BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA"

Transkripsi

1 BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

2

3 BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

4

5 KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Pencacah dalam melaksanakan pendataan Potensi Desa (Podes) Fokus buku pedoman ini terutama berkaitan dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam melakukan pencacahan. Data Podes sangat berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan regional/kewilayahan dan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas data Podes. Peran Petugas Pencacah sebagai ujung tombak pendataan menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, Petugas Pencacahan harus melaksanakan petunjuk operasional yang telah dibuat. Setiap Pencacah diminta untuk mempelajari secara seksama buku Pedoman Pencacah yang telah dibuat. Petunjuk yang ada di dalam buku ini harap dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Jakarta, Februari 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Dr. Suryamin, M.Sc

6

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Tujuan Landasan Hukum Cakupan Wilayah dan Kegiatan Jenis Data yang Dikumpulkan Instrumen yang Digunakan Jadwal Kegiatan Sumber Data dan Strategi Wawancara... 9 BAB II METODOLOGI 2.1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari Master File Desa Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes BAB III STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES Struktur Organisasi Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 4.1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar Sumber Data yang Dapat Dihubungi Contoh Pengisian Daftar BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2014 DESA BLOK I. PENGENALAN TEMPAT BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Pedoman Pencacah Podes 2014 iii

8 BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA BLOK IX. HIBURAN DAN OLAHRAGA BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN BLOK XII. EKONOMI BLOK XIII. KEAMANAN BLOK XIV. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BLOK XV. OTONOMI BLOK XVI. KETERANGAN APARATUR PEMERINTAH DESA/KELURAHAN 124 BLOK XVII. CATATAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... v vi iv Pedoman Pencacah Podes 2014

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes Pedoman Pencacah Podes 2014 v

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014 DESA Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014 KEC dan PODES2014 KAB Gambar 2.3. Mekanisme Pendataan Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat 21 Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove Gambar 5.2. Contoh Bagian Bagian Sungai Gambar 5.3. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) vi Pedoman Pencacah Podes 2014

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) merupakan bahan yang penting bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara spesifik menurut wilayah tertentu. Data Podes adalah data kewilayahan (spasial) satu-satunya yang dimiliki oleh BPS yang menekankan pada penggambaran situasi wilayah. Sebagai data kewilayahan sangat mudah diidentifikasi akurasi maupun kesalahannya. Data hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) hingga saat ini merupakan satu-satunya sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat diolah sehingga dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes digunakan untuk identifikasi tipologi wilayah misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir-nonpesisir, tertinggal-nontertinggal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan hingga wilayah terkecil dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi. Podes telah dilaksanakan sejak tahun Pengumpulan data Podes dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari siklus 10 tahunan kegiatan sensus yang dilakukan oleh BPS. Podes dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan sensus untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sensus. Pada tahun berakhiran 1, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha pertanian menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran 4, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka identifikasi usaha menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran 8, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Penduduk yaitu untuk identifikasi wilayah permukiman baru. Pelaksanaan Podes 2014 diharapkan bisa membantu perencanaan kegiatan Sensus Ekonomi pada tahun Kuesioner yang digunakan dalam Podes 2014 sebanyak 3 (tiga) jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner kecamatan dan kuesioner kabupaten/kota. Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data kor dan modul. Pertanyaan Kor selalu muncul pada setiap pelaksanaan Podes yang memuat data terkait infrastruktur, sumber daya Pedoman Pencacah Podes

12 alam, kejadian bencana, kelembagaan desa, dan sebagainya. Sebagian besar pertanyaan kor di Podes 2014 telah tersedia dan dapat dipergunakan bagi Sensus Ekonomi, sehingga tidak diperlukan lagi pertanyaan yang dikhususkan sebagai modul. Padatnya jadwal kegiatan BPS pada tahun 2014 serta adanya pemilu legislatif pada tanggal 9 April 2014 diharapkan tidak mengganggu target penyelesaian kegiatan lapangan Podes Semua pihak terkait diharapkan dapat merancang sejak dini pembagian tugas bagi para petugas pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu. 1.2 Tujuan Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi keperluan pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang potensi wilayah, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya di setiap desa/kelurahan. Secara umum tujuan Podes 2014 adalah: 1. Menyediakan data yang diharapkan dapat mendukung perencanaan kegiatan Sensus Ekonomi 2016 dari sisi wilayah kerja, anggaran, dan alokasi petugas, 2. Sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD), 3. Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana wilayah, 4. Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah, 5. Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan statistik lain lebih lanjut, 6. Menyediakan data bagi keperluan updating klasifikasi/tipologi desa, misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir dan nonpesisir, dan sebagainya, 7. Menyediakan data bagi keperluan updating peta wilayah kerja statistik terendah, 8. Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (small area statistics), 9. Menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan penentuan desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, dan identifikasi desa rawan bencana. 1.3 Landasan Hukum Dasar hukum pelaksanaan Podes 2014 adalah: 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, 2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik, 2 Pedoman Pencacah Podes 2014

13 3. Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, 4. Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS. 1.4 Cakupan Wilayah dan Kegiatan Podes 2014 ini dilakasanakan mencakup seluruh wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementerian terkait diseluruh Indonesia. Podes 2014 juga mencakup semua wilayah kecamatan, kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Dalam perencanaannya, Podes 2014 dirancang berdasarkan kondisi wilayah pada bulan Desember 2013, yang terdiri dari wilayah setingkat desa yang tersebar di kecamatan, 509 kabupaten/kota, dan 33 provinsi. Namun, jumlah wilayah tersebut sangat mungkin mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari pemekaran maupun penggabungan wilayah pada selama kurun waktu Januari 2014 hingga saat pencacahan. 1.5 Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam Podes 2014 merupakan data umum yang memberikan indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah. 1. Potensi Desa/Kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: Keterangan umum desa/kelurahan, Kependudukan dan ketenagakerjaan, Perumahan dan lingkungan hidup, Bencana alam dan mitigasi bencana alam, Pendidikan dan kesehatan, Sosial budaya, Hiburan dan olahraga, Angkutan, komunikasi, dan informasi, Penggunaan lahan, Ekonomi, Keamanan, Pedoman Pencacah Podes

14 Program pemberdayaan masyarakat, Otonomi dan keterangan pemerintah desa/kelurahan. Sejak tahun 2008, kuesioner Podes desa terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada setiap Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul disesuaikan dengan kebutuhan sensus tertentu. Dalam kuesioner PODES2014-DESA, pertanyaan terkait modul ekonomi sudah masuk dalam bagian inti (Kor), sehingga pertanyaan modul tidak dipisahkan secara khusus. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, Nagari dan Jorong akan didata menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014- JORONG. 2. Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC. Kuesioner ini memuat pertanyaan untuk mengumpulkan data yang dianggap lebih relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaan datanya di desa masih terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan lebih lengkap dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini memuat pertanyaanpertanyaan antara lain: Keterangan umum kecamatan, Fasilitas perlindungan sosial, Keamanan, Situs/bangunan bersejarah, Daya tarik wisata, Sarana transportasi dan ekonomi, Lembaga non Profit Antisipasi/mitigasi bencana alam dan pelestarian lingkungan, dan Keterangan aparatur kecamatan. 3. Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014- KAB/KOTA. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: Keterangan umum kabupaten/kota Pertambangan, Industri, Perhubungan, Politik, keamanan, dan kerawanan, 4 Pedoman Pencacah Podes 2014

15 Antisipasi/mitigasi bencana alam, Keterangan aparatur pemerintah kabupaten/kota. 1.6 Instrumen yang Digunakan Instrumen yang digunakan untuk Podes 2014 terdiri dari 5 (lima) kuesioner dan 4 (empat) buku pedoman yang masing-masing kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Khusus untuk kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG hanya digunakan di Provinsi Sumatera Barat. Semua jenis instrumen akan dikirim oleh BPS Pusat ke BPS Provinsi untuk diteruskan ke BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan peruntukannya. Semua dokumen hasil Podes 2014 akan disimpan di BPS Kabupaten/Kota. Alur dokumen Podes 2014 dari BPS Pusat ke BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota sampai ke petugas, dan pengembalian dokumen hasil pencacahan dari lapangan sampai ke penyimpanannya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pedoman Pencacah Podes

16 Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2014 No Jenis dan Nama Kegunaan Digunakan oleh Tempat Penyimpanan (1) (2) (3) (4) (5) Kuesioner 1. PODES2014-DESA Pendataan potensi desa/kelurahan 2. PODES2014-JORONG Pendataan potensi jorong 3. PODES2014-NAGARI Pendataan potensi nagari 4. PODES2014-KEC Pendataan potensi kecamatan 5. PODES2014-KAB/KOTA Pendataan potensi kabupaten/kota Buku Pedoman PCL PCL PCL PCL PCL BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota BPS Kabupaten/ Kota 1. Pedoman Kepala BPS Provinsi/BPS Kabupaten/Kota Merupakan acuan bagi Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan kegiatan pendataan Podes 2014 Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/ Kota BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/ Kota 2. Pedoman Pencacahan Merupakan acuan bagi pencacah dalam melaksanakan tugas pendataan Podes Pedoman Pemeriksaan Merupakan acuan bagi pemeriksa untuk memeriksa isian kuesioner Podes di lapangan PCL - PML - 4. Pedoman Pengolahan Merupakan acuan bagi petugas pengolah dalam entri data Podes 2014 Petugas pengolahan - 6 Pedoman Pencacah Podes 2014

17 Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2014 ALUR DOKUMEN DARI BPS PUSAT SAMPAI KEPADA PETUGAS PENCACAH BPS Pusat Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA BPS Provinsi Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA BPS Kabupaten/Kota Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA Petugas Pencacah Pedoman Pencacahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA Pengawas Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA ALUR DOKUMEN DARI PETUGAS PENCACAH KE TEMPAT PENYIMPANAN Petugas Pencacah Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA Pengawas/Pemeriksa Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA BPS Kabupaten/Kota (Tempat penyimpanan) Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA 1.7 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan Podes 2014 mulai dari perencanaan sampai dengan pengolahan dan penyajian adalah sebagai berikut: Pedoman Pencacah Podes

18 Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2014 Tahapan Kegiatan Waktu A Perencanaan dan Persiapan Kegiatan 1 Finalisasi instrumen 2-30 Januari 2 Rapat Interdep 28 Januari 3 Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman 10 Februari 4 Pengiriman Perlengkapan dan Dokumen Pelatihan Inda 24 Feb - 10 Maret Pendataan 5 Penyusunan Program dan Pedoman Pengolahan Jan Maret 6 Pencetakan dan Pengiriman Pedoman Pengolahan Maret B Pelatihan Pelatihan Pendataan 1 Workshop Intama 4-7 Februari 2 Pelatihan Innas Pendataan 4-6 Maret 3 Pelatihan Inda Pendataan (3 hari) Maret 4 Pelatihan Petugas Pendataan (3 hari) Maret Pelatihan Pengolahan 1 Pelatihan Innas Pengolahan (3 hari) Maret 2 Pelatihan Inda Pengolahan (2 hari) 1-6 April 3 Pelatihan Petugas Pengolahan (1 hari) April C Pelaksanaan Lapangan 1 Pencacahan Podes April 2 Pengawasan Pemeriksaan 1-30 April 3 Supervisi Lapangan 1-30 April D Pengolahan Data 1 Pengolahan Dokumen di BPS Kabupaten/Kota 15 April - 14 Mei 2 Validasi Data di BPS Kabupaten/Kota 5-30 Mei 3 Verifikasi Data ke Instansi Terkait 5 30 Mei 4 Kompilasi data di BPS Provinsi 2-20 Juni 5 Kompilasi data di BPS Pusat 23 Juni - 18 Juli 6 Tabulasi 4 29 Agustus E Pelaporan 1 Penyusunan Publikasi 1 September - 31 Oktober 2 Pencetakan Publikasi 3-15 November F Sosialisasi Hasil Podes 3 Desember 8 Pedoman Pencacah Podes 2014

19 1.8 Sumber Data dan Strategi Wawancara Data Podes 2014 diperoleh dari narasumber terkait dan relevan di wilayah desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Narasumber di desa/kelurahan adalah aparatur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa, sekretariat, pelaksana kewilayahan, dan perangkat teknis). Narasumber lain di tingkat desa yang relevan antara lain petugas puskesmas. Narasumber di kecamatan adalah aparatur kecamatan dan narasumber lain yang relevan seperti polsek dan ranting dinas pariwisata. Sedangkan narasumber di kabupaten/kota adalah aparatur kabupaten dan narasumber lain yang relevan seperti dinas perhubungan, dinas sosial dan sebagainya. Ketidaklengkapan data yang tersedia di beberapa wilayah dan narasumber merupakan halangan untuk menghasilkan data yang bermutu. Langkah yang bisa ditempuh untuk menghasilkan data yang berkualitas antara lain: 1. Melakukan wawancara dengan beberapa pemerintah desa/kelurahan, aparatur kecamatan, dan aparatur kabupaten/kota, 2. Melakukan wawancara dengan narasumber lain yang berwenang dan relevan, 3. Melakukan konfirmasi kembali kepada pemerintah desa/aparatur kecamatan/aparatur kabupaten/kota setelah mendapatkan data dari narasumber lain yang terkait dan relevan. Usaha lain yang perlu dilakukan adalah pencacah harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan semua narasumber, yaitu dengan menjadikan narasumber tersebut sebagai mitra diskusi sekaligus sebagai narasumber relevan untuk menggali data secara bersama-sama. Pedoman Pencacah Podes

20 10 Pedoman Pencacah Podes 2014

21 BAB 2 METODOLOGI 2.1 Definisi Desa/Kelurahan/Nagari Podes 2014 dilakukan terhadap seluruh wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan/nagari di seluruh Indonesia. Adapun konsep dan definisi desa, kelurahan, dan nagari yaitu: Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi). Pedoman Pencacah Podes

22 Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005). 2.2 Master File Desa Master File Desa (MFD) merupakan file yang berisi nama-nama desa beserta kode identitasnya. Secara resmi, penetapan MFD dilakukan oleh BPS Pusat sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Namun BPS daerah dapat selalu melakukan update berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPS melalui aplikasi MFD online. Hal ini dilakukan agar BPS selalu dapat memiliki informasi mutakhir terkait perkembangan atau perubahan wilayah administrasi setingkat desa di seluruh Indonesia. Usulan/update MFD dari BPS daerah akan dievaluasi dan ditetapkan oleh BPS Pusat. MFD yang digunakan untuk pelaksanaan lapangan Podes 2014 merupakan kondisi desa/kelurahan pada bulan Desember MFD dikelola oleh Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel, Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Informasi berisi nama dan kode desa kondisi ST2013 dan Desember 2013 akan digunakan sebagai panduan untuk mengisi identitas desa yang terdapat pada Blok I kuesioner PODES2014-DESA. Namun, kode desa saat pencacahan dapat berbeda dengan MFD yang digunakan, sebagai akibat terjadinya pemekaran wilayah atau penggabungan wilayah desa setelah Desember Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2014 Dokumen Podes 2014 diisi oleh petugas pencacah berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber terkait yang berwenang dan relevan, serta penelusuran dokumen yang ada di desa/kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten/kota. Sedangkan entry data di BPS Kabupaten/Kota direncanakan dilakukan oleh KSK sebagai upaya optimalisasi penggunaan laptop KSK. Tugas BPS Provinsi hanya melakukan kompilasi dan pemeriksaan kewajaran dan konsistensi data. Secara umum pelaksanaan Podes 2014 dapat dibagi menurut kegiatan di BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi. a. BPS Kabupaten/Kota Pencacahan lapangan dan pengolahan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Secara garis besar pencacahan lapangan Podes 2014 terdiri dari 3 kegiatan yaitu pencacahan potensi desa/kelurahan, potensi kecamatan, dan potensi kabupaten/kota. Sedangkan pengolahan data akan dilakukan oleh KSK untuk mengoptimalkan penggunaan laptop KSK. 12 Pedoman Pencacah Podes 2014

23 1. Pencacahan dan Monitoring Progres Pencacahan Pendataan desa/kelurahan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA. Khusus desadesa yang berstatus pemerintahan nagari di Provinsi Sumatera Barat, yang menjadi satuan wilayah pencacahan pada Podes 2014 ini adalah nagari, maka dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI. Sedangkan untuk wilayah di bawah nagari (jorong/korong/kampung) dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-JORONG. Pendataan dilakukan dengan cara wawancara dengan aparatur pemerintah desa/kelurahan dan narasumber lain yang berwenang dan relevan. Aparatur pemerintah desa/kelurahan meliputi kepala desa/lurah dan perangkat desa/kelurahan. Sementara itu, perangkat desa/kelurahan meliputi sekretaris desa/kelurahan dan kaur/kasi di desa/kelurahan. Pengisian daftar kuesioner menggunakan BOLPOIN. Jika terjadi kesalahan isi maka isian yang salah tersebut dicoret dan diganti dengan isian yang benar, kemudian diparaf. Setelah menyelesaikan satu dokumen pencacahan di desa/kelurahan, petugas pencacah diminta untuk melakukan diskusi dengan pemerintah desa/kelurahan/nagari yang menjadi responden Podes Dalam diskusi ini akan dibahas beberapa hal seperti: 1. Klarifikasi tentang kesesuaian data hasil pencacahan dengan fakta yang ada di desa/kelurahan, 2. Klarifikasi terkait data yang tidak tersedia di pemerintah desa/kelurahan, namun diperoleh dari narasumber lain yang relevan di luar pemerintah desa/kelurahan, 3. Persepakatan terhadap data yang tidak terdapat di pemerintah desa/kelurahan sehingga diisi berdasarkan perkiraan petugas BPS dan narasumber lain yang relevan, 4. Persetujuan dan legalisasi pemerintah desa terhadap data final hasil pencacahan Podes 2014 sebagai data yang menggambarkan kondisi riil desa/kelurahan. Pendataan potensi kecamatan dilakukan dengan cara mengunjungi seluruh kecamatan untuk melakukan wawancara langsung dengan aparatur kecamatan (camat atau narasumber lain yang relevan seperti petugas puskesmas maupun ranting dinas). Pendataan Potensi Kecamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC. Pendataan potensi kabupaten dilakukan dengan mengunjungi kantor bupati/walikota dan kantor-kantor dinas yang relevan di seluruh kabupaten/kota (seperti Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pertanian). Petugas selanjutnya melakukan wawancara langsung dengan narasumber di kantor-kantor dinas tersebut sesuai dengan muatan pertanyaan di masing-masing dinas tersebut. Mekanisme lapangan pada pencacahan potensi kabupaten/kota sama dengan mekanisme lapangan pada saat pencacahan potensi kecamatan. Kuesioner yang digunakan dalam pendataan potensi kabupaten/kota adalah PODES2014-KAB/KOTA. Pedoman Pencacah Podes

24 Adanya informasi yang harus dikumpulkan oleh pencacah seperti isian jumlah fasilitas yang umumnya adalah kurang lengkap, maka petugas pencacah diminta melakukan kunjungan ulang ke narasumber untuk melakukan konfirmasi isian dan mendapatkan legitimasi data yang diperoleh. Oleh karena itu, petugas pencacah perlu melakukan perencanaan secara matang mengenai kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh petugas dalam setiap kunjungan. Mekanisme lapangan untuk petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa berikut agar perlu dipedomani dengan sebaik-baiknya agar keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap, akurat, dan dapat selesai sesuai dengan jadwal. a. Jumlah kunjungan dalam rangka pencacahan tidak dibatasi. Namun dalam skema kegiatan lapangan diilustrasikan bahwa keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap dan benar setidaknya dalam 3 (tiga) kali kunjungan. b. Kunjungan pertama 1. Setiap pencacah sudah melakukan kunjungan pertama ke semua desa/kelurahan dan mencatat sebagian data yang sudah tersedia, 2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan kedua guna melengkapi data, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan oleh narasumber pada kunjungan kedua, 3. Dalam kondisi desa yang sangat sulit dijangkau maka pengumpulan keterangan secara lengkap dapat saja dilakukan dalam satu kunjungan. c. Kunjungan kedua 1. Menyelesaikan seluruh isian daftar PODES2014-DESA, 2. Mengadakan perjanjian untuk kunjungan ke-3 untuk melengkapi data yang masih tersisa, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan pada kunjungan ke-3, 3. Pencacah memeriksa seluruh isian dengan seksama, termasuk kewajarannya dibandingkan dengan 2011 dan dibandingkan dengan wilayah lain. Ketidak wajaran dikonfirmasi lagi pada kunjungan ke-3. d. Kunjungan ketiga 1. Konfirmasi seluruh data yang sudah dicacah, 2. Mengadakan persepakatan bahwa data tersebut dipakai sebagai data Podes 2014, serta Kepala Desa/Lurah menandatangani dan memberi cap legalisasi di tempat yang tersedia pada kuesioner. e. Pengawasan dan pemeriksaan 1. Setiap pencacah diawasi dan diperiksa baik selama proses maupun hasil kuesioner dalam hal kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi. Selanjutnya pengawas memberikan rekomendasi perbaikan. Pengawasan sebaiknya dilakukan di lapangan, 14 Pedoman Pencacah Podes 2014

25 2. Pengawas melakukan Monitoring I (mengirim SMS sesuai format yang sudah ditentukan) untuk setiap desa/kelurahan yang sudah selesai dicacah oleh pencacah dan dokumennya diterima dan diperiksa. Monitoring I juga dilaksanakan pada Podes kecamatan. 3. Jika dalam satu minggu pengawas/pemeriksa tidak melaporkan desa/kelurahan yang sudah selesai, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada pengawas, Kasie Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. Kelancaran kegiatan pencacahan di lapangan juga menjadi tanggung jawab petugas pengawas lapangan. Pengawas juga sekaligus berfungsi sebagai pemeriksa dokumen yang telah diserahkan pencacah kepada pengawas. Jika ternyata dokumen yang diterima tidak lengkap, tidak wajar atau tidak konsisten maka pengawas dapat memberi tugas kepada pencacah untuk melakukan kunjungan ulang ke desa/kelurahan. Sebaliknya jika dokumen sudah lengkap maka dapat diserahkan kepada KSK/petugas entry untuk dilakukan entry data. 2. Pengolahan dan Monitoring Progres Pengolahan Data Sebelum entry data, KSK wajib melakukan editing coding. Dokumen yang sudah di-entry dan softfile data hasil entry selanjutnya diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk dikompilasi. Selain itu BPS Kabupaten/Kota juga akan melakukan validasi terhadap data yang sudah dientry. Jika data tersebut dinyatakan clean maka proses selanjutnya adalah melakukan konsistensi dengan dokumen kecamatan dan kabupaten untuk variabel tertentu yang saling terkait. Jika data tidak lolos validasi maka BPS Kabupaten/Kota akan langsung menghubungi pengawas untuk melakukan konfirmasi dan tindak lanjut. Beberapa hal penting terkait kegiatan pengolahan data Podes 2014 yang perlu diperhatikan adalah: 1. Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan data (perekaman dan pengecekan kewajaran) disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas pengolahan data Podes akan dilatih secara khusus sesuai jadwal yang telah ditentukan. Agar pengolahan data dapat diselesaikan tepat waktu, diharapkan kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. 2. Pengolahan dokumen PODES2014-DESA dilakukan oleh petugas olah data dengan menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas olah data adalah KSK atau staf BPS Kabupaten/Kota yang telah mengikuti pelatihan pengolahan data. Sebelum dilakukan entry data, petugas melakukan kegiatan editing-coding, pemeriksaan kewajaran isian dan kebenaran identitas wilayah. Entry data dilakukan segera setelah dokumen terisi secara lengkap dan benar. Softfile hasil entry data dan dokumen PODES2014-DESA dikirim ke BPS Kabupaten/Kota secara bertahap setiap kali satu desa/kelurahan selesai. Softfile untuk Seksi IPDS sementara itu kuesioner untuk Seksi Statistik Sosial. Pedoman Pencacah Podes

26 3. Kompilasi data hasil pengolahan PODES2014-DESA dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Kasi IPDS melakukan kompilasi, b. Kasi Statistik Sosial melakukan Monitoring II yaitu mengupload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring II melaporkan daftar desa yang telah selesai diolah beserta status validasi datanya, c. Jika dalam satu minggu Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring II, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. 4. Pemeriksaan data dilakukan dalam hal kelengkapan, kewajaran, validitas, dan konsistensi datanya. Pemeriksaan dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait. Pemeriksaan dan validasi harus dilakukan sehingga diperoleh data yang clean. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Seksi IPDS melakukan validasi dan membuat tabulasi, b. Seksi Statistik Sosial memeriksa tabulasi dan memastikan validitas data, c. Seksi Statistik Sosial melakukan kegiatan Monitoring III, yaitu upload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring III berisi rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan dalam bentuk informasi yang terenkripsi. Upload dilakukan sebelum pengiriman data clean ke BPS Provinsi. d. Jika dalam batas waktu monitoring Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring III, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. 5. Pengolahan dokumen PODES2014-KEC dan PODES2014-KAB/KOTA dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan aplikasi pengolahan data yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. 6. Pengecekan konsistensi antara data desa dengan data kecamatan dan kabupaten/kota untuk variabel-variabel yang bersesuaian/terkait dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. 7. Pengolahan dan dokumentasi laporan pengawasan dan pemeriksaan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. 8. Semua data Podes yang meliputi PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014- KAB /KOTA dikirimkan ke BPS Provinsi setelah melalui proses pemeriksaan data. Pemeriksaan data dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait, 16 Pedoman Pencacah Podes 2014

27 9. Kepala BPS Kabupaten/Kota menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Kepala BPS Provinsi cq. Kepala Bidang Statistik Sosial Provinsi, sedangkan asli surat disimpan di BPS Kabupaten /Kota sebagai arsip. Pelaksanaan lapangan dan pengolahan menjadi kegiatan yang saling terkait. Selama proses pengolahan bisa saja dokumen dikembalikan kepada petugas pemeriksa untuk dibetulkan kembali isian yang masih belum benar. Oleh karena itu kerja sama antara petugas pencacah, pemeriksa, dan petugas pengolahan harus berjalan dengan baik. Alur pencacahan dan pengolahan kegiatan Podes 2014, baik PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014-KAB dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2. Pedoman Pencacah Podes

28 Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-DESA MULAI PELATIHAN PETUGAS PENCACAHAN LAPANGAN MITRA/KSK - Kunjungan dan wawancara dengan narasumber (pemerintah desa/kelurahan) dan narasumber lain yang relevan. - Konsistensi dan klarifikasi data dengan narasumber - Diskusi dan finalisasi data dengan pemerintah desa/kelurahan PENGAWASAN KSK/STAF - Mengawasi pelaksanaan lapangan - Memeriksa kelengkapan dokumen PEMERIKSAAN DOKUMEN KSK/STAF - Memeriksa kewajaran dan konsistensi isian -Monitoring I (mengirimkan SMS progres pencacahan) oleh Pengawas/Pemeriksa Tidak Dokumen lengkap dan isian akurat? Ya PENGOLAHAN DOKUMEN KSK - Editing, Coding, Entry, Verify KOMPILASI DATA DI KAB/KOTA SEKSI IPDS/SOSIAL - Kompilasi data oleh seksi IPDS - Monitoring II/upload file terenkripsi (daftar desa selesai diolah) oleh Kasie Stat. Sosial VALIDASI DATA SEKSI IPDS/SOSIAL - Tabulasi dan pemeriksaan akurasi data - Pemeriksaan trend dan kewajaran data Podes 2014 dengan Podes Konfirmasi data Podes 2014 dengan data dinas terkait Ya Data clean? Tidak KONSISTENSI DATA SEKSI IPDS & SEKS STAT. SOSIAL Konsistensi PODES2014 -DESA, PODES2014-KEC, PODES2014 -KAB/KOTA Ya KONSISTEN Tidak PENGIRIMAN DATA KE BPS PROVINSI -Monitoring III/upload file terenkripsi ( rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan) oleh Kasie Stat. Sosial - Pengiriman data oleh Kasie IPDS BPS Kabupaten/Kota SELESAI 18 Pedoman Pencacah Podes 2014

29 Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-KEC dan PODES2014-KAB *) Keterangan: Pencacahan PODES2014-KAB/KOTA tidak ada pengawas Pedoman Pencacah Podes

30 b. BPS Provinsi dan BPS Pusat BPS Provinsi dan BPS Pusat tidak melakukan tugas pendataan maupun pengolahan data Podes Akan tetapi, BPS Provinsi dan BPS Pusat mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Pusat harus memastikan bahwa pelaksanaan Podes 2014 di BPS Kabupaten berjalan secara efektif. Selain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan dan pengolahan data Podes 2014, BPS Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Bidang IPDS melakukan kompilasi, validasi dan tabulasi data dari seluruh kabupaten/kota, 2. Bidang Statistik Sosial memeriksa kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi pada tabel yang dihasilkan dari program pengolahan, 3. Bidang IPDS mengirim file data Podes 2014 ke BPS Pusat (Direktur Sistem Informasi Statistik) setelah dilakukan proses pemeriksaan dan validasi data. Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan. 4. Kepala Bidang Statistik Sosial menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Pusat. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Direktur Statistik Ketahanan Sosial yang ditembuskan kepada Deputi Bidang Statistik Sosial dan Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, sedangkan asli surat disimpan di BPS Provinsi sebagai arsip. Jika dalam pemeriksaan data ternyata masih ditemukan data yang masih error, maka BPS Provinsi sesegera melakukan konfirmasi kepada BPS Kabupaten/Kota agar data yang masih salah isian untuk segera diperbaiki dan dikirimkan kembali. Setelah diperika kembali di BPS Provinsi dan data dianggap clean maka data tersebut segera dikirimkan ke BPS Pusat c.q. Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik, Direktorat Sistem Informasi Statistik cc. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial. Data Podes dari BPS Provinsi diterima oleh BPS Pusat melalui Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data. Data yang sudah diterima kemudian dilakukan kompilasi, validasi, dan tabulasi. Setelah data Podes 2014 dinyatakan clean, maka data Podes masing-masing daerah akan dikirim kembali ke BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Gambar 2.3 menunjukkan bagan alur pengolahan data di BPS Provinsi dan BPS Pusat. 20 Pedoman Pencacah Podes 2014

31 Gambar 2.3 Mekanisme Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat Pedoman Pencacah Podes

32 22 Pedoman Pencacah Podes 2014

33 BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES Struktur Organisasi Struktur organisasi penanggung jawab kegiatan Podes 2014 disusun dengan tujuan agar setiap penanggung jawab kegiatan mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS Pusat, BPS Provinsi sampai dengan BPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2014 Kepala BPS RI Deputi Bidang Statistik Sosial Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik - Direktur Statistik Ketahanan Sosial - Kasubdit. Statistik Ketahanan Wilayah Kepala BPS Provinsi - Dir. Sistem Informasi Statistik - Dir. Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Bidang Statistik Sosial Kepala Bidang IPDS Kepala BPS Kabupaten/ Kota Kasubbag. Tata Usaha Kepala Seksi Statistik Sosial Kasie IPDS KSK Petugas Lapangan/Mitra Keterangan: Garis Koordinasi Garis Komando Pedoman Pencacah Podes

34 Di tingkat BPS Pusat, pengarah umum Podes 2014 adalah Kepala BPS, sementara pengarah teknis adalah Deputi Bidang Statistik Sosial bersama Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Podes 2014 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, dan Direktur Sistem Informasi Statistik. Penanggung jawab teknis Podes 2014 adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu oleh kepala subdirektorat dan kepala seksi yang terkait. Pada tingkat BPS Provinsi, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 secara keseluruhan adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknisnya adalah Kepala Bidang Statistik Sosial. Sementara itu, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Pada tingkat BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota. Sementara itu penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Sosial. Sedangkan penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. 3.2 Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2014 Pelaksana kegiatan Podes 2014 di BPS Pusat, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda. Wewenang, tugas, dan tanggung jawab kegiatan Podes 2014 yang dikelompokkan menurut rentang kendali kegiatan diuraikan sebagai berikut: BPS Pusat a. Kepala BPS Kepala BPS mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2014 secara keseluruhan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. b. Deputi Bidang Statistik Sosial Deputi Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang Statistik Sosial lebih berperan sebagai pengarah kegiatan lapangan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. c. Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang MIS lebih berperan sebagai pengarah kegiatan pengolahan Podes Pedoman Pencacah Podes 2014

35 d. Direktur Statistik Ketahanan Sosial Direktur Statistik Ketahanan Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Podes 2014, 2. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan, 3. Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan Podes 2014, 4. Menyusun rencana kegiatan beserta seluruh tahapan kegiatannya, 5. Menyusun jadwal kegiatan, 6. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan. e. Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab atas metodologi dan pemutakhiran MFD, 2. Mengirimkan daftar MFD ke BPS Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan pelatihan dan lapangan, 3. Memberikan tanggapan mengenai ditemukannya perubahan wilayah. f. Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Bertanggung jawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data Podes 2014, 2. Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data ke BPS daerah, 3. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pengolahan data, 4. Memantau pelaksanaan pengolahan data Podes 2014 yang dilaksanakan di pusat dan daerah, 5. Menerima hasil pengolahan data Podes 2014 dari BPS daerah, 6. Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan, 7. Menyajikan hasil pengolahan, Pedoman Pencacah Podes

36 BPS Provinsi a. Kepala BPS Provinsi Kepala BPS Provinsi mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Kepala BPS Provinsi bertanggung jawab memberi arahan teknis dan administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota, 2. Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS, yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi, 3. Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah, 4. Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan lapangan. b. Kepala Bidang Statistik Sosial Kepala Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014, 2. Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen dan pelatihan petugas, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2014, 4. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes Melaksanakan upaya penjaminan kualitas data Podes Menandatangani dan mengirimkan Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data Ke BPS ke BPS Pusat. c. Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota, 2. Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas, 3. Menyelenggarakan administrasi kegiatan Podes Pedoman Pencacah Podes 2014

37 d. Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota 2. Melakukan penggabungan hasil pengolahan tingkat kabupaten/kota, 3. Melakukan pemeriksaan validasi dan tabulasi data Podes 2014, 4. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Pusat, 5. Membuat laporan teknis pengolahan Podes BPS Kabupaten/Kota a. Kepala BPS Kabupaten/Kota Kepala BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan Podes 2014 secara keseluruhan di kabupaten/kota, 2. Melakukan rekruitmen petugas lapangan, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan pemeriksaan hasil pendataan dan menjamin mutu data Podes 2014, 4. Melakukan monitoring pencacahan dan pengolahan melalui website SMS Gateway, 5. Membuat laporan pelaksanaan Podes 2014, 6. Menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. b. Kepala Seksi Statistik Sosial Kepala Seksi Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014, 2. Menyelenggarakan pelatihan petugas bersama-sama dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2014, 4. Mendaftarkan petugas monitoring SMS Gateway, 5. Melakukan monitoring II dan III (upload file terenkripsi dari program pengolahan) berupa data yang sudah dientri dan rekap data jumlah desa per kecamatan, 6. Memeriksa tabel dan memastikan kebenaran data Podes 2014, 7. Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes Pedoman Pencacah Podes

38 c. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Bidang Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Mendistribusikan dokumen ke petugas Podes 2014, 2. Bersama-sama Kasie Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas, 3. Membuat laporan administrasi penyelenggaraan pelatihan, 4. Melaksanakan administrasi kegiatan Podes d. Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan pengelolaan atas perubahan wilayah kerja statistik, 2. Mengatur pendistribusian peralatan GPS receiver kepada pengawas, 3. Melakukan koordinasi pengolahan data Podes 2014, 4. Melakukan validasi data dan tabulasi data serta memeriksa data podes, 5. Memberikan bahan untuk SMS gateway kepada Kasie Sosial berupa informasi berisi data yang sudah diolah dan divalidasi dalam bentuk enkripsi, 6. Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Provinsi melalui mekanisme yang ditentukan, 7. Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2014 di tingkat Kabupaten/Kota. e. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Koordinator Statistik Kecamatan mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014 di tingkat kecamatan, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014, 3. Melakukan pengawasan pelaksanaan Podes 2014 di wilayah kerjanya agar pendataan berjalan dengan baik, 4. Mengikuti pelatihan pengolahan data sebagai petugas pengolah Podes 2014, 5. Melakukan pengolahan data (entry) Podes 2014, 6. Menyerahkan dokumen Podes 2014 dan data yang sudah dientri kepada BPS Kabupaten. 28 Pedoman Pencacah Podes 2014

39 f. Pengawas/Pemeriksa (PML) Podes 2014 Pengawas/Pemeriksa mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Petugas PML Podes 2014 terdiri dari PML untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014, 3. Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-DESA dilakukan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau staf BPS Kabupaten/Kota, 4. Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-KEC dilakukan oleh Kasie Statistik Sosial atau Staf BPS Kabupaten/Kota, 5. Mengorganisasikan petugas pencacah yang berada di bawah pengawasannya, 6. Melaksanakan pengawasan sesuai petunjuk, wilayah kerja dan jadwal yang ditentukan, 7. Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh) dan jika ditemukan kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah untuk melakukan kunjungan ulang, 8. Mengirimkan SMS ke SMS Gateway bagi setiap desa yang sudah selesai diperiksa, 9. Memberikan petunjuk dan jalan keluar atas permasalahan lapangan yang dilaporkan petugas pencacah, 10. Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian diserahkan kepada KSK untuk diolah, 11. Mengukur koordinat dan ketinggian kantor desa/kelurahan menggunakan alat (GPS receiver). g. Pencacah Podes (PCL) Podes 2014 Pencacah Podes (PCL) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1. Pencacah (PCL) terdiri dari KSK/mitra statistik untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat desa/kelurahan, KSK untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat kecamatan, dan Staf/Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota untuk pencacahan di tingkat kabupaten/kota, 2. Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014, 3. Melaksanakan pendataan sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan, 4. Memeriksa kembali hasil pendataan (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian, dan kualitas data yang diperoleh), 5. Menyerahkan dokumen Podes 2014 yang telah diisi dan diperiksa kepada pengawas/pemeriksa. Pedoman Pencacah Podes

40 30 Pedoman Pencacah Podes 2014

41 BAB 4 TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 4.1 Ketentuan Umum Pengisian Daftar a. Semua isian harus ditulis dengan pena, atau BOLPOIN. Petugas tidak boleh mengisi dokumen pencacahan dengan pensil hitam atau pensil warna, b. Konsep dan definisi yang digunakan untuk mengisi Daftar Podes 2014, harus sesuai dengan buku pedoman, c. Untuk pertanyaan yang jawabannya berupa kode, lingkarilah kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan, d. Untuk pertanyaan yang jawabannya bukan kode, tuliskanlah jawaban tersebut dengan huruf kapital atau angka yang benar kemudian pindahkan isian jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan, e. Pemindahan isian ke kotak pengolahan hendaknya dilakukan setelah pencacahan selesai. Pemindahan isian di setiap rincian dimulai dari kotak yang paling kanan (rata kanan), f. Setiap pertanyaan yang jawabannya berupa isian tetapi jawabannya nol agar diberi tanda strip (-) dan pada kotak isikan 0 (nol), g. Bila isian melebihi jumlah kotak yang disediakan misalnya dua kotak maka isikan 98 dan bila tidak tahu isikan 99 ke dalam kotak yang tersedia. Sebagai contoh khusus untuk jarak, bila jaraknya 98 km maka isikan 98,0 tetapi bila tidak tahu maka isikan (99,0), h. Setiap isian agar diteliti kembali dan setiap kesalahan agar diperbaiki sebelum kuesioner diserahkan kepada pengawas/pemeriksa, i. Bila responden/aparat desa/kelurahan tidak bisa/ragu-ragu menjawab beberapa pertanyaan (biasanya data kuantitatif/individu), maka pencacah harus menanyakan pada sumbernya langsung. Contoh kasus seperti data jumlah keluarga yang menerima kartu ASKESKIN peserta program jaminan kesehatan masyarakat miskin ditanyakan ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan, j. Pertanyaan tentang jarak: Semua pertanyaan tentang jarak dari desa/kelurahan ke suatu fasilitas atau ke ibukota kecamatan/kabupaten/kota, dihitung dari lokasi kantor kepala desa/lurah. Pedoman Pencacah Podes

42 Semua pertanyaan mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada beberapa pertanyaan yang telah ditetapkan referensi waktunya. 4.2 Sumber Data yang Dapat Dihubungi Pada isian kuesioner, ada beberapa keterangan yang tidak bisa diperoleh di tingkat desa/kelurahan, sehingga harus diperoleh dari instansi terkait di tingkat kecamatan atau kabupaten/kota. Isian kuesioner tersebut seperti: No. Isian Kuesioner Sumber Data (1) (2) (3) 1 Jumlah keluarga pengguna listrik (Blok V.R501.a) PLN 2 Dukun bayi (Blok VII.R708) Posyandu/Puskesmas 3 Jumlah warga penerima kartu JAMKESMAS/JAMKESDA selama tahun 2013 (Blok VII. 4 Jumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel Bidan/Puskesmas PT. Telkom (Blok 10. R1003.a) 4.3 Contoh Pengisian Daftar a) Melingkari kode jawaban b) Apabila status pemerintahan yang dicacah tergolong dalam kategori kelurahan, maka isian Blok III Rincian 301 adalah: Desa -1 UPT/SPT -3 Kelurahan -2 Lainnya (tuliskan) -4 2 c) Mengisi jawaban dan memasukkan jawaban ke kotak d) Apabila keluarga pengguna listrik PLN dan Non-PLN masing-masing berjumlah 1550 orang dan 50 orang, maka isian Blok V, Rincian 501.a adalah: 1. PLN (Perusahaan Listrik Negara) 1550 keluarga 2. Non-PLN (misalnya:swasta, swadaya, atau perseorangan) 50 keluarga e) Mengisi jawaban kosong Apabila tidak ada dokter gigi yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, maka isian Blok VII Rincian 706.b =, sedangkan kotak diisi nol (0), Contoh: b. Dokter gigi (tidak termasuk tukang gigi) :... orang Pedoman Pencacah Podes 2014

43 f) Mengisi langsung ke dalam kotak Apabila di desa/kelurahan terdapat sebuah SD Negeri dan sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta dan tidak ada SMP/MTs, dan SMP terdekat berjarak 30 km, maka isian Blok VII, Rincian 701.b dan 701.c Kolom (2) s.d. Kolom (4) sebagai berikut: Jumlah lembaga pendidikan Jika tidak ada lembaga Jeis/jenjang pendidikan Negeri Swasta pendidikan (kolom(2) dan kolom (3) berisi 0), perkiraan jarak terdekat (km) (1) (2) (3) (4) b. SD/MI c. SMP/MTs , 0 Pedoman Pencacah Podes

44 34 Pedoman Pencacah Podes 2014

45 BAB 5 PENGISIAN DAFTAR PODES2014-DESA Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian daftar PODES2014-DESA, PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG. Nomor pertanyaan pada ketiga kuesioner tersebut dirancang identik untuk pertanyaan yang sama. Untuk selanjutnya, istilah desa/kelurahan dalam pedoman ini juga dimaksudkan untuk mewakili nagari, jorong, korong dan kampung yang terdapat dalam kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG. Sejalan dengan hal itu, istilah kepala desa/lurah dalam pedoman ini juga dimaksudkan sebagai wali nagari dan wali jorong. BLOK I PENGENALAN TEMPAT Identitas desa/kelurahan yang tercantum pada blok ini (R101 s.d. R107) diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, status daerah (perkotaan atau perdesaan), keberadaan desa/kelurahan di Master File Desa (MFD) online, status definitif dan operasional, serta alamat, nomor telepon, dan alamat kantor kepala desa/lurah yang menjadi wilayah pencacahan. Cek apakah nama desa yang terdapat pada papan monografi desa atau pada buku administrasi sudah sesuai dengan nama desa yang ada di daftar Master File Desa (MFD). Jika nama desa/kelurahan berbeda maka lakukan konfirmasi ke aparat desa/kelurahan, perbaiki nama yang ada di daftar MFD dan laporkan kepada pengawas. Perhatian: a. Penulisan nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah menggunakan huruf besar (kapital). b. Kode (PODES2011) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Podes 2011; c. Kode (ST2013) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Sensus Pertanian (ST) 2013; d. Kode (Saat Pencacahan) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi pencacahan (April 2014). Pedoman Pencacah Podes

46 Jika desa/kelurahan tidak mengalami perubahan (pemekaran/penggabungan), maka kode saat pencacahan mengacu pada MFD online (Desember 2013). Jika dalam pelaksanaan lapangan, terjadi perubahan desa akibat pemekaran atau penggabungan desa, maka pencacah harus berkoordinasi dengan pengawas untuk mendapatkan kode identitas desa dari BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota akan memberikan kode desa yang berubah mengacu pada Mekanisme Sistem Pengkodean Wilayah yang telah ditetapkan oleh BPS Pusat. Bila ditemukan desa baru tetapi belum operasional, maka data-data/karakteristik di dalamnya dicatat pada desa induknya. Petunjuk bagi BPS Kabupaten/Kota: Bila ada pemekaran desa baru maka status (Rincian 105) desa baru mengikuti status daerah desa induknya. Misal, desa induk berstatus daerah perkotaan maka status desa pecahannya juga perkotaan. Demikian juga jika pemekaran terjadi di desa berstatus pedesaan. Rincian 106: Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui apakah wilayah desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online atau tidak. Jika desa/kelurahan tercatat di MFD online, maka lingkari kode 1. Jika tidak, lingkari kode 2. Rincian 107: Status definitif dan operasional desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini diisi jika desa/kelurahan tidak tercatat di Master File Desa (MFD) online (R106 berkode 2 ). Pertanyaan ini digunakan untuk memastikan bahwa wilayah yang dicacah pada Podes 2014 merupakan desa/kelurahan yang definitif dan operasional, yaitu : 1. Ada wilayah dengan batas yang jelas 2. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan 3. Ada pemerintah desa/kelurahan 4. Ada Surat Keputusan (SK) pembentukan desa/kelurahan Desa definitif dalam Podes 2014 jika memenuhi tiga syarat pertama (R107a-c berkode 1). Jika salah satu rincian pertanyaan dari R107.a sampai dengan R107.c ada yang berkode 2 maka pengisian kuesioner hanya sampai Blok II. Kuesioner ini tetap diolah tetapi tidak menjadi bagian dari target pencacahan lapangan dan informasi desa baru tersebut menjadi bagian dari desa asal. 36 Pedoman Pencacah Podes 2014

47 Rincian 108: Alamat lengkap, nomor telepon dan alamat kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alamat lengkap, nomor telepon dan alamat resmi kantor kepala desa/lurah. Rincian 108.a: Alamat lengkap Tuliskan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah mulai dari nama jalan atau SLS terkecilnya, RT, RW, dusun dsb. Selanjutnya isikan juga kode pos kantor kepala desa/lurah pada kolom berikutnya. Rincian alamat lengkap dan kode pos tidak boleh kosong. Penjelasan: a. Dalam kasus khusus dimana (1) tidak ada kantor kepala desa/lurah, (2) ada kantor kepala desa/lurah tetapi tidak digunakan, maka alamat yang dimaksud mengacu pada rumah/basecamp berlangsungnya administrasi desa/kelurahan. b. Jika kantor kepala desa/lurah sedang diperbaiki dan akan digunakan kembali, maka alamat yang dimaksud mengacu pada kantor kepala desa/lurah yang sedang diperbaiki tersebut. Rincian 108.b: Nomor telepon kantor dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan nomor telepon kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Penulisan nomor telepon kantor kepala desa/lurah harus disertai dengan kode area. Misalnya: 021 (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi); 022 (Bandung, Cimahi, Soreang, dan Lembang), dsb. Jika kantor kepala desa/lurah tidak mempunyai nomor telepon kantor, maka isikan tanda - pada tempat yang tersedia dan usahakan nomor telepon narasumber terisi. Rincian 108.c: Alamat kantor dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alamat kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Jika kantor kepala desa/lurah atau narasumber tidak mempunyai alamat kantor, maka isikan tanda - pada tempat yang tersedia. Pedoman Pencacah Podes

48 Contoh: Kantor Lurah Sulaeman beralamat di Jl. Hercules IV No.21, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Nomor Telepon/Fax : (022) Website: kel_sulaiman@bandungkab.go.id, maka cara pengisian blok ini adalah: I. PENGENALAN TEMPAT NO RINCIAN NAMA Kode (PODES2011) Kode (ST2013) Kode (Saat Pencacahan) 101 Provinsi JAWA BARAT Kabupaten/Kota *) BANDUNG Kecamatan MARGAHAYU Desa/Kelurahan *) SULAEMAN Status Daerah Perkotaan 11 Perdesaan 2 Status definitif dan operasional desa/kelurahan : a. Ada wilayah desa/kelurahan dengan batas yang jelas Ya 1 Tidak 2 b. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan Ya 1 Tidak 2 c. Ada pemerintah desa/kelurahan Ya 1 Tidak Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online : Ya 11 R108 Tidak 2 d. Ada SK pembentukan desa/kelurahan Ya 1 Tidak 2 Tidak tahu 0 Jika R107 a, b, atau c ada yang berkode 2,maka lanjutkan ke R201 sampai R206 kemudian STOP SMS Gateway 108 Kantor kepala desa/lurah : a. Alamat lengkap JALAN HERCULES IV NO. 21 Kode Pos : b. Nomor telepon c. Alamat Telepon kantor : (022) Telepon narasumber :... kantor : kel_sulaiman@bandungkab.go.id.. narasumber :... BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER Rincian 201 s.d Rincian 206: Keterangan petugas Isikan nama pencacah dan pengawas/pemeriksa, NIP (bila tidak mempunyai NIP agar dikosongkan) pada rincian ini. Jangan lupa untuk melengkapi tanda tangan pencacah dan pengawas/pemeriksa setelah kuesioner terisi lengkap. Rincian 207: Jabatan narasumber Tuliskan jabatan narasumber yang menjadi sumber informasi dalam pengisian kuesioner PODES2014-DESA, baik aparat desa maupun instansi lain. Setelah kuesioner terisi lengkap, pencacah diharapkan melakukan persepakatan dengan kepala desa/lurah atau beberapa aparat desa/kelurahan dalam rangka konfirmasi dan finalisasi data desa yang dikumpulkan. Selanjutnya, pencacah meminta pengesahan kepala desa/lurah dengan menandatangani, memberi nama dan cap/stempel desa/kelurahan pada kuesioner. 38 Pedoman Pencacah Podes 2014

49 BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN Rincian 301: Status pemerintahan Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3) UPT/SPT, dan 4) lainnya. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pedoman Pencacah Podes

50 Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi). Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005). Penjelasan: Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT Buket Ceurana di Kabupaten Bireuen, UPT II PD Harapan di Kab. Aceh Selatan, dsb. Bila dilihat dari data Podes , sudah ada UPT yang berubah menjadi desa seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih Selah (Podes 2011). Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan. 302 Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan : Ada 1 Tidak ada 2 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/ permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005). 40 Pedoman Pencacah Podes 2014

51 Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan yang bertujuan untuk membantu lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota LMK adalah satu orang perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada tingkat RW (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010). Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah nagari sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007). Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut : 1. Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala suku, alim ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo kanduang/tokoh perempuan dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam nagari bersangkutan dengan mempertimbangkan representasi jorong yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. 2. Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. 3. Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari. 4. Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari. 5. Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus Nagari diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Rincian 303: Batas wilayah desa/kelurahan yang dinyatakan dalam bentuk peta desa/ kelurahan dan telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan batas wilayah desa/kelurahan (dalam bentuk peta desa/kelurahan) yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Jika desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode 1 dan jika tidak ada, isikan kode 2. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur penataan desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Pedoman Pencacah Podes

52 Rincian 304: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan (urutkan dari yang terkecil) Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS terkecil. Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah desa/kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan. Syarat-syarat pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis, prasarana, dan sarana serta kondisi kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya, nama SLS di setiap desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong, kampung, banjar, dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa jorong/korong/ kampung. Tingkatan SLS merupakan struktur atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan. Nama SLS merupakan tingkatan SLS di bawah desa yang dimulai dari SLS terkecil. Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan masyarakat di desa/kelurahan. Dari segi ukuran luas wilayah dan jumlah keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah keluarga di dalam RT biasanya lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga untuk kelurahan. Dari setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa dan 3 RT di kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun dan Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4). Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal dengan sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong. Pada umumnya di Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang dimaksud adalah Banjar Dinas. Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode 1. Jika tidak ada, isikan kode 2 dan lanjutkan ke R.305. Rincian 304.b akan terisi jika Rincian 304.a berkode 1. Isikan jumlah SLS (Rincian 304.b kolom (4)) di desa/kelurahan. Misalnya, suatu desa memiliki Rukun Tetangga (RT) sebagai SLS terkecil sebanyak 5, maka rincian ini diisi jumlah RT yang ada di seluruh desa/kelurahan. Contoh: Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur terdiri dari 15 RW dan 75 RT, maka pengisian pada Rincian 304 sebagai berikut: 42 Pedoman Pencacah Podes 2014

53 Rincian 305: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan yang meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta bentuk topografi wilayah desa/kelurahan. Rincian 305.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan pindahkan isian pada kotak yang tersedia. Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982). Mangrove tidak termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas. Penjelasan : Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R305.a.1 berisi jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R305.a.2 diisi dengan namanama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara berurutan dimulai dari pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan atau mempunyai luas wilayah yang paling besar. Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital. Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka tuliskan nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan dibuat secara dinamis untuk menampung kemungkinan penambahan pulau tersebut. Pedoman Pencacah Podes

54 Rincian 305.b: Topografi wilayah desa/kelurahan Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa/ kelurahan, dibedakan menjadi: 1. Lereng adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung). 2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan. 3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang. Rincian 306: Keberadaan, lokasi, dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, lokasi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut. Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi. Rincian 306.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah Isian lokasi kantor kepala desa/lurah: Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode 1. Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode 2. Desa/kelurahan tidak memiliki kantor kepala desa/lurah, isikan kode Pedoman Pencacah Podes 2014

55 Rincian 306.b: Lokasi kantor kepala desa/lurah berada di pulau. Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Penjelasan: - Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai desa. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan kantor kepala desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi. - Isikan nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Pastikan konsistensi isian R306.b dengan R 305.a.2. Rincian 306.c: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi dan ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude) dan bujur (longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala desa/lurah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Penjelasan: - Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini pada saat Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2014 dapat menyalinnya. - Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus melakukan pengukuran (tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter yang telah tersedia di BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta memastikan akurasi koordinat posisi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah. - Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan. - Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan desa/kelurahan, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10 tahun. Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan diperolehnya suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara penulisan titik koordinat terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam Podes 2014, penulisan titik koordinat menggunakan Decimals Degrees (DD. Pedoman Pencacah Podes

56 Misalnya: Koordinat kantor kepala desa Malaya yaitu 6,2251 o LS dan 107,51 o BT. Maka cara pengisian adalah sebagai berikut: 0 6, LU/LS * 1 0 7, BT Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter. Rincian 307.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang. Penjelasan: - Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode 1. - Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode 2. Rincian 307.b.1: Pemanfaatan laut untuk: Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut (R307.a berkode 1 ), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut. Pemanfaatan laut adalah segala aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan laut (baik warga desa/kelurahan setempat maupun warga desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap dan budidaya), tambak garam, wisata bahari maupun transportasi umum. 1. Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun. 46 Pedoman Pencacah Podes 2014

57 2. Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan. 3. Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan maksud agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam tambak untuk selanjutnya dipanen oleh petani. 4. Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis, Pangandaran, Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan sebagainya. 5. Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar ongkos. Rincian 307.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan Kata mangrove berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai, muara laguna/danau dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau pulau kecil. Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain: bakau, apiapi, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut terdapat tanaman mangrove, maka isikan kode 1. Jika tidak, isikan kode 2. Pedoman Pencacah Podes

58 Tanaman Bakau Tanaman Api-Api Tanaman Pedada Tanaman Tanjang Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove Rincian 308: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap hutan. Lokasi desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke hutan. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. a Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam: 1. Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak di tengah/dikelilingi hutan. 2. Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. 3. Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan. 48 Pedoman Pencacah Podes 2014

Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan

Lebih terperinci

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pendataan Potensi Desa (Podes), 2014 ABSTRAKSI Pendataan Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980 bersamaan dengan penyelenggaraan Sensus Penduduk 1980. Sejak saat itu, Podes dilaksanakan

Lebih terperinci

Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017

Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Pilot Pendataan Potensi Desa (Podes), 2017 ABSTRAKSI Kegiatan Pilot Podes 2018 yang dilakukan tahun 2017 dimaksudkan sebagai salah satu persiapan untuk melaksanakan Podes 2018, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi kewilayahan (spasial) yang melengkapi data dan informasi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 ABSTRAKSI Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan Badan Pusat Statistik. Sejak tahun 1963 BPS

Lebih terperinci

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGANN HIDUP 2013 Buku I. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepalaa BPS Kabup paten/kota BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013 PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TI NGKAT KEBAHAGI AAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATI STI K PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain:

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: December 14, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem No. 6, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pemerintahan Desa. Tata Kerja. Organisasi PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 06 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI PERKEMBANGAN DAERAH OTONOM BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 06 BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN PADA SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOMBANA 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2015 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG 1. 2.1. Profil Singkat Badan Pusat Statistik Kota Magelang BPSadalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

Kompilasi Data Statistik Indikator Pertanian, 2013

Kompilasi Data Statistik Indikator Pertanian, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Kompilasi Data Statistik Indikator Pertanian, 2013 ABSTRAKSI Penyelenggaraan Sensus Pertanian dilakukan oleh BPS sejak tahun 1963, artinya Sensus Pertanian 2013 (ST2013) adalah yang

Lebih terperinci

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2000

Pendataan Potensi Desa (Podes), 2000 BADAN PUSAT STATISTIK Pendataan Potensi Desa (Podes), 2000 ABSTRAKSI Dalam rangka pembangunan daerah data yg berkaitan dng potensi suatu wilayah mrpk masukan utama yg menjadi pertimbangan perumus kebijakan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2009 ABSTRAKSI Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017

KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017 KEPALA DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015

Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK

PENETAPAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK TAHUN ANGGARAN 204 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SOLOK 204 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok... Penetapan

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS)

SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) KATALOG BPS: 1402030 SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2014 PEDOMAN PEMERIKSA (ST2013-SPI.PMS) BADAN PUSAT STATISTIK Kata Pengantar Sensus Pertanian 2013 (ST2013)

Lebih terperinci

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

TaH, Jum RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG TaH, Jum 8-2-08 RancangaN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2016 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 8-2003 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 89, 2007 OTONOMI. PEMERINTAHAN. PEMERINTAHAN DAERAH. Perangkat Daerah. Organisasi.

Lebih terperinci

Survei Inbound-Outbound Tourist, 2016

Survei Inbound-Outbound Tourist, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei InboundOutbound Tourist, 2016 ABSTRAKSI Pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, terutama sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Kegiatan pariwisata merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN STATISTIK

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP URUSAN STATISTIK SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 21-1979::PP 2-1983::PP 29-1985::PP 2-1992 lihat: UU 16-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan, 2015

Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Luas Panen dan Luas Lahan Tanaman Pangan, 2015 ABSTRAKSI Akurasi data luas panen padi, jagung, kedelai yang selama ini dipublikasikan BPS yang dikumpulkan dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 2014

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 2014 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD TAHUN ANGGARAN 204 BADAN PUSAT STATISTIK 204 KATA PENGANTAR Inpres N0. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi mewajibkan

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2015

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2015 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014 ABSTRAKSI Updating perusahaan konstruksi yaitu kegiatan untuk mendapatkan kelengkapan dan kemutakhiran informasi tentang nama, alamat,

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA SEMANU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SEMANU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEMANU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013

SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN HIDUP 2013 Buku III. Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH 2013 i ii Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan SPPLH

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015 ABSTRAKSI Sebagai negara Agraris dan Maritim, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAWIJAYAA TAHUN ANGGARAN 20144 BADAN PUSAT STATISTIK 2014 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya... 1 Penetapan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA, SEKRETARIAT DPRD DAN STAF AHLI KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 51 TAHUN 1999 (51/1999) Tanggal: 28 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, 2015

Survei Perusahaan Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 51 TAHUN 1999 (51/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 51 TAHUN 1999 (51/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 51 TAHUN 1999 (51/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam untuk upaya memenuhi asas keterpaduan,

Lebih terperinci

Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016

Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016 ABSTRAKSI Pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, terutama sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Kegiatan pariwisata merupakan

Lebih terperinci

dengan cepat perubahan tingkat upah yang terjadi dari triwulan ke triwulan pada buruh/karyawan produksi/pelaksana berstatus lebih rendah dari

dengan cepat perubahan tingkat upah yang terjadi dari triwulan ke triwulan pada buruh/karyawan produksi/pelaksana berstatus lebih rendah dari BADAN PUSAT STATISTIK Survei Upah, 2011 ABSTRAKSI Kebutuhan data yang lengkap, tepat waktu, dan akurat mengenai upah buruh/pekerja bagi kalangan pengguna data semakin meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut,

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAIMANA TAHUN ANGGARAN 2014

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAIMANA TAHUN ANGGARAN 2014 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAIMANA TAHUN ANGGARAN 204 BADAN PUSAT STATISTIK 204 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaimana... Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENDAYAGUNAAN DATA PROFIL DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2017 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

Survei Jasa Perjalanan Wisata, 2011

Survei Jasa Perjalanan Wisata, 2011 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Jasa Perjalanan Wisata, 2011 ABSTRAKSI Survei Jasa Perjalanan Wisata dilaksanakan untuk menjaga kesinambungan data dari hasil SE 2006, dengan responden adalah Biro Perjalanan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PAMEKASAN TAHUN ANGGARAN 203 BADAN PUSAT STATISTIK 203 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan... Penetapan Kinerja

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015

Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Konsumsi Bahan Pokok, 2015 ABSTRAKSI Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DESA TULANGAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO SALINAN PERATURAN DESA TULANGAN NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA TULANGAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015 ABSTRAKSI Kelanjutan kegiatan Sensus Konstruksi 1977. Sejak tahun 1980 menjadi kegiatan rutin Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan. Sebelum

Lebih terperinci

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2014

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Statistik Keuangan Pemerintah Desa, 2014 ABSTRAKSI Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat,

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014 . PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014 ABSTRAKSI Kelanjutan kegiatan Sensus Konstruksi 1977. Sejak tahun 1980 menjadi kegiatan rutin Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan. Sebelum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota, 2014

Survei Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota, 2014 ABSTRAKSI 1) Pembangunan daerah adalah salah satu unsur dari program pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam upaya

Lebih terperinci

Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi, 2016

Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan/Usaha Jasa Akomodasi, 2016 ABSTRAKSI Pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, terutama sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN STAF AHLI KABUPATEN BONDOWOSO

Lebih terperinci

PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI 2013 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI

1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2005 BPS mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 (PSE 05), implementasi sebenarnya adalah pendataan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU TAHUN ANGGARAN 203 BADAN PUSAT STATISTIK 203 PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BENGKULU PENETAPAN KINERJA TAHUN 203 Dalam rangka

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013

SENSUS PERTANIAN 2013 Katalog BPS: 1402004 SENSUS PERTANIAN 2013 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN PEDOMAN KOORDINATOR TIM (ST2013-KORTIM) BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN

DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN DASAR HUKUM PELAKSANAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS REGISTRASI DESA/KELURAHAN I. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK, Pasal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang merupakan buku pedoman pelaksanaan Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan dan Updating Direktori secara Komputerisasi

Lebih terperinci