PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA"

Transkripsi

1 PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA Dina Yuanita Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS ( ) M. Syahid Akbar, S.Si, M.Si Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS selaku Pembimbing TA Abstrak Demam Tifoid merupakan penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella Typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid disebabkan sanitasi yang buruk dan higiene perorangan yang kurang baik. Menurut hasil Riset Dasar Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi demam tifoid di Indonesia sebesar 1,6%. Provinsi NAD merupakan prevalensi demam tifoid tertinggi yaitu sebesar 2,96%. Setelah ditelusuri ternyata penyumbang terbesar berasal dari kabupaten Aceh Utara. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjangkitnya penyakit demam tifoid di Aceh Utara. Analisi yang dilakukan yaitu dengan analisis deskriptif dan analisis klasifikasi pohon. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid, sedangkan analisis klasifikasi pohon untuk mendapatakan faktor yang mempengaruhi terjangkitnya demam tifoid.. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor utama penyebab keterjangkitan demam tifoid adalah tempat penampungan air minum. Faktor lainnya yang mempengaruhi terjangkitnya demam tifoid antara lain tempat penampungan air limbah, kualitas fisik air minum, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, tempat buang air besar, tempat pembuangan sampah, jenis kelamin,status sosial ekonomi, kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar dan penyuluhan kesehatan. Kata kunci : CART, Learning, Testing, Demam Tifoid. 1. Pendahuluan Demam Tifoid disebabkan bakteri Salmonella Typhi yang menyerang bagian saluran pencernaan. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan menyatakan demam tifoid disebabkan pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi jika mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita demam tifoid dengan higiene perorangan yang kurang baik (tidak mencuci tangan dengan baik setelah ke toilet). Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian kasus kematian tiap tahun (Anonim, 2008). Angka kejadian demam tifoid diketahui lebih tinggi pada negara berkembang khususnya di daerah tropis. Sehingga tak heran jika demam tifoid banyak ditemukan di Indonesia. Hasil Riset Dasar Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang terjangkit demam tifoid dibandingkan dengan seluruh penduduk (prevalensi) di Indonesia sebesar 1,6%. Provinsi NAD merupakan prevalensi tifoid tertinggi yaitu sebesar 2,96%. Setelah ditelusuri ternyata penyumbang terbesar berasal dari kabupaten Aceh Utara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian di Aceh Utara untuk mendapatkan faktor-faktor yang menyebabkan terjangkitnya penyakit demam tifoid. Selain itu juga akan dilihat karakteristik anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini terjadi peningkatan perilaku hidup sehat yang dapat mengurangi terjadinya penyakit demam tifoid. Penelitian demam tifoid telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Hidayati (2001), Lubis (2007) dan Tjipto (2009). Jenis analisis yang dipakai Lubis (2007) dan Tjipto (2009) adalah analisis regresi logistik, sedangkan Hidayati (2001) menggnakan regresi poisson. Dalam penelitian Hidayati variabel respon berbentuk diskrit dan berdistribusi poisson, sehingga analisi dengan metode regresi poisson dianggap paling pas. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan statistika deskriptif untuk mengetahui karakteristik rumah tangga yang terjangkit demam tifoid dan pendekatan Classification and Regression Trees (CART) untuk mendapatkan faktor yang mempengaruhi terjangkitnya demam tifoid di Aceh Utara. CART merupakan salah satu metode bersifat non parametrik yang relatif lebih mudah interpretasi karena hasil analisis berupa topologi pohon atau berupa grafis (Lewis dan Roger, 2000). Variabel respon yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah anggota rumah tangga (ART) berusia lebih dari 10 tahun yang dinyatakan terinfeksi atau tidak terinfeksi penyakit demam tifoid. 1

2 2. Tinjauan Pustaka Classification and Regression Trees (CART) Classification and Regression Trees (CART) adalah suatu metode teknik pohon keputusan (Breiman et al., 1993). CART menghasilkan suatu pohon klasifikasi jika peubah responnya kategorik, dan menghasilkan pohon regresi jika peubah responnya kontinu. Tujuan utama CART adalah untuk mendapatkan suatu kelompok data yang akurat sebagai penciri dari suatu pengklasifikasian. Klasifikasi pohon dalam CART melibatkan 4 komponen, yaitu variabel respon, variabel prediktor, data learning, dan data testing. Data learning untuk verifikasi model dan data testing untuk validasi model. Sebagai ilustrasi struktur pohon klasifikasi dapat dilihat pada Gambar 1. Simpul utama dinotasikan dengan sedangkan internal nodes (simpul dalam) dinotasikan dengan,,,,, dan. Simpul akhir atau simpul terminal adalah,,,,,,,, dan. Penghitungan depth (kedalaman) pohon dimulai dari simpul utama yang berada pada kedalaman 1, sedangkan dan berada pada kedalaman 2 begitu seterusnya sampai pada dan yang berada pada kedalaman 6. t 1 t 2 Pemilah 1 t 3 t 4 Pemilah 2 t 5 t 6 Pemilah 3 t 7 Pemilah 4 t 8 t Pemilah 5 t 10 t 11 2 Pemilah t 12 t 13 4 Pemilah 7 t 14 t Gambar 1 Struktur Klasifikasi Pohon Pembentukan pohon klasifikasi terdiri atas 3 tahap yang memerlukan learning sample L. Tahap pertama adalah pemilihan pemilah. Menurut Breiman et al. (1993), setiap pemilahan hanya bergantung pada nilai yang berasal dari satu variabel independen. Untuk variabel independen kontinu X j dengan ruang sampel berukuran n dan terdapat n nilai amatan sampel yang berbeda, maka akan terdapat n 1 pemilahan yang berbeda. Sedangkan untuk X j adalah variabel kategori nominal bertaraf L, maka akan diperoleh L pemilahan sebanyak Tetapi jika variabel X adalah kategori ordinal maka akan diperoleh L 1 pemilahan yang mungkin. Metode pemilahan yang sering digunakan adalah indeks Gini dengan fungsi sebagai berikut. (1) dengan adalah fungsi keheterogenan indeks gini, p(i t) adalah proporsi kelas i pada simpul t, dan p(j t) adalah proporsi kelas j pada simpul t h proporsi kelas i pada simpul t dan p( j, t) / p( t) adalah proporsi kelas j pada simpul t. Goodness of split merupakan suatu evaluasi pemilahan oleh pemilah s pada simpul t. Goodness of split φ ( s, t) didefinisikan sebagai penurunan keheterogenan.,, (2) Pengembangan pohon dilakukan dengan mencari semua kemungkinan pemilah pada simpul sehingga ditemukan pemilah s* yang memberikan nilai penurunan keheterogenan tertinggi yaitu,, max, (3) 2

3 dengan, adalah kriteria goodness of split, adalah proporsi pengamatan dari simpul t menuju simpul kiri, dan adalah proporsi pengamatan dari simpul t menuju simpul kanan. Tahap kedua adalah penentuan simpul terminal. Simpul t dapat dijadikan simpul terminal jika tidak terdapat penurunan keheterogenan yang berarti pada pemilahan, hanya terdapat satu pengamatan (n=1) pada tiap simpul anak atau adanya batasan minimum n serta adanya batasan jumlah level atau tingkat kedalaman pohon maksimal. Tahap ketiga adalah penandaan label tiap simpul terminal berdasar aturan jumlah anggota kelas terbanyak, yaitu: max max dengan adalah proporsi kelas j pada simpul t, adalah jumlah pengamatan kelas j pada simpul t, dan adalah jumlah pengamatan pada simpul t. Label kelas simpul terminal t adalah j 0 yang memberi nilai dugaan kesalahan pengklasifikasian simpul t terbesar. Lewis (2000) menyatakan proses pembentukan pohon klasifikasi berhenti saat terdapat hanya satu pengamatan dalam tiap simpul anak atau adanya batasan minimum n, semua pengamatan dalam tiap simpul anak identik, dan adanya batasan jumlah level/kedalaman pohon maksimal. Setelah terbentuk pohon maksimal tahap selanjutnya adalah pemangkasan pohon untuk mencegah terbentuknya pohon klasifikasi yang berukuran sangat besar dan kompleks, sehingga diperoleh ukuran pohon yang layak berdasarkan cost complexity prunning, maka besarnya resubtitution estimate pohon T pada parameter kompleksitas α yaitu : (5) dengan adalah resubtitution suatu pohon T pada kompleksitas α, adalah resubstitution estimate, adalah bagi penambahan satu simpul akhir pada pohon T, dan adalah banyaknya simpul terminal pohon T. Cost complexity prunning menentukan pohon bagian yang meminimumkan pada seluruh pohon bagian untuk setiap nilai. Nilai parameter kompleksitas akan secara perlahan meningkat selama proses pemangkasan. Selanjutnya pencarian pohon bagian yang dapat meminimumkan yaitu : min (6) Setelah dilakukan pemangkasan diperoleh pohon klasifikasi optimal yang berukuran sederhana namun memberikan nilai pengganti yang cukup kecil. Penduga pengganti yang sering digunakan adalah penduga sampel uji (test sample estimate) dan validasi silang lipat V (Cross Validation V-Fold Estimate). Demam Tifoid Penyakit Demam Tifoid atau Typhoid fever yang biasa juga disebut typhus atau types oleh orang awam, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi (S. Typhi) terutama menyerang bagian saluran pencernaan. S. typhi masuk ketubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Keakuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu. Pengobatan penyakit demam tifoid dapat menggunakan obat, perawatan umum maupun diet. Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoidparatifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi. Penelitian Sebelumnya Ada tiga penelitian yang digunakan untuk dasar penelitian ini. Tugas akhir Nunik Hidayati salah satu mahasiswa S1 jurusan Statistika FMIPA ITS, thesis dari Rahayu Lubis yang merupakan mahasiswa pasca sarjana jurusan Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara, dan penelitian yang dilakukan oleh Bambang Wasito Tjipto yang merupakan peneliti dari Puslitbang System dan Kebijakan 3 (4)

4 Kesehatan. Dari ketiga penelitian tersebut didapatkan informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam tifoid adalah sanitasi lingkungan (kepadatan penduduk, prosentase cakupan penduduk pemakai air bersih, prosentase cakupan pembuangan sampah sementara yang memenuhi syarat, prosentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat, dan prosentase cakupan penduduk pemakai sarana pembuangan air limbah) dan higiene perorangan (buang air besar ditempat yang baik/jamban dan mencuci tangan dengan benar/memakai sabun) 3. Metodologi Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari Riskesdas tahun 2007 dan Susenas tahun 2007, yang telah dihimpun oleh Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI. Objek yang diteliti adalah semua anggota rumah tangga (ART) yang berusia lebih besar 10 tahun di Aceh Utara baik yang dinyatakan menderita penyakit demam tifoid maupun tidak. Total sampel ART di Aceh Utara adalah sebanyak ART namun pada penelitian ini hanya digunakan 1816 data ART yang berusia lebih dari 10 tahun serta memiliki variabel lengkap. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel respon dan variabel prediktor. Variabel respon berskala biner yaitu, 1 untuk anggota rumah tangga terinfeksi demam tifoid dan 2 untuk anggota rumah tangga yang tidak terinfeksi demam tifoid. Sedangkan variabel prediktor yang yang digunakan dalam penalitian ini adalah. asal daerah (x 1 ), jenis kelamin (x 2 ), status sosial ekonomi (x 3 ), kualitas fisik air minum (x 4 ), tempat penampungan air minum(x 5 ), tempat pembuangan sampah(x 6 ), tempat penampungan air limbah (x 7 ), tempat buang air besar (x 8 ), kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (x 9 ), kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan (x 10 ), dan penyuluhan kesehatan (x 11 ). Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik rumah tangga yang anggota rumah tangganya (ART) terinfeksi demam tifoid di Aceh Utara. Selanjutnya akan dicari faktor apa yang menjadi penyebab terjangkitnya penyakit demam tifoid di Aceh Utara dengan analisis klasifikasi pohon (Classification Tree) dengan tahapan membagi data anggota rumah tangga menjadi 2 yaitu data learning dan data testing. Terdapat 5 kombinasi proporsi data learning dan testing, yaitu 95%:5%, 90%:10%, 85%:15%, 80%:20%, dan 75%:25%. Selanjutnya dipilih satu kombinasi proporsi data learning dan testing yang memiliki ketepatan klasifikasi data testing terbesar untuk langkah analisis selanjutnya. Kemudian menentukan kemungkinan pemilah pada setiap 11 variabel prediktor, mencari pemilah terbaik berdasarkan kriteria Goodness of Split,dan selanjutnya memilah data learning yang masih heterogen menjadi bagian yang lebih homogen dengan indeks gini. Tahap selanjutnya yaitu penentuan simpul terminal (penghentian pohon), penandaan label kelas, melakukan pemangkasan pada pohon yang telah terbentuk berdasarkan cost complexity minimum, memilih pohon terbaik dengan nilai kesalahan validasi silang yang minimum dan terakhir menguji ketepatan klasifikasi yang berasal dari data learning dengan memasukkan data testing sehingga mendapatkan angka ketepatan klasifikasi. 4. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Karakteristik Anggota Rumah Tangga yang Terjangkit Demam Tifoid Analisis deskriptif memberikan informasi bahwa dari 1816 sampel anggota rumah tangga yang diambil di Aceh Utara, 5,8% atau sebanyak 105 anggota rumah tangga diantaranya terjangkit demam tifoid dan 94,2% atau 1711 anggota rumah tangga tidak terjangkit demam tifoid. Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik dari masing-masing variabel prediktor yang terjangkit demam tifoid terbesar adalah anggota rumah tangga dari pedesaan (4,7%), jenis kelamin laki-laki (3%), status sosial ekonomi miskin (3,9%), kualitas fisik air minum tidak keruh (3,7%), tidak ada tandon untuk menampung air minum (4,5%), tempat sampah terbuka (2,9%),penampungan limbah terbuka di pekarangan (2,4%), tempat buang air besar tidak di jamban (3,2%), mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (3,5%/), mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan (5,1%), dan tidak pernah mengikuti penyuluhan kesehatan (5,5%). 4

5 Tabel 1. Karakteristik Anggota Rumah Tangga Terhadap Demam Tifoid Kategori Terjankit Tidak Terjankit Asal daerah (x1) Perkotaan 20 (1,1%) 195 (10,7%) Pedesaan 85 (4,7%) 1516 (83,5%) Jenis kelamin (x2) Laki-laki 55 (3%) 790 (43,5%) Perempuan 50 (2,8%) 921 (50,7%) Status sosial ekonomi (x3) Miskin 70 (3,9%) 760 (41,9%) Tidak miskin 35 (1,9%) 951 (52,4%) Kualitas fisik air minum (x4) Keruh 39 (2,1%) 376 (20,7%) Tidak keruh 66 (3,7%) 1335 (73,5%) Tempat penampungan air minum (x5) Tandon terbuka 82 (4,5%) 996 (54,8%) Tandon tertutup 13 (0,7%) 168 (9,3%) Tidak ada 10 (0,6%) 547 (30,1%) Tempat pembuangan sampah (x6) Tertutup 1 (0,1%) 103 (5,7%) Terbuka 53 (2,9%) 616 (33,9%) Tidak ada 51 (2,8%) 992 (54,6%) Tempat penampungan air limbah (x7) Tertutup di pekarangan 11 (0,6%) 171 (9,4%) Terbuka di pekarangan 44 (2,4%) 507 (27,9%) Di luar pekaranagan 12 (0,7%) 150 (8,3%) Tanpa penampungan 24 (1,3%) 543 (29,9%) Langsung ke got/sungai 14 (0,8%) 340 (18,7%) Tempat buang air besar (x8) Jamban 46 (2,6%) 1004 (55,3%) Bukan jamban 59 (3,2%) 707 (38,9%) Kebiasaan cuci tanga setelah BAB (x9) Ya 63 (3,5%) 841 (46,3%) Tidak 42 (2,3%) 870 (47,9%) Kebiasaan cuci tangan sebelum makan (x10) Ya 93 (5,1%) 1132 (62,3%) Tidak 12 (0,7%) 579 (31,9%) Penyuluhan kesehatan (x11) Ya 5 (0,3%) 282 (15,5%) Tidak 100 (5,5%) 1429 (78,7%) 5

6 Classification and Regression Trees (CART) Selanjutnya akan dilakukan analisis dengan metode CART. CART menghasilkan suatu pohon klasifikasi jika peubah responnya kategorik, dan menghasilkan pohon regresi jika peubah responnya kontinu. Dalam penelitian ini variabel respon berbentuk kategorik berskala biner. Bernilai 1 untuk anggota rumah tangga terinfeksi demam tifoid dan 0 untuk anggota rumah tangga yang tidak terinfeksi demam tifoid, sehingga didapatkan pohon klasifikasi untuk menjelaskan keterkaitan vairabel sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan yang diduga mempengaruhi terhadap penyakit demam tifoid. Pada klasifikasi pohon data sampel anggota rumah tangga terjangkit dan tidak terjangkit demam tifoid di Aceh Utara dibagi menjadi dua kelompok yaitu data learning dan data testing. Karena tidak ada aturan khusus mengenai pembagian proporsi antara data learning dan data testing maka pada penelitian ini dicobakan kombinasi proporsi data learning dan testing antara lain 95%:5%, 90%:10%, 85%:15%, 80%:20%, dan 75%:25%. Masing-masing kombinasi data dihitung ketepatan klasifikasi untuk data testing. Selanjutnya dipilih satu kombinasi proporsi data learning dan testing yang memiliki ketepatan klasifikasi data testing terbesar untuk langkah analisis selanjutnya. Ketepatan klasifikasi pada data testing dijadikan dasar karena dapat menggambarkan kebaikan model pohon klasifikasi yang dibentuk untuk mengklasifikasikan data baru. Setelah dilakukan pengolahan data ternyata ketepatan klasifikasi data testing tertinggi dicapai pada kombinasi data learning 75% dan testing 25%. Oleh karena itu untuk analisis selanjutnya akan digunakan data dengan kombinasi data learning 75% (1.362 data) dan testing 25% (454 data). Tahap pertama pembentukan pohon klasifikasi maksimal adalah pemilah-pemilah. Perhitungan pemilah pada setiap variabel prediktor diperoleh hasil sebagai berikut. a. Asal daerah, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan b. Jenis kelamin, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan c. Status sosial ekonomi, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan d. Kualitas air minum, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan e. Kondisi penampungan air minum, dengan 3 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 3 pemilahan f. Kondisi tempat pembuangan sampah, dengan 3 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 3 pemilahan g. Kondisi penampungan air limbah, dengan 5 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 15 pemilahan h. Tempat buang air besar, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan i. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan j. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan k. Keikutsertaan penyuluhan, dengan 2 kategori nominal. Kemungkinan pemilahan = = 1 pemilahan Penelitian ini menggunakan metode pemilahan Indeks Gini sesuai persamaan (1). Pemilah terbaik adalah pemilah yang menghasilkan nilai penurunan keheterogenan tertinggi (kriteria pemilahan goodness of split pada persamaan (2) dan persamaan (3)). Pemilah terbaik pada simpul 1 (pemilah utama) pada penelitian kali ini adalah variabel tempat penampungan air (x 5 ). Variabel tempat penampungan air terpilih sebagai pemilah utama karena menghasilkan nilai penurunan keheterogenan tertinggi pada simpul 1. Tahap kedua yaitu penentuan simpul terminal. Pohon klasifikasi maksimal (maximal tree) dari data anggota rumah tangga yang terjangkit maupun tidak terjangkit demam tifoid ditunjukkan pada Gambar 2. Pohon klasifikasi maksimal terdiri dari 89 simpul terminal dengan 15 kedalaman. Simpul terminal adalah simpul yang berwarna merah, biru dan putih. 6

7 Gambar 2. Pohon Klasifikasi Maksimal Tahap ketiga adalah penandaan label kelas. Pemberian label kelas untuk setiap simpul terminal berdasarkan rumus pada persamaan (4). Perbedaan warna pada tiap simpul terminal menunjukkan adanya perbedaan label kelas. Simpul terminal dengan warna biru menunjukkan pada simpul tersebut ditandai dengan label kelas 1 yang berarti anggota rumah tangga terjangkit demam tifoid, dengan persentase jumlah pengamatan yang terjangkit demam tifoid mendekati 100%. Warna biru akan berubah secara perlahan menjadi warna putih jika persentase jumlah pengamatan yang terjangkit demam tifoid pada simpul terminal tersebut berkisar 50%. Sedangkan untuk simpul terminal berwarna merah menunjukkan label kelas 2 yang berarti anggota rumah tangga tidak terjangkit demam tifoid, dimana persentase jumlah pengamatan kelas yang tidak terjangkit demam tifoid pada simpul tersebut mendekati 100%. Tabel 2. Kesalahan Klasifikasi Data Learning Pada Pohon Maksimal Prediksi Kelas Kelas Aktual 1 2 Total Aktual Total Prediksi Benar 1 0,871 Total Benar 0,877 Tabel 2 menunjukkan hasil klasifikasi pohon maksimal untuk data learning. Kesalahan klasifikasi terjadi bila data pada kelas aktual 1 (terjangkit demam tifoid) masuk ke dalam kelas prediksi 2 (tidak terjangkit demam tifoid) begitupun sebaliknya. Kelas 1 merupakan kelas bagi anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid tidak terjadi kesalahan pengklasifikasian. Sedangkan untuk kelas 2 yaitu kelas bagi anggota rumah tangga yang tidak terjangkit demam tifoid terjadi kesalahan pengklasifikasian sebanyak 167 pengamatan. Ketepatan klasifikasi untuk data learning pada pohon klasifikasi maksimal adalah sebesar 87,7%. Selanjutnya dilakukan pemangkasan pohon klasifikasi maksimal. Breiman, et al (1993) menyatakan pemangkasan pohon klasifikasi dilakukan apabila pohon klasifikasi yang terbentuk berukuran sangat besar dan kompleks dalam penggambaran struktur data sehingga pada akhirnya diperoleh ukuran pohon yang layak dan berdasarkan cost complexity minimum. 7

8 Gambar 3. Plot Relative Cost Gambar 3 memberikan informasi bahwa nilai relative cost pohon klasifikasi maksimal lebih besar dibandingkan relative cost pohon klasifikasi optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan pemangkasan pohon maksimal agar didapatkan nilai relative cost yang paling kecil. Garis hijau menunjukkan nilai relative cost minimum pada pohon optimal sebesar 0,599. Sedangkan untuk nilai test set relative cost dan parameter complexity masing-masing sebeasar 0,599 ± 0,06 dan 0,004. Setelah dilakukan pemangkasan terhadap pohon klasifikasi maksimal maka dihasilkan pohon klasifikasi optimal yang memiliki relative costi terkecil dengan 9 kedalaman dan 16 simpul terminal yang disajikan dalam Gambar 4. Gambar 4. Pohon Klasifikasi Optimal Variabel prediktor yang menjadi pemilah utama pada pohon klasifikasi optimal adalah tempat penampungan air minum (x 5 ) dengan skor variabel penting 100. Dengan kata lain penampungan air minum merupakan faktor utama yang mempengaruhi anggota rumah tangga terjangkit atau tidak terjangkit demam tifoid. Keterangan dari dr. Statinta Febrianti yang berdinas di Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi, penyebab seseorang terjangkit demam tifoid adalah bakteri salmonella thypi.penularannya melalui makanan dan minuman yang telah tercemari oleh bakteri tersebut. Orang yang kelelahan lebih mudah terjangkit penyakit demam tifoid karena daya tahan tubuhnya menurun. Apabila seseorang dengan daya tahan tubuh menurun mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri s.thypi maka orang tersebut mudah terjangkit penyakit demam tifoid. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan tempat penampungan air minum sebagai faktor utama yang mempengaruhi terjangkitnya demam tifoid. Karena dengan tidak mempunyai tempat penampungn air minum atau tempat penampungan air minum terbuka maka mudah sekali bakteri salmonella thypi mencemari air yang merupakan bahan pokok untuk keperluan sehari-hari. Sehingga orang yang tidak mempunyai tempat penampungan air minum atau tempat penampungan air minumnya terbuka lebih rentan terjangkit demam tifoid. Selain tempat penampungan air minum variabel yang juga berkontribusi dalam pembentukkan pohon optimal adalah variabel tempat penampungan air limbah (x 7 ) dengan skor 70.61, variabel kualitas fisik air minum (x 4 ) dengan skor 55.23, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan (x 10 ) dengan skor 48.12, variabel tempat buang air besar (x 8 ) dengan skor 40.60, tempat pembuangan sampah(x 6 ) dengan skor 37.50, jenis kelamin (x 2 ) dengan skor dan status sosial ekonomi (x 3 ) dengan skor Sedangkan variabel kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (x 9 ) dan penyuluhan kesehatan (x 11 ) memiliki skor variabel penting dibawah 20. Simpul utama (simpul 1) dipilah oleh variabel penampungan air minum dengan mengelompokkan 931 anggota rumah tangga yang tidak memiliki tempat penampungan air minum dan anggota rumah 8

9 tangga yang penampungan air minumnya terbuka pada simpul kiri mernjdi simpul 2. Sisannya yaitu 431 anggota rumah tangga yang tempat penampungan airnya terbuka dikelompokkan pada simpul kanan menjadi simpul terminal 16. Simpul 2 terdapat 62 anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid (6,7%) dan 869 anggota rumah tangga yang tidak terjangkit demam tifoid (93,3%). Sedangkan simpul terminal 16 terdapat 6 anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid (1,4%) dan 425 anggota rumah tangga yang tidak terjangkit demam tifoid (98,6%). Karena proporsi terbesar pada simpul terminal 16 adalah tidak terjangkit demam tifoid, maka pada simpul terminal 6 diberi label kelas tidak terjangkit demam tifoid. Terjadi kesalahan pengklasifikasian pada simpul terminal 16 dengan label kelas tidak terjangkit demam tifoid, karena terdapat 6 anggota rumah tangga yang dinyatakan terjangkit demam tifoid. Proses pemilahan akan terjadi lagi pada simpul 2 namun pada simpul terminal 16 tidak akan terjadi pemilahan. Simpul 2 dipilah variabel kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan. Sebanyak 663 anggota rumah tangga yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dipilah pada simpul kiri menjadi simpul 3 dan 268 anggota rumah tangga yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dipilah pada simpul kanan menjadi simpul 13. Pada simpul 3 terdapat 56 anggota rumah tangga yang dinyatakan terjangkit demam tifoid (8,4%) dan 607 anggota rumah tangga yang tidak terjangkit demam tifoid (91,6%). Sedangkan pada simpul 13 terdapat 6 anggota rumah tangga yang terjangkit demam tifoid (2,2%) dan 262 anggota rumah tangga yang tidak terjangkit demam tifoid (97,8). Pemilahan akan dilakukan terus-menerus sampai simpul terminal. Akan dilihat ketepatan klasifikasi pada pohon optimal. Kesalahan klasifikasi terjadi bila data pada kelas aktual 1 (terjangkit demam tifoid) masuk ke dalam kelas prediksi 2 (tidak terjangkit demam tifoid) begitupun sebaliknya. Tabel 3 menunjukkan hasil klasifikasi pohon maksimal untuk data learning. Jumlah kesalahan pengklasifikasian untuk kelas 1 (terjangkit demam tifoid) adalah sebanyak 17 dari 68 jumlah amatan. Sedangkan jumlah kesalahan pengklasifikasian untuk kelas 2 (tidak terjangkit demam tifoid) adalah sebanyak 199 dari jumlah amatan. Dengan demikian diperoleh ketepatan pengklasifikasian sebesar 84,1%. Tabel 3. Ketepatan pohon klasifikasi optimal dari data learning Prediksi Kelas Kelas Aktual 1 2 Total Aktual Total Prediksi Benar 0,75 0,846 Total Benar 0,841 Selanjutnya dilakukan uji validasi. Tujuan dilakukan validasi adalah untuk mengetahui layak atau tidak model pohon klasifikasi dalam pengklasifikasian data baru. Caranya yaitu data testing dimasukkan kedalam model pohon klasifikasi yang telah terbentuk sebelumnya dari data learning. Data testing yang digunakan sebesar 25% dari total data keseluruhan yaitu 454 data. Tabel 4. Ketepatan pohon klasifikasi optimal dari data testing Kelas Aktual Prediksi Kelas Total Aktual Total Prediksi Benar 0,514 0,887 Total Benar 0,857 Tabel 4 menunjukkan bahwa data testing sebanyak 454 pengamatan menghasilkan ketepatan pengklasifikasian sebesar 85,7%. Jumlah kesalahan pengklasifikasian untuk kelas 1 (terjangkit demam tifoid) adalah sebanyak 18 dari 37 jumlah amatan. Sedangkan jumlah kesalahan pengklasifikasian untuk kelas 2 (tidak terjangkit demam tifoid) adalah sebanyak 47 dari 417 jumlah amatan. Karena ketepatan klasifikasi pada data testing sudah tinggi yaitu 85,7% maka model pohon klasifikasi optimal yang dihasilkan sudah baik. 9

10 5. Kesimpulan dan Saran Setelah dilakukan analisis maka didapatkan kesimpulan melalui analisis deskriptif dapat diketahui bahwa 6% atau sebanyak 105 anggota rumah tangga terjangkit demam tifoid dan 94% atau 1711 anggota rumah tangga tidak terjangkit demam tifoid. Karakteristik dari masing-masing variabel prediktor yang terjangkit demam tifoid terbesar adalah anggota rumah tangga dari pedesaan, status sosial ekonomi miskin, kualitas fisik air minum tidak keruh, tidak ada tandon untuk menampung air minum, tempat sampah terbuka,penampungan limbah terbuka di pekarangan, tempat buang air besar tidak di jamban, mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, mempunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, dan tidak pernah mengikuti penyuluhan kesehatan. Metode klasifikasi pohon menghasilkan pohon optimal dengan ketepatan klasifikasi data learning sebesar 84,1%, sedangkan dari testing adalah sebesar 85,7%. Variabel yang berpengaruh terhadap terjangkitnya penyakit demam tifoid di Aceh Utara pada pohon optimal adalah variabel tempat penampungan air minum sebagai faktor utama dengan skor tertinggi sebesar 100, tempat penampungan air limbah dengan skor 70.61, kualitas fisik air minum dengan skor 55.23, kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan dengan skor 48.12, variabel tempat buang air besar dengan skor 40.60, tempat pembuangan sampah dengan skor 37.50, jenis kelamin dengan skor dan status sosial ekonomi dengan skor Sedangkan variabel kebiasaan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar dan penyuluhan kesehatan dengan skor variabel penting dibawah 20. Agar mendapatkan pohon klasifikasi optimal yang mempunyai ketepatan klasifikasi validasi lebih besar, coba-coba untuk kombinasi data learning dan testing lebih diperbanyak. DAFTAR PUSTAKA Anonim Demam Tifoid, < tanggal akses : 27 September 2009>. Breiman L, Friedman J.H, Olshen R.A, dan Stone C.J Classification And Regression Trees. Chapman And Hall. New York. Departemen Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Laporan Nasional 2007). Jakarta. Hidayati, N Analisis Regresi Poisson Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Demam Typhoid di Provinsi Jawa Timur. Skripsi, Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA ITS. Surabaya. Jevuska Demam Tifoid (Typhoid Fever), < tanggal akses: 26 September 2009>. Kompas Masyarakat Diminta Waspadai Penyakit Tipus, < kompascetak/, tanggal akses: 28 Agustus2009>. Lewis dan Roger J An Introduction to Classification And Regression Trees (CART) Analysis. Presented at the Lubis, R. (2007). Faktor Resiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Penderita Yang Dirawat Di RSUD DR. Soetomo Surabaya. Thesis, Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Salma, U Demam Tifoid, <http//ummusalma.word-press.com,tanggal akses 23 Agustus 2009>. Steinberg D. dan Phillip C CART Classification and Regression Trees. CA: Salford System, San Diego. 10

PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA

PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA PENDEKATAN CART UNTUK MENDAPATKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJANGKITNYA PENYAKIT DEMAM TIFOID DI ACEH UTARA Muhammad Sjahid Akbar 1, Dina Yuanita, dan Sri Harini 3 1, Jurusan Statistika ITS 3 Jurusan

Lebih terperinci

Klasifikasi Kegiatan Partisipasi Ekonomi Perempuan Di Jawa Timur Dengan Pendekatan CART (Classification And Regression Trees)

Klasifikasi Kegiatan Partisipasi Ekonomi Perempuan Di Jawa Timur Dengan Pendekatan CART (Classification And Regression Trees) 1 Klasifikasi Kegiatan Partisipasi Ekonomi Perempuan Di Jawa Timur Dengan Pendekatan CART (Classification And Regression Trees) Sharfina Widyandini dan Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas MIPA,

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir. Analisis Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan CART ARCING. Surabaya, Juli 2011

Seminar Tugas Akhir. Analisis Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan CART ARCING. Surabaya, Juli 2011 Surabaya, Juli 2011 Seminar Tugas Akhir Analisis Klasifikasi Kesejahteraan Rumah Tangga di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan CART ARCING Ibrahim Widyandono 1307 100 001 Pembimbing : Dr. Bambang Widjanarko

Lebih terperinci

Analisis CART (Classification And Regression Trees) pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepala Rumah Tangga di Jawa Timur Melakukan Urbanisasi

Analisis CART (Classification And Regression Trees) pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepala Rumah Tangga di Jawa Timur Melakukan Urbanisasi JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-100 Analisis CART (Classification And Regression Trees) pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepala Rumah Tangga di Jawa Timur Melakukan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELITUS DENGAN METODE CHAID (CHI SQUARE AUTOMATIC INTERACTION DETECTION) DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREE)

KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELITUS DENGAN METODE CHAID (CHI SQUARE AUTOMATIC INTERACTION DETECTION) DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREE) Surabaya, 3 Juli 2013 Seminar Hasil Tugas Akhir KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELITUS DENGAN METODE (CHI SQUARE AUTOMATIC INTERACTION DETECTION) DAN (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREE) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) ( X Print) D-54

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) ( X Print) D-54 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-54 Klasifikasi Pengangguran Terbuka Menggunakan CART (Classification and Regression Tree) di Provinsi Sulawesi Utara Febti

Lebih terperinci

Hary Mega Gancar Prakosa Dosen Pembimbing Dr. Suhartono, S.Si, M.Sc Co Pembimbing Dr. Bambang Wijanarko Otok, S.Si, M.

Hary Mega Gancar Prakosa Dosen Pembimbing Dr. Suhartono, S.Si, M.Sc Co Pembimbing Dr. Bambang Wijanarko Otok, S.Si, M. KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN BOOTSTRAP AGGREGATTING CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES Hary Mega Gancar Prakosa 1307 100 077 Dosen Pembimbing Dr. Suhartono,

Lebih terperinci

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE)

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE) Natural Vol. 11, No. 2, Mei 2007, hal. 112-118. PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PADA PEMBENTUKAN POHON TERBAIK DENGAN METODE POHON KLASIFIKASI (CLASSIFICATION TREE) A. Efendi dan H. Kusdarwati Program Studi

Lebih terperinci

Model Machine Learning CART Diabetes Melitus

Model Machine Learning CART Diabetes Melitus Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol.1, No.1, Juli 2017, Hal. 485-491 p-issn: 2580-4596; e-issn: 2580-460X Halaman 485 Ria Dhea Layla Nur Karisma 1, Bambang Widjanarko

Lebih terperinci

Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya

Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya 1 Klasifikasi Hasil Pap Smear Test Kanker Serviks Berdasarkan Faktor Resiko (Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta Surabaya Yuristian Ramdani dan Santi Wulan Purnami Jurusan Statistika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Seminar Hasil Tugas Akhir

Seminar Hasil Tugas Akhir Seminar Hasil Tugas Akhir Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada pasien Kanker Tiroid Sri Hartati Selviani Handayani 1311106007 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio

BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) Odds Ratio 21 BAB III REGRESI LOGISTIK BINER DAN CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (CART) 3.1 Regresi Logistik Biner Regresi logistik berguna untuk meramalkan ada atau tidaknya karakteristik berdasarkan prediksi

Lebih terperinci

Klasifikasi Nilai Peminat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) ITS dengan Pendekatan Classification and Regression Trees (CART)

Klasifikasi Nilai Peminat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) ITS dengan Pendekatan Classification and Regression Trees (CART) D193 Klasifikasi Nilai Peminat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) ITS dengan Pendekatan Classification and Regression Trees (CART) Lely Dwi Bhekti Pratiwi, Wahyu Wibowo, dan Ismaini

Lebih terperinci

ANALISIS KETEPATAN WAKTU LULUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA FEM DAN FAPERTA MENGGUNAKAN METODE CHART

ANALISIS KETEPATAN WAKTU LULUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA FEM DAN FAPERTA MENGGUNAKAN METODE CHART Xplore, 2013, Vol. 2(1):e3(1-8) c 2013 Departemen Statistika FMIPA IPB ANALISIS KETEPATAN WAKTU LULUS BERDASARKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA FEM DAN FAPERTA MENGGUNAKAN METODE CHART Fira Nurahmah Al Amin,Indahwati,Yenni

Lebih terperinci

Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid

Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid Sri Hartati Selviani Handayani dan Santi Wulan Purnami Jurusan Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CART

PENERAPAN METODE CART E-ISSN 2527-9378 Jurnal Statistika Industri dan Komputasi Volume 2, No. 2, Juli 2017, pp. 78-83 PENERAPAN METODE CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

PREFERENSI KARAKTERISTIK KOPI 3 IN 1 MENGGUNAKAN METODE POHON REGRESI DAN KLASIFIKASI FITRIYANTO

PREFERENSI KARAKTERISTIK KOPI 3 IN 1 MENGGUNAKAN METODE POHON REGRESI DAN KLASIFIKASI FITRIYANTO PREFERENSI KARAKTERISTIK KOPI 3 IN 1 MENGGUNAKAN METODE POHON REGRESI DAN KLASIFIKASI FITRIYANTO DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid

Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-24 Pendekatan Metode Classification and Regression Tree untuk Diagnosis Tingkat Keganasan Kanker pada Pasien Kanker Tiroid

Lebih terperinci

Klasifikasi Risiko Infeksi pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Menggunakan Metode Classification Trees

Klasifikasi Risiko Infeksi pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Menggunakan Metode Classification Trees JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 5, o.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Prin D-26 Klasifikasi Risiko Infeksi pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Menggunakan Metode Classification Trees Aulia

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON

KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON KLASIFIKASI SIFAT CURAH HUJAN BERDASARKAN INDIKATOR ENSO (EL-NINO SOUTHERN OSCILLATION) DI KABUPATEN NGAWI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON Putri Sea Paramita, Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika

Lebih terperinci

METODE ENSEMBLE PADA CART UNTUK PERBAIKAN KLASIFIKASI KEMISKINAN DI KABUPATEN JOMBANG

METODE ENSEMBLE PADA CART UNTUK PERBAIKAN KLASIFIKASI KEMISKINAN DI KABUPATEN JOMBANG METODE ENSEMBLE PADA CART UNTUK PERBAIKAN KLASIFIKASI KEMISKINAN DI KABUPATEN JOMBANG MUHAMMAD JAMAL MUTTAQIN 1311 201 205 PEMBIMBING DR. BAMBANG WIDJANARKO OTOK, M.SI. SANTI PUTERI RAHAYU, M.SI., PH.D.

Lebih terperinci

METODE POHON GABUNGAN PADA CART UNTUK ANALISA KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI BANJARMASIN

METODE POHON GABUNGAN PADA CART UNTUK ANALISA KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI BANJARMASIN Technologia Vol 7, No.1, Januari Maret 2016 15 METODE POHON GABUNGAN PADA CART UNTUK ANALISA KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI BANJARMASIN Galih Mahalisa, S.Kom, M.Kom (galih.mahalisa@gmail.com) ABSTRAK Kemiskinan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR MEMILIH MEREK DENGAN METODE CART DAMAS ESMU HAJI

PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR MEMILIH MEREK DENGAN METODE CART DAMAS ESMU HAJI PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR MEMILIH MEREK DENGAN METODE CART DAMAS ESMU HAJI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK DAMAS ESMU HAJI.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) Abstract

PERBANDINGAN KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) Abstract Perbandingan Klasifikasi (Agung Waluyo) PERBANDINGAN KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) Agung Waluyo 1, Moch. Abdul Mukid 2, Triastuti

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE REGRESI BERSTRUKTUR POHON PADA PENDUGAAN LAMA PENYUSUNAN SKRIPSI MAHASISWA ARTIKEL ILMIAH

PENERAPAN METODE REGRESI BERSTRUKTUR POHON PADA PENDUGAAN LAMA PENYUSUNAN SKRIPSI MAHASISWA ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN METODE REGRESI BERSTRUKTUR POHON PADA PENDUGAAN LAMA PENYUSUNAN SKRIPSI MAHASISWA ARTIKEL ILMIAH Artikel Ilmiah Ini Diambil Dari Sebagian Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program

Lebih terperinci

POHON KLASIFIKASI DAN POHON REGRESI KEBERHASILAN MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM STUDI STATISTIKA IPB

POHON KLASIFIKASI DAN POHON REGRESI KEBERHASILAN MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM STUDI STATISTIKA IPB Forum Statistika dan Komputasi, April 2005, p: 15 21 ISSN : 08538115 Vol. 10 No. 1 POHON KLASIFIKASI DAN POHON REGRESI KEBERHASILAN MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM STUDI STATISTIKA IPB Ida Mariati H. 1),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN POHON KLASIFIKASI BINER DENGAN ALGORITMA CART ( CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES ) ( STUDI KASUS PENYAKIT DIABETES SUKU PIMA INDIAN )

PEMBENTUKAN POHON KLASIFIKASI BINER DENGAN ALGORITMA CART ( CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES ) ( STUDI KASUS PENYAKIT DIABETES SUKU PIMA INDIAN ) PEMBENTUKAN POHON KLASIFIKASI BINER DENGAN ALGORITMA CART ( CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES ) ( STUDI KASUS PENYAKIT DIABETES SUKU PIMA INDIAN ) PT Jasa Marga ro) C abang Semarang SKRIPSI Disusun Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERAN DOSEN PEMBIMBING TERHADAP KUALITAS TUGAS AKHIR (Studi Kasus : Mahasiswa Fmipa Unsyiah)

PENGARUH PERAN DOSEN PEMBIMBING TERHADAP KUALITAS TUGAS AKHIR (Studi Kasus : Mahasiswa Fmipa Unsyiah) BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 8-16 PENGARUH PERAN DOSEN PEMBIMBING TERHADAP KUALITAS TUGAS AKHIR (Studi Kasus : Mahasiswa Fmipa Unsyiah) Nany Salwa 1, Fitriana A.R. 2, and Junita Aiza 3 1,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES)

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 215-225 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

Klasifikasi Penderita Diabetes Melitus dengan Metode CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection) dan CART (Classification and Regression Tree)

Klasifikasi Penderita Diabetes Melitus dengan Metode CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection) dan CART (Classification and Regression Tree) Klasifikasi Penderita Diabetes Melitus dengan Metode CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection) dan CART (Classification and Regression Tree) Ria Dhea Layla N.K (1), Brodjol Sutijo Suprih U. (2),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tinjuan Non Statistik. Tinjauan Statistik. Uji Serentak. Hipotesis:... Statistik Uji: Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > 2, p.

Tinjauan Pustaka. Tinjuan Non Statistik. Tinjauan Statistik. Uji Serentak. Hipotesis:... Statistik Uji: Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > 2, p. Tinjauan Pustaka Tinjauan Tinjuan Non Uji Serentak Hipotesis: H 0 : 1 2... p 0 H 1 : paling sedikit ada satu Uji: n 1 n G 2ln n yi ˆ i 1 Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > i i n 1 0 dengan i = 1, 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART

KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 183-192 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGGREGATING CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (BAGGING CART)

ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGGREGATING CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES (BAGGING CART) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 81-90 Online di: http://eournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN BOOTSTRAP AGGREGATING

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN CART ARCING

KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN CART ARCING KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN CART ARCING 1 Ibrahim Widyandono 2 Bambang Widjanarko Otok 3 Jerry Dwi Trijoyo Purnomo 1 Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

Lebih terperinci

BAGGING CART PADA KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH

BAGGING CART PADA KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 XVI-1 BAGGING CART PADA KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH Oleh: Bambang Widjanarko Otok 1) & Sumarmi 2) 1) Jurusan Statistika,FMIPA-ITS,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART

KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART KLASIFIKASI STATUS KERJA PADA ANGKATAN KERJA KOTA SEMARANG TAHUN 2014 MENGGUNAKAN METODE CHAID DAN CART SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIE ERISKA ARITONANG 24010211140081 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

PREDIKSI NASABAH POTENSIAL MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON BINER

PREDIKSI NASABAH POTENSIAL MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON BINER PREDIKSI NASABAH POTENSIAL MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI POHON BINER Ari Wibowo Program Studi Teknik Informatika Politeknik Negeri Batam Jl. Parkway No 1, Batam Center, Batam Telp 0778-469856, Fax 0778-463620

Lebih terperinci

BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST

BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST BAB III METODE POHON KLASIFIKASI QUEST 3.1 Metode Berstruktur Pohon Istilah pohon dalam matematika dikenal dalam teori graf. Pertama kali konsep pohon digunakan oleh Gustav Kirchhoff (184-1887) dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada BAB II ini akan disampaikan materi-materi yang berkaitan dengan konsep data mining, yang merupakan landasan bagi pembahasan klasifikasi untuk evaluasi kinerja pegawai. 2. 1 Tinjauan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN CART ARCING

KLASIFIKASI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN CART ARCING TUGAS AKHIR SS141501 KLASIFIKASI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN CART ARCING YUSNADA ASA NURANI NRP 1313 100 016 Dosen Pembimbing Dr. Bambang Widjanarko Otok, M. Si. PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si

Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si Pemodelan Angka Kejadian Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) di Kabupaten Aceh Timur Menggunakan Multivariate Adaptive Regression Splines (MARS) Oleh: Yustiva Drisma Kurniasari 1307100034 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahsan. Statistika Deskriptif. Regresi Logistik Biner. Uji Independensi

Analisis dan Pembahsan. Statistika Deskriptif. Regresi Logistik Biner. Uji Independensi Analisis dan Pembahsan Statistika Deskriptif Regresi Logistik Biner Uji Independensi H 0 : Tidak ada hubungan antara variabel prediktor dengan variabel respon H 1 : Ada hubungan antara variabel prediktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada tiga, yaitu association rules, classification dan clustering.

BAB I PENDAHULUAN. ada tiga, yaitu association rules, classification dan clustering. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data mining adalah serangkaian proses untuk menggali nilai tambah berupa informasi yang selama ini tidak diketahui secara manual dari suatu basis data. Informasi yang

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA

APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA APLIKASI ALGORITMA CART UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN DATA NASABAH ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 SURAKARTA oleh LAILA KURNIA DAMAYANTI M0106014 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

HUBUNGANRESPON IMUN DAN STRES DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN DEMAM TIFOID PADA MASYARAKAT DIWILAYAH PUSKESMAS COLOMADU KARANGANYAR

HUBUNGANRESPON IMUN DAN STRES DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN DEMAM TIFOID PADA MASYARAKAT DIWILAYAH PUSKESMAS COLOMADU KARANGANYAR HUBUNGANRESPON IMUN DAN STRES DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN DEMAM TIFOID PADA MASYARAKAT DIWILAYAH PUSKESMAS COLOMADU KARANGANYAR SKRIPSI Untuk MemenuhiSalah Satu Persyaratan MencapaiDerajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ( X Print) D-284

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ( X Print) D-284 JURAL SAIS DA SEI POMITS Vol. 3, o.2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) D-284 Klasifikasi Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Jombang Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dengan Pendekatan CART (Classification

Lebih terperinci

METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON BINER (STUDI KASUS PADA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULANAN DI BOGOR) 1) T

METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON BINER (STUDI KASUS PADA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULANAN DI BOGOR) 1) T METODE KLASIFIKASI BERSTRUKTUR POHON BINER (STUDI KASUS PADA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULANAN DI BOGOR) 1) T Aan Kardiana 2), Aunuddin 3), Aji Hamim Wigena 3), Hari Wijayanto 3) 2) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laboratorium kesehatan sangat potensial untuk dapat menularkan penyakit dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang yang rentan terpajan

Lebih terperinci

BAGGING CLASSIFICATION TREES UNTUK PREDIKSI RISIKO PREEKLAMPSIA (Studi Kasus : Ibu Hamil Kategori Penerima Jampersal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta)

BAGGING CLASSIFICATION TREES UNTUK PREDIKSI RISIKO PREEKLAMPSIA (Studi Kasus : Ibu Hamil Kategori Penerima Jampersal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta) Prediksi Risiko (Moch. Abdul Mukid) BAGGING CLASSIFICATION TREES UNTUK PREDIKSI RISIKO PREEKLAMPSIA (Studi Kasus : Ibu Hamil Kategori Penerima Jampersal di RSUD Dr. Moewardi Surakarta) Moch. Abdul Mukid

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN MELIBATKAN PEUBAH JARINGAN SOSIAL MENGGUNAKAN CART DI SULAWESI DINA SRIKANDI

KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN MELIBATKAN PEUBAH JARINGAN SOSIAL MENGGUNAKAN CART DI SULAWESI DINA SRIKANDI KLASIFIKASI ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN MELIBATKAN PEUBAH JARINGAN SOSIAL MENGGUNAKAN CART DI SULAWESI DINA SRIKANDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERKENA DB (DEMAM BERDARAH) DI DAERAH BENGKULU DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERKENA DB (DEMAM BERDARAH) DI DAERAH BENGKULU DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERKENA DB (DEMAM BERDARAH) DI DAERAH BENGKULU DENGAN MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER RIZKA ARIFANJUNI NRP 1309 030 027 Dosen Pembimbing Dr. Bambang Widjanarko O., M.Si.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

Bambang Widjanarko Otok (1), dan Dian Seftiana (2) (1,2) Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Bambang Widjanarko Otok (1), dan Dian Seftiana (2) (1,2) Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 Klasifikasi Rumah Tangga Sangat Miskin di Kabupaten Jombang Menurut Paket Bantuan Rumah Tangga yang Diharapkan dengan Pendekatan Random Forests Classification and Regression Trees (RF-CART) Bambang Widanarko

Lebih terperinci

METODE POHON REGRESI DAN PROSEDUR REGRESI BERTATAR UNTUK SEGMENTASI DATA

METODE POHON REGRESI DAN PROSEDUR REGRESI BERTATAR UNTUK SEGMENTASI DATA JMA, VOL. 7, NO.1, JULI, 2008, 39-54 39 METODE POHON REGRESI DAN PROSEDUR REGRESI BERTATAR UNTUK SEGMENTASI DATA BUDI SUHARJO Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi dan paratyphiditandai dengan keluhan dan gejala penyakit yang tidak khas, berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue

Kata Kunci: Model Regresi Logistik Biner, metode Maximum Likelihood, Demam Berdarah Dengue Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 9 16 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Antibiotika merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia. Tahun 2006, World Health Organization melaporkan lebih dari seperempat anggaran Rumah Sakit

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES)

PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) PERBANDINGAN ANALISIS KLASIFIKASI NASABAH KREDIT MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN CART (CLASSIFICATION AND REGRESSION TREES) SKRIPSI Oleh : AGUNG WALUYO 24010210141020 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien 27 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 4.1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dengan mengambil data pasien demam tifoid berasal dari register status pasien. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan 68 Lampiran Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas 2007 No Kode Quesioner Pertanyaan Karakteristik Keluarga. RKD07.RT Blok I No.5 Klasifikasi desa/ kelurahan. Perkotaan 2. Pedesaan 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta jiwa per tahun, angka kematian akibat demam typhoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi

Lebih terperinci

Abstrak USE OF CLASSIFICATION AND REGRESSION TREE (CART) FOR CHRONIC PERIODONTITIS CLASSIFICATION IN DENTAL HOSPITAL OF HANG TUAH UNIVERSITY SURABAYA

Abstrak USE OF CLASSIFICATION AND REGRESSION TREE (CART) FOR CHRONIC PERIODONTITIS CLASSIFICATION IN DENTAL HOSPITAL OF HANG TUAH UNIVERSITY SURABAYA PENGGUNAAN CLASSIFICATION DAN REGRESSION TREE (CART) UNTUK KLASIFIKASI PERIODONTITIS KRONIS PADA PASIEN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA Aulia Dwi Maharani Biostatistika Program

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp. Demam tifoid merupakan masalah yang serius di negara berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan aset atau modal utama pembangunan masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN KREDIT DENGAN METODE CLASSIFICATION AND REGRESION TREE (CART)

EVALUASI KELAYAKAN KREDIT DENGAN METODE CLASSIFICATION AND REGRESION TREE (CART) EVALUASI KELAYAKAN KREDIT DENGAN METODE CLASSIFICATION AND REGRESION TREE (CART) Mirfan*) Abstract : Credit worthiness evaluation is an important element in the provision of credit to borrowers. Lending

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif namun pada upaya preventif dan kuratif seperti halnya slogan mencegah lebih baik daripada

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Terjangkitnya Penyakit Diare pada Balita di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Faktor yang Mempengaruhi Terjangkitnya Penyakit Diare pada Balita di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Faktor yang Mempengaruhi Terjangkitnya Penyakit Diare pada Balita di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Oleh: Urifah Hidayanti (1310 030 028) Dosen Pembimbing: Ir. Mutiah Salamah, M.Kes Ujian Tugas Akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka

BAB I PENDAHULUAN. rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Typhoid Abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang ditandai dengan gangguan pada sistem pencernaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta yang diungkap oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya fakta yang diungkap oleh World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dapat mendeteksi rangsangan dari luar tubuh dengan adanya alat tubuh yang dinamakan indera. Indera yang digunakan untuk mendeteksi adanya rangsangan

Lebih terperinci

PPDAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Yuni Melawati, 2013

PPDAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Yuni Melawati, 2013 PPDAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Contoh Pohon Keputusan untuk Mengklasifikasikan Pembelian Komputer... 19 3.1 Diagram CART... 29 3.2 Pohon Keputusan Sementara... 37 3.3 Pohon Keputusan Optimum... 38 3.4 Pohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dinegara berkembang. Salah satu penyakit menular tersebut adalah demam tifoid. Penyakit ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam thypoid biasanya mengenai saluran

Lebih terperinci