HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah SDN Kebon Kopi 2 merupakan sekolah negeri dengan status akreditasi B yang terletak di jalan Kebon Kopi RT 4/9 Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1973 dan memperoleh perubahan status akreditasi B pada tahun 7. Bangunan sekolah terbagi menjadi ruang kepala sekolah, enam ruang kelas, ruang guru, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), rumah penjaga sekolah, mushola, WC, dan halaman sekolah. Fasilitas air dan listrik masing-masing berasal dari PDAM dan PLN. Tenaga pengajar di SDN Kebon Kopi 2 terdiri dari guru tetap dan guru honorer yang berjumlah 1 orang yaitu 3 orang S1, 4 orang D2, 1 orang D1, 2 orang SPG, sedangkan untuk tenaga pendukung sebanyak 3 orang. Pada tahun pelajaran 1/11 sekolah memiliki 212 siswa yaitu 32 siswa kelas 1, 39 siswa kelas 2, 34 siswa kelas 3, 43 siswa kelas 4, 32 siswa kelas 5, dan 32 siswa kelas 6. Kegiatan belajar mengajar dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 7. WIB dan berakhir pada pukul 1. WIB untuk kelas 1-2 dan pukul 12.3 WIB untuk kelas 3-6. Karakteristik Contoh Jenis Kelamin dan Usia Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 5 orang dengan persentase jenis kelamin laki-laki (5%) dan perempuan (5%). Sebaran jenis kelamin dan usia contoh dapat dilihat pada Gambar 3. Usia contoh berkisar antara 1-13 tahun dan sebagian besar contoh (92%) berada pada rentang usia 1-12 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemendiknas (1) yang menyebutkan bahwa usia sekolah dasar adalah usia dimana seorang anak mengikuti jenjang paling dasar pendidikan formal yang ditempuh dalam waktu enam tahun pada umumnya berusia 7-12 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara usia contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).

2 Persentase (%) tahun 4 13 tahun laki-laki perempuan total Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan usia Besar Uang Jajan Besar uang jajan adalah sejumlah uang dalam rupiah yang diterima anak sekolah per hari untuk membeli jajanan. Perolehan uang jajan menjadi suatu kebiasaan sehingga diharapkan anak dapat belajar bertanggung jawab untuk mengelola uang jajan yang dimiliki (Napitu 1994). Sebaran contoh berdasarkan uang jajan terdapat pada Gambar 4. Lebih dari separuh contoh (52%) memiliki besar uang jajan contoh <Rp 3.,. Rata-rata besar uang jajan contoh lakilaki dan perempuan sebesar Rp 3.44,±1838,. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar uang saku contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Persentase (%) < Rp Rp 3-5 > Rp 5 laki-laki perempuan total Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan uang jajan Hasil ini berbeda dengan penelitian di salah satu sekolah dasar di kota Bogor. Rata-rata besar uang saku siswa pada penelitian tersebut berkisar antara Rp 3.1,-8.7, dengan persentase alokasi untuk jajan sebesar 4,9% (Rodiah 1). Besar uang jajan pada hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Rodiah (1). Hal ini mungkin disebabkan

3 31 pendapatan keluarga pada penelitian ini hampir keseluruhan miskin sehingga berpengaruh terhadap besar uang jajan contoh yang lebih rendah. Orang tua cenderung akan memberikan uang jajan untuk anaknya karena kesibukan mereka. Hal ini menyebabkan kebiasaan yang timbul adalah orang tua kurang memperhatikan asupan gizi anaknya, misalnya anak-anak tidak dibiasakan untuk sarapan pagi, anak hanya diberi uang jajan untuk membeli makanan di sekolah, membiasakan membeli makanan yang dijual di warung, sementara keseimbangan gizi dan kebersihannya kurang diperhatikan (Muasyaroh 6). Karakteristik Sosial Ekonomi Pendidikan Orang Tua Salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga adalah pendidikan orang tua. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua terdapat pada Gambar 5 dan 6. Gambar 5 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah. Persentase pendidikan ayah contoh lebih besar (46%) pada tingkat SMA. Contoh laki-laki memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan contoh perempuan. Hal tesebut terlihat dari persentase ayah contoh laki-laki (57%) dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak dibandingkan persentase ayah contoh perempuan (33%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidkan ayah contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Salimar et al. (1) menyebutkan sebagian besar tingkat pendidikan kepala keluarga (ayah) di perkotaan minimal SLTP. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil Riskesdas (1) karena masih ada ayah contoh yang tidak bersekolah. Hal ini diduga disebabkan kondisi sosial ekonomi yang rendah turut berpengaruh terhadap tingkat pendidikan orang tua.

4 32 1 Persentase (%) tidak sekolah SD SMP SMA laki-laki perempuan total Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu terdapat pada Gambar 6. Persentase pendidikan ibu contoh lebih besar (36%) pada tingkat SD. Contoh laki-laki memiliki tingkat pendidikan ibu lebih baik dibandingkan contoh perempuan. Hal tesebut terlihat dari persentase ibu contoh laki-laki (33%) dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak dibandingkan persentase ibu contoh perempuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mannwhitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan ibu contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Persentase (%) tidak sekolah SD SMP SMA laki-laki perempuan total Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ibu Hasil penelitian ini berbeda dengan Salimar et al. (1) yang menyebutkan sebagian besar tingkat pendidikan ibu di perkotaan minimal SLTP. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil Riskesdas (1) karena masih ada ibu contoh yang tidak bersekolah. Sama halnya dengan pendidikan ayah contoh, hal ini diduga disebabkan kondisi sosial ekonomi yang rendah turut berpengaruh terhadap tingkat pendidikan orang tua. Manadijah

5 33 (6) menyebutkan terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang baik Pekerjaan Orang tua Pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas makanan. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu terdapat pada Gambar 7 dan 8. Gambar 7 menunjukkan persentase sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah. Persentase pekerjaan ayah contoh lebih besar pada jenis pekerjaan seperti pedagang keliling (25%), supir angkut, ojek (23%), dan pegawai swasta (23%). Hasil ini serupa dengan penelitian Salimar et al. (1), yang menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan ayah sebagai pedagang atau wiraswasta. Pedagang keliling memiliki persentase lebih besar (3%) untuk jenis pekerjaan contoh laki-laki sedangkan persentase pekerjaan ayah contoh perempuan lebih besar (29%) pada supir angkut dan pegawai swasta. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan ibu contoh laki-laki dan perempuan (p>.5) laki-laki perempuan total tidak bekerja buruh bangunan, angkut Pedagang keliling Supir angkut,ojek Pegawai swasta PNS Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu terdapat pada Gambar 8. Sebagian besar (79%) ibu contoh hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Persentase terbesar pekerjaan ibu baik contoh laki-laki (75%) dan perempuan (83%) adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pekerjaan ibu contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).

6 34 Hasil ini berbeda dengan penelitian Salimar et al. (1). Salimar et al. (1) menyebutkan bahwa persentase ibu yang bekerja di Indonesia lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja, sedangkan pada penelitian ini berbanding terbalik. Sebagian besar ibu contoh tidak bekerja kemungkinan yang menyebabkan kondisi ekonomi contoh sebagian besar miskin laki-laki perempuan total pegawai swasta pedagang keliling Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ibu Besar keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang sama (Sanjur 1982). Gambar 9 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Persentase tertinggi contoh laki-laki dan perempuan (46%) memiliki besar keluarga yang tergolong kecil ( 4 orang), sedangkan persentase terendah (4%) adalah besar keluarga dengan jumlah anggota lebih dari enam orang. Rata-rata besar keluarga contoh adalah 4,9±1,5 orang. Hasil ini hampir serupa dengan Riskesdas (1) yang menunjukkan rata-rata besar keluarga anak usia sekolah di daerah perkotaan sebesar 4,8±1,4 orang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar keluarga contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).

7 35 1 kecil (< 4 orang) Persentase (%) sedang (4-6 orang) besar (> 6 orang) laki-laki perempuan total Gambar 9 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Anak-anak yang sedang tumbuh dari suatu keluarga miskin adalah yang paling rawan terhadap gizi kurang di antara semua anggota keluarga, anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Situasi semacam ini sering terjadi sebab seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan kurang relatif tinggi daripada golongan yang lebih tua (Suhardjo 1989) Pendapatan Pendapatan adalah pendapatan rata-rata per bulan yang dihasilkan dari pekerjaan utama atau tambahan kepala keluarga atau anggota keluarga lain yang dinilai dengan rupiah. Pendapatan pada suatu keluarga dapat dikategori menjadi miskin dan tidak miskin dengan menggunakan garis kemiskinan menurut kabupaten/kota. Batas garis kemiskinan untuk kota Bogor pada tahun 1 sebesar Rp , (BPS 1). Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga terdapat pada Gambar 1. Sebagian besar contoh laki-laki (76%) dan perempuan (88%) memiliki pendapatan keluarga yang termasuk dalam kategori miskin. Persentase pendapatan keluarga miskin untuk keseluruhan contoh sebesar 82%. Rata-rata pendapatan keluarga contoh sebesar Rp , ± ,. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).

8 36 persentase (%) miskin tidak miskin laki-laki perempuan total Gambar 1 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan Rata-rata pendapatan keluarga yang didapatkan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Syafitri pada tahun 1 di salah satu sekolah dasar negeri di Kota Bogor. Menurut Syafitri (1), rata-rata pendapatan keluarga di sekolah dasar tersebut di atas Rp 3.., atau termasuk dalam kategori cukup tinggi. Hal ini menunjukkan tidak semua keluarga di daerah perkotaan memiliki pendapatan yang homogen. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga dengan pendapatan terbatas atau miskin akan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya (Fikawati & Syafiq 7). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Status Gizi Anak Status gizi merupakan kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilisasi) zat gizi makanan, dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat diketahui baik buruknya status gizinya (Riyadi 3). Status gizi anak dapat diukur menggunakan indikator anthropometri seperti BB/U, TB/U, dan IMT/U. BB/U Indikator BB/U merupakan kombinasi antara BB dan U membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan dengan BB/U. Indikator BB/U membagi status gizi menjadi tiga kategori yaitu gizi kurang, normal, dan lebih.

9 37 Sebaran contoh berdasarkan BB/U dapat dilihat pada Gambar 11. Lebih dari separuh contoh laki-laki (56%) memiliki status gizi kurang. Contoh perempuan yang memiliki persentase status gizi baik (64%) lebih besar dibandingkan contoh laki-laki (44%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi BB/U contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Persentase status gizi normal pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan penelitian Hastuti (3). Menurut Hastuti (3) persentase status gizi berdasarkan indeks BB/U siswa sekolah dasar di kabupaten Sukaharjo sebagian besar normal (73%) dan sisanya (27%) berstatus gizi kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan hampir seluruh contoh memiliki kondisi ekonomi yang miskin serta kuantitas dan kualitas konsumsi zat gizi contoh belum cukup baik sehingga berdampak pada status gizi kurang pada contoh. Menurut Supariasa et al. (1), mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). 1 Persentase (%) kurang normal laki-laki perempuan total Gambar 11 Sebaran contoh berdasarkan BB/U TB/U Tinggi badan dalam keadaan normal tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Indikator TB/U merupakan kombinasi antara TB dan U membentuk indikator TB menurut U yang disimbolkan dengan TB/U. Indikator TB/U membagi status gizi menjadi tiga kategori yaitu sangat pendek, pendek, dan normal (WHO 7). Sebaran contoh berdasarkan TB/U dapat dilihat pada Gambar 12.

10 38 1 persentase (%) sangat pendek pendek normal laki-laki perempuan total Gambar 12 Sebaran contoh berdasarkan TB/U Lebih dari separuh (68%) contoh memiliki status gizi normal menurut TB/U. Persentase contoh laki-laki (32%) dan perempuan (28%) dengan status gizi pendek juga cukup besar, sedangkan untuk kategori sangat pendek hanya terdapat pada contoh perempuan sebesar 4%. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lampau (Soekirman ). Persentase status gizi pendek cukup besar pada contoh menunjukkan status gizi yang buruk pula pada masa lampau. Riskesdas (1) menunjukkan prevalensi kependekan pada anak laki laki lebih tinggi yaitu 36,5% daripada anak perempuan yaitu 34,5%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian kemungkinan disebabkan karena jumlah contoh yang lebih sedikit dibandingkan dengan Riskesdas tahun 1. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi TB/U contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).. IMT/U IMT menurut umur direkomendasikan sebagai indikator terbaik untuk remaja. Indikator ini memerlukan informasi tentang umur. Selain itu, indikator IMT/U juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total pada persentil. Sebaran contoh berdasarkan IMT terdapat pada Gambar 13. Persentase status gizi kurus pada keseluruhan contoh sebanyak 22%. Persentase contoh laki-laki dan perempuan berstatus gizi normal lebih banyak dibandingkan kurus dan sangat kurus. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi IMT/U contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Hal ini menunjukkan kondisi masalah gizi kurus masih banyak terdapat pada contoh baik laki-laki dan perempuan.

11 39 1 Persentase (%) sangat kurus kurus normal laki-laki perempuan total Gambar 13 Sebaran contoh berdasarkan IMT/U Prevalensi kekurusan secara nasional anak laki laki lebih tinggi yaitu 13,2% daripada anak perempuan yaitu 11,2%. Hasil pada penelitian ini berbeda dengan prevalensi kekurusan nasional tersebut yaitu persentase contoh perempuan dengan status gizi kurus lebih tinggi dibandingkan contoh laki-laki. Prevalensi kekurusan berhubungan terbalik dengan keadaan ekonomi rumah tangga, semakin baik keadaan ekonomi rumah tangga semakin rendah prevalensi kekurusannya (Riskesdas 1). IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus (Riskesdas 1). Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan secara tunggal maupun beragam yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sediaoetama 1991). Penilaian konsumsi atau survei diet adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Jenis Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antar konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan

12 4 kecukupan gizi yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Energi Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengatur suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah & Tambunan 4). Rata-rata konsumsi energi per hari contoh laki-laki dan perempuan berturut-turut sebesar 1138 Kal dan 1199 Kal. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 4 menetapkan kecukupan energi untuk usia 1-12 tahun baik laki-laki dan perempuan sebesar 5 Kal, sedangkan usia tahun sebesar 24 (laki-laki) dan 235 (perempuan). Jika dibandingkan dengan angka kecukupan, persentase tingkat kecukupan energi pada laki-laki dan perempuan hanya sebesar 61% dan 67%. Rata-rata kecukupan konsumsi energi secara nasional anak umur 7 12 tahun (usia sekolah dasar) berkisar antara 71,6%-89,1% dan sebanyak 44,4% anak mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (Riskesdas 1). Hasil penelitian serupa dilakukan Dewi (1) pada siswa kelas 4, 5, dan 6 di kota Medan menunjukkan bahwa kecukupan energi 73,7%-88,2% siswa SD berada dalam kategori defisit. Tingkat kecukupan energi pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan Riskesdas (1) dan penelitian Dewi (1). Hal ini diduga disebabkan pengaruh kondisi ekonomi yang hampir sebagian besar miskin sehingga berpengaruh kuantitas zat gizi yang dikonsumsi contoh. Persentase (%) defisit berat (<7% AKG) defisit sedang (7-79%AKG) defisit ringan (8-89% AKG) 52 normal (9-119% AKG) di atas angka kecukupan ( 1% AKG) laki-laki perempuan total Gambar 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi

13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi terdapat pada Gambar 14. Sebagian besar contoh mengalami defisit energi tingkat berat dengan persentase sebanyak 64%. Persentase defisit berat pada laki-laki (76%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (52%). Tingkat kecukupan energi yang normal hanya mencapai 16% total contoh. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi contoh laki-laki dan perempuan (p<.5). Contoh laki-laki memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Hal ini mungkin disebabkan karena angka kecukupan energi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sedangkan kebalikannya, konsumsi energi aktual laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan. Konsumsi energi contoh tergolong defisit berat disebabkan konsumsi pangan sumber energi masih di bawah angka kecukupan yang dianjurkan. Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat, dan protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain gajih/lemak dan minyak, buah berlemak (alpukat), biji berminyak (biji wijen, bunga matahari dan kemiri), santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar rendah (kacang tanah dan kacang kedelai) dan serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar air rendah (pisang, kurma dan lain-lain) dan aneka produk turunannya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 4). Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif sehingga terjadi penurunan berat badan. Bila terjadi pada anak-anak akan menghambat pertumbuhan. Gejala yang ditimbulkan pada anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier 1). Protein Protein merupakan komponen fungsional dan struktural utama sel-sel dalam tubuh. Semua enzim, zat pembawa (carrier) dalam darah, matriks intraseluler, dan sebagian besar hormon tersusun atas protein. Protein bagi anak usia sekolah memiliki peranan penting terutama untuk membangun jaringan baru terutama pada periode pertumbuhan serta berperan dalam transpor zat gzi, contohnya lipoprotein untuk transport, trigliserida, kolesterol, fosfolipida, dan vitamin larut lemak (Nasoetion & Damayanthi 8). 41

14 42 Konsumsi protein rata-rata pada contoh laki-laki dan perempuan masingmasing sebesar 29 gram dan 28 gram. Angka kecukupan protein untuk usia 112 tahun untuk laki-laki dan perempuan sebesar 5 gram, sedangkan usia tahun sebesar 6 gram (laki-laki) dan 57 gram (perempuan) (WNPG 4). Tingkat kecukupan protein pada laki-laki (49%) lebih rendah dibandingkan dengan perempuan (6%). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein terdapat pada Gambar 15. Hampir seluruh contoh (82%) mengalami defisit protein tingkat berat. Persentase protein defisit berat pada contoh laki-laki lebih tinggi dibandingkan contoh perempuan. Hal ini dikarenakan konsumsi pangan hewani dan nabati masih sangat rendah sehingga tidak mencukupi kecukupan protein. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan protein contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Hardinsyah dan Tambunan (4) mengemukakan pada umumnya pangan hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan pangan nabati. Kebutuhan protein berbanding lurus dengan berat badan seseorang (status gizi) sehingga apabila konsumsi protein yang diperoleh dari makanan memenuhi angka kecukupan protein yang dianjurkan maka akan diperoleh status gizi yang baik (Sutardji & Azinar 7). Persentase (%) 1 defisit berat (<7% AKG) defisit sedang (7-79%AKG) defisit ringan (8-89% AKG) normal (9-119% AKG) di atas angka kecukupan ( 1% AKG) laki-laki perempuan total Gambar 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan protein Rata-rata nasional kecukupan konsumsi protein anak usia 7-12 tahun berkisar antara 85,1%-137,4%. Persentase anak umur 7 12 tahun yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal adalah 3,6 %. Hasil Riskesdas (1) tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan jumlah contoh dalam penelitian lebih sedikit dan pendapatan keluarga yang lebih homogen (miskin). Kekurangan

15 43 protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah dan sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan marasmus. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar negara sedang berkembang (Almatsier 1). Zat besi (Fe) Zat besi memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh. Sekitar dua pertiga zat besi tubuh berperan sebagai zat besi fungsional seperti hemoglobin (6%), mioglobin (15%), dan terikat dalam berbagai jenis enzim (5%). Adapun sepertiga lainnya zat besi disimpan dalam bentuk feritin (%) dan hemosiderin (1%) (Gibney et al. 2). Beberapa fungsi essensial zat besi di dalam tubuh, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan berbagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier 1). WNPG (4) menetapkan angka kecukupan zat besi untuk perempuan usia 1-12 tahun sebesar 19 mg dan 26 mg untuk usia 13 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 1-12 tahun sebesar 13 mg dan 19 mg untuk usia 13 tahun. Rata-rata konsumsi zat besi contoh yaitu 6 mg/hari dengan tingkat kecukupan zat besi sebesar 41% (laki-laki) dan perempuan (4%). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi terdapat pada Gambar 15. Seluruh contoh laki-laki dan perempuan (1%) memiliki tingkat kecukupan zat besi termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan zat besi contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Tingkat kecukupan zat besi yang kurang pada contoh laki-laki dan perempuan disebabkan konsumsi terhadap pangan sumber zat besi sangat rendah. Sumber besi dari makanan hewani yaitu seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber lainnya yaitu telur, serealia tumbuk kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Kualitas besi (bioavailability) merupakan hal penting diperhatikan selain kuantitas besi dalam makanan (Almatsier 1). Selain itu, menurut Arisman (4) kebutuhan zat gizi memasuki tahap remaja akan meningkat khususnya zat besi karena merupakan komponen penting dalam proses pembentukan otot. Kekurangan besi dapat berpengaruh terhadap produktivitas, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan (Almatsier 1). Anemia defisiensi besi

16 44 disebabkan oleh asupan zat besi tidak cukup dan penyerapannya tidak adekuat. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan, kuku, dan konjungtiva palpebra (Arisman 4). Penelitian yang dilakukan Zukker et al. dalam Arisman (4) membuktikan bahwa kepucatan pada pada kuku dan telapak tangan lebih sensitif dan spesifik (62% dan 6%). Vitamin C Vitamin C merupakan kofaktor enzim yang larut dalam air dan sebagai antioksidan. Fungsi vitamin C dalam tubuh antara lain sintesis kolagen, carnitin, katekolamin, dan neurotransmiter, membantu metabolisme asam folat dan tirosin (Wolinsky & Driskell 1997). Rata-rata konsumsi vitamin C contoh laki-laki sebesar 5 mg dan perempuan sebesar 7 mg. WNPG (4) menyebutkan kecukupan vitamin C sebesar 5 mg untuk laki-laki dan perempuan berusia 1-12 tahun sedangkan untuk 13 tahun sebesar 75 mg (laki-laki) dan 65 mg (perempuan). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecukupan vitamin C contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Jika dibandingkan dengan angka kecukupan vitamin C, contoh laki-laki hanya mengkonsumsi sebesar 9% sedangkan perempuan sebesar 13%. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C terdapat pada Gambar 16. Sama halnya dengan zat besi, tingkat kecukupan vitamin C seluruh contoh adalah kurang (<77% AKG). Kurangnya tingkat kecukupan vitamin C dikarenakan contoh sangat jarang mengkonsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber vitamin C. Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat, vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier 1). Kekurangan vitamin C yang berat akan mengakibatkan gangguan pada fungsi sistem kolagen dan akan terlihat perdarahan terutama pada jaringan lunak, seperti gusi. Gejala ini disebut scurvy. Pada derajat yang lebih ringan, diduga kekurangan vitamin C berpengaruh pada sistem pertahanan tubuh dan kecepatan penyembuhan luka (Setiawan & Rahayuningsih 4).

17 45 Persentase (%) kurang <77% AKG laki perempuan laki TK Fe perempuan TK vitamin C Gambar 16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan fe dan vitamin C Kebiasaan Sarapan Kualitas dan kuantitas sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu dan tempat sarapan, jenis makanan sarapan, serta sumbangan zat gizi terhadap konsumsi per hari dan kecukupan gizi. Frekuensi sarapan, waktu dan tempat ssarapan menggambarkan kuantitas sarapan, sedangkan jenis makanan sarapan dan sumbangan zat gizi makanan sarapan terhadap konsumsi sehari dan kecukupan gizi menggambarkan kualitas sarapan. Frekuensi sarapan Frekuensi sarapan contoh dalam satu minggu berkisar antara satu hingga tujuh kali. Gambar 17 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan frekuensi sarapan. Lebih dari separuh contoh (52%) memiliki frekuensi sarapan 7 kali/minggu atau selalu sarapan. Persentase frekuensi sering sarapan pada contoh laki-laki (32%) lebih rendah dibandingkan contoh perempuan (4%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi sarapan contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). selalu (7 kali/minggu) sering (4-6 kali/minggu) jarang (< 4 kali/minggu) Persentase (%) laki-laki perempuan total Gambar 17 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan

18 Penelitan Faridi (2) di salah satu sekolah dasar di kota Jakarta menunjukkan proporsi siswa yang selalu sarapan sebesar 81.3% dan sisanya tidak sarapan pagi. Persentase frekuensi sarapan yang didapatkan dalam penelitian ini lebih rendah mungkin disebabkan karena tingkat pendapatan keluarga contoh yang hampir keseluruhan miskin sehingga berpengaruh terhadap frekuensi sarapan, serta metode pengambilan data yang berbeda. Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa (gula darah) dan hal ini menyebabkan tubuh lemah karena tidak adanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh (Khomsan 5). Penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (3) pada siswi SLTP di kota Bogor menunjukan siswi yang sarapan pagi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak sarapan pagi. Waktu dan Tempat Sarapan Waktu dan tempat sarapan merupakan dua hal penting yang menentukan ketersediaan sarapan. Sebaran contoh berdasarkan waktu dan tempat sarapan terdapat pada Tabel 6. Sebagian besar (8%) contoh melakukan sarapan di rumah dengan waktu sarapan (52%) pukul 6. s.d. <6.3. Contoh yang melakukan sarapan pada waktu 5.3 s.d. <6. biasanya dilakukan saat perjalanan ke sekolah. Tempat Sarapan Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan waktu dan tempat sarapan Waktu Sarapan 5.3 s.d. <6. 6. s.d. < Total n % n % n % n % Rumah Sekolah Perjalanan Total Berdasarkan hasil penelitian Nofitasari et al. (9) pada siswa sekolah menengah pertama di kota Depok menunjukkan ketersediaan sarapan pagi berhubungan dengan perilaku sarapan pagi. Siswi dengan ketersediaan sarapan pagi di rumahnya cenderung melakukan sarapan pagi sebanyak 2.42 kali dibanding siswi yang tidak tersedia sarapan pagi di rumahnya. Ketersediaan sarapan pagi juga dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain pekerjaan ibu, hal tersebut dikarenakan umumnya ibu yang tidak bekerja lebih mempunyai waktu menyiapkan makanan sarapan untuk anaknya. 46

19 Jenis Makanan Sarapan Jenis makanan sarapan pada contoh terbagi menjadi 1 jenis makanan sarapan yaitu nasi+lauk pauk, nasi+lauk pauk+susu Kental Manis (SKM), nasi uduk, nasi goreng, bihun goreng, mie goreng, bubur ayam, gorengan, dan roti atau kue, dan SKM. Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan sarapan terdapat pada Gambar 18. Persentase jenis makanan sarapan yang paling sering (38%) dikonsumsi oleh contoh adalah nasi+lauk pauk. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Faridi (2) yang menunjukkan sebagian besar siswa sekolah dasar (38%) mengkonsumsi nasi ditambah lauk pauk untuk sarapan pagi. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis makanan sarapan contoh lakilaki dan perempuan (p>.5). Persentase (%) laki-laki perempuan total nasi+lauk pauk nasi+lauk pauk+ SKM nasi uduk nasi goreng bihun goreng mie goreng bubur ayam gorengan roti/kue SKM 47 Gambar 18 Sebaran contoh berdasarkan jenis makanan sarapan Hidangan saat sarapan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang (Depkes 1995). Konsumsi pangan sumber karbohidrat (nasi) perlu disertai makanan lain sumber vitamin/mineral dari sayur dan buah sehingga mekanisme proses pencernaan menjadi lancar (Khomsan 5). Hasil penelitian menunjukkan makanan sarapan yang dikonsumsi contoh belum memenuhi syarat gizi seimbang. Contoh lebih banyak mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat seperti nasi, bihun, mie, dan lain-lain tanpa disertai makanan sumber vitamin dan mineral. Selain itu konsumsi pangan sumber protein pada saat sarapan masih sangat rendah dan kurang beragam. Pangan sumber protein

20 48 nabati yang biasa dikonsumsi contoh berasal dari adalah tempe, tahu, dan oncom sedangkan untuk protein hewani seperti telur dan ikan asin. Konsumsi dan kontribusi energi dan zat gizi makanan sarapan Rata-rata konsumsi zat gizi makanan sarapan contoh terdapat pada Tabel 7. Konsumsi rata-rata energi, protein, zat besi (Fe), dan vitamin C dari makanan sarapan contoh masing-masing sebesar 277 Kal; 6.3 g; 1.6 mg; dan.7 mg. Contoh laki-laki mempunyai rata-rata konsumsi energi, protein, dan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan, sebaliknya contoh perempuan mengkonsumsi rata-rata vitamin C dari makanan sarapan lebih besar dibandingkan contoh laki-laki. Tabel 7 Rata-rata konsumsi zat gizi makanan sarapan Zat gizi Laki-laki Perempuan Rata-rata Energi (Kal) Protein (g) Fe (mg) Vitamin C (mg) Depkes (1995) menyebutkan sarapan pagi sebaiknya menyediakan - 3% kebutuhan gizi sehari dan memenuhi syarat gizi seimbang dengan kuantitas dan kualitas yang cukup. Makanan pagi seperti pisang goreng, singkong, atau ubi terkadang dikonsumsi sebagai pengganti sarapan pagi. Makanan ringan seperti itu hanya menyumbangkan energi sebesar 5% dari kebutuhan dan proteinnya hanya cukup untuk memenuhi 2% dari kebutuhan sehari (Khomsan 5). Secara kuantitas sarapan harus dapat memenuhi kecukupan gizi yang dibutuhan setiap individu serta memenuhi syarat gizi seimbang. Hal ini karena setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai waktu metabolisme yang berbeda-beda. Pemecahan atau pembakaran karbohidrat akan berlangsung terlebih dahulu sampai 4 jam pertama, kemudian baru protein dan terakhir adalah lemak. Vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme tersebut. Jadi sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi yang ada di dalam makanan (Khomsan 5). Sebaran contoh berdasarkan kontribusi energi dan zat gizi dari makanan sarapan terdapat pada Gambar 19. Makanan sarapan hanya menyumbangkan sekitar 16% energi, 12% protein, 11% zat besi, dan 1% vitamin C terhadap kecukupan gizi. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan sarapan belum memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sekitar -3% yang dibutuhkan dari

21 49 makanan sarapan (Depkes 1995). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Yuflida (1) pada siswa sekolah dasar penerima PMT-AS di Sumatera Barat yang menunjukkan kontribusi energi terhadap kecukupan gizi dari makanan sarapan siswa sebesar 15.6% dan 11.5% untuk protein. persentase (%) Energi Protein Fe Vitamin C laki-laki perempuan total Gambar 19 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi sarapan terhadap AKG Berdasarkan kontribusi energi dan zat gizi makanan sarapan terhadap AKG, persentase kontribusi energi, protein, dan vitamin C contoh perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki sebaliknya untuk zat besi lebih besar persentase contoh laki-laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi dan tingkat kecukupan protein, zat besi, dan vitamin C makanan sarapan antara contoh laki-laki dan perempuan (p>.5). Perbedaan yang signifikan (p<.5) terdapat pada tingkat kecukupan energi makanan sarapan contoh. Contoh laki-laki memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Secara kuantitas sarapan harus dapat memenuhi kecukupan setiap individu serta memenuhi syarat gizi seimbang. Hal ini karena setiap jenis zat gizi tersebut mempunyai waktu metabolisme yang berbeda-beda. Pemecahan atau pembakaran karbohidrat akan berlangsung terlebih dahulu sampai 4 jam pertama, kemudian protein dan terakhir adalah lemak. Vitamin dan mineral akan membantu proses metabolisme tersebut. Jadi sarapan harus merupakan kombinasi yang baik diantara zat gizi yang di dalam makanan (Khomsan 5).

22 5 Kebiasaan Olahraga Berolahraga berarti melakukan aktivitas fisik. Olahraga adalah segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial (Mutohir & Maksum 7). Kebiasaan olahraga terdiri frekuensi olahraga, jenis olahraga yang dilakukan, dan durasi atau lama berolahraga. Frekuensi Olahraga Frekuensi olahraga adalah berapa kali seminggu olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan (Kusmana 1997). Frekuensi olahraga terbagi menjadi dua kategori yaitu < 3 kali/minggu dan 3 kali/minggu. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga terdapat pada Gambar. Lebih dari 7% contoh memiliki frekuensi olahraga < 3 kali/minggu. Rata-rata contoh memiliki frekuensi olahraga sebesar 2.8±1.2 kali/minggu. Contoh laki-laki memiliki persentase frekuensi 3kali/minggu lebih besar dibandingkan contoh perempuan. Hal ini menunjukkan contoh laki-laki lebih gemar berolahraga dibandingkan contoh perempuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi olahraga contoh lakilaki dan perempuan (p<.5) Persentase (%) < 3 kali/minggu 3 kali/minggu laki-laki perempuan total Gambar Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga Olahraga teratur dapat membantu proses pencernaan, meningkatkan pernyimpanan kalsium tulang, serta menguatkan jantung sehingga zat gizi dapat diantarkan ke sel-sel dengan efisien (Bredbenner et al. 9). Selain itu, kombinasi olahraga dan diet yang tepat sangat bermanfaat untuk pertumbuhan anak karena merangsang tubuh untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan sehingga anak bisa mencapai potensi maksimal yang dimilikinya (Kurniasih et al. 9)

23 51 Jenis Olahraga Olahraga sangat dibutuhkan untuk perkembangan tubuh anak, khususnya pertumbuhan tulang, sepanjang kalsium yang diperoleh sang anak tercukupi. Menurut Kurniasih et al. (9) olahraga bagi anak, terutama anak balita, tidak harus dalam bentuk gerakan terstruktur seperti senam jasmani, brain gym, atau bulutangkis. Kegiatan seperti bersepeda, bermain lompat tali, berlari-larian dengan teman-temannya juga sudah merupakan latihan jasmani bagi anak. Jenis olahraga yang sering dilakukan contoh terbagi menjadi 5 kategori yaitu lari, sepak bola, lompat tali, senam, dan lainnya. Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga terdapat pada Gambar 21. Persentase untuk semua jenis olahraga pada setiap jenis olahraga rata-rata hampir sama. Persentase tertinggi jenis olahraga pada contoh laki-laki adalah sepak bola (56%), sedangkan pada contoh perempuan adalah lompat tali (48%). Karim (2) menyebutkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan secara bervariasi, bergantiganti jenisnya supaya tidak monoton. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis olahraga contoh laki-laki dan perempuan (p<.5). Contoh laki-laki lebih menyukai jenis olahraga sepak bola sedangkan contoh perempuan lebih menyukai olahraga lompat tali. persenatase (%) lompat tali sepak bola senam 56 lari 48 lainnya laki-laki perempuan total Gambar 21 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga Durasi atau Lama Olahraga Menurut Karim (2), olahraga yang baik dan benar memiliki beberapa syarat antara lain olahraga dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan 5-1 menit, diikuti dengan latihan inti minimal menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 5-1 menit. Pada penelitian ini durasi atau lama olahraga terbagi menjadi 3 kategori yaitu <3 menit, 3-4 menit, dan >4 menit.

24 52 Gambar 22 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan durasi atau lama olahraga. Persentase contoh sebesar 46% melakukan olahraga rata-rata 3-4 menit setiap kali berolahraga. Rata-rata durasi olahraga contoh adalah 35±5 menit. Contoh laki-laki memiliki persentase yang lebih besar terhadap lama olahraga >4 menit dibandingkan contoh perempuan. Berdasarkan uji statitstik menggunakan uji t menunjukkan terdapat perbedaan antara durasi atau lama olahraga contoh laki-laki dan perempuan (p<.5). Contoh laki-laki memiliki durasi olahraga yang lebih lama dibandingkan dengan contoh perempuan. Lama atau durasi berolahraga sebaiknya dilakukan semampunya kemudian ditambah secara perlahan-lahan. Seseorang untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurence) perlu waktu latihan atau olahraga antara ½-1 jam tiap harinya (Karim 2). persentase (%) <3 menit 3-4 menit >4 menit laki-laki perempuan total Gambar 22 Sebaran contoh berdasarkan durasi atau lama olahraga Daya Tahan Paru-Jantung Keluhan sering merasa lelah, lemah, letih, lesu, atau lalai (5L) Keluhan sering merasa lelah, lemah, letih, lesu, atau lalai (5L) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kebugaran secara subjektif. Gejala 5L merupakan salah satu gejala anemia akibat defisiensi zat gizi besi. Anemia merupakan suatu kondisi yang ditandai konsentrasi hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal. Oleh karena hemoglobin memegang peranan penting dalam fungsi transport oksigen dalam darah, maka anemia dapat mengurangi pengiriman oksigen ke jaringan tubuh, sehingga mengganggu proses metabolik aerobik jaringan. Konsentrasi hemoglobin yang rendah dapat mengurangi angka maksimal pengiriman oksigen ke jaringan, sehingga akan mengurangi VO 2 max dan mengganggu kapasitas kebugaran jasmani (Pate 1982, diacu dalam Utari 7).

25 53 Sebaran contoh berdasarkan keluhan 5L terdapat pada Gambar 23. Lebih dari separuh contoh (6%) memiliki keluhan sering merasa 5L. Contoh perempuan memiliki persentase lebih banyak mengeluh sering merasa 5L dibandingkan contoh laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan karena contoh perempuan memasuki usia remaja awal dan telah mengalami masa menstruasi sehingga sering merasakan gejala 5L. Menurut Hardinsyah (4), gejala-gejala psikis dari keluhan menjelang menstruasi yang sering muncul adalah ketegangan, rasa cepat marah, lesu, gelisah. dan kurang konsentrasi Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keluhan sering merasa 5L contoh lakilaki dan perempuan (p>.5). Persentase (%) mengeluh tidak mengeluh 6 4 laki-laki perempuan total Gambar 23 Sebaran contoh berdasarkan keluhan 5L Keluhan sering mengantuk Keluhan sering mengantuk disebabkan tubuh kekurangan oksigen akibat merasa lapar atau kurang bugar. Kebugaran secara subjektif dapat diukur dengan indikator keluhan sering mengantuk. Sebaran contoh berdasarkan keluhan sering mengantuk terdapat pada Gambar 24. Persentase keluhan sering mengantuk pada contoh cukup tinggi sebesar 58%. Contoh laki-laki memiliki persentase keluhan sering mengantuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda mann-whitney u, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keluhan sering mengantuk contoh laki-laki dan perempuan (p>.5).

26 54 Persentase (%) mengantuk tidak mengantuk laki-laki perempuan total Rata-rata V 2 max Gambar 24 Sebaran contoh berdasarkan keluhan mengantuk VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. VO 2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam ml/menit/kg berat badan (Colan 1992). Tabel 8 menunjukkan rata-rata VO 2 max contoh. Tabel 8 Rata-rata VO 2 max contoh Contoh VO 2 max (ml/kg/menit) Laki-laki 25.3 ± 4.6 Perempuan.6 ± 3.3 Rata-rata 22.9 ± 3.1 Rata-rata VO 2 max laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan contoh perempuan. Hasil rata-rata VO 2 max contoh masih jauh berbeda apabila dibandingkan besar VO 2 max ideal untuk usia 1-19 tahun adalah ml/kg/menit (laki-laki) dan ml/kg/menit (perempuan) (Anonim 1). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata V 2 max contoh laki-laki dan perempuan (p<.5). Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Perputaran kosentrasi hemoglobin pada laki-laki sebesar 1-% lebih tinggi daripada wanita sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam menghantarkan oksigen ke dalam otot (Macmurray & Ondrak 8). Hasil penelitian Mahardika (9) menyebutkan rata-rata VO 2 max anak usia 7-13 tahun di Indonesia hanya mencapai 29 ml/kgbb/menit. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan VO 2 max contoh dalam penelitian kemungkinan karena rentang usia yang lebih jauh dibandingkan usia pada contoh penelitian dan keadaan status gizi yang lebih baik.

27 55 Tes Cooper Tes Cooper 12 menit merupakan tes maksimal di lapangan, tes ini merupakan tes lapangan yang baik dan sering digunakan untuk tes daya tahan paru-jantung. Subjek yang akan dites diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 12 menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di lintasan (Budiman 7), kemudian dihitung jarak tempuhnya untuk menghitung tingkat kebugaran.mahardika (9) melakukan tes cooper untuk mengetahui profil kebugaran jasmani pada anak Indonesia berusia 7-13 tahun. Tabel 9 menunjukkan rata-rata jarak tempuh lari contoh. Tabel 9 Jarak tempuh lari contoh Contoh Laki-laki Perempuan Rata-rata Jarak tempuh lari (m) 1618± ± ±8.1 Rata-rata contoh memiliki jarak tempuh lari sebesar 1529±8.1 meter. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t terdapat perbedaan yang signifikan antara jarak tempuh lari contoh laki-laki dan perempuan (p<.5). Contoh perempuan memiliki jarak tempuh lari yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Sebaran contoh berdasarkan daya tahan paru-jantung (tes cooper) terdapat pada Gambar 25. Persentase (%) sangat kurang 16 kurang laki-laki perempuan total Gambar 25 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan paru-jantung (cooper test) Sebagian besar contoh memiliki daya tahan paru-jantung yang sangat kurang sebesar 64%. Contoh perempuan dengan daya tahan paru-jantung sangat kurang lebih tinggi (84%) persentasenya dibandingkan dengan contoh laki-laki (44%). Penelitian yang dilakukan Mahardika (9) pada 185 anak

28 56 Indonesia berusia 7-13 tahun ditemukan rata-rata kebugaran termasuk dalam kategori kurang berdasarkan kategori tes cooper. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan kelompok anak laki-laki ternyata memiliki VO 2 max cenderung lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (Mahardika 9) Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan antara daya tahan paru-jantung contoh laki-laki dan perempuan (p<,5). Sebaran contoh berdasarkan daya tahan paru-jantung menurut usia contoh terdapat pada Gambar 26. Persentase daya tahan paru-jantung kurang pada contoh berusia 1-11 tahun sebesar 69% lebih tinggi dibandingkan yang berusia tahun (57%), sedangkan contoh berusia tahun memiliki persentase daya tahan paru-jantung sangat kurang yang lebih tinggi (43%) dibandingkan dengan contoh berusia 1-11 tahun (31%). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Mahardika (9). Berdasarkan hasil penelitian Mahardika (9) diketahui bahwa tidak ada satupun kelompok usia anak memiliki rata-rata VO 2 max yang masuk kategori sedang, apalagi baik dan sangat baik. Semua kelompok usia memiliki VO 2 max di bawah 34.1 ml/kg BB/menit. Kalaupun nampak ada kenaikan di setiap jenjang usia, ternyata rata-rata kenaikan VO 2 max anak setiap tahunnya hanya.76 ml/kg BB/menit, bahkan nampak ada penurunan VO 2 max sebesar,4 ml/kg BB/menit dari usia 1 tahun ke 11 tahun. Persentase (%) kurang sangat kurang 1-11 tahun tahun Gambar 26 Sebaran daya tahan paru-jantung (cooper test) berdasarkan usia contoh Kondisi kebugaran seseorang merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatannya. Pada seorang yang mempunyai kebugaran jantung-paru yang baik, berbagai sistem dalam tubuhnya mampu mengambil oksigen dari udara secara optimal, mendistribusikannya ke seluruh tubuh dan

29 57 memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan tubuh pada saat tersebut (Departmen of Health and Human Service 6) Hubungan Karakteristik Contoh dan Daya Tahan Paru-Jantung Jenis Kelamin Contoh dan Daya Tahan Paru-Jantung Hasil uji korelasi Spearman antara jenis kelamin contoh dengan daya tahan paru-jantung menunjukkan hubungan negatif yang signifikan (p<.5, r= -.417). Hal ini menunjukkan bahwa contoh laki-laki memiliki daya tahan parujantung yang lebih baik dibandingkan dengan contoh perempuan. Menurut Anonim (1), nilai VO 2 max (indikator daya tahan paru-jantung) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Menurut Depkes (1997) VO 2 max pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuhnya yang bersifat menetap, diantaranya keturunan, umur dan jenis kelamin. Usia Contoh dan Daya Tahan Paru-Jantung Hasil uji korelasi Spearman antara usia contoh dengan daya tahan parujantung menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>.5). Hal ini menunjukkan bahwa usia contoh belum tentu menentukan baik buruknya daya tahan paru-jantung contoh. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mahardika (9) tidak terdapat hubungan signifikan antara usia contoh dengan VO 2 max anak usia 7-12 tahun. Menurut Macmurray dan Ondrak (8) sejalan dengan bertambahnya usia maka nilai V 2 max akan secara normal turun. Hubungan Status Gizi dan Daya Tahan Paru-Jantung Sebaran contoh berdasarkan status gizi BB/U dan daya tahan parujantung terdapat pada Tabel 1. Sebagian besar contoh dengan status gizi kurang (28%) dan normal (36%) kategori sangat kurang. memiliki daya tahan paru-jantung dengan Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (BB/U) dan daya tahan parujantung Daya Tahan Paru-Jantung Status Gizi (BB/U) Kurang Normal Total n % n % n % Sangat kurang Kurang Total Hasil uji korelasi Spearman antara status gizi (BB/U) dengan daya tahan paru-jantung menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p>,5). Hal ini

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usia Sekolah Dasar Besar Uang Jajan

TINJAUAN PUSTAKA Usia Sekolah Dasar Besar Uang Jajan TINJAUAN PUSTAKA Usia Sekolah Dasar Usia sekolah dasar adalah usia dimana seorang anak mengikuti jenjang pendidikan formal paling dasar yang ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

KEBIASAAN SARAPAN DAN OLAHRAGA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DAYA TAHAN PARU-JANTUNG ANAK SEKOLAH DASAR KEBON KOPI 2 BOGOR NONLY STEVANIE

KEBIASAAN SARAPAN DAN OLAHRAGA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DAYA TAHAN PARU-JANTUNG ANAK SEKOLAH DASAR KEBON KOPI 2 BOGOR NONLY STEVANIE KEBIASAAN SARAPAN DAN OLAHRAGA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DAYA TAHAN PARU-JANTUNG ANAK SEKOLAH DASAR KEBON KOPI 2 BOGOR NONLY STEVANIE DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Sukoharjo 1. Keadaan Demografis SMK Negeri 1 Sukoharjo terletak di Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan tahap di mana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga setiap orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI) Lembaga Lansia Indonesia yang dibentuk pada tanggal 29 Mei 2000 mempunyai visi untuk menjadikan lembaga ini sebagai mitra pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut. Proporsi penduduk usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Pembangunan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi bukan merupakan fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi anak usia sekolah disebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi).

Lebih terperinci