BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang
|
|
- Verawati Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat melakukan berbagai kegiatan, melihat, mendengar, dan juga merasakan indahnya dunia. Pada kenyataannya ada sebagian orang yang terlahir dengan keadaan cacat ditubuhnya seperti tidak memiliki tangan atau kaki, alat indera yang tidak berfungsi seperti pendengaran, penglihatan. Kecacatan yang dialami, membuat individu tersebut memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut bagi individu yang normal dilihat sebagai suatu keadaan yang tidak menguntungkan, merepotkan dan kemudian timbul rasa belas kasihan. Sebagian masyarakat menganggap penyandang cacat sebagai suatu obyek yang patut diberikan belas kasihan. Permasalahan penyandang cacat menurut Pola Dasar Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial adalah adanya gangguan fisik dan mobilitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari, gangguan keterampilan kerja yang produktif, rawan kondisi sosial ekonomi, gangguan mental psikologis, seperti rendah diri, terisolasi dan kurang percaya diri, hambatan melaksanakan fungsi sosial, seperti tidak mampu bergaul, 1
2 berkomunikasi secara wajar, tidak mampu berpartisipasi dan lebih banyak tergantung pada orang lain (Mangunsong, 1998:111). Permasalahan penyandang cacat timbul karena adanya gangguan pada fisik mereka yang menghambat aktivitas-aktivitas sosial, ekonomi maupun politik sehingga mengurangi haknya untuk beraktivitas penuh dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Langkah yang perlu dilakukan dalam memecahkan pokok permasalahan tersebut diperlukan dua pendekatan dasar yaitu memberdayakan mereka melalui usaha-usaha rehabilitasi pendidikan bantuan usaha, dan sebagainya. Melalui upaya itu akan dicapai kondisi ilmiah, mental sosial, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sebagai modal dasarnya sehingga nantinya penyandang cacat tidak lagi sebagai objek, tetapi dijadikan subjek dalam pembangunan. Hal mendasar yang perlu dilakukan adalah adanya dukungan lingkungan serta tersedianya aksesibilitas fisik maupun nonfisik. Aksesibilitas nonfisik yang sangat utama adalah penerimaan masyarakat yang sampai saat ini masih kurang kondusif (PPRBM, 2013). Gerakan persamaan hak dan tuntutan untuk aksesibilitas fisik maupun non-fisik sudah lama terjadi di Indonesia. Aktivis-aktivis penyandang disabilitas yang tergabung dalam organisasi mandiri penyandang disabilitas atau DPO (Disabled People Organisation) dengan keras menutut diadakannya sarana dan prasarana aksisibilitas yang memungkinkan mereka mengakses layanan publik dan persamaan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari, pendidikan, kemasyarakatan, 2
3 dan politik (Pusat Kajian Disabilitas Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Indonesia, 2013). Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 Pasal 1 tentang Penyandang Cacat, jelaslah bahwa kesetaraan dan non-diskriminasi merupakan salah satu syarat dari terbukanya berbagai akses bagi orang dengan disabilitas. Undang-undang tersebut mengandung berbagai hak terkait penyandang disabilitas, yakni dalam bidang-bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesetaraan dalam pembangunan dan dalam menikmati hasil pembangunan, aksesibilitas, rehabilitasi dan kesejahteraan sosial, serta pengembangan bakat dan kehidupan sosial secara setara. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Pasal 8 tentang Bangunan, diatur bahwa setiap bangunan harus menyediakan fasilitas/ infrastruktur untuk penyandang disabilitas, kecuali perumahan pribadi. Selain itu juga, ada Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Disabilitas. Peraturan tersebut mengatur bahwa setiap penyelenggaraan fasilitas umum dan infrastruktur harus menyediakan aksesibilitas yang setara. Pentingnya aksesibilitas untuk mencapai kesetaraan dalam penggunaan bangunan umum dan kantor pemerintah masih jarang diimplementasikan. Hal ini tercermin melalui saran transportasi umum yang tidak bersahabat dengan penyandang disabilitas, tidak adanya trotoar yang mendukung bagi penyandang disabilitas, tempat parkir kendaraan yang tidak cocok bagi penyandang disabilitas, elevator yang terlalu sempit, sarana 3
4 sanitasi yang tidak mendukung, dan juga jalanan yang licin serta tidak rata yang tidak dapat dilewati oleh penyandang disabilitas. Pada isu penyandang disabilitas, terdapat beberapa undang-undang dan peraturan yang mengatur tentang kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1998, Pasal 29 pengusaha/pemberi kerja wajib mempekerjakan 1 orang penyandang disabilitas untuk setiap 100 pekerja yang dipekerjakannya. Ini berarti terdapat kuota 1% (minimal) bagi penyandang disabilitas untuk mengakses tempat kerja dan hak ekonominya. Walaupun undang-undang mengatur demikian, namun hal ini jarang terjadi bahkan di sector pemerintahan. Terdapat banyak kasus diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di sektor ketenagakerjaan. Berdasarkan temuan survey yang dilakukan oleh PusHAM UII (2003), bahwa pada tahun 2003, menurut Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi D.I.Y, satu-satunya perusahaan yang ada di Propinsi Yogyakarta, yang sudah menampung tenaga kerja diffabel adalah PT. Tunggal Garmen. Para tenaga kerja dari kaum penyandang cacat yang mendaftar kartu kuning di Dinas Tenaga Kerja Kodya Yogyakarta, setiap tahunnya selalu ada. Rata-rata setiap tahun yang mencari kartu kuning sekitar 10 orang. Beberapa penyandang cacat yang bekerja sebagai pelayan di rumah makan KFC atau MC Donald di salah satu Mall di Malioboro (Arifin, 2007). Berdasarkan data dari Koordinator Komunitas Masyarakat Peduli Difabel Malang (KMPD), sejumlah persoalan masih menyelimuti penyandang cacat. Persoalan tersebut antara lain tidak adanya jaminan 4
5 kesehatan. Salah satu buktinya yakni tidak adanya jamkesmas untuk penyandang cacat. Infrasktur kota Malang juga tidak berpihak kepada para penyandang cacat. Salah satu contohnya yakni tingginya trotoar di Kota Malang yang sulit diakses penyandang cacat pengguna kursi roda. Tinggi trotoar di Kota Malang berkisar antara 10 cm sampai 15 cm. Permasalahan lain adalah tidak tersedia guiding block untuk cacat netra dan tak tersedia pedestrian untuk penyandang cacat. Gedung-gedung pemerintahan di Kota Malang juga tak ramah terhadap penyandang cacat. Buktinya minim akses untuk penyandang cacat saat berada di gedung-gedung milik pemerintah. Para penyandang cacat juga kerap mendapat perlakuan diskriminasi dalam pelayanan publik (Malang Post, 19 Nopember 2012, diakses 28 Oktober 2013). Melihat berbagai kenyataan bahwa belum optimalnya dukungan terhadap penyandang cacat baik yang berkaitan dengan fasilitas publik bagi penyandang cacat khususnya di Kota Malang, peneliti tertarik melakukan penelitian pada UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra ini merupakan satu-satunya panti rehabilitasi penyandang cacat tunanetra di Jawa Timur yang memberikan pendidikan dan pembinaan Gedung. Aula, Gedung. Ketrampilan, Gedung. Home Industri. Kegiatan pelayanan sosial pada UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang cukup lengkap terdiri a. Bimbingan Fisik dan Mental b. Bimbingan Sosial. c. Bimbingan Keteramilan Usaha / Kerja d. Praktek Belajar Kerja. e. Pemberian 5
6 Modal f. Bimbingan Lanjut. g. Pembinaan Komputer. h. Orientasi Mobilitas. i. Activity Dailing Life. Pada umumnya penyandang cacat khususnya tunanetra seringkali digambarkan sebagai figur yang memiliki kekurangan. Berbagai problem yang timbul sebagai akibat dari cacat fisik yang disandang seseorang, baik yang menyangkut dengan masalah penampilan, pergaulan, maupun masalah keluarga. Seorang penyandang tunanetra akan menghadapi masa yang cukup sulit. Ketunaan yang dialaminya tersebut akan membuat merasa malu, minder, tidak percaya diri untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, dan merasa tidak berguna (Masna, 2013). Para Penyandang cacat besar kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Hal ini berkaitan erat dengan perlakuan masyarakat terhadap penyandang cacat. Seperti ejekan dan gangguan dari anak-anak normal yang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya, keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan sosial penyandang cacat. Salah satu bentuk peran lingkungan dalam membantu penyesuaian sosial adalah dukungan sosial (Froland dalam Payne, 1985:239). American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAID) juga menyarankan dukungan sosial penting untuk tahap perkembangan individu penyandang retardasi mental, karena dukungan sosial dapat meningkatkan fungsi adaptif individu, membantunya mandiri, keterampilan bermasyarakat yang baik, dan meningkatkan kesehatan. Pemberian dukungan yang optimal 6
7 melalui pendekatan person center merupakan cara untuk meningkatkan pendidikan, pekerjaan, rekreasi, dan lingkungan hidup bagi penyandang retardasi mental. Dukungan orang tua, keluarga, teman dan masyarakat pada umumnya sangat berperan penting terhadap pembentukkan kepercayaan diri pada penyandang cacat. Seseorang akan menghargai diri sendiri apabila lingkungannya pun menghargainya, misalnya: orangtua atau masyarakat yang menunjukkan sikap menolak pada seorang anak yang dianggap oleh masyarakat tidak berdaya akan merasa dirinya bahwa tidak berguna dan dapat mengakibatkan penyandang cacat merasa rendah diri, merasa tidak berdaya, merasa tidak pantas, merasa frustasi, merasa bersalah, merasa benci (Somantri, 2006). Dukungan sosial ini nantinya digunakan untuk memotivasi penyandang cacat. Dukungan sosial tersebut dapat melindungi dan meningkatkan kesejahteraan melalui efek psikologis dari kehadiran orang lain, mencegah isolasi, dapat menjalin hubungan cinta, menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat berdaptasi. Hal ini dapat memupuk harga diri dan keyakinan diri, dan perasaan layak, tetapi juga keamanan dan kontrol atas diri sendiri dan lingkungan. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh penyandang cacat netra agar merasa dihargai dan dapat diterima. Karena dukungan sosial dianggap 7
8 sebagai faktor penting yang mempengaruhi individu dengan kesejahteraan, dan memiliki peran penting dalam kehidupan semua orang, terutama bagi mereka yang cacat fisik. dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri, dan kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari kelompok. B. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja bentuk dukungan sosial yang diberikan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang terhadap penyandang cacat netra? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dukungan sosial yang diberikan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang terhadap penyandang cacat netra? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian adalah untuk: 1. Mengetahui bentuk dukungan sosial yang diberikan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang terhadap penyandang cacat netra. 2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat dukungan sosial yang diberikan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang terhadap penyandang cacat netra. 8
9 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Pemnerintah, diharapkan dapat menjadi kontribusi positif baik bagi pemerintah sebagai pemegang kebijakan dalam membuat regulasi yang relevan dengan kebutuhan dan kondisi para penyandang cacat netra. b. Bagi masyarakat secara umum diharapkan hasil penelitian dapat membuka cakrawala pemahaman dan kesadaran untuk menjadikan para penyandang cacat setara sebagai warga Negara dengan segala dan kewajiban yang melekat padanya. 2. Manfaat Akademis Secara akademis, diharapkan peneliti ini dapat dijadikan bahan referensi dalam rangka pengembangan khazanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan kajian kesejahteraan sosial. E. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat sangat luasnya dukungan sosial yang diberikan terhadap Penyandang Cacat khususnya cacat netra, maka ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada: 1. Profil UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang. 2. Program Rutin yang dilaksanakan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dalam proses pemberian dukungan pada penderita cacat. 3. Program insindental yang dilaksanakan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dalam proses pemberian dukungan pada penderita cacat. 9
10 4. Faktor intern yang menjadi pendukung dan penghambat dukungan sosial yang diberikan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang terhadap penyandang cacat netra. 5. Bentuk dukungan sosial yang diberikan pengurus panti pada penyandang cacat netra pada UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang. 6. Hambatan yang ditemui pengurus panti dalam memberikan dukungan sosial pada penyandang cacat netra pada UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang. 7. Langkah apa yang dilakukan UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dalam mengatasi hambatan hambatan. 8. Pandangan penyandang cacat terhadap dukungan sosial yang diberikan. 9. Upaya UPT untuk mensosialisasikan penyandang cacat netra kepada masyarakat. 10
BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah penyandang disabilitas atau sering kali disebut difabel tergolong sangat banyak. Berdasarkan hasil pendataan atau survey Pusdatin Depsos
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Hal tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang terkait dengan pekerjaan, aktivitas sosialnya, dan lain-lain. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan manusia selain sandang pangan dan papan adalah sebuah rekreasi. Rekreasi dimana mereka bisa menghilangkan kepenatan mereka dan mencari suasana
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : kerja Bagi Penyandang Disabilitas Netra. dapat dinyatakan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan persamaan garis regresi pengaruh
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka
DAFTAR ISI JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x INTISARI... xii ABSTRACT... xiii BAB I Pendahuluan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan dengan hak dan kewajiban yang sama dimata Tuhan Yang Maha Esa. Manusia hidup berkembang sebagai makhluk sosial dengan menjalankan peran dan tugas
Lebih terperinciPenerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak
Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak Upaya penyediaan pelayanan publik seharusnya dilakukan pada semua sektor dan diperuntukkan untuk seluruh lapisan masyarakat, termasuk di antaranya masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan seni. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pun memiliki keanekaragaman tersebut. Masyarakat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang diatur
Lebih terperinciPembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk
Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Sasaran pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan antara manusia dengan fisik yang sempurna dengan mereka yang memiliki kekurangan fisik ternyata melahirkan berbagai diskriminasi yang berupa 'ketidakadilan'.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of Productive Employement and Social Integrationyaitu Promote equal access to all levels of
Lebih terperinciCapacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability
Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Accessible Infrastructure, Transportation Click to add text and Technology Perundangan. UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2, Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obyek Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu menunjukkan
Lebih terperinciBUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KESETARAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penyandang disabilitas di Indonesia saat ini dapat dikatakan memiliki angka yang tidak sedikit. Data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciKendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik
Telaah Kendala Umumyang dihadapipenyandangdisabilitas* Didi Tarsidi Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak asasi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Penciptaan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa, yang terdiri dari tuna netra jiwa, tuna daksa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah Penyandang Cacat sesuai hasil Survei Pusdatin 2012 adalah 11.580.117 jiwa, yang terdiri dari tuna netra 3.474.035 jiwa, tuna daksa 3.010.830 jiwa, eks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk turut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk turut serta dalam pembangunan nasional, tidak terkecuali bagi penyandang disabilitas.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Lupiyoadi (2001) mengartikan kualitas pelayanan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan menurut Payne (2000)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak akan terlepas dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai organisasi
Lebih terperinciKONSEP DESAIN PEMENUHAN AKSESIBILITAS DI SEKOLAH INKLUSI, KAMPUS INKLUSI DAN KOTA INKLUSI UNTUK MENUJU INDONESIA INKLUSI
KONSEP DESAIN PEMENUHAN AKSESIBILITAS DI SEKOLAH INKLUSI, KAMPUS INKLUSI DAN KOTA INKLUSI UNTUK MENUJU INDONESIA INKLUSI OLEH: MUHAMMAD FAJAR RIANTO SLB NEGERI SURAKARTA DIREKTORAT JENDRAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja. Selain itu juga menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa
Lebih terperinciPenerapan Standar Fasilitas Parkir Untuk Difabel Di RSUD Pasar Minggu
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 Penerapan Standar Fasilitas Parkir Untuk Difabel Di RSUD
Lebih terperinci3/8/2017. Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / PENGGUNAAN ISTILAH
Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / dita.lecture@gmail.com PENGGUNAAN ISTILAH EXCEPTIONAL Rentang hambatan yang dapat pendidikan khusus di sekolah DISABILITY Aspek-aspek yang terbatas
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Para penyandang disabilitas seringkali tidak menikmati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari komunikasi massa. Sesuai dengan definisi komunikasi massa yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa merupakan salah satu komponen atau unsur yang tidak dapat dipisahkan dari komunikasi massa. Sesuai dengan definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,
Lebih terperinciMEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA
MEMPERKUAT HAK-HAK MELALUI TERWUJUDNYA PERATURAN DAERAH UNTUK PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA Arni Surwanti 11 APRIL 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda. Kesempurnaan tidak hanya dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki. Umumnya seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat pesat dan tantangan perkotaan lainnya, peningkatan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan khusus dapat dialami oleh setiap individu. Menurut Riset
Lebih terperinciDisampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA
Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA Istilah Community Based Rehabilitation (CBR) Di Indonesiakan : Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) Sejarah perkembangan
Lebih terperinciAKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT
AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT Upaya Menciptakan Fasilitas Umum Dan Lingkungan Yang Aksesibel demi Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat untuk Hidup Mandiri dan Bermasyarakat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat
Lebih terperinciMartina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Stephen Hawking, Fisikawan Christopher Reeve, Aktor, Sutradara, Produser Film, dan Penulis Skenario
Disabilitas itu masalah persepsi. Jika engkau dapat melakukan satu hal dengan baik, orang lain akan membutuhkanmu. Martina Navratilova, Pelatih dan Pemain Tenis Marah kepada disabilitas saya hanya membuang-buang
Lebih terperinciKonsep perencanaan dan perancangan
Konsep perencanaan dan perancangan Pusat pelatihan atlit cacat Indonesia di Surakarta sebagai rehabilitasi psikologi dengan pendekatan psikologi arsitektur Disusun Oleh: Alda Fatrisia I 0204020 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna, tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan kesempurnaan. Tuhan menciptakan manusia
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Pada tahun 1954 dirintis oleh inspeksi sosial jawa timur dengan nama tempat latihan kerja menetap Budi Mulyo yang bertempat
Lebih terperinciSEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO
SEMINAR PELAKSANAAN PERDA NOMOR 3 TAHUN 2016 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS di KABUPATEN KULON PROGO Arni Surwanti 6 APRIL 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas LANDASAN
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seorang ibu sedang mengandung, tentunya ia mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya itu akan lahir dengan sehat dan sempurna. Biasanya para orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemanusiannya. Pendidikan dalam arti yang terbatas adalah usaha mendewasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia selalu ingin menyempurnakan kehidupannya. Manusia selalu mencoba menjangkau jauh dari kehidupannya yang bersifat naluriah, dan dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal adanya kehidupan manusia, kodrati manusia sebagai makhluk sosial telah ada secara bersamaan. Hal ini tersirat secara tidak langsung ketika Tuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciPERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL
WALIKOTA SURAKARTA PERATURANWALIKOTASURAKARTA NOMOR 0 TAHUN ~O\'~ TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA WALIKOTASURAKARTA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik kecacatan yang dialami dari lahir maupun karena kecelakaan yang mengakibatkan seseorang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO
PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penyandang
Lebih terperinci2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.963, 2017 KEMENPP-PA. Anak Penyandang Disabilitas. Perlindungan Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu lahir dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial. Pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang berat serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi penyandang cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati,
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara yang memakai Pancasila sebagai dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA
JURNAL SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA Diajukan oleh : Maria Nurma Septi Arum Kusumastuti N P M : 120510872 Program Studi : Ilmu Hukum Program
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPembangunan Inklusi yang Memberdayakan, Sebuah Refleksi
Pembangunan Inklusi yang Memberdayakan, Sebuah Refleksi Selama lebih dari satu dekade ini, pembangunan yang mengacu pada Millenium Development Goals belum sepenuhnya memberikan perhatian ataupun concern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan di jaman sekarang ini bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk kita temukan, namun sudah menjadi hal yang sering kita dapati belakangan ini. Entah itu kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sempurna, sehat, tanpa kekurangan apapun. Akan tetapi, terkadang ada hal yang mengakibatkan anak tidak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes
BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes grafis dan observasi mendapatkan hasil yang berbeda pada masingmasing subyek. Penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada umumnya dinilai rentan, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan, maupun kemasyarakatannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepuluh tahun yang lalu tepatnya tanggal 13 Desember 2006 Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa menyepakati Konvesi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention On
Lebih terperincimerupakan unit terkecil dari ruang lingkup masyarakat. Kesejahteraan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak terlepas dari pentingnya peran setiap keluarga sebagai masyarakat dari suatu negara. Seperti yang kita ketahui bahwa keluarga merupakan
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy atau CP adalah penyebab umum dari cacat fisik pada anak. Gangguan ini dapat menyebabkan kecacatan pada fungsi kognitif dan gerak dari yang ringan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, setiap individu terkadang mengalami suatu hambatan. Hambatan yang terjadi pada suatu individu beragam jenisnya. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Penyandang Cacat Sejalannya dengan perkembangan zaman, bangunan-bangunan yang ada sekarang ini banyak yang dirancang tanpa memperhatikan keberadaan penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik maupun mental. Semua perubahan dan perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan sebagian dari masa perkembangan yang selalu dialami oleh setiap individu. Pada masa ini, remaja mengalami banyak perubahan fisik maupun
Lebih terperinci~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH
I SALINAN I fff~{?~{5 ~~ ~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS
1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2013 arah pembangunan kesehatan adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciSEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS
SEMINAR MEWUJUDKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS 23 AGUSTUS 2016 Forum Penguatan Hak-hak Penyandang Disabilitas Peraturan Daerah Tentang
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH PELAYANAN PUBLIK BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERDASARKAN UU. NO. 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN
JURNAL ILMIAH PELAYANAN PUBLIK BAGI PENYANDANG DISABILITAS BERDASARKAN UU. NO. 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS (STUDI DI KOTA MATARAM) Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG. Disusun oleh: Tim STKS Bandung
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN YANG BERPIHAK KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Tim STKS Bandung BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 Paradigma penanganan Penyandang Disabilitas
Lebih terperinciPokok-poko pikiran. Oleh : Wijang Wijanarko Yayasan Griya Mandiri
Pokok-poko pikiran Oleh : Wijang Wijanarko Yayasan Griya Mandiri Email : toyotawijang@yahoo.com Di Alam Ini Tiada Orang Yang Ternoda Kecuali Pikiran, Tiada Yang Disebut Cacat Kecuali Yang Kejam William
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang anak dan memengaruhi anak dalam berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosialnya.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap keluarga tentunya akan mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan kehidupan pernikahan mereka. Setiap pasangan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinci2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyandang cacat merupakan bagian
Lebih terperinciBUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua hal yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.686, 2017 KEMENSOS. Kawasan Ramah Lanjut Usia. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAMAH LANJUT
Lebih terperinci