KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat 10110

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat 10110"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat KEPUTUSAN DIRJEN PERKERETAA[IAN NOMOR: PR.004/SK.318/DJKA/12/15 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN ERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN

2 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN NOMOR : PR.004/SK.318/DJKA/12/15 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN, Menimbang : bahwa dalam rangkamelaksanakan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana StrategisKementerian Perhubungan Tahun , perlu ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

3 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5048); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5086); 10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 12. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; 14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan Tahun ; 15. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; 16. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun ; 17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun

4 M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang PerkeretaapianTahun sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA wajib digunakan sebagai pedoman oleh setiap unit kerja di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. KETIGA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang PerkeretaapianTahun akan dievaluasi secara berkala sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di:j A K A R T A Pada tanggal :31 Desember Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian; 4. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

5 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN

6 KATA PENGANTAR Berdasarkan pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal, maka Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun merupakan dokumen perencanaan untuk Unit Kerja Eselon I Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkeretaapian yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun serta Renstra Kementerian Perhubungan tahun Dalam penyusunan dokumen Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun ini, disamping dilandasipada tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perkeretaapian, juga memperhatikan pemetaan perkembangan lingkungan strategis, prioritas nasional, dan isu-isu strategis di bidang perkeretaapian. Selain itu, penyusunan Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian juga mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) sesuai Undang- Undang Nomor 17 Tahun Dengan ditetapkannya Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun ini maka selanjutnya dokumen ini harus menjadi acuan dalam penyusunan program masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian serta Rencana Kerja dan Anggaran setiap tahun mulai Tahun 2015 hingga Tahun Melalui upaya artikulasi dan penterjemahan seluruh amanat di dalam Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun ini ke dalam sasaran program dan target kinerja dalam 5 (lima) tahun ke depan, seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian diharapkan dapat ikut serta mensukseskan visi pembangunan nasional dalam menciptakan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN HERMANTO DWIATMOKO RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN i

7 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN KONDISI UMUM PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA POSISI DOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL POTENSI DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR TRANSPORTASI ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN BAB 2 VISI, MISI DAN SASARAN PEMBANGUNAN VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL VISI DAN MISI PRESIDEN AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYANAN TRANSPORTASI KAPASITAS TRANSPORTASI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN ii

8 3.3.1 ARAH KEBIJAKAN UMUM STRATEGI KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN STRUKTUR REGULASI EKSISTING KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME) TARGET PENCAPAIAN SASARAN KERANGKA PENDANAAN KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN PULAU SUMATERA PULAU JAWA PULAU KALIMANTAN PULAU SULAWESI PULAU PAPUA RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN BAB 5 PENUTUP ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN MEKANISME EVALUASI RENSTRA RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN iii

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta... 7 Tabel 1.2 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Perkeretaapian Tabel 1.3 Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian Tahun Tabel 1.4 Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian Tabel 1.5 Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api Tabel 1.6 Perkembangan Sertifikasi SDM Perkeretaapian Tahun Tabel 1.7 Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api Tabel 1.8 Perkembangan produksi angkutan barang kereta api Tabel 1.9 Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api Tabel 1.10 Perkembangan data kecelakaan kereta api Tabel 2.1 Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) Tabel 3.1 Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun Tabel 3.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Perkeretaapian Tahun Tabel 3.3 Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian Tabel 3.4 Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian Tabel 4.1 Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian Tabel 4.2 Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen Perkeretaapian Tabel 4.3 Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian (Milyar Rp) RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN iv

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian Gambar 2.1 Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun dengan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun Gambar 3.1 Strategi Pembangunan Nasional Gambar 3.2 Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian Gambar 3.3 Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian Indonesia Gambar 3.4 Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian Gambar 4.1 Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian Gambar 4.2 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sumatera Gambar 4.3 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa Gambar 4.4 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan Gambar 4.5 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi Gambar 4.6 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Papua Gambar 4.7 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan Gambar 4.8 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN v

11

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 KONDISI UMUM PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA Sejarah perkeretaapian di Indonesia sudah cukup panjang. Sejak pertama kali dioperasikan pada tanggal 10 Agustus 1867 (pada Lintas Kemijen-Tanggung) hingga saat ini berbagai perkembangan dan perubahan telah terjadi baik dari sisi fisik jaringan pelayanan maupun sistem pengelolaannya. Di era penjajahan Belanda pada abad ke-19 hinga awal abad ke-20, perkeretaapian di Indonesia mencapai masa keemasannya, di mana pada masa itu jaringan kereta api pernah tersebar selain di Jawa dan Sumatera, hingga Sulawesi, Madura, dan bahkan direncanakan hingga Kalimantan dan Bali. Peran moda kereta api pada masa itu sangat dominan, baik sebagai media utama pergerakan penumpang maupun barang, khususnya perkebunan, termasuk untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Peran sentral kereta api tersebut, masih bertahan hingga jaman penjajahan dan era orde lama sampai dengan pertengahan dekade 1960-an. Pesatnya perkembangan industri otomotif dunia yang dipertegas oleh hegemoni ekonomi minyak dan gas bumi pada dekade 1970-an hingga 1990-an, secara perlahan namun pasti telah menyebabkan peran moda kereta api semakin terkikis di bumi pertiwi. Sebagian besar lintas cabang ditutup pengoperasiannya pada era tersebut karena kalah bersaing dengan fleksibilitas moda jalan. Pada Tahun 2005, sejak dibentuknya Direktorat Jenderal Perkeretaapian, dapat dikatakan sebagai momentum awal kebangkitan perkeretaapian nasional. Sejak saat itu hinggga sekarang berbagai upaya revitalisasi perkeretaapian nasional sudah diupayakan. Tahun 2007, diterbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang menjadi landasan era baru perkeretaapian nasional dengan diperkenalkannya sistem multi operator di mana peran Pemda dan Swasta dibuka seluas-luasnya untuk ikut serta berperan dalam penyelenggaraan perkeretaapian. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

13 Kegiatan peningkatan dan rehabilitasi sudah berhasil mengurangi secara signifikan backlog prasarana perkeretaapian. Sejumlah lintas cabang sudah direaktivasi, layanan kereta api perkotaan (baik di Jabodetabek maupun di wilayah perkotaan lainnya) sudah ditingkatkan kapasitasnya. Program peningkatan keselamatan perkeretaapian juga sudah mampu menekan tingkat kecelakaan kereta api hingga level yang sangat minimal. Berikut disampaikan capaian besar (big-wins) di bidang perkeretaapian yang pantas dicatat dalam beberapa tahun terakhir: - Pembentukan PT KAI Commuter Jabodetabek (PT. KCJ) pada Tanggal 12 Agustus 2008 sebagai pemisahan (spin-off) dari PT. KAI (Persero) dapat dikatakan sebagai upaya awal penyelenggaraan perkeretaapian secara multioperator di Indonesia, dan hingga kini layanan kereta api Jabodetabek terus mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas layanan; - Pada Tahun 2009 telah ditetapkan 2 (dua) Peraturan Pemerintah (PP) yakni PP No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan PP No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api yang menjadi landasan pelaksanaannya dari UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Hingga akhir 2014 sudah sebanyak 63 Peraturan Menteri (PM) yang sudah ditetapkan sebagai dasar pengaturan teknis dalam penyelenggaraan perkeretaapian, termasuk Permenhub No. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang menjadi acuan bagi pembangunan seluruh elemen penyelenggaraan perkeretaapian nasional (jaringan prasarana dan layanan, regulasi, kelembagaan, SDM, sarana, teknologi, investasi, dlsb) hingga Tahun 2030; - Dioperasikannya KA Akses Bandara Bandara Kualanamu pada 25 Juli 2013 (oleh PT. Raillink) yang merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia yang akan diikuti bandara-bandara lainnya di Indonesia; - Pelaksanaan konstruksi MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta pada bulan September 2013 telah berhasil memupus kebutuhan selama lebih dari 30 tahun perencanaan pembangunan sistem angkutan massal ini; - Dioperasikannya ujicoba KA Perintis Aceh pada 1 Desember 2013 di lintas pelayanan Krueng Mane-Bungkah-Krueng Geukueh (11,30 km) merupakan layanan kereta api perintis pertama yang dioperasikan di Indonesia; RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

14 - Ditetapkannya pemenang tender jalur KA Puruk Cahu-Bangkuang-Lupak Dalam pada Agustus 2014 menjadi proyek KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta) pertama yang berhasil dilakukan oleh Pemerintah Daerah; - Pelaksanaan ground breaking pembangunan jalur kereta api Makassar- Parepare pada Tanggal 12 Agustus 2014 merupakan titik tolak bagi pengembangan jalur KA Trans Sulawesi; - Diselesaikannya pembangunan double-track Lintas Utara Jawa sepanjang 725 kilometer yang ditandai oleh perampungan ruas rel ganda Kandangan-Pasar Turi pada Tanggal 3 September 2014 merupakan bukti komitmen dan kemampuan dari seluruh stakeholders perkeretaapian Indonesia untuk menyelesaikan mega proyek ini hanya dalam tempo kurang dari 3 tahun. Selain berbagai hasil positif tersebut di atas, tentu saja masih terdapat pula beberapa rencana dan tugas yang belum berhasil diselesaikan sampai dengan saat ini, diantaranya adalah pemisahan Badan Usaha Penyelenggara (BUP) prasarana dengan BUP sarana pada jalur eksisting sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007, penuntasan pelaksanaan Perpres No. 83 Tahun khususnya pada Lingkar Layang Jabodetabek, pembangunan KA akses Bandara, akses KA ke pelabuhan Tanjung Priok hingga Lini 2 (Container Yard), penanganan perlintasan sebidang, revitalisasi sejumlah UPT Dry Port, dan lain sebagainya. Di masa datang, peran perkeretaapian nasional kembali diharapkan hadir kembali sebagaimana masa keemasannya dulu, baik untuk angkutan penumpang maupun barang.giz (2013) memprediksi bahwa Tahun 2019 sebanyak 17 kota di Indonesia sudah bertranformasi menjadi kota Metropolitan, sehingga sudah sepantasnya kota-kota tersebut memiliki sistem angkutan massal berbasis rel sebagaimana layaknya kota-kota modern. Di sisi lain, beratnya beban pada jaringan jalan nasional, khususnya di Jawa dan Sumatera, mengharuskan adanya sistem layanan kereta api yang cukup ekstensif. Sedangkan Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau lainnya pun membutuhkan kehadiran moda kereta api untuk mendukung laju perekonomiannya masing-masing. Agenda presiden terpilih untuk mengedepankan kebijakan pengembangan transportasi massal yang terintegrasi, berimbang, aman, nyaman, merata, efisienadalah sinyal bahwa dalam 5 tahun ke depan bukan hanya 1 Perpres No. 83 Tahun 2011 tentang Penugasan Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

15 transportasi laut, melalui program tol laut, yang akan diprioritaskan, tetapi juga transportasi kereta api antar kota dan perkotaan POSISIDOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perkeretaapian sebagai instansi pemerintahan sebagaimana dinyatakan pada PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan fungsinya dengan berpedoman pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan tentu saja Renstra dari unit atasannya, yakni Renstra Kementerian Perhubungan. Tugas dan fungsi Ditjen Perkeretaapian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkeretaapian melalui beberapa fungsi berkaitan dengan perumusan kebijakan, pembinaan dan penyelenggaraan, perumusan NSPK, pengujian dan sertifikasi bidang keselamatan, lalu lintas dan angkutan kereta api, prasarana dan sarana perkeretaapian. Selain itu, Ditjen Perkeretaapian adalah pemegang mandat tertinggi dalam membina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sebagaimana disebutkan dalam pasal 13 UU No. 23 Tahun 2007 tetang Perkeretaapian, yang diantaranya bertugas melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan, dimana dalam hal belum ada badan usaha maka Pemerintah dalam menyelenggarakan prasarana dan/atau sarana perkeretaapian. Renstra sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah, perlu memperhatikan keselarasannya dengan dokumen perencanaan jangka panjang yang telah ada, di mana untuk perkeretaapian sudah ditetapkan Permenhub No. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang memberikan arahan pengembangan perkeretaapian nasional hingga Tahun Sedangkan dalam skala Kementerian sudah ditetapkan Kepmenhub No. KM 49 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Departemen Perhubungan, dan Indonesia sudah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang telah ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

16 Gambar 1.1 menyampaikan positioning dari dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian ini baik dalam konteks manajemen kinerja organisasi sebagai bagian dari Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi maupun dalam konteks Ditjen Perkeretaapian sebagai pemegang mandat tertinggi sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sesuai amanat UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. KM 43/2005 RPJMN I ( ) Perpres 7/2005 RENSTRA KEMENHUB ( ) RENSTRA DITJEN KA ( ) KM 7/2010 RPJMN II ( ) Perpres 5/2010 RENSTRA KEMENHUB ( ) RENSTRA DITJEN KA ( ) AGENDA RIPNAS ( ) RPJMN III ( ) RENSTRA KEMENHUB ( ) RENSTRA DITJEN KA ( ) AGENDA RIPNAS ( ) RPJMN IV ( ) RENSTRA KEMENHUB ( ) RENSTRA DITJEN KA ( ) AGENDA RIPNAS ( ) RPJPN ( ) UU 17/2007 RPJP DEPHUB ( ) KM 49/2008 RIPNAS ( ) PM 43/2011 Gambar 1.1Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian Dapat disimpulkan bahwa Renstra Ditjen Perkeretaapian ini adalah dokumen induk dari seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perkeretaapian dalam perioda tersebut, baik yang dilakukan Pemerintah, Swasta, maupun Pemerintah Daerah. Oleh karenanya cukup penting bagi seluruh pemangku kepentingan memperhatikan muatan dalam dokumen Renstra ini agar RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

17 pelaksanaan peranan masing-masing pihak dapat dilakukan saling bersinergi sehingga tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rangka memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL CAPAIAN PERIODA RENSTRA Sebagai dokumen perencanaan yang berkelanjutan, maka Renstra Ditjen Perkeretaapian harus memperhatikan berbagai capaian dan juga permasalahan dan kendala pada perioda Renstra sebelumnya ( ). Hal ini diperlukan untuk mengetahui kondisi tahun dasar (base-line) serta mengambil pelajaran atas berbagai permasalahan yang dihadapi pada perioda sebelumnya. A. RENCANA, ALOKASI, DAN PENYERAPAN APBN Gambar 1.2 disampaikan grafik perbandingan antara rencana alokasi anggaran yang dituangkan dalam dokumen Renstra , dengan alokasi APBN dalam DIPA Ditjen Perkeretaapian, serta dengan realisasi penyerapan anggaran setiap tahunnya. Rencana, alokasi, dan realisasi APBN Ditjen Perkeretaapian Secara statistik terdapat korelasi yang sangat tinggi antara rencana dan alokasi APBN Ditjen Perkeretaapian, di mana koefisien korelasinya (r) mencapai angka 0,98 (mendekati 1), yang artinya bahwa sesungguhnya hampir semua rencana RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

18 pendanaan APBN Ditjen Perkeretaapian yang direncanakan dalam Renstra terpenuhi oleh alokasi DIPA-APBN.Namun perlu dicatat, bahwa prestasi penyerapan anggaran oleh seluruh satuan kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian rata-rata sekitar 72% (relatif rendah dibandingkan dengan daya serap rata-rata Unit Eselon I di Kementerian Perhubungan sekitar 87-88%). Daya serap anggaran ini perlu diupayakan peningkatannyadi masa datang agar berbagai kegiatan prioritas dapat diselesaikan tepat waktu dan segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. B. RENCANA DAN REALISASI PEMBIAYAAN OLEH SWASTA Deskripsi rencana (yang dimuat dalam Renstra ) dan realisasi pengembangan prasarana dan sarana perkeretaapian yang dilakukan oleh Swasta disampaikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta KEGIATAN RENCANA RENSTRA REALISASI PENGEMBANGAN PRASARANA Jalur KA batubara Rencana 9 jalur KA Panjang 1828 km 2 jalur proses tender KPS, 1 jalur PFI/swasta murni Jalur KA perkotaan LRT/Monorel Jakarta (24 km) Dilanjutkan konstruksinya PENGEMBANGAN SARANA Rehab sarana Pengadaan sarana Lokomotif 25 unit Kereta 16 unit Kereta pembangkit/ bagasi 4 unit Lokomotif 150 unit Kereta 452 unit Kereta pembangkit/ bagasi 44 unit Gerbong 2400 unit N/A Realisasi oleh PT. KAI: Lokomotif 150 unit Gerbong 2400 unit Kereta dan kereta pembangkit: N/A Pengadaan KRL 650 unit 664 unit (oleh PT. KCJ) Sampai dengan Akhir Tahun 2014 rencana pengembangan prasarana perkeretaapian, yakni jalur kereta api batubara, oleh swastabelum ada yang yang sampai tahap operasional, sebagian sudah ada progress sampai proses tender atau konstruksi. Sedangkan untuk kereta api perkotaan, yakni dimulainya pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor dan Bekasi dan LRT Provinsi Sumatera Selatan. Perlu dicatat, bahwa terdapat beberapa aktivitas investasi yang dilakukan swasta (melalui KPS ataupun swasta murni/pfi) diantaranya MRT Jakarta, KA Bandara Kualanamu, dan KA Bandara Soekarno-Hatta. Pengadaan sarana dan KRL oleh Swasta (terutama oleh PT. KCJ dan PT. KAI) umumnya memiliki realisasi yang sesuai/lebih besar dari yang direncanakan dalam Renstra RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

19 Berdasarkan data progress tersebut, mengisyaratkan bahwa dalam situasi ekonomi dan politik Indonesia 5 tahun belakangan, investasi prasarana dianggap cukup beresiko oleh para investor swasta (baik melalui skema KPS ataupun PFI), sedangkan dengan investasi pada sarana (di mana jalurnya sudah ada serta market sudah terbentuk) relatif lebih menarik. Sehingga dalam jangka waktu 5 tahun ke depan peran pemerintah dalam pengembangan jaringan prasarana masih akan sangat diperlukan, sedangkan swasta akan cukup berminat untuk mengoperasikan sarana pada jalur eksisting yang sudah padat. C. PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN PERKERETAAPIAN Pada Tabel 1.2 disampaikan rangkuman dari hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian selama perioda Renstra Secara umum capaian pelaksanaan kegiatan oleh Ditjen Perkeretaapian telah mencapai target yang ditetapkan. Terdapat beberapa kegiatan yang mendapatkan catatan karena capaian pelaksanaannya jauh dari target yang diharapkan, di mana penyebabnya lebih dikarenakan hambatan dalam berkoordinasi dengan pihak di luar Ditjen Perkeretaapian. Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi jalur kereta api, yang seharusnya menjadi tugas dari penyelenggara prasarana perkeretaapian. Kegiatan melalui skema PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri) sepertinya masih terdapat hambatan dalam proses pengadaan. Hal ini disebabkan oleh sinkronisasi jadual alokasi pendanaan serta persyaratan tender yang harus menyesuaikan ketentuan dari pemberi dana. Sebaiknya, target kegiatan melalui PHLN dibuat lebih longgar, sehingga tidak menjadi beban terhadap kinerja keseluruhan. Target kegiatan pengadaan sarana perkeretaapian oleh Ditjen Perkeretaapian juga mengalami hambatan, terkait dengan ketentuan dalam UU No. 23 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa kegiatan pengadaan sarana merupakan lingkup tanggung jawab penyelenggara sarana (bukan domain Pemerintah sebagai pembina). Perlu disediakan regulasi khusus untuk mengatasi kendala ini, karena ke depan peran pemerintah masih sangat diperlukan untuk pengadaan sarana untuk layanan kelas ekonomi/pso dan juga perintisan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

20 Tabel 1.2Capaian Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Perkeretaapian RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN Indikator Panjang km jalur KA baru yang dibangun termasuk jalur ganda Panjang km jalur KA yang ditingkatkan kondisinya/ keandalannya termasuk reaktivasi Panjang km jalur KA yang direhabilitasi Satuan Pencapaian per Tahun Total Pencapaian Target Renstra % Pencapaian Km'sp Km'sp Keterangan Km'sp Rehab jalur KA termasuk kegiatan perawatan yang menjadi tanggung jawab penyelenggara prasarana Jumlah km'sp pengadaan rel Km'sp Jumlah unit pengadaan wesel Unit Unit Jumlah unit jembatan KA yang ditingkatkan/ direhabilitasi dan dibangun Jumlah paket pekerjaan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi Jumlah paket pekerjaan peningkatan/pembangunan pelistrikan Jumlah paket pembangunan/rehabilitasi bangunan operasional/stasiun Paket Paket Paket

21 RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian Jumlah unit peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas keselamatan Jumlah paket pengadaan peralatan/fasilitas sarana perkeretaapian Jumlah kereta ekonomi yang dibangun Jumlah unit pengadaan lokomotif, KRDI, KRDE, KRL, Tram, Railbus, sarana kerja Jumlah unit modifikasi sarana KA Paket Pengadaan melalui skema PHLN (KfW) saat ini masih dalam proses, terdiri dari pengadaan MTT = 7 unit, pengadaan sparepart perawatan track, pengadaan peralatan inspeksi track, dll Unit Sesuai UU 23/2007, penanganan perlintasan sebidang diarahkan ke pembangunan perlintasan tidak sebidang melalui pembangunan underpass/ flyover yang masuk dalam Paket Paket Unit output jembatan KA Unit Kegiatan pengadaan KRL pada green book (PHLN) masih dalam proses untuk pembiayaan melalui KfW sebanyak 10 trainset (80 unit), diperkirakan baru Unit akan terealisasi

22 D. CAPAIAN SASARAN KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN Tabel 1.3 menyampaikan daftar capaian sasaran kinerja Ditjen Perkeretaapian untuk Tahun Capaian sasaran strategis diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi ukuran kuantitatif dari pelaksanaan visi dan misi yang ditetapkan pada perioda Renstra Sebagai catatan, IKU yang digunakan pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 menggunakan daftar IKU yang termuat dalam Permenhub No. PM 85 Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan, sedangkan IKU untuk Tahun 2012 hingga Tahun 2014 mengikuti daftar IKU pada Permenhub No. PM 68 Tahun 2012 yang merevisi IKU sebelumnya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa selama perioda terdapat perbaikan capaian kinerja untuk masing-masing IKU.Hal ini ditunjukkan oleh adanya trendjumlah kejadian kecelakaan kereta api yang cenderung menurun, ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta api yang terus meningkat, aktivitas sertifikasi yang semakin bertambah, jumlah lintas pelayanan komersil/pso/perintis yang semakin meluas dan bertambah, penyediaan kapasitas maupun panjang jalur KA yang terus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Selain itu, manfaat dari penyelenggaraan perkeretaapian pun juga terus membaik, dilihat dari kontribusi dalam angkutan barang maupun penumpang maupun dampaknya terhadap ekonomi dan lingkungan. Secara internal, terdapat pula kemajuan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengelolaan anggaran berbasis kinerja maupun penyediaan SDM aparatur. Yang perlu mendapatkan perhatian ke depan adalah relevansi indikator dan juga target capaian yang ditetapkan, apakah sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pembangunan di masa datang. Dari sisi relevansi indikator, dalam 5 tahun ke depan fokus presiden terpilih dan juga RPJMN adalah pada peningkatan konektivitas dan pembenahan sistem transportasi perkotaan. Dari sisi struktur indikator, perlu dilakukan penyesuaian dengan agenda penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 2 2 Agenda penataan ADIK sudah diperkenalkan oleh Kementerian Keuangan dalam Permenkeu Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L dimana struktur indikator kinerja akan disusun berdasarkan logic model. Pendekatan ini juga sudah diadopsi dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L Tahun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

23 RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN Tabel 1.3Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian Tahun NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya Keselamatan, Keamanan dan Pelayanan sarana dan prasarana transportasi sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2 Meningkatnya Aksesibilitas Masyarakat terhadap pelayanan sarana dan prasarana transportasi guna mendorong konektivitas antar wilayah a b c d Meningkatnya Keselamatan Pengoperasian Perkeretaapian Meningkatnya Keandalan Pengoperasian Perkeretaapian Meningkatnya Kelaikan Sarana dan Prasarana Perkeretaapian Dalam Upaya Meningkatkan Keselamatan Meningkatnya Aksesibilitas Masyarakat terhadap Pelayanan Angkutan Kereta Api INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1 Jumlah kejadian kecelakaan kereta api khususnya kejadian anjlokan dan kejadian tabrakan antar kereta api 2 Prosentase realisasi ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta api (%) 3 Rata-rata keterlambatan kereta api (menit) 4 Jumlah sertifikat kelaikan sarana perkeretaapian yang dikeluarkan tepat waktu 5 Jumlah sertifikat kelaikan prasarana perkeretaapian yang dikeluarkan tepat waktu 6 Jumlah lintas pelayanan (penambahan/perubahan rute) 7 Jumlah lintas PSO dan perintis angkutan kereta api 8 Panjang jalur KA yang dibangun (baru maupun jalur ganda), direvitalisasi (reaktivasi lintas-lintas nonoperasi maupun peningkatan daya dukung ,75 40,25 75,60 62,65 60,40 58,75 54,25 44, n/a n/a n/a n/a ,1 225,9 571,6 461

24 RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS 3 Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana transportasi untuk mengurangi backlog dan bottleneck kapasitas infrastruktur transportasi 4 Meningkatkan peranpemda, BUMN, swasta, dan masyarakat dlm penyediaan infrastruktur sektor transportasi sebagai upaya meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan transportasi e f g Peningkatan Manfaat Pengoperasian Perkeretaapian Terhadap Ekonomi dari Pengurangan Biaya Transportasi Angkutan Barang dan Penumpang Meningkatnya Kapasitas Pelayanan Angkutan Perkeretaapian Melanjutkan Restrukturisasi Kelembagaan di Bidang Perkeretaapian dalam mengupayakan Multioperator INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) dan kecepatan) (km'sp) 9 Prosentase peningkatan kontribusi moda KA dalam angkutan barang sebagai indikator keberhasilan kebijakan modal-shifting ke kereta api (%) 10 Prosentase peningkatan kontribusi moda KA dalam angkutan penumpang sebagai indikator keberhasilan kebijakan modal-shifting ke kereta api (%) 11 Jumlah sarana (pengadaan/modifikasi/ rehabilitasi) (unit) 12 Jumlah penumpang KA yang dilayani (juta penumpang) 13 Jumlah angkutan barang yang dilayani oleh KA (juta ton) 14 Jumlah perizinan: jumlah izin usaha, jumlah izin pembangunan, jumlah izin operasi sarana/prasarana dan jumlah rekomendasi/ persetujuan perizinan penyelenggaraan perkeretaapian ,40 0,33 0,39 0,46 0,22 0,33 0,21 0,17 0,31 0,

25 RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS 5 Peningkatan kualitas SDM dan melanjutkan restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi 6 Meningkatkan pengembangan teknologi transportasi yang efisien dan ramah lingkungan sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim h i j k Meningkatnya Optimalisasi Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja, Anggaran, dan BMN Direktorat Jenderal Perkeretaapian Peningkatan Jumlah dan Kualitas SDM Perkeretaapian yang Bersertifikat Dalam Upaya Meningkatkan Keselamatan dan Keandalan Pelayanan KA Melanjutkan Reformasi Regulasi di Bidang Perkeretaapian Meningkatkan Pengembangan Teknologi Perkeretaapian yang Efisien dan Ramah Lingkungan Sebagai Antisipasi Terhadap Perubahan Iklim INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 15 Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perkeretaapian 16 Tingkat penyerapan anggaran Ditjen Perkeretaapian (%) 17 Nilai aset Direktorat Jenderal Perketaapian yang berhasil diinventarisasi (T) 18 Jumlah sertifikat kecakapan SDM perkeretaapian 19 Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang perkeretaapian yang diterbitkan 20 Panjang jalur kereta api yang sudah terelektifikasi (km'sp) 21 Jumlah penerapan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan di bidang perkeretaapian ,40 82,17 64,81 77,95 85,35 77,48 89,39 87,28 88,38 n/a 83 81,7 90,22 96, n/a 165, ,8 17,35 0 keg 1 keg 74 dba 81,4 dba 83 dba

26 D. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI RENSTRA Pada beberapa butir berikut ini disampaikan daftar tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Renstra Ditjen Perkeretaapian Tahun yang lalu, diantaranya: 1. Hambatan pembebasan lahan Beberapa target pelaksanaan pembangunan di prasarana perkeretaapian banyak menemui kendala dari proses pengadaan lahan, diantaranya: pembangunan double-track Pantura Jawa, jalur KA antara Batu Ceper (Tangerang)-Bandara Soekarno Hatta, jalur KA Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, jalur KA Bireun Lhokseumawe. 2. Jangka waktu pelelangan yang panjang (khususnya untuk kegiatan PHLN) Proses pelelangan untuk beberapa kegiatan pengadaan barang dan jasa, khususnya yang menggunakan dana PHLN cenderung lebih panjang dibandingkan dengan proses pelelangan menggunakan dana rupiah murni. Permasalahan ini muncul karena kompleksitas secara administrasi dan teknis yang kasuistik dan perlu dilakukan penanganan khusus. 3. Payung hukum untuk pengadaan sarana perkeretaapian Pengadaan sarana kereta api, khususnya untuk layanan kelas ekonomi, pada perioda Renstra mengalami hambatan dari sisi payung hukum, karena sesuai UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian lingkup kegiatan pengadaan sarana merupakan tugas Badan Usaha Penyelenggara (BUP) Sarana dalam hal ini adalah PT. KAI. Namun pada kenyataannya, masyarakat masih sangat membutuhkan peningkatan kualitas maupun kuantitas layanan kereta api kelas ekonomi. 4. Keterbatasan SDM bidang perkeretaapian Besarnya alokasi anggaran Ditjen Perkeretaapian pada periode serta cakupan kegiatan yang begitu luas (mulai dari penyusunan regulasi, kebijakan, pelaksanaan pembangunan/pengadaan, sertifikasi, hingga pengendalian dan pengawasan) kurang didukung oleh penyediaan SDM aparatur Ditjen Perkeretaapian. Sampai dengan Tahun 2014 jumlah SDM aparatur di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian hanya sebanyak 573 orang dengan 246 orang yang memiliki sertifikat keahlian. 5. Peran Pemda dan swasta yang masih minim dalam mendukung pembangunan infrastruktur perkeretaapian Praktis hingga akhir Tahun 2014 tidak cukup banyak inisiasi pembangunan infrastruktur perkeretaapian yang telah selesai dibangun atas inisiatif RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

27 ataupun pembiayaan oleh Pemda maupun Swasta. Meskipun dalam UU No. 23 Tahun 2007 potensi peran sudah dibuka lebar, baik untuk perkeretaapian umum maupun perkeretaapian khusus, namun sepertinya Pemda dan Swasta cenderung bersikap wait and see. Sebenarnya sudah ada preseden, seperti: pembangunan MRT dan monorel Jakarta, KPS jalur Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung, namun peran pemerintah Pusat masih terlalu dominan. 6. Implementasi PSO, IMO, TAC yang belum optimal Meskipun regulasi terbaru mengenai implementasi PSO (Public Service Obligation) 3 yang sudah dipisahkan dengan IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) 4 dan TAC (Track Access Charge) 5, namun dalam implementasinya belum optimal, karena saat ini penyelenggaraan prasarana maupun sarana perkeretaapian di jalur eksisting masih dilakukan oleh PT. KAI, sementara Pemerintah belum memiliki kelembagaan yang dapat menerima pembayaraan penggunaan prasarana sebagai PNBP KONDISI EKSISTING ELEMEN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Sebagaimana disampaikan pada pasal 1 (1) UU. 23 Tahun 2007, yang dimaksud dengan perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Pada beberapa butir berikut ini disampaikan kondisi terkini mengenai setiap elemen dalam penyelenggaraan perkeretaapian tersebut, yang akan menjadi acuan (base-line) bagi kebijakan dan rencana pembangunan dalam perioda Renstra A. PRASARANA PERKERETAAPIAN Perkembangan penyediaan jaringan prasarana perkeretaapian sampai dengan akhir Tahun 2013 disampaikan pada Tabel 1.4. Meskipun tingkat pertumbuhan panjang rel operasional tidak besar, namun perlu diperhatikan bahwa angka yang disajikan pada Tabel 1.4 belum menyertakan panjang jalur kereta api ganda yang pada akhir Tahun 2014 diperkirakan sepanjang 1.292,8 km. 3 Permenhub No. PM 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Orang Dengan Kereta Api Untuk Pelayanan Kelas Ekonomi 4 Permenhub No. PM 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara 5 Permenhub No. PM 62 TAHUN 2013 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

28 Tabel 1.4Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian Jenis Prasarana satuan Panjang Jalan Rel Kereta Api Menurut Jenis Rel (Lintas Operasional) R - 54 km R - 50 km R - 42 km R - 33 km R - 25 km Total km Perlintasan sebidang Resmi Dijaga Lokasi Resmi Tidak Dijaga Lokasi Liar Lokasi Total Jumlah Persinyalan Elektrik Set Upaya penanganan perlintasan sebidang sudah dilakukan secara ekstensif, di mana jumlah perlintasan liar sudah berkurang berikut dengan perlintasan resmi yang tidak dijaga. Sedangkan perlintasan resmi yang dijaga mengalami kenaikan secara marginal dari tahun ke tahun. Perlu dicatat, bahwa upaya penanganan perlintasan diupayakan mengikuti ketentuan dalam UU 23/2007 untuk diubah menjadi perlintasan tidak sebidang (melalui fly over ataupun underpass). B. SARANA PERKERETAAPIAN Tabel 1.5 menyampaikan perkembangan penyediaan sarana perkeretaapian. Terlihat bahwa penyediaan sarana untuk jenis gerbong, lokomotif diesel, dan juga kereta api berpenggerak sendiri. Sebagian besar pertumbuhan tersebut dilakukan oleh PT. KAI dan PT. KCJ sebagai operator kereta api di Indonesia. Untuk sarana perkeretaapian di luar kecepatan normal, umumnya tidak mengalami penambahan yang berarti, karena dioperasikan untuk keperluan pariwisata ataupun untuk kepentingan usaha sendiri. Perlu dicatat disini bahwa selama perioda , Pemerintah (c.q Ditjen Perkeretaapian) telah melakukan pengadaan KRD / KRL/ KRDE sebanyak 122 unit dan kereta api kelas ekonomi sebanyak 129 kereta. Selain itu dilakukan pula rehabilitasi terhadap 41 kereta. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

29 Tabel 1.5Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api NO URAIAN GROWTH RATE (%) A KERETA API KECEPATAN NORMAL I LOKOMOTIF Lokomotif diesel Lokomotif Listrik Lokomotif Uap II KERETA Kereta dengan Penggerak Sendiri Kereta yang ditarik lokomotif III GERBONG IV PERALATAN KHUSUS Peralatan Khusus dengan Penggerak Sendiri 2 Peralatan khusus yang ditarik lokomotif JUMLAH KERETA API KECEPATAN NORMAL B KERETA API KECEPATAN TINGGI C KERETA API MONOREL D KERETA API MOTOR INDUKSI LINIER E KERETA API GERAK UDARA F KERETA API LEVITASI MAGNETIK G TREM H KERETA API GANTUNG JUMLAH ARMADA KERETA API Keterangan: sistem pengelompokkan data sarana perkeretaapian berbeda untuk Tahun 2009 dan Tahun 2010 C. SDM PERKERETAAPIAN Di masa datang, seiring dengan perkembangan jaringan dan permintaan perjalanan, maka kebutuhan akan jumlah SDM perkeretaapian akan meningkat pesat. Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas sertifikasi maupun pendidikan dan pelatihan SDM perkeretaapian. Jika diperlukan dapat dibantu oleh asosiasi profesi dan lembaga diklat swasta, bahkan luar negeri untuk SDM pada teknologi perkeretaapian yang baru. Perkembangan sertifikasi SDM perkeretaapian yang dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian sejak Tahun 2007 disampaikan pada Tabel 1.6. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

30 Tabel 1.6Perkembangan Sertifikasi SDM Perkeretaapian Tahun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN NO KATEGORI SDM TAHUN JUMLAH (Orang) KATEGORI A REGULATOR PERKERETAAPIAN 1 Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian Sertifikat Keahlian - Fasilitas Operasi Jalur dan Bangunan KA Inspektur Prasarana Perkeretaapian Sertifikat Keahlian 3 Tenaga Penguji Sarana Perkeretaapian Sertifikat Keahlian 4 Inspektur Sarana Perkeretaapian Sertifikat Keahlian 5 Auditor Perkertaapian Sertifikat Keahlian Sub Total Bidang Regulator B OPERATOR (PT.KAI) 1 Awak Sarana Perkeretaapian Masinis * 383*** Sertifikat Kecakapan 2 Awak Sarana Perkeretaapian Asisten Masinis ** Sertifikat Kecakapan 3 Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Sertifikat Kecakapan 4 Penjaga Perlintasan Kereta Api (PJL) **** 417***** 3802 Sertifikat Kecakapan 5 Juru Pemeriksa Prasarana (JPJ) Sertifikat Kecakapan Sub Total Bidang Operator C SDM KONTRAKTOR Train Watcher Sub Total Bidang Kontraktor 724 Grand Total Keterangan: * ) Pengajuan Baru sejumlah 285 masinis dan perpanjangan (ganti buku sertifikat, tanpa smart card) sejumlah 1140 **) Pengajuan Baru sejumlah 299 asisten masinis dan perpanjangan (ganti buku sertifikat, tanpa smart card) sejumlah 353 ***) Awak Sarana Jaladara (Kereta Wisata Uap:3) dan MTT PT MKP(Jumlah:8) ****) 39 PJL Dishub wilayah Jawa Tengah (Pekalongan, Brebes, Tegal, Semarang, Kulon Progo) *****) 21 PJL Dishub wilayah Jawa Tengah (pengujian Desember 2013, penerbitan sertifikat per 1 Januari 2014) dan 72 PJL Dishub

31 D. PRODUKSI ANGKUTAN Tabel 1.7 menyampaikan perkembangan produksi angkutan penumpang menurut jenis lintas di Indonesia. Tabel 1.7Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api No Uraian Satuan KA Utama Pnp KA Lokal Pnp Raya 3 KA Pnp Jabotabek 4 KA Pnp Bandara Kualanamu 5 KA Perintis Pnp Aceh 6 KA Perintis Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto Pnp Jumlah Pnp Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa pangsa pasar terbesar angkutan kereta api penumpang adalah pada lintas kereta api perkotaan/commuter (Jabodetabek dan Lokal Raya) yang mengkomposisi sekitar 74,5% dari total pada tahun Terdapat kecenderungan penurunan pada pangsa angkutan kereta api lintas utama (jarak sedang-jauh) sekitar 2,0% per tahun dan lintas lokal raya sekitar 2,67% per tahun. Di Tahun 2013 dan 2014 terdapat 3 jenis pelayanan baru angkutan kereta api penumpang, yakni KA Bandara Kuala Namun, KA Perintis Aceh serta KA Perintis Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto. UntukKA Bandara Kualanamu baru bisa mengangkut sekitar 3,32% dari total sekitar 8,1 juta pengguna Bandara Kualanamu (best practice di negara lain KA Bandara mampu mengangkut hingga 5-10% dari total). Adapun penyediaan KA perintis Aceh dan Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto setidaknya dapat menarik animo masyarakat luas terhadap layanan kereta api. Atas perkembangan data yang ada, maka di masa datang sangat direkomendasikan untuk melakukan ekspansi pelayanan kereta api ke wilayah perkotaan lainnya (khususnya yang sudah berjuluk kota metropolitan). Adapun untuk kereta api jarak sedang dan jarak jauh perlu dilakukan reposisi sesuai RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

32 karakteristiknya untuk lebih fokus pada layanan jarak sedang (maksimal 4-6 jam perjalanan) sedangkan untuk jarak jauh sebaiknya fokus pada kelas ekonomi. Peningkatan kualitas layanan, aksesibilitas dan rasionalisasi tarif angkutan kereta api, serta pengembangan akses bandara dan pelabuhan di lokasi lainnya perlu mendapatkan porsi perhatian yang cukup. Sedangkan aktivitas pengembangan layanan keperintisan pada jalur baru dan hasil reaktivasi perlu dijadikan sebagai media promosi layanan kereta api pada area yang sedang berkembang. Perkembangan produksi angkutan barang kereta api disajikan pada Tabel 1.8. Pertumbuhan angkutan barang kereta api cukup besar, sekitar 13,25% per tahun di mana pada Tahun 2014 mencapai sebanyak 30,7 juta ton. Tabel 1.8Perkembangan produksi angkutan barang kereta api No Uraian Satuan Growth Rate (%) 1 Minyak Bumi Ton (BBM) 2 P u p u k Ton S e m e n Ton Batubara Ton Hasil Ton Perkebunan 6 Peti Kemas Ton Pasir Kuarsa Ton Karet Ton B. C. (Barang Ton Cepat) 10 B. H. P. (Barang Ton Hantaran Penumpang) 11 Lain-Lain Ton Jumlah Ton Jika diperhatikan komposisinya, maka lebih dari 55% angkutan barang dikontribusi oleh angkutan batubara, kemudian 17% oleh angkutan semen, dan sekitar 9% oleh angkutan peti kemas. Sebagian besar dari pangsa angkutan barang tersebut diangkut berdasarkan kontrak negosiasi, sedangkan porsi barang umum masih sangat kecil. Di masa datang perlu dilakukan optimalisasi pangsa pasar angkutan barang kereta api pada komoditas tambang dan industri dasar yang secara tradisional RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

33 menjadi captive demand bagi kereta api. Oleh karenanya pengembangan jaringan jalur KA baru untuk angkutan barang di Sumatera dan Kalimantan sangat relevan. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan jalur ganda Pulau Jawa untuk logistik (yang diperkirakan dapat menghemat biaya hingga 30%) perlu menjadi perhatian kebijakan dalam 5 tahun ke depan, di mana diperlukan dukungan pengembangan intermodality yang kuat dengan moda lainnya. E. TINGKAT PELAYANAN Pada Tabel 1.9disampaikan perkembangan tingkat pelayanan kereta api.dimana terlihat adanya peningkatan ketepatan waktu keberangkatan maupun kedatangan penumpang maupun barang yang cukup signifikan, khususnya dalam 3 tahun terakhir. Tabel 1.9Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api NO URAIAN SATUAN Penumpang berangkat tepat % Penumpang berangkat terlambat menit Penumpang datang tepat % Penumpang datang terlambat menit Barang berangkat tepat % Barang berangkat terlambat menit Barang datang tepat % Barang datang terlambat menit Gangguan Sintel Kejadian Lokomotif mogok Kejadian Waktu peredaran gerbong rata-rata Hari ,42 2,4 Tingkat gangguan sintel dan jumlah kejadian lokomotif mogok harus dikurangi hingga level minimal, karena berbagai gangguan tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja layanan. F. TINGKAT KECELAKAAN Pada Tabel 1.10disampaikan perkembangan data tingkat kecelakaan kereta api dalam 5 tahun terakhir. Trend penurunan tingkat kecelakaan sangat jelas terlihat, di mana dari sisi jumlah kejadian maupun jumlah korban kecelakaaan mengalami penurunan luar biasa. Tahun 2013 bahkan jumlah korban kecelakaan mencapai rekor 0 orang, yang artinya kejadian kecelakaan yang terjadi berskala kecil (dan umumnya bukan tabrakan antar kereta maupun dengan kendaraan). RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

34 Dari sisi jenis kejadian, anjlokan masih menempati urutan yang tertinggi, dengan faktor penyebab kecelakaan tertinggi adalah faktor sarana dan SDM operator. Kedua faktor penyebab ini masih dapat dikendalikan melalui pemeliharaan sarana serta peningkatan kompetensi SDM. Tabel 1.10Perkembangan data kecelakaan kereta api NO URAIAN SATUAN A Korban 1 Meninggal Dunia Orang Luka Berat Orang Luka Ringan Orang Jumlah korban Orang B Jenis Kecelakaan 1 Tabrakan KA dengan Kejadian KA 2 Tabrakan KA dengan Kejadian Kendaraan 3 Anjlokan Kejadian Terguling Kejadian Banjir/Longsor Kejadian Lain-Lain Kejadian Jumlah kecelakan Kejadian C Penyebab Kecelakaan 1 Sarana Kejadian Prasarana Kejadian SDM Operator Kejadian Eksternal Kejadian Alam Kejadian Jumlah kecelakaan POTENSI DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL Dalam 5 tahun ke depan akan terdapat berbagai perkembangan lingkungan strategis global yang menjadi peluang dan tantangan pengembangan bidang perkeretaapian di Indonesia. Beberapa perkembangan lingkungan strategis tersebut dirinci dalam beberapa butir berikut ini. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

35 A. TRANSFORMASI PEREKONOMIAN DUNIA Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa tranformasi perekonomian dunia akan terus berlanjut. Tapscot 6 (1999) menegaskan bahwa ekonomi dunia yang sudah sedemikian maju saat ini telah mengalami transformasi lanjutan (sebelumnya dari pertanian ke industri manufaktur dan terus bergeser ke industri informasi), dari ekonomi yang berbasiskan industri saat ini menuju kepada ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (knowledge based economy). Ke depan negara yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan menguasai perkembangan ipteks untuk menyediakan layanan yang berkualitas, efisien, cepat dan akurat akan memenangkan persaingan. Hal ini juga berlaku dalam bidang sektor transportasi, di mana pemanfaatan teknologi yang ekstensif di dalam sistem prasarana maupun sarana akan mampu menghasilkan layanan yang tidak hanya cepat, tetapi juga murah, aman, dan selamat. Transformasi perekonomian global yang berikutnya adalah adanya pergeseran pendulum perekonomian dunia (global shifting) ke Asia. Asian Development Bank 7 membuat proyeksi atas skema peralihan perekonomian dunia ke Asia, dimana pada tahun 2050 perekonomian Asia diproyeksikan akan bangkit mencapai 52% dari perekonomian dunia dan Indonesia bersama lima Negara Asia lainnya akan menyumbang sekitar 91% (China, India, Singapura, Thailand, Korea, dan Jepang) dari perekonomian Asia pada tahun Kebangkitan ekonomi Asia ini membawa dua konsekuensi bagi Indonesia. Di satu sisi akan terjadi persaingan yang sangat ketat di antara bangsa-bangsa di Asia untuk memperebutkan sumberdaya ekonomi. Di sisi lain membuka peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk segera tampil berada di barisan depan dari negara-negara maju dan modern Asia dengan proyeksi pendapatan per kapita jauh diatas USD Dalam hal ini, transportasi perkeretaapian akan memegang peran penting di mana konektivitas transportasi nasional yang efisien melalui skala ekonomi yang lebih besar akan membutuhkan jaringan angkutan massal yang berkapasitas dan berkecepatan tinggi, dan ini hanya mampu dilakukan oleh moda kereta api (di daratan) dan moda laut (antar pulau). Kualitas dan konektivitas jaringan kereta api akan menjadi penentu utama kemampuan Indonesia untuk memenangkan perebutan sumber daya ekonomi yang semakin langka ke depan. 6 Pembahasan tentang Ekonomi Baru dunia ini dapat dilihat di: Tapscott, D. The Digital Economy. Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence. Mc Graw-Hill, Lihat juga: Tapscott, D., Alex Lowy, dan David Ticoll, Blueprint to the Digital Economy, McGraw-Hill, Asian Development Bank (ADB). Asian Development Outlook 2013 Update. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

36 B. KOMPETISI GLOBAL (GLOBAL COMPETITIVENESS) Adanya pergeseran perekonomian dunia membawa konsekuensi bagi adanya persaingan ketat dalam memperebutkan hegemoni ekonomi dunia, semua itu mengarah pada perlunya peningkatan daya saing Indonesia dalam kancah global. Sebagaimana diketahui bahwa WEF dalam Global Competitiveness Report edisi , menempatkan Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia pada peringkat 38 dunia dari 148 negara (di bawah Singapura, Malaysia, Brunei, Darussalam, dan Thailand) dengan skor 4,5 (skala 7).Salah satu penyebab belum maksimalnya daya saing Indonesia adalah kualitas infrastruktur di mana WEF memberikan skor 4,0 (skala 7) di peringkat 82 dari 148 negara. Adapun khusus untuk infrastruktur kereta api skor yang diberikan WEF adalah 3,5 (skala 7) pada peringkat 44 (dari 148 negara). Terlepas dari keabsahan dari proses maupun hasil penilaian WEF tersebut, bagaimanapun juga kualitas penyediaan dan kinerja pelayanan transportasi kereta api di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu menopang pergerakan ekonomi nasional yang akan lebih besar di masa-masa mendatang. C. KERJASAMA EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL Indonesia merupakan anggota dari sejumlah perkumpulan atau kerjasama ekonomi, baik dalam skala global maupun regional, tercatat diantaranya adalah WTO, G-20, APEC, dan juga AEC (Asean Economic Community). Berbagai kerjasama ekonomi tersebut umumnya berusaha untuk mengurangi hambatan perdagangan diantara negara anggota, sehingga setiap negara mendapatkan manfaat berupa pasar yang lebih terbuka dan kompetitif. Sebagai anggota WTO, Indonesia saat ini sudah menghadapi tekanan persaingan yang sedemikain ketat untuk berbagai jenis produk yang sudah dikurangi/ dihilangkan hambatan perdagangannya. Selanjutnya, APEC juga telah mensyaratkan bahwa diantara negara anggota pada Tahun 2020 sudah tercipta pasar bebas. Dalam waktu dekat di akhir Tahu 2015, seluruh anggota AEC (Asean Economi Community) akan memberlakukan liberalisasi perdagangan diantara negara ASEAN. Pelaksanaannya akan disokong oleh perwujudan konsep ASEAN connectivity yang sudah disusun masterplannya (MPAC/Masterplan of ASEAN Connectivity) pada Tahun Beberapa agenda dalam MPAC sangat terkait dengan transportasi kereta api, diantaranya adalah rencana pengembangan SKRL (Singapore Kunming Rail Link) RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

37 yang akan menghubungkan seluruh wilayah daratan ASEAN melalui rail di Tahun 2015, dan selanjutnya akan diperpanjang hingga wilayah Indonesia. Sedikit banyak AEC akan berpengaruh terhadap industri jasa maupun industri pendukung perkeretaaapian nasional, karena persaingan akan semakin terbuka (meskipun jalur rel Indonesia tidak terhubung langsung). Perdagangan bebas ASEAN harus diartikan sebagai kebutuhan peningkatan konektivitas dan efisiensi layanan transportasi yang akan menjadi penentu bagi daya saing produk nasional. D. AGENDA PASCA 2015: SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (UN-SDGs) Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan dalam Sidang PBB Tahun 2000 akan dievaluasi capaian akhir targetnya di Tahun 2015, sebagai kelanjutannya ditetapkan SDGs sebagai pola dasar pembangunan dunia setelah Tahun 2015 (hasil kesepakatan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan di Rio de Janeiro pada bulan Juni 2012 (Rio + 20). Agenda pembangunan Dunia setelah Tahun 2015, termasuk perkeretaapian, diharapkan mempertimbangkan agenda SDGs tersebut terutama aplikasi dari konsep green economy, pengentasan kemiskinan, serta sarana pelaksanaan agenda bersama dalam keuangan, akses dan transfer teknologi, capacity buildings PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL Perencanaan pembangunan bidang perkeretaapian sebagai bagian dari agenda besar pembangunan nasional, harus secara baik mengelaborasi berbagai perkembangan sektor-sektor strategis lain, sehingga fungsi layanan yang dihasilkan dapat secara efisien dan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan nasional. Beberapa perkembangan lingkungan strategis nasional tersebut dijelaskan pada beberapa butir berikut ini. A. PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN EKONOMI NASIONAL Sebagaimana dituangkan dalam dokumen RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) (UU No. 17 Tahun 2005) bahwa Indonesia menginginkan keluar dari jebakan negara ekonomi menengah (middle income trap) pada Tahun 2025 di mana pada waktu itu PDB perkapita Indonesia sudah RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

38 menembus angka USD Untuk mencapai target tersebut di atas maka dibutuhkan pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata sekitar 6-7% per tahun (sumber: McKinsey, 2013). Konsekuensi dari aspirasi pertumbuhan ekonomi tersebut terhadap sektor transportasi, atau perkeretaapian secara spesifik, cukup jelas, yakni di mana: (1) untuk membantu pencapaian target pertumbuhan ekonomi 6-7% tersebut, maka moda kereta harus dapat berperan sebagai pendorong ekonomi pertumbuhan ekonomi nasional dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya sebagai sistem angkutan massal yang efisien, dan (2) selanjutnya kereta api harus mampu menyediakan layanan transportasi yang prima dan berorientasi pada pengguna (user oriented) karena keberadaan golongan kelas ekonomi menengah ke atas di Indonesia akan tumbuh pesat (middle income booming) dalam 5-10 tahun ke depan. Dalam sisi pandang yang berbeda, kesenjangan ekonomi masih akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Di dalam sejarah Indonesia modern beberapa dekade ke belakang, Kawasan Barat Indonesia (KBI) - Jawa, Sumatera, and Balitelah menjadi hegemony dalam menyumbang PDB nasional sedangkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang sangat kaya akan sumber daya alam, laut, hutan, dan mineral, seolah-olah hanya menjadi pelengkap. Bappenas (2012) menyatakan bahwa kesenjangan ekonomi antar wilayah masih terjadi dalam beberapa tahun ke depan, dimana KBI (Sumatera dan Jawa) masih akan menyumbang 82,40% dari total PDRB Nasional, sedangkan KTI secara keseluruhan hanya menyumbang sekitar 17,60% PDB Nasional di Th Kesenjangan ekonomi juga dirasakan antar golongan ekonomi masyarakat, di mana index gini Indonesia pada Tahun 2013 sudah mencapai angka 0,41 yang membutukan solusi cepat agar terdapat transfer kesempatan/akses terhadap sumber-sumber perekonomian. Moda kereta api, sebagai media konektivitas antar wilayah di dalam pulau perlu mengambil bagian dalam mendorong pemerataan pembangunan, dimana pengembangan jaringan di luar Jawa dan Sumatera (Kalimantan, Sulawesi, Papua) diharapkan dapat memberikan peluang lebih baik bagi daerah untuk lebih berkembang ekonominya. Sedangkan pemberian layanan perintis, dan khususnya PSO (Public Service Obligation) diharapkan dapat membantu golongan masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahterannya. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

39 B. KEPENDUDUKAN DAN URBANISASI UNFPA-Bappenas (2014) merilis data tentang proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2035 di mana pada waktu itu jumlah penduduk penduduk sudah menembus angka 306 juta jiwa. Diperkirakan pada Tahun 2019 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 271 juta jiwa dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, dimana sekitar 56%-nya tinggal di Pulau Jawa dan proporsi penduduk perkotaan di Indonesia akan terus bertambah, Tahun 2020 sekitar 56,7%. Selain, hal itu yang perlu diperhatikan juga adalah kenyataan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia saat ini sudah sekitar sudah mencapai angka di atas 130 juta jiwa yang mengkomposisi sekitar 54% dari total penduduk Indonesia. Bappenas-UNFPA (2014) juga memprediksi bahwa di tahun 2035 dengan tingkat urbanisasi yang sepertinya tetap akan tinggi, maka jumlah penduduk perkotaan akan menembus angka 196 juta jiwa atau sekitar 66,6% dari jumlah penduduk Indonesia. GIZ (2013) memprediksi bahwa pada Tahun 2019 jumlah kota Metropolitan di Indonesia akan bertambah menjadi 17 kota, kota besar akan menjadi 12 kota, dan akan terdapat 50 kota berukuran sedang. Pulau Jawa yang padat, tidak akan mungkin lagi menggantungkan transportasinya pada jaringan jalan, peran moda kereta api akan sangat diperlukan, setidaknya untuk mengurangi beban 10-20% dari lalu lintas pada jaringan jalan nasional di Pantura dan Pansela Jawa, salah satunya melalui program double-track. Selanjutnya, wilayah perkotaan akan menjadi garapan wajib bagi moda kereta api untuk menghindarkan terjadinya dead-lock kemacetan di sejumlah kota Metropolitan di Indonesia. C. KEBIJAKAN EKONOMI KEWILAYAH NASIONAL Agenda pengembangan koridor ekonomi nasional (yang dicanangkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011) serta pengembangan sistem logistik nasional (Sislognas) (yang dicanangkan melalui Perpres No. 26 Tahun 2012) akan tetap relevan sebagai acuan dalam pengembangan ekonomi kewilayahan di Indonesia dalam 5 tahun mendatang. MP3EI yang mencanangkan pengembangan 6 koridor ekonomi yang disokong oleh perkuatan konektivitas, SDM, dan ipteks akan tetap relevan disinergikan dengan rencana pengembangan kawasan industri dan poros maritim yang RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

40 dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Sislognas yang sifatnya lebih operasional di mana pengembangan jaringan dan industri logistik nasional dengan tag-line locally integrated, globally connected for national competitiveness and social welfare akan tetap relevan dengan rencana pengembangan tol laut dan tata niaga perdagangan yang akan menjadi agenda utama pemerintahan Ke depan, berbagai proyek infrastruktur perkeretaapian yang terkait dengan MP3EI dan Sislognas tetap perlu dilanjutkan namun perlu disinergikan dengan rencana pembangunan dari Presiden, khususnya dalam mendukung perwujudan tol laut dalam kerangka Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta pengembangan sistem transportasi publik massal yang terintegrasi antar kota dan perkotaan di darat, laut, dan udara. D. REFORMASI BIROKRASI DAN OTONOMI DAERAH Berlandaskan pada semangat otonomi daerah dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka berbagai kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dengan kebijakan ini diharapkan pelayanan publik dapat dilaksanakan lebih baik, karena Pemda diasumsikan lebih mampu secara cepat dan tepat merespon kebutuhan masyarakat setempat. Dalam penyelenggaraan bidang perkeretaapian, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, maka kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian Provinsi, Kabupaten, dan Kota kewenangan pembinaannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun sayangnya, dengan kapasitas fiskal dan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah yang sangat terbatas menyebabkan berbagai inisiatif pengembangan perkeretaapian di Daerah kurang berjalan lancar, bahkan cenderung dikembalikan kepada Pusat. Sementara itu, Pemerintah Pusat (cq Ditjen Perkeretaapian) saat ini juga sedang menjalankan program reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) yang sangat diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan dalam pembangunan nasional ke depan yang semakin berat. Sesuai Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang tentang Grand Design Reformasi Birokrasi maka agenda reformasi birokrasi akan terus berlanjut di mana dalam 5 tahun ke depan akan masuk ke babak baru dengan diimplementasikan berbagai agenda reformasi perioda sebelumnya. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

41 Ditjen Perkeretaapian, sebagai lembaga pemerintahan, secara konsisten akan menerapkan proses reformasi birokrasi, dan sekaligus membantu Pemda dalam penyelenggaraan perkeretaapian di Daerah. Layanan yang baik, investasi yang efisien, serta daya saing moda kereta api yang meningkat, akan dapat diwujudkan oleh birokrasi Ditjen Perkeretaapian yang professional dan beriorientasi kepada publik, serta kerjasama dengan Pemda yang optimal dalam kerangka otonomi daerah yang mantap. E. KETERBATASAN PENDANAAN DAN KAPASITAS DELIVERY Bappenas (2014) menyatakan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia untuk perioda Tahun mencapai angka lebih dari Rp Trilyun. Kebutuhan biaya dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur tersebut berada dalam situasi keuangan pemerintah yang kurang menguntungkan, di mana dengan beban biaya hutang dan subsidi yang cukup besar, maka celah fiskal (fiscal space) yang dimiliki Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pendanaan infrastruktur relatif terbatas, share pemerintah diperkirakan maksimal hanya sekitar 30% dari kebutuhan. Hal itu menandakan perlunya pemanfaatan berbagai sumber pembiayaan alternatif melalui berbagai skema innovative financing, termasuk dalam pengembangan infrastruktur perkeretaapian. Skema standar proyek KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) dengan berbagai variannya tetap harus didorong implementasinya di bidang perkeretaapian, termasuk beberapa alternatif lainnya: sukuk berbasis proyek, PBAS (performance based annuity scheme), dan lain sebagainya. Namun sayangnya, kemampuan kelembagaan Pemerintah juga sangat terbatas untuk menyiapkan dan mengeksekusi berbagai proyek strategis, baik yang berbasis APBN maupun non-apbn. Daya serap anggaran belum menembus level psikologis 90-95%, berbagai proyek KPS masih belum financial closed, sementara itu berbagai model pembiayaan alternatif belum disiapkan kerangka regulasi dan kelembagaannya. Penguatan perencanaan, regulasi dan kelembagaan, serta penjaminan pemerintah atas proyek infrastruktur akan menjadi kunci keberhasilan pemerintah dalam menarik sumber-sumber pembiayaan baru, terutama dari swasta, dalam pengembangan infrastruktur perkeretaapian di masa yang akan datang. Hal ini harus berhasil dilakukan, karena jika tidak maka backlog penyediaan infrastruktur RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

42 akan semakin melebar, dan lebih menyulitkan bagi Indonesia untuk keluar dari middle income trap menuju negara ekonomi besar di dunia PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR TRANSPORTASI Sebagaimana diamanatkan dalam pertimbangan UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya pembangunan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan harus secara sinergis memperhatikan berbagai perkembangan di sektor transportasi secara keseluruhan, sehingga diperoleh kinerja dan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan publik. Berikut ini disampaikan beberapa perkembangan lingkungan strategis di sektor transportasi nasional yang perlu diperhatikan. A. PERIMBANGAN PANGSA ANGKUTAN ANTAR MODA (MODAL SHARE) Secara teoretis, setiap moda transportasi memiliki keunggulan komparatifnya masing-masing. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, Balitbang Perhubungan (2003) menjelaskan bahwa moda kereta api akan lebih efisien berperan untuk pergerakan barang jarak menengah dalam pulau (diantara 250 s.d 700 km) dan pergerakan penumpang secara massal di perkotaan. Pada kenyataannya, berdasarkan analisis atas data survei ATTN 2011 sampai dengan saat ini moda jalan masih sangat sangat dominan di Indonesia, peran angkutan (share) moda jalan mencapai 85% untuk pergerakan penumpang dan 91% untuk pergerakan barang. Sedangkan peran moda kereta api masih sangat marginal, yakni 3,18% untuk angkutan penumpang dan 0,16% untuk angkutan barang. Hal ini menyebabkan munculnya kemacetan di sejumlah ruas jalan nasional antar kota, khususnya pada ruas yang berbatasan dengan kawasan perkotaan yang sudah padat. Sedangkan jaringan jalan perkotaan mengalami gejala kemacetan yang lebih parah di mana data BSTP (2014) menyebutkan di 10 kota termacet di Indonesia kecepatan lalulintasnya berkisar antara km/jam. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

43 DI masa datang peran moda kereta api perlu ditingkatkan sesuai dengan keunggulan komparatifnya, diantaranya: (1) untuk mengurangi beban jalan pada koridor utama di Jawa dan Sumatera, (2) untuk memberikan akses dari/ke kawasan potensial ke simpul pelabuhan/bandara, (3) untuk menyediakan angkutan massal penumpang di kawasan perkotaan yang aman, nyaman, dan selamat, serta (3) untuk menyeimbangkan kontribusi ekonomi dan penyebaran penduduk ke wilayah lainnya melalui pengembangan jaringan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta skema keperintisan. B. KONEKTIVITAS TRANSPORTASI NASIONAL Tingginya biaya logistik nasional hingga sekitar 26% dari PDB, merupakan salah satu bukti bahwa bagaimanapun juga harus diakui bahwa penyediaan jaringan dan sistem layanan transportasi nasional belum mampu menyediakan konektivitas yang efisien dan merata. Pengembangan simpul maupun jaringan layanan di masing-masing moda secara fisik belum direncanakan secara terpadu, adapun dari sisi layanan sistem transportasi intermoda/multimoda belum berkembang sama sekali. Bahkan sampai dengan saat ini belum ada dokumen resmi tentang rencana pengembangan jaringan transportasi nasional yang terintegrasi di seluruh moda. Masing-masing moda masih merencanakan masterplan/rencana induk/tatanan jaringan yang terpisah-pisah dengan pertimbangan intermodality yang sangat terbatas. Sebagaimana diinginkan dalam agenda pembangunan nasional, seperti MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011) dan SISLOGNAS (Perpres No. 26 Tahun 2012) bahwa dalam 10 tahun ke depan diharapkan sudah terwujud konektivitas transportasi nasional yang efisien dan handal yang menjangkau seluruh titik NKRI melalui jaringan transportasi intermoda/multimoda yang terintegrasi. Pembangunan bidang perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan perlu mengedepankan konsep konektivitas dalam jaringan intermoda/multimoda yang terintegrasi tersebut yang diejawantahkan dalam kebijakan, regulasi, maupun investasi yang dilakukan baik untuk pelayanan penumpang maupun barang antar kota maupun perkotaan. Apalagi sifat layanan dari moda kereta api yang tidak door-to-door mengharuskan adanya integrasi dengan moda feeder/lanjutan-nya agar daya saingnya dapat dipertahankan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

44 C. TRANSFORMASI REGULASI DAN KELEMBAGAAN Sebagaimana diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sektor transportasi Indonesia sedang mengalami proses transformasi dari monopoli negara (atau BUMN yang diserahi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola suatu moda) ke arah pasar yang lebih terbuka bagi peran swasta maupun Pemda. Hal ini ditandai dengan ditetapkan sejumlah UU baru di sektor transportasi pada perioda Tahun , diantaranya: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. UU baru di sektor transportasi tersebut umumnya memperkenalkan kebijakan pemisahan kelembagaan antara operator dengan regulator serta mendorong partisipasi sektor swasta sebesar-besarnya dalam penyelenggaraan transportasi. Ke depan pemerintah akan fokus menjalankan fungsinya sebagai regulator dalam membina penyelenggaraan sektor transportasi nasional yang target utamanya adalah menyediakan kebijakan dan regulasi/tata aturan yang baik dan fair sebagai platform/landasan bagi stakeholders terkait untuk bersaing secara sehat dalam penyediaan layanan transportasi, yang pada akhirnya akan dinikmati hasilnya oleh masyarakat melalui kinerja layanan yang lebih baik dan terjangkau. Proses transisi dalam regulasi dan kelembagaan di sektor transportasi, termasuk di perkeretaapian, harus segera dituntaskan, karena hal ini akan menjadi landasan bagi terwujudnya sistem penyelenggaraan layanan transportasi yang maju, modern, terbuka, dan berdaya saing tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian untuk memisahkan BUP sarana dengan BUP prasarana untuk jalur yang dimiliki oleh Pemerintah belum terlaksana, agenda ini sangat penting untuk dituntaskan dalam 5 tahun ke depan. D. BIAYA LOGISTIK NASIONAL Pada Tahun 2014, World Bank merilis data bahwa LPI (Logistics Performance Index) Indonesia berada pada rangking 53 dunia, dengan skor 3,08. Sedangkan perkiraan total biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi, yakni di atas 25% dari PDB, dengan komposisi 12,04% untuk biaya transportasi, 9,47% untuk biaya persediaan (inventory), dan 4,52% untuk biaya administrasi. Data tersebut menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi, bahkan jika dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura (8%), Malaysia (13%), dan Thailand (20%). RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

45 Moda kereta api memiliki peran penting dalam penurunan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi dari economic-ofscale jika sistem jaringan kereta api didukung dengan interkoneksinyadengan simpul pelabuhan dan kawasan industri dapat dikembangkan secara optimal. Penurunan biaya logistik akan menjadi penentu daya saing Indonesia dalam kancah perekonomian global di mana pasar akan semakin terbuka. Logistik yang murah dan prudent akan memberikan nilai tambah bagi produk nasional, baik dari sisi biaya ataupun kualitas. E. KONSUMSI ENERGI DAN DAMPAK LINGKUNGAN Sesuai perhitungan Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan bahwa pada Tahun 2012 sektor transportasi mengkonsumsi BBM bersubsidi sekitar 42 juta KL, dan menyumbang sekitar 60-70% emisi gas rumah kaca (CO2). Di masa datang isu energi dan lingkungan akan semakin relevan dengan semakin langkanya sumber energi dan menurunnya daya dukung lingkungan untuk menopang berbagai aktivitas dan kebutuhan warga dunia. Indonesia melalui RAN-GRK (Perpres No. 61 Tahun 2011) berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri jika dibandingkan dengan garis dasar pada kondisi BAU (baseline). Meskipun sumbangan transportasi perkeretaapian terhadap emisi gas buang relatif kecil dibandingkan moda jalan, namun adanya peralihan angkutan dari jalan ke moda kereta api akan banyak mengurangi tingkat konsumsi BBM dan emisi gas buang baik untuk angkutan penumpang perkotaan maupun angkutan barang antar kota ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN Berdasarkan atas telaahan terhadap capaian dan permasalahan Renstra perioda sebelumnya ( ), deskripsi kondisi eksisting perkeretaapian nasional dan perkembangan lingkungan strategis pada beberapa sub bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan akan adanya beberapa permasalahan penting yang menjadi isu strategis di bidang perkeretaapian yang perlu diselesaikan dalam perioda Renstra Penyelesaian berbagai isu strategisini merupakan prasyarat bagi terwujudnya kondisi dan kinerja perkeretaapian nasional sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penyelenggaraan perkeretaapian pada pasal 3 UU No. 23 Tahun 2007tentang perkeretaapian, yakni: memperlancar perpindahan orang RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

46 dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Pada beberapa butir berikut disampaikan pembahasan mengenai isu strategis bidang perkeretaapian A. REFORMASI REGULASI DI BIDANG PERKERETAAPIAN Beberapa mandat utama dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian diantaranya adalah (1) memperkenalkan multioperator (penghapusan monopoli), (2) focusing peran pemerintah sebagai pembina (regulator), (3) peningkatan peran Pemda dan Swasta, (4) peningkatan keselamatan perkeretaapian, (5) peningkatan teknologi, (6) peningkatan layanan, serta (7) peningkatan kualitas SDM. Sejak diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2007 sampai dengan saat ini tercatat sudah sebanyak 2 Peraturan Pemerintah (PP) dan 73 Peraturan Menteri (PM) yang diterbitkan sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar regulasi yang ditetapkan mengatur tentang teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan/pengadaan, dan pengoperasian serta perizinan di bidang perkeretaapian. Jika dikaitkan dengan mandat/maksud ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2007 sebenarnya masih terdapat kelemahan dalam struktur maupun relevansi dari regulasi-regulasi baru terutama sebagai landasan dalam pelaksanaan multi operator pada jaringan jalur eksisting, fasilitasi terhadap peran Pemda dan swasta, peningkatan jumlah SDM, serta aplikasi teknologi perkeretaapian terbaru (misalnya: monorel, MRT, HST, dlsb). Proses reformasi regulasi dengan mempekuat struktur dan melengkapi kebutuhan regulasi di bidang perkeretaapian akan tetap menjadi isu penting dalam 5 tahun ke depan, khususnya dalam menfasilitasi pembagian peran antara Pusat, BUMN, Pemda, dan swasta (termasuk lembaga terkait lainnya) dalam mendorong investasi dan penciptaan multioperator yang sehat. B. TRANSFORMASI KELEMBAGAAN DI BIDANG PERKERETAAPIAN Berbagai tantangan dalam penyelenggaraan perkeretaapian di masa datang, baik dalam rangka peningkatan konektivitas, kapasitas dan kinerja layanan, maupun keselamatan mengharuskan adanya suatu kerangka kelembagaan yang kuat dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Kerangka kelembagaan ini setidaknya mencakup kelembagaan internal di lingkungan Ditjen Perkeretaapian RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

47 dan juga kelembagaan secara luas dalam hubungan antara operator-regulatoruser-publik. Secara internal di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diperlukan adanya pengembangan dan perkuatan kelembagaan untuk dapat melaksanakan seluruh beban tugas dan fungsi yang diemban di masa datang. Saat ini kelembagaan Ditjen Perkeretaapian terdiri dari 5 eselon II (Direktorat Prasarana, Direktorat Sarana, Direktorat Lalulintas dan Angkutan, Direktorat Keselamatan, dan Sekretariat Direktorat Jenderal) serta memiliki 3 UPT Dry Port (Rambi Puji, Gedebage, Jebres). Di masa datang, dengan semakin luasnya penyediaan jaringan perkeretaapian di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau lainnya, maka cakupan area pembinaan perkeretaapian nasional akan semakin luas. Proses sertifikasi sarana, prasarana, dan SDM serta pengendalian dan pengawasan layanan perkeretaapian akan semakin besar jumlahnya dan menyebar lokasinya. Sangat diperlukan pembentukan sejumlah UPT/Balaibaru di lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk menjalankan fungsi regulator dan fungsi teknis di lapangan. Adapun kelembagaan dalam kerangka penyelenggaraan perkeretaapian secara lebih luas perlu ditransformasikan dan diperkuat. Sampai saat ini, pemisahan penyelengaraan sarana dengan prasarana di jalur eksisting belum tuntas dilakukan, tranformasi kelembagaan di PT. KAI sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian perlu segera dituntaskan, karena selain menghambat terciptanya multioperator, juga mempengaruhi efektivitas pembiayaan PSO, IMO, dan TAC. Selain itu, pola kelembagaan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta dengan swasta perlu ditetapkan sistem dan prosedur teknisnya, sehingga proses perizinan, pemberian bantuan teknis dan pendanaan (termasuk hibah), koordinasi, serta bidang pembinaan lainnya dapat dijalankan dengan baik. Peran lembaga pendidikan, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan lembaga/instansi terkait lainnya dalam penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian juga perlu dibangunkan kerangka kelembagaannya. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

48 C. AKSESIBILITAS DAN KONEKTIVITAS JARINGAN Total panjang jalur kereta api operasional di Indonesia sampai dengan tahun 2015 sepanjang ± 5434 Km sp yang tersebar di seluruh wilayah Jawa dan 3 (tiga) area di Pulau Sumatera (Sumatera Utara-Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan-Lampung). Akses ke pelabuhan dan bandara saat ini baru di 7 lokasi (Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu, Pelabuhan Panjang/Tarahan, Pelabuhan Penyeberangan Merak, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Adi Sucipto, Pelabuhan Cilacap), sedangkan KA commuter baru disediakan di 5 kota (Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya). Dengan kondisi penyediaan jaringan perkeretaapian seperti di atas, maka upaya peningkatan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian akan menjadi isu penting bagi Renstra Perluasan jaringan ke Pulau Kalimantan dan Sulawesi, pengembangan jaringan kereta api perkotaan di sejumlah kota metropolitan, serta pengembangan akses ke pelabuhan dan bandara utama harus diprioritaskan. Perluasan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian sangat relevan dengan agenda Presiden yang mengutamakan pengembangan sistem transportasi massal yang terpadu di perkotaan maupun antar kota, serta konektivitas ke bandara dan pelabuhan (melalui jalur KA normal, monorel, underground) yang menjadi salah satu prioritas pembangunan infrastruktur. D. BACKLOG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA Tundaan pelaksanaan kegiatan (backlog) pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian akibat terbatasnya pembiayaan pemerintah dalam 5 tahun ke depan diperkirakan belum dapat dituntaskan maksimal. Permasalahan backlog pemeliharaan ini menjadi isu penting karena akan sangat berkaitan dengan tingkat keselamatan, keandalan, serta kapasitas angkut dari moda kereta api. Diperkirakan total backlog pada Tahun 2012 (sumber: MTI) sekitar Rp 17,4 triliun dengan komposisi untuk pemeliharaan prasarana rel mencapai Rp 6,092 triliun, jembatan Rp 1,633 triliun, dan sintelis Rp 3,764 triliun, sedangkan untuk sarana sekitar Rp 5,982 triliun. Masih terhambatnya implementasi IMO dan TAC (akibat belum terbentuknya BUP prasarana milik pemerintah akan menjadi isu strategis tersendiriselain terbatasnya kemampuan pendanaan pemerintah dalam menyediakan nilai kebutuhan riil dari RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

49 pemeliharaan prasarana perkeretaapian yang dimiliki. Sementara itu, backlog untuk pemeliharaan sarana seharusnya menjadi tanggung jawab dari BUP sarana (saat ini adalah PT. KAI dan anak-anak perusahaannya), meskipun sejumlah kereta kelas ekonomi pengadaannya dilakukan oleh pemerintah, namun pemeliharaannya tentu saja menjadi tugas dari operator. E. OPTIMALISASI UTILISASI ASET EKSISTING Dari total panjang jalur kereta api yang operasional sekarang sekitar 5434 km sp setiap tahun hanya mampu memproduksi sebanyak 2673 perjalanan kereta api per hari (Sumber: GAPEKA, 2014) atau sekitar 900 ribu perjalanan kereta api per tahun. Di mana produksi panjang perjalanan penumpang sekitar juta penumpang-km sedangkan untuk barang ribu ton-km. Terlihat bahwa utilisasi dari aset prasarana perkeretaapian yang ada belum optimal, Optimalisasi utilisasi aset prasarana eksisting dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah lintas layanan serta frekuensi layanan baik oleh PT. KAI (operator eksisting) maupun mengundang operator baru (melalui skema multi operator, setelah BUP prasarana milik pemerintah sudah dibentuk). Jika diperhatikan secara detail Gapeka 2014 masih terdapat sejumlah lintas/jalur kereta api operasional yang hanya dilintasi kurang dari 10 KA/hari. Perlu adanya upaya pemanfaatan lebih lanjut terhadap kapasitas lintas yang masih tersedia, khususnya untuk angkutan barang, sehingga terwujud optimalisasi utilisasi. F. PEMENUHAN KEBUTUHAN SDM PERKERETAAPIAN Sesuai dengan rencana di dalam RIPNas maka untuk Tahun 2019minimal diperlukan SDM sebanyak orang (841 aparatur dan operator). Sedangkan untuk sertifikasi SDM perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan diperlukan sebanyak orang. Sementara itu, jumlah SDM perkeretaapian yang sudah bersertifikat sebanyak orang (183 orang aparatur bersertifikat dan orang operator bersertifikat). Isu utamanya adalah kapasitas lembaga diklat dan sertifikasi. Saat ini, baru saja dibuka STIKA Madiun dengan kapasitas sekitar orang per tahun, sedangkan sertifkasi SDM saat ini masih dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian. Diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas lembaga diklat serta RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

50 mendorong asosiasi profesi untuk melakukan kegiatan sertifikasi SDM perkeretaapain. G. PENINGKATAN PERAN DAN DAYA SAING MODA KERETA API Sampai dengan saat ini peran moda kereta api dalam sistem angkutan penumpang maupun barang dan penumpang secara nasional masih sangat minim, masing-masing baru sekitar 3,18% untuk angkutan penumpang (sebagian besar disokong oleh KA commuter Jakarta) dan 0,16% untuk angkutan barang (sebagian besar disokong oleh KA batubara Sumsel). Dalam RIPNas ditetapkan bahwa target pangsa angkutan kereta api pada Tahun 2030 sebesar 11%-13 % untuk angkutan penumpang dan 15%-17% untuk angkutan barang. Artinya untuk Tahun 2019 diperkirakan target untuk angkutan penumpang sekitar 7,5% dan 5% untuk angkutan barang. Diperlukan upaya perluasan jaringan jalur kereta api yang cukup ekstensif untuk mencapai target tersebut, khususnya untuk angkutan barang. Pengembangan jalur KA di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, serta optimalisasi utilisasi doubletrack Jawa akan cukup membantu mendongkrak pangsa pasar kereta api. Sedangkan untuk angkutan penumpang, pengembangan KA perkotaan dan KA akses bandara akan memberikan tambahan muatan penumpang yang signifikan. Namun selain dari upaya perluasan jaringan, peningkatan kualitas layanan (khususnya kecepatan dan ketepatan), rasionalisasi tarif, serta integrasi dengan moda lanjutan akan menjadi penentu daya saing kereta api dalam memenangkan persaingan dengan moda lainnya. H. PENGEMBANGAN KERETA API PERKOTAAN Kota-kota besar di Indonesia semakin macet, di mana share angkutan umum juga mencapai titik nadir dalam beberapa tahun terakhir. Data GIZ (2013) menyatakan bahwa modal share angkutan umum perkotaan secara nasional di Indonesia sekitar 23% (27,2% untuk kategori kota Metropolitan, 7% untuk kota Besar, dan 5,1% untuk kota menengah, sedangkan untuk kota kecil sangat marginal kalau tidak bisa dikatakan sudah punah). Adapun data kecepatan lalu lintas jalan di 10 kota termacet di Indonesia (BSTP, 2014) adalah Bogor (15,32 km/jam, DKI Jakarta (10-20 km/jam), Bandung (14,3 km/jam), Surabaya (21 km/jam), Depok (21,4 km/jam), Bekasi (21,86 km/m), Tangerang (22 km/jam), Medan (23,4 km/jam), Makassar (24,06 km/jam), dan Semarang (27 km/jam). RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

51 Harapan penyelesaian permasalahan transportasi perkotaan ke depan adalah dengan pengembangan transportasi massal berbasis jalan rel, terutama di kotakota Metropolitan. Sampai saat ini layanan KA commuter baru baru disediakan di 5 kota (Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya), itupun masih memanfaatkan jalur antar kota yang tersedia (kecuali Commuter Jabodetabek). Pengembangan KA perkotaan di sejumlah kota Metropolitan dengan berbagai teknologi merupakan keniscayaan untuk perioda 5 tahun ke depan. Program ini juga selaras dengan Nawacita dari Presiden Jokowi yang akan berorientasi pada kebijakan dan pengembangan sistem transportasi massal terintegrasi. I. INVESTASI DAN PENDANAAN Total perkiraan investasi untuk pengembangan perkeretaapian nasional dari Tahun 2011 s.d Tahun 2030 dalam RIPNas sekitar mencapai nilai USD ,70 juta (setara dengan Rp. 1057,88 Triliyun) dengan rasio pendanaan melalui investasi Pemerintah (30%) dan Swasta (70%). Total kebutuhan dana pemerintah sekitar Rp Trilyun selama 11 tahun atau Rp 9.55 Trilyun/tahun, sepertinya dapat terpenuhi dengan trend alokasi APBN saat ini sekitar Rp 8-12 Trilyun per tahun. Sedangkan kebutuhan pendanaan dari swasta sekitar Rp Trilyun, membutuhkan kerja ekstra keras, karena praktis sampai dengan saat ini investasi oleh PT. KAI dan anak perusahaannya sekitar Rp 10,1 triliun di Tahun 2014 (sumber: Annual Report, PT. KAI, 2014) sedangkan sumber lainnya masih terbatas, saat ini investasi pembangunan oleh swasta baru sekitar Rp 40 Trilyundalam 5 tahun (MRT Jakarta sekitar Rp 20 Trilyun, Monorel Jakarta sekitar Rp 7 Trilyun, KA Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung sekitar Rp 11 Trilyun). Diperlukan persiapan proyek KPS perkeretaapian yang lebih baik, kelembagaan simpul KPS/investasi di Ditjen Perkeretaapian yang lebih kuat, serta dukungan jaminan investasi dari Pemerintah (cq Kementerian Keuangan) yang lebih pasti, serta aplikasi berbagai alternatif skema pendanaan agar kebutuhan pembiayaan dari sektor swasta dapat dipenuhi. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

52 J. APLIKASI DAN PEMBARUAN TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN Pembaruan aplikasi teknologi sarana dan prasarana perkeretaapian belum sepenuhnya selesai dilaksanakan. Sampai Tahun 2014, aplikasi teknologi sinyal perkeretaapian baru 252set yang elektrik (sisanya masih mekanik), panjang jalur KA yang sudah dielektrifikasi sepanjang 254,8 km, sarana KRL baru sekitar 10% dari total, dan masih menyisakan beberapa kilometer rel dengan bantalan kayu. Sementara itu, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk peningkatan keselamatan dan pelayanan perkeretaapian juga belum sepenuhnya optimal. Penggunaan Electronic ticketing& Elelctronic Money baru diaplikasikan di KA Commuter Jabodetabek dan KA Akses Bandara Kualanamu, Reservasi Ticket online untuk KA Jarak jauh, namun train-tracking serta railway-system-monitoring secara online belum diaplikasikan maksimal. Pembaruan teknologi sarana dan prasarana serta pemanfaatan TIK dalam pengoperasian kereta api, akan menjadi salah satu penentu daya saing dan kualitas layanan moda kereta api di masa datang. Informasi yang tepat dan akurat, serta sarana dan prasarana berteknologi tinggi akan memberikan impresi yang baik akan kondisi perkeretaapian nasional yang sudah bertransformasi lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

53 BAB 2 VISI,MISIDANSASARAN PEMBANGUNAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL VISI DAN MISI PRESIDEN Pemerintahan Negara Republik Indonesia untuk periode dengan visi dan misi Presidenyang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur.Visi Presidenlima tahun ke depan Indonesia Periode Tahun adalah : Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong Sedangkan untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi Presiden dalampembangunan Nasional Indonesia Periode Tahun adalah : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesimbangan dan demokratis berlandaskan Negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) Program prioritas nasional yang dimuat dalam RPJMN merupakan pengejawantahan dari visi dan misi Presiden yang mengedepakan 9 (sembilan) agenda prioritas atau yang sering disebut sebagai NAWACITA. Adapun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

54 penjelasan mengenai setiap agenda prioritas tersebut disampaikan pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN 1 Melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara 2 Membangun tata kelola Pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya 3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan 4 Reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya 5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6 Meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional 7 Kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8 Revolusi karakter bangsa Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif Keamanan negara yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional Memperkuat jati diri sebagai negara martim Memulihkan kepercayaan publik kepada institusi demokrasi Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan Menjalankan agenda reformasi birokrasi secara berkelanjutan Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik Pelaksanaan kebijakan desentralisasi asimetris Mensinergikan tata kelola pemerintahan Reformasi tata hubungan keuangan Pusat dan Daerah Melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah Reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa Peningkatan kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi pembinaan Memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsistem dan terpercaya Pemberantasan tindakan penebangan, perikanan, dan penambangan liar Pemberantasan tidak kejahatan perbankan dan pencucian uang Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah Perlindungan anak, perempaun, dan kelompok marjinal Penghormatan dan penyelesaian masalah HAM Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan Peningkatan layanan kesehatan masyarakat Peningkatan kesejahteraan masyarakat (termasuk land reform, perumahan, dan jaminan sosial) Membangun infrastruktur Membangun kawasan industri Membangun pasar tradisional Menciptakan layanan satu atap untuk investasi Mendorong BUMN sebagai agen pembangunan Mendirikan Bank Pembangunan dan Infrastruktur Meningkatkan anggaran riset Membangun sejumlah science and techno park Mewujudkan kedaulatan pangan Mewujudkan kedaluatan energi Mewujudkan kedaulatan keuangan Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional Penataan kembali kurikulum pendidikan nasional Memberikan jaminan hidup yang memadai bagi guru Pemerataan fasilitas pendidikan Kebijakan rekutmen dan distribusi tenaga pengajar berkualitas Menginisiasi UU wajib belajar tanpa dipungut biaya Meningkatkan pemberian subsidi kepada PTN RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

55 NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN 9 Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Mewajibkan aparatur menganut techno-ideology Memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang dialog antar warga Menegakkan hukum secara tegas sesuai amanat konstitusi Membangun modal sosial melalui metoda rekonstruksi sosial Mengoptimalkan pranata sosial dan budaya yang ada Mengembangkan insentif khusus untuk kebudayaan Meningkatkan proses pertukaran kebudayaan Penyediaan layanan transportasi merupakan bagian dari agenda prioritas ke -6 yakni meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional khususnya berkenaan dengan komitmen pembangunan infrastruktur SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL Terdapat 11sasaran pada agenda prioritas nasional ke-6 meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional dimana 2 diantaranya terkait erat dengan bidang transportasi dan perkeretaapian, yaitu: 1) Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan; 2) Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan; A. MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan pembangunan konektivitas nasional yang terkait dengan bidang perkeretaapian adalah: 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda, melalui meningkatnya jumlah barang yang dapat diangkut oleh kereta api menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun, pangsa muatan angkutan kereta api minimal 5 persen untuk barang dan 7,5 persen untuk penumpang melalui pembangunan jalur KA sepanjang 3258 km sp. 2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global melalui: a. Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang terintegrasi dengan moda lainnya seperti kereta api dan angkutan jalan di Pulau Jawa dan Sumatera; RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

56 b. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan darat dan perkeretaapian sebanyak 35 ribu orang; c. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal nasional, bus, fasilitasdan sarana perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional. 3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyeleng- garaan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi melalui menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api. 4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem. B. MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan transportasi massal perkotaan yang berkaitan langsung dengan bidang perkeretaapian adalah meningkatnya pelayanan angkutan massal perkotaan dengan salah satu indikasinya adalah jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 34 kota dan meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan melalui Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan sistem angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedang/besar yang berada di jalur logistik nasional, serta Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan. 2.2 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam RPJMN Tahun dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun , maka sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun dijabarkan dalam 3 aspek RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

57 yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. Adapun sasaran Kementerian Perhubungan Tahun yang dibagi menjadi 3 aspek adalah sebagai berikut: 1. Aspek Keselamatan dan Keamanan: a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi; b. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi. 2. Aspek Pelayanan: a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi; b. Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan; c. Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan; d. Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance; e. Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan; f. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi; g. Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean governance; 3. Aspek Kapasitas: a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda; b. Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang; c. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia; d. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan; e. Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

58 perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian Perhubungan Tahun sebagaimana pada diagram berikut ini. Gambar 2.1Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun dengan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun , sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun menjadi penting untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

59 aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. 2.3 SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN Komprehensivitas pertimbangan dalam penetapan visi dan misi Presiden terpilih, dan tujuan serta penjabaran sasaran Kementerian Perhubungan sangat diperlukan agar sasaran penyelenggaraan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan tidak terlepas dari konteks regulasi, tantangan, dan permasalahan sektoral, nasional, maupun global yang akan dihadapi. Dengan mengacu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan tahun , maka sasaran Ditjen Perkretaapian tahun sebagai berikut: 1. Aspek Keselamatan dan Keamanan: a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian; b. Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan Transportasi perkeretaapian. 2. Aspek Pelayanan: a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian; b. Meningkatnya kinerja capaian Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance; c. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi perkeretaapian; 3. Aspek Kapasitas: a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi perkeretaapian dan sarana transportasi RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

60 antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda; b. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia; c. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

61 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Sejalan dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, maka pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas nasional. Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN Arah kebijakan dan strategi pembangunan konektivitas yang berkaitan dengan bidang perkeretaapian antara lain adalah: 1. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda, diantaranya melalui pembangunan akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional dengan kompetisi yang sehat dan berimbang, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Minangkabau, Bandara Kualanamu, Bandara Juanda, Bandara Kertajati, Bandara Kulon Progo, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Tanjung Emas, dan Pelabuhan Penyeberangan Merak Bakauheni. 2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global. Diantaranya dengan: RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

62 a. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional melalui pengembangan pelabuhan- pelabuhan berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/ coastal shipping pada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa (Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/ Tanjung Emas dan Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta Pelabuhan Panjang/Sumur di Pulau Sumatera); b. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi, diantaranya dengan Pembangunan kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta penyelesaian jalur kereta api Trans Sumatera, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa; c. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan industri transportasi dalam negeri yang diantaranya meliputi pengembangan fasilitas dan sarana perkeretaapian seperti lokomotif, kereta penumpang, gerbong, KRL dan persinyalan. 3. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan diantaranya melalui: a. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta moda angkutan laut; b. Meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, sungai, danau, penyeberangan, udara, dan perkeretaapian. 4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Komplek Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi, diantaranya melalui: a. Pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan industri dan pariwisata nasional RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

63 sesuai dengan Rencana Induk Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). b. Stimulasi pengembangan kawasan dan penguatan konektivitas regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu); c. Percepatan penyelesaian peraturan perundangan terkait masalah lahan, sinkronisasi RTRW Nasional dan Daerah. 5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan kesadaran dalam penyelengaraan transportasi diantaranya melalui pemenuhan persyaratan keselamatan sesuai standar internasional MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN Arah kebijakan dan strategi yang berkenaan dengan penyelenggaraan perkeretaapian adalah: 1. Mengembangkan transportasi perkotaan dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan serta pemanfaatan Intelligent Transport System (ITS), diantaranya melalui strategi: a. Peningkatan Akses terhadap Angkutan Umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan (TOD) danpark and Ride, sistem informasi lalu lintas secara real time b. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda angkutan umum dengan moda transportasi lainnya. 2. Pengembangan angkutan umum massal yang modern dan maju dengan berorientasi berbasis kepada bus (BRT) maupun rel (LRT, tramway, MRT) dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi: a. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT diwilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang, b. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar. c. Penyediaan dana subsidi yang terarah untuk angkutan massal perkotaan. 3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan melalui percepatan pembentukan Kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

64 seperti Otoritas Transportasi Jabodetabek (OTJ) yang memiliki kewenangan kuat dalam integrasi dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program, implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di kota-kota megapolitan lainnya STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL Secara umum Strategi Pembangunan Nasional menggariskan hal-hal sebagai berikut: 1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN adalah sebagai berikut: a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat. b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang berkelanjutan. c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem. 2. Tiga Dimensi Pembangunan; a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma- nusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

65 b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas: Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain. Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri. Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat. Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul. c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas: Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa; Wilayah pinggiran; Luar Jawa; Kawasan Timur. 3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu- kan sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain: a. Kepastian dan penegakan hukum; b. Keamanan dan ketertiban; c. Politik dan demokrasi; dan d. Tatakelola dan reformasi birokrasi. 4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

66 Gambar 3.1Strategi Pembangunan Nasional 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIPEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun dalam pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah kebijakan pembangunan transportasi nasional yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Kebijakan dan strategi tersebut juga disinergikan dengan arah kebijakan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kementerian Perhubungan yang menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan sektor transportasi berkelanjutan. Pemikiran di atas sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi dilakukan sebagai bagian dari perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan di Kementerian Perhubungan yang berkorelasi pada sasaran Kementerian Perhubungan yang telah disusun sebelumnya. Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun dikelompokkan menjadi 3 aspek, meliputi keselamatan dan keamanan, pelayanan, serta kapasitas transportasi. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

67 3.2.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN Keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Tingkat keselamatan dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua sasaran yaitu menurunnya angka kecelakaan transportasi, dan menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi. 1. Sasaran menurunnya angka kecelakaan transportasi dengan arah kebijakan meningkatkan keselamatan dalam penyelenggaraan transportasi, melalui strategi : a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi Keselamatan transportasi merupakan tanggung jawab berbagai pihak, baik pemerintah sebagai regulator maupun pelaku usaha sebagai operator. Saat ini fungsi pengawasan dan pembinaan keselamatan transportasi telah dilakukan pemerintah melalui kegiatan dan program peningkatan keselamatan, diharapkan fungsi pengawas keselamatan juga dilakukan di dunia usaha melalui pembentukan unit khusus yang menangani fungsi pengawas keselamatan. b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang keselamatan transportasi Keselamatan transportasi merupakan keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana beserta penunjangnya. Upaya peningkatan keselamatan transportasi telah dan akan terus dilakukan pemerintah melalui penyediaan sarana dan prasarana keselamatan serta sosialisasi keselamatan kepada masyarakat dan badan usaha. Peran serta masyarakat dan badan usaha dalam peningkatan keselamatan transportasi diwujudkan dalam peningkatan kepatuhan untuk mematuhi standar operasi dan prosedur penggunaan dan penyediaan sarana transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara. c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini Pendidikan keselamatan transportasi secara dini dengan menfokuskan pada penanaman pengetahuan tentang tata cara transportasi yang berkeselamatan (transfer of knowledge) dan menanamkan nilai-nilai (transform of values) etika dan budaya tertib dan membangun perilaku pada generasi muda. Pribadi yang beretika mempunyai kecerdasan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

68 sosial yang tinggi dan kepekaan dalam bertansportasi, selain itu, juga akan mengerti pentingnya penggunaan peralatan dan prasarana keselamatan serta peraturan keselamatan. d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar keselamatan Untuk memenuhi tuntutan perkembangan teknologi keselamatan transportasi diperlukan pembaharuan regulasi keselamatan yang mencakup norma, standar, prosedur dan kriteria. e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi; Upaya peningkatan keselamatan transportasi selain pengurangan tingkat kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (human error) dilakukan juga strategi melalui pemenuhan kuantitas dan tingkat kehandalan sarana dan prasarana keselamatan transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara. f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan Selain upaya pemenuhan kualitas dan kuantitas keselamatan transportasi, penurunan tingkat kecelakaan juga dilakukan melalui strategi ketentuan pemenuhan standar keselamatan pada sarana dan prasarana transportasi sesuai standar nasional dan internasional. g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi; Dalam upaya pemenuhan standar keselamatan transportasi dilakukan melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random check yang meliputi standar keselamatan bidang prasarana, sarana, tata cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keselamatan. h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya Pengujian kehandalan/kelaikan sarana prasarana transportasi dilakukan secara berkala untuk menjamin tingkat kehandalan dan kecukupan peralatan keselamatan yang diikuti melalui penerbitan sertifikasi sarana dan prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya. i. Peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

69 j. Koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Perlintasan sebidang merupakan faktor kritis dalam penyelenggaraan kereta api mengingat banyaknya kejadian kecelakaan yang diterjadi di lokasi perlintasan. Berdasarkan pada amanat UU 23/2007, setiap perlintasan/perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang. Pengecualian untuk pembangunan perlintasan tidak sebidang hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan dengan mengikuti ketentuan yang diatur pada Permenhub No. 36/2011, sehingga diperlukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun operator perkeretaapian dalam penanganan perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan. 2. Sasaran menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar keamanan transportasi Dalam upaya pemenuhan standar keamanan transportasi dilakukan melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random check yang meliputi standar keamanan bidang prasarana, sarana, tata cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keamanan, serta pemberian sanksi kepada aparatur pemerintah atau operator sarana/prasarana transportasi yang lalai dalam melaksanakan tugas. b. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan keamanan transportasi Keamanan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang bebas dari gangguan dan/atau tindakan yang melawan hukum, langkah untuk mewujudkan keamanan transportasi melalui pemenuhan peralatan keamanan yang berupa alat pemidai barang-barang berbahaya dan alat pemidai jarak jauh dengan sistem terkoordinasi. c. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam keamanan penumpang Pelaksanaan pencegahan terhadap penyusupan barang yang mengancam keamanan penumpang selain dilakukan melalui pemenuhan peralatan keamanan juga didukung dengan kualitas SDM yang tersertifikasi dan diaudit secara berkala oleh aparatur pengawas keamanan transportasi. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

70 d. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan melawan hukum di sektor transportasi (pencurian, vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dan lainnya) PELAYANAN TRANSPORTASI Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan 7 sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, (3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, (4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance. Masing-masing sasaran tersebut ditempuh melalui upaya strategi sebagai berikut : 1. Sasaran meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan arah kebijakan meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi serta penataan jaringan/rute Kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi dilakukan melalui rehabilitasi, pembangunan dan pengembangan prasarana perhubungan meliputi pembangunan terminal bus type A, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara dan jaringan jalan kereta api, sedangkan kondisi sarana transportasi terus didorong untuk ditingkatkan kehandalannya antara lain peremajaan angkutan kota yang berbasis angkutan massal, peremajaan sarana kereta api, pembatasan usia kapal. Dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan juga dilakukan penataan rute pada angkutan laut untuk menjamin kepastian muatan dan kontinuitas angkutan laut antara wilayah barat Indonesia menuju wilayah timur Indonesia. b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi Standar pelayanan merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa yang dilengkapi dengan tolok ukur sebagai acuan penilaian kualitas RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

71 yang merupakan kewajiban dan janji penyedia layanan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender Penyediaan layanan dan sarana transportasi yang berperspektif gender juga berarti mempertimbangkan dan mengakomodir permasalahan orang-orang atau kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kebijakan perlindungan dan layanan transportasi bagi lansia, penyandang cacat, perempuan khususnya perempuan hamil dan balita. Penyediaan layanan dan sarana tersebut mempertimbangkan beberapa aspek yaitu aspek aksesibilitas, kenyamanan, keselamatan, keamanan dan keterjangkauan. Aspek keamanan sering menjadi persoalan bagi perempuan, anak-anak, lansia bahkan penyandang cacat. Layanan dan sarana transportasi seyogyanya dapat diakses secara aman oleh mereka termasuk aman dari segala tindak kriminalitas dan kekerasan seksual. d. Konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap ketepatan pelayanan Pelayanan jasa transportasi selain mengutamakan keamanan dan keselamatan layanan, juga dituntut untuk tepat waktu dalam layanan yang dijanjikan. Untuk meningkatkan layanan transportasi diupayakan melalui penerapan sanksi berupa kewajiban yang harus dipenuhi setiap waktu keterlambatan dan apresiasi masyarakat terhadap layanan yang memenuhi standar pelayanan. 2. Sasaran terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan memenuhi sdm transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, ditempuh melalui strategi antara lain : a. Menyusun Man Power Planning SDM transpotasi b. Menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM transportasi c. Mengembangkan kapasitas diklat SDM transportasi d. Menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM transportasi. e. Meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan. f. Meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

72 3. Sasaran meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan meningkatkan kualitas penelitian transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta tenaga fungsional pendukung. b. Peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan dengan pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian. c. Peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan industri untuk merumuskan kebijakan strategis penyelenggaraan transportasi. d. Penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan peran Badan Litbang Perhubungan. 4. Sasaran meningkatnya kinerja capaian dalam mewujudkan good governance, dengan arah kebijakan mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kinerja, melalui strategi antara lain : a. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia). Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penuntasan agenda reformasi birokrasi dengan penataan kelambagaan baik dari sisi organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusianya. b. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik. c. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah. Peningkatan kinerja dalam mewujudkan good governance dengan penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah. Kemudahan informasi terhadap layanan transportasi sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan transportasi yang berkualitas. d. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi dijadikan sebagai langkah dalam perbaikan pelayanan publik di sektor transportasi. Penyederhanaan ini ditujukan agar tercapai pelayanan publik yang RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

73 efisien, transparan, cepat, akuntabel, dan dapat memberikan kepastian hukum, serta sebagai usaha untuk meningkatkan dunia investasi transportasi di Indonesia. e. Penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan dengan pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk meningkatkan tata hubungna kerja yang efektif dan efisien. f. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance dengan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan di sektor transportasi, sehingga setiap kebijakan dapat secara nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 5. Sasaran meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, dengan arah kebijakan meningkatkan kuantitas dan kualitas penetapan dan implementasi regulasi sektor transportasi, melalui strategi antara lain : a. Pemetaan arah / kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan pemetaan arah/kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi selama lima tahun kedepan. b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan. c. Percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan percepatan penyusunan peraturan perundangundangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi. Penyusunan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan amanah undang-undang bidang transportasi perlu dipercepat agar dapat menjadi landasan dalam mengimplementasikan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

74 d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi. e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan menghambat percepatan pembangunan transportasi. Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dapat diminimalisir untuk mempercepat pembangunan sektor transportasi. 6. Sasaran menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dengan arah kebijakan menerapkan pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, melalui strategi antara lain : a. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/ cuaca ekstrim. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim. Prasarana dan sarana transportasi yang ramah lingkungan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi pemanasan global yang disumbangkan dari sektor transportasi. b. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis fossil fuel saat ini sangat tinggi, sementara jumlah bahan bakar fossil fuel terus menipis. Dengan kondisi tersebut pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan di sektor transportasi harus dikedepankan. c. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien dilakukan untuk mewujudkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang disumbangkan dari sektor transportasi dan peningkatan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi. d. Mendorong pengguna kendaraan pribadi berpindah ke transportasi umum/ massal. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

75 Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi dengan mendorong penggunaan angkutan umum/massal terutama bagi masyarakat pengguna kendaraan pribadi. 7. Sasaran meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance, dengan arah kebijakan pelaksanaan pengawasan intern yang berintegritas, professional dan amanah, melalui strategi antara lain : a. Mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai consultant dan quality assurance. b. Peningkatan kualitas hasil pengawasan c. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Pengawasan KAPASITAS TRANSPORTASI Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan 5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda (2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. Dalam mencapai sasarana peningkatan kapasitas transportasi ditempuh melalui strategi pencapaian sebagai berikut : 1. Sasaran meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda, dengan arah kebijakan meningkatkan kapasitas, konektivitas/aksesibilitas antar wilayah dan keterpaduan antarmoda/multimoda, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan salah satunya melalui peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Kualitas perencanaan akan sangat menentukan kualitas pembangunan sektor transportasi selama lima tahun kedepan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

76 b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan salah satunya melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes, sehingga pembangunan transportasi yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dapat dirasakan langsung manfaat pembangunan oleh masyarakat. c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda melalui peningkatan kerjasama pemerintah dan badan usaha serta peningkatan investasi swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi nasional melalui penguatan kelembagaan dan sistem perencanaan proyek-proyek yang akan dikerjasamakan. Kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur transportasi antara lain : Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor perkeretaapian sebanyak 6 proyek sampai pada tahun 2019; Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor transportasi laut ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 10 proyek; Penyiapan dokumen terhadap infrastruktur transportasi udara yang siap ditawarkan kepada swasta sampai pada tahun 2019 sebanyak 3 proyek. d. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi antarmoda. Dalam setiap peraturan perundang-undangan transportasi diamanahkan untukmenyusun tatanan dan rencana induk masing-masing moda, yaitu rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, tatanan perkeretaapian nasional, tatanan kepelabuhanan nasional dan tatanan kebandarudaraan nasional serta tersusunnya perencanaan umum jaringan jalan nasional dan jalan tol. Salah satu faktor yang diamanahkan dalam penyusunan tatanan dan rencana induk transportasi adalah keterpaduan intra dan antarmoda transportasi. Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem transportasi yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi, efektivitas dan kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu melahirkan sistem transportasi yang berdaya saing tinggi. Upaya keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara lain ketersediaan angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

77 e. Penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat ke timur Indonesia. Dalam rangka menjamin ketersediaan barang dengan harga yang terjangkau diperlukan konsep untuk memperkuat jalur pelayaran yang dititikberatkan pada Indonesia bagian Timur yang dimaksudkan selain untuk mengkoneksikan jalur pelayaran dari Barat ke Timur Indonesia juga akan mempermudah akses niaga dari negara-negara Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Pada prinsipnya, ketersediaan pelayanan angkutan kapal dari barat ke timur Indonesia merupakan penataan trayek tetap dan teratur yang harus didukung dengan pengembangan pelabuhan agar dapat melayani kapal dengan ukuran besar, mengingat saat ini untuk terminal-terminal domestik, ukuran kapal peti kemas yang bisa masuk tidaklebih dari 2600 TEUs dan kebanyakan hanya mampu melayani kapal ukuran 800 atau 900 TEUs, dengan demikian akan mewujudkan efisiensi biaya logistik nasional. 2. Sasaran meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, dengan arah kebijakan meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, melalui strategi antara lain : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayahwilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar. Jaringan transportasi ke depan akan diperluas dan dibangun lebih banyak lagi untuk meningkatkan keseimbangan transportasi antara Jawa dan luar Jawa dan meningkatkan aksesibilitas di daerah kawasan timur Indonesia, daerah terpencil, dan pedesaan, kawasan perbatasan, serta daerah tertinggal lainnya, melalui percepatan pembangunan infrastruktur transportasi; b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana. Selain upaya penyediaan prasarana transportasi juga dilakukan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan konektivitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, prasarana transportasi juga diarahkan untuk peningkatan aksesibilitas daerah rawan bencana melalui penyediaan bandar udara yang dapat didarati pesawat Hercules dan pelabuhan untuk kepentingan pasokan logistik di saat terjadi bencana alam. c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

78 Guna merangsang pertumbuhan wilayah, Pemerintah berupaya untuk membuka keterisolasian daerah terpencil dan pedalaman agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju melalui penyediaan pelayanan angkutan keperintisan darat, laut dan udara. 3. Sasaran Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dengan arah kebijakan mengembangkan sistem angkutan umum massal dengan orientasi kepada angkutan bus maupun rel dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi antara lain : a. Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif bertujuan untuk meningkatkan jumlah penduduk perkotaan yang akan menggunakan sistem angkutan umum, meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah, dan menciptakan transportasi kota yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkeadaban. Kota akan bertahan secara lingkungandan efisiensi energi kalau pergerakan ekonominya didukung oleh sistem angkutan umum cepat masal yang didukung dengan jaringan pengumpan (feeder services). b. Pengembangan BRT Penerapan angkutan umum massal perkotaan salah satunya dilakukan melalui pengembangan Bus Rapid Transit/BRT. Penerapan sistem BRT perlu terpadu dalam fisik/prasarana, pelayanan, serta dalam konteks transportasi cerdas dengan memanfaatkan Information Technology. Transportasi antar moda di perkotaan perlu dibangun dengan memperhatikan pengembangan transportasi tidak bermotor dalam rangka menuju terwujudnya transportasi perkotaan yang berkelanjutan, yang didukung komitmen yang kuat dari Kepala Daerah dalam bentuk perencanaan, pendanaan dan kesiapan pengoperasian. c. Pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel. Selain pengembangan angkutan umum perkotaan dengan Bus Rapid Transit, angkutan perkotaan dapat dilakukan melalui pembangunan angkutan massal perkotaan berbasis rel. d. Penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan. Penerapan angkutan umum dengan BRT dan MRT dianggap tidak menarik bagi kota-kota yang belum menerapkannya karena dipersepsikan membebani anggaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

79 penyelenggaraan sistem angkutan umum yang handal dan berkelanjutan dibutuhkan antara lain dukungan kebijakan secara nyata dari pemerintah di sektor anggaran melalui penyediaan dana subisidi/pso yang terarah. 4. Sasaran meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan, dengan arah kebijakan meningkatkan aplikasi teknologi informasi dalam sistem manajemen perkotaan, melalui strategi antara lain : a. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS dan Virtual Mobility b. Penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi Intelligent Transport System/ITS pada prinsipnya adalah penerapan teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Sistem ini mempunyai tujuan dasar untuk membuat system transportasi yang mempunyai kecerdasan, sehingga dapat membantu pemakai transportasi dan pengguna transportasi untuk mendapatkan informasi, mempermudah transaksi, meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana transportasi, mengurangi kemacetan atau antrean, meningkatkan keamanan dan kenyamanan, mengurangi polusi lingkungan, mengefisiensikan pengelolaan transportasi. 3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN UMUM Memperhatikan berbagai permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam 5 tahun ke depan, maka dalam mencapai program prioritas presiden yang dituangkan dalam RPJMN , ditetapkan beberapa arah kebijakan umum pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun yaitu: 1. Meningkatkan keselamatan operasional perkeretaapian dengan membangun budaya safety first dalam setiap penyelenggaraan perkeretaapian nasional 2. Meningkatkan peran kereta api meliputi: a. angkutan massal perkotaan, b. angkutan massal antar kota yang menghubungkan pusat kegiatan, serta c. akses ke pelabuhan dan bandara dalam mendukung angkutan logistik 3. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lainnya RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

80 4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan perkeretaapian STRATEGI Strategi pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun yaitu: Tabel 3.1Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun NO ASPEK STRATEGI A Keselamatan dan Keamanan Peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian B Pelayanan Transportasi 1 Pengembangan Layanan Perkeretaapian 2 Pengembangan sumber daya manusia perkeretaapian 3 Pengembangan Kelembagaan C Kapasitas Transportasi 1 Pengembangan Jaringan Perkeretaapian a) Meningkatkan pembinaan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian melalui penyiapan regulasi (norma, standar, prosedur dan kriteria) peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian; b) Meningkatkan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana perkeretaapian melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya, pengembangan sistem dan teknologi perawatan yang modern serta penggunaan teknologi informasi dalam operasional perkeretaapian; a) Koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam mewujudkan program peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian termasuk pelaksanaan monitoring dan evaluasinya. a) Meningkatkan kualitas pelayanan perkeretaapian b) Meningkatkan keterjangkauan (aksesibilitas) masyarakat terhadap layanan kereta api melalui mekanisme kewajiban pelayanan publik (public services obligation) a) Meningkatkan kemampuan SDM regulator perkeretaapian melalui program pendidikan dan latihan termasuk pengembangan pola dan kurikulum diklatnya; b) Mendorong terciptanya SDM operator perkeretaapian melalui penyiapan regulasi tentang standar kompetensi dan kualifikasi SDM operator, sertifikasi kompetensi serta pembinaan SDM operator a) Meningkatkan peran Pemerintah sebagai regulator perkeretaapian melalui program pembentukan dan akreditasi lembaga pendidikan SDM perkeretaapian, lembaga pengujian dan fasilitas perawatan sarana dan prasarana perkeretaapian, pembentukan lembaga yang mengatur pola hubungan antara penyelenggara sarana dan penyelenggara prasarana perkeretaapian (Track Access Charges), pembentukan lembaga penyelenggara perawatan prasarana (Infrastructure Maintenance and Operation) serta lembaga penyelenggara kewajiban publik (Public Services Obligation); b) Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam pembinaan penyelenggaraan perkeretaapian; Mendorong terwujudnya penyelenggaraan perkeretaapian yang multioperator dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah dalam pembinaan dan pemberian izin penyelenggaraan perkeretaapian. a) Meningkatkan peran kereta api perkotaan dan kereta api antar kota b) Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lain dengan membangun akses menuju bandara, pelabuhan dan kawasan industri RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

81 NO ASPEK STRATEGI 2 Alih Teknologi dan Pengembangan Industri 3 Investasi dan Pendanaan a) Meningkatkan penguasaan teknologi sarana dan prasarana perkeretaapian; b) Alih teknologi untuk pembelian produk teknologi tinggi dari luar negeri; c) Mendorong peningkatan peran industri perkeretaapian dalam negeri termasuk industri pendukungnya untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian industri perkeretaapian. a) Meningkatkan investasi dan pendanaan penyelenggaraan perkeretaapian melalui dukungan regulasi dan mekanisme perizinan yang kondusif bagi iklim investasi serta pembentukan lembaga pembiayaan infrastruktur perkeretaapian; b) Mendorong keterlibatan swasta dalam investasi penyelenggaraan perkeretaapian melalui pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) serta pola penyelenggaraan perkeretaapian khusus. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

82 Tabel 3.2Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Perkeretaapian Tahun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN I. Keselamatan dan Keamanan A. Menurunnya angka kecelakaan transportasi B. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi 1. Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian 2. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi perkeretaapian a). Ratio kejadian kecelakaan transportasi Ratio Kecelakaan/1 kereta api Juta Km b). Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen c). d). e). Jumlah sarana dan prasarana keselamatan transportasi kereta api 1. Tingkat Ketersediaan fasilitas dan Unit peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian 2. Tingkat Ketersediaan ATP Unit 3. Jumlah Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi kereta api (pelemparan batu) Lokasi Sertifikat Jml. Kejadian/ Tahun

83 NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN II. Pelayanan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN C D E Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi. III. Kapasitas Transportasi F Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi& keterpaduan sistem ransportasi multimoda & 3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian 4. Mewujudkan pelayanan angkutan kereta api yang terjangkau 5. Meningkatnya kinerja Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance 6. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi perkeretaapian 7. Mewujudkan peningkatan Kapasitas, Aksesbilitas dan Keterpaduan dalam penyediaan f). Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen g) Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik negara (IMO) Tahun h) Jumlah penumpang KA PSO Penumpang i). i). k). Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Jumlah prasarana perkeretaapian yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan Prosentase (%) Juta ton CO2e Lokasi l). Terbangunnya jalur kereta api Km sp

84 NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN G H antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya wilayah timur Indonesia Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan Sarana dan Prasarana perkeretaapian nasional 8. Mewujudkan peningkatan Aksesbilitas Publik terhadap layanan transportasi kereta api 9. Meningkatkan peran kereta api dalam penyediaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel m). Jumlah sarana kereta api Unit n.) o). p). q). Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis kereta api Jumlah lintasan/ rute angkutan kereta api perintis menjadi komersial Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis kereta api Proyek Trayek/ Lintas/Rute Trayek/ Lintas/ Rute Trayek/ Lintas/ Rute

85 3.4 KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN STRUKTUR REGULASI EKSISTING Pada Gambar 3.1 disampaikan struktur regulasi eksisting dalam penyelenggaraan perkeretaapian di Indonesia. Sejak ditetapkannya UU 23/2007, sudah diterbitkan sebanyak 2 PP (Peraturan Pemerintah) 8 dan 58 PM (Peraturan Menteri) sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar mandat PP dan PM yang diamanatkan dalam UU 23/2007 sudah ditetapkan. Jika dilihat dari susunan (jumlah PM yang sudah ditetapkan) maka terlihat bahwa sebagian besar PM tersebut terkait dengan SDM, sarana, prasarana, serta pentarifan dan sebagian kecil yang berkaitan dengan penyelenggaraan (perizinan dan perencanaan (RIPNas)). Regulasi mengenai pengusahaan dan investasi belum diatur dalam sejumlah regulasi yang ada KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI Kebutuhan regulasi teknis secara umum lebih kepada standarisasi teknis terkait teknologi baru, meskipun untuk monorel sudah ditetapkan namun untuk kereta gantung, levitasi magnetik, trem, dan high speed train belum ditetapkan. Regulasi terkait dengan SDM masih beberapa yang perlu dilengkapi khususnya berkaitan dengan tenaga penguji SDM, sertifikat kecakapan pengendali distribusi listrik. Terkait dengan hal ini juga perlu adanya regulasi tentang akreditasi badan hukum atau lembaga pelaksana pengujian sarana dan prasarana perkeretaapian. Regulasi mengenai investasi dan penyelenggaraan perlu diperkuat, terutama berkaitan dengan persyaratan dan bentuk kerjasama pemerintah dengan swasta serta mekanisme bantuan dari pusat kepada Daerah dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Selain itu, diperlukan juga regulasi mengenai pembentukan BUP prasarana perkeretaapian, skema kerjasama dan pembiayaan di era multioperator. Pedoman pembinaan penyelenggaraan perkeretaapian baik kepada swasta maupun kepada pemda perlu didukung oleh kerangka regulasi yang kuat.secara umum kebutuhan penguatan regulasi perkeretaapian disampaikan pada Tabel Untuk UU perkeretaapian sebelumnya (UU 13/2009) ditetapkan 3 PP pelaksanaan, yakni: PP 81/1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dan PP 69/1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api. Untuk UU 23/2007, PP 56/2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian merupakan pengganti dari PP 69/1998 dan ditambahkan tentang aspek kelembagaan penyelenggaraannya. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

86 UU 23/2007 tentang Perkeretaapian PP 56/2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian PP 72/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Kereta Api RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN PM 66/2013 tentang Perizinan Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum PM 5/2014 tentang Tarif Angkutan Orang dengan KA Kelas Ekonomi PM 34/2011 tentang Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dan Barang Dengan Kereta Api PM 21/2011 tentang Sertifikat Kecakapan Pengatur Perjalanan KA dan Pengendali Perjalanan KA PM 13/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Kereta dengan Penggerak Sendiri PM 95/2010 tentang Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian PM 40/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Lokomotif PM 62/2013 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara PM 31/2012 tentang Perizinan Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian Umum PM 33/2011 tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api PM 20/2011 tentang Akreditasi Badan Hukum Atau Lembaga Pendidikan dan Pelatihan SDM Perkeretaapian PM 94/2010 tentang Tenaga Perawatan Sarana Perkeretaapian PM 38/2010 tentang Pedoman Penetapan Tarif Angkutan Orang Dengan KA PM 12/2011 tentang Persyaratan Teknis Instalasi Listrik Perkeretaapian PM 56/2013 tentang Komponen Biaya yang dapat Diperhitungkan dalam Penyelenggaraan Angkutan Kewajiban Pelayanan Publik dan Angkutan Perintis Perkeretaapian PM 28/2012 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api PM 93/2010 tentang Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian PM 9/2014 tentang Tata Cara Penetapan Jaringan Pelayanan dan Lintas Pelayanan Perkeretaapian PM 32/2011 tentang Standar dan Tata Cara Perawatan Prasarana Perkeretaapian PM 19/2011 tentang Sertifikat Kecakapan Penjaga Perlintasan KA PM 11/2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Telekomunikasi Perkeretaapian PM 92/2010 tentang Tenaga Pemeriksa Sarana Perkeretaapian PM 28/2012 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api PM 37/2014 tentang Standar Spesifikasi Teknis Sarana Kereta Api Monorel PM 31/2011 tentang Standar Dan Tata Cara Pemeriksaan Prasarana Perkeretaapian PM 18/2011 tentang Sertifikat Auditor Perkeretaapian PM 10/2011 tentang Persyaratan Teknis Peralatan Persinyalan Perkeretaapian PM 45/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran Sarana Perkeretaapian PM 10/2013 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Orang dengan KA untuk Pelayanan Kelas Ekonomi PM 11/2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api PM 91/2011 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian Khusus PM 30/2011 tentang Tata cara Pengujian Dan Pemberian Sertifikat Prasarana Perkeretaapian PM 17/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Gerbong PM 47/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum utk Angkutan Orang dengan KA PM 45/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran Sarana Perkeretaapian PM 48/2014 tentang Tata Cara Pemuatan, Penyusunan, Pengangkutan, dan Pembongkaran PM 67/2012 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara PM 43/2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) PM 29/2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api PM 16/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Peralatan Khusus PM 8/2011 tentang Sertifikat Keahlian Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian PM 44/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Peralatan Khusus PM 52/2014 tentang Perangkat Sistem Keselamatan Kereta Api Otomatis (SOSKO) PM 60/2012 tentang Persyaratan Teknis Jalur KA PM 36/2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur KA dengan PM 23/2011 tentang Sertifikat Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian PM 15/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Kereta yang Ditarik Lokomotif PM 43/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Gerbong PM 97/2010 tentang Sertifikat Keahlian Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian PM 42/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta dengan Penggerak Sendiri PM 51/2012 tentang Subsidi Angkutan Perintis Orang dengan KA PM 35/2011 tentang Tatacara & Standar Pembuatan GAPEKA PM 22/2011 tentang Sertifikat Inspektur Perkeretaapian PM 14/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Otomotif PM 96/2010 tentang Sertifikat Keahlian Tenaga Penguji Sarana Perkeretaapian PM 41/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta yang Ditarik Lokomotif : PM tentang Standar Spesifikasi Teknis Sarana Prasarana : PM tentang SDM Perkeretaapian (Sertifikasi) : PM tentang Penyel. PerKAan (Perizinan, Perencanaan, Investasi) : PM tentang Standar Pelayanan Minimal : PM tentang Standar dan Tatacara Pelaksanaan Kegiatan Teknis : PM tentang Penetapan Tarif, Subsidi, dan PSO, IMO, TAC Gambar 3.2 Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian

87 FUNGSI REGULASI Fungsi perubahan Fungsi stabilisasi Fungsi fasilitasi Tabel 3.3Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian MANDAT UU 23/2007 Perubahan dari monopoli kepada multi operator Perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian dalam investasi dan teknologi Standarisasi teknis sarana dan prasarana, serta kompetensi SDM perkeretaapian Standarisasi sistem dan prosedur penyelenggaraan (pembangunan/pengadaan, pengoperasian, perawatan, pengusahaan) Fasilitasi peran swasta dan pemda Fasilitasi kepada setiap lapisan masyarakat (secara fisik, ekonomi, dan sosial) KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI Pembentukan Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Milik Pemerintah Pedoman Kerjasama, Penentuan Biaya, dan Pola Operasi dalam skema Multioperator Road Map Penguasaan Teknologi Perkeretaapian Nasional Kebijakan Pemberdayaan Industri Perkeretaapian Nasional Akreditasi Badan Hukum atau Lembaga Pengujian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian Standar dan spesifikasi teknis dan sertifikasi sarana prasarana, dan sertifikasi kompetensi/kecakapan SDM untuk tknologi eksisting maupun penerapan teknologi baru (monorel, MRT, Trem, Kereta Gantung, HST) Standar Kompetensi Penguji SDM Perkeretaapian Pedoman penyelenggaraan perkeretaapian Provinsi, Kabupaten, dan Kota Peraturan Pengusahaan Aset Non-Operasional Perkeretaapian Mekanisme pemberian bantuan dari Pemerintah Pusat bagi Daerah dalam pembangunan dan pengoperasian kereta api di Daerah Bentuk dan besaran penjaminan pemerintah dalam Proyek KPS perkeretaapian Kebijakan fasilitasi dalam pengadaan sarana dan prasarana perkeretaapian Standar dan spesifikasi teknik fasilitas bagi pengguna kereta api berkebutuhan khusus Pengadaan sarana kereta api kelas ekonomi oleh Pemerintah Penyelenggaraan Layanan Kereta Api Perintis dan PSO/bersubsidi Kerangka regulasi bidang perkeretaapian disusun dengan mengacu pada kebijakan nasional diantaranya adalah: 1. Penguatan fungsi dan kewenangan kelembagaan sebagai landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api di wilayah Jabodetabek khususnya melalui Revisi Perpres No 83 Tahun 2011 Tentang Penugasan Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. PT KAI memiliki dana yang terbatas sementara dana pemerintah tidak dapat membantu karena bertentangan dengan Perpres ini. Kerangka regulasi tersebut disusun dengan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

88 mempertimbangkan aspek nilai manfaat dalam kebijakan penyelenggaraan prasarana dan sarana kereta api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkat Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi yang akan dibangun kemudian. 2. Lebih lanjut didalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun didalam skema landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api melalui revisi PP 56 tahun 2009 Tentang penyelenggaraan perkeretaapian. Hal ini ditindaklanjuti pula didalam amanat pembentukan Peraturan Menteri terkait dengan Penyelenggaraan Perkeretaapian seperti yang diamanatkan didalam PP No. 56 Tahun Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian A Pasal dalam PP No. 56 Tahun 2009 Tentang Peraturan Menteri Penyelenggaraan Perkeretaapian yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri 1 Pasal 34 Ayat (3),Mengenai Standar spesifikasi Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan TeknisPembangunan/Pengadaan, Pengoperasian dan Perawatan Prasarana dan sarana masing - masing jenis Kereta Api 2 Pasal 36,Mengenai Tata Cara Penyusunan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian 3 Pasal 56,Mengenai Ruang Manfaat Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 4 Pasal 60, Mengenai Ruang Milik Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 5 Pasal 64, Mengenai Ruang Pengawasan Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 6 Pasal 73,Mengenai Tata Cara Penentuan Kelas Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api, Jaringan Jalur kereta Api umum dan Kereta Api Khusus 7 Pasal 48,Mengenai Spesifikasi Teknis dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persyaratan Persambungan, Perpotongan dan/atau Persinggungan 8 Pasal 101,Mengenai Jenis, Kegiatan dan Kelas Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Stasiun Kereta Api 9 Pasal 116,Mengenai Tata Cara Penetapan Trase Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Jalur Kereta Api 10 Pasal 140,Mengenai Persyaratan Komponen, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persyaratan Teknis dan Kelaikan Operasi Prasarana Perkeretaapian 11 Pasal 162,Mengenai Tata Cara Permohonan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pemberian Akreditasi Badan Hukum dan Lembaga Pengujian 12 Pasal 170,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pengawasan 13 Pasal 214,Mengenai Penyelenggaraan Pengujian, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Tata Cara Permohonan dan Pemberian Akreditasi Badan Hukum/Lembaga Pengujian, Tempat Pengujian Sarana Perkeretaapian Serta Tata Cara Pengujian 14 Pasal 220,Mengenai Tata Cara Penerbitan Sertifikat Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Uji Pertama, Sertifikat Uji Berkala, Tanda Lulus Uji, Masa Berlaku Sertifikat Uji dan Tata Cara Verifikasi Sertifikat Sarana Perkeretaapian yang Sikeluarkan Badan Hukum/Lembaga 15 Pasal 228,Mengenai Jenis Peralatan, Standar, Tata Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

89 Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan No Regulasi Cara Pengujian/Pemeriksaan dan Tempat Pengujian Untuk setiap Jenis Sarana Perkeretaapian 16 Pasal 236,Mengenai jenis Peralatan, Standar, Tata Cara Perawatan dan Tempat Perawatan dari Setiap Jenis Sarana Perkeretaapian 17 Pasal 245,Mengenai Proses dan Tata Cara Pelaksanaan Rencana Bangun dan Rekayasa Sarana Perkeretaapian Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 18 Pasal 248 ayat (3),Mengenai Inspektur dan Auditor Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 19 Pasal 283 ayat (2),Mengenai Tata Cara Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Permohonan Akreditasi 20 Pasal 289,Mengenai Akreditasi Badan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Hukum/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata Cara Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikasi Petugas Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian 21 Pasal 302,Mengenai Akreditasi Badan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan hukum/lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata cara penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikat Awak Sarana Perkeretaapian 22 Pasal 304 ayat (3),mengenai Penyelenggaraan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pendidikan dan Pelatihan serta Pemberian Tanda Lulus Pendidikan dan Pelatihan Untuk Petugas Lain yang Ditugaskan Bekerja Dalam Kereta Api 23 Pasal 368, Mengenai Persyaratan Teknis dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Standar Keselamatan Pengoperasian Perkeretaapian Khusus 24 Pasal 367, Mengenai Tata Cara Pemberian Izin Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Operasi Perkeretaapian Khusus dan Kerjasama Pengoperasian Perkeretaapian Khusus 25 Pasal 392, mengenai Tata Cara Pembinaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Perkeretaapian B Pasal dalam PP No 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Penyusunan Peraturan Menteri Lintas dan Angkutan Kereta Api yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri 1 Pasal 20, Mengenai Prinsip Lalu Lintas Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 2 Pasal 23, Mengenai Kecepatan dan Frekuensi Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 3 Pasal 29,Mengenai Tata Cara dan Standar Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pembuatan Gapeka 4 Pasal 39,Mengenai Pengaturan Perjalanan Kereta Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Api 5 Pasal 47,Mengenai Tata Cara Persiapan Perjalanan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 6 Pasal 50,Mengenai Tata Cara Penempatan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Lokomotif Dalam Rangakaian Kereta Api 7 Pasal 52,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 8 Pasal 57,Mengenai Tata Cara Hubungan Blok Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 9 Pasal 68,mengenai Tata Cara Pemberangkatan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 10 Pasal 74,Mengenai Tata Cara Kereta Api Dalam Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Perjalanan dan Perjalanan Kereta Api di Jalur Bergigi 11 Pasal 77,mengenai Tata Cara Kereta Api Memasuki Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Stasiun 12 Pasal 79,Mengenai Tata Cara Penerimaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kedatangan Kereta Api Berhenti 13 Pasal 82,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan dan Berjalan Langsung di Stasiun 14 Pasal 84,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan dii Stasiun akhir 15 Pasal 88,Mengenai Tata Cara Persilangan dan Penyusulan serta Penutupan dan Pembukaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

90 Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan No Regulasi Stasiun Operasi 16 Pasal 91Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Luar Biasa 17 Pasal 96,Mengenai Tata Cara Pembatalan Perjalanan Kereta Api 18 Pasal 105,Mengenai Tata Cara Penanganan Bagian Kereta Api yang terputus 19 Pasal 107,Mengenai Tata Cara Penanganan Rinting Jalan Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 20 Pasal 109,Mengenai Tata Cara langsiran Jalan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 21 Pasal 119,mengenai Tata Cara Pengaturan Awak Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sarana Perkeretaapian 22 Pasal 132, Mengenai Tata Cara Angkutan Orang Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 23 Pasal 135, Mengenai Standar Pelayanan Minimum Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan angkutan Orang 24 Pasal 145, Mengenai Tata Cara Pemuatan, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Penyusunan, Pengangkutan dan Pembongkaran Barang 25 Pasal 160, Mengenai Biaya Penggunaan Prasarana Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 26 Pasal 163, Mengenai Tata Cara Pemberian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persetujuan Pengintegrasian Pelayanan Angkutan Perkeretaapian Khusus 27 Pasal 167, Mengenai tata cara pelaporan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan penanganan sanksi administratif pelanggaran angkutan kereta api 28 Pasal 173, Mengeenai tata cara pemberian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan santunan, pengobatan dan besarnya ganti kerugian terhadap penumpang dan pihak ketiga 29 Pasal 178, Mengenai tanggung jawab terhadap Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan barang yang diangkut 30 Pasal 184, Mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api untuk kereta api kecepatan tinggi, monorel, motor induksi linier, gerak udara, levitas magnetis, term dan kereta gantung sesuai dengan karakteristik Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING Pada Gambar 3.3 disampaikan struktur kelembagaan eksisting dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional, yang menjelaskan hubungan antara pemerintah selaku regulator dan pembina, dengan operator, dan juga Pemda serta stakeholders terkait lainnya. Pada dasarnya struktur umum penyelenggaraan perkeretaapian nasional sudah mengikuti pola yang diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

91 Dalam UU No. 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa terdapat 3 kelompok stakeholders utama dalam penyelenggaraan layanan kereta api 9, yakni: 1) Pengguna jasa setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang (pasal 1 butir 12 UU 23/2007); 2) Badan Usaha Penyelenggara: baik yang berlaku sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian dan/atau penyelenggara sarana perkeretaapian (pasal 1 butir 10, 16, 17 UU 23/2007); 3) Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian: yakni pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) yang bertugas melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan perkeretaapian (pasal 13, 14 UU 23/2007). Dalam UU No. 23 Tahun 2007 kewenangan pembinaan oleh Pemerintah sebagian dapat didelegasikan kepada Lembaga/Badan Hukum khususnya yang berkenaan dengan: (1) pengujian/sertifikasi prasarana (pasal 68 (2) UU 23/2007), (2) pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi SDM perkeretaapian (operator dan penguji) (pasal 74 (4), 80 (3, 4), 104 (4), 116 UU 23/2007), (3) pengujian/sertifikasi sarana (pasal 98 (2) UU 23/2007). 9 Dalam UU 23/2007 terdapat pula kegiatan rancang bangun yang dapat dilakukan baik oleh Pemerintah, Pemda, Badan Usaha, Lembaga Penelitian, maupun Perguruan Tinggi, namun kegiatan tidak terkait langsung dengan penyelenggaraan transportasi kereta api. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

92 Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian Pemerintah Pusat Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN Sekretariat Direktorat Jenderal Perkeretaapian Bagian Perencanaan Bagian Keuangan Bagian Hukum Bagian Kepegawaian dan Umum SOTK Kemenhub sesuai KM 60/2010 Direktorat Lalulintas dan Angkutan Kereta Api Sub Direktorat Jaringan Sub Direktorat Lalu Lintas Sub Direktorat Angkutan Sub Direktorat Investasi Subbagian Tata Usaha Lembaga/Badan Usaha Diklat, Pengujian, Sertifikasi Penyelenggara Pengujian/Sertifikasi Prasarana Penyelenggara Pengujian/Sertifikasi Sarana Penyelenggara Diklat/Sertifikasi SDM (contoh: APKA, STIKA) Direktorat Prasarana Perkeretaapian Subdirektorat Jalur dan Bangunan Kereta Api Wilayah I Subdirektorat Jalur dan Bangunan Kereta Api Wilayah II Subdirektorat Fasilitas Operasi Kereta Api Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Jalur danbangunan Kereta Api Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Fasilitas Operasi Kereta Api Subbagian Tata Usaha Badan Usaha Penyelenggara Prasarana dan/atau Sarana PT. Kereta Api Indonesia (Persero) PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) PT. Raillink PT. Mass Rapid Transit Jakarta PT. Jakarta Monorail Kalimantan Rail Pte Ltd PT. Trans Kutai Kencana Data terkini Badan Usaha Penyelenggara Perkeretaapian Direktorat Sarana Perkeretaapian Subdirektorat Pengembangan Sarana Subdirektorat Pengawasan Sarana Subdirektorat Pengelolaan Sarana Milik Negara Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Sarana Wilayah I Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Sarana Wilayah II Subbagian Tata Usaha Pemerintah Provinsi Pemerintah Daerah Pemerintah Kab/Kota SKPD Pembina Penyelengaraan Perkeretaapian Daerah (Dinas Perhubungan Prov, Kab/Kota) Direktorat Keselamatan Perkeretaapian Subdirektorat Audit dan Peningkatan Keselamatan Subdirektorat Analisis dan Penanganan Kecelakaan Subdirektorat Akreditasi Kelembagaan dan Sertifikasi Sumber Daya Manusia Subdirektorat Penegakan Hukum Subbagian Tata Usaha Gambar 3.3Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian

93 3.5.2 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN Terdapat 2 kebutuhan pokok dalam pengembangan kelembagaan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan, yakni: pengembangan kelembagaan pengusahaan penyelenggaraan prasarana pekeretaapian dalam pelaksanaan multioperator di bidang perkeretaapian serta pengembangan UPT Ditjen Perkeretaapian dalam rangka pelaksanaan fungsi regulator di lapangan PEMBENTUKAN BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK PEMERINTAH Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bahwa penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian eksisting harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Ini membawa konsekuensi bahwa perlunya pembentukan Badan Usaha Penyelenggara (BUP) sarana dan BUP prasarana. Transformasi ini diperlukan juga agar mekanisme pemberian IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) kepada BUP prasarana perkeretaapian milik pemerintah dari pemerintah, serta pembayaran TAC (Track Access Charge) dari BUP sarana ke BUP prasarana dapat dihitung dan dilaksanakan sesuai ketentuan dan kaidah pengelolaan yang baik. Pembentukan BUP penyelenggara prasarana ini cukup strategis, karena selain mendorong adanya peningkatan kualitas pemeliharaan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian, juga akan membuka keran bagi terselenggaranya multi operator dalam penyelenggaraan sarana perkeretaapian eksisting. Diharapkan akan muncul BUP sarana yang baru, sehingga akan tercipta persaingan dalam layanan yang lebih sehat dan terdapat potensi untuk peningkatan utilisasi dari aset prasarana eksisting PEMBENTUKAN UPT (BALAI) DITJEN PERKERETAAPIAN Seiring dengan perluasan penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan perkeretaapian di berbagai wilayah di Indonesia, maka tugas teknis dalam pelaksanaan fungsi regulator maupun pembangunan perkeretaapian yang akan dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian akan menjadi lebih luas dan kompleks. Oleh karenanya berbagai tugas tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh kelembagaan eksisting di terkonsentrasi di Pusat. Oleh karenanya perlu dibentuk beberapa UPT di daerah untuk membantu pelaksanaan tugas teknis di lapangan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

94 Gambaran umum mengenai kelembagaan UPT Balai tersebut disampaikan pada Gambar 3.4. Gambar 3.4Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian Berbagai fungsi yang nantinya dapat dijalankan oleh UPT diantaranya terkait dengan pelaksanaan pengujian serta sertifikasi prasarana dan sarana, serta pengujian/sertifikasi SDM, penyediaan fasilitas/peralatan serta logistik, pelaksanaan pembangunan, serta pengendalian dan pengawasan pengoperasian kereta api di lapangan. UPT ini akan dikembangkan berbasis wilayah (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi) untuk memudahkan rentang kendali serta koordinasi dan operasional dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi yang akan diserahkan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

95 BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 4.1 TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME) Target pencapaian sasaran outcome program pengelolaan dan pembangunan bidang perkeretaapian ini mencakup indikator-indikator pokok yang merepresentasikan keberhasilan pencapaian fungsi pokok atau tujuan penyelenggaraan perkeretaapian dalam UU 23 Tahun 2007 yang disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN , yakni: keselamatan dan keamanan, pelayanan dan kapasitas transportasi. Tabel 4.1 menyampaikan daftar target pencapaian outcome program penyelenggaraan perkeretaapian.outcome program ini merupakan daftar kinerja pokok yang akan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat dan sekaligus dapat mencerminkan keberhasilan dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap unit kerja yang ada di lingkungan Ditjen Perkeretaapian. Tabel 4.1Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Keselamatan dan Keamanan Pelayanan Ratio kejadian kecelakaan transportasi perkeretaapian Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi perkeretaapian Tingkat Ketersediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian 0.65 ratio kejadian / 1 juta Km 0.55 ratio kejadian / 1 juta Km 1 dokumen 2 dokumen 29 unit 124 unit Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit Jumlah 4 lokasi 218 lokasi Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Jumlah Sertifikasi SDM Teknis 1290 sertifikat sertifikat Perkeretaapian Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi perkeretaapian (pelemparan batu) n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun Jumlah pedoman standar 2 dokumen 4 dokumen pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

96 ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Kapasitas Transportasi Jumlah penyederhanaan perijinan sektor perkeretaapian Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik negara (IMO) n/a % 100 % juta ton CO2e juta ton CO2e n/a 1 Jumlah penumpang KA PSO Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan 1 lokasi 5 lokasi Terbangunnya jalur kereta api Km sp Km sp Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit Terselenggaranya proses n/a 6 proyek kerjasama pemerintah swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Jumlah lintasan/rute angkutan 1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./ perintis kereta api Jumlah lintasan/rute angkutan n/a 2 trayek/lintas/rute perintis kereta api menjadi komersial Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis kereta api 5 lokasi 13 lokasi TARGET PENCAPAIAN SASARAN Tabel 4.2menyampaikan daftar indikator kinerja sebagai representasi/ukuran pencapaian sasaran strategis/sasaran program dari Ditjen Perkeretaapian, berikut dengan target capaian kinerja pada Tahun Sasaran strategis/sasaran program yang dimaksud adalah ukuran tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada Sub Bab 2.4 dengan konsep BSC (Balanced Scorecard) yang mencakup sasaran dan kinerja untuk seluruh elemen dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Pemanfaatan keseluruhan indikator kinerja dalam Tabel 4.2 akan dapat menerangkan hubungan (causal relationship) antara satu indikator/sasaran dengan yang lainnya. Sebagai ilustrasi pencapaian target penurunan tingkat kecelakaan dan peningkatan keandalan pengoperasian kereta (pada costumer perspectives) akan sangat ditentukan oleh keberhasilan pencapaian target pemanfaatan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemenuhan standart teknis sarana dan prasarana (pada internal bussines process). Dan seluruh capaian tersebut sangat tergantung ketersediaan dan kualitas regulasi yang dihasilkan, kapabilitas kelembagaan yang dikembangkan, kualitas dan kuantitas SDM, serta kinerja birokrasi yan baik (pada learning and growth perspectives). RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

97 Selain itu, target sasaran outcome program sebagaimana disampaikan pada Tabel 4.1 juga sangat tergantung dari bagaimana pencapaian target pada indikator lainnya di dalam konsep BSC Ditjen Perkeretaapian. Dalam dokumen perencanaan maupun laporan kinerja sebaiknya seluruh indikator tersebut, baik indikator pencapaian outcome maupun indikator pencapaian sasaran sebaiknya dilaporkan. Indikator sasaran akan dapat menjelaskan keberhasilan atau kegagalan dalam mewujudkan sasaran outcome program, sehingga diperlukan sebagai back-up dalam pelaporan kinerja. Selanjutnya setiap Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diharapkan untuk melakukan pengembangan metoda serta sistem pengumpulan dan pelaporan data kinerja sesuai bidang tugas dan fungsinya masing-masing. Tabel 4.2Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen Perkeretaapian Tahun SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi perkeretaapian Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian Ratio kejadian kecelakaan transportasi perkeretaapian Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi perkeretaapian Tingkat Ketersediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian 0.65 ratio kejadian / 1 juta Km 0.55 ratio kejadian / 1 juta Km 1 dokumen 2 dokumen 29 unit 124 unit Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit Jumlah 4 lokasi 218 lokasi Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian 1290 sertifikat sertifikat Jumlah gangguan keamanan n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun pada pelayanan jasa transportasi perkeretaapian (pelemparan batu) Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik negara (IMO) 2 dokumen 4 dokumen n/a Tahun 5 Tahun RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

98 SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Meningkatnya kinerja Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi perkeretaapian Mewujudkan peningkatan Kapasitas, Aksesbilitas dan Keterpaduan dalam penyediaan Sarana dan Prasarana perkeretaapian nasional Mewujudkan peningkatan Aksesbilitas Publik terhadap layanan transportasi kereta api Meningkatkan peran kereta api dalam penyediaan Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel Jumlah penumpang KA PSO Jumlah penyederhanaan n/a % 100 % perijinan sektor perkeretaapian Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan Terbangunnya jalur kereta api sebesar km sp, meliputi: juta ton CO2e juta ton CO2e 1 lokasi 5 lokasi Km sp Km sp Pembangunan jalur KA Baru: km sp Reaktivasi/pembangunan jalur ganda: km sp Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit Terselenggaranya proses n/a 6 proyek kerjasama pemerintah swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Jumlah lintasan/rute 1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./ angkutan perintis kereta api Jumlah lintasan/rute n/a 2 trayek/lintas/rute angkutan perintis kereta api menjadi komersial Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis kereta api 5 lokasi 13 lokasi RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

99 4.2 KERANGKA PENDANAAN KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN Untuk menjalankan seluruh kegiatan dalam rangka mencapai target pembangunan maupun capaian outcome program dan sasaran kinerja diatas, maka perkiraan kebutuhan pendanaan untuk setiap penyelenggaraan perkeretaapian seperti yang disampaikan pada Tabel 4.3. Total kebutuhan pembiayaan untuk Tahun sekitar Rp 233 Trilyun (swasta maupun pemerintah) dengan tingkat pertumbuhan sekitar 23,9% per tahun. Tabel 4.3Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian (Milyar Rp) PROGRAM ALOKASI (Rp. Milyar) TOTAL Sarana ,212.7 Perkeretaapian Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Prasarana dan 17, , , , , ,673.8 Fasilitas Pendukung Kereta Api Bidang Keselamatan Perkeretaapian Dukungan Manajemen & Dukungan Teknis lainnya TOTAL 19, , , , , ,325.5 Keterangan: - Kebutuhan biaya sarana belum memasukkan pengadaan sarana yang dilakukan oleh Swasta - Item prasarana (kegiatan prioritas) mencakup penanganan perlintasan sebidang (underpass, fly over, elevated track, elektrifikasi, dlsb) dalam rangka peningkatan keselamatan, kapasitas, dan keandalan. Jika dilihat komposisi per bidang (untuk grand total), komposisi terbesar adalah untuk pembangunan prasarana perkeretaapian dengan prosentase sekitar 75,58%, kemudian sekitar 15,20% adalah untuk kegiatan prasarana prioritas (diantaranya: elektrifikasi, penanganan perlintasan sebidang, dll). Kegiatan untuk bidang lalu lintas dan angkutan mencapai 5,07% termasuk didalamnya adalah subsidi PSO dan perintis, dan pengadaan sarana sebanyak 3,41% khususnya untuk pengadaan kereta api kelas ekonomi, KRL dan KRD. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

100 Detail seluruh kebutuhan pembiayaan untuk setiap bidang tersebut disampaikan pada Lampiran PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN Skenario pembagian porsi pendanaan untuk penyelenggaraan bidang perkeretaapian pada Tahun disampaikan pada Gambar 4.1. Dengan asumsinya bahwa APBN perkeretaapian akan mendapatkan alokasi sekitar Rp. 12,5 Trilyun per tahun, maka dana tersebut hanya mencakup 26,6 % dari total seluruh kebutuhan. Selisih pendanaan ini akan ditutupi sekitar Rp. 14 Trilyun (5,9 %) oleh investasi BUMN PT. KAI, selanjutnya sekitar Rp 44,9 Trilyun diharapkan diperoleh dari proyek KPS perkeretaapian. Gambar 4.1Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian Dengan komposisi pendanaan tersebut, masih tersisa kesenjangan pendanaan sekitar Rp 112,9 Trilyun (48,4%) yang harus dicari dari sumber-sumber pembiayaan yang lainnya. Berbagai skenario yang dapat dimaksimalkan diantaranya adalah melalui peningkatan fiscal-space Pemerintah dari pengalihan subsidi BBM, hibah dan bantuan luar negeri, potensi penghematan dari proyek KPS, serta pengaplikasian skema pembiayaan alternatif (khususnya PBAS). Akan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

101 sangat baik jika dikembangkan bank infrastruktur sebagaimana dicanangkan oleh Presiden untuk membantu pembiayaan proyek perkeretaapian. 4.3 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN PULAU SUMATERA Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sumatera meliputi : 1. Pembangunan jaringan KA Trans Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam Lampung) yang direncanakan dengan beban gandar ton dengan lebar spoor 1067 mm (kecuali jalur KA di Aceh); 2. Pengembangkan jaringan kereta api untuk angkutan barang yang potensial (semen, CPO, karet, kayu, batubara, pulp) untuk mewujudkan transportasi yang efektif dan efisien termasuk berbiaya murah dan hemat energi; 3. Pengembangan jaringan kereta api untuk angkutan penumpang untuk memenuhi potensi pasar di kota-kota besar diantaranya dengan kereta api perkotaan seperti di Medan, Padang dan Palembang; 4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara dalam rangka mendukung integrasi antar moda; 5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan, modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang. Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sumatera kurun waktu difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar berikut. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

102 Gambar 4.2Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sumatera PULAU JAWA Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Jawa meliputi upaya untuk: 1. Optimalisasi jalur kereta api lintas selatan melalui pembangunan jalur KA untuk meningkatkan kapasitas lintasdan lintas utara jawa melalui pengembangan prasarana KA untuk peningkatan kecepatan menjadi 150 km/jam; 2. Pengembangan jaringan kereta api perkotaan yang akan dikembangkan pada kota Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya untuk mendukung pergerakan orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan efisien; 3. Menghidupkan kembali lintas KA dan meningkatkan kapasitas jaringan prasarana KA secara bertahap serta modernisasi sistem persinyalan dan telekomunikasi untuk mendukung optimalisasi peran moda KA di Pulau Jawa; 4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara dalam rangka mendukung integrasi antar moda; RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

103 5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan, modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang; 6. Meningkatkan share pada moda kereta api terutama untuk penumpang kereta api di Pulau Jawa dengan peningkatan pelayanan perjalanan kereta api agar bisa kompetitif dengan moda lainnya; 7. Pembangunan kereta api cepat atau High Speed Rail (HSR) antara Jakarta - Bandung. Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Jawa kurun waktu difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar berikut. Gambar 4.3Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

104 4.3.3 PULAU KALIMANTAN Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Kalimantan meliputi upaya pembangunan jaringan kereta api yang memiliki kapasitas tinggi, handal, cepat dan murah dengan titik berat untuk angkutan barang dan tidak menutup kemungkinan untuk angkutan penumpang. Adapun pembangunan jaringan tersebut berupa akses dari sentra produksi (tambang, perkebunan, perhutanan) menuju outlet terdekat (pelabuhan, angkutan sungai). Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Kalimantan kurun waktu melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan merangsang pertumbuhan wilayah dengan menghubungkan antar ibukota Provinsi (trans Kalimantan) di Pulau Kalimantan. Adapun pembangunan perkeretaapian di pulau Kalimantan melalui peran Pemerintah Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta sebagaimana pada gambar berikut. Gambar 4.4Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan PULAU SULAWESI Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sulawesi meliputi upaya pembangunan jaringan kereta api yang berkapasitas tinggi, berkecepatan tinggi, berbiaya murah dan hemat energi baik angkutan penumpang dan barang untuk RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

105 memenuhi kebutuhan pergerakan/transportasi dan merangsang pertumbuhan wilayah. Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi bagian utara dan Sulawesi bagian selatan yaitu lintas Manado Bitung, Makassar Parepare, Gorontalo Bitung, Gorontalo Palu Mamuju dan Mamuju Pare-pare serta pengembangan jaringan kereta api pada kawasan perkotaan metropolitan diantaranya Makassar Maros Sungguminasa Takalar dan perkotaan Manado. Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.5Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi PULAU PAPUA Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di PulauPapua adalah untuk menghubungkan wilayah/kota yangmempunyai potensi angkutan penumpang dan/atauangkutan barang hasil tambang, perkebunan dan pertanian termasuk integrasi antarmoda (bandara/pelabuhan). RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

106 Pada tahun direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana perkeretaapian meliputi jalur, stasiundan fasilitas operasi kereta api, diantaranya meliputi: 1. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota pada lintas Sorng Manokwari (tahap 1) di Provinsi Papua Barat dan Jayapura Sarmi Segmen Jayapura Bandara Sentani di Provinsi Papua; 2. Pengembangan layanan kereta api perintis. Gambar 4.6Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Papua RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem transportasi yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi, efektivitas dan kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu melahirkan sistem transportasi yang berdaya saing tinggi. Upaya keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara lain ketersediaan angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

107 Pada tahun direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana perkeretaapian yang terintegrasi dengan Pelabuhan dan Bandara sebagai simpul transportasi dengan rincian lokasi sebagaimana pada gambar berikut. Gambar 4.7Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

108 Gambar 4.8Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN Sektor swasta (private sector) pasca pemberlakuan UU No, 23 Tahun 2007 diharapkan dapat berperan terhadap pengembangan perkeretaapian nasional melalui era multi operator (open access). Sektor swasta bersama-sama dengan pihak Pemerintah daerah dan BUMN dapat berperan sebagai investor, operator, dan pemilik infrastruktur/sarana yang memiliki pengaruh terhadap sistem manajemen perkeretaapian. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap era multi operator (open access) antara lain : 1. Tuntutan terhadap keterbukaan operasi sarana dan prasarana KA bagi swasta melalui multi operator, dimana operator tidak lagi diselenggarakan melalui monopoli tetapi melibatkan stakeholder lain sebagai penyelenggara operasi (operator); 2. Derajat kepemilikan pemerintah (state owned) dan swasta (private owned) bergeser dari kepemilikan sarana dan prasarana yang didominasi pemerintah menjadi campuran antara kepemilikan pemerintah dan/atau swasta; RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

109 3. Tuntutan terhadap keterbukaan akses operasi infrastruktur dan pelayanan angkutan melalui skema open access yang berpengaruh terhadap pelaksanaan multioperator dalam pengadaan dan pengoperasian infrastruktur dan pelayanan angkutan; 4. Kompetisi (level of competitiveness) penuh menjadi konsekuensi dari keterbukaan bisnis perkeretaapian kepada sektor swasta (private sector). Kegiatan pembangunan perkeretaapian yang diminati oleh pihak swasta/pemda/bumn dapatmenggunakan skema kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) diantaranya pengembangan KA bandara, angkutan massal perkotaan serta angkutan batubara di Sumatera maupun di Kalimantan.Rencana pembangunan jalur KA oleh swasta/pemda/bumn dalam kurun waktu diantaranya : 1. Pembangunan Jalur Kereta Api Cepat/high speed railway (HSR) antara Jakarta - Bandung 2. Pembangunan Jalur KA Bandara Soekarno Hatta (express line) 3. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Puruk Cahu - Mangkatib/Batanjung, Kalteng 4. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Muara Wahau Lubuk Tutung/Muara Bengalon, Kaltim 5. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Murung Raya Kutai Barat Paser Penajam Paser Utara Balikpapan, Kaltim 6. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Tj. Enim Tj. Api-Api, Sumsel 7. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Muara Enim Pulau Baai, Sumsel dan Bengkulu 8. Pembangunan LRT/Monorel/MRT DKI Jakarta 9. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Bandung 10. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Semarang 11. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Yogyakarta 12. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Surabaya 13. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Denpasar 14. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Makassar 15. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Batam RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

110 BAB 5 PENUTUP Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai mandat dari dokumen perencanaan terkait dan juga penugasan kepada Ditjen Perkeretaapian sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Dalam 5 tahun ke depan, perkeretaapian nasional akan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kesenjangan ekonomi dan kependudukan, lanjutan proses reformasi birokrasi, keterbatasan pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah, transformasi teknologi perkeretaapian dan TIK, kelangkaan energi dan penurunan daya dukung lingkungan, hingga persaingan ekonomi global. Pada satu sisi transportasi kereta api diharapkan dapat menjadi media bagi pemerataan pembangunan dan hasilnya ke semua wilayah Republik Indonesia, di sisi lain transportasi kereta api harus dapat menyediakan pelayanan yang berdaya saing dan handal. Namun demikian, kapasitas sumber daya yang dimiliki (SDM, sarana, prasarana, dan pendanaan) dirasakan sangat terbatas untuk dapat menjalankan berbagai peran strategis perkeretaapian tersebut. Oleh karenanya, dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian ini perlu ditempatkan sebagai sebuah dokumen perencanaan kinerja sektor perkeretaapian, yang dalam pelaksanaannnya membutukan peran serta dari seluruh stakeholdersterkait. Berbagai target capaian kinerja maupun rencana investasi yang dimuat di dalam dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian ini secara umum masih bersifat indikatif, di mana perlu mendapatkan pendetailan lebih lanjut di dalam perencanaan kinerja dan anggaran tahunan. Potensi adanya deviasi terhadap capaian target pendanaan maupu target kinerja masih cukup besar, namun demikan perlu dicatat bahwa pencapaian target tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian target pembangunan nasional secara keseluruhan, karena ketersediaan jaringan dan kualitas layanan transportasi kereta api akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional dalam 5 tahun ke depan, terutama untuk interaksi di dalam pulau. Berbagai agenda pengembangan yang dicanangkan oleh Presiden khususnya untuk menciptakan sistem angkutan massal terintegrasi baik perkotaan maupuan antar kota, sudah diakomodir di dalam dokumen Renstra ini. Beberapa inisiatif kebijakan untuk peningkatan konektivitas, keselamatan, daya saing, dan juga RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

111 peningkatan kinerja layanan perkeretaapian sudah dijadikan sebagai arah kebijakan utama di dalam pengembangan perkeretaapian pada Renstra ini. Untuk menjalankan semua agenda yang tertera di dalam Renstra Ditjen Perkeretaapian ini, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan, sinkronisasi regulasi, dan berbagai upaya lainnya, khususnya untuk dapat menarik investasi di bidang perkeretaapian serta pelaksanaan fungsi regulator di masa datang. Kebutuhan pembiayaan bidang perkeretaapian yang sedemikian besar, tidak akan terpenuhi seluruhnya oleh APBN, sehingga berbagai potensi alternatif pembiayaan perlu diupayakan, khususnya melalui skema KPS. 5.1 ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian ini merupakan acuan bagi pelaksanaan program dan kegiatan seluruh Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk Tahun Anggaran 2015 sd Diharapkan setiap Unit Kerja Eselon II dan Unit Kerja Mardiri di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian dapat menyusun Rencana Strategis masingmasing dengan mengacu pada dokumen ini. Dalam rangka mengimplementasikan berbagai target dan rencana dalam Renstra Ditjen Perkeretaapian ini di dalam program dan kegiatan tahunan, maka setiap Unit Kerja diharapkan menyusun Rencana Kerja (Renja) serta RKA (Rencana Kegiatan dan Anggaran) dengan mengacu kepada prioritas program dan kebijakan pada dokumen Renstra ini. Kinerja setiap pimpinan Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk Tahun akan dinilai berdasarkan pencapaian target kegiatan serta pencapaian target kinerja sebagaimana dituangkan dalam dokumen Renstra ini. Setiap pimpinan Unit Kerja diwajibkan untuk mengusulkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) di awal tahun anggaran sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja dengan memperhatikan susunan target dan capaian kegiatan dan kinerja dalam dokumen Renstra ini. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

112 5.2 MEKANISME EVALUASI RENSTRA Tidak ada kesempurnaan mutlak dari suatu dokumen, sehingga Renstra Ditjen Perkeretaapian ini dapat ditinjau ulang selama masa berlakunya jika terdapat perubahan yang mendasar di dalam perkembangan lingkungan strategis dan munculnya isu strategis yang signifikan sedemikian sehingga mengharuskan adanya penyesuaian dalam arah kebijakan maupun rencana program/kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Evaluasi atas pelaksanaan Renstra Ditjen Perkeretaapian ini setidaktidaknya dilakukan satu kali dipertengahan masa berlakunya (pertengahan Tahun 2017) untuk mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan dan target kinerja yang ditetapkan, serta menyesuaikan daftar program dan kegiatan yang diperlukan dalam rangka mencapai target secara keseluruhan di akhir masa perencanaan (Tahun 2019). Adapun evaluasi tahunan terhadap pelaksanaan dari Renstra Ditjen Perkeretaapian ini dilaporkan melalui LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Ditjen Perkeretaapian yang disampaikan kepada Menteri Perhubungan melalui Sekretariat Jenderal, untuk selanjutnya dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal. Laporan Hasil Evaluasi (LHE) atas LAKIP Ditjen Perkeretaapian merupakan bagian dari penilaian prestasi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian. RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN

113 LAMPIRAN I. INDIKATOR KINERJA UTAMA RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN NO. SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) SATUAN TAHUN 2014 (BASELINE) TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN CAPAIAN S/D 2019 KETERANGAN I. Keselamatan dan Keamanan 1 Menurunnya angka kecelakaan transportasi 2 Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi II. Pelayanan 3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi a) Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional Transportasi Perkeretaapian b) Jumlah pedoman standar keselamatan Ratio kecelakaan/ 1 juta km IKU KEMENHUB Transportasi perkeretaapian Dokumen IKU KEMENHUB c) Jumlah sarana dan prasarana keselamatan Transportasi perkeretaapian Unit IKU KEMENHUB 1) Tingkat Ketersediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian Unit IKU KEMENHUB 2) Tingkat Ketersediaan ATP Unit IKU KEMENHUB 3) Jumlah Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Lokasi IKU DITJEN PERKERETAAPIAN d) Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Sertifikat IKU DITJEN PERKERETAAPIAN e) Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi Transportasi perkeretaapian (pelemparan batu) Jumlah Kejadian / Tahun n/a IKU KEMENHUB f) Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi Transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen IKU KEMENHUB g) Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik Tahun n/a IKU DITJEN negara (IMO) PERKERETAAPIAN h) Jumlah penumpang KA PSO Pnp/tahun 249,197, ,795, ,693, ,040,206 1,261,560,309 1,892,340,463 4,929,430,095 9,485,064,543 IKU DITJEN PERKERETAAPIAN 4 Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance i) Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan Transportasi perkeretaapian Prosentase (%) n/a IKU KEMENHUB 5 Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi. j) Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat diturunkan Transportasi Perkeretaapian Juta ton CO2e IKU KEMENHUB k) Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan III. Kapasitas Transportasi 6 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda Transportasi Perkeretaapian Lokasi IKU KEMENHUB m) Peningkatan kapasitas prasarana: Terbangunnya jalur kereta api Km'sp 5, ,258 8,692 IKU KEMENHUB n) Peningkatan kapasitas sarana: Jumlah sarana kereta api Unit IKU KEMENHUB o) Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi Transportasi Perkeretaapian Proyek n.a IKU KEMENHUB 7 Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya wilayah timur Indonesia p) Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute IKU KEMENHUB q) Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis menjadi komersial Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute n/a IKU KEMENHUB 8 Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan r) Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan kereta api Transportasi Perkeretaapian Lokasi IKU KEMENHUB

114 KEGIATAN STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN LAMPIRAN II. RINCIAN KEGIATAN STRATEGIS NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) A Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana & Fasilitas Pendukung KA 17,773,694,568 38,415,400,000 44,992,100,011 62,182,300,317 64,310,400, ,673,894,902 Rehabilitasi/Peningkatan Jalan Rel/Emplasemen Km'sp 554,578, Km'sp 605,895, Km'sp 772,938, Km'sp 1,198,397, Km'sp 1,518,243, , Km'sp 4,650,052,294 KORIDOR PULAU SUMATERA Km'sp 188,832, Km'sp 189,037, Km'sp 192,580, Km'sp 284,092, Km'sp 289,543, Km'sp 1,144,085,144 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.65 Km'sp 20,000, Unit 20,000,000 Binjai - Besitang, Sumut 5.75 Km'sp 27,240, Unit 27,240,177 Medan - Araskabu - Tebingtinggi, Sumut Km'sp 244,543, Unit 244,543,030 Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut Km'sp 66,500, Km'sp 12,000, Unit 78,500,000 Medan - Belawan, Sumut 9.50 Unit 39,919, Km'sp 39,919,354 Bukitputus - Indarung, Sumbar Unit 45,000, Km'sp 45,000, Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam Unit 82,746,146 - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 6.58 Km'sp 25,308, Km'sp 57,437, Prabumulih - Kertapati, Sumsel Km'sp 99,600, Unit 471,292, Km'sp 99,600, Km'sp 272,092,149 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 0.80 Km'sp 32,000, Unit 32,000,000 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 0.20 Unit 10,000, Km'sp 10,000,000.0 Waytuba - Tarahan, Lampung 4.0 Km'sp 16,480, Unit 92,844, Km'sp 76,364,288 KORIDOR PULAU JAWA Km'sp 365,746, Km'sp 416,857, Km'sp 580,358, Km'sp 914,304, Km'sp 1,228,700, Km'sp 3,505,967,150 Rangkasbitung - Merak Km'sp 149,185, Km'sp 157,548, Unit 306,733,894 Tanah Abang - Rangkasbitung Km'sp 46,473, Km'sp 38,014, Unit 84,487,995 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 1.30 Km'sp 5,147, Unit 5,147,842 Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai Km'sp 9,481, Unit 9,481,141 Jakarta Kota - Tanjung Priok/JICT Km'sp 21,947, Unit 21,947,397 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor, Jabodatebek 9.20 Km'sp 10,000, Km'sp 28,048, Km'sp 35,700, Km'sp 54,420, Km'sp 54,420, Unit 182,590,727 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang Km'sp 94,507, Km'sp 59,000, Km'sp 147,381, Km'sp 18,993, Unit 319,882,023 Cicalengka - Banjar 13.2 Km'sp 23,060, Km'sp 203,849, Km'sp 30,852, Unit 257,762,258 Cikampek - Padalarang 1.00 Km'sp 1,675, Km'sp 61,134, Unit 62,810,388 Cirebon - Brebes - Tegal 1.10 Km'sp 11,868, Km'sp 2,385, Km'sp 13,244, Unit 27,498,076 Tegal - Pekalongan - Semarang - Bojonegoro 0.90 Km'sp 5,423, Km'sp 50,000, Unit 55,423,567 Tegal - Prupuk 38.5 Km'sp 73,902, Unit 73,902,275 Banjar - Kroya Km'sp 68,249, Unit 68,249,716 Cirebon - Kroya (penataan emplasemen) 4.80 Km'sp 40,438, Unit 40,438,487 Semarang - Gundih 26.0 Km'sp 130,000, Km'sp 130,000, Unit 260,000,000 Gundih - Solo 7.00 Km'sp 40,000, Km'sp 103,000, Unit 143,000,000 Solo - Yogyakarta 9.49 Km'sp 14,330, Unit 14,330,101 Kutoarjo - Purworejo 11.0 Km'sp 55,000, Unit 55,000,000 Madiun - Surabaya 25.5 Km'sp 127,500, Km'sp 127,500, Unit 255,000,000 Purwosari - Wonogiri 16.0 Km'sp 80,000, Km'sp 80,000, Unit 160,000,000 Kandangan - Indro 10.0 Km'sp 50,000, Unit 50,000,000 Bojonegoro - Surabaya - Bangil 9.90 Km'sp 38,705, Km'sp 185,000, Unit 223,705,276 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi Km'sp 73,075, Km'sp 36,334, Km'sp 91,950, Km'sp 53,198, Unit 254,558,615 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 9.80 Km'sp 44,017, Km'sp 265,000, Km'sp 265,000, Unit 574,017,372 Pembangunan Jalan Rel/Emplasemen Km'sp 8,928,460, Km'sp 25,845,945, Km'sp 32,222,076, Km'sp 49,419,982,006 1, Km'sp 51,390,049,337 3, Km'sp 167,806,513,101 KORIDOR PULAU SUMATERA Km'sp 2,774,330, Km'sp 7,827,280, Km'sp 10,869,596, Km'sp 17,941,733, Km'sp 24,276,552,590 1, Km'sp 63,689,493,819 Sigli - Bireun - Lhokseumawe, Aceh Km'sp 136,078, Km'sp 1,326,960, Km'sp 1,191,960, Km'sp 2,654,999,999 Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) 1 Pkt 2,905,000,000 1 Pkt 1,627,080, Pkt 4,532,080,959 Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1 Pkt 1,435,000,000 1 Pkt 1,435,000, Pkt 2,870,000,000 Medan - Bandar Khalifah, Sumut (Jalur KA Layang) 1,00 Pkt 600,000, Km'sp 1,430,000, Km'sp 2,030,000,000 Bandar Khalifah - Araskabu (jalur ganda), Sumut Km'sp 115,572, ,00 Pkt 60,799, Km'sp 176,372,426 Araskabu - Kualanamu (jalur ganda), Sumut 4.00 Km'sp 55,057, Km'sp 55,057,998 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut (termasuk emplasemen) 7.20 Km'sp 90,000, Km'sp 198,500, Km'sp 288,500,000 Binjai - Besitang (Reaktivasi) Km'sp 529,174, Km'sp 529,174,805 Medan - Gabion/Belawan, Sumut (elevated track) 6.2 Km'sp 1,597,063, Km'sp 2,067,300, Km'sp 470,236,107.0 Rantauprapat-Duri-Dumai 1,00 Pkt 209,280, Km'sp 1,015,000, Km'sp 2,100,000, Km'sp 2,100,000, Km'sp 3,500,000, Km'sp 8,924,280,000 Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1 Pkt 35,000, Pkt 35,000,000 Siantar - Prapat & Medan - Deli Serdang - Karo (tahap 1) 1 Pkt 140,000, Pkt 140,000,000

115 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro Km'sp 1,600,000, Km'sp 1,920,000, Km'sp 1,260,000, Km'sp 4,780,000,000 Duri - Pekanbaru 45.1 Km'sp 1,802,000, Km'sp 1,802,000, Km'sp 3,604,000,000 Duku - Bandara Internasional 2.64 Km'sp 57,451,600 Minangkabau (BIM) 2.64 Km'sp 22,451,600 1,00 Pkt 35,000, Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi) 6.70 Km'sp 25,943, Km'sp 25,943,625 Padang - Pulo Aer, Sumbar (reaktivasi) 1 Pkt 102,000, Pkt 102,000,000 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1 Pkt 780,000, Pkt 780,000,000 Muaro Kalaban - Muaro- Logas, Sumbar (reaktivasi) 1,00 Pkt 5,787, Km'sp 104,000, Km'sp 109,787,976 Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1 Pkt 276,000,000 1 Pkt 276,000,000 Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep Km'sp 1,236,300,000 Riau 6.00 Km'sp 336,300, Km'sp 400,000, Km'sp 500,000,000 Pekanbaru - Jambi 65.0 Km'sp 1,625,000, Km'sp 2,763,928, Km'sp 11,600,000, Km'sp 7,211,071,631 Jambi - Palembang 54.5 Km'sp 1,362,500, Km'sp 1,907,500, Km'sp 3,815,000, Km'sp 7,085,000,000 Muara Enim - Lahat, 1,00 Pkt 334,500, Km'sp 764,504, Km'sp 1,099,004,834 Sumsel (Jalur Ganda) Baturaja - Martapura, Sumsel (Jalur Ganda) Km'sp 857,639,597 1,00 Pkt 334,500, Km'sp 523,139, Prabumulih - Kertapati (jalur ganda), Sumsel 1,00 Pkt 792,000, Km'sp 92,800, Km'sp 797,100, Km'sp 796,300, Km'sp 935,400, Km'sp 3,413,600,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Pembangunan LRT Provinsi Palembang 1 Pkt 70,000, Pkt 70,000, Pkt 70,000, Pkt 210,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1 Pkt 5,000, Pkt 5,000,000 Rejosari - Tarahan, Lampung (jalur KA layang tahap pertama) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 3.0 Km'sp 120,000, Km'sp 120,000,000 Cempaka - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 24.5 Km'sp 857,500, Km'sp 857,500, Km'sp 1,715,000, Km'sp 3,430,000,000 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 2.0 Km'sp 70,000, Km'sp 70,000,000 Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 KORIDOR PULAU JAWA - BALI Km'sp 5,339,129, Km'sp 17,178,665, Km'sp 15,282,479, Km'sp 15,647,248, Km'sp 10,618,496, Km'sp 64,066,019,282 Maja - Rangkasbitung (jalur ganda) Km'sp 99,491, Km'sp 210,461, Km'sp 309,952,695 Maja - Rangkasbitung (Test Track) 10.0 Km'sp 350,000, Km'sp 350,000,000 Rangkasbitung - Merak (jalur ganda) 33.7 Km'sp 1,297,928, Km'sp 821,997, ,00 Pkt 123,098, Km'sp 2,243,024,924 Cilegon - Anyer Kidul (Reaktivasi) 1 Pkt 189,919, Pkt 189,919,588 Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (Reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Tonjong - Pelabuhan Bojonegara 1 Pkt 2,500, Pkt 2,500,000 QW Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok Jati (Jalur KA Layang Loopline Jabodetabek) Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas perkeretaapian) --> Paket A dan B1 (SBSN) 1,00 Pkt 700,000,000 1,00 Pkt 1,908,000, Km'sp 3,339,000, Km'sp 2,862,000, Km'sp 732,000, Km'sp 9,541,000,000 1,00 Pkt 1,590,000, Km'sp 1,384,000, Km'sp 2,974,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas 1,00 Pkt 562,604,504 1,00 Pkt 562,604,504 perkeretaapian) --> PHLN Citayam - Nambo (jalur ganda) 1 Pkt 130,500, Pkt 130,500,000 Pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi 1 Pkt 70,000, Pkt 1 Pkt 70,000, Pkt 140,000,000 Pembangunan HST Jakarta - Bandung 1 Pkt 300,000, Pkt 1 Pkt 300,000, Pkt 300,000, Pkt 900,000,000 Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang - Citayam Km'sp 800,000, Km'sp 800,000,000 Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap 1 Pkt 1,031,250, Pkt 1,031,250, Pkt 2,062,500,000 pertama) Bogor - Sukabumi (jalur langsir/emplasemen) 1,00 Pkt 5,739, ,00 Pkt 5,739,558 Cibungur - Tanjungrasa, Jabar (termasuk penataan emplasemen) 1,00 Pkt 26,732, Km'sp 122,033, Km'sp 148,765,945 Cikarang - Pelabuhan Cilamaya (tahap 1) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Cikampek - Padalarang (jalur ganda) 23.5 Km'sp 920,000, Km'sp 920,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka (termasuk elektrifikasi) 1,00 Pkt 97,805, Km'sp 968,400, Km'sp 968,400, Km'sp 1,008,400, Km'sp 3,043,005,000 Rancaekek - Tanjungsari (Reaktivasi) 11.0 Km'sp 238,000, Km'sp 238,000,000 Tanjungsari - Kertajati 24.0 Km'sp 735,500, Km'sp 735,500, Km'sp 1,471,000,000 Reaktivasi jalur KA antara Cirebon - Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru antara Kadipaten - 1 Pkt 1,675,000, Pkt 1,675,000,000 Bandara Kertajati Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.5 Km'sp 114,395, Km'sp 211,893, ,00 Pkt 32,280, Km'sp 358,569,116 Cicalengka - Banjar - Kroya (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 269,748, Pkt 2,771,541,000 1 Pkt 395,000,000 1 Pkt 3,436,289,000 Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1,00 Pkt 134,916,082 1,00 Pkt 760,800, Km'sp 302,755, Km'sp 1,198,471,582 Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan) Km'sp 150,000, Km'sp 150,000,000 Kroya - Kutoarjo 1,00 Pkt 957,664,420 1,00 Pkt 897,327, Km'sp 385,143, Km'sp 2,240,135,035 Kedungjati - Tuntang (reaktivasi) Km'sp 165,000, Km'sp 165,000,000 Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas (reaktivasi) 1,00 Pkt 35,000, Km'sp 60,000, Km'sp 95,000,000 Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang - Alastua (jalur KA layang) 7.1 Km'sp 2,167,670, Km'sp 2,167,670,000 Solo - Semarang (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 585,000, Pkt 785,000,000 1 Pkt 3,150,000,000 1 Pkt 4,520,000,000 Yogyakarta - Magelang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 KA Bandara Kulonprogo (tahap 1) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000

116 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Kutoarjo - Purworejo (emplasemen) 1 Pkt 7,160, Pkt 7,160,090 Shortcut Solo Kota - Solo Jebres 1 Pkt 89,100, Pkt 89,100,000 Surabaya - Kalimas & Sidotopo (jalur ganda) 3.00 Km'sp 56,474, Km'sp 56,474,420 Jombang - Babat - Tuban (reaktivasi) Km'sp 2,562,830, Km'sp 342,830, Km'sp 1,260,000, Km'sp 960,000,000.0 Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong 7.0 Km'sp 210,000, Km'sp 210,000,000 Solo - Paron 23.0 Km'sp 800,530, Km'sp 3,124,898,795 1,00 Pkt 723,297, Km'sp 800,541, Km'sp 800,530,000.0 Paron - Madiun 1,00 Pkt 122,754, Km'sp 287,500, Km'sp 287,500, Km'sp 697,754,002 (jalur ganda), Jatim (termasuk emplasemen) Madiun - Mojokerto - Wonokromo 1 Pkt 417,752, Km'sp 800,000, Km'sp 1,200,000, Km'sp 3,555,355, Km'sp 5,973,107,384 Perkotaan Surabaya (Reaktivasi Tram Kalimas - Wonokromo, Jalur Ganda Wonokromo - Sidoarjp, KA 17.1 Km'sp 2,289,140, Km'sp 2,413,004,100 1,00 Pkt 123,863,173 Bandara Juanda) Tulangan - Gununggangsir 20.0 Km'sp 600,000, Km'sp 600,000,000 Kalisat - Panarukan (reaktivasi) 1 Pkt 80,496,105 tahap pertama 1 Pkt 80,496, Bangil - Banyuwangi (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 1,890,000, Pkt 3,000,000,000 1 Pkt 97,547,172 1 Pkt 4,987,547,172 Bandara Ngurah Rai Denpasar - Mengwi, Gilimanuk - Padang Bai tahap pertama 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 KORIDOR PULAU SULAWESI Km'sp 815,000, Km'sp 840,000, Km'sp 6,070,000, Km'sp 6,649,000, Km'sp 6,285,500, Km'sp 20,659,500,000 Makassar - Pare-Pare Km'sp 815,000, Km'sp 840,000, Km'sp 2,550,000, Km'sp 4,205,000,000 Manado - Bitung Km'sp 640,000, Km'sp 1,920,000, Km'sp 640,000, Km'sp 640,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1 Pkt 2,880,000, Km'sp 4,320,000, Km'sp 3,500,000, Km'sp 10,700,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju - Palu - Isimu (tahap pertama) 1 Pkt 1,689,000,000 1 Pkt 1,970,500, Pkt 3,659,500,000 Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1 Pkt 175,000, Pkt 175,000,000 KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp Km'sp 6,557,000, Km'sp 7,584,500, Km'sp 14,141,500,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 98.2 Km'sp 3,437,000, Km'sp 3,437,000, Km'sp 6,874,000,000 Balikpapan - Samarinda 39.0 Km'sp 1,365,000, Km'sp 1,750,000, Km'sp 3,115,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan & Samarinda - Tanjung Redep - Batas Negara (tahap pertama) 1 Pkt 1,755,000, Pkt 2,047,500, Pkt 3,802,500,000 Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin & Palangkaraya - Sangau - Pontianak - Batas Negara (tahap pertama) 1 Pkt 350,000, Pkt 350,000,000 KORIDOR PULAU PAPUA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp Km'sp 2,625,000, Km'sp 2,625,000, Km'sp 5,250,000,000 Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 50.0 Km'sp 2,625,000, Km'sp 2,625,000, Km'sp 5,250,000,000 Pengadaan Material Rel (termasuk wesel Loan China) 2, Km'sp 1,711,067, Km'sp 1,303,989, Km'sp 761,877, Km'sp 1,015,273, Km'sp 1,015,273, , Km'sp 5,807,481,106 Pengadaan Material Wesel (termasuk Loan China) Unit 55,000, Unit 82,614, Unit 121,302, Unit 161,601, Unit 161,601, , Km'sp 582,120,076 Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over Unit 349,015, Unit 384,349, Unit 440,791, Unit 460,000, Unit 520,000, Km'sp 2,154,155,751 KORIDOR PULAU SUMATERA Unit 248,561, Unit 102,740, Unit 133,830, Unit 160,000, Unit 180,000, Unit 825,132,725 Binjai - Besitang, Sumut 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Medan - Binjau, Sumut 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Medan - Araskabu - Tebingtinggi, 7.00 Unit 2,000,000 Sumut 2.00 Unit 562, Unit 1,437, Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut 4.00 Unit 60,000, Unit 40,000, Unit 20,000,000 Tebingtinggi - Siantar, Sumut 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tanjungbalai - Kisaran - Rantauprapat, Sumut 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Medan - Belawan, Sumut 4.00 Unit 60,000, Unit 40,000, Unit 20,000,000 Pariaman - Naras, Sumbar 4.00 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 20,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam 2.0 Unit 40,000, Unit 60,000,000 - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 Padangpanjang - Payakumbuh, Sumbar 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Muarkalaban - Muaro, Sumbar 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Padang - Lubukalung - Pariaman, Sumbar 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Padang - Bukitputus - Indarung/Telukbayur, Unit 92,567,466 Sumbar 3.00 Unit 78,736, Unit 13,830,529.0 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Unit 2,883, Unit 22,883, Unit 20,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 2.0 Unit 20,000, Unit 35,500, Unit 15,500, Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat 7.00 Unit 54,650,863 - Lubuk Linggau, Sumsel 4.00 Unit 28,848, Unit 5,802, Unit 20,000,000 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, 7.00 Unit 157,530,692 Lampung 5.00 Unit 137,530, Unit 20,000,000 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000 KORIDOR PULAU JAWA Unit 100,453, Unit 281,608, Unit 306,960, Unit 300,000, Unit 340,000, Unit 1,329,023,026 Rangkasbitung - Merak 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 2.0 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 30,000,000

117 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 5.00 Unit 26,976, Unit 20,000, Unit 46,976,626 Cicalengka - Banjar 1.00 Unit 17,059, Unit 20,000, Unit 37,059,952 Cikampek - Padalarang 1.00 Unit 8,426, Unit 20,000, Unit 28,426,008 Cirebon - Brebes Unit 48,351, Unit 77,362, Unit 20,000, Unit 145,714,290 Jatinegara - Cikampek 3.0 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 30,000,000 Cikampek - Cirebon 5.0 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 30,000,000 Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Brebes - Tegal 3.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang Unit 27,097, Unit 53,144, Unit 39,837, Unit 120,079,153 Semarang - Bojonegoro 3.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tegal - Prupuk 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Banjar - Kroya 1.00 Unit 27,367, Unit 20,000, Unit 47,367,511 Cirebon - Kroya 1.00 Unit 7,450, Unit 20,000, Unit 27,450,730 Semarang - Gundih 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 14,238, Unit 14,626, Unit 57,392, Unit 20,000, Unit 106,257,992 Puwosari - Wonogiri 2.00 Unit 22,984, Unit 20,000, Unit 25,000, Unit 20,000, Unit 87,984,989 Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Kedungjati 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Solo - Madiun 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Madiun - Surabaya 5.0 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 30,000,000 Bojonegoro - Surabaya 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Surabaya - Bangil 5.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Unit 1,705, Unit 20,000, Unit 21,705,775 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 40,000, Unit 20,000, Unit 60,000,000 Pembangunan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over Unit 856,552, Unit 929,631, Unit 1,073,495, Unit 1,142,295, Unit 1,198,107, Unit 5,200,082,018 KORIDOR PULAU SUMATERA Unit 260,447, Unit 143,054, Unit 40,000, Unit 416,000, Unit 420,000, Unit 1,279,502,199 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.00 Unit 194,350, Unit 20,000, Unit 214,350,000 Lhokseumawe - Langsa, Aceh 2.00 Unit 30,000,000 (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000, Unit 20,000,000.0 Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000,000 Binjai - Besitang, Sumut Unit 30,000, Unit 30,000,000.0 Medan - Araskabu, Sumut 7.00 Unit 16,866, Unit 16,866,480 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000,000.0 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut Unit 17,383, Unit 17,383,019 Medan - Belawan, Sumut 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000,000.0 Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Unit 5,000, Unit 40,000, Unit 45,000,000 Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000, Unit 40,000, Unit 50,000,000 Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000,000 Padang - Duku - Lubuk Alung - Pariaman, Sumbar 8.0 Unit 321,000, Unit 331,000, Unit 10,000,000.0 Duku - BIM, Sumbar 1.00 Unit 10,000, Unit 10,000, Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 3.0 Unit 48,000, Unit 48,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.0 Unit 38,000, Unit 38,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang 1.00 Unit 5,000,000 - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.00 Unit 3,000, Unit 3,000, Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000.0 Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 5,000, Unit 20,000, Unit 25,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Unit 5,000, Unit 20,000, Unit 25,000,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Rejosari - Tarahan, Lampung (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 4.00 Unit 12,000, Unit 12,000, Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.00 Unit 20,000, Unit 20,000,000.0 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Unit 19,934, Unit 5,000, Unit 20,000, Unit 44,934,000

118 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Unit 11,914, Unit 12,054, Unit 5,000, Unit 20,000, Unit 48,968,700 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 KORIDOR PULAU JAWA Unit 596,104, Unit 786,576, Unit 1,033,495, Unit 686,295, Unit 558,107, Unit 3,660,579,819 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak Unit 144,011, Unit 20,000, Unit 164,011,233 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 5.00 Unit 61,171, Unit 37,396, Unit 47,705, Unit 20,000, Unit 166,274,169 Citayam - Nambo 3.00 Unit 160,500, Unit 160,500, Unit 321,000,000 Duri - Tangerang 1.00 Unit 27,416, Unit 10,000, Unit 37,416,676 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Unit 100,000, Unit 55,000, Unit 55,000, Unit 65,000, Unit 275,000,000 Cikarang - Cikampek 2.0 Unit 15,000, Unit 40,000, Unit 55,000,000 Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Unit 55,079, Unit 261,539, Unit 263,833, Unit 580,451,882 Cicalengka - Banjar 2.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Cikampek - Padalarang 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000, Unit 40,000,000 Cirebon - Brebes 2.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Cikampek - Cirebon 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Brebes - Tegal 2.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 2.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000,000 Semarang - Bojonegoro 2.00 Unit 8,800, Unit 10,000, Unit 18,800,060 Kedungjati - Tuntang 7.00 Unit 75,757, Unit 75,757,132 Tegal - Prupuk 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Banjar - Kroya 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 9.00 Unit 214,868, Unit 214,868,656 Cirebon - Kroya (underpass) 1.00 Unit 7,188, Unit 21,566, Unit 7,188, Unit 35,943,567 Semarang - Gundih 2.0 Unit 40,000, Unit 40,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 56,848, Unit 56,848, Unit 85,273, Unit 98,107, Unit 297,078,949 Puwosari - Wonogiri 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000,000 Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Solo - Paron Unit 224,638, Unit 430,335, Unit 654,973,400 Paron - Madiun Unit 121,225, Unit 121,225,164 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.0 Unit 20,000, Unit 80,000, Unit 100,000,000 Bojonegoro - Surabaya 1.00 Unit 295, Unit 32,483, Unit 10,000, Unit 42,778,931 Surabaya - Bangil 2.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.0 Unit 20,000, Unit 60,000, Unit 80,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 20,000, Unit 20,000, Unit 40,000,000 KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit - - Unit Unit 40,000, Unit 120,000, Unit 160,000,000 Makassar - Pare-Pare 2.0 Unit 40,000, Unit 40,000, Unit 80,000,000 Manado - Bitung 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit Unit 80,000, Unit 80,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000 KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit Unit 20,000, Unit 20,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000, Unit 20,000,000

119 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Rehabilitasi / Peningkatan Stasiun/Bangunan Operasional 6.00 Unit 37,963, Unit 47,018, Unit 51,146, Unit 55,314, Unit 56,000, Unit 247,443,280 KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit Unit 4,000, Unit 9,000, Unit 13,000,000 Aceh 1.0 Unit 2,000, Unit 2,000,000 Sumut 1.0 Unit 3,000, Unit 3,000,000 Sumbar 1.0 Unit 2,000, Unit 2,000,000 Sumsel 1.0 Unit 3,000, Unit 3,000,000 Lampung 1.0 Unit 3,000, Unit 3,000,000 KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Unit 37,963, Unit 47,018, Unit 51,146, Unit 51,314, Unit 47,000, Unit 234,443,280 Rangkasbitung - Merak 1.0 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 4.00 Unit 5,314, Unit 5,314,613 Jakarta Kota - Tj. Priok 1.00 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Duri - Tangerang 1.0 Unit 16,000, Unit 16,000,000 Citayam - Nambo 1.00 Unit 37,048, Unit 37,048,416 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 6,000, Unit 6,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Unit 6,829, Unit 6,829,200 Cirebon - Brebes 4.00 Unit 17,385, Unit 17,385,000 Cikampek - Cirebon 1.0 Unit 7,000, Unit 7,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 6.00 Unit 14,097, Unit 14,097,979 Kedungjati - Tuntang 3.00 Unit 26,051, Unit 26,051,611 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Unit 5,578, Unit 8,568, Unit 14,146,781 Puwosari - Wonogiri 1.00 Unit 5,569, Unit 5,569,680 Kutoarjo - Yogyakarta 1.0 Unit 7,000, Unit 7,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.0 Unit 7,000, Unit 7,000,000 Solo - Paron - Madiun 1.0 Unit 6,000, Unit 6,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 7,000, Unit 7,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Unit 7,000, Unit 7,000,000 Pembangunan Stasiun/Bangunan Operasional Unit 122,663, Unit 128,927, Unit 145,973, Unit 155,173, Unit 160,000, Unit 712,737,929 KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Unit 41,431, Unit 32,779, Unit 47,000, Unit 75,000, Unit 75,000, Unit 271,210,697 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Unit 7,500, Unit 5,000, Unit 5,000, Unit 17,500,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Medan - Araskabu - Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Unit 10,000, Unit 17,000, Unit 7,000, Rantauprapat-Duri-Dumai 2.00 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 10,000,000.0 Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.00 Unit 14,500, Unit 6,500, Unit 8,000,000.0 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam 1.00 Unit 5,000,000 - Padangpanjang, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Unit 21,405, Unit 21,405,251 Padang - Bukitputus - Indarung, 1.00 Unit 5,000,000 Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000, Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 2.00 Unit 20,000, Unit 10,000, Unit 10,000,000.0 Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000, Unit 20,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000, Unit 20,000,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 3.00 Unit 21,000, Unit 5,000, Unit 7,000, Unit 9,000, Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 2.00 Unit 7,525, Unit 7,525,917 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 2.00 Unit 7,279, Unit 7,279,529 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000,000.0 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 5,000, Unit 5,000,000 KORIDOR PULAU JAWA 9.00 Unit 81,232, Unit 96,148, Unit 88,973, Unit 60,173, Unit 15,000, Unit 341,527,232 Rangkasbitung - Merak 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 3.00 Unit 60,137, Unit 10,000, Unit 70,137,523 Cilegon - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Tonjong - Bojonegara 1.0 Unit 10,173, Unit 10,173,192 Citayam - Nambo 3.00 Unit 16,544, Unit 16,544,687.00

120 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Duri - Tangerang 1.00 Unit 49,842, Unit 49,842,187 Bogor - Sukabumi 1.00 Unit 10,000,000 - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 10,000, Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.0 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.0 Unit 18,973, Unit 18,973,877 Cirebon - Brebes 1.00 Unit 14,722, Unit 14,722,030 Kedungjati - Tuntang 2.00 Unit 10,000, Unit 5,000, Unit 5,000, Kroya - Kutoarjo 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Solo - Paron 1.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 10,000, Paron - Madiun 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000, Unit 20,000,000 Bojonegoro - Surabaya 7.00 Unit 21,133, Unit 6,372, Unit 14,761, Surabaya - Bangil - Klakah 1.00 Unit 10,000,000 - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 10,000,000.0 Kalisat - Panarukan 1.00 Unit 10,000, Unit 10,000,000.0 Bangil - Malang - Kediri 1.00 Unit 10,000,000 - Kertosono 1.0 Unit 10,000, KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000, Unit 60,000,000 Makassar - Pare-Pare 1.0 Unit 10,000, Unit 20,000, Unit 30,000,000 Manado - Bitung 1.00 Unit 10,000, Unit 10,000,000.0 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit Unit 30,000, Unit 30,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit Unit 10,000, Unit 10,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000, Unit 10,000,000 Rehabilitasi / Peningkatan Persinyalan & Telekomunikasi 7.00 Pkt 269,011, Pkt 353,687, Pkt 844,630, Pkt 866,878, Pkt 875,328, Pkt 3,209,536,676 KORIDOR PULAU SUMATERA 2.00 Pkt 68,604, Pkt 102,034, Pkt 69,559, Pkt 90,000, Pkt 120,000, Pkt 450,198,778 Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang, Sumbar 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 26,098, Pkt 26,098,211 Padang - Bukitputus - Indarung, 1.00 Pkt 30,000,000 Sumbar 1.00 Pkt 30,000, Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 69,559, Pkt 69,559, Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 52,964, Pkt 52,964, Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 16,030, Pkt 16,030,019 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 42,505, Pkt 33,040, Pkt 75,546,158 KORIDOR PULAU JAWA 5.00 Pkt 200,407, Pkt 251,652, Pkt 775,070, Pkt 776,878, Pkt 755,328, Pkt 2,759,337,898 Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 19,938, Pkt 67,160, Pkt 87,098,329 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 37,591, Pkt 56,387, Pkt 93,978,484 Jabodetabek (termasuk untuk 1.0 Pkt 437,397, Pkt 573,612, Pkt 488,989, Pkt 1,500,000,000 mendukung KA bandara Soetta Commuter Line) Citayam - Nambo 1.0 Pkt 50,000, Pkt 50,000,000 Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 68,864, Pkt 40,878, Pkt 109,742,756 Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 63,228, Pkt 63,228, Cangkring - Pelabuhan 1.00 Pkt 7,620,822 Cirebon 1.00 Pkt 7,620,822 Tegal - Pekalongan - Semarang 2.00 Pkt 107,149, Pkt 80,518, Pkt 26,630,652.0 Semarang - Tanjung Mas 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000, Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 18,822, Pkt 18,822,728 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1.00 Pkt 49,402, Pkt 111,263, Pkt 86,586, Pkt 247,253,204 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 101,192, Pkt 101,192, Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Madiun - Mojokerto - Wonokromo 1.00 Pkt 30,000,000 - Surabaya 1.00 Pkt 30,000, Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 68,000, Pkt 76,000, Pkt 40,624, Pkt 184,624,676 Kalisat - Panarukan 1.00 Pkt 56,901, Pkt 56,901,687 Bangil - Malang - Kediri 1.00 Pkt 30,000, Pkt 61,725,278 - Kertosono 1.00 Pkt 31,725,278

121 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Pembangunan Persinyalan dan Telekomunikasi Pkt 433,140, Pkt 446,635, Pkt 457,426, Pkt 465,428, Pkt 600,000, Pkt 2,402,630,597 KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Pkt 185,207, Pkt 193,963, Pkt 267,426, Pkt 215,340, Pkt 280,000, Pkt 1,141,937,819 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 90,000, Pkt 90,000,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 30,000, Pkt 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 76,172, Pkt 48,454, Pkt 124,626,335 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Pkt 35,340, Pkt 35,340,504 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Pkt 44,836, Pkt 33,163, Pkt 78,000,000 Medan - Belawan, Sumut 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Duri - Pekanbaru 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solo - Sawahlunto - Muarokalaban, Sumbar 2.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 5,336, Pkt 5,336,263 Padang Panjang - Bukit Tinggi 1.00 Pkt 30,000,000 - Payakumbuh, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Pkt 30,000, Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.00 Pkt 26,836, Pkt 26,836, Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 1.00 Pkt 40,000, Pkt 40,000, Pekanbaru - Jambi 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 5,336, Pkt 5,336, Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 19,356, Pkt 19,356,200 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 22,902, Pkt 38,860, Pkt 61,763,523 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 36,612, Pkt 78,565, Pkt 115,178,337 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, 1.00 Pkt 30,163,654 Lampung 1.00 Pkt 30,163,654 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Pkt 247,933, Pkt 252,671, Pkt 190,000, Pkt 220,087, Pkt 120,000, Pkt 1,030,692,778 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 12,586, Pkt 12,586,880 Citayam - Nambo 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Pkt 230,915, Pkt 92,366, Pkt 138,549, Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 65,428, Pkt 65,428,275.0 Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 24,900, Pkt 24,900,447 Cangkring - Pelabuhan 1.00 Pkt 24,659,496 Cirebon 1.00 Pkt 24,659,496 Brebes - Tegal 1.00 Pkt 17,684, Pkt 17,684, Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 36,049, Pkt 36,049,854 Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 78,856, Pkt 78,856, Banjar - Kroya 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Semarang - Gundih 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 34,259, Pkt 34,259,670 Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 50,000, Pkt 50,000,000.0 Kroya - Kutoarjo 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Solo - Paron - Madiun 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo 1.00 Pkt 40,000,000 - Surabaya 1.0 Pkt 40,000, Bojonegoro - Surabaya 4.00 Pkt 85,173, Pkt 30,178, Pkt 4,995, Pkt 50,000,000.0 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 30,178, Pkt 30,178,400 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 30,000, Pkt 30,000, KORIDOR PULAU SULAWESI - Pkt - - Pkt - - Pkt Pkt 30,000, Pkt 80,000, Pkt 110,000,000 Makassar - Pare-Pare 1.0 Pkt 30,000, Pkt 30,000,000 Manado - Bitung 1.00 Pkt 40,000, Pkt 40,000, Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000

122 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt Pkt 80,000, Pkt 80,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Balikpapan - Samarinda 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Rejabilitasi/Peningkatan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) Km'sp 70,278, Km'sp 35,000, Km'sp 90,000, Km'sp 90,000, Km'sp 118,438, Km'sp 403,716,977 KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - KORIDOR PULAU JAWA Km'sp 70,278, Km'sp 35,000, Km'sp 90,000, Km'sp 90,000, Km'sp 118,438, Km'sp 403,716,977 Tanah Abang - Serpong - Maja - Rangkasbitung 45.0 Km'sp 90,000, Km'sp 22,000, Km'sp 112,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang 44.9 Km'sp 35,000, Km'sp 44,000, Km'sp 79,000,000 Tanah Abang - Manggarai 6.0 Km'sp 12,000, Km'sp 12,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor Km'sp 70,278, Km'sp 18,000, Km'sp 15,838, Km'sp 104,116,977 Citayam - Nambo 14.3 Km'sp 28,600, Km'sp 28,600,000 Duri - Tangerang 19.0 Km'sp 38,000, Km'sp 38,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 15.0 Km'sp 30,000, Km'sp 30,000,000 Rejabilitasi/Peningkatan Gardu Listrik (Catu Daya) 1.00 Unit 36,076, Unit 26,251, Unit 15,000, Unit 15,000, Unit 15,000, Unit 107,328,340 KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 36,076, Unit 26,251, Unit 15,000, Unit 15,000, Unit 15,000, Unit 107,328,340 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan & Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1.00 Unit 15,000, Unit 15,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Unit 36,076, Unit 36,076,900 Citayam - Nambo 1.00 Unit 15,000, Unit 15,000, Duri - Tangerang 1.00 Unit 11,251, Unit 11,251,440 Manggarai - Jatinegara 1.00 Unit 15,000,000 - Bekasi - Cikarang 1.00 Unit 15,000, Pembangunan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) termasuk gardu listrik Km'sp 291,282, Km'sp 2,001,374, Km'sp 2,226,550, Km'sp 1,105,760, Km'sp 800,000, Km'sp 6,424,966,995 KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp Km'sp 830,000,000 - Km'sp - - Km'sp Km'sp 830,000,000 Medan - Araskabu - Kualanamu, Sumut (termasuk DIPO KRL) 27.0 Km'sp 830,000, Km'sp 830,000,000 KORIDOR PULAU JAWA Km'sp 291,282, Km'sp 2,001,374, Km'sp 1,396,550, Km'sp 1,105,760, Km'sp 800,000, Km'sp 5,594,966,995 Maja - Rangkasbitung - Merak 69.0 Km'sp 465,760, Km'sp 465,760,000 Tanah Abang - Rangkasbitung Km'sp 101,221,535 1,00 Pkt 39,603, Km'sp 140,824,935 Tanah Abang - Rangkasbitung 10.0 Km'sp 77,857, Km'sp 77,857,297 (Test Track) Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1,00 Pkt 43,421,400 1,00 Pkt 43,421,400 Citayam - Nambo Km'sp 300,300, Km'sp 300,300, Manggarai - Bekasi 17.0 Km'sp 530,020, Km'sp 530,020,669 - Cikarang Cikarang - Cikampek Km'sp 800,000, Km'sp 800,000, Padalarang - Bandung Km'sp 820,000,000 - Cicalengka 20.5 Km'sp 410,000, Km'sp 410,000,000.0 Yogyakarta - Solo 1,00 Pkt 643,593, Km'sp 346,550, Km'sp 1,136,782,694 QW 1,00 Pkt 146,639,453 Kutoarjo - Yogyakarta Km'sp 640,000, Km'sp 1,280,000, Km'sp 640,000,000 Peningkatan/Pembangunan Bangunan Khusus 1.00 Unit 16,938, Unit 52,500, Unit 35,000, Unit 19,976, Unit 29,276, Unit 153,690,695 KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit Unit 22,500, Unit 17,500, Unit 5,500, Unit 2,111, Unit 47,611,673 Sumut 1.0 Unit 7,500, Unit 10,000, Unit 17,500,000 Sumbar 2.00 Unit 7,611, unit 5,500, unit 2,111, Sumsel 1.00 Unit 7,500, Unit 7,500, Riau 1.0 Unit 7,500, Unit 7,500,000 Jambi 1.00 Unit 7,500, Unit 7,500,000.0

123 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 16,938, Unit 22,500, Unit 13,000, Unit 5,476, Unit 11,000, Unit 68,914,042 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak, termasuk bangunan dan fasilitas pengujian dan laboratorium 1.0 Unit 7,500, Unit 7,500,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.0 Unit 7,500, Unit 7,500,000 Cicalengka - Banjar 1.00 Unit 5,476, Unit 5,476,000 Tegal - Pekalongan 1.00 Unit 7,500,000 - Semarang 1.00 Unit 7,500, Semarang - Bojonegoro - Surabaya, termasuk bangunan dan fasilitas perawatan/workshop 1.00 Unit 16,938, Pkt 7,500, unit 5,500, Unit 8,000, Unit 37,938,042 Solo - Madiun - Surabaya - Bangil 1.0 Unit 7,500, Unit 7,500,000 KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit Unit 7,500, Unit 4,500, Unit 9,000, Unit Unit 21,000,000 Sulsel 1.0 Unit 7,500, Unit 7,500,000 Sulut Unit 6,750, Pkt 2,250, Unit 4,500, Gorontalo 1.0 Pkt 2,250, Unit 4,500, Unit 6,750,000 KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit Unit 16,164, Unit 16,164,980 Kaltim 1.00 unit 5,388, Unit 5,388,326 Kalsel 1.00 unit 5,388, Unit 5,388,327 Kalteng 1.00 unit 5,388, Unit 5,388,327 Pemagaran Fasilitas Pendukung / Sterilisasi 5.00 Pkt 35,445, Pkt 303,343, Pkt 305,320, Pkt 315,000, Pkt 315,000, Pkt 1,274,108,670 KORIDOR PULAU SUMATERA 1.00 Pkt 500, Pkt 174,651, Pkt 65,000, Pkt 140,000, Pkt 80,000, Pkt 460,151,998 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 500, Pkt 500,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 1.0 Pkt 85,000, Pkt 85,000,000 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, 1.00 Pkt 20,000,000 Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 1.00 Pkt 75,956, Pkt 75,956, Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Pariaman - Naras - Sungai 1.00 Pkt 13,000,000 Limau, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam 1.00 Pkt 13,000,000 - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000.0 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Prabumulih - Muara Enim - Lahat 1.00 Pkt 20,000,000 - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 13,695, Pkt 13,695,998 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 KORIDOR PULAU JAWA 4.00 Pkt 34,945, Pkt 128,691, Pkt 240,320, Pkt 175,000, Pkt 235,000, Pkt 813,956,672 Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 7,084, Pkt 7,084,848 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 17,000, Pkt 17,000,000 Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 19,677, Pkt 16,490, Pkt 144,933, Pkt 181,101,473 Citayam - Nambo 1.00 Pkt 12,105, Pkt 12,105,044 Duri - Tangerang 1.00 Pkt 18,000, Pkt 18,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000.0 Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000 Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0

124 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Cirebon - Brebes 1.00 Pkt 70,010, Pkt 70,010,466 Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000.0 Brebes - Tegal 1.00 Pkt 13,000, Pkt 13,000,000.0 Tegal - Pekalongan 2.00 Pkt 6,086,269 - Semarang 2.00 Pkt 6,086,269 Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 12,387, Pkt 12,387,072.0 Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000.0 Banjar - Kroya 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Semarang - Gundih 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000.0 Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000.0 Yogyakarta - Magelang 1.00 Pkt 20,000,000 - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 20,000,000.0 Solo - Paron 1.00 Pkt 1,500, Pkt 1,500, Paron - Madiun 1.00 Pkt 20,000, Pkt 20,000,000.0 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000 Bojonegoro - Surabaya 2.00 Pkt 13,681, Pkt 9,181, Pkt 4,500, Surabaya - Bangil - Klakah 1.00 Pkt 20,000,000 - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 20,000,000.0 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 25,000, Pkt 25,000,000.0 Pengamanan Perlintasan Sebidang Pkt 50,633, Pkt 69,717, Pkt 90,000, Pkt 94,500, Pkt 110,000, Pkt 414,851,687 KORIDOR PULAU SUMATERA Pkt 18,577, Pkt 25,092, Pkt 30,000, Pkt 54,600, Pkt 26,400, Pkt 154,669,771 Binjai - Besitang, Sumut 2.00 Pkt 3,100, Pkt 2,000, Pkt 4,400, Pkt 9,500,000 Medan - Araskabu, Sumut Pkt 6,200, Pkt 2,000, Pkt 4,200, Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 2.00 Pkt 4,200, Pkt 7,300, Pkt 3,100, Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 4.00 Pkt 8,400, Pkt 4,000, Pkt 4,400, Medan - Belawan, Sumut 4.00 Pkt 7,300, Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 2.00 Pkt 4,200, Pkt 4,200,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.00 Pkt 4,200, Pkt 4,200,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang 4.00 Pkt 8,400,000 - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 1,316, Pkt 4,000, Pkt 4,200, Pkt 9,516,103 Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 1,316, Pkt 4,000, Pkt 4,200, Pkt 9,516,102 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.0 Pkt 1,991, Pkt 4,200, Pkt 6,191,808 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 2.00 Pkt 3,983, Pkt 5,609, Pkt 4,200, Pkt 13,792,766 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 1,991, Pkt 1,991, Pkt 4,200, Pkt 8,183,616 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 4.00 Pkt 7,969, Pkt 4,200, Pkt 12,169,376 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 KORIDOR PULAU JAWA Pkt 32,056, Pkt 44,625, Pkt 60,000, Pkt 39,900, Pkt 83,600, Pkt 260,181,916 Rangkasbitung - Merak 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 1,200, Pkt 340, Pkt 4,200, Pkt 5,740,506 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400, Pkt 4,400,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400, Pkt 4,400,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 3,100, Pkt 2,100, Pkt 5,200,000 Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000

125 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Citayam - Nambo 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Duri - Tangerang 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Cikarang - Cikampek 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Cicalengka - Banjar 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Cikampek - Padalarang 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Cirebon - Brebes 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,400, Pkt 7,500,000 Cikampek - Cirebon 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Jatibarang - Indramayu 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Brebes - Tegal 1.00 Pkt 2,000, Pkt 4,400, Pkt 6,400,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 4.00 Pkt 7,969, Pkt 1,992, Pkt 4,200, Pkt 14,161,720 Semarang - Bojonegoro 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Kedungjati - Tuntang 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Tegal - Prupuk 1.00 Pkt 2,000, Pkt 4,400, Pkt 6,400,000 Banjar - Kroya 2.00 Pkt 4,400, Pkt 4,400,000 Cirebon - Kroya 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Semarang - Gundih 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,992, Pkt 1,992, Pkt 4,200, Pkt 8,184,690 Puwosari - Wonogiri 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Kroya - Kutoarjo 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,400, Pkt 8,400,000 Kutoarjo - Purworejo 1.00 Pkt 2,000, Pkt 2,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 2,000, Pkt 2,000,000 Solo - Paron 4.00 Pkt 8,800, Pkt 8,800,000 Paron - Madiun 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.00 Pkt 4,000, Pkt 4,000,000 Bojonegoro - Surabaya Unit 20,895, Pkt 4,200, Pkt 25,095,000 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.00 Pkt 3,100, Pkt 4,200, Pkt 7,300,000 Pengadaan Lahan Pkt 1,297,784, Pkt 2,864,515, Pkt 2,094,445, Pkt 2,127,609, Pkt 1,600,000, Pkt 9,984,354,670 KORIDOR PULAU SUMATERA Pkt 704,437, Pkt 1,230,689, Pkt 902,550, Pkt 548,200, Pkt 630,000, Pkt 4,015,876,914 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 6.00 Pkt 422,765, Pkt 302,139, Pkt 724,905,000 Lhokseumawe - Langsa - Besitang 1.00 Pkt 10,000, Pkt 80,000, Pkt 90,000,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 10,000, Pkt 20,000, Pkt 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 13,163, Pkt 13,163,356 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 3.00 Pkt 6,000, Pkt 10,000, Pkt 16,000,000 Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000, Pkt 100,000, Pkt 120,000,000

126 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Rantauprapat - Kota Pinang - Duri - Dumai, Sumut & Riau (124,5 Km x 1000 x 24 m) 2.00 Pkt 210,000, Pkt 507,600, Pkt 467,600, Pkt 388,200, Pkt 1,573,400,000 Duri - Pekanbaru 1.00 Pkt 50,000, Pkt 10,000, Pkt 10,000, Pkt 70,000,000 Pekanbaru - Jambi 1.00 Pkt 10,000, Pkt 100,000, Pkt 110,000,000 Pekanbaru - Muaro 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000, Pkt 100,000, Pkt 120,000,000 Jambi - Palembang 1.00 Pkt 10,000, Pkt 100,000, Pkt 110,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muarokalaban - Muaro - Logas, Sumbar 1.00 Pkt 10,000, Pkt 100,000, Pkt 110,000,000 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Padang - Pariaman, Sumbar 2.00 Pkt 7,001, Pkt 7,001,500 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 1,507, Pkt 10,000, Pkt 11,507,058 Kertapati/Simpang - Tj. Api-Api, Sumsel 1.00 Pkt 50,000, Pkt 50,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000, Pkt 20,000,000 Waytuba - Rejosari - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Rejosari - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 364,950, Pkt 364,950, Pkt 729,900,000 Tarahan - Bakauheni, Lampung 1.00 Pkt 50,000, Pkt 50,000,000 KORIDOR PULAU JAWA Pkt 243,346, Pkt 1,433,826, Pkt 891,895, Pkt 1,079,409, Pkt 470,000, Pkt 4,118,477,756 Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 10,000, Pkt 94,895, Pkt 104,895, Pkt 90,209, Pkt 299,999,998 Tanah Abang - Rangkasbitung (termasuk untuk test track) 2.00 Pkt 15,000, Pkt 5,000, Pkt 11,000, Pkt 31,000,000 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Parungpanjang - Citayam 1.00 Pkt 176,000, Pkt 176,000, Pkt 179,200, Pkt 531,200,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 2,000, Pkt 2,000,000 Citayam - Nambo 2.00 Pkt 2,750, Pkt 1,000, Pkt 3,750,000 Halim - Manggarai - Duri - Bandara Soetta (express line) 1.0 Pkt 250,000, Pkt 500,000, Pkt 750,000, Pkt 400,000, Pkt 1,900,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 27,289, Pkt 731,605, Pkt 758,894,827 Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Pkt 1,000, Pkt 10,000, Pkt 11,000,000 Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 18,674, Pkt 81,325, Pkt 70,000, Pkt 170,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Pkt 1,407, Pkt 25,000, Pkt 26,407,931 Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 20,716, Pkt 25,000, Pkt 45,716,600 Elevated Track Semarang 1.0 Pkt 15,000, Pkt 15,000,000 Banjar - Kroya 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 950, Pkt 9,000, Pkt 9,950,000

127 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Semarang - Gundih 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,000, Pkt 1,000,000 Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 1,558, Pkt 1,558,400 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 50,000, Pkt 50,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 50,000, Pkt 10,000, Pkt 60,000,000 Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 1,000, Pkt 10,000, Pkt 11,000,000 Surabaya - Kalimas 1.0 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 Tulangan - Gununggangsir 1.00 Pkt 40,000, Pkt 40,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 10,000, Pkt 10,000,000 KORIDOR PULAU SULAWESI 1.00 Pkt 350,000, Pkt 200,000, Pkt 190,000, Pkt 255,000, Pkt 240,000, Pkt 1,235,000,000 Makassar - Pare-Pare 1.00 Pkt 350,000, Pkt 100,000, Pkt 90,000, Pkt 45,000, Pkt 585,000,000 Pare-Pare - Mamuju (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Mamuju - Palu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Palu - Isimu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Isimu - Gorontalo - Bitung 1.00 Pkt 50,000, Pkt 30,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 155,000,000 Manado - Bitung 1.00 Pkt 50,000, Pkt 30,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 155,000,000 Makassar - Sungguhminasa - Takalar - Bulukumba - Watampone (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt Pkt 100,000, Pkt 210,000, Pkt 220,000, Pkt 530,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.00 Pkt 30,000, Pkt 35,000, Pkt 20,000, Pkt 85,000,000 Balikpapan - Samarinda 1.00 Pkt 30,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 105,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Palangkaraya-Sangau-Pontianak-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000, Pkt 35,000, Pkt 40,000, Pkt 85,000,000 Pengadaan/Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana (MTT, dll) termasuk fasilitas pengujian dan perawatan/workshop Pkt 622,205, Pkt 107,763, Pkt 136,134, Pkt 55,361, Pkt 66,433, Pkt 987,898,012 Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Prasarana Perkeretaapian Dok 265,534, Dok 257,393, Dok 275,411, Dok 294,690, Dok 315,318, Dok 1,408,348,325 Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (IMO) 1.00 Thn 1,712,351, Thn 2,500,350, Thn 2,750,385, Thn 3,025,423, Thn 3,327,965, Dok 13,316,475,801.0

128 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Pelaksanaan Pembinaan bidang Prasarana Perkeretaapian 4.00 Keg 17,624, Keg 20,392, Keg 24,470, Keg 29,364, Keg 35,237, Keg 127,089,450.0 Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 40,087, Thn 48,104, Thn 57,725, Thn 69,270, Thn 83,124, Thn 298,312,452.0 B Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perkeretaapian 442,776, ,000, ,600, ,400, ,900, ,212,676,999 Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Sarana Perkeretaapian 2.00 Keg 367, Keg 393, Keg 421, Keg 450, Keg 482, Keg 2,115,576.0 Pembangunan/Pengadaan Sarana Perkeretaapian Unit 346,504, Unit 419,591, Unit 369,570, Unit 436,820, Unit 422,970, Unit 1,995,456,370 Sarana KA Perintis Rehabilitasi/perbaikan KRDI 5.00 Unit 13,200, Unit 13,200,000 Perbaikan 1 set (@ 4 unit) KRL/KfW 4.00 unit 3,878, Unit 3,878,800 Pengadaan KRDI (Multiyears ) 1,00 Pkt 40,862, Unit 43,474, Unit 84,336,795 Pengadaan KRDI (Multiyears ) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1.00 Pkt 41,729, Unit 29,131, Unit 70,860,779 Pengadaan KRDI (Multiyears ) Lebar Spoor 1435 mm (Aceh) 1,00 Pkt 44,399, Unit 34,221, Unit 78,620,779 Pengadaan KRDI (Multiyears ) 1,00 Pkt 43,978, Unit 26,882, Unit 70,860,779 Pengadaan KRDI (Multiyears ) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 43,978, Unit 26,882, Unit 70,860,779 Pengadaan KRDI (Multiyears ) 1,00 Pkt 36,100, Unit 55,280, Unit 91,380,000 Pengadaan KRDI (Multiyears ) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 32,000, Unit 48,000, Unit 80,000,000 Pengadaan KRL sistem AC/DC 1,00 Pkt 45,000, Pkt 19,477, Unit 90,000, Unit 83,540, ,900, Unit 357,917,667 pengadaan sarana kelas ekonomi/k3 untuk angkutan KA lebaran unit 98,017, unit 159,547,553 - Unit - Sarana Kerja Pengadaan Kereta kedinasan 1.00 Unit 19,721, Unit 19,721,129 Pengadaan Lori Inspeksi 5.00 Unit 4,563, Unit 4,563,536 Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears ) 1.00 Set 5,651, Unit 5,651,896 Pengadaan Kereta Inspeksi 1.00 Unit 13,051, Unit 13,051,365 pengadaan kereta inspeksi set (2 unit) lebar spoor Pkt 1,018, Unit 25,186, Pengadaan Kereta Inspeksi 1 set (@ 2 unit) (Multiyears ) - APBNP 1,00 Pkt 8,000,000 1,00 Pkt 18,204,700 1,00 Pkt 26,204,700 Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears ) lebar spoor 1435 mm - APBNP 1,00 Pkt 3,915,410 1,00 Pkt 4,567,978 1,00 Pkt 8,483,388 Pengadaan Kereta Inspeksi (Multi Years ) 1,00 Pkt 5,990, Unit 8,270, Unit 14,260,000 Pengadaan Kereta Ukur (Track dan LAA) (Multi Years ) 1,00 Pkt 34,805, Unit 18,760, Unit 53,565,900 Pengadaan Kereta Uji Dinamis (Multiyears ) 1.00 pkt 4,900, unit 5,400,000.0 Pengadaan Kereta Ukur (Multiyears ) 2 unit 1.00 Pkt 4,729, unit 102,401,831.0 Pengadaan Lokomotif 1,00 Pkt 14,000,000 - Unit 14,000,000 Pengadaan Lokomotif (Multi Years ) lebar spoor 1435 mm 1,00 Pkt 9,135,956 1,00 Pkt 13,334,440 1,00 Pkt 22,470,396 Pengadaan Lokomotif (Multi Years ) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 15,100, Unit 34,600, Unit 49,700,000 Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years ) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1,00 Pkt 14,000, Unit 26,000, Unit 40,000,000 Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years ) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 14,000, Unit 26,000, Unit 40,000,000 Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) Unit 10,028, Unit 10,500, Unit 20,528,000

129 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) lebar spoor 1435 mm 20.0 Unit 19,000, Unit 9,000, Unit 28,000,000 Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) Unit 16,012, Unit 14,500, Unit 30,512,000 Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) lebar spoor 1435 mm 10.0 Unit 21,000, Unit 18,000, Unit 39,000,000 Pengadaan Inspeksi (Multi Years ) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 5,990, Unit 8,270, Unit 14,260,000 Pengadaan Kereta Penolong 1.00 Unit 5,000, Unit 5,000, Unit 10,000,000 Pengadaan TMC lebar spoor 1435 mm 1.00 Unit 10,048, Unit 22,000, Unit 22,000, Unit 54,048,150 Sarana Perawatan Prasarana lebar spoor 1435 mm (multi year ) 1,00 Pkt 18,882, Unit 50,000, Unit 68,882,444 Crane lebar spoor 1435 mm (multi year ) 1,00 Pkt 11,728, Unit 70,000, Unit 81,728,088 Konsultan Pengawas Pengadaan Sarana Perkeretaapian 1,00 Pkt 7,107,690 1,00 Pkt 2,150,000 1,00 Pkt 2,200,000 1,00 Pkt 2,250,000 5,00 Pkt 13,707,690 Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Sarana Perkeretaapian (Depo, Balai Yasa, Balai Uji, Peralatan Pengujian, laboratorium, workshop) 6.00 Pkt 33,811, Pkt 204,390, Pkt 289,670, Pkt 54,575, Pkt 296,955, Pkt 879,403,455.0 Perawatan dan Pengoperasian Sarana dan Fasilitas Sarana Milik Negara 3.00 Pkt 28,433, Pkt 30,424, Pkt 32,553, Pkt 34,832, Pkt 37,270, Pkt 163,515,456.0 Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Sarana Perkeretaapian Dok 11,764, Dok 7,772, Dok 8,317, Dok 8,899, Dok 9,522, Dok 46,275,667.0 Pelaksanaan Pembinaan bidang Sarana Perkeretaapian 4.00 Keg 16,351, Keg 17,496, Keg 18,721, Keg 20,031, Keg 21,433, Keg 94,034,658.0 Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,542, Thn 5,930, Thn 6,346, Thn 6,790, Thn 7,265, Thn 31,875,817.0 C Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Keselamatan Perkeretaapian 167,380, ,800, ,500, ,800, ,500, ,980,959 Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Keselamatan Perkeretaapian 3.00 Keg 3,000, Keg 3,210, Keg 3,434, Keg 3,675, Keg 3,932, Keg 17,252,217.0 Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Keselamatan Perkeretaapian Pkt 59,878, Pkt 63,597, Pkt 64,443, Pkt 64,339, Pkt 64,046, Pkt 316,305,158.0 Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Keselamatan Perkeretaapian 7.00 Dok 64,466, Dok 66,154, Dok 70,785, Dok 75,740, Dok 81,042, Dok 358,189,797.0 Pelaksanaan Pembinaan bidang Keselamatan Perkeretaapian 6.00 Keg 36,720, Keg 39,291, Keg 42,041, Keg 44,984, Keg 48,133, Keg 211,172,612.0 Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 3,314, Thn 3,546, Thn 3,794, Thn 4,060, Thn 4,344, Thn 19,061,175.0 D Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 170,588, ,400, ,600, ,400, ,700, ,688,268 Subsidi Angkutan Kereta Api 3.00 Keg 61,836, Keg 69,036, Keg 69,736, Keg 70,536, Keg 71,436, Keg 342,580,745.0 Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 1.00 Pkt 3,275, Pkt 6,550, Pkt 6,550, Pkt 6,550, Pkt 22,925,000.0

130 NO KEGIATAN PEMBIAYAAN JUMLAH 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang LLAKA Dok 73,013, Dok 45,400, Dok 46,917, Dok 51,020, Dok 55,319, Dok 271,672,327.0 Pelaksanaan Pembinaan bidang LLAKA 4.00 Keg 30,657, Keg 33,251, Keg 35,578, Keg 38,069, Keg 40,734, Keg 178,290,625.0 Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,081, Thn 5,436, Thn 5,817, Thn 6,224, Thn 6,660, Thn 29,219,571.0 E Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 116,226, ,246, ,013, ,394, ,432, ,313,328 Penyusunan Studi/Kajian/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Dukungan Manajeman dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian 9.00 Dok 6,800, Dok 8,160, Dok 8,731, Dok 9,342, Dok 9,996, Dok 43,029,934.0 Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Bidang Perencanaan, Keuangan, Hukum, Kepegawaian dan Umum 4.00 Keg 26,145, Keg 27,975, Keg 29,933, Keg 32,029, Keg 34,271, Keg 150,355,378.0 Pembiayaan Belanja Pegawai termasuk Tunjangan 1.00 Thn 67,946, Thn 72,702, Thn 77,791, Thn 83,237, Thn 89,063, Thn 390,741,827.0 Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 15,334, Thn 16,408, Thn 17,556, Thn 18,785, Thn 20,100, Thn 88,186,189.0 JUMLAH 18,670,667,322 39,558,846, ,200,813, ,253,294,900 65,641,932, ,325,554,456

131 Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakpus

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN 4 REGULASI No RENCANA TINDAK TARGET / SASARAN 2010 2011 2012 2013 2014 Peraturan Menteri/Keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ( No.814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pendelegasian Wewenang. Menteri Kepada Kepala BPTJ. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi secara umum adalah kegiatan memindahkan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi merupakan elemen penting dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia RINGKASAN IKHTISAR EKSEKUTIF Direktorat Jenderal Perkeretaapian sebagai regulator bidang perkeretaapian mempunyai tugas untuk menata penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS...

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i LAMPIRAN I Keputusan Dirjen Perkeretaapian Tentang Reviu Rencana Strategis Kemenhub Bidang Perkeretaapian Tahun 2015-2019... ii BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Peran kereta api dalam tataran transportasi nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2013, No.51 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.68 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN INDIKATOR (IKU) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Prasarana. Perkeretaapian. Milik Negara. Biaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 62 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi nasional yang baik berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan sistem transportasi nasional yang baik maka arus komoditas

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam pembangunan telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 873 TAHUN 2017 TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara. b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2007, 2015 KEMENHUB. Tarif. Angkutan. Orang dengan Kereta Api. Perhitungan. Penetapan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 196 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KP. 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 J A K A R T A T A H U N 2 0 1 5 5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Disampaikan Oleh : DIREKTUR KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Ir. Hermanto Dwiatmoko MSTr. DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, 20

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN JALAN RAYA Jakarta KM. 50. CIMANDALA KEC SUKARAJA Perubahan Renstra 2013-2018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Angkutan Kereta Api Nasional Penyelenggaraan perkeretaapian telah menujukkan peningkatan peran yang penting dalam menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA Biro Riset LM FEUI Operator angkutan kereta api di Indonesia saat ini dilakukan oleh BUMN Perkeretaapian, yaitu PT. Kereta

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEBUTUHAN PEGAWAI YANG BERASAL DARI LULUSAN SEKOLAH KEDINASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Adalah Kementerian yang mempunyai Tugas Pemerintahan Negara untuk membantu Presiden

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DI PROVINSI JAWA TIMUR Disampaikan pada : MUSRENBANG PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012 SURABAYA, 16 APRIL 2012

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendorong kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Perhubungan Tahun 2011 merupakan salah satu tahapan yang harus dipenuhi dalam rangkaian Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PER TAHUN

RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN PER TAHUN LAMPIRAN A1 RINCIAN KEMENTERIAN TAHUN 2015-2019 PER TAHUN NO. SASARAN KEMENTERIAN I. Keselamatan dan Keamanan 1 Menurunnya angka kecelakaan 1 Ratio kejadian kecelakaan nasional a. Transportasi Perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Perkeretaapian di Indonesia terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya (Utomo,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DARI PURUK CAHU BANGKUANG BATANJUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-022.12-0/AG/2014 DS 0429-8282-0028-9458 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 63, 2016 KEMENHUB. Badan Penelola Transportasi JABODETABEK. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

Kementerian Perhubungan RI

Kementerian Perhubungan RI D i t j e n P e r ke r e t a a p i a n Kementerian Perhubungan RI w w w. d e p h u b. g o. i d 1. PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI JAKARTA Permasalahan Transportasi Kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

DRAFT 10 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN BIDANG PERKERETAAPIAN

DRAFT 10 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN BIDANG PERKERETAAPIAN DRAFT 10 Lampiran Surat Keputusan Dirjen Perkeretaapian Nomor : PR.004/SK.85/DJKA/04/10 Tanggal : 29 April 2010 ------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1666-2015 KEMENHUB. Jabodetabek. Rencana Induk Transportasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 172 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang a. bahwa mobilitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-22.12-/215 DS7746-141-8282-737 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN

PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN PAPARAN MENTERI PERHUBUNGAN Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OUT L I NE Integrasi Transportasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-022.12-0/2013 DS 4105-0456-6406-8058 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.714, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Komponen Biaya. Perhitungan. Angkutan. Pelayanan Publik. Perkeretaapian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan

Menimbang : a. bahwa Pasal 8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN IIDAPA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 016 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016 TENTANG KRITERIA TIPOLOGI UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1228, 2017 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, PEMANTAUAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) UNTUK MENYELENGGARAKAN PRASARANA DAN SARANA KERETA API BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA DAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.815, 2016 KEMENHUB. Angkutan Kota. Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 118 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERETA API RINGAN TERINTEGRASI DI WILAYAH JAKARTA, BOGOR, DEPOK,

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteistik Angkutan Kereta Api Nasional Peran jaringan kereta api dalam membangun suatu bangsa telah dicatat dalam sejarah berbagai negeri di dunia. Kereta api merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging No.543, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. UPT. Pelaksanaan Jalan Nasional. Tipologi. Kriteria. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2016

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun

KATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun Sabtu-Senin, 21-23 Mei KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.49, 2016 KEMENHUB. Biaya. Angkutan Perinstis. Perkeretaapian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.197 TAHUN 2015 TENTANG KOMPONEN BIAYA YANG DAPAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan Jakarta, 14 Desember, 2017 LATAR BELAKANG ISU GLOBAL Tiga Pilar Berkelanjutan MDGs (2000 s/d 2015)

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 145 TAHUN 2018 TENTANG PEMBENTUKAN SIMPUL KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Inspektorat Jenderal Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016

KATA PENGANTAR [LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2015] Maret 2016 Maret KATA PENGANTAR Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dinyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah diwajibkan menyusun Laporan Kinerja

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK SIMPUL TRANSPORTASI Kronologis Penyusunan RPM Pedoman Penyusunan Rencana Induk Simpul Transportasi Surat Kepala Biro Perecanaan Setjen

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI PERATURAN KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI NOMOR: SK/KETUA/041/XII/KNKT 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1552, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PNBP. Ditjen Perkeretaapian. PNBP. Juklak. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 124 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 996 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1219. 2015 KEMENHUB. Dana Alokasi Khusus. Keselamatan Transportasi Darat. Transportasi Perkotaan. Penggunaan. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Perkeretaapian. Perhitungan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di lingkungan Kementeria

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di lingkungan Kementeria BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.171, 2017 KEMHUB. UPT. Ditjen Perkeretaapian. Peta Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2017 TENTANG PETA JABATAN DAN

Lebih terperinci

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI 2015 TRANSPORTASI KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2007 TENTANG POLA TRANSPORTASI MAKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA Oleh: Imran Rasyid, dkk Penulis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara)

Lebih terperinci

Paparan Menteri Perhubungan

Paparan Menteri Perhubungan Paparan Menteri Perhubungan INTEGRASI TRANSPORTASI DAN TATA RUANG DALAM PERWUJUDAN NAWACITA JAKARTA, 5 NOVEMBER 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN O U T L I N E Integrasi Transportasi dan Tata Ruang; Isu Strategis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 413 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 413 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 413 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) UNTUK MENYELENGGARAKAN ANGKUTAN

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN,

Lebih terperinci