DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI"

Transkripsi

1 DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Tiga Usaha Kecil dan Menengah Tahu Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Indriyani NIM H

4 ABSTRAK INDRIYANI. Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Tiga Usaha Kecil dan Menengah Tahu Kota Bogor. Dibimbing oleh AMZUL RIFIN. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri menjadikan Indonesia ketergantungan akan impor. Akibatnya tidak adanya kepastian ketersediaan pasokan maupun kestabilan harga kedelai di dalam negeri. Kenaikan harga kedelai di dalam negeri yang dipengaruhi oleh harga kedelai dunia sering kali terjadi dan tidak dapat dihindarkan oleh industri tahu yang merupakan konsumen kedelai impor. Dengan keberagaman skala usaha tahu yang ada di Indonesia, maka dampak kenaikan harga kedelai akan berbeda dari satu usaha tahu dengan usaha tahu lainnya. Karena itu, penelitian ini menggunakan tiga sampel dengan skala usaha yang berbeda untuk membandingkan dampak kenaikan harga kedelai. Klasifikasi skala usaha yang digunakan berdasarkan jumlah kapasitas produksi harian, yaitu skala rumah tangga dengan kapasitas produksi harian 100 kg, skala kecil dengan kapasitas produksi harian kg, dan skala menengah dengan kapasitas produksi harian kg. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai profitabilitas, nilai tambah dan sensitivitas. Hasil yang didapatkan adalah usaha tahu berskala menengah menghasilkan nilai profitabilitas dan nilai tambah tertinggi, dan merupakan usaha tahu yang paling tahan dalam menghadapi kenaikan harga kedelai. Namun, hasil yang didapatkan usaha tahu berskala menengah tidak jauh berbeda dengan nilai yang didapatkan usaha tahu berskala kecil. Sehingga dalam penelitian ini, usaha tahu berskala kecil dan menengah menghasilkan nilai profitabilitas, nilai tambah, dan sensitivitas yang tidak berbeda nyata. Kata kunci : kenaikan harga kedelai, nilai tambah, profitabilitas, tahu ABSTRACT INDRIYANI. Impact of Increased Soybean Price Against Three Tofu Small and Medium Enterprises of Bogor City. Supervised AMZUL RIFIN. Inability to meet the needs of domestic soybeans make Indonesia dependence on imports. Consequently there is no certainty of domestic supply availability and price stability of soybean. The increased price of soybeans in the country influenced by the world soybean prices often occur and cannot be avoided by tofu industries that are consumers of imported soybeans. With the diversity of tofu business scale existing in Indonesia, the impact of rising soybean prices will vary from one tofu business to others. Therefore, this study uses three samples with different scale business to compare the impact of rising soybean prices. Classification of used business scale is based on the amount of daily production capacity, that is the scale of households with a daily production capacity of 100 kg, small scale with a daily production capacity of kg, and medium scale with a daily production capacity of kg. The indicators used in this study is the profitability value, value-added and sensitivity. The results obtained are that

5 medium-sized tofu businesses generate the highest profitability value and valueadded, and are the most resistant tofu business in encountering the increased soybean prices. However, the results obtained by medium-sized tofu businesses are not much different from the value obtained by small-sized tofu businesses. Thus, in this study, small and medium-sized tofu business generate insignificantly different profitability value, value-added, and the sensitivity. Keywords : soybean price fluctuations, value added, profitability, tofu v

6

7 DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Tiga Usaha Kecil dan Menengah Tahu Kota Bogor Nama : Indriyani NIM : H Disetujui oleh Dr. Amzul Rifin, SP, MA Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2014 ini ialah profitabilitas dan nilai tambah, dengan judul Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Tiga Usaha Kecil dan Menengah Tahu Kota Bogor Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada pemilik dan pekerja dari usaha tahu Pak Uci, usaha Tahu Raos Bandung, usaha tahu Pak Aris, serta Bapak Yayan dari pihak PRIMKOPTI Kota Bogor yang telah bersedia menjadi narasumber dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Indriyani

11 DAFTAR ISI DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR LAMPIRAN xv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 5 Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai 5 Analisis Biaya Produksi 5 Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah 6 Hubungan Skala Usaha dengan Nilai Tambah 6 KERANGKA PEMIKIRAN 7 Kerangka Pemikiran Teoritis 7 Konsep Biaya 7 Penetapan Harga Jual 8 Skala Usaha 9 Analisis Titik Impas (Break Event Point) 10 Analisis Profitabilitas 10 Analisis Nilai Tambah Metode Hayami 11 Analisis Sensitivitas 11 Kerangka Pemikiran Operasional 11 METODE PENELITIAN 14 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 Metode Penentuan Sampel 14 Desain Penelitian 15 Data dan Instrumen 15 Metode Pengambilan Data 15

12 xii Metode Pengolahan Data 15 Analisis Biaya 16 Analisis Titik Impas 16 Analisis Profitabilitas 16 Analisis Nilai Tambah 17 Analisis Sensitivitas 18 GAMBARAN UMUM USAHA 18 Profil Usaha 18 Usaha Tahu Pak Uci 18 Tahu Raos Bandung 18 Usaha Tahu Pak Aris 18 Bahan Baku 20 Usaha Tahu Pak Uci 20 Tahu Raos Bandung 20 Usaha Tahu Pak Aris 20 Peralatan 20 Usaha Tahu Pak Uci 20 Tahu Raos Bandung 22 Usaha Tahu Pak Aris 23 Proses Produksi Tahu 24 Usaha Tahu Pak Uci 24 Tahu Raos Bandung 24 Usaha Tahu Pak Aris 24 Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai 25 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Analisis Biaya 26 Biaya Tetap 26 Biaya Variabel 31 Total Biaya Usaha 33 Volume Penjualan 34 Analisis Titik Impas dan Profitabilitas 35 Analisis Titik Impas 35

13 xiii Analisis Profitabilitas 37 Analisis Nilai Tambah 39 Usaha Tahu Pak Uci 39 Tahu Raos Bandung 40 Usaha Tahu Pak Aris 41 Perbandingan Hasil Analisis 42 Perbandingan Analisis Profitabilitas 42 Perbandingan Analisis Nilai Tambah 43 Analisis Sensitivitas 44 SIMPULAN DAN SARAN 45 Simpulan 45 Saran 45 DAFTAR PUSTAKA 46 LAMPIRAN 48 RIWAYAT HIDUP 53

14 DAFTAR TABEL 1 Luas panen, produksi dan produktivitas kedelai 2 2 Konsumsi rata-rata per kapita setahun bahan makanan di Indonesia tahun Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun Pertumbuhan UKM wilayah Bogor dari tahun Data impor kedelai periode Januari - Mei Harga kedelai di pasar dunia dan Indonesia, Data produsen tahu di Kelurahan Pasir Jaya berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan 14 8 Perhitungan nilai tambah menurut Metode Hayami 17 9 Perbandingan gambaran profil usaha Perbandingan kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang harian Inventarisasi peralatan produksi tahu usaha Pak Uci Inventarisasi peralatan produksi Tahu Raos Bandung Inventarisasi peralatan produksi tahu usaha Pak Aris Perbandingan proses produksi tahu Biaya peralatan usaha tahu Pak Uci Biaya non produksi usaha tahu Pak Uci Biaya peralatan usaha Tahu Raos Bandung Biaya non produksi usaha Tahu Raos Bandung Biaya peralatan usaha tahu Pak Aris Biaya non produksi usaha tahu Pak Aris Biaya variabel usaha tahu Pak Uci Biaya variabel usaha Tahu Raos Bandung Biaya variabel usaha tahu Pak Aris Total biaya usaha ketiga pengusaha tahu Volume penjualan berdasarkan satuan rupiah Volume penjualan berdasarkan satuan kilogram Analisis titik impas ketiga usaha tahu Analisis profitabilitas usaha tahu Analisis nilai tambah tahu Pak Uci Analisis nilai tambah Tahu Raos Bandung Analisis nilai tambah tahu Pak Aris Perbandingan hasil analisis profitabilitas Perbandingan hasil analisis nilai tambah tahu Harga kedelai saat kondisi BEP 44 DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan harga konsumen kedelai impor di Indonesia 1 2 Kurva amplop skala usaha 9 3 Kerangka Pemikiran Operasional 13 4 Titik impas usaha tahu Pak Uci 36 5 Titik impas usah Tahu Raos Bandung 37

15 6 Titik impas usaha tahu Pak Aris 37 7 Titik impas, laba, dan volume penjualan 49 8 Ember untuk merendam kedelai 50 9 Proses pendidihan bubur kedelai Mesin penggilingan kedelai Proses pengunyitan kedelai Suasana di usaha Tahu Raos Bandung Suasana di usaha tahu Pak Aris Suasana di usaha tahu Pak Uci Proses penyaringan kedelai Tempat batu tahu Pengangkutan kayu bakar Tempat penggilingan kedelai 52 xv DAFTAR LAMPIRAN 1 Pendekatan dalam menentukan titik impas 48 2 Dokumentasi 50

16

17 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kenaikan harga kedelai impor yang sering terjadi di Indonesia tidak dapat dihindarkan oleh Pemerintah. Puncak kenaikan harga kedelai terjadi pada akhir tahun 2008, di mana harga kedelai di dalam negeri melonjak hingga 60 persen. Menurut Departemen Pertanian (2012), lonjakan harga kedelai tersebut dipengaruhi oleh penurunan produksi kedelai dunia pada tahun 2007 yang mencapai ton dan kembali turun sebesar 6.5 persen pada tahun Penurunan produksi dipicu oleh penurunan produktivitas dan area tanam karena adanya penambahan luas areal tanam jagung sebagai sumber energi alternatif yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Amerika Serikat. Kebijakan energi alternatif tersebut menyebabkan harga jagung di perdagangan dunia melonjak dan mendorong petani di Amerika Serikat beralih komoditas dari kedelai menjadi jagung. Disisi lain separuh kebutuhan kedelai dunia diproduksi oleh Amerika Serikat, sehingga persediaan akhir kedelai dunia 2007/2008 menjadi sangat terbatas. Selain itu, peningkatan harga kedelai dunia dipicu oleh naiknya konsumsi kedelai di Cina dan India. Kemajuan ekonomi Cina dan India telah ikut menyebabkan kenaikan konsumsi kedelai. Keterbatasan persediaan kedelai disertai dengan peningkatan konsumsi kedelai menjadi faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia dan berdampak lonjakan harga kedelai dalam negeri Jan-05 Aug-05 Mar-06 Oct-06 May-07 Dec-07 Jul-08 Gambar 1 Perkembangan harga konsumen kedelai impor di Indonesia Sumber : Pusdatin ( 2013) dan Kemendag (2014) Pada Gambar 1 terlihat bahwa perkembangan harga konsumen kedelai cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh kenaikan harga kedelai dunia karena Indonesia belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga Indonesia diharuskan mengimpor untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut. Namun produksi dalam negeri mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan menyebabkan volume impor kedelai semakin meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia ketergantungan akan kedelai impor. Feb-09 Sep-09 Apr-10 Nov-10 Jun-11 Jan-12 Aug-12 Mar-13 Oct-13

18 2 Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas kedelai Indikator Tahun Luas Panen (Ha) Target Produksi (Ton) Realisasi Produksi (Ton) Impor (Ton) Produktivitas (Ku/Ha) Sumber : Pusdatin (2013) Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa luas panen dan realisasi produksi kedelai mengalami penurunan dari tahun 2010 hingga Penurunan realisasi produksi tersebut mengakibatkan peningkatan impor kedelai. Ketergantungan impor yang tinggi mempengaruhi harga kedelai di pasar domestik. Harga kedelai yang tinggi mempengaruhi industri tahu dan tempe, yang berbahan baku utama kedelai. Tahu dan tempe merupakan makanan sehari-hari masyarakat Indonesia karena merupakan sumber protein nabati yang baik dan murah. Perkembangan konsumsi rata-rata tahu dan tempe dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Konsumsi rata-rata per kapita setahun bahan makanan di Indonesia tahun Tahun Rata-rata Bahan Satuan Pertumbuhan Makanan (%) Tahu Kg Tempe Kg Sumber : Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2013) Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsumsi tahu dan tempe mengalami mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 0.09 persen untuk tahu dan 0.23 persen untuk tempe, walaupun sempat mengalami penurunan konsumsi pada tahun 2010 dan Disisi lain rata-rata pertumbuhan konsumsi tahu dan tempe tersebut memicu pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia karena sebagian besar produsen tahu dan tempe merupakan bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah. Tabel 3 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun No Skala Usaha Jumlah Pelaku Usaha (unit) (%) Jumlah Tenaga Kerja (orang) (%) Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah UMKM Usaha besar Jumlah Sumber : DEPKOP (2012)

19 Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2012 jumlah pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengalami peningkatan sebesar 2.41 persen. Seiring dengan peningkatan jumlah pelaku usaha, tenaga kerja yang dapat diserap sektor UKM pun mengalami peningkatan sebesar 5.83 persen, yaitu dari orang menjadi orang. Hal serupa terjadi pula di Bogor dimana jumlah pelaku Usaha Kecil dan Menengah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pertumbuhan UKM di wilayah Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. 3 Tabel 4 Pertumbuhan UKM wilayah Bogor dari tahun No. Uraian Tahun Usaha Mikro (unit) Usaha Kecil (unit) Usaha Menengah (unit) Jumlah UKM (unit) Pertumbuhan UKM (%) Keterangan : - = data tidak tersedia Sumber : Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor (2013) Kenaikan harga kedelai yang dirasakan industri tahu maupun tempe akan berbeda satu sama lain karena masing-masing usaha memiliki kemampuan produksi dan langkah penyesuaian yang berbeda. Untuk itu dalam penelitian ini digunakan tiga sampel yang dianggap dapat mewakilkan keragaman industri tahu di Indonesia khususnya di Kota Bogor untuk mengetahui dampak kenaikan dan langkah penyesuaian yang dilakukan. Perumusan Masalah Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik namun kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam seluruh kebijaksanaan pangan nasional karena peranannya sangat penting dalam menu pangan penduduk (Supadi, 2009). Produksi kedelai dalam negeri yang belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri mendorong pemerintah untuk mengimpor kedelai dari pasar dunia. Tabel 5 Data impor kedelai periode Januari - Mei 2014 Bulan Volume (kg) Nilai (US$) Januari Februari Maret April Mei Jumlah Sumber : Kementrian Pertanian (2014) Selama awal tahun 2014, impor kedelai sudah mengalami kenaikan yang signifikan terutama pada bulan April 2014 dimana impor kedelai mencapai 279

20 kg. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa impor kedelai mengalami peningkatan dari bulan Januari hingga Februari. Lalu menurun pada bulan Maret dan kembali mengalami peningkatan selama bulan April. Karena ketergantungan terhadap impor kedelai maka persediaan kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh ketersediaan kedelai dunia. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya kepastian harga kedelai di Indonesia sehingga harga kedelai menjadi sangat fluktuatif. Harga kedelai dapat dilihat di tiga tingkatan, yaitu harga dunia, harga konsumen dan harga produsen seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Harga kedelai di pasar dunia dan Indonesia, Harga Dunia Harga Domestik Tahun Konsumen Produsen US$/kg Rp/kg (Rp/kg) (Rp/kg) Laju (%/th) Sumber : BAPPENAS (2014) Harga kedelai di pasar dunia selama tahun 2008 hingga tahun 2012 meningkat cukup cepat dengan rata-rata 5.88 persen per tahun dalam US$. Jika dikonversi ke dalam mata uang Rupiah, laju peningkatan harga kedelai dunia lebih lambat yaitu hanya 3.17 persen per tahun, karena terjadi penguatan (apresiasi) nilai tukar Rupiah terhadap US$ rata-rata 2.71 persen per tahun (BAPPENAS, 2014). Kenaikan harga kedelai akan berdampak terhadap banyak pihak. Bukan hanya produsen tahu dan tempe yang terancam gulung tikar, tetapi juga pihakpihak yang ada di dalam mata rantai perdagangan seperti pedagang makanan dan juga konsumen tahu dan tempe (Supadi, 2009). Kenaikan harga yang terjadi mempengaruhi biaya proses produksi yang dilakukan para pengrajin sehingga dapat mempengaruhi profitabilitas atau keuntungan dan juga nilai tambah dari proses produksi itu sendiri. Dengan keberagaman skala usaha tahu yang ada, maka pengaruh yang ditimbulkan akan berbeda dari satu pengrajin dengan pengrajin lainnya. Karena itu, dilakukan penelitian terhadap tiga usaha tahu dengan tingkatan skala usaha atau kapasitas produksi yang berbeda untuk dapat mengetahui dampak kenaikan harga kedelai dan mengetahui usaha mana yang paling tahan dalam menghadap kenaikan harga kedelai. Berdasarkan uraian tersebut maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang diteliti, antara lain : 1. Skala usaha manakah yang paling profitable atau menghasilkan keuntungan tertinggi? 2. Skala usaha manakah yang menghasilkan nilai tambah pengolahan tahu tertinggi? 3. Skala usaha manakah yang paling stabil atau tahan terhadap kenaikan harga kedelai?

21 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengukur dan membandingkan nilai profitabilitas ketiga usaha tahu. 2. Mengukur dan membandingkan nilai tambah pengolahan ketiga usaha tahu. 3. Mengukur kepekaan ketiga usaha tahu terhadap perubahan harga kedelai sebagai bahan baku utama. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukkan dan bahan pertimbangan bagi produsen tahu dalam menjalankan usahanya. 2. Sebagai informasi bagi masyarakat maupun pemerintah mengenai gambaran kondisi industri tahu saat ini. 3. Sebagai bahan pustaka bagi peneliti selanjutnya yang membutuhkan informasi mengenai nilai tambah industri tahu. TINJAUAN PUSTAKA Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Analisis mengenai dampak kenaikan harga kedelai dilakukan oleh Patmawaty (2009) dan menjelaskan bahwa kenaikan harga kedelai yang mencapai hingga persen pada bulan januari tahun 2008 berdampak pada kemampuan produsen dalam berproduksi, diantaranya perubahan siklus produksi, penurunan total produkssi sebesar persen, penurunan penggunaan faktor input, peningkatan harga jual sebesar persen, dan penurunan pendapatan bersih sebesar persen. Analisis rasio penerimaan dan biaya menyatakan bahwa usaha tahu masih menguntungkan dan masih layak untuk dijalankan walaupun terdapat penurunan nilai R/C sebesar 7.09 persen, dan berdasarkan analisis titik impas produsen harus meningkatkan volume penjualan dan penerimaan untuk tetap dapat mempertahankan usahanya dan tidak mengalami kerugian. Analisis Biaya Produksi Analisis mengenai biaya produksi dilakukan oleh Cafah (2009) dan menjelaskan bahwa nilai biaya total produksi tahu yaitu Rp , sedangkan nilai biaya pokok produksi tahu sebesar Rp per jirangan dimana nilai tersebut masih berada di bawah harga jual yang sebesar Rp per jirangan. Berdasarkan analisis titik impas, usaha telah mendapatkan keuntungan karena jumlah produksi sudah melampaui titik impas yang sebesar 253 jirangan per tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas didapatkan bahwa dengan skenario kenaikan harga kedelai sebesar 30 persen, usaha masih layak dijalankan, sedangkan pada kenaikan harga kedelai sebesar 40 persen usaha sudah tidak layak untuk dijalankan apabila tidak terjadi kenaikan harga jual.

22 6 Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Analisis mengenai profitabilitas dan nilai tambah dilakukan oleh Tunggadewi (2009) dengan menggunakan analisis biaya dan analisis nilai tambah metode Hayami. Objek penelitian tersebut adalah produsen tahu dan tempe yang terdaftar sebagai anggota PRIMKOPTI Kota Bogor. Analisis usaha tahu dilakukan di usaha tahu milik Bapak Mumu yang berlokasi di Kecamatan Tegal Gundil sedangkan usaha tempe dilakukan di tempat usaha milik Bapak Sularno yang berlokasi di Kecamatan Cilendek Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua usaha merupakan usaha yang mampu menghasilkan laba (profitable) dengan perhitungan laba 37 persen pada usaha tahu dan 26 persen pada usaha tempe. Sama halnya dengan analisis profitabilitas, hasil analisis nilai tambah menunjukan usaha tahu memiliki nilai tambah lebih besar daripada usaha tempe, dimana nilai tambah untuk usaha tahu adalah sebesar Rp sedangkan usaha tempe sebesar Rp Penelitian mengenai analisis nilai tambah lainnya dilakukan oleh Giska, (2013) dengan menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses produksi pembuatan tahu di daerah Medan berjalan dengan baik dengan menggunakan bahan baku yang selalu tersedia di daerah tersebut. Nilai tambah yang dihasilkan usaha industri di daerah penelitian bernilai positif, yaitu Rp /kg untuk industri tahu cina, Rp /kg untuk industri tahu sumedang goreng, dan Rp /kg untuk industri tahu sumedang. Strategi pemasaran yang sudah dilakukan usaha industri tersebut adalah strategi agresif dengan lebih fokus kepada strategi SO (Strength- Opportunities), yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Hubungan Skala Usaha dengan Nilai Tambah Penelitian tentang UKM dan analisis nilai tambah dilakukan oleh Puspitasari (2007). Penelitian ini menunjukkan bahwa industri tahu, khususnya produsen tahu skala rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan mengalami penurunan pendapatan dari tahun 2005 sampai dengan 2006 sebesar 6.87 persen. Penurunan pendapatan tersebut berakibat pada penurunan keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar 1.55 persen. Berbeda dengan produsen skala rumah tangga, pada produsen tahu skala kecil tidak terjadi penurunan kinerja, melainkan peningkatan pendapatan sebesar 7.77 persen dan keuntungan sebesar persen. Dari analisis biaya, selama tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan biaya tetap pada produsen tahu skala rumah tangga dan skala yaitu sebesar persen dan persen per papan untuk tahu putih serta persen dan persen untuk tahu goreng. Pada produsen tahu skala rumah tangga, nilai tambah dari tahu putih pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebesar Rp dan Rp sedangkan untuk tahu goreng sebesar Rp dan Rp sedangkan untuk produsen tahu skala kecil nilai tambah tahu putih pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebesar Rp dan Rp , serta Rp dan Rp untuk tahu goreng. Selain itu, jika dilihat dari besarnya balas jasa yang

23 diterima produsen terdapat penuruna sebesar 8.56 persen dan 8.61 persen dalam memproduksi tahu putih dan tahu goreng, sedangkan balas jasa yang diterima oleh tenaga kerjanya mengalami peningkatan sebesar persen dan persen. Penelitian terdahulu telah mengukur dampak kenaikan harga kedelai, analisis profitabilitas dan nilai tambah pada satu skala usaha. Tetapi, dampaknya pada tiga skala usaha yang berbeda belum diteliti. Penelitian ini akan mengukur dan membandingkan dampak kenaikan harga kedelai terhadap profitabilitas, nilai tambah dan sensitivitas pada tiga skala usaha tahu yang berbeda, yaitu rumah tangga, kecil dan menengah. 7 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbana sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 2005). Tiap usaha yang menjalankan kegiatan ekonomi mengharapkan hasil keluaran berupa sumber ekonomi lain memiliki nilai lebih tinggi dari pada nilai sumber ekonomi masukannya. Dengan kata lain, proses produksi yang dilakukan diharapkan menghasilkan laba atau keuntungan. Dengan laba tersebut, usaha yang dijalankan memiliki kemampuan untuk mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya. Maka dari itu, diperlukan informasi mengenai keadaan dan struktur biaya untuk dapat dianalisis usaha yang telah dilakukan menghasilkan laba atau tidak. Menurut Mulyadi (2005), terdapat dua kelompok biaya yang berkaitan dengan pembuatan produk, yaitu biaya produksi dan non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran dan administrasi. Sedangkan berdasarkan perilaku dalam hubungan dengan volume kegiatan, Mulyadi (2005) membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam perubahan volume kegiatan tertentu, dimana biaya tetap per satuan berubah. Biaya tetap atau biaya kapasitas adalah biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen. Jika biaya tetap mempunyai proporsi lebih tinggi dibanding biaya variabel, maka kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. Komponen yang termasuk dalam biaya tetap antara lain upah pekerja, pajak, biaya pemeliharaan dan perbaikan bangunan, sewa, dll. Kelompok yang kedua yaitu biaya variabel. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, dimana biaya variabel per unit konstan. Komponen yang termasuk kategori biaya

24 8 variabel antara lain biaya perlengkapan, peralatan kecil, komunikasi, biaya pengiriman, biaya pengangkutan, dll. Kelompok yang terakhir adalah biaya semi variabel, yaitu biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Contoh dari biaya semi variabel adalah biaya listrik, telepon, air, bensin, dll. Penetapan Harga Jual Pada umumnya, harga jual produk dan jasa ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran di pasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual. Dalam keadaan demikian, setiap pengusaha berhak memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba. Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhi banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpastian dalam penentuan harga jual, seperti permintaan konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing. Satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang mempengaruhi penentuan harga jual adalah biaya (Mulyadi, 2005). Faktor tersebut dapat menunjukkan batas bawah suatu harga jual dapat ditentukan, dimana akan terjadi kerugian apabila harga jual dibawah biaya penuh produk atau jasa. Dalam jangka waktu tertentu, kerugian tersebut dapat mengganggu keadaan perusahaan dan dapat mengakibatkan perusahaan menutup usahanya. Maka dari itu, informasi biaya produk atau jasa diperlukan dalam pengambilan keputusan penentuan atau penetapan harga jual. Menurut Swastha (1998), terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam melakukan penetapan harga jual, yaitu pendekatan biaya dan pendekatan pasar. penetapan harga jual dengan pendekatan biaya terdiri dari tiga metode, antara lain cost plus pricing method, mark up pricing method, dan break even pricing method. Dalam metode cost plus pricing, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit, ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikendaki pada unit tersebut atau disebut juga dengan marjin. Hampir sama dengan cost plus pricing method, penetapan harga jual dengan metode mark up pricing juga dilakukan oleh pedangan dimana pedagang yang membeli barang dagangan menentukan harga jual setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark up atau kelebihan yang merupakan laba. Sedangkan metode break even pricing merupakan metode penetapan harga berdasarkan permintaan pasar dengan mempertimbangkan komponen biaya, dimana suatu usaha dapat dikatakan dalam kondisi break even jika pendapatan sama dengan ongkos produksinya. Analisa break even atau titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapa suatu usaha mencapai laba atau kerugian tertentu. Selain untuk mengetahui minimum volume penjualan atau produksi, metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kaitan antara harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang bervariasi dan tetap, serta laba dan rugi. Pendekatan lain dalam penetapan harga jual ialah dengan pendekatan pasar. pada pendekatan ini, harga jual tidak berdasarkan biaya, tetapi harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan

25 sendiri harga jual yang akan ditetapkan. Dapat berupa harga jual sama dengan ketentuan harga pasar agar dapat ikut bersaing, atau dapat juga lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga pasar yang telah ditentukan. Skala Usaha Penentuan skala usaha bertujuan agar produsen tahu dapat mengetahui sejauhmana usaha tersebut berproduksi berdarkan keadaan skala usaha yang dimilikinya. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membahas mengenai penentuan skala usaha industri tahu baik dari pihak pemerintah maupun akademisi. Karena itu, penentuan skala usaha dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator jumlah kapasitas produksi harian yang digunakan. Menurut Soekartawi (2002), usahatani pada skala usaha yang besar umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya moderen dan lebih bersifat komersial. Sedangkan, usahatani berskala kecil umumnya bermodal pas-pasan, berteknologi tradisional, serta lebih bersifat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Skala usaha menunjukkan hubungan antara biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran usaha. Apabila perluasan usaha bertambah, tetap atau berkurang dapat pula mencerminkan bahwa perluasan usaha tersebut diikuti oleh biaya produksi rata-rata yang menurun, tetap atau bertambah. Maka analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah suatu usaha beroperasi pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale) atau tidak ekonomis (diseconomies of scale). Hal ini karena skala usaha menunjukkan hubungan antara biaya produksi rata-rata dengan perubahan dalam ukuran (size) usaha. Jadi, apabila perluasan usaha bertambah, tetap atau berkurang dapat pula mencerminkan bahwa perluasan usaha tersebut diikuti oleh biaya produksi ratarata menurun, tetap atau bertambah. Berikut adalah penjelasan hubungan skala usaha dengan struktur biaya. 9 Gambar 2 Kurva amplop skala usaha Sumber : Rahardja (2002)

26 10 Keterangan : Q = jumlah keluaran (output) SMC = biaya marjinal jangka pendek (short marginal cost) SATC = total biaya variabel jangka pendek (short average total cost) MC = biya marjinal jangka panjang (marginal cost) LAC = total biaya variable jangka panjang (long-run average cost) Pada Gambar 2 menunjukkan kurva biaya rata-rata jangka panjang yang berbentuk U. Kurva ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian menurun, titik minimum dan kemudian meningkat. Bagian pertama yaitu dalam rentang output mulai dari titik O sampai Q2 biaya rata-rata jangka panjang menurun. Perluasan usaha akan selalu disetai oleh penurunan biaya rata-rata per unit, daerah ini yang disebut skala usaha ekonomis (economies of scale). Bagian kedua yaitu titik di Q2 yang merupakan titik terendah (minimum) dari kurva LAC dan terjadi perpotongan kurva LAC dengan kurva MC. Titik tersebut merupakan skala usaha yang paling efisien karena memiliki struktur biaya terendah, sehingga merupakan pilihan pengusaha dalam jangka panjang. Bagian terakhir yaitu pada Q3, biaya rata-ratanya berada diatas biaya minimum yang cenderung meningkat. Perluasan usaha akan disertai oleh kenaikan biaya rata-rata per unit output. Pada daerah ini disebut skala usaha tidak ekonomis (dieseconomies of scale). Dengan demikian, dari Gambar 2 dapat dikatakan bahwa peningkatan skala usaha akan berakibat pada nilai biaya rata-rata yang lebih rendah untuk tiap unit output. Analisis Titik Impas (Break Event Point) Titik impas merupakan keadaan dimana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Dengan kata lain perusahaan mengalami kondisi impas karena jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya atau laba kontribusi hanya dapat menutupi biaya tetap saja. Analisis titik impas atau break event point (BEP) adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi belum tentu juga mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain keuntungannya sama dengan nol. Analisis ini bermanfaat untuk mengendalikan kegiatan operasional yang sedang berjalan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan harga jual, sebagai dasar perencanaan kegiatan operasional dalam usaha untuk mencapai laba tertentu sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi atau penjualan (Mulyadi, 2001). Dalam analisis titik impas, biaya-biaya dikelompokkan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Terdapat dua pendekatan dalam menentukan titik impas, yaitu pendekatan teknik persamaan dan pendekatan grafis. Kedua pendekatan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis Profitabilitas Menurut Mulyadi (2005), analisis profitabilitas ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode akuntansi tertentu. Profit adalah besarnya laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Sedangkan profitabilitas adalah nilai laba bersih dibagi dengan penerimaan total. Nilai profitabilitas yang diperoleh menggambarkan

27 besarnya laba yang diperoleh dari hasil laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Besarnya nilai profitabilitas diperoleh dari perkalian Margin Income Ratio (MIR) atau profit volume ratio dengan Margin Of Safety (MOS) (Mulyadi, 2005). Margin Of Safety (MOS) adalah besarnya pengurangan maksimum jumlah produksi atau penjualan dari yang dianggarkan agar perusahaan tidak sampai menderita kerugian. Jika dihubungkan dengan Marginal Income Ratio (MIR), angka MOS akan berhubungan langsung dengan laba. MIR adalah rasio antara pendapatan dengan hasil penjualan dimana memberikan informasi seberapa bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Dengan mengalikan nilai Marjin Of Safety (MOS) dengan Marginal Income Ratio (MIR), maka akan didapatkan nilai profitabilitas perusahaan yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Nilai tambah dalam proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja (Kustiari, 2011). Metode analisis nilai tambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Hayami. Metode ini merupakan metode analisis nilai tambah yang sering digunakan untuk komoditas pengolahan pertanian. Kelebihan metode analisis nilai tambah Hayami adalah (Soekartawi, 2002) : (1) lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian; (2) dapat diketahui produktifitas produksinya; (3) dapat diketahui balas jasa pemilik faktor-faktor produksi; (4) dapat dimodifikasi untuk analisis nilai tambah selain subsistem pengolahan. Analisis Sensitivitas Menurut Husein (2001), analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan, seperti penurunan produktivitas dan adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya seperti biaya bahan baku, produksi, konstruksi, dll. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan usaha tahu terhadap perubahan harga kedelai sebagai bahan baku utama. Selain itu, dapat diketahui berapa harga maksimum kedelai sehingga mencapai tingkat BEP (break event point). Kerangka Pemikiran Operasional Tahu merupakan makanan asli bangsa Cina, namun semakin berkembang di Indonesia dan seakan-akan menjadi makanan tradisional atau makanan rakyat Indonesia. Bahan baku pembuatan tahu adalah kedelai dimana kedelai bukan komoditas yang banyak ditemui di Indonesia. Tahu dijadikan makanan sehari-hari masyarakat Indonesia dimana untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan para produsen tahu, Pemerintah terpaksa mengimpor kedelai dari negara-negara subtropis. Seiring dengan peningkatan konsumsi tahu di Indonesia, hal tersebut menjadi menarik untuk para produsen baru memasuki industri tahu dan para produsen tahu yang sudah ada meningkatkan kapasitas produksinya. Hal tersebut 11

28 12 dapat terlihat dari data Depkop pada Tabel 4 bahwa peningkatan jumlah pelaku usaha mikro adalah sebesar 2.38 persen, usaha kecil 4.52 persen, dan usaha menengah persen. Dengan begitu, para produsen tahu yang ada saat ini semakin bervariasi, mulai dari tingkat mikro hingga menengah. Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk dapat membandingkan profitabilitas dan nilai tambah ketiga usaha tahu terlebih dahulu diperlukan analisa pada aspek keuangannya. Analisa aspek keuangan dapat dilakukan melalui pendekatan analisis biaya dengan menggunakan komponen biaya, volume penjualan, dan harga jual. Sedangkan untuk melihat perbedaan proses produksi atau proses pengolahan tahu dilakukan pengamatan secara langsung dan wawancara untuk mengetahui bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh tiap produsen atau pelaku usaha. Hasil pengamatan ketiga pelaku usaha dibandingkan satu sama lain dan dibandingkan pula dengan proses produksi yang terdapat pada buku acuan dan penelitian terdahulu. Hasil dari perbandingan proses produksi menjadi acuan dasar untuk menjelaskan perbedaan hasil produksi. Dalam penelitian ini, hasil produksi yang diamati adalah tahu kuning. Analisis profitabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan usaha dari ketiga produsen tahu dalam memperoleh laba atau keuntungan. Analisis profitabilitas dilihat melalui nilai MOS dan MIR dari ketiga usaha tersebut. Namun sebelum dilakukan analisis profitabilitas, terlebih dahulu diperlukan analisis titik impas yang menunjukkan kondisi rugi tidaknya ketiga usaha yang menjadi objek penelitian. Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah dari proses produksi atau pengolahan kedelai pada usaha tahu. analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan alat analisis metode Hayami, dimana berdasarkan analisis yang dilakukan dapat terlihat usaha mana yang menghasilkan nilai tambah terbesar. Selain itu, informasi yang dapat diperoleh anata lain besarnya produktivitas produksi, besarnya marjin, serta distribusi marjin untuk faktor-faktor produksi yang digunakan selain bahan baku. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui harga kedelai maksimum sehingga ketiga usaha mencapai BEP atau impas. Berdasarkan analisis profitabilitas, nilai tambah serta analisis sensitivitas yang dilakukan pada ketiga usaha tahu, maka akan diketahui sejauh mana ketiga usaha tersebut telah mencapai tujuannya terutama dalam memperoleh keuntungan serta mengetahui bagaimana dampak kenaikan harga kedelai. Sehingga dapat dibandingkan usaha mana yang mempunyai tingkat profitabilitas, nilai tambah serta nilai sensitivita tertinggi. Secara ringkas alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

29 13 Kebutuhan kedelai lebih besar daripada produksi kedelai dalam negeri Ketergantungan impor Kenaikan harga kedelai dunia Kenaikan harga kedelai dalam negeri Industri tahu, salah satu konsumen kedelai impor Skala Rumah Tangga ( 100 kg per hari ) Skala Kecil ( kg per hari ) Skala Menengah ( kg per hari ) Analisis Biaya Biaya Volume Penjualan Harga Jual Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Analisis Titik Impas Profitabilitas Produktivitas Produksi Nilai Output Nilai Tambah Balas Jasa Tenaga Kerja Analisis Sensitivitas Membandingkan dampak kenaikan harga kedelai Keterangan : Ruang lingkup penelitian Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional

30 14 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tiga usaha tahu di Kota Bogor khususnya di daerah Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, yaitu usaha tahu Pak Uci, usaha Tahu Raos Bandung, dan usaha tahu Pak Aris. Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2014 hingga Juni Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rujukan dari PRIMKOPTI Kota Bogor. Pihak PRIMKOPTI menyatakan bahwa Kecamatan Bogor Barat merupakan sentra produsen tahu di Kota Bogor. Setelah itu, pihak PRIMKOPTI merujuk Kelurahan Pasir Jaya karena selain mudah dijangkau, di kawasan tersebut terdapat beragam usaha tahu, mulai dari usaha rumah tangga hingga usaha menengah. Salah satu produsen tahu yang direkomendasikan oleh pihak PRIMKOPTI adalah usaha Tahu Raos Bandung karena usaha tersebut sudah lama bekerjasama dengan pihak PRIMKOPTI. Saat mendatangi usaha Tahu Raos Bandung, usaha tersebut sesuai dengan kriteria objek penelitian dan peneliti menjadikan usaha Tahu Raos Bandung sebagai salah satu sampel penelitian. Selain itu, peneliti mendapatkan rujukan dari usaha Tahu Raos Bandung untuk mendatangi usaha Tahu Pak Aris. Usaha Tahu Pak Aris memiliki kapasitas harian produksi lebih besar dari usaha Tahu Raos Bandung namun masih sesuai dengan kriteria objek penelitian. Karena itu, usaha Tahu Pak Aris dijadikan salah satu objek penelitian dalam penelitian ini. Dari usaha Tahu Pak Aris, peneliti mendapatkan rujukan untuk mendatangi usaha tahu Pak Kaspi namun setelah diobservasi usaha tersebut tidak sesuai dengan kriteria objek penelitian. Sehingga peneliti kembali mencari rujukan usaha tahu lainnya yang masih berada dalam wilayah Kelurahan Pasir Kuda. Setelah mengobservasi beberapa usaha tahu yang berada pada wilayah tersebut, peneliti mendapatkan usaha tahu Pak Uci yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini. Selain berdasarkan rujukan dari pihak PRIMKOPTI, peneliti menggunakan data produsen tahu yang berada di wilayah Kelurahan Pasir Kuda dari penelitian terdahulu untuk mengetahui jumlah produsen tahu yang berada di wilayah tersebut. Tabel 7 Data produsen tahu di Kelurahan Pasir Jaya berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan No. Jumlah Bahan Baku Kedelai (kg/hari) Jumlah (orang) Jumlah 21 Sumber : Carani ( 2006)

31 15 Desain Penelitian Penelitian analisis dampak kenaikan harga kedelai menggunakan metode kasus yang dilakukan di tiga Usaha Kecil Menengah di Kota Bogor dengan tujuan dapat dilakukan secara detail sehingga dapat membandingkan hasil nilai profitabilitas dan nilai tambah dari ketiga Usaha Kecil Menengah tersebut sebagai indikator dampak dari kenaikan harga kedelai. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil perhitungan pada penelitian ini bukan merupakan keadaan Usaha Kecil Menengah secara keseluruhan. Penelitian ini merupakan gambaran terhadap perbandingan nilai tambah yang dihasilkan produsen tahu pada tingkatan usaha yang berbeda. Data dan Instrumen Data dalam penelitin ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang berasal dari pengamatan atau observasi langsung dan wawancara terhadap responden (narasumber), sedangkan data sekunder adalah data yang telah ada dan terdokumentasi sebelumnya. Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan. Metode Pengambilan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan selama kurang lebih empat bulan yaitu bulan Maret hingga Juni 2014 di tiga usaha tahu, yaitu usaha tahu Pak Uci, usaha Tahu Raos Bandung dan usaha Tahu Pak Aris. Data primer pada penelitian didapatkan dengan cara pengamatan dan wawancara langsung kepada pemilik dan para pekerja. Sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi atau lembaga-lembaga terkait, seperti PRIMKOPTI, Kementrian Pertanian (KEMENTAN), Departemen Koperasi (DEPKOP), Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor. Selain itu, terdapat juga data sekunder yang diperoleh melalui buku maupun literatur-literatur yang terkait dengan penelitian. Metode Pengolahan Data Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif diolah menggunakan microsoft excel dan kalkulator untuk disajikan dalam bentuk tabulasi guna mempermudah perhitungan dan pendeskripsian. Periode analisis yang digunakan adalah satu tahun, dimana hari efektif kerja masing-masing usaha adalah 305 hari. Metode yang digunakan untuk analisis profitabilitas adalah perhitungan titik impas (BEP), Marginal Income Ratio (MIR), dan Marginal Of Safety (MOS). Sedangkan metode analisis yang digunakan untuk nilai tambah adalah metode Hayami. Lalu, untuk menganalisis kepekaan usaha tahu terhadap perubahan harga kedelai dilakukan dengan analisis sensitivitas.

32 16 Analisis Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam perencanaan laba dalam suatu usaha, karena biaya dipengaruhi oleh volume penjualan dan produksi dan akan mempengaruhi harga jual. Terkait dengan penelitian pada ketiga usaha tahu, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis biaya. Biaya-biaya yang dianalisis pada usaha tahu memperhitungkan semua unsur biaya produksi seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Biaya-biaya tersebut diklasifikasikan berdasarkan sifatnya menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung total biaya produksi ialah sebagai berikut : Total Biaya Produksi = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total Selain itu, perlu diperhitungkan juga biaya penyusutan untuk peralatan produksi yang merupakan bagian dari biaya tetap. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan mencari persentase penyusutan per tahunnya terlebih dahulu dengan rumus : 100% d = umur ekonomi peralatan Setelah diketahui persentase penyusutan per tahun, nilai tersebut kemudian dikalikan dengan nilai biaya peralatan. D = d x Biaya Peralatan Produksi Analisis Titik Impas Hasil dari analisis titik impas dapat berupa dalam satuan unit maupun satuan rupiah. Secara matematis, titik impas dihitung sebagai berikut : BEP (impas dalam unit) = TFC P AVC BEP (impas dalam rupiah) = TFC 1 AVC P Keterangan : BEP = nilai impas produksi (unit atau rupiah) P = harga jual produk per unit (Rp/unit) TVC = biaya variabel total (Rp) TFC = biaya tetap totap (Rp) AVC = biaya rata-rata variabel per unit (Rp/unit) Analisis Profitabilitas Merupakan perhitungan untuk melihat kemampuan usaha tahu dalam memperoleh laba, yang diperoleh dari perkalian nilai Marginal Of Safety (MOS) dengan nilai Maginal Income Ratio (MIR). π (%) = MOS x MIR Keterangan : π = profitabilitas perusahaan (%) MIR = Marginal Income Ratio (%)

33 17 MOS = Margin Of Safety Dimana nilai MOS dan MIR didapatkan dari rumus matematis berikut. TR BEP MOS (%) = x 100% TR Keterangan : MOS = Margin Of Safety (%) BEP = nilai impas (Rp) TR = penerimaan total (Rp) TR VC MIR (%) = x 100% TR Keterangan : MIR = Marginal Income Ratio (%) VC = biaya variabel (Rp/unit) TR = penerimaan total (Rp) Analisis Nilai Tambah Dengan metode Hayami, didapatkan hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, dan balas jasa tenaga kerja pemilik faktor produksi. Perhitungan dengan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perhitungan nilai tambah menurut Metode Hayami Variabel Nilai I. Output, Input, dan Harga 1. Output/total produksi (kg/periode) (1) 2. Input/bahan baku (kg/periode) (2) 3. Tenaga kerja (HOK/periode) (3) 4. Faktor Konversi (4) = (1) / (2) 5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) (5) = (3) / (2) 6. Harga output (Rp) (6) 7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) (7) II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg) (8) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg) (9) 10. Nilai output (Rp/kg) (10) = (4) x (6) 11. a. Nilai tambah (Rp/kg) (11a) (10) (9) (8) b. Rasio nilai tambah (%) (11b) (%) = (11a/10) x 100% 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) (12a) = (5) x (7) b. Pangsa tenaga kerja (%) (12b) (%)= (12a/11a) x 100% 13. a. Keuntungan (Rp/kg) (13a) = 11a 12a b. Tingkat keuntungan (%) (13b) (%)= (13a/11a) x 100% III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin (Rp/kg) (14) = (10) (8) a. Pendapatan tenaga kerja (%) (14a) (%) = (12a/14) x 100% b. Sumbangan input lain (%) (14b) (%)= (9/14) x 100% c. Keuntungan pengusaha (%) (14c) (%)= (13a/14) x 100% Sumber : Hayami (1987)

34 18 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan mencari tingkat kenaikan harga kedelai yang dapat membuat kondisi impas. Setelah itu akan terlihat bagaimana pengaruhnya terhadap nilai profitabilitas dan nilai tambah. Untuk mencari tingkat harga kedelai yang akan membuat kondisi impas dilakukan dengan cara mencoba memasukan berbagai tingkatan harga kedelai yang lebih tinggi dari harga saat ini, sehingga didapatkan hasil total penerimaan sama dengan total pengeluaran atau biayanya. GAMBARAN UMUM USAHA Profil Usaha Usaha Tahu Pak Uci Usaha Tahu Pak Uci merupakan usaha tahu turun temurun keluarga Pak Uci dimana sebelumnya usaha tahu tersebut dikelola oleh ayahnya sendiri. Usaha tahu ini sudah berdiri sejak tahun 1950-an dengan modal awal sebesar kurang lebih Rp Produk yang dihasilkan usaha ini berupa tahu kuning dalam bentuk papan. Dalam sehari, usaha tahu Pak Uci dapat menghasilkan hingga 80 papan tahu kuning atau setara dengan 8000 potong tahu kuning dengan harga jual Rp per satuan papan. Untuk menjalankan usaha tahu ini, Pak Uci mempekerjakan tiga orang pekerja yang selalu membantu beliau dari pukul hingga pukul Usaha tahu Pak Uci sudah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan memiliki catatan administrasi harian namun masih sangat sederhana. Tahu Raos Bandung Tahu Raos Bandung dimiliki oleh seorang produsen tahu bernama Pak Okim. Beliau sudah menjalani usaha tahu ini sejak tahun 1960-an. Saat ini, Pak Okim sudah memiliki tiga buah cabang usaha Tahu Raos Bandung, salah satunya berlokasi di Taman Cibalagung, Kelurahan Pasir Jaya yang menjadi lokasi penelitian ini dan merupakan usaha tahu pertama beliau. Modal awal yang dikeluarkan Pak Okim dalam mendirikan usaha ini ialah lebih dari Rp Beliau mendapatkan modal tersebut dengan meminjam kepada bank. Dalam sehari, Tahu Raos Bandung menghasilkan 200 papan tahu atau setara dengan enam belas ribu potong tahu kuning berukuran kecil dengan harga Rp per papan tahu kuning. Produk yang dihasilkan Tahu Raos Bandung hanya satu buah, yaitu tahu kuning. Walau hanya satu buah, omzet yang didapatkan dapat mencapai Rp setiap harinya. Usaha Tahu Raos Bandung sudah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan memiliki catatan administrasi harian namun masih sangat sederhana. Usaha Tahu Pak Aris Usaha Tahu Pak Aris sudah berdiri sejak tahun 2001 dengan modal awal sebesar Rp Usaha ini berlokasi di daerah Kelurahan Pasir Jaya bersebelahan dengan rumah tinggal beliau. Produk yang dihasilkan usaha ini berupa tahu kuning dalam bentuk papan. Dalam sehari, usaha tahu Pak Aris dapat

35 menghasilkan hingga 300 papan tahu kuning atau setara dengan potong tahu dengan harga jual sebesar Rp per satuan papan. Alasan Pak Aris menjual tahu dalam bentuk papan ialah karena lebih mudah dan lebih menguntungkan para penjual tahu keliling. Mereka dapat memotong tahu sesuai dengan jumlah yang mereka kehendaki, mulai dari berukuran kecil hingga besar. Saat ini, Pak Aris sudah memiliki enam orang pekerja yang selalu membantu beliau dari pukul hingga pukul Usaha tahu Pak Aris sudah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan memiliki catatan administrasi harian namun masih sangat sederhana. Berikut adalah ringkasan perbandingan dari ketiga profil usaha tahu tersebut. Tabel 9 Perbandingan gambaran profil usaha No Ciri-ciri Keterangan Usaha Tahu Pak Uci Tahu Raos Bandung (Pak Okim) Usaha Tahu Pak Aris 1 Pemilik Pak Uci Pak H. Okim Pak Aris 2 Berdiri 1950-an 1960-an Rataan Produksi 8000 potong per hari tahu potong tahu potong tahu 4 Bobot tahu per potong (gr) Dalam Hubeis (2009) 1 Jumlah Pekerja (BPS) a. Industri Kerajinan Rumah Tangga (Tambahan) b. Industri Kecil c. Industri Menengah Modal (BI) >Rp 20 juta Rp 30 juta Rp 45 juta Rp 75 juta Dalam Eprilianta (2011) 1 Lokasi Menetap Menetap Menetap Menetap 2 Produk Tetap Tetap (tahu kuning) Tetap (tahu kuning) Tetap (tahu kuning) 3 Administrasi Keuangan Ada, walau sederhana Ada, walau sederhana Ada, walau sederhana Ada, walau sederhana 4 NPWP Ada Ada Ada Ada 5 Modal Sudah bisa akses ke perbankan Sudah Sudah Sudah 19

36 20 Bahan Baku Usaha Tahu Pak Uci Dalam sehari, usaha tahu Pak Uci mengolah 100 kg kacang kedelai untuk dijadikan tahu kuning. Kacang kedelai yang digunakan usaha ini adalah kacang kedelai impor dari Amerika Serikat. Pak Uci membeli kacang kedelai dengan harga Rp 8500 per kilogram per periode Maret Kacang kedelai tersebut, beliau dapatkan dari toko penyedia bahan baku. Harga bahan baku usaha tahu ini lebih mahal dari usaha tahu lainnya karena perbedaan jumlah kedelai yang dibeli setiap minggunya dan perbedaan tempat pembelian atau toko. Bahan penunjang yang dibutuhkan Pak Uci untuk membuat tahu kuning adalah garam, kunyit, dan bahan penggumpal berupa batu tahu (shiyokuh). Tahu Raos Bandung Dalam sehari, usaha Tahu Raos Bandung mengolah 200 kg kacang kedelai untuk dijadikan tahu kuning. Kacang kedelai yang digunakan usaha ini adalah kacang kedelai impor dari Amerika Serikat. Bahan baku yang digunakan Tahu Raos Bandung untuk membuat tahu kuning adalah kedelai impor dari Amerika Serikat yang dibeli di Koperasi. Harga kacang kedelai impor selama periode Maret 2014 adalah Rp 8000 per kilogram. Bahan penunjang yang dibutuhkan untuk membuat tahu kuning adalah garam, kunyit, dan biang cuka. Usaha Tahu Pak Aris Dalam sehari, usaha tahu Pak Aris mengolah 300 kg kacang kedelai untuk dijadikan tahu kuning. Kacang kedelai yang digunakan merupakan kacang kedelai impor dari Amerika Serikat yang dibeli di toko dengan harga Rp 8000 pada periode Maret Usaha Tahu Pak Aris juga menggunakan bahan penunjang yang sama seperti halnya usaha Tahu Raos Bandung, yaitu garam, kunyit, dan bahan penggumpal berupa batu tahu (shiyokuh). Berikut adalah tabel perbandingan kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang harian dari ketiga usaha tahu. Tabel 10 Perbandingan kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang harian No Keterangan Usaha Tahu Pak Uci Usaha Tahu Raos Bandung Usaha Tahu Pak Aris Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) 1 Kacang kedelai Garam Kunyit Bahan penggumpal secukupnya 2400 secukupnya 2000 secukupnya 1800 Peralatan Usaha Tahu Pak Uci Dalam menjalankan usaha tahu, terdapat beberapa peralatan yang harus disiapkan sebelum berproduksi. Peralatan yang digunakan Pak Uci masih

37 sederhana dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Adapun beberapa peralatan yang digunakan Pak Uci dalam produksi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Inventarisasi peralatan produksi tahu usaha Pak Uci No Uraian Jumlah Biaya (Rp/unit) Total (Rp) (unit) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Blower Cetakan Bak plastik uk. besar Ember Kain Pengaduk kayu Tanggok bambu Penggaris bambu Total biaya peralatan produksi (Rp) Pada Tabel 11 terlihat bahwa terdapat 13 peralatan yang digunakan Pak Uci untuk proses produksi, antara lain mesin diesel, mesin giling, tungku semen, bak semen, pompa air, blower, cetakan tahu, bak plastik ukuran besar, ember, kain saringan, pengaduk kayu, ayakan bambu, dan penggaris bambu. Pak Uci membeli mesin diesel dan mesin giling dengan harga masing-masing Rp dan Rp Pak Uci mempunyai 2 buah tungku semen dengan biaya pembuatan masing-masing tungku sebesar Rp , maka total biaya pembuatan tungku ialah sebesar Rp Tungku semen ini berfungsi sebagai tempat merebus kedelai yang sudah digiling. Bak semen merupakan bak yang terbuat dari semen dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan kedelai yang sudah menjadi bubur. Satu unit bak semen pada usaha tahu Pak Uci membutuhkan biaya sebesar Rp Usaha tahu Pak Uci memiliki satu unit pompa air yang berfungsi untuk memudahkan akses penggunaan air yang dibutuhkan dalam proses produksi. Biaya satu unit pompa adalah sebesar Rp Usaha ini juga menggunakan blower untuk menghasilkan angin yang digunakan untuk menghembuskan api sebagai bahan bakar pemanas. Jumlah mesin blower yang dimiliki sebanyak satu unit dengan biaya sebesar Rp Dalam mencetak tahu, Pak Uci menggunakan cetakan yang dibuat sendiri oleh Pak Uci dengan modal Rp 5000 per satuan cetakan. Cetakan yang dimiliki usaha tahu Pak Uci ialah sepuluh unit cetakan, maka total biaya untuk cetakan ialah sebesar Rp Terdapat dua buah bak plastik ukuran besar yang dimiliki usaha tahu Pak Uci dan digunakan sebagai bak biang dan bak air bersih. Biaya per unit bak plastik ukuran besar adalah sebesar Rp , maka total biaya untuk bak plastik ini ialah sebesar Rp Untuk merendam kedelai sebelum digiling, Pak Uci menggunakan ember dengan biaya per unit ember 21

38 22 adalah sebesar Rp , maka total biaya untuk tiga unit ember ialah sebesar Rp Selain itu, peralatan lainnya yang dimiliki usaha tahu Pak Uci adalah kain saringan dan pengaduk kayu dimana masing-masing ada sebanyak satu unit. Adapun biaya untuk kain saringan adalah sebesar Rp , sedangkan untuk pengaduk kayu adalah sebesar Rp Untuk alat lainnya seperti Tanggok bambu dan penggaris bambu, tidak ada biaya dikeluarkan karena kedua peralatan tersebut Pak Uci buat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan disekitar rumah. Berdasarkan uraian tersebut, maka total biaya secara keseluruhan untuk peralatan produksi pada usaha tahu Pak Uci adalah sebesar Rp Tahu Raos Bandung Tahu Raos Bandung masih menggunakan peralatan yang sederhana namun hal tersebut tidak menjadi kendala dalam proses produksi tahu kuning. Berikut adalah peralatan-peralatan yang dimiliki oleh usaha Tahu Raos Bandung. Tabel 12 Inventarisasi peralatan produksi Tahu Raos Bandung No Uraian Jumlah Biaya (Rp/unit) Total (Rp) (unit) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Tanggok besi Cetakan stainless steel Bak plastik uk. besar Ember Kain (uk. 1.2m) Pengaduk kayu Penggaris bambu Total biaya peralatan produksi (Rp) Pada Tabel 12 terlihat bahwa Tahu Raos Bandung menggunakan mesin diesel dengan biaya Rp dan mesin giling seharga Rp Tungku semen dan bak semen yang dimiliki usaha ini masing-masing ada sebanyak dua unit dengan biaya pembuatan per unit tungku semen sebesar Rp dan Rp untuk biaya pembuatan per unit bak semen. Sehingga total biaya untuk tungku semen adalah sebesar Rp dan bak semen sebesar Rp Pompa air dan tanggok besi yang dimiliki masing-masing sebanyak satu unit dengan biaya Rp untuk pompa air dan Rp untuk tanggok besi. Selain itu, usaha Tahu Raos Bandung memiliki 15 unit cetakan stainless steel dengan biaya per unitnya ialah sebesar Rp , maka total biaya yang dikeluarkan untuk cetakan ialah sebesar Rp Bak plastik ukuran besar yang dimiliki usaha Tahu Raos Bandung sebanyak tiga unit dengan total biaya Rp Sedangkan untuk ember berjumlah sepuluh unit dengan total biaya Rp Kain, pengaduk kayu dan penggaris bambu masing-masing ada sebanyak

39 satu unit dengan biaya Rp untuk kain saringan dan Rp untuk pengaduk kayu. Tidak ada biaya untuk penggaris bambu karena alat tersebut dibuat sendiri dengan menggunakan bahan yang sudah ada. Berdasarkan uraian tersebut, maka total biaya keseluruhan untuk peralatan produksi pada usaha Tahu Raos Bandung adalah sebesar Rp Usaha Tahu Pak Aris Tidak jauh berbeda dengan usaha tahu Pak Uci dan usaha Tahu Raos Bandung, usaha tahu Pak Aris memiliki 13 peralatan yang digunakan untuk menjalankan proses produksi. Berikut adalah peralatan-peralatan yang dimiliki usaha tahu Pak Aris. Tabel 13 Inventarisasi peralatan produksi tahu usaha Pak Aris No Uraian Jumlah Biaya (Rp/unit) Total (Rp) (unit) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Blower Cetakan Bak plastik uk. besar Ember Kain Pengaduk kayu Tanggok bambu Penggaris bambu Total biaya peralatan produksi (Rp) Pada Tabel 13 terlihat bahwa usaha tahu Pak Aris menggunakan mesin diesel dengan biaya Rp dan mesin giling dengan biaya Rp Terdapat dua unit tungku semen dan empat unit bak semen dengan biaya pembuatan satu unit masing-masing alat ialah Rp untuk tungku semen dan Rp untuk bak semen. Maka total biaya pembuatan tungku semen adalah Rp dan bak semen adalah Rp Pompa air yang dimiliki usaha ini sebanyak tiga unit dengan biaya per unit sebesar Rp , maka total biaya pompa air adalah Rp Sama halnya usaha tahu Pak Uci, usaha tahu ini menggunakan blower untuk menghasilkan angin yang digunakan untuk menghembuskan api. Biaya yang dikeluarkan untuk satu unit mesin blower adalah sebesar Rp Cetakan yang digunakan usaha tahu Pak Aris ialah cetakan dengan biaya per unit cetakan ialah Rp , maka total biaya untuk 20 cetakan ialah sebesar Rp Bak plastik ukuran besar dan ember masing-masing ada sebanyak enam unit dengan biaya per unit Rp untuk bak plastik ukuran besar dan Rp 8000 untuk ember. Sehingga total biaya keseluruhan untuk bak plastik adalah Rp dan untuk ember adalah Rp

40 24 Selain itu, peralatan lain seperti kain, pengaduk kayu, ayakan bambu dan penggaris bambu ada sebanyak satu unit dengan biaya Rp untuk kain, Rp untuk pengaduk kayu, dan Rp untuk Tanggok bambu. Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk penggaris bambu karena peralatan tersebut dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah ada. Berdasarkan uraian tersebut, makan total biaya keseluruhan untuk peralatan produksi pada usaha tahu adalah sebesar Rp Proses Produksi Tahu Usaha Tahu Pak Uci Tahap awal dalam proses pengolahan kacang kedelai menjadi tahu adalah pemilihan kedelai. Kedelai yang dipilih usaha tahu Pak Uci adalah jenis tahu impor. Setelah itu, kedelai direndam selama kurang lebih 2.5 jam sebelum dicuci bersih. Setelah direndam dan dicuci bersih, kedelai digiling menggunakan mesin diesel. Proses penggilingan kedelai memakan waktu selama 10 menit. Lalu, dilakukan pendidihan bubur kedelai selama kurang lebih 30 menit. Setelah mendidih, dilakukan penyaringan dengan menggunakan kain saringan sifon selama sepuluh menit. Selesai disaring, proses selanjutnya adalah penggumpalan dan pengendapan bubur tahu. Proses ini dilakukan selama 15 menit bersamaan dengan penambahan garam dan batu tahu. Setelah menggendap, dilakukan proses pencetakan dan pemotongan. Pencetakan dan pemotongan membutuhkan waktu kurang lebih selama 30 menit. Selesai dicetak dan dipotong, tahu direndam kembali dengan air kunyit selama 15 menit. Setelah 15 menit, tahu kembali diangkat dan disimpan di rak papan tahu hingga setengah dingin sebelum proses pembungkusan atau pengepakan. Tahu Raos Bandung Tidak jauh berbeda dengan proses produksi usaha tahu Pak Uci, tahap awal proses produksi usaha Tahu Raos Bandung adalah pemilihan kedelai dan kedelai yang dipilih adalah kedelai impor. Lalu, kedelai direndam selama kurang lebih dua jam. Setelah itu, kedelai dicuci bersih menggunakan air mengalir. Setelah bersih, kedelai digiling menggunakan mesin diesel selama kurang lebih sepuluh menit. Selesai digiling, bubur kedelai dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Lalu, dilakukan penyaringan dengan kain saringan sifon. Proses penyaringan memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Selesai disaring, proses selanjutnya adalah penggumpalan dan pengendapan bubur tahu dengan menambahkan garam dan biang cuka. Proses ini dilakukan selama 15 menit. Setelah menggendap, dilakukan proses pencetakan dan pemotongan. Pencetakan dan pemotongan membutuhkan waktu kurang lebih selama 30 menit. Selesai dicetak dan dipotong, tahu direndam kembali dengan air kunyit selama 15 menit. Setelah selesai, tahu kembali diangkat dan disimpan di rak papan tahu hingga setengah dingin sebelum proses pembungkusan atau pengepakan. Usaha Tahu Pak Aris Sama halnya seperti tahapan yang dilalui oleh usaha tahu Pak Uci dan usaha Tahu Raos Bandung, tahap awal proses produksi usaha tahu Pak Aris adalah pemilihan kedelai dan kedelai yang dipilih adalah kedelai impor. Lalu, kedelai

41 direndam selama tiga hingga empat jam. Setelah direndam, kedelai dicuci hingga bersih. Setelah bersih, kedelai digiling selama kurang lebih sepuluh menit.selesai digiling, bubur kedelai dipanaskan hingga mendidih selama kurang lebih 15 menit. Lalu, dilakukan penyaringan dengan kain saringan sifon. Proses penyaringan memakan waktu kurang lebih tujuh menit. Selesai disaring, proses selanjutnya adalah penggumpalan dan pengendapan bubur tahu dengan menambahkan batu tahu (sioko). Proses ini dilakukan selama 15 menit. Setelah menggendap, dilakukan proses pencetakan dan pemotongan. Pencetakan dan pemotongan membutuhkan waktu kurang lebih selama 30 menit. Selesai dicetak dan dipotong, tahu direndam kembali dengan air kunyit selama 10 hingga 15 menit. Setelah selesai, tahu kembali diangkat dan disimpan di rak papan tahu hingga setengah dingin sebelum proses pembungkusan atau pengepakan. Berikut adalah tabel perbandingan proses produksi yang dilakukan oleh ketiga usaha tahu tersebut. Tabel 14 Perbandingan proses produksi tahu Usaha Tahu No. Keterangan Pak Uci Dalam Hubeis (2013) 1 Pemilihan Kedelai Impor (US Tahu Raos Bandung 25 Usaha Tahu Pak Aris Soybean) Kedelai impor (US Soybean) Impor (US Soybean) 2. Perendaman dan pencucian kedelai Selama 2.5 jam, lalu Dicuci dengan air biasa Selama 2 jam, lalu dicuci dengan air biasa hingga bersih Selama 3-4 jam, lalu dicuci dengan air biasa 3. Penggilingan kedelai 10 menit dengan mesin diesel 10 menit dengan mesin diesel 10 menit dengan mesin diesel 4. Pendidihan bubur kedelai 30 menit 30 menit 15 menit 5. Penyaringan 10 menit dengan kain saringan sifon 10 menit dengan kain saringan sifon 7 10 menit dengan kain saringan 6. Penggumpalan dan pengendapan 15 menit dengan batu tahu (sioko) 15 menit dengan asam cuka sifon 15 menit dengan batu tahu (sioko) 7. Pencetakan dan 30 menit 30 menit 30 menit pemotongan 8. Pengunyitan 15 menit 15 menit menit Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai Dalam manajemen terdapat empat fungsi manajemen yang sudah dikenal itu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian (controlling) (Japarsadiq, 2013). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari semua fungsi manajeman karena menjadi pedoman awal untuk menjalankan suatu usaha. Fungsi perencanaan dapat

42 26 mengurangi ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa mendatang, seperti ketidakpastian harga harga bahan baku utama. Dalam penelitian ini, kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku utama industri tahu mempengaruhi kinerja dari ketiga usaha tahu yang menjadi objek penelitian. Untuk itu fungsi manajemen perencanaan diperlukan untuk menyusun strategi atau langkahlangkah penyesuaian yang akan dilakukan bilamana terjadi kenaikan harga kedelai. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan di ketiga usaha tahu di Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, tidak banyak langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan masing-masing usaha dalam menghadapi kenaikan harga kedelai. Pada usaha tahu Pak Aris, langkah penyesuaian yang dipilih adalah dengan menaikkan harga jual tahu sebesar Rp 1000 hingga Rp 2000 per papan. Langkah tersebut pernah dilakukan usaha tahu Pak Aris pada saat lonjakan harga kedelai pada tahun Sedangkan usaha Tahu Raos Bandung lebih memilih langkah penyesuaian dengan mengecilkan ukuran tahu daripada menaikkan harga jual. Menurut Pak Nanang, salah satu pegawai usaha tahu ini, konsumen lebih sensitif terhadap perubahan harga jual dibandingkan ukuran tahu. Karena itu, usaha ini memilih langkah mengecilkan ukuran tahu demi menjaga kesetiaan pelanggannya. Lain halnya dengan usaha Tahu Pak Uci, usaha ini tidak melakukan langkah penyesuaian menaikkan harga jual maupun mengecilkan ukuran tahu melainkan mempertahankan harga jual dan ukuran tahu, meskipun keuntungan yang didapat berkurang. Usaha tahu Pak Uci akan tetap mempertahankan kedua hal tersebut bilamana usahanya masih dapat menghasilkan keuntungan, meskipun keuntungannya sangat kecil. Apabila harga kedelai melonjak drastis seperti pada tahun 2008, beliau memilih untuk mogok berproduksi sebagai tindakan protes kepada pemerintah. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Biaya Sebelum melakukan analisis profitabilitas suatu usaha, terlebih dahulu dilakukan analisis biaya dari usaha yang bersangkutan. Biaya terdiri dari berbagai macam jenis tergantung dari kebutuhan jenis usaha yang bersangkutan, terutama dalam hal proses produksi. Dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan atau dalam hal ini volume penjualan, biaya dapat digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Berikut merupakan penjabaran struktur biaya dari ketiga usaha tahu yang menjadi objek dalam penelitian ini. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu, yang terdiri dari beberapa faktor yang disesuaikan dari jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Dalam hal ini, kegiatan usaha yang menjadi objek penelitian adalah usaha tahu yang dilakukan oleh tiga pengusaha atau produsen. Faktor-faktor yang dijadikan biaya tetap dalam penelitian ini antara lain

43 biaya investasi, biaya penyusutan investasi, biaya peralatan, biaya penyusutan peralatan, dan biaya lain-lain. Berikut adalah penjabaran biaya tetap dari masingmasing ketiga usaha tahu. 1. Usaha Tahu Pak Uci Saat awal mendirikan usaha tahu, investasi awal yang dikeluarkan untuk tanah dan bangunan seluas 150 m 2 adalah sebesar Rp Tanah dan bangunan memiliki umur ekonomis kurang lebih 25 tahun dengan presentase penyusutan per tahun sebesar empat persen atau sekitar Rp Dikarenakan investasi awal pada usaha tahu Pak Uci hanya berupa tanah dan bangunan, maka total biaya investasi usaha ini adalah sebesar Rp dengan total biya penyusutan investasi sebesar Rp Selain biaya investasi beserta penyusutannya, komponen yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah biaya peralatan dan penyusutannya. Tabel 15 akan menjelaskan biaya peralatan usaha tahu Pak Uci. Tabel 15 Biaya peralatan usaha tahu Pak Uci No Uraian Jumlah Umur Ekonomi (tahun) Biaya (Rp/unit) Penyusutan (%) Penyusutan per Unit (Rp) 27 Biaya Penyusutan (Rp) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Blower Cetakan Bak plastik uk besar 9 Ember Kain Pengaduk kayu Tanggok bambu Penggaris bambu Total per tahun (Rp) Pada Tabel 15 dapat terlihat bahwa masing-masing peralatan mempunyai biaya penyusutan yang berbeda-beda tergantung dari umur ekonominya. Umur ekonomi terlama dimiliki oleh mesin diesel, yaitu selama 15 tahun dengan presentasi penyusutan 7 persen per tahun atau sekitar Rp dengan nilai sisa Rp Selanjutnya, mesin giling dan blower memiliki umur ekonomi sepuluh tahun dengan presentase penyusutan sebesar sepuluh persen atau setara dengan Rp per tahun untuk mesin giling dan Rp per tahun untuk blower. Sedangkan pompa air memiliki umur ekonomi selama tujuh tahun denngan biaya penyusutan sebesar Rp atau sebesar 14 persen. Tungku semen, bak semen, bak plastik, ember, dan tanggok bambu memiliki umur ekonomi dan presentasi penyusutan yang sama, yaitu lima tahun umur ekonomis dan 20 persen, namun dengan biaya penyusutan yang berbedabeda. Biaya penyusutan untuk per unit tungku semen adalah Rp , maka total biaya penyusutan untuk dua unit tungku semen ialah Rp Bak semen biaya penyusutannya sebesar Rp Untuk plastik dan ember biaya penyusutan masing-masing per unit adalah Rp dan Rp Sisanya, seperti kain saringan, pengaduk kayu, dan penggaris bambu merupakan peralatan

44 28 dengan umur ekonomi terpendek, yaitu hanya satu tahun. Total dari biaya penyusutan peralatan usaha tahu Pak Uci ialah sebesar Rp Analisis biaya pada penelitian ini menggunakan periode waktu satu tahun, maka biaya peralatan yang memiliki umur ekonomi satu tahun termasuk ke dalam biaya tetap, seperti kain saringan, pengaduk kayu, dan penggaris bambu. Biaya tetap lainnya ialah biaya penyusutan investasi dan biaya penyusutan peralatan. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya produksi karena berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain biaya produksi, terdapat juga biaya non produksi yang termasuk ke dalam perhitungan sebagai biaya tetap. Pada Tabel 20 terlihat bahwa total biaya non produksi usaha tahu Pak Uci adalah sebesar Rp yang mencakup biaya perawatan mesin giling sebesar Rp per tahun, biaya listrik Rp per tahun dan biaya telepon Rp per tahun. Tabel 16 Biaya non produksi usaha tahu Pak Uci No Uraian Biaya (Rp) 1 Biaya perawatan mesin giling Biaya listrik Biaya telepon Total Biaya Usaha Tahu Raos Bandung Seperti halnya usaha tahu Pak Uci, investasi awal yang dikeluarkan hanya untuk tanah dan bangunan seluas 200 m 2, yaitu sebesar Rp Tanah dan bangunan memiliki umur ekonomis kurang lebih 25 tahun dengan presentase penyusutan per tahun sebesar empat persen atau sekitar Rp Dikarenakan investasi awal pada usaha Tahu Raos Bandung hanya berupa tanah dan bangunan, maka total biaya investasi usaha ini adalah sebesar Rp dengan total biya penyusutan investasi sebesar Rp Selain biaya investasi beserta penyusutannya, komponen yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah biaya peralatan dan penyusutannya. Tabel 17 Biaya peralatan usaha Tahu Raos Bandung No Uraian Jumlah Umur Ekonomi (tahun) Biaya (Rp/unit) Penyusutan (%) Penyusutan per Unit (Rp) Biaya Penyusutan (Rp) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Tanggok besi Cetakan stainless steel 8 Bak plastik uk besar 9 Ember Kain Pengaduk kayu Penggaris bambu Total per tahun (Rp)

45 Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa peralatan yang memiliki umur ekonomi terpanjang selama 15 tahun, yaitu mesin diesel, tanggok besi, dan cetakan stainless steel. Masing-masing peratalan tersebut memiliki presentasi penyusutan sebesar tujuh persen dengan total biaya penyusutan per tahun masing-masing yaitu Rp untuk mesin diesel, Rp untuk tanggok besi dan Rp untuk cetakan stainless steel. Mesin giling memiliki umur ekonomi terlama kedua yaitu sepuluh tahun dengan presentase penyusutan sebesar sepuluh persen atau sebesar Rp per tahun. Biaya penyusutan untuk pompa air adalah sebesar Rp dengan umur ekonomi selama tujuh tahun dan presentase penyusutan 14 persen. Tungku semen, bak semen, bak plastik dan ember memiliki umur ekonomi dan presentase penyusutan yang sama yaitu lima tahun dan 20 persen. Biaya penyusutan per unit tungku semen adalah sebesar Rp , maka total penyusutan untuk dua unit tungku semen adalah Rp Begitu pun dengan bak semen, biaya penyusutan per unit bak semen adalah Rp , maka total penyusutan untuk dua unit bak semen adalah Rp Sedangkan total biaya penyusutan bak plastik dan ember masing-masing adalah Rp dan Rp Peralatan lainnya seperti kain, pengaduk kayu dan penggaris bambu memiliki umur ekonomi satu tahun dengan biaya penyusutan masing-masing Rp untuk kain dan Rp untuk pengaduk kayu. Adapun total dari biaya penyusutan peralatan usaha Tahu Raos Bandung dalam satu tahun adalah sebesar Rp Selain itu, terdapat juga biaya non produksi yang termasuk ke dalam perhitungan sebagai biaya tetap. Pada Tabel 21 terlihat bahwa total biaya non produksi usaha Tahu Raos Bandung adalah sebesar Rp yang mencakup biaya perawatan mesin giling sebesar Rp per tahun, biaya listrik Rp per tahun dan biaya telepon Rp per tahun. Tabel 18 Biaya non produksi usaha Tahu Raos Bandung No Uraian Biaya (Rp) 1 Biaya perawatan mesin giling Biaya listrik Biaya telepon Total Biaya Usaha Tahu Pak Aris Tidak berbeda dengan usaha tahu Pak Uci dan Tahu Raos Bandung, investasi awal yang dikeluarkan hanya untuk tanah dan bangunan seluas 400 m 2, yaitu sebesar Rp Tanah dan bangunan memiliki umur ekonomis kurang lebih 25 tahun dengan presentase penyusutan per tahun sebesar empat persen atau sekitar Rp Dikarenakan investasi awal pada usaha Tahu Raos Bandung hanya berupa tanah dan bangunan, maka total biaya investasi usaha ini adalah sebesar Rp dengan total biya penyusutan investasi sebesar Rp Selain biaya investasi beserta penyusutannya, komponen yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah biaya peralatan dan penyusutannya. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa peralatan yang memiliki umur ekonomi terpanjang selama 15 tahun, yaitu mesin diesel dengan presentasi penyusutan sebesar tujuh persen dan biaya penyusutan sebesar Rp Mesin giling dan blower memiliki umur 29

46 30 ekonomi terlama kedua yaitu sepuluh tahun dengan presentase penyusutan sebesar sepuluh persen dan biaya penyusutan masing-masing yaitu Rp dan Rp Tabel 19 Biaya peralatan usaha tahu Pak Aris No Uraian Jumlah Umur Ekonomi (tahun) Biaya (Rp/unit) Penyusutan (%) Penyusutan per Unit (Rp) Biaya Penyusutan (Rp) 1 Mesin diesel Mesin giling Tungku semen Bak semen Pompa air Blower Cetakan stainless steel 7 Bak plastik uk besar 8 Ember Kain Pengaduk kayu Tanggok bambu Penggaris bambu Total per tahun (Rp) Biaya penyusutan satu unit pompa air adalah sebesar Rp dengan umur ekonomi selama tujuh tahun dan presentase penyusutan 14 persen, maka total biaya penyusutan tiga unit pompa air adalah sebesar Rp Tungku semen, bak semen, bak plastik, ember, dan tanggok bambu memiliki umur ekonomi dan presentase penyusutan yang sama yaitu lima tahun dan 20 persen. Biaya penyusutan per unit tungku semen adalah sebesar Rp , maka total penyusutan untuk dua unit tungku semen adalah Rp Begitu pun dengan bak semen, biaya penyusutan per unit bak semen adalah Rp , maka total penyusutan untuk empat unit bak semen adalah Rp Total biaya penyusutan bak plastik dan ember masing-masing adalah Rp dan Rp 9 600, sedangkan biaya penyusutan tanggok bambu adalah sebesar Rp Peralatan lainnya seperti kain, pengaduk kayu dan penggaris bambu memiliki umur ekonomi satu tahun dengan biaya penyusutan masing-masing Rp untuk kain dan Rp untuk pengaduk kayu. Adapun total dari biaya penyusutan peralatan usaha Tahu Raos Bandung dalam satu tahun adalah sebesar Rp Selain itu, terdapat juga biaya non produksi yang termasuk ke dalam perhitungan sebagai biaya tetap. Pada Tabel 26 terlihat bahwa total biaya non produksi usaha tahu Pak Aris adalah sebesar Rp yang mencakup biaya perawatan mesin giling sebesar Rp per tahun, biaya listrik Rp per tahun dan biaya telepon Rp per tahun. Tabel 20 Biaya non produksi usaha tahu Pak Aris No Uraian Biaya (Rp) 1 Biaya perawatan mesin giling Biaya listrik Biaya telepon Total Biaya

47 31 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan jumlah produk yang akan diproduksi. Komponen yang termasuk ke dalam biaya variabel, antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar. Berikut merupakan penjabaran biaya variabel dari masing-masing usaha. 1. Usaha Tahu Pak Uci Bahan baku yang dibutuhkan usaha tahu ini dalam sehari antara lain 100 kg kedelai, 5 kg garam, 3 kg kunyit, dan batu tahu secukupnya. Biaya yang dikeluarkan per kilogram kedelai, garam dan kunyit adalah Rp 8 500, Rp dan Rp Berdasarkan Tabel 21, dalam sehari, biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku usaha tahu Pak Uci kurang lebih sebesar Rp , maka dalam setahun biaya bahan baku sebesar Rp Tabel 21 Biaya variabel usaha tahu Pak Uci No Uraian Jumlah Biaya (Rp/satuan) Total per Hari (Rp) Total per Tahun (Rp) Bahan baku Kedelai (Kg) Garam (Kg) Kunyit (Kg) Batu tahu secukupnya Total biaya bahan baku Tenaga Kerja Upah TK (orang) Total biaya tenaga kerja Bahan Bakar Solar (liter) Kayu bakar seperlunya Total biaya bahan bakar Total biaya variabel Untuk tenaga kerja, usaha ini mempunyai tiga orang pekerja dengan upah borongan Rp per 10 kg kedelai, maka biaya untuk mengolah 100 kg kedelai adalah Rp Biaya tersebut dibagi dengan jumlah pekerja menjadi Rp per orang. Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp Biaya variabel lainnya adalah biaya bahan bakar yang terdiri dari solar dan kayu bakar. Solar digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel, sedangkan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan kedelai. Dalam sehari, usaha ini membutuhkan dua liter solar dengan total biaya sebesar Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk kayu bakar dalam sehari adalah Rp Maka, total biaya bahan bakar adalah Rp per hari atau sebesar Rp per tahun. Adapun total biaya variabel usaha tahu Pak Uci adalah sebesar Rp per tahun.

48 32 2. Usaha Tahu Raos Bandung Bahan baku yang dibutuhkan usaha tahu ini dalam sehari antara lain 200 kg kedelai, 15 kg garam, 15 kg kunyit, dan asam cuka secukupnya. Biaya yang dikeluarkan per kilogram kedelai, garam dan kunyit adalah Rp 8 000, Rp dan Rp Berdasarkan Tabel 22, dalam sehari, biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku usaha Tahu Raos Bandung kurang lebih sebesar Rp , maka dalam setahun biaya bahan baku sebesar Rp Tabel 22 Biaya variabel usaha Tahu Raos Bandung No Uraian Jumlah Biaya (Rp/satuan) Total per Hari (Rp) Total per Tahun (Rp) Bahan baku Kedelai (Kg) Garam (Kg) Kunyit (Kg) Batu tahu secukupnya Total biaya bahan baku Tenaga Kerja Upah TK (orang) Total biaya tenaga kerja Bahan Bakar Solar (liter) Kayu bakar seperlunya Total biaya bahan bakar Total biaya variabel Untuk tenaga kerja, usaha ini mempunyai empat orang pekerja dengan upah borongan Rp per 10 kg kedelai, maka biaya untuk mengolah 200 kg kedelai adalah Rp Biaya tersebut dibagi dengan jumlah pekerja menjadi Rp per orang. Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp Biaya variabel lainnya adalah biaya bahan bakar yang terdiri dari solar dan kayu bakar. Solar digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel, sedangkan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan kedelai. Dalam sehari, usaha ini membutuhkan empat liter solar dengan total biaya sebesar Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk kayu bakar dalam sehari adalah Rp Maka, total biaya bahan bakar adalah Rp per hari atau sebesar Rp per tahun. Adapun total biaya variabel usaha Tahu Raos Bandung adalah sebesar Rp per tahun. 3. Usaha Tahu Pak Aris Bahan baku yang dibutuhkan usaha tahu ini dalam sehari antara lain 300 kg kedelai, 40 kg garam, 8 kg kunyit, dan batu tahu secukupnya. Biaya yang dikeluarkan per kilogram kedelai, garam dan kunyit adalah Rp 8 000, Rp dan Rp Berdasarkan Tabel 23, dalam sehari, biaya yang dikeluarkan untuk

49 bahan baku usaha Tahu Raos Bandung kurang lebih sebesar Rp , maka dalam setahun biaya bahan baku sebesar Rp Tabel 23 Biaya variabel usaha tahu Pak Aris No Uraian Jumlah Biaya (Rp/satuan) Total per Hari (Rp) 33 Total per Tahun (Rp) Bahan baku Kedelai (Kg) Garam (Kg) Kunyit (Kg) Batu tahu secukupnya Total biaya bahan baku Tenaga Kerja Upah TK (orang) Total biaya tenaga kerja Bahan Bakar Solar (liter) Kayu bakar seperlunya Total biaya bahan bakar Total biaya variabel Untuk tenaga kerja, usaha ini mempunyai enam orang pekerja dengan upah borongan Rp per 10 kg kedelai, maka biaya untuk mengolah 300 kg kedelai adalah Rp Biaya tersebut dibagi dengan jumlah pekerja menjadi Rp per orang. Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp Biaya variabel lainnya adalah biaya bahan bakar yang terdiri dari solar dan kayu bakar. Solar digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel, sedangkan kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pengolahan kedelai. Dalam sehari, usaha ini membutuhkan enam liter solar dengan total biaya sebesar Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk kayu bakar dalam sehari adalah Rp Maka, total biaya bahan bakar adalah Rp per hari atau sebesar Rp per tahun. Adapun total biaya variabel usaha Tahu Raos Bandung adalah sebesar Rp per tahun. Total Biaya Usaha Total biaya usaha merupakan jumlah keseluruhan biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dari suatu kegiatan usaha. Penjabaran mengenai biaya tetap dan biaya variabel telah dijelaskan sebelumnya. Tabel 24 menunjukkan perbandingan total biaya usaha yang dikeluarkan ketiga pengusaha tahu setiap tahunnya. Pada komponen biaya terdapat, terdapat biaya lain-lain dimana biaya tersebut merupakan biaya peralatan yang memiliki umur satu tahun, seperti kain, pengaduk kayu dan penggaris bambu.

50 34 Tabel 24 Total biaya usaha ketiga pengusaha tahu Jumlah (Rp) No Uraian Usaha Tahu Pak Uci Usaha Tahu Raos Bandung Usaha Tahu Pak Aris Biaya Tetap 1 Biaya penyusutan investasi 2 Biaya penyusutan peralatan produksi 3 Biaya listrik Biaya telepon Biaya perawatan mesin giling 6 Biaya lain-lain Total biaya tetap Biaya variabel 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya bahan bakar Total biaya variabel Total biaya usaha (Rp) Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa total biaya usaha tertinggi dimiliki oleh usaha tahu Pak Aris, yaitu sebesar Rp Lalu, diikuti oleh usaha Tahu Raos Bandung sebesar Rp dan usaha tahu Pak Uci sebesar Rp Perbedaan total biaya usaha tersebut dipengaruhi oleh kapasitas produksi masing-masing pengusaha. Dalam penelitian ini, usaha tahu Pak Aris memiliki kapasitas produksi terbesar yaitu 300 kg kedelai, maka hal yang wajar jika total biaya usaha ini menjadi total biaya usaha terbesar. Volume Penjualan Informasi mengenai volume penjualan diperlukan dalam menganalisis titik impas (break event point) suatu kegiatan usaha. Informasi ini dapat berupa total penjualan dalam rupiah dan total bobot penjualan. Pada Tabel 25 dan Tabel 26 dapat telihat jumlah produk yang dihasilkan masing-masing usaha. Tabel 25 Volume penjualan berdasarkan satuan rupiah No Pengusaha Total Jumlah Harga Penjualan Penjualan (papan) (Rp/papan) (Rp/hari) (Rp/tahun) 1 Usaha tahu Pak Uci Usaha Tahu Raos Bandung 3 Usaha tahu Pak Aris

51 Tabel 26 Volume penjualan berdasarkan satuan kilogram No Pengusaha Jumlah potong Bobot per potong (gr) Penjualan (Kg/hari) 35 Total Penjualan (Kg/tahun) 1 Usaha tahu Pak Uci Usaha Tahu Raos Bandung 3 Usaha tahu Pak Aris Usaha tahu Pak Uci menghasilkan potong tahu dengan bobot gram per potong dimana dijual dengan harga Rp per papan. Satu papan tahu berisi 100 potong tahu, maka total produksi usaha tahu Pak Uci adalah 80 papan. Penjualan usaha tahu Pak Uci adalah Rp per hari atau sebesar Rp per tahun. Dalam sehari, usaha Tahu Raos Bandung menghasilkan 200 papan tahu dengan total bobot 648 kg. Tahu tersebut dijual per papan dengan harga Rp , maka total penjualan hariannya adalah Rp Dalam setahun, total penjualan usaha Tahu Raos Bandung mencapai Rp Sedangkan usaha Tahu Pak Aris dapat menghasilkan 300 papan tahu dengan total bobot 877 kg. Tahu tersebut sama-sama dijual per papan tahu dengan harga Rp per papan. Dalam sehari, penjualan tahu Pak Aris adalah Rp Maka dalam setahun, total penjualannya adalah sebesar Rp Berdasarkan Tabel 25 terlihat bahwa pendapatan penjualan tertinggi didapatkan oleh usaha tahu Pak Aris. Usaha tahu tersebut memiliki total penjualan tertinggi karena menghasilkan produk tahu lebih banyak dari usaha lainnya. Untuk menghasilkan produk tahu yang lebih banyak, maka diperlukan untuk meningkatkan volume atau kapasitas usaha tahu, sehingga pendapatan yang diterima lebih besar. Analisis Titik Impas dan Profitabilitas Analisis Titik Impas Analisis titik impas merupakan keadaan atau kondisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis ini mampu memberikan informasi mengenai tingkat volume penjualan, serta kemungkinan dalam memperoleh laba menurut tingkat penjualannya. Penjualan pada tingkat tertentu menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh suatu usaha. Hasil penilaian terhadap analisis ini dapat berupa nilai uang dan nilai barang, dimana pada saat tersebut selisih penerimaan dan pengeluaran sama dengan nol. Analisis nilai tambah ketiga usaha tahu dapat dilihat pada Tabel 27. Pada Tabel 27 terlihat bahwa usaha Tahu Raos Bandung memiliki nilai BEP terendah baik dalam unit maupun rupiah. Hal tersebut dikarenakan Tahu Raos Bandung memiliki nilai variabel rata-rata terkecil diantara usaha lainnya. Walaupun harga output per kilogram usaha tahu Pak Aris lebih besar dibandingkan usaha Tahu Raos Bandung, hal tersebut tidak menjadikan usaha tahu Pak Aris lebih cepat mencapai BEP karena terdapat faktor lain yang mempengaruhi, diantaranya biaya tetap total dan biaya variabel rata-rata. Pada tabel terlihat bahwa biaya tetap total dan biaya variable rata-rata usaha tahu Pak Aris sangat tinggi dibandingkan usaha lainnya.

52 36 Haltersebut dikarenakan besarnya jumlah kapasitas produksi usaha tahu Pak Aris yang digunakan sehingga berpengaruh pada biaya yang dibutuhkan semakin besar. Tabel 27 Analisis titik impas ketiga usaha tahu No Uraian Usaha Tahu Usaha Tahu Usaha Tahu Pak Uci Raos Bandung Pak Aris 1 Total produksi (bungkus) Volume produksi (kg) Harga jual (Rp/bungkus) Penerimaan (Rp) Biaya variabel total (Rp) Biaya tetap total (Rp) Biaya variabel rata-rata (Rp/kg) 8 Harga output (Rp/kg) BEP unit (kg) BEP rupiah (Rp) Berdasarkan Tabel 27 terlihat bahwa penerimaan ketiga usaha tahu tersebut sudah berada pada kondisi di atas titik impas. Hal tersebut berarti bahwa ketiga usaha tersebut telah mampu berproduksi di atas titik impas yang harus dicapai agar tidak menderita kerugian. Hal tersebut dapat dilihat melalui ketiga gambar di bawah ini dimana menunjukkan grafik titik impas dari masing-masing usaha tahu. Penerimaan, Biaya (Rp) Penerimaan Biaya total Biaya variabel Biaya tetap O Volume Penjualan (kg) Gambar 4 Titik impas usaha tahu Pak Uci

53 37 Penerimaan, Biaya (Rp) Penerimaan Biaya total Biaya variabel Biaya tetap O Volume Penjualan (kg) Gambar 5 Titik impas usah Tahu Raos Bandung Penerimaan, Biaya (Rp) Penerimaan Biaya total Biaya variabel Biaya tetap O Volume Penjualan (kg) Gambar 6 Titik impas usaha tahu Pak Aris Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas merupakan suatu analisis untuk melihat kemampuan suatu usaha dalam memperoleh laba dari hasil penjualan dimana dapat diperkirakan berdasarkan hasil perkalian antara nilai Margin Of Safety (MOS) dengan Marginal Income Ratio (MIR). Nilai Margin Of Safety (MOS) menunjukkan informasi mengenai berapa jumlah maksimal penurunan target

54 38 penjualan yang boleh terjadi dimana suatu usaha tidak akan mengalami kerugian. semakin besar nilainya, maka kondisi usaha tersebut semakin baik karena memiliki kemampuan toleransi terhadap penurunan penjualan semakin besar. Selain itu, nilai MOS yang semakin besar akan memperbesar kesempatan kegiatan usaha dalam memperoleh laba. Sedangkan Margin Income Ratio (MIR) memberikan informasi seberapa besar kemampuan usaha tersebut dapat menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba atau keuntungan. Berikut adalah analisis profitabilitas ketiga usaha tahu. Tabel 28 Analisis profitabilitas usaha tahu No Uraian Usaha Tahu Usaha Tahu Usaha Tahu Pak Uci Raos Bandung Pak Aris 1 Total produksi (bungkus) Volume produksi (kg) Harga jual (Rp/bungkus) Penerimaan (Rp) Biaya variabel total (Rp) Biaya tetap total (Rp) Biaya variabel rata-rata (Rp/kg) 8 Harga output (Rp/kg) BEP unit (kg) BEP rupiah (Rp) MOS (%) MIR (%) Profitabilitas (%) Margin Of Safety (MOS) merupakan pembagian antara selisih antara hasil penjualan dan nilai BEP dalam rupiah dengan hasil penjualan usaha itu sendiri. Sedangkan Marginal Income Ratio (MIR) merupakan pembagian antara selisih dari hasil penjualan dan biaya variabel rata-rata dengan hasil penjualan usaha itu sendiri. Dengan mengalikan nilai MOS dan MIR akan menunjukkan tingkat profitabilitas, yaitu ukuran seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba. Pada tabel terlihat bahwa nilai usaha tahu Pak Aris memiliki nilai MOS, MIR dan profitabilitas tertinggi dibandingkan usaha lainnya. Hal tersebut dikarenakan harga output per kilogram usaha tahu Pak Aris yang tinggi, sehingga penerimaan yang didapatkan dari usaha tahu menjadi tinggi. Dalam hal ini terlihat bahwa semakin besar kapasitas produksi suatu usaha maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan. Tetapi, ketiga nilai (MOS, MIR, dan profitabilitas) yang didapatkan usaha tahu Pak Aris tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan usaha Tahu Raos Bandung. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha Tahu Raos Bandung sudah dapat menggunakan jumlah bahan baku yang tepat sehingga dapat menekan biaya produksi. Sehingga apabila jumlah baku ditambahkan, maka akan menambah biaya produksi walaupun penerimaannya semakin besar pula.

55 39 Analisis Nilai Tambah Usaha Tahu Pak Uci Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa bobot berat tahu yang dihasilkan usaha tahu Pak Uci adalah 323 kilogram per hari dengan bahan baku utama berupa kacang kedelai sebanyak 100 kilogram. Perbandingan antara bobot berat tahu dengan jumlah bahan baku tersebut menghasilkan faktor konversi sebesar 3.23, yang menandakan bahwa setiap kilogram kacang kedelai yang diolah menghasilkan output tahu sebanyak 3.23 kilogram. Tabel 29 Analisis nilai tambah tahu Pak Uci Variabel Satuan Nilai I. Output, Input, dan Harga 1. Output/total produksi Kg/hari Input/bahan baku Kg/hari Tenaga kerja HOK/hari Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja HOK/kg Harga output Rp/kg Upah tenaga kerja Rp/HOK II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rp/kg Sumbangan input lain Rp/kg Nilai output Rp/kg a. Nilai tambah Rp/kg b. Rasio nilai tambah % a. Pendapatan tenaga kerja Rp/kg b. Pangsa tenaga kerja % a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat keuntungan % III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin Rp/kg a. Pendapatan tenaga kerja % b. Sumbangan input lain % 1.86 c. Keuntungan pengusaha % Dalam sehari, usaha tahu Pak Uci membutuhkan tenaga kerja sebesar 30 HOK. Apabila jumlah tenaga kerja tersebut dibagi dengan faktor konversi akan diperoleh nilai koefisien tenaga kerja yaitu 0.3. koefisien tenaga kerja menunjukkan waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk mengolah tiap kilogram kacang kedelai agar menjadi tahu. Harga kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama adalah Rp 8500 per kilogram, sedangkan untuk sumbangan input lainnya adalah Rp 310 per kilogram tahu yang dihasilkan. Nilai output tahu yang dihasilkan usaha tahu Pak Uci adalah sebesar Rp per kilogram. Nilai tersebut merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga output. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan tiap kilogram kacang kedelai menjadi tahu adalah sebesar Rp dengan rasio nilai

56 40 tambah sebesar persen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 100 nilai output tahu akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp Berdasarkan perhitungan nilai tambah, keuntungan yang didapat dari usaha tahu Pak Uci adalah sebesar Rp dengan tingkat keuntungan sebesar persen. Sedangkan pendapatan tenaga kerja hanya sebesar Rp dengan tingkat pangsa tenaga kerja sebesar persen. Tahu Raos Bandung Berdasarkan Tabel 30 terlihat bahwa bobot berat tahu yang dihasilkan Tahu Raos Bandung per hari adalah 648. kilogram. Bahan baku yang termasuk dalam perhitungan nilai tambah adalah bahan baku utama yaitu kacang kedelai, dimana dalam sehari usaha Tahu Raos Bandung mengolah kacang kedelai sebanyak 200 kilogram. Perbandingan antara bobot berat tahu dengan jumlah bahan baku dalam satu hari menghasilkan faktor konversi sebesar 3.24, yang menandakan bahwa setiap kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 3.24 kilogram tahu. Tabel 30 Analisis nilai tambah Tahu Raos Bandung Variabel Satuan Nilai I. Output, Input, dan Harga 1. Output/total produksi Kg/hari Input/bahan baku Kg/hari Tenaga kerja HOK/hari Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja HOK/kg Harga output Rp/kg Upah tenaga kerja Rp/HOK II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rp/kg Sumbangan input lain Rp/kg Nilai output Rp/kg a. Nilai tambah Rp/kg b. Rasio nilai tambah % a. Pendapatan tenaga kerja Rp/kg b. Pangsa tenaga kerja % a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat keuntungan % III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin Rp/kg a. Pendapatan tenaga kerja % b. Sumbangan input lain % 3.52 c. Keuntungan pengusaha % Tabel 30 memperlihatkan bahwa dalam sehari seluruh tenaga kerja yang bekerja pada usaha Tahu Raos Bandung sebesar 44 HOK, yang jika dibagi dengan faktor konversi maka diperoleh hasil perhitungan koefisien tenaga kerja yaitu sebesar Koefisien tenaga kerja sebesar 0.22 menunjukan waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk mengolah tiap kilogram kedelai menjadi tahu adalah selama 0.22 jam. Harga kacang kedelai yang digunakan sebagai bahan

57 baku utama adalah Rp 8000 per kilogram, sedangkan untuk sumbangan input lainnya seperti garam, kunyit dan bahan penggumpal (asam cuka) adalah Rp 228 per kilogram tahu yang dihasilkan. Nilai output tahu yang diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dengan harga output atau tahu adalah sebesar Rp , hal tersebut menunjukkan bahwa nilai tahu yang dihasilkan dari tiap kilogram kacang kedelai adalah sebesar Rp Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu adalah sebesar Rp per kilogram kacang kedelai dengan rasio sebesar persen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 100 nilai output tahu akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp Keuntungan yang didapat dari usaha Tahu Raos Bandung berdasarkan perhitungan nilai tambah adalah sebesar Rp 5 172, dengan tingkat keuntungan sebesar persen. Sedangkan pendapatan tenaga kerja hanya sebesar Rp 1600 dengan tingkat pangsa tenaga kerja sebesar persen. Usaha Tahu Pak Aris Tabel 31 merupakan hasil analisis nilai tambah tahu untuk usaha tahu Pak Aris. Berdasarkan Tabel 31 Analisis nilai tambah tahu Pak Aris terlihat bahwa bobot berat tahu yang dihasilkan adalah 877 kilogram per hari. Kacang kedelai yang digunakan Pak Aris sebagai bahan baku utama adalah sebesar 300 kilogram. Tabel 31 Analisis nilai tambah tahu Pak Aris Variabel Satuan Nilai I. Output, Input, dan Harga 1. Output/total produksi Kg/hari Input/bahan baku Kg/hari Tenaga kerja HOK/hari Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja HOK/kg Harga output Rp/kg Upah tenaga kerja Rp/HOK II. Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku Rp/kg Sumbangan input lain Rp/kg Nilai output Rp/kg a. Nilai tambah Rp/kg b. Rasio nilai tambah % a. Pendapatan tenaga kerja Rp/kg b. Pangsa tenaga kerja % a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat keuntungan % III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14. Marjin Rp/kg a. Pendapatan tenaga kerja % b. Sumbangan input lain % 3.03 c. Keuntungan pengusaha %

58 42 Perbandingan antara bobot berat tahu dengan jumlah bahan baku yang digunakan menghasilkan faktor konversi sebesar Faktor konversi tersebut menunjukkan bahwa setiap kilogram kacang kedelai yang diolah menghasilkan 2.92 kilogram tahu. Tenaga kerja yang dibutuhkan usaha tahu Pak Aris untuk mengolah 300 kilogram kacang kedelai adalah sebesar 60 HOK per hari dengan koefisien tenaga kerja sebesar Koefisien tenaga kerja merupakan pembagian dari total HOK tenaga kerja yang dibutuhkan dengan faktor konversi. Hasil dari koefisien tenaga kerja menunjukkan waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk mengolah tiap kilogram kacang kedelai agar menjadi tahu. Harga bahan baku utama berupa kacang kedelai adalah Rp 8000 per kilogram, sedangkan untuk sumbangan input lainnya adalah sebesar Rp 212 per kilogram tahu yang dihasilkan. Nilai output tahu yang dihasilkan usaha tahu Pak Aris adalah sebesar Rp per kilogram. Nilai tersebut merupakan perkalian antara faktor konversi dengan harga output. Nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan tiap kilogram kacang kedelai menjadi tahu adalah sebesar Rp dengan rasio nilai tambah sebesar persen. Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp 100 nilai output tahu akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp Berdasarkan perhitungan nilai tambah, keuntungan yang didapat dari usaha tahu Pak Aris adalah sebesar Rp dengan tingkat keuntungan sebesar persen. Sedangkan pendapatan tenaga kerja hanya sebesar Rp 1450 dengan tingkat pangsa tenaga kerja sebesar persen. Perbandingan Hasil Analisis Perbandingan Analisis Profitabilitas Berdasarkan hasil perhitungan profitabilitas terhadap ketiga usaha tahu, terlihat bahwa ketiganya mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Berikut tabel perbandingan kemampuan ketiga usaha dalam menghasilkan laba. Tabel 32 Perbandingan hasil analisis profitabilitas Nilai No Uraian Usaha Tahu Pak Uci Usaha Tahu Raos Bandung Usaha Tahu Pak Aris 1 Penerimaan (Rp) Biaya variabel total (Rp) Biaya tetap total (Rp) Biaya variabel rata-rata (Rp/kg) 5 Harga output (Rp/kg) BEP unit (kg) MOS (%) MIR (%) Profotabilitas (%) Berdasarkan Tabel 32 Pada tabel terlihat bahwa nilai usaha tahu Pak Aris memiliki nilai MOS, MIR dan profitabilitas tertinggi dibandingkan usaha lainnya.

59 Hal tersebut dikarenakan harga output per kilogram usaha tahu Pak Aris yang tinggi, sehingga penerimaan yang didapatkan dari usaha tahu menjadi tinggi. Dalam hal ini terlihat bahwa semakin besar kapasitas produksi suatu usaha maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan. Tetapi, ketiga nilai (MOS, MIR, dan profitabilitas) yang didapatkan usaha tahu Pak Aris tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan usaha Tahu Raos Bandung. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha Tahu Raos Bandung sudah dapat menggunakan jumlah bahan baku yang tepat sehingga dapat menekan biaya produksi. Sehingga apabila jumlah baku ditambahkan, maka akan menambah biaya produksi walaupun penerimaannya semakin besar pula. Pada Tabel 32 terlihat bahwa saat kapasitas produksi 100 kg (usaha Pak Uci), biaya viariabel rata-ratanya merupakan biaya variabel rata-rata tertinggi. Lalu, saat kapasitas produksi 200 kg (usaha Tahu Raos Bandung) biaya variabel rata-ratanya merupakan biaya variabel rata-rata terkecil. Kemudian saat kapasitas produksi ditingkatkan kembali menjadi 300 kg (usaha tahu Pak Aris) biaya variabel rata-ratanya meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa usaha Tahu Raos Bandung dengan kapasitas produksi 200 kg merupakan skala usaha yang paling efisien karena memiliki struktur biaya terendah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka terlihat bahwa usaha tahu Pak Aris memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan laba atau keuntungan dibanding dengan usaha tahu Pak Uci dan Tahu Raos Bandung. Namun, usaha Tahu Raos Bandung dengan skala usaha kecil (200 kg) merupakan usaha tahu yang paling efisien karena apabila kapasitas produksinya ditingkatkan maka biaya variabel rata-ratanya akan kembali meningkat sehingga dikatakan skala usaha tidak ekonomis (diseconomies of scale). Perbandingan Analisis Nilai Tambah Analisis nilai tambah yang dilakukan terhadap usaha Usaha tahu Pak Uci, Tahu Raos Bandung, dan usaha tahu Pak Aris menunjukkan adanya perbedaan nilai tambah diantara ketiga usaha tersebut. Perbedaan nilai tambah dari ketiga usaha dapat terlihat pada Tabel 33. Tabel 33 Perbandingan hasil analisis nilai tambah tahu Nilai Usaha Usaha Tahu No Variabel Usaha Tahu Tahu Pak Raos Pak Aris Uci Bandung 1. Nilai Output (Rp/kg) a. Nilai Tambah (Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/kg) b. Pangsa Tenaga Kerja (%) a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat Keuntungan (%) Tabel 33 menunjukkan nilai tambah tertinggi didapatkan oleh usaha tahu Pak Aris, begitu pun dengan keuntungan dan tingkat keuntungan yang didapatkan. 43

60 44 Hal tersebut dikarenakan tingginya nilai output yang dihasilkan dan rendahnya nilai sumbangan imput lain (dapat dilihat pada Tabel 31). Selain itu, tingginya nilai tambah dan rendahnya pendapatan tenaga kerja mengakibatkan keuntungan yang didapatkan usaha tahu Pak Aris menjadi yang tertiggi. Rendahnya pendapatan tenaga kerja usaha tahu Pak Aris dibandingkan usaha tahu lainnya dikarenakan terlalu banyaknya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sehingga upah harian yang diterima para pekerja menjadi kecil. Nilai tambah yang didapatkan usaha tahu Pak Aris tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan oleh usaha Tahu Raos Bandung karena terlihat bahwa nilai output yang dihasilkan kedua usaha tersebut sama. Begitu pu dengan keuntungan yang didapatkan oleh usaha Tahu Raos Bandung tidak jauh berbeda dengan usaha tahu Pak Aris. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kapasitas produksi yang digunakan Tahu Raos Bandung (200 kg per hari) dapat menghasilkan nilai tambah dan keuntungan yang besar. Dengan meningkatkan kapasitas produksi seperti halnya usaha tahu Pak Aris, maka peningkatan nilai tambah dan keuntungannya menurun. Analisis Sensitivitas Pada penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat harga kedelai yang dapat menyebabkan kondisi BEP atau impas. Analisis yang dilakukan dengan cara mencoba memasukkan berbagai tingkat harga kedelai hingga mendapatkan nilai penerimaan sama dengan nilai pengeluarannya atau nilai total biaya usaha. Tabel 34 menunjukkan tingkat harga kedelai yang didapat saat ketiga usaha mencapai kondisi BEP. Tabel 34 Harga kedelai saat kondisi BEP Uraian Usaha Tahu Usaha Tahu Usaha Tahu Pak Uci Raos Bandung Pak Aris Harga kedelai Saat kenaikan harga mencapai % 35.8 % Pada Tabel 34 terlihat bahwa usaha tahu Pak Aris merupakan usaha yang lebih tahan dalam menghadapi kenaikan harga kedelai. Hal tersebut berkaitan dengan skala usaha dari usaha tahu tersebut. Dengan skala usaha yang lebih tinggi dari usaha lainnya, dalam hal ini kapasitas produksi terbesar, maka kekuatan dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi menjadi semakin besar. Dengan kata lain, semakin tinggi skala usaha maka semakin tinggi pula kekuatan dalam menghadapi kemungkinan perubahan yang akan terjadi, seperti kenaikan harga bahan baku.

61 45 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis profitabilitas yang telah dilakukan pada ketiga usaha tahu, didapatkan hasil bahwa usaha tahu Pak Aris dengan kapasitas produksi sebesar 300 kg per hari memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan laba atau keuntungan dibandingkan usaha tahu lainnya. Hal tersebut terlihat dari nilai profitabilitas yang diperoleh usaha tahu Pak Aris merupakan nilai profitabilitas tertinggi, yaitu sebesar persen. Sedangkan usaha Tahu Raos Bandung dan usaha tahu Pak Uci masing-masing sebesar persen dan persen. Berdasarkan analisis nilai tambah, usaha tahu Pak Aris sudah mampu mengolah kedelai secara baik dan benar terlihat dari nilai tambah dan keuntungan yang didapatkan merupakan nilai tertinggi, yaitu Rp dengan rasio nilai tambah persen dan Rp 5338 dengan tingkat keuntungan persen. Namun pendapatan tenaga kerja yang diterima Pak Aris merupakan nilai terendah dibandingkan usaha lainnya, yaitu Rp dengan pangsa tenaga kerja sebesar persen. Nilai tersebut merupakan nilai terkecil karena usaha tahu Pak Aris memiliki terlalu banyak tenaga kerja, sehingga biaya upah per tenaga kerjanya menjadi kecil. Berdasarkan analisis sensitivitas, usaha yang paling aman dalam menghadapi kenaikan harga kedelai dalam penelitian ini adalah usaha tahu Pak Aris karena mampu menghadapi kenaikan harga kedelai yang mencapai 35.8 persen. Sedangkan hasil analisis sensitivitas usaha Tahu Raos Bandung dan usaha tahu Pak Uci masing-masing sebesar 34.0 persen dan 22.9 persen. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini usaha tahu Pak Aris dengan skala usaha menengah (300 kg per hari) menghasilkan nilai profitabilitas dan nilai tambah tertinggi, dan usaha yang paling tahan dalam menghadapi kenaikan harga. Namun usaha tersebut merupakan skala usaha tidak ekonomis (diseconomies of scale) karena setiap peningkatan kapasitas produksinya disertai oleh kenaikan biaya rata-rata. Skala usaha yang paling efisien dalam penelitian ini adalah skala kecil dengan kapasitas produksi 200 kg, yaitu usaha Tahu Raos Bandung karena memiliki struktur biaya terendah sehingga merupakan pilihan yang tepat bagi produsen tahu. Saran Dalam penelitian ini, klasifikasi yang digunakan belum dapat mewakilkan skala usaha yang ada karena hasil yang didapatkan antara skala kecil dan skala menengah tidak jauh berbeda. Selain itu, sampel yang digunakan hanya satu dari masing-masing skala usaha. Sehingga, belum dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Karena itu, bagi para akademisis diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini dengan memperbaiki teknik pengambilan sampel dan memperbanyak sampel yang akan digunakan agar dapat mewakilkan keadaan yang sebenarnya.

62 46 DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS Studi Pendahuluan : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian Jakarta: Direktorat Pangan dan Pertanian, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasioanl. Cafah, G. F Analisis Biaya Produksi Pada Usaha Produksi Tahu di Pabrik Tahu Bandung Raos Cap Jempol, Dramaga, Bogor [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Carani, I Analisis Kinerja Saluran Pemasaran Industri Kecil Tahu (Kasus Pengrajin Tahu Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat) [Skripsi]. Bogor: IPB. DEPKOP Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun Dipetik Februari 3, 2013, dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah: DEPTAN Kinerja Produksi dan Harga Kedelai Serta Implikasinya Untuk Perumusan Kebijakan Percepatan Pencapaian Target Sukses Kementrian Pertanian. Diambil kembali dari Pusat Sosial dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian: Eprilianta, S Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu Dengan Metode Full Costing Pada Industri Kecil (Studi Kasus CV Laksa Mandiri) [Skripsi]. Bogor: IPB. Giska, Negara, S., & Rachmanta Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Usaha Industri Tahu di Kota Medan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hayami Agriculture Marketing and Processing in Upland Java Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor: CPGRT Centre. Husein, U Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Japarsadiq Fungsi-fungsi dan Tingkatan Manajemen. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin. Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor. (2013). Perkembangan Jumlah UMKM di Kota Bogor. Bogor: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor. Kemendag Profil Ekonomi : Tabel Harga Kebutuhan Pokok Nasional. Diambil kembali dari Kementrian Perdagangan Republik Indonesia: Kementrian Pertanian Impor Kedelai pernegara Asal Periode Januari - Mei Diambil kembali dari Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Pertanian: hasilimporkomoditi.asp Kementrian Pertanian Republik Indonesia Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia Tahun Dipetik Februari 18, 2013, dari 15b-konsumsi-rata.pdf Kustiari, R Analisis Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi PEngolahan Hasil Pertanian. Seminar Nasional Petani dan Pembangunan Pertanian. Bogor.

63 Mulyadi Akuntasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: YKPN. Patmawaty Analisis Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga (Studi Kasus : Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pusdatin Statistik Harga Komoditas Pertanian Tahun Diambil kembali dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat jenderal Kementrian Pertanian: /tinymcpuk/gambar/file/buku_statistik_harga_2013.pdf Puspitasari, T Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga (Studi Kasus Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga di Kecamatan Mampang Prapatan) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Rahardja, P Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Jakarta: LP FEUI. Soekartawi Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press. Supadi Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan. Analisis Kenijakan Pertanian Volume 7 No. 1, Swastha, S Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Yogyakarta: Liberty. Tunggadewi, A. T Analisis Profitabilitas Serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 47

64 LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Pendekatan dalam menentukan titik impas 1. Pendekatan teknik persamaan Secara matematis, titik impas produktivitas dapat dihitung sebagai berikut : π = (P. Q) (TVC + TFC) keadaan impas adalah jika π (keuntungan) = 0, maka : (P. Q) (TVC + TFC) = 0 BEP TC = TR (P. Q) = (TVC + TFC) (P. Q) TVC = TFC) (P. Q) (AVC. Q) = TFC Q(P AVC) = TFC BEP (impas dalam unit) = TFC P AVC BEP (impas dalam rupiah) = TFC 1 AVC P Keterangan : BEP = nilai impas produksi (unit atau rupiah) P = harga jual produk per unit (Rp/unit) TVC = biaya variabel total (Rp) TFC = biaya tetap totap (Rp) AVC = biaya rata-rata variabel per unit (Rp/unit) π = laba/keuntungan (Rp) 2. Pendekatan grafis Perhitungan titik impas dengan pendekatan ini dapat menunjukkan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik dimana titik pertemuan tersebut merupakan titik impas. Berikut adalah gambar dari perhitungan titik impas dengan pendekatan grafis.

65 49 Pendapatan, Biaya TR A TC P TVC B TFC O Q Volume Penjualan Gambar 7 Titik impas, laba, dan volume penjualan Sumber : Mulyadi (2001) Keterangan : TR TC TVC TFC Daerah A Daerah B P Q = penerimaan total (Rp) = biaya total (Rp) = biaya variabel total (Rp) = biaya tetap total (Rp) = daerah laba (daerah antara TR, impas dan TC) = daerah rugi, yaitu daerah antara P, impas, dan Q = Pendapatan, biaya = Volume penjualan Pada Gambar 1 terlihat bahwa titik impas terjadi pada perpotongan antara TR dengan TC yang ditunjukkan oleh tingkat output Q. Jika tingkat penjualan lebih kecil dari OQ, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dengan kata lain, hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, jika tingkat penjualan lebih besar dari OQ maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan karena hasil penjualan lebih besar dari biaya total yang telah dikeluarkan. Titik impas dapat berubah dengan adanya perubahan harga input, perubahan harga output, dan perubahan teknologi.

66 50 Lampiran 2. Dokumentasi Gambar 8 Ember untuk merendam kedelai Gambar 9 Proses pendidihan bubur kedelai Gambar 10 Mesin penggilingan kedelai Gambar 11 Proses pengunyitan kedelai

67 51 Gambar 12 Suasana di usaha Tahu Raos Bandung Gambar 13 Suasana di usaha tahu Pak Aris Gambar 14 Suasana di usaha tahu Pak Uci

68 52 Gambar 15 Proses penyaringan kedelai Gambar 16 Tempat batu tahu Gambar 17 Pengangkutan kayu bakar Gambar 18 Tempat penggilingan kedelai

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Arif Budiman, Jum atri Yusri, Ermi Tety Agriculture faculty of Universitas Riau arifbudiman_agb08@yahoo.com (085278306914) ABSTRACT

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN NILAI TAMBAH OLAHAN KEDELAI DI WILAYAH MALANG DWI JAYANTI NUR AINI

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN NILAI TAMBAH OLAHAN KEDELAI DI WILAYAH MALANG DWI JAYANTI NUR AINI ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN NILAI TAMBAH OLAHAN KEDELAI DI WILAYAH MALANG DWI JAYANTI NUR AINI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS 99 Buana Sains Vol 12 No 1: 99-103, 2012 PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS Muhsina, S. Masduki dan A A. Sa diyah PS. Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG 1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii RINGKASAN... iv LEMBARAN PENGESAHAN... vii RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv

Lebih terperinci

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan I PUTU RIDIA PRAMANA, I MADE SUDARMA, NI WAYAN PUTU ARTINI Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR PENGARUH PENINGKATAN HARGA KEDELAI TERHADAP KEUNTUNGAN DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI TAHU DI DESA LEUWEUNG KOLOT KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR VERANI RESTIA WIJAYA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU 1 ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU ANALYSIS OF INCOME AND VALUE ADDED OF CASSAVA TAPAI AGROINDUSTRY IN PEKANBARU CITY Ari Nurhayati Praptiwi 1, Ermi Tety

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang) ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang) Ulil Mar atissholikhah* Darsono** Eka Dewi Nurjayanti*** *Program Studi

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU STUDY ON ADDED VALUE OF SOYBEAN AGRIBUSINESS PRODUCT AT MAJU LESTARI TOFU INDUSTRY

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS USAHA TEPUNG MOCAF PADA KELOMPOK TANI SETIA DI KABUPATEN BOGOR MEITRI AMALIA

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS USAHA TEPUNG MOCAF PADA KELOMPOK TANI SETIA DI KABUPATEN BOGOR MEITRI AMALIA ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS USAHA TEPUNG MOCAF PADA KELOMPOK TANI SETIA DI KABUPATEN BOGOR MEITRI AMALIA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 8 [15 Januari 2010]

IV METODE PENELITIAN. 8  [15 Januari 2010] IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan industri tempe Semanan, Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi.

III. METODE PENELITIAN. Kumpulan dan i seluruh elemen (responden) tersebut dinamakan populasi. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kualu Nenas Keeamatan Tambang Kabupaten Kampar, Riau. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purfiosive),

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PENGRAJIN TAHU SUMEDANG SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA KEDELAI (Studi Kasus: Kecamatan Tanjungsari, Sumedang)

ANALISIS USAHA PENGRAJIN TAHU SUMEDANG SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA KEDELAI (Studi Kasus: Kecamatan Tanjungsari, Sumedang) ANALISIS USAHA PENGRAJIN TAHU SUMEDANG SEBELUM DAN SETELAH KENAIKAN HARGA KEDELAI (Studi Kasus: Kecamatan Tanjungsari, Sumedang) KIKY FITRIA AMBARWANGI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS SENSITIVITAS HARGABAHAN BAKUIMPOR IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHATAHU-TEMPE (STUDI EMPIRIK PADA INDUSTRI KECIL TAHU-TEMPE DI JATINOM) Sutrisno Badri, Jarot Prasetyo, E Sugandiko Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) (BENEFIT ANALYSIS OF MAKING ORGANIC

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis

III. METODE PENELITIAN. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan mnggunakan metode survei, yaitu pengambilan sampel dalam waktu yang sama dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* ) ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* ) (BREAK-EVEN POINT ANALYSIS AS A PLANNING TOOL TRADERS INCOME CAYENNE PEPPER IN TRADITIONAL MARKETS GORONTALO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dikarenakan menjelaskan peristiwa dengan menginterpretasikan berdasarkan data yang

Lebih terperinci

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN 23 ANALISIS USAHA PEMBUATAN TAHU (Studi Kasus pada Pabrik Tahu Berkat Sekumpul Martapura) (Farm Analysis of Tofu Produce) (Case Study in Berkat Sekumpul Tofu Produce Factory at Martapura District) Fitriani,

Lebih terperinci

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RENTABILITAS AGROINDUSTRI TAHU BULAT (Studi Kasus Pada Perusahaan Tahu Bulat Asian di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito

Lebih terperinci

AGUS PRANOTO

AGUS PRANOTO ANALISIS USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA RAMBAH BARU KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini telah mulai banyak masyarakat yang menciptakan usaha terlebih dalam tingkat usaha kecil dan menengah. Hal itu diharapkan agar dapat mempercepat pemulihan ekonomi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

Materi 4 Ekonomi Mikro

Materi 4 Ekonomi Mikro Materi 4 Ekonomi Mikro Teori Produksi Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami analisis ekonomi konsep biaya, biaya produksi jangka pendek dan panjang. Mahasiswa dapat memahami konsep

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2015 sampai 20 April 2015 di PKBM Cemerlang, Kabupaten Wonosobo untuk menganalisis produksi produk

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT)

ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT) ANALISIS BIAYA, VOLUME, DAN LABA PADA USAHA PENGGILINGAN IKAN TENGGIRI DI KOTA BENGKULU (STUDI KASUS HOME INDUSTRY BINTANG LAUT) COST, VOLUME, DAN PROFIT ANALYSIS OF GRINDING FISH IN BENGKULU CITY (CASE

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita

Lebih terperinci

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA MUHAMMAD AZHAR, TAVI SUPRIANA, DIANA CHALIL Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output

Lebih terperinci

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SUSU KEDELAI Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Nenengirma11@yahoo.com Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi enoksumarsih@yahoo.com Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP STRUKTUR BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA TEMPE (STUDI KASUS: RUMAH TEMPE INDONESIA DI BOGOR) RIDWAN LUKMANUL HAKIM

PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP STRUKTUR BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA TEMPE (STUDI KASUS: RUMAH TEMPE INDONESIA DI BOGOR) RIDWAN LUKMANUL HAKIM PENGARUH KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP STRUKTUR BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA TEMPE (STUDI KASUS: RUMAH TEMPE INDONESIA DI BOGOR) RIDWAN LUKMANUL HAKIM DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu) Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA INDUSTRI TAHU DI KOTA MEDAN GISKA 1), SATIA NEGARA L 2), dan RAHMANTA 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU 2) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data 29 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP 1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI

DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI DEFINISI TEORI BIAYA PRODUKSI Biaya produksi adalah sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan

Lebih terperinci

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Pangan dan Pertanian 2016 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yaitu berusaha untuk mencapai pendapatan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN Jurnal S. Pertanian 1 (12) : 1054 1065 (2017) ISSN : 2088-0111 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN Khairul Muhajjir Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR INCOME ANALYSIS OF PINEAPPLE CHIPS AND JACKFRUIT CHIPS AGROINDUSTRY IN KUALU NENAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA

X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1. Pengantar Kebutuhan pangan semakin hari semakin banyak seiring dengan perkembangan penduduk, sementara itu ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit dengan makin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454

ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN. : Stephanie Lauwrentina : 2A214454 ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCAAN LABA DAN PENJUALAN PADA TOKO BAKPIA SUAN Nama NPM Jurusan Dosen Pembimbing : Stephanie Lauwrentina : 2A214454 : Akuntansi : Rino Rinaldo, SE., MMSI Penelitian

Lebih terperinci

Arman dan Ruslang T., Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) :

Arman dan Ruslang T., Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 174 ANALISIS FINANSIAL USAHA ABON IKAN TUNA (Thunnus sp) PRODUKSI UMKM KOTA PAREPARE Arman 1, Ruslang T. 2 1 Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Parepare 2 Program Studi Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10

Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari. Ryzmelinda EB10 Analisis Cost-Volume- Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada Pabrik Roti Lestari Ryzmelinda 26211531 3EB10 BAB I LATAR BELAKANG Alat Perencanaan Laba Jangka Pendek Kemampuan Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:

Lebih terperinci

ESTIMASI FUNGSI BIAYA PADA USAHA PEMBUATAN CHIP UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR)

ESTIMASI FUNGSI BIAYA PADA USAHA PEMBUATAN CHIP UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) AGRISE Volume XI No. 2 Bulan Mei 2011 ISSN: 1412-1425 ESTIMASI FUNGSI BIAYA PADA USAHA PEMBUATAN CHIP UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) (ESTIMATION OF COST FUNCTION AT CASSAVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam keseharian masyarakat Indonesia. BPS mencatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam keseharian masyarakat Indonesia. BPS mencatat terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu bahan makanan pokok yang tak dapat dipisahkan dalam keseharian masyarakat Indonesia. BPS mencatat terdapat 115 ribu unit usaha tahu dan tempe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewirausahaan Seiring dengan perkembangan zaman dan kualitas hidup masyarakat, banyak masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatannya dengan berwirausaha. Menurut

Lebih terperinci