BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care
|
|
- Hengki Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan individualnya. Lingkungan yang mendukung tersebut salah satunya adalah keluarga (Supartini, 2004). Sebagai suatu sistem, keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi secara berkelanjutan. Interaksi merupakan hal penting dalam keluarga sehingga perubahan pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Jenis interaksi yang digunakan dalam keluarga akan dapat menyebabkan disfungsi. Jenis interaksi yang tertutup terhadap informasi dari lingkungan luar dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada dapat menyebabkan gangguan dalam sistem keluarga. Oleh karena itu, penerapan asuhan keperawatan turut berfokus pada keluarga dalam hal ini perawat harus mengenal hubungan dalam keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Wong 2008, Friedman 1998).
2 Menurut Wong (2008), perubahan dalam anggota keluarga yang bisa mempengaruhi anggota keluarga yang lain adalah stres. Misalnya, anak yang mengalami sakit. Kondisi sakit, membuat perubahan dalam keluarga. Dalam hal ini, fokus interaksi keluarga adalah pada anak yang sakit sedangkan kebutuhan interaksi dengan anggota atau lingkungan yang lain menjadi berkurang. Stres dalam keluarga dapat diminimalkan dengan cara melibatkan keluarga dalam perawatan anak. Keterlibatan keluarga dalam perawatan anak diterapkan dalam asuhan keperawatan yang dikenal dengan konsep Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Menurut Hanson dalam Supartini (2004), konsep Family Centered Care diawali pada abad ke 19. Pada saat itu, perawatan isolasi sedang berkembang untuk perawatan penyakit menular. Orangtua dengan anak yang menjalani perawatan karena penyakit menular, tidak diijinkan untuk mengunjungi anak dan membawa barang barang atau mainan ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1940, tindakan isolasi ini ternyata menimbulkan stres pada anak. Stres dan gelisah yang dialami anak tersebut turut membuat orangtua merasa stres. Oleh karena itu, orientasi asuhan keperawatan anak berubah dari perawatan isolasi menjadi rooming in, yaitu orangtua dapat mendampingi anak selama perawatan di rumah sakit.
3 Family Centered Care didefinisikan menurut Hanson (1997, dalam Dunst dan Trivette, 2009), sebagai suatu pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan kepada anak didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua. Menurut Stower (1992, dalam Hutchfield, 1999), Family Centered Care merupakan suatu pendekatan yang holistik. Pendekatan Family Centered Care tidak hanya memfokuskan asuhan keperawatan kepada anak sebagai klien atau individu dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (biopsikospiritual) tetapi juga melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak. Pendapat Stower (1992), didukung oleh Gill (1993, dalam Hutchfield, 1999) yang menyebutkan bahwa Family Centered Care merupakan kolaborasi bersama antara orangtua dan tenaga profesional. Kolaborasi orangtua dan tenaga profesional dalam bentuk mendukung keluarga terutama dalam aturan perawatan yang mereka lakukan merupakan filosofi Family Centered Care. Kemudian, secara lebih spesifik dijelaskan bahwa filosofi Family Centered Care yang dimaksudkan merupakan dasar pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan melibatkan keluarga
4 sebagai fokus utama perawatan. Kutipan definisi dari para ahli di atas memberikan gagasan bahwa dalam penerapan Family Centered Care sebagai suatu pendekatan holistik dan filosofi dalam keperawatan anak, perawat sebagai tenaga profesional perlu melibatkan orangtua dalam perawatan anak. Adapun peran perawat dalam menerapkan Family Centered Care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam perawatan anak di rumah sakit. Tujuan penerapan konsep Family Centered Care dalam perawatan anak, menurut Brunner dan Suddarth (1986 dalam Hutchfield, 1999) adalah memberikan kesempatan bagi orangtua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat sesuai aturan yang berlaku. Selain pendapat diatas, DePompei dan Ahmann (1994 dalam Hutchfield, 1999), menyebutkan bahwa Family Centered Care bertujuan untuk mengatur keluarga sebagai pusat dari kehidupan anak melalui keterlibatan mereka dalam proses perawatan dan membentuk suatu hubungan kerjasama yang mendukung antara perawat dan keluarga sebagai pemberi perawatan bagi anak Selain itu, Family Centered Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma selama perawatan anak di rumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kualitas hidup dapat tercapai (Robbins, 1991 dalam Hutchfield 1999).
5 Elemen Family Centered Care Menurut Shelton (1987:1-79), terdapat beberapa elemen dasar Family Centered Care, yaitu : 1. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, sementara sistem layanan dan anggota dalam sistem tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstan, merupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator yang menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan sosial dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam menjalankan sistem perawatan kesehatan, keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh, mendidik dan melakukan pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Keputusan keluarga dalam perawatan anak merupakan suatu pertimbangan yang utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap
6 berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam suatu keluarga : a. Kunjungan yang dibuat di rumah keluarga atau di tempat lain dengan waktu dan lokasi yang disepakati bersama keluarga b. Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga c. Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari perawatan yang akan diberikan. Mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan anak. d. Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawat memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada anak, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional. 2. Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat di semua tingkat pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan.
7 Hal ini ditunjukan ketika : a. Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak Peran kerjasama antara orangtua dan tenaga profesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat di dalam pemberi pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga profesional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua berkontribusi dengan memberikan informasi tentang anak mereka. Dalam kerjasama orangtua dan tenaga profesional, orangtua bisa memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga profesional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga profesional dalam melakukan kerjasama dengan orangtua. b. Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit Pada tahap ini, anak anak dengan kebutuhan khusus merasakan manfaat dari kemampuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini adalah kolaborasi dengan bidang yang
8 lain untuk menunjang proses perawatan. Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dan tenaga profesional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah sakit. Pengalaman dalam merawat anak membuat orangtua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga. c. Kolaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai melalui kolaborasi orangtua dan tenaga profesional dalam tahap kebijakan. Kolaborasi ini memberikan manfaat kepada orangtua, anak dan tenaga profesional. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan serta kompetensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambahkan kualitas pelayanan kesehatan. Orangtua dapat melakukan peran mereka sebagai role model kepada anak anak. Peran orangtua dengan mengambil bagian dalam hubungan kolaborasi dengan tenaga profesional, memberikan kesempatan kepada
9 orangtua untuk menjalankan peraturan dalam kehidupan anak mereka. Kolaborasi yang harus dilakukan oleh perawat dengan keluarga dalam berbagai tingkat pelayanan baik di rumah sakit maupun masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara : a. Kemampuan bekerjasama b. Kesempatan berinteraksi c. Penilaian kepribadian d. Perencanaan perawatan untuk setiap anak e. Pengembangan masyarakat dan pelayanan di rumah sakit 3. Menghormati keanekaragaman ras, etnis, budaya dan sosial ekonomi dalam keluarga. Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak mereka di rumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak dan diagnosa medis. Hal ini akan menjadii sulit apabila program perawatan yang diterapkan bertentangan dengan nilai nilai yang dianut dalam keluarga. 4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga.
10 Elemen ini mewujudkan dua konsep yang seimbang. Pertama, Family Centered Care harus menggambarkan keseimbangan antara anak dan keluarga. Hal Ini berarti dalam menemukan masalah pada anak, maka kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangan dengan baik. Kedua, menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan mereka. Terkadang pengkajian dan intervensi keperawatan hanya berfokus pada masalah kesehatan dan perkembangan anak serta mengesampingkan kelebihan yang dimiliki oleh anak sehingga menimbulkan ketidakakuratan keadaan. Orangtua dan perawat memiliki peran penting untuk menemukan kekuatan yang dimiliki anak. Pendekatan ini dapat membuat perbedaan yang positif dalam interaksi antara perawat dan orangtua terutama orangtua dan anak. Kesadaran terhadap kekuatan yang dimiliki anak dan orangtua merupakan suatu langkah yang penting dalam mengatur kepribadian dan penghargaan mereka terhadap mekanisme koping. 5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua secara berkelanjutan dengan dukungan penuh. Memberikan informasi kepada orangtua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap
11 perawatan anak mereka. Selain itu, dengan memberikan informasi orangtua akan merasa menjadi bagian yang penting dalam perawatan anak. Ketersediaan informasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan faktor kritikal dalam melibatkan partisipasi orangtua secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka. 6. Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung. Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya diterapkan kepada perawatan anak anak dengan kebutuhan khusus misalnya down syndrome atau autisme. Perawat ataupun tenaga profesional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga yang lain yang juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk : a. Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan b. Bertukar informasi mengenai kondisi dan perawatan anak
12 c. Memanfaatkan dan meningkatkan sistem pelayanan yang ada untuk kebutuhan perawatan anak mereka. Dukungan antar keluarga ini kemudian dimanfaatkan juga untuk perawatan anak dengan kondisi akut atau kronis di rumah sakit. Selain itu, perawat tidak hanya menggunakan ilmu yang mereka miliki untuk memberikan dukungan tetapi pengalaman mereka dalam melakukan perawatan pada anak dan keluarga yang lain juga menjadi pembelajaran klinik yang dapat digunakan untuk memberikan dukungan kepada keluarga dan anak. 7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan keluarga mereka ke dalam sistem perawatan kesehatan. Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap anak dan keluarga agar mereka mampu melewati setiap tahap perkembangan dengan baik. 8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dukungan kepada keluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis
13 dukungan yang diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka, pelayanan homecare, pelayanan konseling, promosi kesehatan, program bermain, serta koordinasi layanan kesehatan yang baik untuk membantu keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara finansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stres yang dialami oleh keluarga karena ketidakseimbangan tuntutan keadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi anak di rumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangan kebijakan yang berlaku baik di rumah sakit maupun di lingkungan untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga. 9. Merancang sistem perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsif terhadap kebutuhan keluarga yang teridentifikasi. Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman bahwa setiap anak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan
14 kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga. Oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi yang berbeda untuk setiap anak. Selain layanan kesehatan yang fleksibel, dalam Family Centered Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga misalnya sistem pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani perawatan di rumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan selama anak menjalani rawat inap di rumah sakit dan sebagainya. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga terhadap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang dirancangkan fleksibel dan dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih responsif karena memprioritaskan kebutuhan anak dan keluarga. Hutchfield (1999), menyatakan bahwa dalam Family Centered Care terdapat hirarki. Hirarki ini merupakan proses antara orangtua dan perawat dalam membangun hubungan kerjasama dalam perawatan anak. Pada setiap tahap, dibahas beberapa aspek yang ditingkatkan oleh orangtua dan perawat agar mencapai
15 hubungan kerjasama yang baik untuk menunjang perawatan anak di rumah sakit. Aspek tersebut adalah status hubungan orangtua dan keluarga, komunikasi, peran perawat dan peran orangtua. Hirarki Family Centered Care terdiri dari 4 tahap yaitu : a. Keterlibatan orangtua Pada tahap ini, orangtua dan perawat untuk pertama kalinya melakukan interaksi. Perawat berperan penuh dalam memberikan asuhan keperawatan dan bertindak sebagai pemimpin dalam memberikan perawatan dan orangtua dilibatkan dalam perawatan ini. Sedangkan orangtua dan keluarga harus menghargai kehidupan anak yang konstan, menghargai pengetahuan yang dimiliki oleh anak dan menerima perbedaan yang ada dalam diri anak. Tahap keterlibatan orangtua ini merupakan tahap paling awal, oleh karena itu komunikasi dan penyampaian informasi dari perawat mengenai perawatan anak dan dari orangtua kepada perawat mengenai informasi yang berkaitan dengan kehidupan anak harus dilakukan dengan saling terbuka dan jujur sehingga terjalin rasa saling percaya. Peran orangtua adalah mendukung anak secara emosional dan sebagai advokator bagi anak. Sedangkan peran perawat adalah melakukan proses keperawatan, menolong keluarga untuk memaksimalkan kehidupan normal mereka serta sebagai advokator bagi keluarga.
16 b. Partisipasi orangtua Pada tahap ini ditandai dengan telah terbinanya hubungan kerjasama antara orangtua dan perawat. Anggota keluarga yang lain dapat dilibatkan dalam hubungan ini. Peran orangtua adalah berpartisipasi dalam asuhan keperawatan saat diminta oleh perawat maupun saat dibutuhkan oleh anak. Partisipasi orangtua dalam perawatan anak dirundingkan bersama dan orangtua berpartisipasi secara sukarela. Sedangkan perawat bertanggungjawab terhadap semua bentuk perawatan yang diberikan oleh orangtua maupun yang diberikan oleh perawat sendiri serta memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan orangtua dan anak. Komunikasi pada tahap ini adalah orangtua dan perawat saling memberikan informasi mengenai kondisi anak. Orangtua memberikan informasi mengenai kebiasaan dan tingkah laku anak selama di rumah untuk membantu perawat saat merencanakan dan melakukan intervensi keperawatan sedangkan perawat memberikan informasi mengenai segala bentuk perawatan yang diberikan dan perkembangan kondisi anak selama perawatan. c. Kerjasama dengan orangtua Status hubungan orangtua dan perawat sama yaitu sebagai pemberi perawatan dengan memperhatikan kesejahteraan keluarga misalnya perawat harus menyadari bahwa kondisi sakit yang
17 dialami oleh anak tidak hanya menjadi perhatian orangtua. Oleh karena itu, komunikasi antara perawat dan orangtua pada tahap ini adalah merundingkan peran orangtua dan perawat dalam memberikan perawatan serta mengidentifikasi kebutuhan orangtua terhadap dukungan baik psikis maupun fisik misalnya perawat memastikan orangtua mendapatkan istirahat yang cukup dalam masa perawatan anak dan dan memberdayakan orangtua untuk memberikan perawatan kepada anak. Pada tahap ini, orangtua berperan sebagai pemberi asuhan yang utama. Oleh karena itu, orangtua juga memiliki wewenang untuk memberikan perawatan kepada anak sedangkan perawat berperan sebagai pendorong, penasihat dan fasilitator. d. Family Centered Care Hubungan yang terjalin pada tahap ini adalah perawat dan orangtua saling menghormati peran masing masing dan melibatkan anggota keluarga dalam perawatan anak. Orangtua menghargai peran perawat sebagai konselor atau konsultan sedangkan perawat menyadari bahwa orangtua mampu merawat anak mereka dalam semua aspek. Oleh karena itu, perawat mengkomunikasikan setiap keputusan yang akan diambil mengenai perawatan anak dengan orangtua.
18 2.2. Hospitalisasi pada anak Pengertian Hospitalisasi Menurut Soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar seorang anak yang harus terpenuhi untuk menunjang tumbuh dan kembangnya adalah perawatan kesehatan dasar salah satunya perawatan saat sakit. Keadaan sehat sebagai perwujudan perawatan kesehatan adalah sebab langsung yang berpengaruh terhadap tumbuh dan kembang anak. Oleh karena itu, saat pertama kali anak menjalani perawatan di rumah sakit perawat melakukan pengkajian berdasarkan hasil anamnesa dengan orangtua dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh informasi mengenai tumbuh dan kembang anak. Menurut Potter & Perry (2005) tumbuh dan kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (internal) dan faktor lingkungan. Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya pertumbuhan dan perkembangan yang baik sedangkan lingkungan yang buruk akan menghambatnya. Rumah sakit sebagai lingkungan asing bagi seorang anak dengan pengalaman pertamanya untuk menjalani perawatan di rumah sakit, dapat menyebabkan gangguan yang menghambat perkembangan anak. Proses perawatan yang mengharuskan anak untuk tinggal dalam kurun waktu tertentu di rumah sakit baik terencana ataupun darurat disebut hospitalisasi. Hospitalisasi bisa menimbulkan efek yang tidak menyenangkan
19 bagi anak karena pada saat menjalani hospitalisasi anak akan berada di lingkungan yang asing bagi dirinya yakni rumah sakit dan mengharuskan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut padahal kondisi anak sedang tidak dalam keadaan sehat. Selain harus beradaptasi, anak juga harus menjalani prosedur perawatan yang menimbulkan rasa nyeri, perpisahan dengan keluarga, teman dan rutinitas sehingga menimbulkan rasa cemas pada dalam diri mereka. Bagian penting yang harus dilakukan untuk mempersiapkan orangtua dan anak dalam menjalani hospitalisasi dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, orangtua dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan anak di rumah sakit, tidak hanya sekedar sebagai pengunjung sehingga kerjasama antara orangtua dan perawat dapat memberikan kontribusi yang positif selama anak menjalani hospitalisasi (Supartini, 2004) Hospitalisasi pada anak usia prasekolah (3 6 tahun) Wong (2008), menyatakan bahwa pengalaman stres yang paling dirasakan adalah pada usia prasekolah yaitu pada saat pertama kali masuk sekolah dan rumah sakit. pada saat sakit dan mengharuskan anak untuk hospitalisasi, maka anak dapat mengalami stres yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
20 a. Perpisahan Pada masa usia Prasekolah (3-6 tahun), anak merasa perawatan di rumah sakit sebagai pemaksaan untuk perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman temannya. Reaksi perpisahan yang ditunjukan pada anak usia sekolah adalah menolak makan, sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap perawat atau tenaga kesehatan yang lain. b. Kehilangan kendali atau kontrol diri Perawatan terhadap anak di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya karena anak harus istirahat dan menjalani prosedur tindakan medis yang membatasi gerakan motoriknya. Padahal pada usia ini, terjadi peningkatan pada perkembangan motorik kasar dan halus. Anak usia prasekolah melakukan aktivitas fisik dengan baik seperti berlari, berjalan naik atau turun dengan mudah, melompat, melempar atau menangkap bola. Peningkatan keterampilan motorik halus diinterpretasikan dengan menggambar bentuk bentuk misalnya lingkaran, kotak, silang dan segitiga. Keterampilan ini sebagai awal untuk anak prasekolah memerlukan kesempatan belajar dan latihan Keterampilan fisik. Keterbatasan terhadap aktivitasnya ini membuat anak berpersepsi bahwa dirinya
21 dirawat di rumah sakit sebagai hukuman sehingga anak merasa malu, bersalah atau takut. Persepsi anak ini disebabkan mereka memandang semua pengalaman dari sudut pandang mereka sendiri karena pada usia prasekolah anak mengembangkan sikap egosentris dan kemampuan berpikir anak yang bersifat magis yang membatasi kemampuan mereka untuk memahami lingkungan secara logis. Oleh karena itu, tindakan keperawatan harus memberikan kesempatan kepada anak untuk memaksimalkan kegiatan motorik dengan kondisi sakit tersebut, misalnya melalui kegiatan bermain. c. Cedera tubuh dan nyeri Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Ketakutan ini membuat anak bereaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orangtua. Ditinjau dari perkembangan psikososial anak usia prasekolah terutama selama perawatan di rumah sakit, anak usia prasekolah mungkin kembali bergantung kepada orangtua seperti pada masa perkembangan infant misalnya
22 mengompol dan mengisap jari atau meminta disuapi dan dipeluk oleh orangtua. Pada usia prasekolah, terdapat ketakutan yang paling besar terhadap sesuatu yang membahayakan tubuh misalnya tindakan perawatan yang dilakukan oleh perawat. Sekalipun mereka bersedia untuk menjalani tindakan keperawatan, mereka tetap merasakan ketakutan. Persepsi takut ini muncul karena pada usia prasekolah, anak menilai benda atau orang dari penampilan luar mereka atau apa yang tampaknya terjadi. Sehingga ketika perawat melakukan suatu tindakan medis yang menyakiti mereka maka mereka menilai perawat sebagai orang yang suka menyakiti sehingga timbul rasa takut terhadap perawat. Oleh karena itu, keterlibatan anak usia prasekolah dalam tindakan yang akan diberikan perawat kepadanya akan membuat anak prasekolah kooperatif dengan perawat. Hospitalisasi merupakan suatu proses perawatan yang dijalani anak dengan kondisi sakit bersama keluarga di rumah sakit. Sakit dan hospitalisasi menjadi masa yang kritis bagi anak terutama di awal tahun masa pertumbuhan dan perkembangan mereka karena adanya perubahan rutinitas dan lingkungan serta minimnya mekanisme koping yang dimiliki oleh anak untuk mengatasi reaksi terhadap efek hospitalisasi. Hal utama yang menyebabkan stres pada anak adalah perpisahan dengan orangtua atau figur lekat
23 mereka, ketakutan, kehilangan kemandirian, ketidaknyamanan akibat perlukaan tubuh, nyeri, kehilangan bagian tubuh atau ketakutan terhadap kematian. Reaksi pada anak yang muncul sebagai respon terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh perkembangan umur, pengalaman sakit sebelumnya, terdap55atnya support system atau dukungan dari lingkungan sekitar, mekanisme koping dan keseriusan diagnosa penyakit (Wong, 2008). Menurut Supartini (2004), saat anak mengalami stres di rumah sakit, orangtuapun dapat merasakan hal yang sama. Stres yang dirasakan orangtua, akan membuat mereka tidak mampu melakukan perawatan dengan baik sehingga anak akan semakin merasa stres. Selanjutnya Supartini menambahkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai stres akibat hospitalisasi, yakni stres akibat hospitalisasi pada anak dan orangtua menimbulkan trauma. Pengalaman traumatik ini, berpengaruh terhadap kerjasama orangtua dan anak selama menjalani perawatan di rumah sakit Hubungan Family Centered Care terhadap efek hospitalisasi pada anak Kehidupan anak dipengaruhi oleh keluarga. Apabila dukungan keluarga baik maka pertumbuhan dan perkembangan
24 anak juga baik sebaliknya apabila dukungan keluarga terhadap anak kurang baik maka akan mengganggu perkembangan psikologis anak (Alimul, 2005). Klien yang menjalani perawatan di rumah sakit mengalami kecemasan pada semua tingkat usia terutama pada anak anak terutama usia prasekolah. Pada anak usia prasekolah pengalaman takut terhadap suatu hal lebih besar dibandingkan dengan usia yang lain. Anak usia prasekolah sudah dapat berespon dengan baik terhadap perpisahan, tetapi karena daya khayalan mereka yang tinggi, maka mereka menganggap bahwa sakit yang mereka alami sebagai bentuk hukuman terhadap suatu kesalahan yang mereka buat sehingga mereka merasakan ketakutan yang besar. Selain itu, kecemasan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya perawat, lingkungan rumah sakit dan dukungan dari keluarga selama perawatan anak. Dukungan keluarga memiliki peranan penting karena dukungan yang diberikan dapat menunjang kesembuhan klien, sebaliknya apabila dukungan yang diberikan tidak maksimal dikarenakan kecemasan keluarga terhadap perawatan anak dapat membuat anak turut merasakan kecemasan tersebut karena tampak pada perilaku perawatan yang diberikan keluarga kepada anak. Penerapan perawatan anak di rumah sakit harus memperhatikan pelayanan secara holistik untuk menunjang
25 kesembuhan. Perawatan yang holistik meliputi dukungan sosial keluarga, lingkungan rumah sakit yang kondusif dan pelayanan dari perawat yang teraupetik. Menurut Canam dalam Wong (2008), tugas yang dijalankan keluarga secara adaptif dalam perawatan anak di rumah sakit sangat mempengaruhi dalam mencapai tujuan perawatan anak. Tugas adaptif tersebut dapat diterapkan dalam kondisi sebagai berikut : a. Menerima kondisi anak Saat anak menjalani hospitalisasi, orangtua berusaha mencari tahu mengenai penyakit anak dan orangtua membantu anak atau dirinya sendiri untuk menemukan mekanisme koping yang konstruktif. b. Mengelola kondisi anak Orangtua terbuka untuk menjalin hubungan kerjasama dengan perawat untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi anak sehingga dapat memahami kondisi anak dengan baik. Oleh karena itu perawat perlu mensosialisasikan sistem pelayanan kesehatan yang tersedia kepada orangtua. c. Memenuhi kebutuhan perkembangan anak Orangtua memenuhi kebutuhan perkembangan anak selama di rumah sakit dengan cara memberikan pengasuhan seperti ketika anak di rumah dan memperlakukannya seperti anak yang lain.
26 Peran perawat adalah menjelaskan kepada orangtua untuk memberikan pengasuhan kepada anak sesuai dengan tahap tumbuh dan kembang anak. d. Memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga Anak yang menjalani hospitalisasi tentu membutuhkan perhatian lebih dari orangtua terutama pada fase akut. Oleh karena itu, untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga maka orangtua harus mempertahankan hubungan diantara anggota keluarga dengan mengidentifikasi kebutuhan keluarga termasuk anak dengan hospitalisasi kemudian mengatur prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi dan mencari sistem dukungan sosial yang adekuat. e. Menghadapi stresor dengan positif Orangtua harus menyelesaikan setiap masalah yang ada sehingga dapat mencegah stres pada keluarga dengan mengembangkan mekanisme koping yang positif. Oleh karena itu, perawat mengkaji masalah dan mekanisme koping keluarga kemudian membantu keluarga untuk menetapkan prioritas masalah yang akan diselesaikan dengan mengembangkan mekanisme koping yang ada sehingga reaksi stres yang muncul bisa dicegah dan tidak mempengaruhi perawatan yang dilakukan oleh orangtua kepada anak.
27 Anak yang mengalami efek hospitalisasi, juga menimbulkan kecemasan pada orangtua sehingga kondisi cemas pada anakpun semakin meningkat. Oleh karena itu, asuhan keperawatan yang diterapkan tidak hanya ditujukan kepada anak yang menjalani hospitalisasi, tetapi meliputi orangtua anak tersebut. Prinsip utama dalam memberikan asuhan keperawatan yang teraupetik adalah menggunakan konsep Family Centered Care untuk mencegah atau menurunkan dampak perpisahan antara orangtua dan anak (Supartini, 2004).
28 2.4. Kerangka Konseptual Family Centered Care : 1. Keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak 2. Memfasilitasi kerjasama perawat dan keluarga 3. Menghormati keanekaragaman ras, etnis, budaya dan sosial ekonomi dalam keluarga. 4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga 5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua 6. Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung. 7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan anak dan keluarga ke dalam sistem perawatan 8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 9. Merancang sistem perawatan kesehatan yang dapat diakses secara fleksibel, budaya yang kompeten dan responsif terhadap kebutuhan keluarga yang teridentifikasi. Efek Hospitalisasi Pada Anak : 1. Perpisahan 2. Kehilangan kendali 3. Cedera tubuh Faktor yang mempengaruhi: 1. perkembangan umur 2. pengalaman sakit, 3. dukungan dari lingkungan 4. mekanisme koping Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian hubungan Family Centered Care dengan hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Keterangan : : tidak diteliti : diteliti
29 Family Centered Care merupakan suatu pendekatan holistik dan filosofi dalam keperawatan anak, dengan perawat sebagai tenaga profesional melibatkan orangtua dalam perawatan anak. Tujuan Family Centered Care adalah memberikan kesempatan bagi orangtua untuk merawat anak mereka selama hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat sesuai aturan yang berlaku. Hospitalisasi adalah proses perawatan yang mengharuskan anak untuk tinggal dalam kurun waktu tertentu di rumah sakit baik terencana ataupun darurat. Hospitalisasi dapat menyebabkan stres pada anak yang disebabkan oleh perpisahan, kehilangan kendali atau kontrol diri dan cedera tubuh. Menurut Wong (2008), reaksi pada anak yang muncul sebagai respon terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh perkembangan umur, pengalaman sakit sebelumnya, dukungan dari lingkungan sekitar dan mekanisme koping. Family Centered Care dan hospitalisasi pada anak memiliki hubungan karena keterlibatan orangtua dalam perawatan anak dapat membantu menurunkan stres yang dialami oleh anak sehingga dapat menunjang proses kesembuhan anak di rumah sakit. Hal inilah yang menjadi acuan bagi peneliti mengambil Family Centered Care dan hospitalisasi pada anak untuk mengetahui gambaran Family Centered Care dan hospitalisasi pada anak.
30 2.5. Hipotesa H A : Ada hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang H 0 : Tidak ada hubungan antara Family Centered Care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.
BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian studi korelasi. Jenis penelitian
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan perawat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas 4.5.3. Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan perawat Uji validitas dilakukan pada 15 orang perawat di ruang Anggrek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Family Centered Care 1.1 pengertian Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan individualnya. Lingkungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak. Hal ini memberi konsekuensi pada masalah kesehatan anak antara lain masalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hospitalisasi Pada anak 2.1.1 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak 2.1.Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi dapat menyebabkan kejadian yang traumatik dan stres yang dialami oleh anak dan orang tua, dimana anak harus tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Discharge Planning 2.1.1 Definisi Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik
Lebih terperinciAngket untuk Riset Partisipan Perawat
Lampiran 1. Angket penelitian Angket untuk Riset Partisipan Perawat Lembar Persetujuan Riset Partisipan Dengan ini saya memohon kesediaan Bapak/Ibu terlibat dalam proses penelitian saya sebagai riset partisipan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Atraumatic Care 2.1.1. Definisi Atraumatic Care Dalam pediatrik, kebutuhan untuk memberikan atraumatic care dikenal secara luas. Atraumatic care merupakan filosofi dari penyediaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan dari tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Responden dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan makhluk rentan dan tergantung yang selalu dipenuhi rasa ingin tahu, aktif, serta penuh harapan. Masa anak-anak suatu awal kehidupan untuk masa-masa berikutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciSetiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatannya pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat kesehatan anak tidak dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
Lebih terperinci1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi pada anak pra sekolah akan menimbulkan ketidaknyamanan. Anak pra sekolah akan merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan
Lebih terperinciHOSPITALISASI. NS. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep
HOSPITALISASI NS. Apriyani Puji Hastuti, S.Kep HOSPITALISASI KRISIS STRES (PRBHN STATUS KESEHATAN) KETERBATASAN MEKANISME KOPING PENGERTIAN Hospitalisasi proses karena suatu alasan yg terencana atau darurat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak jika anak di rawat dirumah sakit. Anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Atraumatic Care 1.1 Definisi atraumatic care Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,
Lebih terperinciKONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011
KONSEP SEHAT SAKIT Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011 A. DEFINISI SEHAT MENURUT : 1. WHO ( 1947 ) - Sehat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki peran yang sangat penting untuk kelangsungan ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah satu tangan panjang PBB bahwa
Lebih terperinciDEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan
Lebih terperinciLilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
ATRAUMATIC CARE MENURUNKAN KECEMASAN HOSPITALISASI PADA ANAK PRASEKOLAH DI RUANG ANGGREK RSU dr. SOEGIRI LAMONGAN (The Atraumatic Care Reduce Anxiety Hospitalization Preschool Children in Anggrek Room
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
Lebih terperinciTINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peran dan Fungsi Perawat Dalam dunia keperawatan modern respons manusia sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit juga merupakan suatu fenomena perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan yang dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciRita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY
Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi
Lebih terperinciFILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.
FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Lebih terperinciPENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.
PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 2 Wiji Lestari ABSTRAK Hospitalisasi yang dialami anak anak menyebabkan
Lebih terperinciInggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre
PERBEDAAN TERAPI BERMAIN PUZZLE DAN BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) SELAMA HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RS TK. III. R. W. MONGISIDI MANADO Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan mengerikan bagi anak-anak, hal ini akan lebih menakutkan bagi anak-anak yang dirawat di Pediatric
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. al., 2005; Hockenberry, 2005). Perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rawat inap anak merupakan pengalaman yang menimbulkan stres dan berdampak negatif bagi pasien anak dan keluarganya (Commodari, 2010; Garro et al., 2005; Hockenberry,
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
HUBUNGAN HOSPITALISASI BERULANG DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRASEKOLAH YANG MENDERITA LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DI RUANG MELATI 2 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil dari ekuibrium internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah tunas bangsa, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluasluasnya untuk tumbuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit merupakan pengalaman di mana kita merasa diri tidak nyaman dan terasing dari lingkungan dan sesama. Dalam situasi seperti ini setiap orang yang menderita sakit
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014
Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hospitaslisasi pada anak merupakan sebuah proses yang mengharuskan anak menjalani proses perawatan di rumah sakit dengan alasan yang terencana atau darurat
Lebih terperinciKONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep
KONSEP HOSPITALISASI BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep SAKIT & DIRAWAT DI RUMAH SAKIT MERUPAKAN KRISIS DI DALAM HIDUP ANAK. DI RAWAT DI RUMAH SAKIT BERARTI ANAK HARUS BERURUSAN DENGAN LINGKUNGAN YANG ASING,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang
Lebih terperinciKONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK
KONSEP PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK Paradigma keperawatan anak Manusia Sehat-Sakit Lingkungan Keperawatan A. Defenisi 1. Defenisi Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Pengetahuan 1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)
PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER) RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal Cileungsi Bogor Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331 SURAT KEPUTUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan. Dalam penelitiannya, Bossert (1994) menemukan bahwa anakanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah manusia yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari awal kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1.1 Pengertian Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciA. Perspektif Keperawatan Anak
Bab I A. Perspektif Keperawatan Anak KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK Kesehatan Selama Masa Kanak-kanak Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang komplet dan bukan sematamata
Lebih terperinciTERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH
TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH (Games Therapy Towards to Psychologic Adaptation in School Age Children) Retno Twistiandayani*, Siti Mahmudah** * Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Terkait 2.1.1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kuatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Ratus,
Lebih terperinci