PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN
|
|
- Veronika Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Disampaikan Oleh : DIREKTUR KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Ir. Hermanto Dwiatmoko MSTr. DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, 20 Desember 2012
2 DAFTAR ISI PENDAHULUAN KONDISI KESELAMATAN PERKERETAAPIAN EVALUASI PELAKSANAAN ROAD MAP TO ZERO ACCIDENT RENCANA AKSI PENINGKATAN KESELAMATAN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN PENUTUP 1
3 POLA PIKIR PENINGKATAN KESELAMATAN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN ROAD MAP TO ZERO ACCIDENT PENYUSUNAN REGULASI UU/PP PerMen/PerDirjen PENINGKATAN KELAIKAN PRASARANA DAN SARANA TINGKAT KESELAMATAN SAAT INI Keterbatasan Anggaran Keterbatasan SDM kompeten SOP dalam proses Keterbatasan peralatan FUNGSI REGULATOR PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN PENANGANAN DAN ANALISIS KECELAKAAN INSPEKSI DAN AUDIT KESELAMATAN PENINGKATAN KOMPETENSI SDM PENEGAKAN HUKUM EVALUASI 2
4 PENDAHULUAN 3
5 PENDAHULUAN PERAN PEMERINTAH SEBAGAI REGULATOR PERKERETAAPIAN Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 ttg Perkeretaapian, perkeretaapian dikuasai Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. PEMISAHAN FUNGSI REGULATOR DAN OPERATOR Fungsi Regulator oleh Pemerintah yaitu Pembinaan Perkeretaapian yang meliputi Pengaturan, Pengendalian dan Pengawasan. Fungsi Operator oleh Badan Usaha Penyelenggara yang meliputi Pengadaan atau Pembangunan, Pengoperasian, Perawatan dan Pengusahaan. KETERBUKAAN DALAM PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Penyelenggaraan Perkeretaapian adalah terbuka, yakni dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha yang berbentuk Badan Hukum (BUMN, BUMD, BUMS, Pemerintah maupun Pemerintah Daerah). PERAN SERTA PEMERINTAH DAERAH Penyelenggaraan perkeretaapian harus memperhatikan otonomi daerah, dan membuka peluang bagi Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mewujudkan perkeretaapian daerah yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. PERAN SERTA SWASTA DAN MASYARAKAT Dalam penyelenggaraan perkeretaapian peluang peran serta swasta dan masyarakat dalam Penyelenggaraan Perkeretaapian sangat besar, kecuali apabila swasta dan masyarakat tidak mampu untuk melaksanakannya, maka akan diambil alih oleh Pemerintah. 4
6 DASAR DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN UU No. 23/2007 ttg Perkeretaapian pasal 3: Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tertib dan teratur, efisien, terpadu dengan moda transportasi lain, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. KATA KUNCI PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN INDONESIA Efisien Tertib & Teratur Tepat Massal VISI Cepat & Lancar Selamat Aman Nyaman 5
7 PERAN STAKEHOLDER PERKERETAAPIAN DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN PEMERINTAH (REGULATOR) 1. penyusunan Regulasi 2. Pengujian dan Sertifikasi 3. Penegakan Hukum 4. Sosialisasi PENYELENGGARA PERKERETAAPIAN (OPERATOR) MASYARAKAT 1. Pemenuhan standar/laik operasi dan pelayanan 1. Kepedulian Keselamatan 2. Pemeriksaan dan 2. Menjaga ketertiban, keselamatan Perawatan dan keamanan 3. Tanggung jawab kepada publik dan pemerintah saat terjadi kecelakaan 6
8 KONDISI KESELAMATAN PERKERETAAPIAN 7
9 DATA KECELAKAAN KERETA API No JENIS KECELAKAAN TAHUN * 1 Tabrakan KA dengan KA Anjlokan Terguling Banjir/longsor Lain-lain JUMLAH * Posisi 23 Nopember
10 DATA KORBAN KECELAKAAN KERETA API NO. KORBAN TAHUN MENINGGAL LUKA BERAT LUKA RINGAN JUMLAH
11 PROSENTASE FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN KA TAHUN 2009 S/D SARANA PRASARANA SDM OPERATOR EKSTERNAL ALAM Dari diagram tersebut penyebab kecelakaan (di luar faktor eksternal) yang paling dominan 3 tahun terakhir dari tahun 2009 s/d 2011 adalah : SDM Operator : 51 kejadian (24 %) Sarana : 44 kejadian (21 %) Prasarana : 22 kejadian (10 %) 10
12 ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KA SARANA PRASARANA MANUSIA EKSTERNAL Pengereman tidak bekerja dengan baik Kerusakan pada as dan roda As patah Bearing macet Pembebanan tidak merata Kelebihan Beban Kurangnya perawatan sarana, tidak menggunakan suku cadang standar. Adanya kecrotan (mud pumping) Jalan rel tidak laik Bantalan kayu rapuh Rel patah Wesel rusak Badan jalan longsor/amblas Jembatan kurang laik Kurangnya perawatan Terjadinya karat (jembatan besi) Masinis tidak malaksanakan standar prosedur operasi yang ditetapkan (melanggar kecepatan) Pengaturan dinasan kurang baik sehingga menimbulkan kelelahan fisik Faktor fisik ngantuk, tertidur, dsb Masyarakat tidak disiplin melintasi perlintasan sebidang Bangunan liar disekitar jalan rel mengganggu pandangan bebas masinis Vandalisme, pencurian alat penambat, melempar kaca. Terjadinya bencana alam, gempa bumi, longsor, banjir, dll 11
13 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ROAD MAP TO ZERO ACCIDENT 12
14 ROAD MAP TO ZERO ACCIDENT 13
15 TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN TUGAS Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang Perkeretaapian. FUNGSI 1. Menyiapkan perumusan kebijakan di bidang Perkeretaapian; 2. Melaksanakan kebijakan di bidang perkeretaapian; 3. Menyusun standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang Perkeretaapian; 4. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi; 5. Melaksanakan administrasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14
16 PENYUSUNAN REGULASI UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; PP No 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian; PP No 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api; Peraturan Menteri Perhubungan (41 Permen) tentang : Standar Teknis Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Pengujian, perawatan dan pemeriksaan prasarana dan sarana perkeretaapian Standar Kompetensi/keahlian tenaga penguji, inspektur dan auditor perkeretaapian Standar Kompetensi awak sarana dan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian Standar Pelayanan Minimal Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 15
17 PENINGKATAN KELAIKAN PRASARANA PERKERETAAPIAN Pengujian prasarana perkeretaapian Uji pertama & uji berkala Sertifikasi prasarana perkeretaapian yang sudah lulus uji pertama atau berkala Peningkatan jalur kereta api al. penggantian rel, bantalan, wesel, dll. Peningkatan Fasilitas Operasi KA 16
18 PENINGKATAN KELAIKAN SARANA PERKERETAAPIAN Pengujian Sarana Perkeretaapian Uji pertama dan uji berkala Sertifikasi sarana perkeretaapian yang sudah lulus uji pertama atau berkala Pengadaan K3 dan Rehabilitasi KRL Melengkapi peralatan pengujian sarana perkeretaapian di Balai Yasa: Bogie Tester Spring Tester Wheel Flaw Detector dll 17
19 PENINGKATAN KOMPETENSI SDM Peningkatan kompetensi SDM Ditjen Perkeretaapian Pelatihan penguji prasarana & sarana, inspektur dan auditor perkeretaapian Sertifikasi penguji, inspektur dan auditor perkeretaapian Sertifikasi kecakapan awak sarana dan petugas pengoperasian prasarana perkeretaapian Akreditasi badan hukum atau lembaga diklat SDM perkeretaapian Penyegaran dan pembinaan kepada petugas operasional untuk mematuhi peraturan yang berlaku Pembinaan keselamatan kepada para konsultan / kontraktor terutama yang langsung di lapangan 18
20 PENCEGAHAN KECELAKAAN KA Pelaksanaan audit keselamatan terhadap sarana, prasarana, dan operasional KA/ GAPEKA. Pelaksanaan random check/inspeksi sarana dan prasarana. Pemantauan batas kecepatan (taspat). Pelaksanaan identifikasi daerah rawan kecelakaan. Penanganan perlintasan sebidang (pembuatan flyover/underpass, pemasangan warning device pada pintu perlintasan). Sosialisasi keselamatan perkeretaapian. Pemantauan dan penelitian kecelakaan KA. 19
21 PENEGAKAN HUKUM Penyidikan terhadap pelanggaran tindak pidana di bidang perkeretaapian (calo, pelanggaran semboyan/kecepatan) Penertiban, pembongkaran bangunan liar di jalur KA. Penertiban penumpang di atas atap kereta, kabin masinis, gerbong barang. Pemeriksaan sertifikat awak sarana serta petugas operasional KA. Pemasangan tanda larangan di jalur KA. Diklat PPNS Perkeretaapian. 20
22 KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN Organisasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian telah disempurnakan dengan pembentukan Direktorat Keselamatan Perkeretaapian yang telah terpisah dari Direktorat Sarana Perkeretaapian PT. Kereta Api telah membentuk Direktorat Keselamatan dan Keamanan Sesuai dengan amanat UU Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, Ditjen Perkeretaapian telah mengusulkan organisasi pengelola prasarana perkeretaapian, yaitu : UPT Balai Perkeretaapian UPT Pengujian Prasarana dan Sarana Perkeretaapian UPT Perawatan Prasarana dan Sarana Perekeretaapian 21
23 RESTRUKTURISASI BUMN PERKERETAAPIAN 22
24 DASAR PEMIKIRAN UU 23/2007 tentang Perkeretaapian pasal 17 ayat 1 : Penyelenggaraan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf a berupa penyelenggaraan : Prasarana perkeretaapian; dan atau Sarana perkeretaapian Prinsip dasar dari UU 23/2007 adalah dibukanya peran swasta (non monopoli) dan otonomi daerah Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang memprogramkan Percepatan Pemisahan antara Fungsi Regulator dan Operator melalui Pemisahan Badan Penyelenggara Prasarana dan Badan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian (Target Desember 2011) 23
25 PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Saat Ini Harapan Yang Akan Datang (Menurut UU) Pemda Badan Hukum Lainny a Bergantung pada APBN Dominasi monopoli PT. KA Perencanaan yang sentralistis Penyelenggaraan perkeretaapian harus efisien dan responsif terhadap pasar pelayanan yang kompetitif 24
26 PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan : (pasal 18) Pembangunan prasarana; Pengoperasian prasarana; Perawatan prasarana; dan Pengusahaan prasarana. Penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum meliputi kegiatan : (pasal 25) Pengadaan sarana; Pengoperasian sarana; Perawatan sarana; Pengusahaan sarana. 25
27 KONDISI PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DI INDONESIA SAAT INI Penyelenggaraan perkeretaapian saat ini (prasarana dan sarana) masih monopoli PT. KA (persero) sehingga tidak mungkin ada badan usaha sarana (swasta/bumd) yang mau mengusahakan sarana perkeretaapian di lintas yang diselenggarakan PT. KAI, karena dikhawatirkan ada perlakuan yang tidak sama antara sarana yang dimiliki swasta/bumd dan PT. KAI Mengingat pengelolaan prasarana dan sarana dalam satu organisasi, perlu jelas pembukuan anggarannya, namun dengan pemisahan badan usaha prasarana dan sarana, pengelolaan diharapkan lebih transparan 26
28 ALTERNATIF BENTUK BADAN USAHA Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dapat berbentuk : Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan skema Badan Layanan Umum (BLU) Perusahaan Jawatan (Perjan) Perusahaan Umum (Perum) Dasar pertimbangan : bahwa badan usaha ini tidak menguntungkan dan harus mendapatkan anggaran dari Pemerintah berupa pembangunan dan perawatan prasarana perkeretaapian milik pemerintah 27
29 ALTERNATIF BENTUK BADAN USAHA Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dapat berbentuk Perseroan (PT) dengan pertimbangan bahwa penyelenggaraan sarana dapat menguntungkan (komersil) Perlu dipertimbangkan untuk yang menangani angkutan yang bersifat penugasan dapat dipisahkan dengan yang bersifat komersial. Demikian juga angkutan perkotaan dapat dipisahkan dengan angkutan antar kota. Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, dapat dibuat beberapa alternatif : Angkutan Antar Kota (Komersial) Angkutan Antar Kota (Penugasan) Angkutan Perkotaan (Penugasan) 28
30 UPAYA TINDAK LANJUT 1. Perlu kejelasan tentang Pemilikan Asset, Inventarisasi asset pemerintah dan asset PT. KAI 2. Asset Pemerintah dan PT. KAI di bidang prasarana perkeretaapian dikelola oleh Badan Usaha Prasarana Perkeretaapian 3. Asset sarana perkeretaapian milik pemerintah (KRL, KRD, Kereta K3) dikelola oleh Badan Usaa Sarana Perkeretaapian untuk Penugasan 4. Asset sarana perkeretaapian milik PT. KAI (Lok, Kereta, gerbong) dikelola oleh Badan Usaa Sarana Perkeretaapian Komersial 29
31 UPAYA TINDAK LANJUT 5. Perlu kejelasan bentuk Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian : UPT/BLU, Perjan atau Perum 6. Pegawai PT. KAI yang menangani prasarana perkeretaapian dialihkan menjadi pegawai Badan Usaha Prasarana Pekeretaapian, antara lain : pegawai stasiun (KS, PPKA), perawatan prasarana (DK, SK, Kasi JJ). 7. PT. KAI yang menangani sarana perkeretaapian dialihkan menjadi pegawai Badan Usaha Sarana Perkeretaapian, antara lain pegawai Balai Yasa, Depo, masinis, asisten masinis 30
32 ALTERNATIF I PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS Perawatan (dpt dikerjasamakan pihak lain) IMO UPT Penyelenggara Prasarana PEMERINTAH (Regulator) TAC PSO TAC APBN Pembangun an jalur KA Perintis Badan Usaha Penyelenggara Sarana BUMN/BUMD/SWASTA (Penugasan) BUMN/ SWASTA (menyewakan lahan) Badan Usaha Penyelenggara Sarana - SWASTA (komersil) Badan Usaha Penyelenggara Sarana BUMN/BUMD (komersil) 31
33 ALTERNATIF 2 PEMBENTUKAN PERUSAHAAN UMUM Perawatan (dpt dikerjasamakan pihak lain) PEMERINTAH (Regulator) TAC PSO APBN Pembangunan jalur KA Perintis Perum Penyelenggara Prasarana TAC Badan Usaha Penyelenggara Sarana BUMN (Penugasan) BUMN/ SWASTA (menyewakan lahan) Badan Usaha Penyelenggara Sarana - SWASTA (komersil) Badan Usaha Penyelenggara Sarana BUMN (komersil) 32
34 PERBANDINGAN ALTERNATIF NO ALTERNATIF I (UPT/BLU) ALTERNATIF II (PERJAN/PERUM) ALTERNATIF III (PERJAN/PERUM) 1 Prasarana milik Pemerintah Prasarana milik Pemerintah 2 IMO dari Pemerintah IMO dari Pemerintah Prasarana diserahkan kepada Badan Penyelenggara Membiayai sendiri perawatan 3 TAC kepada Pemerintah TAC kepada Pemerintah Menerima TAC 4 Subsidi dari Pemerintah Subsidi dari Pemerintah Resiko terjadi kerugian 33
35 PROGRAM STRATEGIS PEMERINTAH DI TAHUN 2012 Pilot project peralatan pengamanan perjalanan kereta api otomatis (automatic train protection) 34
36 PROGRAM STRATEGIS PEMERINTAH DI TAHUN 2012 Penyiapan simulator dalam pengujian dan sertifikasi SDM Perkeretaapian operasional (PPKA dan Masinis) Penyegaran dan sosialisasi keselamatan terhadap SDM regulator dan operator dalam rangka pemenuhan kompetensi mengingat faktor manusia merupakan faktor yang dominan terhadap peningkatan keselamatan perekeretaapian Penyidikan terhadap pelanggaran hukum di bidang perkeretaapian (UU No. 23/2007 ttg Perkeretaapian) 35
37 RENCANA AKSI PENINGKATAN KESELAMATAN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN 36
38 RENCANA AKSI Mendeskripsikan permasalahan perkeretaapian serta rencana aksi penanganannya, penanggung jawab pelaksanaan, instansi terkait dan kriteria keberhasilan pelaksanaan aksi. Target waktu pelaksanaan telah ditentukan untuk memperjelas penyelesaian. Dibagi kedalam 5 sektor, yakni: 1. Sarana dan Prasarana 2. Sumber daya Manusia 3. Kerangka Aturan dan Penegakkan Hukum 4. Sistem Informasi 5. Koordinasi dan Kelembagaan 37
39 PROGRAM JANGKA PANJANG PEMERINTAH REGULASI Penyusunan Peraturan Menteri/Dirjen untuk penjabaran UU dan PP yang dapat memuat pedoman pelaksanaan dan prosedur pelaksanaan PRASARANA/SARANA PERKERETAAPIAN Pengujian dan sertifikasi Prasarana/Sarana Perkeretaapian dalam rangka kelaikan operasi SDM PERKERETAAPIAN Pengujian dan sertifikasi SDM Perkeretaapian dalam rangka pemenuhan kompetensi SDM Perkeretaapian PENEGAKAN HUKUM Proses penyidikan terhadap pelanggaran hukum di bidang perkertaapian (UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian) AUDIT DAN INSPEKSI KESELAMATAN Pelaksanaan audit dan insepksi keselamatan secara rutin dan berkala 38
40 PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETRAAPIAN AUDIT KESELAMATAN INSPEKSI (RAMP CHECK) PEMANTAUAN TASPAT PENEGAKAN HUKUM PENELITIAN KECELAKAAN SERTIFIKASI DAN PELATIHAN TEKNIS SDM SOSIALISASI KESELAMATAN 39
41 PENUTUP 40
42 KESIMPULAN Peningkatan keselamatan perkeretaapian terus dilaksanakan sesuai program Roadmap to Zero Accident Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, untuk mempertahankan kelaikan operasi sarana dan prasarana perkeretaapian wajib dilakukan pengujian, pemeriksaan dan perawatan Disamping unsur pengujian, pemeriksaan dan perawatan, unsur audit, inspeksi dan penegakan hukum sangat penting untuk ditingkatkan, karena adanya pelanggaran dan ketidaktertiban yang dapat menyebabkan kecelakaan kereta api Pembinaan dan peningkatan kompetensi SDM Perkeretaapian harus dilakukan secara rutin 41
43 KESIMPULAN Seluruh stakeholder perkeretaapian harus memiliki tingkat kedisiplinan dan safety awareness yang tinggi (selalu mengutamakan azas keselamatan) Koordinasi antara stakeholder perkeretaapian perlu ditingkatkan agar tercapai Roadmap to Zero Accident Sebagaimana diamanatkan dalam UU 23/2007 serta ditegaskan dalam MP3EI diperlukan pemisahan Badan Penyelenggara Prasarana dan Badan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dengan prinsip dasar dibukanya peran swasta (non monopoli) dan otonomi daerah. Pemisahan Badan Penyelenggara merupakan bagian dari penyelenggaraan perkeretaapian yang berbasiskan keselamatan. 42
44 Sekian & Terima Kasih KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN Jl. Medan Merdeka Barat No. 8, Jakarta Pusat 10110, Indonesia Tel , Fax Website : 43
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN
Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN 4 REGULASI No RENCANA TINDAK TARGET / SASARAN 2010 2011 2012 2013 2014 Peraturan Menteri/Keputusan
Lebih terperinci-2- perawatan oleh tenaga yang telah memiliki kualifikasi keahlian sesuai dengan bidangnya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan atas pengoperasian p
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TRANSPORTASI. Perkeretaapian. Penyelenggaraan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 29) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat
No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN PP 69/1998, PRASARANA DAN SARANA KERETA API *35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang mereka miliki. Menyadari pentingnya sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung dengan kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki. Menyadari pentingnya sumber daya manusia bagi kelangsungan
Lebih terperincid. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.
b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia sebagai salah satu instrumen pemerintahan dalam pembangunan dirasakan sangat penting peranannya, tidak
Lebih terperinciBAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Perkeretaapian. Perhitungan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 67 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Api merupakan salah satu moda transportasi darat yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Prasarana. Perkeretaapian. Milik Negara. Biaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 62 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Transportasi nasional memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Besarnya jumlah penduduk Indonesia menjadikan kebutuhan akan sistem transportasi
Lebih terperinciP E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki
Lebih terperinciDITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
DITJEN PERKERETAAPIAN Kementerian Perhubungan Republik Indonesia RINGKASAN IKHTISAR EKSEKUTIF Direktorat Jenderal Perkeretaapian sebagai regulator bidang perkeretaapian mempunyai tugas untuk menata penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Penanganan tumburan KA 174 Kutojaya dengan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kereta api, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang penyebab kecelakaan
71 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan tentang analisis penyebab kecelakaan kereta api, dapat diambil beberapa kesimpulan tentang penyebab kecelakaan kereta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan atau tanpa menggunakan alat bantu. Transportasi merupakan unsur penting untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 71 /DPD RI/IV/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi nasional yang baik berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan sistem transportasi nasional yang baik maka arus komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala bidang yang sangat membutuhkan perhatian untuk mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi suatu perusahaan tertentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai tujuan didirikannya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci pendahuluan dari penelitian tugas akhir mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian
Lebih terperinciD E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi
D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi Gedung Karya Lt.7 Departemen Perhubungan - Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 JKT 10110 INDONESIA Phone:(021) 3517606, (021)
Lebih terperinciDATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN
MEDIA RELEASE KNKT 2016 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN 2010 2016 (Database KNKT, 31 Oktober 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian Jakarta, 30 November 2016
Lebih terperinci2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722] BAB XVII KETENTUAN PIDANA Pasal 187 (1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang mengoperasikan Prasarana Perkeretaapian
Lebih terperinciDATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013
DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN - Sumber: Database KNKT Desember DATA KECELAKAAN PERKERETAAPIAN YANG DIINVESTIGASI KNKT TAHUN - JENIS KECELAKAAN TAHUN 9 TOTAL KORBAN JIWA JUMLAH REKOMENDASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak
Lebih terperinciANJLOK KA 1404 KKW DI KM 201+2/3 PETAK JALAN ANTARA STASIUN WALIKUKUN KEDUNGGALAR JAWA TENGAH
LAPORAN KECELAKAAN KERETA API ANJLOK KA 1404 KKW DI KM 201+2/3 PETAK JALAN ANTARA STASIUN WALIKUKUN KEDUNGGALAR JAWA TENGAH LAPORAN AKHIR Nomor Urut Kecelakaan: KA.03.17.07.07 Jenis Kecelakaan: Anjlok
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Selaras dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya
Lebih terperinciAuditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training
Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember 2012 Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training DATA INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI UDARA TAHUN 2007 2012 Database
Lebih terperinciANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api)
ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api) Disusun Oleh : Winda Halim Rainisa Maini Heryanto FAKULTAS TEKNIK-JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi secara umum adalah kegiatan memindahkan barang atau manusia dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi merupakan elemen penting dalam kegiatan pembangunan
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. perkeretaapian dan pelaksanaannya
83 BAB 4 PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba menyimpulkan apa yang menjadi jawaban atas permasalahan yang terdapat
Lebih terperinciPENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API
PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API Se- JAWA TENGAH Tim Peneliti Balitbang Prov. Jateng Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Seiring dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya
Lebih terperinciANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYAA KECELAKAAN KERETA API SERTA USAHA PREFENTIF YANG DAPAT DILAKUKAN Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA,
PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 19-G TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ditetapkannya Peraturan
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS ORANG DENGAN KERETA API a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 149 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Pengguna Kereta Api
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kereta merupakan salah satu jenis transportasi yang terdapat di Indonesia dan dapat digunakan oleh siapa saja. Di Indonesia, perkembangan kereta mulai meningkat dari
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya d
No.205, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERHUBUNGAN. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Keselamatan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6122) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI. A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
BAB III PELAKSANAAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI EKS DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DI PT.KAI A. Profil Singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Kehadiran kereta api
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK DAN SUBSIDI ANGKUTAN PERINTIS BIDANG PERKERETAAPIAN, BIAYA PENGGUNAAN PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK NEGARA,
Lebih terperinciVISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR
VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
\ SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KNKT
KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN AKHIR KNKT.17.03.01.02 LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN ANJLOK KA 1479A COMMUTER LINE DI KM 2 + 200/300 EMPLASEMEN ST. JATINEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2016, No Pelayanan Kelas Ekonomi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia
No.1914, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kelas Ekonomi. Angkutan Orang dengan KA. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 151 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1552, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PNBP. Ditjen Perkeretaapian. PNBP. Juklak. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 124 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.315, 2017 KEMENHUB. Tenaga Perawatan Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA
ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA Biro Riset LM FEUI Operator angkutan kereta api di Indonesia saat ini dilakukan oleh BUMN Perkeretaapian, yaitu PT. Kereta
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Dalam perjalanan sejarahnya, angkutan kereta api di tanah air membuktikan peranannya yang berarti pada sektor perhubungan disamping menunjang
Lebih terperinciPedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.
G. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG PERHUBUNGAN - 135-1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN LAMONGAN NOMOR: 188/ / /2017 TENTANG
PEMERITAH KABUPATE LAMGA DIAS PERHUBUGA KABUPATE LAMGA Jl. JA Suprapto omor 39 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321987 Fax : 316330 E-mail : dishub@lamongankab.go.id Web Site : www.lamongankab.go.id
Lebih terperinciEvaluasi dan Rancangan Solusi Penyebab Kecelakaan Kereta Api Melalui Pemanfaatan Metodologi HFACS-IR
Evaluasi dan Rancangan Solusi Penyebab Kecelakaan Kereta Api Melalui Pemanfaatan Metodologi HFACS-IR Permasalahan kecelakaan pada moda transportasi kereta api (KA) nampaknya masih harus terus ditangani
Lebih terperinciOPERASIONAL JEMBATAN TIMBANG DAN RAMPCHECK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN 2017
OPERASIONAL JEMBATAN TIMBANG DAN RAMPCHECK KENDARAAN BERMOTOR DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN 2017 Oleh : EDDI, A.Md.LLAJ, S.Sos, MM Direktur Pembinaan Keselamatan Disampaikan pada Rakornis Bidang Perhubungan
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 72 Tahun 2013 tentang Kelas Jabatan di lingkungan Kementeria
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.171, 2017 KEMHUB. UPT. Ditjen Perkeretaapian. Peta Jabatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2017 TENTANG PETA JABATAN DAN
Lebih terperinci2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.815, 2016 KEMENHUB. Angkutan Kota. Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (
No.814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pendelegasian Wewenang. Menteri Kepada Kepala BPTJ. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 20 TAHUN 2011 TENTANG AKREDITASI BADAN HUKUM ATAU LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA MANUSIA PERKERETAPIAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA AKREDITASI
Lebih terperinciKERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN
LAMPIRAN B KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 NO BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN A Pasal Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Iintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN
WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a.
Lebih terperinci2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1219. 2015 KEMENHUB. Dana Alokasi Khusus. Keselamatan Transportasi Darat. Transportasi Perkotaan. Penggunaan. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
Lebih terperinciVISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007)
Universitas Gunadarma - Depok, 20-21 Oktober 2009 ISSN: 1858-2559 VISI SISTEM PERKERETAAPIAN NASIONAL (Kajian Implementasi UU No 23 Tahun 2007) 1 Mohammad Okki Hardian Jurusan Teknik Industri, Universitas
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.164, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penetapan. Trase. Jalur Kereta Api. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA
Lebih terperinci-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un
pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KNKT
KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN AKHIR KNKT.15.11.06.02 LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN ANJLOK KA 3025 DI KM 203+660 PETAK JALAN ANTARA ST. GILAS ST. SUNGAITUHA
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5310 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 104) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 211, 2017 KEMENHUB. Tenaga Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 9 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan
Lebih terperinci2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciRAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Yogyakarta, 15 Oktober 2014
PAPARAN DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN disampaikan pada Acara : RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT Yogyakarta, 15 Oktober 2014 Ir. HOTMA P. SIMANJUNTAK LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN JARINGAN LALU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Kereta Api di Indonesia ada sejak 137 tahun yang lalu. Jaringan kereta api di Indonesia sebagian besar merupakan peninggalan Belanda meliputi lintasan sepanjang
Lebih terperinci