GAMBARAN DARAH KOMODO (Varanus komodoensis) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN YENSEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN DARAH KOMODO (Varanus komodoensis) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN YENSEN"

Transkripsi

1 GAMBARAN DARAH KOMODO (Varanus komodoensis) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN YENSEN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2012 Yensen B

3 ABSTRACT YENSEN. Blood Profile of Komodo Dragons (Varanus komodoensis) at Ragunan Zoo. Under direction of RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI. This study was conducted to get the hematology and blood biochemistry profile of Komodo dragons at Ragunan Zoo. A total of 18 adult dragons were used. Blood was drawn as much as 2 ml whole blood for hematology and 3 ml for blood biochemistry in serum. Hematology examinations were done by automatic hemavet machine except differential leukocytes were done manually and blood biochemistry examinations were done by biosystem machine. Examinations results of erythrocyte parameters of total erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, MCV, MCH, and MCHC in row are (1,24±0,21) 10 6 /mm 3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dl, (311,4±49,9) fl, (109,4±18,7) pg, and (35,1±1,2) g/dl. Trombocytes count is (3,1±1.6) 10 3 /mm 3 and erythrocyte sedimentation rate is (3,9 ± 1.7) mm/h. Leukocytes parameters indicate the values of total leukocytes, heterophils, lymphocytes, monocytes, eosinophils, and basophils in row are (6,53±9,47) 10 3 /mm 3, (3,478±4,972) 10 3 /mm 3, (2,959±4,694) 10 3 /mm 3, (0,096±0,187) 10 3 /mm 3, (0,00) /mm 3, and (0,00) /mm 3. Biochemical parameters indicate the values of total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, and creatinine in row are (10,19±3,39) g/dl, (2,51±0,39) g/dl, (7,68±3,07) g/dl, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dl, and (0,29±0,11) mg/dl. The result of examinations averagely showed values tend to normal. Some individual results demonstrated abnormalities which are suspected as acute infection in 1 dragon, foliculogenesis in 1 dragon, muscle disease in 2 dragons, and liver disease in 5 dragons. Key words: Komodo dragon, Varanus komodoensis, hematology, blood biochemistry, clinical pathology

4 RINGKASAN YENSEN. Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh RETNO WULANSARI dan EKOWATI HANDHARYANI. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran hematologi dan biokimia darah komodo di Taman Margasatwa Ragunan. Sebanyak 18 ekor komodo dewasa digunakan dalam penelitian ini. Darah diambil sebanyak 2 ml darah utuh untuk pemeriksaan hematologi dan 3 ml untuk biokimia darah pada serum. Pemeriksaan hematologi dilakukan dengan mesin automatic hemavet kecuali diferensial leukosit secara manual dan pemeriksaan biokimia darah dengan mesin biosystem. Hasil pemeriksaan parameter eritrosit antara lain total eritrosit, hematokrit, hemoglobin, MCV, MCH, dan MCHC berturut-turut yaitu (1,24±0,21) 10 6 /mm 3, (38,0±4,6) %, (13,3±1,6) g/dl, (311,4±49,9) fl, (109,4±18,7) pg, dan (35,1±1,2) g/dl. Jumlah trombosit adalah (3,1±1,6) 10 3 /mm 3 dan laju endap darah adalah (3,9±1,7) mm/jam. Parameter leukosit menunjukkan nilai total leukosit, heterofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil berturut-turut yaitu (6,53±9,47) 10 3 /mm 3, (3,478±4,972) 10 3 /mm 3, (2,959±4,694) 10 3 /mm 3, (0,096±0,187) 10 3 /mm 3, (0,00) /mm 3, dan (0,00) /mm 3. Parameter biokimia darah menunjukkan nilai total protein, albumin, globulin, AST, ALT, urea, dan kreatinin berturut-turut yaitu (10,19±3,39) g/dl, (2,51±0,39) g/dl, (7,68±3,07) g/dl, (49,39±20,71) IU/L, (45,39±27,88) IU/L, (13,53±5,88) mg/dl, dan (0,29±0,11) mg/dl. Hasil pemeriksaan hematologi dan biokimia darah rata-rata menunjukkan nilai yang cenderung normal. Beberapa hasil pemeriksaan individual menunjukkan adanya kelainan nilai yang diduga antara lain 1 ekor mengalami infeksi akut, 1 ekor sedang folikulogenesis, 2 ekor mengalami penyakit otot, dan 5 ekor mengalami penyakit hati. Kata kunci: komodo, Varanus komodoensis, hematologi, biokimia darah, patologi klinik

5 Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

6 GAMBARAN DARAH KOMODO (Varanus komodoensis) DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN YENSEN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Skripsi : Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan Nama : Yensen NRP : B Disetujui Pembimbing 1 Pembimbing 2 Drh. Retno Wulansari, MS, PhD. Drh. Ekowati Handharyani, MS, PhD, APVet. NIP NIP Diketahui Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Drh. H. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet. NIP Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2010 dengan judul Gambaran Darah Komodo (Varanus komodoensis) di Taman Margasatwa Ragunan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, terima kasih penulis ucapkan kepada pimpinan, dokter hewan, dan paramedis Taman Margasatwa Ragunan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian pada hewan yang digunakan dan pimpinan Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor (RSH IPB) yang telah memberikan izin dalam pemeriksaan laboratorium. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Drh. Retno Wulansari, MS, PhD selaku dosen pembimbing 1 dan Drh. Ekowati Handharyani, MS, PhD, APVet selaku dosen pembimbing 2 dan pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan. Tidak lupa ucapan terima kasih penulis ucapan kedua orang tua, Wiwie Hartanto dan Rinda Kwantana, yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat. Serta terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan Avenzoar 45, Himpro Satwaliar FKH IPB, UKM Uni Konservasi Fauna, UKM Keluarga Mahasiswa Buddhis IPB, Wcc Veteriner, dan segala pihak yang telah sangat banyak membantu serta menemani perjalanan saya menuntut ilmu selama di IPB sampai saatnya skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tanah air tercinta Indonesia demi kepentingan nusa dan bangsa. Bogor, September 2012 Yensen

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 15 Juni 1990 dari ayah Wiwie Hartanto dan ibu Rinda Kwantana. Penulis merupakan putra ke tiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Swasta Hang Kesturi Medan dan lulus tahun Pendidikan penulis dilanjutkan ke SMP Swasta Santo Thomas 1 Medan ( ). Masa SMA penulis diselesaikan di SMA Swasta Santo Thomas 1 Medan dan lulus pada tahun 2008 dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN. Mayor yang dipilih penulis di IPB adalah Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di IPB antara lain UKM Keluarga Mahasiswa Buddhis, UKM Uni Konservasi Fauna, dan Himpro Satwaliar FKH IPB. Penulis juga pernah berkesempatan menjadi ketua Cluster Wild Carnivore dalam Himpro Satwaliar selama satu tahun masa jabatan.

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Biologi Umum Komodo... 3 Fisiologi Umum Darah... 4 Hematologi... 6 Eritrosit... 6 Leukosit... 8 Trombosit Biokimia darah Total Protein Albumin Globulin AST/SGOT ALT/SGPT Urea Kreatinin MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Besaran dan Cara Pengambilan Sampel Darah Pemeriksaan Sampel Darah Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Biokimia darah Morfologi Sel Darah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 32

11 xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimia darah komodo Tabel 3 Dugaan kisaran normal hematologi dan biokimia darah komodo Tabel 4 Kisaran referensi hematologi dan biokimia darah komodo Tabel 5 Hasil pemeriksaan individual hematologi komodo Tabel 6 Hasil pemeriksaan pemeriksaan individual biokimia darah komodo... 34

12 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis... 3 Gambar 2 Eritrosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii)... 8 Gambar 3 Morfologi dan ukuran relatif sel-sel leukosit normal bangsa kadal Gambar 4 Trombosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii) Gambar 5 Eritrosit komodo Gambar 6 Heterofil komodo Gambar 7 Limfosit kecil komodo Gambar 8 Limfosit besar komodo Gambar 9 Monosit komodo Gambar 10 Trombosit komodo... 27

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa. Sumber daya alam berupa keanekaragaman hayati mencakup flora dan fauna yang sangat melimpah adalah salah satu buktinya. Komodo (Varanus komodoensis), kadal terbesar di dunia, mewakili bukti keanekaragaman fauna Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan. Satwa langka ini merupakan satwa endemik Indonesia yang secara alami hanya berada di alam Indonesia tepatnya di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Perkiraan populasinya di alam hanyalah sekitar ekor (Ciofi 1999; Gillespie et al. 2000). Menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), komodo digolongkan sebagai spesies Appendix 1 (Auffenburg 1981; Gillespie et al. 2000), sedangkan menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), komodo berada dalam daftar merah dengan status rentan punah (IUCN 1996; Gillespie et al. 2000). Komodo telah banyak memberi manfaat bagi Indonesia, misalnya dengan menambah devisa negara melalui daya tarik pariwisata dan penelitian, membuat Indonesia lebih dikenal dunia, dan memberi kebanggaan bagi bangsa, terlebih lagi setelah belakangan ini ditentukan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Selain itu, komodo juga turut menjadi bagian dari jati diri bangsa melalui hubungannya yang kuat dengan adat dan budaya masyarakat lokal. Singkatnya, komodo merupakan aset negara, kebanggaan dan jati diri bangsa yang harus dilindungi dan dilestarikan melalui berbagai upaya konservasi. Taman Nasional Komodo didirikan tahun 1980 dan dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia dan Cagar Manusia dan Biosfir oleh UNESCO pada tahun 1986 (Erdmann 2004). Hal ini berarti tanggung jawab konservasi komodo ini merupakan beban bangsa Indonesia. Selain itu terpilihnya komodo sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dapat saja memberi dampak baik atau buruk, antara meningkatnya upaya pelestarian atau malah tindakan ekplositatif. Dalam hal ini, bidang kedokteran hewan dapat turut berperan penting mendukung

14 2 kelestarian komodo dengan upaya medik konservasi, penelitian, studi, dll. Komodo telah sejak lama menarik minat banyak ilmuwan dalam dan luar negeri untuk menjadikannya objek penelitian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya buku dan dokumentasi tentang biologi dan ekologi komodo yang telah dipublikasikan. Namun studi medis, referensi, dan data dasar yang dapat digunakan untuk menilai kesehatan komodo sangat jarang, sedangkan data dasar seperti nilai fisiologis darah sangat diperlukan sebagai acuan dalam interpretasi kesehatan. Penelitian ini dilakukan pada pemeriksaan hematologi dan biokimia darah sebagai salah satu alat bantu diagnostik yang sangat umum dan mudah diterapkan, terutama untuk mengawali pengetahuan medis pada satwa liar seperti komodo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran darah komodo di Indonesia dan daerahdaerah lain dengan iklim serupa. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran darah dan kesehatan komodo di Taman Margasatwa Ragunan. Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan acuan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan darah komodo, memberi gambaran darah komodo di daerah beriklim tropis, menambah khasanah pengetahuan medis tentang komodo, dan mendukung upaya konservasi komodo.

15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Komodo Naga komodo (bahasa Inggris : Komodo dragon) secara fisik tampak seperti hewan naga dalam berbagai mitologi bangsa seperti Cina dan Barat. Masih banyak nama lain yang dimiliki komodo misalnya komodo monitor. Hal ini karena komodo termasuk dalam famili kadal monitor Varanidae dan genus Varanus. Beberapa masyarakat lokal di pulau Komodo, Rinca, dan Flores, menyebutnya sebagai buaya darat, sedangkan yang lain menyebutnya biawak raksasa. Namun, umumnya orang secara sederhana menyebutnya komodo (Ciofi 1999). Komodo merupakan satwa purba, jenis kadal tertua yang masih hidup, dan diduga merupakan keturunan dari kadal yang lebih besar Megalania presca dari Jawa atau Australia yang hidup tahun lalu (Erdmann 2004). Menurut Hutchins et al. (2003), klasifikasi komodo dalam taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Famili : Varanidae Subfamili : Varanine Genus : Varanus Spesies : Varanus komodoensis (Ouwens 1912) Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis (Anonim 2012).

16 4 Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di Kepulauan Sunda Kecil, Wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia (Erdmann 2004). Secara alami, komodo hanya ditemukan di beberapa pulau-pulau kecil beriklim arid dalam kawasan Taman Nasional Komodo antara lain pulau Komodo, Rinca, Gili Motang, Padar, dan Flores (O Shea & Halliday 2001). Komodo memiliki ukuran tubuh raksasa, kaki yang kokoh, dan kepala yang lebar dan kuat. Rata-rata panjang tubuhnya dapat mencapai 2,5-3,1 m (O Shea & Halliday 2001). Bobot badan dewasa berkisar antara kg dan pertumbuhan tubuhnya terus bertambah seiring bertambahnya umur dengan jangka hidup mencapai 50 tahun (Welsbacher 2002). Komodo dewasa berwarna abu-abu, sedangkan anakannya mempunyai pola tubuh lebih terang dan hidup arboreal (di atas pohon) demi keamanan. Komodo adalah pemangsa, ia memangsa mamalia besar (babi, rusa, kuda, kerbau), burung, reptil (temasuk komodo yang lebih kecil), bahkan manusia dan bangkai (O Shea & Halliday 2001). Meskipun komodo dapat berlari sampai kecepatan 20 km/jam, ia lebih suka berburu dengan bersembunyi dan menunggu mangsanya selama berjam-jam pada satu titik (Ciofi 1999). Hewan yang berhasil kabur namun sempat tergigit dan terluka akan diintai sampai mati lalu dimangsa. Kematian mangsanya disebabkan infeksi bakteri virulen pada air ludah komodo yang dengan cepat menyebabkan kelemahan (O Shea & Halliday 2001). Komodo melakukan perkawinan antara bulan Mei sampai Agustus. Komodo betina kemudian bertelur pada bulan September (Ciofi 1999) dengan jumlah telur berkisar antara 8-27 butir. Komodo aktif pada siang hari dan sering berada di savana dan hutan (O Shea & Halliday 2001) sedangkan pada malam hari satwa ini tidak aktif dan biasanya menghabiskan waktu di dalam liang, cekungan, lereng berbatu, atau semak belukar yang menjalar (Lutz & Lutz 1997). Fisiologi Darah Total volume darah reptil adalah sebanyak 5-8 % dari bobot badan dan sebanyak 10 % dari volume tersebut dapat diambil untuk pemeriksaan darah (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Menurut Rastogi (2007), darah adalah

17 5 cairan yang beredar melalui saluran-saluran tertutup yang membentuk jejaring. Darah umumnya berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu zat pigmen merah di dalam sel darah. Darah vena berwarna lebih gelap dan kebiruan jika dibandingkan dengan darah arteri karena pengaruh oksigenasi. Tekanan osmotik darah kurang lebih sebesar 28 mmhg. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh jumlah garam, sisa metabolit, protein, dan gula yang terlarut dalam plasma darah. Darah memiliki ph sekitar 7,35 dan mempunyai kemampuan sebagai penyangga (buffer) sehingga ph dapat dipertahankan dalam batasan tertentu. Akibat fatal dapat dialami individu jika terjadi peningkatan ph sampai 8 atau penurunan jauh dibawah 7. Hampir semua organ memerlukan darah untuk menjalankan fungsi penting tubuh yaitu : Respirasi : transportasi oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan karbon dioksida dari berbagai jaringan ke paru-paru. Transpor zat-zat makanan : darah adalah satu-satunya medium pembawa zatzat makanan yang ke berbagai jaringan tubuh. Ekskresi : sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatin, air, karbon dioksida, dll. dibawa darah ke ginjal, paru-paru, kulit, dan usus untuk dibuang. Pengaturan suhu tubuh : darah berperan penting dalam menyalurkan panas tubuh yang dihasilkan oleh otot melalui oksidasi karbohidrat dan lemak. Menjaga keseimbangan asam basa : darah mempunyai daya penyangga (buffer) dan mampu menjaga keseimbangan normal asam basa tubuh. Pengaturan keseimbangan cairan : keseimbangan cairan tubuh dijaga dengan pertukaran dengan cairan pada jaringan. Pertahanan : darah mampu melindungi tubuh terhadap infeksi dengan sistem imun. Transpor hormon : darah adalah satu-satunya medium pembawa hormon ke bagian tubuh yang berjauhan. Penggumpalan : mekanisme penggumpalan dilakukan trombosit untuk mencegah kehilangan darah karena cedera. Transpor metabolit : darah menyediakan zat kimia dan metabolit penting bagi tubuh.

18 6 Hematologi Pemeriksaan hematologi dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan darah seperti anemia, peradangan, parasitemia, gangguan hematopoetik, hemostatik, dll. Nilai normal hematologi reptil dari berbagai laboratorium dan referensi berbeda-beda. Hal ini disebabkan sel darah reptil sangat peka terhadap berbagai perbedaan perlakuan (cara pengambilan, penanganan, teknik analisis darah, dan penggunaan anasthesia) dan lingkungan (habitat, status fisiologi, umur, dan jenis kelamin). Pemeriksaan hemotologi reptil meliputi pemeriksaan terhadap total eritrosit, hematokrit, total leukosit, dan diferensial leukosit (Campbell 2006). Sebagian besar darah tersusun dari plasma dan sel-sel darah. Jika darah disentrifugasi, akan terlihat dua bagian terpisah yang jelas yaitu sekitar 2/3 bagian plasma dan 1/3 sisanya sel-sel darah (Rastogi 2007). Volume plasma pada kebanyakan jenis reptil berkisar antara ml/kg bobot badan sedangkan volume eritrosit berkisar antara ml/kg bobot badan (Dessauer 1970). Plasma adalah bagian darah yang berwujud cair (Rogers 2011). Plasma darah pada kebanyakan reptil tidak berwarna (Campbell 2006). Plasma darah terdiri dari 90 % air dan 10 % zat-zat terlarut. Kandungan utama zat terlarut dalam plasma adalah protein yaitu mencapai 70 % (Nelson & Cox 2004). Selain itu, dalam jumlah kecil, plasma juga mengandung karbohidrat, lemak, ion-ion anorganik, nitrogen, gas, hormon, enzim, dan vitamin. Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (platelet) (Rastogi 2007). Eritrosit Eritrosit reptil berbentuk lonjong dan melengkuk dengan penonjolan di sekitar inti sel. Sitoplasmanya berwarna kekuningan atau merah bata. Inti selnya sangat tidak beraturan dengan kromatin yang kasar dan padat (Frye 1991). Kromatin intinya akan semakin padat dan gelap seiring pertambahan umur sel (Gambar 2) (Irizarry-Rovira 2010). Ada beberapa parameter untuk evaluasi eritrosit antara lain jumlah eritrosit, hematokrit (Hct) atau packed cell volume (PCV), kadar hemoglobin (Hb), mean corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH),

19 7 mean corpuscular haemoglobin concentration (MCHC), dan laju endap darah (LED). Eritrosit reptil berukuran lebih besar (MCV fl) dan berjumlah lebih sedikit (0,3-2, /mm 3 ) dibandingkan eritrosit burung dan mamalia. Jumlah eritrosit pada reptil berbanding terbalik dengan ukuran selnya. Bangsa kadal cenderung memiliki ukuran eritrosit paling kecil (MCV di bawah 300 fl) namun jumlah eritrositnya paling banyak (1-1, /mm 3 ). Reptil jantan cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih tinggi daripada betina (Campbell 2006). Eritrosit reptil mempunyai jangka hidup rata-rata ( hari) lebih lama dibandingkan eritrosit mamalia karena laju metaboliknya yang lebih lambat (Irizarry-Rovira 2010). Hematokrit adalah persentase volume eritrosit dalam darah utuh setelah proses sentrifugasi (Rastogi 2007). Hematokrit digunakan untuk memeriksa kesehatan umum dan tingkat hidrasi reptil (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Selang Hct normal reptil adalah sekitar % dengan rata-rata 30 % (Campbell 2006). Hemoglobin adalah protein mengandung besi yang ada dalam sel darah merah. Sebagian besar (95 %) berat kering dari eritrosit adalah Hb. Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Hampir semua jaringan tubuh memerlukan oksigen sehingga Hb sangat penting untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal tubuh. Hemoglobin yang teroksigenasi berwarna merah terang dan disebut oksihemoglobin, sedangkan Hb yang tereduksi berwarna kebiruan dan disebut deoksihemoglobin (Rogers 2011). Selang nilai kadar hemoglobin darah reptil berkisar antara 6-10 g/dl (Campbell 2006). Hasil pemeriksaan kadar Hb tergantung pada banyaknya jumlah eritrosit dan jumlah Hb per setiap eritrosit (Rastogi 2007). Nilai total eritrosit, Hct, dan Hb pada setiap individu reptil dapat sangat berbeda karena pengaruh berbagai faktor meliputi musim, temperatur lingkungan, jenis kelamin, status nutrisi, dan faktor-faktor lain (Irizarry-Rovira 2010). Setelah mengetahui nilai total eritrosit, Hct, dan Hb, maka nilai indeks eritrosit (MCV, MCHC, MCHC) dapat dihitung dengan rumus (Rastogi 2007). Nilai MCV menentukan volume rata-rata dari setiap butir eritrosit, MCH menentukan jumlah

20 8 hemoglobin rata-rata pada setiap butir eritrosit dan MCHC menentukan konsentrasi hemoglobin rata-rata pada setiap butir eritrosit (Rosenfeld & Dial 2010). Selang normal MCHC reptil adalah sekitar g/dl dengan rata-rata 30 g/dl (Campbell 2006). Laju endap darah (LED) didapatkan dari lamanya waktu pengendapan eritrosit dalam darah utuh dan tidak menggumpal. LED berguna untuk menandakan adanya penyakit organ yang belum diketahui (Rastogi 2007). Gambar 2 Eritrosit kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii), diamati dengan pewarnaan Pappenheim dan perbesaran mikroskop (Knotkova et al. 2002). Leukosit Leukosit umumnya berukuran sedikit lebih besar daripada eritrosit, tidak berwarna/transparan, dan dapat didiferensiasi dengan mudah pada sediaan ulas darah di bawah pengamatan mikroskop. Leukosit dapat berinti satu, dua, atau lebih (Rastogi 2007). Leukosit reptil memiliki variasi morfologi yang tinggi antar spesies sehingga dapat terjadi kesalahan pengenalan jenis sel. Leukosit reptil digolongkan menjadi heterofil, limfosit, monosit, azurofil, eosinofil, dan basofil (Irizarry-Rovira 2010). Leukosit yang dominan pada kebanyakan reptil adalah heterofil dan limfosit, sedangkan pada beberapa spesies tertentu seperti kura-kura dan penyu didominasi oleh basofil (Fry 2009). Heterofil adalah leukosit yang dominan pada kebanyakan reptil (Slomka 2005). Heterofil berbentuk sel bulat dan sitoplasmanya tidak berwarna namun

21 9 memiliki granul-granul kemerahan (eosinofilik) berbentuk batang pendek (Gambar 3a) (Campbell 2006). Warna dan morfologi granul berbeda-beda antar spesies reptil, namun umumnya berbentuk lonjong dan berwarna merah jingga atau coklat (Irizarry-Rovira 2010). Inti heterofil berbentuk bulat atau lonjong, berada di tengah, dan kromatinnya padat. Beberapa jenis kadal memiliki inti heterofil yang bergelambir (Campbell 2006). Fungsi heterofil reptil diduga sama dengan neutrofil mamalia. Bersama monosit, ia merespon peradangan akut dan berperan penting untuk fagositosis. Jumlahnya dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya musim. Seperti neutrofil mamalia, heterofil reptil juga menunjukkan perubahan morfologi saat peradangan seperti left shift dan bentuk toksik (Irizarry-Rovira 2010). Limfosit juga merupakan leukosit yang dominan pada kebanyakan reptil (Slomka 2005). Fungsi limfosit reptil sama dengan limfosit mamalia (Redrobe dan MacDonald 1999; Stahl 2006). Secara morfologi, limfosit reptil terlihat mirip dengan limfosit mamalia. Bentuknya bulat dengan sedikit sitoplasma berwarna kebiruan (Irizarry-Rovira 2010) dan tidak memiliki granul maupun vakuola (Campbell 2006). Inti selnya dapat berbentuk bulat atau sedikit melekuk, terletak di tengah, dan kromatin intinya sangat padat pada sel dewasa (Campbell 2006). Reptil biasanya mempunyai limfosit besar dan kecil (Gambar 3b) (Irizarry-Rovira 2010). Volume sitoplasma limfosit besar lebih banyak dan berwarna pucat sedangkan sitoplasma limfosit kecil lebih sedikit dan warnanya agak kebiruan (Campbell 2006). Limfosit kecil terkadang sulit dibedakan dengan trombosit karena bentuknya mirip (Irizarry-Rovira 2010). Trombosit biasanya terlihat bergerombol (Campbell 2006) dan sitoplasmanya tidak berwarna (Fry 2009). Selain itu, tepi inti sel dan sitoplasma pada limfosit mempunyai tepi yang jelas dan rapi sedangkan pada trombosit tidak beraturan (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Jumlah limfosit reptil dapat berbeda-beda sesuai musim dan berbagai faktor lain (Irizarry-Rovira 2010). Monosit adalah leukosit dengan ukuran terbesar (Campbell 2006). Bentuk dan fungsi monosit reptil mirip dengan monosit mamalia (Fry 2009). Inti selnya dapat berbentuk bulat, oval, atau menekuk. Kromatin inti selnya kurang padat dan biasanya berwarna lebih pucat dibandingkan inti sel limfosit (Campbell 2006).

22 10 Sitoplasmanya berwarna kebiruan atau keabuan, dengan atau tanpa vakuola (Gambar 3c). Selain itu, terdapat juga monosit dengan granulasi halus seperti debu dan berwarna merah muda (azurofilik) yang disebut azurofil (Irizarry-Rovira 2010). Azurofil adalah sel turunan monosit yang fungsinya belum diketahui (Fry 2009). Monosit berperan dalam respon peradangan kronis (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Eosinofil mempunyai sitoplasma dan granul-granul yang berbentuk bulat. Inti selnya berbentuk bulat atau bergelambir (Gambar 3d). Ukuran, warna granul, bentuk inti sel, dan jumlah eosinofil reptil berbeda-beda antar spesies. Umumnya, granulnya berwarna merah terang atau jingga. Perbedaan jumlah eosinofil dipengaruhi berbagai faktor antara lain spesies, musim, dan infestasi parasit (Irizarry-Rovira 2010). Bangsa kadal biasanya mempunyai ukuran eosinofil yang paling kecil (Campbell 2006) dan jumlahnya sangat sedikit. Fungsi eosinofil reptil diduga sama dengan eosinofil mamalia (Fry 2009). Basofil berbentuk bulat dan kecil (Campbell 2006). Inti selnya bulat atau lonjong dan terletak di tengah. Sitoplasmanya memiliki granul-granul bulat dan padat berwarna ungu gelap hingga menutupi inti sel (Gambar 3e) (Irizarry-Rovira 2010). Jika terlihat, inti selnya berbentuk bulat tidak bergelambir. Ukuran dan jumlah basofil reptil berbeda-beda antar spesies. Ukuran basofil kadal cenderung lebih kecil daripada kura-kura dan buaya (Campbell 2006). Jumlah basofil dipengaruhi spesies, infestasi parasit, dan faktor-faktor lain (Irizarry-Rovira 2010). Fungsi basofil reptil diduga sama dengan basofil mamalia (Fry 2009). Gambar 3 Morfologi dan ukuran relatif sel-sel leukosit normal bangsa kadal, (a) heterofil, (b) limfosit kecil dan besar, (c) monosit, (d) eosinofil, (e) basofil (Reagan et al. 2008). Trombosit Trombosit reptil berbentuk lonjong atau fusiform. Intinya berada di tengah, dengan kromatin inti padat dan berwarna ungu. Sitoplasmanya tidak

23 11 berwarna atau biru sangat pucat dan terkadang terdapat granul-granul azurofilik. Trombosit aktif sering ditemukan dan membentuk gerombol dalam sediaan ulas darah (Gambar 4). Tepi dan vakuola sitoplasmanya tidak beraturan. Trombosit tanpa sitoplasma sama sekali tampak saat bergerombol. Trombosit berperan penting dalam pembentukan trombus dan fungsinya sama dengan platelet mamalia dan burung (Campbell 2006). Reptil normal mempunyai trombosit/100 leukosit (Slomka 2005). Trombosit berbentuk mirip dengan limfosit kecuali trombosit tepi inti selnya dan sitoplasmanya yang tidak beraturan, sedangkan limfosit mempunyai tepi yang jelas dan rapi (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Gambar 4 Trombosit yang bergerombol pada kura-kura Rusia (Agrionemys horsfieldii), diamati dengan pewarnaan Pappenheim dan perbesaran mikroskop (Knotkova et al. 2002). Biokimia darah Secara umum, interpretasi hasil biokimiawi darah pada reptil dan hewan domestik dianggap sama, namun interpretasi pada reptil memerlukan lebih banyak pertimbangan. Hal ini disebabkan darah reptil sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi lingkungan, spesies, umur, jenis kelamin, status nutrisi, musim, dan status fisiologi. Uji biokimiawi darah reptil yang paling berguna untuk diagnostik meliputi total protein, albumin, glukosa, asam urat, aspartate aminotransferase (AST), kreatinin kinase (CK), kalsium, dan fosfor (Campbell 2006). Namun, uji-uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah total protein, albumin, globulin, AST/SGOT, ALT/SGPT, urea, dan kreatinin.

24 12 Total Protein Kandungan utama plasma darah sebagian besar, yaitu mencapai 70%, adalah protein. Protein darah terutama terdiri dari albumin dan globulin. Protein plasma lainnya antara lain fibrinogen, haptoglobin, apolipoprotein, transferin, dan prothrombin (Rastogi 2007). Protein darah memiliki banyak peranan penting bagi tubuh antara lain mempertahankan tekanan osmotik koloid plasma, melakukan reaksi imunitas, mencegah defisiensi protein, dan menggumpalkan darah pada luka dengan fibrinogen (Rastogi 2007). Total protein plasma normal reptil berkisar antara 3-7 g/dl (Campbell 2006). Albumin Albumin adalah salah satu dari protein darah utama selain globulin. Setengah bagian dari total protein darah adalah albumin. Albumin menjalankan banyak fungsi penting bagi tubuh antara lain membantu penggunaan asam lemak bebas, menjaga osmolalitas plasma darah dan cairan interstisial, dan membantu ekskresi bilirubin (Nelson & Cox 2004). Albumin dibentuk di hati dan dilepaskan ke darah. Selain mendeteksi penyakit hati, kadar albumin juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal (Rosenfeld & Dial 2010). Globulin Globulin adalah salah satu dari protein darah utama selain albumin (Nelson & Cox 2004). Globulin terbagi menjadi tiga subfraksi yaitu -, -, dan -globulin, - dan -globulin melaksanakan tugas pengangkutan fraksi lemak dalam protein, sedangkan -globulin mengandung antibodi untuk respon imun. Globulin dibentuk di sistem retikuloendotelial, makrofag, dan limfosit (Rastogi 2007). AST/SGOT Aspartate aminotransferase (AST) atau serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) merupakan uji yang sangat sensitif terhadap kerusakan hepatoseluler dibandingkan uji alanin aminotransferase (ALT) (Fry 2009). Hal ini disebabkan aktivitas AST tinggi di jaringan hati reptil. Secara umum, karakteristik

25 13 enzim hati pada reptil mirip dengan enzim mamalia dan burung (Campbell 2006). Meskipun sangat sensitif, AST bersifat tidak spesifik karena aktivitas enzim ini dapat ditemukan pada banyak jaringan selain hati seperti otot, paru-paru, dan ginjal (Reavill 2005). Umumnya, nilai normal AST pada reptil berada di bawah 250 IU/L (Campbell 2006). ALT/SGPT Alanin aminotransferase (ALT) atau serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) adalah enzim yang dihasilkan oleh hati. Enzim ALT reptil bersifat tidak spesifik terhadap organ tertentu karena aktivitas ALT juga tinggi pada ginjal reptil. Meskipun demikian, uji ALT pada reptil tidak sensitif untuk mendeteksi penyakit ginjal karena kebanyakan enzim ini terbuang di urin dan sedikit yang masuk ke darah. Uji ALT juga kurang sensitif untuk mendeteksi penyakit hepatoseluler dibandingkan AST. Umumnya, nilai normal ALT pada reptil berada di bawah 20 IU/L (Campbell 2006). Urea Urea pada darah adalah hasil metabolit hati yang dilepaskan ke darah untuk diekskresikan melalui ginjal (Rosenfeld & Dial 2010) sehingga uji terhadap urea dapat digunakan untuk memeriksa fungsi ginjal. Namun, fisiologi ginjal reptil berbeda dengan ginjal mamalia. Zat yang diekskresikan oleh ginjal reptil meliputi asam urat, urea, dan ammonia. Kebanyakan protein diubah oleh ginjal reptil menjadi asam urat namun yang menjadi urea sedikit. Oleh karena itu, uji urea untuk mendeteksi penyakit ginjal lebih baik menggunakan uji plasma urea nitrogen (PUN) daripada blood urea nitrogen (BUN). Nilai BUN tidak akan meningkat banyak pada reptil dengan penyakit ginjal. Nilai normal BUN pada kebanyakan reptil berada dibawah 10 mg/dl. Kadar urea normal pada reptil berada dibawah 15 mg/dl. Nilai PUN dapat mencapai mg/dl pada spesies reptil yang tinggal di daerah kering. Hal ini merupakan mekanisme untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh dengan meningkatkan osmolalitas plasma (Campbell 2006).

26 14 Kreatinin Kreatinin adalah asam amino hasil metabolisme otot. Peningkatan kadar kreantinin disebabkan langsung oleh penurunan fungsi filtrasi glomerulus (Rosenfeld & Dial 2010) sehingga uji terhadap kreatinin dapat digunakan untuk memeriksa fungsi ginjal. Namun fisiologi ginjal reptil berbeda dengan ginjal mamalia sehingga uji ini tidak dapat menjadi indikator penyakit ginjal yang baik pada reptil. Hal ini karena kadar kreatinin yang dibentuk dalam tubuh reptil sangatlah sedikit yaitu dibawah 1 mg/dl (Campbell 2006). Kadar kreatinin berbeda-beda antar spesies reptil. Kreatinin pada reptil karnivora cenderung lebih tinggi (Reavill 2005).

27 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2010 sampai Agustus 2011 di Taman Margasatwa Ragunan dan Laboratorium Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor (RSH IPB). Sebanyak 18 ekor komodo (5 jantan dan 13 betina) dewasa berumur 5-18 tahun yang ditempatkan pada kandang terbuka digunakan dalam penelitian ini. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan antara lain adalah syringe dan needle, tabung penampung darah tanpa antikoagulan dan dengan antikoagulan EDTA, mesin automatic hemavet, mesin biosystem, gelas objek, mikroskop, kertas saring, kapas, dan tissue. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metanol, pewarna Giemsa, akuades, minyak imersi, dan alkohol 70%. Besaran dan Cara Pengambilan Sampel Darah Sebanyak 5 ml darah komodo diambil menggunakan syringe berukuran 5 ml dari vena coccygealis ventralis pada 1/3 kranial pangkal ekor. Sebanyak 2 ml darah ditampung dalam tabung dengan antikoagulan ethylenediamine tetra-acetic acid (EDTA) untuk pemeriksaan hematologi dan 3 ml lainnya dalam tabung tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan biokimia darah pada serum. Cara pengambilan darah pada vena coccygealis ventralis adalah yang paling mudah pada reptil. Vena ini terletak di ventral garis tengah ekor di antara vertebrae coccygealis. Bagian terbaik untuk mengambil darah adalah antara 1/4 sampai 1/2 bagian dari pangkal ekor (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Pemeriksaan Sampel Darah Pemeriksaan sampel darah terdiri dari pemeriksaan hematologi dan biokimia darah. Pemeriksaan hematologi terdiri dari total eritrosit, Hct, kadar Hb, MCV, MCH, MCHC, total leukosit, diferensial leukosit (limfosit, monosit,

28 16 heterofil, eosinofil, dan basofil), total trombosit, dan LED. Pemeriksaan biokimia darah terdiri dari total protein, albumin, globulin, AST/SGOT, ALT/SGPT, urea, dan kreatinin. Sampel yang diperoleh diperiksa menggunakan mesin automatic hemavet untuk hematologi dan mesin biosystem untuk biokimia darah. Pemeriksaan diferensial leukosit dilakukan dengan metode pembuatan sediaan ulas darah dan diamati menggunakan mikroskop. Pembuatan sediaan ulas dibuat dari darah tanpa antikoagulan, lalu difiksasi dengan metanol, dan diwarnai dengan pewarna Giemsa. Pengamatan dengan mikroskop dilakukan dengan perbesaran lalu jenis-jenis leukosit yang tampak dihitung sampai didapat total 100 sel. Analisis Data Data yang diperoleh dari setiap parameter disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku. Analisis dilakukan secara deskriptif dan dibandingkan dengan referensi yang ada.

29 HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan dengan kisaran referensi (Tabel 4) pada lampiran. Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi komodo Parameter Rataan±Simpangan Baku Rataan±Simpangan Baku Referensi* Eritrosit ( 10 6 /mm 3 ) 1,24 ± 0,21 1,46 ± 0,42 Hematokrit (%) 38,00 ± 4,57 39,40 ± 5,00 Hemoglobin (g/dl) 13,33 ± 1,59 13,80 ± 1,90 MCV (fl) 311,43 ± 49,88 290,10 ± 135,70 MCH (pg) 109,37 ± 18,74 128,00 ± 30,70 MCHC (g/dl) 35,09 ± 1,22 37,50 ± 7,90 Leukosit ( 10 3 /mm 3 ) 6,53 ± 9,47 7,23 ± 5,24 Heterofil ( 10 3 /mm 3 ) 3,48 ± 4,97 3,19 ± 2,73 Limfosit ( 10 3 /mm 3 ) 2,96 ± 4,69 2,82 ± 2,65 Monosit ( 10 3 /mm 3 ) 0,10 ± 0,19 0,42 ± 0,52 Eosinofil ( 10 3 /mm 3 ) 0,00 ± 0,00 0,01 ± 0,10 Basofil ( 10 3 /mm 3 ) 0,00 ± 0,00 0,09 ± 0,07 Trombosit ( 10 3 /mm 3 ) 3,11 ± 1,60 - LED (mm/jam) 3,94 ± 1,70 1,00 ± 0,00 *Nilai fisiologis pada komodo dewasa berumur di atas 3 tahun (Teare 2002). Hasil pemeriksaan total eritrosit menunjukkan nilai rataan 1,24±0, /mm 3. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 1,46±0, /mm 3. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 0,85-1, /mm 3 dan seluruhnya berada dalam kisaran normal yaitu 0,42-2, /mm 3 (Teare 2002). Hal ini menandakan tidak ada kelainan jumlah eritrosit. Kelainan jumlah eritrosit yang paling sering terjadi adalah penurunan

30 18 jumlah eritosit (anemia). Anemia pada reptil dapat disebabkan hemoragi, hemolisis, dan depresi. Anemia hemoragik dapat disebabkan oleh trauma, parasit penghisap darah, koagulopati, dan lesi ulseratif. Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh septisemia, parasitemia, dan toksemia. Anemia depresi dapat disebabkan oleh agen infeksius, penyakit hati dan ginjal kronis, zat kimia, dan hipotiroidismus (Campbell 2006). Anemia pada reptil juga dapat disebabkan infeksi kronis dan malnutrisi (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Kelainan jumlah eritrosit juga dapat berupa peningkatan (eritrositosis/polisitemia) yang dapat disebabkan dehidrasi, kontraksi limpa, hipertiroidismus, dan neoplasia (Stockham & Scott 2008). Nilai rataan dari hasil pemeriksaan hematokrit adalah 38,00±4,57 %, nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 39,40±5,00 %. Kisaran nilai yang didapat dari seluruh komodo adalah 28,50-48,20 %, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 25,00-50,00 % (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu 29,00-45,00 %, terdapat 1 ekor dengan nilai diatas kisaran yaitu 48,20 %. Komodo ini (nomor 8) diduga mengalami sedikit kekurangan cairan tubuh. Nilai hematokrit dapat menentukan tingkat hidrasi reptil (Redrobe & MacDonald 1999; Stahl 2006). Nilai hematokrit yang tinggi dapat menandakan polisitemia atau dehidrasi sedangkan nilai yang rendah menandakan anemia atau overhidrasi (Rastogi 2007). Kadar hemoglobin dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataan 13,33±1,59 g/dl.nilai ini cenderung sama dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 13,80±1,90 g/dl. Kisaran nilai hemoglobin dari 16 ekor komodo adalah 11,70-16,20 g/dl, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 11,00-17,40 g/dl (Teare 2002). Dua ekor (nomor 1 dan 16) menunjukkan nilai yang sedikit lebih rendah dari kisaran yaitu sebesar 10,90 dan 10,10 g/dl. Penurunan ini tidak terlalu berarti sehingga masih dianggap normal. Namun jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu 9,70-12,50 g/dl, hanya 5 ekor (nomor 1, 3, 7, 15, dan 16) yang menunjukkan nilai didalam kisaran yaitu antara 10,10-12,40 g/dl sedangkan 13 ekor lainnya menunjukkan nilai diatas kisaran yaitu antara 12,60-16,20 g/dl. Hal ini menandakan kondisi kadar hemoglobin

31 19 yang cukup baik. Kelainan Hb yang mungkin terjadi adalah penurunan kadar Hb. Nilai Hb yang rendah dapat menandakan anemia (Rastogi 2007). Hasil pemeriksaan MCV menunjukkan nilai rataan 311,43±49,88 fl. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 290,00±135,70 fl. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 233,12-443,53 fl dan seluruhnya berada dalam kisaran normal yaitu 134,10-952,40 fl (Teare 2002). Hal ini berarti tidak ada kelainan ukuran sel eritrosit. Kelainan nilai MCV dapat berupa penurunan ataupun peningkatan. Nilai MCV yang rendah menandakan ukuran eritrosit kecil (mikrositik), kelainan ini biasanya disebabkan defisiensi zat besi. Nilai MCV yang tinggi menandakan ukuran eritrosit besar (makrositik), kelainan ini dapat disebabkan defisiensi vitamin B12 atau asam folat (Rastogi 2007). Nilai rataan dari hasil pemeriksaan MCH adalah 109,37±18,74 pg. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 128,00±30,70 pg. Sebanyak 14 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 98,6-158,8 pg, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 94,0-174,4 pg (Teare 2002). Empat ekor (nomor 6, 7, 8, dan 16) menunjukkan nilai lebih rendah dari kisaran yaitu antara 83,44-93,52 pg, namun penurunan ini tidak terlalu berarti sehingga masih dianggap normal. Hal ini menandakan kondisi jumlah hemoglobin yang cukup baik pada setiap eritrosit. Nilai MCH sangat dipengaruhi kadar hemoglobin dan total eritrosit. Hasil pemeriksaan MCHC menunjukkan nilai rataan 35,09±1,22 g/dl. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 37,50±7,90 g/dl. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 33,01-37,72 g/dl dan seluruhnya berada dalam kisaran normal yaitu 26,90-52,70 g/dl (Teare 2002). Hal ini menandakan kondisi konsentrasi Hb yang cukup baik dalam eritrosit. Kelainan yang sering terjadi adalah penurunan nilai MCHC. Nilai MCHC yang rendah menandakan eritrosit hipokromik (Rastogi 2007) yang biasanya disebabkan status nutrisi buruk (Reavill 2005). Total leukosit dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataan 6,53±9, /mm 3. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 7,23±5, /mm 3. Sebanyak 17 ekor komodo

32 20 menunjukkan kisaran nilai antara 1,60-6, /mm 3, nilai ini berada dalam kisaran normal 1,00-24, /mm 3 (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu antara 3,00-10, /mm 3, sebanyak 3 ekor (nomor 2, 7, dan 12) menunjukkan nilai dibawah kisaran yaitu antara 1,60-2, /mm 3. Nilai ini diduga normal karena penurunan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kemungkinan lain adalah komodo ini hanya mengalami penurunan jumlah leukosit (leukopenia) ringan. Leukopenia dapat disebabkan stres, infeksi virus, septisemia, intoksikasi, penyakit imun, dan gangguan sumsum tulang (Mitchell & Tully 2009). Satu ekor (nomor 5) menunjukkan nilai 44, /mm 3, nilai ini jauh diatas kisaran baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Komodo ini mengalami peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) yang dipengaruhi oleh peningkatan heterofil (heterofilia) dan limfosit (limfositosis). Dengan demikian, komodo diduga kuat mengalami infeksi akut. Menurut Mitchell & Tully (2009), leukositosis dapat disebabkan infeksi akut, neoplasia, penyakit imun, trauma, dan gangguan endokrin. Rataan nilai dari hasil pemeriksaan jumlah heterofil adalah 3,48±4, /mm 3. Nilai ini cenderung tidak jauh berbeda dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 3,19±2, /mm 3. Sebanyak 17 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 0,25-4, /mm 3, nilai ini berada dalam kisaran normal 0,06-17, /mm 3 (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu antara 0,70-5, /mm 3, sebanyak 1 ekor (nomor 3) menunjukkan nilai dibawah kisaran yaitu 0, /mm 3. Namun nilai ini diduga normal atau mungkin komodo ini hanya mengalami penurunan jumlah heterofil (heteropenia) ringan. Penyebab heteropenia cenderung sama dengan penyebab leukopenia antara lain stres, infeksi virus, septisemia, intoksikasi, penyakit imun, dan gangguan sumsum tulang (Mitchell & Tully 2009). Satu ekor (nomor 5) menunjukkan nilai 22, /mm 3, nilai ini cukup jauh diatas kisaran baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Komodo ini mengalami peningkatan jumlah heterofil (heterofilia) yang dapat disebabkan infeksi, peradangan, dan stres (Irizarry-Rovira 2010).

33 21 Hasil pemeriksaan jumlah limfosit menunjukkan nilai rataan 2,96±4, /mm 3. Nilai ini cenderung sama dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 2,82±2, /mm 3. Sebanyak 17 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 0,42-5, /mm 3, nilai ini berada dalam kisaran normal 0,13-16, /mm 3 (Teare 2002). Jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu 1,10-6, /mm 3, sebanyak 4 ekor (nomor 7, 10, 12, dan 16) menunjukkan nilai dibawah kisaran yaitu antara 0,42-0, /mm 3. Namun, nilai ini masih dianggap normal karena penurunan yang terjadi tidak terlalu berarti. Kemungkinan lain adalah komodo ini hanya mengalami penurunan jumlah limfosit (limfopenia) ringan. Limfopenia dapat disebabkan peradangan akut, endotoksinemia, gangguan limfoid, atau obat imunosupresif (Stockham & Scott 2008). Satu ekor (nomor 5) menunjukkan nilai 21, /mm 3, nilai ini cukup jauh diatas kisaran baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Komodo ini mengalami peningkatan jumlah limfosit (limfositosis) yang dapat disebabkan adanya penyembuhan luka, infeksi virus, dan infestasi parasit tertentu (Irizarry-Rovira 2010). Jumlah monosit dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataan 0,01±0, /mm 3. Rataan jumlah monosit menurut Teare (2002) adalah 0,42±0, /mm 3. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 0,00-0, /mm 3. Hanya 6 ekor dari keseluruhan komodo yang menunjukkan adanya monosit dengan kisaran antara 0,05-0, /mm 3, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 0,02-2, /mm 3 (Teare 2002). Namun, tidak ditemukannya monosit pada 12 ekor komodo lainnya dapat dikatakan normal karena rataan dan batas bawah kisaran jumlah monosit menurut Teare (2002) telah mendekati nilai nol. Selain itu, Gillespie et al. (2000) juga melaporkan kisaran jumlah monosit adalah 0,00-1, /mm 3. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah monosit (monositosis) yang dapat disebabkan infeksi akut maupun kronis, hemolisis, trauma, dan stres (Stockham & Scott 2008). Pemeriksaan pada seluruh komodo menunjukkan tidak ditemukannya eosinofil. Hal ini dianggap normal karena rataan dan batas bawah kisaran jumlah eosinofil menurut Teare (2002) telah mendekati nilai nol yaitu 0,01±0, /mm 3 dan 0,04-0, /mm 3. Selain itu, Gillespie et al. (2000)

34 22 juga melaporkan tidak ditemukan eosinofil dalam pemeriksaan darah komodo. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah eosinofil (eosinofilia) yang biasanya disebabkan reaksi hipersensitifitas terhadap parasit (Stockham & Scott 2008). Pemeriksaan pada seluruh komodo menunjukkan tidak ditemukannya basofil. Hal ini dianggap normal karena rataan dan batas bawah kisaran jumlah basofil menurut Teare (2002) telah mendekati nilai nol yaitu 0,09±0, /mm 3 dan 0,01-0, /mm 3. Selain itu, Gillespie et al. (2000) juga melaporkan kisaran jumlah basofil hanya 0,00-0, /mm 3. Kelainan yang mungkin terjadi adalah peningkatan jumlah basofil (basofilia) yang dapat disebabkan reaksi alergi dan infestasi parasit (Stockham & Scott 2008). Hasil pemeriksaan jumlah trombosit menunjukkan nilai rataaan 3,11±1, /mm 3. Nilai yang didapat dari seluruh komodo berkisar antara 1,00-6, /mm 3. Tidak ada nilai referensi yang didapat sebagai perbandingan untuk parameter ini sehingga nilai yang didapat dianggap normal. Kelainan yang mungkin terjadi pada trombosit adalah penurunan jumlah (trombositopenia). Trombositopenia pada dapat disebabkan penggunaan yang berlebih pada darah perifer, penurunan produksi (Campbell 2006), dan hemoragi (Redrobe dan MacDonald 1999), splenomegali, dan endotoksemia (Stockham & Scott 2008). Rataan nilai dari hasil pemeriksaan LED adalah 3,94±1,70 mm/jam dengan kisaran 2,00-8,00 mm/jam. Nilai LED dari seluruh komodo berada jauh diatas nilai normal LED menurut Teare (2002) yaitu 1,00 mm/jam. Namun nilai LED ini diduga normal karena tidak ada peningkatan jumlah sel darah yang sangat tinggi pada kebanyakan komodo. Peningkatan nilai LED dapat saja disebabkan infeksi akut maupun kronis atau kondisi rheumatoid (Rastogi 2007). Biokimia darah Hasil pemeriksaan biokimia darah disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 2). Hasil pemeriksaan biokimia darah individual (Tabel 6) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan dengan kisaran referensi (Tabel 4) pada lampiran.

35 23 Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimia darah komodo Parameter Rataan±Simpangan Baku Rataan±Simpangan Baku Referensi* Total Protein (g/dl) 10,19 ± 3,39 8,10 ± 1,20 Albumin (g/dl) 2,51 ± 0,39 2,90 ± 0,60 Globulin (g/dl) 7,68 ± 3,07 5,10 ± 1,00 AST/SGOT (IU/L) 49,39 ± 20,71 16,00 ± 18,00 ALT/SGPT (IU/L) 45,39 ± 27,88 18,00 ± 14,00 Urea (mg/dl) 13,53 ± 5,88 3,00 ± 1,00 Kreatinin (mg/dl) 0,29 ± 0,11 0,30 ± 0,10 *Nilai fisiologis pada komodo dewasa berumur di atas 3 tahun (Teare 2002). Hasil pemeriksaan total protein menunjukkan nilai rataan 10,19±3,39 g/dl. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 8,10±1,20 g/dl. Sebanyak 13 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 7,06-10,82 g/dl, nilai ini berada dalam kisaran normal yaitu 5,30-11,40 g/dl (Teare 2002). Empat ekor (nomor 10, 12, 15, dan 17) menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dari kisaran yaitu 11,60-12,06, namun nilai ini masih dianggap normal karena peningkatannya tidak terlalu berarti dan nilai parameter lainnya dari keempat komodo tersebut tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Satu ekor (nomor 14) menunjukkan peningkatan total protein yang jauh lebih tinggi diatas kisaran (hiperproteinemia) yaitu 22,05 g/dl. Hiperproteinemia pada reptil dapat disebabkan dehidrasi, hiperglobulinemia, atau hiperalbuminemia (Campbell 2006). Hiperproteinemia pada komodo ini dipengaruhi oleh peningkatan globulin (hiperglobulinemia). Nilai kadar albumin pada komodo ini normal sehingga penyebab hiperproteinemia diyakini tidak dipengaruhi oleh hiperalbuminemia. Selain itu, dapat juga terjadi hipoproteinemia yang disebabkan malnutrisi kronis, malabsorbsi, maldigesti, penyakit usus (enteropati), parasitisme, kehilangan darah berlebih, dan penyakit hati atau ginjal kronis (Campbell 2006). Total albumin dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataan 2,51±0,39 g/dl. Nilai ini lebih rendah dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 2,90±0,60 g/dl. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 1,93-3,40 g/dl dan seluruhnya berada dalam kisaran normal 1,90-4,80 g/dl (Teare 2002). Kelainan jumlah albumin dapat berupa peningkatan (hiperalbuminemia) ataupun

36 24 penurunan (hipoalbuminemia). Hiperalbuminemia dapat disebabkan dehidrasi atau folikulogenesis pada reptil betina karena kebutuhan protein yang tinggi untuk pembentukan telur. Kadar total proteinnya akan kembali normal setelah ovulasi (Campbell 2006). Hipoalbuminemia dapat disebabkan penurunan sintesis, kehilangan darah, penyakit hati dan ginjal, malabsorbsi, dan maldigesti (Stockham & Scott 2008). Hasil pemeriksaan total globulin menunjukkan nilai rataan 7,68±3,07 g/dl. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 5,10±1,00 g/dl. Sebanyak 11 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 5,13-7,26 g/dl, nilai ini masih berada dalam kisaran normal 3,40-7,40 g/dl (Teare 2002). Enam ekor menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dari kisaran yaitu 7,47-9,47 g/dl. Namun nilai ini dianggap normal karena peningkatannya tidak terlalu berarti. Satu ekor (nomor 14) menunjukkan nilai kadar globulin jauh diatas kisaran (hiperglobulinemia) yaitu 18,65 g/dl. Komodo ini adalah betina sehingga diduga hiperglobulinemia yang terjadi disebabkan aktifnya siklus reproduksinya. Menurut Campbell (2006), hiperglobulinemia pada reptil betina dapat disebabkan folikulogenesis karena peningkatan kebutuhan globulin untuk produksi kuning telur. Selain itu, hiperglobulinemia dapat juga disebabkan oleh peradangan kronis oleh agen infeksius. Namun kemungkinan ini tidak didukung oleh parameter leukosit yang cenderung normal pada komodo ini. Rataan nilai dari hasil pemeriksaan AST adalah 49,39±20,71 IU/L. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 16,00±18,00 IU/L. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 16,00-108,00 IU/L dan seluruhnya berada dalam kisaran normal 1,00-112,00 IU/L (Teare 2002). Namun jika dibandingkan dengan kisaran menurut Gillespie et al. (2000) yaitu 7,00-30,00 IU/L, hanya 1 ekor (nomor 14) yang menunjukkan nilai didalam kisaran yaitu 16,00 IU/L. Empat ekor (nomor 2, 10, 15, dan 16) menunjukkan nilai yang jauh diatas kisaran yaitu 55,00-76,00 IU/L. Hal ini kemungkinan besar disebabkan penyakit hati karena keempat komodo ini juga menunjukkan nilai ALT yang relatif tinggi. Dua ekor (nomor 8 dan 17) menunjukkan nilai 108,00 dan 75,00 IU/L dengan nilai ALT normal sehingga diduga komodo ini mengalami kerusakan otot. Menurut Campbell (2006), peningkatan AST dapat menandakan

37 25 penyakit hati atau otot. Selain itu kerusakan eritrosit juga dapat meningkatkan kadar AST (Rosenfeld & Dial 2010). Namun kemungkinan ini tidak didukung oleh eritrosit yang cenderung normal dari seluruh parameter maupun komodo yang diperiksa. Nilai AST dari 11 ekor lainnya juga menunjukkan nilai diatas kisaran yaitu 32,00-47,00, namun nilai ini diduga masih normal karena rataan yang didapat pada komodo yang diperiksa cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai baik menurut Teare (2002) maupun Gillespie et al. (2000). Hasil pemeriksaan ALT menunjukkan nilai rataan 45,39±27,88 IU/L. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 18,00±14,00 IU/L. Sebanyak 13 ekor komodo menunjukkan kisaran nilai antara 18,00-44,00 IU/L, nilai ini berada dalam kisaran normal 2,00-62,00 IU/L (Teare 2002). Lima ekor (nomor 2, 10, 15, 16, dan 18) menunjukkan nilai diatas dari kisaran yaitu 73,00-102,00 IU/L. Komodo ini diduga mengalami penyakit hati seperti yang telah dijelaskan di atas karena peningkatan ALT pada kelima komodo ini juga disertai nilai AST yang cenderung tinggi. Menurut Rosenfeld & Dial (2010), peningkatan nilai ALT dapat menandakan penyakit hati. Hasil pemeriksaan urea menunjukkan nilai rataan 13,53±5,88 mg/dl. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan rataan menurut Teare (2002) yaitu 3,00±1,00 mg/dl. Kisaran normal blood urea nitrogen (BUN) adalah 1,00-9,00 mg/dl (Teare 2002). Hanya sebanyak 4 ekor komodo (nomor 4, 5, 7, dan 8) menunjukkan nilai dalam kisaran normal 7,60-8,90 mg/dl. Sebanyak 13 ekor menunjukkan nilai lebih tinggi dari kisaran yaitu 9,40-18,70 mg/dl. Tingginya nilai urea ini kemungkinan besar karena pemeriksaan urea pada penelitian ini dilakukan pada serum sehingga memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan BUN pada darah utuh. Oleh karena itu, nilai ini diduga masih normal. Satu ekor (nomor 14) menunjukkan nilai yang sangat tinggi dibandingkan rataan yaitu 32,80 mg/dl. Tingginya kadar urea (azotemia) pada komodo ini kemungkinan besar dipengaruhi tingginya kadar protein dan globulin (hiperproteinemia dan hiperglobulinemia). Kemungkinan lain adalah adanya dapat disebabkan penyakit ginjal, pakan tinggi protein (Campbell 2006), peningkatan metabolisme protein (Stockham & Scott 2008), dehidrasi, dan puasa (Reavill

38 ). Penurunan kadar urea juga dapat terjadi karena penyakit hati dan pakan rendah protein (Rosenfeld & Dial 2010). Kadar kreatinin dari hasil pemeriksaan menunjukkan nilai rataaan 0,29±0,11 mg/dl. Nilai ini cenderung sama dengan rataan menurut Teare (2002) yaitu 0,30±0,10 mg/dl. Kisaran nilai yang didapat berkisar antara 0,17-0,60 mg/dl dan seluruhnya berada dalam kisaran normal 0,10-0,60 mg/dl (Teare 2002). Peningkatan kreatinin dapat terjadi saat dehidrasi (Reavill 2005). Sebagai inisiasi untuk data dasar komodo, data yang diperoleh dari penelitian ini ditentukan kisaran normalnya yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Dugaan kisaran normal hematologi dan biokimia darah komodo Hematologi Biokimia Darah Eritrosit ( 10 6 /mm 3 ) 0,85-1,77 Total Protein (g/dl) 7,06-12,06 Hematokrit (%) 28,50-42,50 Albumin (g/dl) 1,93-3,40 Hemoglobin (g/dl) 10,10-16,20 Globulin (g/dl) 5,13-9,47 MCV (fl) 233,12-443,53 AST/SGOT (IU/L) 16,00-47,00 MCH (pg) 83,44-158,82 ALT/SGPT (IU/L) 18,00-44,00 MCHC (g/dl) 33,01-37,72 Urea (mg/dl) 7,60-18,70 Leukosit ( 10 3 /mm 3 ) 2,60-6,60 Kreatinin (mg/dl) 0,17-0,60 Heterofil ( 10 3 /mm 3 ) 0,94-3,96 Limfosit ( 10 3 /mm 3 ) 0,42-5,52 Monosit ( 10 3 /mm 3 ) 0,00-0,50 Eosinofil ( 10 3 /mm 3 ) 0,00-0,00 Basofil ( 10 3 /mm 3 ) 0,00-0,00 Trombosit ( 10 3 /mm 3 ) 1,00-6,00 LED (mm/jam) 2,00-8,00 Morfologi Sel Darah Pemeriksaan terhadap ulas darah dan hematologi reptil cukup sulit. Hal ini karena perbedaan morfologi sel darah reptil dengan mamalia maupun antar spesies reptil, kurangnya teknologi penghitungan sel otomatis yang baik untuk reptil, dan pemahaman yang masih kurang baik terhadap fisiologi darah dan hematologi reptil. Pemeriksaan yang baik diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik (Calle et al. 1994; Gillespie et al. 2000). Oleh karena itu, morfologi

39 27 sel-sel darah dari hasil penelitian ini ditampilkan pada Gambar Seluruh gambar yang ditampilkan difoto dari sediaan ulas darah komodo yang diwarnai Giemsa dan diamati dengan perbesaran mikroskop Gambar 5 Eritrosit Gambar 6 Heterofil Gambar 7 Limfosit kecil Gambar 8 Limfosit besar Gambar 9 Monosit Gambar 10 Trombosit

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis (Anonim 2012).

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Naga komodo Varanus komodoensis (Anonim 2012). TINJAUAN PUSTAKA Biologi Komodo Naga komodo (bahasa Inggris : Komodo dragon) secara fisik tampak seperti hewan naga dalam berbagai mitologi bangsa seperti Cina dan Barat. Masih banyak nama lain yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes Disusun Oleh : Nama: Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 Prodi : Pendidikana IPA PRODI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan transfusi darah adalah upaya kesehatan berupa penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan. Sebelum dilakukan transfusi darah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI FISIOLOGI HEWAN I April 2008 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN DARAH DAN SIRKULASI Darah Darah dan hemolymph, cairan sirkulasi pada sistem sirkulasi terbuka dan tertutup, adalah cairan kompleks berisi banyak

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran Nama : Cokhy Indira Fasha NIM : 10699044 Kelompok : 4 Tanggal Praktikum : 11 September 2001 Tanggal Laporan : 19 September 2001 Asisten : Astania Departemen Biologi

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 1 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Pendahuluan Subpokok Bahasan : a. Pengertian umum tentang Patologi b. Klinik Veteriner. c. Garis besar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Pokok Bahasan : Sistem Peredaran Darah Sasaran : Pemahaman siswa akan materi sistem peredaran darah menjadi lebih baik. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI

GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI GAMBARAN HEMATOLOGI ANJING PELACAK OPERASIONAL RAS LABRADOR RETRIEVER DI SUBDIT SATWA POLRI-DEPOK GITA WIDARTI ANGGAYASTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN GITA WIDARTI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komodo (Varanus komodoensis Ouwens, 1912) merupakan kadal besar dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK)

Lebih terperinci

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA

GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA 1 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG JANTAN (Canis familiaris) UMUR 3 SAMPAI 7 BULAN KRESNA NURDIN NUNU NUGRAHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 GAMBARAN DARAH ANJING KAMPUNG

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam tubuh. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Cirebon Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program/Semester : XI IPA/1 Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA

GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DI DAERAH CIAMPEA BOGOR YULIA ERIKA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 GAMBARAN DIFERENSIASI LEUKOSIT PADA

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Darah adalah jaringan cair

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah merupakan bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu: Plasma

Lebih terperinci

Review Sistem Hematology

Review Sistem Hematology Nama : rp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Pengkajian Sistem Hematologi 1 Review Sistem Hematology Ikhsanuddin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2 Bab 5 Sistem Peredaran Darah Sumber: Encarta 2005 Arteri Vena Gambar 5.1 Sistem peredaran darah pada manusia Peta Konsep Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING

INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING PATOLOGI KLINIK VETERINER INTERPRETASI HASIL LABORATORIUM DISTEMPER ANJING OLEH: Drh. Anak Agung Sagung Kendran, M.Kes. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DANI WANGSIT NARENDRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK DANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (cairan darah) dan 45% sel-sel darah.jumlah darah yang ada dalam tubuh sekitar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena atau arteri yang mengangkat oksigen dan bahan makanan ke seluruh

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 14 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 14. Kasus Penyakit di Klinik (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Penyakit Anemia hemolitik intravaskuler (keracunan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016, 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016, pemeliharaan ayam broiler dilaksanakan selama 28 hari di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 MCV (Mean Corpuscular Volume) Nilai MCV (Mean Corpuscular Volume) menunjukkan volume rata-rata dan ukuran eritrosit. Nilai normal termasuk ke dalam normositik, nilai di bawah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kandang Fapet Farm dan analisis proksimat bahan pakan dan pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah

STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN. Achmad Farajallah STRUKTUR & PERKEMBANGAN HEWAN Achmad Farajallah Sistem Sirkulasi: mode umum Sistem transportasi internal akibat ukuran & strukturnya menempatkan sel-sel tubuh berada jauh dari lingkungan luar sistem yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar eritrosit, haemoglobin, hematokrit, dan MCV ayam peterlur yang diberi dan tanpa kitosan dalam pakan, berdasarkan hasil penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel.1 Kadar Eritrosit,

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah berasal dari kata "haima", yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total. Pada pria prosentase ini sedikit lebih besar daripada wanita. 45-60 % darah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Domba Indocement Citeureup, Bogor selama 10 minggu. Penelitian dilakukan pada awal bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober

Lebih terperinci

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Darah 1. Definisi Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat,

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH I. Tujuan Untuk dapat mengetahui cara pembuatan dan pewarnaan sediaan hapusan darah II. Metode Hapusan darah ( blood smear ) III.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 1. Kaitan antara hati dan eritrosit adalah??? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3 Hati berperan dalam perombakan eritosit Hati menghasilkan eritrosit Eritrosit merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sel-sel darah 1. Sel darah merah (eritrosit) Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam

Lebih terperinci