BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Lanny Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.oleh karena itu akses masyarakat terhadap obat mencakup ketersediaan dan terjangkauan bagi seluruh masyarakat harus diperluas.akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Obat yang beredar di Indonesia digolongkan menjadi dua kelompok yaitu obat generik berlogo (OGB) dan obat generik bermerk (obat dagang).berdasarkan penelitian menyebutkan bahwa jumlah ketersedian obat generik di beberapa fasilitas pemerintah maupun swasta, serta persentase peresepan obat generik masih dibawah standar yang sudah ditentukan.zuhri (2012) juga menambahkan bahwa minat pembelian masyarakat Indonesia untuk obat generik masih tergolong rendah.sehingga dapat disimpulkan bahwa obat generik masih kurang digunakan dalam pengobatan (Handayani,2006).Selain itu meskipun pemerintah sudah mencanangkan berbagai progam untuk penggunaan obat generik agar menurunkan biaya pengobatan, tetap saja obat generik masih kurang dimanfaatkan oleh masyarakat (Shrank, 2009). Obat generik berlogo merupakan program yang dibuat pemerintah Indonesia agar seluruh lapisan masyarakat memperoleh obat untuk penyembuhan penyakit.program ini sudah berlaku sejak tahun 1989, namun masih ditemukan permasalahan penggunaan obat generik baik pada sektor pelayanan kesehatan pemerintah seperti rumah sakit maupun swasta seperti apotek. Faktor - faktor penghambat keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan obat generik adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik, peraturan tentang penyampaian informasi tentang obat generik melalui apotek dalam hal ini apoteker masih kurang tegas atau jelas, memasyarakatkan obat generik generik dengan slogan obat bermutu yang murah dan tidak ada kontrol dari 1
2 lingkungankebijakan dalam hal ini pemerintah terhadap pihak-pihak terkait dengan kewajiban penggunaan obat generik (Sulistami,1994). Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunan obat melibatkan pihak pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dokter sebagai penulis resep, apotek maupun rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat, serta masyarakat sebagai konsumen obat (Quick, 1997). Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, telah mengeluarkan beberapa peraturan terkait penggunaan obat untuk mendukung berjalannya program obat generik berlogo di fasilitas pemerintah. Melalui Permenkes HK Nomor /Menkes/068/I/2010 yang mewajibkan penggunaan obat generik di fasilitas kesehatan pemerintah, diharapkan berdampak pada peningkatan penggunaan obat generik.sedangkan untuk meningkatkan penggunaan obat generik di sektor swasta seperti di apotek, pemerintah melakukan sosialisasi penggunaan obat generik melalui berbagai media. Adanya peraturan tentang pencantuman nama generik pada label obat dan pencantuman harga eceran tertinggi ( HET) pada label obat yang diharapkan secara tidak langsung dapat meningkatkan penggunaan obat generik. Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan khususnya obatobatan, yang menjadi ujung tombak sarana distribusi obat yang paling dekat dengan masyarakat.kebanyakan apotek masih berorientasi bahwa obat merupakan komoditi bisnis sehingga obat-obatan disediakan hanya yang memberikan keuntungan (profit) besar bagi apotek tersebut.hal ini mengakibatkan berkurangnya ketersediaan obat generik di apotek yang berdampak pada penggunaan obat generik oleh masyarakat.peran apoteker dalam merekomendasikan obat generik kepada masyarakat juga dapat mempengaruhi pengguanan obat generik. Bila terdapat resep dengan nama obat generik bermerk, apoteker dapat memberikan rekomendasi dengan obat generik yang tersedia. Oleh sebab itu, masalah ketersedian obat generik juga dapat mempengaruhi penggunaan obat generik tersebut, karena ketersedian suatu obat dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap obat tersebut. Namun disisi lain kurangnya permintaan dari masyarakatpun dapat mempengaruhi ketersedian obat di 2
3 apotek. Pihak apotek hanya menyediakan obat generik sesuai dengan permintaan konsumen agar tidak merugi. Kurangnya permintaan masyarakat terhadap obat generik dapat mempengaruhi penggunaan obat generik.faktor-faktor yang menyebabkan beragamnya penggunaan obat generik di masyarakat adalah kurangnya promosi atau iklan obat generik. Namun dalam penelitian yang dilakukan Octavianus (2012), menyebutkan bahwa iklan obat tidak berdampak signifikan terhadap perilaku konsumsi obat pada ibu-ibu rumah tangga di semarang. Sehingga tidak akan berpengaruh besar terhadap penggunan obat generik. Adanya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas suatu obat yang menganggap bahwa obat paten memiliki kualitas yang paling baik dibandingkan obat generik.masyarakat juga masih menganggap obat generik memiliki kualitas yang rendah dikarenakan harga obat generik murah.namun penelitian di Iraq menyebutkan bahwa harga obat yang murah menjadi alasan utama masyarakat mau menggunakan obat generik, tetapi karena kurangnya pengetahuan mengenai obat tersebut maka masyarakat masih sulit menerima untuk menggunakan obat generik (Sharrad, 2010).Selain itu, sebuah penelitian lainnya nmenyebutkan bahwa masyarakat setuju harga obat generik lebih murah namun kualitas maupun keamanan obat tersebut tidak kalah dibandingkan dengan obat generik bermerk.meskipun masyarakat tersebut memiliki persepsi positif terhadap obat generik, namun belum cukup mendorong mereka untuk menggunakan obat generik (Shrank, 2009). Penelitian Handayani (2007) menyimpulkan bahwa pengetahuan pasien, persepsi pasien, pilihan obat pasien, permintaan pasien, pengalaman penggunaan obat generik dan status ekonomi pasien kurang berpengaruh terhadap rendahnya penggunaan obat generik di rumah sakit. Pasien cenderung mempercayakan pengobatan penyakit kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat apa yang diberikan. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai obat generik. Dokter merupakan orang yang memiliki kewenangan dalam hal peresepan obat.banyak faktor yang dapat memperngaruhi peresepan yaitu ketidaktahuan 3
4 informasi terkait ketersediaan obat generik untuk penyakit tertentu mupun informasi tentang kualitas dan keamanan obat tersebut.kurangnya kepercayaan dokter terhadap kualitas obat generik juga menjadi salah satu faktor dalam hal peresepan.pemerintah seharusnya menjelaskan semua ketidakpastiaan mengenai pemahaman obat generik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dokter mengenai kualitas dan keamanan obat generik (Chua, 2010).Penelitian persepsi dokter dibeberapa negara berkembang seperti Iraq dan Malaysia menyebutkan bahwa dokter pada umumnya sudah menerima untuk menggunakan obat generik dalam peresepnnya meskipun masih mempertimbangkan keuntungan maupun kerugian dalam pengobatan.dokter juga masih kurang memahami tentang keamanan maupun efektifitas obat generik dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi yang dari pemerintah maupun industri farmasi melalui sosialisasi.keadaan ini kedepannya akan meberikan pengaruh buruk terhadap penggunaan obat generik di masyarakat (Liang, 2010). Adanya reward berupa donasi dari perusahaan farmasi apabila dokter meresepkan obat generik bermerk. Hal ini disebabkan karena banyaknya merk obat yang beredar di pasar farmasi, mengakibatkan persaingan perusahan farmasi untuk mempengaruhi dokter dalam peresepan obat.dokter yang berada dalam sistem pelayanan kesehatan pemerintah lebih cenderung untuk menuliskan obat generik dikarenakan adanya tekanan dari sistem tersebut seperti kepatuhan terhadap formularium, maupun peraturan pemerintah yang berlaku.selain pemerintah, industri farmasi memiliki pengaruh yang besar terhadap pola peresapan dokter ( Kersnik, 2006). Oleh sebab itu, pemerintah memiliki peran yang penting dalam memutuskan kerjasama diantara dokter dan perusahan farmasi seperti salah satunya dibuat perjanjian bahwa donasi yang diterima dokter tidak akan berkorelasi dengan peresepan obat oleh para dokter. Peran dokter juga diperlukan untuk memberikan pengertian dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kualitas obat generik melalui peresepannya.masyarakat seharusnya proaktif menanyakan mengenai obat yang diberikan.fenomena masyarakat yang menganggap obat generik memiliki kualitas yang rendah ini menunjukkan bahwa ada kesalahpahaman mengenai pengertian obat generik di 4
5 masyarakat.agar pemahaman masyarakat terhadap obat generik dapat ditingkatan, hal terpenting adalah bagaimana informasi yang benar tentang obat generik itu bisa diterima oleh masyarakat.informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian terhadap sesuatu.informasi yang diterima oleh seseorang merupakan awal dari pembentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek. Kotler dan Amstrong (2004) mengungkapkan bahwa dalam keadaan yang sama persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda-beda disebabkan adanya proses seleksi dari berbagai stimulus (informasi) yang ada melalui pancaindera. Persepsi yang terbentuk selanjutnya akan membentuk suatu kepercayaan (belief) seseorang, yang pada akhirnya akan memunculkan minat seseorang untuk ingin atau tidak melakukan suatu perilaku. Pada Theory of Planned Behavior (TPB) menjelaskan bahwa sebuah perilaku membutuhkan sikap (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm) dan persepsi kemampuan berperilaku (perceived behavior control) dengan intensi (minat) sebagai media penghubung berbagai faktorfaktor motivasional yang berdampak pada suatu perilaku (Ajzen, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harsali (2013), menyimpulkan bahwa untuk mau membeli atau mengkonsumsi suatu produk dipengaruhi oleh faktor sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai sikap dan intensi adalah tinggi. Selain itu disimpulkan bahwa sikap maupun persepsi kemampuan berperilaku dapat mempengaruhi penggunaan obat generik, meskipun norma subjektif tidak secara langsung mempengaruhi intensi menggunakan obat tersebut. Berdasarkan penelitian diatas, dapat diketahui bahwa dari ketiga faktor pembentuk intensi, faktor sikap memiliki peran paling dominan dalam mempengaruhi intensi seseorang.hal ini dapat dikaitkan dengan teori persepsi seseorang dimana sikap merupakan hasil evaluasi baik maupun kurang baik terhadap perilaku tertentu.persepsi atau keyakinan seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku melalui pembentuk sikap seseorang (Sobur, 2011). Persepsi dipengaruhi oleh faktor fisik (faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, latar 5
6 belakang budaya) maupun faktor psikis (kepribadian, kelas sosial, dan tekanan sosial), meskipun dalam Theory of Plan Behavior (TPB) menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak menjadi bagian dalam teori tersebut melainkan hanya sebagai pelengkap untuk menjelaskan lebih dalam faktor penentu perilaku manusia. Dimana faktor-faktor tersebut hanya mempengaruhi keyakinan atau persepsi dan pada akhirnya juga berpengaruh terhadap intensi dan perilaku manusia (Ajzen, 2005). Penelitian lainnya menyimpulkan hal yang sama bahwa faktor personal (individual), norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku akan mempengaruhi sikap konsumen untuk menggunakan obat generik yang diresepkan. Sikap yang sudah terbentuk tersebut akan mempengaruhi minat seseorang untuk membeli atau membayar obat generik yang diresepkan tersebut ( Liang, 2011). Berdasarkan beberapa ulasan diatas diperoleh informasi bahwa sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku dapat mempengaruhiminat terhadap obat generik sehingga memunculkan suatu perilaku penggunaan obat generik. Namun minat masyarakat menggunakan obat generik belum diketahui, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran minat masyarakat dan faktor apa saja yang berperngaruh terhadap minat tersebut. Sehingga kedepannya dapat disusun suatu strategi untuk mensosialisasi program obat generik. Hal ini dikarenakan perbaikan kesalahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap obat generik dapat digunakan sebagai awal pengembangan dan target strategi mengenai sosialisasi dan edukasi untuk pengenalan obat generik di masyarakat (Shrank, 2009). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut meskipun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui program sosialisasi program obat generik berlogo (OGB), namun penggunaan obat tersebut masih kurang.untuk ikut mensukseskan program pemerintah dalam menggerakkan masyarakat tersebut maka persepsi atau kepercayaan masyarakat yang benar terhadap obat generik sangat diperlukan.penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana minat masyarakat 6
7 menggunakan obat generik, sehingga upaya-upaya sosialisasi obat generik kepada masyarakat dapat dilakukan secara lebih sistematis. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum tujuan penelitian ini mengetahui minat masyarakat menggunakan obat generik. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui minat masyarakat menggunakan obat generik dengan mengukur variabel sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku. Serta mengetahui hubungan antara sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku terhadap minat menggunakan obat generik. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai minat masyarakat menggunakan obat generik, sehingga dapat diidentifikasi strategi lebih lanjut untuk meningkatkan upaya sosialisasi program Obat Generik Berlogo di masyarakat secara lebih sistematis. E. Keaslian Penelitian Wiedyaningsih (2013) melakukan penelitian mengungkap faktor pendorong dokter meresepkan racikan untuk pasien anak rawat jalan dengan pendekatan teori perilaku berencana.pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku berpengaruh positif terhadap perilaku dokter dalam meresepkan racikan., dengan variabel sikap merupakan prediktor terkuat. Zuhri (2012) melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen dalam pemilihan obat generik dan bermerk (studi pada konsumen produk obat berbahan aktif paracetamol di wilayah kota Purwokerto Kabupaten Banyumas). Hasil 7
8 penelitian menujukan bahwa sikap, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilaku berpengaruh positif terhadap niat membeli dan menggunakan obat paracetamol (generik dan bermerk). Niat beli paracetamol generik paling kuat dipengaruhi oleh prediktor persepsi kemampuan berperilaku. Sedangkan untuk niat beli paracetamol bermerk paling kuat dipengaruhi oleh norma subjektif. Harshali (2013) melakukan penelitian mengenai prediksi niat konsumen terhadap program diskon penggunaan obat generik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai sikap dan intensi adalah tinggi yaitu 59,46%. Selain itu disimpulkan bahwa sikap maupun persepsi kemampuan berperilaku dapat mempengaruhi penggunaan obat generik, meskipun norma subjektif tidak secara langsung mempengaruhi intensi menggunakan obat tersebut. Amron (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat pembelian obat generik di kelurahan Gedungkiwo, kecamatan Mantrijeron Kota Yogya.Perbedaan terletak pada metode maupun lokasi penelitian. Namun terdapat persamaan pada teori yang digunakan sebagai kerangka konsep penelitian penelitian yaitu Theory of Planned Behavior. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini mengamati minat masyarakat menggunakan obat generik yang diukur dengan variabel sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan persepsi kemampuan berperilakuyang dilakukan pada masyarakat kabupaten Sleman, Yogyakarta berdasarkan Theory of Planned Behavior. 8
BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh rumah sakit. Diantara tantangan yang ada adalah bagaimana mengubah paradigma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien (patient safety) dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obat, merupakan zat atau bahan yang digunakan untuk permasalahan kesehatan masyarakat antara lain digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan mencegah komplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya rumah sakit atau pihak asuransi kesehatan memiliki suatu formularium atau daftar obat, tetapi pemanfaatan formularium tersebut sebagai salah satu alat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis dewasa ini semakin ketat, hal ini terjadi akibat adanya globalisasi dan perdagangan bebas. Perusahaan dituntut untuk memenangkan persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mencapai derajat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN OBAT GENERIK DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI...
DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN....v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sejalan dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat adalah sebuah benda kecil yang mampu menyembuhkan sekaligus dapat menjadi bumerang bagi penderitanya. Benda kecil yang awalnya dijauhi ini kemudian berkembang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan obat terbagi melalui beberapa tahap meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kepatuhan menyatakan kesesuaian perilaku dan pelaksanaan kegiatan terhadap ketentuan atau standar yang berlaku. Kepatuah dokter menulis resep dipengaruhi faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan ratarata penduduk
Lebih terperinciThe Psychology of Entrepreneurship
The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal
Lebih terperincipopulasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar dengan menempati peringkat ke 1 di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR
ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR Nama : Archita Ferina Setianing NPM : 11211043 Jurusan :
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia, dimana setiap orang berhak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk didalamnya hak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan
Lebih terperinci6. KESIMPULAN DAN SARAN
6. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menyimpulkan hasil analisis dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya. Perlu diingat bahwa setiap hasil analisis yang disimpulkan oleh peneliti berada pada asumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih lengkap dan spesialisasi dokter juga lebih banyak. dipengaruhi berbagai macam komponen yang membentuk niat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, konsumen semakin kritis dan pandai dalam menyikapi pemilihan pengobatan rawat jalan terkait dengan masalah kesehatan. Sebagian besar masyarakat saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang 1945 adalah untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN
KARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Mutu utama layanan kesehatan adalah salah satunya
Lebih terperinciEVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI
EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI Oleh PRATIWI K 100060070 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan pada hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan penelitian. Berikut
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 632/MENKES/SK/III/2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT GENERIK TAHUN 2011
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 632/MENKES/SK/III/2011 TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT GENERIK TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu pembangunan berkelanjutan sebagai agenda pembangunan global baru untuk periode 2016 hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN OBAT DI POLI ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA, KALIMANTAN TENGAH
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DI POLI ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA, KALIMANTAN TENGAH REZQI HANDAYANI 1, SULANTO SALEH DANU 2, RUSTAMADJI 2, NUNUNG PRIYATNI 2 1 PascaSarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku
Lebih terperinciSri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PERSEPSI FARMASIS TENTANG KEBIJAKAN SUBSTITUSI GENERIK DAN PELAKSANAANNYA DI KABUPATEN KONAWE Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak hanya mementingkan segi keuntungan (not profit oriented) tetapi juga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki manajemen yang kompleks. Rumah sakit adalah organisasi yang padat karya, padat modal, padat resiko
Lebih terperinciKebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat. Tri Widyawati_Wakidi
Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat Tri Widyawati_Wakidi Blok FM_Oktober2009 KONAS Sebagai landasan, arah dan pedoman dalam pembangunan obat yang mencakup tujuan, landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh karena itu diperlukan obat tersedia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciDirektur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Oleh : Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Disampaikan pada Lokakarya Nasional Perencanaan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Bandung, 12 13 September 2006 1 KONAS Sebagai landasan, arah
Lebih terperinciStudi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup (Kepmenkes,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT
STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT Safety riding atau keselamatan berkendara merupakan suatu usaha yang dilakukan
Lebih terperincisakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Berdasarkan UU nomor 44 tahun 09 pelayanan kefarmasian di rumah sakit harus dilakukan dengan sistem satu pintu. Permenkes nomor 58 tahun 14 menyatakan semua
Lebih terperinciJurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27
20 Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 2.1.2012 : 20-27 Kajian Peraturan...(Sudibyo Supardi, e t.al) sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein
Lebih terperinciHasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.
PEMBAHASAN Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang telah diuji secara simultan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui perilaku para anggotanya, para karyawannya, kebijakan-kebijakannya, dan peraturan-peraturannya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Farmasi Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
Lebih terperinciGambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014
Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini. Dengan meningkatnya status perekonomian masyarakat, kemudahan komunikasi serta peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Kita dapat menemukan perilaku merokok hampir di setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas atau yang lebih banyak diartikan sebagai kecacatan, seringkali dikaitkan dengan masalah keterbatasan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, penyakit, dan anggapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan keluhan yang dirasakan seseorang dan bersifat subjektif, sedangkan penyakit berkaitan dengan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam analisis kepuasan pasien, erat hubungannya dengan suatu kinerja, yaitu proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
39 BAB II LANDASAN TEORI A. INTENSI MEMBELI 1. Definisi Intensi Teori perilaku berencana merupakan pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan intensi dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta Yogyakarta melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri, tak kecuali juga di industri kesehatan. Pertumbuhan tersebut diiringi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
Lebih terperinciTHEORY OF REASONED ACTION
THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan yang saat ini semakin lama semakin ketat. Terdapat berbagai. konsumen untuk menggunakan suatu produk.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin mencapai suatu keberhasilan. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan memerlukan strategi untuk menghadapi persaingan yang saat ini semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang salah satunya adalah kesehatan. Pengertian dari kesehatan tidak hanya sebatas sehat secara jasmani dan rohani, namun sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan adalah ilmu dan seni penyembuhan dalam bidang keilmuan ini mencakup berbagai praktek perawatan kesehatan yang secara kontinu terus berubah untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil survei National Retail Security (2003), didapatkan informasi bahwa penyusutan persediaan toko selalu menjadi tantangan untuk peritel di Amerika Serikat.
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (pelayanan kesehatan yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan tahun 2005-2025 diselenggarakan dengan meningkatkan sumber daya manusia kesehatan. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem informasi dalam suatu organisasi telah meningkat secara signifikan. Sejak tahun 1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.
67 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain adalah : 1. Kualitas pelayanan kefarmasian secara keseluruhan telah dinilai baik oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi farmasi mempunyai pengaruh yang sangat besar pada perkembangan profesional rumah sakit dan juga terhadap ekonomi serta biaya operasional total rumah sakit,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pengelolaan kesehata n dalam SKN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat secara terpadu, merata, terjangkau dan berkesinambungan
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengobatan Sendiri 1. Definisi dan Peran Pengobatan sendiri atau swamedikasi yaitu mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotik atau
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat intention dalam pengelolaan diet pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Ginjal X Medan dan juga kontribusi dari determinan-determinan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,
Lebih terperinciSTUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada
STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of
Lebih terperinci