BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usia Lanjut (Usila) Konsep Menua Menurut Contantinides dalam Nugroho (2000), menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita Batas Usila Batas umur untuk usila dari waktu ke waktu berbeda. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usila meliputi usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, usila (elderly) antara 60 sampai 74 tahun usila tua (old) antara tahun, usila sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho,1995). Departemen Kesehatan RI (2005) membuat pengelompokkan sebagai berikut : kelompok pra usila (usia virilitas/ pra senilis tahun), kelompok usila (60-69 tahun), kelompok usila risiko tinggi (usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan) Permasalahan Usila Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup sehingga berpestasi di masa tua, perlu diketahui permasalahan yang dialami usila : 1. Kondisi mental, penurunan secara kognitif maupun psikomotor.

2 2. Keterasingan (loneliness), merasa tersisih dari masyarakat. 3. Masalah penyakit, misalnya diabetes melitus, hipertensi, penyakit infeksi, bronkopneumonia, penyakit paru obstruksi menahun, fraktur, dan lain-lain. 4. Post power syndrome. 5. Masalah ekonomi (Makara,2006) Puskesmas Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya (Depkes RI, 2004). Upaya kesehatan untuk tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat dan upaya pengobatan (Dinkes Provinsi Sumut,2004). Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok yang telah ada yakni : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional. (Dinkes Provinsi Sumut,2004).

3 2.3. Posyandu Usila Pengertian Posyandu Usila Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuhkembangkan posyandu usila merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi kebutuhan setempat (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007) Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembentukan posyandu usila, misalnya mengembangkan kelompok-kelompok yang telah ada seperti kelompok arisan usila, kelompok pengajian, kelompok jemat gereja, kelompok senam usila dan lain-lain (Depkes RI,2004) Tujuan dan Sasaran Posyandu Usila Tujuan Umum Posyandu Usila Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat Sasaran Pembinaan Posyandu Usila Pembinaan kesehatan usila meliputi beberapa kelompok sasaran yaitu: 1. Sasaran langsung a. Kelompok pra usila tahun.

4 b. Kelompok usila tahun. c. Kelompok usila risiko tinggi yaitu usila lebih dari 70 tahun atau usila berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. 2. Sasaran tidak langsung a. Keluarga di mana usila berada. b. Masyarakat di lingkungan usila berada. c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan usila. d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan. e. Masyarakat luas (Depkes RI, 2005) Pengorganisasian Posyandu Usila Struktur organisasi Direkomendasikan struktur organisasi posyandu usila sedikitnya terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan beberapa seksi dan kader. Struktur organisasi di setiap posyandu usila sepenuhnya ditentukan oleh posyandu usila itu sendiri, sesuai dengan aspirasi yang berkembang di posyandu usila (Depkes RI, 2005) Kader Posyandu Usila Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu usila dari anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu usila atau bilamana sulit mencari kader dari anggota posyandu usila dapat diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader. Persyaratan untuk menjadi kader antara lain :

5 1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela. 3. Bisa membaca dan menulis huruf latin. 4. Sabar dan memahami usila. Peran kader usila antara lain : Pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. 1. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas untuk menelaah pendataan sasaran, pemetaan, mengenal masalah dan potensi. 2. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat untuk membahas hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas dan jadwal kegiatan. 3. Menggerakkan masyarakat yaitu dengan cara mengajak usila untuk hadir dan berpartisipasi di posyandu usila, memberikan penyebarluasan/penyuluhan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk pendanan yang bersumber dari masyarakat. 4. Melaksanakan kegiatan di posyandu usila yaitu menyiapkan tempat, alat-alat dan bahan serta memberikan pelayanan usila. 5. Melakukan pencatatan (Depkes RI,2005) Anggota Posyandu Usila Berdasarkan pengalaman posyandu usila di berbagai daerah, jumlah anggota posyandu usila berkisar antara orang. Perlu dipertimbangkan jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila

6 terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota suatu posyandu usila kurang dari 50 orang atau lebih dari 100 orang (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007) Pembentukan posyandu usila Pembentukan posyandu usila di tiap daerah bervariasi, namun pada prinsipnya didasarkan atas kebutuhan masyarakat khususnya usila, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan (Depkes RI, 2003) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Posyandu Usila Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan usila secara umum mencakup kegiatan pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk rujukannya Kegiatan Promotif Dalam kegiatan ini berperan upaya penyuluhan mengenai perilaku hidup sehat, pengetahuan tentang proses degeneratif yang akan terjadi pada usila, upaya meningkatkan kesegaran jasmani serta upaya lain serta produktivitas usila Kegiatan Preventif Kegiatan yang dilakukan berupa deteksi dini kesehatan usila yang bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya komplikasi yang diakibatkan oleh proses degeneratif Kegiatan Kuratif

7 Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta Kegiatan Rehabilitatif Upaya yang dilakukan bersifat medik, psikososial, edukatif dan pengembangan keterampilan atau hobi untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usila Kegiatan Rujukan Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang mempunyai sarana yang lebih lengkap (Depkes RI, 2003) Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Lainnya yang Dapat Dilaksanakan dalam Posyandu Usila : 1. Pemeriksaan kesehatan menggunakan KMS (kartu menuju sehat) usila yaitu : a. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari yang meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan (makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik/turun, tempat tidur, buang air besar/kecil dan lain-lain). b. Pemeriksaan status mental, yang berhubungan dengan mental emosional, dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu kader.

8 c. Pemeriksaan status gizi, melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, yang dicatat dicocokan pada grafik IMT (Indeks Massa Tubuh) pada KMS usila untuk dapat mengetahui berat badan usila lebih atau kurang atau normal. d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stestokop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit yang dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu kader. e. Pemeriksaan darah (butir darah merah = hb = haemoglobin) menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat yang dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh kader. f. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan dibantu oleh kader. 2. Penyuluhan kesehatan, disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan serta kondisi masing-masing. 3. Konseling, apabila diperlukan dilakukan petugas kesehatan. 4. Rujukan, dilakukan oleh kader kepada petugas kesehatan di puskesmas atau ke rumah sakit setempat. 5. Kunjungan rumah, dilakukan oleh kader (atau disertai petugas kesehatan), kepada usila yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu usila untuk memantau keadaan kesehatannya.

9 6. Kegiatan lain-lain, seperti : a. Kegiatan olahraga dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya, berupa : senam usila, gerak jalan santai, dll. b. Pemberian makanan tambahan memberikan contoh menu makanan bagi usila yang memperhatikan aspek kesehatan dan gizi dengan menggunakan bahan setempat. c. Rekreasi d. Kerohanian e. Arisan f. Forum diskusi g. Penyaluran dan pengembangan hobi h. Kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatan pendapatan/ekonomi bagi usila. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Depkes RI, 2003) Penyelenggaraan Posyandu Usila Waktu Penyelengaraan Penyelenggaraan posyandu usila pada hakikatnya dilaksanakan dalam 1 (satu) bulan kegiatan, baik pada hari buka posyandu maupun di luar hari buka posyandu sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007).

10 Tempat Penyelengaraan Tempat penyelengaran kegiatan posyandu usila sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelengaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat yang dapat disebut dengan nama Wisma Posyandu atau sebutan lainnya (Depkes Provinsi Sumatera Utara,2007) Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Usila Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usila, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut : 1. Tahap pertama : pendaftaran anggota posyandu usila sebelum pelaksanaan pelayanan. 2. Tahap kedua : pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3. Tahap ketiga : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental. 4. Tahap keempat : pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) 5. Tahap kelima : pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003).

11 Sarana dan Prasarana Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan posyandu usila, dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain : 1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka) 2. Meja dan kursi 3. Alat tulis 4. Buku pencatat kegiatan (buku register bantu) 5. Kit usila, yang berisi : timbangan dewasa, meteran pengukur tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer. 6. KMS (kartu menuju sehat) usila. 7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) usila (Depkes RI, 2003) Tingkat Perkembangan Posyandu Usila Tingkat perkembangan kegiatan posyandu usila dapat digolongkan menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Posyandu usila pratama adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah. 2. Posyandu usila madya adalah posyandu yang telah berkembang dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8 kali setahun) jumlah kader aktif lebih dari 3 dengan cakupan program < 50% serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

12 3. Posyandu usila purnama adalah posyandu yang sudah mantap melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun, dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan yang lebih tinggi (>60 %). 4. Posyandu usila mandiri adalah Posyandu purnama dengan kegiatan tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan dana sendiri (Depkes RI,2003). 2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Menurut Department of health education and welfare, dalam Azhari (2002) fakor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : 1. Faktor sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu tipe organisasi, kelengkapan program kesehatan, tersedianya tenaga kesehatan dengan masyarakat dan adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya. 2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio demografi (meliputi umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga dan lain sebagainya), faktor sosio psikologis (meliputi : sikap/persepsi tehadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya), faktor status ekonomi (meliputi : pendidikan, pekerjaan dan pendapatan/penghasilan), dapat digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat pelayanan kesehatan, variabel

13 yang mencakup kebutuhan (mobilitas, gejala penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya). Menurut Green dalam Notoatmojo (2003), perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni : faktor predisposing (meliputi : pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan sebagainya); faktor enabling (mencakup ketersediaan sarana dan prasarana); faktor reinforcing (meliputi : sikap dan perilaku tokoh masyarakat dan petugas kesehatan). Anderson dalam Notoatmojo (2003), mengungkapkan bahwa faktor predisposing dan faktor enabling dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis). 2.5.Persepsi Definisi persepsi Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana individuindividu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan, apa yang dipersepsikan orang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Persepsi menjadi penting dikarenakan perilaku orang-orang di dalam organisasi didasarkan kepada persepsi mereka mengenai apa yang realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri (Sunarto,2004).

14 Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penaksiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2008 ) Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi Seseorang Salah satu alasan mengapa persepsi demikian penting dalam hal menafsirkan dunia sekeliling kita adalah bahwa kita masing-masing membentuk persepsi, tetapi menghasilkan secara berbeda-beda apa yang dimaksud dengan sebuah situasi ideal. (Winardi, 2003). Thoha (2008), mengatakan pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor external, seperti lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan fisik dan hayati seseorang itu bertempat tinggal. Proses pembentukkan persepsi antar individu dengan individu lain berbedabeda. Menurut Robbins (1991), faktor-faktor ini dapat terletak pada pelaku persepsi, objek/target persepsi dan dalam konteks situasi di mana persepsi itu dibuat. 1. Pelaku persepsi Jika sesorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya, interpretasi tersebut sangat

15 tergantung oleh karakterisitik pribadinya, diantaranya adalah sikap, motif, minat, pengalaman dan harapannya. 2. Target persepsi Persepsi seseorang akan tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran tersebut biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihat. 3. Situasi persepsi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu perlu pula memperoleh perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang Kerangka Konsep Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan pengaruh persepsi tentang posyandu usila (variabel bebas) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila (variabel terikat). Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel bebas Variabel terikat Persepsi tentang Posyandu Usila Kegiatan posyandu usila Penampilan kerja (performance) kader posyandu usila Fasilitas posyandu usila Lokasi posyandu usila Dukungan Lurah Tingkat Pemanfaatan Posyandu Usila Gambar 2.1. Kerangka konsep

16 Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, dapat dijelaskan definisi dari konsep yaitu : 1) Persepsi sebagai variabel bebas (independent) adalah pandangan atau penilaian usila tentang posyandu usila yang meliputi kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah. 2) Tingkat pemanfaatan posyandu usila sebagai variabel terikat (dependent) adalah jumlah kunjungan usila ke posyandu usila dalam satu tahun terakhir Hipotesis Penelitian Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu ada pengaruh persepsi tentang posyandu usila (meliputi: kegiatan posyandu, penampilan kerja (performance) kader posyandu, fasilitas posyandu, lokasi posyandu dan dukungan lurah) terhadap tingkat pemanfaatan posyandu usila di Puskesmas Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2010.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. PROGRAM KESEHATAN USIA LANJUT DI PUSKESMAS PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil meningkatnya umur harapan hidup dengan meningkatnya populasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA Pendahuluan Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep persepsi 1.1 Definisi persepsi Persepsi adalah sebuah proses menerima dan menganalisis informasi atau penafsiran atas adanya sensasi yang masuk ke pancaindra dalam mengenal

Lebih terperinci

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia Pelayanan kesehatan di kelompok Usia Lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usia Lanjut 1. Pengertian usia lanjut Usia lanjut merupakan masa atau tahap hidup manusia : bayi, kanakkanak, dewasa, tua, usia lanjut ( Nugroho W, 1992 ). Manusia dalam proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan telah meningkatkan usia harapan hidup penduduk Indonesia, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia (Lansia). Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Menurut WHO, Keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin Program Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Dr.Juliandi Harahap, MA Dr. Rina Amelia, MARS Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH) / Angka Harapan Hidup (AHH). Namun peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Sejarah Puskesmas Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 11 Iin Cintami Pangabean Risa Safitri Titik Puspitasari DOSEN PEMBIMBING: ROSETY FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Pelatihan Kader Kesehatan Desa dan Pembentukan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia ) TIM: Dra. Idiani Darmawati, M.Sc. (NIP 196009211991032001) Marten

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik. Pembangunan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan BAB III KERANGKA PENELITIAN 1.1 Kerangka Penelitian Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan posyandu lansia. Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Menurut ilmu gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA)

POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) POSYANDU LANJUT USIA (LANSIA) Disusun untuk memenuhi tugas Komunitas Dosen pengampu : M. Hasib Ardani, S.Kp., M.Kes. Disusun Oleh : Kelompok III Ana Rusfita 010501004 Arif Budi Wibowo 010501011 Badrul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Laporan World Health Organitation (WHO) tahun 2010 menyatakan

Lebih terperinci

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012 I. PENDAHULUAN A. PENGERTIAN 1. Posyandu adlh salah satu bentuk UKBM yg dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 3,13 Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat perkembangan kesehatan cukup baik, sehingga semakin tinggi pula umur harapan hidup penduduknya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Kader Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok (Widiastuti A, 2007). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa (Promkes) yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Untuk menganalisis pengaruh ketersediaan sarana posyandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan gizi merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan pesatnya perkembangan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sering tidak menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, barulah orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care = ANC) 2.1.1 Pengertian Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia sebuah Negara, karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus sebagai investasi, Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah populasi berusia 60 tahun atau lebih adalah yang paling cepat berkembang di dunia, disebabkan karena penurunan kesuburan dan meningkatnya usia harapan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh lingkungan sehat,

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia). World BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan. Meningkatnya usia harapan hidup, disebabkan oleh peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT. Asfriyati, SKM, MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT. Asfriyati, SKM, MKes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT Asfriyati, SKM, MKes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT I. PENDAHULUAN Pembinaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Balita Menurut Marimbi (2010) balita adalah anak di bawah usia 5 tahun. Masa ini merupakan periode kehidupan yang ditandai dengan perkembangan motorik, kognitif dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut WHO saat ini di

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia (Lansia) 1. Pengertian lansia Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan secara perlahan lahan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penentu keberhasilan tingginya tingkat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan peringkat Human Development Index

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta )

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta ) LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA ( Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta ) Nomor 52 Tahun 1999 Seri D PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (PERDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 POSYANDU Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986 PENGERTIAN salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan. menyediakan pengalaman jasa yang memuaskan selama periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian Peran (role) diartikan sebagai aspek yang dinamis dari suatu kedudukan. Dimana apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali.

BAB 5 : PEMBAHASAN. yang peneliti tanyakan sehingga pertanyaan tersebut dibacakan berulang kali. BAB 5 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah responden kelihatan sulit memahami

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekurangan gizi umumnya terjadi pada Balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok

Lebih terperinci

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya? Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena dengan tubuh yang sehat atau fungsi tubuh manusia berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Lansia 2.1.1.1 Pengertian Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Menurut Stanley & Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu

Lebih terperinci

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaaan gizi yang baik merupakan prasyarat terciptanya sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. POSYANDU Pengertian Suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1663, 2015 KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Lanjut Usia. Penyelenggaraaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan praktik (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan masyarakat Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013 prevalensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Permenkes Republik Indonesia No.56 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan salah satu masa penting dalam kehidupannya dan sampai pada kelahiran bayi dalam kandungnya. Pada proses kehamilan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan RI no 36 pasal 46 tahun 2009, tentang upaya kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam usaha mewujudkan suatu tingkat kehidupan masyarakat secara optimal. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci