IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RENCANA PEMBANGUNAN SENTRA INDUSTRI KOTA TANGERANG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RENCANA PEMBANGUNAN SENTRA INDUSTRI KOTA TANGERANG SELATAN"

Transkripsi

1 JIPI Vol. 2 No. 1, Maret e-issn : x IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RENCANA PEMBANGUNAN SENTRA INDUSTRI KOTA TANGERANG SELATAN Fitria Candra (fitriacandra@gmail.com) Universitas Pancasila Jakarta ABSTRACT The purpose of this research is to identify the need of development plan of Small and Medium Industry in South Tangerang City by constructing Small and Medium Industry Center by using data of small and medium industry of South Tangerang City that exist in Industry and Trade Office of South Tangerang City. Development of Industrial Centers in a region must meet the criteria that is 1. Local government to provide at least 5,000 m2 of land in the appropriate location RTRW and deserve topography for physical development equipped with document of legality of land ownership by local government and also have supporting infrastructure to central location (road and electricity ). 2. Having the IKM Sentral Development Pattern (Masterplan, Institutional Pattern and Business Plan), 3. Having the DED document for the construction of Sentra IKM and Wastewater Treatment Installation (IPAL), 4. Preparing the AMDAL / UKL / UPL, 5. The SMI product has prospects to be developed in terms of market potential, availability of raw materials and availability of human resources. 6. A statement of willingness from at least 20 SMEs to be relocated or newly established SMEs to new IKM centers. 7. Statement Letter of Regional Government is willing to establish a management institution authorized by the Related Institution / Notary 8. Statement Letter of Regional Government willing to provide operational cost for institutional and sustainability of the center. The results of this study are the type of Small and Medium Industries that can be developed into Industrial Sentra Tangerang City South is the Food and Beverage Industry Center in each District in the City of South Tangerang, Sentra Chemical Industry and goods from chemicals in Setu Subdistrict, Sentra Industri Pakaian Jadi in Kecamatan Pondok Aren.. Keywords : Small and Medium Industry, Small and Medium Industry Center ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan rencana pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Kota Tangerang Selatan dengan membangun Sentra Industri Kecil dan Menengah dengan menggunakan data industri kecil dan menengah Kota Tangerang Selatan yang ada di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan. Pembangunan Sentra Industri di suatu daerah harus memenuhi kriteria yaitu 1. Pemda menyediakan lahan minimal m2 berada di lokasi yang sesuai RTRW dan layak secara topografi untuk pembangunan fisik dilengkapi dengan dokumen legalitas kepemilikan lahan oleh Pemda serta mempunyai infrastruktur penunjang menuju lokasi sentra (jalan dan listrik). 2. Memiliki Pola Pengembangan Sentra IKM (Masterplan, Pola Kelembagaan dan Bisnis plan), 3. Memiliki dokumen DED pembangunan Sentra IKM dan Instalasi Pengolah air limbah (IPAL), 4. Menyusun AMDAL/UKL/UPL, 5. Produk IKMnya mempunyai prospek untuk dikembangkan dilihat dari potensi pasar, ketersediaan bahan baku dan ketersediaan sumber daya manusia. 6. Surat pernyataan kesediaan dari minimal 20 IKM untuk direlokasi atau IKM yang baru berdiri ke sentra IKM yang baru. 7. Surat pernyataan Pemda bersedia membentuk kelembagaan pengelola yang disahkan oleh Instansi Terkait/Notaris 8. Surat pernyataan Pemda bersedia menyediakan biaya operasional bagi kelembagaan dan keberlanjutan sentra. Hasil penelitian ini adalah jenis Industri Kecil dan Menengah yang dapat dikembangkan menjadi Sentra Industri Kota Tangerang Selatan adalah Sentra Industri Makanan dan Minuman di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Sentra Industri Kimia dan barang-barang dari bahan kimia di Kecamatan Setu, Sentra Industri Pakaian Jadi di Kecamatan Pondok Aren. Kata kunci: Industri Kecil dan Menengah, Sentra Industri Kecil dan Menengah.

2 1. Pendahuluan Dalam pembangunan ekonomi di Kota Tangerang Selatan, sektor industri dan perdagangan mempunyai peranan yang sangat signifikan, dimana peningkatan produk domestic sangat dipengaruhi oleh pengembangan industri yang ada. Dengan berkembangnya industri, dapat mengurangi pengangguran, meningkatkan devisa dan meningkatkan pendapatan asli daerah bagi Kota Tangerang Selatan. Dewasa ini Industri Kecil dan Menengah, maupun Industri Besar semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Sementara dengan terjadinya perubahan sistem dalam pemerintahan, setiap industri baik dari proses produksi, pemasaran, manajemen maupun pengendalian terhadap dampak lingkungan tidak dapat berlangsung secara kontinyu. Hal ini sangat menghambat dalam perkembangan industri dan juga dalam memberikan peluang pasar atau kerjasama antar lintas sektor maupun antar Industri Kecil dan Menengah (IKM) dengan Industri Besar. Untuk itu maka perlu adanya program pengembangan Industri perkotaan di Kota Tangerang Selatan dalam rangka mendorong perkembangan ekonomi daerah dengan memanfaatkan potensi yang ada serta untuk menciptakan lapangan kerja. Industri Kecil dan Menengah (IKM) termasuk salah satu kegiatan penggerak perekenomian masyarakat Kota Tangerang Selatan, keberadaannya masih menyebar di berbagai kecamatan. Potensi dan peluang pengembangan IKM di Kota Tangerang Selatan cukup baik sehingga pembinaanya perlu mendapat prioritas. Dengan banyak dan tersebarnya IKM di Kota Tangerang Selatan menyebabkan potensi IKM cukup bagus untuk dikembangkan, akan tetapi yang saat ini terjadi adalah perkembangan IKM di Kota Tangerang Selatan masih belum dapat terdata secara utuh dalam penyajianya sehingga IKM Kota Tangerang Selatan keberadaanya tertinggal dibandingkan dengan IKM yang berasal dari provinsi lain di Indonesia. Identifikasi kebutuhan rencana pembangunan sentra industri di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai langkah awal dari pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kota Tangerang Selatan dengan menentukan kebutuhan sentra industri perkotaan Kota Tangerang Selatan. Tulisan ini diharapkan dapat melihat potensi kebutuhan sentra industri perkotaan di Kota Tangerang Selatan dengan membahas Industri Kecil Menengah dan Sentra Industri Kecil dan Menengah di Kota Tangerang Selatan. 2. Kajian Pustaka Menurut Undang-undang nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri. Industri Kecil Menengah (IKM) adalah industri yang memiliki skala industri kecil dan menengah. Menurut Peraturan Kementerian Perindustrian No. 6 tahun 2016, industri kecil adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang, memiliki nilai investasi kurang dari 1 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan, yang dimaksud dengan industri menengah adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang dan nilai investasi minimal 1 milyar rupiah atau memiliki karyawan minimal 20 orang dan nilai investasi maksimal 15 milyar rupiah. Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, - 2 -

3 berpendapat bahwa IKM yang mendominasi populasi industri di dalam negeri berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Ini dikarenakan pertumbuhan IKM yang relatif stabil. Tidak hanya itu, kemampuan IKM untuk menyerap tenaga kerja sangat tinggi, mencapai 97,22% pada awal tahun Dari data Kemenperin pada tahun 2016, IKM tumbuh mencapai unit atau meningkat 4,5 persen dibandingkan tahun Sedangkan pada 2017, jumlah IKM ditargetkan mencapai unit dengan menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Pada tahun 2017, pemerintah meluncurkan program E-Smart IKM untuk memperluas pasar IKM melalui promosi online. E-Smart IKM merupakan sistem database IKM yang menyajikan informasi mengenai profil industri, sentra serta produk yang diintegrasikan dengan berbagai marketplace yang ada. Sembilan komoditas unggulan yang sedang dikembangkan pemasarannya melalui program ini yaitu kosmetik, fashion, makanan, minuman, kerajinan, perhiasan, furnitur, herbal, dan produk logam. Pemerintah bekerjasama dengan bukalapak.com untuk melaksanakan program e-smart IKM ini. Alamat situs e-smart IKM dalam website bukalapak yakni Kementerian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Menurut Howkins (2012), Ekonomi Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video. Muncul pula definisi yang berbeda-beda mengenai sektor ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins masih belum diakui secara internasional. Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang utama. Konsep ini biasanya akan didukung dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya. Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi sampai pada taraf ekonomi kreatif setelah beberapa waktu sebelumnya, dunia dihadapi dengan konsep ekonomi informasi yang mana informasi menjadi hal yang utama dalam pengembangan ekonomi. Dalam cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia , ekonomi kreatif didefinisikan sebagai "Era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Sentra merupakan unit kecil kawasan yang memilik ciri tertentu dimana didalamnya terdapat kegiatan proses produksi dan merupakan area yang lebih khusus untuk suatu komoditi kegiatan ekonomi yang telah terbentuk secara alami yang ditunjang oleh sarana untuk berkembangnya produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Diarea sentra tersebut terdapat kesatuan fungsional secara fisik : lahan, geografis, infrastruktur, kelembagaan dan sumber daya manusia, yang berpotensi - 3 -

4 untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi (Setiawan, 2004). Berdasarkan SK Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra. Sentra didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat usaha yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian pasal 14 ayat (3) huruf d, pengembangan perwilayahan industri dilakukan antara lain melalui pengembangan sentra industri kecil dan menengah (IKM). Salah satu pengembangan sentra IKM dilakukan melalui pembangunan Sentra IKM. 3. Metode Penelitian Metode studi yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis kebutuhan pembangunan sentra industri sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 09/M-IND/PER/2/2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pembangunan Sarana Industri Tahun Anggaran Metode penelitian yang disusun konsultan secara garis besar dibagi menjadi ke dalam 3 (tiga) tahap pekerjaan, yaitu: 1. Tahap pengumpulan data. 2. Tahap analisis data. 3. Tahap akhir. Bagan alir dan tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1. Bagan alir penelitian - 4 -

5 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan Wilayah Kota Tangerang Selatan mempunyai batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat (Kab. Bogor) dan Kota Depok. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan memiliki Luas wilayah 147,19 KM2 dan terbagi dalam 7 kecamatan dengan pembagian luas wilayah masing-masing Kecamatan sesuai tabel berikut: Tabel 1. Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan No. Nama Kecamatan Luas Wilayah (KM2) 1. Setu 14,80 2. Serpong 24,04 3. Pamulang 26,82 4. Ciputat 18,38 5. Ciputat Timur 15,43 6. Pondok Aren 29,88 7. Serpong Utara 17,84 Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2016 Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun wilayah perencanaan RTRW Kota Tangerang Selatan meliputi 7 (tujuh) kecamatan, 54 (lima puluh empat) Kelurahan/Desa meliputi: 1. Kecamatan Serpong meliputi: a. Kelurahan Lengkong Wetan; b. Kelurahan Lengkong Gudang; c. Kelurahan Lengkong Gudang Timur; d. Kelurahan Cilenggang; e. Kelurahan Rawa Buntu; f. Kelurahan Rawa Mekar Jaya; g. Kelurahan Serpong; h. Kelurahan Ciater; dan i. Kelurahan Buaran. 2. Kecamatan Serpong Utara meliputi : a. Kelurahan Pakualam; b. Kelurahan Pakujaya; c. Kelurahan Pakulonan; d. Kelurahan Pondok Jagung Timur; e. Kelurahan Pondok Jagung; f. Kelurahan Jelupang; dan - 5 -

6 g. Kelurahan Lengkong Karya. 3. Kecamatan Pondok Aren meliputi : a. Kelurahan Pondok Kacang; b. Kelurahan Pondok Kacang Timur; c. Kelurahan Parigi Baru; d. Kelurahan Parigi Lama; e. Kelurahan Pondok Pucung; f. Kelurahan Pondok Jaya; g. Kelurahan Jurang Mangu Timur; h. Kelurahan Jurang Mangu Barat; i. Kelurahan Pondok Karya; j. Kelurahan Pondok Betung; dan k. Kelurahan Pondok Aren. 4. Kecamatan Ciputat meliputi: a. Kelurahan Jombang; b. Kelurahan Serua; c. Kelurahan Serua Indah; d. Kelurahan Sawah Lama; e. Kelurahan Sawah Baru; f. Kelurahan Ciputat; dan g. Kelurahan Cipayung. 5. Kecamatan Ciputat Timur meliputi : a. Kelurahan Pondok Ranji; b. Kelurahan Rengas; c. Kelurahan Rempoa; d. Kelurahan Cempaka Putih; e. Kelurahan Cireundeu; dan f. Kelurahan Pisangan. 6. Kecamatan Pamulang meliputi : a. Kelurahan Benda Baru; b. Kelurahan Bambu Apus; c. Kelurahan Pondok Benda; d. Kelurahan Pamulang Barat; e. Kelurahan Pamulang Timur; f. Kelurahan Kedaung; g. Kelurahan Pondok Cabe Udik; dan h. Kelurahan Pondok Cabe Ilir. 7. Kecamatan Setu meliputi : a. Kelurahan Muncul; b. Desa Kranggan; c. Desa Kademangan; d. Desa Setu; e. Desa Bhakti Jaya; dan f. Desa Babakan

7 Lebih rinci wilayah pembagian wilayah masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga, dan Rukun Tetangga menurut Kecamatandi Kota Tangerang Selatan No. Kecamatan Kelurahan Rukun Tetangga (RT) Rukun Warga (RW) 1. Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2016 Kondisi Ekonomi Kota Tangerang Selatan Perubahan struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2012 s.d 2016, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional. Sektor ekonomi utama yang meunjang perekonomian Kota Tangerang Selatan adalah sektor perdagangan dan jasa, sedangkan sektor industri pengolahan di wilayah ini tidak terlalu mendominasi. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan sekitar 70,42% (631 perusahaan) dari seluruh perusahaan industri pengolahan yang ada di Tangerang Selatan adalah perusahaan makanan dan minuman dan 8,26% industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia kemudian 6,70% industri pakaian jadi/konveksi. Industri dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan Sampai dengan tahun 2017 data jumlah perusahaan industri kecil dan menengah Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Jumlah Perusahaan Industri dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan No. Kecamatan Jumlah Perusahaan Industri Jumlah Usaha Perdagangan Total 1 Setu Serpong Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan,

8 Jumlah perusahaan menurut kecamatan sampai dengan tahun 2017 di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada grafik berikut: Pondok Aren 20% INDUSTRI DAN PERDAGANGAN KOTA TANGERANG SELATAN Serpong Utara 11% Setu 25% Ciputat Timur 5% Ciputat 12% Pamulang 16% Serpong 11% Gambar 2. Grafik jumlah perusahaan menurut kecamatan di Kota Tangerang Selatan Dilihat dari sebaran perusahaan industri dan perdagangan di Kota Tangerang Selatan tahun 2017, Kecamatan Setu paling banyak memiliki perusahaan industri dan perdagangan yaitu sebanyak 228 perusahaan, diikuti oleh Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Ciputat masing-masing berjumlah 186 perusahaan, 159 perusahaan dan 126 perusahaan industri kecil dan menengah. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit dan merupakan lebih dari 90 persen dari unit usaha industri nasional. Peran tersebut juga tercermin dari penyerapan tenaga kerja IKM yang menyerap lebih dari 9,7 juta orang pada tahun 2013 dan merupakan 65,4 persen dari total penyerapan tenaga kerja sektor industri non migas. Disamping itu IKM juga memiliki ragam produk yang sangat banyak, mampu mengisi wilayah pasar yang luas, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat luas serta memiliki ketahanan terhadap berbagai krisis yang terjadi. Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha IKM rata-rata sebesar 1 persen per tahun atau sekitar 30 ribu unit usaha IKM per tahun dan peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 3 persen per tahun. Untuk mendukung pengembangan IKM ditetapkan sasaran penguatan kelembagaan yang disertai dengan pemberian fasilitas sebagai berikut: Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM a. Penguatan Kelembagaan Penguatan Sentra IKM (sentra) Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Penyediaan Tenaga Penyuluh Lapangan (orang) Penyediaan Konsultan Industri kecil dan Industri menengah (orang) - 8 -

9 b. Pemberian Fasilitas Peningkatan kompetensi SDM (Orang) Pemberian bantuan dan bimbingan teknis (unit IKM) Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahan penolong (unit IKM) Pemberian bantuan mesin atau peralatan (unit IKM) Pengembangan produk (unit IKM) Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup (unit IKM) Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran (unit IKM) Fasilitasi akses pembiayaan (unit IKM) Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi mencemari lingkungan (Kawasan) Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan besar (unit IKM) Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit IKM) Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM (unit IKM) Sentra Industri Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun pasal pasal 14 ayat 3 poin f bahwa Pengembangan Sentra Industri termasuk pada Strategi penetapan kawasan strategis kota berdasarkan aspek pertumbuhan ekonomi yang merupakan bagian dari Kebijakan penataan ruang yang meliputi kebijakan penetapan kawasan strategis kota. Ruang lingkup Pembangunan Sentra IKM meliputi : 1. Pembangunan fisik sarana produksi, sarana pembinaan dan sarana penunjang lainnya yang diperlukan dalam sentra. 2. Penyediaan mesin/peralatan guna melengkapi sarana produksi dan sarana pembinaan IKM. Pembangunan Sentra dilaksanakan pada Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : 1. Pemda menyediakan lahan minimal m2 berada di lokasi yang sesuai RTRW dan layak secara topografi untuk pembangunan fisik dilengkapi dengan dokumen legalitas kepemilikan lahan oleh Pemda serta mempunyai infrastruktur penunjang menuju lokasi sentra (jalan dan listrik). 2. Memiliki Pola Pengembangan Sentra IKM (Masterplan, Pola Kelembagaan dan Bisnis plan), 3. Memiliki dokumen DED pembangunan Sentra IKM dan Instalasi Pengolah air limbah (IPAL), 4. Menyusun AMDAL/UKL/UPL, 5. Produk IKM-nya mempunyai prospek untuk dikembangkan dilihat dari potensi pasar, ketersediaan bahan baku dan ketersediaan sumber daya manusia. 6. Surat pernyataan kesediaan dari minimal 20 IKM untuk direlokasi atau IKM yang baru berdiri ke sentra IKM yang baru. 7. Surat pernyataan Pemda bersedia membentuk kelembagaan pengelola yang disahkan oleh Instansi Terkait/Notaris - 9 -

10 8. Surat pernyataan Pemda bersedia menyediakan biaya operasional bagi kelembagaan dan keberlanjutan sentra. Kebutuhan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah teridentifikasi kebutuhan rencana pembangunan Sentra Industri di Kota Tangerang Selatan. Sesuai dengan data jumlah Industri Kecil dan Menengah yang ada di Kota Tangerang Selatan untuk pengelompokan jenis industri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Daftar IKM Kota Tangerang Selatan Sub Sektor Industri Setu Serpong Pamulang Ciputat Barang galian bukan logam Barang-barang dari logam, dan peralatannya Furniture, dan industri pengolahan lainnya Karet, dan barang-barang dari plastik Kayu, barang dari kayu, dan anyaman Kertas, dan barang dari kertas Kimia, dan barang-barang dari bahan kimia Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara Kulit, dan barang dari kulit Logam dasar Makanan, dan minuman Mesin listrik lainnya, dan perlengkapannya Mesin, dan perlengkapannya Pakaian jadi Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam Radio, televisi, dan peralatan komunikasi JUMLAH INDUSTRI Sumber: Hasil Pengolahan data, 2017 Lebih rinci besaran masing-masing sektor industri yang ada di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada grafik berikut:

11 Jenis Industri Kota Tangerang Selatan Barang galian bukan logam 4% 0% 0% 2% 1% 0% 7% 1% 3% 0% 2% 8% 1% 1% Barang-barang dari logam, dan peralatannya Furniture, dan industri pengolahan lainnya Karet, dan barang-barang dari plastik Kayu, barang dari kayu, dan anyaman Kertas, dan barang dari kertas Kimia, dan barang-barang dari bahan kimia Kulit, dan barang dari kulit Logam dasar 70% Makanan, dan minuman Mesin listrik lainnya, dan perlengkapannya Mesin, dan perlengkapannya Pakaian jadi Gambar 3. Jenis Industri Kota Tangerang Selatan Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam Radio, televisi, dan peralatan komunikasi Ketentuan Pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan Pembangunan Sentra dilaksanakan pada Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : 1. Kebutuhan Lahan Pemerintah daerah harus menyediakan lahan minimal m2 berada di lokasi yang sesuai zonasi Rencana Tata Ruang Wilayah dan layak secara topografi untuk pembangunan fisik dilengkapi dengan dokumen legalitas kepemilikan lahan oleh Pemerintah daerah serta mempunyai infrastruktur penunjang menuju lokasi sentra yaitu jalan yang memdasi dan listrik. Untuk memenuhi kebutuhan lahan sesuai dengan ketentuan diatas, pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan harus menyesuaikan dengan lokasi rencana pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah yang akan dibangun. Dari data Industri Kecil dan Menangah yang ada di masing-masing Kecamatan di Kota Tangerang Selatan berikut, dapat di perkirakan pemilihan lokasi dan lahan untuk pembangunan Sentra Industri Kecil dan Menengah. 2. Masterplan, Pola Kelembagaan dan Bisnis plan Untuk menentukan jenis Industri Kecil dan Menengah yang akan di kembangkan menjadi Sentra Industri, maka Dinas terkait harus memiliki Pola

12 Pengembangan Sentra IKM. Masterplan merupakan kerangka dari semua rencana pembangunan gedung dan infrastruktur di suatu kawasan atau wilayah. Masterplan secara harfiah diterjemahkan sebagai Rencana Induk dan berisi tentang semua perencananan pembangunan yang menyeluruh (comprehensif) dan terpadu (integratif). Masterplan menyangkut semua rencana pembangunan di suatu wilayah baik itu di pedesaan maupun di perkotaan seperti rencana pemukimam, rencana pembangunan jalan raya, jembatan, rel kerata api, gedung dan fasilitas umum seperti sekolah, supermarket, tempat ibadah dan lain sebagainya. Dalam rencana pembangunan Sentra Industri Kecil dan Menangah yang akan dikembangkan Dinas terkait harus menyampaikan usulan rencana susunan Pola Kelembagaan yang jelas dan rinci termasuk tugas pokok dan fungsi dari masing-masing lembaga daerah yang akan mengelola dan bertanggungjawab dengan pembangunan dan pengelolaan Sentra Industri. Dalam hal rencana pengembangan IKM dan pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan, Pemerintah Daerah atau Dinas terkait Kota Tangerang Selatan harus membuat Bisnis Plan terkait dengan rencana pembangunan Sentra Industri. 3. DED dan IPAL Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung maka rencana Pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan harus Memiliki dokumen Detail Engineering Desain pembangunan Sentra IKM dan Instalasi Pengolah air limbah (IPAL). 4. Dokumen Lingkungan Setiap kegiatan yang diperkirakan akan memiliki dampak terhadap lingkungan sekitar, maka harus memiliki Dokumen Lingkungan yaitu berupa AMDAL/UKL/UPL. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 5. Potensi Produk Untuk menentukan produk IKM yang akan dikembangkan menjadi Sentra Industri, Dinas terkait harus melakukan perencanaan strategis terkait dengan Produk IKM-nya mempunyai prospek untuk dikembangkan dilihat dari potensi pasar, ketersediaan bahan baku dan ketersediaan sumber daya manusia. Berbagai alat analisis strategis pengembangan produk dapat diterapkan untuk menentukan produk IKM yang akan dikembangkan menjadi Sentra Industri diantaranya adalah Analisis 5P, Analisis SWOT, Analisis Kelayakan Investasi

13 6. Kesedian Relokasi IKM Berdasarkan SK Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/ IV/2002, tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra. Sentra didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat usaha yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sehubungan dengan rencana Pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan salah satu ketentuannya adalah adanya Surat pernyataan kesediaan dari minimal 20 IKM untuk direlokasi atau IKM yang baru berdiri ke sentra IKM yang baru. Dari hasil pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa Industri sejenis yang memiliki jumlah minimal 20 jenis industri yang sama adalah Industri Kimia, dan barang-barang dari bahan kimia dengan jumlah industri sebanyak 32 IKM di yang berada di Kecamatan Setu, kemudian Industri makanan dan minuman yang tersebar di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, serta Industri Pakaian Jadi sebanyak 51 IKM yang berada di Kecamatan Pondok Aren. 7. Kelembagaan Pengelola Sentra Industri Sebagai bentuk komitmen dan tanggungjawab pengelolaan untuk Sentra Industri yang akan dibangun, maka Dinas tekait harus membuat Surat pernyataan Pemerintah Daerah bersedia membentuk kelembagaan pengelola yang disahkan oleh Instansi Terkait/Notaris. 8. Biaya Operasional Sebagai bentuk komitmen dan tanggungjawab pengelolaan untuk Sentra Industri yang akan dibangun, maka Dinas tekait harus membuat Surat pernyataan Pemerintah Daerah bersedia menyediakan biaya operasional bagi kelembagaan dan keberlanjutan sentra. Dampak Ekonomi Pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan Setiap kegiatan ekonomi akan memiliki dampak ekonomi terhadap lingkungan sekitar kegiatan dan jalur distribusi dari kegiatan ekonomi tersebut. Pembangunan Sentra Industri Kecil dan Menangah akan memiliki dampak secara ekonomi langsung dan tidak langsung terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi pembangunan Sentra Industri Kecil dan Menengah. Diantara dampak ekonomi tersebut adalah: 1. Terbukanya peluang lapangan kerja baru Dengan pembangunan sentra industri tentu penyerapan buruh/tenaga kerja baru akan bertambah seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk mengisi kuota tenaga kerjanya guna memenuhi kebutuhan operasional perusahaan untuk menghasilkan produk dan juga jasa sesuai dengan lini industri yang ditekuni oleh perusahaan tersebut. 2. Meningkatkan Pendapatan Daerah Dengan adanya atau terciptanya lapangan pekerjaan yang banyak, banyaknya posisi yang membutuhkan karyawan untuk ditempati, secara tidak langsung

14 bisa mempengaruhi terhadap meningkatnya pendapatan daerah. Hal itu dikarenakan semakin banyaknya industri yang bermunculan akan berpengaruh pada pajak daerah sehingga pendapatan di daerah pun akan naik. 3. Mengurangi Jumlah Pengangguran Karena pesatnya pembangunan ekonomi serta banyaknya sektor industri yang mulai tumbuh dan membutuhkan karyawan untuk berbagai posisi membuat pengangguran di suatu daerah menjadi berkurang. Sektor industri itulah yang membuat jumlah pengangguran semakin berkurang jumlahnya. 4. Mensejahterakan Masyarakat Karena pembangunan ekonomi yang tinggi, bisa membuat kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. Hal itu dikarenakan tingkat pendapatan masyarakat pun menjadi meningkat dan berkurangnya jumlah masyarakat yang menganggur. Sehingga masyarakat pun bisa sejahtera hidupnya dan ekonominya menjadi layak. 5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan dan 54 Kelurahan/Desa dan memiliki 869 Perusahaan Industri serta 72 Pedagangan. 2. Terdapat 15 jenis Industri Kecil dan Menengah yang ada di Kota Tangerang Selatan dan tersebar di 7 Kecamatan. 3. Kecamatan Setu memiliki 12 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 4. Kecamatan Serpong memiliki 11 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 5. Kecamatan Pamulang memiliki 7 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 6. Kecamatan Ciputat memiliki 8 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 7. Kecamatan CiputatTimur memiliki 8 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 8. Kecamatan Pondok Aren memiliki 7 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 9. Kecamatan Serpong Utara memiliki 9 Jenis Industri Kecil dan Menengah. 10. Jenis Industri yang memiliki jumlah perusahaan terbanyak adalah Industri Makanan dan Minuman yaitu sebanyak 631 Perusahaan atau sebanyak 70,42% dari semua Jenis Perusahaan Industri yang ada di Kota Tangerang Selatan 11. Jenis Industri Kimia dan barang-barang dari bahan kimia memiliki jumlah perusahaan terbanyak berikutnya yaitu sebanyak 74 Perusahaan. 12. Industri Pakaian Jadi merupakan Jenis Industri berikutnya yang memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 60 Perusahaan. 13. Jenis Industri Makanan dan Minuman merupakan Jenis Industri terbanyak dan tersebar di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan. 14. Jenis Industri Kimia dan barang-barang dari bahan kimia terbanyak terdapat di Kecamatan Setu. 15. Jenis Industri Pakaian Jadi terbanyak terdapat di Kecamatan Pondok Aren. 16. Pilihan jenis Industri Kecil dan Menengah yang dapat dikembangkan menjadi Sentra Industri Kota Tangerang Selatan adalah: Sentra Industri Makanan dan Minuman di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan

15 Sentra Industri Kimia dan barang-barang dari bahan kimia di Kecamatan Setu Sentra Industri Pakaian Jadi di Kecamatan Pondok Aren. Dari hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dilakukan kajian lebih lanjut untuk Feasibility Study terhadap rencana Pembangunan Sentra Industri Kota Tangerang Selatan 2. Melakukan pengembangan IKM yang cukup berpotensi di Kota Tangerang Selatan 3. Melakukan kajian lebih lanjut untuk Pemilihan alternatif pengembangan Sentra Industri dengan Industri Kreatif Kota Tangerang Selatan. 4. Salah satu anggaran yang dapat digunakan untuk membangun sarana dan Industri adalah dengan mengajukan Dana Alokasi Khusus Bidang Pembangunan Sarana Industri sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian dan Republik Indonesia nomor 09/M-IND/PER/2/2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pembangunan Sarana Industri Tahun Anggaran Daftar Pustaka Hawkins, D.I., dan Mothersbaugh, D.L Consumer Behavior: Building Marketing Strategy.11th edition. McGraw-Hill, Irwin Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana TataRuang Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara Peraturan Menteri Perindustrian dan Republik Indonesia nomor 09/M- IND/PER/2/2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pembangunan Sarana Industri Tahun Anggaran 2016 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Setiawan,Guntur Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/ IV/2002, tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

PENAMBAHAN RUANG KELAS SD PERKIRAAN NILAI PEKERJAAN RENCANA PELAKSANAAN NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN KEGIATAN

PENAMBAHAN RUANG KELAS SD PERKIRAAN NILAI PEKERJAAN RENCANA PELAKSANAAN NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN KEGIATAN RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG SELATAN = LELANG TAHAP KE DUA = Dalam rangka pengadaan barang/jasa Tahun Anggaran 2011 dilingkungan Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan,

Lebih terperinci

DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN, INDUSTRI KECIL & MENENGAH DAN PARIWISATA SUB BIDANG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN, INDUSTRI KECIL & MENENGAH DAN PARIWISATA SUB BIDANG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN, INDUSTRI KECIL & MENENGAH DAN PARIWISATA SUB BIDANG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Jakarta, 2 10 Mei

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG SELATAN RENCANA UMUM PENGADAAN (RUP) DINAS PENDIDIKAN KOTA TANGERANG SELATAN Dalam rangka pengadaan barang/jasa Tahun Anggaran 2011 dilingkungan Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, bersama ini diumumkan Rencana

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN, WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN. NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN. NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN, WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Serpong 3.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Perubahan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN PUTUSAN. Nomor: 670/V/KI BANTEN-PS/2014 S A L I N A N KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN 1.

KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN PUTUSAN. Nomor: 670/V/KI BANTEN-PS/2014 S A L I N A N KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN 1. KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN PUTUSAN Nomor: 670/V/KI BANTEN-PS/2014 KOMISI INFORMASI PROVINSI BANTEN 1. IDENTITAS [1.1] yang memeriksa, memutus dan menjatuhkan putusan dalam Sengketa Informasi Publik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah singkat KPP Pratama Serpong

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah singkat KPP Pratama Serpong BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat penelitian a. Sejarah singkat KPP Pratama Serpong KPP Pratama Serpong adalah salah satu dari beberapa kantor pelayanan pajak

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN UMUM. A. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan

PEMERINTAHAN UMUM. A. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan PEMERINTAHAN UMUM A. Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan Selama periode 2002-2008 berbagai tuntutan terhadap pembentukan daerah otonom baru (pemekaran wilayah) berkembang di lingkungan masyarakat.

Lebih terperinci

REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH MINGGUAN

REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH MINGGUAN REKAPITULASI TIME TABLE DINAS KESEHATAN TH. 2016 MINGGUAN Program n Urusan Setiap SKPD 1 Pembinaan, Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur 2 Penyediaan dan Pemeliharaan Barang dan Jasa Perkantoran

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SATKER/SKPD : DINAS KEBERSIHAN PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PA/KPA : Drs. H. Chaerul Soleh, M.Si PPK :. Tahun Anggaran : 2013 NO KEGIATAN NAMA PAKET PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

DAFTAR PAKET YANG DILELANGKAN A. KONSTRUKSI PEKERJAAN NO KODE PAKET

DAFTAR PAKET YANG DILELANGKAN A. KONSTRUKSI PEKERJAAN NO KODE PAKET DAFTAR PAKET YANG DILELANGKAN A. KONSTRUKSI NO 1 DBMSDA.1 001 Peningkatan Jl. Cabe VI Kel. Pd. Cabe Ilir RW.011 2 DBMSDA.1 002 Peningkatan Jl. Merica s/d Cabe Indah Kel. Pd Cabe Udik Rw.12 & Rw.06 3 DBMSDA.1

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM 4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN 4.2.7.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENYUSUNAN PROFIL SENTRA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENYUSUNAN PROFIL SENTRA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PENYUSUNAN PROFIL SENTRA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH KEGIATAN PENGEMBANGAN KLASTER DAN SENTRA INDUSTRI ANEKA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era keterbukaan ekonomi saat ini, setiap Negara berupaya seoptimal mungkin menggali potensi perekonomian yang memiliki keunggulan daya saing, sehingga mampu membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan global dalam transformasi ekonomi, baik secara regional maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu dari era pertanian

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

2008, No c. bahwa pembentukan Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyar

2008, No c. bahwa pembentukan Kota Tangerang Selatan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyar No.188, 2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN DAERAH. Wilayah. Provinsi Banten. Kabupaten/Kota Tangerang Selatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4935)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 69/11/12/Thn. XV, 1 November 2012 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2012 Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH b. Ekonomi 1. Perkembangan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 45/08/34/Th.XIX, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RANCANGAN RPJMD BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II.1 Geografi II.1.1 Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara administratif terdiri

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 04/05/62/Th.X, 02 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016 Produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I tahun 2016 naik sebesar

Lebih terperinci

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus 2013 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 46/08/12/Thn. XX, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017 TURUN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor

BAB 4 PEMBAHASAN. Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Penyusunan Target Penerimaan PBB KPP Pratama Serpong Dengan melihat komitmen nasional yang selalu mengupayakan penerimaan dari sektor pajak semakin besar dan semakin penting yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TANGERANG SELATAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 62/11/12/Thn. XIX, 01 November 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016 NAIK

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BPS PROVINSI JAWA TIMUR BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.54/08/35/Th.XIII, 3 Agustus 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II TAHUN 2015 JAWA TIMUR Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini, industri memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Khususnya di Indonesia yang sering di bahas oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2013 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 031/05/12,Thn. XVI, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan

Lebih terperinci

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA -------------------------------------------------------------------------------- I. Gambaran Umum

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 32/05/12/Thn. XVIII, 4 Mei 2015 Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 45/08/12/Thn. XIX, 01 Agustus 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II TAHUN 2016 Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah industri pada Industri Kreatif menimbulkan banyak penafsiran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif telah bergulir selama 10 tahun terakhir ini dan selalu hangat dibicarakan baik oleh pemerintah, swasta maupun pelaku sendiri. Istilah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 10/02/12/Thn. XX, 01 Februari 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016 TURUN

Lebih terperinci

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PROPOSAL PEMBANGUNAN GUDANG SRG BESERTA FASILITAS PENDUKUNGNYA DALAM RANGKA PERCEPATAN IMPLEMENTASI SISTEM RESI GUDANG DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2016 BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri di dunia saat ini tengah berkembang pesat begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri di dunia saat ini tengah berkembang pesat begitu pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di dunia saat ini tengah berkembang pesat begitu pula dengan industri yang ada di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan maupun perkembangan industri

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th.XVIII, 2 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2016 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR. 36/05/64/TA XIX, 2 MEI 2016 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2016 Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVII, 2 Februari 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan (y-on-y)

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan (y-on-y) . 28/05/15/Th.IX 4 Mei 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I TAHUN 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI IBS NAIK 1,36 PERSEN SEDANGKAN IMK NAIK 4,76 PERSEN PADA TAHUN 2015 DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015 Yang Terhormat: Para Pejabat Eselon I dan Eselon II Kementerian Perindustrian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun

Pokja AMPL Kota Tangerang Selatan. Laporan EHRA Kota Tangerang Selatan. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 1 KATA PENGANTAR Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2011 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2017 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/05/34/Th.XIX, 2 Mei 2017 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2017 Pertumbuhan produksi Industri

Lebih terperinci

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA - 847 - EE. PEMBAGIAN URUSAN AN PERINDUSTRIAN 1. Perizinan 1. Penetapan kebijakan Izin Usaha (IUI) dan kawasan 2. Penerbitan IUI bagi industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun Berbahaya (B3),

Lebih terperinci

KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH

KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 31/05/21/Th.VIII, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

Lebih terperinci

PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA

PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA PERAN DAN ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI MEBEL DI JEPARA PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA Disampaikan pada Simposium Nasional Value Chain of Furniture, other Forest Products and Ecosystem Services Bogor, 14 Februari

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI

PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PRODUKTIVITAS DAN ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI Muhammad Hasan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar Email : hasdiansa@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produktivitas

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2013

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2013 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 203 Urusan Pemerintahan : 2. 06 Urusan Pilihan Perdagangan Organisasi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II TAHUN 2017 SULAWESI SELATAN No.44/08/73/Th. VIII, 1 Agustus 2017 Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 44/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2016 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG Parigi, 4 Mei 2015 Yth.: 1. Bupati Parigi Moutong; 2.

Lebih terperinci