BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Academic Self Management 1. Pengertian Academic Self Management Menurut Gie (2000) Self Management berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Sedangkan menurut Astriyani (2010) Self Management merupakan suatu kemampuan untuk mengatur berbagai unsur di dalam diri individu seperti pikiran, perasaan, dan perilaku, selain itu Self Management juga bermanfaat untuk merapikan diri individu seperti pikiran, perasaan, perilaku individu dan juga lingkungan sekitarnya lebih memahami apa yang menjadi prioritas, tidak membedakan dirinya dengan orang lain. Menurut Dembo (2004) kata manajemen merupakan sebuah kunci untuk menjelaskan seorang pelajar itu sukses. Manajemen diri merupakan suatu faktor pengontrol yang mempengaruhi proses belajar. Hal itu membangun kondisi yang optimal untuk belajar dan menghilangkan hambatan buruk yang mengganggu dalam belajar. Academic Self Management merupakan suatu strategi-strategi yang digunakan oleh pelajar-pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang menghambat dalam belajar. Dengan mengacu pada pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Academic Self Management adalah suatu strategi dalam pendidikan yang 11

2 digunakan oleh pelajar secara sadar untuk dapat mengontrol cara belajarnya sehingga dapat mencegah dan membuang faktor-faktor penghambat dalam belajar. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Academic Self Management Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Academic Self Management, yaitu : a. Faktor personal dan sosiokultural Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan pengalaman siswa dibawa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi dan sosial budaya mereka. Hal ini dapat mempengaruhi bagaimana motivasi, perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain faktor personal, seseorang juga dipengaruhi oleh faktor sosiokultural, dimana karakteristik sosiokultural seperti level sosioekonomi, tingkat pendidikan orang tua, dan harapan orang tua dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar. b. Faktor lingkungan kelas Banyak faktor lingkungan kelas yang mempengaruhi Academic Self Management. Dalam hal ini termasuk jenis tugas yang diberikan (kuis dan tugas singkat (Short Assignment)), perilaku instruktur (dukungan yang diberikan kepada mahasiswa), dan metode pembelajaran (pembentukan kelompok belajar di dalam kelas baik sesama etnis atau dengan etnis lain, tutor) akan mempengaruhi bagaimana Academic Self Management pelajar di dalam kelas. Bukan hanya 12

3 lingkungan kelas, melainkan tanggung jawab pelajar terhadap diri sendiri juga penting (Dembo, 2004). c. Faktor internal Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang akan berpengaruh terhadap Academic Self management. Contohnya jika pelajar menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo, 2004). 3. Komponen - Komponen Academic Self Management. Menurut Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), ada beberapa komponen yang dapat membantu mengontrol pembelajaran dan Academic Self Management, yaitu: a. Motivasi Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang berenergi dan terarah. Proses internal meliputi tujuan individu, keyakinan, persepsi, dan harapan. Misalnya, ketekunan individu pada tugas sering berhubungan dengan seberapa kompeten individu percaya untuk menyelesaikan tugas. Serta, keyakinan individu tentang penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi motivasi dan perilaku individu pada tugastugas di masa mendatang. 13

4 Salah satu perbedaan yang utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang tidak sukses adalah dimana dalam hal motivasi, pelajar yang sukses terlihat lebih bisa memotivasi dirinya sendiri walaupun dia berada dalam situasi yang tidak baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung susah untuk mengontrol motivasi mereka. Menjadi pelajar yang sukses, seharusnya pelajar mampu berkonsentrasi dan yakin dengan banyak potensi dirinya dan pengaruh lingkungan. Selain hal yang sudah dijelaskan, salah satu hal yang menjadi masalah dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat saja memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang mengganggu ketika motivasi sedang dibangun. Terkadang, gangguan yang kecil dapat menyebabkan motivasi individu menurun. Untuk menjadi pelajar yang sukses pelajar seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan lingkungan yang mengganggu. Pelajar menggunakan banyak proses yang berbeda untuk mengontrol aspek perilakuknya. Beberapa teknik Self Management yang bersifat motivasional antara lain : 1) Perencanaan tujuan. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki prestasi lebih sering menggunakan perencanaan tujuan dan lebih konsisten daripada individu berprestasi rendah. 2) Self Verbalization atau Self Talk. Teknik ini memiliki banyak bentuk. Misalnya, Penguatan verbal atau pujian dapat digunakan sebagai bentuk perilaku yang diinginkan. Berbicara dengan diri sendiri (Self Talk) dapat membantu individu mengontrol kecemasan, suasana hati, dan respon emosional lainnya (Butler, dalam Dembo, 2004). 14

5 Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa apa yang individu katakan kepada dirinya sendiri merupakan faktor penting dalam menentukan sikap, perasaan, emosi, dan perilaku. Self Talk dapat bersifat memotivasi dan ada juga yang menghambat pelajar di dalam melaksanakan tugas. 3) Mengatur atau membayangkan hadiah atau hukuman untuk keberhasilan atau ketidakberhasilan di dalam melakukan tugas akademik. Pelajar yang mampu untuk mengontrol motivasi dengan memberikan diri sendiri, sebuah Reward atau hukuman, memiliki performansi akademik yang lebih baik daripada pelajar yang tidak menggunakan teknik ini. b. Metode belajar Istilah lain untuk metode pembelajaran adalah strategi belajar. Strategi belajar adalah metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan informasi. Pelajar berprestasi tinggi menggunakan strategi belajar lebih banyak daripada pelajar yang memiliki prestasi lebih rendah. Pelajar dapat menggunakan strategi yang berbeda pada kondisi belajar yang berbeda juga. Menggaris bawahi, meringkas, dan menguraikan merupakan tehnik dalam strategi belajar. Pelajar yang sukses hendaknya memiliki strategi pembelajaran yang baik. Hal ini dapat dengan memperlengkapi hal-hal yang dapat mempermudah pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru menjelaskan sehingga ketika ujian dia tidak akan susah untuk menghafal bahan. 15

6 c. Penggunaan waktu Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung memiliki rata-rata nilai lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar dengan keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat dibutuhkan karena berdampak dengan manegemen diri pelajar. Jika seorang pelajar mengalami kesulitan bergaul dengan waktu, dia tidak akan mengerti bagian tugas yang harus diutamakan. Masalah dari kebanyakan pelajar adalah dimana mereka tidak memiliki banyak waktu untuk yang semestinya perlu untuk dikerjakan, karena dia tidak memiliki kemampaun dalam mengatur waktunya. Ketika pelajar dapat mengatur waktunya, maka dia dapat menganalisa waktunya dan bisa mempergunakan waktu sebaik-baiknya tanpa ada waktu yang terbuang. Hal ini dapat dilihat bagaimana pelajar merancang waktu belajarnya dengan baik. d. Lingkungan fisik dan lingkungan sosial Aspek penting dari Self Managemenet adalah kemampuan peserta didik untuk merestrukturisasi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan pelajar. Ditemukan bahwa pelajar berprestasi tinggi lebih banyak melakukan restrukturisasi lingkungan dan lebih mungkin untuk mencari bantuan orang lain daripada pelajar yang berprestasi rendah. Untuk sebagian besar, Restrukturisasi lingkungan fisik mencakup pencarian tempat belajar yang tenang atau bebas dari gangguan. Self Management dari lingkungan sosial berkaitan dengan kemampuan individu untuk menentukan kapan ia harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, atau ketika saatnya untuk mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya, 16

7 atau sumber daya nonsosial (seperti buku referensi). Mengetahui bagaimana dan kapan untuk bekerja dengan orang lain merupakan keterampilan penting yang sering tidak diajarkan di sekolah. e. Performansi Faktor terakhir adalah prestasi akademis. Dengan menulis makalah, menyelesaikan ujian, atau membaca buku, individu dapat belajar bagaimana menggunakan proses manajemen diri untuk mempengaruhi kualitas kinerja individu. Salah satu fungsi penting dari tujuan (Goal) adalah menyediakan kesempatan bagi individu untuk menganalisa kinerja individu tersebut. Pada saat pelajar dapat mengamati pekerjaan dalam kondisi yang berbeda, berarti pelajar memiliki kemampuan untuk mengubah perilakunya dalam belajar. Hal ini sangat baik untuk menyukseskan dalam pendidikan. Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap performansi (Performance), pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri, dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai. 4. Strategi dari Academic Self Management Menurut Dembo (2004), strategi dari Academic Self Management dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: a. Strategi perilaku meliputi : 17

8 1) Manajemen waktu. Tujuan dari manajemen waktu adalah untuk memastikan kalau semua tugas penting telah terlaksana. Ada beberapa strategi dalam memanajemen waktu : a) Membuat jadwal belajar b) Belajar di lingkungan yang bebas dari distraksi dan interupsi c) Mengatur jam istirahat di dalam proses belajar d) Rencanakan secara spesifik hal-hal yang akan dilakukan di setiap waktu e) Menyusun alternatif kegiatan yang akan dilakukan ketika waktu belajar yang dimiliki berlebihan f) Mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan setiap tugas g) Membuat prioritas tugas h) Kerjakan tugas dari mata pelajaran yang tidak disukai i) Kerjakan tugas sedini mungkin j) Bawalah kalender setiap saat dan tuliskan pertemuan apapun setelah dibuat Beberapa alat bantu yang dapat dipakai dalam memanajemen waktu yaitu kalender semester, daftar tugas mingguan yang menjadi prioritas, dan daftar tugas mingguan. 2) Pengaturan lingkungan fisik dan sosial. Manajemen dari lingkungan sosial meliputi kemampuan untuk menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, atau kapan waktunya untuk mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya dan sumber nonsosial seperti 18

9 buku referensi, buku bacaan tambahan, atau internet. Lingkungan fisik dan sosial merupakan distraktor eksternal di dalam proses belajar (Dembo, 2004). Ada beberapa cara untuk mengurangi distraktor eksternal: a) Menciptakan lingkungan belajar yang minim distraksi b) Melengkapi materi yang dibutuhkan untuk belajar c) Mengendalikan level suara kebisingan d) Duduk di barisan depan kelas e) Mengurangi interupsi, misalnya : dengan memasang tanda Ujian Semester : Jangan Diganggu di depan pintu kamar f) Protes ketika gangguan muncul. Kelompok belajar merupakan salah satu bentuk dukungan sosial di dalam lingkungan belajar. Penelitian oleh Johnson & Johnson (1987) menyatakan pembelajaran berbasis kooperatif dapat meningkatkan pencapaian akademik yang lebih baik, kemampuan berpikir yang lebih baik, dan meningkatkan hubungan pertemanan. b. Strategi motivasi Strategi motivasi meliputi : 1) Menyusun tujuan. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standar untuk performansi. Tujuan dapat bersifat jangka pendek, jangka panjang maupun jangka panjang sekali (Dembo, 2004). Tujuan membantu memotivasi perilaku tetapi tujuan tidak dapat menyelesaikan semua tugas, dikarenakan kualitas dari performansi juga dipengaruhi oleh faktor nonmotivasional seperti kemampuan, latihan, dan Resources (Reeve, 19

10 1996). Tujuan membantu pelajar untuk menjadi waspada (Aware) terhadap nilai dan menentukan apa yang ingin dilakukannya. Sebagai hasilnya, tujuan akan mempengaruhi sikap, motivasi, dan proses belajar. Schunk (1991) mengatakan efek dari tujuan terhadap perilaku tergantung dari tiga properti : kespesifikan, Proximity, dan tingkat kesulitan. Tujuan yang spesifik membantu pelajar menentukan jumlah usaha yang dibutuhkan untuk sukses dan mengarah pada perasaan puas ketika tujuan itu tercapai. Tujuan Proximal merupakan tujuan yang dekat atau tujuan yang akan tercapai dan meningkatkan motivasi terhadap pencapaiannya. Persepsi pelajar mengenai mudah atau sulitnya tugas akan mempengaruhi jumlah dari usaha yang perlu dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas. 2) Meregulasi emosi dan usaha. Emosi akademik mempengaruhi proses belajar dan pencapaian. Emosi positif meningkatkan kontrol akan proses belajar, sedangkan emosi negatif mengarah pada perilaku yang lebih pasif. Emosi akademik pelajar berpengaruh terhadap proses belajar, kontrol diri, dan pencapaian akademik (Pekrum, Goetz, Titz, & Perry, 2002). Self Talk menjadi komponen utama dalam menentukan emosi. Self Talk berfungsi sebagai motivator yang dapat memicu pelajar untuk menjadi produktif atau tidak produktif di dalam belajar (Dembo, 2004). Self Talk mempengaruhi kognisi (pemikiran) dan emosi, dan akhirnya mengarahkan perilaku. Orang atau kejadian tidak secara langsung mempengaruhi reaksi emosional seseorang melainkan Self Talk yang 20

11 dihasilkan pelajar sehubungan dengan kejadian merupakan penyebab utama dari sikap dan emosi (Dembo, 2004). Self Talk yang negatif dapat diubah dengan cara menulis dan mengulang secara terus menerus pernyataan positif yang secara langsung membuktikan kalau Self Talk yang negatif tidak benar (Bourne, 1995). c. Strategi cara belajar Strategi cara belajar meliputi : 1) Belajar dari buku bacaan. Teknik menggarisbawahi bacaan merupakan teknik yang kurang efektif dikarenakan informasi yang dibaca tidak akan tersimpan di dalam ingatan jangka panjang (Dembo,2004). Pembaca yang baik akan menggunakan beberapa strategi dalam memahami dan mengingat apa yang dibaca, berikut ini adalah beberapa strategi tersebut (Dole, Duffy, Roehler, & Person, 1991) : a) Menentukan poin-poin penting : pembaca yang baik akan mengambil intisari (poin penting) dari bacaan. b) Meringkas informasi : pembaca yang baik akan meringkas informasi dengan mengulang semua ide di bacaan atau bab, membedakan antara informasi yang penting dan tidak penting, dan kemudian menggabungkan ide untuk menciptakan kalimat yang merepresentasi bahan yang sedang dipelajari. c) Membuat kesimpulan : pembaca yang baik akan membuat kesimpulan dari bacaan yang dibaca. 21

12 d) Memuculkan pertanyaan : ketika membaca, pembaca yang baik dapat menimbulkan pertanyaan dan berusaha menjawab pertanyaan tersebut. e) Memonitor pemahaman : pembaca yang baik tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya ketika pelajar tidak memahami bacaan. 2) Belajar dari guru. Belajar dari guru akan berbeda dengan belajar dari buku dimana ketika belajar dari buku, pelajar dapat mengontrol kecepatan dari informasi yang masuk ke otak sedangkan sewaktu belajar dari guru. Guru yang menjadi kunci di dalam menyalurkan informasi sehingga dibutuhkan teknik belajar yang dapat membantu pelajar untuk mendapatkan informasi dari guru. Salah satunya adalah dengan membuat catatan. Pelajar yang membuat catatan dan mengulangnya ketika keluar dari kelas akan mempelajari lebih banyak informasi daripada pelajar yang tidak membuat catatan (Kiewra, 1989). 3) Mempersiapkan diri untuk ujian. Pelajar dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan menyusun rencana belajar. Rencana belajar yang efektif meliputi apa, kapan, dan bagaimana materi belajar perlu direview; mengorganisasikan dan memisahkan materi ke dalam bagian kecil yang akan dipelajari untuk beberapa hari ke depan; dan mencakup beragam strategi belajar cara belajar (Learning and Studying) yang dapat digunakan pelajar untuk merespon dengan pertanyaan ujian level tinggi atau level rendah (Dembo, 2004). 22

13 4) Menjalani ujian. Strategi dalam menjalani ujian tergantung pada tipe soal ujian. Salah satu strategi umum adalah mengulang pertanyaan ujian yang lalu dan memahami kenapa kesalahan dibuat di ujian yang lalu, hal ini akan mempengaruhi perubahan strategi belajar di ujian selanjutnya. Strategi lain yang dapat diterapkan antara lain : membaca instruksi soal dengan hati-hati, menggunakan waktu ujian secara efektif, membaca soal dengan teliti (mengantisipasi satu soal essai yang memiliki dua pertanyaan), dan lain-lain (Dembo, 2004). B. Kelas Akselerasi 1. Pengertian Kelas Akselerasi Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Menurut Hamalik (dalam Ahmadi, 2011) akselerasi berarti memberi kesempatan kepada siswa yang bersangkutan untuk naik ketingkat kelas berikutnya lebih cepat satu atau dua sekaligus. Hal ini tentu saja tidak dapat dipenuhi bagi semua siswa yang belajar dan bagi yang mampu merupakan suatu kesempatan untuk mempercepat studinya disekolah tersebut sehingga dapat mempersingkat waktu studinya. Colangelo (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjukkan pada pelayanan yang diberikan (Service Delivery), dan kurikulum yang disampaikan (Curriculum Delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian 23

14 akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya. Sedangkan menurut Felhusen, Proctor, dan black (dalam Hawadi, 2004), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai prestasi akademik yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelas akselerasi berisikan seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntukkan bagi siswa yang memiliki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan kemampuan, serta bakat dan minat luar biasa dibandingkan dengan siswa lain (siswa biasa), sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan sesuai dengan pemahaman materi sehingga ia dapat menempuh waktu studinya lebih cepat dari waktu yang ditentukan pada kelas biasa. 2. Tujuan Kelas Akselerasi Secara umum, penyelenggaraan program percepatan belajar bertujuan : a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan efektifnya. b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya. c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik. d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. 24

15 Sementara itu, program percepatan belajar memiliki tujuan khusus, yaitu : a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat. b. Memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang. c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik. 3. Manfaat Kelas Akselerasi Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan beberapa keuntungan dari dijalankannya kelas akselerasi bagi anak berbakat. a. Meningkatkan efisiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien. b. Meningkatkan efektivitas Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. c. Penghargaan Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya. d. Meningkakan waktu untuk karier Adanya pengurangan waktu untuk belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain. 25

16 e. Membuka siswa pada kelompok barunya Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama. f. Ekonomis Keuntungan bagi sekolah yaitu tidak perlu mengeluarkan bayak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat. Kelas akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas, proses yang terjadi akan memungkinkan siswa untu memelihara semangat dan gairah belajarnya. Kelas akselerasi membawa siswa pada tantangan yang berkesinambungan yank akan menyiapkan mereka menghadapi kekakuan pendidikan selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia professional pada usia yang lebih muda dan memperoleh kesempatan-kesempatan untuk bekerja produktif. 4. Kelemahan Kelas Akselerasi Southern dan Jones (dalam Hawadi, 2004) menyebutkan empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat. a. Segi akademik 1) Bahan ajar terlalu tinggi bagi siswa akselerasi. Hal ini akan membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal dibelakang kelompok teman barunya, dan akan menjadi siswa yang berprestasi sedang-sedang saja, bahkan siswa akseleran yang gagal. 26

17 2) Bisa jadi kemampuan siswa akseleran yang terlihat melebihi teman sebayanya hanya bersifat sementara. Dengan berambah usianya, kecepatan prestasi siswa menjadi biasa-biasa saja dan sama dengan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan kebutuhan akselerasi menjadi tidak perlu lagi dan siswa akseleran lebih baik dilayani dalam kelompok kelas regular. 3) Meskipun memenuhi persyaratan dalam bidang akademis, siswa akseleran kemungkinan imatur secara social, fisik, dan emosional dalam tigkatan kelas tertentu. 4) Proses akselerasi menyebabkan siswa akseleran terikat pada keputusan karir lebih dini. Agar siswa dapat berprestasi baik, dibutuhkan pelatihan yang mahal dan tidak efisien untuk dirinya sebagai pemula. Bisa jadi kemungkinan buruk yang terjadi adalah karir tersebut tidak sesuai bagi dirinya. 5) Siswa akseleran mungkin mengembangkan kedewasaan yang luar biasa tanpa adanya pengalaman yang dimiliki sebelumnya. 6) Pengalaman-pengalaman yang sesuai untuk anak seusianya tidak dialami oleh siswa akseleran karena tidak merupakan bagian dari kurikulum. 7) Tuntutan sebagai siswa sebagain besar pada produk akademik konvergen sehingga siswa aseleran akan kehilangan kesempatan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan divergen. b. Segi penyesuaian sosial 1) Siswa akan didorong untuk berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu beraktivitas dengan teman sebayanya. 27

18 2) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya. Hal ini menyebabkan mereka menyesal kehilangan kesempatan tersebut dan akan mengarahkannya dalam Social Maladjustment selaku orang dewasa kelak. Mereka akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan teman sebayanya. 3) Siswa sekelasnya yang lebih tua kemungkinan akan menolaknya, sementara itu siswa akseleran akan kehilangan waktu bermain dengan teman sabayanya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumlah dan frekuensi pertemuan dengan teman-temannya. 4) Siswa sekelasnya yang lebih tua tidak mungkin setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelas nya yang lebih muda usia. Hal ini menyebabkan akseleran akan kehilangan kesempatan dalam keterampilan kepemimpinan yang dibutuhkannya dalam pengembangan karier dan sosialnya dimasa depan. 5) Berkurangnya kesempatan kegiatan ekstrakurikuler. Kebanyakan aktivitas ekstrakurikuler berkaitan erat dengan usia. Hal ini menyebabkan siswa akseleran akan berhadapan dengan teman sekelasnya yang tua dan tidak memberikannya keempatan. Hal ini menyebabkan siswa akan kehilangan kesempatan yang penting dan berharga diluar kurikulum sekolah yang normal. Akibatnya, mereka akan kehilangan pengalaman penting yang berkaitan bagi karirnya dimasa depan 28

19 c. Penyesuaian emosional 1) Siswa akseleran pada akhirnnya akan mengalami burn out dibawah tekanan yang ada dan kemungkinan menjadi underachiever. 2) siswa akseleran akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain. 3) Adanya tekanan untuk berprestasi membuat siswa akseleran kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi. 5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Kelas Akselerasi Sebelum seorang peserta didik dapat mencapai tujuan belajar, dalam pencapaian itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Menurut Slameto (dalam Ahmadi, 2011) faktor yang berpengaruh pada proses belajar siswa dibagi menjadi 2, yaitu : a. Faktor internal (faktor jasmaniah) terdiri dari : 1) Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang sedang tidak baik. Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka seseorang tersebut haruslah mengusahakan kesehatannya supaya tetap terjamin. 2) Cacat tubuh. Cacat tubuh adalah suatu faktor fisik yang kurang sempurna keadaanya. Keadaan ini mempengaruhi proses belajar. 29

20 3) Faktor psikologis. Faktor ini lebih bersifat kejiwaan pada seseorang yang sedang melakukan proses belajar, diantaranya : inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, dan kesiapan. 4) Faktor kelelahan. Kelelahan sangat mempengaruhi proses belajar, karena hal ini dapat berdampak pada konsentrasi individu tersebut sehingga perlu diusahakan kondisi yang sehat. b. Faktor eksternal, terdiri dari : 1) Faktor keluarga Cara orang tua mendidik anak dilingkungan keluarga akan sangat mempengaruhi proses belajar siswa, selain itu hubungan antara anak dengan orang tua, serta kondisi maupun suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga tersebut. 2) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa diantaranya metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah. 3) Faktor masyarakat Yang termasuk faktor masyarakat yang sangat mempengaruhi belajar siswa, diantaranya : kegiatan siswa dimasyarakat, media masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. 30

21 C. Gambaran Academic Self Management pada Siswa Kelas Akselerasi SMP Harapan 2 dan SMP Al-Azhar Medan. Tujuan dari dunia pendidikan adalah menghasilkan orang-orang yang mampu untuk mengedukasi diri sendiri, sehingga pelajar harus mampu untuk mengatur hidup sendiri, mengatur tujuan dan menyediakan penguat untuk diri sendiri. Kehidupan yang penuh dengan tugas-tugas menuntut dibutuhkannya kemampuan untuk melakukan manajemen diri (Kanfer & Gaelick dalam Woolfolk, 2004). Kelas akselerasi yang merupakan kelas percepatan pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya (Ahmadi, 2011). Kurikulum yang padat tersebut memberi kesempatan bagi siswa kelas akselerasi untuk belajar manajemen diri sendiri (Dembo, 2004). Siswa yang memerlukan kemampuan untuk menejemen diri sendiri termasuk siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan. Siswa kelas akselerasi tersebut tentunya memiliki tuntutan dan harapan kurikulum yang membuat siswa kelas akselerasi harus lebih bekerja keras, mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab (Alsa, 2007). Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa kelas akselerasi, terlihat bahwa siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar disekolah dan mengikuti bimbingan belajar disekolah maupun diluar. Tuntutan dari kurikulum mengharuskan siswa untuk lebih bekerja keras. Siswa yang tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut memiliki prestasi akademik yang biasa-biasa saja 31

22 bahkan rendah, bahkan terdapat beberapa siswa kelas akselerasi yang dipindahkan ke kelas regular. Hal ini terjadi karena nilai mata pelajaran yang selalu menurun. Kunci utama bagi keberhasilan siswa kelas akselerasi dalam dunia pendidikan adalah kemampuan memanajemen diri yang baik dikarenakan pelajar yang sukses akan mengatur diri sendiri atau mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, menciptakan kondisi yang optimal untuk belajar, dan menghilangkan rintangan yang dapat mengganggu proses belajar. Kemampuan tersebut dikenal dengan istilah Academic Self Management (Dembo, 2004). Academic Self Management adalah strategi-strategi yang digunakan pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Dembo, 2004). Strategi tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu strategi perilaku (manajemen waktu dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi emosi dan usaha), dan strategi belajar cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian dan menjalani ujian) (Dembo, 2004). Siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan dikatakan menerapkan strategi perilaku ketika mereka mampu memanajemen waktu dan mengatur lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu yang baik tercermin dari bagaimana siswa kelas akselerasi tersebut mampu memanfaatkan waktu yang ada secara efektif dan efisien. Pengaturan lingkungan fisik dan sosial tercermin dari kemampuan siswa kelas akselerasi dalam menentukan tempat belajar yang tepat, kapan waktunya untuk belajar sendiri atau dengan orang lain (Zimmerman & Risemberg, 1997). 32

23 Selain itu, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi motivasi ketika mereka menyusun tujuan belajar dan meregulasi emosi dan usaha. Tujuan belajar yang spesifik, dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku siswa kelas akselerasi dalam belajar (Dembo, 2004). Siswa kelas akselerasi dapat memanajemen emosi melalui self-talk, seperti memberikan kata-kata semangat kepada diri mereka ketika mereka menjumpai kendala di dalam proses belajar. Terakhir, siswa kelas akselerasi dikatakan menerapkan strategi belajar cara belajar ketika siswa tersebut mampu untuk menentukan strategi belajar seperti apa yang harus diterapkan ketika mereka dihadapkan dengan media belajar yang berbeda, misalnya : belajar dari buku, belajar dari dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian (Dembo, 2004). Salah satu faktor yang mempengaruhi Academic Self Management adalah faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi pelajar yang akan berpengaruh terhadap Academic Self Management, misalnya jika pelajar menghargai sebuah tugas dan menganggap pelajar dapat menguasainya, maka pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda,berusaha lebih keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan (Dembo, 2004). Hal ini dapat memotivasi siswa kelas akselerasi dalam melakukan Academic Self Management di dalam proses belajar. Academic Self Management sangat diperlukan pada siswa kelas akselerasi agar mereka mampu menghadapi beragam hambatan yang dijumpai di dalam proses belajar. Kebiasaan memanajemen diri dalam proses belajar bagi siswa kelas akselerasi akan berdampak positif terhadap masa depan siswa kelas akselerasi 33

24 tersebut dikarenakan menurut Dembo (2004), banyak pelajar yang tidak menyadari pentingnya kemampuan memanajemen diri di masa depan. Tujuan program kelas akselerasi ialah memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektifnya, memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik, menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan, dan memacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, siswa kelas akselerasi SMP Harapan 2 Medan dan SMP Al-Azhar Medan diharapkan memiliki Academic Self Management yang tinggi terutama dalam penerapan Academic Self Management dalam proses belajar. 34

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Academic Self-Management 1. Pengertian academic self-management Tujuan dari dunia pendidikan adalah menghasilkan orang-orang yang mampu untuk mengedukasi diri sendiri, sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan BAB II LANDASAN TEORI A. SELF MANAGEMENT 1. Definisi Self Management Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa di Indonesia semakin meningkat. Menurut Amril Muhammad, Sekretaris

Lebih terperinci

TINGKAT PENGATURAN DIRI DALAM BIDANG AKADEMIK PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

TINGKAT PENGATURAN DIRI DALAM BIDANG AKADEMIK PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI TINGKAT PENGATURAN DIRI DALAM BIDANG AKADEMIK PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING DI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan asumsi penelitian. A. Latar Belakang Masalah Sebagai lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang seperti akademik, kreativitas, dan task commitment dibandingkan dengan anakanak pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Interaksi tersebut selalu dibutuhkan manusia dalam menjalani kehidupannnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu memberikan pengetahuan dasar dan sejumlah keterampilan khusus serta pelatihan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi

BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj KECERDASAN SOSIAL SISWA KELAS AKSELERASI Cita Bakti Utama Putra Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Self Regulated Learning 2.1.1. Definisi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1988), Self regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab tiga ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, subjek dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur dan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment 2.1.1. Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), jumlah remaja di dunia cukup tinggi. Pada tahun 2012 sekitar 1,6 miliar orang di dunia berusia 12-24 tahun (WHO, 2012). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan tumpuan harapan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan tumpuan harapan para orang tua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan individu yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan pribadi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di era globalisasi yang menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Pendidikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan suatu proses yang ada dalam diri manusia dan dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun informal. Belajar secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Kuisioner Kompetensi Kepribadian Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbasis kompetensi di Jurusan Biologi-UB, maka kami mohon kesediaan saudara unuk mengisi kuisioner ini. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia selalu berusaha untuk ditingkatkan agar mencapai hasil yang semakin baik kedepannya. Pendidikan merupakan aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan pendidikan diajarkan di institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA)

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) Oleh Rochmat Wahab PENDAHULUAN SETIAP ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA) MEMBUTUHKAN UNTUK TUMBUH DAN BERKEMBANG ORANGTUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, mau tidak mau manusia harus mengikuti keadaan yang ada kalau manusia masih mempunyai keinginan untuh bertahan hidup. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang kompeten dalam bidangnya dan mampu mengembangkan kemampuan intelektual yang mereka miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi. BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah usia transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanakkanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang berkualitas. Dwi Siswoyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007), adalah keaktifan atau kegiatan. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman sekarang ini, semakin banyak individu yang menempuh pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi (www.freelists.org). Perguruan tinggi (PT) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuan ilmu pengetahuan agar tidak ketinggalan. Kemajaun teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya seorang individu, memasuki dunia pendidikan atau masa sekolah formal semenjak masa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci