Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA"

Transkripsi

1 Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

2

3 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

4

5 KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Pencacah dalam melaksanakan pendataan Potensi Desa (Podes) Fokus buku pedoman ini terutama berkaitan dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam melakukan pencacahan. Data Podes sangat berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan regional/kewilayahan dan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas data Podes. Peran Petugas Pencacah sebagai ujung tombak pendataan menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, Petugas Pencacahan harus melaksanakan petunjuk operasional yang telah dibuat. Setiap Pencacah diminta untuk mempelajari secara seksama buku Pedoman Pencacah yang telah dibuat. Petunjuk yang ada di dalam buku ini harap dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Jakarta, Januari 2018 Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Suhariyanto

6

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Tujuan Landasan Hukum Cakupan Wilayah dan Kegiatan Jenis Data yang Dikumpulkan Instrumen yang Digunakan Jadwal Kegiatan Sumber Data dan Strategi Wawancara... 9 BAB II METODOLOGI 2.1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari Master File Desa Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes BAB III STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES Struktur Organisasi Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 4.1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar Sumber Data yang Dapat Dihubungi Contoh Pengisian Daftar BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2014 DESA BLOK I. PENGENALAN TEMPAT BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Pedoman Pencacah Podes 2018 iii

8 BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP... BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM... BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN... BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA... BLOK IX. OLAHRAGA... BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI... BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN... BLOK XII. EKONOMI... BLOK XIII. KEAMANAN... BLOK XIV. KEUANGAN DESA DAN ASET DESA... BLOK XV. PEMBERDAYAAN DAN PEMBANGUNAN DESA... BLOK XVI. KETERANGANPEMERINTAH DESA/KELURAHAN... BLOK XVII. MODUL... BLOK XVIII. CATATAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR v vi iv Pedoman Pencacah Podes 2018

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes Pedoman Pencacah Podes 2018 v

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018 DESA Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018 KEC dan PODES2018 KAB Gambar 2.3. Mekanisme Pendataan Podes 2018 di BPS Provinsi dan BPS Pusat 21 Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove Gambar 5.2. Saluran Contoh Bagian Bagian Udara Tegangan Sungai Ekstra... Tinggi (SUTET) Gambar 5.3 Contoh Bagian - bagian Sungai... Gambar 5.3. ContohBagian BagianSungaiContohBagian BagianSungaiContohBagian BagianSungaiContohBagian BagianSungaiCifidgiodSaluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Gambar 5.4 Antena BTS vi Pedoman Pencacah Podes 2018

11

12 BAB I PENDAHULUAN A. Umum Pembangunan desa harus menjadi prioritas dalam pembangunan nasional karena sangat terkait dengan upaya membangun Indonesia dari pinggiran dengan cara memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan pembangunan desa ditujukan untuk mendukung pelaksanaan UU Desa dan mengawal pencapaian target-target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pembangunan Perdesaan Sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, memang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Caranya adalah dengan mendorong pembangunan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Upaya mengurangi kesenjangan antara desa dan kota dilakukan dengan mempercepat pembangunan desa-desa mandiri serta membangun keterkaitan ekonomi lokal antara desa dan kota melalui pembangunan kawasan perdesaan. Pemerintah melalui BPS telah menyusun Indeks Kesulitan Geografis (IKG) yang berasal dari data Potensi Desa (Podes), yang kemudian dijadikan standar perhitungan besaran dana desa. Dengan adanya dana desa diharapkan akan membantu menanggulangi kemiskinan yang ada di desa. Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) merupakan bahan yang penting bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara spesifik menurut wilayah tertentu. Data hasil Pendataan Podes hingga saat ini merupakan satu-satunya sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat diolah sehingga dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes digunakan untuk identifikasi tipologi wilayah misalnya perkotaan-perdesaan, pesisirnonpesisir, tertinggal-nontertinggal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan hingga wilayah terkecil dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi. Podes telah dilaksanakan sejak tahun Pengumpulan data Podes dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari siklus 10 tahunan kegiatan sensus yang dilakukan oleh BPS. Podes dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan sensus untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sensus. Pada tahun berakhiran 1, pendataan Podes dilaksanakan untuk mendukung

13 - 2 - Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha pertanian menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran 4, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka identifikasi usaha menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran 8, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Penduduk yaitu untuk identifikasi wilayah permukiman baru. Pelaksanaan Podes 2018 diharapkan bisa untuk membantu perencanaan kegiatan Sensus Penduduk pada tahun Kuesioner yang digunakan dalam pendataan Podes 2018 sebanyak 3 (tiga) jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner kecamatan dan kuesioner kabupaten/ kota. Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data kor dan modul. Pertanyaan kor diharapkan muncul pada setiap pelaksanaan Podes yang memuat data terkait infrastruktur, sumber daya alam, kejadian bencana, kelembagaan desa, dan sebagainya. Pertanyaan modul, sebagian ada di beberapa pertanyaan kor di Podes 2018 dan sebagian lagi ada dikhususkan sebagai modul yang dapat dipergunakan bagi Sensus Penduduk 2020, Selanjutnya, akan dilaksanakan updating data Podes yang perencananaannya akan dilaksanakan setiap tahun. Data Podes yang akan diupdate mencakup ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, dan aksesibilitas/transportasi. Diharapkan dengan updating Podes setiap tahun, akan terpenuhi kebutuhan data infrastruktur yang akan digunakan seabagai perencanaan pembangunan selanjutnya. Terkait dengan padatnya jadwal kegiatan BPS pada tahun 2018 diharapkan tidak mengganggu target penyelesaian kegiatan lapangan Podes Semua pihak terkait diharapkan merancang sejak dini pembagian tugas bagi petugas pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu. B. Tujuan Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi keperluan pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang potensi wilayah, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya di setiap desa/kelurahan. Secara umum tujuan Podes 2018 adalah: 1. Menyediakan data yang diharapkan dapat mendukung perencanaan kegiatan Sensus Penduduk 2020 dari sisi wilayah kerja, anggaran, dan alokasi petugas, 2. Sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD), 3. Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana wilayah, 4. Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah, 5. Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan statistik lain lebih lanjut,

14 Menyediakan data bagi keperluan updating klasifikasi/tipologi desa, misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir dan nonpesisir, dan sebagainya, 7. Menyediakan data bagi keperluan updating peta wilayah kerja statistik terendah, 8. Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (small area statistics), 9. Menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan penentuan desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, dan identifikasi desa rawan bencana dan identifikasi desa yang mempunyai kesulitan geografis. 10. Menyediakan data untuk mengevaluasi dana desa, terkait Podes sebagai sumber perhitungan besaran dana desa. C. Landasan Hukum Dasar hukum pelaksanaan Podes 2018 adalah: 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik, 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik;, 4. Peraturan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS. 5. Keputusan Kepala BPS Nomor 121 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPS Nomor 10 Tahun 2017 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 108); D. Cakupan Wilayah dan Kegiatan Podes 2018 ini dilakasanakan mencakup seluruh wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementerian terkait diseluruh Indonesia. Podes 2018 juga mencakup semua wilayah kecamatan, kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Dalam perencanaannya, Podes 2018 dirancang berdasarkan kondisi wilayah pada bulan Desember 2017, yang terdiri dari wilayah setingkat desa yang tersebar di kecamatan, 514 kabupaten/kota, dan 34 provinsi. Namun, jumlah wilayah tersebut sangat mungkin mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari pemekaran maupun penggabungan wilayah pada selama kurun waktu Januari 2018 hingga saat pencacahan.

15 - 4 - E. Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam Podes 2018 merupakan data umum yang memberikan indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah. 1. Potensi Desa/Kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018- DESA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: a. Keterangan umum desa/kelurahan, b. Kependudukan dan ketenagakerjaan, c. Perumahan dan lingkungan hidup, d. Bencana alam dan mitigasi bencana alam, e. Pendidikan dan kesehatan, f. Sosial budaya, g. Olahraga, h. Angkutan, komunikasi, dan informasi, i. Penggunaan lahan, j. Ekonomi, k. Keamanan, l. Program pemberdayaan dan pembangunan desa, m. Keuangan desa dan aset desa, n. Keterangan aparatur pemerintah desa/kelurahan, o. Modul Sejak tahun 2008, kuesioner Podes desa terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada setiap pendataan Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul disesuaikan dengan kebutuhan sensus tertentu. Karena Podes 2018 diharapkan dapat menjadi kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan Sensus penduduk 2020 maka sebagian pertanyaan sudah ditanyakan pada bagian kor dan beberapa di bagian modul. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, Nagari dan Jorong akan didata menggunakan kuesioner PODES2018-NAGARI dan PODES2018-JORONG. 2. Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018-KEC. Kuesioner ini memuat pertanyaan untuk mengumpulkan data yang dianggap lebih relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaan datanya di desa masih terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan lebih lengkap dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: a. Keterangan umum kecamatan,

16 - 5 - b. Fasilitas perlindungan sosial, c. Keamanan, d. Situs/bangunan bersejarah, e. Daya tarik wisata, f. Sarana transportasi dan ekonomi, g. Lembaga non Profit h. Antisipasi/mitigasi bencana alam dan pelestarian lingkungan, dan i. Keterangan aparatur kecamatan. 3. Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2018- KAB/KOTA. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: a. Keterangan umum kabupaten/kota b. Pertambangan, c. Industri, d. Perhubungan, e. Politik, keamanan, dan kerawanan, f. Antisipasi/mitigasi bencana alam, g. Keterangan aparatur pemerintah kabupaten/kota. F. Instrumen yang Digunakan Instrumen yang digunakan untuk Podes 2018 terdiri dari 3 (tiga) kuesioner dan 3 (tiga) buku pedoman yang masing-masing kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Khusus untuk kuesioner PODES2018-NAGARI dan PODES2018-JORONG hanya digunakan di Provinsi Sumatera Barat. Alur dokumen Podes 2018 dari BPS Pusat ke BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota sampai ke petugas, dan pengembalian dokumen hasil pencacahan dari lapangan sampai ke penyimpanannya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

17 - 6 - Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2018 No Jenis dan Nama Kegunaan Digunakan oleh Tempat Penyimpanan (1) (2) (3) (4) (5) Kuesioner 1. PODES2018-DESA 2. PODES2018- JORONG PODES NAGARI Pendataan potensi desa/kelurahan Pendataan potensi jorong Pendataan potensi nagari PCL PCL PCL BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota 4. PODES2018-KEC 5. PODES2018- KAB/KOTA Pendataan potensi kecamatan Pendataan potensi kabupaten/kota PCL PCL BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota Buku Pedoman 1. Pedoman Kepala BPS Provinsi/BPS Kabupaten/Kota Merupakan acuan bagi Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan kegiatan pendataan Podes 2018 Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/ Kota BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/ Kota 2. Pedoman Pencacahan 3. Pedoman Pemeriksaan Merupakan acuan bagi pencacah dalam melaksanakan tugas pendataan Podes 2018 Merupakan acuan bagi pemeriksa untuk memeriksa isian kuesioner Podes di lapangan PCL - PML - 4. Pedoman Pengolahan Merupakan acuan bagi petugas pengolah dalam entri data Podes 2018 Petugas pengolahan -

18 - 7 - Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2018 G. Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan Podes 2018 mulai dari perencanaan sampai dengan pengolahan dan penyajian adalah sebagai berikut:

19 - 8 - Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2018 Tahapan Kegiatan Waktu A Perencanaan dan Persiapan Kegiatan 1 Finalisasi instrumen Desember Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman Januari Pengiriman Perlengkapan dan Dokumen Pelatihan Inda Pendataan Feb - 10 Maret 4 Penyusunan Program dan Pedoman Pengolahan Jan - Maret 5 Pencetakan dan Pengiriman Pedoman Maret B Pelatihan Pelatihan Pendataan 1 Workshop Intama 4-7 Februari 2 Pelatihan Innas Pendataan 4-6 Maret 3 Pelatihan Inda Pendataan (3 hari) Maret 4 Pelatihan Petugas Pendataan (3 hari) Maret Pelatihan Pengolahan 1 Pelatihan Innas Pengolahan (3 hari) Maret 2 Pelatihan Inda Pengolahan (2 hari) 1-6 April 3 Pelatihan Petugas Pengolahan (1 hari) April C Pelaksanaan Lapangan 1 Pencacahan Podes April 2 Pengawasan Pemeriksaan 1-30 April 3 Supervisi Lapangan 1-30 April D Pengolahan Data 1 Pengolahan Dokumen di BPS Kabupaten/Kota 15 April - 14 Mei 2 Validasi Data di BPS Kabupaten/Kota 5-30 Mei 3 Verifikasi Data ke Instansi Terkait 5 30 Mei 4 Kompilasi data di BPS Provinsi 2-20 Juni 5 Kompilasi data di BPS Pusat 23 Juni - 18 Juli 6 Tabulasi 4 29 Agustus E Pelaporan 1 Penyusunan Publikasi 1 September - 31 Oktober 2 Pencetakan Publikasi 3-15 November F Sosialisasi Hasil Podes 3 Desember

20 - 9 - H. Sumber Data dan Strategi Wawancara Data Podes 2018 diperoleh dari narasumber terkait dan relevan di wilayah desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Narasumber di desa/kelurahan adalah aparatur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa, sekretariat, pelaksana kewilayahan, dan perangkat teknis). Narasumber lain di tingkat desa yang relevan antara lain petugas puskesmas. Narasumber di kecamatan adalah aparatur kecamatan dan narasumber lain yang relevan seperti polsek dan ranting dinas pariwisata. Sedangkan narasumber di kabupaten/kota adalah aparatur kabupaten dan narasumber lain yang relevan seperti dinas perhubungan, dinas sosial dan sebagainya. Ketidaklengkapan data yang tersedia di beberapa wilayah dan narasumber merupakan halangan untuk menghasilkan data yang bermutu. Langkah yang bisa ditempuh untuk menghasilkan data yang berkualitas antara lain: 1. Melakukan wawancara dengan beberapa pemerintah desa/kelurahan, aparatur kecamatan, dan aparatur kabupaten/kota, 2. Melakukan wawancara dengan narasumber lain yang berwenang dan relevan, 3. Melakukan konfirmasi kembali kepada pemerintah desa/aparatur kecamatan/aparatur kabupaten/kota setelah mendapatkan data dari narasumber lain yang terkait dan relevan. Usaha lain yang perlu dilakukan adalah pencacah harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan semua narasumber, yaitu dengan menjadikan narasumber tersebut sebagai mitra diskusi sekaligus sebagai narasumber relevan untuk menggali data secara bersama-sama.

21 - 10 -

22 BAB II METODOLOGI 1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari Podes 2018 dilakukan terhadap seluruh wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan/nagari di seluruh Indonesia. Adapun konsep dan definisi desa, kelurahan, dan nagari yaitu: Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi). Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak,

23 Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005). 2. Master File Desa Master File Desa (MFD) merupakan file yang berisi nama-nama desa beserta kode identitasnya. Secara resmi, penetapan MFD dilakukan oleh BPS Pusat sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Namun BPS daerah dapat selalu melakukan update berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPS melalui aplikasi MFD online. Hal ini dilakukan agar BPS selalu dapat memiliki informasi mutakhir terkait perkembangan atau perubahan wilayah administrasi setingkat desa di seluruh Indonesia. Usulan/update MFD dari BPS daerah akan dievaluasi dan ditetapkan oleh BPS Pusat. MFD yang digunakan untuk pelaksanaan lapangan Podes 2018 merupakan kondisi desa/kelurahan pada bulan Desember MFD dikelola oleh Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel, Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Informasi berisi nama dan kode desa kondisi SE2016 dan Desember 2017 akan digunakan sebagai panduan untuk mengisi identitas desa yang terdapat pada Blok I kuesioner PODES2018-DESA. Namun, kode desa saat pencacahan dapat berbeda dengan MFD yang digunakan, sebagai akibat terjadinya pemekaran wilayah atau penggabungan wilayah desa setelah Desember Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2018 Dokumen Podes 2018 diisi oleh petugas pencacah berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber terkait yang berwenang dan relevan, serta penelusuran dokumen yang ada di desa/kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten/kota. Sedangkan entry data di BPS Kabupaten/Kota direncanakan dilakukan oleh KSK. Tugas BPS Provinsi hanya melakukan kompilasi dan pemeriksaan kewajaran dan konsistensi data. Secara umum pelaksanaan Podes 2018 dapat dibagi menurut kegiatan di BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi. a. BPS Kabupaten/Kota Pencacahan lapangan dan pengolahan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Secara garis besar pencacahan lapangan Podes 2018 terdiri dari 3 kegiatan yaitu pencacahan potensi desa/kelurahan, potensi kecamatan, dan potensi kabupaten/kota. Sedangkan pengolahan data akan dilakukan oleh KSK untuk mengoptimalkan penggunaan laptop KSK. 1. Pencacahan dan Monitoring Progres Pencacahan Pendataan desa/kelurahan menggunakan kuesioner PODES2018- DESA. Khusus desa-desa yang berstatus pemerintahan nagari di Provinsi Sumatera Barat, yang menjadi satuan wilayah pencacahan pada Podes 2018 ini adalah nagari, maka dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner PODES2018-NAGARI. Sedangkan untuk wilayah di bawah nagari

24 (jorong/korong/kampung) dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner PODES2018-JORONG. Pendataan dilakukan dengan cara wawancara dengan aparatur pemerintah desa/kelurahan dan narasumber lain yang berwenang dan relevan. Aparatur pemerintah desa/kelurahan meliputi kepala desa/lurah dan perangkat desa/kelurahan. Sementara itu, perangkat desa/kelurahan meliputi sekretaris desa/kelurahan dan kaur/kasi di desa/kelurahan. Pengisian daftar kuesioner menggunakan BOLPOIN. Jika terjadi kesalahan isi maka isian yang salah tersebut dicoret dan diganti dengan isian yang benar, kemudian diparaf. Setelah menyelesaikan satu dokumen pencacahan di desa/kelurahan, petugas pencacah diminta untuk melakukan diskusi dengan pemerintah desa/kelurahan/nagari yang menjadi responden Podes Dalam diskusi ini akan dibahas beberapa hal seperti: 1. Klarifikasi tentang kesesuaian data hasil pencacahan dengan fakta yang ada di desa/kelurahan, 2. Klarifikasi terkait data yang tidak tersedia di pemerintah desa/kelurahan, namun diperoleh dari narasumber lain yang relevan di luar pemerintah desa/kelurahan, 3. Persepakatan terhadap data yang tidak terdapat di pemerintah desa/kelurahan sehingga diisi berdasarkan perkiraan petugas BPS dan narasumber lain yang relevan, 4. Persetujuan dan legalisasi pemerintah desa terhadap data final hasil pencacahan Podes 2018 sebagai data yang menggambarkan kondisi riil desa/kelurahan. Pendataan potensi kecamatan dilakukan dengan cara mengunjungi seluruh kecamatan untuk melakukan wawancara langsung dengan aparatur kecamatan (camat atau narasumber lain yang relevan seperti petugas puskesmas maupun ranting dinas). Pendataan Potensi Kecamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner PODES2018-KEC. Pendataan potensi kabupaten dilakukan dengan mengunjungi kantor bupati/walikota dan kantor-kantor dinas yang relevan di seluruh kabupaten/kota (seperti Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pertanian). Petugas selanjutnya melakukan wawancara langsung dengan narasumber di kantor-kantor dinas tersebut sesuai dengan muatan pertanyaan di masing-masing dinas tersebut. Mekanisme lapangan pada pencacahan potensi kabupaten/kota sama dengan mekanisme lapangan pada saat pencacahan potensi kecamatan. Kuesioner yang digunakan dalam pendataan potensi kabupaten/kota adalah PODES2018-KAB/KOTA.

25 Adanya informasi yang harus dikumpulkan oleh pencacah seperti isian jumlah fasilitas yang umumnya adalah kurang lengkap, maka petugas pencacah diminta melakukan kunjungan ulang ke narasumber untuk melakukan konfirmasi isian dan mendapatkan legitimasi data yang diperoleh. Oleh karena itu, petugas pencacah perlu melakukan perencanaan secara matang mengenai kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh petugas dalam setiap kunjungan. Mekanisme lapangan untuk petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa berikut agar perlu dipedomani dengan sebaik-baiknya agar keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap, akurat, dan dapat selesai sesuai dengan jadwal. a. Jumlah kunjungan dalam rangka pencacahan tidak dibatasi. Namun dalam skema kegiatan lapangan diilustrasikan bahwa keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap dan benar setidaknya dalam 3 (tiga) kali kunjungan. b. Kunjungan pertama 1. Setiap pencacah sudah melakukan kunjungan pertama ke semua desa/kelurahan dan mencatat sebagian data yang sudah tersedia, 2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan kedua guna melengkapi data, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan oleh narasumber pada kunjungan kedua, 3. Dalam kondisi desa yang sangat sulit dijangkau maka pengumpulan keterangan secara lengkap dapat saja dilakukan dalam satu kunjungan. c. Kunjungan kedua 1. Menyelesaikan seluruh isian daftar PODES2018-DESA, 2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan ke-3 untuk melengkapi data yang masih tersisa, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan pada kunjungan ke-3, 3. Pencacah memeriksa seluruh isian dengan seksama, termasuk kewajarannya dibandingkan dengan 2011 dan dibandingkan dengan wilayah lain. Ketidak wajaran dikonfirmasi lagi pada kunjungan ke-3. d. Kunjungan ketiga 1. Konfirmasi seluruh data yang sudah dicacah, 2. Mengadakan persepakatan bahwa data tersebut dipakai sebagai data Podes 2018, serta Kepala Desa/Lurah menandatangani dan memberi cap legalisasi di tempat yang tersedia pada kuesioner. e. Pengawasan dan pemeriksaan 1. Setiap pencacah diawasi dan diperiksa baik selama proses maupun hasil kuesioner dalam hal kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi. Selanjutnya pengawas memberikan rekomendasi perbaikan. Pengawasan sebaiknya dilakukan di lapangan,

26 Pengawas melakukan Monitoring I (mengirim SMS sesuai format yang sudah ditentukan) untuk setiap desa/kelurahan yang sudah selesai dicacah oleh pencacah dan dokumennya diterima dan diperiksa. Monitoring I juga dilaksanakan pada Podes kecamatan. 3. Jika dalam satu minggu pengawas/pemeriksa tidak melaporkan desa/kelurahan yang sudah selesai, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada pengawas, Kasie Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. Kelancaran kegiatan pencacahan di lapangan juga menjadi tanggung jawab petugas pengawas lapangan. Pengawas juga sekaligus berfungsi sebagai pemeriksa dokumen yang telah diserahkan pencacah kepada pengawas. Jika ternyata dokumen yang diterima tidak lengkap, tidak wajar atau tidak konsisten maka pengawas dapat memberi tugas kepada pencacah untuk melakukan kunjungan ulang ke desa/kelurahan. Sebaliknya jika dokumen sudah lengkap maka dapat diserahkan kepada KSK/petugas entry untuk dilakukan entry data. 2. Pengolahan dan Monitoring Progres Pengolahan Data Sebelum entry data, KSK wajib melakukan editing coding. Dokumen yang sudah di-entry dan softfile data hasil entry selanjutnya diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk dikompilasi. Selain itu BPS Kabupaten/Kota juga akan melakukan validasi terhadap data yang sudah dientry. Jika data tersebut dinyatakan clean maka proses selanjutnya adalah melakukan konsistensi dengan dokumen kecamatan dan kabupaten untuk variabel tertentu yang saling terkait. Jika data tidak lolos validasi maka BPS Kabupaten/Kota akan langsung menghubungi pengawas untuk melakukan konfirmasi dan tindak lanjut. Beberapa hal penting terkait kegiatan pengolahan data Podes 2018 yang perlu diperhatikan adalah: 1. Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan data (perekaman dan pengecekan kewajaran) disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas pengolahan data Podes akan dilatih secara khusus sesuai jadwal yang telah ditentukan. Agar pengolahan data dapat diselesaikan tepat waktu, diharapkan kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. 2. Pengolahan dokumen PODES2018-DESA dilakukan oleh petugas olah data dengan menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas olah data adalah KSK atau staf BPS Kabupaten/Kota yang telah mengikuti pelatihan pengolahan data. Sebelum dilakukan entry data, petugas melakukan kegiatan editing-coding, pemeriksaan kewajaran isian dan kebenaran identitas wilayah. Entry data dilakukan segera setelah dokumen terisi secara lengkap dan benar. Softfile hasil entry data dan

27 dokumen PODES2018-DESA dikirim ke BPS Kabupaten/Kota secara bertahap setiap kali satu desa/kelurahan selesai. Softfile untuk Seksi IPDS sementara itu kuesioner untuk Seksi Statistik Sosial. 3. Kompilasi data hasil pengolahan PODES2018-DESA dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Kasi IPDS melakukan kompilasi, b. Kasi Statistik Sosial melakukan Monitoring II yaitu mengupload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring II melaporkan daftar desa yang telah selesai diolah beserta status validasi datanya, c. Jika dalam satu minggu Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring II, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. 4. Pemeriksaan data dilakukan dalam hal kelengkapan, kewajaran, validitas, dan konsistensi datanya. Pemeriksaan dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait. Pemeriksaan dan validasi harus dilakukan sehingga diperoleh data yang clean. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Seksi IPDS melakukan validasi dan membuat tabulasi, b. Seksi Statistik Sosial memeriksa tabulasi dan memastikan validitas data, c. Seksi Statistik Sosial melakukan kegiatan Monitoring III, yaitu upload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring III berisi rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan dalam bentuk informasi yang terenkripsi. Upload dilakukan sebelum pengiriman data clean ke BPS Provinsi. d. Jika dalam batas waktu monitoring Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring III, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. 5. Pengolahan dokumen PODES2018-KEC dan PODES2018-KAB/KOTA dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan aplikasi pengolahan data yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. 6. Pengecekan konsistensi antara data desa dengan data kecamatan dan kabupaten/kota untuk variabel-variabel yang bersesuaian/terkait dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. 7. Pengolahan dan dokumentasi laporan pengawasan dan pemeriksaan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. 8. Semua data Podes yang meliputi PODES2018-DESA, PODES2018-KEC, PODES2018-KAB /KOTA dikirimkan ke BPS Provinsi setelah melalui proses

28 pemeriksaan data. Pemeriksaan data dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait, 9. Kepala BPS Kabupaten/Kota menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Kepala BPS Provinsi cq. Kepala Bidang Statistik Sosial Provinsi, sedangkan asli surat disimpan di BPS Kabupaten /Kota sebagai arsip. Pelaksanaan lapangan dan pengolahan menjadi kegiatan yang saling terkait. Selama proses pengolahan bisa saja dokumen dikembalikan kepada petugas pemeriksa untuk dibetulkan kembali isian yang masih belum benar. Oleh karena itu kerja sama antara petugas pencacah, pemeriksa, dan petugas pengolahan harus berjalan dengan baik. Alur pencacahan dan pengolahan kegiatan Podes 2018, baik PODES2018-DESA, PODES2018-KEC, PODES2018- KAB dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2

29 Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018-DESA

30 Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2018-KEC dan PODES2018-KAB MULAI PELATIHAN PETUGAS PENCACAHAN KEC/KAB STAF/KASIE - Kunjungan ke dinas/instansi - Wawancara langsung dengan responden di dinas/ instansi PENGAWASAN* STAF/KASIE - Mengawasi pelaksanaan lapangan - Memeriksa kelengkapan dokumen PEMERIKSAAN DOKUMEN KASIE /STAF - Memeriksa kewajaran dan konsistensi isian Tidak Dokumen lengkap dan isian akurat? Ya PENGOLAHAN DOKUMEN KSK - Editing, Coding, - Entry, Verify KOMPILASI DATA DI KAB/KOTA SEKSI IPDS KAB/KOTA VALIDASI & KONSISTENSI DATA KASIE/STAF - Tabulasi dan pemeriksaan akurasi data - Pemeriksaan trend dan kewajaran data Podes 2014 dengan Podes Konsistensi PODES2014 -DESA, PODES2014-KEC, dan PODES2014-KAB/KOTA Data clean dan konsisten? Tidak Ya PENGIRIMAN DATA KE BPS PROVINSI Kasie IPDS BPS Kabupaten/Kota Tidak SELESAI *) Keterangan: Pencacahan PODES2018-KAB/KOTA tidak ada pengawas

31 b. BPS Provinsi dan BPS Pusat BPS Provinsi dan BPS Pusat tidak melakukan tugas pendataan maupun pengolahan data Podes Akan tetapi, BPS Provinsi dan BPS Pusat mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Pusat harus memastikan bahwa pelaksanaan Podes 2018 di BPS Kabupaten berjalan secara efektif. Selain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan dan pengolahan data Podes 2018, BPS Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Bidang IPDS melakukan kompilasi, validasi dan tabulasi data dari seluruh kabupaten/kota, 2. Bidang Statistik Sosial memeriksa kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi pada tabel yang dihasilkan dari program pengolahan, 3. Bidang IPDS mengirim file data Podes 2018 ke BPS Pusat (Direktur Sistem Informasi Statistik) setelah dilakukan proses pemeriksaan dan validasi data. Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan. 4. Kepala Bidang Statistik Sosial menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Pusat. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Direktur Statistik Ketahanan Sosial yang ditembuskan kepada Deputi Bidang Statistik Sosial dan Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, sedangkan asli surat disimpan di BPS Provinsi sebagai arsip. Jika dalam pemeriksaan data ternyata masih ditemukan data yang masih error, maka BPS Provinsi sesegera melakukan konfirmasi kepada BPS Kabupaten/Kota agar data yang masih salah isian untuk segera diperbaiki dan dikirimkan kembali. Setelah diperika kembali di BPS Provinsi dan data dianggap clean maka data tersebut segera dikirimkan ke BPS Pusat c.q. Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik, Direktorat Sistem Informasi Statistik cc. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial. Data Podes dari BPS Provinsi diterima oleh BPS Pusat melalui Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data. Data yang sudah diterima kemudian dilakukan kompilasi, validasi, dan tabulasi. Setelah data Podes 2018 dinyatakan clean, maka data Podes masing-masing daerah akan dikirim kembali ke BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Gambar 2.3 menunjukkan bagan alur pengolahan data di BPS Provinsi dan BPS Pusat.

32 Gambar 2.3 Mekanisme Podes 2018 di BPS Provinsi dan BPS Pusat MULAI DATA CLEAN BPS KABUPATEN/KOTA KASIE IPDS KIRIM DATA KOMPILASI DAN VALIDASI DATA BIDANG IPDS BPS PROVINSI - Matching data Podes sebelumnya - Memeriksa trend data Podes - Tabulasi data Podes Ya WAJAR Tidak KIRIM DATA KOMPILASI DAN VALIDASI DATA DIREKTORAT SIS BPS Ya KIRIM DATA WAJAR Tidak DATA FINAL PODES BPS PROVINSI BPS KABUPATEN/KOTA SELESAI

33 - 22 -

34 BAB III STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN 1 Struktur Organisasi Struktur organisasi penanggung jawab kegiatan Podes 2018 disusun dengan tujuan agar setiap penanggung jawab kegiatan mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS Pusat, BPS Provinsi sampai dengan BPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2018

35 Di tingkat BPS Pusat, pengarah umum Podes 2018 adalah Kepala BPS, sementara pengarah teknis adalah Deputi Bidang Statistik Sosial bersama Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Podes 2018 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, dan Direktur Sistem Informasi Statistik. Penanggung jawab teknis Podes 2018 adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu oleh kepala subdirektorat dan kepala seksi yang terkait. Pada tingkat BPS Provinsi, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2018 secara keseluruhan adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknisnya adalah Kepala Bidang Statistik Sosial. Sementara itu, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Pada tingkat BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2018 adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota. Sementara itu penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Sosial. Sedangkan penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 2 Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2018 Pelaksana kegiatan Podes 2018 di BPS Pusat, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda. Wewenang, tugas, dan tanggung jawab kegiatan Podes 2018 yang dikelompokkan menurut rentang kendali kegiatan diuraikan sebagai berikut: BPS Pusat a. Kepala BPS Kepala BPS mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2018 secara keseluruhan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. b. Deputi Bidang Statistik Sosial Deputi Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2018 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang Statistik Sosial lebih berperan sebagai pengarah kegiatan lapangan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. c. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2018 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang MIS lebih berperan sebagai pengarah kegiatan pengolahan Podes d. Direktur Statistik Ketahanan Sosial Direktur Statistik Ketahanan Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut.

36 Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Podes 2018, 2. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan, 3. Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan Podes 2018, 4. Menyusun rencana kegiatan beserta seluruh tahapan kegiatannya, 5. Menyusun jadwal kegiatan, 6. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan. e. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab atas metodologi dan pemutakhiran MFD, 2. Mengirimkan daftar MFD ke BPS Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan pelatihan dan lapangan, 3. Memberikan tanggapan mengenai ditemukannya perubahan wilayah. f. Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data Podes 2018, 2. Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data ke BPS daerah, 3. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pengolahan data, 4. Memantau pelaksanaan pengolahan data Podes 2018 yang dilaksanakan di pusat dan daerah, 5. Menerima hasil pengolahan data Podes 2018 dari BPS daerah, 6. Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan, 7. Menyajikan hasil pengolahan, BPS Provinsi a. Kepala BPS Provinsi Kepala BPS Provinsi mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Kepala BPS Provinsi bertanggung jawab memberi arahan teknis dan administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota,

37 Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS, yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi, 3. Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah, 4. Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan lapangan. b. Kepala Bidang Statistik Sosial Kepala Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018, 2. Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen dan pelatihan petugas, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2018, 4. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes Melaksanakan upaya penjaminan kualitas data Podes Menandatangani dan mengirimkan Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data Ke BPS ke BPS Pusat. c. Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota, 2. Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas, 3. Menyelenggarakan administrasi kegiatan Podes d. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota 2. Melakukan penggabungan hasil pengolahan tingkat kabupaten/kota, 3. Melakukan pemeriksaan validasi dan tabulasi data Podes 2018, 4. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Pusat, 5. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2018.

38 BPS Kabupaten/Kota a. Kepala BPS Kabupaten/Kota Kepala BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan Podes 2018 secara keseluruhan di kabupaten/kota, 2. Melakukan rekruitmen petugas lapangan, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan pemeriksaan hasil pendataan dan menjamin mutu data Podes 2018, 4. Melakukan monitoring pencacahan dan pengolahan melalui website SMS Gateway, 5. Membuat laporan pelaksanaan Podes 2018, 6. Menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. b. Kepala Seksi Statistik Sosial Kepala Seksi Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018, 2. Menyelenggarakan pelatihan petugas bersama-sama dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2018, 4. Mendaftarkan petugas monitoring SMS Gateway, 5. Melakukan monitoring II dan III (upload file terenkripsi dari program pengolahan) berupa data yang sudah dientri dan rekap data jumlah desa per kecamatan, 6. Memeriksa tabel dan memastikan kebenaran data Podes 2018, 7. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes c. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Bidang Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Mendistribusikan dokumen ke petugas Podes 2018, 2. Bersama-sama Kasie Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas, 3. Membuat laporan administrasi penyelenggaraan pelatihan, 4. Melaksanakan administrasi kegiatan Podes 2018.

39 d. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan pengelolaan atas perubahan wilayah kerja statistik, 2. Mengatur pendistribusian peralatan GPS receiver kepada pengawas, 3. Melakukan koordinasi pengolahan data Podes 2018, 4. Melakukan validasi data dan tabulasi data serta memeriksa data podes, 5. Memberikan bahan untuk SMS gateway kepada Kasie Sosial berupa informasi berisi data yang sudah diolah dan divalidasi dalam bentuk enkripsi, 6. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Provinsi melalui mekanisme yang ditentukan, 7. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2018 di tingkat Kabupaten/Kota. e. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Koordinator Statistik Kecamatan mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2018 di tingkat kecamatan, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018, 3. Melakukan pengawasan pelaksanaan Podes 2018 di wilayah kerjanya agar pendataan berjalan dengan baik, 4. Mengikuti pelatihan pengolahan data sebagai petugas pengolah Podes 2018, 5. Melakukan pengolahan data (entry) Podes 2018, 6. Menyerahkan dokumen Podes 2018 dan data yang sudah dientri kepada BPS Kabupaten. f. Pengawas/Pemeriksa (PML) Podes 2018 Pengawas/Pemeriksa mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Petugas PML Podes 2018 terdiri dari PML untuk pencacahan Podes 2018 di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018, 3. Pengawasan/pemeriksaan PODES2018-DESA dilakukan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau staf BPS Kabupaten/Kota, 4. Pengawasan/pemeriksaan PODES2018-KEC dilakukan oleh Kasie Statistik Sosial atau Staf BPS Kabupaten/Kota,

40 Mengorganisasikan petugas pencacah yang berada di bawah pengawasannya, 6. Melaksanakan pengawasan sesuai petunjuk, wilayah kerja dan jadwal yang ditentukan, 7. Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh) dan jika ditemukan kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah untuk melakukan kunjungan ulang, 8. Mengirimkan SMS ke SMS Gateway bagi setiap desa yang sudah selesai diperiksa, 9. Memberikan petunjuk dan jalan keluar atas permasalahan lapangan yang dilaporkan petugas pencacah, 10. Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian diserahkan kepada KSK untuk diolah, 11. Mengukur koordinat dan ketinggian kantor desa/kelurahan menggunakan alat (GPS receiver). g. Pencacah Podes (PCL) Podes 2018 Pencacah Podes (PCL) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Pencacah (PCL) terdiri dari KSK/mitra statistik untuk pencacahan Podes 2018 di tingkat desa/kelurahan, KSK untuk pencacahan Podes 2018 di tingkat kecamatan, dan Staf/Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota untuk pencacahan di tingkat kabupaten/kota, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2018, 3. Melaksanakan pendataan sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan, 4. Memeriksa kembali hasil pendataan (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian, dan kualitas data yang diperoleh), 5. Menyerahkan dokumen Podes 2018 yang telah diisi dan diperiksa kepada pengawas/pemeriksa.

41 - 30 -

42 BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar a. Semua isian harus ditulis dengan pena, atau BOLPOIN. Petugas tidak boleh mengisi dokumen pencacahan dengan pensil hitam atau pensil warna, b. Konsep dan definisi yang digunakan untuk mengisi Daftar Podes 2018, harus sesuai dengan buku pedoman, c. Untuk pertanyaan yang jawabannya berupa kode, lingkarilah kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan, d. Untuk pertanyaan yang jawabannya bukan kode, tuliskanlah jawaban tersebut dengan huruf kapital atau angka yang benar kemudian pindahkan isian jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan, e. Pemindahan isian ke kotak pengolahan hendaknya dilakukan setelah pencacahan selesai. Pemindahan isian di setiap rincian dimulai dari kotak yang paling kanan (rata kanan), f. Setiap pertanyaan yang jawabannya berupa isian tetapi jawabannya nol agar diberi tanda strip (-) dan pada kotak isikan 0 (nol), g. Bila isian melebihi jumlah kotak yang disediakan misalnya dua kotak maka isikan 98 dan bila tidak tahu isikan 99 ke dalam kotak yang tersedia. Sebagai contoh khusus untuk jarak, bila jaraknya 98 km maka isikan 98,0 tetapi bila tidak tahu maka isikan (99,0), h. Setiap isian agar diteliti kembali dan setiap kesalahan agar diperbaiki sebelum kuesioner diserahkan kepada pengawas/pemeriksa, i. Bila responden/aparat desa/kelurahan tidak bisa/ragu-ragu menjawab beberapa pertanyaan (biasanya data kuantitatif/individu), maka pencacah harus menanyakan pada sumbernya langsung. Contoh kasus seperti data jumlah keluarga yang menerima kartu BPJS PBI dapat ditanyakan ke Dinas Kesehatan. j. Pertanyaan tentang jarak: Semua pertanyaan tentang jarak dari desa/kelurahan ke suatu fasilitas atau ke ibukota kecamatan/kabupaten/kota, dihitung dari lokasi kantor kepala desa/lurah. Semua pertanyaan mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada beberapa pertanyaan yang telah ditetapkan referensi waktunya

43 Sumber Data yang Dapat Dihubungi Pada isian kuesioner, ada beberapa keterangan yang tidak bisa diperoleh di tingkat desa/kelurahan, sehingga harus diperoleh dari instansi terkait di tingkat kecamatan atau kabupaten/kota. Isian kuesioner tersebut seperti: No Isian Kuesioner Sumber Data (1) (2) (3) 1 Jumlah keluarga pengguna listrik (Blok PLN V.R501.a) 2 Dukun bayi (Blok VII.R708) Posyandu/Puskesmas 3 Jumlah warga penerima kartu BPJS PBI Bidan/Puskesmas selama tahun 2017 (Blok VII. R.711.a) 4 Jumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel (Blok 10. R1003.a) PT. Telkom 3. Contoh Pengisian Daftar a) Melingkari kode jawaban b) Apabila status pemerintahan yang dicacah tergolong dalam kategori kelurahan, maka isian Blok III Rincian 301 adalah: Desa -1 UPT/SPT -3 Kelurahan -2 Nagari -4 c) Mengisi jawaban dan memasukkan jawaban ke kotak 2 d) Apabila keluarga pengguna listrik PLN dan Non-PLN masing-masing berjumlah 1550 orang dan 50 orang, maka isian Blok V, Rincian 501.a adalah: 1. PLN (Perusahaan Listrik Negara) 1550 keluarga Non-PLN (misalnya:swasta, swadaya, atau perseorangan) e) Mengisi jawaban kosong 50 keluarga Apabila tidak ada dokter gigi yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, maka isian Blok VII Rincian 706.b =, sedangkan kotak diisi nol (0), Contoh: b. Dokter gigi (tidak termasuk tukang gigi) :... orang 0 0 f) Mengisi langsung ke dalam kotak Apabila di desa/kelurahan terdapat sebuah SD Negeri dan sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta dan tidak ada SMP/MTs, dan SMP terdekat berjarak 30 km, maka isian Blok VII, Rincian 701.c dan 701.d Kolom (2) s.d. Kolom (4) sebagai berikut:

44 Jeis/jenjang pendidikan Jumlah lembaga Negeri pendidikan Swasta Jika tidak ada lembaga pendidikan (kolom (2) dan kolom (3) berisi 0), perkiraan jarak terdekat (km) (1) (2) (3) (4) c. SD/MI d. SMP/MTs , 0

45 - 34 -

46 BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2018-DESA BLOK I PENGENALAN TEMPAT Identitas desa/kelurahan yang tercantum pada blok ini (R101 s.d. R107) diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, status daerah (perkotaan atau perdesaan), keberadaan desa/kelurahan di Master File Desa (MFD) online, status definitif dan operasional, serta alamat, nomor telepon, dan alamat kantor kepala desa/lurah yang menjadi wilayah pencacahan. Cek apakah nama desa yang terdapat pada papan monografi desa atau pada buku administrasi sudah sesuai dengan nama desa yang ada di daftar Master File Desa (MFD). Jika nama desa/kelurahan berbeda maka lakukan konfirmasi ke aparat desa/kelurahan, perbaiki nama yang ada di daftar MFD dan laporkan kepada pengawas. Perhatian: a. Penulisan nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah menggunakan huruf besar (kapital). b. Kode (PODES2014) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Podes 2014; c. Kode (SE2016) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Sensus Ekonomi (SE) 2016; d. Kode (Saat Pencacahan) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi pencacahan (April 2018). Jika desa/kelurahan tidak mengalami perubahan (pemekaran/ penggabungan), maka kode saat pencacahan mengacu pada MFD online (Desember 2017). Jika dalam pelaksanaan lapangan, terjadi perubahan desa akibat pemekaran atau penggabungan desa, maka pencacah harus berkoordinasi dengan pengawas untuk mendapatkan kode identitas desa dari BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota akan memberikan kode desa yang berubah mengacu pada Mekanisme Sistem Pengkodean Wilayah yang telah ditetapkan oleh BPS Pusat. Bila ditemukan desa baru tetapi belum operasional, maka data-data/karakteristik di dalamnya dicatat pada desa induknya.

47 Petunjuk bagi BPS Kabupaten/Kota: Bila ada pemekaran desa baru maka status (Rincian 105) desa baru mengikuti status daerah desa induknya. Misal, desa induk berstatus daerah perkotaan maka status desa pecahannya juga perkotaan. Demikian juga jika pemekaran terjadi di desa berstatus pedesaan. Rincian 106: Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui apakah wilayah desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online atau tidak. Jika desa/kelurahan tercatat di MFD online, maka lingkari kode 1. Jika tidak, lingkari kode Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online : Ya 1 à R108 Tidak 2 Rincian 107: Status definitif dan operasional desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini diisi jika desa/kelurahan tidak tercatat di Master File Desa (MFD) online (R106 berkode 2 ). Pertanyaan ini digunakan untuk memastikan bahwa wilayah yang dicacah pada Podes 2018 merupakan desa/kelurahan yang definitif dan operasional, yaitu : 1. Ada wilayah desa/kelurahan dengan batas yang jelas 2. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan 3. Ada pemerintah desa/kelurahan 4. Ada Surat Keputusan (SK) pembentukan desa/kelurahan Desa definitif dalam Podes 2018 jika memenuhi tiga syarat pertama (R107a-c berkode 1). Jika salah satu rincian pertanyaan dari R107.a sampai dengan R107.c ada yang berkode 2 maka pengisian kuesioner hanya sampai Blok II. Kuesioner ini tetap diolah tetapi tidak menjadi bagian dari target pencacahan lapangan dan informasi desa baru tersebut menjadi bagian dari desa asal. Rincian 108: Alamat lengkap, nomor telepon, alamat lokasi pelayanan pemerintahan dan situs/web/blog desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alamat lengkap, nomor telepon, alamat resmi dan situs/website/blog desa/kelurahan.

48 Rincian 108.a: Alamat lengkap Tuliskan alamat lengkap lokasi layanan pemerintahan desa/kelurahan mulai dari nama jalan atau SLS terkecilnya, RT, RW, dusun dsb. Selanjutnya isikan juga kode pos lokasi layanan pemerintahan desa/kelurahan pada kolom berikutnya. Rincian alamat lengkap dan kode pos tidak boleh kosong. Penjelasan: Jika lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan yang biasa digunakan sedang diperbaiki dan akan digunakan kembali, maka alamat yang dimaksud mengacu pada lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan yang sedang diperbaiki tersebut. Rincian 108.b: Nomor telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan nomor telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber. Penulisan nomor telepon lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan harus disertai dengan kode area. Misalnya: 021 (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi); 022 (Bandung, Cimahi, Soreang, dan Lembang), dsb. Jika lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan tidak mempunyai nomor telepon kantor, maka isikan tanda - pada tempat yang tersedia dan usahakan nomor telepon narasumber terisi. Rincian 108.c: Alamat lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alamat e- mail lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan dan narasumber. Jika lokasi pelayanan pemerintahan desa/kelurahan atau narasumber tidak mempunyai alamat kantor, maka isikan tanda - pada tempat yang tersedia. Contoh: Lokasi pelayanan pemerintahan kelurahan Sulaeman beralamat di Jl. Hercules IV No.21, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Nomor Telepon/Fax : (022) Website: kel_sulaiman@bandungkab.go.id, maka cara pengisian blok ini adalah: Rincian 108.d: Situs/website/blog desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan situs/website/blog dari pemerintahan desa/kelurahan.

49 BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER Rincian 201 s.d Rincian 206: Keterangan petugas Isikan nama pencacah dan pengawas/pemeriksa, NIP (bila tidak mempunyai NIP agar dikosongkan) pada rincian ini. Jangan lupa untuk melengkapi tanda tangan pencacah dan pengawas/pemeriksa setelah kuesioner terisi lengkap. Rincian 207: Jabatan narasumber Tuliskan jabatan narasumber yang menjadi sumber informasi dalam pengisian kuesioner PODES2018-DESA, baik aparat desa maupun instansi lain. II. KETERANGAN PETUGAS NO RINCIAN PENCACAH NO RINCIAN PENGAWAS /PEMERIKSA 201 Nama Pencacah 204 Nama Pengawas/ Pemeriksa 202 NIP 205 NIP 203 Tanda Tangan Pencacah 206 Tanda Tangan Pengawas/Pemeriksa 207 Jabatan Narasumber : *) Coret yang tidak sesuai,... April 2018 Mengetahui Kepala Desa/Lurah *) DAFTAR INI DIISI OLEH PETUGAS BERDASARKAN HASIL PENCACAHAN/WAWANCARA DENGAN NARASUMBER TERKAIT YANG BERWENANG DAN RELEVAN, SERTA PENELUSURAN DOKUMEN DESA/KELURAHAN Nama dan Stempel

50 Setelah kuesioner terisi lengkap, pencacah diharapkan melakukan persepakatan dengan kepala desa/lurah atau beberapa aparat desa/kelurahan dalam rangka konfirmasi dan finalisasi data desa yang dikumpulkan. Selanjutnya, pencacah meminta pengesahan kepala desa/lurah dengan menandatangani, memberi nama dan cap/stempel desa/kelurahan pada kuesioner. BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN Rincian 301: Status pemerintahan Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3) UPT/SPT, 4) Nagari, dan 5) Desa Adat. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

51 Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi). Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005). Penjelasan: Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT I Kuala Pangoh di Kabupaten Aceh Timur, UPT V Geumpang di Kabupaten Pidie, dsb. Bila dilihat dari data Podes , sudah ada UPT yang berubah menjadi desa seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih Selah (Podes 2011). Desa Adat adalah desa yang ditetapkan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme penataan kesatuan masyarakat hukum adat. Penetapan Desa Adat harus memenuhi syarat: kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya secara nyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat fungsional; Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat; kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Desa Adat dapat dilakukan penggabungan dengan desa adat lainnya atas prakarsa dan kesepakatan antar Desa Adat yang difasilitasi pemerintah daerah. Desa Adat juga dapat berubah menjadi desa, kelurahan, maupun sebaliknya. Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/ permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005). Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat

52 kelurahan yang bertujuan untuk membantu lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota LMK adalah satu orang perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada tingkat RW (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010). Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah nagari sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007). Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut : 1. Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala suku, alim ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo kanduang/tokoh perempuan dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam nagari bersangkutan dengan mempertimbangkan representasi jorong yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. 2. Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. 3. Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari. 4. Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari. 5. Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus Nagari diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Rincian 302a: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan Pilihan jawaban terdiri dari 3 kategori yaitu: 1. Ada, aktif; Jika terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus Nagari) dan mampu menyelenggarakan fungsinya dengan baik, seperti: dapat melakukan kegiatan membantu kepala desa/lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan, dapat menampung aspirasi masyarakat dan menyampaikannya kepada rapat/pertemuan desa/kelurahan, mampu mengadakan rapat/pertemuan rutin membahas segala isu permasalahan terkait pembangunan dan kesejahteraan desa. 2. Ada, kurang aktif; Jika terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus

53 Nagari) namun tidak mampu menyelenggarakan fungsinya dengan baik, seperti: jarang melakukan pertemuan untuk menampung aspirasi masyarakat. 3. Tidak ada, jika tidak terdapat Badan Permusyawaratan (BPD)/ Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK)/ Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus Nagari). Rincian 302b: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan Cukup jelas Rincian 303: Keberadaan Kegiatan Musyawarah Desa/Kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah ada kegiatan musyawarah yang dilakukan di desa/kelurahan. Kegiatan dapat berupa pertemuan rutin atau tidak rutin untuk membahas persoalan-persoalan yang ada di desa/kelurahan Rincian 304: Peta desa/ kelurahan yang ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota, Peraturan Bupati/Walikota penetapan kewenangan desa/kelurahan, tahun penetapan desa dan keterkaitan dengan program transmigrasi Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan peta desa/kelurahan yang ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Jika desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode 1 dan jika tidak ada, isikan kode 2. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur penataan desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Peta yang terdapat di kantor desa/kelurahan dapat berbentuk: 1. Sketsa peta yaitu gambaran umum batas-batas desa yang dibuat dengan menggunakan lukisan tangan. Biasanya berisi batas-batas desa dari 4 arah utara, selatan, timur, dan barat; keberadaan sungai, bangunan penting dan sebagainya. 2. Peta digital yang dibuat menggunakan perangkat komputer. Biasanya mempunyai kelengkapan peta yang lebih lengkap daripada peta sketsa. 3. Peta satelit yang menggambarkan kondisi desa dari foto satelit.

54 Pada rincian ini, Peta yang dicakup tidak mengkhususkan pada jenis peta tertentu. Selama terdapat peta yang sudah ditetapkan melalui peraturan Bupati/Walikota, maka desa/kelurahan yang bersangkutan dianggap mempunyai peta desa. Selain itu, ditanyakan keberadaan peraturan Bupati/Walikota penetapan kewenangan desa/kelurahan, tahun penetapan desa dan apakah desa berasal dari program transmigrasi atau tidak. Rincian 305: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS terkecil. Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah desa/kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan. Syarat-syarat pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis, prasarana, dan sarana serta kondisi kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya, nama SLS di setiap desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong, kampung, banjar, dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa jorong/korong/ kampung. Berikut merupakan contoh SLS di bawah desa/kelurahan. Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan masyarakat di desa/kelurahan. Dari segi ukuran luas wilayah dan jumlah keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah keluarga di dalam RT biasanya lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga untuk kelurahan. Dari setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa dan 3 RT di kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun dan Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4). Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal dengan sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong. Pada umumnya di Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang dimaksud adalah Banjar Dinas.

55 Rincian 305.a: Keberadaan Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode 1. Jika tidak ada, isikan kode 2 dan lanjutkan ke R.305. Rincian 305.b: Banyaknya Jenjang SLS di bawah desa/kelurahan Rincian 304.b, adalah jumlah jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Jumlah jenjang merupakan banyaknya tingkatan atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan. Misalnya satu desa terdapat 2 RW dan masing-masing RW terdapat 5 RT, maka Rincian 304.b terisi 2 jenjang SLS dibawah desa/kelurahan. Rincian 305.c: Banyaknya SLS terkecil di bawah desa/kelurahan Rincian 304.c, adalah jumlah jenjang SLS terkecil di bawah desa/kelurahan. Jumlah jenjang merupakan banyaknya SLS yang terkecil di bawah desa/kelurahan. Misalnya satu desa terdapat 2 RW dan masing-masing RW terdapat 5 RT, maka Rincian 304.c terisi 10 SLS terkecil dibawah desa/kelurahan. Rincian 306: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan yang meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta bentuk topografi wilayah desa/kelurahan. Rincian 306.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan pindahkan isian pada kotak yang tersedia. Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982). Mangrove tidak termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas. Sehingga daratan disebut pulau jika masih dapat terlihat meskipun terjadi pasang air laut. Penjelasan : Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R306.a.1 berisi jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R306.a.2 diisi dengan nama-nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara

56 berurutan dimulai dari pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan atau mempunyai luas wilayah yang paling besar. Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital. Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka tuliskan nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan dibuat secara dinamis untuk menampung kemungkinan penambahan pulau tersebut. Rincian 306.b: Topografi wilayah desa/kelurahan Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa/ kelurahan, dibedakan menjadi: 1. Lereng/Puncak adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung). 2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan. 3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang. Rincian 306.c: Keberadaan permukiman penduduk di lereng/puncak Salah satu aspek yang dipertimbangkan ketika terjadi bencana alam dalam kemudahan memberikan pertolongan/ persiapan menghadapinya adalah lokasi dan kondisi geografis permukiman penduduk yang terkena bencana alam. Permukiman penduduk yang terdapat di lereng/puncak cenderung lebih berisiko terkena bencana alam sekaligus lebih sulit memberikan bantuan. Banyaknya permukiman penduduk di lereng/puncak dapat memberikan informasi awal terkait irigasi dan persiapan menghadapi bencana alam. Rincian 307: Keberadaan, Status, Kondisi dan lokasi kantor kepala desa/lurah Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, Status, Kondisi dan lokasi kantor kepala desa/lurah. Lokasi kantor desa/lurah sangat penting karena kantor desa akan menjadi tempat tujuan jika terjadi setiap permasalahan, pengaduan, pengurusan administrasi, peristiwa bencana, konflik, dan kondisi lainnya. Idealnya setiap desa/kelurahan mempunyai kantor desa yang lokasinya dapat dengan mudah dijangkau oleh setiap warga masyarakatnya.

57 Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan yang dikuasai oleh desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan baik merupakan aset desa maupun bukan aset desa. Penjelasan: - Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai desa. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan kantor kepala desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi. Rincian 307.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah Cukup jelas Rincian 307.b: Status kantor kepala desa/lurah Status bangunan kantor desa dapat berupa aset desa maupun bukan aset desa. Aset desa merupakan Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset desa dapat berupa: a. Tanah kas desa/ulayat. b. Bangunan desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll. c. Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil pertanian. d. Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari : - Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. - Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis. - Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - Hasil kerja sama desa. - Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

58 Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll. Rincian 307.c: Kondisi kantor kepala desa/lurah Kondisi kantor desa dapat dibedakan menjadi: 1. Layak, jika kantor desa mempunyai bangunan beserta fasilitas didalamnya yang dapat mendukung pelayanan kepada warganya dengan baik. Contoh kantor desa layak seperti bangunannya mempunyai kondisi atap yang baik, tidak bocor, mempunyai dinding dan lantai yang cukup bagus. Kantor yang layak juga ditinjau dari keberadaan fasilitas penunjang pelayanan publik seperti; meja kepala desa, meja pelayanan, alat tulis, mesin ketik/komputer dan sebagainya. 2. Tidak layak, jika mempunyai bangunan yang tidak memenuhi syarat kelayakan dan tidak terdapat fasilitas pendukung untuk pelayanan publik. Rincian 307.d: Lokasi kantor kepala desa/lurah Isian lokasi kantor kepala desa/lurah: Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode 1. Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode 2. Rincian 308: Kegiatan pemerintahan, lokasi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian 308.a: Kegiatan pemerintahan desa umumnya dilakukan di : 1. Kantor desa, cukup jelas 2. Bukan kantor desa, jika kegiatan pemerintahan dilakukan di selain desa, umpamanya di rumah kepala desa Jika kegiatan pemerintahan dilakukan di banyak tempat, maka merujuk kepada tempat yang lebih sering digunakan. Rincian 308.b: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi dan ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude)

59 dan bujur (longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala desa/lurah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Penjelasan: - Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini pada saat Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2018 dapat menyalinnya. - Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus melakukan pengukuran (tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter yang telah tersedia di BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta memastikan akurasi koordinat posisi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah. - Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan. - Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan desa/kelurahan, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10 tahun. Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan diperolehnya suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara penulisan titik koordinat terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam Podes 2018, penulisan titik koordinat menggunakan Decimals Degrees (DD. Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter. Rincian 309: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut, Pemanfaatan wilayah laut, dan tanaman mangrove

60 Rincian 309.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang. Penjelasan: - Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode 1. - Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode 2. Rincian 309.b.1: Pemanfaatan laut Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut (R309.a berkode 1 ), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut. Pemanfaatan laut adalah segala aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan laut (baik warga desa/kelurahan setempat maupun warga desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap dan budidaya), tambak garam, wisata bahari maupun transportasi umum. 1. Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun. 2. Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan. 3. Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan maksud agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam tambak untuk selanjutnya dipanen oleh petani. 4. Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis, Pangandaran, Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan sebagainya. 5. Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar ongkos.

61 Rincian 309.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan Kata mangrove berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai, muara laguna/danau dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau pulau kecil. Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain: bakau, api-api, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut terdapat tanaman mangrove, maka isikan kode 1. Jika tidak, isikan kode 2. Tanaman Bakau Tanaman Api-Api Tanaman Pedada Tanaman Tanjang Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove Rincian 309.b3: Kondisi tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan Kondisi tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan dibagi menjadi 3 kategori pilihan:

62 Baik, jika kondisi tanaman mangrove dalam keadaan baik secara keseluruhan, masih dapat berfungsi sebagai penahan ombak air laut 2. Sebagian rusak, jika kondisi sebagian tanaman mangrove di desa dalam keadaan rusak sebagian, sehingga tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai penahan ombak air laut 3. Rusak, jika kondisi seluruh tanaman mangrove di desa dalam keadaan rusak (mati), sehingga tidak dapat berfungsi sedikitpun sebagai penahan ombak air laut Rincian 310: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap hutan. Lokasi desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke hutan. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Rincian 310a: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap kawasan hutan/hutan a Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam: 1. Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak di tengah/dikelilingi hutan. 2. Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. 3. Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan. Rincian 310b: Fungsi kawasan hutan/hutan Dalam Podes 2018, fungsi hutan dibedakan ke dalam : Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru. Hutan Lindung menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah kawasan hutan

63 yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK). Rincian 310c: Ketergantungan penduduk terhadap kawasan hutan/hutan Kawasan hutan/hutan mempunyai fungsi dan kegunaannya masing-masing. Oleh karena itu pemanfaatan hutan diatur oleh pemerintah agar tidak mengurangi fungsi kawasan hutan yang telah ditetapkan. Penduduk yang berada di sekitar hutan/kawasan hutan mempunyai risiko untuk menghilangkan hutan (merusak hutan) sehingga perlu dibuat aturan untuk pemanfaatannya. Semakin tinggi tingkat ketergantungan penduduk terhadap hutan, semakin tinggi pula potensi kerusakan hutan sehingga menghilangkan fungsi dari hutan yang sebenarnya. Ketergantungan penduduk terhadap kawasan hutan terbagi menjadi: 1. Tinggi, jika seluruh atau sebagian besar penduduk bergantung hidupnya atau pencahariannya dari hutan. Jika hutan rusak/tidak berfungsi maka akan terjadi permasalahan pangan, pekerjaan, dan sebagainya 2. Sedang, jika sebagian penduduk bergantung hidupnya atau pencahariannya dari hutan. Kerusakan hutan akan berpengaruh namun tidak terlampau besar 3. Rendah, jika sebagian kecil penduduk bergantung hidupnya pada hutan. Jika kerusakan hutan terjadi, tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat desa 4. Tidak tergantung, jika ada maupun tidak adanya hutan tidak berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat desa BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Rincian 401: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari 2018 Yang dicatat pada Podes 2018 adalah data jumlah penduduk dan keluarga desa/kelurahan berdasarkan laporan desa/kelurahan sampai Desember Jika di desa/kelurahan tidak tersedia datanya, maka aparat desa/kelurahan diminta untuk memperkirakan jumlahnya.

64 Banyaknya penduduk desa/kelurahan yang dicatat adalah jumlah penduduk yang tercatat pada buku administrasi kependudukan desa/kelurahan, meliputi semua orang yang berdomisili di desa/kelurahan selama 6 bulan/lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap di desa/kelurahan. Warga desa/kelurahan yang sudah tidak menetap lebih dari 6 bulan, maka tidak termasuk sebagai penduduk desa/kelurahan. Penduduk laki-laki adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Penduduk perempuan adalah penduduk yang berjenis perempuan. - Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. - Keluarga pertanian adalah keluarga yang sekurang-kurangnya ada satu anggota keluarga yang mengusahakan produk pertanian (menanggung risiko sendiri) dengan tujuan sebagian/seluruh dijual atau memperoleh pendapatan/keuntungan. Khusus untuk keluarga yang menanam padi dan palawija (tanaman pangan), walaupun seluruh hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, dikategorikan sebagai keluarga pertanian. Produk pertanian meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tidak termasuk keluarga yang anggota keluarganya hanya bekerja sebagai buruh tani dan tidak mengusahakan produk pertanian. Contoh: keluarga Pak Budi memiliki lahan pertanian yang semuanya disewa oleh Pak Soleh. Dalam hal ini keluarga Pak Budi sama sekali tidak mengelola lahan pertanian maka keluarga Pak Budi bukan sebagai keluarga pertanian. - Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di sektor pertanian pada satu atau lebih majikan/institusi dan menerima upah/imbalan dengan sistem harian maupun borongan. Contoh: buruh panen padi, buruh cangkul sawah/ladang, buruh penyadap karet, buruh panen udang dari tambak, buruh pemetik kopi, kelapa, cengkeh, dan sebagainya. Keluarga dengan anggota keluarga buruh tani adalah keluarga yang salah satu atau lebih anggota keluarganya bekerja sebagai buruh tani, dan tidak ada satu pun yang bekerja sebagai petani pemilik/petani pengusaha. Rincian 402: warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri dan keberadaan agen pengerahan TKI Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui desa-desa/kelurahan-kelurahan pengirim TKI. Jumlah TKI berdasarkan kondisi terakhir saat pencacahan.

65 Rincian 402.a. dan Rincian 402.b: Keberadaan dan jumlah warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri TKI adalah setiap WNI yang telah memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Jangka waktu tertentu ini biasanya ditandai dengan lamanya TKI tersebut tinggal di luar negeri, namun masih berstatus sebagai WNI. TKI yang belum berangkat ke luar negeri dan masih tinggal di tempat penampungan PJTKI dan diketahui oleh kepala desa/lurah, maka masih belum terhitung sebagai TKI. Penjelasan: - Jika aparat desa/kelurahan mengetahui keberadaan warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode 1 dan isikan jumlah TKI tersebut pada R.402.b, dirinci menurut jenis kelamin. - Jika aparat desa/kelurahan tahu bahwa tidak ada warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode 2. - Jika aparat desa/kelurahan tidak tahu mengenai keberadaan warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka isikan kode 3. Rincian 402.c: Agen (seseorang/sekelompok orang/perusahaan) pengerahan TKI ke luar negeri di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya agen pengerahan TKI di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat agen pengerahan TKI, maka isikan kode 1. Jika tidak, isikan kode 2. Agen pengerahan TKI ke luar negeri adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan mencari, merekrut, menampung dan menyalurkan TKI untuk bekerja di luar negeri.

66 Rincian 403.a: Sumber penghasilan/produksi penduduk Sumber penghasilan/produksi penduduk adalah semua jenis lapangan usaha dimana penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/pendapatan. Sumber penghasilan/produksi penduduk meliputi: 1. Kode 01: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Kategori ini mencakup semua kegiatan ekonomi/lapangan usaha, yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, pemanenan hasil hutan, serta penangkapan dan budidaya ikan/biota air. Kategori ini juga mencakup jasa penunjang masing-masing kegiatan ekonomi tersebut. 2. Kode 02: Pertambangan dan Penggalian. Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan mineral dalam bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair (minyak bumi), atau gas (gas alam). Kategori ini juga mencakup kegiatan tambahan untuk penyiapan barang tambang dan galian mentah untuk dipasarkan, seperti pemecahan, pengasahan, pembersihan, pengeringan, sortasi, pemurnian bijih logam, pencairan gas alam, dan aglomerasi bahan bakar padat. 3. Kode 03: Industri Pengolahan Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin, atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri pengolahan di sini adalah unit yang mengubah bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama di mana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan

67 dari pihak lain atas dasar kontrak. 4. Kode 04: Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengadaan tenaga listrik, gas alam, uap panas, air panas, dan sejenisnya melalui jaringan, saluran atau pipa infrastruktur permanen. Kategori ini juga mencakup pengoperasian mesin pembangkit listrik dan gas, yang menghasilkan, mengontrol, dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas dan udara dingin/sistem tata udara. Termasuk kegiatan produksi es, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. 5. Kode 05: Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan dengan pengelolaan air. Kategori ini juga mencakup pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti limbah/sampah padat atau bukan yang berasal dari rumah tangga dan industri, yang dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengolahan limbah/sampah dapat dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya. 6. Kode 06: Konstruksi Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi, yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian bangunan, atau struktur prafabrikasi di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Persewaan peralatan konstruksi dengan operatornya diklasifikasikan sebagai kegiatan konstruksi khusus. 7. Kode 07: Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barangbarang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan sepeda motor. Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. Perdagangan eceran adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk

68 konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. 8. Kode 08: Pengangkutan dan Pergudangan Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan jalan rel, saluran pipa, darat, perairan atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan itu, seperti: fasilitas terminal dan parkir, penanganan kargo/bongkar muat barang, pergudangan, dan lain-lain. Termasuk dalam kategori ini penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga kegiatan pos dan kurir. 9. Kode 09: Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan dalam kategori ini sangat bervariasi. 10. Kode 10: Informasi dan Komunikasi Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, penyediaan sarana untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk-produk tersebut, dan juga data atau kegiatan komunikasi, teknologi informasi dan pengolahan data, serta kegiatan jasa informasi lainnya. Komponen utama dari kategori ini adalah kegiatan penerbitan, termasuk penerbitan perangkat lunak (software), film, dan kegiatan perekaman suara, kegiatan pemrograman dan penyiaran radio dan TV, kegiatan telekomunikasi dan kegiatan teknologi informasi, dan kegiatan jasa informasi lainnya. 11. Kode 11: Aktivitas Keuangan dan Asuransi Kategori ini mencakup aktivitas keuangan, termasuk asuransi, reasuransi, dan kegiatan dana pensiun dan jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga mencakup kegiatan dari pemegang aset, seperti: kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis. 12. Kode 12: Real Estat Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir real estat atau bertindak sebagai agen pemegang wasiat real estat. Termasuk kegiatan pembangunan gedung, yang disatukan dengan pemeliharaan atau penyewaan bangunan tersebut. Kategori ini mencakup pengelola bangunan real estat. Real estat adalah properti berupa tanah dan bangunan.

69 Kode 13: Aktivitas Profesional, Ilmiah, dan Teknis Kategori ini mencakup khususnya kegiatan profesional, ilmu pengetahuan dan teknik, kegiatan ini membutuhkan suatu tingkat pelatihan yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna. 14. Kode 14: Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan, dan Penunjang Usaha Lainnya Kategori ini mencakup berbagai macam kegiatan yang mendukung operasional usaha atau bisnis secara umum. Kegiatan ini berbeda dari kegiatan yang termasuk dalam kategori 13, karena tujuan utamanya bukanlah transfer ilmu pengetahuan khusus. 15. Kode 15: Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga mencakup perundang-undangan dan penerjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi program berdasarkan peraturan perundangan-undangan, kegiatan legislatif, perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselatan negara, pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program pemerintah. Kategori ini juga mencakup kegiatan jaminan sosial wajib. 16. Kode 16: Pendidikan Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan yang diselenggarakan oleh institusi yang berbeda dalam sistem sekolah umum pada tingkat yang berbeda -beda seperti halnya pendidikan untuk usia dewasa, program literasi, dan lain-lain. Juga mencakup akademi dan sekolah militer, sekolah penjara dan lain-lain sesuai dengan tingkatan masing-masing. 17. Kode17: Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan aktivitas sosial. Kegiatan yang termasuk cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, sampai kegiatan perawatan di rumah yang melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional. 18. Kode 18: Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi Kategori ini mencakup kegiatan yang cukup luas untuk memenuhi kebutuhan kesenian/kebudayaan, hiburan dan rekreasi masyarakat umum,

70 termasuk pertunjukan langsung, pengoperasian tempat bersejarah, tempat perjudian, olahraga, dan rekreasi. 19. Kode 19: Aktivitas Jasa Lainnya Kategori ini (sebagai kategori sisaan) mencakup kegiatan dari keanggotaan organisasi, reparasi komputer dan barang barang rumah tangga dan barang pribadi, berbagai kegiatan jasa perorangan yang tidak dicakup di tempat lain dalam klasifikasi ini. 20. Kode 20: Aktivitas Rumah Tangga sebagai Pemberi Kerja Kategori ini mencakup kegiatan rumah tangga sebagai pemberi kerja dan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 21. Kode 21: Aktivitas Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya Kategori ini mencakup kegiatan Badan Internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Regional dan lain-lain, The International Monetary Fund, The World Bank, The World Customs Organization (WHO), The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), The Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), The European Communities, the European Free Trade Association dan lainlain. Kategori ini mencakup kegiatan perwakilan diplomatik dan konsulat (Kedutaan Besar). Rincian 403.b: Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah lapangan usaha di mana sebagian besar penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/ pendapatan. Rincian 404.a.1: Jenis komoditi/sub sektor pertanian Rincian ini terisi jika R403.a_01 berkode 1 yaitu sektor pertanian. Isikan jenis komoditi/sub sektor pertanian yang diusahakan sebagian besar keluarga sebagai sumber penghasilan utama, lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia sesuai dengan kodenya. Jenis komoditi/sub sektor pertanian meliputi: 1. Padi. 2. Palawija meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas, dll. 3. Hortikultura adalah kegiatan pertanian tanaman hortikultura meliputi buahbuhan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. 4. Karet 5. Kalapa sawit

71 Kopi 7. Kakao 8. Kelapa 9. Lada 10. Cengkeh 11. Tembakau 12. Peternakan adalah kegiatan peternakan yang mencakup baik ternak besar (sapi, kerbau, kuda, dll), ternak kecil (kambing, domba, babi, kelinci, dll), maupun unggas (ayam, itik, burung, dll). Termasuk budidaya hewan untuk diambil hasilnya seperti telor, susu, madu, bulu, dsb. 13. Perikanan tangkap (termasuk biota lainnya) adalah kegiatan untuk menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun. 14. Perikanan budidaya (termasuk biota lainnya) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan. 15. Budidaya tanaman kehutanan adalah kegiatan kehutanan yang menghasilkan produk tanaman kehutanan (kayu, daun, getah, dan lain-lain) termasuk usaha pembibitan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas resiko usaha. 16. Pemungutan hasil hutan adalah kegiatan mengambil benda-benda hayati hutan,dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar atas risiko usaha. Jenis hasil hutan yang biasa dipungut, seperti: kayu bakar, bambu, rotan, buah2an, jamur, lumut, madu, sarang burung, telur, dan kotoran burung, dll. 17. Penangkapan satwa liar adalah kegiatan yang meliputi perburuan binatang, seperti: berburu babi hutan, rusa dan sebagainya, dengan menggunakan perlengkapan, seperti : senapan, panah, dan tombak. 18. Penangkaran satwa/tumbuhan liar adalah kegiatan perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran satwa/tumbuhan liar dengan tetap memperhatikan kemurnian jenisnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan di dalam maupun di luar habitat dengan tujuan untuk kelestarian satwa/tumbuhan liar maupun komersil. Seperti, arwana, anggrek, kera ekor panjang, buaya, dll 19. Jasa pertanian meliputi jasa penunjang produksi pertanian dan pasca panen

72 seperti: pengelolaan bibit tanaman untuk pengembangbiakan, pembibitan tanaman hias, persewaan traktor, jasa penggilingan padi, dsb. 20. Tebu Rincian 404.b: Saluran pengairan/irigasi teknis Rincian 404.b.1: Keberadaan dan fungsi saluran pengairan/irigasi teknis Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi dari saluran/irigasi teknis untuk lahan pertaniaan yang ada di desa/kelurahan. Rincian 404.b.2: Cakupan/coverage saluran pengairan/irigasi teknis terhadap lahan pertanian Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui cakupan/coverage dari saluran/irigasi teknis untuk lahan pertaniaan yang ada di desa/kelurahan (Jika R404.b.1 berkode 1 atau 2 ). Rincian 404.c: Keberadaan dan kelengkapan toko/kios yang menjual sarana pertanian Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan kelengkapan toko/kios yang menjual sarana pertaniaan yang ada di desa/kelurahan. Rincian 404.d: Keberadaan dan fungsi pasar khusus untuk jual beli hasil produksi pertanian Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan fungsi pasar khusus untuk jual beli hasil pertanian yang ada di desa/kelurahan.

73 Rincian 404.e.1: Jenis permukaan jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa Sentra produksi/lahan pertanian yang dimaksud mengacu pada lokasi keberadaan sentra produksi/lahan pertanian yang paling luas di wilayah desa/kelurahan. Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat. Jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa adalah jalan yang menghubungkan antara lokasi sentra produksi/lahan pertanian dengan jalan utama desa. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil, batu), tanah, dan lainnya (termasuk jalan terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan, dan sejenisnya). Rincian 404.e.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode 1. - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode 2. - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali sepanjang musim hujan, maka isikan kode 3. - Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode 4. Rincian 405: Produk unggulan di desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui keberadaan produk (barang) unggulan yang dihasilkan oleh desa/kelurahan. Produk (barang) unggulan yang dimaksud adalah komoditas atau barang dagangan yang diproduksi dalam jumlah besar dan menjadi ciri khas desa/kelurahan, bentuknya dapat berupa hasil bumi maupun kerajinan setempat. Misalnya: salak pondoh sebagai produk unggulan di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi (Yogyakarta). Jika di desa terdapat beberapa produk unggulan, maka pilih produk yang dihasilkan dalam jumlah terbesar.

74 Rincian 405.a: Keberadaan produk (barang) unggulan/utama desa/kelurahan Jika desa memiliki produk (barang) unggulan maka lingkari kode 1, dan jika tidak ada maka lingkari kode 2. Rincian 405.b: Produk (barang) unggulan/utama desa/kelurahan Isikan produk (barang) unggulan desa/kelurahan pada Rincian 405.b sesuai jenisnya, apakah barang pangan atau non-pangan. Rincian 405.c: Pemasaran produk unggulan/utama Isikan keberadaan barang yang diedarkan sesuai cakupan pemasarannya (dalam desa, antar desa, antar kecamatan, antar kab/kota, antar provinsi, dan antar negara). BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP Rincian 501.a: Keluarga pengguna listrik Rincian ini dimaksudkan untuk melihat aksesbilitas keluarga terhadap listrik. Untuk kewajaran isian maka jumlah pada isian Rincian 501.a tidak boleh melebihi Rincian 401.c. Keluarga pengguna listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah keluarga pengguna/pelanggan listrik yang disalurkan oleh PLN, dengan atau tanpa meteran resmi dari PLN. Keluarga pengguna listrik non-pln adalah keluarga pengguna/pelanggan listrik selain dari PLN, misalnya diesel/generator, listrik diusahakan oleh pemerintah daerah, swasta, dan listrik swadaya masyarakat. Rincian 501.b: Keluarga bukan pengguna listrik Keluarga bukan pengguna listrik adalah keluarga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber energi untuk penerangan rumah. Penjelasan: Jumlah isian pada Rincian 501 (R501.a.1+R501.a.2+R501.b) harus sama dengan Rincian 401.c. Rincian 502: Penerangan di jalan utama desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai ada/tidaknya sarana penerangan dan jenis penerangan di jalan utama desa/kelurahan. Penerangan

75 jalan yang dicatat di sini adalah jika fasilitasnya tersedia dan berfungsi sebagaimana mestinya. Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat. Penjelasan: - Penerangan jalan yang diusahakan/dibiayai oleh masyarakat (swadaya) atau perusahaan walaupun sumbernya dari PLN dikategorikan sebagai listrik nonpemerintah. Rincian 503.a: Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bahan bakar untuk memasak oleh keluarga di desa/kelurahan ini. Gas kota adalah penggunaan gas bumi yang diperoleh dari perusahaan gas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk memasak keluarga sehari-hari. Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah bahan bakar berupa gas yang dicairkan yang merupakan produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Berasal dari beberapa sumber yaitu dari gas alam maupun gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). LPG 3 kg, jika keluarga menggunakan kompor yang berbahan bakar LPG ukuran 3 kg untuk memasak makanan atau minuman. LPG lebih dari 3 kg, jika keluarga menggunakan kompor yang berbahan bakar LPG ukuran lebih dari 3 kg, seperti 5,5 kg, 9 kg, 12 kg, 14 kg, atau lebih untuk memasak makanan atau minuman. Minyak tanah, jika keluarga menggunakan kompor yang berbahan bakar minyak tanah untuk memasak makanan atau minuman.

76 Kayu bakar, jika keluarga menggunakan kayu bakar dalam bentuk bongkahan untuk memasak masakan dan minuman sehari-harinya. Lainnya seperti arang, sekam, tempurung, briket batu bara, biogas, dll. Rincian 503.b: Cara memperoleh kayu bakar oleh sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui cara memperoleh kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar memasak oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini. Pembelian, jika keluarga memperoleh kayu bakar melalui penukaran (pembayaran) dengan uang. Pengambilan dari kawasan hutan/hutan, jika keluarga memperoleh kayu bakar dengan cara mencari/mengambil/menebang/memungut kayu secara langsung (tanpa pihak ketiga) di kawasan hutan/hutan. Pengambilan dari luar kawasan hutan/hutan, jika keluarga memperoleh kayu bakar dengan cara mencari/mengambil/menebang/memungut kayu secara langsung (tanpa pihak ketiga) di luar kawasan hutan/hutan, seperti kebun, pekarangan, atau lainnya. Lainnya, jika keluarga memperoleh kayu bakar melalui cara selain yang telah disebutkan di atas. Rincian 504.a: Tempat buang sampah keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang digunakan oleh keluarga di desa/kelurahan ini. Tempat sampah adalah tempat/wadah yang digunakan untuk menampung sampah yang berlokasi di sekitar halaman atau pagar bangunan dan terbuat dari tembok atau drum atau ember atau lubang besar dan sejenisnya, baik tertutup maupun terbuka. Tempat sampah, kemudian diangkut jika sampah ditampung sementara dalam wadah/tempat sampah yang kemudian sampah tersebut diangkut ke TPS atau langsung ke TPA. Dalam lubang/dibakar jika sampah dibuang ke dalam lubang, baik lubang buatan maupun alamiah, atau sampah tersebut dibakar.

77 Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika sampah dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai Drainase (got/selokan) jika sampah dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air. Lainnya misalnya sampah dikumpulkan kemudian dipakai sebagai bahan pembuatan kompos. Rincian 504.b: Tempat buang sampah sebagiaan besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan ini. Rincian 505.c: Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah tempat atau lahan yang digunakan sebagai penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di desa/kelurahan sebelum diangkut ke tempat perdauran ulang, pengolahan atau tempat pengolahan sampah terpadu. Rincian 505.a: Tempat buang air besar sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang air besar yang digunakan oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini. Jamban adalah tempat buang air besar yang tertutup, baik menggunakan tangki septik maupun tidak. Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga. Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih. Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan yang bersangkutan maupun masyarakat lainnya. Bukan jamban termasuk tempat pembuangan air besar yang penampungan akhirnya kolam/sawah, lubang tanah/tanah lapang/kebun, sungai/danau/laut, dan sebagainya. Penjelasan: - Apabila sebagian besar keluarga menggunakan dua atau lebih jenis jamban dengan persentase yang sama, maka kode jenis jamban yang dipilih adalah kode yang terkecil.

78 Jika Rincian 505.a berkode 4, maka pencacah langsung melanjutkan ke Rincian 506. Rincian 505.b: Kloset jamban yang digunakan oleh sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis kloset jamban yang digunakan oleh mayoritas keluarga, yang memiliki jamban, di desa/kelurahan ini. Leher angsa adalah kloset yang di bawah dudukannya terdapat saluran berbentuk huruf "U" (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar bau tinja tidak keluar. Plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran rata yang dimiringkan ke pembuangan kotoran. Lainnya misalnya cemplung/cubluk atau jenis kloset lainnya. Rincian 505.c: Tempat pembuangan akhir tinja sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui tempat pembungan akhir tinja sebagian besar keluarga, yang memiliki jamban, di desa/kelurahan ini. Tangki/instalasi pengelolaan air limbah, jika penampungan akhir tinjanya berupa tangki/saluran pembuangan akhir limbah (SPAL). Lubang tanah, jika limbahnya dibuang ke dalam lubang tanah yang tidak diberi pembatas/tembok (tidak kedap air). Sawah/kolam/sungai/danau/laut atau pantai/tanah lapang/kebun, jika limbahnya dibuang ke sawah/kolam/sungai/danau/laut atau limbahnya dibuang ke daerah pantai atau tanah lapang, termasuk dibuang ke kebun. Lainnya, jika limbahnya dibuang ke tempat selain yang telah disebutkan di atas. Rincian 506: Tempat/saluran pembuangan limbah cair dari air mandi/cuci sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan masyarakat desa/kelurahan dalam membuang limbah cair dari air mandi/cuci. Lubang resapan jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga dibuang ke lubang tanah yang permukaan atasnya ditutup. Lubang resapan diperuntukkan secara khusus untuk menampung limbah cair/air kotor dari rumah tangga. Drainase (got/selokan) jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air.

79 Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai. Dalam lubang atau tanah terbuka jika limbah cair dari air mandi/cuci dari rumah tangga dibuang ke dalam lubang yang tidak tertutup atau langsung dibuang ke tanah terbuka. Di beberapa wilayah di Pulau Jawa, lubang/tanah terbuka untuk pembuangan limbah cair/air kotor ini sering disebut dengan istilah peceren. Lainnya, jika limbah cair dari air mandi/cuci dibuang selain dengan cara di atas, misalnya dikumpulkan kemudian diproses khusus menjadi limbah yang aman dan ramah lingkungan serta dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Rincian 507: Sumber air untuk minum dan mandi/cuci sebagian besar keluarga Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber air yang digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan untuk minum dan mandi/cuci. Air kemasan adalah air yang diproduksi oleh suatu perusahaan melalui proses yang higienis dan terdaftar di kementerian kesehatan. Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) adalah air yang diproduksi melalui penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), atau Badan Pengelola Air Minum (BPAM), baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Ledeng tanpa meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan (air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air keliling/pikulan. Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek). Sumur adalah air dalam tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember, baik dengan menggunakan katrol maupun tidak. Air sumur dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu sumur terlindung dan tidak terlindung.

80 Sumur terlindung adalah sumur yang memiliki lingkar sumur berupa tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Sumur tak terlindung adalah sumur yang tidak dilindungi oleh tembok dan lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya (alami). Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air terlindung dan tidak terlindung. Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya. Mata air tidak terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya. Rincian 508.a: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya SUTET di desa/kelurahan. SUTET adalah jaringan kawat beraliran listrik bertegangan lebih dari KV untuk pendistribusian listrik lintas daerah. Penjelasan: - SUTET berbeda dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), yaitu terletak pada besaran tegangannya. SUTT bertegangan 30kV-150kV. Gambar 5.2: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

81 Rincian 508.b dan 508.c: Permukiman di bawah SUTET Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Lokasi, jumlah bangunan rumah dan jumlah keluarga yang dicatat pada rincian ini adalah yang berada di bawah lintasan jaringan dan berjarak kurang lebih 20 meter (Permentamben No. 1.P/47/MTE/1992). Rincian 509.a: Sungai, saluran irigasi, dan danau/ waduk/ situ/ embung/ bendungan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan penggunaan sungai, saluran irigasi maupun danau/waduk/situ/bendungan yang melintas/berada di desa/kelurahan ini. Menurut PP No. 38 tahun 2011, Sungai adalah tempat, wadah dan jaringan air yang terbentuk secara alamiah maupun buatan mulai dari mata air (hulu) sampai muara (hilir) dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai yang dimaksud di sini termasuk anak sungai, kanal, dan sodetan. Saluran irigasi adalah kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur penyediaan, pengambilan, dan pembagian air irigasi. Danau adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami yang terisi oleh air dari beberapa sumber seperti curahan hujan, sungai, dan air tanah. Waduk adalah penampungan aliran sungai yang dibendung untuk keperluan tertentu, misal pembangkit listrik, persediaan sumber air, irigasi, dsb. Embung adalah bangunan yang berfungsi menampung kelebihan air yang terjadi pada musim hujan untuk persediaan suatu desa di musim kering. Situ merupakan danau yang berukuran relatif lebih kecil.

82 Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan bendungan memiliki pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Rincian 509.b: Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/ embung/bendungan Isikan penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/embung/ bendungan oleh masyarakat pada kotak yang tersedia. Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/embung/bendungan meliputi: mandi/cuci, minum/masak, bahan baku air minum, pengairan/irigasi lahan pertanian, pariwisata atau rekreasi (misal adanya fasilitas wisata arum jeram, wisata Sungai Musi, dsb), perikanan, transportasi, pembangkit listrik, industri/pabrik dan lainnya. Kotak yang diarsir tidak boleh diisi. Rincian 510: Sungai yang melintasi desa/kelurahan dan keberadaan permukiman di bantaran sungai Rincian 510.a.: Nama sungai yang melintasi desa/kelurahan Rincian ini bertujuan untuk mengetahui sungai yang melewati desa/kelurahan dari hulu sampai ke hilir. Tuliskan nama sungai, baik nama resmi/baku atau sebutan lain sesuai dengan sebutan dari penduduk setempat. Rincian ini diisi jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 509.a kolom (2) berkode 1 ). Sungai yang melintasi desa adalah sungai yang alirannya melalui wilayah desa/kelurahan, termasuk juga sungai yang menjadi batas desa/kelurahan. Jika ada anak sungai yang tidak mempunyai nama, maka tuliskan nama dari sungai induk. Penjelasan : - Nama sungai beserta anak sungai harus sama, dan pada sungai yang sama hanya ada satu nama.

83 Rincian 510.b dan 510.c: Keberadaan permukiman di bantaran sungai Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan permukiman di bantaran sungai yang mencakup banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bantaran sungai. Menurut PP No. 38 tahun 2011, bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Rincian ini sebaiknya ditanyakan pada aparat desa dengan melakukan konfirmasi pada Ketua RT/RW yang wilayahnya mencakup daerah bantaran sungai tersebut. Gambar 5.3: Contoh Bagian-Bagian Sungai Rincian 510.d.1: Pencemaran air sungai dengan limbah Jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 509.a kolom (2) berkode 1 ), maka tanyakan apakah air sungai tercemar limbah. Jika air sungai tercemar limbah, isikan kode 1 atau isikan kode 2 jika air sungai tidak tercemar limbah. Jika Rincian 510.d.1 berkode 2, maka pencacah langsung melanjutkan ke Rincian 511. Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha/kegiatan yang dihasilkan dari hasil kegiatan pabrik, industri, pertambangan, dan sebagainya baik berupa gas, debu, cair, atau padat. Rincian 510.d.2: Sumber limbah Jika sungai yang melintasi desa/kelurahan tercemar limbah (Rincian 510.d.1 berkode 1 ), maka tanyakan sumber limbah berasal dari hasil kegiatan pabrik/industri/usaha atau rumah tangga atau lainnya. Rincian 510.d.3: Lokasi pabrik/industri/usaha/rumah tangga di wilayah desa/kelurahan Jika di desa/kelurahan terdapat pembuangan limbah pabrik/industri/usaha/ rumah tangga ke sungai (Rincian 510.d.2 berkode 1 atau 3 ), maka tanyakan keberadaan pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang limbah tersebut.

84 Isikan kode 1 jika lokasi pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang limbah tersebut berada di dalam wilayah desa/kelurahan. Isikan kode 2 jika lokasi pabrik/industri/usaha/rumah tangga yang membuang limbah tersebut berada di luar wilayah desa/kelurahan. Rincian 511: Keberadaan mata air Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan mata air di desa/kelurahan ini. Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya (alami). Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air terlindung dan tidak terlindung. Rincian 512: Permukiman kumuh Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan permukiman kumuh yang mencakup jumlah lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di permukiman kumuh. Permukiman kumuh (slum area) adalah wilayah permukiman dengan bangunan yang padat dan tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang buruk dan padat penduduk. Permukiman kumuh biasanya berada di lokasi marjinal (tidak boleh dijadikan sebagai tempat tinggal) misalnya: bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, sepanjang aliran drainase, di bawah jembatan (layang), pasar, dan sebagainya. Ciriciri umum permukiman kumuh antara lain: 1. Penduduk/bangunan sangat padat, 2. Banyak rumah yang tidak layak huni, 3. Sanitasi lingkungan buruk. Rincian 513: Pencemaran lingkungan hidup di desa/kelurahan selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi di desa/kelurahan dalam satu tahun terakhir, baik pencemaran air, tanah, maupun udara.

85 Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup (air, tanah, dan udara) baik langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia, yang biasanya terjadi dalam waktu yang lama. Gangguan ini bisa terjadi dengan sendirinya (proses alamiah) atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Seperti yang ditimbulkan oleh limbah pabrik, pemakaian pupuk kimia pada tanaman, limbah keluarga/pasar/pertokoan/ perkantoran, dan sebagainya. Pencemaran lingkungan di suatu daerah ditunjukkan oleh adanya ketidaknyamanan manusia/penduduk terhadap kondisi/ kualitas air, tanah, atau udara yang ada disekitarnya. Penjelasan: a. Pencemaran air. Air yang tercemar dapat dilihat dari tampilan fisiknya yang keruh, berwarna, berasa, berbusa, dan berbau. Keruh/tidak jernih, jika air dituang dalam gelas bening terlihat adanya benda-benda kecil yang bercampur menjadi satu, misalnya air yang keruh karena butiran koloid dari tanah liat; Berwarna, jika air tampak tidak keruh (bening/jernih) tetapi berwarna. Beberapa warna dalam air yang harus diwaspadai diantaranya: - Air berwarna hijau mengandung cuprum, oksida, chlorin, dapat mengakibatkan penyakit ginjal, sistem syaraf pusat dan kanker. - Air berwarna hitam mengandung kalsium, magnesium, dapat mengakibatkan batu ginjal dan kencing batu. - Air berwarna putih mengandung alumunium, arsen, asbestos, dapat mengakibatkan penyakit hati, sistem syaraf pusat dan kanker. - Air berwarna biru mengandung alumunium, sulfur, phospat, pestisida dapat mengakibatkan penyakit hati, ginjal, kencing batu dan sistem syaraf. - Air berwarna jingga (oranye) mengandung besi oksida dapat mengakibatkan gangguan air seni, maupun gangguan keseimbangan metabolisme.

86 Berasa, jika air memberi rasa tertentu, seperti: asin, anta, payau. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Berbusa, bila air mengeluarkan busa/buih yang cukup banyak (seperti tercampur deterjen) pada waktu dituang ke suatu tempat (gelas). Berbau, jika air mengeluarkan bau tertentu. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. b. Pencemaran tanah. Kesuburan tanah menurun oleh berbagai sebab, yaitu: rusaknya komposisi tanah akibat penambangan, penggalian, terkontaminasinya tanah karena bahan radio aktif di atasnya atau yang dipendam di dalamnya dan sebagainya. c. Pencemaran udara dicirikan dengan kondisi udara yang berdebu/berjelaga, berasap, dan berbau menyengat. Sumber pencemarannya meliputi pabrik, pembakaran gamping, kendaraan bermotor, letusan gunung, peternakan, pembakaran lahan/hutan dan sebagainya. Kolom (3): Sumber pencemaran lingkungan terdiri dari : Rumah tangga, jika sumber pencemaran berasal dari rumah tangga. Misalnya: limbah domestik atau limbah/sampah dihasilkan akibat kegiatan keluarga. Pabrik, jika sumber pencemaran berasal dari pabrik, termasuk dari kegiatan industri/usaha. Limbah lainnya, jika sumber pencemaran berasal dari selain rumah tangga dan pabrik/industri, misalnya pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada tanaman, terkontaminasinya air laut, SPBU bocor, dsb. Jika pada Rincian 513 Kolom (3) berkode 3 maka pada masing-masing baris di kolom tersebut dituliskan sumber pencemaran lainnya. Kolom (4): Pengaduan warga ke aparat desa Jika di desa/kelurahan terjadi pencemaran lingkungan hidup, maka tanyakan apakah kejadian tersebut dilaporkan/diadukan ke aparat desa atau tidak. Jika iya, isikan kode 1. Sebaliknya, isikan kode 2 jika tidak. Rincian 514: Kegiatan pelestarian lingkungan dan pengolahan sampah Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan kegiatan pelestarian lingkungan dan pengolahan sampah di desa/kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat desa/kelurahan ini pada tahun 2015, 2016 dan 2017.

87 Kegiatan pelestarian lingkungan yaitu seperti penanaman/pemeliharaan pepohonan di lahan kritis, penanaman mangrove, dan sejenisnya. Menurut UU No. 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air, lahan kritis adalah lahan yang fungsinya kurang baik sebagai media produksi untuk menumbuhkan tanaman yang dibudidayakan atau yang tidak dibudidayakan. Menurut UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Rincian 515: Kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan untuk proses usaha pertanian Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk proses usaha pertanian. Kebiasaan membakar ladang/kebun adalah kebiasaan membakar ladang/kebun secara sengaja dengan maksud untuk proses (mempersiapkan) usaha pertanian. Jika di desa/kelurahan terdapat kebiasaan membakar ladang/kebun, isikan kode 1. Jika tidak, isikan kode 2. Rincian 516: Keberadaan lokasi penggalian golongan C di desa/kelurahan Menurut PP Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian, bahan-bahan galian terbagi atas 3 golongan, yaitu: a. Golongan A, golongan bahan galian yang strategis yaitu: 1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam; 2. Bitumen padat, aspal; 3. Antrasit, batubara, batubara muda; 4. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya;

88 Nikel, kobalt; 6. Timah. b. Golongan B, golongan bahan galian yang vital yaitu: 1. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; 2. Bauksit, tembaga, timbal, seng; 3. Emas, platina, perak, air raksa, intan; 4. Arsin, antimon, bismut; 5. Yutrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya; 6. Berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; 7. Kriolit, fluorspar, barit; 8. Yodium, brom, khlor, belerang. c. Golongan C, golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B yaitu: 1. Nitrat, phosphate, garam batu (halite); 2. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit; 3. Yarosit, leusit, tawas (alam), oker; 4. Batu permata, batu setengah permata; 5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite; 6. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); 7. Marmer, batu tulis; 8. Batu kapur, dolomite, kalsit; 9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan A dan golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan; Penjelasan : Rincian ini hanya mencakup penggalian golongan C dimana lokasi penggalian dimaksud adalah tempat dilakukannya kegiatan penggalian golongan C baik yang kegiatannya aktif atau tidak, maupun yang memiliki surat perizinan atau tidak. BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM Rincian 601: Fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana alam yang ada di desa/kelurahan Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

89 ancaman bencana. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Sistem peringatan dini bencana alam adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana alam pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Sistem peringatan dini bencana alam yang dimaksud disini misalnya peringatan dini terhadap warga mengenai status ketinggian pintu air, status gunung, dsb, yang disampaikan melalui kentongan, pemberitahuan dengan loud speaker, dan lainnya. Penjelasan: - Pemberian peringatan status bencana melalui Short Messages Service (SMS) yang diberikan kepada warga yang berada pada lokasi berisiko terkena bencana, dicatat sebagai sistem peringatan dini bencana alam. Sistem peringatan dini tsunami adalah fasilitas pendeteksian kejadian bencana alam tsunami untuk memberikan peringatan dini sebelum bencana alam tsunami datang/menimpa desa/kelurahan. Sistem ini menggunakan peralatan teknologi tinggi sebagai alat atau sarana untuk memonitor kapan dan di mana bencana alam tsunami itu akan terjadi. Cakupan wilayah sistem peringatan dini tsunami meliputi semua desa/kelurahan yang dapat dijangkau oleh sistem tersebut dan bukan hanya desa/kelurahan dimana lokasi alat tersebut berada. Penjelasan : - Sistem peringatan dini tsunami yang dimaksud disini adalah peralatan teknologi tinggi untuk memonitor datangnya gelombang air laut pasang tsunami (desa tersebut berada dalam cakupan sistem peringatan dini, bukan lokasi dimana alat tersebut dipasang). - Sistem peringatan dini tsunami yang dicatat adalah yang masih berfungsi. Jika warga mengatakan tidak tahu apakah sistem peringatan dini tsunami masih berfungsi atau tidak, maka tetap dicatat sebagai ada sistem peringatan dini tsunami di desa/kelurahan.

90 Perlengkapan keselamatan adalah perlengkapan yang diupayakan/disediakan oleh aparat setempat ataupun warga komunitas lokal untuk antisipasi maupun evakuasi korban saat terjadi bencana alam, seperti: perahu karet, tenda, persediaan masker dan sebagainya. Rambu-rambu dan jalur evakuasi adalah rambu-rambu/tanda dan jalur atau rute khusus yang digunakan untuk evakuasi pada saat terjadi bencana alam. Ramburambu dan jalur atau rute ini bisa tersedia di desa/kelurahan dalam bentuk apapun, misal peta, petunjuk evakuasi, dan lokasi aman untuk berkumpul (muster point). Yang terpenting adalah jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga desa/kelurahan tahu jalur atau rute evakuasi yang harus dilewati. Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana meliputi: a) dalam situasi tidak terjadi bencana; dan b) dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi: a). perencanaan penanggulangan bencana; b). pengurangan risiko bencana; c). pencegahan; d). pemaduan dalam perencanaan pembangunan; e). persyaratan analisis risiko bencana; f). pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g). pendidikan dan pelatihan; dan h). persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Pembuatan, perawatan, atau normalisasi: sungai, kanal, tanggul, parit, drainase, waduk, pantai, dll. selama 3 tahun terakhir. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu contoh yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan bencana. Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman bencana dan kerentanan pihak yang terancam bencana. Simulasi dan peningkatan kewaspadaan terhadap bencana alam yang diikuti oleh warga desa /kelurahan selama 3 tahun terakhir. Kegiatan tersebut dapat menjadi salah satu contoh yang dapat dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko bencana Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, pengurangan risiko bencana merupakan kegiatan untuk mengurangi ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pendidikan atau pelatihan kesiapsiagaan bencana alam yang diikuti oleh warga desa/kelurahan selama 3 tahun terakhir. Menurut Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sementara itu, pendidikan dan pelatihan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan, dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

91 bencana. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal yang berupa pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi, dan gladi. Rincian 602: Kejadian/bencana alam (mengganggu kehidupan dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk. Penjelasan : - Bencana alam yang dicatat yaitu bencana yang terjadi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan dirinci setiap tahun, yaitu 2015, 2016, dan Dalam suatu kejadian bencana alam dapat menimbulkan beberapa peristiwa alam lainnya. - Yang dicatat dalam rincian ini adalah ada tidaknya kejadian bencana alam yang berdampak langsung terhadap warga (korban jiwa, materiil, maupun nonmateriil) di desa/kelurahan. - Contoh kasus: Suatu gunung berapi selama 2 bulan terakhir ini selalu meletus dan menimbulkan gempa. Untuk kasus ini bencana alam yang terjadi adalah gunung meletus dan gempa. Meletusnya Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014 telah menyebabkan hujan abu vulkanik di sejumlah daerah, baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Salah satu wilayah yang terkena dampak abu vulkanik Gunung Kelud adalah sejumlah desa di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang jaraknya sangat jauh dari Gunung Kelud. Karena terkena dampak dari abu vulkanik dan menyebabkan kerugian di bidang pertanian, maka sejumlah desa di kabupaten Ciamis tersebut dikategorikan terjadi bencana Gunung Meletus.

92 Kolom (1): Jenis bencana alam Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah atau batuan menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan, seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, luapan air sungai atau pecahnya bendungan air. Kejadian banjir yang selalu terjadi di suatu desa/kelurahan karena luapan sungai atau sistem drainase yang buruk, seperti yang terjadi di daerah Marunda, Jakarta Utara tetap dikategorikan sebagai banjir, selama warga di daerah tersebut merasa terganggu dan mengalami kerugian. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan volume yang besar sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa. Banjir bandang disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena jebolnya tanggul atau waduk/situ, maupun karena penggundulan hutan. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi terjadi karena aktivitas tektonik atau vulkanik. Gempa tektonik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh pergeseran tanah sedangkan gempa vulkanik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. Tsunami adalah sebuah gelombang/ombak laut yang besar yang terjadi karena gerakan vertikal pada kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa bumi, gempa di laut, gunung berapi meletus atau hantaman meteor di laut. Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat menyebabkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar, yang disebut tsunami. Dampak negatif tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban

93 jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih. Gelombang pasang laut adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar km/jam. Angin puyuh/puting beliung/topan adalah angin yang hembusannya berputar dengan kencang, dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih. Gunung meletus atau erupsi merupakan fenomena alam yang terjadi akibat aktivitas vulkanik di gunung yang menyebabkan magma keluar maupun material vulkanik dari kawah gunung. Dalam hal ini, erupsi yang hanya menyebabkan hujan awan panas juga termasuk kedalam bencana gunung meletus. Kebakaran hutan adalah peristiwa kebakaran yang tidak ada unsur kesengajaan yang terjadi di hutan ataupun pembakaran hutan secara sengaja oleh manusia dan menyebabkan polusi asap yang besar yang mencemari udara baik di dalam wilayah desa maupun di luar desa, mengakibatkan kerusakan lahan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian. Penjelasan : - Dalam Podes 2018, kebakaran hutan juga termasuk kebakaran lahan. Kekeringan lahan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah mengalami musim kemarau yang panjang, yang akhirnya menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Bencana kekeringan dapat menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan khususnya pada wilayah-wilayah perdesaan yang bergantung pada usaha pertanian. Kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Kolom (2): Ada/tidak. Isikan dengan kode yang sesuai. Kolom (3), (5), dan kolom (7): Banyaknya kejadian Rincian ini diisi jika Rincian 601 kolom (2) berkode 1. Jika kejadian bencana alam di desa/kelurahan lebih dari 9 (sembilan) kali, maka tetap ditulis 9. Banyaknya kejadian merujuk ke berapa kali satu episode peristiwa (rentetan kejadian) bencana alam yang terjadi. Untuk gempa, satu episode kejadian dimulai dari getaran pertama sampai terakhir. Misalkan dalam satu episode gempa terjadi selama 24 jam, yang

94 mengakibatkan gempa lebih dari satu kali maka jumlah gempa yang dihitung tetap hanya satu kali. Untuk gunung meletus, satu episode kejadian adalah dari letusan pertama sampai letusan terakhir dan bisa saja berlangsung dalam periode beberapa hari dan tetap dihitung sebagai satu kali letusan. Kolom (4), (6), dan Kolom (8): Korban jiwa Korban jiwa (meninggal) yang dicatat merujuk pada seluruh kejadian dalam satu tahun kejadian, bukan hanya pada tahun puncak kejadian bencana alam. Jika tidak terjadi korban jiwa, maka isikan 0 (nol). BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN Rincian 701: Jenis/jenjang lembaga pendidikan Kolom (2) dan Kolom (3): isikan ke dalam kotak banyaknya lembaga pendidikan yang ada aktivitasnya menurut tingkat pendidikan. Tidak termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan yang baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktivitas belajar-mengajar. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan diakui/disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat/ijazah. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma. Ada beberapa kasus terkait cakupan lembaga pendidikan/sekolah: Jika ada sekolah yang terletak di perbatasan dua desa, maka dicatat di salah satu desa dimana kantor administrasi berada. Sebuah kampus yang meliputi beberapa desa, maka catat desa dimana kantor rektor berada. Untuk sekolah jarak jauh atau kelas jarak jauh dan sekolah terbuka dicatat menjadi satu dengan sekolah induknya dimana pengelolaan administrasi berada. Lembaga yang memenuhi kriteria/karakterisitik sebagai lembaga pendidikan tetap dimasukkan sebagai lembaga pendidikan yang sesuai/setara, contoh lembaga pendidikan setara akademi seperti LP3I.

95 Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang masih beroperasi Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah tempat kegiatan pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan/perkembangan jasmani dan rohani agar siap memasuki pendidikan selanjutnya. Penjelasan : - Pos PAUD sering dikenal dengan nama PAUD saja. Dalam kasus ini, tetap dicatat dalam Podes TK/RA/BA, meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul Athfal (RA). SD/MI, meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta. SMP/MTs, meliputi Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta. SMU/MA, meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. SMK, meliputi Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), baik negeri maupun swasta. Akademi/Perguruan Tinggi, meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas, baik negeri maupun swasta. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional dan mental. Pondok pesantren (Ponpes) adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis

96 masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya (PP No. 55 tahun 2007). Pondok pesantren selain mengajarkan kitab kuning atau kitab klasik, adapula yang menyelenggarakan pendidikan seperti: MI, MTs maupun MA. Ponpes yang menyelenggarakan pendidikan formal dan atau non formal seperti MI, MTs, MA maupun madrasah diniyah, unit satuan pendidikannya selain masuk dalam ponpes juga masuk ke MI, MTs, MA dan atau madrasah diniyah. Pesantren itu terdiri dari lima unsur pokok yaitu: Kiai, Santri, Masjid, Pondok dan Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pengertian Pondok Pesanten yang lain adalah bercirikan: a. Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic Boarding School), b. Fungsi kiai sebagai centre figure, yang berperan sebagai guru, pendidik, dan pembimbing, c. Masjid sebagai pusat kegiatan, d. Materi yang diajarkan tidak sebatas kitab kuning saja. Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disahkannya PP No. 55 Tahun 2007, Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Departemen Pendidikan Nasional). Madrasah Diniyah ada yang diselenggarakan di Ponpes dan di luar Ponpes seperti di masjid, musholla, rumah ataupun di kantor kepala desa (lurah). Materi pembelajaran madrasah diniyah adalah Al quran, Hadist, fiqih/ibadah, aqidah/ahlak, sejarah kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dll. Lembaga Pendidikan Diniyah terdiri atas: a. Diniyah Atfal (DA), Diniyah Ula (DU), Diniyah Wustha (DW), Diniyah Ulya (DUy) dan Ma had Aly yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama. b. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal berjenjang, terdiri dari Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW), Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), dan Diniyah Takmiliyah Aly (DTA) yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama. c. Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal tanpa jenjang, terdiri dari Taman Kanak-kanak al-qur an (TKQ), Ta limul Qur an lil Aulad (TQA), Taman Pendidikan al- Qur an (TPQ) dan Majelis Taklim (MT) yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama. Seminari atau sejenisnya adalah lembaga pendidikan tinggi agama Katolik/Kristen, dalam profesi kepastoran dan biasanya menyediakan asrama bagi para siswanya dalam komplek pendidikan. Contoh sejenisnya adalah Pendidikan Alkitab untuk Agama Protestan.

97 Kolom (4): Perkiraan jarak ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km). Jika tidak ada lembaga pendidikan, maka isikan perkiraan jarak ke lembaga pendidikan serupa yang terdekat (km). Jika jarak ke lembaga pendidikan kurang dari 100 m maka tuliskan angka 00,0. Kolom (5): Aksesibilitas ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km). Kolom (5) diisi jika lembaga pendidikan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode 0 ). Isikan Kolom (5) dengan persepsi kepala desa/lurah atau perangkat desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke lembaga pendidikan serupa dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit. Rincian 702.a: Kegiatan pemberantasan buta aksara/keaksaraan fungsional (KF) selama 3 tahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan pemberantasan buta aksara selama tiga tahun terakhir. Keaksaraan fungsional adalah metode pemberantasan buta aksara meliputi pengajaran kemampuan baca, tulis, dan hitung, serta berbagai keterampilan lain. Keterampilan disini tergantung proposal yang diajukan, misal memasak, menjahit, pembuatan kain sulam, dsb. Rincian 702.b: Kegiatan pendidikan Paket A/B/C selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kegiatan pendidikan paket A/B/C. Program Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/ MTs), dan Paket C (setara SMA/MA). Rincian 702.c: Kelompok Bermain (Play Group) yang masih beroperasi Kelompok Bermain (Play Group) adalah pendidikan anak-anak usia 2-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta

98 perkembangan selanjutnya. Program yang lebih dikenal dengan nama Play Group ini, merupakan program pendidikan prasekolah sebelum TK yang programnya adalah mengajarkan anak belajar bersosialisasi di antara mereka dengan cara bermain. Penyelenggaran Play Group dikelola oleh pihak swasta, baik pendanaan maupun tenaga pengajarnya. Rincian 702.d: Taman Penitipan Anak (TPA) yang masih beroperasi Taman Penitipan Anak adalah bentuk intervensi pendidikan bagi anak usia 3 bulan sampai memasuki pendidikan dasar pada lembaga taman penitipan anak (wahana kesejahteraan anak yang biasanya berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja). Ini berupa tempat menitipkan anak yang disertai dengan program pendidikan prasekolah dan mempunyai program stimulasi untuk anak, antara lain alat bermain (motorik kasar), mengenal bentuk (motorik halus) dan bermain (sosialisasi). Nama lain yang mungkin ditemui adalah full day atau day care. Rincian 702.e: Taman Pendidikan AL-Quran (TKA) yang masih beroperasi Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur an (TKA) yang masih beroperasi di desa/kelurahan. Beberapa nama yang digunakan untuk taman pendidikan Al Qur an antara lain TKA,TKQ,TPA,TPQ,TQA dan bentuk lain yang sejenis. Rincian 702.f: Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang masih beroperasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah lembaga yang lahir dari dan untuk masyarakat yang merupakan potensi dalam memberdayakan warga (masyarakat umum) untuk belajar dan memperoleh informasi/pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup. TBM dicirikan sebagai suatu ruang/tempat yang menyediakan koleksi bahan bacaan yang bertujuan untuk memberikan akses pada masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Rincian 703: Jenis pendidikan keterampilan Isikan banyaknya lembaga yang menyediakan pendidikan keterampilan di desa/kelurahan. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan luar sekolah yang dikelola oleh lembaga/badan pelatihan/kursus keterampilan yang mempunyai ciri: jangka waktu pendidikan relatif pendek, ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat umum dan menyediakan sertifikat bagi peserta yang lulus. Contoh pendidikan keterampilan antara lain: bahasa asing, komputer, menjahit/tata busana, kecantikan/tata rias, montir mobil/motor, elektronika (reparasi TV, AC, Kulkas, dsb) dan lainnya (memasak/tataboga, stir mobil, dsb). Pendidikan keterampilan termasuk yang diselenggarakan oleh BLK (Balai Latihan Kerja). Penjelasan: - Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah lembaga pendidikan keterampilan yang masih aktif/ beroperasi.

99 Rincian 704: Sarana Kesehatan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah sarana kesehatan yang masih aktif/beroperasi. Rumah Sakit (RS) adalah sarana kesehatan/bangunan tempat untuk melayani penderita yang sakit untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah sakit yang dicatat adalah rumah sakit umum dan khusus. Rumah sakit umum bisa dimiliki oleh: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI atau

100 swasta/bumn. RS Pemerintah Pusat misalnya RSCM/RSUP Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, RS Pemerintah Daerah misalnya RS Abdul Muluk di Lampung, RS Bhayangkara milik POLRI dan RS Swasta misalnya RS Stella Maris di Kota Makasar-Sulawesi Selatan, RS Pelni/RS Pertamina milik BUMN. Termasuk rumah sakit khusus seperti rumah sakit perawatan paru-paru dan rumah sakit jantung. Rumah Sakit Bersalin (RSB) adalah rumah sakit khusus untuk persalinan, dilengkapi pelayanan spesialis pemeriksaan kehamilan, persalinan, rawat inap dan rawat jalan ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan dokter spesialis kandungan. Biasanya Rumah Sakit Bersalin dikelola oleh swasta. Misal RSB Bunda Menteng Jakarta. Adapun perbedaan antara RSB dengan rumah bersalin (RB) adalah RSB biasanya memberikan pelayanan tindakan operasi, sedangkan RB tidak melakukan tindakan operasi. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah sebagai unit pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota) yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan/desa. Puskesmas memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya Puskesmas berada di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari 2 3 puskesmas di dalam 1 kecamatan. Pada Podes 2018, Puskesmas dibedakan antara puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat inap dan tidak. Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa/kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan pelayanan berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan. Poliklinik adalah sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu. Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri kesehatan. Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek. Rumah Bersalin adalah sarana pelayanan kesehatan dengan izin sebagai rumah bersalin, dilengkapi pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan serta pemeriksaan

101 ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan bidan senior. Seperti RSB, biasanya Rumah Bersalin juga dikelola oleh swasta. Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa wilayah merupakan sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/kelurahan dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa/kelurahan. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya dengan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola oleh bidan dan dibantu beberapa kader. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan tersebut. Apotek adalah suatu sarana kesehatan yang digunakan untuk pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran/penjualan obat/bahan farmasi. Apotek melayani pembelian obat secara bebas atau dengan resep dokter. Apotek selalu ada tenaga apoteker selaku penanggungjawabnya. Toko khusus obat/jamu adalah tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan menyimpan, menjual obat/bahan khusus untuk obat/jamu. Toko obat/jamu melayani pembelian obat-obatan bebas terbatas dan juga obat bebas. Penjelasan: - Toko khusus obat kuat tidak dikategorikan sebagai toko khusus obat/jamu sehingga tidak dicatat. Kolom (2): Jumlah sarana kesehatan Isikan jumlah sarana kesehatan (baris a sampai m) yang ada di desa/kelurahan ini. Jika tidak ada, maka isikan 0. Jumlah sarana kesehatan adalah jumlah secara fisik berupa bangunan sarana kesehatan yang masih berfungsi (memberikan pelayanan kesehatan) yang berada di dalam wilayah desa/kelurahan ini. Kolom (3): Jarak ke sarana kesehatan terdekat Bila sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode 2 ), maka perlu ditanyakan kolom (4). Isikan perkiraan jarak (dalam

102 kilometer) dari kantor kepala desa/lurah ke sarana kesehatan serupa terdekat pada kolom (4). Jika jaraknya kurang dari 1 km maka tuliskan angka 00,0. Penjelasan : Jika di desa/kelurahan tidak tersedia puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap, maka jarak yang dimaksud adalah jarak terdekat ke salah satu dari ketiga fasilitas kesehatan tersebut (puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap). Kolom (4): Kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan Kolom (4) diisi jika sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode 0 ). Isikan Kolom (4) dengan persepsi kepala desa/lurah atau perangkat desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke sarana kesehatan serupa dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit. Rincian 705 : Jumlah posyandu menurut kegiatan/pelayanan selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah posyandu berdasarkan kegiatan/pelayanan yang dilakukan selama terakhir. Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Posyandu mempunyai dua kegiatan, yaitu: kegiatan utama dan tambahan. Kegiatan utama posyandu meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi kepada ibu hamil oleh kader kesehatan dan pembentukan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. 2. Pelayanan kesehatan bagi ibu nifas dan menyusui, yaitu penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina), pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan payudara, senam ibu nifas dan pemeriksaan kesehatan lainnya.

103 Pelayanan kesehatan bayi dan balita yaitu penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, dan pemeriksaan kesehatan lainnya. 4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB). 5. Pelayanan imunisasi. 6. Pelayanan gizi. 7. Pencegahan dan penanggulangan diare. Kegiatan tambahan misalnya: 1. Perbaikan kesehatan lingkungan. 2. Pemberantasan penyakit menular. 3. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Jumlah posyandu berdasarkan kegiatan/pelayanan dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Ada kegiatan/pelayanan setiap sebulan sekali adalah posyandu di desa/kelurahan yang minimal ada satu kegiatan/pelayanan posyandu setiap bulan. 2. Ada kegiatan/pelayanan setiap 2 bulan atau lebih adalah posyandu di desa/kelurahan yang ada kegiatan/pelayanan posyandu tapi tidak setiap bulan. Rincian 706: Tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan masyarakat dalam mengakses kesehatan. Diharapkan, jika ada tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, warga dengan mudah mendapatkan pelayanan pengobatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan dan atau keterampilan bidang kesehatan dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat umum baik secara langsung maupun tidak langsung, mencakup dokter (umum dan spesialis), dokter gigi, bidan, perawat, dsb. Menurut Permen Kemenkes No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

104 melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari: 1. Tenaga medis meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis. 2. Tenaga psikologi klinis meliputi psikologi klinis 3. Tenaga keperawatan meliputi perawat 4. Tenaga kebidanan meliputi bidan. 5. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. 6. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga. 7. Tenaga kesehatan lingkungan meliputi tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan. 8. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. 9. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara, dan akupuntur. 10. Tenaga keteknisian medis meliputi perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis 11. Tenaga teknik biomedika meliputi radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik. 12. Tenaga kesehatan tradisional meliputi tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan 13. Tenaga kesehatan lain. Dokter adalah tenaga kesehatan profesional yang berlatar belakang pendidikan kedokteran dan memberikan pelayanan kesehatan, misal membuat diagnosis medis dan penanganannya. Dokter yang dicakup adalah dokter umum dan dokter spesialis tidak termasuk dokter hewan. Bidan adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan berdomisili/tinggal di desa/kelurahan. Tenaga kesehatan lainnya meliputi, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis. Penjelasan: - Orang yang melakukan pengobatan bekam, patah tulang, sinshe, tabib dan lainnya tidak termasuk dalam tenaga kesehatan lainnya.

105 Rincian 707: Keberadaan bidan desa (BDD) Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa/kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan. Rincian 708: Dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/ kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/kelurahan. Dukun bayi/dukun bersalin atau dengan sebutan lain paraji adalah wanita yang memiliki keterampilan secara turun temurun untuk menolong persalinan secara tradisional. Rincian 709: Kejadian luar biasa atau wabah penyakit selama setahun terakhir Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan KLB menurut PMK No tahun 2010 dapat dilakukan oleh: a. Kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota, b. Kepala dinas kesehatan provinsi, bila kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan daerahnya dalam keadaan KLB, c. Menteri kesehatan, bila kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB. Penjelasan : - Dalam Podes 2018, KLB juga termasuk yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Misalnya: penetapan KLB oleh Bupati seperti Keputusan Bupati Bantul (tahun 2011) tentang KLB Leptospirosis di Bantul. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan wabah menurut PMK No. 1501

106 Tahun 2010 dapat dilakukan oleh menteri kesehatan. Penjelasan: Satu kasus yang terjadi dapat dikatakan sebagai KLB apabila kasus tersebut sangat berbahaya. Contohnya penyakit flu burung. Muntaber adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber. Tanda atau gejala seseorang yang terkena muntaber adalah sakit perut (mulas), kembung, muntah-muntah, demam tinggi, kepala pusing, nafsu makan berkurang, lemas, dan elastisitas kulit menurun. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung dua hari atau lebih. Penyebab diare antara lain: bakteri, virus, alergi, dan parasit pada makanan. Demam Berdarah (DB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Tanda-tanda DB antara lain: demam secara mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan, lebam, kadang disertai mimisan, berak/muntah darah dan kesadaran menurun. Campak (Rubiola, Measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit. Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa (genus

107 plasmodium) dengan gejala utama demam berkepanjangan dan berulang. Penyebaran malaria melalui nyamuk anopheles betina. Flu burung (avian influenza)/sars adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Hepatitis E adalah adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi buruk. Difteri Pertusis Tetanus (DPT) adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, amandel, dan tenggorokan. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak. Lainnya, misalnya keracunan makanan, chikungunya, leptospirosis, kolera, dll. Rincian 710: Jumlah warga penderita gizi buruk (marasmus/kwashiorkor) selama 3 tahun terakhir Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan konsumsi zat gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari, yang ditandai dengan berat dan tinggi badan tidak sesuai umur (dibawah rata-rata) dan harus ditetapkan oleh tenaga medis. Busung lapar termasuk salah satu bentuk gizi buruk. Secara klinis, status gizi buruk terdapat tiga tipe, yaitu: marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, dan iga gambang. Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema (sembab) baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan hiper pigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan.

108 Marasmus-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa gejala klinis antara marasmus dan kwashiorkor. Rincian 711: Jumlah warga yang menjadi peserta BPJS kesehatan PBI, jumlah surat miskin/sktm yang dikeluarkan, warga peserta BPJS Non PBI/JKN, penerima KKS dan penerima KIP Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan sosial. BPJS tersebut merupakan implementasi dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai dilaksanakan tanggal 1 Januari 2014 dengan dua cakupan jaminan sosial yaitu kesehatan dan ketenagakerjaan. Berdasarkan undang-undang ini, setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia wajib menjadi peserta jaminan sosial. Berdasarkan iuran yang dibayarkan, peserta BPJS kesehatan terbagi menjadi dua yaitu: 1. BPJS kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Merupakan jaminan pembiayaan kesehatan dari pemerintah bagi masyarakat dimana iurannya di tanggung pemerintah dan diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Termasuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah: Peserta yang sebelumnya terdaftar sebagai pemegang KIS, KJS, JAMKESMAS dan JAMKESDA di mana semuanya dialihkan menjadi peserta BPJS PBI dengan kartu identitas yaitu KIS (Kartu Indonesia Sehat). 2. BPJS Non PBI Merupakan BPJS kesehatan di mana pesertanya membayar iurannya secara sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta BPJS Non PBI adalah setiap orang yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang terdiri dari : 1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah

109 Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain sebagainya 3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima upah Surat miskin/surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) adalah surat keterangan yang diberikan oleh kepala desa/lurah kepada masyarakat miskin untuk keperluan tertentu. Kartu Keluarga Sejahtera merupakan bantuan non tunai melalui pembukaan rekening simpanan bagi masyarakat kurang mampu melalui Kartu Keluarga Sejahtera yang disertai dengan SIM Card untuk Layanan Keuangan Digital (LKD) yang merupakan pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS). kartu itu merupakan program pemerintahan Jokowi - JK selain Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKS) adalah kartu yang didalamnya ada Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang merupakan uang digital dari pemegang KKS yang diberikan kepada keluarga kurang mampu, secara bertahap diperluas mencakup penghuni panti asuhan, panti jompo dan panti-panti sosial lainnya. Kartu Indonesia Pintar (KIP) adalah kartu yang menjamin dan memastikan seluruh anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu terdaftar sebagai penerima bantuan tunai pendidikan sampai lulus SMA/SMK/MA. KIP diberikan kepada keluarga miskin dan rentan miskin (tidak mampu) yang mana mereka berkeinginan untuk dapat menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun secara gratis. Mereka yang memperoleh KIP ini akan diberikan dana tunai dari pemerintah secara teratur yang mana dana tersebut tersimpan dalam fungsi KIP untuk menyekolahkan anaknya tanpa biaya alias gratis. Penjelasan: - Periode waktu pengamatan dikeluarkannya SKTM, BPJS PBI, KKS dan KIP adalah sejak Januari sampai Desember Periode BPJS Non PBI/JKN adalah sejak Januari 2018 sampai dengan pencacahan.

110 BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA Rincian 801: Keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di desa/kelurahan Rincian ini berisi keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di desa/kelurahan sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jika di desa/kelurahan ada warga yang menganut agama/kepercayaan tertentu, maka isikan kode angka ganjil. Jika di desa/kelurahan tidak ada maka isikan kode angka genap. Islam, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu cukup jelas. Kristen memiliki beberapa aliran, antara lain: Protestan, Advent, Pantekosta, Baptis, Kharismatik dan lain-lain. Kepercayaan yang dimaksud disini adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan warisan leluhur, sering disebut dengan kebatinan, kejiwaan dan kerohanian yang dilestarikan dalam rangka mendukung pelestarian dan pengembangan budaya bangsa. Contoh kepercayaan yang ada di Indonesia: Organisasi Aji Dipa, Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya Sampurna, dll. Penjelasan: - Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah tidak termasuk ke Agama Hindu, tetapi dimasukkan ke Lainnya. Rincian 802: Agama/kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan Isian pada kotak harus merujuk pada R801 kolom 1, dimana kolom (3) nya berkode ganjil. Isikan salah satu kode agama/kepercayaan pada Rincian 801 kolom

111 (1) yang dianut oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan ini (Rincian 801 kolom (3) berkode ganjil ). Rincian 803: Jumlah tempat ibadah di desa/kelurahan Tempat ibadah adalah bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan peruntukannya khusus untuk ibadah oleh masyarakat umum sesuai agama yang dianut tanpa memandang status kepemilikan, termasuk bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan fungsinya dikhususkan untuk ibadah di fasilitas umum. Tidak termasuk tempat ibadah yang khusus dipakai oleh pribadi/keluarga. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam, yang dapat digunakan untuk Sholat Jum'at. Surau/Langgar adalah tempat peribadatan umat Islam, lebih kecil dari masjid dan tidak digunakan untuk Sholat Jum'at. Gereja Kristen adalah tempat ibadah untuk umat Kristen. Gereja Katolik adalah tempat ibadah untuk umat Katolik. Kapel adalah tempat ibadah untuk umat Katolik yang tidak ada Pastur. Pura adalah tempat sembahyang umat Hindu. Vihara adalah tempat ibadah umat Buddha. Klenteng adalah tempat ibadah umat Konghucu. Rincian 804: Suku dan bahasa sebagian besar warga di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya keragaman suku/etnis, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh warga, dan akulturasi budaya di desa/kelurahan.

112 Rincian 804.a: Warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis Suku/etnis adalah golongan suku/etnis yang tinggal di desa/kelurahan ini yang biasanya ditandai dengan kebudayaan dan adat istiadat tertentu. Jika warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis, maka isikan kode 1 dan tuliskan tiga nama suku/etnis terbesar warga di desa/kelurahan pada tempat yang tersedia (Rincian 804.a.2). Penulisan nama suku/etnis diurutkan mulai dari yang jumlah warganya terbesar. Rincian 804.b: Warga desa/kelurahan berkomunikasi sehari-hari menggunakan beberapa bahasa Bahasa yang dimaksud dalam Podes 2018 adalah bahasa yang digunakan oleh sebagian besar warga desa/kelurahan untuk berkomunikasi. Jika warga desa/kelurahan menggunakan lebih dari satu bahasa, maka isikan kode 1 dan tuliskan bahasa sehari-hari sebagian besar tersebut pada tempat yang tersedia (Rincian 804.b.2). Rincian 805: Penyandang cacat Penyandang cacat adalah orang yang mengalami kecacatan sehingga terganggu/terhambat dalam melakukan suatu kegiatan sebagaimana layaknya. Orang cacat biasanya mendapat bantuan dari program pemerintah, maka diharapkan aparat desa tahu akan keberadaan penyandang cacat di wilayahnya, baik yang tinggal di panti maupun rumah tangga. Penyandang cacat dikelompokkan menjadi penyandang cacat fisik, mental, serta fisik dan mental, dengan rincian sebagai berikut: a) Tunanetra adalah kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Tunanetra dibedakan ke dalam dua golongan yaitu: buta total dan kurang awas (low vision). Buta total jika kedua mata tidak dapat melihat sama sekali. Kurang awas, bila dua mata tidak dapat menghitung jari-jari tangan yang digerakkan pada jarak 1 meter di depannya walaupun memakai kacamata atau ada cukup cahaya untuk melihat.

113 b) Tunarungu (tuli) adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. c) Tunawicara (bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara. d) Tunarungu-wicara (tuli-bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara dan berbicara. Seseorang menjadi bisu umumnya disebabkan karena tuli. e) Tunadaksa (cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota gerak dan tubuh, serta kelumpuhan/ketidaklengkapan anggota gerak/tulang sehingga menimbulkan gangguan gerak. f) Tunagrahita (cacat mental/keterbelakangan mental) adalah kelainan/ keterbelakangan mental/jiwa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas yang umum dilakukan orang lain seusianya, contoh idiot. g) Tunalaras adalah hambatan/gangguan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Seseorang eks sakit jiwa termasuk ke dalam kategori tunalaras. h) Cacat eks sakit kusta adalah kecacatan yang disebabkan oleh penyakit kusta/lepra yang secara medis sudah dinyatakan sembuh. i) Cacat ganda (cacat fisik-mental) adalah orang yang menderita cacat mental (tunagrahita atau tunalaras) dan cacat fisik (buta, tuli, bisu, bisu-tuli atau cacat tubuh). Rincian 806: Jumlah warga penderita cebol stunting Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah warga penderita cebol stanting yang ada di desa/kelurahan. Cebol Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima

114 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.. Rincian 807: Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui banyaknya orang yang dipasung di desa/kelurahan. Menurut kementerian kesehatan, pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya, dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. 807 Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan : orang Rincian 808: Situs cagar budaya di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dan pengelolaan situs cagar budaya yang ada di desa/kelurahan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Benda Cagar Budaya adalah sebagai benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. Penjelasan : - Air disini maksudnya laut, danau, waduk sungai, sumur dan rawa - Cagar Budaya ditetapkan oleh Tim Ahli

115 Rincian 809a: Jumlah padepokan/sanggar/kelompok kesenian yang ada di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya padepokan/sanggar/ kelompok kesenian yang ada di desa/kelurahan. Padepokan sanggar/kelompok kesenian yang dimaksud adalah yang masih aktif. Rincian 809b1: Jumlah obyek/daya tarik wisata komersial yang ada di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya obyek/daya tarik wisata komersial yang ada di desa/kelurahan. Rincian 809b2: Jumlah obyek/daya tarik wisata non komersial yang ada di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya obyek/daya tarik wisata non komersial yang ada di desa/kelurahan. Rincian 810: Keberadaan ruang publik terbuka yang peruntukkan utamanya sebagai tempat bagi warga/kelurahan untuk bersantai/bermain tanpa perlu membayar Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan ruang publik terbuka di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat ruang publik terbuka, maka isikan kode 1. Jika tidak, isikan kode 2. Ruang publik terbuka yang dimaksud adalah ruang/lahan umum yang peruntukkan utamanya sebagai tempat warga/masyarakat untuk bersantai/bermain tanpa perlu membayar. Ruang publik terbuka dapat berupa lapangan terbuka/alunalun, taman, tempat bermain, dsb. Penjelasan: - Pada Podes 2018 ini, tidak mencakup ruang publik terbuka berupa jalan dan pedestrian. Rincian 811: Kebisaan dan keterlibatan warga dalam kegiatan gotong royong di desa/kelurahan selama tiga tahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui masih adanya kegiatan gotong royong di desa/kelurahan selama tiga tahun terakhir.

116 Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu sikap ataupun kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan. Sikap gotong royong ini telah melekat pada diri masyarakat pedesaan dan merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang. Dalam Podes 2018 rincian dibedakan menjadi dua yaitu 1. Kebiasaan dan keterlibatan warga dalam gotong royong untuk kepentingan umum/komunitas seperti kerja bakti, siskamling, pesta rakyat, dll 2. Kebiasaan dan keterlibatan warga dalam gotong royong untuk membantu warga yang sedang mengalami musibah seperti kematian, kesakitan, kecelakaan, dll Masing-masing rincian, isikan kode 1 jika ada sebagian warga terlibat, kode 2 jika ada sebagian kecil warga terlibat, dan kode 3 jika tidak ada kebiasaan. Rincian 812: Budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat desa/ kelurahan (kearifan lokal) dan masih dipertahankan Rincian ini ditanyakan dengan maksud untuk mengetahui keberadaan budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat (kearifan lokal) dan masih dipertahankan. Tuliskan nama budaya/adat/kebiasaan (kearifan lokal) di desa/kelurahan beserta penjelasannya berdasarkan klasifikasinya. Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Dalam Podes 2018, bentuk kearifan lokal yang dicatat mencakup adat atau budaya yang bernilai luhur dan dilakukan oleh masyarakat di desa/kelurahan. Adat dan budaya luhur tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kelahiran 2. Perkawinan 3. Kematian

117 Pencaharian/pekerjaan 5. Alam/lingkungan hidup 6. Kehidupan komunitas 7. Kehidupan kebangsaan Penjelasan: - Isian jenis kearifan lokal di desa/kelurahan yang dituliskan terdiri atas nama dan penjelasan/deskripsi mengenai kearifan lokal tersebut. - Contoh: Tradisi Larungan Sedekah Bumi adalah salah satu contoh adat dan budaya luhur yang berkaitan dengan pencaharian/pekerjaan. Ritual yang diselenggarakan oleh masyarakat pesisir Pantai Cilacap, Jawa Tengah ini merupakan ungkapan rasa syukur atau meminta berkah dan keselamatan kepada yang Maha Kuasa. Tradisi ini dilaksanakan setiap setahun sekali, yaitu sebelum tahun baru Jawa atau malam satu syuro. Umumnya, mereka yang melakukan tradisi ini adalah para Nelayan. Pusat tradisi ini tidak hanya di lakukan di pantai Teluk Penyu, namun juga oleh masyarakat di sepanjang pesisir Pantai Cilacap bahkan sampai Pantai Pangandaran. Ada banyak sekali sesaji (Jolen) yang meliputi hasil bumi, sayuran, buahbuahan, tumpeng dan kurban sembelihan dari para nelayan yang di larungkan ke laut, Jolen-jolen di kumpulkan di pendopo Bupati Cilacap dan kemudian di arak ke pantai serta di barengi dengan berbagai pertunjukan dan atraksi budaya khas Cilacap. Setelah sampai di bibir pantai, jolen-jolen ini di angkut dengan perahu-perahu tradisional yang sudah di hias dan selanjutnya jolenjolen tersebut dibuang ke tengah laut. Sebelum upacara larungan di mulai terlebih dahulu di lakukan prosesi nyekar ke Pantai Karang Bandung yang terletak di wilayah timur tenggara Nusakambangan dan pengambilan air suci di Pulau Majethi yang menurut kepercayaan mitologi warga pesisir sebagai tempat tumbuhnya Bunga Wjiayakusuma. Selesainya kegiatan tradisi sedekah bumi dilanjutkan dengan pertunjukan budaya, kesenian di setiap desa-desa. Rincian 813: Jumlah lembaga lembaga kemasyarakat yang ada di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan dengan maksud untuk mengetahui banyaknya lembagalembaga kemasyarakat yang ada dan masih aktif.

118 Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Kepala Desa/Lurah dalam memberdayakan masyarakat. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Desa/Kelurahan, untuk selanjutnya disebut TP PKK Desa/Kelurahan adalah lembaga kemasyarakatan sebagai mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing jenjang pemerintahan untuk terlaksananya program PKK. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial. Lembaga Adat adalah Lembaga Kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku. Kelompok tani (poktan) adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Lembaga Pengelolaan Air yang dimaksud mencakup lembaga pengelolaan air dalam irigasi maupun non irigasi (misal air bersih) yang masih aktif di desa/kelurahan. Contoh lembaga pengelolaan air dalam irigasi adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Kelompok Masyarakat (Pokmas) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah lembaga yang terdapat di tingkat Desa/Kelurahan yang telah berjalan dan melayani masyarakat setempat;

119 BLOK IX. OLAHRAGA Rincian 901: Fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga. Lapangan olahraga adalah tempat lapang untuk kegiatan olahraga yang ada di desa/kelurahan sesuai dengan persyaratan olahraga yang bersangkutan. Keberadaan lapangan olahraga yang dimaksudkan bukan hanya yang dimiliki oleh desa/kelurahan, termasuk lapangan yang dimiliki swasta atau pribadi yang difungsikan secara komersial dan masyarakat umum dapat mengaksesnya. Penjelasan: - Ukuran lapangan standar pada dasarnya tetap menjadi acuan, namun tidak harus sama persis (seoperasional mungkin di lapangan). Selama di desa terdapat suatu lapangan yang digunakan untuk olahraga dan ukuran mendekati, maka tetap dicakup. - Bila ada satu lapangan yang dipakai lebih dari satu jenis kegiatan olah raga, misal untuk sepak bola dan voli maka akan tercatat dua jenis lapangan yaitu lapangan sepak bola dan bola voli. Lapangan sepak bola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepak bola dengan ukuran 110 m x 70 m. Lapangan bola voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola voli dengan ukuran lapangan yang umum adalah 18 m x 9 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton. Ukuran tinggi net putra 2,43 meter dan untuk net putri 2,24 meter. Lapangan bulu tangkis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bulu tangkis dengan ukuran lapangan 14,40 m x 6,10 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton/papan kayu.

120 Lapangan bola basket adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola basket dengan ukuran lapangan 28 m x 15 m dengan lantai terbuat dari beton. Lapangan tenis (lapangan) adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi olahraga tenis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x 10,97 m dengan lantai terbuat dari rumput/gravel/beton. Lapangan futsal adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepak bola di dalam ruangan. Aturan main sama seperti bermain sepak bola biasa. Hanya saja ada sedikit modifikasi pada beberapa hal, misalnya: setiap tim memiliki lima pemain dan dipimpin oleh seorang wasit, bila bola keluar lapangan, bola tidak dilempar melainkan ditendang, dll. Kolam renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan kolam renang dan diperuntukkan bagi olahraga renang dengan ukuran kolam 50 m x 25 m atau 25 m x 15 m. Jenis olah raga bela diri mencakup pencak silat, karate, capoera, taekwondo, martial art dan lain-lain. Tempat fitness/senam atau yang juga disebut dengan pusat kebugaran (fitness center) adalah tempat khusus berolahraga ataupun melakukan aktivitas fisik. Sebuah fitness centre yang biasanya menyajikan banyak fasilitas dengan konsep one stop sport dan entertainment menjadi kunci utamanya. Dengan konsep ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan olah raga tetap tinggi dan tentunya dengan harapan lain, seperti sportainment dimana orang bisa melakukan olahraga yang biasanya berujung pada kebosanan dengan sangat menyenangkan sebagai penanggulangan atas tingginya tingkat stres, dan yang terakhir adalah mengubah anggapan masyarakat bahwa olah raga tidaklah pagi hari, sore, malam bahkan setiap saatpun bisa. Ketegangan, tekanan dan kesibukan yang disebabkan oleh rutinitas yang ada membuat energi kita terkuras, diharapkan dengan adanya sarana olahraga seperti ini, energi yang tadinya terkuras bisa di- recharge kembali. Penjelasan : - Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah tempat fitness yang menggunakan bangunan tetap, untuk masuknya berbayar, dan minimal tersedia fasilitas untuk melakukan latihan beban (barbell, dumbell, dll) dan kardio (treadmill, sepeda statis, aerobic, dll). Olah raga lainnya mencakup seluruh kegiatan olah raga selain yang ada pada kuesioner ini. Kelompok kegiatan olah raga mengacu pada kelompok kegiatan yang dibentuk oleh warga desa dan anggotanya adalah warga desa/kelurahan setempat maupun warga di luar desa/kelurahan, tanpa memperhatikan apakah kegiatan olahraga tersebut dilakukan di desa/kelurahan maupun di tempat lain.

121 BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air. Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro. Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan orang lain melalui media komunikasi, seperti: TV, radio, surat kabar, dan lain-lain. Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Contoh: telepon, telegraf, telex, dan sejenisnya. Pos dan giro adalah pelayanan lalu-lintas surat pos, uang, barang, dan pelayanan jasa lainnya. Rincian 1001: Prasarana dan sarana transportasi antar desa/kelurahan: Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui prasarana sarana dan sarana transportasi antar desa/kelurahan yang ada. Rincian 1001.a: Lalu lintas dari dan ke desa/kelurahan Rincian ini diisi prasarana dan sarana lalu lintas yang paling sering dilalui warga dari dan ke desa/kelurahan lain.

122 Catatan: - Jalan papan di desa/kelurahan yang rumahnya di atas sungai, maka prasarana transportasinya dianggap darat. Rincian 1001.b.1: Jenis permukaan jalan yang terluas Rincian ini diisi jika R1001.a berkode 1 atau 3. Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa/kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya. Rincian 1001.b.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Rincian ini diisi jika Rincian 1001.a berkode 1 atau 3. - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode 1. - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode 2. - Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali sepanjang musim hujan, maka isikan kode 3. - Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode 4. Rincian 1001.c.1: Keberadaan angkutan umum Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan angkutan umum yang melewati desa/kelurahan. - Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum dengan trayek tetap, maka lingkari kode 1. - Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum tanpa trayek tetap, maka lingkari kode 2. - Jika desa/kelurahan tidak dilewati angkutan umum, maka lingkari kode 3. Trayek angkutan adalah lintasan/rute/jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang dan atau orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Penjelasan: Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap. Rincian 1001.c.2 dan Rincian 1001.c.3: Operasional angkutan umum yang utama

123 Rincian ini ditanyakan jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum (R.1001.c.1 berkode 1 atau 2 ). Jika desa/kelurahan dilewati oleh lebih dari satu angkutan umum, maka tanyakan operasional dan jam operasi angkutan umum utamanya. Angkutan umum yang utama merupakan angkutan umum yang biasa/paling banyak digunakan oleh warga desa/kelurahan. Jika untuk mencapai lokasi yang ditentukan harus berganti-ganti angkutan umum maka yang dipilih sebagai angkutan umum yang utama adalah angkutan umum yang paling panjang jarak tempuhnya. Rincian 1002: Transportasi dari kantor kepala desa/lurah Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui wilayah-wilayah yang terpencil melalui informasi angkutan umum yang biasa digunakan oleh warga serta jarak, waktu tempuh dan biayanya. Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat, air maupun udara. Khusus rincian disini adalah angkutan untuk penumpang. Jenis angkutan umum: - Ojek sepeda motor adalah alat angkut yang menggunakan sepeda motor untuk mengangkut orang. - Kendaraan bermotor roda 3 atau lebih adalah alat angkut beroda 3 atau lebih untuk mengangkut penumpang/barang yang menggunakan tenaga penggerak dari mesin/ motor. - Perahu yang dimaksud terdiri atas perahu bermotor dan tidak bermotor. - Perahu tidak bermotor adalah perahu yang tidak menggunakan tenaga penggerak dari mesin/motor melainkan menggunakan layar atau dayung.

124 Perahu motor/kapal motor adalah kapal yang menggunakan motor sebagai tenaga penggerak, motor ini dipasang secara permanen di dalamnya. - Lainnya adalah alat angkutan umum yang selain disebutkan di atas, misalnya becak, delman, pedati, dokar, dll. Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh warga. Waktu tempuh yang dicatat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga. Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Penjelasan : - Jika warga melakukan perjalanan menuju kantor camat menggunakan lebih dari satu moda transportasi, maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga. - Jika responden tidak tahu pasti jarak tempuh, maka isikan kolom (5) dengan hasil perkiraan. - Jika jarak tempuhnya kurang dari 1 km maka tuliskan angka 0001, begitu juga dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam maka tuliskan angka 01 dan biaya transportasi kurang dari Rp 1.000,- maka tuliskan angka Jika angkutan yang digunakan tidak ada angkutan umum/kendaraan pribadi atau hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki maka stop pada kolom (2) dan lanjutkan ke kolom (5) pada baris yang sama. Rincian 1003a: Keluarga yang berlangganan telepon kabel Keluarga yang berlangganan telepon kabel adalah keluarga yang berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah. Rincian 1003b: Pengguna telepon seluler/handphone Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui penggunaan telepon seluler/handphone di desa/kelurahan. Pengguna telepon seluler/handphone yang dicatat di sini adalah seseorang yang menguasai telepon seluler/handphone yang masih berfungsi.

125 Rincian 1004: Keberadaan warnet (termasuk game online) Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui keberadaan warnet (termasuk game online) di desa/kelurahan yang masih aktif/berfungsi. Warnet yang dicatat di sini adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa internet antara lain: usaha sewa komputer dengan jaringan internet termasuk yang digunakan sebagai game online. Rincian 1005: Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler Rincian 1005.a: Jumlah Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler BTS adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal komunikasi seluler. BTS ditandai adanya menara/tower yang dilengkapi antena sebagai perangkat transceiver. Masyarakat umum sering menyebutnya sebagai tower telepon seluler/handphone. BTS memfasilitasi komunikasi nirkabel antara piranti komunikasi dan jaringan operator. Piranti komunikasi penerima sinyal BTS bisa telepon, telepon seluler, jaringan nirkabel sementara operator jaringan yaitu GSM, CDMA, atau platform TDMA. Jika di desa/kelurahan terdapat BTS, maka isikan jumlah BTS. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat BTS, maka isikan 0. Ada beberapa jenis antena BTS tower, diantaranya dua jenis antenna BTS tower yang sering dijumpai di tower seluler yaitu : 1. Antenna parabola (Microwave) Antenna ini disebut juga dengan antenna parabola. Antenna parabola ini memiliki radiasi gelombang elektromagnetik yang menyempit sehingga bisa menjangkau jarak yang jauh. Sehingga antenna parabola ini dipakai untuk menghubungkan antar tower seolah-olah kabel yang tak terlihat. 2. Antenna yang berbentuk persegi panjang (sektoral) Antenna ini disebut antenna sektoral. Karakteristik antenna ini memiliki radiasi yang lebih lebar yang berguna untuk menangkap sinyal dari hand

126 phone di sekitar tower. Antenna jenis ini yang dipakai oleh perangkat yang disebut sebagai BTS (2G), NodeB (3G) maupun enodeb (LTE). Gambar 5.4. Antena parabola (kiri) dan antena berbentuk persegi panjang (kanan) Rincian 1005.b: Jumlah operator layanan komunikasi telepon seluler/handphone yang menjangkau di desa/kelurahan Operator layanan komunikasi telepon seluler/handphone adalah operator yang mengusahakan jaringan layanan komunikasi telepon seluler/handphone. Operator seluler ditandai adanya signal yang digunakan dalam telepon seluler. Masyarakat umum sering menyebutnya sebagai sinyal telepon seluler/handphone. Jika di desa/kelurahan terdapat beberapa operator selluler yang digunakan oleh masyarakat, maka isikan jumlah operator layanan komunikasi. Jika di desa/kelurahan tidak ada yang memanfaatkan operator selluler, maka isikan 0. Rincian 1005.c: Sinyal telepon seluler/handphone di sebagian besar wilayah desa/kelurahan Sinyal telepon seluler adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile phone satelit. Isian dari rincian ini terdiri dari Sinyal sangat kuat (1), Sinyal kuat (2), Sinyal lemah (3), atau Tidak ada sinyal (4). Rincian 1005.d: Sinyal internet telepon seluler di sebagian besar wilayah di desa/kelurahan Sinyal internet telepon seluler merupakan jaringan sistem data paket internet dengan kecepatan transfer data tertentu. Paket data disini biasanya digunakan dalam melakukan akses internet. Protokol transfer data ini mengalami beberapa perubahan mulai dari GPRS, Edge, 3G, HSPA, kemudian 4G. Isian dari rincian ini terdiri dari 4G/LTE (1), 3G/H/H+ (2), 2G/E/GPRS (3), serta Tidak ada sinyal internet (4). Sinyal G atau GPRS adalah jaringan sistem data paket internet untuk HP. GPRS sendiri merupakan singkatan General Packet Radio Service. Jaringan ini memiliki kecepatan data mencapai Kilobits per-second (Kbps). Jika Anda menemui

127 sinyal G di HP. Sinyal E atau EDGE (Enhanced Data rate for GSM Evolution). Kecepatan data transfer sinyal EDGE ini antara 120 Kbps sampai dengan 384 Kbps. Pada smartphone generasi awal sinyal EDGE adalah jaringan tertinggi yang bisa dipindai. Sinyal 3G merupakan turunan dari 2G atau GPRS. 3G sendiri adalah 3GPRS atau GPRS versi 3. Yang membedakan adalah protokol transfer data yang menggunakan UMTS (United Mobile Telecommunication Technology). Kecepatan datanya dimulai dari 384 Kbps sampai 2 Mbps. Sinyal HSPA (High Speed Packet Access) atau dikenal dengan 3,5G. Sedikit lebih cepat dari sinyal 3G, transfer datanya antara 600 Kbps sampai 10 Mbps, rata-rata 1-3 Mbps. Sedang sinyal HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) atau kadang H+ memiliki kecepatan mencapai 7,2 Mbps. Sinyal 4G atau generasi ke 4 dari GPRS juga disebut LTE (Long Term Evolution) membesut kecepatan hingga 100 Mbps. Rincian 1006: Fasilitas Komputer/PC/Laptop dan fasilitas internet di kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas internet di kantor kepala desa/lurah dan warnet di desa/kelurahan. Kantor kepala desa/lurah dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di kantor kepala desa/lurah tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dsb. Rincian 1007: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos, layanan pos keliling, perusahaan/agen jasa ekspedisi Pos merupakan bagian dari sistem pos yaitu sebuah metode yang digunakan untuk mengirimkan informasi atau suatu objek, di mana untuk dokumen tertulis biasanya dikirimkan dengan amplop tertutup atau berupa paket untuk benda-benda yang lain, pengirimannya mampu menjangkau seluruh wilayah di dunia.

128 Rincian 1008.a: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos Kantor pos adalah pemberi pelayanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk kepentingan umum. Rumah pos berfungsi sama seperti kantor pos dan kantor pos pembantu, bedanya rumah pos biasanya terletak di daerah terpencil. Rincian 1007.b: Pelayanan pos keliling Pos keliling adalah pelayanan pos (menjual, mengirim, dan menerima benda pos) keliling dengan menggunakan mobil atau sarana angkutan yang berfungsi sama seperti kantor pos atau kantor pos pembantu. Rincian 1007.c: Perusahaan jasa ekspedisi (pengiriman barang/dokumen) swasta Jasa pengiriman paket/dokumen swasta adalah pelayanan pengiriman paket maupun dokumen yang dikelola oleh pihak swatsa, misalnya Tiki, JNE, ESL, dll. Rincian 1008: Program/siaran televisi yang dapat diterima Program TV adalah program yang dirancang/disusun oleh stasiun/pemancar TV, baik stasiun TVRI, TV daerah, TV swasta, maupun TV luar negeri. Program TV yang dimaksud disini adalah program TV baik menggunakan antena parabola/tv kabel ataupun tidak. Penjelasan: - TVRI merupakan stasiun program TV Nasional satu-satunya milik pemerintah. - TVRI daerah pada umumnya memiliki program yang bersifat lokal pada jamjam tertentu dan programnya hanya dapat diterima pada provinsi tersebut dan wilayah-wilayah sekitanya. - TV swasta adalah program/siaran televisi yang dirancang oleh stasiun/pemancar televisi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan masyarakat. TV swasta mencakup TV swasta nasional dan TV lokal.

129 Kolom (3) : Apakah harus menggunakan parabola/tv kabel? Jika desa/kelurahan dapat menerima program/siaran televisi, maka tanyakan apakah desa/kelurahan harus menggunakan parabola/tv kabel untuk menerima siaran televisi tersebut. Jika iya, isikan kode 1 dan jika tidak isikan kode 2. BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN Rincian 1101: Luas wilayah desa/kelurahan Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kepadatan penduduk di desa/kelurahan yang digunakan sebagai salah satu variabel penentu klasifikasi daerah perkotaan-perdesaan. Informasi luas desa/kelurahan diisikan berdasarkan SK pembentukan desa atau bukti otentik lainnya. Data luas yang diisikan dalam satuan km 2. Oleh karena itu, jika satuan luas yang ada di desa/kelurahan bukan dalam km 2,, petugas harus melakukan konversi ke dalam satuan km 2. 1 Ha sama dengan 0,01 km 2. Penjelasan: - Jika ada wilayah desa yang tidak terletak dalam satu hamparan (seperti: berbeda pulau, terpisah oleh wilayah desa lain, dsb) maka luas desa mencakup seluruh wilayah desa tersebut. Rincian 1102: Luas lahan menurut jenis penggunaan lahan Secara umum, penggunaan lahan yang ada di desa/kelurahan dapat dibagi menjadi: a) Lahan pertanian sawah, b) Lahan pertanian nonsawah, dan c) Lahan nonpertanian. Rincian 1102.a: Lahan pertanian sawah Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang atau saluran irigasi, yang biasanya ditanami padi sawah, palawija atau

130 tanaman budidaya lainnya. Lahan pertanian sawah terdiri dari lahan sawah irigasi dan nonirigasi. 1. Lahan sawah irigasi: a. Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang memiliki saluran primer dan sekunder serta bangunannya dikuasai dan dipelihara oleh PU (Pekerjaan Umum). Ciri-ciri irigasi teknis : air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunannya permanen. b. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya mengusai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah teknis : air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian (primer/sekunder). Bangunan sebagian belum permanen (sekunder/tersier), primer sudah permanen. c. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian besar jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU. Ciri-ciri irigasi sederhana: air dapat diatur, bangunan-bangunannya belum/tidak permanen (mulai dari primer sampai tersier). d. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi desa. Termasuk lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang diairi dari air yang ditampung di parit. 2. Lahan sawah non irigasi terdiri dari: a. Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang bergantung pada air hujan. b. Lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. c. Lahan sawah lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut). d. Polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut. e. Lahan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 2 tahun.

131 Rincian 1102.b: Lahan pertanian nonsawah, terdiri dari: a. Tegal/kebun adalah lahan bukan sawah (lahan kering) terpisah dari halaman sekitar rumah yang ditanami tanaman semusim atau tahunan. b. Ladang/huma adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman musiman, penggunaan lahannya hanya satu atau dua musim, kemudian ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi. c. Perkebunan adalah lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri seperti: karet, kelapa, kopi, teh dan sebagainya. d. Tambak adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air payau yang biasanya digunakan untuk melakukan pemeliharaan bandeng, udang atau biota air lainnya. Letak tambak tidak jauh dari laut dan airnya payau. e. Kolam/tebat/empang adalah lahan yang digunakan untuk pemeliharaan/ pembenihan ikan dan biota air lainnya. f. Padang rumput/penggembalaan adalah lahan yang khusus digunakan untuk penggembalaan ternak. Lahan yang sementara tidak diusahakan (>1 tahun dan 2 tahun) tidak dianggap sebagai padang rumput/penggembalaan meskipun ada hewan yang digembalakan disana. g. Lahan bukan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan bukan sawah yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (>1 tahun dan dari 2 tahun) tidak diusahakan. Rincian 1102.c: Lahan nonpertanian Lahan nonpertanian (bukan pertanian) antara lain lahan untuk: perumahan, industri, perkantoran, pertokoan, jalan, prasarana umum, lapangan, dsb. Penjelasan: - Lahan pertanian yang tidak diusahakan kurang dari 2 tahun, tetap termasuk lahan pertanian. - Jumlah isian pada Rincian 1102 (1102.a b c) harus sama dengan Rincian Rincian 1103: Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah desa/kelurahan selama setahun terakhir. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk melihat potensi kerawanan pangan di suatu wilayah. Isikan kode 1 jika ya atau terdapat konversi lahan di desa/kelurahan dan tuliskan persentase perubahan lahan yang terjadi.

132 Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir : Lahan asal (1) Ada - 1 Tidak ada - 2 Lahan berubah menjadi: Pertanian sawah Pertanian nonsawah Nonpertanian Jika ada, persentase (%) Ada - 1 Tidak ada - 2 Jika ada, persentase (%) Ada - 1 Tidak ada - 2 Jika ada, persentase (%) (2) (3) (4) (5) (6) (7) a. Pertanian sawah b. Pertanian nonsawah c. Nonpertanian Perubahan penggunaan (konversi) lahan yang dicakup pada rincian ini meliputi : - Perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian nonsawah dan lahan nonpertanian. - Perubahan penggunaan lahan pertanian nonsawah menjadi lahan pertanian sawah dan lahan nonpertanian. - Perubahan penggunaan lahan nonpertanian menjadi lahan pertanian sawah dan lahan pertanian nonsawah. BLOK XII: EKONOMI Blok ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan fasilitas perekonomian di desa/kelurahan. Rincian 1201: Industri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20 pekerja) di desa/kelurahan menurut bahan baku utama Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan.

133 Industri kecil adalah industri yang jumlah pekerjanya paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang, termasuk pengusaha. Industri mikro adalah industri yang jumlah pekerjanya paling banyak 4 orang, termasuk pengusaha. Penjelasan: - Banyaknya industri mikro dan kecil berdasarkan pengelolanya, yaitu pihak yang menanggung risiko. Untuk maklun, bila hanya diupah tenaganya saja maka tidak termasuk industri. Industri dari kulit adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kulit. Contoh: pembuatan tas, sepatu, sandal, dsb. Industri dari kayu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kayu dan sejenisnya, misalnya industri pembuatan meubel/furnitur, mainan dari kayu, lantai dari kayu, dsb. Ukiran tidak termasuk barang industri dari kayu karena termasuk barang seni. Industri logam mulia dan bahan-bahan dari logam adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari logam mulia dan bahan-bahan dari logam, misalnya pembuatan anting-anting, gelang, cincin dan pembuatan perhiasan lainnya dari emas atau perak serta bahan-bahan dari logam (misal peralatan rumah tangga). Industri anyaman adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, misalnya keset kaki, tikar, tas, hiasan dinding, keranjang, topi, kipas, dan sebagainya. Industri gerabah/keramik/batu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari gerabah/keramik/porselen/batu dan sejenisnya, misalnya alat-alat dapur (untuk masak-memasak dsb) yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar (misal kendi, genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dsb). Tidak termasuk pembuatan barang seni, misalnya patung, gapura, dll. Industri dari kain/tenun adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kain/benang dan sejenisnya, misal: kerajinan tenun, kain rajutan dan sulaman, konveksi, gorden, selimut, batik, dsb. Industri makanan dan minuman adalah industri yang menghasilkan produk makanan/minuman dan sejenisnya, termasuk pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu, penggilingan padi-padian, dll. Industri lainnya adalah industri selain ke tujuh industri yang telah disebutkan sebelumnya.

134 Rincian 1202 : Jumlah sentra industri, lingkungan industri kecil, dan permukiman industri kecil Rincian 1202a: Jumlah lokasi sentra industri di desa/kelurahan Sentra Industri adalah lokasi pemusatan kegiatan industri sejenis yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis, dan atau mengerjakan proses industri yang sama yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang yang dirancang berbasis pada pengembangan potensi sumber daya daerah, serta dikelola oleh suatu pengurus profesional Rincian 1202b: Jumlah Lingkungan Industri Kecil (LIK) di desa/kelurahan Lingkungan Industri Kecil adalah suatu daerah tertentu yang berada di dalam atau di luar zona industri yang memiliki jaringan prasarana bagi sejumlah unit produksi, memiliki pelayanan bersama atau common service fasilities (CSF) dan fasilitas pelayanan dan pembinaan industri kecil. Rincian 1202c: Jumlah Perkampungan Industri Kecil (PIK) di desa/kelurahan Perkampungan Industri Kecil adalah merupakan suatu kompleks bangunan yang terdiri atas gabungan antara tempat tinggal dengan tempat produksi para pengusaha industri kecil dan dilengkapi dengan sarana atau fasilitas yang mendukung kelanjutan perusahaan industri kecil (Departemen Perindustrian. 1982). Rincian 1203: Pangkalan/agen minyak tanah dan LPG Rincian 1203.a: Pangkalan/agen minyak tanah Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui jumlah pangkalan/agen/penjual keliling/warung/toko yang menjual minyak tanah di wilayah desa/kelurahan. Banyaknya pangkalan/agen minyak tanah berdasarkan banyaknya lokasi penjualan minyak tanah tersebut. Rincian 1203.b: Pangkalan/agen/penjual LPG Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui jumlah pangkalan/agen/penjual keliling/ warung/toko yang menjual LPG di wilayah desa/kelurahan. Banyaknya pangkalan/agen penjual LPG berdasarkan banyaknya lokasi penjualan LPG tersebut.

135 Rincian 1204: Sarana dan prasarana ekonomi Jumlah adalah banyaknya sarana dan prasarana ekonomi yang terletak di desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki sarana dan prasarana ekonomi ditanyakan pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak, dan aksesibilitas ke sarana dan prasarana ekonomi di desa/kelurahan terdekat. Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana dan prasarana ekonomi terdekat dan dinyatakan dalam km. Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana dan prasarana ekonomi terdekat dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit.

136 Kelompok pertokoan adalah sejumlah toko yang terdiri dari minimal 10 toko dan mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok pertokoan, jumlah bangunan fisiknya bisa lebih dari satu. Contoh: kelompok pertokoan Pasar Baru. Penjelasan: - Tidak termasuk ke dalam kelompok pertokoan untuk sejumlah toko yang ada di dalam mall, dan pusat perbelanjaan lainnya dan kelompok pertokoan yang sudah tidak aktif (tidak digunakan lagi). Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa bangunan. Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas (campuran) ataupun secara khusus suatu komoditas tertentu. Contoh pasar yang secara khusus memang diperuntukkan untuk memperjualbelikan suatu komoditas tertentu adalah pasar ikan, pasar beras, dll. Penjelasan: - Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2018 adalah mengacu lokasi. Dua atau lebih pasar yang bangunannya berada di lokasi yang saling berdekatan dianggap terletak pada lokasi yang berbeda jika pasar-pasar tersebut pengelolanya berbeda. - Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2018 juga mengacu pada kegiatan. Artinya, pasar yang aktif pada hari-hari tertentu saja (pasaran) tetap dicatat sebagai pasar. Sebaliknya, pasar yang sudah tidak aktif (tidak operasional), tidak dicatat. Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memliki lantai, atap, dan dinding permanen. Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Penjelasan: - Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen. Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan termasuk pasar terapung, pasar subuh. Isikan jumlah pasar tanpa bangunan di wilayah desa/kelurahan ini.

137 Penjelasan: - Pasar terapung, biasanya meliputi sejumlah wilayah yang luas bahkan sampai satu kabupaten. Oleh karena itu, penentuan suatu desa/kelurahan dikatakan mempunyai pasar terapung jika wilayahnya dilalui pasar terapung. Minimarket adalah sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran, dan semua barang memiliki label harga, dengan luas bangunan kurang dari 400m 2. Yang dicatat pada Podes 2018 adalah minimarket yang masih aktif. Minimarket yang hanya berupa bangunan, namun tidak ada aktivitas perdagangannya, maka tidak dicatat. Penjelasan: - Luas yang dimaksud merujuk pada luas lantai yang terdapat pelayanan (menjual barang). Toko/warung kelontong adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran, tidak mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Yang dicatat pada Podes 2018 adalah toko/warung kelontong yang masih aktif. Toko/warung kelontong yang tidak aktif, hanya berupa bangunan, tidak dicatat. Penjelasan : - Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko. - Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko. - Toko yang menjual bahan pangan (sembako), dicatat di toko/warung kelontong yang menjual bahan pangan (sembako) Toko/warung kelontong yang menjual bahan pangan (sembako) adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha di bangunan tetap yang khusus menjual bahan pangan (sembako) secara eceran, tidak mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Yang dicatat pada Podes 2018 adalah toko/warung kelontong yang masih aktif. Toko/warung kelontong yang tidak aktif, hanya berupa bangunan, tidak dicatat. Penjelasan : - Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko. - Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko. Restoran/rumah makan Restoran adalah suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara permanen untuk menyediakan jasa pangan yang pengolahan dan penyajiannya secara langsung di tempat sesuai dengan keinginan para pengguna jasa yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak. Izin restoran dan kualifikasinya diberikan oleh Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel setempat.

138 Rumah makan adalah jenis usaha yang menyediakan jasa pangan yang pengolahan makanannya bisa dilakukan diluar rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak. Izin rumah makan diberikan oleh Diparda (pada kabupaten/kota). Di wilayah yang ada Dinas Pariwisata, biasanya pemberian izin ditangani oleh Direktorat Perekonomian/Bagian Perekonomian Pemda setempat. Warung/kedai makanan minuman adalah usaha yang menjual makanan dan minuman siap saji yang dijual di bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat ijin usaha. Ciri utama dari warung/kedai makanan minuman adalah pembeli biasanya tidak dikenakan pajak. Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya (seperti restoran, binatu, dll) bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial dengan ijin usaha sebagai hotel. Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah semua jenis akomodasi hotel yang masih aktif/beroperasi, mencakup hotel melati maupun hotel bintang. Penginapan (hostel/motel/losmen/wisma) adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan bagi umum, biasanya tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang dikelola secara komersial dengan izin usaha bukan hotel. Yang dicatat dalam Podes 2018 adalah semua jenis penginapan yang masih aktif/beroperasi, mencakup hostel, penginapan remaja, bumi perkemahan, pondok wisata, losmen, wisma dan sejenisnya. Rincian 1205: Koperasi Unit Desa Koperasi Unit Desa adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Penjelasan: - Jika di desa terdapat KUD maka ditanyakan lebih lanjut terkait jumlah KUD yang membeli/menjual produksi pertanian dan jumlah KUD yang menyediakan kredit usaha. - Jika KUD menyediakan fasilitas baik yang membeli/menjual produksi pertanian maupun yang menyediakan kredit usaha, maka KUD tersebut dicatatkan pada kedua rincian fungsi KUD.

139 Rincian 1206: Koperasi yang masih aktif/beroperasi Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah koperasi yang masih aktif/beroperasi di desa/kelurahan. Koperasi menurut UU No. 25/1992 tentang perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip: 1. Keanggotaannya sukarela dan terbuka, 2. Pengelolaannya dilakukan secara demokratis, 3. Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil, sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, 5. Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) merupakan koperasi yang beranggotakan industri-industri kecil dan kerajinan rakyat yang ada di wilayah desa/kelurahan. Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman. Koperasi lainnya, seperti koperasi pertanian, koperasi pensiunan, koperasi pegawai negeri, koperasi sekolah, dsb. Penjelasan: - Koperasi yang dicakup pada rincian ini adalah koperasi yang sudah berbadan hukum. - Koperasi dihitung berdasarkan nama koperasinya, bukan berdasarkan kegiatan/ pelayanannya. Misalnya: koperasi pensiunan yang juga melayani simpan pinjam, tetap dikategorikan sebagai koperasi lainnya. Rincian 1207: Fasilitas kredit yang diterima penduduk/warga selama setahun terakhir Fasilitas perkreditan adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Tidak termasuk pinjaman dari perorangan. Fasilitas kredit yang dicatat adalah kredit yang diterima oleh penduduk dari lembaga perkreditan dan bukan kredit yang berkaitan dengan pembangunan desa.

140 Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM), (Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: KEP- 01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat). Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) adalah salah satu program Kementerian Pertanian berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan program pengembangan tanaman baku dan bahan bakar nabati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 Tahun 2010). Dalam pelaksanaannya, ditunjuk 22 bank umum untuk meyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan KKP-E. Ke-22 Bank tersebut adalah 8 bank umum: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, dan BII serta 14 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi. Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan kepada usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif. Rincian 1208: Sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan bank umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta, Bank Perkreditan Rakyat, Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), pegadaian, dan ATM yang masih aktif/beroperasi di wilayah desa/kelurahan.

141 Jumlah adalah banyaknya sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang terletak di desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki sarana sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) ditanyakan pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak, dan aksesibilitas ke sarana sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di desa/kelurahan terdekat. Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) terdekat dan dinyatakan dalam km. Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana lembaga keuangan dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit. Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha dari bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan serta menyalurkan kredit. Bank umum mencakup bank umum pemerintah maupun swasta. Yang termasuk bank umum pemerintah meliputi Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah. Yang termasuk bank umum swasta, meliputi Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), Bank Mutiara, Rabo Bank, dsb. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang disamakan dengan itu, manyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan.

142 BPR dapat menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain Baitul Mal Wattamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kegiatan BMT mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil diantaranya dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya dengan sistem Syari ah. Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang menyediakan fasilitas pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Kredit atau pinjaman yang diberikan didasarkan pada nilai jaminan barang bergerak yang diserahkan, dengan tidak memperhatikan penggunaan dana pinjaman yang diberikan. Menurut Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adalah hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seseorang yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seseorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untung melunasi utang apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. ATM (Anjungan Tunai Mandiri atau Automatic Teller Machine) adalah mesin otomatis yang melayani nasabah bank dalam melakukan transaksi keuangan (tarik tunai, setor tunai, transfer, pembayaran tagihan, dan lain sebagainya) tanpa membutuhkan seorang teller bank. ATM bank umum pemerintah adalah ATM yang dimiliki oleh bank-bank umum pemerintah, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah. ATM bank umum swasta adalah ATM yang dimiliki oleh bank-bank umum swasta, seperti Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), Bank Mutiara, Rabo Bank, dsb. ATM bersama adalah layanan yang memungkinkan nasabah suatu bank dapat menggunakan kartu ATM-nya untuk bertransaksi di mesin ATM bank lain yang termasuk dalam jaringan ATM bersama. Jaringan ATM bersama dikelola oleh PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

143 Rincian 1209: Sarana penunjang transportasi Jumlah adalah banyaknya sarana penunjang transportasi yang terletak di desa/kelurahan. Untuk desa/kelurahan yang tidak memiliki sarana penunjang transportasi ditanyakan pertanyaan lanjutan terkait identitas desa/kelurahan, jarak, dan aksesibilitas ke sarana penunjang transportasi di desa/kelurahan terdekat. Jarak adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke sarana penunjang transportasi terdekat dan dinyatakan dalam km. Aksesibilitas adalah kemudahan akses menuju sarana penunjang transportasi dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit. Bengkel mobil adalah suatu bangunan atau tempat yang menyediakan ruang dan peralatan untuk melakukan perawatan dan perbaikan kendaraan mobil, seperti reparasi mekanik, reparasi elektrik, reparasi sistem injeksi elektronik, servis regular, reparasi badan mobil, reparasi bagian kendaraan bermotor, penyemprotan dan pengecatan, reparasi kaca dan jendela dan reparasi tempat duduk kendaraan bermotor. Termasuk reparasi, pemasangan atau penggantian ban dan pipa, perawatan anti karat, pemasangan bagian dan aksesori yang bukan bagian dari proses pembuatan dan usaha perawatan lainnya. Tidak termasuk usaha yang hanya menyediakan jasa tambal ban atau isi angin. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah tempat menjual bahan bakar dengan pompa pengisap bahan bakar dari tangki, yang memiliki standar anatomi bangunan sesuai standar Pertamina. Agen Perjalanan mencakup kegiatan agen, terutama yang melakukan penjualan paket wisata, tur, jasa transportasi dan akomodasi berdasarkan penjualan partai besar atau eceran pada masyarakat umum dan klien komersil. Agen Perjalanan bertugas menjadi perantara, tidak bertanggung jawab atas produk yang dijualnya. Agen tersebut hanya menjual tiket, sarana angkutan dan lain-lain, mengadakan pemesanan sarana wisata dan mengurus dokumen-dokumen pejalanan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

144 BLOK XIII. KEAMANAN Rincian 1301: Kejadian perkelahian massal Rincian 1301.a: Kejadian perkelahian massal selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui konflik yang terjadi di desa/kelurahan. Jenis konflik disini adalah perkelahian massal antar warga, pelajar, suku, atau lainnya di desa/kelurahan selama setahun terakhir yang disebabkan oleh saling ejek, salah paham, kenakalan remaja, dendam lama atau lainnya. Perkelahian yang dicatat di sini adalah perkelahian yang terjadi di desa/kelurahan ini, walaupun pelaku dan korban tidak berasal dari desa/kelurahan ini, dalam satu tahun terakhir. Rincian 1301.b: Kejadian, korban dan penyebab perkelahian massal selama setahun terakhir Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait kejadian massal yang terjadi di desa/kelurahan, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301.a berkode 1. Kolom (1) telah tercantum jenis-jenis perkelahian massal yang dibedakan menjadi: 1. Perkelahian antar kelompok masyarakat adalah perkelahian antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain dalam satu desa/kelurahan. 2. Perkelahian kelompok masyarakat antar desa/kelurahan adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan kelompok masyarakat di luar desa/kelurahan (desa/kelurahan lainnya). 3. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat keamanan adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat keamanan. 4. Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat pemerintah adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat pemerintah. 5. Perkelahian pelajar/mahasiswa adalah perkelahian yang melibatkan pelajar/mahasiswa, misalnya: antara pelajar/mahasiswa dengan masyarakat,

145 antar pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain atau antara pelajar dengan pihak sekolah dan guru. 6. Perkelahian antar suku adalah perkelahian antar suku/etnis yang terjadi di desa/kelurahan. 7. Lainnya: Misalnya perkelahian antar aparat keamanan, perkelahian yang melibatkan bukan warga desa ini, dan sebagainya. Kolom (2) menanyakan tentang jumlah kejadian massal berdasarkan jenis perkelahian massal yang telah dijelaskan di atas. Kemudian kolom (3) (5) mengumpulkan secara rinci jumlah korban dan penyebab perkelahian massal, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301b kolom (2) bukan nol 0. Kolom (3) jumlah korban meningggal, isikan keberadaan korban meninggal akibat perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal. Kolom (4) jumlah korban luka-luka, isikan keberadaan korban luka-luka akibat perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal. Kolom (5) penyebab perkelahian massal, merupakan permasalahan yang memicu terjadinya perkelahian massal. Penyebab perkelahian massal dibedakan dalam 7 kelompok, yaitu: - Harta: misalnya penyerobotan/sengketa lahan, penggusuran bangunan, rebutan mata pencaharian. - Kekuasaan: misalnya Pilkada/Pilkades, pemilihan ketua lingkungan, pemilihan ketua suku, pemilihan tokoh masyarakat lain, dan persengketaan batas wilayah. - Asmara: Misalnya rebutan kekasih/pasangan. - Ideologi/kepercayaan: misalnya perbedaan paham politik atau agama/kepercayaan - Keramaian (olahraga, hiburan, dll) - Ketidakpuasan terhadap kebijakan atau pelayanan - Lainnya, misalnya kenakalan remaja. Jika dalam satu jenis kejadian massal terjadi lebih dari satu kali, maka isian dari rincian ini adalah kombinasi (multiple entry). Contoh: - Di desa/kelurahan terjadi 2 kali perkelahian antar kelompok masyarakat, yaitu pada Bulan Agustus 2017 dan Desember Perkelahian antar kelompok masyarakat yang terjadi pada Bulan Agustus 2017 tersebut disebabkan karena keramaian. Sementara, perkelahian yang terjadi pada Bulan Desember 2017 disebabkan karena asmara. Maka, isian untuk Rincian 1301.b kolom (5) adalah 20 (kode ).

146 Rincian 1302: Perkelahian massal yang paling sering terjadi Rincian ini berusaha menggali lebih dalam terkait perkelahian massal yang paling sering terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi lebih dari satu kali perkelahian massal selama setahun terakhir (R1301.b kolom 2 yang isiannya paling besar). Informasi yang ingin diperoleh adalah terkait penyelesaian perkelahian massal dan inisiator/penengahnya. Rincian 1302.a: Perkelahian massal yang paling sering terjadi, apakah dapat diselesaikan/didamaikan? Berdasarkan isian pada Rincian 1301.b kolom (2), tentukan jenis perkelahian massal yang paling sering terjadi dan tanyakan apakah perkelahian massal tersebut dapat diselesaikan/didamaikan. Pilihan jawaban yang tersedia adalah : 1. Ya, semuanya, jika semua perkelahian massal dapat diselesaikan/didamaikan; 2. Ya, sebagian, jika hanya sebagian perkelahian massal yang dapat diselesaikan/ didamaikan; 3. Tidak, jika semua perkelahian massal tidak dapat diselesaikan/didamaikan. Rincian 1302.b: Inisiator/penengah penyelesaian perkelahian massal: Rincian ini diisi mengacu pada jenis perkelahian massal yang sering terjadi. Tanyakan inisiator/penengah dalam perkelahian massal tersebut. Isikan semua inisiator/penengah perkelahian massal yang terlibat dalam usaha mendamaikan perkelahian massal tersebut, baik perkelahian massal yang dapat didamaikan maupun tidak. Pilihan jawaban dikelompokkan menjadi : Aparat keamanan meliputi aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Satuan Pengamanan (Satpam), dan sebagainya. Aparat pemerintah meliputi aparatur pemerintah daerah, kecamatan, desa/kelurahan dan sebagianya. Tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki pengaruh atau wibawa di lingkungannya. Contoh: Ketua RT/RW, Ketua Adat, pengurus ormas, dll. Tokoh agama adalah orang yang memiliki kharisma dalam agama dan menjadi panutan orang-orang sekitar. Contoh: Ulama/Ustadz, Pendeta, dll. Isian dari rincian ini merupakan kombinasi (multiple entry), isikan jumlah kode pilihan ke dalam kotak.

147 Rincian 1303: Tindak kejahatan Rincian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi terjadinya tindak kejahatan di desa/kelurahan selama setahun terakhir. Tindak kejahatan adalah segala tindakan yang disengaja atau tidak, telah terjadi atau baru percobaan, yang dapat merugikan orang lain dalam hal badan, jiwa, harta, benda, kehormatan dan lainnya serta tindakan tersebut dapat diancam hukuman penjara atau kurungan. Rincian 1303.a: Tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir. Pada kolom (2) telah tercantum jenis-jenis tindak kejahatan yang dibedakan menjadi: 1. Pencurian adalah pengambilan barang atau ternak tanpa hak dengan maksud memiliki tanpa disertai dengan kekerasan terhadap korban baik dengan pengrusakan maupun tidak. 2. Pencurian dengan kekerasan (atau perampokan) adalah pencurian barang atau ternak tanpa hak yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu. 3. Penipuan adalah perbuatan dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hak, memakai nama palsu atau keadaan palsu, akal tipu muslihat, perkataan bohong supaya memberikan uang atau barang. Penggelapan adalah perbuatan dengan sengaja memiliki secara melawan hak

148 atas suatu barang yang sekarang ini dikuasai pelaku, barang tersebut sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh orang lain. 4. Penganiayaan adalah perbuatan menyakiti orang lain secara fisik yang mengakibatkan korban menjadi sakit atau luka/cacat. 5. Pembakaran adalah perbuatan dengan sengaja membakar sesuatu, misalnya rumah, hutan, yang dapat mendatangkan bahaya bagi barang, jiwa atau badan. 6. Perkosaan adalah pemaksaan terhadap korban untuk melakukan hubungan seksual dengan kekerasan atau ancaman. Pelecehan seksual dan sejenisnya dikelompokkan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan. 7. Penyalahgunaan narkoba adalah perbuatan menyalahgunakan atau mengkonsumsi narkoba untuk kesenangan. Peredaran narkoba adalah perbuatan menjual narkoba dengan imbalan berupa uang atau barang. Yang dicatat di sini termasuk keduanya (penyalahgunaan dan peredaran). 8. Perjudian adalah perbuatan mempertaruhkan sejumlah uang atau harta yang bersifat untung-untungan, artinya bila tidak menang, uang atau barang taruhan hilang. 9. Pembunuhan adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain baik berencana maupun tidak. 10. Perdagangan orang (trafficking) adalah upaya perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, baik yang dilakukan dalam negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Trafficking ditujukan pada lokasi kejadian trafficking di wilayah desa/kelurahan ini, meskipun korban bukan berasal dari warga/desa/ kelurahan ini. Penjelasan: Penduduk yang menerima short messages service (sms) penipuan dianggap tidak termasuk tindak kejahatan, kecuali sudah ada yang menjadi korban. Kolom (2) Keberadaan tindak kejahatan menanyakan keberadaan kejadian tindak kejahatan selama setahun terakhir. Kolom (3) Kecenderungan kejahatan dibanding setahun yang lalu Penilaian terhadap kecenderungan kejahatan didasarkan pada frekuensi kejadian dan besarnya kerugian. Isian dari rincian ini terdiri dari menurun (kode 1 ), sama saja (kode 2 ) atau meningkat (kode 3 ).

149 Rincian 1303.b: Tindak kejahatan yang paling sering terjadi Rincian ini berusaha menggali jenis tindak kejahatan yang sering terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi tindak kejahatan selama setahun terakhir (R1303.a kolom (3) berkode 1 ). Isikan kode dari jenis tindak kejahatan yang paling sering terjadi. Kode jenis tindak kejahatan disalin dari kode pada R1303.a kolom (1). Rincian 1304: Kegiatan warga untuk menjaga keamanan lingkungan selama setahun terakhir Rincian ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kegiatan atau upayaupaya swadaya warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Beberapa kegiatan warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan lingkungan selama setahun terakhir adalah: a. Pembangunan/pemeliharaan pos keamanan lingkungan, Pos keamanan lingkungan adalah tempat penjaga keamanan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah sekitar. Pos kemanan lingkungan yang tidak digunakan, tidak dicatat. b. Pembentukan/pengaturan regu keamanan adalah upaya menjaga keamanan berupa membentuk, mengatur serta memfungsikan hansip/linmas sebagai penjaga keamanan lingkungan. c. Penambah jumlah anggota hansip/linmas. d. Pelaporan tamu yang menginap lebih dari 24 jam ke aparat lingkungan. e. Pengaktifkan sistem keamanan lingkungan berasal dari inisiatif warga, misalnya: mengatur kegiatan ronda malam, akses keluar masuk lingkungan setempat (portal), dll. Rincian 1305: Jumlah anggota linmas/hansip Isikan jumlah anggota hansip/linmas yang ada di desa/kelurahan dan pindahkan isian ke dalam kotak yang tersedia.

150 Rincian 1306.a: Keberadaan pos polisi Pos polisi adalah tempat polisi menjaga kamtibmas wilayah sekitar, termasuk Polisi Sektor (Polres), Polisi Resort (Polres), dan Polisi Daerah (Polda). Rincian ini ingin mengetahui jumlah pos polisi (termasuk kantor polisi) baik yang masih digunakan ataupun yang sudah tidak digunakan di desa/kelurahan. Rincian 1306.b: Pos polisi terdekat Rincian ini dimaksudkan ingin mengetahui kemudahan akses ke pos polisi jika tidak ada pos polisi/kantor polisi di desa/kelurahan (Rincian 1306.a berkode 2 ). Penjelasan: - Lokasi yang dimaksud adalah no identitas desa/kelurahan terdekat yang terdapat sarana pos polisi (termasuk kantor polisi) - Jarak yang dimaksud adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke pos polisi terdekat. - Kemudahan untuk mencapai pos polisi diisi berdasarkan persepsi narasumber atas akses menuju pos polisi terdekat dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai, yang dibedakan menjadi : 1) Sangat mudah, 2) Mudah, 3) Sulit, dan 4) Sangat sulit. Rincian Rincian ini dimaksud untuk melihat berbagai kasus kerawanan sosial yang terjadi di masyarakat desa. Beberapa kasus yang ingin dijaring adalah kejadian bunuh diri, lokasi anak jalanan, tempat mangkal gelandangan atau pengemis dan lokalisasi pekerja seks komersial. Rincian 1307: Jumlah korban bunuh diri yang terjadi selama setahun terakhir Isikan jumlah korban bunuh diri yang pernah terjadi di wilayah desa/kelurahan ini selama setahun terakhir. Korban bunuh diri mencakup juga usaha percobaan bunuh diri. Jika di desa/kelurahan tidak pernah terjadi kasus bunuh diri, maka isikan 0. Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja menghilangkan nyawa sendiri atas

151 kemauan sendiri atau karena bujukan, rayuan, dan hasutan, termasuk yang mencoba bunuh diri tetapi tidak mati. Rincian 1308: Lokasi berkumpul anak jalanan dan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan serta tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis di desa/kelurahan, walaupun bukan warga desa/kelurahan. Rincian 1308.a: Lokasi berkumpul anak jalanan di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya titik-titik lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan di desa/kelurahan. Tidak termasuk rumah singgah bagi anak jalanan. Jika di desa/kelurahan terdapat lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan, maka isikan kode 1, sementara jika tidak ada, isikan kode 2. Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempattempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, taman kota (Kementrian Sosial RI). Keberadaan anak jalanan terdiri dari 3 macam, yaitu: 1. Anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal, kehilangan rumah, orang tua, dan orang yang disayang. Mereka tinggal di tempat umum, antara lain di stasiun kereta api, gerbong kereta api, pasar dan di kolong jembatan. Sebagian dari mereka tidak pernah berhubungan lagi dengan keluarga, tetapi sebagian lagi masih berhubungan, walaupun sangat langka. 2. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal, tetapi tidak bersama dengan orang tua mereka. Sebagian dari mereka adalah pendatang dari luar kota. Mereka tinggal di tempat kumuh dengan menyewa kamar bersama dengan temannya. Anak ini bekerja sebagai penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang koran dll. Mereka hidup secara mandiri dan tidak bersekolah. Sewaktu-waktu mereka berhubungan dengan orang tua atau keluarganya. 3. Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal tetap bersama dengan orang tua mereka atau kerabatnya. Sebagian dari mereka masih bersekolah dan mereka bekerja sebelum atau sesudah pulang sekolah, antara lain sebagai penjual koran atau joki three in one di Jalan Soedirman (Jakarta) atau kawasan lainnya. Rincian 1308.b: Keberadaan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, misalnya: di bawah jembatan, emperan toko, dll. Jika di

152 desa/kelurahan terdapat tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, maka isikan kode 1, sementara jika tidak, isikan kode 2. Rincian 1309: Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK) Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah tempat PSK menjajakan diri baik secara legal maupun ilegal yang dikelola secara kelompok maupun individu. BLOK XIV XV Rincian blok XIV dan XV terisi jika Blok III berkode 1,3, 4, atau 5 (selain kelurahan). BLOK XIV: KEUANGAN DESA DAN ASET DESA Blok ini memuat pertanyaan mengenai aset desa, sumber keuangan pemerintahan desa dan penggunaannya pada tahun 2015 hingga Rincian 1401: Sumber pendapatan desa dan nilainya selama tahun Otonomi daerah yang berjalan mulai 2001 telah melahirkan sistem pemerintahan demokratis. Daerah otonom memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat pada era reformasi sekarang ini. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan tentang kelurahan, terutama memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa. Menurut Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa mempunyai sumber pendapatan Desa yang terdiri atas Pendapatan Asli Desa (PAD), bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota, alokasi anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga. Bagian dari dana perimbangan yang diterima Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa.

153 Rincian 1401.a: Pendapatan Asli Desa Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan dari berbagai usaha pemerintah desa untuk mengumpulkan dana guna keperluan desa dalam membiayai kegiatan rutin/pembangunan. Pendapatan Asli Desa berasal dari penerimaan tanah kas desa, pasar/kios desa, pemandian umum yang diurus desa, daya tarik wisata, bangunan milik desa yang disewakan, kekayaan desa lainnya, swadaya dan partisipasi masyarakat dan gotong royong masyarakat. Termasuk juga penerimaan yang berasal dari pungutan desa dan hasil usaha desa. Rincian 1401.b: Dana Desa bersumber dari APBN Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan. Rincian 1401.c: Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota. Pengalokasian bagian

154 dari hasil pajak dan retribusi daerah tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan: a) 60% (enam puluh perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh Desa; dan b) 40% (empat puluh perseratus) dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa masing-masing. Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota kepada Desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Rincian 1401.d: Aloaksi Dana Desa (ADD) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. ADD paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Rincian 1401.e dan 1401.f: Bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota kepada Desa. Bantuan keuangan dapat bersifat umum dan khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima bantuan dalam rangka membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi bantuan dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat. Rincian 1401.g: Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga Hibah Pemerintah Kabupaten/Kota adalah hibah/sumbangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk kegiatan pembangunan desa. Hibah Pemerintah Provinsi adalah hibah/sumbangan yang diberikan oleh pemerintah provinsi untuk kegiatan pembangunan desa. Hibah Pemerintah Pusat adalah hibah/sumbangan dari pemerintah pusat untuk kegiatan pembangunan desa. Misal, Dana Alokasi Khusus (DAK), Deklarasi Ekonomi (Dekon), dan lain-lain. Hibah Luar Negeri adalah hibah/sumbangan yang berasal dari luar negeri baik yang berasal dari lembaga/institusi/pemerintah untuk kegiatan pembangunan desa. Swasta adalah hibah/sumbangan yang berasal dari pihak swasta.

155 Lainnya seperti hibah dari paguyuban masyarakat daerah atau dari perorangan. Rincian 1401.h: Lain-lain pendapatan desa yang sah Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh Desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar Desa, pengelolaan kawasan wisata skala Desa, pengelolaan tambang mineral bukan logam dan tambang batuan dengan tidak menggunakan alat berat, serta sumber lainnya dan tidak untuk dijualbelikan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pendapatan Desa terdiri atas kelompok: a. Pendapatan Asli Desa (PADesa); b. Transfer; dan c. Pendapatan Lain-Lain. Kelompok transfer terdiri atas jenis: a. Dana Desa; b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; c. Alokasi Dana Desa (ADD); d. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi; dan e. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota. Rincian 1402: Pengeluaran desa selama tahun 2017 Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui pengeluaran/alokasi penggunaan pendapatan yang diterima oleh kantor kepala desa. Pengeluaran yang dicatat adalah seluruh pengeluaran desa selama 2017 dan dinyatakan dalam jutaan rupiah. Pengeluaran yang dicatat dikelompokkan menjadi 3 kategori: a. Belanja pegawai; misalnya:pengeluaran untuk membayar upah/gaji pegawai. b. Belanja modal; misalnya: pembiayaan untuk tanah, bangunan, jalan, jembatan, dan komputer. c. Lainnya; misalnya: bantuan sosial, belanja tidak terduga, konsumsi rapat, dll. Rincian 1403.a: Sistem Informasi Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan sistem infomasi desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui sistem informasi Desa yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Sistem informasi Desa meliputi fasilitas

156 perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan, serta sumber daya manusia. Sistem informasi Desa meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain yang berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan. Sistem informasi Desa dikelola oleh Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan. Rincian 1403.b: Sistem Keuangan Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan sistem keuangan desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Rincian 1404: Kepemilikan Badan Usaha dan Aset Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui badan usaha dan aset yang dimiliki desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Aset Desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset desa dapat berupa: a. Tanah kas desa/ulayat. b. Bangunan milik desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll.

157 c. Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil pertanian. d. Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari : - Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. - Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis. - Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - Hasil kerja sama desa. - Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. - Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll. Pada pertanyaa R1504.f, seluruh aset yang dimiliki dinilai dengan rupiah dan jumlahkan menjadi satu, baik itu aset produksi maupun aset fisik. Rincian 1405.a dan 1405.b: Perencanaan Pembangunan Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota, yang dilihat dari keberadaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) di desa ini. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka meliputi: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun; dan b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun Penjelasan: - Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) yang dimaksud dalam rincian 1505.b hanya RKP Desa tahun Rincian 1405.c: Peraturan Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan peraturan desa di desa ini. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Desa adalah peraturan perundang undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

158 Penjelasan: - Peraturan Desa yang dimaksud dalam rincian ini hanya Peraturan Desa yang masih/mulai berlaku pada tahun Rincian 1406: Kerja sama antar desa dan kerja sama desa dengan pihak ketiga Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kerja sama yang dilakukan antar desa pada tahun Selain itu juga ditanyakan kerja sama yang dilakukan desa dengan pihak ketiga pada tahun Rincian 1407: Keberadaan pendamping desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan pendamping desa yang ada di desa/kelurahan. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pendampingan masyarakat Desa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Kader pemberdayaan masyarakat Desa berasal dari unsur masyarakat yang dipilih oleh Desa untuk menumbuhkan dan mengembangkan serta menggerakkan prakarsa, partisipasi, dan swadaya gotong royong. Sementara, Tenaga pendamping profesional harus memiliki sertifikasi kompetensi dan kualifikasi pendampingan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau teknik. Tenaga pendamping profesional terdiri atas: a pendamping Desa yang bertugas mendampingi Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kerja sama Desa, pengembangan BUM Desa, dan pembangunan yang berskala lokal Desa; b pendamping teknis yang bertugas mendampingi Desa dalam pelaksanaan program dan kegiatan sektoral; dan c tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

159 pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa BLOK XV: PROGRAM PEMBERDAYAAN DAN PEMBANGUNAN DESA Rincian 1501: Program/kegiatan pembangunan di desa Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, jenis pemberdayaan, sumber dana, tahun pelaksanaan, pelaksana dan penerima manfaat program/kegiatan. Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan program/kegiatan pembangunan. Tahun Pelaksanaan adalah tahun prodgram/kegiatan pembangunan. Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan program/ kegiatan pembangunan. Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara langsung dari program/kegiatan pembangunan. Rincian 1502: Program/kegiatan pemberdayaan di desa Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, jenis pemberdayaan, sumber dana, tahun pelaksanaan, pelaksana dan penerima manfaat program/kegiatan pemberdayaan masyarakat.

160 Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan program/kegiatan pemberdayaan. Tahun Pelaksanaan adalah tahun pemberdayaan masyarakat Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan program/ kegiatan pemberdayaan. Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara langsung dari program/kegiatan pemberdayaan BLOK XVI: KETERANGAN PEMERINTAH DESA/KELURAHAN Rincian 1601: Pemerintahan desa/kelurahan Rincian ini untuk mencatat keterangan pemerintah desa/kelurahan yang menjabat pada desa/kelurahan yang dikunjungi petugas Podes 2018, yang meliputi Kepala Desa atau Lurah, Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan, Sekretariat desa (bendahara, dll), Pelaksana Teknis (kaur/kasi, dll) dan Pelaksana kewilayahan (kadus, dll). Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa (yang memimpin sekretariat desa) dan perangkat desa lainnya (terdiri atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis).

161 Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa, dijelaskan bahwa : Kepala desa/lurah adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pimpinan Sekretariat Desa. Sekretaris Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretaris Desa mempunyai fungsi: a Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi. b Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum. c Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumbersumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya. d Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan. Sekretariat desa, dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala Desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan yaitu urusan tata usaha dan umum, urusan keuangan, dan urusan perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua)

162 urusan yaitu urusan umum dan perencanaan, dan urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh Kepala Urusan. Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat. Kepala urusan bertugas membantu Sekretaris Desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas kepala urusan mempunyai fungsi: a Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum. b Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumbersumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya. c Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan laporan. Pelaksana teknis, merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana Teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi yaitu seksi pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan, paling sedikit 2 (dua) seksi yaitu seksi pemerintahan, serta seksi kesejahteraan dan pelayanan. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi. Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi mempunyai fungsi: a Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan manajemen tata praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah, serta pendataan dan pengelolaan Profil Desa. b Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna. c Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan. Penjelasan : - Pada kenyataannya, jabatan kaur/kasi di desa/kelurahan sangat beragam (belum tentu sama dengan beberapa contoh di atas).

163 Jika di desa/kelurahan terdapat salah satu kaur/kasi (walaupun dengan penamaan yang berbeda), maka dicatat. Pelaksana kewilayahan, merupakan unsur pembantu Kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Tugas kewilayahan meliputi, penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Pelaksana kewilayahan dilaksanakan oleh kepala dusun atau sebutan lain yang ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota dengan memperhatikan. Kepala Kewilayahan atau sebutan lainnya berkedudukan sebagai unsur satuan tugas kewilayahan yang bertugas membantu Kepala Desa dalam pelaksanaan tugasnya di wilayahnya. Kepala Kewilayahan/Kepala Dusun memiliki fungsi: a Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah. b Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya. c Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya. d Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pegawai desa diluar SOTK desa, merupakan pegawai di desa/kelurahan yang tidak menduduki/tidak termasuk dalam Susunan Organisai dan Tata Kerja pemerintah desa (Sekretariat Desa, Pelaksana Kewilayahan, dan Pelaksana Teknis). Kolom (3) : Status Kepegawaian Status kepegawaian adalah kedudukan pegawai. Status kepegawaian sebagai PNS berarti memiliki kedudukan sebagai pegawai pemerintah yang berada di luar politik dan militer, dan bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Kolom (4) : Penghasilan Per Bulan Menurut Pasal 66 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa dan perangkat Desa memperoleh penghasilan tetap setiap bulan. Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat Desa dari dana perimbangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterima oleh Kabupaten/Kota dan ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Selain penghasilan tetap, Kepala Desa dan perangkat Desa menerima tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, serta memperoleh jaminan kesehatan dan dapat memperoleh penerimaan lainnya yang sah. Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran penghasilan tetap, tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah diatur dalam Peraturan Pemerintah.

164 Kolom (5) s.d. Kolom (8) : Umur, jenis kelamin, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan domisili di desa/keluarahan Ketiga kolom ini hanya diisi untuk rincian 1601.a dan 1601.b (kepala desa/lurah dan sekretaris desa/kelurahan). Kolom (5) : Umur Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir. Perhitungan tahun didasarkan pada kalender Masehi. Contoh: jika umur kepala desa/lurah 45 tahun 11 bulan, ditulis 45 tahun. Kolom (7) : Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan yang telah diselesaikan pelajarannya pada kelas atau tingkat terakhir sehingga ia mendapat tanda tamat belajar/ijazah. Misalnya, kuliah sampai tingkat 3 dari jenjang program S1, maka kode yang dimasukkan pada kolom (5) adalah 5 (hanya tamat SMA/sederajat). Kolom (8) : Domisili di Desa/Kelurahan Domisili di Desa/Keluarahan adalah adalah tempat kediaman yang sah/tempat tinggal resmi berada pada lingkup wilayah desa/kelurahan tersebut. Misalnya, Pak Iwan menjabat sebagai Sekretaris Desa Makmur dan Pak Iwan memiliki kediaman/bertempat tinggal di Desa Makmur, maka kode yang dimasukkan dalam kolom (6) adalah 1 (Ya). Rincian 1602: Alasan ketiadaan Kepala Desa/Lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan ketiadaan Kepala Desa/Lurah yang menjabat di desa/kelurahan ini. Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Kepala Desa berhenti karena: meninggal dunia, permintaan sendiri, atau diberhentikan. Kepala Desa diberhentikan karena : berakhir masa jabatannya, tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan, tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa, atau melanggar larangan sebagai Kepala Desa. Rincian 1603: Jumlah aparat desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah seluruh aparat yang ada di setiap kantor kepala desa/lurah.

165 Aparat desa/kelurahan yang dicatat meliputi kepala desa/lurah, sekretaris desa/kelurahan, seluruh kaur/kasi (sekretariat desa), kadus/rw, dll (pelaksana kewilayahan), dan seluruh staf. Tuliskan jumlahnya pada tempat yang tersedia. BLOK XVII. MODUL Rincian 1701: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari Penduduk dan keluarga pada1 Januari 2018 : a. Apakah ada Penduduk yang belum mempunyai E-KTP : Ada 1 Tidak ada 2 b. Apakah ada Penduduk yang tidak tercatat di KK : Ada 1 Tidak ada 2 Rincian ini membahas keberadaan penduduk dan keluarga berdasar surat keterangan resmi berupa e-ktp dan KK. Rincian 1701.a: Keberadaan Penduduk yang belum mempunyai E-KTP KTP elektronik (E-KTP) adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian dan tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Rincian 1701.b: Keberadaan Penduduk yang tidak tercatat di KK Kartu Keluarga (KK) adalah Kartu Identitas Keluarga yang memuat data tentang susunan, hubungan, jumlah anggota keluarga dan berisi data lengkap tentang identitas Kepala Keluarga dan anggota keluarganya. Identitas tersebut adalah nama lengkap kepala keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal Iahir, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama orang tua. Isikan kode 1 jika masih ada penduduk yang belum tercatat pada KK, dan kode 2 jika sebaliknya. Rincian 1702: Permukiman liar dan fasilitas umum

166 Rincian 1702.a: Keberadaan permukiman liar Permukiman liar adalah hunian yang dibangun di lahan yang ditempati secara ilegal, dan biasanya mempunyai kualitas buruk. Rincian 1702.b: Jumlah lokasi permukiman liar Jika ada permukiman liar, maka isikan jumlah lokasinya. Rincian 1702.c: Keberadaan dan jumlah fasilitas umum/sosial yang didiami penduduk Rincian ini membahas fasilitas umum/sosial yang ditinggali penduduk, seperti : 1. Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa 2. Stasiun kereta api adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang menggunakan jasa transportasi kereta api. 3. Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. 4. Kolong Jembatan adalah lokasi bawah di jembatan dan sekitarnya yang terdapat banguan non permanan untuk tempat tinggal. 5. Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang. Rincian 1703: Suku terasing/masyarakat hukum Suku terasing adalah suku yang berada di daerah yang masih terisolasi dari dunia luar biasanya tinggal di pedalaman dengan keterbatasan akses. Biasanya suku terasing merupakan komunitas suku yang tinggal di pedalaman yang memiliki segala keterbatasan. Masyarakat Hukum Adat adalah Warga Negara Indonesia yang memiliki karakteristik khas, hidup berkelompok secara harmonis sesuai hukum adatnya, memiliki ikatan pada asal usul leluhur dan atau kesamaan tempat tinggal, terdapat hubungan yang kuat dengan tanah dan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik,

167 sosial, budaya, hukum dan memanfaatkan satu wilayah tertentu secara turun temurun. Rincian 1703.a: Keberadaan suku terasing/masyarakat hukum Isikan kode 1 jika terdapat suku asing/masyarakat hukum di desa/kelurahan ini, dan kode 2 jika sebaliknya. Rincian 1703.b: Jumlah keluarga dan orang pada suku terasing/masyarakat hukum Jika terdapat komunitas suku terasing/masyarakat hukum di desa/kelurahan ini, maka isikan jumlah keluarga dan orang dari komunitas tersebut. Rincian 1704: Jumlah lokasi permukiman khusus Permukiman khusus yang perlu diketahui jumlah lokasinya meliputi: 1. Permukiman/perumahan mewah adalah kumpulan tempat tinggal yang berada dalam suatu lokasi dimana tempat tinggal tersebut memiliki kualitas bangunan sangat baik dengan lahan yang luas dan akses ke perumahan memiliki tingkat pengamanan yang tinggi. 2. Apartemen adalah blok bangunan yang di dalamnya terbagi-bagi dalam sejumlah ruang atau unit untuk tempat tinggal baik dimiliki atau untuk disewakan. 3. Rumah Susun atau disingkat Rusun, bangunan dengan banyak tempat tinggal seperti apartemen versi sederhana. 4. Pesantren dengan tempat menginap adalah sebuah pendidikan yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru, mempunyai asrama untuk tempat menginap santri.

168 Kos-kosan merupakan tempat yang disediakan untuk memfasilitasi pelajar, mahasiswa, dan pekerja umumnya untuk tinggal, dan dengan proses pembayaran per bulan/per tahun. 6. Permukiman di pantai/laut adalah kumpulan tempat tinggal yang berlokasi berbatasan dengan laut atau diatas air laut. 7. Asrama/barak militer adalah lokasi tempat tinggal atau bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal anggota militer. 8. Daerah perbatasan, terpencil atau remote area yang didiami penduduk Penduduk yang tinggal di perbatasan (terluar, terpencil, remote area) adalah penduduk yang tinggal berdekatan dengan perbatasan negara lain atau penduduk yang tinggal di pulau yang berbatasan dengan negara lain atau penduduk yang tinggal di wilayah yang sulit diakses secara geografis. 9. Penjara adalah bangunan tempat mengurung orang hukuman; bui; lembaga pemasyarakatan; BLOK XVIII: CATATAN Blok catatan ini digunakan untuk mencatat keterangan-keterangan yang diperlukan untuk memperjelas isian Daftar PODES2018-DESA, misalnya, bila ada pemekaran desa/kelurahan, maka asal-usul desa/kelurahan baru tersebut dicatat secara rinci pada blok ini. Selain itu pada blok ini juga dilengkapi catatan sebagai bahan monitoring progres SMS gateway yang disalin dari Blok I Rincian

169

170

171 D A T A Mencerdaskan Bangsa BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6 8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta Telp. (021) , , Fax: (021) Homepage: hppt:// bpshq@bps.go.id

BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan acuan

Lebih terperinci

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014 ABSTRAKSI Pendataan Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980 bersamaan dengan penyelenggaraan Sensus Penduduk 1980. Sejak saat itu, Podes dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi kewilayahan (spasial) yang melengkapi data dan informasi

Lebih terperinci

Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017

Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017 ABSTRAKSI Kegiatan Pilot Podes 2018 yang dilakukan tahun 2017 dimaksudkan sebagai salah satu persiapan untuk melaksanakan Podes 2018, sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013 PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TI NGKAT KEBAHAGI AAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATI STI K PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem No. 6, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pemerintahan Desa. Tata Kerja. Organisasi PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: December 14, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGANN HIDUP 2013 Buku I. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepalaa BPS Kabup paten/kota BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2005 BPS mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 (PSE 05), implementasi sebenarnya adalah pendataan

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017

KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017 KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang :

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS)

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) KATALOG BPS: 1402030 SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) BADAN PUSAT STATISTIK Kata Pengantar Sensus Pertanian 2013 (ST2013)

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 ABSTRAKSI Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan Badan Pusat Statistik. Sejak tahun 1963 BPS

Lebih terperinci

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 51 TAHUN 1999 (51/1999) Tanggal: 28 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per No.478, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana. Desa. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.07/2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENYALURAN,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 05 TENTANG EVALUASI PERKEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No.15/02/52/Th I,16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) adalah satu-satunya sumber

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG 1. 2.1. Profil Singkat Badan Pusat Statistik Kota Magelang BPSadalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 21-1979::PP 2-1983::PP 29-1985::PP 2-1992 lihat: UU 16-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain:

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 06 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN PADA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAWIJAYAA TAHUN ANGGARAN 20144 BADAN PUSAT STATISTIK 2014 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya... 1 Penetapan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom No.1513, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Audit Tata Ruang. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK

PENETAPAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK TAHUN ANGGARAN 204 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK 204 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok... Penetapan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

Informasi Manajemen Kepegawaian di Lingkungan Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum;

Informasi Manajemen Kepegawaian di Lingkungan Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum; - 2 - Informasi Manajemen Kepegawaian di Lingkungan Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 57 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Neg

2018, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Neg No.116, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KP. Satu Data Kelautan dan Perikanan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO SALINAN PERATURAN DESA TULANGAN NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata No.1359, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Dana Desa. Penetapan. Tahun 2018. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 2014

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 2014 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 204 BADAN PUSAT STATISTIK 204 KATA PENGANTAR Inpres N0. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi mewajibkan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEMANU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO,

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO, BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang merupakan buku pedoman pelaksanaan Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan dan Updating Direktori secara Komputerisasi

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 203 BADAN PUSAT STATISTIK 203 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan... Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN STATISTIK

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN STATISTIK SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 Buku III. Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH 2013 i ii Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG TaH, Jum 8-2-08 RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014

PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014 PANDUAN PELAKSANAAN SURVEI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2014 BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 06 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, BANGUNAN DAN PEMUKIMAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam untuk upaya memenuhi asas keterpaduan, keakuratan, dan kemutakhiran data dalam kegiatan statistik

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009 ABSTRAKSI Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA BATU

SALINAN WALIKOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PRIORITAS PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub No.1884, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Desa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.07/2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DANA DESA SETIAP KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran No.1750, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES Sistem Informasi. Krisis Kesehatan. Penanggulangan Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2011 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci