KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang merupakan buku pedoman pelaksanaan Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan dan Updating Direktori secara Komputerisasi oleh BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Penjelasan di dalam buku ini dibuat rinci dan padat sehingga setiap tahapan operasionalnya diharapkan mudah untuk dimengerti baik kegiatan pengawasan maupun kegiatan di lapangan. Buku pedoman ini merupakan buku acuan bagi pejabat struktural dan staf pelaksana di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota. Buku ini dicetak terbatas, sehingga apabila ada pergantian pejabat atau staf pelaksana, buku ini dapat diberikan kepada penggantinya. Buku ini disusun oleh Sub Direktorat Statistik Industri Besar dan Sedang, Direktorat Statistik Industri, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Kritik dan saran dari pengguna sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku pedoman ini. Akhirnya pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan dan terwujudnya buku pedoman ini. Jakarta, Maret 2012 Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA

2 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Diagram... vii Daftar Gambar... viii Daftar Grafik... ix 1. Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Updating Direktori Cakupan dan Kegiatan Jadwal Kegiatan Arus Dokumen dan File Kelemahan Pelaksanaan Updating Direktori Sebelumnya Garis Besar Updating Direktori Menjaring Perusahaan Baru Memutakhirkan Direktori (Daftar Isian I-B) Melaporkan Non Aktif dan Non Respon (Daftar Isian II-B) Pendataan Perusahaan Terlewat (Daftar Isian II-C) Pemutakhiran dan Kegunaan Direktori Pemutakhiran Direktori Kegunaan Direktori Arsip Analisis Pencegahan Perusahaan Dobel Pedoman Matching Kegiatan Matching PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG iii

3 3.2. Urutan Matching Daftar Isian I-SL Perisiapan Matching Proses Matching di Masing-masing Tingkat Matching Pada Tahun-Tahun Berikutnya Sumber Calon Tambahan Direktori Tingkat Nasional Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota Target Penentuan Target oleh BPS Provinsi Penyelesaian Target oleh BPS Kabupaten/Kota Pemeriksaan Lapangan Persiapan Untuk Turun Ke Lapang Pengamatan Langsung Jika Matching Ternyata Kurang Lengkap Daftar Isian I-B Pemeriksaan Di Lapangan (Blok II) Pengawasan Oleh Pejabat Struktural Bps Kabupaten/Kota (Blok III) Cek oleh Pejabat Struktural BPS Provinsi (Blok IV) Daftar Isian II-B Direktori Menurut Wilayah Perusahaan Tutup Perusahaan Menjadi Kecil Perusahaan Usang/Tidak Terpakai Perusahaan Pindah Perusahaan Non Respon Pemakaian KIP di Daftar II-A dan II-B Tindak Lanjut BPS Provinsi/Kabuten/Kota iv PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

4 5.1. Sistim Koordinasi Data Entri Daftar Isian I-B Perbaikan Sementara Direktori I-A Kode Keadaan pada Akhir Tahun Survei Kode Keadaan Selama Tahun Survei Kegunaan Direktori Kegunaan untuk Kabupaten/Kota Kegunaan untuk Kontrol Daftar II-B Kegunaan untuk Penerimaan Kegunaan untuk Pengiriman Perbaikan Final Direktori Perusahaan Dobel Mencegah Perusahaan Dobel Pembersihan Direktori Memperbaiki Format Nama Perusahaan Pembakuan Format Nama Perusahaan Pembakuan Format Alamat Pembersihan Kode Kabupaten-Kecamatan-Desa Pembersihan Perusahaan Tercatat Dobel Koreksi Produksi Utama, KBLI dan Jumlah Tenaga Kerja Pembersihan Status Keadaan PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG v

5 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Perusahaan Baru Dan Tutup Tahun Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori... 4 Tabel 3. Jumlah Perusahaan Baru Delapan Provinsi... 8 Tabel 4. Daftar Isian dan Pelaksanaan di Lapangan Tabel 5. Kode Sumber Calon Perusahaan Baru vi PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

6 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1. Identifikasi Calon Melalui Matching Diagram 2. Sistem Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang Diagram 3. I-B adalah Pintu Masuk, II-B adalah Pintu Keluar Diagram 4. Waktu dan Keterkaitan Antar Kegiatan Pemutakhiran Direktori, Pencacahan dan Data Entri Diagram 5. Hasil Cek Lapang dan Tindak Lanjutnya Diagram 6. Calon yang Perlu Memakai Daftar I-B Diagram 7. Penulisan KIP di Kuesioner dan Kredibilitasnya Diagram 8. Istilah dan Kode Untuk Keadaan Perusahaan Diagram 9. Perubahan Status Bisa Terjadi Karena Diagram 10. Apa Arti Regenerasi Data Diagram 11. Riwayat Perusahaan dalam Direktori Diagram 12. Perubahan Keadaan yang Diperbolehkan Program Direktori I-A Diagram 13. BPS Provinsi Harus Mengirim Direktori Ke BPS Kab/Kota 3 Kali Setahunnya Diagram 14. Keadaan yang Perlu/Tidak Perlu Daftar II-A/B Diagram 15. Tiga Tahap dalam Pemakaian Perangkat Lunak Direktori I-A PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG vii

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Daftar I-SL (C)... 9 Gambar 2. Daftar I-SL (P) Gambar 3. Daftar I-SL (K) Gambar 4. Daftar Isian Daftar I-B Gambar 5. Daftar Pengisian I-B Calon Perusahaan Baru Gambar 6. Daftar Isian II-B Gambar 7. Daftar II-C Untuk Pendataan Perusahaan Terlewat Gambar 8. Data Pokok Perusahaan Updating Direktori viii PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Perkembangan Perusahaan Masuk dan Keluar Tahun PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG ix

9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan industri pengolahan Industri Besar dan Sedang dapat dilihat dari penjumlahan dua komponen yaitu: 1. Kontribusi dari perusahaan baru, dan 2. Kontribusi dari pertumbuhan perusahaan yang telah ada. Mengukur kontribusi pertumbuhan perusahaan baru ternyata tidak semudah dengan mengukur kontribusi dari perusahaan yang sudah ada di dalam direktori meskipun petugas lapangan telah diinstruksikan untuk menambahkan perusahaan baru sebelum dilakukan pengolahan hasil survei. Hal ini dapat dilihat dari total penambahan perusahaan baru yang pertumbuhannya tidak konsisten dari tahun ke tahun. Di kala ada usaha khusus atau ada kegiatan yang bersifat skala besar seperti Sensus Ekonomi, maka penambahan jumlah perusahaan baru melonjak sangat tajam sedang di tahun-tahun diluar kegiatan besar/khusus maka penambahan perusahaan baru bisa dikatakan tidak ada pertumbuhan. Kecenderungannya perusahaan baru yang ditemukan di tahun-tahun rutin umumnya disamakan dengan banyaknya perusahaan yang tutup. Dalam lima tahun terakhir jumlah perusahaan baru dan jumlah perusahaan yang tutup berdasarkan data final Direktori Industri Pengolahan yang dirimkan ke BPS-RI seperti dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Jumlah Perusahaan Baru dan Tutup Tahun Perusahaan 2007 *) Baru Tutup *) Ada Kegiatan Sensus Eonomi 2006 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 1

10 Elemen kunci kegiatan Updating Direktori adalah menjaring perusahaan baru. Penemuan perusahaan baru dari tahun ke tahun jumlahnya sekitar 2 10 persen dari jumlah total perusahaan. Perusahaan yang ditemukan umumnya adalah perusahaan yang telah lama beproduksi secara komersial, bukan ditemukan pada tahun kegiatan survei. Ada tiga alasan kegagalan dalam menjaring sebanyak-banyaknya perusahaan baru. Pertama tidak dilakukan proses matching (cek daftar perusahaan dari instansi terkait seperti Kementrian Perindustrian, Perdagangan, Asosiasi dsb dengan Direktori I-A) BPS. Kedua petugas enggan melaporkan perusahaan baru karena menganggap suatu beban pekerjaan saja. Ketiga tidak ada usaha khusus seperti listing Sensus Ekonomi atau kegiatan yang sifatnya berskala besar atau kegiatan pemetaan perusahaan industri pengolahan skala besar dan sedang di masing-masing wilayah. Selain ketiga alasan di atas, kurangnya perhatian dan pengawasan dari Pejabat Struktural kepada petugas Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dalam melaporkan perusahaan baru juga dirasakan memberikan kontribusi yang kurang baik dalam menjaring perusahaan baru. Untuk itu diperlukan suatu pedoman, dana dan perhatian yang lebih ekstra oleh para pejabat struktural sehingga KSK/Petugas akan sulit untuk tidak melaporkan perusahaan baru sekalipun mereka tidak mau melaporkannya. Perusahaan yang memenuhi syarat harus dimasukan dalam direktori walaupun perusahaan tersebut tidak mau mengisi daftar isian II-A. Dalam hal ini tanggung jawab pemasukan dokumen II-A tidak hanya menjadi tanggung jawab Petugas/KSK setempat melainkan tanggung jawab mulai dari Kepala Seksi Produksi hingga Kepala BPS Kabupaten/Kota/Provinsi sampai BPS RI Tujuan Updating Direktori 1) Menjaring perusahaan baru. 2) Memutakhirkan direktori. 3) Merupakan kegiatan salah satu manajemen survei. 2 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

11 4) Perbaikan informasi perusahaan yang respon, tutup, perubahan skala dan perubahan kegiatan usaha diluar sektor Industri Pengolahan Cakupan dan Kegiatan Updating Direktori dilakukan untuk mendapatkan informasi terbaru dari hasil kegiatan survei tahunan Industri pengolahan di masing-masing BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota yang jadwal waktunya telah ditetapkan oleh BPS-RI. Cakupan dalam kegiatan Updating Direktori Perusahaan ini adalah perusahaan Industri Pengolahan (manufacturing) yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang (Industri Skala Menengah/Sedang) dan perusahaan industri pengolahan dengan tenaga kerja lebih 100 orang atau lebih (Industri Skala Besar), yang pelaksanaannya dilakukan di semua Kabupaten/Kota di 33 Provinsi, dimana BPS Provinsi yang menjadi penanggung jawab dari kegiatan Updating Direktori ini Jadwal Kegiatan Kegiatan manual Updating Direktori diawali dengan kegiatan matching calon perusahaan baru dengan daftar I-B sampai melaporkan perusahaan tutup, pindah, dobel, bukan industri dan berubah skala dengan daftar II-B, sedangkan kegiatan komputerisasi dilakukan setelah proses regenerasi yang dijalankan pada Software Updating Direktori dan Program pengolahan di masing-masing BPS Provinsi. Secara umum Jadwal kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori seperti dalam tabel 2 sebagai berikut : PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 3

12 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori No Kegiatan Tujuan Jadwal 1 Matching Mencatat calon perusahaan tambahan hasil matching 2 Mengirim Direktori I-A ke BPS Menjaga kelengkapan, Kabupaten/Kota kemutakhirkan nama dan alamat 3 Cek lapang perusahaan hasil matcing Mengecek keberadaan calon perusahaan tambahan 4 Dropping Kuesioner II-A ke Mendapatkan data rinci dari perusahaan perusahaan 5 Melaporkan perusahaan baru hasil Mendapatkan informasi maching dengan daftar I-B 6 Melaporkan perusahaan tutup, pindah, dobel, bukan industri manufaktur, dan berubah skala dengan daftar II-B 7 Mengambil Kuesioner II-A ke perusahaan 8 Mengirim Direktori awal ke BPS-RI c.q Subdit IBS Direktorat Statistik Industri 9 Mengirim Direktori Final ke BPS-RI c.q Subdit IBS Direktorat Statistik perusahaan baru Mendapatkan informasi perusahaan non aktif (tutup, pindah, bukan industri manufaktur/berubah skala Mendapatkan data yang rinci dari perusahaan secara lengkap dan akurat Mendapatkan data yang lengkap, akurat dan up to date Mendapatkan data yang lengkap, akurat dan up to date 10 Melaporkan perusahaan non respon Mendapatkan data minimal dari perusahaan non respon 11 Melakukan data entry kuesioner II-A Mendapatkan data rinci dalam bentuk database 12 Mengirim Data Final Mendapatkan data yang lengkap, akurat dan up to date Nov-Des Jan-Feb Jan-Apr Jan-Apr Feb-Apr Feb-Apr Feb-Nov Apr-Mei Okt-Nov Nov Mei-Nov Nov-Des 4 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

13 1.5 Arus Dokumen dan File BPS RI 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(C) 3. Daftar I-B 4. Daftar II-A 5. Daftar II-B 6. Kartu Kendali 7. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 8. Buku Pedoaman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar II-A 2. Daftar II-B 3. Daftar II-C 4. FILE FILE FILE FILE FILE FILE BPS PROVINSI 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(C) 3. Daftar I-SL(P) 4. Daftar I-B 5. Daftar II-A 6. Daftar II-B 7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali 9. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 10. Buku Pedoaman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar I-B 2. Daftar II-A 3. Daftar II-B 4. Daftar II-C 5. FILE FILE FILE BPS KAB/KOTA 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(P) 3. Daftar I-SL(K) 4. Daftar I-B 5. Daftar II-A 6. Daftar II-B 7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali 9. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 10. Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar I-B 2. Daftar II-A 3. Daftar II-B 4. Daftar II-C 5. FILE KSK/Petugas Pelaksana 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(K) 3. Daftar I-B 4. Daftar II-B 5. Daftar II-C 6. Kartu Kendali PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 5

14 1.6 Kelemahan Pelaksanaan Pemutakhiran Updating Direktori Sebelumnya BPS-RI (Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang) menggunakan metode baru dalam sistem pemutakhiran direktori sejak tahun Sebelum tahun 1990 pemutakhiran direktori dilakukan secara tidak konsisten. Beberapa yang masih ditemukan dari pelaksanaan sistem pemutakhiran direktori dari tahun 1990 s/d 2011 adalah sebagai berikut: a. Kegiatan dalam menjaring perusahaan baru belum berjalan secara optimal, terbukti setiap kegiatan sensus ekonomi jumlah perusahaan baru cenderung melonjak sangat tajam. b. Perusahaan baru yang ditemukan umumnya perusahaan baru yang tahun produksi komersilnya sebelum pelaksanaan tahun kegiatan survei. c. Masih ditemukan adanya perusahaan dobel, kasus dobel ini menunjukkan BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota tidak melaksanakan kegiatan Updating Direktori sesuai dengan dengan SOP (Standar Operating Procedure). d. Kesalahan dalam menutup perusahaan. Perusahaan yang dianggap sulit dan non respon secara terus menerus dilaporkan dengan Tutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari beban kerja dari petugas karena dengan melaporkan perusahaan tutup maka bebannya akan menjadi berkurang. e. Melaporkan perusahaan yang non aktif (tutup, pindah, dobel, bukan industry dan berubah skala di akhir tahun survey (Nov-Des) yang semestinya dilaporkan di bulan Feb-Apr (awal tahun survei). f. Terlambat mengirim direktori awal ke BPS RI c.q. Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS). Subdit IBS menerima cd/file direktori setelah Bulan Mei. Keterlambatan mengirim direktori ini menyebabkan: 6 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

15 1. Subdit IBS menerima kiriman kuesioner yang belum tercantum dalam direktori. 2. Direktori yang diterima tidak sesuai dengan kuesioner yang dikirim ke Subdit IBS. 3. KIP yang ditulis di kuesioner tidak sama dengan KIP yang ada di Sofware Updating Direktori yang ada di direktori g. Masih ada BPS Kabupaten/Kota yang tidak membuat copy daftar perusahaan dari sumber. Hal ini sangat disayangkan Karena tahun berikutnya BPS Kabupaten/Kota harus memeriksa ulang seluruh daftar perusahaan yang ada di sumber tersebut. h. BPS provinsi tidak melaporkan perusahaan aktif non respon di akhir pengolahan yang semestinya harus di laporkan di bulan November. i. Mengusangkan KIP yang sudah lama ada tapi mempertahankan KIP yang baru dibuat untuk perusahaan yang sama karena dobel sehingga salah satu harus diusangkan. j. Masih lemahnya pemahaman konsep dan definisi tentang industri manufaktur, segingga banyak kuesioner setelah di cek di BPS-RI ternyata bukan kategori industri manufaktur. k. Software Updating Direktori belum sempurna. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 7

16 GARIS BESAR UPDATING DIREKTORI Menjaring Perusahaan Baru Menjaring perusahaan baru dalam kegiatan Updating Direktori merupakan hal yang penting dalam mengukur peranan pertumbuhan jumlah usaha/perusahaan sub sektor di industri pengolahan. Hasil kegiatan menjaring perusahaan baru setiap tahun belum dilaksanakan secara optimal oleh setiap BPS wilayah, terlebih sejak terjadi krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 jumlahnya berfluktuasi. Tidak hanya pada saat krisis, kegiatan yang sifatnya khusus dilakukan oleh Badan Pusat Statistik seperti Sensus Ekonomi tahun 2006 juga menunjukkan kenaikan perusahaan baru yang signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah kegiatan Sensus Ekonomi. Selama kurun waktu lebih dari satu dekade perkembangan penambahan perusahaan baru hasil kegiatan menjaring perusahaan baru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Jumlah Perusahaan Baru Delapan Provinsi Tahun Provinsi Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten Sulawesi Selatan Lainnya Total Sumber : hasil pengiriman data final survei industri pengolahan BPS Provinsi 8 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

17 Dari tabel di atas terlihat penambahan perusahaan baru dari tahun ke tahun rata-rata tumbuh tidak lebih dari 10 % dari perusahaan aktif, kecuali ditahun 2007 dimana pada pelaksanaan Sensus Ekonomi 2006 jumlah perusahaan baru dapat tumbuh hampir 40 % dari perusahaan aktif. Hal ini menunjukkan bahwa ditahun tidak ada sensus kegiatan updating direktori tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan ditahun ada sensus kelihatannya menjaring perusahaan baru dapat dilakukan secara lebih optimal sehingga informasi tentang perusahaan industri pengolahan yang berskala menengah dan besar dapat diperoleh secara lengkap. Proses menjaring perusahaan baru diawali dengan kegiatan matching dari dinas terkait dan asosiasi perusahaan industri seperti Kementerian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, Kementrian Tenaga Kerja, Asosiasi Tekstil dan sebagainya baik ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tahapan-tahapan kegiatan matching di masing-masing tingkat adalah sebegai berikut : BPS-RI mengirim daftar hasil matching calon perusahaan bersumber dari instansi terkait atau asosiasi di tingkat Pusat untuk dicek di tiap-tiap Provinsi dengan menggunakan daftar/form I-SL(C) (Industry Short List - Center). Contoh daftar I-SL (C) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 1 sebagai berikut : Gambar 1. Daftar I-SL (C) PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 9

18 BPS provinsi melakukan matching dengan direktori perusahaan dari intansi terkait atau asosiasi ditingkat provinsi dengan Direktori BPS kemudian menambahkan dari daftar I-SL(C) dari pusat ke dalam daftar I SL(P) (Industry Short List - Province) sebelum nantinya dikirim ke BPS Kabupaten/Kota. Contoh daftar I-SL(P) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 2 sebagai berikut Gambar 2. Daftar I-SL (P) BPS Kabupaten/Kota melakukan matching direktori perusahaan dari intansi terkait atau asosiasi ditingkat Kabupaten/Kota dengan Dirktori BPS kemudian menambahkan dari daftar I-SL(P) dari BPS Provinsi ke dalam daftar I SL(K) sebelum nantinya diserahkan kepada masing-masing Petugas Lapang atau Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk dicek. Contoh daftar I-SL(K) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 3 sebagai berikut : 10 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

19 Gambar 3. Daftar I-SL (K) Seluruh calon perusahaan tambahan hasil matching tersebut dicek di lapangan dan dilaporkan dengan daftar I-B. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) menambahkan perusahaan hasil pengamatan langsung yang ditemui di lapangan tetapi belum ada di dalam daftar I-SL(K) dan tidak ada di Direktori BPS. Untuk skema urutan pemilihan calon dari tingkat BPS-RI sampai BPS Kabupaten/Kota dapat dijelaskan pada diagram 1 sebagai berikut: PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 11

20 Diagram 1 Urutan Identifikasi Calon Melalui Matching Tingkat Daftar PUSAT I-SL (C) Calon dari sumber nasional PROVINSI I-SL (P) Calon dari BPS-RI Calon tahun lalu yang perlu dicek lagi Tambahan dari sumber di tingkat Provinsi KABUPATEN /KOTA I-SL (K) Calon yang diterima dari BPS Provinsi Tambahan dari sumber di tingkat Kabupaten/Kota madya KECAMATAN (KSK) I-B Calon yang diterima dari BPS Kabupaten/Kota Tambahan hasil pengamatan langsung 12 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

21 2.2. Memutakhirkan Direktori (Daftar Isian I-B) Hasil pengecekan calon perusahaan tambahan di lapangan dilaporkan dengan menggunakan daftar I-B. Kegiatan ini dilakukan tiap tahun pada bulan Januari-April tahun pelaksanaan survei. Kerangkanya adalah daftar perusahaan bersumber dari instansi lain atau asosiasi dan belum ada dalam direktori Industri Besar dan Sedang yang dirangkum dalam daftar I-SL(K), yang terdiri dari perusahaan Industri Besar dan Sedang yang baru berdiri, baru pindah dari provinsi lain, baru berubah tenaga kerjanya menjadi 20 orang atau lebih atau terlewat pada tahun sebelumnya, dan perusahaan yang pada tahun sebelumnya baru ada lokasinya atau masih dibangun. Informasi calon perusahaan hasil pengecekan lapangan dituliskan dalam daftar I-B, kemudian untuk mencegah dobel dilakukan pemeriksaan oleh Kasie produksi di BPS Kabupaten/Kota dengan Direktori I-A. Daftar I-B kemudian dikirim ke BPS Provinsi untuk dilakukan data entry dengan aplikasi program/sofware Updating Direktori. Di BPS Provinsi (Kasie Industri) guna mencegah perusahaan dobel, calon perusahaan yang dilaporkan dengan daftar I-B tersebut juga dilakukan pemeriksaan, apakah calon perusahaan tersebut sudah ada pada Direktori I-A. Jika sudah ada maka tidak akan ditambahkan dalam Sistem Updating Direktori Industri Besar dan Sedang, jika belum ada maka akan ditambahkan kedalam Sistem Updating Direktori Industri Besar dan Sedang apabila calon tersebut memenuhi syarat. Daftar isian I-B berikut contoh pengisian untuk calon perusahaan seperti gambar 4 sebagai berikut. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 13

22 Gambar 4. Daftar Isian I-B Didalam data entry calon perusahaan dengan daftar I-B terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi yaitu : Kelompok calon perusahaan yang sudah berproduksi secara komersial dengan tenaga kerja 20 atau lebih, yang berarti memenuhi syarat untuk ditambahkan ke dalam Direktori. Kelompok calon perusahaan yang perlu dicek kembali pada tahun berikutnya karena sedang dalam masa percobaan. Kelompok calon perusahaan yang akan dicek kembali beberapa tahun kemudian karena masih tergolong industri kecil, sedang dibangun, atau hanya baru ada lokasi. 14 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

23 Kelompok calon perusahaan yang tidak perlu dicek kembali tahun berikutnya yaitu perusahaan yang dulu ada tapi sekarang tutup, berada di Kabupaten/Kota lain, bukan termasuk perusahaan industri pengolahan, atau perusahaan tersebut tidak ditemukan. Aplikasi untuk pengisian calon perusahaan baru yang memenuhi syarat dalam program Updating Direktori 2011 ada di sub menu calon perusahaan pada menu proses sebelum di transfer ke dalam Direktori I-A. Kemudian diikuti dengan pemberian nomor sehingga terbentuk KIP lengkap untuk perusahaan baru. Format pengisian daftar I-B pada Program Updating Direktori 2011 sebagai berikut : Gambar 5. Daftar Pengisian I-B Calon Perusahaan Baru PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 15

24 Dalam pelaksanaan pendataan perusahaan industri pengolahan Skala Besar dan Sedang terdapat beberapa jenis daftar/kuesioner berikut kegunaannya serta jadwal pelaksanaannya pada tahun pelaksanaan survei terkait dengan kegiatan updating direktori selama kurun waktu satu tahun. Jenis daftar/kuesioner dan penjelasannya bisa dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Daftar Isian dan Pelaksanaan di Lapangan Daftar Isian Nama Tujuan Kerangka Pekerjaan di lapangan Cap Perusahaan Jadwal Waktu I-A Direktori Menjaga kelengkapan, kemutakhiran nama dan alamat I-B II-A II-B II-C Survei Calon Tambahan Kuesioner survei Tahunan Laporan ringkas Kuesioner perusahaan terlewat cacah Identifikasi semua perusahaan baru/terlewat Mendapatkan data yang benar dari responden Data minimal dari perusahaan non respon, tutup, berubah skala kecil, pindah lokasi, dobel dan aktif non respon Mendapatkan data minimal di tahun-tahun terlewat cacah Direktori tahun lalu ditambah daftar I-B sekarang Daftar perusahaan instansi lain I-SL I-A I-A dikurangi yang respon I-A aktif baru yang pernah terlewat cacah Tidak ada, dikerjakan melalui I-B, II-B Tidak perlu April-Mei, Direktori Awal Okt-Nov Direktori Final Cek di lapangan Tidak perlu Nov-Des : calon/matching Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengirim ke perusahaan Diisi Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau pejabat struktural Wawancara dengan perusahaan Jan-Apr : Cek di Lapangan Perlu Jan-Apr : drop kuesioner. Feb-Nov : kuesioner diambil Tidak perlu Feb-Apr : yang tutup, pindah, dobel, bukan industri Perlu Nov: yang non respon April-Oktober 16 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

25 2.3. Melaporkan Non-Aktif dan Non-Respon (Daftar Isian II-B) Daftar II-B digunakan untuk melaporkan keadaan perusahaan yang tidak dapat mengisi kuesioner survei tahunan (daftar II-A), termasuk perusahaan yang baru ditambahkan ke Direktori I-A sampai batas waktu yang telah ditetapkan pada kegiatan Pemutakhiran Direktori dibulan. Ada empat kelompok perusahaan yang keadaannya harus dilaporkan dengan daftar II-B : (1) Non-aktif, yaitu: tutup, dan usang/tidak terpakai karena tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan baru, gabung dan dobel. (2) Pindah keluar Kabupaten/Kota (3) Perusahaan aktif tetapi non respon (4) Berubah skala menjadi kecil (Tenaga Kerja kurang dari 20 orang) Daftar II-B dapat menghindarkan dari dua kesalahan yang umum terjadi: Salah menutup perusahaan. Salah menyatakan nonrespon, yaitu perusahaan yang benar-benar tutup tetapi dinyatakan sebagai nonrespon. Daftar isian II-B dapat digunakan dalam dua tahap : Tahap I (untuk perusahaan non-aktif atau pindah). Pada bulan Januari-April, disaat Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengirimkan kuesioner survei tahunan (Daftar II-A) ke responden/perusahaan yang tercatat aktif dalam Direktori Industri Besar dan Sedang, tetapi perusahaan yang dikunjungi ternyata telah tutup/pindah keluar Kabupaten/Kota, menjadi industri kecil, bergabung dengan perusahaan lain atau dobel (tercatat lebih dari satu kali dalam Direktori), maka Koordinator Statistik Kecamatan harus segera melaporkan perusahaan tersebut dengan daftar isian II- B ke BPS Kabupaten/Kota melalui Kasie Produksi, untuk selanjutnya dikirim ke BPS PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 17

26 Provinsi untuk dilakukan update pada Direktori I-A melalui software Updating Direktori. BPS Provinsi tidak perlu menunda melaporkan hal ini sampai bulan Oktober. Pelaporan non aktif setelah bulan April hanya dilakukan untuk perusahaan yang baru masuk Direktori pada tahun itu tetapi ternyata tidak memenuhi syarat sebagai unit pencacahan. Perusahaan seperti ini digolongkan sebagai perusahaan usang. Tahap II (untuk perusahaan non-respon atau kosong) Pada bulan November, apabila Daftar II-A tidak respon sampai batas waktu pengembalian kuesioner selesai, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) segera mengisi blok non respon dalam daftar isian II-B. Blok non respon digunakan untuk mencatat penegasan Koordinator Statistik Kecamatan bahwa perusahaan masih aktif tetapi non respon. Hal ini bukan berarti membebaskan Koordinator Statistik Kecamatan dari keharusan memenuhi kewajiban mendapatkan daftar II-A. Tetapi hanya pernyataan tertulis bahwa Koordinator Statistik Kecamatan gagal mendapatkan kuesioner yang terisi sampai batas waktu survei yang telah ditentukan. Dari perusahaan non respon diharapkan bisa didapatkan data minimal yaitu jumlah tenaga kerja, nilai pemakaian bahan baku, serta nilai produksi. Tiga variabel tersebut akan digunakan sebagai bahan estimasi. Untuk perusahaan yang tutup, berubah skala menjadi kecil, pindah lokasi, usang/tidak terpakai maupun untuk perusahaan yang aktif tapi non respon di laporkan dengan menggunakan Daftar II-B. Informasi perubahan kondisi perusahaan dari yang sebelumnya aktif menjadi non aktif langsung dilakukan perubahan data pokok perusahaan di sub menu updating data dimenu proses direktori perusahaan. Perubahan ini hanya bisa dilakukan di tingkat BPS Provinsi dan tidak bisa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota. Daftar isian II-B berikut contoh pengisiannya seperti gambar 6 sebagai berikut : 18 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

27 Gambar 6. Daftar Isian II-B PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 19

28 Tahapan kegiatan Updating Direktori di dalam pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang secara garis besar dijelaskan dalam diagram sebagai berikut: Diagram 2 Sistem Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang DIREKTORI I-A 2011 Perusahaan non aktif Perusahaan aktif Matching Matching Daftar Perusahaan dari Instansi pemberi ijin : Kementerian Perindustrian, Perdagangan, BKPM, Pemda, Depkes, Depnaker, dsb PENGAMATAN Aktif Kembali Calon Perusahaan Tambahan (I-SL) Tidak terpilih sebagai calon tambahan Aktif Tutup, Kecil, Bukan Industri Cek di lapangan Dilaporkan Dengan Daftar I-B Perusahaan Tambahan Gagal menjadi perusahaan tambahan D i r e k t o r i Daftar II-B untuk non aktif 20 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

29 Perkembangan jumlah perusahaan yang masuk dan yang keluar hasil pelaksanaan kegiatan Upating Direktori dari seluruh BPS Provinsi dari tahun 2006 sampai dengan 2011 seperti pada grafik sebagai berikut : Grafik 1 Perkembangan Perusahaan Masuk dan Keluar Tahun Masuk Keluar Dari grafik di atas jelas bahwa keluar masuknya perusahaan harus dilaporkan dengan benar. Pelaporan adanya perusahaan baru dengan daftar I-B sedangkan pelaporan perusahaan yang keluar ditunjukkan dengan perusahaan yang sudah tidak aktif lagi melalui daftar II-B menjadi sangatlah penting. Keluar masuk perusahaan dari kegiatan Updating Direktori Perusahaan dapat dijelaskan pada diagram 3 sebagai berikut : PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 21

30 Diagram 3 I-B Adalah Pintu Masuk, II-B Adalah Pintu Keluar Direktori I-A Perusahaan yang respon Perusahaan non aktif (tutup, kecil, usang) Baru Ditemukan Daftar I-B Perusahaan Baru saja Non aktif Daftar II-B Perusahaan aktif yang non-respon (Daftar II-B) 2.4. Pendataan Perusahaan Terlewat (Daftar Isian II-C) Daftar II-C digunakan untuk mendapatkan informasi dari perusahaan yang baru ditemukan tetapi sudah berproduksi secara komersial jauh sebelum tahun pelaksanaan survei dilakukan. Daftar II-C ini diambil dari daftar I-B yang memenuhi syarat (Perusahaan Baru. Beberapa pertanyaan yang telah berproduksi komersil sebelum tahun survei terdapat pada daftar II-C meliputi jumlah tenaga kerja, nilai total produksi yang dihasilkan dan nilai total pemakaian bahan baku yang digunakan pada tahun dimulai tahun produksi komersil. Tahun produksi secara komersial di daftar II-C dibagi dalam dua selang waktu yaitu sebelum tahun 1975 dan sesudah tahun 1975 agar didapatkan informasi di tengah tahun dengan tahun pelaksanaan survei. Jadwal kegiatan pendataan perusahaan yang terlewat dilakukan setelah April tahun 22 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

31 pelaksanaan survei. Daftar II-C berikut contoh pengisiaannya seperti gambar sebagai berikut : Gambar 7. Daftar II-C untuk Pendataan Perusahaan Terlewat PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 23

32 2.5. Pemutakhiran dan Kegunaan Direktori Pemutakhiran Direktori Frame Direktori (I-A) Industri Besar dan Sedang dimutakhirkan dalam dua tahap yaitu : Tahap 1 (Perusahaan yang baru/terlewat, yang baru jadi nonaktif dan yang pindah) Direktori awal/sementara disiapkan pada bulan April-Mei dengan menggunakan informasi dari daftar isian I-B untuk perusahaan yang baru/terlewat dan menggunakan daftar isian II-B untuk perusahaan yang baru non aktif (tutup), berubah skala menjadi kecil, pindah lokasi dan tidak terpakai/usang. Filenya dikirimkan ke BPS RI c.q Subdirektorat Statistik Industri Besar dan Sedang Direktorat Statistik Industri paling lambat pada tanggal 1 Mei tahun pelaksanaan survei. Ditingkat pusat informasi yang terdapat pada frame direktori juga digunakan untuk mempertahankan konsistensi penggunaan KIP dari seluruh BPS Provinsi. Sedangkan di BPS daerah berguna untuk memonitor kelengkapan survei tahunan (Daftar II-A) baik yang respon maupun tidak. Tahap 2 BPS Daerah menyelesaikan Direktori final pada bulan Oktober-November, memasukkan tanda/flag untuk yang aktif tapi non respon dan melakukan perubahan berdasarkan isian yang terdapat pada daftar II-B seperti nama perusahaan, alamat, telpon dan faxsimile. Penyelesaian akhir ini tidak akan memakan waktu lama, karena sebagian besar telah dilakukan pada tahap 1 (Direktori sementara). Dalam aplikasi program pengolahan Updating Direktori Industri Besar dan Sedang pada level Provinsi disediakan tabel laporan yang memperlihatkan banyaknya perusahaan aktif (termasuk perusahaan baru dan yang aktif kembali) serta banyaknya perusahaan yang non aktif baik tutup, kecil dan usang dengan nama tabel A-11 seperti gambar sebagai berikut : 24 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

33 BPS Provinsi/Kabupaten/Kota bisa menghitung tingkat respon sebenarnya yaitu banyaknya kuesioner II-A yang masuk dengan keadaan terisi lengkap dibanding dengan banyaknya perusahaan yang aktif dalam direktori. Selain itu dalam tabel juga dapat juga digunakan oleh BPS Provinsi untuk memonitor hasil pelaksanaan kegiatan survei dilapangan masing-masing Kabupaten/Kota. Skema kedua tahap tersebut serta hubungannya dengan penjadwalan waktu pelaksanaan Survei Perusahaan Industri Besar dan Sedang terkait penggunaan kuesioner I-B, II-A, II-B, dan II-C dapat dilihat pada diagram 4. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 25

34 Diagram 4. Waktu Dan Keterkaitan Antar Kegiatan Pemutakhiran Direktori, Pencacahan dan Data Entri Matching Direktori Sementara Regeneasi I-A FINAL Daftar IS-L Data Entry I-B I-B Cek Lapangan Antar Kuesioner Perusahaan Lama Antar Kuesioner Perusahaan Baru Pencacahan Persh Terlewat dg II-C II-A II-C Ambil Kuesioner Data Entri II-A II-B Lapor Keadaan Tutup, Kecil, Non Respon NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV 26 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

35 Kegunaan Direktori Selain untuk mendaftar perusahaan, sistem Direktori juga menyediakan beberapa unsur informasi, yaitu : Informasi dari daftar II-B, Direktori dapat digunakan untuk menyimpan informasi tentang perusahaan nonaktif baru. Direktori juga dapat memperlihatkan perusahaan yang non respon selama 3 tahun terakhir, sehingga pengawas dapat melihat secara cepat perusahaanperusahaan yang sulit bekerjasama dengan BPS. Penerimaan kuesioner dari Kabupaten/Kota dapat dicatat dalam media komputer melalui modul penerimaan. Dibanding memakai arsip di kertas, cara ini akan mempercepat tugas BPS Provinsi untuk mengetahui berapa kuesioner yang sudah diterima dari tiap Kabupaten/Kota. Mengirim kuesioner ke Pusat dapat dicatat didalam disket/cd/file (dengan modul pengiriman). Dengan cara ini, daftar kuesioner yang akan dikirim dapat dicetak sekaligus, sehingga tak perlu diketik lagi pada lembar kertas khusus. Pencatatan penerimaan dan pengiriman kuesioner oleh BPS Provinsi akan memaksa BPS Provinsi membandingkan KIP setiap kuesioner dengan KIP di Direktori. Karenanya, Pusat tidak akan menerima lagi kuesioner yang KIP-nya tidak ada atau tidak konsisten dengan Direktori. Cara ini juga mendorong BPS Provinsi untuk secara cepat memperbaiki Direktori bila ada perubahan, seperti: ada perusahaan baru, aktif lagi, dan baru nonaktif, tanpa menunda-nunda tugas ini sampai saat terakhir. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 27

36 Arsip Pengarsipan data sangat penting, untuk itu Kasi Statistik Industri di BPS Provinsi perlu menjaganya dengan ekstra hati-hati. Ongkos menggandakan data ke disket/cd/flashdisk relatif kecil sedangkan kerugian akan sangat besar kalau harus mengulang memasukkan data lagi. Masalah penyimpanan data jangan seluruhnya diserahkan ke staf yang mungkin tidak tahu data mana yang perlu disimpan atau tidak. Setiap saat Kasie harus memastikan bahwa stafnya secara rutin mem-back up file data dan program, sehingga setiap data yang hilang, (misalnya terkena virus) atau file mengalami kerusakan akibat masalah teknis diluar kegiatan pengolahan data seperti pemadaman listrik, maka program atau data dapat dengan mudah diperbaiki. Setiap 4-8 jam setelah data entry, backup harus segera dilakukan. Sebaiknya ada 2 generasi backup, sehingga, kalau satu hilang, masih ada cadangan satu lagi. Setiap akhir tahun survei, sebelum data di regenerasi untuk survei tahun berikutnya, pengawas harus yakin bahwa backup seluruh data telah dilakukan, seluruh backup harus diberi label yang jelas serta disimpan di tempat yang aman, misalnya di lemari kabinet Kepala Bidang. Sebaiknya, ada 2 copy backup, satu untuk sering dipakai, satu untuk cadangan. Setiap akhir tahun survei, Kasie Statistik Industri BPS Provinsi harus memastikan bahwa daftar lengkap perusahaan hasil I- B atau daftar perusahaan baru sudah dicetak (B-1) untuk penggunaan masingmasing BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Daftar ini bertujuan untuk menghindari pemeriksaan ulang yang tidak perlu terhadap calon perusahaan yang sama guna pelaksanaan survei tahun berikutnya, BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota harus menyimpan hasil listing lengkap semua calon perusahaan yang pernah diperiksa I-B paling sedikit 5 tahun. 28 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

37 Analisis Setelah hasil entri I-B (Direktori sementara) dikirim ke BPS Pusat, maka BPS Provinsi dan Pusat melakukan analisis sederhana yaitu membandingkan tingkat keberhasilan berbagai sumber untuk tiap-tiap Provinsi. Analisis dipusatkan pada 4 masalah : 1. Tingkat keberhasilan total secara rata-rata sebaiknya antara 20 s/d 60 %, jika dibawah 20 % berarti ada indikasi bahwa target terlalu tinggi atau pilihan sumbernya kurang jitu, jika lebih dari 60 % berarti targetnya terlalu rendah, sehingga perlu dinaikkan. 2. Tingkat keberhasilan setiap sumber, sumber yang memberikan tingkat keberhasilan tinggi perlu digunakan terus. Sumber yang tingkat keberhasilannya rendah sebaiknya digunakan secara selektif. 3. Umur perusahaan yang ditemukan. Setelah dua tahun pemutakhiran Direktori, idealnya perusahaan yang ditemukan adalah perusahaan baru atau berumur satu tahun. Sebaliknya, bila perusahaan baru yang ditemukan hanya sedikit, kemungkinan besar belum berhasil menemukan perusahaan baru atau ada perusahaan baru tetapi tidak dilaporkan. 4. Perusahaan skala Besar, tujuan utama pemutakhiran Direktori adalah menemukan perusahaan-perusahaan yang relatif besar, dimana pada umumnya mempunyai peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sehingga lebih diutamakan sumber yang banyak perusahaan besarnya. Jika perusahaan besar yang ditemukan terlalu sedikit, pengawas perlu memeriksa kembali pilihan sumbernya Pencegahan Perusahaan Dobel Sistem Direktori salah satunya dirancang guna menghindarkan perusahaan terdaftar dobel. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 29

38 Untuk tiap kasus dilakukan dengan : 1. Perusahaan yang berubah produksi utamanya. Dalam kasus ini nomor KIP tidak perlu diubah. Perubahan produksi utama akan tercermin pada perubahan KBLI kegiatannya 2. Untuk perusahaan lama. Petugas agar menyalin KIP ke halaman depan kuesioner masing-masing survei sebelum disampaikan ke perusahaan, sehingga bila kuesioner sudah diambil kembali KIP tidak perlu dicari lagi. Apabila ada kuesioner yang diambil dari perusahaan tetapi tidak ada KIPnya, petugas pencacah diminta membandingkan kuesioner tersebut dengan Direktori yang tersusun menurut abjad, untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut sudah ada dalam Direktori dengan KIP lama. KIP lama ini kemudian disalin ke kuesioner. Kalau kuesioner dari perusahaan ternyata belum dimasukkan ke Direktori, petugas harus mencatat di halaman depan bahwa ini perusahaan baru. Kemudian BPS Provinsi memasukkan informasi dari perusahaan baru tersebut sebagai calon perusahaan pada Software Updating Direktori. Jika memenuhi syarat salin KIP perusahaan tersebut ke kuesioner setelah dilakukan transfer ke direktori I-A dan setelah pemberian nomor urut pada perusahaan sebelum dikirim ke BPS RI c.q Subdirektorat Statistik Industri Besar dan Sedang. 30 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

39 PEDOMAN MATCHING Kegiatan Matching Tahapan paling sulit dan harus teliti dalam pelaksanaan updating Direktori adalah matching karena memerlukan perhatian penuh dari para pejabat struktural. Proses matching memerlukan ketelitian yang tinggi untuk menentukan calon perusahaan yang paling mungkin memenuhi syarat untuk masuk kedalam Direktori. Tujuannya adalah menjaring semua perusahaan baru di industri pengolahan baik yang berskala Besar maupun Sedang sehingga informasi perusahaan aktif bisa tercakup semua. Matching adalah membandingkan daftar perusahaan yang berasal dari instansi lain atau asosiasi seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Tenaga Kerja, BKPM, Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan, dan sebagainya, baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan Direktori Industri Pengolahan BPS yang disusun menurut abjad. Hasil dari kegiatan ini adalah dihasilkan calon nama perusahaan tambahan yang belum ada di Direktori BPS yang nantinya akan dicek di lapangan. Proses matching, pemilihan sumber dan penggunaan target dibicarakan di bab ini. Sumber utama calon perusahaan tambahan adalah daftar perusahaan dari instansi lain atau asosiasi perusahaan industri pengolahan. Untuk selanjutnya dalam buku pedoman ini calon perusahaan industri tambahan hanya ditulis calon. 3.2 Urutan Matching Urutan matching dari awal kegiatan di BPS pusat sampai petugas lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 31

40 1 BPS Pusat melakukan matching, memisahkan menurut Provinsi, dan mengirimkannya dalam bentuk sofcopy atau print-out nya dengan bentuk daftar I-SL (C) ke tiap BPS Provinsi. 2 BPS Provinsi melakukan matching, menambahkan pada daftar perusahaan yang diterima dari Pusat dalam komputer dan mengirimkannya dalam softcopy atau print-out nya dengan bentuk I-SL (P) ke tiap BPS Kabupaten/Kota. 3 BPS Kabupaten/Kota melakukan matching, menambahkan pada daftar perusahaan yang diterima dari BPS Provinsi dalam komputer, mencetak menurut kecamatan, dan meneruskannya ke masing-masing Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dalam daftar I-SL (K). BPS Kabupaten/Kota dapat memberikan keterangan tambahan pada calon yang diberikan oleh tingkat diatasnya yang kurang lengkap. Sebagai contoh jika calon yang berasal dari BPS Provinsi tidak memiliki alamat yang jelas, BPS Kabupaten/Kota dapat menambah alamat yang bersumber dari instansi tingkat Kabupaten/Kota Daftar Isian I-SL Daftar I-SL digunakan untuk mempersiapkan daftar calon yang disusun berdasarkan wilayah. Daftar ini dibuat dalam komputer dan bisa diprint. Ada 3 jenis daftar I-SL: 1. I-SL(C) dibuat di BPS Pusat, 2. I-SL(P) dibuat di BPS Provinsi, 3. I-SL(K) dibuat BPS Kabupaten/Kota. Kolom produksi utama dan banyaknya pekerja dalam daftar isian I-SL digunakan hanya untuk informasi dari sumber. Jika sumber tidak menyediakan informasi, staf segera menuliskan TA (tidak ada). Untuk menghindari kesalahfahaman, kolom tersebut tidak 32 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

41 boleh dibiarkan kosong, agar Koordinator Statistik Kecamatan tidak mengisi kolom kosong tersebut dengan keterangan dari lapangan. Sumber informasi beserta kode sumbernya harus ditulis dengan jelas pada daftar isian I-SL. Sumber diberi kode sesuai dengan tabel kode sumber seperti tabel sebagai berikut : Tabel 5. Kode Sumber Calon Perusahaan Baru Kode Sumber Kode Sumber Calon yang tahun lalu gagal 34 TK 1-Tenaga Kerja 01 Produksi percobaan/eksplorasi 35 TK 1-Pemda 02 Sedang dibangun 36 TK 1-Pertambangan 03 Baru ada lokasi/penyelidikan umum 37 TK 1-Pekerjaan Umum 04 Industri tenaga kerja < TK 1-Kesehatan 05 Listrik non PLN pelanggan < TK 1-Perkebunan Calon tahun ini 41 TK 1-Pertanian 11 BPS-Perindustrian 42 TK 1-Kehutanan 12 BPS-BKPM 43 TK 1-Asosiasi 13 BPS-KADIN 49 TK 1-Lainnya 14 BPS-Tenaga Kerja 51 TK II-Perindustrian & Perdagangan 15 BPS-Kementrian Dalam Negeri 54 TK II-Tenaga Kerja 16 BPS-Pertambangan & Energi 55 TK II-Pemda 17 BPS-Pekerjaan Umum 56 TK II-Pertambangan 18 BPS-Kesehatan 57 TK II-Pekerjaan Umum 19 BPS-Perkebunan 58 TK II-Kesehatan 21 BPS-Pertanian 59 TK II-Perkebunan 22 BPS-Kehutanan 61 TK II-Pertanian 23 BPS-Asosiasi 62 TK II-Kehutanan 24 BPS-Perdagangan 63 TK II-Asosiasi 27 ASTEK 66 Desa/Kelurahan 28 BPS-Kehakiman 67 Kecamatan 29 BPS-Lainnya 68 Kawasan Industri 31 TK 1-Perindustrian & Perdagangan 69 TK II-Lainnya 32 TK 1-BKPMD 70 Pengamatan Langsung 33 TK 1-KADINDA PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 33

42 Jika sumber calon berasal dari daftar calon tahun sebelumnya yang sudah dicek, maka sumbernya ditulis I-B tahun lalu, percobaan, dsb, dan bukan sumber yang memberikan informasi pada tahun yang lalu Persiapan Matching Untuk persiapan matching, diperlukan empat hal pokok, yaitu: 1. Fotocopy/File daftar perusahaan yang bersumber dari Instansi lain BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota lebih baik membuat fotocopy atau mempunyai file daftar perusahaan dari instansi lain untuk dibandingkan di BPS, dari pada memakai daftar tersebut di kantor instansi lain. Untuk menghindari keterlambatan, BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota agar segera mulai mendiskusikan masalah daftar perusahaan dengan instansi yang akan menjadi sumber dua bulan sebelum jadwal matching dimulai, yaitu pada bulan Oktober. Setelah berjalan beberapa tahun, kerjasama dengan instansi tersebut akan menjadi rutin dan keterlambatan bisa dihindari. Jika daftar perusahaan dari instansi lain telah difotocopy/diperoleh file softcopy nya, BPS dapat melakukan matching kapan saja. Kalau daftar calon dari tingkat diatasnya tidak terlalu terlambat, BPS bisa tetap menunggu kiriman daftar calon dari tingkat diatasnya sebelum menyelesaikan daftar calon untuk daftar isian I-SL. 2. Penggunaan Direktori Menurut Abjad Pertama-tama sumber harus di match dulu dengan Direktori BPS yang sudah ada dan diurutkan menurut abjad. Nama perusahaan yang tidak ada dalam Direktori dicatat (dalam komputer) menjadi calon. Supaya matching menjadi mudah dan dapat dipercaya, tiap BPS Provinsi perlu mencetak Direktori menurut abjad. Direktori menurut abjad ini mencakup 34 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

43 semua perusahaan yang pernah ada pada frame Direktori I-A untuk seluruh kondisi perusahaan baik yang tutup, kecil, usang maupun yang aktif. 3. Pengecekan Ulang Calon Perusahaan yang sudah Dientry (I-B) lama Calon perusahaan yang pernah dilakukan data entry di software Updating Direktori tetapi tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan baru dilakukan pengecekan kembali oleh BPS Provinsi berdasarkan informasi terakhir. Sehingga tidak terjadi perusahaan dobel saat memasukkan calon perusahaan ke direktori I-A. Untuk memudahkan pengecekan oleh petugas, daftar calon perusahaan yang dicetak harus memuat keterangan nama, alamat, kode wilayah, sumber data untuk produksi utama dan pekerja, dan temuan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengenai situasi perusahaan (pertanyaan Blok II rincian 3 daftar I-B) yang disusun menurut abjad. Print outnya terdiri dari tiga jenis: A. Daftar B-21. Untuk Perusahaan Industri yang sudah berproduksi secara komersil dengan tenaga kerja 20 atau lebih atau memenuhi syarat dapat dicetak pada menu laporan daftar I-B Aplikasi Program Program Direktori Perusahaan Industri Besar dan sedang sebagai berikut : Perusahaan-perusahaan semacam ini akan ditambahkan ke dalam Direktori, kecuali bila ternyata dobel tidak perlu dilakukan pengecekan PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 35

44 kembali. Di BPS Provinsi, print out calon perusahaan dicetak dengan dua cara: Berdasarkan abjad per Kabupaten/Kota (untuk keperluan BPS Kabupaten/Kota). Dicetak dua kali, untuk BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Berdasarkan abjad per Kecamatan (untuk keperluan KSK). Dicetak tiga kali, untuk BPS Provinsi, BPS Kab/Kota, dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK). Daftar B-21 untuk perusahaan yang memenuhi syarat sebagai perusahaan baru, bisa dicetak pada menu laporan daftar I-B Aplikasi Program Direktori Perusahaan Industri Besar dan sedang seperti daftar sebagai berikut : B. Daftar B-22. Print out ini berisi perusahaan yang perlu dicek ulang, perusahaan yang pada saat dicek tahun sebelumnya keadaannya adalah: dalam tahap pembangunan dalam tahap produksi percobaan baru mempunyai lokasi saja Khusus untuk perusahaan Industri, perusahaan yang masih tergolong kecil (tenaga kerja kurang dari 20) akan dilakukan pengecekan ulang setiap 3 tahun. C. Daftar B-23. Print out ini berisi perusahaan yang tidak perlu dan jangan dicek lagi, perusahaan yang pada saat dicek lapangan pada tahun lalu keadannya adalah: dulu ada tetapi sekarang sudah tutup 36 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

45 ada di luar Kabupaten/Kota ini tidak ditemukan di lokasinya bukan unit pencacahan Print out daftar B-23 yang dicetak di menu laporan daftar I-B tiap tahun perlu disimpan di BPS Kabupaten/Kota sejak mulai melaksanakan daftar I-B, untuk dipakai sebagai bahan matching sehingga bisa menghindarkan cek ulang. Di BPS Provinsi data ini terus tersimpan di komputer. Hasil pengecekan calon perusahaan baik yang memenuhi syarat sebagai perusahaan baru pada tahun survei dan calon perusahaan yang perlu dilakukan pengecekan ulang maupun tidak untuk kegiatan survei tahun berikutnya dapat digambarkan pada digram 5 sebagai berikut : PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 37

46 Diagram 5 Hasil Cek Lapang Dan Tindak Lanjutnya Keadaan Cek dobel oleh Staf Provinsi Direktori I-A Tahun Perusahaan Depan (KSK) 1. Produksi Komersil Belum ada di I-A Sudah ada di I-A, tutup Tambahan baru Diaktifkan kembali Industri dengan TK 1 19 Cek lagi 2.Produksi percobaan Cek lagi 3.Dalam pembangunan Cek lagi 4.Baru ada lokasi Cek lagi 5.Dulu ada sekarang sudah tutup 6.Ada di luar Kabupaten 7.Diluar Cakupan 8.Tidak ditemukan 38 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

47 Setelah melakukan matching dengan daftar perusahaan dari instansi lain, BPS Kabupaten/Kota perlu melakukan matching daftar calon sementara untuk menghindari dimasukkannya lagi calon yg sebelumnya telah di cek lapangan. Setelah beberapa tahun, jumlah calon yang pernah dicek tetapi tidak perlu dicek lagi jumlahnya akan menjadi besar. Karena banyak perusahaan terdaftar lebih dari satu instansi, dan KSK tidk perlu mencek lagi perusahaan tersebut. 3.5 Proses Matching di Masing-masing Tingkat Pertama-tama BPS RI (Subdit Statistik IBS), BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengumpulkan daftar nama perusahaan melalui sumber dari instansi di luar BPS. Kegiatan matching diawali di tingkat pusat, dimana staf Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang melakukan pengecekan daftar nama perusahaan tersebut pada frame hasil final kegiatan updating direktori tahun sebelumnya untuk masing-masing perusahaan. Apabila terdapat perusahaan yang tidak terdapat pada frame direktori I-A dilakukan penyalinan ke dalam daftar I-SL(C). Hasil pengecekan yang terdapat di daftar I-SL(C) kemudian dikirim ke BPS Provinsi. Proses matching selanjutnya dilakukan di BPS Provinsi berdasarkan kiriman daftar I-SL(C). Dari daftar tersebut dilakukan pengecekan ulang pada frame direktori BPS Provinsi dan penambahan calon perusahaan yang bersumber dari instansi terkait di tingkat Provinsi. Semua daftar hasil pengecekan dan penambahan disalin ke daftar I-SL(P) untuk nantinya dikirim ke masing-masing BPS Kabupaten/Kota. Proses matching berikutnya dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Berasarkan daftar I-SL(P) yang diterima dari BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota melakukan penambahan calon bila hasil matching dengan dinas terkait di tingkat Kabupaten/Kota belum ada yang terdaftar di I-SL(P). Daftar nama semua calon di salin kembali ke dalam daftar I-SL(K) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan di lapangan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK). Dalam melakukan pengecekan calon perusahaan di PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 39

48 lapangan, Koordinator Statistik Kecamatan bisa juga menambahkan calon perusahaan yang tidak ada di daftar I-SL(K) berdasarkan pengamatan langsung dan calon ini harus memenuhi syarat sebagai industri pengolahan. Beberapa pertanyaan yang terdapat pada daftar I-SL meliputi Nama Perusahaan, Alamat Pabrik, Kode Pos, Telepon, Faksimile, Produksi Utama menurut sumber dan banyaknya tenaga kerja menurut sumber dan sumber informasi dari calon perusahaan Matching pada Tahun-tahun Berikutnya Tahun Pertama Pada tahun pertama, jumlah target calon yang harus dicek harus banyak, agar bisa mencek perusahaan yang terlewat pada tahun sebelumnya. Disarankan target untuk wilayah baru dibuat kira-kira 60 persen dari jumlah perusahaan yang aktif di Direktori. Cara pencarian calon sama seperti yang dirinci diatas. Tahun Kedua. Pada tahun kedua, jumlah target calon akan lebih rendah karena diasumsikan berkurangnya perusahaan yang terlewat. Dengan diketahuinya sumber yang efektif, maka sumber-sumber yang tidak efektif bisa diabaikan. Target untuk wilayah-wilayah tersebut biasanya ditentukan sebesar 35 persen dari perusahaan yang ada dalam Direktori. Untuk memudahkan matching pada tahun kedua dan tahun berikutnya dapat dilakukan cara sebagai berikut : Mencatat perusahaan tambahan sejak tahun lalu dalam daftar, dimana nama perusahaan yang didapat dari instansi lain, melalui matching daftar baru dengan daftar lama dari instansi yang sama. Untuk cara ini, BPS Provinsi/Kabupaten/Kota perlu menyimpan copy daftar tahun sebelumnya. Selanjutnya, hanya perusahaan tambahan dari masing-masing instansi lain yang perlu dimatch dengan Direktori BPS. Cara ini dapat menghindarkan matching ulang 40 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

49 antara daftar seluruh perusahaan di sumber dengan seluruh perusahaan di Direktori Sumber Calon Tambahan Direktori Tingkat Nasional Sebagai permulaan, BPS Pusat akan mengamati berbagai daftar perusahaan baru yang secara rutin dari instansi terkait dan asosiasi. Pengamatan ini dilakukan oleh Sub Direktorat Statistik Industri besar dan Sedang. Pada bulan November calon dari BPS Pusat dikirim ke tiap BPS Provinsi dalam Softcopy dan Hardcopy. Jika BPS Pusat tidak memiliki calon, BPS Pusat tetap mengirim surat menyatakan hal tersebut, sehingga BPS Provinsi bisa memulai mengisi daftar I- SL(P) di wilayahnya Tingkat Provinsi Provinsi mengumpulkan dan memisahkan tiga kelompok calon 1. Calon dari Pusat Walaupun Pusat telah mencek bahwa calonnya belum terdapat dalam Direktori, BPS Provinsi perlu mencek ulang untuk memastikan bahwa calon-calon tersebut benar belum terdapat dalam Direktori, mungkin dengan nama yang berbeda. 2. Calon yang batal tahun sebelumnya Jika sistem pemutakhiran telah berjalan paling tidak satu tahun, BPS Provinsi perlu meminta BPS Kabupaten/Kota untuk mencek ulang calon tertentu yang telah dicek pada tahun sebelumnya tapi tidak memenuhi syarat untuk ditambahkan ke dalam Direktori pada saat itu (Daftar B-22). 3. Calon dari sumber di tingkat Provinsi Untuk Direktori Industri, pengalaman menunjukkan bahwa di tingkat Provinsi daftar nama yang paling bermanfaat berasal dari PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 41

50 KanWil/Dinas Perindustrian, Kanwil/Dinas Tenaga kerja, BKPMD dan Kadinda. Perusahan perkebunan bisa didapatkan dari daftar perusahaan milik Dinas Perkebunan Tingkat Kabupaten/Kota Disamping nama-nama perusahaan yang berasal dari BKPMD, Kadinda, Dinas Perindustrian, Dinas Tenaga kerja, dan lain-lain, di tingkat Kabupaten juga dapat dikumpulkan daftar nama dan alamat perusahaan dari kantor desa/kelurahan. Beberapa pejabat desa/kelurahan memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai perusahaan yang berlokasi di daerah mereka, sehingga petugas desa tersebut dapat merupakan sumber informasi yang handal. Untuk menekan biaya, agar tidak mengunjungi seluruh desa, maka disarankan hanya memeriksa desa-desa daerah potensi industri Target Setiap tahun, tiap BPS Provinsi akan menerima target calon perusahaan dari BPS Pusat (setara dengan anggaran yang dialokasikan) yang perlu diperiksa selama kegiatan pemutakhiran Direktori. BPS Provinsi selanjutnya mengalokasikan target per Kabupaten/Kota, supaya biaya pencarian sejalan dengan dana yang tersedia, dan supaya usaha mencari perusahaan baru/lewat sejalan dengan jumlah perusahaan yang diduga perlu di tambahkan ke dalam Direktori Penentuan target oleh BPS Provinsi Dalam menyusun target, BPS Provinsi harus memilih apakah memakai cara yang sederhana cara tertimbang. Cara sederhana Target di tetapkan berdasarkan persentase dari perusahaan yang aktif di tiap Kab/Kota. Sebagai contoh, jika target suatu BPS Provinsi adalah 400 perusahaan, sedangkan perusahaan yang aktif di Provinsi tersebut ada 1000, 42 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

51 maka target setiap Kab/Kota adalah 40 % dari jumlah perusahaan aktif di Kab/Kota tersebut. Cara tertimbang Memberikan target yang lebih besar untuk Kabupaten/Kota yang diduga tinggi tingkat pertumbuhannya. Apapun metode yang dipilih dari kedua cara diatas, BPS Provinsi sebaiknya berunding dengan BPS Kabupaten/Kota, terutama untuk menambah target yang dianggap terlalu rendah (karena calon banyak) atau mengurangi target yang di anggap terlalu tinggi (karena calon terbatas). Meskipun demikian perbaikan yang dilakukan tidak boleh terlalu jauh. BPS Kabupaten/Kota yang meminta targetnya diturunkan mungkin belum memeriksa semua sumber. Mereka perlu didorong untuk mencari sumber lebih banyak. Sedangkan BPS Kabupaten/Kota yang minta targetnya ditambah mungkin bekerja secara kurang efisien. Mereka perlu bekerja lebih efisien, sebagaimana saran berikut ini Penyelesaian Target oleh BPS Kabupaten/Kota Bagaimana sebaiknya bertindak jika BPS Kabupaten/Kota menemukan calon terlalu banyak, melebihi target? BPS Kabupaten/Kota supaya menangguhkan calon yang kurang berguna sebelum cek ke lapangan. Langkah ini harus dilakukan secara hati-hati, agar anggaran yang tersedia dapat digunakan secara efisien untuk mencari calon perusahaan industri B/S dengan sukses. Ada empat langkah yang perlu dilakukan : Memastikan bahwa daftar perusahaan sudah bebas dari dobel, (sudah pernah diperiksa sebelumnya), tidak tercantum (perusahaan yang tidak perlu dicek lagi). Hal ini berguna untuk menghilangkan pengecekan berulang-ulang. Untuk Industri, jika sumber tidak memberikan informasi mengenai jumlah pekerja atau produksi utama, gunakan pendekatan berikut. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 43

52 Kepada petugas di kantor sumber tanyakan perusahaan mana saja yang aktif dan mempunyai tenaga kerja 20+. Jika petugas tidak tahu, lanjutkan dengan pendekatan berikut. Utamakan perusahaan yang berbadan hukum (PT, dsb). Untuk calon yang tak berbadan hukum, utamakan perusahaan-perusahaan yang kelompok industrinya cenderung termasuk industri B/S. Tangguhkan perusahaanperusahaan yang umumnya berasal dari industri kecil (misalnya industri tempe). Jika jumlah calon perusahaan masih terlalu besar, tangguhkan calon perusahaanperusahaan yang sumbernya memperlihatkan jumlah tenaga sekitar 20-an (misal, tenaga kerja 18, 19, 20, 21, 22). Jika jumlah calon masih juga terlalu besar, berikan prioritas lebih tinggi untuk calon yang berasal dari sumber terbaik (yaitu yang biasanya dapat dipercaya atau memberikan informasi tentang jumlah pekerja dan produksi utama). 44 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

53 PEMERIKSAAN LAPANGAN Persiapan untuk Turun ke Lapangan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) jangan pergi ke lapangan sebelum menerima daftar calon dalam daftar isian I-SL(K). Hal ini ditekankan agar kasi/pengawas benar-benar mengontrol proses pemutakhiran Direktori, yaitu dengan memilih calon perusahaan yang perlu dicek di lapangan oleh Koordinator Statistik Kecamatan berdasarkan sumber informasi instansi terkait dan asosiasi perusahaan penghasil komoditas tertentu. Bila perlu lakukan kerjasama dengan pengelola suatu kawasan industri untuk mendapatkan daftar perusahaan yang aktif melakukan kegiatan produksi. Kalau tidak demikian Koordinator Statistik Kecamatan akan merasa leluasa untuk tidak melaporkan adanya perusahaan baru. Sehingga pada saat ada kegiatan kunjungan perusahaan oleh pejabat strukturat/staf BPS pusat ke beberapa sentra perusahaan industri pengolahan sudah tidak lagi dijumpai perusahaan yang belum terdaftar pada direktori industri pengolahan. Beberapa Kabupaten/Kota besar potensi industri, ada kecenderungan untuk memperbolehkan Koordinator Statistik Kecamatan langsung ke lapangan sebelum proses matching selesai, maksudnya untuk menghemat waktu. Kecenderungan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terus menerus. Sistim pemutakhiran yang diawali dengan matching secepat mungkin adalah cara terbaik. Jika ada keterlambatan, pilihlah daftar calon dari sumber terbaik, dan selesaikan tahap matching sesegera mungkin Pengamatan Langsung Koordinator Statistik Kecamatan dapat pula mengusulkan calon hasil temuan mereka. Syaratnya yang diusulkan oleh Koordinator Statistik Kecamatan adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai unit pencacahan. Misalnya tenaga kerjanya 20 orang atau lebih dan bergerak di kegiatan Industri Pengolahan sehingga efektivitas PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 45

54 pengecekan di lapangan bisa dipertahankan. Disamping itu perlu diperhatikan hal-hal berikut : Pengamatan langsung (kode 70) bisa menjadi sumber hanya jika perusahaan tersebut tidak terdapat dalam daftar I-SL(K). Jika perusahaan terdaftar dalam daftar I-SL(K), instansi yang tercatat dalam daftar I-SL(K) tersebut harus muncul sebagai sumber (lepas dari soal siapa dulu yang menemukan, Koordinator Statistik Kecamatan atau matching ). Daftar isian I-B hanya dapat diisi (dan honornya dibayarkan) untuk calon yang telah berproduksi secara komersil dengan tenaga kerja 20 orang atau lebih. Untuk menghindari kesalahfahaman, aturan ini dijabarkan dalam Diagram 6. Diagram 6 Calon Yang Perlu Memakai Daftar I-B Calon yang memenuhi syarat untuk I-A Indentifikasi calon dari instansi lain/daftar I-SL(K) I-B Identifikasi calon dengan pengamatan langsung oleh pencacah I-B Tidak memenuhi syarat untuk I-A I-B Jangan Pakai I-B 46 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

55 4.3. Jika Matching Ternyata Kurang Lengkap Jika lebih dari 15 persen calon berasal dari hasil pengamatan langsung, pejabat struktural harus meneliti kenapa hal ini bisa terjadi. Banyaknya calon dari hasil pengamatan langsung menunjukkan bahwa staf BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota kemungkinan besar tidak melakukan matching dengan daftar instansi lain secara baik. Dalam keadaan seperti ini, pejabat struktural harus melakukan koreksi sebagai berikut: Meneliti jawaban perusahaan pada rincian II-2 dan menentukan instansi mana yang perlu dilibatkan dalam tahap matching. Segera melakukan matching dengan instansi tersebut dan mengisi halaman tambahan I-SL(K). Untuk calon tambahan tersebut, tugaskan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk mengisi ulang daftar isian I-B. Kali ini, sumber ditulis berdasarkan hasil matching dan isian dilengkapi untuk seluruh calon, baik memenuhi syarat sebagai tambahan Direktori maupun tidak. Hal seperti ini bisa dihindari dengan menyelesaikan matching secara lengkap sebelum Koordinator Statistik Kecamatan ke lapangan. Tujuan tatacara ini adalah untuk menjamin bahwa daftar perusahaan dari instansi lain tetap sebagai sumber utama. Akan tetapi apabila hasil pengamatan langsung kurang dari 15 %, langkah-langkah seperti di atas tidak harus dilakukan karena dikhawatirkan hanya akan memperpanjang proses tetapi tidak banyak mempengaruhi tingkat keberhasilan sumber Daftar Isian I-B Daftar Isian I-B harus diisi dengan hasil cek lapangan terhadap dua kolompok calon perusahaan tambahan: PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 47

56 1. Semua calon dari daftar I-SL(K), baik yang memenuhi syarat sebagai tambahan Direktori maupun yang tidak. 2. Calon dari pengamatan langsung yang memenuhi syarat untuk ditambahkan ke Direktori. Pengisian Daftar Isian I-B harus dilaksanakan pada bulan Januari-April, sebelum dropping daftar II-A untuk perusahaan baru. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) segera mengisi blok I daftar isian I-B sebelum pergi ke lapangan, dengan menyalin data dari isian I-SL(K) dan mengisi dengan data lainnya yang relevan Pemeriksaan di Lapangan (Blok II) Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) harus membawa daftar isian I-B ke lapangan untuk mencatat hasil pengamatannya di blok II. Keterangan rinci mengenai pertanyaan di blok II diberikan dalam pedoman untuk Koordinator Statistik Kecamatan. Koordinator Statistik Kecamatan harus diingatkan untuk tidak mencatat informasi dari lapangan di blok I atau blok III Pengawasan oleh Pejabat Struktural BPS Kabupaten/Kota (Blok III) Daftar Isian I-B yang telah dilengkapi dikembalikan ke BPS Kabupaten/Kota untuk mengisi informasi tertentu dan dilakukan pemeriksaan oleh kasie/pengawas. Nama, Produksi Utama, dan Tenaga kerja (Blok IIIA) Informasinya dikutip dari I-SL(K). Kecuali untuk kasus pengamatan langsung blok III.A diisi pengamatan langsung kode 70. Apabila sumber tidak menyebutkan produksi utama atau jumlah tenaga kerja, selsel tersebut diisi TA. Jangan disamakan keterangan dari sumber (blok III) dengan keterangan dari lapangan (blok II). Keterangan di blok III A akan dibandingakan dengan Blok II untuk menilai ketepatan keterangan masing-masing sumber. 48 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

57 Cek dobel (Blok IIIB) Terhadap calon yang memenuhi kondisi untuk ditambahkan ke dalam Direktori (Blok II rincian 3 baris 1 terisi), dicek lagi barangkali sudah ada dalam Direktori. Hasil pengecekannya ditulis di blok ini dengan cara memberi tanda cek ( ) pada sel yang sesuai. Apabila yang diberi tanda cek adalah jawaban "YA" maka tuliskan nama dan KIP perusahaan yang sudah ada di Direktori. Perhatikan pula isian Blok II-5 dan blok V. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota agar dilakukan terhadap semua daftar I-B untuk mencek bahwa Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) telah memahami dengan benar instruksi yang diberikan. Pengawas agar memberitahu Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk segera mengirim formulir I-B yang sudah terisi, sehingga pengawas dapat memeriksa apakah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) sudah bisa mengisi dengan sempurna. Lebih baik mengetahui kesalahan sewaktu dicek dari pada harus memperbaiki kesalahan ketika semua kuesioner sudah masuk Cek oleh Pejabat Struktural BPS Provinsi (Blok IV) Cek dobel (Blok IVA) Pemeriksaan di BPS Provinsi dilakukan hanya untuk calon-calon yang berkode 1 pada rincian II-3 dengan tujuan mengamati barangkali masih ada yang dobel, lolos dari pengamatan BPS Kabupaten/Kota. Perusahaan yang sudah ada dalam Direktori sebagai tutup/kecil kemudian aktif kembali, jangan dianggap baru. Calon seperti ini supaya diberi kode 2, di-file tersendiri, dan digunakan untuk memperbaiki Direktori. Calon perusahaan berada di Kabupaten/Kota lain (Blok IVB) Untuk calon yang mengisi baris 6 di blok II rincian 3, pengawas Provinsi perlu cek dulu apakah perusahaan yang alamatnya di Kabupaten/Kota lain sudah ada dalam Direktori. Kalau memang belum ada, keterangan tentang calon ini harus disampaikan ke BPS Kabupaten/Kota bersangkutan. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 49

58 4.5. Daftar Isian II-B Pencacah wajib mengisi daftar isian II-B untuk semua perusahaan dalam Direktori yang tahun lalu aktif (termasuk perusahaan yang baru ditambahkan ke Direktori pada waktu pemutakhiran terakhir ) tetapi tidak dapat mengisi daftar isian II-A atau daftar isian survei tahunan karena tutup/pindah, industri kecil, usang/tidak terpakai, pindah, atau aktif tapi non respon. Daftar isian II-B digunakan dalam dua tahap. 1. Selama Januari-April Ketika pencacah mengunjungi perusahaan dari Direktori lama tetapi tidak dapat memberikan daftar isian survei tahunan karena perusahaan tersebut tutup/pindah, atau menjadi kecil, atau menjadi usang/tidak terpakai, maka pencacah tersebut langsung mengisi daftar isian II-B ditempat. Langkah ini memungkinkan memasukkan data ke dalam Direktori dengan segera, sehingga baik BPS Provinsi maupun pencacah mengetahui tidak perlu lagi mengambil daftar isian II-A. 2. Pada saat mendekati batas waktu Pada saat batas waktu pengembalian daftar isian survei tahunan (daftar II- A) yang terisi lengkap telah dekat, BPS Provinsi supaya meminta BPS Kabupaten/Kota untuk mengumpulkan semua daftar isian II-B yang berisi perusahaan dalam Direktori yang aktif tetapi belum melengkapi/mengisi (non respon) daftar isian survei tahunan. BPS Provinsi akan memasukkan informasi pokok dari daftar isian II-B ke dalam database Direktori (daftar isian I-A), kemudian daftar isian II-B tersebut dikirimkan ke BPS RI (c.q. Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang). 50 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

59 4.6. Direktori Menurut Wilayah BPS Kabupaten/Kota akan menggunakan Direktori menurut wilayah untuk memonitor penggunaan daftar isian survei (daftar II-A) dan II-B. Daftar ini menunjukkan perusahaan-perusahaan yang : 1. Aktif, termasuk aktif lama (AL), aktif baru (AB) dan aktif kembali (AK). 2. Baru non aktif, termasuk tutup permanen baru (TP), tutup sementara baru (TS), kecil baru (KB), usang baru (UB) dan bukan industri (BI). Pada akhir tahun survei, BPS Kab/Kota supaya mengirimkan daftar II-B, untuk setiap perusahaan yang tidak bisa mengisi kuesioner survei tahunan (daftar II-A) ke BPS Provinsi. Dengan demikian jumlah daftar II-A aktif ditambah daftar II-B Non Respon sama dengan jumlah perusahaan aktif atau target yang harus diselesaikan 100 persen. Kategori tutup sementara dan kecil baru dibuat untuk memudahkan BPS Kab/Kota memantau perusahaan yang diperkirakan akan hidup kembali. Karena dalam menentukan kelompok industri dari hasil Survei Industri Pengolahan tahun 2011 mengacu pada penggunanaan KBLI 2009 khususnya Kategori Industri Pengolahan. Jika terdapat perusahaan manufaktur dalam frame Direktori I-A ternyata bukan termasuk Sektor Industri Pengolahan, maka harus dilakukan perubahan kondisi perusahaan di Direktori I-A menjadi bukan industri. BPS Provinsi perlu mengirim ke BPS Kabupaten/Kota daftar perusahaan yang tutup sementara dan kecil baru untuk diperiksa ulang oleh BPS Kabupaten/Kota Perusahaan Tutup Perusahaan yang dinyatakan tutup oleh pencacah pada daftar II-B, padahal pada survei tahun lalu memiliki tenaga kerja 100 atau lebih perlu dilakukan pengecekan di lapangan melalui telepon atau langsung didatangi (bulan Juni) oleh salah seorang pejabat struktural Kabupaten/Kota untuk memastikan apakah memang benar perusahaan tersebut tutup. Proses pengecekan ini dicatat di blok V-A daftar isian II-B. Apabila perusahaan yang dinyatakan tutup tetapi pada tahun berjalan (pada saat didatangi) masih PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 51

60 memiliki tenaga kerja, maka perusahaan tersebut baru dinyatakan tutup sementara. Perusahaan seperti ini akan dicek lagi di tahun-tahun berikutnya Perusahaan menjadi Kecil Perusahaan yang pada Direktori lama memiliki tenaga kerja sekitar 20 orang, maka pencacah bisa secara langsung menanyakan ke perusahaan jumlah tenaga kerja pada tahun survei tersebut, jika kurang dari 20 orang maka langsung diisi dengan daftar isian II- B. Apabila ada laporan yang menyatakan bahwa suatu perusahaan tenaga kerjanya berkurang menjadi kurang dari 20 padahal tahun sebelumnya perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, maka pejabat struktural supaya melakukan pengecekan di lapangan melalui telepon atau langsung didatangi Perusahaan Usang/tidak terpakai Ada 3 jenis perusahaan usang: 1. Bergabung Adanya penggabungan merupakan penggambaran dari keputusan pengawas mengenai dua atau lebih perusahaan yang menginginkan laporannya diisi dalam satu kuesioner (harus diisi oleh pengawas). Maka satu atau lebih perusahaan yang tidak diperlukan lagi harus di keluarkan dari file aktif. 2. Dobel Biasanya adanya dobel ini menggambarkan keputusan yang diambil oleh pengawas tentang perusahaan yang tercatat dua kali dalam Direktori (harus diisi oleh pengawas/kasi). Oleh karena itu, salah satunya harus di keluarkan dari file aktif. 52 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

61 3. Kosong Diisi oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK). Untuk perusahaan yang tercatat aktif baru menurut pemutakhiran terakhir tetapi menurut Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) tidak memenuhi syarat (tutup, kecil, non-industri, dobel, dsb). 4. Bukan Industri Proses kegiatan Updating Direktori hasil Survei Manufaktur tahun 2011 dalam menentukan kelompok industri sudah berpedoman pada KBLI Pada KBLI 2009 beberapa kelompok industri yang ada di KBLI 2005 sudah tidak masuk lagi kelompok Industri Manufaktur. Sehingga harus dilakukan pengecekan kembali untuk jenis kelompok industri masing-masing perusahaan. Beberapa kelompok industri yang bukan termasuk kelompok Industri Manufaktur seperti Industri Es Balok (KBLI 15492), Industri Peneribitan (KBLI dan 22190), Industri Pemotongan Kapal (KBLI 35114), Industri Daur Ulang Barang-barang Logam (KBLI 37100) dan Industri Daur Ulang Barang-barang Non Logam (KBLI 37200). Jika terdapat perusahaan yang jenis kegiatan usahanya bukan kelompok Industri Manufaktur lagi menurut KBLI 2009, maka kondisi perusahaan tersebut dirubah menjadi bukan industri (BI) pada Program Updating Direktori Perusahaan Pindah BPS Kabupaten/Kota menggunakan blok III untuk melaporkan perusahaan yang pindah ke luar Kabupaten/Kota. (pindah masih di dalam Kabupaten/Kota tidak perlu dilaporkan, kecuali perusahaan menghilang tanpa meninggalkan alamat baru, kasus ini bisa dilaporkan tutup). Laporan kepindahan dalam daftar II-B dikumpulkan di BPS Provinsi yang selanjutnya diinformasikan ke BPS Kabupaten/Kota yang kedatangan perusahaan pindah tersebut. Informasi ini digunakan untuk mengirimkan kuesioner II-A, alamat barunya juga dimasukkan ke dalam Direktori. Untuk perusahaan yang pindah masih dalam satu Provinsi tidak diberikan KIP baru. Daftar II-B untuk kasus ini tidak perlu dikirim ke BPS Pusat. Jika perusahaan pindah keluar Provinsi dan alamat barunya diketahui, BPS PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 53

62 Provinsi harus menulis surat ke BPS Provinsi yang kedatangan perusahaan tersebut sekaligus memberikan alamatnya yang baru, serta memberikan tembusan suratnya ke BPS RI c.q Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang. Kemudian tanggal pengiriman berita dan kemana dikirimnya dicatat di blok V.B daftar isian II-B Perusahaan Non-Respon Jika ada perusahaan yang aktif tapi nonrespon, BPS Kabupaten/Kota memeriksa isian blok IV daftar isian II-B untuk mengetahui sudah berapa kali Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) melakukan kunjungan ke perusahaan tersebut. Apabila tampaknya Koordinator Statistik Kecamatan sudah tidak mungkin lagi melakukan kunjungan ulang dan perusahaan tersebut bertenaga kerja 100 atau lebih, maka pejabat dari BPS Kabupaten/Kota perlu mendatangi perusahaan tersebut. Demikian selanjutnya apabila pejabat BPS Kabupaten/Kota masih tetap tidak berhasil mendapatkan daftar isian II-A yang terisi lengkap, maka pejabat dari BPS Provinsi diharapkan dapat turun ke lapangan khususnya ke perusahaan yang dominan. Seandainya tidak berhasil juga, maka perusahaan itu dinyatakan nonrespon. Banyaknya kunjungan yang telah dilakukan oleh pejabat BPS Kabupaten/Kota dan pejabat BPS Provinsi dicatat di blok IV daftar isian II-B. Namun apabila tidak sempat dikunjungi, supaya diisi tanda strip (-) pada blok tersebut. Perusahaan non respon dapat membantu pengawas Kabupaten/Kota untuk mengindentifikasi perusahaan-perusahaan yang paling sulit serta menyiapkan rencana untuk mengunjunginya Pemakaian KIP di Daftar II-A dan II-B Daftar isian II-B dan daftar isian survei (daftar II-A), menyediakan tempat untuk penulisan KIP di halaman depan. Pemakaian KIP setiap perusahaan industri pada tahun survei 2011 berdasarkan KBLI 2009 dengan mengkonversi terlebih dahalu data final Direktori Industri Pengolahan masing-masing provinsi, yang sebelumya masih memakai kode KBLI 2005 untuk produksi utama yang dihasilkan. Namun kenyataannya setiap tahun masih selalu ada saja daftar II-A yang datang di BPS RI (c.q Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang) tanpa KIP. Staf BPS Kabupaten/Kota dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) seharusnya merasa bertanggung jawab untuk selalu menuliskan KIP Direktori 54 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

63 dalam halaman depan kuesioner survei atau daftar II-B. Untuk daftar II-A, KIP harus ditulis sebelum kuesioner disampaikan ke perusahaan, hal ini di perlukan supaya: 1. Arus datang perginya dokumen dapat di monitor oleh direktori. 2. Menghilangkan kemungkinan dobel baru, karena dobel baru bisa muncul jika BPS Provinsi atau BPS RI menerima kuesioner tanpa KIP, sehingga diasumsikan sebagai perusahaan baru. Jika karena sesuatu dan lain hal BPS Kabupaten/Kota tak dapat mengisi KIP di kuesioner, tuliskan sebabnya atau alasan di halaman depan (sebagai contoh perusahaan baru, KIP belum diketahui oleh BPS Kabupaten/Kota ). Sebenarnya hal ini bisa dihindari bila BPS Provinsi mengirimkan Direktori yang sudah dimutakhirkan tepat pada waktunya ke BPS Kabupaten/Kota. Bila KIP dapat dipindahkan dengan lebih cepat ke dalam kuesioner, maka hasilnya akan lebih baik. Ilustrasi mengenai kegiatan ini dapat dilihat pada diagram 7. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 55

64 Diagram 7 Penulisan KIP Di Kuesioner Dan Kredibilitasnya Asal KIP Ditulis Oleh? Kapan? Direktori Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Kabupaten/Kota Provinsi BPS RI (Subdit Stat.IBS) Sebelum kuesioner diserahkan ke responden Setelah kuesioner diterima dari Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) tanpa KIP Setelah kuesioner diterima tanpa KIP/KIP salah Setelah kuesioner diterima di BPS RI tanpa KIP/KIP salah Dicek Oleh? Kabupaten/Kota Provinsi BPS RI Provinsi BPS RI BPS RI? Kredibilitas PALING BAIK kecil kemungkinan terjadi dobel DAPAT DITERIMA kecil kemungkinan terjadi dobel BURUK kemungkinan terjadi kesalahan/terjadi penulisan KIP dobel PALING BURUK besar kemungkinan terjadi dobel 56 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

65 TINDAK LANJUT BPS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA Sistem Koordinasi Sistem pemutakhiran Direktori ini berbeda dengan survei lainnya, karena BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota harus bertanggung jawab mengkoordinasikan seluruh sistem dari hari ke hari. Secara lebih khusus, tujuan utama pengkoordinasian sistem dapat diringkas sbb: 1 Untuk menjamin bahwa BPS Provinsi sudah memberi KIP pada semua perusahaan baru, dan dikerjakan secara cepat, sehingga proses pengolahan bisa dilakukan. 2 Untuk menjamin bahwa KIP setiap kuesioner survei tahunan konsisten dengan KIP yang ada di Direktori Provinsi. 3 Untuk memonitor pencapaian hasil perkerjaan yang sudah dilakukan setiap BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk di dalamnya arus keluar masuk dokumen. 4 Untuk menjamin bahwa tidak ada perusahaan yang tercatat dua kali atau lebih. Setelah pekerjaan lapangan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), kegiatan lanjut oleh BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah : BPS Provinsi harus menguasai seluruh bahan-bahan dalam bab ini BPS Kabupaten/Kota harus mengetahui peranannya untuk mencegah perusahaan dobel serta istilah-istilah kode kegiatan masing-masing perusahaan. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 57

66 5.2. Data Entri Daftar Isian I-B Pada bulan Maret-April, baik calon yang memenuhi syarat maupun yang tidak hasil pengecekan lapang maupun pengamatan langsung petugas Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) oleh BPS Kabupaten/Kota dikirim ke BPS Provinsi. Kemudian dimasukkan ke komputer oleh BPS Provinsi dengan Aplikasi Program Industri Pengolahan Industri Besar dan Sedang Tahun Seluruh data dimasukkan, dan tabel-tabel dasar di cetak untuk dievaluasi serta dicek kewajarannya. Jika suatu jumlah nampak tidak wajar, ini merupakan satu indikasi mungkin salah kode atau kesalahan pemasukkan data yang harus segera ditemukan dan diperbaiki. Hal-hal yang diperlu diperhatikan pada saat melakukan data entry I-B selain format nama dan alamat perusahaan serta penulisan kode area telpon dan faksimile sesuai dengan ketentuan butir 5.9 adalah pengisian KBLI digit harus sesuai dengan barang utama yang dihasilkan. Pada bulan April-Mei, BPS Provinsi mengirimkan daftar calon yang memenuhi syarat ke BPS Kabupaten/Kota untuk selanjutnya dilakukan pendataan rinci dengan mengirim kuesioner survei tahunan sebagai perusahaan baru. Pada bulan April atau awal bulan Mei BPS Provinsi juga mengirim direktori awal bisa melalui ataupun CD ke BPS RI (c.q Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang). Direktori awal ini berisikan perusahaan yang aktif tahun sebelumnya dengan penambahan perusahaan baru dan updating direktori perusahaan yang kondisinya non aktif Perbaikan Sementara Direktori I-A Pada bulan April BPS Provinsi menyelesaikan perbaikan sementara Direktori (daftar isian I-A) berdasar pada dua sumber: 1 Daftar isian I-B untuk semua calon yang memenuhi syarat untuk ditambahkan ke dalam Direktori (unsur penambahan). Pemindahan dari I-B ke I-A berlangsung otomatis pada menu calon perusahaan dengan pilihan transfer. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian nomor untuk perusahaan baru tersebut. 58 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

67 2 Daftar isian II-B untuk perusahaan dari Direktori lama yang tidak memberikan laporan sampai batas waktu yang telah ditentukan di bulan oktober pada tahun berjalan kegiatan survei atau perusahaan tersebut menjadi kondisi non aktif seperti tutup, menjadi industri kecil maupun usang. BPS Provinsi harus melakukan perubahan kondisi perusahaan tersebut agar nantinya dapat diketahui target perusahaan aktif sebenarnya di lapangan berdasarkan isian yang terdapat pada daftar isian II-B hasil pengiriman BPS Kabupaten/Kota. Direktori sementara ini harus dikirimkan ke Pusat pada akhir April atau awal Mei. Sangat penting mengirim Direktori ke Pusat secepat mungkin, karena Pusat memerlukan Direktori sementara untuk mengetahui perusahaan aktif dan non aktif setiap provinsi pada tahun survei. Selain itu juga untuk mengetahui banyaknya perusahaan baru hasil penemuan di lapangan serta memeriksa konsistensi pemakaian KIP untuk masing-masing perusahaan. Kuesioner tidak bisa diolah jika tidak mempunyai KIP, hanya BPS Provinsi yang berwenang memberi KIP kepada perusahaan baru. Setiap perusahaan baru, Pusat membutuhkan KIP dari Daerah sebelum dilakukan pengolahan. Selain itu Direktori ini pun akan dipersiapkan untuk dipublikasikan di BPS RI dalam bentuk publikasi nasional berupa publikasi Direktori Industri Pengolahan pada bulan November tahun berjalan kegiatan survei Kode Keadaan pada Akhir Tahun Survei BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota harus mengetahui istilah kode keadaan yang muncul di Direktori baru. Hal ini dapat di lihat dalam diagram 8. Setiap kode terdiri dari 2 bagian: 1. Bagian pertama untuk menunjukkan apakah perusahaannya aktif atau tidak. 2. Bagian kedua, alasan, untuk menunjukkan apakah keadaannya sama dengan tahun sebelumnya atau sudah berubah. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 59

68 Diagram 8 Istilah Dan Kode Untuk Keadaan Perusahaan A k t i f N o n A k t i f A L Lama Tutup Permanen Tutup Sementara Kecil Usang A B Baru T P Baru T S Baru K B Baru U K Kecil A K Kembali T L Lama T M Lama K L Lama U B Baru A C Cadangan U L Lama B I Bukan Industri ISTILAH DALAM DIREKTORI APA ARTINYA USANG 1. Dobel : Satu perusahaan mempunyai dua atau lebih KIP 2. Tergabung : Dua atau lebih perusahaan bergabung menjadi satu 3. Kosong : Pada saat pemutakhiran terakhir dilaporkan memenuhi syarat untuk Direktori kemudian ternyata tidak APA ARTINYA BUKAN INDUSTRI Perusahaan yang pada tahun 2009 atau sebelumnya masuk ke kategori Industri Manufaktur tetapi berdasarkan KBLI 2009 sudah tidak masuk lagi ke Kategori Industri manufaktur 60 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

69 Diagram 9 Apa Artinya Keadaan Baru? Untuk Keadaan : Baru adalah : Aktif Non Aktif Tutup Permanen Tutup Sementara Perusahaan yang baru tahun ini masuk direktori Perusahaan yang tahun lalu aktif dan baru Tahun ini menjadi non aktif (harus dilaporkan dengan II-B) Kecil Usang Perubahan Status Bisa Terjadi Karena Kasus : Contoh : 1. Laporan dari Lapangan Perusahaan aktif lama dilaporkan kecil baru Perusahaan tutup lama dilaporkan aktif kembali 2. Regenerasi data secara otomatis Pada awal tahun survei semua status BARU atau KEMBALI menjadi LAMA PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 61

70 Diagram 10 Apa Arti Regenerasi Data? KAPAN Regenerasi data semestinya dilaksanakan di masing-masing BPS Provinsi pada awal tahun survei, sebelum menyampaikan kuesioner ke Perusahaan. Pada tahun 2012 regenerasi data dilakukan oleh BPS-RI (Subdit IBS) karena adanya perbaikan data di BPS-RI AKIBATNYA 1. Semua status BARU dan KEMBALI menjadi LAMA 2. Semua tanggal penerimaan/pengiriman dokumen terhapus 3. Data mengenai respon/non respon bergeser menjadi tiga tahun terakhir 4. Tahun survei maju satu tahun 62 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

71 Diagram 11 Riwayat Perusahaan Dalam Direktori 2010 Keadaan Lama Belum ada di Direktori Belum ada di Direktori Aktif Cadangan AC Aktif Cadangan AC Tutup/Kecil Lama TL, TM, KL Aktif Lama AL Aktif Lama AL Aktif Lama AL Aktif Baru/Lama AB, AL Aktif Baru AB Aktif Baru AB Aktif Lama AL 2011 Berubah? Aktif Cadangan AC Aktif Baru AB Aktif Baru AB Usang Lama UL Aktif Kembali AK Tutup Permanen Baru TP Tutup Sementara Baru TS Kecil Baru KB Usang Baru UB Usang Kecil UK Usang Kecil UK Bukan Industri BI 2012 Awal 2012 Regenerasi Aktif Cadangan AB Aktif lama AL Aktif Lama AL Usang Lama UL Aktif Lama AL TutupPermanen Lama TL Tutup Sementara Lama TM Kecil Lama KL Usang Lama UL Aktif Baru AB Usang Lama UL Bukan Industri BI PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 63

72 Diagram 12 Perubahan Keadaan Yang Diperbolehkan Program Direktori I-A KEADAAN LAMA KEADAAN BARU Tutup/Kecil Lama TL TM KL Aktif Kembali AK Usang Lama UL Aktif Baru AB Usang Kecil UK Usang Baru UB Aktif Cadangan AC Aktif Lama AL Tutup/Kecil Baru TP TS KB Bukan Industri BI 64 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

73 Perlu diketahui bahwa sistem Direktori menggunakan 3 kode yang berbeda untuk perusahaan yang tidak aktif: T (tutup), K (kecil), dan U (usang/tidak terpakai). Keuntungan dari sistem ini tutup adalah benar-benar tutup. Pada awal tahun survei, tidak ada perusahaan yang berkode baru, melainkan salah satu dari 8 kode berikut : Aktif lama (AL), untuk perusahaan yang tahun lalu aktif. Aktif Cadangan (AC) kode ini harus diubah secara manual (tidak terpengaruh regenerasi) Tutup permanen lama (TL), untuk perusahaan yang tutup permanen tahun lalu. Tutup sementara lama (TM ), untuk perusahaan yang tahun lalu tutup sementara. Kecil lama (KL), untuk perusahaan yang tahun lalu termasuk industri kecil/rumahtangga. Usang lama (UL), untuk perusahaan yang tahun lalu usang. Usang Kecil (UK), kode ini harus diubah secra manual sesuai dengan keadaan baru, tidak terpengaruh regenerasi. Bukan Industri (BI), kode ini tidak terpengaruh oleh regenerasi PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 65

74 Diagram 13 BPS Provinsi Harus Mengirim Direktori Ke BPS Kab/Kota 3 Kali Setahunnya Bulan Versi Keterangan Penggunaan Tambahan Desember Direktori final per Wilayah, Abjad, Status (A-21-a) hanya untuk tutup sementara Matching untuk updating, salin KIP ke kuesioner, cek tutup sementara Mei Direktori sementara menurut Wilayah, Abjad (A-21-b) KIP baru - hasil updating kode baru untuk baru - non aktif Salin KIP baru periksa penerimaan kuesioner November Daftar direktori yang belum diterima Kuesioner yang belum diterima di BPS Provinsi Gunakan daftar II-B untuk yang non respon 5.4. Kode Keadaan Selama Tahun Survei Mulai pertengahan tahun survei, kode baru akan mulai terisi oleh perusahaanperusahaan baru yang ditambahkan ke dalam Direktori, baru aktif kembali, atau baru nonaktif. Arti baru dijelaskan dalam diagram 9. Ke-8 kode baru adalah: 1. Aktif baru (AB), untuk perusahaan yang baru saja ditemukan (biasanya dengan daftar I-B). 66 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

75 2. Aktif kembali (AK), untuk perusahaan yang sebelumnya non aktif tetapi sekarang aktif kembali. 3. Aktif cadangan (AC), untuk perusahaan yang baru ditemukan dalam keadaan aktif dan tergolong besar sedang tetapi pada tahun survei masih tergolong "Non Aktif ". 4. Tutup permanen baru (TP), untuk perusahaan yang sebelumnya aktif tetapi sekarang tutup permanen. 5. Tutup sementara baru (TS), untuk perusahaan yang sebelumnya aktif tetapi sekarang tutup sementara. 6. Kecil baru (KB), untuk perusahaan yang sebelumnya aktif tetapi sekarang berubah menjadi kecil. 7. Usang baru (UB), untuk perusahaan yang sebelumnya aktif tetapi sekarang sudah usang karena dobel, bergabung dengan perusahaan lain, atau "kosong". 8. Usang kecil (UK), untuk perusahaan yang baru ditemukan dalam keadaan aktif besar sedang pada tahun survei dan tahun ditemukan tetapi dalam isian II-A untuk tahun survei yang bersangkutan ternyata tergolong perusahaan kecil. 9. Bukan industri (BI), untuk perusahaan yang jenis kegiatan usahanya pada tahun survei tidak termasuk dalam kelompok Industri Manufaktur sesuai KBLI Software Direktori dirancang memungkinkan perubahan kode status keadaan yang konsisten dengan ketentuan diatas (kode status lain akan ditolak). Aturan ini disusun untuk menangkal penggunaan kode baru yang tidak tepat oleh petugas yang tidak mengetahui prosedurnya. Perusahaan yang sudah dapat status usang baru tidak boleh dihidupkan kembali; maka, staf BPS Provinsi harus hati-hati sekali sebelum menekan status usang baru. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 67

76 Di awal tahun survei, BPS Provinsi melakukan regenerasikan data (Diagram 10) di komputernya. Hasilnya, semua kode baru akan berubah menjadi lama. Tidak ada sebuahpun kode baru di dalam Direktori yang baru di regenerasi. Model perubahan ini dapat dilihat di diagram Kegunaan Direktori BPS Provinsi dapat menggunakan Direktori yang telah diperbaiki untuk melakukan kontrol ke dalam. Cara penggunaan secara umum dijelaskan dalam diagram Kegunaan untuk Kabupaten/Kota Setelah Direktori sementara selesai dibuat di BPS provinsi, segera cetak Direktori per wilayah dan per abjad untuk dikirim ke BPS Kabupaten/Kota. Selanjutnya, dengan print-out Direktori yang baru ini, BPS Kabupaten/Kota menuliskan KIP yang benar untuk setiap kuesioner perusahaan baru yang masuk. Sebagai akibatnya BPS Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan lagi mengirim kuesioner perusahaan baru ke BPS Provinsi tanpa KIP, hanya boleh untuk kasus darurat, seperti perusahaan baru yang ditemukan setelah pelaksanaan kegiatan daftar I-B (setelah bulan Januari s.d April) Kegunaan untuk Kontrol Daftar II-B BPS Provinsi dapat menggunakan sistem Direktori untuk memonitor perusahaan baru non aktif dalam pengisian daftar II-B. Jika perusahaan yang sebelumnya aktif, sekarang diberi tanda Tutup Permanen Baru (TP), Tutup Sementara Baru (TS), Kecil Baru (KB), Usang Baru (UB), Usang Kecil (UK), program Direktori memberi indikasi bahwa daftar II-B perlu dilengkapi, diisi untuk perusahaan tersebut. Untuk masing-masing kegiatan, daftar mana saja yang perlu diisi dapat dilihat dalam daftar diagram PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

77 Diagram 14 Keadaan Yang Perlu/Tidak Perlu Daftar II-A/B UNTUK KEADAAN PERLU MENGISI DAFTAR Aktif Lama AL II-A Aktif Baru AB atau Aktif Kembali AK II-B (khusus non respon) Tutup Per manen Baru Tutup Sementara Baru Kecil Baru Usang Baru Usang Kecil Bukan Industri Tutup Permanen Lama Tutup Sementara Lama Kecil Lama Usang Lama TP TS KB UB UK BI TL TM KL UL II-B TIDAK PERLU MENGISI DAFTAR Kegunaan untuk Penerimaan Tanda penerimaan dimasukkan kedalam komputer untuk kuesioner yang diterima baik ditingkat BPS Kabupaten/Kota, BPS Provinsi ataupun di BPS Pusat. Hal ini berarti BPS memiliki catatan tingkat penerimaan dokumen (sistem Direktori telah mengambil alih daftar arus keluar masuk dokumen secara manual). Ketika mencatat penerimaan dokumen (berarti KIP di kuesioner dengan KIP di Direktori sama), saat dilakukan penerimaan petugas harus membandingkan nama perusahaan, alamat, kode Kab/Kota, kode Kecamatan, produksi utama, dan KBLI yang kini ada di kuesioner dengan yang ada di Direktori. Jika berbeda, Direktori supaya diperbaiki. Bentuk tebel penerimaan dokumen (Tabel A-12) di menu laporan Tabel I-A Aplikasi Program Pengolahan Industri Pengolahan sebagai berikut : PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 69

78 Jika dokumen yang diterima tetapi dengan informasi kurang lengkap, maka: Perusahaan ini dapat diberi tanda sudah diterima, tetapi ada catatan manual untuk bagian yang tidak lengkap agar dikirim kembali ke BPS Kabupaten/Kota. Perusahaan ini dianggap belum diterima. Jika ini dilakukan, tetap harus ada catatan manual untuk bagian yang tidak lengkap dan harus dikembalikan ke BPS Kabupaten/Kota untuk dilengkapi. Setiap saat BPS Provinsi, jika ingin mengetahui berapa banyak kuesioner yang diterima dari setiap Kabupaten/Kota, tabel laporannya dapat dicetak di menu laporan laporan peneriman dokumen tabel A-12 di menu laporan daftar I-A. Informasi pada tabel ini meliputi jumlah perusahaan aktif dan non aktif yang sudah diterima di tingkat Kabupaten/Kota. Selain dalam bentuk tabel BPS provinsi juga dapat mencetak dalam bentuk daftar/nama perusahaan per kabupaten pada menu laporan daftar I-A daftar A-22. Minggu pertama Oktober, BPS Provinsi harus menggunakan daftar tersebut untuk menagih daftar isian II-B dari lapang untuk perusahaan yang tidak masuk (non respon) ke BPS Kabupaten/Kota. 70 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

79 Kegunaan untuk Pengiriman Dalam sistem Direktori pekerjaan untuk mengetik daftar nama, alamat dan KIP seluruh kuesioner yang akan dikirim dilakukan melalui komputer secara cepat dan mudah. Jika tanda flag telah dimasukkan kedalam komputer untuk kuesioner yang akan dikirimkan ke Pusat, daftarnya bisa cetak dengan mudah di laporan pengiriman dokumen daftar A-23 di menu laporan daftar I-A. Pada sat pengiriman dokumen ke BPS pusat, BPS provinsi harus diwajibkan mencetak tabel pengiriman dokumen tabel A-13 di menu laporan tabel I-A. Bentuk tabel pengiriman yang diserahkan ke BPS pusat sebagai berikut : Daftar dan tabel pengiriman dokumen ini berfungsi sebagai kontrol jumlah dokumen diterima dengan fisik dokumen. Ini dijelaskan secara ringkas sebagai Tahap 3 dalam diagram 15. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 71

80 Diagram 15 Tiga Tahap Dalam Pemakaian Perangkat Lunak Direktori I-A Jika Keadaan Lama Tidak ada AL AL TL, TM KL, UL Tahap 1 - Memasukkan status baru/kip baru AB, AC, UB, UK TS, TP, UB, KB AK Tahap 2 - Mencatat tanggal penerimaan dari TK II Diterima II-A/B/C Diterima II-A/B Diterima II-A/B Diterima II- A/B Tahap 3 - Mencatat batch pengiriman ke BPS dan tenaga kerjanya Dikirim II-A/B/C Dikirim II- A/B Dikirim II- A/B Dikirim II- A/B 5.6. Perbaikan Final Direktori Bulan Oktober, BPS Provinsi memperbaharui Direktori Perusahaan (Direktori I-A) dengan informasi aktif non-respon melalui daftar isian II-B bersarkan informasi yang bersumber dari lapangan yang. Hubungan tahap kedua ini dengan tahap sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

81 Tabel 6. Jadwal Perbaikan I-A Menurut Tahapan Dan Kategori Kategori Tahap I Tahap II Daftar Isian (Juni) (Nopember) Baru/terlewat Ada, banyak Yang terlewat dilaporkan I-B Tutup Ada, banyak Yang terlewat ditutup II-B Non respon Tidak ada Semua II-B Kecil Ada, banyak Yang terlewat dicatat II-B Usang Beberapa Sisanya II-B Direktori yang telah diperbaharui agar segera dikirim ke Pusat, karena: Pusat tidak dapat mengolah dokumen perusahaan baru atau aktif kembali sampai Direktori Provinsi menunjukkan bahwa perusahaan bersangkutan aktif dengan KIP berapa. Pusat tidak dapat membuat tabulasi hasil survei tahunan sebelum mengetahui perusahaan belum masuk mana saja yang aktif dan non aktif Perusahaan Dobel Ada tiga sebab utama terjadinya dobel, yaitu : Perusahaan yang dobel karena memiliki kesamaan antara kode KBLI, kode wilayah dan nama perusahaan, karena petugas tidak sempat untuk mencek dulu perusahaan tersebut dalam Direktori apakah sudah ada atau belum. Perusahaan tercatat dobel karena berubahnya KBLI (produksi utama), untuk menghindari jenis dobel yang seperti ini maka KIP sekali dibuat tidak akan pernah diubah. KIP dibuat berdasarkan pada KBLI awal/asli. KBLI yang menyatakan aktivitas saat ini akan muncul dalam Direktori, dan dalam kuesioner masing-masing survei, sebagai variabel tersendiri. PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 73

82 Perusahaan yang dobel karena ada pergantian nama perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini sangat diharuskan petugas pencacah menyalin KIP ke kuesioner sebelum kuesioner tersebut diserahkan ke perusahaan Mencegah Perusahaan Dobel Cara utama untuk mencegah dobel sangat sederhana, yaitu: jangan pernah membuat KIP baru sampai dilakukan pengecekan yang teliti untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut belum ada dalam Direktori dengan KIP. Ada empat cara, yaitu: Bagi perusahaan yang ada di Direktori tahun lalu, agar diinstruksikan kepada Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk selalu menyalin KIP dan nama perusahaan yang ada di Direktori ke halaman depan kuesioner survei sebelum kuesioner diserahkan ke perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak ada dalam Direktori tahun lalu, BPS Provinsi segera mengirim daftar KIP baru (di Direktori sementara) ke BPS Kabupaten/Kota pada tanggal 1 Mei. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau pengawas lalu menuliskan KIP bila kuesioner sudah datang di BPS Kab/Kota. Langkah ini bila dijalankan secara konsisten akan menjamin semua kuesioner yang datang di BPS Provinsi pasti KIP -nya sudah tertulis. Untuk kuesioner yang tiba di BPS Provinsi tanpa KIP dan tidak melalui prosedur di atas, harus dicek secara hati-hati di Direktori sebelum menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut perlu ditambahkan kedalam Direktori. Direktori yang disusun menurut abjad (termasuk perusahaan yang aktif maupun non-aktif) adalah alat utama untuk mencek yang dobel (Daftar A-21-b di menu laporan daftar I-A. Seharusnya, sedikit sekali kuesioner yang tiba di BPS Provinsi tanpa KIP. Namun, jika jumlahnya cukup besar, misal lebih dari 1-2 persen, BPS Provinsi sebaiknya segera menyelidiki kejadiannya, dan menegur BPS Kab/Kota yang mengirim kuesioner tanpa KIP. Bila perlu, BPS Provinsi bisa mengembalikan kuesioner tanpa KIP ke masing-masing BPS Kab/Kota. 74 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

83 Jangan mengirimkan kuesioner ke Pusat tanpa KIP. Semua usaha pencegahan dobel penting. Jika usaha pencegahan dilakukan dengan sempurna, maka tidak perlu lagi ada pengecekan. Dalam pelaksanaannya, kita bisa menduga beberapa petugas akan mengabaikan usaha cara pencegahan dobel ini, tapi pengecekan akan mengatasi kelemahan tersebut. Berdasarkan pengalaman, secara bertahap akan ditemukan prosedur pengecekan mana yang efektif. Untuk permulaan, disarankan semua pencekan digunakan, paling tidak untuk masa satu tahun Pembersihan Direktori Sistem Direktori dirancang untuk memudahkan Daerah mengedit Direktori masingmasing. Pengawas di BPS Provinsi perlu mempunyai kebiasaan mengedit Direktori setahun sekali dalam hal: 1. Pembakuan nama perusahaan sesuai format yang telah ditentukan. 2. Pembakuan keterangan alamat. 3. Pembakuan penulisan telpon dan faksimile. 4. Koreksi kode kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan. 5. Kebenaran 5 digit KBLI 2009 dengan produk utama yang dihasilkan 6. Koreksi kode status kondisi dan alasan aktivitas perusahaan. 7. Konsistensi isian bentuk badan hukum dengan nama perusahaan 8. Membersihkan perusahaan yang tercatat dobel. Penanggung jawab Direktori di BPS Provinsi dapat melakukan editing langsung di komputer atau dapat melakukan pencetakan menurut abjad dan menurut wilayah (A-21-a), lalu memberi catatan atau perbaikan memakai pensil. Updating data pokok Informasi PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 75

84 perusahaan aktif dan non aktif Direktori Perusahaan (I-A) pada Aplikasi Program Industri Pengolahan Besar dan Sedang Tahun 2011 sebagai berikut : Gambar 8. Data Pokok Perusahaan Updating Direktori Memperbaiki Format Nama Perusahaan Oleh karena Direktori berdasar abjad merupakan alat utama menangkal perusahaan dobel, BPS Provinsi harus waspada terhadap format nama perusahaan. Supaya mudah menyusun menurut abjad, dibutuhkan nama perusahaan yang baku. Yaitu, kata pertama nama perusahaan harus khusus untuk perusahaan tersebut: misalnya Sinar, atau yang khas untuk suatu KBLI tertentu, misalnya "tenun". Ketika memasukkan perusahaan baru, BPS Provinsi diminta memperhatikan bentuk baku tersebut. Hal ini terutama untuk menghindari variasi yang tidak perlu, yaitu menggunakan dua bentuk berbeda yang memiliki kesamaan arti. Aturan di atas diperlukan untuk menjamin tidak ada perusahaan yang dicatat dua kali atau lebih. Nama perusahaan akan muncul ditempat yang berdekatan. Jika 76 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2012 Direktur Statistik Industri. DR. Mudjiandoko, MA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2012 Direktur Statistik Industri. DR. Mudjiandoko, MA KATA PENGANTAR Survei Industri Besar dan Sedang Tahun 2011 merupakan kelanjutan dari survei Industri Besar dan Sedang tahun sebelumnya. Buku Pedoman Pengawas ini dibuat untuk pelaksanaan lapangan di tingkat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGUNAAN PROGRAM PEMUTAKHIRAN DAN PENARIKAN SAMPEL RUMAH TANGGA SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS 2015

PEDOMAN PENGGUNAAN PROGRAM PEMUTAKHIRAN DAN PENARIKAN SAMPEL RUMAH TANGGA SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS 2015 PEDOMAN PENGGUNAAN PROGRAM PEMUTAKHIRAN DAN PENARIKAN SAMPEL RUMAH TANGGA SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS 2015 Pemutakhiran dan penarikan sampel pada kegiatan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 akan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN PENYAJIAN LAPORAN TRIWULANAN PEMOTONGAN TERNAK TAHUN 2016

PEDOMAN PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN PENYAJIAN LAPORAN TRIWULANAN PEMOTONGAN TERNAK TAHUN 2016 PEDOMAN PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN PENYAJIAN LAPORAN TRIWULANAN PEMOTONGAN TERNAK TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN PENYAJIAN LAPORAN TRIWULANAN PEMOTONGAN TERNAK

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Budidaya Ikan (LTB), 2015 ABSTRAKSI Sebagai negara Agraris dan Maritim, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2014

Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2014 ABSTRAKSI Peranan nilai tambah industri manufaktur dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) masih cukup dominan baik sebelum, pada

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN BAGI SEKOLAH SD/SDLB/SMP/SMPLB

PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN BAGI SEKOLAH SD/SDLB/SMP/SMPLB PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN BAGI SEKOLAH SD/SDLB/SMP/SMPLB DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 1 A. Tujuan Tujuan pendataan tingkat sekolah adalah untuk

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Penangkapan Ikan (LTP), 2014

Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Penangkapan Ikan (LTP), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Laporan Tahunan Perusahaan Penangkapan Ikan (LTP), 2014 ABSTRAKSI Sebagai negara Agraris dan Maritim, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA Draft 18 September 2017 PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA PODES 2018 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2015) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2014 ABSTRAKSI Updating perusahaan konstruksi yaitu kegiatan untuk mendapatkan kelengkapan dan kemutakhiran informasi tentang nama, alamat,

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lebih terperinci

PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013

PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013 PENETAPAN K INERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUARO JAMBI 2013 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebih terperinci

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota

SPPLH dan. Kepalaa BPS Kabup. paten/kota SPPLH 2013 SURVEI PERILAKU PEDULI LINGKUNGANN HIDUP 2013 Buku I. Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepalaa BPS Kabup paten/kota BADAN PUSAT STATISTIK Pedoman Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Triwulanan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), 2015

Penyusunan Laporan Triwulanan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Laporan Triwulanan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), 2015 ABSTRAKSI Sebagai negara Agraris dan Maritim, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 1. JUJUR Sesuai dengan kondisi apa adanya disekolah 2. AKUNTABEL Sesuai dengan prosedur dalam panduan 3. TRANSPARAN

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2015 ABSTRAKSI Kelanjutan kegiatan Sensus Konstruksi 1977. Sejak tahun 1980 menjadi kegiatan rutin Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surat merupakan salah satu media komunikasi yang hingga kini masih digunakan untuk menyampaikan informasi dari suatu pihak ke pihak lain baik perorangan maupun organisasi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SENSUS PERTANIAN 2013 EVALUASI PASCA SENSUS

SENSUS PERTANIAN 2013 EVALUASI PASCA SENSUS SENSUS PERTANIAN 2013 EVALUASI PASCA SENSUS PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN PEDOMAN KOORDINATOR TIM (ST2013-PES.KORTIM) BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Evaluasi Pasca Sensus ST2013

Lebih terperinci

Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2015

Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2015 ABSTRAKSI Sektor industri merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, mengingat kontribusi sektor industri pengolahan

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014

Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan, 2014 ABSTRAKSI Kelanjutan kegiatan Sensus Konstruksi 1977. Sejak tahun 1980 menjadi kegiatan rutin Survei Perusahaan Konstruksi Tahunan. Sebelum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2017 pala Badan Pusat Statistik. Suhariyanto

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2017 pala Badan Pusat Statistik. Suhariyanto KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengawas ini disusun dalam rangka kegiatan Pendataan Usaha Mikro Kecil dan Usaha Menengah Besar Sensus Ekonomi 2016 ( Pendataan UMK dan UMB SE2016). Buku ini memuat pedoman

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN UNIT KOMPUTER TAHUN 2014

LAPORAN TAHUNAN UNIT KOMPUTER TAHUN 2014 LAPORAN TAHUNAN UNIT KOMPUTER TAHUN 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR 2015 LAPORAN UNIT KOMPUTER POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN 2014 A. Latar Belakang Tujuan pendidikan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan suatu faktor pendukung yang sangat mempengaruhi sebuah organisasi ataupun lembaga. Suatu lembaga atau organisasi tidak akan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCACAH. Februari Survei Angkatan Kerja Nasional. Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan

PEDOMAN PENCACAH. Februari Survei Angkatan Kerja Nasional. Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan PEDOMAN PENCACAH Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2017 B A D A N P U S AT S T AT I S T I K Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan DATA MENCERDASKAN BANGSA KATA PENGANTAR Survei Angkatan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA

REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) BLOK II: KETERANGAN USAHA SKP13-S REPUBLIK INDONESIA SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2013 BLOK I: KETERANGAN TEMPAT (disalin dari SKP13-DS) (2) 1. Provinsi : 2. Kabupaten/Kota*) : 3. Kecamatan : 4. Desa/Kelurahan*) : 5. Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA PEDOMAN 2 SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL (SAKERNAS) 2002 PEDOMAN PENGAWAS/PEMERIKSA BPS BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Data ketenagakerjaan yang dihasilkan BPS dikumpulkan melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2015 Direktur Statistik Industri, Ir. Emil Azman Sulthani MBA NIP :

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2015 Direktur Statistik Industri, Ir. Emil Azman Sulthani MBA NIP : i ii KATA PENGANTAR Buku pedoman Survei Captive Power 2015 ini disusun dalam rangka memperoleh keseragaman pemahaman dalam pengisian Daftar Captive 2015. Disamping memuat petunjuk teknis yang berkaitan

Lebih terperinci

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013

STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 2013 PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TI NGKAT KEBAHAGI AAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATI STI K PANDUAN PELAKSANAAN STUDI PENGUKURAN TINGKAT KEBAHAGIAAN (SPTK) 0 BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR Buku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Pada PT.Modern Putra Indonesia. Berikut ini sistem penjualan perusahaan yang akan dibahas oleh penulis adalah mengenai

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI 2008 KIP : BLOK I. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN 1. Provinsi 2. Kabupaten / Kota *) 3. Kecamatan 4. Kelurahan / Desa *) 5. Nomor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Penerapan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Pada PT PLN (Persero)

Lebih terperinci

Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2015

Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Industri Besar dan Sedang Tahunan, 2015 ABSTRAKSI Peranan nilai tambah industri manufaktur dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) masih cukup dominan baik sebelum, pada

Lebih terperinci

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM

BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM BAB III PENGESAHAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM A Deskripsi Umum Departemen Hukum dam Hak Asasi Manusia dimulai pada hari-hari pertama kemerdekaan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusdiklat BPS. J. Bambang Kristianto,MA,M.Sc. Pedoman Diklat Jarak Jauh Statistik Dasar Tahun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusdiklat BPS. J. Bambang Kristianto,MA,M.Sc. Pedoman Diklat Jarak Jauh Statistik Dasar Tahun KATA PENGANTAR Badan Pusat Statistik (BPS) menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Jarak Jauh Statistik Dasar bagi Pegawai Badan Pusat Statistik. Tujuan dari diklat ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2008 ABSTRAKSI Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan Badan Pusat Statistik. Sejak tahun 1963 BPS

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem

BAB III PEMBAHASAN. A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem BAB III PEMBAHASAN A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2014 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BIMBINGAN TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN (PBI-JK)

PETUNJUK TEKNIS BIMBINGAN TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN (PBI-JK) 1 PETUNJUK TEKNIS BIMBINGAN TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN (PBI-JK) SATUAN TUGAS PERCEPATAN VERTIFIKASI DAN VALIDASI DATA PBI-JK KEMENTERIAN SOSIAL RI September

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

Penyusunan Laporan Tahunan Tempat Pelelangan Ikan (LTPI), 2014

Penyusunan Laporan Tahunan Tempat Pelelangan Ikan (LTPI), 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Laporan Tahunan Tempat Pelelangan Ikan (LTPI), 2014 ABSTRAKSI Sebagai negara Agraris dan Maritim, sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015

Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Pengumpulan Data Kehutanan Triwulanan, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijakan pemerintah di subsektor kehutanan. Dengan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP Penyiapan Data Raker 2013 SATKER 1. Menginputkan data (dalam e-monitoring offline) : A. Data Pengakhiran TA 2013 Progres per

Lebih terperinci

PETUNJUK DAN TEKNIS PENDATAAN APLIKASI DAPODIKDAS 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTRIAN PENDIDIKKAN DAN KEBUDAYAAN 2013

PETUNJUK DAN TEKNIS PENDATAAN APLIKASI DAPODIKDAS 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTRIAN PENDIDIKKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 PETUNJUK DAN TEKNIS PENDATAAN APLIKASI DAPODIKDAS 2013 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTRIAN PENDIDIKKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 JUKNIS PENDATAAN DAPODIKDAS 2013 A. Tujuan Tujuan pendataan tingkat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 123/Permentan/SR.130/11/2013 /OT.1 TENTANG

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 123/Permentan/SR.130/11/2013 /OT.1 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 123/Permentan/SR.130/11/2013 /OT.1 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 69/PERMENTAN/SR.130/11/2012 TENTANG

Lebih terperinci

Survei Statistik Lembaga Keuangan, 2013

Survei Statistik Lembaga Keuangan, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Statistik Lembaga Keuangan, 2013 ABSTRAKSI Jasa Perantara Keuangan mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, baik sebagai penggerak ekonomi masyarakat maupun melalui

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN DAN PIUTANG

ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN DAN PIUTANG JURNAL Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 2, September 2011 Halaman 233-246 ANALISA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN DAN PIUTANG (Study Kasus pada CV. Alam Prima Komputer (Sentra

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak 7 JULI 2015 SURAT KETERANGAN FISKAL surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi keterangan mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

KUALIFIKASI TENAGA AHLI. ( untuk program BSPS 2017 )

KUALIFIKASI TENAGA AHLI. ( untuk program BSPS 2017 ) KUALIFIKASI TENAGA AHLI ( untuk program BSPS 2017 ) Tenaga Ahli Manajemen ( sebagai Team Leader ) Pendidikan minimal : Sarjana (S2) jurusan Manajemen Proyek dengan pengalaman kerja dibidangnya minimal

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN

BADAN PUSAT STATIS STIK KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN ANGGARAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAWIJAYAA TAHUN ANGGARAN 20144 BADAN PUSAT STATISTIK 2014 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayawijaya... 1 Penetapan

Lebih terperinci

Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas

Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas Daftar Isi I. Latar Belakang... 2 II. Pedoman Pelaporan Melalui SMS untuk Petugas Puskesmas... 2 1. Kriteria Pelapor... 2 2. Cara Pelaporan... 3 3. Pengingat dan Umpan Balik via SMS... 4 III. Pedoman untuk

Lebih terperinci

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi, 2009

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi, 2009 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditi, 2009 ABSTRAKSI Selama ini beberapa komoditi seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, semen dan pupuk kadang-kadang menghilang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR. Jl. Raya Juanda II, Sidoarjo, Telp/Fax : Sidoarjo

KEMENTERIAN AGAMA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR. Jl. Raya Juanda II, Sidoarjo, Telp/Fax : Sidoarjo KEMENTERIAN AGAMA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR Jl. Raya Juanda II, Sidoarjo, Telp/Fax : 031-8686019 Sidoarjo TATA CARA VERIFIKASI USULAN CALON PESERTA SERTIFIKASI DARI DATA HASIL

Lebih terperinci

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MERANGIN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MERANGIN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Merangin... 1 Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Merangin... 2 Pernyataan Penetapan Kinerja Sub Bagian Tata Usaha...

Lebih terperinci

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P No.202, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SIGA. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 481 /PER/ G4 /2016 TENTANG SISTEM INFORMASI KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KALIBRASI UNTUK MENUNJANG GMP (GOOD MANUFACTURING PRACTICE) DI PT. BIO FARMA (Persero) Disusun oleh : 10108982 FIELKA PRATAMA SETYALAYA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP Penyiapan Data Raker 2013 SATKER 1. Menginputkan data (dalam e-monitoring offline) : A. Data Pengakhiran TA 2013 Progres per

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Listrik, 2014

Survei Perusahaan Listrik, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Listrik, 2014 ABSTRAKSI Survei Perusahaan Listrik diselenggarakan oleh BPS di seluruh Indonesia sejak tahun 1980. Cakupan survei adalah perusahaan listrik milik

Lebih terperinci

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL

SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Page 1 of 22 SOP/UJM-L/LM/002 AUDIT MUTU INTERNAL Dibuat oleh Paraf Direvisi oleh Paraf : Ir. Slamet Riyadi,M.Eng : : : LPMI Tgl. Pembuatan : 20 Mei 2013 Disetujui oleh Paraf : Rektor : Tgl. Revisi : I.

Lebih terperinci

Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016

Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016 Bali, 1 September 2015 Latar Belakang Tujuan Lingkup

Lebih terperinci

Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2012

Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2012 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Industri Besar dan Sedang Bulanan, 2012 ABSTRAKSI Sektor industri merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, mengingat kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK

PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK PEDOMAN SURVEI KHUSUS STUDI PENYUSUNAN PERUBAHAN INVENTORI (SKSPPI-2014) BPS - PELOPOR STATISTIK TERPERCAYA UNTUK SEMUA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Kotak Pos 1003, Jakarta 10010 Telepon:

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PELAYANAN STATISTIK TERPADU (PST) PROVINSI BANTEN 2013

AKUNTABILITAS PELAYANAN STATISTIK TERPADU (PST) PROVINSI BANTEN 2013 AKUNTABILITAS PELAYANAN STATISTIK TERPADU (PST) PROVINSI BANTEN 2013 Akuntabilitas Pelayanan Statistik Terpadu BPS Provinsi Banten Tahun 2013 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 26 Naskah:

Lebih terperinci

dengan cepat perubahan tingkat upah yang terjadi dari triwulan ke triwulan pada buruh/karyawan produksi/pelaksana berstatus lebih rendah dari

dengan cepat perubahan tingkat upah yang terjadi dari triwulan ke triwulan pada buruh/karyawan produksi/pelaksana berstatus lebih rendah dari BADAN PUSAT STATISTIK Survei Upah, 2011 ABSTRAKSI Kebutuhan data yang lengkap, tepat waktu, dan akurat mengenai upah buruh/pekerja bagi kalangan pengguna data semakin meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut,

Lebih terperinci

Updating Direktori Perusahaan Pertambangan dan Energi, 2015

Updating Direktori Perusahaan Pertambangan dan Energi, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Updating Direktori Perusahaan Pertambangan dan Energi, 2015 ABSTRAKSI Kegiatan Updating Direktori Perusahaan Pertambangan dan Energi mulai dilaksanakan tahun 2010. Pemuktahiran dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015

Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan Pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman, 2015 ABSTRAKSI Data statistik perusahaan kehutanan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016

Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), 2016 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain: Sensus Penduduk

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) - Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (Tahunan), 2015 ABSTRAKSI Salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS secara rutin setiap tahun adalah

Lebih terperinci

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semesteran, 2017 ABSTRAKSI Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui sensus dan survei antara lain:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.6/Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN STATISTIK KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 10/07/62/Th. X, 1 Juli PERKEMBANGAN TINGKAT PENGGUNAAN SARANA AKOMODASI Selama, TPK Hotel Berbintang Sebesar 56,39 Persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

DFD (DATA FLOW DIAGRAM)

DFD (DATA FLOW DIAGRAM) DFD (DATA FLOW DIAGRAM) SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN BERBASIS WEBSITE untuk : SMA Negeri 2 Peusangan Dipersiapkan oleh: IMAM SAYUTI 1457301052 Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknologi Informatika

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGUMPULAN DAN VERIFIKASI DATA KURSUS DAN PELATIHAN

PETUNJUK TEKNIS PENGUMPULAN DAN VERIFIKASI DATA KURSUS DAN PELATIHAN PETUNJUK TEKNIS DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2012 PETUNJUK TEKNIS PENGUMPULAN DAN

Lebih terperinci

Survei Tahunan Perusahaan Listrik negara dan Perusahaan Gas Negara, 1999

Survei Tahunan Perusahaan Listrik negara dan Perusahaan Gas Negara, 1999 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Tahunan Perusahaan Listrik negara dan Perusahaan Gas Negara, 1999 ABSTRAKSI Survei Listrik, gas dan air minum dilakukan dlm rangka mengumpulkan data tentang usaha listrik,

Lebih terperinci

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2015

Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Updating Direktori Perusahaan Konstruksi, 2015 ABSTRAKSI Updating perusahaan konstruksi yaitu kegiatan untuk mendapatkan kelengkapan dan kemutakhiran informasi tentang nama, alamat,

Lebih terperinci

buruh dengan status itu merupakan mayoritas pekerja sehingga data yang dihasilkan diharpkan dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan mayoritas

buruh dengan status itu merupakan mayoritas pekerja sehingga data yang dihasilkan diharpkan dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan mayoritas BADAN PUSAT STATISTIK Survei Upah, 2010 ABSTRAKSI Kebutuhan data yang lengkap, tepat waktu dan akurat mengenai upah buruh/pekerja bagi kalangan pengguna data semakin meningkat. Untuk itu Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA

BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA BUKU 2 PODES 2014 PEDOMAN PENCACAH BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA KATA PENGANTAR Buku pedoman ini merupakan acuan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran

TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran BUKU TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran DISUSUN OLEH: Direktorat

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK

LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK LAPORAN KEGIATAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK 1. Kebijakan Pelayanan Informasi Publik Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Lebih terperinci

BLOK I: PENGENALAN TEMPAT

BLOK I: PENGENALAN TEMPAT REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK INDUSTRI MIKRO - 1 INDUSTRI KECIL - 2 KODE KBLI 2 digit BLOK I: PENGENALAN TEMPAT (3) 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Nomor

Lebih terperinci

Direktori Perusahaan Kehutanan, 2015

Direktori Perusahaan Kehutanan, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Direktori Perusahaan Kehutanan, 2015 ABSTRAKSI Dengan adanya perubahan jumlah perusahaan kehutanan di lapangan dari waktu ke waktu (adanya perusahaan baru, pindah, tutup, dll), maka

Lebih terperinci

Uji Coba SUPAS 2015, 2014

Uji Coba SUPAS 2015, 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Uji Coba SUPAS 2015, 2014 ABSTRAKSI Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) merupakan survey kependudukan yang dilaksanakan setiap lima tahun setelah pelaksanaan sensus penduduk. SUPAS2015

Lebih terperinci

Kerahasiaan data yang diberikan dijamin oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997,Pasal 21, tentang Statistik. BLOK I : PENGENALAN TEMPAT (1) (2) (3)

Kerahasiaan data yang diberikan dijamin oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997,Pasal 21, tentang Statistik. BLOK I : PENGENALAN TEMPAT (1) (2) (3) VKBP15 - SIND REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI KONSUMSI BAHAN POKOK TAHUN 2015 INDUSTRI MANUFAKTUR * Tujuan Mendapatkan data estimasi penggunaan bahan pokok * Objek Survei Perusahaan/Usaha

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC 61 BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG PADA PT. TIRATANA ELECTRIC 4.1 Persiapan Audit dan Program Kerja Audit Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan audit terhadap sistem

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

Uji Coba Post Enumeration Survey SE2016, 2015

Uji Coba Post Enumeration Survey SE2016, 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Uji Coba Post Enumeration Survey SE2016, 2015 ABSTRAKSI Latar belakang kegiatan: Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) diselenggarakan secara bertahap dalam rangka mengidentifikasi populasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI CQWWka BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No.15/01/62/Th.XI, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI Selama November, Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Masing-Masing 15.421 Orang dan 134.810 Orang.

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2016 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: December 14, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014 . PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUDUS 2014 DAFTAR ISI Pernyataan Penetapan Kinerja Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus...

Lebih terperinci

PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN LAYANAN PUSAT KARIR (BPLPK) 2018

PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN LAYANAN PUSAT KARIR (BPLPK) 2018 PROGRAM BANTUAN PENGEMBANGAN LAYANAN PUSAT KARIR (BPLPK) 2018 Subdit Penyelarasan kebutuhan Kerja Direktorat Kemahasiswaan Dirjen Belmawa Kemristekdikti Latar Belakang (1) Pasar kerja semakin kompetitif

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Mei Indeks riil penjualan eceran mengalami penurunan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran Indeks

Lebih terperinci

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP PENYIAPAN DATA DAN FORMAT BAHAN RAKER 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SOP Penyiapan Data Raker 2013 SATKER 1. Menginputkan data (dalam e-monitoring offline) : A. Data Pengakhiran TA 2013 Progres per

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada tahap deskriptif,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY November Tingkat hunian hotel dan perkantoran mengalami penurunan sedangkan lainnya cenderung tetap atau sedikit naik. Sementara harga sewa secara

Lebih terperinci

Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016

Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Perusahaan/Usaha Spa, 2016 ABSTRAKSI Pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional, terutama sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Kegiatan pariwisata merupakan

Lebih terperinci