Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan 26 urusan wajib, 8 urusan pilihan dan melaksanakan tugas pembantuan serta tugas umum pemerintahan. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan tersebut berjalan dengan baik. Berbagai target program kegiatan yang ditetapkan dapat terlaksana. Namun demikian penyelenggaraan pemerintahan ini mengalami berbagai permasalahan eksternal dan internal. Pergantian kepemimpinan daerah terjadi pada bulan Agustus Proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 yang menempatkan Drs. H. Sri Purnomo, MSi dan Yuni Satia Rahayu, S.S., M.Hum sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Pada tahun ini pula penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sleman diwarnai dengan terjadinya berbagai bencana seperti angin puting beliung, Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin. Bencana erupsi Merapi yang terjadi pada triwulan terakhir banyak berpengaruh pada kehidupan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Tempel. Selain menelan korban jiwa, rumah dan harta, sebagian lahan pertanian dan hutan di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem mengalami kerusakan parah. Sarana prasarana dan fasilitas umum serta fasilitas sosial di wilayah tersebut juga banyak mengalami kerusakan. Erupsi Merapi mengharuskan masyarakat yang bermukim sampai dengan radius 15 kilometer dari puncak Merapi mengungsi. Upaya evakuasi dan penanggulangan bencana erupsi Merapi dilakukan lintas sektoral dengan melibatkan semua elemen masyarakat. Penyaluran bantuan, relokasi pengungsi dan rehabilitasi masyarakat dilakukan secara komprehensif dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem dan Tempel dilakukan menyesuaikan 1

2 dengan keadaan. Kantor kecamatan, desa, puskesmas dan sekolah-sekolah dipindahkan ke daerah-daerah yang masih memungkinkan dan berada di daerah aman. Beberapa program dan kegiatan yang sudah disusun pada awal tahun menjadi tidak mungkin dilaksanakan karena adanya erupsi ini. Upaya yang dilaksanakan adalah penjadwalan ulang atas berbagai program dan kegiatan. A. Dasar Hukum Dasar hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2010 adalah : 1. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara 110 o dan 110 o Bujur Timur, 7 o dan 7 o Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur 2

3 berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY. b. Luas Wilayah Kabupaten Sleman memiliki wilayah seluas Ha (574,82 Km 2) atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (3.185,80 Km 2 ) dengan jarak terjauh utara selatan 32 Km, timur barat 35 Km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara administratif terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 86 desa dan padukuhan. Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman No Kecamatan Banyaknya Desa Padukuhan Luas (Ha) 1. Kecamatan Moyudan Kecamatan Godean Kecamatan Minggir Kecamatan Gamping Kecamatan Seyegan Kecamatan Turi Kecamatan Tempel Kecamatan Sleman Kecamatan Ngaglik Kecamatan Mlati Kecamatan Depok Kecamatan Cangkringan Kecamatan Pakem Kecamatan Ngemplak Kecamatan Kalasan Kecamatan Berbah Kecamatan Prambanan Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman c. Topografi Wilayah Kabupaten Sleman di bagian selatan datar, kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Keadaan tanah semakin ke utara kondisinya 3

4 makin miring bahkan di sekitar Lereng Merapi terjal. Erupsi Merapi pada akhir Oktober dan awal November 2010, telah merubah bentuk dan fungsi lahan 30 dusun di Kecamatan Cangkringan menjadi hamparan material. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara <100 sampai dengan >1000 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi di atas 1000 m berada di Kecamatan Pakem, Turi dan Cangkringan, sedangkan daerah terendah (<100 m) berada di Kecamatan Minggir, Moyudan, Godean, Gamping, Berbah dan Prambanan. Data selengkapnya sebagaimana tabel 1.2. berikut: Tabel 1.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman No Kecamatan < 100 m (Ha) m (Ha) m (Ha) > 1000 M (Ha) Jumlah (Ha) 1. Moyudan Minggir Godean Seyegan Tempel Gamping Mlati Sleman Turi Pakem Ngaglik Depok Kalasan Berbah Prambanan Ngemplak Cangkringan Jumlah Sumber : Kantor Pertanahan/Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah d. Karakteristik Wilayah 1) Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu : a) Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi. Wilayah ini kaya sumberdaya air dan ekowisata yang 4

5 berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya. Di daerah Lereng Merapi tersebut, terdapat kurang lebih 100 sumber mata air yang mengalir ke sungai sungai utama yaitu Sungai Boyong, Kuning, Gendol, Krasak dan anak-anak sungai yang mengalir ke arah selatan serta bermuara di Samudera Indonesia. Keberadaan Gunung Merapi merupakan aset wisata maupun sumberdaya alam galian C, namun diperlukan antisipasi yang memadai untuk mengurangi dampak negatif jika terjadi erupsi. b) Kawasan timur, meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan dan Berbah. Di wilayah ini terdapat banyak peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya. Kondisi lahan kering, memiliki cadangan bahan batu putih yang cukup banyak. c) Kawasan tengah, yaitu wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan, dan jasa. d) Kawasan barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah dengan irigasi yang baik dan sumber bahan baku untuk kegiatan industri kerajinan mendong, bambu dan gerabah. 2) Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur ekonomi menghubungkan Kabupaten Sleman dengan kota-kota pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, Jakarta). Keberadaan Kabupaten Sleman pada persimpangan jalur ekonomi merupakan posisi yang sangat strategis untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, Sleman, Tempel dan Gamping. Selain itu, wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan arteri, sehingga menjadikan wilayah tersebut cepat berkembang dan mengalami perubahan dari wilayah pertanian menjadi wilayah industri, perdagangan dan jasa. 5

6 3) Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut: a) Wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta meliputi Kecamatan Depok, Gamping, sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati. b) Wilayah sub-urban yaitu wilayah perbatasan antara desa dan kota meliputi Kecamatan Godean, Sleman dan Ngaglik yang berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. c) Wilayah dengan fungsi khusus atau daerah penyangga (buffer zone) meliputi Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan, yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya. e. Sumber daya Alam Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Sleman meliputi sumber daya alam non hayati yaitu air, lahan, udara dan mineral/bahan galian. Sumber daya alam hayati terdiri dari hutan, flora dan fauna. Sumber daya air di Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah, dan air permukaan (sungai dan mata air). Jumlah mata air di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sejumlah 182 buah. Debit mata air pada musim kemarau berkisar antara 0,5 sampai dengan 200 liter/detik, sedangkan pada musim penghujan berkisar antara 1 sampai dengan 265 liter/detik. Debit tertinggi terdapat di mata air Umbul Wadon Desa Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Mata air Umbul Wadon selain digunakan untuk sumber air minum PDAM Kabupaten Sleman, juga digunakan oleh PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta, serta dimanfaatkan untuk irigasi oleh masyarakat di sekitar Umbul Wadon. Akibat erupsi Merapi, sebagian sumber mata air di sekitar hulu Kali Kuning, Kali Gendol dan Kali Boyong tertimbun material vulkanik erupsi Merapi. Hal ini mengganggu pasokan dan distribusi air minum PDAM Sleman serta masyarakat petani ikan di sepanjang wilayah sungai tersebut. 6

7 Di Kabupaten Sleman terdapat 5 sungai besar yang berhulu di Gunung Merapi. Kelima sungai tersebut adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali Boyong, Kali Krasak dan Kali Kuning. Sistem sungai di Kabupaten Sleman mempunyai pola radial paralel yang terbagi dalam 2 subsistem yaitu subsistem Sungai Progro dan subsistem Sungai Opak. Semua sungai tersebut merupakan sungai perenial, yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, sifat tanah yang permeabel dan akifer tebal, sehingga aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar. Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman terdiri dari batu kapur, breksi batu apung, andesit, tanah liat pais dan kerikil. Potensi mineral/bahan galian di Kabupaten di antaranya batu kapur yang berada di wilayah Kecamatan Gamping. Breksi Batu Apung berada di Kecamatan Prambanan dan Berbah, Batu Andhesit tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Pakem dan Prambanan. Mineral berupa tanah liat tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Sleman, Tempel, Gamping, Prambanan dan Berbah. Erupsi Merapi mengeluarkan banyak materi vulkanik berupa pasir dan batu. Material ini terbawa oleh aliran air sungai yang berhulu di Gunung Merapi dan ditambang di aliran Kali Kuning, Gendol, Opak, Boyong dan Krasak yang berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Pakem, Ngaglik dan Tempel. Sumber daya hutan di Kabupaten Sleman menurut fungsinya terbagi menjadi hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam. Sejak tahun 2007 semua kawasan fungsi hutan berubah menjadi Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) seluas 1.729,91 ha. Erupsi Merapi pada penghujung tahun menyebabkan rusaknya hutan sepanjang hulu Kali Kuning di wilayah Kecamatan Pakem dan sepanjang hulu Kali Opak dan Gendol di wilayah Kecamatan Cangkringan. Kerusakan parah hutan lereng Merapi ini sangat terlihat di wilayah Desa Kepuharjo dan Glagaharjo Cangkringan 7

8 f. Jumlah bangunan Banyaknya rumah tinggal yang dihuni oleh masyarakat adalah: Tabel 1.3. Jumlah Rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman Tahun 2010*) No Kecamatan Jumlah rumah tinggal yang dihuni Keterangan 1 Moyudan Minggir Seyegan Godean Gamping Mlati Depok Berbah Prambanan Kalasan Ngemplak Ngaglik Sleman Tempel Turi Pakem Cangkringan Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Sleman (Angka Sementara Hasil SP 2010) *) kondisi sebelum erupsi Merapi Jumlah rumah tinggal tersebut tercatat sebelum terjadi erupsi merapi Oktober-November Setelah erupsi Merapi, banyak rumah tinggal di wilayah Kecamatan Cangkringan yang rusak berat dan tidak bisa lagi dihuni. 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk pada tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah jiwa (49,68%), perempuan jiwa (50,32%) dan rata-rata kepadatan penduduk jiwa per km 2. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Depok sebesar jiwa per km 2 dan Mlati sebesar jiwa per km 2. Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Yogyakarta. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah Cangkringan sebesar 691 jiwa per km 2 dan Turi 8

9 sebesar 868 jiwa per km 2, selengkapnya seperti pada tabel 1.4 berikut: Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Seks Tahun 2010 No Kecamatan Luas (km 2 ) Laki laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Kepadatan 1 Moyudan 27, Minggir 27, Seyegan 26, Godean 26, Gamping 29, Mlati 28, Depok 35, Berbah 22, Prambanan 41, Kalasan 35, Ngemplak 35, Ngaglik 38, Sleman 31, Tempel 32, Turi 43, Pakem 43, Cangkringan 47, Jumlah Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pada tahun 2010 registrasi penduduk yang lahir sebanyak jiwa, penduduk yang meninggal sebanyak jiwa, penduduk yang datang sebanyak jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak jiwa seperti tampak pada grafik1 berikut: Grafik 1. Mutasi Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2009 dan Lahir Mati Datang Pergi Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar berada pada rentang usia 9

10 produktif tahun. Struktur penduduk Kabupaten Sleman terlihat dalam tabel berikut: Tabel 1.5. Struktur Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2010 No Struktur Usia (tahun) Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Total ke atas Total Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pada tahun 2010 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar bergerak di sektor jasa yakni sebanyak 34,57% dan sektor pertanian sebanyak 24,39%. Terjadi kecenderungan perubahan dominasi mata pencaharian penduduk mengarah pada sektor jasa, tidak lagi pada sektor perdagangan sebagaimana tahun Kondisi ini memperlihatkan bahwa dinamika ekonomi penduduk Kabupaten Sleman semakin menguat ke arah sektor tersier. Secara rinci struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman tergambar dalam tabel 1.6. Tabel 1.6. Proporsi Penduduk Kab. Sleman yang Bekerja Per Lapangan Usaha (%) Tahun 2010 No Sektor Tahun 2008 (%) 2009(%) 2010(%) Pertanian 18,44 20,31 24,39 2 Pertambangan & Penggalian 0,61 0,67 3,33 3 Industri 15,48 12,83 8,05 4 Listrik, Gas & Air 0,07 0,30 2,20 5 Bangunan 7,08 7,77 8,01 10

11 Perdagangan 27,07 26,36 12,10 7 Angkutan dan Komunikasi 4,25 3,42 4,00 8 Keuangan 3,75 3,43 3,35 9 Jasa-jasa 23,31 24,90 34,57 Jumlah 100,00 100, Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman. Grafik 2. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun ,57 24,39 3,33 3, ,1 8,01 2,2 8,05 Pertanian Industri Bangunan Angkutan dan Komunikasi Jasa-jasa Pertambangan & Penggalian Listrik, Gas & Air Perdagangan Keuangan Sumber: BPS Kabupaten Sleman Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang cukup besar secara langsung mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya penduduk yang tidak bekerja yang mencapai 14,03%, yang pada tahun 2009 jumlahnya sebesar 10,77%. Tabel 1.7. Jumlah Angkatan Kerja No Uraian Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Persentase tidak bekerja 10,48 9,73 12,31 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 3. Kondisi Sosial a. Pendidikan Masyarakat Sleman sebagian besar berpendidikan SLTA keatas. Komposisi pendidikan masyarakat Sleman terlihat dalam Tabel 1.8 sebagai berikut: 11

12 Tabel 1.8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pada Tahun 2010 No. Pendidikan tertinggi Laki - laki Perempuan Jumlah % 1 Tidak/belum punya ijazah ,61 2 SD/MI ,48 3 SMP ,38 4 SMU ,85 5 SMK ,82 6 Diploma I/II ,98 7 Diploma III ,63 8 D IV/S ,88 9 S2/S ,36 Jumlah ,00 Sumber: BPS Kabupaten Sleman ** Angka sementara Sampai dengan tahun 2010 angka melek huruf mencapai 95,46% atau meningkat 2,42 % dibandingkan tahun sebelumnya. Angka putus sekolah SD/MI tahun 2010 sama dengan kondisi tahun 2009 yakni sebesar 0,04%, demikian juga angka putus sekolah SMP/MTs sama dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 0,12%. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI pada tahun 2010 mencapai 116,42%, SMP/MTs sebesar 115,48%, SMA/SMK/MA sebesar 77,17%. Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 100,73%, SMP/MTs sebesar 81,71% dan SMA/SMK/MA sebesar 54,03%. b. Kesehatan Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator rata-rata usia harapan hidup penduduk, angka kematian bayi per kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan, dan status gizi masyarakat. Pada tahun 2010, rata-rata usia harapan hidup sebesar 74,74 tahun, lebih tinggi jika dibanding usia harapan hidup tingkat Provinsi DIY yaitu 74 tahun ataupun nasional sebesar 70,6 tahun. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yakni 76,93 tahun sedangkan laki-laki 72,62 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dipertahankan di bawah 10 per kelahiran hidup, yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,78 per

13 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2010 adalah 13 ibu dari kelahiran hidup sehingga dapat diprediksi AKI di Kabupaten Sleman adalah 112,2 ibu per kelahiran hidup. Untuk status gizi buruk balita pada tahun 2010 sebesar 0,66%. Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara langsung meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2009, nilai IPM Kabupaten Sleman mencapai 77,70 atau meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 77,24. Nilai IPM tahun 2009 untuk komponen kesehatan mencapai 82,90, komponen pendidikan mencapai 84,08 serta komponen pendapatan mencapai 66,12. Secara nacional nilai IPM tersebut menempatkan Kabupaten Sleman pada peringkat 14 untuk tingkat kabupaten dan kota. c. Kemiskinan Di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 terdapat KK yang masuk kategori miskin atau 14,82 % dari keseluruhan KK. Jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2009 angka tersebut menurun 11% atau KK. Sebaran Keluarga Miskin di Kabupaten Sleman terlihat sebagai berikut: Tabel 1.9. Jumlah KK Miskin Tahun No Kecamatan KK MiskinTahun 2009 KK Miskin Tahun 2010 Keterangan Moyudan Turun 10,4 % 2. Godean Turun 11,6% 3. Minggir Turun 9,4% 4. Gamping Turun 2,4% 5. Seyegan Turun 8,2% 6. Turi Turun 5,4% 7. Tempel Turun 10% 8. Sleman Turun 7,2% 9. Ngaglik Turun 1,5% 10 Mlati Turun 10,5% 11. Depok Turun 10,5% 12. Cangkringan Turun 10% 13. Pakem Turun 17,6% 14. Ngemplak Turun 14,3% 13

14 Kalasan Turun 30,5% 16. Berbah Turun 9,9% 17. Prambanan Turun 15,5% Jumlah Sumber: Dinas Nakersos Kondisi jumlah keluarga miskin tersebut dimungkinkan meningkat setelah terjadi erupsi Merapi. Terdapat KK di wilayah Kecamatan Cangkringan kehilangan rumah tinggal karena tertimbun material erupsi dan terkena terjangan awan panas. 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah Produk unggulan daerah merupakan suatu produk yang dihasilkan atau potensial dikembangkan dalam suatu wilayah (berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Depdagri Nomor 671/2413, tanggal 4 November 1998). Melalui produk unggulan daerah dapat tergambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan memiliki prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya serta memiliki daya saing yang tinggi. Beberapa potensi yang dimiliki wilayah Kabupaten Sleman yang telah berkembang maupun potensial untuk dikembangkan, antara lain: 1) Pertanian: Salak Pondoh Tanaman salak pondoh dominan berkembang di wilayah lereng Gunung Merapi meliputi Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem, dengan produksi mencapai ton atau turun ton (3,49%) dibanding tahun 2009 yang mencapai ton. Penurunan produksi tersebut sebagai akibat bencana erupsi Merapi tahun 2010 yang bertepatan dengan masa menjelang panen raya salak pondoh. Sebanyak rumpun salak rusak, padahal produktivitas per rumpunnya rata-rata 12,86 kg, sedangkan untuk dapat berproduksi kembali secara normal diperkirakan memerlukan waktu sekitar dua 14

15 tahun. Salak pondoh yang dihasilkan oleh masyarakat Sleman, tahun 2010 sudah memasuki pasar ekspor ke China sebanyak ton, dan sebagian besar dilakukan sendiri oleh kelompok tani yang bekerjasama dengan ekspotir. Pengembangan salak pondoh yang telah menggunakan SOP Good Agricultural Practices dalam budidayanya sebanyak ha. 2) Peternakan: domba, kambing, sapi potong dan sapi perah. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup pesat perkembangannya dan mampu memberikan nilai tambah bagi usaha masyarakat. Populasi domba pada tahun 2010 sebanyak ekor turun 9,45%, kambing sebanyak ekor turun 11,94% dan sapi potong sebanyak ekor turun 12,77% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan bencana erupsi Merapi tahun 2010 yang mengakibatkan kematian 235 ekor sapi potong, 180 ekor kambing dan ekor sapi perah. Dari budidaya hewan ternak tersebut telah dihasilkan kulit domba sebanyak lembar, kambing lembar, kulit sapi lembar dan daging sebanyak ,857 ton dan susu 4.597,59 ton, hasil tersebut menurun 1,55% dibanding tahun ) Perikanan: budidaya ikan Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi, pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Provinsi DIY. Pada tahun 2010 produksi ikan konsumsi sebesar ,68 ton atau meningkat 17,29% dan mampu memenuhi 60-70% dari total kebutuhan Provinsi DIY. Produksi benih ikan sebanyak ribu ekor benih atau meningkat 100,42% dan memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan di DIY sebesar 77%-99%. Benih ikan yang dominan dikembangkan adalah Ikan Nila dan benih Ikan Lele. Bahkan budidaya pembibitan ikan dimulai dengan mengembangkan induk ikan unggul yakni induk Lele Sangkuriang dengan induk Nila 15

16 Nirwana. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman merupakan penghasil benih ikan terbesar dan juga penghasil benih ikan unggul. Peningkatan produksi ikan konsumsi juga telah meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat Sleman. Jika pada tahun 2009 tingkat konsumsi ikan hanya 25,95 kg/kapita/tahun, pada tahun 2010 menjadi 26,73 kg/kapita/tahun. Pemerintah Kabupaten Sleman juga berhasil memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan ikan hias di DIY sebesar 50%-75%. Produksi ikan hias pada tahun 2010 sebanyak ekor atau meningkat 20,47% dari tahun sebelumnya. Budidaya Udang Galah terdapat di Kecamatan Minggir, Godean, Mlati, Ngemplak dan Berbah. Pembenihan maupun pembesaran dilakukan untuk mencukupi kebutuhan lokal juga untuk dipasarkan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Budidaya Udang Galah juga dikembangkan untuk mendukung wisata pedesaan. Peningkatan produktivitas bidang perikanan ini untuk waktu mendatang diperkirakan turun karena sebanyak 82 usaha pembenihan rakyat, 75 kelompok pembudidaya ikan konsumsi dan 1 kelompok pembudidaya ikan hias terkena dampak erupsi. 4) Perindustrian: potensi industri kerajinan Usaha kerajinan masyarakat mampu menjadi kontributor andalan pada produk domestik regional bruto. Bahkan di tengah kondisi krisis perekonomian dunia ternyata nilai ekspor produk kerajinan Kabupaten Sleman ke manca negara mengalami peningkatan sebesar 6,05% jika dibandingkan dengan relisasi ekspor tahun 2009 yang nilainya sejumlah US$ ,33. Kenaikan tersebut salah satunya karena promosi aneka produk kerajinan yang terus dilakukan melalui berbagai event pameran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu juga didukung dengan adanya 16

17 kemauan belajar dan kemampuan para pengusaha mengantisipasi kebutuhan pasar ekspor terhadap produk yang diinginkan. Hal lain yang tak kalah pentingnya dalam mendongkrak ekspor Sleman adalah kejelian para eksportir/pengusaha melihat peluang pasar baru pada negara-negara tujuan ekspor seperti Turki, Malaysia, Singapura dan Korea. Produk kerajinan Kabupaten Sleman yang cukup potensial diantaranya pakaian jadi, sarung tangan dan meubel kayu. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman realisasi ekspor (yang berdokumen ekspor resmi) di Kabupaten Sleman selama bulan Januari 2010 sampai dengan Desember tahun 2010 nilainya mencapai US$ ,79. Adapun volume ekspor mencapai ,35 kg dengan jenis komoditi yang diekspor sebanyak 38 jenis. Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor dari Kabupaten Sleman selama tahun 2010 sebanyak 43 eksportir, dengan negara tujuan ekspor (NTE) yang tersebar ke 49 negara. Tiga besar usaha kerajinan yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain: a) Pakaian jadi Seperti tahun 2009, pada tahun 2010 produk pakaian jadi masih menjadi primadona ekspor Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 nilai ekspor pakaian jadi mencapai US $ ,17 atau meningkat sebesar 1,85 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US$ ,54. Produk pakaian jadi Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Turki dan Italia. b) Sarung tangan Nilai ekspor tahun 2010 mencapai US $ ,88 atau naik sebesar 17,79 % dari tahun 2009 sebesar US $ ,54. Produk sarung tangan Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Malaysia dan Australia 17

18 c) Meubel kayu Ekspor meubel kayu masih menjadi tiga besar komoditi ekspor Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 ekspor meubel kayu Sleman mencapai US $ ,07. Nilai ekspor tersebut turun sebesar 3,68 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US $ Negara tujuan produk ekspor meubel kayu Kabupaten Sleman di antaranya ke Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Perancis, Spanyol, Malaysia, Australia dan Turki. 5) Potensi Wisata Daya tarik wisata Sleman merupakan perpaduan antara karakter alam yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Untuk menunjang kegiatan wisata telah tersedia fasilitas hotel, rumah makan, restoran, bandara dan sarana prasarana transportasi yang menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Sleman serta berbagai tempat hiburan. Potensi wisata yang diandalkan meliputi: a) Wisata Pedesaan Pada tahun 2010 terdapat 35 desa wisata dari sebelumnya 38 desa wisata pada tahun Desa-desa wisata tersebut dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Selain desa wisata yang mengandalkan alam, budaya dan kesenian beberapa desa wisata juga menawarkan keunikan yang dimilikinya. Beberapa Desa Wisata Budaya seperti Brayut, dan Tanjung serta Desa Wisata Fauna Kethingan sampai saat ini masih menjalankan kegiatan dan menjaring wisatawan untuk berkunjung dan beraktivitas. b) Wisata Budaya Sleman memiliki cukup banyak potensi seni dan budaya yang masih berkembang di masyarakat dan masih dilaksanakan secara rutin hingga saat ini. Setidaknya terdapat 10 upacara adat, 36 merti dusun dan 13 lembaga budaya. Keberadaan potensi tersebut menyebar di berbagai wilayah kecamatan di Kabupaten Sleman. Masyarakat Sleman memiliki antusiasme 18

19 dan kesadaran yang tinggi dalam mengembangkan budaya lokal sehingga mampu menjadi obyek wisata budaya. Oleh karena itu sangatlah tepat konsep Kecamatan sebagai Pusat Pelestarian dan Pengembangan Budaya dikembangkan di 17 kecamatan se Kabupaten Sleman. Pada umumnya berbagai upacara adat dan merti dusun dilaksanakan pada Bulan Suro, Sapar dan Ruwah dalam penanggalan Jawa. c) Wisata Alam Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di dunia. Bagi Kabupaten Sleman dan bahkan Provinsi DIY, keberadaan Gunung Merapi menjadi ikon kepariwisataan daerah. Kondisi alam yang sejuk dan panorama yang alami di lereng Gunung Merapi menjadi daya tarik unggulan. Fasilitas yang tersedia saat ini diantaranya camping ground, taman rekreasi anak, Tlogo Putri, kereta kelinci, flying fox serta fasilitas akomodasi berupa hotel dan pondok wisata. Hal ini mampu menjadikan kawasan Kaliurang sebagai kawasan wisata yang representatif. Bahkan beberapa hotel di kawasan ini juga sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk meeting, incentive, conference, dan exhibition (MICE) dalam skala kecil dan menengah maupun sarana olah raga. Selain itu, erupsi Merapi yang terjadi pada penghujung tahun 2010 justru membuka peluang baru untuk wisata tracking yang sebelumnya belum dikelola secara optimal. Lereng Merapi memiliki 3 alternatif wisata tracking, yaitu tracking Bukit Pronojiwo, tracking Bukit Gandok Kalikuning, dan tracking Goa Jepang di Bukit Plawangan. Selain itu, kondisi pasca erupsi Gunung Merapi di kawasan utara Kecamatan Cangkringan juga memberikan peluang baru untuk pengembangan volcano tour yang mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. 19

20 d) Wisata Pendidikan Sebagai bagian dari Provinsi DIY yang merupakan Kota Pendidikan, Sleman memiliki 45 perguruan tinggi negeri dan swasta. Perguruan tinggi-perguruan tinggi besar di Kabupaten Sleman seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran dan Universitas Sanata Darma (USD) dapat difungsikan sebagai wisata pendidikan. Selain itu keberadaan museum di Kabupaten Sleman juga menjadi salah satu potensi wisata pendidikan di Kabupaten Sleman. Beberapa museum yang berlokasi di Kabupaten Sleman di antaranya Museum Gunung Api Merapi, Museum Affandi, Museum Pendidikan UNY, Museum Geologi UPN, Museum Budaya Ullen Sentanu berlokasi di Kabupaten Sleman. e) Wisata Sejarah Kepurbakalaan Pada tahun 2010 di Sleman terdapat 72 candi, 116 situs, 33 tetenger/museum perjuangan, 3 peninggalan pesanggrahan, 414 rumah tradisional, 4 makam untuk ziarah dan 2 masjid pathok nagari. f) Wisata Kuliner Sampai dengan tahun 2010 terdapat 51 restoran dengan perincian 7 klasifikasi Talam Selaka dan 44 Talam Gangsa dan 204 rumah makan dengan perincian 44 kelas A, 72 kelas B, dan 88 kelas C. b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata 10,39 % per tahun yaitu dari Rp 8,89 trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp13,19 trilliun pada tahun PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 4,58% per tahun yaitu dari Rp5,31 trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp6,35 trilliun di tahun

21 Tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun (Jutaan Rupiah) No PDRB * 2010** 1. ADHB ADHK Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara. **) = angka sangat sementara. c. Struktur Perekonomian Daerah Selama periode tahun , kontribusi sektor primer cenderung terus mengalami penurunan yaitu dari 17,78% pada tahun 2006 menjadi 16,48% tahun 2010, kontribusi sektor sekunder mengalami fluktuasi yaitu dari 27,75% pada tahun 2006 menjadi 27,25% pada tahun 2009 dan 27,32% pada tahun 2010 sedangkan kontribusi sektor tersier mengalami kenaikan yaitu dari 54,49% pada tahun 2006 menjadi 56,2% pada tahun Tabel Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) * 2010** 1. Primer 17,78 17,22 17,43 16,94 16,48 a. Pertanian 17,42 16,63 16,91 16,47 15,95 b. Pertambangan& 0,36 0,59 0,52 0,47 0,53 Penggalian 2. Sekunder 27,75 27,77 27,40 27,25 27,32 c. Industri Pengolahan 16,45 16,04 15,49 15,11 14,82 d. Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 0,90 0,90 0,92 0,93 e. Bangunan 10,45 10,83 11,01 11,22 11,57 3. Tersier 54,47 55,01 55,17 55,79 56,2 a. Perdag., Hotel & Rest. 21,21 21,69 21,87 22,29 22,51 b. Pengangkutan dan 5,66 5,80 5,81 5,92 6,05 Komunikasi c. Keuangan,Persewaan 10,16 10,21 10,25 10,35 10,37 dan Jasa Perusahaan d. Jasa-jasa 17,44 17,31 17,24 17,23 17,27 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)= angka sementara. **) = angka sangat sementara Empat sektor pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman selama periode tahun adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. 21

22 d. PDRB Perkapita PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun meningkat rata-rata per tahun 8,48%. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita sebesar Rp ,00 pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp ,00. Demikian juga PDRB perkapita menurut harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 2,09% yaitu dari Rp ,00 pada tahun 2006 menjadi Rp ,00 pada tahun Tabel Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%) Tahun ADHB ADHK ADHB ADHK ,83 3, ,30 3, *) ,86 3, **) ,91 0,58 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara. **) = angka sangat sementara. e. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tumbuh 4,50% sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,61% dan pada tahun 2010 turun menjadi 4,11%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada berikut: Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahun grafik 3 sebagai ,13 4,5 4,61 4,53 4, Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tertinggi terjadi pada sektor bangunan sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor 22

23 pertambangan. Data pertumbuhan ekonomi persektor secara rinci sebagaimana tabel 1.13 berikut. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Tahun No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%) *) 1. Pertanian 4,04-0,13 6,94 1,75 0,80 2. Pertambangan 0,71 74,6-7,96-4,84 6,40 3. Industri Pengolahan 2,67 2,02 1,52 1,93 2,08 4. Listrik, Gas, dan Air 2,33 10,48 5,15 6,21 5,29 5. Bangunan 10,97 8,42 6,86 6,51 7,34 6. Perdagangan, Hotel & Rest 5,11 4,15 6,97 5,99 5,14 7. Pengangkutan 5,43 7,16 7,06 5,40 6,33 8. Keuangan 6,03 3,17 5,10 5,47 4,33 9. Jasa 2,95 3,61 3,81 4,70 4,33 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. :*) = angka sementara. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten Sleman membuka diri untuk penanaman investasi. Potensi investasi di Kabupaten Sleman terdiri dari berbagai sektor/bidang. Potensi investasi di bidang pertanian meliputi komoditas hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan. Bidang pariwisata antara lain meliputi usaha wisata alam, wisata candi, museum, wisata olahraga, wisata pendidikan, wisata budaya, dan wisata agro. Bidang industri meliputi industri pengemasan, industri pengolahan dan industri pengolahan bahan galian golongan C. Investasi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di Kabupaten Sleman adalah investasi non PMA-PMDN. Jumlah unit usaha dari investasi tersebut pada tahun 2009 sebanyak dengan nilai investasi Rp ,00 dan jumlah tenaga kerja orang. Pada tahun 2010 jumlah unit usaha meningkat menjadi dengan nilai investasi Rp ,00 atau meningkat sebesar 9.28 % dengan jumlah tenaga kerja orang. f. Inflasi Pada tahun 2010 tingkat inflasi di Kabupaten Sleman mencapai 7,46. Hal tersebut salah satunya dikarenakan krisis ekonomi global. 23

24 Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sleman dalam kurun waktu tahun tergambar dalam grafik 4 berikut: Grafik 4.Tingkat Inflasi di Kabupaten Sleman Tahun ,88 7,62 10,34 7,46 5 4, Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Berdasarkan kelompok pengeluaran tingkat inflasi tahun 2010 tertinggi terjadi pada bahan makanan. Pada tahun 2006 dan 2007 inflasi tertinggi juga terjadi pada kelompok bahan makanan. Sedangkan pada tahun 2008 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun pada tahun 2009 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang. Secara rinci kondisi inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran yang terjadi di Kabupaten Sleman pada tahun sebagaimana pada tabel berikut. Tabel Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun Tingkat Inflasi (%) No Kelompok Pengeluaran Bahan Makanan 16,86 11,12 10,30 5,14 22,02 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, 13,38 3,35 7,91 7,31 6,50 dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & 11,72 5,13 18,90 5,80 6,23 Bahan Bakar 4 Sandang 10,27 5,37 9,18 11,22 5,71 5 Kesehatan 4,02 5,84 4,75 6,16 0,60 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah 11,04 11,08 5,50-3,52 3,63 Raga 7 Transportasi, Komunikasi dan 1,92 1,92 4,86-1,99 2,26 Jasa Keuangan Umum 10,88 7,62 10,34 4,10 7,46 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. 24

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Dasar Hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta JO PP Nomor 3 Tahun 1950 sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN merupakan salah satu dari 5 daerah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada disisi utara. Wilayah membentang dari Sungai Opak pada sisi timur sampai Sungai Progo pada sisi barat

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN 3.1. Tinjauan Wilayah D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 110º.00-110º.50 Bujur Timur dan antara 7º.33-8 º.12 Lintang Selatan. Secara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Dasar hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang Undang mor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan

BAB I PENDAHULUAN. a. Letak Wilayah Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara dan BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Dasar Hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta JO PP Nomor 3 Tahun 1950 sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN A. Profil Daerah Kabupaten Sleman 1. Letak dan Luas Wilayah a. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Sesuai amanat Pasal 70 ayat (4) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 bahwa Kepala Daerah wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Menteri

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat tinggi, akan tetapi banyak potensi pajak yang hilang atau tidak diperhatikan

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. BAB IV HASIL PENELITIAN dan ANALISIS A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. a. Profil Kabupaten Sleman a. Kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN A. Gambaran Umum Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik Wilayah 1) Luas

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021. BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Sleman 2.1.1 Visi dan Misi Kabupaten Sleman a. Visi Kabupaten Sleman Terwujudnya masyarakat Sleman yang lebih Sejahtera, Mandiri, Berbudaya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari 5 daerah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 3.1. Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta 3.1.1. Gambaran Umum Wilayah Sleman Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR Tabel 7.3 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 3 RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 Misi 3 : Meningkakan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, penanggulangan

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 4 Tabel 1.3. Jumlah rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman... 8 Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan Jogja merupakan salah satu destinasi pendidikan dan pariwisata di Indonesia. Julukannya sebagai kota

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN III.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan Day care dan Pre-school merupakan sebuah lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan bimbingan dalam perkembangannya karena orang

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar 57.482 Ha yang terdiri dari 17 Kecamatan yaitu Mayudan, Godean, Minggir, Gamping, Segeyan, Ngaglik, Mlati,

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN 2.1 PROFIL KABUPATEN SLEMAN 2.1.1 Letak Wilayah Menurut Statistik Kebudayaan dan Pariwisata (2010: 3), secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 107º 15ʹ 03ʺ

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Karakteristik Wilayah 1) Letak,Luas,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kpadatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN 3.1 Penentuan Wilayah Berdasarkan kajian yang telah dibahas pada latar belakang pengadaan proyek, penentuan wilayah Botanical Garden telah ditetapkan di Kabupaten Sleman,

Lebih terperinci

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya penyelamatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Wilayah IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Sleman merupakan salah satu wilayah yang tergabung kedalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB 2. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Letak, Luas, dan Batas Wilayah Administrasi Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 13 00 sampai dengan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya.pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah membentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, setiap daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Wisata ataupun rekreasi dinilai sangatlah penting bagi kebanyakan individu karena dengan berekreasi atau mengunjungi tempat wisata kita dapat mengobati

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan makanan yang bergizi. Diantara kebutuhan gizi yang diperlukan manusia

Lebih terperinci

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2010 DAFTAR TABEL

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2010 DAFTAR TABEL Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Tahun Anggaran 2010 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Jumlah bangunan rumah tempat tinggal menurut kecamatan.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian tidak hanya mencakup kegiatan yang menghasilkan tanaman pangan saja, namun juga kegiatan yang bergerak dalam usaha untuk menghasilkan tanaman sayur-sayuran,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelayakan 1.1.1. Kondisi Pariwisata Indonesia Dalam bidang kepariwisataan, wilayah-wilayah di Indonesia menawarkan banyak sekali potensi yang dapat menarik wisatawan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN KALIURANG, PAKEM, SLEMAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN KALIURANG, PAKEM, SLEMAN BAB III TINJAUAN KAWASAN KALIURANG, PAKEM, SLEMAN 3.1. Pemilihan Tapak Rumah retret membutuhkan lokasi yang sangat memadai untuk mewadahi kegiatan retret. Tempat yang memadai adalah lokasi yang tenang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut:

Berdasarkan pernyataan Visi yang diinginkan sebagai tersebut diatas selanjutnya misi Polres Sleman adalah sebagai berikut: Kepolisian Resor Sleman adalah merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat serta penegakan hukum untuk memberi perlindungan, pengayoman

Lebih terperinci