BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia 1. Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Ada juga yag berpendapat menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.B Tahun 1998 tentang kesehatan di katakana bahwa lanjut usia adalah sasaran yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Lansia secara umum apabila usianya lebih dari 65 tahun. Lansia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehiduan yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan, dan ada juga yang di tandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi dan Makhfudli, 2009). 2. Klasifikasi Lansia Adanya beberapa klasifikasi pada lansia, diantaranya sebagai berikut : a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara tahun. b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia Risiko Tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d. Lansia Potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. 10

2 11 e. Lansia Tidak Potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantug pada bantuan orang lain (Maryam dkk, 2008). 3. Karakteristik Lansia Adanya beberapa karakteristik lansia, yaitu sebagai berikut : a. Berusia lebih dari 60 tahun b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam dkk, 2008). B. Konsep Posyandu Lansia 1. Pengertian Posyandu Lansia Pemanfaatan posyandu melainkan suatu proses pengambilan keputusan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai budaya sosial budaya, pengetahuan, dan kesadaran akan kesehatan, pola relasi gender yang ada dimasyarakat yang sangat mempengaruhi pola hidup di masyarakat (Kemenkes, 2010). Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) Lanjut Usia adalah suatu bentuk pelayanan bagi lanjut usia, dengan proses pembentukannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif (Komnas Lansia, 2010). Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu yang digerakkan oleh masyarakat di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Fallen & Budi, 2011).

3 12 2. Sasaran Posyandu Lansia a. Sasaran langsung yaitu kelompok pra usia lanjut (45 59 tahun), kelompok usia lanjut ( 60 tahun keatas), kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun keatas). b. Sasaran tidak langsung yaitu keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat luas, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakatt luar (Depkes RI, 2003). 3. Tujuan Posyandu Lansia Adanya tujuan dari pelayanan Posyandu Lansia menurut Komnas (2010), diantaranya : a. Meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia. b. Mencapai masa tua bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan berkeluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Pencapaian dalam hal ini tidak hanya sehat fisik, tetapi meliputi emosi, intelektual, social, vokasional dan spiritual. c. Mencapai usia sehat dan mandiri. 4. Manfaat Posyandu Lansia a. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar, kesehatan rekreasi tetap terpelihara, dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang, pengetahuan lansia menjadi meningkat yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih percaya diri untuk dihari tuanya. b. Suatu pelayanan bagi para lanjut usia yang tergolong kurang mampu diupayakan dapat diberikan dapat diberikan secara gratis melalui prosedur yang telah berlaku. c. Adanya Posyandu Lansia, para lansia dapat berkumpul, sehingga merasa terhibur bersama dengan teman sebayanya dan berbagi cerita masa lalu.

4 13 5. Sumber Daya Manusia (SDM) Berdasarkan Komnas (2010) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Posyandu lansia sebaiknya 8 orang petugas, akan tetapi bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang dianjurkan yaitu: a. Ketua Posyandu Tugas dan fungsi ketua Posyandu ialah bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu serta bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu. b. Sekretaris Tugas dari sekretaris yaitu mencatat semua aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pengendalian Posyandu. c. Bendahara Tugas dari bendahara yaitu mencatat pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu. d. Kader jumlah 5 orang Tugas kader dalam posyandu usia lanjut antara lain : Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu, memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu, melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu usia lanjut, dimulai dari kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku pencatatan lainnya, membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya, melakukan penyuluhan (Kesehatan Gizi, Sosial, Agama dan Karya) sesuai dengan minatnya. 6. Mekanisme Pelayanan Posyandu lansia Menurut Komnas (2010), mekanisme pelayanan Posyandu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu :

5 14 a. Meja 1 : Tempat pendaftaran, lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja selanjutnya. b. Meja 2 : Tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan indek masa tubuh (IMT) c. Meja 3 : Tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb, Kolesterol, asam urat, pemberian vitamin dan lain lain). d. Meja 4 : Tempat melakukan konseling (Kesehatan gizi dan kesejahteraan). Penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS. e. Meja 5 : Tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal, pendampingan dan lain lain sesuai kebutuhan). 7. Kegiatan Posyandu Lansia Lansia memiliki permasalahan yang bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah social ekonomi dan pendidikan yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu kegiatan posyandu lansia tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja, tetapi juga upaya sosial dan karya serta pendidikan. Menurut Komnas (2010), jenis kegiatan yang dilakukan posyandu lansia untuk pencapaian kesejahteraan lansia antara lain : a. Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali. Kegemukan atau kekurusan dapat dilihat dengan perhitungan IMT. Akibat dari kegemukan yaitu orang cenderung mudah terkena penyakit seperti kencing manis, hipertensi, penyakit jantung, batu empedu. Bila terlalu kurus dicurigai adanya penyakit menahun.

6 15 b. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan dilakukan minimal 1 bulan sekali, tetapi bagi yang menderita hipertensi dianjurkan periksa setiap minggu. c. Kegiatan pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), gula darah, asam urat dan kolesterol darah. Bagi lansia sehat cukup diperiksa 6 bulan sekali, namun bagi lansia yang mempunyai faktor resiko seperti keturunan DM sebaiknya periksa 3 bulan sekali, dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan di Posbindu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga dari Puskesmas atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat. d. Kegiatan konseling, penyuluhan kesehatan dan gizi dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat seiring dengan waktu. Selain itu dapat memantau faktor resiko penyakit degenerative agar mengetahui dan dapat mengendalikannya. e. Konseling usaha ekonomi produktif dilakukan sesuai dengan kebutuhan. f. Kegiatan aktifitas fisik senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal. 8. Pedoman Pelaksanaan Posyandu a. Bagi Petugas kesehatan 1) Upaya promotif yaitu upaya petugas kesehatan untuk menggairahkan semangat hidup usia lanjut, agar merasa tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. 2) Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi dari penyakit penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. 3) Upaya kuratif yaitu pengobatan bagi usia lanjut dimana penanggulangannya perlu melibatkan banyak multidisiplin ilmu kedokteran.

7 16 4) Upaya rehabilitative yaitu upaya mengembalikan fungsi organ tubuh yang telah menurun. b. Bagi lanjut usia yaitu kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi dirinya, keluarga, masyarakat luas, agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna (Depkes RI, 2003). 9. Hal yang Mempengaruhi Kehadiran Lansia ke Posyandu Lansia Menurut Penelitian Pertiwi (2013), adapun faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan berkaitan dengan kehadiran lansia di Posyandu Lansia adalah : a. Pendidikan : Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah mencegah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah umum dan pendidikan mnengah kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. b. Pengetahuan : Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. c. Pekerjaan sekarang : Bagi lansia yang bukan pegawai negeri atau karyawan swasta, misalnya wiraswasta, pedagang, ulama, guru dan lain-lain pikiran akan pension mungkin tidak terlintas, mereka umumnya mengurangi kegiatannya setelah lania dan semakin tua

8 17 tugas-tugas tersebut secara berlangsung berkurang sampai suau saat secara rela dan tulus menghentikan kegiatannya. Kalau masih melakukan kegiatan umumnya sebatas untuk bramal tau seolah-olah menjadi kegiatan hobby. d. Keyakinan : Suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat dia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. e. Kader Posyandu : Masyarakat akan memanfaatkan pelayanan tergantung pada penilaian tentang pelayanan tersebut. Jika pelayanan kurang baik atau kurang berkualitas, maka kecenderungan untuk tidak memanfaatkannyapun akan semakin besar. Perepsi tentang pelayanan selalu dikaitkan dengan kepuasan dan harapan pengguna layanan. Konsumen akan mengatakan mutu pelayanan baik jika harapan dan keinginan sesuai dengan pengalaman yang diterimanya. f. Ketersediaan fasilitas kesehatan : Ketersediaan fasilitas pelayanan terhadap lanjut usia yang teratas ditingkat masyarakat, pelayanan tingkat dasar, pelayan tingkat I dan tingkat II, sering menimbulkan permasalahan bagi lanjut usia. g. Lingkungan masyarakat : Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosiopsikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Menurut Penelitian Juniardi (2012), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia, diataranya antara lain: a. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. b. Jarak Rumah dengan Lokasi Posyandu, jarak antara rumah tempat tinggal dan tempat layanan kesehatan (dalam km) dan biaya transport

9 18 adalah biaya yang dikeluarkan dari rumah menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan (dalam rupiah). c. Dukungan keluarga, dukungan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. d. Sarana dan Prasarana Penunjang Pelaksanaan Posyandu, sarana prasarana dapat diartikan sebagai suatu aktifitas maupun materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu atau kelompok di dalam suatu lingkungan kehidupan. e. Sikap dan perilaku Lansia, sikap sebagai suatu pola perilaku terdensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana. Sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisi. f. Penghasilan atau Ekonomi, penghasilan menentukan tingkat hidup seseorang terutama dalam kesehatan. Apabila penghasilan yang didapat berlebih, maka seseorang lebih cenderung untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, contohnya seperti rumah sakit dengan fasilitas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan menurut penelitian Henniwati, dkk (2008), hal yang mempengaruhi pemanfaatan ke Posyandu lansia diantaranya : a. Pekerjaan : Dibandingkan penduduk lansia desa dan kota, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan lebih banyak yang masih bekerja pada usia tua dibandingkan dengan perkotaan, dikarenakan jaminan sosial dan kesehatan yang masih kurang. b. Kualitas pelayanan : Kualitas pelayanan posyandu lansia yang baik sangat mempengaruhi lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia yang hadir.

10 19 c. Jarak tempuh : pemanfaatan posyandu lansia lebih banyak dimanfaatkan oleh lansia dengan jarak rumah yang dekat daripada yang jauh dengan posyandu lansia. d. Petugas kesehatan : adanya petugas kesehatan yang baik maka lansia juga akan lebih memanfaatkan posyandu lansia. C. Konsep Dasar Niat 1. Definisi Niat Niat merupakan untuk berperilaku, seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya dengan orang lain, ia juga ingin melakukannya (Ajzen dan Fishbein, (1980) dalam Azwar (2013). Niat ditentukan oleh sikap, norma masyarakat dan norma subyektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (out comes of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu. Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma- norma subyektif, norma social mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikitu pikiran tersebut (Afandi, dkk, 2010). Niat digunakan untuk memprediksi seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan perilaku. Niat untuk berprilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk menentukan sesuatu atau tidak melakukan suatu tindakan. Menurut Ajzen, 1988 dalam Azwar, 2013, keyakinan mengenai tersedia-tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan akan menentukan niat untuk berpeilaku. Keyakinan dapat berasal dri pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan dimasa lalu, dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung mengenai perilaku tersebut, missal melihat pengalaman tenan atau orang lain yang pernah

11 20 melakukannya, dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengurangi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang mungkin akan dilakukan. Disamping berbagai faktor penting seperti hakikat stimulus itu sendiri, latar belakang, pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagiannya, memang sikap individu memegang peranan dalam menentukan bagaimana perilaku sseorang dilingkungannya. 2. Faktor Pembentuk Niat Theory Reasoned Action (TRA) adalah realisasi dari kemauan atau niat seseorang untuk berperilaku (Fishbein dan Ajzen, 1980). Faktor-faktor yang membentuk niat seperti sikap dan norma subyektif berpengaruh pada pendapat seseorang, apakah referen akan mempengaruhi perilakunya atau tidak (Sigit, 2006). Niat adalah seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya (Notoatmodjo, 2010). Keterkaitan antara niat untuk berperilaku dengan perilaku aktual yang menyebabkan study tentang sikap dan perilaku. Theory Reasoned Action (TRA) menerapkan teori perilaku manusia secara umum. Teori ini memberikan diskripsi yang jelas dari hubungan antara kepercayaan atau opini yang diucapkan dengan kata-kata, sikap (sebuah penilaian akan suatu perilaku yang baik atau buruk dan apakah seseorang memilih atau tidak untuk menampilkan perilaku tertentu) dan niat untuk melakukan sesuatu (Afandi dkk, 2010). TRA menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menetukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku. Niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yaitu : a. Sikap b. Norma subyektif

12 21 Adapun penjelasan dari ke 2 penentu dasar tersebut adalah : a. Sikap Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normative, persepsi terhadap konsekuensi atau perilaku atau penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan point penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu (Afandi, 2010). Sikap merupakan hasil yang semestinya individu peroleh dari keyakinan suatu sikap tertentu. Ajzen (1991) dalam Albery & Munafo (2011). Di waktu yang sama, individu juga memegang keyakinan tentang nilai dari hasil itu bagi individu sendiri. sikap merupakan antaseden pertama dari niat berperilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga kepercayaan berperilaku (behavioral beliefs). Sesorang akan berperilaku bila dia menilai konsekuensi akibat melakukan perilaku tersebut berakibat positif (outcome evaluations) (Kholid, dkk, 2010). Fishbein membedakan antara sikap terhadap objek dan sikap terhadap perilaku. Sebagai contoh, sebagian besar penteori sikap mengukur sikap terhadap objek (contoh sikap terhadap kanker) untuk memprediksi perillaku diantaranya (seperti mammography atau skrining kanker payudara). Fishbein mendemonstrasikan bahwa sikap terhadap perilaku (contoh sikap terhadap mammography) adalah prediktor yang lebih baik untuk perilaku (melakukan mammography) dari pada sikap terhadap objek (kanker) dimana perilku ditujukan (Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Kholid, dkk (2010). Sikap untuk berperilaku ini meliputi :

13 22 1) Keyakinan Keyakinan berperilaku yaitu bagaimana pembentukan individu untuk meyakini tindakan dari suatu cara tertentu, yang dikenal juga sebagai penetapan tujuan dan perilaku yang akan dilakukan. (Ajzen, 1991 dalm Albery & Munafo, 2011). Misalnya bahwa mengikuti posyandu sangat penting bagi kesehatan, karena itu individu menjadi tergerak untuk mengikutinya. Keyakinan merupkan suatu hal yang diyakini oleh seseorang dan tertanam dalam pikiran yang nantinya akan menentukan tindakan yang akan dilakukan. Keyakinan datang dari penglaman, dari apa yang individu ketahui, dari membaca, mendengar, lihat dan dirasakan. Baik secara sadar maupun tidak sadar, keyakinan akan melandasi cara kita berfikir, berbicara, dan bertindak dimasa sekarang dan dimasa yang kan datang. Keyakinan merupakan satu hal awal yang paling penting bagiseseorang untuk memulai sesuatu.jika keyakinan yang ditananm dalam diri sudah positif. Akan tetapi, jika keyakinan yang ditanam negative, maka hasil yang akan dioeroleh menjadi negative. Jika kita yakin akan membuat kita positif, maka hasil yang diperoleh juga akan baik (Judirman, 2010). Misal mengikuti posyandu lansia akan membuat kita menjadi lebih sehat, maka sehat pun akan menjadi tampak dan kita akhirnya akan menjadi lebih sehat. Keyakinan akan memanfaatkan atau hasil yang di peroleh lansia, ada tahap perkembangan lansia misalnya, lansia dapat mempersiapkan diri dengan kodisi tubuhnya yang semakin tua semakin menurun, bertemu teman sebaya atau memperbaiki hubungan yang lebih baik dengan orang-orang seusianya, dengan saling bercerita dan bertukar fikiran (Maryam, 2008). 2) Evaluasi Hasil Evaluasi hasil merupakan keyakinan tentang nilai hasil bagi dirinya sendiri dari apa yang telah individu sikapi (Ajzen, 1991

14 23 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya memikirkan tentang manfaat kegiatan posyandu lansia secara teratur. Akan menjadikan lansia dapat memutuskan bahwa kegiatan posbindu secara teratur akan menjadi lebih sehat. Evaluasi akan hasil perilaku merupakan penilaian yang diberikan oleh individu terhadap tiap akibat atu hasil yang dapat diperoleh apabila menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu. Evaluasi atau penilaian ini dapat bersifat menguntungkan dapat juga merugikan, berharga atau tidak berharga, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Semakin positif evaluasi tersebut semakin positif pula sikap terhadap objek tersebut, demikian pula dengan sebaliknya (Widyarini, 2009). Sikap terhadap sesuatu perilaku terpenuhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa pada hasil yang diinginkanatau tidak diinginkan. Misal lansia berpendapat bahwa kegiatan posyandu lansia mungkin bermanfaat (Ajen, 1980 dalam Azwar, 2013). Sikap merupakan penilaian yang bersifat pribadi dan individu yang bersangkutan, menyangkut pengetahuan dan keyakinan mengenai perilaku tertentu. Sikap meliputi rasa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok, atau lingkungan yang dikenal (Taufiq, 2006). b. Norma Subyektif Norma subyektif adalah sebuah dorongan anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang kemudin diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau kawan. Norma subyektif ini juga mempengaruhi anggota keluarga dan kawan terdekat untuk berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaiannya terhadap perilaku tertentu, dan keyakinan melihat seperti apa yang disarankan (Afandi, dkk, 2010).

15 24 Menurut Ajzen, (1991) dalam Albery & Munafo, (2011), norma subyektif merupakan suatu keyakinan apa yang orang lain perbuat agar kita lakukan. Persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan perilaku apa yang dimaksud. Norma subjektif adalah fungsi kepercayaan bahwa suatu perilaku akan disetujui atau tidak disetujui oleh orang penting dalam kehidupan sesorang missal teman, dokter, saudara, dll. Persepsi bersifat individual terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Norma subjektif dibangun oleh kepercayaan normative (normative beliefs) dan motifasi untuk memenuhi (motivation to comply). Beberapa penulis membedakan kepercayaan normative antara harapan social dan tekanan social.ada pula yang membedakannya menjadi hubungan vertical dan horizontal. Hubungan vertical data dilihat pada hubungan atasan dan bawahan, guru-murid, orang tua-anak, harapan juga dapat dipersepsi sebagai tuntutan (injunctive) sehingga pembentukan norma subjektif akan di warnai oleh adanya motifasi untuk patuh terhadap tuntukan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Adapun hubungan horizontal dapat dilihat ada hubungan orang lain yang besifat selevel. Harapan terbentuk secara deskriptif sehingga konsekuensinya adalah keinginan untuk meniru atau mengikuti (identifikasi) perilaku orang lain disekitarnya (Kholid, dkk. 2010). Norma subyektif meliputi : 1) Keyakinan Normatif Keyakinan normatif yaitu bagaimana keyakinan yang individu miliki tentang orang lain yang dianggap penting dalam mengambil keputusan (Ajzen, 1991 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya ketika individu mengikuti kegiatan posyandu secara teratur, bisa jadi ia melakukan karena percaya dengan orang terdekat, petugas kesehatan, ataupun kader.

16 25 Dalam posyandu lansia misalnya, mereka dapat melihat kebiasaan teman sebaya, kader, petugas kesehatan, dan lain-lain. Awalnya mereka melihat, kemudian mereka akan mulai meniru apa yang diperbuat, mengikuti kebiasaan tersebut sperti ketika lania melakukan kegiatan posyandu lansia secara teratur, bisa jadi lansia tersebut melakukannya atas kepercayaan dan keyakinan dari saran dari orang lain atau tentang persetujuan dan ketidaksetujuan orang lain terhadap perilaku yang kan individu lakukan (Ajzen, 1980 dalam Abraham & Shanley, 1997). 2) Motivasi Pencapaian Motivasi secara umum memgacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Motivasi juga mempelajari hubungan dengn hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Di dalam konsep motivasi kita juga akan mempelajari sekelompok fenomena yang mempengaruhi sifat, kekuatan dan ketetapan dari tingkah laku manusia (Quinn, 1995 di dalam Notoatmodjo, 2010). Motivasi untuk mencapai keinginan mencerminkan keyakinan bahwa individu ingin melakukan apa yang orang lain penting bagi individu tersebut ingin individu dapat melakukannya (Ajzen, 1990 dalam Albery & Munafo, 2011). Misalnya seperti jika kita yakin bahwa kader dan petugas kesehatan ingin kita mengikuti kegiatan posyandu lansia secara teratur dan kita suka, kemudian kita melaksanakan apa yang diharapkan oleh petugas keehatan, maka potensi besar untuk membentuk niat melakukan kegiatan posyandu lansia yang teratur ini, dan arena itulah kita ingin bersikap seperti apa yang diinginkan. Motivasi sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat individu melakukukan apa yang individu lakukan, motivasi akan merujuk pada suatu pross individu yang menyebabkan bergerak untuk menuju suatu tujuan atau bergerak

17 26 menjauhi situasi yang tidak menyenangkan (Wade & Carol, 2008). Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi terjadinya sikap. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak langkah dan pendapat kita, seseorang yang kita ingin dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak memepengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu (Azwar, 2013). Harapan dari orang lain yang berepngaruh lebih kuat apabila orang lain lebih memotivasi orang yang bersangkuatan untuk memenuhi tersebut, akan lebih mempengaruhi seseorang untuk bertingkahlaku sesuai dengan harapan tersebut (Widyarini, 2009). 3. Hubungan Sikap, Norma Subyektif dengan Niat Menurut Fishbein dan Ajzen (1980) dalam Mandasari (2012), dalam TRA perilaku seseorang merupakan kemauan atau niat seseorang untuk berperilaku. Faktor-faktor pembentuk niat adalah sikap dan norma subyektif dari suatu perilaku. Model tindakan beralasan merupakan komponen sikap yang saling berhubungan. Keyakinan terjadinya sikap dan keyakinan normatif menyebabkan adanya norma subyektif. Sikap dan norma subyektif menyebabkan niat dan niat menyebabkan perilaku yang aktual. Faktor pertama yang berhubugan dengan faktor pribadi adalah sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi dari kepercayaan perasaan positif atau negatif dari seeorang yang melakukan perilaku yang sudah ditentukan. Sikap seseorang terhadap kegiatan posyandu lansia ditentukan seberapa jauh dari lansia untuk menggunakan posyandu lansia, serta setuju atau tidak setuju lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia (Dreana, 2012).

18 27 Faktor kedua dari hubungan dengan pengaruh sosial adalah norma subyektif. Norma subyektif (subjective norm) adalah persepsi individu mengenai kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sedang dipertimbangkan. Sikap dan norma subyektif akan membentuk sebuah niat, hal tersebut adalah penentu utama dari sebuah perilaku (Dreana, 2012) D. Kerangka Teori Keyakinan lansia mengikuti posyandu Sikap lansia terhadap perilaku lansia mengikuti posyandu Evaluasi lansia mengikuti posyandu Keyakinan bahwa orang lain berpendapat sebaikanya lansia mengikuti posyandu Motivasi untuk mengikuti masukan orang lain Norma subyektif lansia memilih mengikuti posyandu Niat lansia memilih mengikuti posyandu Skema 2.1 : Teori tindakan beralasan (Ajzen and Fishbein, 1980 dalam Azwar, 2013)

19 28 E. Kerangka Konsep Sikap Niat lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia Norma Subyektif Skema 2.2 Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (variabel independen) Adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh sikap, norma subjektif dengan niat lansia. 2. Variabel terikat (variabel dependen) Adalah variabel yang dipengaruhi, variabel terikat dalam penelitian ini adalah niat lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. G. Hipotesis Penelitian 1. Adakah hubungan antara sikap dengan niat mengikuti kegiatan posyandu lansia. 2. Adakah hubungan antara norma subjektif dengan niat lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,

Lebih terperinci

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA Pendahuluan Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi berusia 60 tahun atau lebih adalah yang paling cepat berkembang di dunia, disebabkan karena penurunan kesuburan dan meningkatnya usia harapan hidup.

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) A. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian pada tahun 2005, (WHO), dan 80 % kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era pasar bebas berdampak pada adanya persaingan yang sangat ketat bagi para pelaku bisnis, sehingga berdampak pada adanya tuntutan bagi setiap manajemen perusahaan

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut WHO saat ini di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat perkembangan kesehatan cukup baik, sehingga semakin tinggi pula umur harapan hidup penduduknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku yang dilakukan oleh individu, dan merupakan ubahan yang menjembatani antara sikap dan

Lebih terperinci

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR)

POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) POSBINDU PTM (PENYAKIT TIDAK MENULAR) Pengertian Regulasi Referensi Peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan factor resiko PTM yang dilakukan secara terpadu, rutin dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut

Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang. objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut 1. Pengertian Sikap Sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu (Calhoun & Acocella,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : Tanggal : PEDOMAN PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR DI PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sendangmulyo merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Tembalang, Semarang. Secara Geografis,, wilayah kelurahan Sendangmulyo sangat luas yaitu mencapai 4.61

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usia Lanjut (Usila) 2.1.1. Konsep Menua Menurut Contantinides dalam Nugroho (2000), menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan

Lebih terperinci

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di KERANGKA ACUAN POSBINDU PTM PENDAHULUAN A.Latar Belakang Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) / Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan memandirikan masyarakat untuk hidup sehat. Perilaku hidup sehat dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali. BAB 5 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah responden kelihatan sulit memahami

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Kader Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok (Widiastuti A, 2007). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa (Promkes) yaitu

Lebih terperinci

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PEDOMAN PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar

Lebih terperinci

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) OPTIMALISASI POSYANDU DAN POSBINDU DLM UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI) 1. Mengidentifikasi masalah

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia ) TIM: Dra. Idiani Darmawati, M.Sc. (NIP 196009211991032001) Marten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Adalah teori-teori terbentuknya atau terjadinya perilaku. Dengan adanya bermacam-macam teori ini akan mengarahkan intervensi kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada remaja merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensinya diatas 20%. Remaja yang kekurangan besi menimbulkan apatis, mudah tersinggung, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Posyandu a. Pengertian Posyandu Menurut Nasrul Effendi 1998 via Eny (2009), kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN Asrina Pitayanti (STIKES Bhakti HUsada Mulia) ABSTRAK Pelayanan pada lansia untuk meningkatkan derajad kesehatan

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes

BAB V PEMBAHASAN. dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristrik Responden Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 mengenai umur responden dapat diketahui bahwa yang mengikuti deteksi dini kanker leher rahim dengan tes IVA umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Diabetes Mellitus 2.1.1 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan biasanya berhubungan erat dengan pekerjaan dan pendapatan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut. PEMBAHASAN Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang telah diuji secara simultan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Definisi Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta yang dibimbing petugas terkait (Depkes, 2006.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam persaingan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan antar perusahaan membuat produsen harus berfikir lebih keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Dalam persaingan yang semakin kompetitif ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan

Lebih terperinci

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J. HUBUNGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUHPELEM KECAMATAN PUHPELEM KABUPATEN WONOGIRI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di dunia akan mengalami proses menua. Menurut Nugroho (2008) proses menua adalah proses yang terjadi di sepanjang hidup manusia, dimulai sejak dari awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

Panduan Lengkap Cara Pembuatan SOP Dalam Akreditasi Puskesmas Pengertian SOP Tujuan SOP Manfaat KOP SOP Komponen SOP

Panduan Lengkap Cara Pembuatan SOP Dalam Akreditasi Puskesmas Pengertian SOP Tujuan SOP Manfaat KOP SOP Komponen SOP Panduan Lengkap Cara Pembuatan SOP Dalam Akreditasi Puskesmas Dalam pelaksanaan implementasi akreditasi puskesmas kita tidak akan lepas dari yang nama nya SOP yang singkatan dari standar operasional prosedur.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Populasi Lanjut Usia (Lansia) pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kesejahteraan 2.1.1 Definisi Kesejahteraan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) adalah keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG Muhammad Saifuddin Gehapasa *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Tingginya jumlah penduduk lansia di kota Yogyakarta mewajibkan pemerintah kota Yogyakarta melakukan intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menyajikan dan membahas hasil dari pengumpulan data kuisioner tentang Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Minum Obat yang akan diuraikan secara

Lebih terperinci