dan Indonesia Braille, disini mereka juga diajarkan beberapa materi pelajaran yang sama seperti anak disekolah-sekolah umum serta mereka diajarkan keterampilan. Alhamdulillah, setelah dibina selama tiga tahun di panti banyak kemajuan yang mereka alami, anak binaan pada kelas lanjutan sangat lebih mandiri dari sebelumnya. Terkadang mereka berjalanjalan dan beraktifitas di panti terlihat seperti orang normal lainnya, tak jarang juga mereka malas memakai tongkat yang telah disediakan panti. Saya dan instruktur panti membolehkan dengan catatan bahwa mereka yang tidak mau memakai tongkat tidak boleh jatuh. 16 Senada dengan pendapat Ibu Nilam, Ibu Elimarnis mengatakan bahwa: Anak tunanetra yang dibina di panti ini memiliki penilaian yang diberikan oleh instruktur, apabila anak di kelas persiapan belum bisa membaca huruf Braile, berhitung, dan menulis maka anak itu belum pantas diluluskan. Begitu juga dengan anak binaan kelas lanjutan yang belum menguasai keterampilan khususnya, keterampilan pijat Shiatsu juga belum bisa diluluskan. Jadi apa yang kami ajarkan harus benar-benar dipahami oleh anak binaan, dengan sistem seperti itu mereka lebih termotivasi untuk belajar. Kami hanya meluluskan anak binaan yang telah mandiri yang telah mampu merobah pribadinya menjadi seseorang yang percaya diri dan memiliki keahlian, agar ketika dilepaskan ke lingkungan masyarakat mereka tidak canggung dan tersisih. Sudah banyak mantan kelayan yang bekerja di klinik pijat Shiatsu Panti Sosial Bina Netra, ada 70 klinik yang tersebar di Sumatera Barat. Semua pekerja di klinik pijat itu merupakan mantan kelayan atau anak binaan di sini. Selain bekerja di klinik pijat milik panti, kelayan yang sudah dilepas diperbolehkan untuk membuka klinik pijat milik pribadi, dan nanti kami dari pihak panti akan memberikan bantuan berupa alat-alat yang dipergunakan untuk membuka klinik pijat Nilam, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 14 Juni Elimarnis, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 14 Juni 2017

20 66 Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan kelayan/anak binaan panti kelas persiapan yaitu Elsi, mengatakan bahwa: Saya sekarang berada di kelas persiapan, dulu waktu pertama tinggal di panti saya sering sedih karena teringat keluarga dirumah. Tetapi, sekarang sudah berkurang selama enam bulan saya disini saya sudah merasa nyaman tinggal dipanti. Dulu saya tidak bisa menulis, sekarang saya sudah bisa menulis dan sudah mulai bisa membaca meskipun belum terlalu lancar. 18 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Juni 2017 ketika peneliti masuk dikelas persiapan, peneliti mendengar Elsi membaca huruf Braille saat instrukturnya memerintahkan untuk membaca, Elsi sudah bisa membaca meskipun belum terlalu lancar. Umumnya mereka lebih cepat bisa berhitung dari pada membaca. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Patra Hadi, mengatakan: Saya berada di kelas persiapan, dulu waktu dirumah saya malas belajar, meskipun kakak saya sudah berusaha keras untuk mengajarkan saya tetapi saya merasa tidak semangat. Awalnya saya merasa ragu untuk masuk ke panti ini, tetapi setelah dibujuk oleh kakak perempuan saya akhirnya saya mau dan sekarang alhamdulillah saya sudah merasa senang di sini, selama di panti saya mulai rajin belajar tidak malas lagi seperti dulu. 19 Peneliti juga melakukan wawancara dengan Sisi, mengatakan: Saya merasa nyaman berada di panti, saya senang punya temanteman yang baik di sini. Biasanya saya di rumah tidak punya teman, karena saya hanya bermain di dalam rumah dengan kakak saya itupun kalau dia pulang kuliah dari Padang. Di rumah saya merasa sepi tetapi di sini tidak, ternyata masih banyak orang lain yang nasibnya sama dengan saya. Sekarang saya berada di kelas persiapan, saya sudah bisa menulis dan berhitung, tetapi membaca belum terlalu lancar Elsi, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 15 Juni Patra Hadi, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 15 Juni Sisi, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 15 Juni 2017

21 67 Pada kesempatan lain peneliti juga melakukan wawancara dengan anak binaan lain di kelas dasar yaitu Jenida Aprilia, mengatakan: Saya sekarang berada di kelas dasar, saya sudah bisa membaca. berhitung, menulis dan saya juga sudah mulai bisa memijat meskipun belum terlalu mahir. Saya juga bisa memainkan alat musik, di sini saya paling senang belajar memainkan alat musik, dan bernyanyi. Ketika memainkan musik itu terasa beban dipikiran saya hilang, orang-orang juga banyak yang bilang kalau suara saya bagus dan merdu didengar. Dulu saya malu kalau nyanyi di depan orang banyak tetapi sekarang Alhamdulillah, sudah tidak lagi. Itu karena saya sering latihan nyanyi di panti, dan diajarkan oleh guru vokal yang baik. 21 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Juni 2017 ketika peneliti masuk dikelas dasar, pada saat itu mereka sedang belajar keterampilan alat musik. Peneliti melihat Jeni Aprilia bernyanyi dengan suara merdu diiringi temannya yang memainkan gitar serta teman yang lain menggunakan giring dan gendang. Mereka bertiga kompak dan Jeni juga terlihat sangat percaya diri. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Sesmilawati, mengatakan: Saya berada di kelas dasar, keahlian yang saya miliki saat ini adalah saya telah mampu berhitung, membaca dan menulis huruf Braille, selain itu saya juga mahir membaca huruf Arab Braille karena saya sangat suka belajar KIAB (Kursus Ilmu Arab Braille). Pada awalnya saya merasa sulit untuk membaca huruf Arab Braille tetapi setelah belajar dengan giat dan tekun akhirnya saya bisa. Saya juga belajar pijat Shiatsu walaupun sekarang belum terlalu mahir, karena kami masih diajarkan ilmu dasar pijat Shiatsu. Sejauh ini saya merasa keterampilan pijat Shiatsu yang diajarkan kepada kami tidak terlalu sulit dan mudah dipahami. 22 Peneliti juga melakukan wawancara dengan Donaldi, mengatakan: 21 Jenida Aprilia, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 16 Juni Sesmilawati, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 16 Juni 2017

22 68 Banyak perubahan yang saya alami dari dulu sebelum masuk ke panti dan mulai kelas persiapan sampai sekarang kelas dasar. Perubahan itu baik dari kepribadian diri maupun pengetahuan, perubahan dari diri saya yang saya rasakan selama dibina di panti adalah saya terasa lebih terbuka dengan lingkungan sosial, dulu saya orang yang tertutup meskipun begitu dulu waktu di kampung saya rajin belajar dan bertanya kepada ayah di rumah. ilmu yang saya miliki sekarang lebih banyak dari pada dahulu, karena selama di panti kita belajar setiap hari. Pada kelas persiapan saya selalu mendapat juara satu sampai sekarang, itu berkat ketekunan dan kedisiplinan yang terus saya tanamkan di dalam diri. 23 Pada kesempatan lain peneliti juga melakukan wawancara dengan anak binaan lain di kelas lanjutan yaitu Fitri Yanti, mengatakan: Perubahan yang saya rasakan selama hampir tiga tahun dibina di panti ini adalah terjadi perubahan dalam motivasi hidup saya, dulu saya memiliki motivasi yang kurang. Karena saya berpikir akan jadi apa setelah dewasa, dulu saya tidak punya cita-cita, tetapi sekarang saya bercita-cita menjadi seorang tukang pijit yang profesional dan sukses. InsyaAllah setelah keluar dari panti dan dilepas ke lingkungan masyarakat saya mampu memenuhi kebutuhan hidup saya tanpa bergantung kepada keluarga dan orang lain. Selama di panti kami diajarkan banyak ilmu yang bermanfaat seperti keterampilan-keterampilan seni dan terutama keterampilan pijat Shiatsu. Alhamdulillah saya sudah bisa membaca, berhitung dan menulis huruf Braille Arab dan Indonesia, memainkan gitar, berceramah, serta pijat Shiatsu. 24 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan ketika bulan ramadhan pada tanggal 19 Juni 2017, Fitri Yanti memberikan ceramah singkat pada acara pesantren ramadhan di musholla panti, Fitri terlihat berbakat menjadi seorang penceramah, suaranya lantang ketika berceramah membuat teman-temannya fokus mendengarkan. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Hamri Adison, mengatakan: 23 Donaldi, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 16 Juni Fitri Yanti, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 19 Juni 2017

23 69 Sekarang saya sudah bisa pijat Shiatsu, saya sering praktek di klinik panti. Saya senang dengan adanya klinik di panti ini karena akan melatih keahlian pijat Shiatsu yang kita pelajari selama di panti, dan nantinya kita tidak akan canggung ketika membuka klinik pijat di kampung masing-masing, saya juga berencana akan membuka klinik pijat Shiatsu di kampung saya yaitu di Kab. Solok selatan. 25 Peneliti juga melakukan wawancara dengan Lidya Afriroza, mengatakan: Cita-cita kami semua di sini tidak terlalu tinggi, umumnya kami bercita-cita sebagai tukang pijat yang profesional. Termasuk saya juga bercita-cita menjadi tukang pijat, selama belajar di panti saya sudah bisa menguasai ilmu pijat Shiatsu, setelah tamat di panti saya ingin bekerja di klinik milik panti. Kemudian nanti setelah modal terkumpul saya akan membuka klinik milik pribadi. 26 Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Ramudi, mengatakan bahwa: saya sekarang berada di kelas lanjutan, di kelas lanjutan ini kita harus lebih fokus dalam belajar, karena ini adalah kelas akhir penentuan diluluskan atau tidak anak binaan panti. Saya sudah bisa pijat Shiatsu dan sering juga praktek di klinik panti, saya merasa lebih mandiri setelah tiga tahun dibina di panti. Biasanya dulu saya termasuk orang yang malas bekerja dan malas bangun pagi, tetapi selama di panti kami semua ditanamkan nilai-nilai kedisiplinan, etos kerja, dan lainnya. Selama dibina di panti kita tidak boleh malas-malasan, harus bisa mengerjakan sesuatunya sendiri seperti anak normal lainnya. Dulu sewaktu kelas persiapan saya sering menangis ingin pulang dan tidak betah dipanti, tapi lama-kelamaan hidup mandiri itu menjadi kebiasaan saya. 27 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada anak kelas dasar yang sedang belajar keterampilan tari dengan instrukturnya, peneliti melihat besarnya semangat dan ketekunan dari semua anak binaan, terlihat dalam kekompakan dan kerjasama mereka saat seorang tunanetra yang 25 Hamri Adison, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 19 Juni Lidya Afriroza, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 19 Juni Ramudi, Anak Binaan di Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara Langsung, 19 Juni 2017

24 70 penglihatan low vision menolong temannya yang buta total untuk membenarkan gerakan tangannya. Kesabaran yang dimiliki instruktur tari sangat terlihat jelas dari nada suaranya yang lembut dan pengulangan gerakan yang sering dilakukan. 28 Berdasarkan hasil wawancara dengan dua orang instruktur panti dan sepuluh orang anak binaan dapat penulis simpulkan bahwa proses pemberdayaan yang dilakukan oleh panti melalui tiga tahapan kelas telah mampu memberdayakan anak binaanya, terbukti dari pengakuan anak binaan bahwa mereka merasa terjadi perubahan dalam diri kearah yang lebih baik yaitu mampu menjadi tunanetra yang mandiri dan percaya diri menghadapi tantangan hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Sumaryo dalam bukunya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat menyatakan bahwa, tujuan pemberdayaan adalah untuk mencapai kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kehidupan masyarakat mencakup semua aspek seperti aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik. 29 Dari beberapa penjelasan di atas dapat penulis simpulkan dampak yang dirasakan oleh tunanetra setelah dibina di Panti Sosial Bina Netra adalah: 1. Dampak terhadap psikologis, yaitu: a. Tunanetra menjadi lebih percaya diri b. Meningkatnya motivasi hidup 28 Observasi, tanggal 20 Juli Sumaryo & Kordiyana, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), h. 7

25 71 c. Terbuka dengan lingkungan sosial d. Menjadi lebih disiplin e. Semangat dalam belajar f. Menjadi mandiri, mampu mengurus dirinya sendiri 2. Dampak terhadap inteligensi, yaitu: 1. Memiliki pengetahuan, seperti: berhitung, menulis, dan membaca huruf Braille Arab dan Indonesia, komputer Braille, ilmu kewirausahaan serta pengetahuan agama dan umum. 2. Menguasai keterampilan, seperti: Pijat Shiatsu, keterampilan seni tari, memainkan alat musik: gitar, gendang dan giring serta olah vokal dan kerajinan tangan: membuat bunga, pajangan dinding. D. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi PSBN Tuah Sakato Dalam Memberdayakan Tunanetra Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang peneliti melihat kurangnya minat dan kepedulian masyarakat terhadap penyandang cacat netra, terlihat dari jumlah anak binaan yang sedikit meskipun dikumpulkan dari tiga provinsi. Padahal di luar sana masih banyak tunanetra yang masuk dalam kategori binaan panti. Ditambah lagi, kurangnya usaha dari panti dan pihak-pihak terkait untuk mempromosikan Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah sakato Kalumbuk Padang kepada masyarakat. Penulis melakukan wawancara dengan instruktur panti untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam memberdayakan tunanetra. Ibu Nilam selaku Instruktur Panti, mengatakan bahwa:

26 72 Hambatan yang saya rasakan selama menjadi instruktur di panti berasal dari anak binaan tersebut, karena tunanetra itu memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga mereka mudah sekali tersinggung, mereka sangat sensitif dengan perlakuan orang-orang disekitarnya. Kami semua instruktur panti di sini selalu mencoba seramah dan selembut mungkin ketika berinteraksi dengan mereka, sayangnya mereka sering mandapat perlakuan kasar dari orangorang yang bukan instruktur atau pegawai panti, seperti: tukang sapu, penjual makanan, dan masyarakat disekitar panti. Mengatasi hal demikian biasanya kami selalu memberikan motivasi dan semangat kepada mereka agar mereka tidak mudah tersinggung, saya selalu menasehati apabila ada permasalahan yang terjadi antara mereka. Di panti ini kami juga memiliki psikolog untuk memberikan bimbingan mental kepada anak binaan. 30 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan fakta yang dikatakan oleh Ibu Nilam. Ketika melakukan penelitian di wisma perempuan, peneliti mendengar salah seorang juru masak yang berkata dengan ketus kepada salah satu anak binaan perempuan disana. Anak binaan itupun menjawabnya dengan baik, sepertinya mereka telah terbiasa dengan hal seperti itu. Kemudian anak binaan tersebut berkata bahwa mereka adalah orang cacat yang sering dipandang sebelah mata. Sangat terlihat kesedihan yang mereka rasakan, tetapi dibalik itu mereka selalu mencoba untuk tegar dan melawan kesedihan. Wawancara penulis selanjutya yaitu dengan Bapak Kamisar Kamus selaku kepala panti, mengatakan bahwa: Setiap usaha yang dilakukan tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti ada hambatan-hambatan yang ditemukan. Saya sebagai kepala panti merasa bahwa hambatan yang kami rasakan dalam memberdayakan tunanetra di panti ini biasanya berasal dari orang tua kelayan, maksudnya adalah sikap pesimis dan acuh tak acuh orang tua dalam memberikan dukungan terhadap anaknya, ini terlihat dalam kurangnya dukungan orang tua untuk memasukkan anaknya ke panti, mereka umumnya beranggapan bahwa sangat 30 Nilam, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 03 Juli 2017

27 73 besar biaya yang dikeluarkan selama anaknya dibina di panti, padahal sebenarnya tidak. Mereka tidak dipungut biaya alias gratis, hanya mungkin biaya awal transportasi dari kampung ke Padang. Mengatasi permasalahan tersebut kami dari panti bekerjasama dengan pihak kecamatan-kecamatan atau TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) untuk melakukan penjangkauan ke rumah tunanetra tersebut, melakukan pendekatan agar mereka paham dan mau memasukkan anaknya ke Panti Sosial Bina Netra ini. Hambatan lain yang kami temukan adalah sulitnya mencari wali pengganti bagi anak tunanetra yang terlantar serta kurang antusiasnya masyarakat dalam menerima tenaga kerja tunanetra, sebagian besar masyarakat kurang percaya dengan hasil kerja tunanetra, karena mereka menganggap orang buta itu tidak bisa apa-apa. Bagi saya, pemikiran masyarakat yang seperti ini sangat menghambat proses kemandirian dari tunanetra tersebut. 31 Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan Ibu Elimarnis, yang mengatakan bahwa: Hambatan yang saya rasakan sebagai insrtuktur panti adalah saya merasa kesulitan dalam mengadapi tunanetra yang lambat menerima pelajaran yang diberikan, karena mereka sama dengan anak normal lainnya yang memiliki kemampuan atau inteligensi berbeda. Apalagi mereka tunanetra, jelas lebih susah mengajarkannya. Tetapi saya dan instruktur lainnya disini selalu sabar dan semangat memberikan pelatihan dan pendidikan kepada anak binaan panti, sangat dituntut ketekunan dan kesabaran kami dalam menghadapi tunanetra. Kami sangat mengharapkan apa yang dicita-citakan panti menjadi kenyataan, terwujudnya tunanetra yang mandiri yang mampu bersaing dengan masyarakat diluar sana. Hambatan lain yang saya rasakan adalah masih kurang siapnya mental tunanetra untuk bersosialisasi di dunia kerja, ini terjadi karena kurang antusiasnya masyarakat dalam menerima kinerja tunanetra. 32 Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan, ada beberapa hambatan yang dihadapi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Tuah Sakato Kalumbuk Padang dalam memberdayakan tunanetra yaitu: 31 Kamisar Kamus, Kepala Panti, Wawancara Langsung, tanggal 04 Juli Elimarnis, Instruktur Panti Sosial Bina Netra Tuah Sakato Kalumbuk Padang, Wawancara langsung, 05 Juli 2017

28 74 1. Faktor Eksternal a. Sikap pesimis dan acuh tak acuh orang tua dalam memberikan dukungan kepada tunanetra b. Ketidakpahaman orang tua terhadap maksud dan tujuan panti c. Sulitnya mencari wali pengganti bagi anak tunanetra yang terlantar d. kurang antusiasnya masyarakat dalam menerima tenaga kerja tunanetra e. Kurang ramahnya pelayanan dari petugas-petugas panti seperti: tukang sapu, tukang masak, dan penjaga kantin. 2. faktor Internal a. Inteligensi tunanetra b. Tunanetra memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga mudah tersinggung atau sangat sensitif c. Masih kurang siapnya mental tunanetra untuk bersosialisasi di dunia kerja

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Pada tahun 1954 dirintis oleh inspeksi sosial jawa timur dengan nama tempat latihan kerja menetap Budi Mulyo yang bertempat

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA A. Pengertian dan Domisilih Lembaga Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda jenisnya, diantaranya cacat tubuh (tunadaksa), cacat netra (tunanetra), cacat rungu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER Jl. Budi Murni III No. 66 Rt. 008/04 Ceger Cipayung Jakarta Timur Telp. 8445016 Fax. 8445016 TUGAS POKOK O DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penyandang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh dengan menganalisa hasil wawancara dan observasi dengan responden dan menganalisa dokumen yang terdapat di Panti Asuhan

Lebih terperinci

BAB IV. PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

BAB IV. PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar BAB IV PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Batusangkar merupakan salah satu Unit Pelaksana

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT C GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Deskripsi UPT RSCN Malang UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA Rencana Strategis Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat secara lengkap termuat dalam Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Anak Usia Dini

DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Anak Usia Dini DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Anak Usia Dini No. responden.. Petunjuk Pengisian 1. Mohon dengan hormat bantuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN BAB IV DESKRIPSI SETTING PENELITIAN A. Gambaran Umum Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Gelandangan dan pengemis (gepeng) dapat tumbuh subur, seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Fenomena

Lebih terperinci

I. UMUM. menjadi...

I. UMUM. menjadi... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI I. UMUM Anak merupakan

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 1 Hasil Validitas dan Reliabilitas VALIDITAS KONSEP DIRI NO Item VALIDITAS KETERANGAN 1. 0.410 Diterima 2. 0.416 Diterima 3. 0.680 Diterima 4. 0.421 Diterima 5. 0.174 Ditolak 6. 0.474 Diterima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuankemampuan yang dimilikinya. Selain mendididik

Lebih terperinci

BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN

BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN 1 BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN 3.1 Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Tunas Bangsa Pati 3.1.1 Tinjauan Historis Panti Sosial Asuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. para penyandang cacat netra di Jawa Timur. pelayanan rehabilitasi sosial kepada para penyandang cacat netra di Jawa

BAB IV HASIL PENELITIAN. para penyandang cacat netra di Jawa Timur. pelayanan rehabilitasi sosial kepada para penyandang cacat netra di Jawa BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang mempunyai

Lebih terperinci

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNANETRA Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental

BAB I PENDAHULUAN. netra), cacat rungu wicara, cacat rungu (tunarungu), cacat wicara, cacat mental BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Jumlah penyandang cacat di dunia dewasa ini terhitung sangat banyak. Jenis cacat berbeda-beda, diantaranya cacat tubuh (tunadaksa), cacat netra (tuna netra),

Lebih terperinci

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU UNEJ 2015 DISKRIPSI TENTANG PSIK, MOTIVASI DIRI DI PSIK DAN KEGIATAN DI PSIK. oleh.

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU UNEJ 2015 DISKRIPSI TENTANG PSIK, MOTIVASI DIRI DI PSIK DAN KEGIATAN DI PSIK. oleh. TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU UNEJ 2015 DISKRIPSI TENTANG PSIK, MOTIVASI DIRI DI PSIK DAN KEGIATAN DI PSIK oleh Winda Mufidayani NIM 152310101101 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur`an merupakan pedoman hidup bagi seorang muslim. Semua tata cara dalam berbagai aspek kehidupan di dunia ini terpandu dalam Al-Qur`an. Karena itu seorang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga

BAB III PENYAJIAN DATA. Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan. Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga BAB III PENYAJIAN DATA Efektifitas Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri pada Remaja Kasus Pembunuhan Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Pekanbaru. Adapun data umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat

BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB. A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat 42 BAB III DESKRIPSI MEDITASI ŻIKIR DI SLB A. Profil SLB Negeri Ungaran Barat SLB Negeri Ungaran (sebagai pengembangan dari SDLB Ungaran Tahun 2007), merupakan SLB yang pertama kali berdiri di Ungaran,

Lebih terperinci

PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH BAB III KASUS PROYEK

PUSAT REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH BAB III KASUS PROYEK BAB III KASUS PROYEK 3.1 DESKRIPSI PROYEK Kasus : Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh Tema : Perilaku dalam Arsitektur Sifat Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Yayasan dan Dinas Sosial Pemilik Dana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 2.1. Sejarah Umum Sekolah SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P KOP LKS...,... 0... Lampiran Perihal : : : Permohonan Pendaftaran / Perpanjangan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kepada Yth. BUPATI CILACAP q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten

Lebih terperinci

PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL

PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL PMKS YANG MENERIMA BANTUAN SOSIAL Tujuan pembangunan kesejahteraan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah mengatasi atau mengurangi masalah sosial yang dihadapi individu, keluarga, atau komunitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan bagi anak yang memiliki kegiatan yang padat atau bekerja dalam waktu yang lama. Di

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tugas menurunkan angka populasi

Lebih terperinci

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2MABA) ESAI MASUK PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DESKRIPSI KEGIATAN SEHARI-HARI DI PSIK

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2MABA) ESAI MASUK PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DESKRIPSI KEGIATAN SEHARI-HARI DI PSIK TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2MABA) ESAI MASUK PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DESKRIPSI KEGIATAN SEHARI-HARI DI PSIK oleh Dhea Erlinda Ayu Risky NIM 152310101128 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL Lampiran I INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL 1. Pedoman Observasi Penulis dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SLB ABC SWADAYA Kendal, mengamati baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang S No.923, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Nasional Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial Anak. Hukum. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (PSBN) Fajar Harapan

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (PSBN) Fajar Harapan BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (PSBN) Fajar Harapan Martapura Yayasan Panti Sosial Bina Netra mulai berdiri sejak 03 Januari 1962 oleh kantor Perwakilan Sosial Provensi

Lebih terperinci

@RachmatWilly BUKAN BANCI BIASA. Penerbit GHD Publishing

@RachmatWilly BUKAN BANCI BIASA. Penerbit GHD Publishing @RachmatWilly BUKAN BANCI BIASA Penerbit GHD Publishing BUKAN BANCI BIASA a novel by @RachmatWilly Copyright 2013 by RachmatWilly Penerbit GHD Publishing rachmat_willy@yahoo.com Desain Sampul: Rudy Rapang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul

Lebih terperinci

2012, No.68 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya y

2012, No.68 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya y LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2012 KESEJAHTERAAN RAKYAT. Penyelenggaraan. Kesejahteraan Sosial. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENDEKATAN HUMANISTIK DENGAN TEKNIK CLIENT-CENTERED OLEH GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TUNARUNGU

BAB IV ANALISA PENDEKATAN HUMANISTIK DENGAN TEKNIK CLIENT-CENTERED OLEH GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TUNARUNGU BAB IV ANALISA PENDEKATAN HUMANISTIK DENGAN TEKNIK CLIENT-CENTERED OLEH GURU KELAS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TUNARUNGU A. Analisa Pendekatan Humanistik Dengan Teknik Client-Centered Oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan tubuh yang sempurna. Banyak orang yang mempunyai anggapan bahwa penampilan fisik yang menarik diidentikkan dengan memiliki tubuh yang

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH Npma. 2 Untuk mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta NAMA SEKOLAH : SMK NEGERI 4 KLATEN ALAMAT SEKOLAH : Jl. Mataram No. 5 Belangwetan Belangwetan, Klaten Utara, Klaten,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Hal tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik yang

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Suatu Observasi Lapangan di SDLB Desa Labui, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh) Oleh: Qathrinnida, S.Pd Suatu

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran : : : Nomor Tanggal Tentang A. PENDAHULUAN

Lampiran : : : Nomor Tanggal Tentang A. PENDAHULUAN Lampiran Nomor Tanggal Tentang : : : : KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA BARAT 601/Kep. 80 BRSPC/Dissos 24 Maret 2015 PENETAPAN STANDAR PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL BALAI REHABILITASI SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang pada dasarnya merupakan suatu proses

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangannya rumah buta dikelola oleh swasta, tetapi berdasarkan SK

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangannya rumah buta dikelola oleh swasta, tetapi berdasarkan SK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Yayasan perbaikan nasib orang buta (rumah buta) didirikan 6 Agustus 1901 oleh DR. Ch. A. Westhoff seorang doktor ahli mata bangsa belanda. Dalam proses perkembangannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PEDOMAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEDOMAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN BATANG 2015 FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA BATANG INDONESIA (FORKOMBI) Info: Website: www.forkombi.com Grup Facebook: FORKOMBI Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 94, 1991 (PENDIDIKAN. Warganegara. Luar Biasa. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR

PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR PROFIL UPTD PAUD DAN SD KECAMATAN KARAWANG TIMUR SEJARAH UPTD PAUD dan SD Kecamatan Karawang Timur terletak di Kecamatan Karawang Timur di Kabupaten Karawang dengan alamat Jl Surotokunto No15 Desa Warungbambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari fokus masalah dalam penelitian Pelaksanaan Pembinaan Mental Anak Tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar

Lebih terperinci

BAB II TUNANETRA (LOW VISION)

BAB II TUNANETRA (LOW VISION) BAB II TUNANETRA (LOW VISION) 2.1. Difabel. Difabel adalah sekelompok masyarakat yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan masyarakat non-difabel, ada yang memiliki kelaianan pada fisiknya saja, ada

Lebih terperinci

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017

MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 MATERI SELAMAT MALAM KEBUMEN Selasa, 12 September 2017 TEMA : PENINGKATAN KOMPETENSI CALON TENAGA KERJA DI KEBUMEN MELALUI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI ( PBK ) DI BLK A. Dasar Hukum UPTD Unit Balai Latihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beralihnya masyarakat kita dari peradaban agraris ke peradaban mesin, industri dan informatika, mempengaruhi kehidupan. Akibat dari berbagai perubahan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM OLEH LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2 MABA) ESAI TENTANG KAMPUS PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DAN DESKRIPSI TENTANG PSIK.

TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2 MABA) ESAI TENTANG KAMPUS PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DAN DESKRIPSI TENTANG PSIK. TUGAS PENGENALAN DAN PENGEMBANGAN MAHASISWA BARU (P2 MABA) ESAI TENTANG KAMPUS PSIK, MOTIVASI MASUK PSIK, DAN DESKRIPSI TENTANG PSIK oleh Ifka Wardaniyah NIM 152310101114 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Esa bagi orang tua. Kehadiran seorang anak begitu dinantikan dan ditunggu dalam sebuah

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Kode : Nama Informan : Di susun Jam : Tempat Wawancara : Topik :

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA. Kode : Nama Informan : Di susun Jam : Tempat Wawancara : Topik : Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA : Nama : Di susun Jam : Tempat Wawancara : Topik : 1. Wawancara dengan Ketua MPD ITMI Ponorogo: a. Apa tujuan dari organisasi ITMI? b. Apa saja bentuk kegiatan sosial dari

Lebih terperinci

Menghormati Orang Lain

Menghormati Orang Lain BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Desain Sikap Toleran Pada Buku Teks Tematik Kelas 1 SD Desain sikap toleran pada buku teks tematik kelas 1 SD meliputi: sikap menghormati orang lain, bekerjasama,

Lebih terperinci