BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koping keluarga Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu bertahan hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa yang terjadi (sumber stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk mengatasi situasi tersebut (Smeltzer, 2001) Konsep koping sangat penting dalam keperawatan karena semua pasien mengalami stres sehingga sangat memerlukan kemampuan koping untuk dapat mengatasinya. Kemampuan koping dan adaptasi terhadap stres merupakan faktor penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia (Asih, 1999 ). Berikut ini akan disampaikan tentang konsep koping : 1. Pengertian Menurut Keliat (1999), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Koping dapat adaptif (efektif ) dan mal adaptif (in efektif ) (Stuart dan Sudden, 1995). Perilaku koping dan upaya-upaya koping sebagai strategi yang positif, aktif, dan khusus untuk masalah yang di sesuaikan untuk pemecahan suatu masalah hal ini di batasi untuk perilaku atau pengakuan yang aktual di lakukan oleh mereka. 5

2 2. Sumber koping a. Sumber koping terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal (Stuart dan Sudden, 1995), antara lain: 1. Faktor internal yang meliputi: kesehatan dan energi, system kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan, agama ), komitmen atau tujuan hidup (property motivasional ), perasaan seseorang seperti harga diri, kontrol, dan kemahiran, ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan sosisal (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain ). 2. Faktor eksternal terdiri atas : dukungan sosial dan sumber material. Menurut Cobb, dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atau lebih dengan tiga kategori yaitu : dukungan emosional, di mana seseorang merasa di cintai : dukungan harga diri, berupa pengakuan dari seseorang akan kemampuan yang di miliki ; perasaan memiliki dan dimiliki dalam sebuah kelompok. b. Mechanic mengemukakan 5 sumber koping menurut (Stuart dan Sudden, 1995), yaitu: a. Aset ekonomi b. Kemampuan atau ketrampilan c. Teknik-teknik pertahanan d. Dukungan sosial e. Dukungan motivasi. 3. Faktor yang mempengaruhi koping Faktor yang mempengaruhi koping normal dan adaptasi diantaranya: peran dan hubungannya, tidur dan istirahat, rasa aman dan kenyamanan dan pengalaman masa lalu secara sederhana perilaku koping atau upaya koping merupakan strategi yang positif, aktif dan khusus untuk masalah yang disesuaikan untuk pemecahan masalah (Friedman, 2003). 6

3 4. Jenis dan strategi koping a. Taylor (1997), mengemukakan 8 strategi koping yang berbeda antara lain: 1. Konsentrasi 2. Mencari dukungan sosial 3. Melaksanakan pemecahan masalah dipastikan dengan problem fokus koping 4. Kontrol diri 5. Membuat jarak 6. Penilaian kembali secara positif 7. Menerima tanggung jawab 8. Lari / pengindraan. b. Menurut (Eldeman, 2003), ada beberapa strategi diantaranya: 1. Menjauhkan Merupakan aturan utama bagi orangtua ketika menghadapi pertengkaran anak-anak. Orangtua mudah sekali terjebak dalam perselisihan dan bertindak sebagai hakim atau penengah, akan tetapi peran seperti itu akan menghalangi tujuan mendasarnya, karena banyak pertengkaran seperti ini bertujuan menaruh perhatian orangtua, maka bertindak sebagai mediator diantara mereka. Orangtua bisa berperan aktif mengajari anakanak mengatasi konflik mereka sendiri. Berikut ini peran orangtua untuk membantu: a. Temukan pemicu penyebab pertengkaran. b. Membuat suasana yang menyenangkan c. Memberi pujian saat mereka berlaku manis Orangtua harus menekankan sikap yang baik, tidak hanya menghukum kesalahan. Beri pujian ketika anak anda mau bekerjasama atau berkompromi sendiri. 7

4 d. Jangan membuat asumsi Orangtua sering mengasumsikan bahwa anak sulung adalah pemicu sebagian besar pertengkaran bahwa kakak yang berteriak atau memukul, tetapi jangan asumsikan bahwa adiknya tidak bersalah. e. Memahami kemarahan mereka Anak-anak punya alasan yang sangat kuat untuk marah pada saudaranya. Memahami perasaan mereka, dan biarkan mereka merasakan seluruh emosi karena ikatan persaudaraan yang erat. Menjelaskan tindakan yang perlu mereka lakukan untuk mengatasi rasa marah. f. Menekankan ketulusan diantara anak-anak Mengatakan pada anak-anak bahwa anak anda yakin mereka sendiri bisa mengatasi perbedaan, sampaikan juga anda percaya pada keputusan mereka dan beri pujian atas usaha mereka. g. Mencontohkan sikap yang baik Mencontohkan sikap yang baik anatara kakak dan adik, misalnya jika antara saudara kandung ada permasalahan selesaikan dengan cara baik-baik dan berdamai bukan dengan bertengkar. h. Menghindari kekerasan Menekankan bahwa anda melarang segala bentuk kekerasan fisik. Garis bawahi bahwa memukul, menendang, menggigit tidak pernah bisa diterima, apapun pemicunya. Adu argumen yang berubah menjadi kekerasan fisik harus dihentikan segera dan pelaku dipisahkan. Menghindari kekerasan harus merupakan peraturan yang tegas. Waspadai adanya intimidasi emosi atau psikologis, ini juga merupakan larangan keras. Bantu anak mencari 8

5 kata-kata yang dapat mengekspresikan kemarahan sehingga tidak mendaratkan pukulan. i. Mengingatkan yang mereka tidak tahu Perdebatan yang terjadi antara kakak beradik, sebaliknya diingatkan dengan cara menegosiasikan penyelesaian yang sudah mereka ketahui. Anda bisa memulainya, lalu biarkan mereka mengatasi persoalan mereka sendiri. 2. Mengatasi perselisihan dengan adil Ada tiga cara dasar untuk menyelesaikan konflik, yaitu : a. Persetujuan mutlak Satu pihak secara total tunduk pada permintaan pihak lain. b. Kompromi Kedua pihak menghasilkan sesuatu melalui negosiasi c. Berdamai 3. Pertemuan keluarga bisa membantu Saat anak bertambah dewasa, menjadwalkan pertemuan keluarga bisa membantu mengurangi frekuensi pertengkaran. Latihan ini sebagai sarana belajar untuk mencegah konflik. Tujuannya adalah mendiskusikan masalah keluarga, mengeluarkan ide mencari solusi, dan menegosiasikan kompromi kalau perlu. Orang dewasa dan anak-anak belajar bekerjasama, sebagai satu tim, untuk mencari solusi masalah keluarga sehari-hari. Aturan dasarnya sedehana, sebagai berikut : a. Pendapat setiap anggota keluarga harus dihargai. b. Setiap orang punya kesempatan mengemukakan pendapat dan perasaan sesuai topik tetapi boleh memilih tidak mengatakannya kalau lebih suka demikian. c. Semua orang harus mendengarkan d. Dilarang menghina atau meledek. 9

6 c. Menurut Haydar (2009), ada beberapa strategi yang dilaksanakan diantaranya : a. Menerapkan peran barunya sebagai saudara tertua dengan mengajak kakak memanggil adik kecil atau adik perempuan ketimbang bayi baru atau bayi ibu. b. Melibatkan kakak dalam persiapan kelahiran bayi dengan mengijinkan ia terlibat dalam pemilihan nama panggilan adik (meskipun nama sepenuhnya dari orangtua) atau pakaian dan pernak-pernik untuk mendekorasi tempat tidur dan kamar bayi. c. Mengajak anak anda dan biarkan ia saat pemeriksaan kehamilan sehingga ia dapat mendengar denyut jantung adik selama di USG d. Baca buku-buku dan sodorkan buku terkait menjadi seorang kakak tertua, saat kedatangan saudara kandungnya, misalnya dengan mengatakan besok adik dibantu ya e. Memastikan bahwa Anda selalu berkomunikasi dengan anak anda sesering mungkin. f. Dorong kakak untuk membantu adik bayi, jika tidak mau menolong sebaiknya jangan dipaksakan. g. Menghabiskan waktu bersama kakak, baik saat adik bangun ataupun tidur. h. Sabar, perhatian, suportif, dan orangtua sebaiknya memberitahukan dan menunjukan kalau mereka tetap menyayangi kakak. Strategi koping yang paling efektif adalah strategi koping sesuai jenis dan situasi adalah menurut (Haydar, 2009). 10

7 5. Mekanisme koping a. Menurut Keliat (1999), yaitu : 1. Fokus pada masalah Koping yang di gunakan untuk mengurangi stresor individu atau mengatasi dengan mempelajari cara-cara baru dan ketrampilan-ketrampilan baru individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya dapat mengubah situasinya (Smeltzer, 2001). 2. Fokus pada kognitif Fokus kognitif yang dilakukan, misalnya: substitusi penghargaan, dan devaluasi tujuan. 3. Fokus pada emosi Koping ini digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan melalui perilaku individu, bagaimana menghilangkan fakta-fakta yang tidak menyenangkan dengan strategi kognitif. Metode ini di pakai jika individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang membuat stres. b. Mekanisme koping menurut (Stuart & Sudden, 1995), adalah sebagai berikut : 1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme koping yang mendukung fungsi intregrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstruktif. 2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. 11

8 Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan dan menghindar. 6. Karakteristik koping a. Koping yang efektif (Friedman, 1998), antara lain : 1. Menceritakan secara verbal tentang perasaannya 2. Mengembangkan tujuan yang realistis 3. Mengidentifikasi sumber-sumber koping 4. Mengembangkan mekanisme koping yang efektif 5. Identifikasi alternative strategi 6. Memilih strategi yang tepat 7. Menerima dukungan. b. Koping yang tidak efektif (Taylor, 1997), antara lain : 1. Menyatakan tidak mampu 2. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif 3. Perasaan cemas, takut, marah, irritable, tegang, gangguan fisiologis adanya stres kehidupan. B. Sibling rivalry 1. Pengertian Menurut Boyle, sibling rivalry adalah suatu sikap antagonis dari perilaku ramah antara kakak beradik yang tampak dalam suatu kondisi seperti pertengkaran atau perkelahian anak-anak dalam keluarga. Pertengkaran biasanya di mulai dari menarik rambut saudaranya atau ketidakinginan untuk berbagi mainan (Boyle, 2002 ). Sibling rivalry adalah permusuhan dan kecemburuan antara saudara kandung yang menimbulkan ketegangan di antara mereka. (Boyse, 2009). Sibling rivalry adalah konflik atau perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak adik. Sibling rivalry akan muncul pada anak yang melihat atau merasakan perbedaan perhatian dan kasih sayang ibu terhadap adik atau kakak sehingga akan mengalami kesepian, ketakutan, kekhawatiran, reaksi yang paling utama kemarahan, penolakan, 12

9 kecemburuan dan rasa bersalah yang sangat berlebihan pada anak ( Kozier, 1995 ). Kehadiran adik baru dalam keluarga dapat memunculkan krisis bahkan pada anak yang telah di persiapkan atas kehadiran anak baru dalam keluarga. Anak tidak membenci kehadiran dari anak baru tetapi akibat dari perubahan yang di timbulkan oleh kehadiran anggota baru, terutama perhatian dan cinta dari orangtua yang terbagi dengan anak lain ( Pilletri, 1999 ). Sibling rivalry adalah kecemburuan terhadap kakak atau adiknya dan dapat menyebabkan rasa iri hati dan kekhawatiran diantara mereka yang dapat menyebabkan perselisihan antar saudara kandung dan frustasi atau stres pada orangtua. 2. Faktor-faktof yang dapat menimbulkan sibling rivalry a. Menurut Boyle, pencetus timbulnya sibling rivalry ada dua yaitu (Boyle, 2002), : 1. Usia Jarak antara kakak beradik yang dekat cenderung menimbulkan adanya sibling rivalry. Perbedaan usia antara 2 sampai 4 tahun merupakan usia yang paling mengancam terutama bila kakak masih sangat muda dan belum memahami situasi (Whaley dan Wong, 1991 ). Sibling rivalry muncul umumnya pada anak usia prasekolah yaitu pada usia 1 tahun sampai 6 tahun ( Soetjiningsih, 1995 ). 2. Jenis kelamin Jenis kelamin yang berbeda antara kakak adik cenderung jarang menimbulkan persaingan dibanding anak yang memiliki jenis kelamin yang sama.), jenis kelamin yang berbeda antara kakak adik lebih menunjukan hubungan yang positif dibanding kakak adik yang memiliki jenis kelamin sama ( Whaley dan Wong, 1991 ). 13

10 b. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap munculnya Sibling rivalry diantaranya ( Whaley dan Wong, 1991 ), : 1. Peran orangtua 2. Besarnya keluarga Besarnya keluarga mempengaruhi sering dan kuatnya rasa cemburu dan iri hati. Cemburu lebih umum pada keluarga kecil dengan 2-3 anak dari pada dalam keluarga besar dimana tidak ada anak yang menerima perhatian lebih besar dari orangtua ( Morse, 1991 ). 3. Umur Jarak kelahiran anak dan usia anak berpengaruh terhadap munculnya sibling rivalry. 4. Jenis kelamin Jenis kelamin yang berbeda dari anak dapat meningkatkan timbulnya sibling rivalry dibanding yang berjenis kelamin sama 5. Posisi anak Sibling rivalry cenderung terjadi antara anak pertama dengan anak kedua dibanding dengan anak terakhir. 3. Tanda-tanda sibling rivalry Anda dapat mengeksploitasikan perasaan cemburu dengan berbagai cara yang kreatif ( Whaley dan Wong, 1991 ), yaitu : a. Melakukan kekerasan baik secara fisik maupun psikis seperti memukul adik atau kakaknya, mendorong anak lain dari pangkuan ibunya, memahami secara verbal atau melakukan penghinaan. b. Regresi pada anak yang lebih tua seperti menunjukan perilaku perkembangan sebelumnya misal, kembali mengompol atau meminta botol susu c. Displacement, anak mengalami perubahan penampilan disekolah misalnya menunjukan perilaku yang buruk disekolah. 14

11 d. Anak mengalami gangguan dalam tidur dan terjadi perubahan dalam pola tidurnya e. Anak mengalami depresi atau menderita kegelisahan akan perpisahan. 4. Dampak sibling rivalry Pengaruh dari sibling rivalry dapat berdampak pada anak, orangtua dan masyarakat secara tidak langsung. Efek dari perilaku ini merupakan dampak jangka lama pada anak maupun masyarakat saat anak menjadi bagian dalam masyarakat ( Boyle, 2002 ), antara lain : a. Anak Dampak pada anak ada dua hal yang utama. Pertama, anak dapat tumbuh sangat agresif, karena perilaku persaingan yang agresif yang berlangsung lama pada awal masa kanak-kanak dimana pada tahap ini konsep diri mulai terbentuk. Dampak kedua adanya sibling rivalry yaitu anak menjadi rendah diri, karena anak yang merasa gagal dalam merebut cinta kasih dari orangtua dan bila hal ini terjadi secara berulang-ulang anak dapat merasa kecewa dan hilang kepercayaan diri. Anak tumbuh menjadi individu yang sulit beradaptasi terhadap krisis yang ditemui pada tahap perkembangan selanjutnya, terutama pada masa penuh krisis seperti pada masa adolence b. Orangtua Orangtua dapat menjadi stres dengan tingkah laku yang ditunjukan anak-anak dengan sibling rivalry c. Masyarakat Anak yang tumbuh menjadi dewasa dengan kepribadian yang terbentuk dari dampak negatif sibling rivalry yaitu, perilaku psikologis yang merusak yang dapat berupa perilaku agresif atau perilaku kriminal tertentu yang mengganggu masyarakat. 15

12 C. Keluarga dan orangtua 1. Pengertian keluarga Keluarga membentuk arti dasar dari masyarakat kita, dan merupakan lembaga sosial masyarakat yang paling banyak memiliki pengaruh paling menonjol terhadap anggotanya. Keluarga merupakan organisasi masyarakat dengan peran yang diidentifikasikan dan kepemimpinan serta harapan sosial terhadap keluarga yang bertanggung jawab pada setiap anggotanya (Friedman, 1998). Jumlah anggota keluarga menurut Bailon dan Maglaya, terdiri atas dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau perangkat dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing serta mencipkakan dan mempertahankan kebudayaan. 2. Peran orangtua Keluarga secara sosial dikenal adanya status ayah dan ibu dengan peran-perannya dalam perilaku seksual dan tanggung jawab membesarkan anak (Whaley dan Wong, 1991). Cara dan pengalaman yang diperoleh anak dalam keluarga ketika masa tubuh kembang memiliki pengaruh terhadap kecenderungan perilaku anak dimasa datang (Berkowitz, 1995). Ibu adalah salah satu orangtua yang sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga, perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti, terampil dan melaksanakan pengasuhan anak dan bersikap positif dalam membimbing tumbuh kembang anak secara baik sesuai dengan tahap perkembangan anak. Orangtua diharapkan dapat melayani kebutuhan anak dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan anak serta kepribadian anak. Kultur di Indonesia yang menyerahkan pengasuhan anak pada ibu seharusnya bukan merupakan alasan bagi ayah untuk tidak turut serta dalam proses pengasuhan anak, karena pengasuhan anak merupakan tanggungjawab bersama kedua orangtua, 16

13 meskipun pada tahun pertama kehidupan peran ayah tidak sebesar peran ibu, karena anak masih sangat tergantung pada ibu terutama kebutuhan air susu ibu (ASI). Secara garis besar ibu perlu mengetahui kebutuhan anak secara umum seperti : kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman, kebutuhan akan pengalaman baru, kebutuhan penghargaan dan pujian, kebutuhan akan tanggungjawab (Soetjiningsih, 1995). Orangtua harus mempunyai percaya diri yang besar dalam menjalankan peran pengasuhan terutama mengenai tingkah laku anaknya, pemenuhan kebutuhan anak, pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan anak masing-masing akan menyebabkan ibu bersikap yang tepat dan paling baik dalam mengahadapi sikap khusus masing-masing anak (Supartini, 2004). Faktor - faktor yang mempengaruhi peran orangtua (Whaley & Wong, 1991) : a. Usia orangtua Usia 18 tahun sampai 35 tahun dianggap usia yang paling baik dalam berperan menjadi orangtua, karena pada usia ini tingkat kekuatan, kesehatan, dan waktu berada pada tahap optimum untuk keluarga dan mengasuh anak. b. Pengalaman menjadi orangtua Pengalaman sebelumnya dalam membesarkan anak berpengaruh terhadap cara orangtua membesarkan anak dan cara selanjutnya c. Hubungan perkawinan Kondisi perkawinan dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengasuhan anak. Perilaku salah satu orangtua mempengaruhi perilaku pasangannya maka anak sebagai bagian dari anggota keluarga dapat terpengaruh atas kondisi tersebut d. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi baru lahir, sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan 17

14 bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, ayah diperkenankan menggendong bayinya. e. Dampak dari stres pada keluarga Stres yang dialami ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orangtua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. f. Karaksteritik anak Anak memiliki karakteristik yang berbeda, bahkan untuk anak kembar sekalipun. Anak yang baik lebih disukai orangtua dibanding anak yang nakal dan hal ini mempengaruhi bagaimana orangtua bersikap terhadap anak. 3. Pola asuh orangtua terhadap anak pada kultur jawa Keluarga jawa biasanya berasumsi mempunyai banyak anak banyak rejeki. Istri didalam kehidupan rumah tangga adalah orang yang berkuasa dan menjadi tokoh utama bagi anak-anaknya dan penentu berbagai kegiatan penting yang terjadi dalam keluarga untuk menjamin kesejahteraan keluarganya. Budaya jawa dimana orangtua mengatakan pada anak yang lebih tua untuk menjaga anak yang lebih kecil, anak yang paling muda mendapat perhatian yang lebih besar dari pada kakak-kakaknya. Anak-anak jawa dari tingkat sosial manapun selalu diajarkan bahwa berlaku tidak baik terhadap saudara yang lebih tua yaitu balasan oleh hukum gaib, sehingga akan menjadi sakit dan celaka (Koentjaraningrat, 1990). 18

15 D. Anak usia prasekolah 1. Pengertian anak usia prasekolah a. Pengertian anak Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antar 0-18 tahun yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan fisik atau biologis anak mencakup makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Anak secara psikologis membutuhkan kesempatan untuk berpikir mandiri. Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2004). b. Definisi anak usia prasekolah Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-5 tahun, belum waktunya masuk sekolah tetapi dalam masa peka untuk belajar ( Whaley dan Wong, 1996 ). Menurut Martha et all ( 1996 ), anak usia prasekolah adalah masa transisi antara usia toddler dengan usia antara 3 5 tahun. 2. Perkembangan anak usia presekolah a. Perkembangan fisik Perkembangan fisik merupakan dasar perkembangan berikutnya, dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orangtuanya. Proporsi tubuhnya berubah secara drastis, seperti pada usia 3 tahun rata-rata tingginya cm, berat badan kg sedang pada usia 5 tahun tinggi badan sudah mencapai cm dengan tulang kaki tumbuh cepat, 19

16 namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat usia sebelumnya (Yusuf, 2004). Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau ketrampilan motorik baik motorik kasar ataupun motorik halus, kemampuan motorik tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut : Table 2.1 Kemampuan motorik anak Usia Kemampuan motorik kasar Kemampuan motorik halus Naik turun tangga 1. Menggunakan crayon tahun 2. Meloncat dengan dua 2. Menggunakan benda kaki atau alat 3. Melempar bola 3. Meniru bentuk atau gerakan orang lain 4-6 tahun 1. Meloncat 2. Mengendarai sepeda 1. Menggunakan pensil 2. Menggambar anak 3. Memotong dengan 3. Menangkap bola gunting 4. Bermain olahraga 4. Menulis huruf cetak Sumber : Yusuf, b. Perkembangan intelektual Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional yaitu tahapan diman anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Operasi yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representational atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan atau mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol (kata-kata, gesture atau bahasa gerak dan benda) dapat juga dikatakan sebagai semotic function yaitu kemauan untuk menggunakan symbol-simbol 20

17 (bahasa, gambar, tanda atau isyarat benda, gesture, peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan benda yang nyata atau peristiwa. Keterbatasan yang menandai atau yang menjadi karakteristik periode preoperasional ini adalah sebagai berikut : 1. Arogan dan kecenderungan untuk mempersepsikan, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasar sudut pandang sendiri 2. Kaku dalam berpikir ( Rigidity of though ) salah satu karakteristik berpikir preoperasional adalah kaku ( frozen ) 3. Semilogical reasoning, yaitu anak-anak mencoba untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa alam misterius dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. c. Perkembangan emosional ( Hurlock, 1998 ) Anak usia 4 tahun sudah mulai menyadari bahwa anak berbeda dengan orang lain atau benda, beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak yaitu sebagai berikut : 1. Takut, yaitu perasaan tertekan atau suatu obyek yang dianggap membahayakan 2. Cemas, yaitu perasaaan yang bersifat khayalan, yang ada obyeknya. 3. Marah, merupakan perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang, diri sendiri atau obyek tertentu dan diwujudkan dalam bentuk verbal ( kata-kata kasar, makian, sumpah ). 4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang terhadapnya. 5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan yaitu perasaan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginanya. 6. Kasih sayang, perasaan senang untuk memberikan perhatian atau perlindungan terhadap orang lain, hewan ataupun benda. 21

18 7. Phobia, yaitu perasaan takut terhadap obyek yang tidak patut ditakutinya ( takut abnormal ) seperti : ulat, kecoa, air. 8. Ingin tahu ( Curiosity ), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala seseuatu atau obyek baik yang bersifat fisik maupun non fisik. d. Perkembangan bahasa Perkembangan bahasa anak usia prasekolah kedalam dua tahap ( sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya ), yaitu : 1. Masa ketiga ( 2,0-2,6 tahun ) a. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna b. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya : anjing lebih besar dari kucing c. Anak menanyakan nama dan tempat, misalnya : apa, dimana, dan darimana. d. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran 2. Masa keempat ( 2,6-6,0 tahun ) a. Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk serta anak kalimatnya b. Tingkat berpikir anak menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan, kapan, mengapa dan bagaimana. 22

19 e. Perkembangan sosial Pada anak usia prasekolah (terutama mulai usia 4 tahun) perkembangan sosial anak sudah tampak jelas karena mereka sudah mulai dengan berhubungan dengan teman sebayanya, tandatanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah : 1. Anak-anak mulai mengetahui aturan baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan dalam bermain 2. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan 3. Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain 4. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, teman sebaya (Peer group). 5. Kematangan penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu apabila anak dimasukkan ke Taman kanak-kanak. Taman kanak-kanak sebagai jembatan bergaul dan merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya dan menaati peraturan (kedisiplinan). Taman kanak-kanak dipandang mempunyai kontribusi yang baik bagi perkembangan sosial anak karena alasan berikut: a. Suasana Taman kanak-kanak sebagian masih seperti suasana keluarga b. Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak. c. Anak berkesempatan untuk bergerak, bermain dan riang gembira yang kesemuanya mempunyai nilai pendiagnosis d. Anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang beragam (multi budaya) baik etnis, agama dan budaya 23

20 E. Kerangka Teori Gambar dibawah ini menurut Boyle (2002), Eldeman (2003), Wong & Whaley (1991) Sibling rivalry anak usia prasekolah: - Suka memukul - Mendorong - Merebut botol susu - Displacement Strategi koping orangtua tentang sibling rivalry: - Menjauhkan - Mengatasi perselisihan dengan adil - Pertemuan keluarga - Gangguan pola tidur - depresi Faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry: - Peran orang tua - Besarnya jumlah keluarga - Usia yang berdekatan - Jenis kelamin - Posisi anak Gambar Kerangka teori 24

FASE PRASEKOLAH (USIA TK) Usia 2-6 tahun Kesadaran sebagai pria atau wanita Dapat mengatur dlm buang air (toilet training) Mengenal beberapa hal yg di

FASE PRASEKOLAH (USIA TK) Usia 2-6 tahun Kesadaran sebagai pria atau wanita Dapat mengatur dlm buang air (toilet training) Mengenal beberapa hal yg di KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FASE PRASEKOLAH (TAMAN KANAK-KANAK) KANAK) FASE PRASEKOLAH (USIA TK) Usia 2-6 tahun Kesadaran sebagai pria atau wanita Dapat mengatur dlm buang air (toilet training) Mengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

CIRI-CIRI ANAK PRA SEKOLAH

CIRI-CIRI ANAK PRA SEKOLAH CIRI-CIRI ANAK PRA SEKOLAH Tugas perkembangan AUD Berjalan Belajar memakan makanan keras Belajar berbicara Belajar mengatur gerak gerik tubuh Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin Mencapai stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun. 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Masa Akhir Kanak-Kanak 2.1.1. Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH Oleh: Sugihartiningsih Abstrak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahkluk hidup secara alamiah. Pertumbuhan akanmengalami perubahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH Oleh: Sri Maslihah PENDAHULUAN Dunia anak adalah dunia yang senantiasa menarik perhatian dengan berbagai tingkah laku anak yang luar biasa dinamis, variatif dan inovatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terhubung karena ikatan perkawinan yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dan satu sama lain saling bergantung. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Persepsi 1.1 Defenisi Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005). Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada anak autis perilaku tantrum sering muncul sebagai problem penyerta kerena ketidakstabilan emosinya, banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam

Lebih terperinci

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kanker yang paling sering menyerang perempuan dan menjadi ancaman berbahaya bagi para perempuan di

Lebih terperinci

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam kandungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak yang sehat dan memiliki tumbuh kembang yang baik merupakan dambaan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Anak merupakan berkah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya wanita mengatakan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang luar biasa untuk wanita, dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci